Tabel 10. Pendapatan Usahatani Bunga Potong Krisan Di Kecamatan Pakem No
1. 2.
3.
Keterangan
PenerimaanUsahatani (Rp) BiayaUsahatani(Rp) a. Biaya tetap b. Biaya Variabel
Jumlah/Masa tanam (Rp/MT)
Total/Masa Tanam (Rp/MT) 8.879.000,00 5.258.544,64
Total/Hektar (Rp/Ha) Pendapatan/Bula n (Rp) 30.898.920,00 2.219.750,00 18.299.735,35 1.314.636,16
1.315.007,25 3.943.537.39
PendapatanUsahatani (Rp)
3.620.455,36
12.599.184,65
905.113,84
Sumber : Analisis Data Primer
Pendapatan Usahatani Bunga krisan
SIMPULAN
Pendapatan usahatani bunga potong krisan merupakan pendapatan bersih dari usahatani bunga potong krisan yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani selama satu musim tanam. Dalam hal ini, pendapatan usahatani bunga potong krisan yang dihasilkan sebesar Rp 905.113,84. Dari Tabel 10. Diketahui efisiensi usahatani bunga potong krisan sebesar 1,68. Nilai efisiensi usahatani bunga potong krisan lebih dari satu, yang berarti bahwa usahatani bunga potong krisan di kecamatan pakem telah mencapai efisien.
Rata - rata biaya usahatani bunga krisan sebesar Rp. 18.299.735,35/ha/MT, Ratarata penerimaan Rp.30.898.920,00/ha/MT dan rata-rata pendapatan Rp.12.599.188,65/ha/MT, Petani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman telah efisien dengan R/C Ratio sebesar 1,68. Dari hasil penelitian ini, sedikit sumbang saran yang dapat penulis berikan adalah bahwa usahatani bunga potong krisan dapat menambah pendapatan rumah tangga petani per masa tanam Rp 3.620.455,36 atau tambahan penghasilan pendapatan sebesar Rp 905.113,84 per bulan. Oleh karena itu petani di Kecamatan Pakem disarankan untuk mengembangkan usahatani bunga potong krisan agar dapat menambah pendapatan rumah tangga petani.
Kendala Usahatani Harga yang sering berfluktuasi. penawaran dan permintaan sering terjadi ketidakseimbangan antara kedua faktor tersebut, salah satu contoh penyebabnya adalah adanya panen krisan secara serentak atau besamaan antara satu daerah dengan daerah yang lain, Pada musim kemarau hasil panen yang diperoleh petani lebih besar dibandingkan dengan pada musim hujan. Hal ini disebabkan pada musim hujan biasanya serangan hama dan penyakit lebih besar dan lebih ganas daripada musim kemarau, sehingga petani harus mengeluarkan lebih banyak biaya. Sedangkan produksi krisan yang dihasikan pun tidak optimal.
DAFTAR PUSTAKA Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia (UI-Prees). Jakarta. Dinas Perlindungan Tanaman Holtikultura, 2007. Pedoman Budi daya Tanaman Sehat (Anggrek, Krisan, Jahe). Direktorat Jenderal Holtikultura, Jakarta. Rismunandar, 1991.Budidaya Bunga Potong. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Singarimbun, M dan Efendi, 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
Tabel 7. Rata-Rata Biaya Variabel Usahatani Bunga Potong Krisan Di Kecamatan Pakem No 1. 2.
3.
4.
5. 6.
