FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BATANG GADIS (TNBG) DI KECAMATAN TAMBANGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL
TESIS
OLEH SYAWALUDDIN 027004014/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
ABSTRAK Syawaluddin Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengindentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat Kecamatan Tambangan dalam menjaga kelestarian kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), mengetahui tingkat peran serta masyarakat Kecamatan Tambangan dalam melestarikan kawasan TNBG dan mengetahui pengaruh peran serta masyarakat Kecamatan Tambangan terhadap pelestarian kawasan TNBG. Metode yang dipergunakan adalah metode survey yang bersifat deskriptif korelisional serta observasi lapangan. Data primer diperoleh dari wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder. Analisis data yang digunakan adalah metode chi square. Karekteristik masyarakat meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya melestarikan TNBG. Hal ini ditunjukkan dengan X2 hitung > X2 Tabel, pada taraf kepercayaan 99% dan 95%. Sedangkan pendapatan dan pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya melestarikan TNBG dibuktikan dengan X2 hitung > X2 tabel pada taraf kepercayaan 99% dan 95%. Peran serta masyarakat yang meliputi tingkat pengetahuan masyarakat, kegiatan social, upaya pengelolaan hutan dan upaya pengamanan hutan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya menjaga kelestarian TNBG dengan probabilitas signifikansinya yang di bawah 1% dan 5%. Sedangkan forum pertemuan tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya menjaga kelestarian TNBG karena probabilitas signifikansinya di atas 5%.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
ABSTRACT Syawaluddin The arm of this research is to know and to identify the factors that influence the Participation of the Tambangan Subdistrict society in conservating TNBG area, knowing the participation level of the Tambangan subdistrict society in conservating TNBG area and knowing the influence of the Conservation TNBG area. The method that used is Correlation descriptive method and also field observation. The primary data is found from interview with the respondent while the secondary data is found from various instance. The data that is collected consist of primary data and secondary data. The analysis data used is Chi Square method. The characteristic of society include in age, gender and education background has significant correlation to TNBG conservation effort. It shown the X2 count is bigger than X2 table at the degree of trust at 99% and 95%. While the income and the job one, it has not significant correlation to TNBG conservation effort it shown from the X2 count is lower than X2 table at the degree of trust 99% and 95%. The participation of society that include in the degree of society knowledge, social act, the effort of forest carry out, and the effort of forest security has significant correlation to the TNBG conservation effort with the probability significance under 1% and 5%. While the meeting forum, it has not significant correlation to the TNBG conservation effort because the probability significance is over 5%.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan pengerahan dari berbagai pihak, tulisan ini tidak akan mampu diselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada : 1.
Ibu Prof. Dr. Chalida Fachruddin, selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2.
Ibu Ir. Mena Uly Tarigan MS, selaku anggota Komisi Pembimbing.
3.
Ibu Dr. Retno Widhiastuti, MS, selaku anggota Komisi Pembimbing.
4.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairunnisa, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjan USU.
5.
Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin SH, MS, Ketua Prodi PSL USU dan Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc. selaku Sekretaris Prodi PSL USU.
6.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas RI yang telah memberikan BPPS, sehigga penulis masih tetap bias melanjutkan pendidikan.
7.
Bapak Drs. H. Mansur Suaidi Siregar, MM, Rektor UMTS Padangsidempuan, Abangda H. Amiruddin Lubis, SE, Sekda Kota Padangsidempuan dan Mbak Diah R. Sulistiowati dari Conversation International Indonesia yang selalu siap menyediakan data-data yang penulis butuhkna.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
8.
Bapak H. Sofyan Pemred Harian Analisa, Ali Sukardi Wapemred Harian Analisa dan H. Bahari Efendi Lubis, yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk tetap bisa kuliah sambil bekerja di Harian Analisa.
9.
Ayahanda Almarhum Sutan Sudoguron Hasibuan dan Ibunda Nursyamsi Nasution, kak Dermawan Sari, Bang Ipan, adik-adikku Sarif Hamidi SP. Alwis Hamidi, SH dan Ade Purnama, SS.
10.
Istri tercinta Wadimatuss’diyah Harahap, SP serta anak-anak Nyala Nasywa Muqniza Hasibuan dan Raisa Agnia Qanita Hasibuan sebagai inspirasi bagi penulis untuk tetap serius menyelesaikan tulisan ini.
11.
Adik-adik BEM IAIN-SU Andi Hakim, Yudhi dan Ucok.
12.
Serta Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran semua pihak masih sangat diharapkan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan bagi siapa saja yang membutuhkannya. Fastabiqul Khairats.
Medan,
Maret 2007 Penulis
Syawaluddin
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................................ KATA PENGANTAR ...................................................................................... RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ I.
PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... Perumusan Masalah .................................................................................. Tujuan Penelitian ...................................................................................... Hipotesis ................................................................................................... Manfaat Penelitian ....................................................................................
II.
TINJAUAN PUSTAKA Manfaat dan Fungsi Taman Nasional Batang Gadis ................................. Pengertian Peranserta Masyarakat ........................................................... Faktor yang Mempengaruhi Peranserta Masyarakat .................................
III. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... Metode Pengumpulan Data ....................................................................... Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. Variabel Penelitian .................................................................................... Analisa Data ..............................................................................................
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ................................................................................................................... Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... Kondisi Geografis ..................................................................................... Topografi ................................................................................................... Luas Wilayah ............................................................................................ Kondisi Sosial Budaya Masyarakat .......................................................... Kearifan Lokal Masyarakat ....................................................................... Kearifan Lokal Masyarakat Mandailing ................................................... Gambaran Umum Respondeng ................................................................. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ............................... Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................... Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan .......................... Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan .......................................... Pembahasan ...................................................................................................... Karekteristik Masyarakat .......................................................................... Karekteristik Masyarakat Berdasarkan Umur ........................................... Karekteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. Karekteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................... Karekteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendapatan .................... Karekteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...........................
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Peranserta Masyarakat dalam Pelestarian TNBG ....................................... Pengetahuan Masyarakat tentang Kawasan TNBG .................................. Aktifitas Masyarakat dalam Mengikuti Kegiatan Sosial dan penyuluhan ......................................................................................... Aktifitas Masyarakat dalam Forum Pertemuan ........................................ Aktifitas Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Kawasan Hutan ........ Aktivitas Masyarakat dalam Kegiatan Pengamanan Kawasan Hutan ....... Hubungan Peranserta Masyarakat dalam Upaya Pelestarian Kawasan TNBG ........................................................................................ V.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................... Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.
Data Penduduk .............................................................................................
2.
Luas Wilayah Menurut Desa ........................................................................
3.
Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah .........................................................
4.
Banyaknya Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................
5.
Banyaknya Penduduk Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga ...............................................................................
6.
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ..................................
7.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................
8.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............................
9.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ............................
10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ............................................. 11. Tabulasi Silang Antara Umur Dengan Peranserta Masyarakat .................... 12. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Peranserta Masyarakat ...... 13. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Dengan Peranserta Masyarakat ................................................................................. 14. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendapatan Dengan Peranserta Masyarakat ................................................................................. 15. Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Dengan Peranserta Masyarakat ............. 16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat Tentang TNBG .................. 17. Distribusi Frekuensi Dalam Mengikuti Kegiatan Sosial dan Penyuluhan ...
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
18. Distribusi Frekuensi Aktivitas Masyarakat Dalam Forum Pertemuan ........ 19. Distribusi Frekuensi Aktivitas Masyarakat Dalam Kegiatan Pengelolaan Kawasan Hutan ........................................................................ 20. Distribusi Frekuensi Aktivitas Masyarakat Dalam Kegiatan Pengamanan Kawasan Hutan ....................................................................... 21. Nilai Korelasi Rank Spearman Hubungan Karekteristik Masyarakat dalam Melestarikan TNBG ......................................................
