BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PABRIK PUPUK GRANULER DAN BIJIH PLASTIK DI TPA SUWUNG, DENPASAR Pada Bab II ini membahas secara umum mengenai pemahaman tentang sampah dan daur ulang, serta tentang produksi dan pemasarannya. Tinjauan sampah dan daur ulang membahas mengenai berbagai pengertian sampah, klasifikasi sampah, sampah organik dan anorganik, daur ulang, serta proses-prosesnya. Terdapat pula tinjauan proyek sejenis dan spesifikasi umum yang membahas mengenai segala hal yang dibutuhkan dalam produksi daur ulang sampah, dari pengertian, fungsi, tujuan, bidang kegiatan, lingkup pelayanan, sistem pengelolaan, dan fasilitas bangunan yang ada pada Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik di TPA Suwung, Denpasar. 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pabrik Pengertian Pabrik menurut beberapa sumber antara lain : a. Pabrik adalah bangunan dengan perlengkapan mesin tempat membuat atau memproduksi barang tertentu dalam jumlah besar untuk diperdagangkan, contoh: pabrik sepatu, pabrik semen, dan lain-lain1. b. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat dimana faktor-faktor produksi seperti manusia, mesin, alat, material, energi, uang (modal/capital), informasi dan sumber daya alam (tanah, air, mineral, dan lain-lain) dikelola bersama-sama dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisien dan aman2. c. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian yaitu : “Pabrik/industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri” Dapat disimpulkan pengertian Pabrik dalam makalah ini yaitu bangunan dengan perlengkapan mesin tempat membuat atau memproduksi barang yang kegiatannya melibatkan manusia, uang, sumber daya alam dan menghasilkan suatu produk dengan 1 2
www.artikata.com/arti-343140-pabrik.html Dede Rukmaya dalam buku “Pengantar Teknik Industri”
9
bahan dasar limbah padat (sampah). Dalam hal ini bahan baku yang digunakan untuk pengolahan menjadi barang jadi yaitu sampah organik diolah menjadi pupuk granuler dan sampah plastik diolah menjadi bijih pellet. Pabrik adalah suatu tempat tempat di mana faktor-faktor produksi seperti manusia, uang, bahan, mesin, dan metoda dikelola dalam menghasilkan suatu tujuan yang menghasilkan produk. Dalam manjemen proyek terdapat suatu proses yang dapat menghasilkan suatu tujuan tersebut, yaitu : 1. Masukan/input manajemen, berupa jasa manusia (man), uang (money), bahan (material), peralatan (machine), dan metode (method) yang lazim disebut pula sebagai sumber manajemen dan disingkat dengan 5 M. 2. Proses manajemen disebut pula fungsi manajemen terdiri dari proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksana (actuating) dan pengendalian (controling). Lazim disebut : POAC 3. Luaran/output manajemen identik dengan tujuan atau sasaran manajemen. Artinya hasil/output manajemen mestinya sama dengan tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen. Secara tabel, analisa Input-Output adalah seperti tersebut dibawah ini :
Masukan/Input dalam Manajemen
Proses dalam Manajemen
1. Manusia (Man)
1. Perencanaan
2. Uang (Money)
2. Pengorganisasian
3. Bahan (Material)
3. Pelaksanaan
4. Mesin (Machine)
4. Pengendalian
5. Metoda (Method) 5M
POAC
Hasil/Output dalam Manajemen Tujuan / Hasil
Tujuan / produk
Tabel 2.1 Analisa input-output dalam 5 M Sumber : Buku Manajemen Konstruksi W. Subrata, 2008 Duarsa
10
Hal yang berkaitan dengan Pabrik dan 5 M tersebut yaitu serangkaian proses dalam 5 M terdapat output dalam suatu manajemen yang menghasilkan suatu tujuan tercapai yaitu berupa produk (objek) dalam hal ini produk yang dimaksud pupuk granuler dan bijih plastik.
2.1.2 Tinjauan Sampah Beberapa pengertian sampah menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut : 1. Sampah merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat.3 2. Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi sehingga diberlakukan sebagai barang buangan yaitu sampah dan limbah.4 3. Sampah merupakan limbah padat yang mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar, disamping juga mencemari lingkungan.5 4. Sampah didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi.6 Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sisa/pembuangan berupa limbah padat yang memiliki dua sifat yaitu organik dan anorganik. Sampah memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sekitar sehingga penanganannya pun membutuhkan usaha/upaya yang cukup besar.
Sampah dapat dikelompokan menjadi beberapa kriteria yang didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenisnya :7 A. Berdasarkan asalnya sampah dapat dibedakan, diantaranya :
Sa’id, Gumbira E,Sampah Masalah Kita Bersama, PT.Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta, 1987, hal 9 Widyatmoko dan Sintorini , Menghindari, Mengolah, dan Menyingkirkan Sampah, Abdi Tandur, Jakarta, 2002 5 Santoso, Hieronymus Budi. 1998. Pupuk Kompos. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 6 Priyanto, Dedy Eka. 2008. Semen dari Sampah, [diakses: 11 Maret 2009, pkl. 5.02 PM]. Web: http://www.benss.co.cc/lingkungan-hidup-sda/137-perkembangan-iptek-pada-pengolahan-sampah-dapat-membuatsampah-menjadi-semen-dan-energi-listrik. 7 Ibid 5 3 4
11
1. Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga ( termasuk sampah Asrama, Rumah Sakit, Hotel, dan Kantor ) 2. Sampah dari hasil kegiatan industri 3. Sampah dari hasil kegiatan pertanian ( termasuk hutan, kebun, perikanan dan peternakan ) 4. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan 5. Sampah dari kegiatan pembangunan 6. Sampah jalan raya B. Berdasarkan komposisinya 1. Sampah seragam, yaitu produksi sampah yang masih dalam satu golongan. Pada umumnya sampah ini dihasilkan oleh kegiatan industri dan kantor ( seperti kertas, karton, kertas karbon, yang dapat digolongkan ke dalam sampah seragam ) 2. Sampah tak seragam ( campuran ) misalnya sampah yang berasal dari pasar, dan tempat-tempat umum lainnya. C. Berdasarkan bentuknya Sampah berbentuk padat ( misalnya; kertas, plastik, besi, kayu ) Sampah berbentuk cair ( misalnya ; air bekas cucian, limbah industri ) Sampah berbentuk gas ( misalnya ; karbondioksida, ammonia, dan gas-gas lainnya ) D. Berdasarkan lokasinya 1. Sampah kota, yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar 2. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah luar perkotaan, seperti desa, permukiman, dan pantai. E. Berdasarkan proses terjadinya 1. Sampah alami, yaitu sampah yang terjadi karena proses alami, seperti rontoknya daun-daun pepohonan 2. Sampah non alami, yaitu sampah yang terjadi akibat kegiatan-kegiatan manusia. F. Berdasarkan sifatnya
Sampah An-organik : Yaitu sampah yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik, sampah ini tidak dapat diurai oleh mikroba. Terdiri dari kaleng, plastik, besi, logam, kaca,dll. Sampah anorganik dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
12
a. Barang lapuk Barang yang dapat di daur ulang kembali dalam keadaan bersih dan tidak rusak, mempunyai nilai ekonomis tinggi. Contoh : Logam, besi, kaleng, plastik, karet, dll. b. Bukan barang lapuk Sampah an-organik yang betul-betul rusak dan tidak dapat diperjualbelikan sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis. Contohnya : Styrofoam
Gambar 2.1 Sampah Plastik Sumber : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q =sampah%20organik%20nonorganik
Sampah Organik : sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik dan tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, bahan ini mudah di urai oleh mikroba. Terdiri dari daun-daunan, kayu, kertas, sisa makanan, sayur dll. Sampah organik terdiri dari 3 bagian yaitu : a. Sampah organik segar, seperti : sampah dapur, kebun, pasar dan restoran. b. Sampah organik kering seperti : kertas, kardus, dll. c. Sampah organik pilihan untuk daur ulang menjadi kompos dipilih sampah organik yang segar dan lunak tidak termasuk yang keras dan berbentuk basah seperti sisa sayuran, rempah-rempah & sisa buah.