JenisBiayaVariabel
Fisik
Bibit Pupuk a. Kandang (Ton) b. Pupuk Kimia (Kg) c. Pupuk Susulan 1 (Kg) d. Pupuk Susulan 2 (Kg) e. Pupuk Organik Cair (Ltr) Pestisida a. FungisidaCair (Ltr) b. Insektisida (Ltr) Tenagakerja a.TenagaKerjaDalam b. TenagaKerjaLuar Listrik Biaya Lain-lain
Nilai (Rp)
Jumlah (Rp/MT)
Jumlah (Rp/Ha)
Persentase (%)
11.47
180,00
2.066.040,00
7.189.819,20
52,39
2,87 8,61 8,61 11,48 0,86
150.000,00 3000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00
430.500,00 25.826,09 86.086,96 114.782,61 8.608,70
1.498.140,00 89.874,79 299.582,62 399.443,48 29.958,28
10,92 0,65 2,18 2,91 0,22
0,25 0,51
150.000,00 120.000,00
30.302,61 75.756,52
105.453,08 263.632,69
0,77 1,92
316.929,35 645.244,57 86.086,96 57.391,30
1.102.914,14 2.245.451,10 299.582,62 199.721,72
8,04 16,36 2,18 1,46
3.943.555,67
13.723.573,73
100
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Bunga Potong Krisan di Kecamatan Pakem No
Keterangan
Tenaga Keluarga HKP
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pembuatan Rumah lastik Pengelolaan Lahan Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Pasca Panen Jumlah
Upah (Rp/MT)
1 0.75 1,64 0,74 0,74
45.217,39 26.086,96 148.043,48 48.790,76 48.790,76 316.929,35
Tenaga Luar Keluarga HKP Upah (Rp/MT) 4,09 469.565,22 1 45.000,00 0,80 28.695,65 0,90 50.991,85 0,90 50.991,85 645.244,57
Jumlah HKP 4 2 1,55 1,64 1,64 1,64 12,47
Upah (Rp/MT) 469.565,22 90.217,39 54.782,61 148.043,48 99.782,61 99.782,61 962.173,92
Jumlah HKP 13,92 6,96 5,40 5,71 5,71 5,71 43,40
Upah (Rp/Ha) 1.634.086,97 313.956,52 190.643,48 515.191,31 347.243,48 347.243,48 3.348.365,24
Sumber : Analisis Data Primer
Upah tenaga kerja pria (HKP) di Kecamatan Pakem adalah sebesar Rp 40.000/hari,- sedangkan untuk tenaga kerja wanita (HKW) sebesar Rp 30.000/hari,- .Untuk memudahkan perhitungan maka hari kerja wanita dikonversikan menjadi hari kerja pria yaitu 1HKW=0,75 HKP, dimana upah 1HKP Rp. 5000,- yang didapat dari upah per hari pria Rp 40.000,- dibagi jam kerja per hari (8jam). Penerimaan Usahatani Bunga Krisan Penerimaan merupakan nilai jual atau hasil usahatani yang diperoleh petani dalam suatu luas dan waktu tertentu (satu kali musim tanam). Penerimaan usahatani bunga potong krisan
merupakan perkalian produksi bunga potong krisan dengan harga bunga potong krisan per tangkai. Dari Tabel 9. Menunjukkan bahwa penerimaan usahatani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem adalah Rp. 8.879.000,00 per usahatani dengan rata-rata produksi 9.182 tangkai per usahatani. Diantara klasifikasi bunga potong krisan menurut tabel diatas yang paling banyak menghasilkan adalah bunga potong krisan dengan klasifikasi Grade A, ini menunjukkan bahwa hasil produksi di Kecamatan Pakem sudah baik. Ini menunjukan bahwa/m2 lahan tanam menghasilkan 32 tangkai bunga krisan. Dan keberhasilan rata-rata sebesar 80%.
Tabel 9. Rata-rata Penerimaan pada Usahatani Bunga Potong Krisan Di Kecamatan Pakem Keterangan
Produksi (tangkai)
Klasifikasi a. Grade A b. Grade B c. Grade C Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer
8.264 826 92 9182
Harga (Rp/tangkai)
Jumlah (Rp/MT) 1000 700 400
8.264.000,00 578.200,00 36.800,00 8.879.000,00
Jumlah (Rp/Ha) 28.758.720,00 2.012.136,00 128.064,00 30.898.920,00
biaya penyusutan yang dikeluarkan ratarata per usahatani adalah sebesar Rp. 71.528,99 atau 5.44 %, Sedangkan biaya total untuk usahatani bunga potong krisan per Hektar di Kecamatan Pakem sebesar Rp. 4.576.225,20. Biaya
penyusutan ini diperhitungkan dengan metode garis lurus yaitu biaya pembelian (nilai alat) dikurangi dengan nilai sisa yang diperhitungkan sama dengan nol lalu dibagi dengan umur ekonomis peralatan tersebut.
Tabel 6. Rata-Rata Biaya Tetap Usahatani Bunga Potong Krisan Di Kecamatan Pakem No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7..
