PENGANTAR PENDIDIKAN, oleh Drs. I Wayan Romi Sudhita, M.Pd. Hak Cipta © 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:
[email protected] Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. ISBN: 978-602-262-333-5 Cetakan Pertama, tahun 2014
Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini
KATA PENGANTAR
M
engacu pada Kurikulum 2012 FIP, mata kuliah-mata kuliah di Jurusan TP dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu; Kelompok Mata Kuliah Umum (MKU), Kelompok Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK), Kelompok Mata Kuliah Bidang Keahlian (MKBK), Kelompok Mata Kuliah Keterampilan Proses Pembelajaran (MKKPP), dan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan (MKPP). Mata kuliah Pengantar Pendidikan termasuk ke dalam kelompok MKDK. Pengantar Pendidikan yang memiliki bobot 2 Sks/Js tersebut muncul pada semester I dan wajib diikuti oleh semua mahasiswa Jurusan TP. Di Jurusan-jurusan lain (BK, PGSD, dan PG-PAUD) di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan, mata kuliah “Pengantar Pendidikan” muncul dengan nama yang sedikit berbeda namun inti dan substansinya tidak jauh berbeda. Di Jurusan BK (Bimbingan Konseling) diberi nama “Pengantar Ilmu Pendidikan,” di Jurusan PGSD “Landasarn Pendidikan di SD,” dan di Jurusan PG-PAUD bernama “Dasar-Dasar Kependidikan.” Itu artinya, buku ajar “Pengantar Pendidikan” ini dapat dipakai sebagai pegangan di Fakultas Ilmu Pendidikan dengan memberikan modifikasi pada bagian-bagian tertentu dari isi buku. Patut diyakini bahwa buku ajar yang disusun ini sudah banyak ahli, pegiat, dan praktisi pendidikan yang menulisnya. Penulis sendiri sangat berharap bahwa buku ini memiliki “warna” yang agak lain yaitu dengan mengaitkan unsur-unsur karakter manusia dengan dunia pendidikan (pendidikan karakter) dalam arti yang luas. Buku ajar ini dapat menambah kepastian bahwa mata kuliah “Pengantar Pendidikan” yang disajikan kepada mahasiswa Jurusan TP sudah merupakan hasil karya sendiri dan bukannya selalu berkiblat pada penulis-penulis lain. Mengawali kegiatan menulis buku ajar, sungguh sangat tepat diselenggarakan kegiatan pelatihan agar penulisan buku ajar tersebut bisa berjalan secara efektif dan tepat sasaran. Buku ini memuat 7 (tujuh) bab yang apabila dikaitkan dengan jumlah pertemuan dalam satu semester akan terjangkau di mana setiap bab akan dibahas/disajikan menjadi dua kali pertemuan. Itu berarti se
vi
Pengantar Pendidikan
banyak 14 kali pertemuan ditambah dua kali pertemuan UTS dan UAS akan berjumlah 16 kali pertemuan. Besar harapan penulis, agar pihak-pihak terkait (pembaca dan pengguna buku ini) dapat memberikan masukan berupa saran dan koreksi yang positif sehingga kesempurnaan buku ini secara perlahan dapat tercapai.
Penyusun,
I Wayan Romi Sudhita NIP 19511201 197602 1001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
BAB II
vii
MANUSIA DAN PENDIDIKAN
1
A. B. C. D. E. F.
1 2 3 4 4 5
Manusia sebagai Makhluk Individu Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia sebagai Makhluk Susila Manusia sebagai Makhluk Beragama Rangkuman Latihan
HAKIKAT PENDIDIKAN DAN TRI PUSAT PENDIDIKAN A. B. C. D. E.
BAB III
v
Kebutuhan akan Pendidikan Hakikat Pendidikan Tri Pusat Pendidikan Rangkuman Tugas/Latihan
7 7 8 10 13 14
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
15
A. B. C. D. E.
15 17 18 21 22
Pengertian dan Fase Pertumbuhan Perkembangan Faktor yang Berpengaruh Rangkuman Latihan
viii BAB IV
BAB V
BAB VI
Pengantar Pendidikan FAKTOR DAN PROSES PENDIDIKAN
25
A. B. C. D.
25 32 34 35
Faktor-faktor Pendidikan Proses Pendidikan Rangkuman Latihan
HIRARKI TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
37
A. B. C. D.
Tujuan Pendidikan Nasional Hirarki Tujuan Pendidikan di Indonesia Rangkuman Latihan
38 40 43 44
LANDASAN DAN ASAS PENDIDIKAN
45
A. B. C. D.
45 50 51 52
Landasan Pendidikan Asas Pokok Pendidikan Rangkuman Latihan
BAB VII REGULASI DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN A. B. C. D. E. F.
