SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
PENGARUH PEMBERIAN TAMBAHAN PAKAN PADA INDUK BUNTING DAN SETELAH MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK, BERAHI KEMBALI DAN KEBERHASILAN IB PADA USAHA PERTANIAN SAPI POTONG DI PULAU LOMBOK TANDA SAHAT PANJAITAN, WILDAN ARIEF, A. SAUKI, A. MUZANI, 1. BASUKI,
dan A. S.
WAHID
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Telaaologi Pertanian Matarant Jalan Raya Peninjauan Narntada, KotakPos 1017, Matarani 83010
ABSTRAK Kajian pengaruh pemberian tambahan pakan pada induk sapi Bali bunting 8 bulan (IB dan kawin alam) dan pada induk setelah melahirkan sampai berahi kembali terhadap ; bobot lahir, rasio bobot induk terhadap bobot lahir anak, perubahan bobot badan induk, waktu berahi kembali dan tingkat keberhasilan IB telah dilakukan pada usaha pertanian sapi potong yang mengarah pada produksi pedet. Kegiatan dilakukan di Desa Kelebuh Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah dari bulan Mei 1997 dan masih terus berlanjut, dengan melibatkan 180 petani dall jumlah ternak 213 ekor. Tambahan pakan yang diberikan terdiri dari 2 jenis yaitu : 1. Dedak 1 kg + starbio (0,5%) dan II. Dedak 1 kg + Urea Mineral Blok (UMB). Hasil pengkajian diperoleh ; bobot lahir anak hasil IB dari induk yang diberi pakan I dan 11 masing-masing 25,1±3,0 kg dan 24,7±1,8 kg dan anak hasil kawin alam masing-masing 14,9± 2,9 kg dan 14,7± 2,1kg sedang bobot lahir anak dari induk yang tidak diberi pakan tambahan adalah 13,6± 2,6kg, rasio bobot induk terhadap bobot lahir anak berturut-turut adalah 10,43 ; 10,50; 15,76; 14,90 ; dan 18,07 . Pertalnballan bobot badan harian anak pada umur satu bulan berturut-turut 567 g/hr, 465 g/hr, 389 g/hr, 419 g/hr, 382 g/hr dan 357 g/hr. Terjadi penurunan bobot badan pada induk yang mempunyai anak hasil IB satu bulan setelah partus, masing-masing 12,8±9,0 kg dan 29,0±14,8 kg. Induk yang mendapatkan tambahan pakan setelah melahirkan, mengalami penunman 10,8±10,7 kg dan 6,4±5,9 kg. Waktu berahi kembali (Post Partuin Estrus = PPE) dari induk dengan anak hasil IB berturut-tunit 75±29 hari dan 94±35 hari, induk dengan anak sapi Bali 69±23 hari dan 59±12 hari sedang induk yang baru mendapatkan tambahan pakan setelah melahirkan masing-masing 75±29 hari dan 67±12 hari . Service per conception (S/C) untuk induk dengan anak hasil IB, kawin alam dan induk yang diberi tambahan pakan setelah melahirkan berturut-turut 1,6 ; 1,3 dan 1,4 . Tambahan pakan di akhir kebuntingan meningkatkan bobot lahir anak, mempertahankan kondisi tubull induk, mempercepat waktu berahi, meningkatkan pertambalian bobot badan harian anak dan memberikan tingkat keberhasilan IB yang tinggi. Katan kunci : Sapi, pakan tambahan, reproduksi PENDAHULUAN Lahan pertanian di Pulau Lombok secara umum dibagi menjadi 2 kategori : Iallan basall dan lahan kering . Luas lallan kering mencapai 53,4% dari luas Iallan usalla tersedia (ANONIM, 1997). Pendapatan petani lahan kering berasal dari tanaman pangan dan ternak, tenltanla ternak sapi. Namun demikian kontribusi ternak terhadap total pendapatan masill relatif rendah . 272