JenisBiayaTetap Rumah Plastik (m2) Peralatan (Cangkul, Sabit) Sprayer Gunting Panen Ember Tali jaring (m) Steples Jumlah
Umur (Th)
Fisik
Nilai(Rp)
Jumlah (Rp/MT)
Total Biaya (Rp/Ha) Persen (%)
5 5
287 1
18.652.173,91 200.000,00
1.243.478,26 13.333,33
4.327.304,34 46.399,99
94,56 1,01
5 2 2 3 3
1 1 3 2296 2
350.000,00 20.000,00 28695,65 229565,22 7.000,00
23.333,33 3.333,33 3.188,41 25.507,25 2.833,33 1.315.007,24
81.199,99 11.599,99 11.095,67 88.765,23 9.859,99 4.576.225,20
1,77 0,25 0,24 1,94 0,23 100
Sumber : Analisis Data Primer
Biaya Tidak Tetap Usahatani Bunga Potong Krisan (Variable Cost) Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Dari tabel 7 Biaya variabel total yang dikeluarkan dalam usahatani bunga potong krisan per usahatani dalam satu kali musim tanam adalah sebesar Rp. 3.943.555,67 rupiah. Biaya variabel terbesar yang digunakan dalam usahatani bunga potong krisan adalah biaya untuk pembelian bibit yaitu sebesar Rp. 2.066.040,00 rupiah atau 52,39 % dari biaya variabel. Bibit bunga potong krisan yang digunakan sebagian besar diperoleh dari membeli di asosiasi astha bunda. Rata-rata sarana produksi usahatani bunga potong krisan menggunakan 11.478 bibit bunga potong krisan dengan pengunaan sarana listrik untuk 40 hari pertama penanaman sebesar Rp. 86.086,96 rupiah. Pengunaan biaya lain-lain yang meliputi (kertas hvs, kertas koran, karet, dan isi staples) sebesar Rp. 57.391,30 rupiah. Sedangkan penggunaan pupuk kandang 2,87 ton, pupuk kimia sebanyak 8,61 Kg, pupuk susulan ke-1 sebanyak 8,61 Kg, pupuk susulan ke-2
sebanyak 11,48 Kg, pupuk organik/cair sebanyak 0,86 L, Insectisida 0,51 Liter dan fungisida sebanyak 0,25 liter. Sedangkan total biaya usahatani bunga potong krisan sebesar Rp. 13.723.573,73 per hektar. Berdasarkan Tabel 8. Jumlah biaya variabel tenaga kerja pada usahatani bunga potong krisan per satu musim tanam sebanyak Rp. 962.173,92. yang digunakan ini lebih banyak berasal dari tenaga kerja luar yaitu sebanyak Rp. 645.244,57. Tenaga kerja dalam usahatani sebanyak Rp 316.929,35. Sedangkan biaya variabel per hektar usahatani bunga krisan di Kecamatan Pakem sebesar Rp. 3.348.365,24. Biaya tenaga kerja luar merupakan biaya tenaga kerja terbesar dibandingkan dengan biaya tenaga kerja dalam (keluarga). Tenaga kerja luar yang banyak dibutuhkan untuk usahatani bunga potong krisan ini pada saat pembuatan rumah plastik (naungan) membutuhkan tenaga yang sudah ahli dalam bidangnya, Sedangkan tenaga kerja keluarga dibutuhkan paling besar pada saat kegiatan pemeliharaan karena usaha bunga potong krisan butuh perawatan yang intensif.
(antracol atau Dithane M-45) rutin seminggu sekali untuk penyakit karat dan bercak daun, dosis 2,5 gram/liter dan penyemprotan insektisida (Agrimex, Confidor, Decis) jika ditemukan gejala terkena hama (ulat, tungau, atau kutu daun), dengan dosis 2ml/liter. Apabila saat tanam ditemukan adanya serangan ulat tanah atau siput telanjang, maka perlu diberi umpan bekatul yang dicampur dengan gula merah dan insektisida. Pemeliharaan. Dalam pembudidayaanya, tanaman krisan perlu dirompes atau di pinching. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tunastunas lateral kecil yang akan tumbuh di buku-buku sebelah bawah. Pada krisan tipe spray, bunga pertama yang muncul dari tunas pucuk (teminal) harus dibuang agar bisa dihasilkan bunga yang besar dari tunas-tunas samping di bawahnya. Pada krisan tipe standar, bunga pertama dibiarkan tumbuh membesar, sedangkan tunas dan bunga lainya dibuang agar diperoleh satu bunga yang besar. Panen.Panen komoditas bunga potong krisan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemekaran bunga. Pada krisan tipe spray panen dilakukan setelah lebih 80% bunga sudah mekar. Sedangkan pada krisan tipe standar, panen dilakukan apabila bunga mekar 50% agar pada saat dipakai bunga tidak rontok dan bisa mekar penuh. Panjang tangkai saat panen sebaiknya lebih dari 80 cm minimum 40 cm. Untuk mencegah kerusakan bunga pada krisan tipe standar, maka kuntum bunga setelah dipanen, dibungkus dengan kertas. Bungkus tidak terlalu rapat, tapi terbuka dibagian atas menyerupai corong. Tiap 10 tangkai bunga diikat dengan karet di bagian pangkalnya, kemudian direndam dalam ember berisi air, agar tetap segar, sebelum dibawa ke
