PERILAKU KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU UNTUK MEMANTAU PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN BIREUEN NANGGROE ACEH DARUSSALAM
TESIS
Oleh :
ISRAWATI NIM : 057012017 / AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
PERILAKU KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU UNTUK MEMANTAU PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN BIREUEN NANGGROE ACEH DARUSSALAM 2007
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
ISRAWATI 057012017 / AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
:
Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam 2007
Nama Mahasiswa
:
Israwati
Nomor Pokok
:
057012017
Program Studi
:
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi
:
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Dr. Dra. Ida Yutina, M.Si Ketua
Dra. Jumirah, M.Kes Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur SPs USU,
Dr. Drs. Surya Utama, MS
Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., MSc
Tanggal Lulus : 18 Januari 2008 Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Telah diuji Pada tanggal : 18 Januari 2008
Panitia Penguji Tesis Ketua
:
Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si
Anggota
:
1.
Dra. Jumirah, M.Kes
2.
Dra. Syarifah, MS
3.
drh. Rasmaliah, M.Kes
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN PERILAKU KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU UNTUK MEMANTAU PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN BIREUEN NANGGROE ACEH DARUSSALAM 2007
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Januari 2008
(I S R A W A T I)
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan berkat dan karuniaNya yang berlimpah sehingga, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini, yang mana, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan. Selama penelitian dan penyusunan tesis ini yang berjudul : “Perilaku Kader dalam Pelaksanaan Posyandu untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam, 2007”, penulis telah banyak mendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, MSi dan Ibu Dra. Jumirah, MKes yang telah membimbing dari awal sampai selesainya, penulisan tesis ini. Selanjutnya, ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Syarifah, MS, dan Drh. Rasmaliah, MKes selaku Dosen Pembanding tesis. 4. Bapak dr. H. Amren Rahim, MKes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bieruen.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
5. Seluruh Dosen dan Staf di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 6. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Zakaria dan Ibunda Asiyah memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan do’a restu kepada ananda agar dapat menyelesaikan pendidikan pascasarjana. 7. Teristimewa buat suamiku tercinta Muklis Abdullah dan ketiga ananda Syafriandi, Nisfurayyan, M. Haikal yang selama ini telah mendampingi dan terus berdoa untuk mamanya dalam penyelesaian tesis ini. 8. Teman-teman di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan yang selama ini telah berjuang bersama-sama, dan khususnya buat Murniati sahabatku terbaik yang telah melewati hari-hari bersama yang penuh perjuangan dan memberi dorongan agar tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini dan pengembangan tulisan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2008
ISRAWATI Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Israwati
Tempat/Tgl. Lahir
:
Kubu, 13 November 1967
Agama
:
Islam
1974 – 1980
:
Madrasyah Ibtidaiyah Negeri (MIN)
1980 – 1983
:
SMP Negeri I Peusangan – Aceh
1983 – 1986
:
Sekolah Perawat Kesehatan Banda Aceh
1994 – 1995
:
Sekolah Program Kebidanan
2000 – 2005
:
S1 Pendidikan Universitas Al-Muslim Peusangan Aceh
2005 – 2007
:
Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Riwayat Pendidikan :
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan : 1986 – 1994
:
Staf RSU Zainal Abidin Banda Aceh
1994 – 2007
:
Staf Puskesmas Luengdaneun – Bireun
2008 – sekarang :
Staf Dinas Kesehatan Pemkot Lhokseumawe
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Proses pertumbuhan balita sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Di Kabupaten Bireuen Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pemantauan pertumbuhan balita belum optimal, karena balita yang naik berat badannya (N/D) hanya 43,64%, tingkat partisipasi (D/S) 68,4% yang belum mencapai target (80%). Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi (Umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, training), faktor Enabling (keberadaan posyandu, dacin, dan KMS), faktor reinforcing (pembinaan petugas, dukungan lurah) terhadap perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan anak. Jenis penelitian ini adalah survei dengan rancangan cross sectional (potong lintang) dengan jumlah sampel sebanyak 93 orang. Hasil penelitian menunjukkan perilaku kader pada pelaksanaan posyandu, sebanyak 51,6% dalam kategori baik, 43% kategori sedang, sedangkan 5,4% kategori buruk. Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu adalah sikap kader (predisposisi), pembinaan petugas puskesmas dan keterlibatan lurah (reinforcing). Disarankan agar sebagai ujung tombak pelaksanaan posyandu, kader lebih ditingkatkan kapasitasnya melalui pendidikan non-formal, petugas kesehatan lebih meningkatkan perannya dalam membina para kader posyandu untuk lebih meningkatkan kinerja mereka, dan aparat kelurahan agar lebih meningkatkan keaktifannya dalam memotivasi dan mengajak masyarakat berpartisipasi ke posyandu, dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan anak balitanya.
Kata kunci : perilaku kader, posyandu, pertumbuhan balita.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
ABSTRACT The process of growing in children under five years old is very influential on the quality of human resources in the future. In Bireuen District, Naggroe Aceh Darussalam Province, the monitoring of growth in children under five years old has not optimally done because the increase of their body weight is only 43.64% with level of participation 68.4% which has not yet met the target set (80%). This survey study with cross-sectional design was conducted to examine the influence of the factors of predisposition (age, education, knowledge, attitude, training), enabling [posyandu (integrated service post), scale and KMS], and reinforcing [personnel development, support from lurah (head of urban village)] on the cadres’ action in montoring the growth in children under five years old. The samples for this study are 93. The result of this study reveals that the cadres’ action of posyandu implementation can be categorized into good category (51.6%), fair category (43%), and poor category (5.4%). The variables that significantly influence the action of cadres in posyandu implementation are cadres’ attitude (predisposition) and community health center (puskesmas) personnel development and the involvement of lurah (head of urban village) (reinforcing). It is suggested that, as the spearhead of posyandu implementation, the capacities of cadres should be improved through non-formal education, the health personnel should increase their role in developing the posyandu cadres in order to improve the cadres’ performance, and the staff of kelurahan (urban village office) should be more active in motivating and encouraging the community to participate in activating the posyandu to maintain and improve the health of their children under five years old. Keywords : Cadres’ attitude, Integrated service post, Growth of children under five years old
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................ ABSTRACT........................................................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. DAFTAR ISI ......................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
i ii iii v vi viii x
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................. 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................
