Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
PENGGUNAAN SONAGRAM UNTUK MENGETAHUI PENGARUH ISOLASI DAN PENDEDAHAN SUARA BURUNG JANTAN DEWASA INTRASPESIES (KENARI/Serinus canaria L.) DAN INTERSPESIES (ANIS KEMBANG/Zoothera interpres L.) TERHADAP EMISI NYANYIAN KENARI JANTAN MUDA (The Use of Sonagram to Observe Voice Quality of male Canary Birds) LULU L. FITRI dan RIAL ADITYA Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Labtek X Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132
ABSTRACT Canary (Serinus canaria L.) is singing bird that is sold and raised widely. Scientifically it is known that behavior is a result of the combination of learning process and genetic inharitance. This study was done to investigate how learing process affect the voice of young canary. Nine young male Canaries (10 weeks old) were devided into 3 groups. Group 1 was exposed to the voice of Zoothera interpres L. (intra spesies); group 2 was exposed to the voice of Serinus canaria (some species) and group 3 was without exposure at all (isolated). These treatments was done for 14 weeks until the birds were months old. The exposure was done everyday from 06:00 – 08:00 and 16:00 – 18:00. The next step was recorded the song of each individu for 100 pieces. These voices were analyzed by Avisof – Sonagraph Pro inform of sonagram and oscillogram for furthure observation on: song duration, repertoire size, number of syllable type. The results showed that group 2 showed significantly longger song duration, higher number of syllable type and higher repertoire size compared to group 2 and 3. It is concluded that Canary need to learn to be able to produce species-specific voices. Key Words: Singing Bird, Learning Process, Serinus canaria L., Sonagram ABSTRAK Kenari (Serinus canaria L.) merupakan burung bernyanyi yang banyak diternakkan dan diperdagangkan oleh para penggemarnya. Secara ilmiah diketahui bahwa pola perilaku hewan merupakan hasil dari kombinasi sifat penurunan secara genetis dan proses belajar. Salah satu bentuk proses belajar burung bernyanyi seperti Kenari yang perlu diketahui adalah bagaimana burung muda dapat mengemisikan suaranya saat mendapat perlakuan yang berbeda sejak perioda sensitifnya hingga dewasa. Penelitian dilakukan terhadap sembilan individu Kenari jantan muda (usia 10 minggu) yang dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan (setiap kelompok terdiri dari 3 individu). Kelompok perlakuan I dan II masing-masing mengalami proses pembelajaran melalui metode pendedahan rekaman nyanyian burung jantan dewasa dari spesies Anis Kembang (Zoothera interpres L.) dan spesies yang sama yaitu Kenari (Serinus canaria L.). Kelompok perlakuan III menerima perlakuan isolasi suara atau tanpa menerima pendedahan suara apapun. Pendedahan suara dilakukan selama 14 minggu hingga burung berusia enam bulan yaitu ketika burung mulai mengemisikan nyanyiannya. Nyanyian burung tutor diperdengarkan setiap hari pada pukul 06.00 – 08.00 dan 16.00 – 18.00. Setelah masa pendedahan selesai selanjutnya dilakukan pencuplikan sebanyak seratus cuplikan nyanyian dari setiap individu. Cuplikan suara tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan program Avisoft-Sonagraph Pro yang hasilnya ditampilkan dalam bentuk sonagram dan oscillogram untuk melihat ada tidaknya perbedaan diantara ketiga kelompok perlakuan. Parameter suara nyanyian yang diukur meliputi: durasi nyanyian (song duration), ukuran repertoar (repertoire size), dan jumlah tipe silabel (number of syllable type). Hasil analisis suara dan uji statistik menunjukkan bahwa burung Kenari yang menerima perlakuan II (proses belajar intraspesies) memiliki rerata durasi nyanyian, jumlah tipe silabel, dan ukuran repertoar yang lebih tinggi secara nyata (P < 0,05) daripada burung Kenari yang menerima perlakuan I (proses belajar interspesies) dan III (tanpa proses belajar). Perbedaan hasil dari ketiga kelompok perlakuan tersebut menunjukkan adanya proses pembelajaran yang dilakukan oleh burung Kenari muda dalam
792
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