tempat penampungan ikatan bunga terlebih dahulu dibungkus kertas koran. Klasifikasi bunga potong krisan dibedakan dari SOP (Standard Operasianal Produksi) Bunga Potong Krisan di Yogyakarta yang sudah disetujui oleh petani dan asosiasi yang memborong hasil produksi bunga krisan, dengan klasifikasi grade A memiliki ciri-ciri bunga mekar , warna cerah dengan panjang tangkai ±80 cm, daun bebas dari hama. Grade B dengan ciri-ciri bunga mekar dengan keragaman bagus dengan panjang tangkai ±65-75 cm, daun dengan sedikit hama. Sedangkan Grade C adalah sisa dari hasil produksi yang sudah berbunga dengan minimum panjang tangkai ±40 cm. Biaya Tetap Pada Usahatani Bunga Potong Krisan (Fixed Cost) Biaya usahatani Bunga Potong Krisan yang digunakan adalah biaya mengusahakan dalam proses produksi Biaya tetap adalah biaya yang tidak mengalami perubahan walaupun volume produksinya berubah. Biaya tetap dapat digunakan lebih dari satu kali proses produksi. Biaya tetap pada usahatani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem terdiri dari biaya penyusutan peralatan dan biaya rumah plastik. Untuk mengetahui biaya tetap yang digunakan dalam budidaya bunga potong krisan di Kecamatan Pakem dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6. Biaya tetap total yang dikeluarkan dalam usahatani Bunga Potong Krisan dalam satu kali musim tanam (± 4 bulan) adalah sebesar Rp. 1.315.007,25 per usahatani. Biaya tetap terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani bunga potong krisan adalah biaya pembuatan rumah plastik (kerangka bambu, atap plastik UV, dinding kas/paranet (55%) atau insect screen) yaitu sebesar Rp. 1.243.478,26,
rumah 300 m2 dengan ketinggian atap 2,5 meter. Budidaya tanaman bunga potong krisan yang dilakukan di daerah penelitian melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu : Persiapan Lahan.Keadaan luas lahan akan mempengaruhi tingkat produksi petani bunga krisan. Untuk usahatani bunga potong krisan petani biasanya tidak memerlukan lahan yang besar seperti usahatani tanaman pangan. Pada lahan pekarangan atau bekas sawah yang sempit saja tanaman bunga potong krisan sudah bisa dikembangkan. Pengelolaan tanah dilakukan dengan pembentikan bedengan dengan mencangkul sampai tanah remah/gembur. Pencangkulan sedalam ± 20cm, dan dibiarkan mengering selama 2 minggu. Hal ini bertujuan agar bongkahan tanah dapat terangin-angin dan terkena sinar matahari. Ukuran guduhan/larikan/bedengan 1,25 m, jarak antar bedengan 40 cm, jarak tanam bedengan (12,5 x 12,5) cm, dan tinggi bedengan 20 cm. Penanaman dan Penyiraman.Bibit bunga potong krisan yang dipake adalah bibit Bunga Potong Krisan yang berumur ± 2 minggu dan sudah berakar. Sebelum tanam, tanah disiram sampai basah tapi tidak menggenang. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari. Cara penanamannya yaitu pertama ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis, kemudian tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1 - 2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan. Pemberian Penyinaran Tambahan. Dengan memanipulasi panjang hari,
varietas ini dapat berbunga sepanjang waktu dalam setahun. Jika masa terang lebih panjang 14,5 jam, tanaman ini akan tetap pada fase vegetatif. Dan jika lebih pendek akan terjadi pembentukan bunga. Karena merupakan tanaman yang membutuhkan fotoperiodisasi yang panjang, maka penambahan penyinaran perlu dilakukan pada pertanaman. Penyinaran tambahan diberikan selama ± 40 hari atau apabila tanaman mempunyai tinggi 40 cm. Penyinaran diberikan pada malam hari selama 4 jam berturut-turut dari jam 18.00 – 22.00 atau jam 22.00 – 02.00. jarak antar lampu 2 meter, dengan ketinggian titik cahaya 1,5 m dari permukaan tanaman. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar 75 watt atau lampu neon 20 watt. Pemupukan.Pengunaan pupuk organik sangat bermanfaat untuk memperbaiki sifat fisik tanah pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang 3kg/m2, sementara itu dosis pupuk kimianya adalah urea 30gram/m2, SP36 30gram/m2, dan KCL 35gram/m2 yang diberikan 7 hari sebelum tanam ditebarkan secara merata pada alur tanam, sehingga pupuk dan tanah tercampur lebih baik. Tanaman juga perlu diberi pupuk susulan, dengan dosis pemberian sebagai berikut campuran urea 1,5 gram/m2 , KNO3 6gram/m2 , diberikan pada umur tanaman 2,4,6 minggu setelah tanam. Pada saat umur tanaman 8 minggu setelah tanam diberi pupuk susulan kedua, campuran urea 1,5 gram/m2 , KNO3 6gram/m2, SP36 3gram/m2 dan pupuk daun yang disemprotkan 2 kali/minggu dengan konsentrasi 2.0 gram/liter air atau 2ml/liter air. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit tanaman krisan rutin dilakukan dengan melakukan penyemprotan fungisida
Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa seluruh petani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem yaitu sebanyak 46 orang atau sebesar 100% memulai untuk menjalankan usahatani bunga potong krisan yang disarankan dan mendapat pendanaan serta pelatihan dari Badan Litbang Pertanian D.I Yogyakarta. Pendanaan dari Badan Litbang Pertanian D.I Yogyakarta ini diberikan tanpa harus mengembalikan modal yang sudah di berikan agar petani di Kecamatan Pakem bisa berusahatani bunga krisan potong, karena memang dari pemerintah diberikan pendanaan untuk perkembangan wilayah daerah Pakem sebagai sentra produksi bunga potong krisan. Budidaya bunga potong krisan terus berkembang, namun sempat sama sekali tidak berproduksi pada akhir tahun 2010 karena terjadi bencana gunung merapi yang menyebabkan kerusakan lahan dan budidaya tanaman. Pada awal tahun 2011 mulai diperbaiki infrastrukturnya dan petani banyak mendapatkan dana santunan yang akhirnya di buka lahan baru untuk budidaya dan mulai banyak petani yang membudidayakan krisan sampai saat ini. Suasana kekerabatan dan keakraban antara anggota kelompok tani menjadikan kelompok tani semakin solit dan budidaya Bunga Potong Krisan semakin berkembang pesat sampai saat ini. Adanya bantuan dana dari luar juga semakin membantu petani dalam mengembangkan budidayanya. Terbentuknya Asosiasi Tanaman Hias, Bunga Potong dan Daun (astha bunda) juga memudahkan petani dalam hal pemasaran hasil produksinya, dimana asosiasi yang membawahi kelompok tani bunga krisan ini merupakan salah satu penampung terbesar hasil produksi krisan yang di usahakan di Kecamatan Pakem.
Budidaya Bunga Potong Krisan Kegiatan Usahatani bunga potong krisan merupakan persiapan lahan yang digunakan tanaman sampai dengan bunga mekar dan siap panen. Dalam menentukan lokasi usahatani bunga potong krisan petani di Kecamatan Pakem mempertimbangkan beberapa aspek yakni aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek teknis. Dari aspek sosial, usahatani bunga potong krisan dapat menggunakan sumber daya yang terdapat di sekitar lokasi secara optimal. Sumber daya tersebut tidak hanya sumber daya alam, tetapi juga sumber daya manusia yakni tenaga kerja serta sarana dan prasarana lain yang diperlukan. Selain aspek sosial, aspek ekonomi harus diperhatikan. Salah satunya yang terpenting harus mempertimbangkan kedekatan jarak lokasi usahatani dengan pasar tempat penjualan hasil sehingga produksi yang dihasilkan cepat sampai dalam kondisi yang baik dan segar. Karenanya sarana penghubung seperti jalan raya dan sarana komunikasi harus tersedia. Dalam penelitian ini lokasi usahatani usahatani bunga potong krisan terpusat pada suatu tempat dimana lokasinya berada di tepi jalan raya dan jarak dengan pasar umum sekitar +500 m. Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah aspek teknis. Lokasi mengusahakan bunga potong krisan di tempat yang tanahnya subur dan tempat naungan yang sesuai dengan kebutuhan usahatani. Tanpa dukungan teknis yang memadai, usahatani bunga potong krisan tidak akan berhasil. Teknik budidaya krisan dimulai dengan pembuatan rumah naungan. Naungan dibuat dari kerangka bambu, atap plastik UV dan dinding kas/paranet (55%) atau insect screen dengan ukuran
berusahatani bunga krisan. Karakteristik petani Bunga Potong Krisan di Kecamatan Pakem tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 4. Identitas Petani Bunga Potong Krisan di Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem No.