1 1 5 7 7 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1. Posyandu ....................................................................................... 2.2. Kader Posyandu ............................................................................ 2.2.1. Tugas Kader Posyandu ...................................................... 2.2.2. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu ....................................... 2.2.3. Revitalisasi Posyandu ....................................................... 2.3. Pemantauan Tumbuh Kembang Balita........................................... 2.3.1. Pengertian tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Balita ................................................................................ 2.3.2. Kegiatan Penimbangan Balita di Posyandu dan Kartu Menuju Sehat (KMS) ........................................................ 2.4. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan .............................................. 2.4.1. Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan .............................. 2.4.2. Perilaku Kesehatan ............................................................ 2.5. Landasan Teori .............................................................................. 2.6. Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian ...................................
9 9 12 13 16 20 22
BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................... 3.1. Jenis Penelitian .............................................................................. 3.2. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian ....................................... 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 3.3.1. Populasi ............................................................................. 3.3.2. Sampel ............................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 3.4.1. Uji Validitas dan Realibilitas ............................................
38 38 38 38 38 39 40 40
22 25 28 28 34 35 36
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
3.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran ............................. 3.5.1. Aspek Pengukuran ............................................................ 3.6. Metode Analisa Data .....................................................................
42 45 47
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 4.1.1. Geografis dan Penduduk Kabupaten Bireun ..................... 4.1.2. Gambaran Puskesmas ....................................................... 4.1.3. Gambaran Posyandu .......................................................... 4.2. Faktor Prediposisi .......................................................................... 4.2.1. Umur dan Pendidikan ......................................................... 4.2.2. Pengetahuan ....................................................................... 4.2.3. Sikap ................................................................................... 4.2.4. Pelatihan ............................................................................. 4.3. Faktor Enabling.............................................................................. 4.3.1. Posyandu ........................................................................... 4.3.2. Dacin dan KMS ................................................................. 4.3.3. Pelatihan dan Keterlibatan Lurah ...................................... 4.3.4. Pembinaan Petugas Puskesmas ......................................... 4.3.5. Perilaku .............................................................................. 4.4. Hasil Uji Statistik ..........................................................................
48 48 48 49 49 50 50 51 54 56 57 57 57 58 59 60 62
BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................... 5.1. Faktor Predisposing (Umur, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan Pelatihan) terhadap Tindakan Kader dalam Pelaksanaan Posyandu ....................................................................................... 5.2. Faktor Enabling (Posyandu, Dacin, KMS) terhadap Tindakan Kader dalam Pelaksanaan Posyandu .............................................
65
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 6.1. Kesimpulan ................................................................................... 6.2. Saran ..............................................................................................
71 71 71
65 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR SINGKATAN
ASI
:
Air Susu Ibu
AKI
:
Angka Kematian Ibu
AKB
:
Angka Kematian Bayi
BGM
:
Bawah Garis Merah
BKB
:
Bina Keluarga Balita
IMT
:
Indeks Masa Tumbuh
ISPA
:
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
JURIM
:
Juru Imunisasi
KIA
:
Kesehatan Ibu dan Anak
KB
:
Keluarga Berencana
KMS
:
Kartu Menuju Sehat
KEP
:
Kurang Energi Protein
KKA
:
Kartu Kembang Anak
KK
:
Kepala Keluarga
NAD
:
Nangroe Aceh Darussalam
NKKBS
:
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
PMT
:
Pemberian Makanan Tambahan
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
PPPK
:
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PKK
:
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
PUS
:
Pasangan Usia Subur
SDM
:
Sumber Daya Manusia
UKM
:
Usaha Kecil Menengah
UKBM
:
Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
WUS
:
Wanita Usia Subur
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Meja
Pelayanan dan Pelaksana Posyandu dengan Pola 5 (Lima) ...........................................................................................................18
Tabel 3.1.
Distribusi Sampel Berdasarkan Kecamatan ..............................
39
Tabel 3.2
Hasil Uji Reliabilitas terhadap Variabel Penelitian ....................
40
Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................
43
Tabel 4.1
Distribusi Kecamatan di Kabupaten Bireun Berdasarkan Luas Wilayah Jumlah Desa, dan Jumlah Penduduk Tahun 2006 ..................................................................................................
48
Distribusi Puskesmas Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bireun .........................................................................
49
Tabel 4.3
Data Posyandu dalam Wilayah Kerja Kabupaten Bireun ......
50
Tabel 4.4
Distribusi Responden Menurut Umur dan Pendidikan .............
51
Tabel 4.5
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan .............
52
Tabel 4.2
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.6
Distribusi Responden Menurut Kategori Tingkat Pengetahuan tentang Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita ................................................................................................
53
Distribusi Responden Menurut Sikap terhadap Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita ............................................................
54
Distribusi Responden Menurut Kategori Sikap terhadap Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita ...................................
56
Distribusi Responden Menurut Pernah Tidaknya Mengikuti Pelatihan .........................................................................................
56
Tabel 4.10 Distribusi Lokasi Posyandu Berdasarkan Keterjangkauan dan Alat Transportasi.....................................................................
57
Tabel 4.11 Distribusi Posyandu Berdasarkan Kelengkapan Dacin dan KMS ...................................................................................................
58
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Lurah terhadap Posyandu dalam Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita di Posyandu...............................................................
58
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Pembinaan Petugas Puskesmas dalam Pemantuan Pertumbuhan Anak Balita di Posyandu.........................................................................................
59
Tabel 4.14 Distribusi Perilaku Kader pada Pelaksanaan Posyandu..........
61
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.15 Distribusi Responden Menurut Kategori Perilaku pada Pelaksanaan Posyandu ................................................................
62
Tabel 4.16 Hasil Analisa Regresi Berganda ...................................................
63
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Skema Modifikasi Teori Blum dan Green ..................................... 33
Gambar 2.2 Konsep Teoritis Perilaku Kader Posyandu dan Faktor Determinan Perilaku Kader ............................................................. 36
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian........................................................... 37
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Posyandu merupakan wadah untuk membangkitkan kembali peran serta
masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan balita, yang sangat penting untuk deteksi awal masalah gizi buruk yang tengah melanda kalangan masyarakat. Pemantauan pertumbuhan balita, merupakan rangkaian kegiatan rutin di posyandu, yang dilaksanakan setiap bulan dan berkesinambungan. Pertumbuhan balita dapat diketahui dari pencatatan hasil penimbangan berat badan balita pada Kartu Menuju Sehat (KMS) yang akan menggambarkan status gizi balita tersebut. Rangkaian kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan (KMS) dan penyuluhan sederhana (Departemen Kesehatan RI, 2002). Pemantauan pertumbuhan balita selama ini belum berjalan seperti yang diharapkan, karena kesadaran masyarakat akan peran dan keberadaan posyandu masih jauh dari harapan. Masyarakat belum menyadari sepenuhnya bahwa posyandu milik masyarakat yang harus dikembangkan, dan pemberdayaannya adalah dari dan untuk masyarakat. Untuk pengembangan posyandu, petugas kesehatan atau pihak Puskesmas diharapkan merupakan pendamping yang akan memotivasi masyarakat untuk pelaksana kegiatan posyandu (Departemen Kesehatan RI, 2002).