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Pada tahun 1996 populasi sapi potong di Pulau Lombok mencapai 298 .937 ekor (ANONIM, 1997). Pada umumnya ternak dipelihara secara tradisional . Cattle Health and Productivity Survey (CHAPS) tahun 1990-1993 mencatat hanya 14,8% ternak sapi potong di NTB yang dipelihara secara intensif (BAMUALIM et al ., 1997) . Cara pemeliharaan yang masih tradisional dan tidak meratanya suplai pakan akibat musim diperkirakan penyebab rendahnya produktivitas induk dimanajarak beranak rata-rata lebih dari 15 bulan . Musim kemarau yang relatif panjang, pada wilayah tertentu mencapai 9 bulan kering, menurunkan produksi hijauan pakan. Pakan relatif berpengaruh terhadap aktivitas reproduksi ternak. Pada umumnya aktivitas seksual terpusat pada awal musim lutjan di tnana tersedia cukup hijauan dengan kualitas yang baik, sebaliknya kelahiran terkonsentrasi pada musim kemarau di mana ketersediaan hijauan menipis . Kekurangan pakan terbukti mengakibatkan rendahnya tampilan keragaan dan kinerja reproduksi induk . Kekurangan pakan yang bobot dapat berakibat pada terhentinya fungsi ovarium (MCDONALD et al ., 1988). WINUGROHO (1994) inelaporkan pengaruh iklim terhadap rataan bobot badan, jarak beranak dan suplai pakan di beberapa desa di Pulau Lombok yang di sajikan pada Tabel 1 . Tabel 1.
Rataan curah lutjan, suplai pakan, rataan bobot badan dan Jarak beranak sapi Bali pada di Pulau Lombok
6
desa
Peubali Daerali (+) Daerah (-) Rataan curah hujan (nun)** 290 76 Suplai pakan (kg BK/iTf/hari)* 6,2 5,4 Jumlah betina dewasa (ekor) 104 105 Rataan bobot badan (kg) 240 195 Jarak beranak (bulan) 12-16 18-24 Pengamatan pakan dari bulan September sampai Desember 1992 . (+) Desa : Duman, Jemhatan hembar dan Gangga Curah hujan dari bulan September sampai November 1992 . (-) Desa : Sekotong Timur. Sekotong Barat dan Turuwai Perbaikan manajemen perlu dilakukan untuk mengatasi rendahnya produktivitas induk. Produktivitas induk diharapkan dapat meningkat dengan pemberian tambahan pakan pada akhir kebuntingan . Tambahan pakan bertujuan mengganti kekurangan pakan karena pengaruh musim sehingga dapat memperbaiki kondisi induk sebelum dan sesudah melahirkan . Dengan demikian penurunan bobot badan setelah melahirkan dapat ditekan, pertamballan bobot anak dapat ditingkatkan dan memperpendekjarak berahi kembali . Pengkajian dampak pemberian tambahan pakan pada akhir kebuntingan sampai berahi kembali perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sapi potong di Lombok. Pemberian pakan berkualitas pada akhir kebuntingan terbukti meningkatkan bobot lahir 5-8% dari bobot induk, meningkatkan produksi susu, mempercepat pos partum estnts clan interval kelahiran (NGGOBE et al., 1994; PUTu, 1989 ; SIREGAR et al, 1985). Pakan tambahan yang diberikan menlpakan campuran dedak ditambah starbio dan dedak ditambah Urea Mineral Blok (UMB). Starbio dan UMB bertujuan meningkatkan sistern kerja rumen. Starbio salah satu probiotik yang mengandung koloni bakteri lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik dan bakteri nitrogen fiksasi non simbiotik yang berfungsi unluk meningkatkan daya cerna pakan . Penggunaan starbio sebanyak 0,5% dari pakan tanlballan yang terdiri dari 75% dedak padi, 25% jagung giling dan 1% inineral setiap 100 kg campuran pakan dan diberikan 273
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