IdentitasPetani
1. 2. a. b. c.
Jumlah Petani Responden Umurpetani <35th (Jiwa) 35-65 th (Jiwa) >65 th Jumlah (Jiwa):
3. a. b. c. d. e.
Pendidikan Tidaksekolah (Jiwa) SD (Jiwa) SLTP (Jiwa) SLTA (Jiwa) PerguruantinggiS-1 (Jiwa) Jumlah (Jiwa):
4. 5.
6.
Rata-rata luaslahan (M2) Rata-rata anggotarumahtangga yang berusahatani (Jiwa) Rata-rata pengalaman (Th)
46
Persentase (%) 100
2 43 1 46
4,34 93,48 2,18 100
0 0 6 39 1
0 0 13,04 84,78 2,18
46
100
Jumlah
287 2
5,9
Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 4. Dapat diketahui bahwa petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini berjumlah 46 orang. Rata-rata umur petani Bunga Potong Krisan berada pada usia produktif (35-65th), sebesar 93,48 dimana pada usia produktif dimungkinkan adanya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan petani dalam mengelola usahataninya serta penyerapan teknologi baru dalam hal ini adalah usahatani bunga krisan. Selain itu, petani akan selalu berusaha untuk meningkatan produksi sehingga pendapatan yang diperoleh akan bertambah dan berani menanggung resiko usahatani karena usahatani krisan ini mempunyai prospek yang bagus. Pendidikan petani paling banyak adalah tamat SLTA yaitu 84,78%, hal ini menunjukkan kesadaran untuk memperoleh pendidikan cukup tinggi, karena bisa dikatakan sebagian besar petani telah lulus sekolah menengah
atas (12 tahun). Kesadaran berpendidikan yang baik akan memudahkan penyerapan informasi, teknologi dan berguna untuk mempengaruhi pola pikir mereka dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan usaha mereka. Dalam penelitian ini rata-rata luas lahan yang diusahakan oleh petani Bunga Potong Krisan di Kecamatan Pakem yaitu seluas 287 m2, lahan yang digunakan petani Bunga Potong Krisan di Kecamatan Pakem adalah lahan milik sendiri. Jumlah anggota rumah tangga yang berusahatani rata-rata terdiri dari 2 orang karena dalam mengusahakan Bunga Potong Krisan membutuhkan perawatan yang rutin dan intensif. Pengalaman berusahatani Bunga Potong Krisan rata-rata selama 5,9 tahun dimana beberapa petani yang ada di Kecamatan Pakem (kelompok tani Udi Makmur) merupakan pelopor budidaya bunga potong krisan yang sudah sejak tahun 2005 mengusahakan usahatani krisan dan sebagian petani krisan lainnya pada awal tahun 2010 yang masih tergolong baru mengusahakan usahatani bunga krisan dibawah arahan dan bantuan Pemerintah D.I Yogyakarta. Modal Usahatani Bunga Potong Krisan Pengusaha membutuhkan modal, baik untuk membeli peralatan maupun bahan-bahan yang dibutuhkan. Untuk memulai usahatani bunga potong krisan, Sumber modal tersebut dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sumber Modal Pada Usahatani Bunga Potong Krisan di Kecamatan Pakem No. 1. 2.
Uraian
Jumlah (Orang)
Modal sendiri Pinjaman
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer
Persentase (%) 46 0
100 0
46
100,00
di Kecamatan Sleman.
pakem,
Kabupaten
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif yaitu metode penelitian yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri, memusatkan diri pada pemecahan aktual yang ada pada masa sekarang. Data mula-mula disusun lalu dijelaskan atau selanjutnya dianalisis (Surakhmad, 1994:139). Pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan metode survey yaitu cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu atau jangka waktu yang bersamaan. mengggunakan alat berupa pertanyaan yang berbentuk kuesioner (Surakhmad, 1994:141). Tabel 2. Luas Panen, Rata-rata Produksi, dan Produksi Bunga Potong Krisan dalam Tangkai di Kecamatan Pakem Tahun 2013 No . 1. 2. 3. 4. 5.