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tenaga utama pelaksana posyandu adalah kader posyandu, yang kualitasnya sangat menentukan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan yang dilaksanakan. Dengan demikian, kemampuan kader harus dikembangkan untuk berpotensi secara maksimal, dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tugas yang diemban, dalam mengelola posyandu, agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2005). Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), di ketahui beberapa masalah yang dihadapi berkenaan dengan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita, antara lain hanya 4% dari 240.000 posyandu pada tahun 2001 yang dikategorikan sebagai Posyandu mandiri, dan sekitar 46,7 % jadwal buka Posyandu tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, serta 69,0 % jadwal ditentukan oleh Puskesmas. Adapun jumlah kader yang aktif hanya 43,3 %, dan setiap Posyandu dikelola oleh 1-3 kader. Berdasarkan data yang tercatat pada Profil Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat 2005, secara kuantitas perkembangan jumlah Posyandu sangat menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan 3-4 Posyandu. Pada saat Posyandu dicanangkan, jumlah Posyandu tercatat sebanyak 25.000, sedangkan pada tahun 2005 meningkat menjadi 238.699. Namun demikian ditinjau dari aspek kualitas masih memprihatinkan, karena Posyandu Mandiri baru 2,91% (Profil UKBM 2005). Di Jakarta Selatan, hingga bulan Desember 2005, diketahui jumlah Posyandu sebanyak 1.131, yang terdiri dari Mandiri (94 Posyandu), Purnama (428 Posyandu), Madya (519 Posyandu) dan Pratama (86 Posyandu). Data tersebut menggambarkan
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
bahwa program Mandiri di Kotamadya Jakarta Selatan belum mencapai 10%, tepatnya 8,3% dari seluruh Posyandu (Sumber : www.mediajakartaselatan.com). Di Kabupaten Bireuen Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pada 2006 ada 586 posyandu dan semuanya aktif, tetapi Posyandu yang mempunyai sarana memadai hanya 84 Posyandu (14,3) %). Namun demikian, kader yang aktif hanya 1.365 orang, sehingga rasio jumlah kader dengan jumlah posyandu belum memadai, dan setiap posyandu rata-rata hanya memiliki 2-3 orang kader saja. Idealnya, jumlah kader dalam kegiatan Posyandu adalah 5 orang. Posyandu yang telah memberikan penghargaan berupa pemberian transpor kepada kader, baru mencapai 40 %. Untuk penimbangan balita tingkat partisipasi masyarakat yang hadir di Posyandu serta mempunyai Kartu Menuju Sehat (D/S) masih dikategorikan rendah yaitu hanya mencapai 68,4 %. Peran kader dalam hal ini diduga memberi kontribusi terhadap pencapaian yang rendah tersebut. Selanjutnya, data revitalisasi Posyandu pada tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah balita yang di bawah garis merah (BGM) pada kartu menuju sehat (KMS), ada 756 balita (5,5%) dari jumlah balita yang ditimbang, sedangkan balita yang naik berat badannya (N/D) hanya 63,34%. Data ini menunjukkan bahwa pemantauan pertumbuhan balita di Kabupaten Bireuen belum maksimal (Dinas Kesehatan Kab. Bireuen, 2006). Anak yang tidak naik berat badannya harus diwaspadai dan dikelola dengan baik, agar tidak memperburuk status gizi anak. Para kader posyandu dalam kegiatannya didukung oleh petugas kesehatan, seperti petugas gizi dan Juru Imunisasi (Jurim). Namun dalam pelaksanaan kegiatan Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Posyandu di Kabupaten Bireuen, yang ada hanya tenaga bidan (Bidan Desa) yang relatif masih baru. Dalam penyelenggaraannya, setiap kegiatan posyandu disediakan dana untuk pemberian makanan tambahan (PMT) balita yaitu sebesar Rp.500 per anak, dan untuk transpor kader sebesar Rp. 15.000. Uang transpor kader sebesar Rp. 15.000 per Posyandu oleh kader dinilai masih belum memadai, karena kader Posyandu harus melaporkan temuannya ke Puskesmas, bila sewaktu - waktu terdapat masalah gizi pada balita di wilayah Posyandu. Akibatnya, ada balita yang tidak naik berat badannya selama tiga bulan berturut-turut, tetapi tidak segera dirujuk ke Puskesmas. Jumlah kader yang relatif minim juga membuat kegiatan pelaksanaan 5 meja di posyandu, tidak terlaksana dengan baik. Berdasarkan observasi awal di lapangan masih ada kader yang berumur relatif usia muda (<17 tahun), dengan gambaran tersebut diasumsikan bahwa kader tersebut belum berpengalaman/pengetahuan serta keterampilan yang, cukup untuk melakukan kegiatan Posyandu, sehingga berdampak belum maksimalnya kegiatan pemantauan pertumbuhan balita dengan adanya balita bawah garis merah (BGM). Keadaan sosial ekonomi di Kabupaten Bireuen pada saat ini belum menunjukkan perbaikan yang nyata, sejak kejadian tsunami dan konflik. Struktur perekonomian Kabupaten Bireuen Bari tahun 2000-2005 relatif tidak berubah, dan lebih dari 70% ditentukan oleh dua sektor utama yaitu, sektor pertanian dan sektor perdagangan. Sektor pertanian memberikan kontribusi perekonomian pendapatan regional Kabupaten Bireuen lebih dari 45%, sedangkan sektor perdagangan Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
memberikan kontribusi sebesar 27%. Namun pada tahun 2005, perekonomian Bireuen mengalami pertumbuhan yang melambat, karena hanya mampu mencapai pertumbuhan sebesar 2,7%. Pendapatan regional per kapita pada tahun 2005 hanya mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun 2000. Penduduk miskin di Kabupaten Bireuen berjumlah 8,9%. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bireuen mempunyai sedikit penduduk miskin yang berada di bawah standar rata-rata kemiskinan nasional (BPS Kabupaten Bireuen, 2005). Kemiskinan dan kurang gizi yang saling berkaitan, akan mempengaruhi pertumbuhan balita, oleh karena itu pemantauan pertumbuhan balita, disertai perbaikan gizi masyarakat akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan balita dan juga pada peningkatan produktivitas yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan per kapita (Baliwati dkk. 2002). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengkaji
faktor
determinan
perilaku
kader
Posyandu
dalam
pemantauan
pertumbuhan balita di Kabupaten Bireuen.