sebanyak 0,8% dari bobot badan memberikan pertambahan bobot badan yang nyata (WIGUNA et al., 1977). Urea Mineral Blok merupakan bahan suplemen yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan mikroba rumen sehingga proses pencernaan dapat ditingkatkan dan suplai protein siap serap meningkat . Penggunaan Urea Mineral Blok (UMB) pads musim kemarau dapat meningkatkan bobot badan (BAmuALim et al., 1990). Kendala lain pengembangbiakan sapi potong di Lombok adalah terjadinya kawin dini dan kemungkinan adanya silang dalam sebagai akibat dari tidak terencananya perkawinan ternak di tingkat petani. Silang dalam diketahui sangat berpengaruh terhadap kesuburan ternak . WARWICK et al. (1983) menegaskan setiap kenaikan 10% silang dalam menyebabkan penurunan bobot badan sapi sebesar 2,5-5,0 kg. Menghindari terjadinya silang dalam dapat dilakukan dengan introduksi, teknologi inseminasi buatan . Inseminasi buatan tidak saja dapat menghindari silang dalam tetapi juga mencegah penularan penyakit reproduksi yang terjadi melalui kawin atain (SETIAWAN et al.,-1997). MATERI DAN METODE Pengkajian dilakukan di Desa Kelebuh Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) . Kegiatan ini merupakan bagian dari Pengkajian Sistem Usahatani Pertanian (SUP) stipi potong di NTB . Kegiatan dilaksanakan sejak Mei 1997 dan masih terns berlanjut. Kegiatan melibatkan 180 petani dengan jumlah induk sapi Bali, bunting G-9 bulan, sebanyak 213 ekor. Tingkat "parities" (partus) induk 1-6 kali. Induk dibagi dalam 2 kelompok ; induk yang mendapatkan tambahan pakan pada akhir kebuntingan (persilangan sapi Brangus dan lokal) dan induk yang baru mendapatkan tambahan pakan setelah melahirkan (lokal) . Pakan yang diberikan terdiri dari dedak ditambah 0,5% starbio (1) dan dedak ditambah UMB (II). Ptikan I diberikan sebanyak 1 kg/ekor/hari . Pakan II untuk dedak diberikan dengan jumlah dtin cara yang sama sedang LIMB disediakan sepanjang waktu di dalam kandang dengan bentuk blok sebobot 1 kg. Komposisi UMB terdiri dari Urea, SP3G, ZA, Garam dapur, Kapur, Semen, Tapioka (17 : 15 : 15 : 37 : 10 : 3 : 2). Semua induk diberi obat casing (tidak mengganggtl kebuntingan) dan ditimbang menggunakan timbangan portable digital sebelum diperlakukan, selaujutnya penimbangan dilakukan secara teratur setiap bulan . Penimbangan bobot badan setelah melahirkan dilakukan selambatnya 1 hari setelah melahirkan demikian juga terhadap bobot lahir anak. Monitoring dilakukan setiap hari untuk mencatat kelahiran, pemberian pakan dan berahi kembali . Induk yang berahi kemudian diinseminasi menggunakan semen sapi Brangus disesuaikan dengan kebijakan pemerintah setempat . Parameter yang diukur dan diamati adalah bobot badan induk setelah melahirkan, bobot lahir anak, perubahan bobot badan sebulan setelah melahirkan, pertambahan bobot badan anak, berahi kembali setelah melahirkan (Post Partuin Estrus = PPE) dan tingkat keberhasilan IB dilihat dari nilai service per conception (S/Q, ternak sementara dikategorikan bunting jika 30 hari setelah 113 tidak berahi kembali namun untuk memastikan kebuntingan dilakukan diagnosa rektal (pemeriksaan kebuntingan = PKB). Data yang dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dilakukan analisa deskriptif untuk melihat dampak dari perlakuan yang diberikan. 274