Kecamatan
Luas Panen (M2)
Purwobinangun Candibinangun Harjobinangun Pakembinangun Hargobinangun Jumlah
1.000 400 60.845 62.245
Rata-rata Produksi (Tangkai/ m2) 78.77 78.77 78.77 78.77
Produksi (tangkai) 78.770 31.508 4.793.012 4.903.290
Sumber: Statistik Kecamatan Pakem 2014 Penentuan daerah sampel dilakukan
secara sengaja dengan mempertimbangkan besarnya luas panen dan hasil produksi bunga potong krisan di Kecamatan Pakem. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Desa Hargobinangun merupakan daerah yang terluas untuk pembudidayaan bunga potong krisan, dan juga mempunyai keadaan alam yang cocok untuk pembudidayaan bunga potong krisan serta program pengembangan Pemerintah Daerah yang dimaksudkan untuk menambah potensi daerah setempat dengan berusahatani bunga krisan. Singarimbun dan Effendi (1989:152) menyatakan populasi adalah
jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Metode pengambilan responden dilakukan dengan metode sensus yaitu semua unit populasi di ambil sebagai sumber data. Berikut adalah daftar petani bunga potong krisan di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem. Tabel 3. Distribusi Sampel dari Kelompok Tani di Desa Hargobinangun. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kelompok Tani
Alamat Dukuh
KT. Mekar Arum KT. Amanah KT. Mekar KT. Ngudi Makmur KT. Tunas Merapi KT. Udi Makmur KT. S.A.E KWT. Asri KWT. Srikandi KWT. Puspita
Kaliurang Selatan Jetisan Dari Sidorejo Pangeran Wonokerso Kaliurang Randu Wonokerso Gondang legi
Jumlah
Sumber:
Jumlah Anggota KT 18 16 17 20 15 20 15 18 15 15
Jumlah Petani Krisan
169
4 6 4 5 5 4 5 5 3 5
46
Data Sekretariat Gabungan Kelompok Tani Krisan Kecamatan Pakem
Pada Tabel 3 Jumlah kelompok tani di Kecamatan Pakem sebanyak 10 kelompok tani, terdiri dari 7 kelompok tani (KT) dan 3 kelompok wanita tani (KWT). Jumlah keseluruhan petani dari 10 kelompok tani tersebut sebanyak 169 petani yang berada dalam gabungan kelompok tani di Kecamatan Pakem yang membudidayakan usahatani yang berbeda-beda seperti tanaman hias, tanaman daun dan bunga potong, Adapun dari total anggota petani tersebut sebanyak 46 petani adalah mereka yang membudidayakan usahatani tanaman bunga potong krisan. Responden yang diambil adalah petani bunga potong krisan di Desa Hargobinangun sebagai petani pemilik penggarap. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Bunga Krisan Karakteristik petani sampel merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang petani sampel yang berkaitan sekaligus berpengaruh terhadap kegiatannya dalam
PENDAHULUAN Hortikultura sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman intensif yang memiliki kontribusi terhadap manusia dan lingkungan yang cukup besar diantaranya terhadap manusia sebagai sumber pangan, gizi, pendapatan keluarga, dan pendapatan negara, sedangkan bagi lingkungan adalah rasa estetika, konservasi genetik sekaligus sebagai penyangga kelestarian alam (Sumeru, 1995 : 2). Komoditihortikultura yang mengalami perkembangan yaitu florikultura (tanaman hias daun, bungapotong, serta bunga pot) lain jenis bunga gladiol, krisan, mawar, anyelir, garbena, dll. Bunga Potong Krisan masukke Indonesia padatahun 1800, Sejak zaman Belanda. Bunga Potong Krisan sudah dikenal oleh petani Indonesia di dataran tinggi, misalnya Cipanas dan Lembang. Bunga Potong Krisan dapat tumbuh baik pada 200 mdpl (Rismunandar, 1991:21). Tabel 1. Luas lahan, Produksi dan Rata-rata Produksi Bunga Potong Krisan di Kabupaten Sleman tahun 2013 No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Moyudan Minggir Seyegan Godean Gamping Mlati Depok Berbah Prambanan Kalasan Ngemplak Ngaglik Sleman Tempel Turi Pakem Cangkringan Jumlah
Luas Panen (M2) 12 200 62.245 8000 70.957
Produksi (Tangkai) 25 300 4.903.290 589.000 5.492.615
Produktivitas (Tangkai/M2) 2.08 1,50 78,77 69,29 77,41
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman 2014 Tanaman Bunga Potong Krisan dikenal dengan sebutan aster atau