Gambar 2.2 Sampah daun, sayur, dll. Sumber : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=s ampah%20organik%20nonorganik
13
Sampah Berbahaya : Sampah yang harus ditangani secara khusus untuk menetralisir akibat pencemaran. Sampah ini harus dipisahkan dari yang lainnya sehingga proses daur ulang lebih cepat dan menghasilkan produk yang bebas dari bahan berbahaya.
G. Berdasarkan jenisnya a. Sampah makanan b. Sampah kebun c. Sampah kertas d. Sampah plastik,karet dan kulit e. Sampah kain f. Sampah kayu g. Sampah logam h. Sampah gelas dan keramik i. Sampah berupa abu dan debu. Dari beberapa teori tentang tinjauan sampah yang disampaikan, dapat disimpulkan bahwa sampah yang mencakup konteks makalah ini yaitu sampah organik dan anorganik dalam proses pengolahannya menjadi pupuk granuler dan bijih plastik. Awalnya, sampah didapat dari berbagai sudut kota mencakup wilayah SARBAGITA dan sampah bersumber dari berbagai tempat sehingga sifat dan jenis sampah sangat beragam. Sebelum sampah masuk pada tempat ini, truk pengangkut sampah sudah terpilah antara organik dengan yang anorganik, hal tersebut agar tercapai kelancaran sirkulasi kegiatan atau aktifitas dan mempermudah
proses pengolahan
sampah dengan baik.
2.1.3 Sistem Pengumpulan Sampah Sistem pengumpulan sampah untuk daerah perkotaan biasanya menggunakan jasa Dump Truck (truk pengangkut sampah) yang nantinya sampah-sampah tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sistem pengumpulan dapat dilaksanakan dengan cara : a) Pola Individual (door to door)
Pengumpulan sampah dari rumah dengan alat angkut jarak pendek (misalnya : gerobak sampah) untuk diangkut ke stasiun transfer terdekat.
Pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan truk untuk dibawa ke TPA. 14
b) Pola Komunal
Pengumpulan sampah dari beberapa rumah yang dilakukan pada suatu titik pengumpul.
Pengumpulan sampah untuk beberapa lokasi pada satu titik pengumpulan. Pola komunal ini dirasakan sangat tepat untuk daerah permukiman yang berpenghasilan menengah kebawah atau pada daerah permukiman yang tidak teratur dimana kondisi jalannya tidak dapat dilalui oleh alat pengumpul sampah (truk atau gerobak sampah).
Perencanaan Operasional Pengumpulan Sampah : a. Ada 2 pendekatan pengumpulan sampah, yaitu perencanaan rute dan perencanaan blok operasi b. Ritasi antara 3 sampai 4 kali/rit/hari c. Prioritas pengambilan atau pengumpulan sampah 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari situasi dan kondisi dari :
Komposisi sampah (semakin besar prosentase komponen organiknya maka semakin kecil periodisasi pelayanan, contoh : untuk pasar bisa 0,5 sampai 1 hari sekali, tetapi untuk perkantoran bisa 3 hari sekali)
Kapasitas kerja
Desain Peralatan
Kualitas Pelayanan yang akan diberikan (misalnya jika pada satu hari ada petugas yang tidak bisa melaksanakan tugas maka disediakan petugas pengganti agar masyarakat dapat tetap terlayani dengan baik).
d. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap e. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara periodik f. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata sesuai dengan kriteria jumlah sampah yang terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerahnya.
15
2.1.4 Sistem Pengolahan Sampah Pengelolaan persampahan mempunyai beberapa tujuan yang sangat mendasar yang meliputi8 : 1. Meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat. 2. Melindungi sumber daya alam (Air). 3. Melindungi fasilitas sosial ekonomi. 4. Menunjang pembangunan sektor strategis Sistem pengolahan sampah yang umum dipergunakan meliputi Incinerator (insenerasi atau pembakaran sampah), Daur Ulang dan Komposting. Dalam pabrik ini yang meliputi proses tersebut adalah daur ulang sampah dan komposting. Berikut penjelasan mengenai kedua sistem pengolahan sampah tersebut. A. Daur ulang Daur ulang atau recycle, merupakan salah satu pengelolaan sampah secara terpadu (3R). Daur ulang merupakan pengolahan sampah dengan memanfaatkannya sebagai bahan baku suatu produk baru seperti: kaca, plastik, kertas koran, kaleng aluminium, oli bekas, dan baterae/aki. Daur ulang adalah proses pengumpulan, pemrosesan, pabrikasi ulang, dan pemanfaatan kembali barang bekas. Daur ulang akan mengurangi sampah tertimbun di tanah sehingga dapat mengurangi pencemaran dan dapat membantu konservasi bagi sumber daya alam. Bahan-bahan recycle :
Penggunaan langsung: kayu, drum, meubel, dsb
Bahan baku untuk remanufakturing: logam aluminium, besi, kertas, karton, gelas, plastik, karet, dsb. Setiap bahan memerlukan spesifikasi yang ditentukan pembeli, seperti: tingkat kemurnian, densitas, model pengemasan
Bahan baku untuk konversi biologis dan kimiawi: sampah organik untuk produksi kompos dan gas
Bahan bakar: recovery energi panas menjadi listrik melalui proses pembakaran, melalui konversi sampah menjadi minyak, gas, pelet dsb.