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum Berdasarkan Monografi (1996/1997) Desa Kelebuh memiliki luas wilayah 668,49 lia clan ketinggian 520 dari permukaan laut, rata-rata curah hujan 1 .080 mm/tahun, tingkat kemiringan lahan 8% dan suhu udara rata-rata 25°C. Populasi sapi potong di Kelebuh mencapai 1.459 ekor dengan 13 kelompok ternak . Berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan inseminasi yang dikeluarkan DIREKTORAT BINA PRODUKSI, DIREKTORAT IENDERAL PETERNAKAN (1997) Desa Kelebuh termasuk dalam tahapan introduksi karena peternak baru mengenal IB clan dilayani oleh satu tenaga inseminator . Tahun 1996 konsentrasi ternak kawin terjadi bulan November (49%), curah hujan 207 mm dengan 20 hari hujan. Tahun 1997 konsentrasi ternak kawin terjadi bulan Desember (64%), curah hujan 318 mm dengan 15 hari hujan . Suplementasi induk bunting Bobot lahir sangat menentukan prestasi pertumbuhan ternak selanjutnya, bobot lahir yang tinggi akan memberikan pertumbuhan yang lebih cepat (WIRDAHAYATI et al., 1994) . Dari hasil pengkajian diperoleh bobot lahir anak (hasil kawin alam) meningkat lebili dari 15% dibandingkan dengan bobot lahir anak dari induk yang tidak mendapatkan tambahan pakan pada akhir kebuntingan . Pertambahan bobot lahir yang lebih tinggi diperoleh pada anak hasil persilangan meningkat sebesar 42% dibandingkan dengan bobot lahir anak non persilangan dari induk yang tidak mendapatkan tambahan pakan pada akhir kebuntingan . Kenaikan bobot lahir lebih tinggi dari hasil yang telah dilaporkan NGGOBE et al. (1994) bahwa pemberian pakan berkualitas pada akhir kebuntingan dapat meningkatkan bobot lahir 5-8% dari bobot induk. Pemberian pakan tambahan pada induk satu bulan sebelum melahirkan meningkatkan bobot lahir anak. Pemberian pakan tambahan pada akhir kebuntingan sangat dibutultkan karena masa kritis ternak bunting adalah sekitar dua bulan sebelum dan dua bulan setelah beranak (WINUGROHO, 1994). Pendapat lain mendapakan selama trimester pertama masa kebuntingan, pertumbuhan janin tidak bergantung pada nutrisi induk tetapi pada trimester akhir kebuntingan, terjadi permbahan-perubahan nyata padajanin yang dipengaruhi oleh nutrisi dan kesehatan induk . Rata-rata bobot lahir yang diperoleh dari perlakuan tambahan pakan pada akhir kebuntingan dari kedua jenis pakan disajikan pada Tabel 2 . Tabel 2 .
Peubah Persilangan Starbio UMB Lokal Starbio UMB Kontrol
Pengaruh pemberian tambahan pakan terhadap penambalian viak
bobot
lahir (kg) dan rasio induk-
Bobot induk (kg)
Bobot anak (kg)
Rasio induk-anak
262±38 259±16
25,1±3,0 24,7±1,8
10,43 10,50
231±38 216±39 245±25
14,9±2,9 14,7±2,1 13,6±2,6
15,76 14,90 18,07
275
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Hasil yang diperoleh dapat menggambarkan pemberian suplemen pada akhir kebuntingan dapat meningkatkan bobot lahir sehingga rasio bobot induk dan anak semakin kecil. Perubahan bobot badan induk dan anak Pemberian suplemen setelah melahirkan adalah usaha untuk menghindari bobot badan induk berada di bawah skor kondisi tubuh minimal untuk tetap memiliki siklus ovarium yang normal pada waktu kawin berikutnya dan membantu mempertahankan produksi susu sehingga dapat mencukupi kebutuhan pedet yang dilahirkan terutama pada musim kemarau (WINUGROHO, 1994) . Pada kajian ini terjadi penunman bobot badan induk satu bulan setelah melahirkan. Penurunan terbesar terjadi pada induk yang menyusui anak hasil persilangan berturut-turut 12,8±9,0 kg dan 29,0±14,8 kg untuk pakan I dan II selanjutnya diikuti oleh induk yang baru mendapatkan tambahan pakan setelah melahirkan dengan anak non-persilangan masing-masing 10,8±10,7 kg dan 6,4±5,9 kg sedang induk dengan anak non-persilangan yang mendapatkan tambahan pakan sejak bunting hampir tidak terjadi