1.2. Perumusan Masalah Proses pertumbuhan balita sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Pertumbuhan balita ini mempunyai kaitan erat dengan kondisi gizi balita. Namun masalah gizi di Indonesia dewasa ini semakin memprihatinkan, karena masih dijumpainya kasus BBLR (14%), masalah anemia balita (48%) dan kurang energi protein (KEP) balita mencapai 27% (Departemen Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Kesehatan RI, 2006). Masalah gizi yang terjadi mungkin merupakan akibat dari kegiatan pemantauan pertumbuhan balita yang tidak berjalan sepenuhnya, karena masih banyak ibu yang tidak membawa anaknya ke Posyandu, untuk ditimbang berat badannya. Di Kabupaten Bireuen, pemantauan pertumbuhan balita belum optimal, karena balita yang naik berat badannya (N/D) hanya 43,64%, tingkat partisipasi (D/S) 68,4% yang belum mencapai target (80%), dan jumlah kader yang belum memadai (< 5 orang). Selain itu, belum seluruh Posyandu memiliki sarana yang memadai, sedangkan revitalisasi Posyandu baru dimulai tahun 2006. Dari seluruh kader yang aktif (1365 orang) yang telah dilatih dari program revitalisasi Posyandu relatif masih sangat sedikit, yaitu 25 orang dari dana Merlin, 150 orang dari dana DIPA, 65 orang dan dana Save Children (Dinkes Bireuen, 2006). Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah faktor determinan, seperti faktor presdiposisi (umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, pelatihan), faktor enabling (Posyandu, Dacin, KMS) serta faktor reinforcing (pembinaan kader dan dukungan lurah terhadap Posyandu) berpengaruh terhadap perilaku/tindakan kader Posyandu dalam melakukan kegiatan pemantauan pertumbuhan balita.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui komponen predisposisi yaitu umur, pendidikan, pengetahuan sikap dan training petugas kader Posyandu di Kabupaten Bireuen.
2. Mengetahui gambaran komponen enabling yaitu keberadaan Posyandu, Dacin dan KMS. 3.
Mengetahui gambaran komponen reinforcing yaitu pembinaan petugas, dan dukungan lurah terhadap Posyandu di Kabupaten Bireuen.
4. Mengetahui perilaku kader Posyandu dalam pelaksanaan posyandu untuk memantau pertumbuhan balita di Kabupaten Bireuen. 5. Menganalisa pengaruh faktor predisposisi, enabling, reinforcing terhadap perilaku kader Posyandu dalam pelaksanaan posyandu untuk memantau pertumbuhan balita di Kabupaten Bireuen.
1.4. Hipotesa Penelitian Ada pengaruh faktor deteminan : faktor predisposisi (umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan training petugas), faktor enabling (keberadaan posyandu, Dacin KMS) serta faktor reinforcing (pembinaan, dan dukungan lurah terhadap Posyandu) terhadap perilaku kader Posyandu dalam pelaksanaan posyandu untuk memantau pertumbuhan balita di Kabupaten Bireuen.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi perencanaan pelaksanaan program kesehatan yang mendukung kegiatan posyandu di Kabupaten Bireun. 2. Sebagai masukan perencanaan masukan pelaksanaan kesehatan bagi Provinsi NAD khususnya Kabupaten Bireuen. 3. Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu manajemen kesehatan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan pemberdayaan tenaga kesehatan di masyarakat.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan untuk masyarakat dan mempunyai nilai strategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat untuk pelayanan kesehatan dan keluarga berencana, yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat, dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Posyandu memiliki tujuan pokok untuk mempercepat penurunan angka kematian Ibu dan Anak, meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu untuk menurunkan Indeks Masa Tubuh (IMT), mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat. Posyandu juga berperan untuk pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi, dan juga meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1 sampai 5 tahun, ibu hamil, menyusui, ibu yang berada dalam masa nifas dan wanita usia subur (WUS). Ada 5 (lima) kegiatan yang dilakukan di Posyandu atau yang disebut Panca Krida Posyandu, di antaranya adalah kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, dan penanggulangan diare. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan, pos imunisasi, pos keluarga berencana desa, pos kesehatan, dan pos lainnya yang baru dibentuk. Pembentukan Posyandu memiliki syarat-syarat tertentu, yakni penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita, 120 kepala keluarga. Pembentukan Posyandu juga harus disesuaikan dengan kemampuan petugas kesehatannya (bidan desa) dan jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok tidak terlalu jauh. Alasan mendirikan Posyandu di satu daerah adalah dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) sekaligus dengan pelayanan KB. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana. Prinsip dasar posyandu merupakan usaha masyarakat yang memadukan pelayanan profesional dan non profesional oleh masyarakat yang bekerja sama secara lintas program (KIA, KB gizi, imunisasi, penanggulangan diare) dan lintas sektoral Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Depkes RI, Depdagri/Bangdes, dan BKKBN). Posyandu juga disebut kelembagaan masyarakat di mana dengan dibentuknya pos desa, kelompok timbang/pos timbang, pos imunisasi dan pos kesehatan yang mempunyai sasaran penduduk yang sama yaitu bayi 0-1 tahun, anak balita 1-5 tahun, ibu hamil dan PUS dengan pendekatan yang digunakan adalah pangembangan dan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) / Primary Health Care (PHC). Pelaksanaan Posyandu melibatkan petugas Pukesmas, petugas BKKBN, sebagai penyelenggara pelayanan profesional dan peran serta masyarakat secara aktif dan positif sebagai penyelenggara pelayanan non profesional secara terpadu dalam jangka alih teknologi dan swakelola masyarakat. Dari segi petugas Puskesmas pendekatan yang dipakai adalah pengembangan dan pembinaan PKMD. Perencanaan terpadu tingkat Puskesmas (mikro planning), dilakukan dengan lokakarya mini serta melalui sistem 5 meja dan alih teknologi. Kegiatan swadaya masyarakat mengharapkan adanya kader kesehatan dengan perencanaan melalui musyawarah masyarakat desa, dengan pelaksanaan melalui sistem 5 meja. Langkah-langkah pembentukan Posyandu antara lain; (1) persiapan sosial, di antaranya persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksana Posyandu dan keluarga pemakai jasa Posyandu; (2) perumusan masalah, dengan melakukan survei mengawas diri dan menyajikan hasil survei dalam bentuk loka karya mini; (minilok) perencanaan pemecahan masalah, dilakukan dengan menentukan kaderisasi sebagai pelaksana posyandu, pembentukan pengurus sebagai pengelola Posyandu dan penyusun rencana kegiatan posyandu; (4) pelaksanaan kegiatan, yaitu kegiatan di Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Posyandu 1 x sebulan atau lebih, pengumpulan dana sehat, serta pencatatan dan laporan kegiatan posyandu; (5) evaluasi, yaitu mengevaluasi hasil kegiatan yang sedang berjalan dan hasil kegiatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan (Effendy, 2002).