8
Dep. PU, 1994
16
Reklamasi lahan: sampah konstruksi bangunan, kompos
Recycle dapat dilakukan dengan :
pembuatan Kertas Daur Ulang
memilih produk yang dapat di-recycle dan recycle produk tersebut
memilih produk hasil recycle
mengomposkan sampah basah
Berikut adalah 3 R yang lain, yaitu Reduce dan Reuse : a. Reduce Pengurangan (reduce) timbulan sampah dari sumber sampah dengan memanfaatkan hanya bagian yang diperlukan saja dan memanfaatkan alternatif lain yang timbulan sampahnya lebih sedikit atau lebih mudah diolah, pada prinsipnya dengan pengaturan pola konsumtif. Reduce dapat dilakukan dengan cara :
mengurangi jumlah kemasan
mengurangi toksisitas sampah
b. Reuse Penggunaan ulang (reuse) dapat diartikan memperpanjang masa ’hidup’ suatu barang atau pemanfaatan kembali barang bekas dengan fungsi lain. Reuse dapat dilakukan dengan cara :
menjual atau menyumbangkan barang yang tidak terpakai
menggunakan produk yang bisa dipakai ulang
memperbaiki produk agar lama pemakaiannya
menggunakan kembali tas, botol dsb
meminjam, sewa, atau berbagi barang yang penggunaannya jarang
menjual atau sumbangkan barang yang tidak terpakai
Keuntungan pengelolaan sampah 3R :
Menghemat penggunaan sumber daya alam 17
Menghemat lahan TPA
Menghemat energi
Menciptakan lapangan kerja
Mengurangi biaya pengelolaan sampah
Meningkatkan kualitas lingkungan
Gambar 2.3 Penanganan Sampah Sumber : gtps.ampl.or.id, 2006
B. Komposting Komposting merupakan salah satu metode dalam pengolahan akhir sampah. Metode ini adalah proses biologi yang mendekomposisi sampah (terutama sampah organik yang basah) menjadi kompos karena adanya interaksi kompleks dari organisme yang terdapat secara alami. Faktor yang mempengaruhi proses komposting :
Kadar air
Suhu
pH (Kelembaban)
Rasio C/N
Ukuran Partikel
Blending and Seeding
Suplai Oksigen
Pengadukan
Kontrol Pathogen
18
A. Hasil Pengolahan Sampah dengan Metode Komposting9 1. Komposting Skala Rumah Tangga Perencanaan dan Pelaksanaan Komposting :
Lokasi, sebelum memulai proses komposting harus diperhatikan dimana akan meletakkan tumpukan kompos.
Konstruksi harus kuat dan terlindungi dari gangguan binatang serta memenuhi syarat kesehatan untuk lingkungan rumah.
Material yang dapat dikomposkan, adalah sampah organik basah yang berasal dari aktivitas dapur dan sampah kebun. Tetapi ada beberapa jenis material organik yang tidak baik dicampurkan pada proses komposting, seperti tulang, lemak, kotoran hewan seperti anjing atau kucing, potongan rumput atau potongan tanaman lain yang mengandung pestisida.
Gambar 2.4 Komposting Skala Rumah Tangga Sumber: PT. Wahana krida Konsulindo, 2011
2. Komposting Skala Komunal Pemilihan dan perencanaan lahan : -
Batasan lahan
-
Tata letak
9
PT. Wahana Krida Konsulindo.2011.Laporan Pendahuluan PS. Pupuk granuler dan Bijih plastik di TPA Regional Sarbagita Suwung, Denpasar.Denpasar:Departemen Pekerjaan Umum Cipta Karya.
19
-
Alokasi ruangan kegiatan pengomposan
-
Perhitungan kapasitas pengomposan
-
Penentuan jumlah pemasukan sampah
Model atau cara pengomposan: Penyusunan tumpukan a
b
T
Gambar 2.5 Skema Reaktor Komposting Skala Komunal Sumber : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&kompos/
Keterangan P (Panjang tumpukan kompos mentah)
=
2 m, atau tergantung lahan
L (Lebar tumpukan kompos mentah)
=
1,75 m
T (Tinggi tumpukan kompos mentah)
=
1,5 – 1,75 m
a (Jarak kerja antar tumpukan)
=
1,5 m
b (Jarak sirkulasi)
=
1m
Gambar 2.6 Komposting Skala Komunal Sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j &q=kompos/
20
C. Langkah-langkah Pengendalian Mutu Kompos Tahapan produksi Pemilahan
Langkah pengendalian -
Penumpukan
Pengendalian suhu dan kelembaban
-
Pematangan
Penyaringan
-
Pengemasan dan penyimpanan
-
Dilakukan secara manual dan teliti Pekerja terlatih mengenali bahan Pembuangan residu teratur Ukuran tumpukan ideal agar tercapai suhu optimum Pengawasan bahan saat penyusunan tumpukan untuk menjamin campuran optimum (C : N) Membalik dan menyiram sampah untuk memperoleh kondisi optimum, yaitu: Suhu tinggi (maksimal 65ºC) selama 10 hari untuk memusnahkan penyakit Pengendalian suhu dan penyediaan oksigen Mutu air harus baik Merupakan proses stabilisasi Seluruh kegiatan mikroorganisme yang dapat membahayakan tanaman selesai ditahap ini Tanpa mesin penggiling agar bahan berbahaya tidak hancur dan tercampur dalam kompos Seleksi manual pada waktu penyaringan Kemasan kedap air dan udara, untuk mencegah pencemaran bahan berbahaya dan benih gulma Mutu kompos terpelihara
Tabel 2.2 Langkah-langkah pengendalian mutu kompos Sumber : PT. Wahana Krida Konsulindo, 2011
2.1.5 Tinjauan Metode dan Produksi Pupuk Granuler Yang dimaksud dengan Pupuk Organik Granuler (POG) adalah pupuk kompos yang diolah lebih lanjut menjadi butiran-butiran (granul) agar didalam pengaplikasiannya lebih mudah dan praktis. Namun didalam pembuatannya dibutuhkan energi yang lebih tinggi. Keuntungan dari pupuk ini adalah dapat diperkaya (enriched) dengan zat-zat aditif dan mikroba fungsional. Dan pembuatannya mendapatkan subsidi dari pemerintah.
21
Proses pembuatannya dapat digambarkan melalui skema berikut ini :
Diagram 2.1 Skema proses pembuatan pupuk granul Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah, 2005
Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SR. 130/5/2009 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah tanah, dikenal istilah Pupuk Organik Granul. Pupuk tersebut didefinisikan sebagai pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. a. Persiapan Bahan Baku Persiapan bahan baku dilakukan sendiri-sendiri. Jadi jika bahan baku terdiri dari bahan organik yaitu : pupuk kandang, kompos dan gambut, serta bahan tambahan yaitu fosfat alam, dolomit dan kaptan. Proses ini terbagi menjadi tiga bagian. Bahan untuk membuat pupuk organik granul harus dalam bentuk tepung. Sebagian bahan baku bisa
22
diperoleh atau dibeli dalam bentuk tepung, seperti: kaptan, zeolit, dolomit, atau fosfat alam maupun abu sekam. Sebagian bahan kemungkinan diperoleh dalam bentuk bongkahan ukuran yang besar. Bahan-bahan ini harus diolah terlebih dahulu hingga berbentuk tepung.
Gambar 2.7 Kompos Jerami Sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=sam pah%20organik%20nonorganik
Gambar 2.8 Pupuk Kandang Sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct= j&q=sampah%20organik%20nonorg Proses persiapan bahan baku terdiri dari tiga tahap, yaitu: anik
1. Pengeringan 2. Penghalusan 3. Pengayakan 1. Pengeringan Alat dengan panjang 2 m, lebar 65 cm, dan tinggi 40 cm. Proses pengeringan dengan suhu 100-200º C. Proses pertama adalah pengeringan bahan. Bahan baku, kompos misalnya, dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan bisa dilakukan dengan cara dijemur atau dengan menggunakan mesin pengering. Pengering dilakukan hingga kadar air kurang dari antara 10-15% atau sampai kompos bisa ditepungkan.
