TEKS SASTRA INDONESIA SEBAGAI SARANA MEMBANGUN KARAKTER SISWA/ GENERASI MUDA PENERUS BANGSA D.B. Putut Setiyadi Universitas Widya Dharma Klaten Abstrak Teks sastra Indonesia berfungsi untuk menghibur, memperkaya pandangan kehidupan, memberikan pengetahuan nilai sosioku ltu ral, d an kekayaan batin seseorang. Dengan d em ikian teks sastra Ind onesia d ap at d ip akai sebagai d engan ap resiasi teks sastra Ind onesia d i lu ar jam p elajaran, m em ilih teks sastra Ind onesia yang m engand u ng nilai-nilai lu hu r, d an m em anfaatkan teks sastra Ind onesia sebagai sarana m em bangu n karakter. Ketiga cara ini dapat dilakukan apabila ada campur tangan pemerintah yang didukung oleh para guru sebagai ujung tombaknya. Kata kunci: teks sastra, pembangun karakter siswa
A. Pendahuluan Pada era 20-an sampai dengan sebelum tahun 90-an banyak teks sastra yang terkenal yang d icip takan oleh p ara sastraw an, baik p rosa, p u isi, m au p u n d ram a. Karya-karya p ara sastrawan yang sangat terkenal itu, msalnya karya-karya Merari Siregar, Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, J.E. Tatengkeng, Armyn C. N oer, Y.B. Mangu nw ijaya, Ahm ad Tohari, d an sebagainya. Karya-karya besar m ereka m engand u ng p esan-p esan m oral, bu d aya, d an p end id ikan yang d ap at d ip akai sebagai m ed ia p end id ikan karakter bagi sisw a d an generasi m u d a u m u m nya. Karya-karya tersebu t tid ak asing d i kalangan p elajar p ad a era tersebu t. Para sisw a banyak yang m engenal karyakarya tersebu t, sam p ai kep ad a tem a, am anat, alu r cerita, tokoh-tokoh d an karakternya, d an sebagainya. Hal itu tidak terjadi pada era setelah 2000-an. Pada masa ini tidak lagi terdengar gaung karya sastra yang setara dengan karya-karya tersebut. Kalau pun ada, itu hanya dikenal oleh para penggemar sastra, sedangkan di lingkungan pelajar kurang begitu dikenal. Hal ini terjadi karena karya sastra yang berbobot sangat ku rang. Di sekolah-sekolah tid ak d isinggu ng lagi karena tuntutan kurikulum. Penyebab lain karena kemajuan zaman yang telah membedakan aktivitas p ara sisw a p ad a m asa kini. Para sisw a lebih d ekat d engan televisi, kom p u ter, maupun handphone. Mereka tidak lagi berbudaya membaca buku, tetapi lebih banyak melihat atau membaca karya-karya melalui perangkat elektronik. Kalau p u n m em baca bu ku , m ereka lebih senang m em baca bu ku -bu ku sastra yang ini m akin m enjau hkan generasi m u d a d ari bu d aya bangsanya send iri. Karya-karya sastra yang d itu lis p ara sastraw an Ind onesia kebanyakan p u isi, itu p u n m elalu i m ed ia sosial, yang d icetak sangat jarang. Karya yang beru p a rom an atau novel ju ga ku rang sekali. H al ini disebabkan pula oleh biaya produksi yang mungkin sangat tinggi, sedangkan pemasarannya seret. Penerbit jarang yang mau membiayai penerbitan sebuah karya sastra karena tidak mau merugi. Di lingku ngan sekolah, karya sastra tid ak lagi banyak d iajarkan karena ku riku lu m yang ad a sekarang, p orsi m ateri ajar sastra sangat ku rang. Kond isi ini ju ga m enyebabkan karya sastra sem akin jau h d ari p ara p elajar sebagai generasi m u d a. Pad ahal karya sastra m engand u ng m anfaat yang besar, yakni m enam bah kekayaan batin d an ju ga p end id ikan bagi siswa, khususnya pada karya-karya sastra yang berbobot. Kondisi di atas menimbulkan gagasan untuk membahas bagaimana mengapresiasikan teks sastra d an m em ilih teks sastra yang bergu na bagi kehid u p an sisw a sebagai generasi m u d a p eneru s bangsa, serta bagaim ana jika teks sastra d ip akai sebagai sarana m em bangu n pendidikan karakter gi mereka.