2.2. Kader Posyandu Kader Posyandu diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tertentu yang tumbuh dalam masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk bidang kesehatan. Kader Posyandu adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau bekerja keras, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan, serta menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Tugas kader Posyandu adalah melakukan kegiatan bulanan di dalam Posyandu, seperti mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Posyandu, dan cara melaksanakan kegiatan bulanan di Posyandu. Kader kesehatan masyarakat seyogyanya membantu pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif, dan harus memperlihatkan adanya kemauan untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya membangun masyarakat. Seyogyanya para kader kesehatan masyarakat selalu mempertimbangkan hal apa yang dapat diselesaikan di wilayah tersebut dengan menggunakan sumberdaya lokal milik masyarakat setempat, dan tentu saja dalam batas biaya yang masih dapat dicapai oleh masyarakat setempat pula. Para kader kesehatan masyarakat Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
seyogyanya selalu menyadari bahwa derajat kesehatan masyarakat yang meningkat atau menurun bukanlah semata-mata karena adanya sumbangan dari sektor lainnya, seperti : sektor pendidikan, sektor pertanian, sektor komunikasi, sektor pelayanan masyarakat dan lain-lainnya (WIJO, 1993).
2.2.1. Tugas Kader Posyandu Cara kader posyandu melaksanakan kegiatan bulanan di Posyandu oleh kader adalah : 2.2.1.1. Meja 1 : mendaftarkan balita, ibu hamil dan ibu menyusui Tugas kader di meja 1 adalah mendaftarkan balita ke dalam formulir pencatatan balita. Bila anak sudah punya KMS, maka berarti bulan lalu anak sudah ditimbang dan KMS-nya dapat diminta. Namanya dicatat pada secarik kertas dan diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju tempat penimbangan. Bila anak belum punya KMS, berarti anak baru bulan ini ikut penimbangan. Maka, kader harus mengambil KMS baru. Kolomnya diisi secara lengkap. Nama anak dicatat pada secarik kertas, dan diselipkan di KMS. Kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.
2.2.1.2. Meja 2: menimbang balita Tugas kader di meja 2 adalah menimbang balita. Kader harus menyiapkan dacin dan anak ditimbang. Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas,
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
dan diselipkan ke dalam KMS. Selesai ditimbang anak dipersilahkan ke meja 3 bersama ibunya untuk dicatat hasil penimbangannya.
2.2.1.3. Meja 3 : mencatat hasil penimbangan Pada meja 3 kader mencatat dan memindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMS-nya.
2.2.1.4. Meja 4: menyuluh ibu berdasarkan hasil penimbangan anaknya Penyuluhan harus diberikan oleh kader yang didampingi petugas kesehatan untuk semua balita. Ibu balita diberikan penyuluhan tentang (Departemen Kesehatan RI, 2006): 1. Pentingnya menimbang balita setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan balita. Balita yang di bawah garis merah (BGM) harus dirujuk ke tenaga kesehatan. 2. Pentingnya ASI saja (ASI Eksklusif) sampai anak umur 6 bulan. 3. Pentingnya pemberian makanan pendamping ASI bagi anak benunur > 6 bulan. 4. Pentingnya ibu memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun. 5. Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita. 6. Pentingnya pemberian vitamin A untuk mencegah kebutaan dan daya tahan tubuh anak. Setiap bulan Februari dan Agustus, bayi 6-12 bulan dan anak balita 1-5 tahun diberi satu kapsul vitamin A.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
7. Pentingnya latihan/stimulasi perkembangan anak balita di rumah. 8. Tentang bahaya diare bagi balita. ASI terus diberikan seperti biasa walaupun anak sedang mencret. 9. Tentang bahaya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), balita batuk pilek dengan nafas sesak atau sukar bemafas harus dirujuk ke tenaga kesehatan. 10. Tentang demam pada balita sering merupakan tanda-tanda malaria, campak, demam berdarah, dapat membahayakan jiwa anak.
2.2.1.5. Meja 5: Pelayanan Kesehatan dan KB Tugas kader di meja 5 adalah memberikan pelayanan kesehatan lainnya dan KB bersama dengan petugas kesehatan, seperti imunisasi, pemberian tablet besi, pelayanan KB. Kader perlu berkonsultasi kepada petugas kesehatan di posyandu atau mengirim penderita ke Puskesmas, apabila kader menemui kondisi di bawah ini (Departemen Kesehatan RI, 2006): 1. Balita yang berat badannya 3 kali berturut-turut tidak naik 2. Balita yang berat badannya berada di bawah garis merah (BGM) 3. Balita yang sakit dengan keluhan batuk/sukar bemafas, demam dan sakit telinga 4. Balita yang mencret, lemah dan tidak mau minum, tidak kencing selama setengah hari, mencretnva banyak dan sering, mencretnya lebih dari sehari semalam, mencretnya mengandung darah dan muntah terus menerus.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
5. Anak yang menderita buta senja atau mata keruh. 6. Balita dengan penyimpangan pertumbuhan atau perkembangan terhambat dengan Kartu Kembang Anak (KKA). 7. Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak di kaki terutama ibu hamil. 8. Ibu hamil yang menderita pendarahan, pusing kepala yang terus menerus. Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat dan pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh pembimbing dalam jaringan kerja dari sebuah tim kesehatan. Para kader kesehatan masyarakat itu mungkin saja bekerja secara penuh (full time) atau setengah hari (part time), mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh Pusat Kesehatan Masyarakat, seperti yang terdapat di Sumatera Barat, para kader kesehatan masyarakat tidak dibayar dengan uang. Umumnya, masyarakat setempat menyediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya yang dirasa sudah memenuhi persyaratan untuk dilakukannya suatu pelayanan kesehatan.