Gambar 2.9 Mesin pengering sederhana sumber:http://www.isroimesin.wordpress.com, 2011
23
2. Penghalusan Alat ini dengan ukuran panjang 1 m, lebar 0,9, dan tinggi 1,6 m. Penghalusan bisa dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin. Penghalusan secara manual misalnya dengan cara ditumbuk. Penghalusan dengan mesin menggunakan mesin cacah khusus. Penggunaan mesin menghasilkan kompos yang lebih halus dengan kapasitas yang lebih besar daripada cara manual.
Gambar 2.10 Mesin penghalus sumber: http://www.isroimesin.wordpress.com, 2011
3. Pengayakan Alat pengayakan ini dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 2 m, dan tinggi 1,7 m. Untuk mendapatkan ukuran tepung yang seragam, kompos yang telah dihaluskan diayak. Pengayakan menggunakan ayakan (screen) halus. Pengayakan bisa dilakukan secara manual atau menggunakan mesin ayak, yang perlu diperhatikan adalah mesin ayakan harus tertutup atau dilengkapi dengan penyedot debu, karena tepung bisa terbang ke mana-mana. Bahan yang tidak lolos ayakan dikembalikan ke mesin penghalus/pencacah untuk dihaluskan kembali. Jika bahan perlu bahan tersebut dikeringkan lagi agar mudah ditepungkan. Bahan-bahan yang sudah tidak bisa dihaluskan bisa dijadikan pupuk organik curah. Jadi tidak ada bahan yang terbuang.
Gambar 2.12 alat pengayak sumber: http://www.isroimesin.wordpress.com, 2011
24
b. Granulasi 1. Pencampuran Alat mixer ini dengan diameter 2 m dan tinggi 70 cm. Semua bahan sesuai dengan resepnya dicampur menjadi satu. Pencampuran harus dilakukan baik agar semua bahan tercampur merata. Dalam skala kecil pencampuran dapat dilakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia dan sekop. Dalam skala besar pencampuran dilakukan dengan menggunakan mixer (mesin pencampur). Apabila perekatnya berbentuk tepung, penambahan perekat dilakukan pada proses ini.
Gambar 2.12 Mixer (mesin pencampur) sumber: http://www.isroimesin.wordpress.com, 2011
2. Pembuatan Granul Pan Granulator memiliki dimensi panjang 1,2 m, lebar 45 cm, dan tinggi 1,7 m. Semua bahan yang telah tercampur selanjutnya dibuat granul dengan menggunakan Pan Granulator. Perekat (jika dalam bentuk cair) ditambahkan secara perlahan-lahan hingga terbentuk granul.
Gambar 2.13 Pan Granulator Sumber: http://www.isroimesin.wordpress.com, 2011
25
3. Pengeringan Granul yang baru keluar dari Pan Granulator biasanya masih basah. Granul ini perlu dikeringkan hingga kadar air kurang lebih 10-15%. Pengeringan granul bisa dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Proses pengeringan ini dengan suhu 100-200º C. Apabila pada tahap pengeringan dilakukan pada suhu < 100º C, penambahan mikroba dapat dilakukan pada tahap ini sehingga tahap pengayaan setelah proses pengeringan dapat ditiadakan. Hal tersebut juga akan menghemat biaya produksi pupuk granul.
Gambar 2.14 Mesin Pengering Sumber: http://www.isroimesin.wordpress.com, 2011
c. Pengemasan 1. Pengayakan Meskipun dilakukan dengan sebaik-baiknya, umumnya granul tidak benar-benar seragam. Ukuran granul bervariasi dari yang terkecil hingga besar. Ukuran granul yang biasa diinginkan antara 3 – 5 mm. Memisahkan ukuran granul dilakukan dengan cara pengayakan. Granul yang berukuran kecil digunakan kembali dalam proses granulasi, sedangkan granul yang berukuran besar dihaluskan dan digunakan sebagai bahan baku kembali. Granul yang reject atau pecah-pecah juga dapat dijual sebagai pupuk organik curah. Jadi tidak ada bahan yang dibuang. 2. Pengemasan Granul yang berukuran seragam selanjutnya dimasukkan ke dalam karung atau kantung plastik dan kemudian ditimbang. Ukuran kemasan bermacam-macam tergantung kebutuhan konsumen. Ukuran yang biasa digunakan antara lain 5 kg, 25 kg, atau 30 kg.
26
Kemasan disablon/dicetak dengan merek, nama produsen, komposisi, kandungan hara, cara pemakaian, dosis, masa kadaluwarsa, dan informasi lain yang diperlukan. 2.1.6 Tinjauan Metode dan Produksi Bijih Plastik Cara pembuatan Bijih Plastik:
Diagram 2.2 Skema sirkulasi pembuatan bijih plastik sumber: teruna.blog.usu.ac.id, 2009
Produsen kemasan plastik di dalam negeri yang tergabung dalam Gabungan Industri Aneka Tenun Plastik Indonesia (GIATPI) memiliki perintah dari RPP (Rencana Peraturan Pemerintah) tentang Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 pasal 14, 15, dan 16 tentang pengelolaan sampah. Seperti pada pasal 14 disebutkan, seluruh produsen berkemasan plastik (consumer good, makanan & minuman, peralatan rumah tangga, karung, kemasan, susu dan berbagai produk lainnya) diwajibkan untuk mengelola sampah produknya. Kemudian pasal selanjutnya, apabila tidak mampu, maka akan ditunjuk Badan Pengelola yang mendapat sertifikasi dari Kemenneg Lingkungan Hidup 27
untuk selanjutnya mengelola sampah tersebut. Dari Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 pasal 15 tersebut pabrik pengolahan sampah plastik yang akan menerima bahan baku tersebut untuk diubah menjadi bijih plastik. Proses daur ulang plastik menjadi bijih plastik dan digunakan kembali sebagai barang rumah tangga. 1.Produksi barang baru; 2. Pemilahan sampah plastik; 3. Pembersihan dan pengepakan; 4. Pencacahan; 5. Peleburan (pembuatan pellet/granula); 6. Pellet/granula dari bijih plastik. A. Proses Pembuatan Plastik Sampah plastik adalah bahan buangan yang terbuat dari plastik yang sudah tidak terpakai dan tidak bermanfaat lagi bagi kehidupan manusia. Sampah plastik dapat menjadi berguna kembali setelah sampah plastik dapat menjadi berguna kembali setelah didaur ulang. B. Daur Ulang Plastik Daur ulang plastik adalah melakukan proses dasar daur ulang untuk mengolah sampah plastik menjadi pellet atau bijih plastik yang merupakan bahan dasar pembentuk plastik menurut produk yang diinginkan. Dalam proses ini, jenis bahan baku yang digunakan menentukan jenis bijih plastik yang dihasilkan.
Gambar 2.15 Mesin pembentuk pellet Sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&rc
28
C. Bahan Baku Daur Ulang Bahan baku daur ulang dengan kualitas satu merupakan plastik yang belum pernah didaur ulang sebelumnya atau hanya pernah sekali saja didaur ulang. D. Jenis Bahan Baku Berdasarkan warna dan struktur kimia plastik: 1.