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Syawaluddin, dilahirkan pada 30 November 1970 di Hutapadang Kecamatan Ulupungkut Kabupaten Mandailing Natal, anak kedua lima bersaudara dari ayahanda almarhum Sutan Soduguron Hasibuan dan Ibunda Nursyamsi Nasution. Menyelesaikan studi di SD Negeri 142667 Hutapadang tahun 1984, SMP Negeri Hutagodang tahun 1987, SMA Negeri Kotanopan tahun 1990, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UMTS) Padangsidempuan tahun 1997. Menikah dengan Wadimatussa’diyah Harahap SP, guru SMA Negeri I Marancar Tapanulis Selatan 14 Juli 2001, saat ini dikaruniai dua orang anak Nyala Nasywa Mugniza Hasibuan (4) murid TK Bunayya Padangsidempuan dan Raisa Agnia Qanita Hasibuan (1). Selama mahasiswa pernah menjadi Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Tapanuli Selatan tahun 1995-1996, Sekretaris Umum PD Pemuda Muhammadiyah Tapsel tahun 1999-2003, dan saat ini menjabat sebagai Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Sumatera Utara periode 2005-2010. Sehari-hari
bekerja
sebagai
dosen
Fakultas
Pertanian
UMTS
Padangsidempuan mengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian, Dasar-Dasar Manajemen dan Ekologi Tanaman tahun 1999-2002, serta menjadi wartawan Harian Analisa sejak tahun 2000-sekarang. Sebelumnya sejak tahun 1995-1999 menjadi staf
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
pada Yayasan Pusat Studi Regional dan Pengembangan Masyarakat (PUTRA BANGSA) di Sibolga, Tapanuli Tengah. Pernah meliputi dunia pariwisata di Malaysia pada Februari 2004 serta melipu perkembangan pendidikan di Universiti Utara Malaysia (UUM) Kedah. Mengikuti studi banding dan menulis pengelolaan kawasan konservasi berbasis dukungan stakeholder local Hutan Lindung Sungai Wain di Kota Balikpapan Kalimantan Timur 12-14 April 2007. Menulis berbagai persoalan lingkungan di media massa, pernah meraih juara harapan I Lomba Karya Tulis Ilmiah peringatan HUT RI tahun 2001 tingkat Sumut dan memenangkan hibah liputan mendalam tentang AIDS, Gender dan Kesehatan Reproduksi kerjasama Ford Foundation dan LP3Y Yogyakarta tahun 2006.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya melestarikan alam merupakan tugas utama (mission sacre) manusia disamping tugas pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai sang pencipta. Sebagai tugas utama, maka upaya pelestarian tersebut haruslah ditafsirkan dengan penuh makna (meaningfull), agar setiap aktifitas kehidupan manusia dengan serta merta menempatkan masa depan alam dan kelestarian lingkungan sebagai pertimbangan utama dan memposisikannya sebagai bagian yang sangat substansial. Sebagai bagian yang integral dari lingkungan hidup, hutan memegang peranan yang sangat vital bagi kehidupan dan masa depan manusia. Hutan merupakan sumberdaya ekonomi, pemasok kayu dan nir-kayu, misalnya rotan dan berbagai jenis getah. Hutan sebagai sumber daya ekonomilah yang menonjol dalam kehidupan kita, terutama kayunya, sedangkan hasil nir-kayunya belum dimanfaatkan secara maksimal. Lahan hutan merupakan sumberdaya yang banyak dimanfaatkan misalnya untuk transmigrasi dan pembangunan perkebunan. Demikian pula banyak terdapat pertambangan mineral dan nir-mineral di dalam kawasan hutan (Sumarwoto, 1999). Hutan mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting, yaitu : daur hidroorologi, melindungi tanah dari erosi yang berlebihan, mengurangi pengendapan tanah di sungai-sungai, penyimpan sumber daya genetik, pengatur kesuburan tanah dan rosot (penyimpan, sink) karbon. Hutan juga menjadikan iklim setempat menjadi nyaman, menghasilkan cuaca yang sejuk, tidak kering dan tidak berubah-ubah. Walhi (1993) menyatakan, hutan tropika mempunyai efek yang lebih besar dalam membantu
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
menggerakkan sistem peredaran umum atmosfir, mempengaruhi pola presipitasi umum, dan mendistribusikan panas ke daerah beriklim sedang. Hafild (1999) mengatakan, hutan Indonesia termasuk beberapa hutan yang secara hayati paling kaya di dunia, juga merupakan hutan paling banyak ditebang. Meskipun tertulis 14 persen sisa hutan (16 juta hektar) itu dilindungi di taman-taman dan cagar-cagar, banyak kawasan semacam itu dirusak oleh penebangan pohon, penambangan, pertanian dan pemukiman baru manusia. Baplan, Departemen Kehutanan dalam Conservation International Indonesia (2004) memperkirakan tingkat laju jenis kerusakan hutan alam telah mencapai 3,8 juta hektar per tahun. Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara sendiri mencapai 76.000 hektar per tahun dalam kurun waktu 1985-1998. Untuk menciptakan kehidupan yang berkelanjutan, ada dua masalah utama yang timbul. Pertama, dengan peningkatan jumlah penduduk yang tak terelakkan dalam beberapa dekade mendatang, berapa banyak hutan yang terpaksa harus dikonversi untuk pertanian dan penggunaan lain guna memenuhi kebutuhan pokok manusia. Kedua, bagaimana luas hutan yang tersisa harus dikelola (Walhi, 1993). Prospek masa mendatang bagi hutan tropis sebagian besar akan tergantung pada perubahan sosial, yang gaya dan iramanya berubah-ubah dari waktu ke waktu serta dari tempat ke tempat. Manajemennya akan memerlukan konservasi potensial genetik dan ekologis yang layak, pertukaran informasi yang bebas bagi manajemen sumberdaya dan pemahaman perubahan sosial serta kerjasama internasional yang bertanggungjawab dan saling membutuhkan (Polunin, 1997).
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Kegiatan konservasi seharusnya dilakukan secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat, mencakup masyarakat umum, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), perguruan tinggi, dan pihak-pihak lainnya. Sedangkan strategi pelaksanaan konservasi tersebut meliputi : 1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan 2. Pengawetan
keanekaragaman
jenis
tumbuhan
dan
satwa
beserta
ekosistemnya 3. Pemanfaatan secara lestari sukberdaya alam hayati dan ekosistemnya (Widada, 2001) Di Indonesia, salah satu upaya konservasi yang dilakukan adalah dengan mendirikan taman nasional yang dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya didefenisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Pada Konferensi Taman Nasional se Dunia di Bali tahun 1982, pemerintah mengumumkan lima Taman Nasional pertama
di Indonesia. Meskipun istilah
kawasan taman nasional belum terdapaty dalam perundang-undangan Indonesia. Sebelumnya jenis kawasan pelestarian yang dikenal di Indonesia sejak masa pemerintahan Belanda adalah cagar alam dan suaka margasatwa. Sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang banyak antara pengelolaan taman nasional dengan kawasan konservasi lainnya seperti suaka margasatwa, cagar alam, taman wisata alam dan
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
lainnya, kecuali pada pengelolaan taman nasional, unsur pemanfaatannya dilakukan secara berimbang dengan unsur perlindungan dan pengawetannya. Salah satu contoh upaya konservasi yang dilakukan masyarakat dan pemerintah adalah pembentukan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) di
Kabupaten
Mandailing Natal sebagai pengakuan negara dan penguatan tradisi lokal masyarakat Mandailing Natal yang telah menjaga hutan alam dan sumberdaya airnya selama ini. Berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/Menhut-II/2004 tanggal 29 April 2004 tentang perubahan dan penunjukan Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap di Kabupaten Mandailing Natal Provisni Sumatera Utara seluas kurang lebih 108.000 hektar sebagai Kawasan Pelestarian Alam dengan Fungsi Taman Nasional Batang Gadis. Terbentuknya prakarsa konservasi lokal tersebut didorong keinginan untuk menyelamatkan hutan alam yang masih tersisa dan relatif utuh di Provinsi Sumatera Utara untuk dikelola dengan baik, agar dapat mendatangkan manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat dan pemerintah daerah serta masyarakat luas pada umumnya (Conservation International Indonesia, 2004). Kesadaran tersebut didasari betapa kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) sangat penting artinya bagi penyediaan air untuk kelangsungan hidup masyarakat yang mendiami 13 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal. Sebab penduduk setempat lebih banyak menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian yang kebutuhan airnya diperoleh dari kawasan daerah tangkapan air (water catchment area) Taman Nasional Batang Gadis (TNBG). Hal ini terlihat sebanyak 35 persen
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
dari nilai Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Mandailing Natal disumbangkan sektor pertanian.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkankan latar belakang tersebut masalah dalam peneltian ini adalah : 1. Tingkat peranserta masyarakat Kecamatan Tambangan dalam menjaga kelestarian kawasan TNBG. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peranserta masyarakat Kecamatan Tambangan dalam melestarikan kawasan TNBG. 3. Pengaruh hubungan peranserta masyarakat Kecamatan Tambangan terhadap kelestarian TNBG.