menghasilkan nyanyian khas species-specific. Dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan nyanyian species-specific yang lengkap, burung Kenari muda harus melalui proses pembelajaran terlebih dahulu dengan mendengar dan meniru suara Kenari jantan dewasa di sekitarnya. Kata Kunci: Burung Bernyanyi, Proses Belajar, Kenari (Serinus canaria L.), Sonagram
PENDAHULUAN Di Indonesia diketahui banyak penggemar/ peternak yang membudidayakan berbagai jenis burung bernyanyi, yang salah satunya adalah burung bernyanyi Kenari (Serinus canaria L.). Burung Kenari diketahui memiliki nilai ekonomi yang cukup penting karena selain dapat diperdagangakan juga menarik untuk diperlombakan. Upaya meningkatkan kualitas burung Kenari sering dilakukan oleh para peternak/penggemarnya, namun untuk itu diperlukan pengetahuan dan metodologi yang cocok agar dapat menghasilkan kualitas suara yang diinginkan. Banyak penelitian ilmiah yang telah dilakukan di berbagai negara empat musim yang menelaah kemampuan vokalisasi, struktur otak, hingga proses peniruan (imprinting) burung berkicau/bernyanyi (BRACKENBURY, 1989; BRAINARD dan DOUPE, 2002; CATCHPOLE dan SLATER, 1995). Oleh karena itu penelitian mengenai proses belajar burung bernyanyi perlu pula dikembangkan di negara tropika seperti Indonesia, yang tujuan akhirnya adalah selain dapat meningkatkan kualitas produksi suara juga dapat meningkatkan nilai ekonomis burung bernyanyi. Diketahui bahwa burung Kenari memiliki nyanyian yang sangat bervariasi dengan durasi yang panjang dan merupakan tipe burung bernyanyi open learners yaitu burung bernyanyi yang memiliki kemampuan belajar bernyanyi yang terus berulang dan berlangsung hingga usia dewasa atau setelah melewati tahapan periode kritis (BRAINARD dan DOUPE, 2002). Kelebihan yang dimiliki oleh burung Kenari tersebut memudahkan penelitian untuk mengetahui karakteristik suara burung terutama kemampuannya untuk belajar bersuara dan mengenali suara jenisnya atau suara jenis burung lain. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan belajar bernyanyi pada sejumlah individu burung Kenari jantan muda (Serinus canaria L.) yang diberi perlakuan berbeda. Beberapa perlakuan
yang diberikan diantaranya melalui metoda pendedahan dengan suara burung bernyanyi dari spesies yang berbeda (interspesies) yaitu burung Anis Kembang (Zoothera interpres L.), pendedahan dengan suara spesies burung yang sama (intraspesies), serta dengan melakukan isolasi dari proses belajar mendengar suara spesies burung yang sama (intraspesies) maupun spesies yang berbeda (interspesies). Hipotesis dari penelitian ini adalah kemampuan kualitas nyanyian individu burung Kenari muda harus diperoleh melalui proses belajar dan imprinting dari burung dewasa. Selain itu burung Kenari memiliki kemampuan filterisasi suara yang didengarnya saat periode belajar sehingga tidak semua nyanyian burung dapat ditirukan dan diemisikan pada saat dewasa. Untuk membantu mengukur hasil proses pembelajaran pada burung Kenari digunakan teknologi analisis suara melalui sonagram. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan selama bulan September 2005 hingga Juli 2006. Penelitian dilakukan terhadap sembilan individu Kenari jantan muda (Serinus canaria L.) berusia 10 minggu yang dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri dari tiga individu. Perlakuan pada kelompok I dan II masing-masing melalui metode pendedahan rekaman nyanyian burung jantan dewasa dari jenis Anis Kembang (Zoothera interpres L.) dan Kenari (Serinus canaria L.). Pada kelompok perlakuan III burung menerima perlakuan isolasi suara atau tanpa pendedahan suara apapun. Pendedahan dilakukan selama 14 minggu (tiga setengah bulan) hingga burung berusia enam bulan yaitu ketika burung mulai mengemisikan nyanyiannya. Nyanyian burung tutor diperdengarkan setiap hari pada pukul 06.00 – 08.00 dan 16.00 – 18.00. Setelah masa pendedahan selesai selanjutnya dilakukan pencuplikan sebanyak seratus cuplikan nyanyian dari setiap individu. Cuplikan tersebut
793
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