Seminar Nasional dan Launching ADOBSI
423
B. Pembahasan Istilah teks sering dipertukarkan dengan istilah wacana (discourse). Dalam tradisi bahasa Jerm an hanya d ip akai istilah teks u ntu k ked u anya (Dijk, 1997:ix). Dalam trad isi berbahasa Inggris d ap at d ibed akan bahw a teks lebih m engacu kep ad a bahasa lisan, sed angkan w acana lebih mengacu kepada bahasa lisan. Dalam tradisi bahasa Indonesia kedua istilah itu dipakai d alam arti yang sinonim , nam u n ad a p u la yang m em bed akan. N am u n, p erbed aan itu tid ak m enim bu lkan p erd ebatan. Ked u a istilah d ip akai saling bergantian, nam u n istilah w acana lebih banyak d igu nakan. Dalam ku riku lu m 2013 lebih m em ilih m enggu nakan teks. Wacana dan teks merupakan dua istilah yang sinonim (Setiyadi, 2012:12). Dalam pembahasan ini teks dan wacana merupakan istilah yang sinonim dan lebih banyak digunakan istilah teks. Teks adalah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan su atu kesatu an (Lu xem bu rg, d kk., 1986:86). Pakar lain, H allid ay d an H assan (1992:1) m enyatakan bahw a teks ad alah sebu ah u nit bahasa d alam konteks p em akaiannya. Dalam konteks pemakaian dimaksudkan makna yang dikandungnya sesuai dengan konteksnya. Konteks terd iri d ari bayangan kita m engenai d u nia nyata atau d u nia yang m u ngkin ad a, lagi p u la m engenai p ola kejad ian d alam d u nia itu (Lu xem bu rg, d kk.,1986:91). Konteks bisa beru p a bahasa d an bu kan bahasa, serta d ap at m elip u ti selu ru h latar belakang sosial bu d aya d ari m asyarakat bahasa itu (Anw ar, 1990:45). Penganalisis w acana haru s m em p ertim bangkan konteks tem p at terd ap atnya bagian sebu ah w acana (Brow n d an Yu le, 1996:27). Konteks wacana adalah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana (Sumarlam, 2003:46). Konteks w acana m elip u ti d u a kelom p ok, yaitu konteks lingu al (ko-teks) d an konteks ekstralingu al (Wijana, 2001b:215). Ko-teks d isebu t p u la konteks internal bahasa atau konteks internal saja. Konteks d i lu ar bahasa d isebu t ju ga konteks situ asi, konteks bu d aya, konteks eksternal bahasa, konteks ekternal, atau konteks saja. Konteks eksternal m encaku p referensi, inferensi, p resu p osisi, d an im p likatu r. Konteks ekstralingu al ini d igu nakan u ntu k m engu ngkap kan m aksu d (m akna p enu tu r) yang tersem bu nyi d i balik su atu u jaran atau teks. Renkem a (1993:45) m engatakan konteks sering d isam akan d engan verbal konteks atau lingkungan yang berkaitan dengan isi teks. lain berd asarkan bentu knya m elip u ti w acana p rosa, w acana p u isi, d an w acana d ram a. Teks atau w acana bisa berbentu k lisan m au p u n tertu lis, p rosa atau p u isi, d ialog atau m onolog (Halliday & Hassan, 1992:1). Berdasarkan fungsinya, Luxemburg, dkk. (1986:94) mengatakan bahwa jenis teks mencakup teks acuan, teks ekspresif, teks persuasif, teks mengenai teks-teks, teks-teks yang berfungsi sosial, dan teks sastra. Teks sastra m encaku p teks p rosa, p u isi, d an d ram a. Teks p rosa ad alah teks yang bebrbentuk prosa. Teks puisi adalah teks yang berbentuk puisi. Teks drama adalah teks yang berbentu k d ram a. Sebu ah teks bersifat sastra ap abila ia berfu ngsi sebagai sastra, yaitu bila sekelompok pembaca, termasuk si peneliti, membaca teks itu sebgai hasil sastra (Luxemburg, dkk., 1986:99). Fungsi atau tujuan teks adalah memerikan teks-teks untuk memudahkan memahami, m em anfaatkan teks atau kelom p ok teks d an beru p aya m enghasilkan teori teks (Tarigan, 1987:62). Lebih