2.2.2. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tujuan dari kegiatan yang dilakukan di posyandu atau disebut Sapta Krida Posyandu, di antaranya adalah meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan diare, sanitasi dasar, dan penyediaan obat esensial. Posyandu dikelola oleh pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Lokasi atau letak Posyandu harus ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat, dan ditentukan sendiri oleh masyarakat. Tempat yang telah ditentukan untuk pembentukan Posyandu merupakan ruangan sendiri, atau bila tidak memungkinkan, dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya. Persiapan pelaksanaan kegiatan Posyandu, adalah (Departemen Kesehatan RI, 2006) : 1. Sehari sebelumnya semua ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita diberitahu akan ada kegiatan di Posyandu 2. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan 3. Pembagian tugas kepada para kader, dibantu ibu-ibu lain. Pelayanan
kesehatan
yang
dijalankan
oleh
Posyandu
di
antaranya
pemeliharaan kesehatan bayi dan balita dengan melakukan penimbangan bulanan, pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang, memberikan imunisasi bayi 3-14 bulan, pemberian oralit untuk mengurangi diare, juga pengobatan Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
penyakit sebagai pertolongan pertama untuk pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur, Posyandu melakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan kehamilan dan nifas, pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah. Selain itu, untuk memelihara kesehatan ibu hamil dan nifas serta pasangan usia subur, Posyandu juga melaksanakan imunisasi tetanus texoid (TT) untuk ibu hamil, melakukan penyuluhan kesehatan dan KB, pemberian alat kontrasepsi KB, pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama pada kecelakaan. Dalam pelaksanaan di Posyandu menggunakan sistem lima meja yang dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel 2.1. Pelayanan dan Pelaksana Posyandu dengan Pola 5 (Lima) Meja Meja I II III IV
V
Kegiatan Pendaftaran dan pencatatan Penimbangan Pengisian KMS Penyuluhan kesehatan dan pelayanan, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), oralit, Vit A, Tablet zat besi, KB. Pemberian imunisasi pemeriksaan kehamilan, kesehatan dan pengobatan, serta pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
Pelaksana Pelaksana Kader Kader Kader Kader atau kader bersama petugas kesehatan (dokter,bidan, d1l)
Untuk merumuskan angka kematian bayi dan anak balita serta menurunkan angka kelahiran berdasarkan angka Instruksi Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN Nomor : 06/Menkes/Inst/1981–22/HK.010/1981 dan Nomor : 264/ MenKes/ Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
InsNI/I 983-26/HK.0 I I /E.3/1983, keterpaduan kegiatan pelayanan KB kesehatan mulai operasionalkan. Di tingkat desa, kegiatan keterpaduan KB-Kes ini diwujudkan dalam bentuk Pos pelayanan Terpadu atau Posyandu (Aritonang, 1996). Keterpaduan diartikan sebagai penyatuan secara serasi dan dinamis kegiatan dari paling sedikit dua program, untuk saling mendukung pencapaian tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Wujud keterpaduan, dapat berupa keterpaduan dalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, dan aspek dana. Kegiatan yang dipadukan ialah kegiatan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB, Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare. Kegiatan Posyandu diharapkan dapat mencakup sasaran, yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan. wanita PUS (Pasangan Usia Subur). Sasaran ini memperoleh pelayanan sesuai dengan kondisinya masing-masing. Misalnya bayi, dan anak balita ditimbang berat badannya dan diisikan ke KMS, mendapatkan imunisasi, diberi oralit bila menderita diare, dan mendapatkan pelayanan kesehatan dari petugas bila menderita sakit. Ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan untuk mengurangi faktor risiko, seperti menderita anemia gizi, dan senantiasa dipantau pertambahan berat badan (BB) anak. Sasaran PUS adalah mendapatkan informasi dan pelayanan kontrasepsi bila menggunakan alat KB. Skema kegiatan Posyandu dapat dilihat di bawah ini, di mana pada skema tersebut terlihat berbagai peran orang-orang yang terlibat dalam kegiatan Posyandu (Aritonang, 1996).
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
2.2.3. Revitalisasi Posyandu Revitalisasi Posyandu dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan, gizi ibu dan anak dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Revitalisasi Posyandu dimulai tahun 1999, dan agar pelaksanaannya berjalan dengan baik, diperlukan peran serta aktif masyarakat sesuai kemampuannya. Kegiatan utama dalam revitalisasi posyandu adalah perbaikan gizi, kesehatan ibu dan anak- (KIA), keluarga berencana. (KB), imunisasi, dan penanggulangan diare. Kegiatan khusus yang tercakup dalam perbaikan gizi adalah pemantauan pertumbuhan Balita, pemberian MP-ASI, pemberian Kapsul Vitamin A, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Di samping kegiatan utama, ada kegiatan pelayanan pengembangan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan, seperti kelompok bermain, Bina Keluarga Balita, kesehatan lingkungan, dan sebagainya. Sasaran revitalisasi posyandu adalah seluruh Posyandu, dan prioritas utama adalah Posyandu Pratama dan Madya. Sasaran revitalisasi posyandu mulai dari tahun 1999 sampai 2005 dilaksanakan secara bertahap sampai seluruh Posyandu dapat direvitalisasi, dengan rincian tahun 1999 sasarannya 50 % dari total Posyandu, dan tahun 2001 posyandu yang direvitalisasi 50% (sisanya), dilanjutkan tahan 2005 untuk semua Posyandu (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Revitalisasi Posyandu masuk ke dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009. Setiap Posyandu harus ditingkatkan untuk mendukung penurunan masalah gizi, yang - akhirnya juga akan menurunkan AKI dan AKB. Dalam RAN disebutkan bahwa harapan yang akan dicapai pada tahun 2009 adalah menurunkan masalah gizi buruk sampai kepada 5 % dan masalah gizi kurang setinggi-tingginya hanya 20 % (Pemerintah RI dan WHO, 2004). Beberapa pokok kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan revitalisasi posyandu, antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2006) : 1. Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas dan lintas sektor 2. Pelatihan ulang kader 3. Pembinaan dan pendampingan kader 4. Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/Buku KIA, panduan Posyandu, media KIE, sarana pencatatan. 5. Penyediaan biaya operasional 6. Pemberdayaan ekonomi kader melalui penyediaan modal usaha kader melalui Usaha Kecil Menengah (UKM). Strategi yang dilakukan untuk menjalankan pokok-pokok kegiatan dalam revitalisasi Posyandu, antara lain :
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
1. Pengelompokan kegiatan Posyandu (minimal & pengembangan) 2. Pemberdayaan kader 3. Pemenuhan fasilitas operasional Posyandu 4. Mobilisasi sumberdaya masyarakat a. Meningkatkan kembali kelompok kerja nasional (Pokjanal) Posyandu b. Meningkatkan frekuensi dan kualitas pembinaan