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi peranserta masyarakat Kecamatan Tambangan dalam pelestarian kawasan TNBG. Mengetahui tingkat peranserta masyarakat Kecamatan Tambangan dalam melesatrikan kawasan TNBG serta mengetahui pengaruh peranserta masyarakat Kecamatan Tambangan terhadap pelestarian kawasan TNBG.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
1.4. Hipotesis a. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi peranserta masyarakat dalam pelestarian kawasan TNBG di Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. b. Ada hubungan antara peranserta masyarakat dengan upaya pelestarian TNBG di Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat, peminat masalah lingkungan, pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam memahami peranserta masyarakat di Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manfaat dan Fungsi Taman Nasional Batang Gadis Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya mendefenisikan Taman Nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Suatu kawasan secara umum ditetapkan sebagai kawasan dilindungi bila memiliki karakteristik/keunikan ekosistem, misalnya ekosistem hutan hujan dataran rendah, fauna endemik, ekosistem pegunungan tropika dan lain-lain. Spesies khusus yang diminati, mencakup nilai/potensi, kelangkaan atau terancam, misalnya menyangkut habitat jenis satwa seperti badak, harimau, beruang dan lain-lain. Tempat yang memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Lanskap/ciri geofisik yang bernilai estetik, dan penting untuk ilmu pengetahuan misalnya glasier, mata air panas, kawah gunung berapi dan lain-lain. Tempat yang berfungsi sebagai perlindungan hidrologi, tanah, air dan iklim mikro. Tempat yang potensial untuk pengembangan rekreasi alam dan wisata, misalnya danau, pantai, pegunungan, satwa liar yang menarik dan lainlain (Widada, 2001). Bila dikaitkan dengan kategori klasifikasi kawasan dilindungi tersebut, maka TNBG telah memenuhi pertimbangan karakteristik atau ciri khas kawasan yang didasarkan pada kajian-kajian biologi dan ciri lain serta tujuan pengelolaan, kadar perlakuan pengelolaan yang diperlukan sesuai dengan tujuan pelestarian, kadar
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
toleransi atau kerapuhan ekosistem atau spesies yang terdapat di dalamnya, Kadar pemanfaatan kawasan yang disesuaikan dengan tujuan peruntukan kawasan tersebut serta tingkat permintaan berbagai tipe penggunaan dan kepraktisan pengeloaan (Widada, 2001). TNBG berdasarkan hasil survei Conservation International Indonesia tahun 2004 memperlihatkan kekayaan hayati yang cukup tinggi. Beragamnya jenis flora dan fauna yang ditemui cukup menjadikan alasan bahwa kawasan ini perlu segera dilindungi, guna menekan laju kepunahan flora dan fauna di TNBG ini. Diperkirakan terdapat 242 jenis tumbuhan berpembuluh (vascular plant) atau sekitar 1 persen dari flora yang ada di Indonesia. Selain itu ditemukan juga buah langka dan dilindungi yaitu bunga Padma (Rafflesia sp) jenis baru. Tingginya nilai kekayaan flora di TNBG menjadikan kawasan ini harus segera dilindungi karena masih banyak jenis-jenis tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya bagi kehidupan manusia sehingga perlu dikaji lebih lanjut. Satwa langka yang dilindungi undang-undang dan konvensi internasional juga ditemukan di TNBG, seperti Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatra), kambing hutan (Naemorhedus sumatraensis), tapir (Tapirus indicus), kucing hutan (Catopuma temminckii), kancil (Tragulus javanicus), binturong (Arctitis binturong), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor) dan kijang (Muntiacus muntjac). Selain itu, juga ditemukan 242 jenis burung yang 45 diantaranya merupakan jenis burung yang dilindungi di Indonesia, 8 jensi secara global terancam punah, 11 jenis mendekati terancam punah (Conservation International Indonesia, 2004).
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
TNBG juga merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Gadis. DAS ini mempunyai luas 386.455 hektar atau 58,8 persen dari luas Kabupaten Mandailing Natal dan sangat penting artinya sebagai penyedia air yang teratur untuk mendukung kelangsungan hidup dan kegiatan perekonomian utama masyarakat, yaitu pertanian. Lebih dari 360.000 jiwa di Kabupaten Mandailing Natal menggantungkan hidupnya dari sektir pertanian, khususnya di 68 desa pada 13 kecamatan yang bertetangga dengan TNBG. Ketergantungan pada sektor pertanian terlihat pada besarnya sumbangan sektor pertanian pada nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kabupaten yaitu sekitar 35 persen. Keberadaan TNBG akan menjaga kualitas dan kelancaran pasokan air untuk keperluan minum dan pengairan 34.500 hektar persawahan dan 43.000 hektar perkebunan kopi, karet dan kayu manis (Conservation International Indonesia, 2004). Kawasan TNBG seluas 108.000 hektar ini terbentuk dari Kawasan Hutan Lindung, Hutan Produksi terbatas dan Hutan produksi tetap. Hutan Lindung yang dialihfungsikan menjadi taman nasional seluas 101.500 hektar, yaitu Hutan Lindung Register 4 Batang Gadis I, Register 5 Batang Gadis II Komp I dan II, Register 27 Batang Natal I, Register 28 Batang Natal II, Register 29 Batahan Hulu dan Register 30 Batang Parlampungan I. Kawasan hutan lindung tersebut ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dalam kurun waktu 3 tahun antara 1921-1924, sedangkan kawasan Hutan Produksi yang dialihfungsikan menjadi taman nasional meliputi areal eks HPH PT. Gunung Raya Utama Timber (Gruti) seluas 5.500 hektar dan PT. Aek Gadis Timber seluas 1.000 hektar. Alih fungsi hutan produksi menjadi kawasan konservasi ini pada hakekatnya juga memberikan kesempatan kepada hutan untuk
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
bernafas, dengan melakukan jeda (moratorium) penebangan hutan alam di kawasan hutan produksi (Conservation International Indonesia, 2004).
2.2. Pengertian Peranserta Masyarakat Proses yang melibatkan masyarakat umum, dikenal sebagai peranserta masyarakat. Peran masyarakat tersebut merupakan proses komunikasi dua arah yang berlangsung terus-menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat secara penuh atas suatu proses kegiatan, dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang berwenang (Canter dalam Santosa, 1990). Secara sederhana Canter mendefinisikan sebagai feed-forward information (komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat tentang suatu kebijakan) dan feedback information (komunikasi dari masyarakat ke pemerintah atas kebijakan itu). Koentjaraningrat
(1990), berpendapat bahwa partisipasi berarti memberi
sumbangan dan turut menentukan arah atau tujuan pembangunan, dengan menekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi masyarakat. Affan (1993) memberikan pengertian bahwa partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial secara secara kolektif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan tersebut. Jika dikaitkan dengan daerah tertentu, partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam suatu sistem sosial dalam daerah/wilayah tertentu, secara mental, emosional, material baik secara perorangan (individual) maupun berkelompok dalam suatu kondisi tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang sudah disepakati bersama antara penyelenggara negara dan masyarakat tersebut.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Peranserta juga berarti keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap fase kegiatan mulai dari perencanaan dan pengambilan keputusan, implementasi, evaluasi dan pemanfaatan. Atas inisiatif sendiri berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang ada pada mereka untuk menyelesaikan hal-hal yang sebagai hambatan dan merupakan bentuk inovatif dalam melihat peluang atas kebutuhan-kebutuhannya (Awang, 2003). Mikkelsen (1989), mengatakan partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek untuk memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya
sendiri.
Partisipasi
adalah
keterlibatan
masyarakat
dalam
pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka. Davis dan Newstrom (1993) memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam satu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggungjawab pencapaian tujuan. Terdapat dua unsur pokok mengapa partisipasi itu penting, pertama alasan etnis, yaitu dalam arti pembangunan demi manusia berpartisipasi sebagai subjek, bukan menjadi objek. Kedua, alasan sosiologis, yaitu bila perkembangan diharapkan berhasil dalam jangka panjang, ia harus menyertakan sebanyak mungkin orang, kalau tidak pembangunan pasti macet. Dengan demikian dalam partispasi terdapat tiga unsur : 1. Bahwa partisipasi / keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan lebih dari keterlibatan jasmani.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
2. Adanya kesediaan memberi sesuatu demi mencapai tujuan kelompok dimana pemberian itu didasar oleh rasa senang,kesukarelaan untuk membantu. 3. Adanya unsur tanggung jawab yaitu partisipasi merupakan kewajiban mendasar sebagai anggota masarakat. Dari sudut terminologi, peranserta masyarakat dapat diartikan sebagai suatu cara melakukan interaksi antara dua kelompok; kelompok yang selama ini tidak diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan (non-elite) dan kelompok yang selama ini melakukan pengambilan keputusan (elite). Bahasan yang lebih khusus lagi, peran serta masyarakat sesungguhnya merupakan suatu cara untuk membahas incentive material yang mereka butuhkan (Goulet dalam Santosa, 1990). Dengan perkataan lain, peran serta masyarakat merupakan insentif moral sebagai "paspor" mereka untuk mempengaruhi lingkup-makro yang lebih tinggi, tempat dibuatnya suatu keputusan-keputusan yang sangat menetukan kesejahteraan mereka. Cormick dalam Santosa, 1990, membedakan peranserta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan sifatnya, yaitu yang bersifat konsultatif dan bersifat kemitraan. Dalam peranserta masyarakat dengan pola hubungan konsultatif antara pihak pejabat pengambil keputusan dengan kelompok masyarakat yang berkepentingan, anggota-anggota masyarakatnya mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan untuk diberi tahu, dimana keputusan terakhir tetap berada di tangan pejabat pembuat keputusan tersebut. Dalam konteks peranserta masyarakat yang bersifat kemitraan, pejabat pembuat keputusan dan anggota-anggota masyarakat merupakan mitra yang relatif sejajar kedudukannya. Mereka bersama-sama membahas masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan membahas keputusan.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan tingkatan organisasi, peranserta dibagi menjadi, yaitu partisipasi yang terorganisasikan, terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja dikembangkan
atau
dalam
proses
persiapan.