jau h p akar ini m enyebu tkan bahw a ap abila kita m em erikan su atu teks sastra maka sudah sepantasnya kita dapat menunjukkan secara tepat dan pasti apa yang menjadi ciri khas teks tersebut dan menghubungkan ciri khas itu dengan intuisi-intuisi sastra kita. Wellek d an Warren (1995:25) m engu tip konsep H orace bahw a fu ngsi sastra ad alah dulce d an utile. Menu ru t Tjahjono (1988:40) m anfaat m em baca karya sastra antara lain sebagai p em erkaya pandangan kehidupan dan memberikan pengetahuan nilai sosiokultural. Untu k sam p ai p ad a tu ju an tersebu t, p erlu ad anya ap resiasi terhad ap karya sastra sebanyak-banyaknya agar tercip ta rasa m enghargai terhad ap karya sastra. Ap resiasi terhad ap karya sastra bisa secara langsu ng m au p u n tak langsu ng. Menu ru t Am inu d d in (2004:36) ap resiasi sastra secara langsu ng ad alah kegiatan m em baca atau m enikm ati cip ta sastra beru p a teks m au p u n p erform ansi secara langsu ng. Wu ju d nya bisa beru p a p erilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra, baik berupa cerpen, novel, roman, dram, maupun teks sastra yang lain.
424
Seminar Nasional dan Launching ADOBSI
Teks sastra Indonesia dapat dipakai sebagai sarana membangun pendidikan karakter bagi sisw a d i sekolah d ari jenjang d asar sam p ai m enengah atas. Beriku t ini langkah-langkah untuk melaksanakan pendidikan karakter melalui media teks sastra. 1. Apresiasi Teks Sastra di Luar Jam Pelajaran Kegiatan apresiasi teks sastra kepada siswa dapat dilakukan di setiap sekolah di jenjang m anap u n. Tahap p engakraban karya sastra ini d ap at d ilaku kakn d i lu ar jam p elajaran. Pelaksananya tentu saja gu ru bahasa Ind onesia. Mem ang beban gu ru bahasa Ind onesia m enjad i lebih. H al ini p erlu d ip ertim bangkan agar gu ru tersebu t m em p eroleh insentif tam bahan d an m em iliki sem angat yang tinggi u ntu k m engap resiasikan karya sastra. Kalau gu ru m erasa keberatan d engan hal ini karena ad m inistrasi gu ru begitu banyaknya, bisa mengundang para alumni fakultas sastra untuk berkiprah di dalamnya. Dalam kegiatan ini gu ru m em ilihkan karya-karya sastra yang berbobot atau yang m engand u ng nilai-nilai p end id ikan yang tinggi yang sesu ai d engan jenjang p end id ikan siswa. Untuk kegiatan ini juga diperlukan bahan pustaka yang memadai yang disediakan oleh setiap sekolah. Pemerintah dalam hal perlu pula memberikan anggaran yang khusus u ntu k kegiatan ini. Dengan d em ikian kegiatan ini d ap at p u la d ilaku kan oleh sekolahsekolah sw asta yang sebagian besar d ana p end id ikannya d itanggu ng send iri. Dengan pengadaan buku-buku sastra dari pemerintah tersebut beban sekolah menjadi ringan. Agar kegiatan ini d ilaksanakan secara bertanggu ng jaw ab, p em erintah haru s p u la m elaku kan evaluasi secara periodik atas kegiatan ini. Ap resiasi teks-teks sastra itu d ap at p u la m enim bu lkan sem angat p ara p enu lis teks sastra untuk menulis karya sastra. Kekhawatiran para sastrawan memang sering dikaitkan d engan faktor ekonom i yang m enyebabkan m ereka m alas u ntu k m enu lis. Jika tu lisantulisan sastra mereka laku, pastilah mereka akan lebih terpacu lagi untuk menulis teks-teks sastra yang lain. Kegiatan yang haru s d ilaku kan gu ru ad alah m em berikan tu gas kep ad a setiap sisw a u ntu k m em baca bu ku tersebu t sam p ai selesai d engan batas w aktu yang telah d itentu kan. Kem u d ian sisw a d iajak berd isku si p ad a p ertem u an beriku tnya u ntu k m em bahas karyakarya yang telah d ibacanya itu . Gu