2.3. Pemantauan Pertumbuhan Balita 2.3.1. Pengertian tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Kata pertumbuhan sering dikaitkan dengan perkembangan sehingga ada istilah tumbuh-kembang. Secara singkat pertumbuhan dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu, sedangkan perkembangan diartikan sebagai bertambahnya fungsi tubuh yaitu pendengaran, penglihatan, kemampuan bicara, kecerdasan dan tanggungjawab. Setiap anak yang dilahirkan, memiliki garis pertumbuhan normal masingmasing. Garis pertumbuhan normal ini, ada yang berada di garis median, yang lebih rendah dan ada yang lebih tinggi (growth trajectory). Ada anak yang berat badannya berada di bawah garis merah (BGM), atau pada pita kuning, dan ada yang terletak pada pita hijau, tetapi garis pertumbuhan mereka mengikuti garis pertumbuhan normal (Departemen Kesehatan RI, 2002). Menurut Soetjiningsih (1994), istilah pertumbuhan sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sebagian orang maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Di sisi lain, perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Departemen Kesehatan (2006) menyatakan, secara sederhana arti pertumbuhan adalah anak yang diberi cukup makanan sehat dan tidak sakit, sehingga anak akan bertambah umurnya, makin bertambah berat, dan bertambah tinggi, makin bertambah besar, bertambah pula kepandaian/keterampilannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terdiri dari 2 (dua) faktor utama yaitu, faktor internal dan faktor eksternal (Soetjiningsih, 1994). Faktor internal merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan. Faktor internal, antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal, maka akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Faktor eksternal adalah lingkungan, yang sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. Apabila kondisi lingkungan buruk maka potensi genetik yang optimal tidak akan tercapai. Faktor lingkungan terbagi menjadi pranatal dan pascanatal. Pranatal adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sewaktu dalam kandungan. Pascanatal adalah faktor lingkungan biologis (ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, penyakit, dsb), lingkungan fisik (sanitasi Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
rumah, georafis, dsb), faktor psikososial (motivasi, stress, perhatian orang tua), faktor keluarga dan adat istiadat. Pemantauan pertumbuhan anak sangat diperlukan mengingat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sangat banyak. Pemantauan pertumbuhan anak sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur, untuk mendeteksi terjadinya gagal tumbuh (gangguan pertumbuhan). Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat pula terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi pada penurunan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan, atau karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Gangguan pertumbuhan dalam waktu yang lama dapat terlihat pada hambatan pertambahan tinggi badan (Departemen Kesehatan RI, 2002). Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk dipergunakan menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan balita. Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan di Posyandu, sebagai sarana yang paling, dekat di masyarakat. Kegiatan bulanan Posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan memantau berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan konseling gizi dan memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Untuk melaksanakan pemantauan pertumbuhan balita, dilakukan penimbangan balita setiap bulan. Pemantauan pertumbuhan anak setiap bulan dapat mengontrol perubahan Berat Badan (BB) anak, agar anak tetap terjamin dapat tumbuh optimal.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
2.3.2. Kegiatan Penimbangan Balita di Posyandu dan Kartu Menuju Sehat (KNS) Kartu menuju sehat untuk balita (KMS-balita) adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter (Departemen Kesehatan RI, 2002). KMS-balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau pertumbuhan anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS-balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya. KMS-balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/Rumah sakit. KMS-balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknnya Beberapa manfaat KMS-balita antara lain : 1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI. 2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak. 3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. 4. KMS juga sebagai alat penyuluhan gizi kepada ibu, berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pada penimbangan pertama, dianjurkan ibu datang bulan depan, agar anaknya ditimbang kembali. Jika bulan lalu anak tidak ditimbang, beri penyuluhan pada ibunya, agar anak ditimbang secara teratur setiap bulan. Bila berat badan anak naik beri pujian pada ibunya; bila berat badan anak tidak naik, berikan penyuluhan kepada ibu tentang gizi yang baik. Diharapkan ibu dapat menjadi anggota, kelompok Bina Keluarga Balita (BKB). Agar KMS-Balita dapat dipakai untuk melakukan tindak lanjut pelayanan kesehatan dan gizi secara tepat, maka KMS harus diisi secara benar dengan mempertimbangkan beberapa masalah yang sering timbul, yaitu : 1. Ketidakakuratan pencatatan umur anak 2. Kesulitan memperoleh informasi tanggal/bulan lahir 3. Kesalahanan penimbangan 4. Kesalahan penempatan titik berat badan pada grafik 5. Kesulitan memahami arti pita warna pertumbuhan
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
6. Kesulitan menginterprestasikan grafik pertumbuhan anak 7. Kesulitan melakukan tindakan yang efektif KMS dipergunakan untuk memantau kesehatan gizi anak di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau pos pelayanan terpadu (Posyandu). Anak sehat digambarkan dengan jalur berat badan yang berwarna hijau. Pada pemeriksaan yang berturut-turut, basil penimbangan menunjukkan suatu grafik pertumbuhan anak yang dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Kalau garis grafik menurun keluar dari jalur hijau, berarti ada gangguan pertumbuhan anak tersebut dan hal ini merupakan petunjuk adanya gangguan kesehatan pada anak tersebut. Harus ditelusuri lebih lanjut, penyebab kurva pertumbuhan tersebut menurun, keluar dari jalur hijau. Kurva pertumbuhan anak dapat pula naik terus dan keluar dari jalur hijau ke sebelah atas. Ini pun menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi anak melebihi yang diperlukan oleh tubuh yang sehat dan normal. Maka kuantitas susunan hidangan anak tersebut, harus ditinjau kembali, sesuai dengan kebutuhannya. Di Indonesia, pada umumnya penyimpangan kurva pertumbuhan anak itu menuju ke arah bawah, dan tidak banyak yang keluar dari jalur hijau ke arah atas. Jadi kurva pertumbuhan anak yang baik kesehatannya, akan terus terdapat di dalam jalur hijau. Di bawah jalur hijau terdapat jalur yang diberi warna kuning. Ini menunjukkan daerah KEP ringan, jadi anak mulai memperlihatkan gangguan pertumbuhan ringan, yang menggambarkan pula adanya gangguan kesehatan. Anak perlu dikonsultasikan kepada seorang dokter untuk diperiksa dan diperbaiki gizinya, atau memerlukan perawatan kesehatan. Bila kondisi anak lebih jelek lagi, maka garis Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
kurva pertumbuhan anak akan lebih menurun masuk ke daerah di bawah garis merah, yang merupakan batas bawah dari jalur kuning. Daerah di bawah garis merah ini menunjukan KEP berat, pada kondisi ini anak sudah jelas menderita gizi kurang dan/atau terganggu kesehatannya. Oleh karena itu anak memerlukan pemeriksaan dan penanganan medis yang lebih teliti dan bersungguh-sungguh, bahkan mungkin anak ini perlu dirawat di rumah sakit. Kartu Menuju Sehat (KMS) dapat berfungsi sebagai alat bagi ibu atau mereka yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya akan segera mengetahui kondisi kesehatan anak tersebut. Kurva pertumbuhan masih tetap di dalam jalur hijau, anak tersebut ada dalam kondisi kesehatan gizi baik, dan bila menurun ke daerah jalur kuning, anak memerlukan perhatian lebih banyak dan sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang dokter atau dibawa ke Puskesmas, sedangkan bila kurva pertumbuhan anak sudah turun ke bawah garis merah, berarti anak tersebut sudah masuk ke dalam kondisi kesehatan yang buruk dan perlu penanganan kesehatan yang serius, (Soediaoetama, 1991).