Dan
peranserta
yang
tidak
terorganisasikan, terjadi karena persitiwa temporer (Fuadi, 2000) Kegunaan peranserta masyarakat sejak tahap perencanaan adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan lingkungan (Canter dalam Santosa, 1990). Karena dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak kegiatan dan kelompok kepentingan (interest groups), para pengambil keputusan dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompok tersebut dan menuangkannya ke dalam konsep. Pandangan dan reaksi masyarakat itu, sebaliknya akan menolong pengambil keputusan untuk menentukan prioritas, kepentingan dan arah yang positif dari berbagai faktor. Perlunya peranserta masyarakat dikatakan Hardjasoemantri (1993), selain memberikan informasi yang berharga kepada para pengambil keputusan, peran serta masyarakat akan mereduksi kemungkinan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan. Selanjutnya, peranserta masyarakat akan membantu perlindungan hukum. Bila suatu keputusan akhir diambil dengan memperhatikan keberatan-keberatan yang diajukan, maka akan memperkecil kemungkinan pengajuan perkara ke pengadilan. Karena masih ada alternatif pemecahan yang dapat diambil sebelum sampai pada keputusan akhir.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Hardjasoemantri melihat perlu dipenuhinya syarat-syarat berikut agar peranserta masyarakat menjadi efektif dan berdaya guna yaitu : (1) Pemastian penerimaan informasi dengan mewajibkan pemrakarsa kegiatan mengumumkan rencana kegiatannya. (2) Informasi lintas-batas (transfortier information); mengingat masalah lingkungan tidak mengenal batas wilayah yang dibuat manusia, maka ada kemungkinan kerusakan lingkungan di satu daerah akan pula mempengaruhi propinsi atau negara tetangga. Sehingga pertukaran informasi dan pengawasan yang melibatkan daerah-daerah terkait menjadi penting; (3) Informasi tepat waktu (timely information); suatu proses peranserta masyarakat yang efektif memerlukan informasi yang sedini dan seteliti mungkin, sebelum keputusan terakhir diambil. Sehingga, masih ada kesempatan untuk mempertimbangkan dan mengusulkan alternatifalternatif pilihan; (4) Informasi yang lengkap dan menyeluruh (comprehensive information), walau isi dari suatu informasi akan berbeda tergantung keperluan bentuk kegiatan yang direncanakan, tetapi pada intinya informasi itu haruslah menjabarkan rencana kegitana secara rinci termasuk alternatif-alternatif lain yang dapat diambil; (5) Informasi yang dapat dipahami (comprehensive information), seringkali pengambilan keputusan di bidang lingkungan meliputi masalah yang rumit, kompleks dan bersifat teknis ilmiah, sehingga haruslah diusahakan informasi tersebut mudah dipahami oleh masyarakat awam. Metode yang sering digunakan adalah kewajiban untuk membuat uraian singkat atas kegiatan yang dilakukan. Santosa (1990), telah merangkum kegunaan peranserta masyarakat, yaitu untuk menuju masyarakat yang lebih bertanggung jawab, meningkatkan proses belajar, mengeliminir perasaan terasing, menimbulkan dukungan dan penerimaan dari
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
rencana pemerintah, menciptakan kesadaran politik, keputusan dari hasil peranserta mencerminkan kebutuhan dan keinginan masyarakat, menjadi sumber dari informasi yang berguna dan merupakan komitmen sistem demokrasi. Secara hukum, peranserta masyarakat telah diterima secara luas diterima. Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, berikut segenap peraturan yang berpayung dibawahnya turut pula menyetujui komitmen negeri ini pada peran serta masyarakat. Hak berperanserta makin luas tersebar dalam segala bidang pengelolaan lingkungan. Termasuk pada pasal 37 UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Peranserta Masyarakat Partisipasi masyarakat sebagai perwujudan perilaku sosial tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Muray dan Lappin dalam Gautama (1987), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi atau peran serta seseorang dalam mengikuti kegiatan dilingkungannya antara lain : (1) umur, (2) pekerjaan, (3) penghasilan, (4) pendidikan dan (5) lamanya tinggal. Faktor lain yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah : pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri. Untuk mewujudkan partisipasi nyata dari masyarakat beberapa unsur penting turut menentukan yakni :
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif/berhasil guna. Perubahan sikap pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang dapat menumbuhkan kesadaran. 2. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan. Anthusiasme yang menumbuhkan spontanitas yaitu kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama (Sastroputro, 1988) Guna mendayagunakan dan menghasilgunakan peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup perlu dipenuhi persyaratan berupa pemimpin eksekutif yang terbuka, peraturan yang akomodatif, masyarakat yang sadar lingkungan, Lembaga Swadaya Masyarakat yang tanggap, informasi yang tepat dan keterpaduan (Hardjasoemantri, 1993)
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ditetapkan di Kecamatan Tambangan yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan, bahwa daerah itu secara langsung berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG). Waktu penelitian di lapangan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dimulai pada Januari sampai Maret 2005, dan penyelesaian akhir sampai April 2005.
3.2. Metode Pengumpulan Data Metode yang dipergunakan adalah metode survei yang bersifat deskriptif korelasional serta observasi lapangan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian daftar pertanyaan kepada pihak-pihak yang dikualifikasi sebagai responden yaitu masyarakat di daerah penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Kantor Dinas Kehutanan, Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Kantor Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
3.3. Pelaksanaan Penelitian Pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling (penentuan sampel dengan tujuan tertentu atau pengambilan sampel secara sengaja), di desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG). Tabel : Data Penduduk
1. 2. 3. 4. 5.
Nama Desa
Jumlah Penduduk
Sibanggor Tonga Huta Tinggi Huta Namale Huta Baringin Huta Lombang
626 1441 1692 946 876
Jumlah Sumber : BPS Mandailing Natal 2002
5581
Dengan menggunakan persamaan Taro Yamane :
n=
N N .d 2 + 1
Dimana : n
= Sampel
N
= Populasi
d
= Presisi (10 persen)
Sampel
=
5581 5581(0,1) 2 + 1
=
5581 = 98 Responden 56,81
Untuk masing-masing desa diperoleh sampel sebagai berikut :
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
1. Sibanggor Tonga
:
626 x98 = 11 responden 5581
2. Huta Tinggi
:
1441 x98 = 25 responden 5581
3. Huta Namale
:
1692 x98 = 30 responden 5581
4. Huta Baringin
:
946 x98 = 17 responden 5581
5. Huta Lombang
:
876 x98 = 15 responden 5581
3.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang diamati adalah faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat (independent variable) meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan A. Umur, adalah usia responden yang dihitung dari tahun lahir sampai saat penelitian
dilaksanakan
dan
dinyatakan
dalam
tahun.
Adapun
karakteristiknya adalah : a. b. c. d. e.
21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61 tahun ke atas
B. Jenis kelamin, adalah perbedaan jenis pria dan wanita yang dijadikan sebagai responden.
C. Tingkat pendidikan, adalah pendidikan formal yang pernah diikuti responden. a. SD
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
b. c. d. e.
SLTP SLTA Akademi Universitas
D. Tingkat pendapatan, adalah penghasilan rata-rata responden setiap bulan. a. b. c. d. e.
E.
Di atas Rp.1 juta Antara Rp.500.000,- sampai Rp.1.000.000,Antara Rp.355.000,- sampai Rp.500.000,Antara Rp.255.000,- sampai Rp.350.000,Di bawah Rp.250.000,-
Jenis pekerjaan, adalah pekerjaan sehari-hari yang digeluti dan menjadi
sebagai sumber penghasilan utama. Meliputi : a. b. c. d. e.
Petani Pedagang Buruh PNS Lain-lain
Variabel bebas (dependent variabel) meliputi : tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penetapan kawasan TNBG, aktivitas masyarakat dalam organisasi kelembagaan/kegiatan sosial masyarakat, aktifitas masyarakat dalam forum pertemuan, aktifitas masyarakat dalam pengelolaan hutan, aktifitas masyarakat dalam kegiatan pengamanan wilayah dan intensitas masyarakat dalam aktifitas keagamaan. Aktifitas masyarakat dalam aktifitas keseharian bukan merupakan hal yang terpisah antara berbagai aktifitas. Apa yang dilakukan masyarakat pada dasarnya merupakan suatu aktifitas yang saling terkait baik untuk pemenuhan kebutuhan individu maupun sosial. Dalam konteks pelestarian kawasan TNBG, aktifitas
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
masyarakat yang diwujudkan dalam aktifitas domestik dan publik sesungguhnya merupakan bentuk praksis dari upaya pelestarian TNBG itu sendiri (Khotim, 2003).
3.5. Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Chi Square Test. Dengan rumus :
k
X2 =∑ i =1
(Oi − Ei ) 2 Ei
Dimana : Oi
= Nilai pengamatan yang diperoleh pada kategori ke-i
Ei
= Nilai harapan pada kategori ke-i
k
∑
= Jumlah kategori yang diamati, (Nazir, 1988).
i =1
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Sibanggor Tonga, Sibangor Julu, Huta Namale, Huta Baringin dan Huta Lombang Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. Desa-desa ini dipilih karena kelimanya secara langsung berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG). Di samping itu, kelima desa ini juga memiliki kekhususan dan karakteristik tersendiri seperti : terletak di kawasan Gunung Sorik Marapi yang masyarakatnya diyakini memiliki kearifan lokal dan masih dipertahankan hingga saat ini. Memiliki kawasan ekowisata berupa pemandian air panas yang ramai dikunjungi masyarakat sekitar dan wisatawan lokal, serta masih mempertahankan ciri-ciri tradisional yang khas seperti rumah panggung yang memiliki atap terbuat dari ijuk.