LPDE neutral (kantong dan lembaran plastik berwarna putih maupun transparan).
2.
LPDE black (kantong dan lembaran plastik berwarna hitam maupun sedikit campuran warna yang lain)
E. Produk Produk yang dihasilkan melalui proses daur ulang berupa pellet atau bijih plastik dengan ukuran 4-6 mm.
Gambar 2.16 Pellet Atau Bijih Plastik Dengan Ukuran 4-6 mm sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&rc
F. Tahapan Proses Tahapan proses daur ulang digolongkan menjadi 2 bagian besar, yaitu: •
Bagian proses sortir bahan baku yang menggunakan tenaga manusia.
•
Bagian proses yang menggunakan mesin. G. Produksi Bijih Plastik
1. Sortir Merupakan proses pemisahan yang pertama kali dilakukan. Pada proses ini dilakukan pekerjaan untuk memisahkan bahan baku yang datang dan membuang material/ benda asing yang tidak diharapakan masuk ke dalam proses. 29
2. Pemotongan Proses ini dilakukan untuk mengurangi ukuran material dan mempermudah
proses
selanjutnya, dengan cara memotong atau merajang plastik dalam bentuk asalnya (kantong atau lembaran plastik). 3. Pembersihan Tujuannya yaitu agar tidak menggangu proses penggilingan. Terdiri dari 2 tahap, yaitu: 1) Prewashing Untuk memisahkan material-material asing terutama agar tidak ikut dalam proses selanjutnya. Menggunakan media cair sebagai sarana untuk mencuci material dan membawa material asing keluar dari proses. 2) Pencucian Tahap 2 Menggunakan mesin friction water. Materi dicuci kembali oleh ulir menanjak yang berputar pada putaran tinggi sehinggga hasil dari friksi dapat melepaskan material asing yang masih terdapat pada bahan. Masih menggunakan media air untuk membawa material asing keluar dari proses. 4. Pengeringan • Secara mekanik yaitu dengan memeras material dengan gerakan memutar sehingga air dapat keluar • Dengan menguapkan air pada suhu tertentu agar bahan benar-benar terbebas dari suhu yang melekat 5. Pemanasan • Material yang telah bersih dari pengotor dilelehkan dengan proses pemanasan material pada suhu 2000oC. • Suhu panas dihasilkan oleh heater. • Selanjutnya lelehan dialirkan untuk menuju proses penyaringan 6. Penyaringan • Dilakukan dengan lembaran besi yang dilubangi sebesar kira-kira 4 mm di seluruh permukaannya. • Diharapkan lelehan plastik akan melewati saringan ini untuk menghasilkan lelehan plastik berbentuk silinder panjang yang nantinya akan dipotong-potong 30
7. Pendinginan Setelan berbentuk silinder, material dilewatkan pada air dingin sebagai media pendingin. 8. Pencetakan / Penggilingan Pencetakan bijih plastik dilakukan dengan membentuk lelehan plastik menjadi berbentuk mie dengan diameter 4 mm. 9. Pembungkusan dan Pemeriksaan • Dilakukan pembungkusan terhadap material kering dalam karung plastik • Pemeriksaan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan baik.
2.1.7 Persyaratan Pabrik Pengolahan Sampah Pabrik pengolahan sampah sebagai tempat produksi, dan pengolahan memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk kelancaran kegiatan yang ada di dalamnya. A. Fasilitas dan Peralatan pada Bangunan 1. Fasilitas Bangunan Adalah fasilitas-fasilitas berupa ruang untuk menampung kegiatan produksi. Adapun fasilitas tersebut dibedakan atas :10 2.
Fasilitas untuk aktifitas produksi
a. Ruang kegiatan perencanaan dan pengembangan industri b. Ruang kegiatan pelaksanaan industri c. Ruang pengawasan kegiatan industri d. Ruang servis 3.
Fasilitas untuk aktifitas non produksi
a. Ruang untuk aktifitas pembelian, penjualan, administrasi dan keuangan b. Ruang pemimpin c. Ruang istirahat, ruang serbaguna, dapur/kantin d.
Ruang tamu, receptionist, hall, toilet, dan ruang – ruang lain yang dapat menampung aktifitas umum
e. Ruang kesehatan
10
Anshori, Muslich, Manajemen Produksi dan Operasi, Konsep dan Kerangka Dasar, hal 107
31
4.
Fasilitas untuk sirkulasi orang11
a. Ruang gerak untuk penanganan mesin, diperlukan ruang gerak 100-300% b. Ruang gerak untuk sirkulasi pengawas ± 20 % c. Ruang gerak untuk sirkulasi umum ± 15- 20 % 5.
Fasilitas untuk sirkulasi barang dan peralatan
a. Kelancaran dan kecepatan produksi b. Efisiensi terhadap ruang-ruang yang digunakan 6. Mesin dan Peralatan Peralatan utama dalam suatu tempat pengolahan adalah mesin. Pondasi mesin harus kuat serta dapat meredam getaran dan suara. Peralatan dalam pengolahan sampah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu peralatan utama dan peralatan penunjang. a.
Peralatan Utama Yang disebut sebagai peralatan utama adalah peralatan pokok atau utama yang diperlukan didalam proses pengolahan sampah yaitu :
Alat pengangkut Gerobak sampah , Truk sampah, troli pengangkut barang, keranjang sampah, dll.
Alat produksi/ alat pengolah sampah Incenerator, Alat pencacah, mesin penggiling, komposter. dll.
b.
Peralatan Penunjang Adalah alat yang sifatnya hanya membantu di dalam proses produksi yaitu seperti
sekop, sarung tangan pengaman, masker, dll. B. Persyaratan Bangunan Adapun persyaratan untuk bangunan pabrik adalah :12 1. Bentuk Bangunan Bentuk bangunan biasanya persegi hal ini didasarkan atas :
11
Djunaedi, Achmad, Pabrik Pengalengan Ikan, Thesis teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1977, hal 40 12 Time Savers Standart for Building Type
32
Sering terjadi perubahan dalam desain produk Sering terjadi pengembangan dalam proses pelaksanaan Sering diadakan penataan ulang Lay Out Keterbatasan material bangunan/penghematan material Bentuk bangunan selain persegi didasarkan atas : Terbatasnya lahan Menyesuaikan dengan bentuk peralatan Adanya perbedaan bentuk bangunan antara bangunan produksi dan non produksi. 2. Jendela Berikut adalah beberapa persyaratan yang harus diperhatikan di dalam perletakan jendela. Arah datangnya cahaya Sudut jatuh cahaya pada ruangan Pengaruh panas sinar matahari terhadap civitas, peralatan dan material Pengaruh aliran angin terhadap civitas, alat, dan material Kemungkinan pembersihan dan perbaikan. 3. Lantai Perencanaan lantai pada sebuah pusat pengolahan yang kegiatan utamanya menggunakan mesin-mesin berat dan bising, harus diperhatikan dengan baik. Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah : Lantai harus datar Kuat untuk dilewati oleh mesin dan peralatan Di buat dari material yang tidak mahal, tetapi efektif untuk fungsinya Pemasangan yang mudah Dapat dipakai sesegera mungkin (apabila adanya perbaikan) Tahan terhadap getaran dan panas Tidak licin dalam kondisi apapun Tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur, kelembaban, dan bahan-bahan lain dalam proses produksi. Tetap memiliki kesan estetis, misalnya penataan tekstur dan warna 33
Bersih dan tidak berbau Mudah dibersihkan Bukan penghantar listrik 4. Dinding dan Kolom Bangunan tempat pengolahan atau seperti pabrik-pabrik, menggunakan struktur dari baja ataupun beton bertulang sebagai pemikul beban. Sedangkan dinding hanya berfungsi sebagai pembatas kegiatan saja. Sebaiknya dinding dibuat tidak permanen, untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam kegiatan, serta untuk kelancaran sirkulasi kegiatan. 5. Atap dan Langit-langit Perencanaan ketinggian atap dan langit-langit mempengaruhi kegiatan yang ada di dalam bangunan. Karena biasanya langit-langit digunakan sebagai penggantung dari pipa-pipa, kabel dan benda-benda lain yang diperlukan dalam proses kegiatan Beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain : a.