perlakuan II tersebut. Dengan adanya proses auditory feedback yang sesuai dengan template Kenari yang diperoleh pada saat tahap sensoris akan memudahkan Kenari muda dalam melakukan evaluasi dan seleksi suara sehingga dapat menghasilkan nyanyian species-specific yang berkualitas sama seperti burung tutor. 80 Jumlah
kemudian dianalisis dengan menggunakan program Avisoft-Sonagraph Pro yang hasilnya ditampilkan dalam bentuk sonagram dan oscillogram untuk melihat ada tidaknya perbedaan diantara ketiga kelompok perlakuan (SPECHT, 1996). Parameter nyanyian yang diukur meliputi: durasi nyanyian (song duration), ukuran repertoar (repertoire size), dan jumlah tipe silabel (number of syllable type) (FITRI, 2001). HASIL DAN PEMBAHASAN
794
40 20 0 Tipe silabel RS
Durasi
Parameter Individu A
Individu B
Individu C
Jumlah
(a) 100 80 60 40 20 0 Durasi Tipe silabel
RS
Parameter Individu D
Individu E
Indidivu F
(b) 80 60 Jumlah
Berdasarkan hasil analisis suara ketiga perlakuan seperti tertera pada Gambar 1, diketahui bahwa rerata durasi, jumlah tipe silabel, dan ukuran repertoar masing-masing individu dalam setiap kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan nyata. Dengan demikian dapat dilakukan analisis perbandingan durasi, jumlah tipe silabel, dan ukuran repertoar antara perlakuan I, II dan III. Hasil analisis suara dan uji statistik keseluruhan (Gambar 2) menunjukkan bahwa burung Kenari pada kelompok perlakuan II yang menerima perlakuan pendedahan nyanyian burung Kenari jantan dewasa memiliki rerata durasi nyanyian, jumlah tipe silabel, dan ukuran repertoar yang lebih tinggi daripada burung Kenari pada kelompok perlakuan I yang menjalani pendedahan nyanyian burung dari spesies lain yaitu anis kembang jantan dewasa dan perlakuan III yang diisolasi dari proses belajar mendengar suara. Perbedaan hasil dari ketiga perlakuan tersebut menunjukkan adanya proses pembelajaran yang dilakukan oleh burung Kenari muda dalam menghasilkan nyanyian khas speciesspecific-nya. Hasil pengukuran durasi nyanyian, jumlah tipe silabel, dan ukuran repertoar Kenari menunjukkan bahwa burung Kenari pada kelompok perlakuan II memiliki rerata durasi nyanyian, ukuran repertoar dan jumlah tipe silabel yang lebih besar dibandingkan burung Kenari pada kelompok perlakuan I dan III (P < 0,05). Tingginya nilai rerata durasi nyanyian, ukuran repertoar dan jumlah tipe silabel Kenari kelompok perlakuan II menunjukkan berhasilnya proses belajar yang dilakukan oleh kelompok burung Kenari pada kelompok
60
40 20 0 Durasi
Tipe silabel
RS
Parameter Individu G
Individu H
Individu I
(c) Gambar 1. Rerata durasi, jumlah tipe silabel, dan ukuran repertoar burung Kenari (a) perlakuan I, (b) perlakuan II, dan (c) perlakuan III
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Rerata durasi nyanyian (detik)
2
b
0
a
forebrain pathway (AFP) yang berperan dalam proses belajar nyanyian. Kedua jalur tersebut tetap berhubungan dan terlibat dalam proses pendengaran dan persepsi terhadap suara/ nyanyian (NOTTEBOHM, 2005). Menurut BRAINARD dan DOUPE (2002) terdapat dua fase tahap pembelajaran bersuara pada burung bernyanyi yaitu fase pembelajaran sensoris dan sensorimotoris. Kedua fase ini terjadi pada saat burung berusia muda yang dinamakan dengan periode kritis. Periode kritis dalam proses belajar bernyanyi tidak memiliki batasan usia yang pasti. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap seluruh individu burung Kenari dari ketiga perlakuan, tahap sensorimotoris mulai berlangsung saat burung berusia kurang lebih lima bulan. Ini menunjukkan bahwa fase sensoris setidaknya telah berlangsung ketika burung Kenari berusia di bawah lima bulan. Pada saat memasuki tahap awal fase sensorimotoris burung Kenari memproduksi vokal/suara yang bervariasi namun struktur silabelnya tidak terlalu jelas. Memasuki bulan ke enam usia burung, vokal yang diemisikan terdengar lebih jernih dan stabil terutama pada kelompok burung Kenari perlakuan II yang didedahkan dengan nyanyian tutor burung Kenari dewasa. Sebaliknya pada usia tersebut kelompok burung perlakuan I dan III belum menunjukkan nyanyian yang stabil dan jelas.