Kondisi Geografis
Kecamatan Tambangan terletak di antara koordinat 90 dengan 99
0
47 ‘ 10 “ BT dan 0
0
0
12 ‘ 45 “ sampai
27 ‘ 15 “ sampai dengan 1
0
01 ‘ 57 “ LU,
berbatasan dengan : -
Sebelah Utara dengan Kecamatan Lembah Sorik Marapi
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Natal
-
Sebelah Timur berbatasam dengan Kecamatan Lembah Sorik Marapi
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
-
Sebeleh Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kotanopan.
Topografi
Kecamatan Tambangan merupakan daerah yang berada pada ketinggian 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar desa-desa berada di kaki dan lereng Gunung Sorik Merapi yang mencapai ketinggian 2.145 meter di atas permukaan laut. Iklim di Kecamatan Tambangan dengan curah hujan merata sepanjang tahun.
Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Tambangan adalah 28.372 km2, dengan kondisi alam sebagian besar berada di kaki pegunungan Sorik Marapi. Terdiri dari 28 desa, tetapi desa yang berbatasan langsung dengan TNBG hanya lima desa, adapun luas dan rasio masing-masing desa yang berbatan langsung dengan TNBG adalah seperti pada Tabel 2.. Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Desa Tahun 2002 No 1 2 3 4 5
Desa Sibangor Tonga Sibangor Julu Huta Lombang Huta Namale Huta Baringin Jumlah
Luas (Km2) 600.00 300.00 800.00 900.00 1,200.00 3,800.00
Rasio terhadap Total 6.52 3.26 8.69 9.78 13.00 23.38
Sumber : Kecamatan Tambangan dalam Angka Tahun 2002
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Sesuai dengan luas wilayah Kecamatan Tambangan tersebut maka jenis penggunaan tanah berupa tanah sawah dan bukan sawah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Lahan Sawah dan Lahan Bukan Sawah
No 1 2 3 4 5
Desa Sibangor Tonga Sibangor Julu Huta Lombang Huta Namale Huta Baringin Jumlah
Luas Lahan (Ha) Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah 80,0 520 100,0 200 46,0 754 60,0 840 60,0 1140 34,60 3454
Jumlah 600 300 800 900 1200 3800
Sumber : Kecamatan Tambangan dalam Angka Tahun 2002
4.1.2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat.
Penduduk Kecamatan Tambangan sebagian besar beretnis Mandailing dan beragama Islam. Sedangkan di lima desa lokasi penelitian seluruhnya terdiri dari etnis Mandailing Natal dan beragama Islam. Menurut data statistik tahun 2002 jumlah penduduk Kecamatan Tambangan adalah 28.543 jiwa, sedangkan di lokasi penelitian jumlah penduduknya dapat dilihat pada Tabel. 4
Tabel 4. Banyak Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2002 No 1 2 3 4 5
Desa Sibangor Tonga Sibangor Julu Huta Lombang Huta Namale Huta Baringin Jumlah
Laki-Laki 303 619 394 810 439 2565
Perempuan 323 710 482 882 507 2904
Jumlah 626 1329 876 1692 946 5469
Sumber : Kecamatan Tambangan dalam Angka Tahun 2002
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Keadaan penduduk berdasarkan jumlah anggota keluarga di masing-masing desa penelitian secara umum dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Menurut Desa Tahun 2002 No
Desa
1 2 3 4 5
Sibangor Tonga Sibangor Julu Huta Lombang Huta Namale Huta Baringin Jumlah
Penduduk 626 1416 876 1692 946 5469
Rumah Tangga 118 265 181 329 194 1087
Rata-Rata Per Rumah Tangga 5 5 5 5 5
Sumber : Kecamatan Tambangan dalam Angka Tahun 2002
Kearifan Lokal Masyarakat Mandailing
Masyarakat Kecamatan Tambangan dan pada umumnya masyarakat Kabupaten Mandailing Natal memiliki kearifan lokal yang tetap dipertahankan hingga saat ini. Masyarakat Mandailing Natal mengenal budaya tempat keramat
naborgo-borgo, harangan rarangan (hutan larangan) dan lubuk larangan yang merupakan upaya untuk pengelolaan sumberdaya alam terutama mempertahankan berbagai jenis ikan di sungai. Harahap (2006) mengatatakan, hubungan masyarakat Mandailing dengan alam terdapat dalam banyak ungkapan tradisional. Ungkapan itu merupakan rekaman pergaulan mereka yang sangat erat dengan alam sekitarnya sepajang sejarah keberadan masyarakat Mandailing sejak berapa ribu tahun lalu. Seperti hubungan dengan tanah, masyarakat Mandailing memandang tanah memiliki nilai sakral, karena dianggap sebagai bagian dari tubuh leluhur yang sudah
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
menjadi tanah. Walaupun leluhur dan tanda-tanda keberadaannya sudah tiada, namun leluhur tetap ada di dalam kehidupan anak cucunya. Mereka menyatu dengan tanah dan berada di sana sepanjang masa. Seperti salah satu ungkapan, hosa habang tu
awang-awang, pematang mulak tu tano yang artinya nyawa terbang ke awang-awang, badan kembali ke tanah (Harahap, 2006). Kehalusan budi pekerti dan kegemasan masyarakat Mandailing terhadap alam ditandai dengan bahasa dan julukan yang mereka berikan kepada alam sekitarnya. Mereka memiliki bahasa tertentu yang khusus diucapkan ketika memasuki tombak
situmalun (hutan belantara). Namun hingga saat ini, kearifan lokal yang masih bertahan adalah pelestarian
lubuk larangan. Yaitu larangan untuk mengambil ikan di sungai-sungai tertentu dan hanya boleh diambil pada saat-saat tertentu juga. Kearifan lokal yang mestinya tetap dipertahankan untuk menjaga kelestarian lingkungan terutama hutan, menurut Kepala Desa Sibanggor Julu Yahya Nasution, sedikit demi sedikit kearifan lokal itu mulai punah akibat sebagian besar masyarakatnya menganggap hal tersebut hanyalah mitos-mitos semata yang saat ini sudah tidak perlu diyakini lagi.
4.1.3. Gambaran Umum Responden Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Distribusi responden berdasarkan kelompok umur adalah Desa Sibanggor Tonga terbanyak adalah umur 31 – 40 tahun yaitu 72%. Di Desa Huta Baringin terbanyak adalah umur 31 – 40 tahun yaitu 65%. Di Desa Huta Namale terbanyak umur 51 – 60 tahun yaitu 33%. Seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Umur (Thn)
Sibanggor Tonga
> 60 51 - 60 41 - 50 31 - 40 21 - 30 Total
Jiwa 0 0 3 8 0 11
% 0 0 28 72 0 100
Huta Lombang Jiwa 2 6 2 5 0 15
Lokasi Penelitian Huta Huta Baringin Namale
% 13 40 13 34 0 100
Jiwa 0 1 1 11 4 17
% 0 6 6 65 23 100
Jiwa 4 10 8 6 2 30
% 13 33 27 20 7 100
Sibanggor Jalu Jiwa 1 3 10 6 5 25
% 4 12 40 24 20 100
Total
Jiwa 7 20 24 36 11 98
% 7 20 25 37 11 100
Sumber : Data Primer 2006
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di masing-masing desa penelitian didominasi oleh responden yang berjenis kelamin laki-laki, masing-masing di desa Sibanggor Tonga 55%, Huta Lombang 67%, Huta Baringin 59%, Huta Namale 83% dan Sibanggor Julu 64%. Secara umum responden berjenis kelamin perempuan hanya 32% sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 68%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Sibanggor Tonga
Huta Lombang
Lokasi Penelitian Huta Huta Baringin Namale
Sibanggor Jalu
Total
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Jiwa
%
Jiwa
%
Jiwa
%
Jiwa
%
Jiwa
%
Jiwa
%
Pria
6
55
10
67
10
59
25
83
16
64
67
68
Wanita
5
45
5
33
7
41
5
17
9
36
31
32
11
100
15
100
17
100
30
100
25
100
98
100
Total
Sumber : Data Primer 2006
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di masing-masing desa penelitian secara umum hampir sama dimana tingkat pendidikan terbanyak adalah tamatan SLTP atau sebanyak 38%, yaitu di desa Sibanggor Tonga 36%, Huta Lombang 2%, Huta Baringin 47%, Huta Namale 20% dan Sibanggor Julu 64%. Tingkat pendidikan responden yang
sudah ada pada tingkat tinggi atau lulusan
perguruan tinggi yaitu sebanyak 1%. Tingkat pendidikan SD masih menjadi tingkat pendidikan yang sangat tinggi 34% yaitu : Sibanggor Tonga 46%, Huta Lombang 47%, Huta Baringin 12%, Huta Nambale 53% dan Sibanggor Julu 12%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Sibanggor Tonga Jiwa %
Lokasi Penelitian Huta Huta Huta Lombang Baringin Namale Jiwa % Jiwa % Jiwa %
Sibanggor Jalu Jiwa %
Total Jiwa
%
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
SD SLTP SLTU AKADEMI UNIVERSITAS
Total
5 4 1 0 1 11
46 36 9 0 9 100
7 3 5 0 0 15
47 2 33 0 0 82
2 8 7 0 0 17
12 47 41 0 0 100
16 6 8 0 0 30
53 20 27 0 0 100
3 16 4 2 0 25
12 64 16 8 0 100
33 37 25 2 1 98