Regulasi Pendidikan Problematika Pendidikan Empat Pilar Pendidikan Rangkuman Latihan Soal Pilihan Ganda (Komprehensif)
DAFTAR PUSTAKA
53 53 55 60 62 63 64 75
-oo0oo-
BAB I MANUSIA DAN PENDIDIKAN
A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
D
alam dunia pendidikan, pembicaraan mengenai manusia merupakan sesuatu keharusan mengingat manusia itu sendiri sebagai titik sentral dari pendidikan. Ketika kita menyebut yang namanya pen didik (guru) jelas itu adalah manusia, begitu juga siswa atau anak atau peserta didik, mereka adalah manusia. Justru karena itu kita harus mengenal betul siapa sesungguhnya manusia itu, terutama dilihat dari “kediriannya” (makhluk individu). Sekurang-kurangnya dapat dikemukakan di sini bahwa ciri khas yang menonjol manusia sebagai makhluk individu adalah: 1. Adanya perbedaan individual (individual differencies) Kita melihat dan terlampau amat sering menyaksikan bahwa manusia satu dengan manusia lain tak akan pernah sama, meskipun secara sepintas sering pula melihat kemiripan di antara mereka. Sekalipun yang bersangkutan berstatus sebagai kembar siam, namun di antara keduanya pasti menampakkan perbedaan yang cukup berarti. Konkretnya, baik secara fisik (jasmaniah) maupun secara psikis (rohaniah) manusia itu tidak sama. 2. Setiap orang memiliki potensi yang siap untuk dikembangkan Orang menjadi manusia hebat, berkemampuan tinggi, dikenal sebagai orang terkenal, dan menjadi penemu sekalipun, awalnya disebabkan oleh adanya potensi yang dimilikinya. Yang namanya potensi tentu tidak tampak secara kasat mata, potensi itu akan menampakkan diri apabila sudah dikembangkan atau diaktualisasikan oleh pihak-pihak di luar dirinya teristimewa oleh kalangan pendidik. Dengan demikian, potensi yang ada pada setiap manusia akan memunculkan berbagai kemungkinan (yang positif maupun negatif). Harapan kita, tentu berpihak kepada pengembangan yang bersifat positif. 3. Berupaya untuk menjadikan dirinya yang terbaik Kita sebagai manusia (makhluk individual) rasa-rasanya tidak ada yang berharap menjadi manusia yang bejat, tidak bermoral, dan terpuruk, akan tetapi senantiasa berharap menjadi orang terbaik, terpuji,
2
Pengantar Pendidikan dan singkat kata berupaya menjadikan diri kita sebagai orang “nomor satu” di antara manusia lainnya. Ini pulalah yang menjadi ciri bahwa manusia itu sebagai makhluk individual. Sebagai sebuah ilustrasi, andai kita melihat foto bersama di mana diri kita ada di situ, tentu dan pasti yang pertama sekali dicari/ dilihat adalah wajah kita sendiri sebagai orang “terganteng” dan “tercantik” di antara mereka. Konsekwensi dari adanya ciri (butir 1, 2, dan 3) di atas, guru dalam setiap kegiatan pembelajaran harus menghargai sifat/ciri keindividualan mereka dan jangan berlaku sama terhadap mereka. Kendati pembelajaran berlangsung secara klasikal, namun dalam hal-hal tertentu perhatian guru harus terfokus pada setiap individu peserta didik. Apalagi terhadap anak yang nyata-nyata memerlukan perhatian dan bimbingan ekstra khusus. Contoh, terhadap anak yang malas atau lamban belajar, suka mengganggu teman lainnya.
B. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL Ada sejumlah ciri manusia itu dikatakan sebagai makhluk sosial. 1. Manusia yang satu tidak bisa lepas dengan manusia lainnya Di antara makhluk hidup yang ada dan mendiami dunia ini, manusialah yang termasuk paling beruntung. Dikatakan demikian karena sejak ia lahir berhadapan dan dihadapkan dengan manusia-manusia lainnya, terutama sekali adalah ibunya dan pihak penolong (bidan, dan perawat). Secara kodrati, manusia memang mendapat julukan homo socius, yang berarti makhluk suka berkawan dan mencari kawan. 2. Berada dalam konteks sosialnya Anak akan menjadi besar/dewasa selalu mengalami proses, baik proses pertumbuhan maupun proses perkembangannya. Dalam proses tersebut yang bersangkutan selalu berada dalam konteks sosial. Di antara mereka terjalin hubungan yang saling memberi, saling melengkapi, dan saling berkontribusi menyangkut kehidupan mereka. Tidak mungkin manusia itu tumbuh dan berkembang secara sempurna apabila mereka saling berjauhan tempat. Seorang ibu yang tinggal di Jawa dan si anak di Bali, jelas mengalami berbagai kendala ketika hendak saling berbagi kasih di antara keduanya. 3. Proses sosial Ada suatu ungkapan yang berbunyi “Proses Individualisasi hanya terjadi dalam proses Sosialisasi.” Itu artinya, seorang anak tidak akan mungkin berkembang kalau tidak dalam konteks pergaulan. Justru melalui pergaulan itulah setiap insan manusia akan mengaktualisasikan dirinya dan menjadikan diri nya sebagaimana manusia-manusia lainnya. Menurut Effendy (1989), Proses Sosial adalah terjadinya hubungan antar individu sehingga menjadi pergaulan hidup dalam bentuk kelompok yang pada gilirannya menjadi pergaulan hidup dalam bentuk yang lebih besar dan luas yang disebut dengan masyarakat. Sedangkan menurut Kimball Young, bentuk-bentuk proses sosial dibedakan menjadi (1) Oposisi yang terdiri atas persaingan atau competition, dan pertentangan atau pertikaian atau conflict; (2) Kerjasama (cooperation) yang menghasilkan akomodasi; dan (3) Diferensiasi (Differentation) yang merupakan proses di mana orang-