Cahaya alami
b.
Konduksi panas
c.
Perbandingan volume ruang dengan civitas
d.
Kemungkinan akumulasi debu.
e. Persyaratan Utilitas Persyaratan utilitas pada Pusat Pengolahan Sampah di Denpasar ini adalah :13 1. Persyaratan Utilitas Site D. Pemisahan sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan untuk keamanan E. Tersedianya jaringan sirkulasi untuk sanitasi F. Tersedianya Hydrant G. Adanya akses yang berbeda antara kegiatan produksi dan pengelolaan di kantor. 2. Persyaratan Utilitas Bangunan14 Penerangan
13 14
Time Savers Standart for Building Type Mangunwijaya, Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan, Gramedia, Jakrta, 1980
34
Ada dua yaitu alami dan buatan. Namun diusahakan memaksimalkan penggunaan penerangan alami, untuk menghemat tenaga. Penggunaan penerangan buatan ( lampu ) harus dipilih dari jenis yang aman, lampu yang terlindung, sehingga tidak pecah, cahaya yang terang, namun tidak menyilaukan dan panas. Penghawaan Penghawaan pada ruang-ruang produksi dan kantor, membutuhkan suhu udara 21-28 o C , dengan kelembaban udara 40-70 %, untuk mencapai kenyamanan yang optimum. Ventilasi harus cukup bisa meminimalkan bau dan uap berbahaya dalam ruang prosesing dan pengisian serta semua lubang sistem udara harus bebas dari debu dan kotoran. Pencegahan Bahaya Kebakaran Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a.
Pemilihan struktur bahan bangunan
b.
Penempatan pintu-pintu, jumlahnya, serta besar bukaanya untuk mengantisipasi kebakaran
c.
Penyediaan alat-alat pemadam kebakaran
d.
Penempatan tangga darurat
H. Persyaratan utilitas lainnya a. Penanganan limbah cair seperti leachet dari sampah melalui bak penampungan yang diproses secara biologis, sehingga limbah yang dihasilkan memenuhi standar BOD ( Biological Oxygen Demand ) atau kebutuhan
oksigen kimia untuk reaksi oksidasi
terhadap bahan buangan dalam air b. Peralatan sanitasi untuk wc dan kamar mandi, pengolahan air buangannya di tampung dalam bak penampungan untuk diolah kembali
35
2.2 Kajian Terhadap Proyek Sejenis 2.2.1 Fasilitas TPA Temesi Gianyar Teknologi yang dipilih untuk Proyek Sampah di Gianyar ini merupakan solusi teknologi yang rendah desentralisasi dengan investasi dan biaya operasi yang rendah. Tujuan proyek adalah untuk menciptakan sebuah model yang dapat diikuti seluruh Indonesia atau bahkan Asia Tenggara untuk memecahkan masalah sampah. Terutama jika diikuti pada tempat pembuangan sampah yang ada, pendekatan ini dapat menghilangkan masalah yang melekat dan bahaya dari tempat pembuangan sampah yang ada dan karena itu akan disambut baik oleh penduduk sekitar. Kompos organik pada proses aerobik pada skala ini adalah teknologi baru untuk Indonesia. Kebijakan dari proyek ini adalah untuk sumber semua peralatan lokal, yang memerlukan transfer teknologi untuk solusi yang belum diimplementasikan di tempat lain di Indonesia. Peralatan diproduksi secara lokal mengurangi biaya dan masalah yang terkait dengan impor barang. Selanjutnya, peralatan yang diproduksi secara lokal memungkinkan modifikasi dan perbaikan secara mudah. Transfer teknologi dilaksanakan dengan mesin lokal manufaktur dan desain baru serta perbaikan dalam bahan desain dan konstruksi desain yang sudah tersedia.
Gambar 2.17 Fasilitas Edukasi Dokumentasi : Mariastuty,2011
Gambar 2.18 Bamboo House Dokumentasi : Mariastuty,2011
Gambar 2.19 Tempat pengolahan sampah Dokumentasi : Mariastuty,2011
Gambar 2.20 Tempat Komposting Dokumentasi : Mariastuty,2011
36
TPA Temesi Gianyar dengan total luas lahan 4760 m2 ini tidak hanya menyediakan tempat pengolahan berupa pupuk kompos tetapi juga menyediakan fasilitas edukasi berupa taman baca, tempat berkumpul, dan lain-lain. Jadi, disana tidak hanya mendapatkan proses dari hasil produksi yang diperoleh dari TPA Temesi tetapi juga mendapatkan pengetahuan tentang cara pengolahan, manfaat, pengaruh terhadap lingkungan sekitar, sebagai tempat kunjungan untuk berwisata, dan lain-lain. Berikut denah dan sirkulasi pengolahan komposting di TPA Temesi Gianyar. Kantor Pemasaran Komposting
Alternative Energy
Tempat Penelitian
Edukasi Lingkungan Alternative Composting Bamboo House
Side Entrance
Entrance
Keterangan : Sirkulasi Pengelola Sirkulasi Pengunjung Zona pengelola Zona pengunjung
Tempat pemilahan manual
Area Distribusi
Diagram 2.3 Denah TPA Temesi Gianyar Sumber : Ibu Christin, Supervisor TPA Temesi Gianyar, 2011
Area Penumpukan Sampah
Area Pengolahan
Area Pengemasan
Keterangan : Sirkulasi bahan baku (sampah organik) menjadi pupuk kompos :
Side entrance Diagram 2.4 Sirkulasi ruang komposting TPA Temesi Gianyar Sumber : Ibu Christin, Supervisor TPA Temesi Gianyar, 2011
37
1. Area Distribusi Area distribusi yaitu tempat pertaman kali sampah dikirim dari truk pengantar sampah dan pemulung yang memberikan hasil sampah yang didapat. Biasanya sampah yang dikirim atas kerjasama, salah satu kerjasamanya yaitu dengan Maya Ubud Resort, Ubud.