34 38 25 2 1 100
Sumber : Data Primer 2006
Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan masing-masing desa penelitian secara umum responden memiliki tingkat pendapatan antara Rp. 500.000 sampai Rp. 1 juta per bulan yaitu sebanyak 45%. Responden yang memilliki tingkat pendapatan di atas Rp. 1 juta adalah sebanyak 12%. Tingkat responden dengan pendapatan di bawah Rp. 250.000 per bulan masih ada yaitu sebanyak 5% terdapat di desa Huta Baringin 6%, Huta Namale 10% dan Sibanggor Julu 5%. Seperti dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
A
Sibanggor Tonga Jiwa % 1 9
Lokasi Penelitian Huta Huta Huta Lombang Baringin Namale Jiwa % Jiwa % Jiwa % 0 0 6 35 2 7
Sibanggor Jalu Jiwa % 3 12
Total Jiwa 12
% 12
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
B C D E
Total
8 2 0 0 11
73 18 0 0 100
1 10 4 0 15
7 67 26 0 100
5 4 1 1 17
29 24 6 6 100
14 5 6 3 30
46 17 20 10 100
16 3 2 1 25
64 12 8 4 100
44 24 13 5 98
45 25 13 5 100
Sumber : Data Primer 2006
Keterangan: A. Di atas Rp. 1 juta B. Rp. 500.000,- Rp. 1.000.000,C. Rp. 355.000,- Rp. 500.000,-
D. Rp. 225.000,- Rp. 350.000,E. Di bawah Rp. 250.000,-
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Secara umum jenis pekerjaan responden adalah bertani dan pedagang, lainnya adalah buruh dan Pegawai Negeri Sipil. Distribusi pekerjaan di masing-masing desa penelitian tidak jauh berbeda. Bekerja sebagai petani menjadi jenis pekerjaan terbanyak di desa Sibanggor Tonga 100%, Huta Lombang 73%, Huta Baringin 53%, Huta Namale 83% dan Sibanggor Julu 76%. Seperti terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan
Petani Pedagang
Sibanggor Tonga Jiwa % 11 100 0 0
Lokasi Penelitian Huta Huta Huta Lombang Baringin Namale Jiwa % Jiwa % Jiwa % 11 73 9 53 25 83 1 7 7 41 5 17
Sibanggor Jalu Jiwa % 19 76 4 16
Total Jiwa 75 17
% 77 17
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Buruh PNS Lain
Total
0 0 0 11
0 0 0 100
1 2 0 15
7 13 0 100
0 1 0 17
0 6 0 100
0 0 0 30
0 0 0 100
1 1 0 25
4 4 0 100
2 4 0 98
2 4 0 100
Sumber : Data Primer 2006
4.2. Pembahasan
Peranserta masyarakat dalam upaya melestarikan kawasan Taman Nasional Batanggadis adalah usaha dan kegiatan yang dilakukan masyarakat yang hidup dan beraktifitas di sekitar kawasan itu. Masyarakat melakukan tindakan preventif, maupun represif bila ditemukan ada upaya-upaya dari pihak lain yang mencoba merusak ataupun melakukan tindakan yang dapat mengganggu kelestarian kawasan konservasi tersebut. Kemudian secara pribadi dan komunal masyarakat berusaha semaksimal mungkin meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang pola-pola konservasi, agar masyarakat secara umum mengetahui bagaimana manfaat kawasan TNBG baik dari sisi ekonomi maupun sisi kepentingan masa depan alam dan lingkungan. Untuk upaya tersebut, dilakukan penelitian dengan berbagai variabel yang mempengaruhi peranserta masyarakat meliputi faktor umur, pendidikan, jenis kelamin, pendapatan dan pekerjaan. Demikian juga dengan tingkat peranserta masyarakat dalam upaya melestarikan TNBG melalui aktivitas masyarakat dalam pengetahuan masyarakat tentang penetapan kawasan TNBG dan batas-batasnya, aktivitas masyarakat dalam mengikuti forum pertemuan, aktifitas masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan, aktifitas masyarakat dalam kegiatan pengamanan hutan
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang berpengaruh terhadap upaya pelestarian kawasan TNBG.
4.2.1. Kareteristik Masyarakat Karekteristik Masyarakat Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil pengolahan data, tingkat peranserta masyarakat berdasarkan faktor umur terlihat cukup tinggi, masing-masing sangat tinggi 27,55%, tinggi 51%, rendah 14,28% dan sangat rendah, 7,14. sedangkan tingkat peranserta paling tinggi terlihat pada rentang umur 31-40 tahun sebagai responden terbanyak yaitu sangat tinggi 12,2% dan tinggi 18,36%, kemudian pada umur 41-50 tahun masing-masing sangat tinggi 9,18% dan tinggi 12,2%, serta kelompok umur 51-60 tahun yaitu sangat tinggi 3,06% dan tinggi 14,28%. Sedangkan tingkat peranserta terendah terdapat pada kelompok umur di atas 60 tahun masing-masing rendah 4,08% dan sangat rendah 3,06% kemudian pada kelompok umur 21-30 tahun masing-masing rendah 1,0% dan sangat rendah 1,0% seperti terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Tabulasi Silang Antara Umur dengan Peranserta Masyarakat Umur Responden (Tahun) > 60 51 - 60
Sangat Tinggi
Tingkat Partisipasi Tinggi Rendah
Sangat Rendah
0 0,00% 3 3,06%
0 0,00% 14 14,28%
3 3,06% 0 0,00%
4 4,08% 3 3,06%
Total 7 7,14% 20 20,41%
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
9 9,18% 12 12,20% 3 3,06% 27 27,55%
41 - 50 31 - 40 21 - 30 Total
12 12,20% 18 18,36% 6 6,12% 50 51,00%
2 2,04% 4 4,08% 1 1,00% 14 14,28%
1 1,00% 2 2,04% 1 1,00% 7 7,14%
24 24,48% 36 342,80% 11 11,20% 98 100,00%
Sumber : Data Primer 2006
Dari hasil uji Chi Square yang dilakukan diperoleh Nilai X2 hitung = 36,16 dan nilai X2
tabel
pada taraf kepercayaan 99% adalah 26,2 dan taraf kepercayaan 95%
adalah 21,0, sehingga X2
hitung
< X2
tabel,
tolak H0 dan H1 diterima. Artinya bahwa
faktor umur mempunyai hubungan yang positif terhadap upaya melestarikan kawasan TNBG pada tingkat keyakinan 99% dan 95%. Kondisi ini memberikan interprestasi bahwa secara umum kondisi umur masih dalam kategori umur produktif. Seseorang dinyatakan matang atau dewasa untuk dapat melaksanakan suatu aktifitas atau kegiatan dilihat dari umur seseorang dan dari tingkat berpikirnya. (Hartono dan Aziz, 2003).
Karekteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil pengolahan data, faktor jenis kelamin memiliki peranserta yang cukup tinggi dalam pelestarian kawasan TNBG. Di mana tingkat peranserta sangat tinggi 34,69%, tinggi 38,77%, rendah 21,43% dan sangat rendah 5,10. sedangkan tingkat peranserta laki-laki masing-masing sangat tinggi 29,5%, tinggi 7,14%, rendah 38,5% dan sangat rendah 0%.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Sedangkan perempuan memiliki tingkat peranserta sangat tinggi sebesar 6,10%, tinggi 7,14, rendah 15,3% dan sangat rendah 5,10%. Seperti tampak pada Tabel 12. Tabel 12. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dengan Peranserta Masyarakat Jenis Kelamin Pria Wanita Total
Sangat Tinggi
Tingkat Partisipasi Tinggi Rendah
Sangat Rendah
29 29,50% 5 6,10% 34 34,69%
31 31,60% 7 7,14% 38 38,77%
1 1,00% 4 4,08% 5 5,10%
6 6,12% 15 15,30% 21 21,43%
Total 67 68,30% 20 31,60% 87 100,00%
Sumber : Data Primer 2006
Hasil uji Chi Square yang dilakukan diperoleh Nilai X2 hitung = 26,23 dan nilai X2
tabel
pada taraf kepercayaan 99% adalah 7,81 dan taraf kepercayaan 95% adalah
11,3, sehingga X2
hitung
< X2
tabel,
tolak H0 dan H1 diterima. Artinya bahwa faktor
jenis kelamin mempunyai hubungan yang positif terhadap upaya melestarikan kawasan TNBG pada tingkat keyakinan 99% dan 95%. Dalam hal ini peranserta jenis kelamin pria lebih dominan dibanding wanita karena pria secara umum lebih banyak terlibat di ruang public. CIFOR (2007) menyatakan, pada umumnya perempuan tidak mempunyai akses yang sama dengan laki-laki terhadap lahan dan sumberdaya alam dan peran mereka sangat terbatas dalam proses pembuatan keputusan, yang cenderung mengabaikan jaminan kelangsungan ekonomi sosial mereka. Diarsi (2007) juga mengatakan, faktor penjelas lain adalah sistem dan struktur kebudayaan. System dan struktur kebudayaan yang patriarki menciptakan pembagian
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
kerja berdasarkan gender yang sangat timpang, termasuk dalam hal upaya pelestarian kawasan hutan. Hal ini terjadi karena secara umu kaum laki-laki memiliki kondisi fisik yang lebih kuat dari perempuatn, sehingga kaum laki-laki lebih banyak beraktifitas dalam jenis pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik. Sementara pekerjaan yang berhubungan dengan hutan lebih banyak yang memerlukan tenaga seperti menebang pohon dan membersihkan lahan untuk perkebunan. Perempuan lebih banyak beraktifitas dalam kawasan domestik.
Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Hasil pengolahan data diperoleh bahwa peranserta masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan terlihat sangat tinggi yaitu sangat tinggi sebanyak 16,33% dan tinggi 47,96%. Tingkat partisipasi rendah dan sangat rendah sebanyak 18,37% dan 17,75%. Tingkat peranserta paling tinggi ditempati oleh SLTP yaitu sangat tinggi 15,3%, tinggi 21,4%, SLTA sangat tinggi 6,12%, tinggi 15,3%, Akademi tinggi 2% dan Universitas sangat tinggi 1%, sedangkan tingkat peranserta terendah adalah SD masing-masing rendah 10,2% dan sangat rendah 10,2%. Seperti terlihat pada tabel 13.
Tabel 13. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Peranserta Masyarakat Tingkat Pendidikan SD SLTP
Sangat Tinggi
Tingkat Partisipasi Tinggi Rendah
Sangat Rendah
4 4,08% 15 15,30%
9 9,18% 21 21,40%
10 10,20% 5 5,10%
10 10,20% 6 6,12%
Total 33 33,66% 37 37,70%
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
SLTA AKADEMI UNIVERSITAS Total
6 6,12% 0 0,00% 1 1,00% 16 16,33%
15 15,30% 2 2,04% 0 0,00% 47 47,96%
2 2,04% 0 0,00% 0 0,00% 18 18,37%
2 2,04% 0 0,00% 0 0,00% 17 17,35%
25 25,50% 2 2,04% 1 1,00% 98 100,00%
Sumber : Data Primer 2006
Dari hasil uji Chi Square yang dilakukan diperoleh Nilai X2 nilai X2
tabel
hitung
= 35,8 dan
pada taraf kepercayaan 99% adalah 26,2 dan taraf kepercayaan 95%
adalah 21,0, sehingga X2
hitung
< X2
tabel,
tolak H0 dan H1 diterima. Artinya bahwa
faktor jenis pendidikan mempunyai hubungan yang positif terhadap upaya melestarikan kawasan TNBG pada tingkat keyakinan 99% dan 95%. Mangatas Tampubolon (2003) mengatakan, melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti, dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan sumberdaya alam yang tersedia, akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi. Logikanya, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin tinggi pula peran yang dapat dimainkannya dalam kehidupan di masyarakat.
Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Hasil pengolahan data diperoleh bahwa peranserta masyarakat berdasarkan pendapatan terlihat cukup merata yaitu sangat tinggi sebanyak 27,55% dan tinggi 40,8%, rendah 21,42% dan sangat rendah 10,2%.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Tingkat peranserta sangat tinggi adalah pada tingkat pendapatan antara Rp. 500 ribu – Rp. 1 juta yaitu sangat tinggi 16,3% dan tinggi 19,3% dan tingkat pendapatan di atas Rp. 1 juta sangat tinggi 4,08% dan tinggi 7,14%. Sedangkan tingkat peranserta rendah dan sangat rendah terdapat pada tingkat pendapatan antara Rp. 500 ribu – Rp. 1 juta dan di atas Rp. 1 juta masing 9,182% dan 6,12% dan 3,06%. Seperti terlihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendapatan dengan Peranserta Masyarakat Tingkat Pendapatan (Tahun) A B C D E Total
Sangat Tinggi
Tingkat Partisipasi Tinggi Rendah
Sangat Rendah
4 4,08% 16 16,30% 3 3,06% 4 4,08% 0 0,00% 27 27,55%
7 7,14% 19 19,30% 7 7,14% 6 6,12% 1 1,00% 40 40,80%
0 0,00% 3 3,06% 5 5,10% 1 1,00% 1 1,00% 10 10,2%
1 1,00% 6 6,12% 9 9,18% 2 2,04% 3 3,06% 21 21,42%
Total 12 12,22% 37 44,80% 24 24,40% 13 13,20% 5 5,10% 98 100,00%
Sumber : Data Primer 2006
Keterangan:
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
A. Di atas Rp. 1 juta B. Rp. 500.000 – RP. 1000.000,C. Rp. 355.000 – Rp. 500.000,D. Rp. 255.000 – Rp. 350.000,E. Di bawah Rp. 250.000,Dari hasil uji Chi Square yang dilakukan diperoleh nilai X2 hitung = 20,87 dan nilai X2
tabel
pada taraf kepercayaan 99% adalah 26,2 dan taraf kepercayaan 95%
adalah 21,0, sehingga X2
hitung
< X2
tabel,
terima H0 dan H1 ditolak. Artinya bahwa
faktor pendapatan tidak mempunyai hubungan yang positif terhadap upaya melestarikan kawasan TNBG pada tingkat keyakinan 99% dan 95%. Meskipun tidak berpengaruh secara signifikan, namun menurut Tobing (2007), individu yang memiliki tingkat ekonomi tinggi atau kaya secara material dapat menjadikan kekayaannya sebagai saluran untuk semakin memajukan kesejahteraan sosial.
Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Hasil pengolahan data diperoleh bahwa peranserta masyarakat berdasarkan pekerjaan terlihat rendah, masing-masing sangat rendah 29,59%, rendah 27,55%, sangat tinggi sebanyak 16,33% dan tinggi 26,43%. Tingkat peranserta sangat tinggi dan tinggi adalah jenis pekerjaan petani yaitu 15,3% dan 20,4%, pedagang 1,0% dan 5,10%. Sedangkan paling rendah juga adalah petani yaitu sangat rendah 23,4% dan rendah 17,3%. Sementara untuk jenis pekerjaan pedagang rendah 8,16%, sangat rendah 3,06%, PNS rendah 2,04% dan sangat rendah 1,0%. Seperti terlihat pada Tabel 15. Tabel 15. Tabulasi Silang Antara Jenis Pekerjaan dengan
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Peranserta Masyarakat Jenia Pekerjaan Petani Pedagang Buruh PNS Lain-Lain Total
Sangat Tinggi
Tingkat Partisipasi Tinggi Rendah
Sangat Rendah
15 15,30% 1 1,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 16 16,33%
20 20,40% 5 5,10% 0 0,00% 1 1,00% 0 0,00% 26 47,96%
23 23,40% 3 3,06% 2 2,04% 1 1,00% 0 0,00% 29 17,35%
17 17,30% 8 8,16% 0 0,00% 2 2,04% 0 0,00% 27 18,37%
Total 75 76,50% 17 17,34% 2 2,04% 4 4,08% 0 0,00% 98 100,00%
Sumber : Data Primer 2006
Dari hasil uji Chi Square yang dilakukan diperoleh nilai X2 hitung = 12,33 dan nilai X2
tabel
pada taraf kepercayaan 99% adalah 26,2 dan taraf kepercayaan 95%
adalah 21,0, sehingga X2
hitung
< X2
tabel,
terima H0 dan H1 ditolak. Artinya bahwa
faktor pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang positif terhadap upaya melestarikan kawasan TNBG pada tingkat keyakinan 99% dan 95%.
4.2.2. Peranserta Masyarakat dalam Pelestarian Kawasan TNBG Pengetahuan Masyarakat tentang Kawasan TNBG
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan responden terhadap penetapan kawasan konservasi TNBG mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebanyak 95%, sedangkan 5% lagi menyatakan belum mengetahui. Ini berarti bahwa upaya pemerintah baik Dinas Kehutanan maupun Kepala Desa dan LSM dalam mensosialisasikan kawasan TNBG cukup berhasil. Seperti terlihat pada Tabel 16.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Masyarakat tentang TNBG. No 1 2 3 4 Jumlah
Partisipasi Responden Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Jumlah 3 80 11 4 98
Persen 3,07% 81,63% 11,22% 4,08% 100%
Sumber : Data Primer 2006
Namun tingkat pengetahuan mereka tentang penetapan batas kawasan TNBG dari hasil penelitian yang dilakukan terlihat sangat kurang. Sebanyak 100% responden belum mengetahui tapal batas TNBG. Sehingga masyarakat yang berdomisili di sekitar kawasan TNBG merasa perlu agar pemerintah segera menetapkan batas kawasan TNBG, terutama pembagian zona penyangga dan zona inti.