seruni. Bunga Potong Krisan merupakan jenis bunga potong yang sangat populer di kalangan masyarakat luas karena keindahan, kecantikan bentuk dan warna bunga yang beragam serta tahan lama. Berdasarkan Tabel 1. Dapat diketahui bahwa luas lahan, produksi dan rata-rata produksi bunga potong krisan di Kecamatan Pakem merupakan yang paling besar dari pada Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, dan Prambanan. Kecamatan Pakem merupakan daerah pengembangan tanaman bunga potong krisan khususnya di Desa Hargobinangun yang berada pada ketinggian 500–1200 mdpl, Temperatur udara (17-30 0C) yang tepat berada di kaki Gunung Merapi, sehingga berudara sejuk serta memiliki sifatyang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman Bunga Potong Krisan. Pada dasarnya, petani krisan selalu menghendaki kemajuan usahanya. Kemajuan usahanya yang dimaksud adalah dengan memperoleh tambahan pendapatan yang tinggi. Namun apabila petani tersebut belum menerima keuntungan dari usahataninya tersebut, maka setidaknya petani dapat menutup semua biaya yang dipergunakan dalam proses produksi tersebut, dalam upaya menghindarkan dari kerugian. Dengan demikian petani krisan di Kecamatan Pakem haruslah selalu mempertimbangkan masalah biaya, penerimaan dan pendapatan untuk lebih dapat mengoptimalkan usahataninya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan, penerimaan dan pendapatan dari usahatani bunga potong krisan di Kecamatan pakem, Kabupaten Sleman, 2) mengetahui besarnya efisiensi usahatani bunga potong krisan
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BUNGA POTONG KRISAN (Crysanthemum. Sp) DI KECAMATAN PAKEM, KABUPATEN SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA Artika Enggar Wigati, Suprapti Supardi, Suprapto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457 Email :
[email protected] Telp : 089632032028 ABSTRAK : Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan mengetahui besarnya efisiensi dari usahatani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan pelaksanaannya menggunakan tehnik survei. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Pengambilan petani sampel dilakukan di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat usahatani bunga krisan dengan lahan tanam dan produksi yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Sleman, dengan mengambil petani bunga krisan dengan metode sensus sebanyak 46 petani. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, pencatatan, dan observasi. Analisis usahatani yang dilakukan diambil berdasarkan pada perhitungan biaya, penerimaan dan pendapatan selama musim tanam Januari 2014 sampai dengan April 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar rata-rata biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani bunga potong krisan di Kecamatan Pakem adalah sebesar Rp.18.299.735,35/1000m2/MT, Rata-rata penerimaan usahatani bunga potong krisan sebesar Rp. 30.898.920,00/1000m2/MT dan rata-rata pendapatan usahatani bunga potong krisan sebesar Rp. 12.599.188,65/1000m2/MT. Pendapatan petani bunga potong krisan sebesar Rp. 905.113,84 per bulan. Usahatani Bunga potong krisan di Kecamatan Pakem yang dijalankan selama ini sudah efisien, dengan nilai efisiensi sebesar 1,68 yang berarti bahwa setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani bunga krisan akan mendapatakan penerimaan 1,68 rupiah. Oleh karena itu petani di Kecamatan Pakem disarankan untuk mengembangkan usahatani bunga potong krisan agar dapat menambah pendapatan rumah tangga petani. Kata Kunci : Bunga Potong Krisan, Biaya, Penerimaan dan Pendapatan ABSTRACT: The purpose of the research is to know the cost, revenue, income and the efficiency of the cut chrysanthemums farm at The Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Special Region. The method which is used in this research is the descriptive method in survey technical. Research the area conception method is purposively. The farmer used sample in the Hargobinangun Village, in Pakem District, The consideration was that the area located The Farm of Crysanthemums with large and production were the most high equal to the other area in Sleman Regency, with farmers of Chrysanthemums to take a census a total of 46 farmers. Data taken such as the primary and secondary technical interview with the data registration, and observation. Farming Analysis was done by the cost, revenue and income counting during January 2014 until April 2014. The research’s result showed that the rate of cost the total spent for Chrysanthemums farm in Pakem Subdistrict was Rp. 18.299.735,35/Ha/MT, The Rate revenue was Rp.30.898.920,00/Ha/MT and the rate income was Rp.12.599.188,65/Ha/MT. The income of the cut chrysanthemum was Rp.905.113,84 per month. The Farm of Chrysanthemums in Pakem Subdistrict is alrealy efficient, the efficiency of 1,68 that means that every Rp. 1,- the costs incurred by farmers chrysanthemum will get was Rp. 1,68,- revenues. Accordingly farmers in Pakem Subdistrict recommended to develop Farm of Chrysanthemum to increase income. Keywords: The Cut of Chrysanthemums, Costs, Revenues and Income