Gambar 2.21 Area distribusi Dokumentasi : Mariastuty, 2011
2. Tempat pemilahan manual Tempat pemilahan ini tidak dilakukan dengan bantuan alat/mesin melainkan dengan cara manual. Pemilahan ini dilakukan oleh pemulung. Pemulung yang datang dijadikan sebagai pekerja untuk memilah sampah antara organik dan non organik. Setelah hasil organic didapat siap untuk diolah dan sisanya yang anorganik dibawa pulang oleh pemulung tersebut dan menjualnya ditempat yang menerima bahan-bahan anorganik.
Gambar 2.22 Tempat pemilahan manual Dokumentasi : Mariastuty, 2011
38
3. Area Penumpukan Sampah Area penumpukan sampah didiamkan selama tiga hari dan setelah itu baru dapat diolah di area pengolahan. Area penumpukan sampah ini agar bakteri-bakteri yang bekerja dalam sampah lebih tumbuh banyak dan lebih efektif dengan begitu proses pengolahan akan semakin cepat. Selama tiga hari penumpukan berlangsung, dibawah sampah terdapat pipa yang menerima hasil cairan yang keluar dari sampah (leachet) dan pipa tersebut mengalirkan menuju ke catu daya agar dapat menghasilkan aliran listrik. Sehingga segala manfaatnya akan berguna dan tidak ada yang terbuang sia-sia.
Gambar 2.23 Area penumpukan sampah Dokumentasi : Mariastuty, 2011
4. Area Pengolahan Setelah ditumpuk selama tiga hari sampah baru bisa diolah. Pengolahan dengan bantuan mesin conveyor, sambil diaduk sampah-sampah disiram dengan air agar bakteri tetap bekerja, karena bakteri terus bekerja agar sampah menghasilkan bahan baku dasar kompos jika bakteri tersebut bekerja dalam kelembabapan/ph normal.
Gambar 2.24 Area pengolahan Dokumentasi : Mariastuty, 2011
39
5. Area Pembungkusan Area pembungkusan pupuk kompos hasilnya berupa karung atau keranjang yang terbungkus. Setiap harinya dapat menghasilkan 15 ton. Area pembungkusan ini adalah hasil akhir untuk siap didistribusikan kepada konsumen.
Gambar 2.25 Area pembungkusan Dokumentasi : Mariastuty, 2011
6. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini biasanya dilakukan seminggu sekali berupa ruang laboratorium agar kualitas pupuk kompos tetap terjaga dengan baik.
Gambar 2.26 Laboratorium Dokumentasi : Mariastuty, 2011
2.2.2 Greenstar Recycling Centre, UK Greenstar merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang lingkungan khususnya dalam penanganan sampah anorganik dengan sistem daur ulang. Tujuan dibentuknya perusahaan ini adalah mengelola sampah dengan memaksimalkan daur ulang sampah serta mengurangi timbunan sampah yang dibuang ke lahan penampungan.
40
Gambar 2.27 Perusahaan Greenstar Recycling sumber : www.greenstarrecycling.com, 2006
A. Pelayanan Perusahaan ini melayani pengolahan sampah anorganik dengan daur ulang, pengolahan limbah cair dan juga pengolahan limbah beracun. Sampah anorganik yang didaur ulang berupa kertas, cardboard, plastik (botol plastik, wadah plastik, plastik pembungkus), logam (segala tipe sampah aluminium dan baja), dan kaca. Sistem perusahaan ini adalah mendirikan beberapa fasilitas pendaurulangan sampah di beberapa tempat di Inggris, lokasi tersebut tersebar di bagian-bagian teritori Inggris, seperti Lancashire, Yorkshire, Teeside, Lincolnshire, ada di kota London, perusahaan ini ada yang berlokasi di London bagian utara (di pinggir kota London). Setiap lokasi memiliki fasilitas pendaurulangan yang berbeda sesuai dengan jenis sampah yang dihasilkan di tempat tersebut. Misalnya, suatu daerah banyak menghasilkan limbah besi daripada limbah kertas, maka fasilitas untuk pendaurulangan besi disediakan lebih banyak di tempat tersebut daripada fasilitas pendaurulangan kertas. Oleh karena itu, sebelum fasilitas recycling centre didirikan di suatu lokasi diadakan survey lokasi terlebih dahulu. Bahan baku sampah didapatkan dari masyarakat lokal yang memberikan sampah mereka kepada perusahaan Greenstar, kemudian mereka mendapatkan kompensasi dari perusahaan sesuai dengan jumlah sampah yang mereka berikan. Sampah tersebut kemudian diproses secara daur ulang oleh perusahaan. Hasil dari daur ulang tersebut akan dipasarkan kepada perusahaan industry baik di Inggris, Eropa, bahkan internasional.
41
Perusahaan Greenstar memiliki beberapa cabang perusahaan yang tersebar di Inggris, antara lain : 1. Darwen : Perusahaan ini melayani pemilahan dan proses daur ulang limbah plastik, kaca, logam, dan kertas. 2. Redcar : Perusahaan ini memiliki teknologi daur ulang plastik yang paling maju di Eropa, yang mana perusahaan ini melayani pemilahan, pembersihan, dan pemrosesan segala jenis limbah plastik, dan hasil proses tersebut dipasarkan di Inggris, Eropa, serta pasar internasional. 3. Scegness : Perusahaan ini melayani pendaurulangan kertas, plastik, baja, alumunium 4. Dunstable : Perusahaan ini melayani pengelolaan sampah dari bangunan komersil dan industri, seperti kertas, kaca, kartu, serat kayu, plastik, baja, dan alumunium 5. Atlas : Perusahaan ini melayani pendaurulangan kertas, plastik, cardboard, besi, kaca, tekstil, dan lain-lain
B. Skala Pelayanan Perusahaan ini melayani pengelolaan sampah dan limbah dengan skala pelayanan nasional. Dapat dilihat dengan cabang-cabang perusahaan yang didirikan di setiap teritori Inggris.
C. Hasil Hasil daur ulang yang terkenal dari perusahaan ini berupa bijih plastik dari olahan plastik HDPE yang biasanya dipasarkan hingga pasar Internasional. Bijih Plastik dari perusahaan Greenstar biasanya diolah menjadi wadah kemasan susu. Sebagian besar hasil daur ulang dari perusahaan Greenstar adalah berupa material atau barang-barang yang menjadi bahan baku untuk industri.
D. Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang terdiri dari fasilitas ruang dan sirkulasi ruang pengolahan sampah yang terdapat pada pusat daur ulang di perusahaan Greenstar di Darwen. Berikut sirkulasi dan penjelasan dari masing-masing fasilitas yang memenuhi :
42
Ruang Penerima Bahan Baku
Ruang Pemilahan Manual
Area Distribusi
Ruang Pemrosesan Limbah Kertas
Keterangan : Sirkulasi bahan baku (sampah) :
1. Ruang Penerima Bahan Baku
Ruang Pemrosesan Limbah Plastik Diagram 2.5 Sirkulasi ruang Greenstar recycling centre, UK Sumber : www.greenstarrecycling.com, 2006
Sampah diterima di gudang ini untuk dipilah dan diproses, gudang ini memiliki luas sebesar lapangan sepak bola, dan peralatan di tempat ini dapat menyelesaikan daur ulang sebesar 400 ton per/hari.