Aktifitas Masyarakat dalam Mengikuti Kegiatan Sosial dan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan yang efektif dan efisien dalam mensosialisasikan TNBG kepada masyarakat terutama masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Dinas Kehutanan Kabupaten Mandailing Natal bekerja sama dengan LSM telah mengadakan penyuluhan baik kepada masyarakat setempat masupun dengan Organisasi Konservasi Rakyat (OKR) yang telah dibentuk di setiap desa. Melalui kegiatan tersebut ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% responden
menyatakan,
kegiatan
penyuluhan
sangat
efektif
dalam
upaya
mensosialisasikan pelestarian kawasan TNBG. Seperti terlihat pada Tabel 17. Tabel 17. Distribusi Frekuensi dalam Mengikuti Kegiatan Sosial dan Penyuluhan
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
No 1 2 3 4 Jumlah
Partisipasi Responden Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Jumlah 50 8 32 8 98
Persen 51,02% 8,17% 32,65% 8,17% 100%
Sumber : Data Primer 2006
Aktifitas Masyarakat dalam Mengikuti Forum Pertemuan.
Upaya pelestarian kawasan TNBG dengan mengintensifkan forum-forum pertemuan tentunya sangat diperlukan untuk upaya sosialisasi. Meskipun sebagian besar responden mengikuti forum-forum pertemuan yang diadakan pihak pemerintah dan LSM, namun sebanyak 90% responden menyatakan tidak pernah memberi gagasan ataupun pendapat dalam pertemuan tersebut. Seperti terlihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Aktifitas Masyarakat dalam Forum Pertemuan No 1 2 3 4 Jumlah
Partisipasi Responden Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Jumlah 16 21 35 26 98
Persen 16,33% 21,43% 35,71% 26,53% 100%
Sumber : Data Primer 2006
Aktifitas Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Kawasan Hutan
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan meliputi aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan kelestarian hutan di Kawasan TNBG. Sebagian besar responden mengatakan kehidupan mereka sehari-hari secara langsung berhubung dengan hutan di kawasan TNBG. Hasil penelitian menunjukkan 100% responden menyatakan hutan di sekitar kawasan TNBG merupakan sumber kehidupan mereka, seperti lahan untuk bertani, sumer mata air dan mengambil kayu. Seperti terlihat pada Tabel 19. Tabel 19. Distribusi Frekuensi Aktifitas Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Kawasan Hutan No 1 2 3 4 Jumlah
Partisipasi Responden Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Jumlah 33 28 23 14 98
Persen 33,67% 28,57% 23,47% 14,28% 100%
Sumber : Data Primer 2006
Aktifitas Masyarakat dalam Kegiatan Pengamanan Kawasan Hutan.
Salah satu peranserta masyarakat yang paling dominan adalah sikap masyarakat di sekitar TNBG dalam upaya pengamanan kawasan hutan. Sebanyak 100% responden menyatakan akan menolak setiap upaya yang dilakukan pihak luar yang mengganggu kawasan hutan TNBG. Sebanyak 65% responden menyatakan akan mengambil tindakan tegas jika ada pihak lain yang melalukan perambahan sekitar kawasan hutan TNBG. Seperti terlihat pada Tabel 20. Tabel 20. Distribusi Frekuensi Aktifitas Masyarakat dalam Kegiatan Pengamanan Kawasan Hutan
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
No 1 2 3 4 Jumlah
Partisipasi Responden Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Jumlah 37 29 9 23 98
Persen 37,75% 29,59% 9,18% 23,43% 100%
Sumber : Data Primer 2006
Setelah melestarikan
menganalisa kawasan
berbagai
TNBG,
maka
upaya setelah
peranserta dilakukan
masyarakat
dalam
pengujian
dengan
menggunakan Koefisien Korelasi Spearman memperlihatkan hubungan antara peran serta masyarakat dengan upaya pelestarian kawasan TNBG seperti terlihat pada Tabel 21. Tabel 21. Nilai Korelasi Rank Spearman Hubungan Peranserta Masyarakat dalam Melestarikan Kawasan TNBG
No
Peranserta Masyarakat
Tingkat Pengetahuan Masyarakat 2 Kegiatan Sosial/Penyuluhan 3 Forum Pertemuan 4 Pengelolaan hutan Pengawasan Kawasan 5 Hutan * Korelasi signifikan pada level 5% ** Korelasi signifikan pada level 10%
Upaya Melestarikan Taman Nasional Probabilitas Nilai rs (sig)
1
0,850** 0,758** 0,099 0,506**
0,000 0,000 0,333 0,000
0,350**
0,000
Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS
Berdasarkan nilai koefisien Rank Spearman yang diperoleh, variabel peranserta masyarakat yang paling kuat hubungannya dengan upaya pelestarian kawasan tanaman nasional adalah pengetahuan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien korelasi (rs) pengetahuan masyarakat (0,850) lebih besar dari
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
nilai koefisien korelasi kegiatan sosial/penyuluhan (0,758), pengelolaan hutan (0,255) dan pengamanan kawasan hutan (0,350)
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sebagian besar masyarakat telah mengetahui penetapan kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG). Namun masih banyak yang belum mengetahui batas kawasan TNBG terutama lahan yang akan diusahai dan lahan yang tidak bisa diusahai (zona inti). 2. Karakteristik masyarakat meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya melestarikan TNBG, sedangkan pendapatan dan pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya menjaga kelestarian TNBG. 3. Peranserta masyarakat yang meliputi tingkat pengetahuan masyarakat, kegiatan sosial, upaya pengelolaan hutan dan upaya pengamanan hutan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya menjaga kelestarian TNBG, sedangkan forum pertemuan tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya memenjaga kelestarian TNBG.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
5.2. Saran
1. Pemerintah diminta segera menetapkan batas kawasan TNBG dengan melibatkan masyarakat
untuk
menghindari
perbedaan
persepsi
dan
segera
mensosialisasikannya. Sehingga masyarakat dapat mengerti dan melaksanakan aktifitas kesehariannya dengan tenang dan tanpa merasa ragu. 2. Mensosialisasikan keberadaan TNBG kepada masyarakat sekitar dan secara bersamaan melakukan penyuluhan mengenai peranan dan arti penting TNBG sebagai konservasi keanekaragaman hayati. Sebab hingga saat ini sebagian besar masyarakat tidak mengetahui arti dan peranan penting keberadan TNBG. 3. Pemerintah
diminta
melakukan
berbagai
upaya
dalam
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan seperti peningkatan hasil pertanian melalui pola intensifikasi, industri rumah tangga seperti pengembangan berbagai produk lokal dan pengembangan objek pariwisata. Sehingga mata pencaharian masyarakat tidak bertumpu ke kawasan TNBG. 4. Seluruh komponen masyarakat baik organisasi sosial kemasyarakatan, LSM dan aparat pemerintah perlu dilibatkan secara maksimal, agar upaya melestarikan TNBG sebagai kawasan konservasi menjadi tanggungjawab besama (common
sense).
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Affan,A, 1993. Pembangunan Partisipasi Masyarakat, Diktat untuk Pelatihan Aparat Pemda Tk.I Sumut dan Pemda Tk.II di Wilayah Mebidang Dalam Rangka Pelaksanaan MUDP II, Departemen Dalam Negeri, Direktorat Pembangunan Daerah. Awang, S.A, 1999. Forest For People Berbasis Ekosistem. Pustaka Harapan Rakyat Yogyakarta. Conservation International, 2004. Taman Nasional Batang Gadis, Upaya Mewariskan Hutan bagi Anak Cucu , Pemkab Mandailing Natal. Davis dan Newstrom, 1993. Prilaku Dalam Organisasi,. Erlangga Jakarta. Fuadi, F, 2000. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Alam Goa Cerme, Bantul, DIY, Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Gautama, MP, 1987. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Pemukiman di Kelurahan Palmerah, Tesis Program Pasca Sarjana UI. Hafild, E, 1999, Menyelamatkan sisa hutan di Indonesia dan Amerika Serikat, Yayasan Obor Indonesia Hardjasoemantri, K, 1993. Hukum Tata Lingkungan, Edisi kelima, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Khotim, H, M, 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Mewujudkan Model Pengelolaan Hutan Desa. Majalah Siklus. Yayasan Damar. Koentjaraningrat, 1990. Metode Penelitian Sosial. PT Gramedia Jakarta Mikkelsen, B, 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, Sebuah Buku Pegangan bagi Para Praktisi Lapangan. Yayasan Obor Indonesia. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian.Ghalia Indonesia.Jakarta. Polunin, N, 1997. Teori Ekosistem dan Penerapannya. Gadjah Mada University Press. Santosa, M.A, 2003. Peranserta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Jakarta.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008
Sastropoetro, Santoso, RA, 1988, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Displin dalam Pembangunan Nasional. Penerbit Alumni. Bandung. Soemarwoto, O, 1999, Atur–Diri–Sendiri, Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup, Gadjah Mada University Press. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Walhi, 1993. Bumi Wahana,Strategi Menuju Kehidupan yang berkelanjutan, PT Gramedia Pustaka Jakarta. Widada, 2001. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Upaya Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun. Makalah Program Pascasarjana S3 IPB Bogor.
Syawaluddin : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian…, 2007 USU e-Repository © 2008