penurunan bobot badan. Induk setelah melahirkan secara fisiologis akan menyalurkan energi tubuh untuk memproduksi susu sehingga bobot badannya akan susut (WIRDAHAYATI et al ., 1994) . Dari pengkajian yang dilakukan diketahui perubakan nutrisi pada akhir kebuntingan sampai berahi kembali dapat menghambat penunman bobot badan setelah melahirkan dan sangat mungkin dapat meningkatkan pertambahan bobot badan . Pertambahan bobot badan anak pada bulan pertama sangat ditentukan oleh produksi susu induk. Anak dengan bobot lahir yang tinggi membutuhkan air susu yang lebih banyak. Kemampuan induk memproduksi susu tercermin dari pertambahan bobot badan anak dan perubahan bobot badan induk sendiri. Dari hasil kajian diperoleh pertambahan bobot badan harian anak persilangan umur satu bulan masing-masing 567 g/hari dan 465 g/hari, lokal 389 g/hr dan 419 g/hr dan anak lokal dari induk yang diberi pakan tambahan setelah melahirkan 382 g/hr dan 357 g/hr. Post Partum Estrus (PPE) Postpartum estrus atau berahi kembali setelah beranak merupakan salah satu indikator untuk memperoleh interval beranak yang pendek . Induk yang mengalami penurunan bobot badan secara tajam, skor kondisi tubuh < 2, selama periode menyusui akan mengalami gangguan siklus ovulasi . Induk dengan anak hasil persilangan rata-rata mengalami estrus kembali yang lebih lama. Induk yang diberi tambahan pakan dedak dan starbio mencapai PPE 75±29 hari sedang induk yang diberi tambahan dedak dan UMB mencapai 94±35 hari. Induk dengan anak lokal masing-masing 69±23 hari dan 59±12 hari. Induk yang mendapatkan tambahan pakan setelah melahirkan PPE berturutturut 75±29 hari dan 67±12 hari. Hasil kajian menunjukkan tambahan pakan pada akhir kebuntingan dapat memperbaiki daya reproduksi induk. Jumlah dan kualitas tambahan pakan yang diberikan pada induk dengan anak silangan perlu diperbaiki. TOELIFIERE (1979) menjelaskan interval antara partus ke estrus pertama berkisar antara 50 dan 60 hari dan lebih lama pada sapi potong yang kekurangan makanan.
Pencapaian IB Keberhasilan IB pada peternak tradisional dipengaruhi beberapa faktor : pengetahuan petani, jarak antara tempat petugas dan lokasi peternak dan kelancaran komunikasi (MARIYONO et al ., 1992) selain fktor teknis seperti : penanganan semen, kualitas semen, kesuburan ternak,
27 6
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 kecermatan pengamatan, pelaporan berahi yang tepat, dan ketrampilan inseminator (SETIAWAN et al., 1997) . Total induk yang sudah di IB sebanyak 49 ekor. Induk yang positif bunting berdasarkan pemeriksaan kebuntingan (PKB) 12 ekor dan 12 ekor mengalami berahi kembali . Nilai S/C yang diperoleh tanpa membedakan jenis tambahan pakan yang diberikan dari induk dengan anak hasil persilangan, lokal dan induk yang mendapatkan tambahan setelah partus berturut-turut 1,6, 1,3 dan 1,4 . TOELIHERE (1985) menyatakan nilai S/C normal berkisar antara 1,6 sampai 2 . DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN yang dikutip SETIAWAN (1997) menyatakan pada tahapan pengembangan di suatu wilayah nilai S/C 2 sudah dianggap cukup berhasil . KESIMPULAN DAN SARAN Pemberian tambahan pakan pada akhir kebuntingan meningkatkan bobot lahir anak, mempertahankan skor kondisi tubuh induk, mempercepat waktu berahi kembali, memberikan pertambahan bobot badan anak yang lebih tinggi dan memberi tingkat keberhasilan IB yang lebih baik . Pemberian tambahan pakan pada akhir kebuntingan sangat dibutullkan terutama induk dengan anak hasil persilangan yang memiliki bobot lahir yang lebih tinggi dan membutuhkan makanan yang lebih baik untuk pertumbuhannya. DAFTAR PUSTAKA ANONIM . 