Gambar 2.28 Ruang penerima bahan baku sumber : www.greenstarrecycling.com, 2006
2. Ruang Pemilahan Manual Dilakukan pemilahan secara manual untuk memisahkan plastik dengan barang-barang lain yang dapat merusak mesin seperti pakaian, kaos kaki, dan lain-lain. Apabila benda-benda tersebut tercampur ke dalam mesin akan membuat mesin tidak dapat digunakan lagi.
43
Gambar 2.29 Ruang pemilahan sumber : www.greenstarrecycling.com, 2006
3. Area Distribusi Hasil pilahan tersebut ditransportasi ke atas oleh mesin conveyor yang ada di ruangan ini untuk dipisahkan antara material berat seperti kaca dan kaleng, dengan material ringan seperti plastik dan kertas.
Gambar 2.30 Area distribusi sumber : www.greenstarrecycling.com, 2006
4. Ruang Pemrosesan Limbah Kertas Di ruang ini kertas Koran dipisahkan dari sampah cardboard untuk kemudian diletakkan di suatu tempat, kemudian kertas Koran akan dipilah kembali dan dipotong-potong secara manual. 5. Ruang Pemrosesan Limbah Plastik Pada ruang ini, plastik kembali disortir untuk menghilangkan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang. Kemudian dilakukan pemisahan plastik berdasarkan jenisnya menggunakan sinar laser Plastik kemudian didistribusikan ke dalam alat yang disebut bailer, yaitu sampah palstik tersebut akan dipadatkan dan siap diproses menjadi plastik baru. 44
Gambar 2.31 Area pemrosesan sumber : www.greenstarrecycling.com, 2006
2.2.3 TPST Desa Banyupoh, Buleleng Pada tahun 2009 Pemkab Buleleng bekerjasama dengan Pusat Teknologi Lingkungan membangun Pilot Plant Pabrik POG (pupuk Organik Granul) di Buleleng. Pilot Plant terletak di lahan bekas TPA di Jagaraga, sekitar 10 kilometer dari Kota Singaraja. Luas bangunan plant tersebut sekitar 300 m2, terletak di atas lahan seluas 1000 m2. Peralatan-peralatan yang tersedia, pengadaannya melalui anggaran APBD dan bantuan Kementerian PU. Peralatan-peralatan tersebut diantaranya :
conveyor pemilahan,
mesin pencacah sampah,
mesin rotary screen,
satu unit pan granulator bertenaga diesel (anggaran dari Kementerian Ristek)
45
Gambar 2.32 TPST Buleleng sumber : www.atanitokyo.blogspot.com, 2009
Bahan baku POG berasal dari kompos yang berbahan baku sampah kota. Sampah kota tersebut diseleksi di TPA Bengkala yang kemudian diangkut ke Jagaraga. Di Pilot Plant POG, sampah organik yang telah terpilah dikomposkan dengan menggunakan sistem windrow. Rangkaian proses komposting yang dilakukan adalah:
Area sortir (pemilahan bahan)
Area Penyaringan dan pembungkusan
Area pencacahan
Pemindahan bahan
Area Pembuatan tumpukan
Area penyiraman (untuk mengendalikan kelembaban)
Diagram 2.6 proses komposting sumber : www.atanitokyo.blogspot.com, 2009
Pemanenan dilakukan setelah proses berlangsung selama 6 (enam) minggu. Dengan proses tersebut, input sampah organik yang dibutuhkan sebanyak 30 m3 perminggu dengan output atau produk kompos sebanyak 7,5 m3 atau 3,75 ton perminggu. Setelah diperoleh kompos matang maka proses selanjutnya adalah proses pembuatan POG. Kompos matang diayak dengan ayakan halus berukuran 3 mm. Kompos halus ini
46
kemudian dimasukkan ke pan granulator yang telah diatur sudut kemiringannya sebesar 45o dan kecepatan putar 16-20 putaran permenit. Untuk memproduksi POG yang sudah berbentuk butiran bagus, dibutuhkan waktu 10 (sepuluh) dengan hasil 30 kg POG. 2.3 Spesifikasi Umum Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik 2.3.1 Pengertian Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik di TPA Suwung, Denpasar merupakan suatu wadah atau tempat mengolah sampah melalui metode daur-ulang dan komposting yang dirancang untuk menyeimbangkan lingkungan sekitar dengan proses pengolahannya. Spesifikasi Umum Proyek Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik di TPA Suwung Denpasar ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 2.3.2 Fungsi Fungsi utama dari Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik di TPA Suwung, Denpasar adalah mengelola sampah yaitu sampah-sampah yang masuk akan diproses kembali menurut jenis sampah tersebut, dan diolah lagi menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai ekonomis Sampah Organik yang akan diolah menjadi pupuk granuler dan sampah anorganik yang akan diolah menjadi bijih plastik. 2.3.3 Tujuan Tujuan dari Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik ini adalah :
Untuk dapat mengatasi masalah sampah yang ada dengan menyukseskan program pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehingga masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sampah dapat dihindari. Membantu dalam penanganan sampah secara cepat dan aman.
Menjadikan sampah sebagai nilai yang sangat berharga.
Membentuk keharmonisan terhadap lingkungan sekitar. Dengan keberadaan bangunan serta kegiatannya yang dapat diterima oleh masyarakat, bukan sebagi tempat yang menakutkan dan dipandang berpanyakit.
2.3.4 Bidang Kegiatan
Kegiatan Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu : 47
1. Kegiatan Pengelola Kegiatan pengelola adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dalam suatu organisasi tertentu yang mencakup seluruh aspek perencanaan, pelaksanaan, sampai pemasaran. Kegiatan pengelola dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
Kegiatan Produksi
Kegiatan Non Produksi
Kegiatan Servis
2. Kegiatan Pengunjung Kegiatan pengunjung adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang ( Tamu / Konsumen ) dengan tujuan :
Fasilitas edukasi
Melihat Produk
Membeli Produk
Menawarkan Produk dan Kerjasama
Jogging track merupakan fasilitas yang disediakan dari pemerintah yang meliputi seluruh area TPA Suwung
2.3.5 Lingkup Pelayanan Lingkup pelayanan dari Proyek ini adalah : Pelayanan informasi atau pengetahuan produk, pendistribusian produk. Pemasaran hasil produksi ke konsumen baik dalam maupun luar negeri. 2.3.6 Sistem Pengelolaan Sistem pengelolaan Proyek Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik ini sepenuhnya ditangani oleh pihak pemerintah yaitu Departemen Pekerjaan Umum Cipta Karya bekerjasama dengan BPKS (Badan Pengelolaan Kebersihan Sarbagita) dan DKP Denpasar (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) 2.3.7 Fasilitas Bangunan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan proyek sejenis yang telah didapatkan, maka fasilitas yang disediakan oleh Pabrik Pupuk Granuler dan Bijih Plastik ini adalah
48
Fasilitas utama / produksi Fasilitas pengelola Fasilitas penunjang Fasilitas servis
49