3
Pengaruh perlakuan terhadap durasi nyanyian
b
a
8 6 4 2 0
2
1
3
Perlakuan
(a) 120
b
Repertoare size
100
a
80
a
60 40 20 0 1
2
3
Perlakuan
(b)
Jumlah tipe silabel per nyanyian
7,5 7
b a
6,5 6 5,5 1
2 Perlakuan
Gambar 2. Rerata durasi nyanyian burung Kenari (a), rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian (b), dan rerata ukuran repertoar (c) burung Kenari pada setiap perlakuan Huruf yang berbeda (a,b) pada parameter yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (P < 0,05)
Pengaruh perlakuan pada fase pembelajaran bersuara Proses pembelajaran dan produksi nyanyian ini pada dasarnya melibatkan dua jalur saraf utama di dalam otak burung bernyanyi yaitu posterior descending pathway (PDP) yang berperan dalam produksi suara dan anterior
Hasil yang diperoleh juga memperlihatkan bahwa burung Kenari pada kelompok perlakuan I (didedahkan dengan nyanyian burung dari spesies lain yaitu anis kembang jantan dewasa), ternyata memiliki durasi yang lebih kecil dan berbeda nyata daripada burung Kenari pada kelompok perlakuan II (didedahkan dengan nyanyian tutor burung Kenari dewasa) dan kelompok perlakuan III (mengalami isolasi suara). Hasil ini juga dapat menunjukkan berlangsungnya proses pembelajaran suara yang dilakukan Kenari terhadap burung di luar spesiesnya (interspesies). Berdasarkan penelitian JULITA (2006), diketahui bahwa salah satu karakteristik nyanyian burung anis adalah cenderung berdurasi pendek, berbeda dengan nyanyian burung Kenari yang cenderung
795
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
memiliki durasi yang panjang. Karakteristik nyanyian anis tersebut kemungkinan menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan individu Kenari kelompok perlakuan I dalam menghasilkan nyanyian dengan durasi yang panjang. Sama halnya dengan kelompok Kenari perlakuan I, individu Kenari pada kelompok perlakuan III yang diisolasi cenderung memiliki durasi yang lebih pendek daripada Kenari kelompok perlakuan II, meskipun perbedaannya tidak terlalu nyata. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak berlangsungnya proses auditory feedback/vocal interactions yang diperlukan Kenari muda untuk mampu mengembangkan potensi nyanyiannya, sehingga nyanyian yang dikembangkannya murni berasal dari sifat penurunan secara genetis. Hal ini sesuai dengan pendapat NOTTEBOHM (1984) yang menyatakan bahwa nyanyian Kenari yang diisolasi tetap berisi nyanyian khas speciesspecific. Pengaruh perlakuan terhadap tipe silabel Banyaknya tipe silabel total yang dimiliki oleh burung bernyanyi bergantung pada tahapan proses belajar yang dilalui. Seperti diketahui ketiga perlakuan mulai diberikan ketika burung berusia 10 minggu yaitu ketika burung berada pada fase sensori. Pada fase ini burung sedang melakukan proses auditori dan memorisasi terhadap suara tutornya sehingga diperoleh template yang sesuai dengan sifat penurunan genetisnya. Pada kelompok perlakuan II, individu Kenari didedahkan dengan nyanyian tutor dari spesies yang sama (intraspesies). Memasuki fase sensorimotoris, Kenari mulai melatih vokalnya dengan memanfaatkan auditory feedback yang berasal dari tutor yang sama. Dengan adanya perlakuan ini Kenari muda akan lebih mudah untuk mengembangkan nyanyian speciesspecific-nya karena terdapat kecocokan antara template yang terdapat dalam memorinya dengan auditory feedback yang didengarnya. Dengan demikian Kenari muda dapat meniru nyanyian tutornya dengan persis sehingga nyanyian species-specific-nya akan semakin berkualitas yang salah satunya ditunjukkan dengan banyaknya tipe silabel yang mampu diemisikan.