1977 . Nusa Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 1996 . BPS bekerjasama dengan BAPPEDA Propinsi Dati I NTB . Penerbit UD Surya Dharma . Mataram . BAMUAmM, A ., M . NGGOBE, dan L . MALO . 1990 . Pengaruh suplemetasi blok mineral dan putak (Corypha gebanga) terhadap pertumbuhan sapi Bali dara yang digembalakan selama musim hujan . Laporan Tahunan Sub Balai Penelitian Ternak Lili-Kupang Tahun 1989/1990 . BAMUALIM, A. dan WIRDAHAYATI . R .B . 1997 . Upaya penyediaan pakan ternak ruminansia pada lallan kering kasus Nusa Tenggara Barat . Makalah Dalam Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian di MataramNTB . 12-14 Maret 1997. MARIYONo, M . ALI YUSRAN, dan D . B . WIJONO . 1992 . Stud i kasus eflisiensi pelaksanaan program IB sapi Madura di daerall Bangkalan Madura. Proceedings Pertemuan Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Sapi Madura . Slmienep, 11-12 Oktober 1992 . Me DONALD, P ., R .A . EDWARDS, and J.F .D . GREENHALGH . 1998 . Animal Nutrition . 2nd edition. Longman Group Ltd . London and New York . NGGOBE, M ., B . TIRo, dan WIRDAHAYATL R .B . 1994 . Pemberian suplemen pada akhir masa kebuntingan terhadap bobot lallir, produksi susu induk dan kematian anak sapi Bali pada musim kemarau . Proceedings Seminar Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Peternakan - Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian . SBPTP Lili - BIP Noelbaki . Kupang, 1-3 Februari 1994 . Hal 139-144 . SETIAWAN, D. E, I.W . MATHIUs, S .B . SIREGAR, A . SUDIBYO, E . HANDIWIRAWAN, dan TATANKOSTAMAN. 1997 . Pengkajian pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB) dalam usaha peningkatan populasi dan produktivitas sapi potong nasional di Nusa Tenggara Barat . Puslitbanguak bekerjasama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . SIREGAR, A.R ., CH . THALIB, K . DIWIYANTO, P. SITEPU, U. KUSNADI, H. PRASETYO, dan P . SITORUS . 1985 . Performance sapi Bali di Nusa Tenggara Timur dan sapi Madura di Pulau Madura . Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta .
27 7
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
TOELmRE, M.R. 1979 . Fisiologi Reproduksi pada Ternak . Penerbit Angkasa. Bandung. TOELII-IERE, MR . 1985 . Inseminasi Buatan pada Ternak . Penerbit Angkasa. Bandung. WARwicK, E.J ., J.M. ASTUTi, dan W. HARDJOSUBROTO . 1983 . Pemuliaan Ternak . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta . WIGUNA, I.W.A .A . dan SuPRAPTo. 1997 . Pengkajian Sistem Usaha Pertanian (SUP) berbasis sapi potong di Bali . Seminar Regional KTI, Juli 1997 . WINUGROHo, M. 1994 . Strategi penanggulangan bahan pakan di musim kemarau. Proceedings Seminar Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Petemakan. Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian . 1-3 Februari 1994 . WIRDAHAYATI, R.B ., S. RATNAWATY, dan A. BAMUALIM . 1994. Pengaruh pemberian putak camper urea pada induk sapi Bali sebelum dan sesudah melahirkan terhadap produktivitas sapi Bali di lokasi petani . Proceedings Seminar Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Peternakan . Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian. 1-3 Februari 1994 .