ru m em berikan ap resiasi secara m end alam setelah siswa melakukan diskusi. Kegiatan ini haru s d ilaku kan secara ru tin setiap m inggu d engan berganti-ganti teks sastranya. Dengan cara ini sisw a d ip aksa u ntu k m em baca karya sastra tertentu yang telah d itentu kan oleh gu ru nya. Jika setiap bu lan m em bahas satu teks sastra (p rosa, p u isi, maupun drama), paling tidak setiap semester siswa telah membaca lima buah karya sastra secara m end alam . Pem bahasan d alam kegiatan ini belu m sam p ai p ad a p enggalian nilainilai p end id ikan yang terkand u ng d alam karya sastra. Sisw a hanya d iajak m engap resiasi karya sastra d an m em aham i isinya. Ap resiasi terhad ap teks sastra selain m enghibu r d an m enyenangkan, ju ga m engand u ng m anfaat p ad a sisw a sebagai generasi m u d a p eneru s bangsa d alam m em p erkaya p and angan kehid u p an, p engetahu an nilai-nilai m oral, nilainilai pendidikan karakter, dan sebagainya. Tujuan lain dari kegiatan apresiasi karya-karya sastra Indonesia adalah siswa menjadi lebih m encintai d an m enghargai hasil karya bangsanya send iri. Kegiatan tersebu t p erlu karena selam a ini p ara sisw a lebih akrab d engan karya-karya sastra asing yang berasal d ari Jep ang m au p u n Korea. H al ini tentu saja tid ak m engu ntu ngkan karena m ereka akan sem akin jau h d ari kebu d ayaan m ilik send iri. Mereka m enjad i asing d engan kebu d ayaan di negerinya sendiri. 2. Memilih Teks Sastra yang Mengandung Nilai-nilai Luhur Kegiatan m em ilih teks sastra yang m engand u ng nilai-nilai lu hu r ini d id isku sikan antara gu ru d an sisw a. Pad a kegiatan yang p ertam a sisw a hanya d iberi karya sastra u nru k d ibaca d an kem u d ian d iajak u ntu k m engap resiasi isi teks sastra tersebu t. Pad a kegiatan lanju tan atau kegiatan ini, sisw a d iajak u ntu k m enganalisis p esan-p esan m oral yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur untuk pendidikan karakter yang dapat digali dari teks sastra yang d ibaca d an d ikaji bersam a-sam a itu . Tentu saja kegiatan ini m em erlu kan pengetahuan yang memadai dari siswa.
Seminar Nasional dan Launching ADOBSI
425
Pemahaman akan pesan-pesan moral dan nilai-nilai-nilai luhur yang dapat digali dari sebuah teks sastra kiranya hanya dapat diterapkan di jenjang sekolah menengah atas saja. Hal ini disebabkan oleh kondisi pemikiran siswa yang telah memiliki banyak pengalaman batin. Sisw a sekolah m enengah atas ju ga m eru p akan sisw a yang ju ga telah m em iliki analisis yang lebih baik dibandingkan dengan siswa sekolah menengah pertama. Jenjang sekolah dasar dan menengah pertama diberi porsi yang lebih ringan. Misalnya, p ad a jenjang sekolah d asar cu ku p d iceritakan oleh gu ru nya, d an d itanya hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur intrinsiknya saja. Pada jenjang sekolah menengah pertama bisa d iberikan lebih tinggi lagi tingkatnya, m isalnya sisw a d isu ru h agar m engap resiasi isinya seperti telah disebutkan di atas. Jad i, p ad a kegiatan ini sisw a telah m elaku kan ap resiasi d an sekaligu s m elaku kan analisis secara m end alam u ntu k m engetahu i p esan-p esan m oral d an nilai-nilai lu hu r yang ad a d alam sebu ah teks sastra yang telah d ibacanya. Dengan d em ikian teks sastra yang d ibacanya telah m asu k p u la ke d alam gagasan sisw a. Dengan begitu sisw a d ap at mengetahui betul manfaat apa yang dapat diperolehnya dari membaca teks sastra itu. 3. Teks Sastra sebagai Sarana Membangun Karakter Siswa/ Generasi Muda Dari langkah