796
Kondisi yang berbeda ditunjukkan oleh Kenari pada kelompok perlakuan III yang mengalami isolasi suara semenjak tahap sensori berlangsung. Dengan adanya isolasi ini Kenari muda tidak dapat melakukan proses auditori maupun memorisasi sehingga template yang terbentuk murni merupakan innate template/crude template yang diturunkan secara genetis. Memasuki fase sensorimotoris, Kenari pada kelompok perlakuan III juga tidak dapat melakukan evaluasi terhadap nyanyian yang diemisikannya karena tidak adanya auditory feedback dari individu lainnya. Kondisi ini menyebabkan kualitas nyanyian yang diemisikannya menjadi sangat sederhana (tingkat variasi nyanyian rendah) karena jumlah tipe silabel yang mampu diemisikannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan individu pada kelompok perlakuan II. Hal yang sama terjadi pada Kenari kelompok perlakuan I yang didedahkan dengan suara tutor burung dari spesies lain yaitu anis kembang. Rendahnya tipe silabel yang dapat diemisikan Kenari kelompok perlakuan I kemungkinan disebabkan karena tidak adanya interaksi visual antara Kenari kelompok perlakuan I dengan tutor anis kembang. Seperti diketahui, tutor burung yang digunakan dalam penelitian ini bukan merupakan ’live tutor’ melainkan berupa rekaman suara kaset sehingga akan menyulitkan Kenari kelompok perlakuan I dalam menirukan suara tutornya karena tidak dapat mengetahui pola pergerakan paruh dan pergerakan kepala dari tutornya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kroodsma dan MILLER (1982) yang menyatakan bahwa vokal yang diemisikan burung ditentukan oleh beberapa hal diantaranya perbedaan morfologi paruh dan gerakan kepala. Faktor lain yang mempengaruhi emisi suara burung diantaranya struktur syrinx, kondisi lingkungan, aktifitas hormonal, maupun faktor bawaan (SUTHERS dan GOLLER, 1997). Pengaruh perlakuan terhadap ukuran repertoar dan struktur nyanyian Jumlah tipe silabel yang berbeda nyata juga akan mempengaruhi ukuran repertoar yang akhirnya akan menentukan pula tampilan struktur silabel. Hasil pengamatan sonagram pada Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan struktur nyanyian diantara ketiga kelompok
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
tetapi hal ini tidak berarti bahwa burung akan meniru semua yang didengarnya. Hal tersebut terlihat pada kelompok perlakuan I yaitu ketika burung Kenari muda didedahkan pada nyanyian burung anis kembang yang cenderung memiliki tipe nyanyian yang sangat berbeda dengan Kenari. Berdasarkan pengamatan sonagram (Tabel 1) terlihat bahwa Kenari pada kelompok perlakuan I tidak dapat menghasilkan struktur nyanyian yang normal sama halnya dengan Kenari pada kelompok perlakuan III. Selain itu pada individu Kenari perlakuan I juga tidak mampu mengemisikan nyanyian yang serupa dengan nyanyian tutornya yaitu anis kembang. Struktur nyanyian Kenari kelompok perlakuan I tampak belum sempurna sehingga dalam bentuk sonagramnya terlihat tidak jelas dan kasar. Hal ini diduga terjadi karena adanya distorsi/penyimpangan akibat adanya ketidakcocokan antara innate template dengan auditory feedback yang berasal dari tutor anis kembang. Dengan demikian ketika memasuki fase sensorimotoris Kenari muda tidak dapat mengoptimalkan potensi nyanyiannya sehingga struktur nyanyian yang terbentuk menjadi tidak sempurna.