ked u a tersebu t, sisw a d ap at m em ilih teks-teks sastra yang m ana yang mengandung nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan fungsinya sebagai media pendidikan karakter. Pemilihan pendidikan karakter tidak bisa dilakukan sendiri oleh siswa. Kegiatan ini harus dilakukan dengan guru. Dengan bantuan guru, siswa tidak akan tersesat kepada bacaan yang bersifat negatif. Di samping itu juga merupakan kegiatan lanjutan dari sekolah yang tingkatnya di bawahnya. Pend id ikan karakter yang ad a p ad a jenjang tersebu t haru s d isesu aikan d engan ku riku lu m yang ad a d alam su atu jenjang p end id ikan. Tiap jenjang m em iliki karakteristik yang berbed a-bed a antara yang satu d engan yang lainnya. Dengan berhasilnya m enanam kan p end id ikan karakter m elau i m ed ia teks sastra d ap at m enyebabkan sastra menjadi akrab di lingkungan generasi muda seperti era 20-an-90-an. Dengan ad anya tiga kegiatan d i atas d ap at d iketahu i oleh sisw a bahw a teks sastra Ind onesia m em iliki fu ngsi yang sangat bergu na bagi kehid u p an sisw a sebagai generasi m u d a p eneru s bangsa, yaitu m engand u ng p esan-p esan m oral d an nilai-nilai lu hu r yang tersirat di dalam karya tersebut. Itu semua dapat memperkaya pengetahuan dan pandangan hidup siswa, memberi pengetahuan akan nilai sosio-kultural serta pengetahuan lain yang dapat memberikan kekayaan batin yang sangat tinggi bagi kehidupan siswa. C. Penutup Dari u raian d i atas d ap at d isim p u lkan bahw a m anfaat m em baca teks sastra sangat byak, antara lain m em p eroleh inform asi sekaligu s m enghibu r, m em p erkaya p and angan kehidupan, memberikan pengetahuan nilai sosiokultural, dan menambah kekayaan batin, dan sebagainya. Dengan demikian fungsi dulce et utile pada teks sastra dapat terealisasi. Fungsi ini alangkah baiknya jika dimanfaatkan untuk membangun karakter bagi siswa sebagai generasi muda penerus bangsa. Langkah yang harus ditempuh adalah dengan melalui tiga cara, yaitu m engap resiasi teks sastra Ind onesia d i lu ar jam p elajaran, m em ilih teks sastra Ind onesia yang m engand u ng nilai-nilai lu hu r, d an m em anfaatkan teks sastra Ind onesia sebagai m ed ia pendidikan karakter. Ketiga cara ini dapat dilakukan apabila ada campur tangan pemerintah yang didukung oleh para guru sebagai ujung tombaknya. D. Daftar Pustaka Aminuddin. 2004.
. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset.
Anw ar, Khaid ir.1990. Fungsi dan Peranan Bahasa: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gad jah Mad a University Press. Brown, Gillian & George Yule. 1996 Jakarta: Gramedia. Dijk, Teun A. van. 1997. Publications.
426
(terjemahan I. Soetikno). . New Delhi: SAGE
Seminar Nasional dan Launching ADOBSI
dalam Pandangan Semiotik Sosial (terjemahan Asruddin Barori Tou). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Luxemburg, Jan van.1986. Pengantar Ilmu Sastra (terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: PT Gramedia. Renkem a, Jan. 1993. Benjamins Publishing Company. Sumarlam (Ed.). 2003.
. Surakarta: Pustaka Cakra.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Tjahjono, Liberatus Tengsoe.1988. Indah.
. Ende-Flores: Nusa
Wellek, Rene d an Au stin Warren. 1995. Teori Kesusastraan (terjem ahan Melani Bu d ianta). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wijana, I Dewa Putu. 2001. “Implikatur dalam Wacana Pojok” dalam Humaniora Volume XIII, No. 3, hal. 215–220. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Seminar Nasional dan Launching ADOBSI
427