perlakuan. Pada kelompok perlakuan III (burung Kenari yang diisolasi), struktur nyanyian yang dihasilkan setelah tiga setengah bulan perlakuan belum menunjukkan hasil yang sempurna. Padahal pada kondisi normalnya di alam, burung tersebut biasanya telah menguasai ± 90% silabel nyanyian seperti burung dewasa. Burung Kenari pada usia tiga bulan hingga mencapai kedewasaaan seksual pada usia tujuh hingga delapan bulan sedang berada pada periode plastic song dengan ciri nyanyian yang lebih terstruktur dan hampir mirip dengan nyanyian burung Kenari dewasa (THORPE, 1961). Pada kelompok perlakuan II (burung Kenari yang mengalami proses belajar mendengar suara spesies burung yang sama/intraspesies) hasil pengamatan sonagram menunjukkan adanya struktur nyanyian yang normal yaitu berupa struktur silabel yang tampak lebih jelas dan halus. Selain itu frase nyanyiannya pun cenderung panjang dan memiliki pola urutan yang teratur dari satu frase ke frase lainnya. Berdasarkan hasil ini terlihat jelas bahwa burung muda melakukan proses pembelajaran berdasarkan suara yang didengarnya. Akan
Tabel 1. Beberapa tampilan sonagram struktur nyanyian burung tutor dan Kenari perlakuan Sonagram Tutor perlakuan I:
kHz 10 8
Anis Kembang
6 4 2 0.5
Tutor perlakuan II: Kenari
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
kHz 10 8 6 4 2 0.5
Perlakuan I
1
1.5
2
2.5
3
3.5
kHz 10 8 6 4 2
Perlakuan II
0.5
1
1.5
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
kHz 10 8 6 4 2
Perlakuan III
2
2.5
3
3.5
4
kHz 10 8 6 4 2 0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
797
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap ketiga parameter penelitian [(1) durasi nyanyian (song duration), (2) jumlah tipe silabel (number of syllable type) dalam satu nyanyian, dan (3) ukuran repertoar (repertoire size)] diketahui bahwa burung Kenari pada kelompok perlakuan II (pendedahan nyanyian burung Kenari jantan dewasa terhadap tiga individu Kenari jantan muda) memiliki kualitas nyanyian paling baik dibandingkan burung Kenari pada kelompok perlakuan I (pendedahan nyanyian burung dari spesies lain yaitu anis kembang jantan dewasa terhadap tiga individu Kenari jantan muda) dan kelompok perlakuan III (diisolasi dari proses belajar mendengar suara spesies burung yang sama (intraspesies) maupun spesies yang berbeda (interspesies). Hasil tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan mendengar dan meniru nyanyian jantan dewasa dalam satu spesiesnya sangat penting bagi burung muda untuk mampu menghasilkan nyanyian species-specific yang berkualitas. DAFTAR PUSTAKA BRACKENBURY, J.H. 1989. Function of The Syrinx and the Control of Sound Production. Form and Function in Birds Vol 4. KING, A.S. dan J. MCLELLAND. (Eds.) Academic Press, London. pp. 193 – 220. BRAINARD, M.S. dan A.J. DOUPE. 2002. What Songbirds Teach Us about Learning. Macmillan Magazine Ltd, California, USA.
798
CATCHPOLE, C.K. dan P.J.B. SLATER. 1995. Bird Song: Biological Themes and Variations. Cambridge University Press, Cambridge. FITRI, L.L. 2001. Les Charts des Canaries Domestiques Physiologyquest et le Status Social des Males Emetteurs. These Doctorat de L’Universite Paris X Nanterre. JULITA, U. 2006. Penilaian Kualitas Suara serta Pengamatan Bentuk Anatomi ‘Syrinx’ Dua Spesies Burung Bernyanyi, Kenari (Serinus canaria) dan Anis Merah (Zoothera citrina). Skripsi Sarjana Biologi. Institut Teknologi Bandung. KROODSMA, D.E. dan E.H. MILLER. 1982. Acoustic Communication in Birds. Vol 1: Production, perception, and Design Features of Sounds. Academic Press, London. NOTTEBOHM, F. 1984. Birdsong As a Model in Which to Study Brain Process Related toLearning. Condor 86: 227 – 236. NOTTEBOHM, F. 2005. The Neural Basis of Birdsong. PLoS Biol 3(5): e164. SPECHT, A. R. 1996. Avisoft-Sonagraph Pro. User’s Guide Version 2.7, Sound Analysis Software for MS-Window SUTHERS, R.A. dan F. GOLLER. 1997. Motor Correlates of Vocal Diversity in Songbirds. Curr. Ornithol. 14: 235 – 288. THORPE, W.H. 1961. Bird Song: The Biology of Vocal Communication and Expression in Birds. Cambridge University Press, New York.