2.4. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan 2.4.1. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan lain, tetapi pada kenyaannya pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan. Program-program pelayanan kesehatan
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
kurang melibatkan pendidikan kesehatan, meskipun ada tetapi kurang efektif. Argumentasi yang dikemukakan untuk hal ini adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan tidak jelas memperlihatkan hasilnya. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat, yang dapat dengan mudah dilihat atau diukur, karena pendidikan adalah behavior investment jangka panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat, sedangkan peningkatan pengetahuan saja, belum berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku, sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang dapat langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan. Menurut H.L. Blum di Amerika Serikat, sebagai salah satu negara yang sudah maju, lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan, dan berturut-turut disusul oleh perilaku, memberikan andil nomor dua, pelayanan kesehatan, dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap suatu kesehatan (Notoatmodjo,2002).
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Bagaimana proporsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status kesehatan di negara-negara berkembang terutama di Indonesia, belum ada penelitiannya. Bila dilakukan penelitian, mungkin perilaku mempunyai kontribusi yang lebih besar. Hasil penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur tentang status gizi anak balita menggunakan analisis stepwise, terbukti variabel perilaku merupakan yang penting. Meskipun variabel ekonomi di sini belum mewakili seluruh variabel lingkungan, tetapi paling tidak pengaruh perilaku lebih besar daripada variabel lain. Selanjutnya Green dan Marshall (2005) menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni : faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factor) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor). Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok tersebut. Faktor
predisposisi
adalah
faktor
yang
dapat
mempermudah
atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat. Beberapa komponen yang termasuk faktor predisposisi yang berhubungan langsung dengan perilaku, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan menyadari kemampuan dan keperluan seseorang atau masyarakat terhadap apa yang dilakukannya. Hal ini berkaitan dengan motivasi dari individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu tindakan (Green dan Marshall, 2005).
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Sebagai contoh perilaku ibu untuk memeriksakan kehamilannya akan lebih baik, jika ibu tahu apa manfaat periksa kehamilan, tahu siapa dan di mana periksa hamil tersebut dilakukan. Demikian pula, perilaku tersebut akan dipermudah jika ibu yang bersangkutan mempunyai sikap yang positif terhadap periksa hamil. Kepercayaan, tradisi, sistem, nilai di masyarakat setempat juga dapat mempermudah (positif) atau mempersulit (negatif) perilaku seseorang. Kepercayaan bahwa orang hamil tidak boleh keluar rumah, dengan sendirinya akan menghambat perilaku periksa hamil (negatif). Tetapi kepercayaan bahwa orang hamil harus banyak jalan mungkin merupakan faktor positif bagi perilaku ibu hamil tersebut (Notoatmodjo, 2005). Pada umumnya, faktor enabling memudahkan penampilan seseorang atau masyarakat untuk melakukan suatu tindakan. Faktor ini meliputi sumber-sumber daya pelayanan kesehatan dan masyarakat yaitu ketersediaan, kemudahan, dan kesanggupan. Termasuk juga keadaan fasilitas orang untuk bertindak seperti ketersediaan transportasi atau ketersediaan program kesehatan. Faktor enabling juga meliputi keterampilan orang, organisasi, atau masyarakat untuk melaksanakan perubahan perilaku (Green dan. Marshall, 2005). Faktor enabling menjadi target langsung dari organisasi masyarakat atau perkembangan organisasi dan intervensi training dalam suatu program dan terdiri dari sumber daya dan keahlian baru yang diperlukan untuk melakukan tindakan kesehatan dan tindakan kemasyarakatan yang diperlukan untuk mengubah lingkungan. Sumber daya meliputi organisasi, individu dan kemudahan dari fasilitas Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
pelayanan kesehatan, sekolah dan klinik. Keahlian kesehatan per orangan seperti pendidikan kesehatan sekolah, merupakan tindakan kesehatan khusus. Keahlian dalam rnempengaruhi masyarakat, digunakan untuk tindakan sosial dan perubahan masyarakat dalam melakukan tindakan kesehatan (Green dan Marshall, 2005). Menurut Notoatmodjo (2005), faktor enabling adalah faktor pemungkin atau pendukung seperti fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sebagai contoh, untuk terjadinya perilaku ibu periksa hamil, maka diperlukan bidan atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, Posyandu, dan sebagainya. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Faktor reinforcing adalah konsekuensi dari determinan perilaku, dengan adanya umpan balik (feedback) dan dukungan sosial. Faktor reinforcing meliputi dukungan sosial, pengaruh dan informasi serta feedback oleh tenaga kesehatan. Dalam pengembangan program kesehatan, sumber daya yang mendukung sangat tergantung pada tujuan dan jenis program. Dalam program kesehatan kerja, sumber daya manusia adalah pekerja, supervisor, pemimpin; dan anggota keluarganya dapat menjadi penguat program. Dalam perencanaan perawatan pasien, sebagai penguat (reinforcement) adalah perawat pasien, dan anggota keluarganya (Green dan Marshall 2005).
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Reinforcing dapat positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku orang di dalam lingkungannya. Sebagai contoh, dalam program kesehatan sekolah yang menjadi penguat adalah guru, administrasi sekolah, orang tua murid, dan sekoalah-sekolah yang sama, yang dapat saling mempengaruhi (Green dan Marshall, 2005). Pendapat Blum dan Green dapat dimodifikasi sebagai berikut : Keturunan
Pelayanan Kesehatan
Status Kesehatan
Lingkungan
Perilaku
Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai dan sebagainya)
Komunikasi Dinamika kelompok
Enabling Factors (ketersediaan sumbersumber/fasilitas)
Reinforcing Factors (sikap dan perilaku petugas)
Pemberdayaan Pada Masyarakat Pemasaran Sosial Pengembangan Organisasi
Training Pengembangan organisasi
Pendidikan Kesehatan Gambar 1: Skema Modifikasi Teori Blum dan Green Sumber : Notoadmodio (2003) Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Dari skema tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku, sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran, agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.
2.4.2. Perilaku Kesehatan Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat lugas, mencakup : berbicara, berjalan, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tesebut baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup, termasuk perilaku manusia. Heriditas atau faktor keturunan adalah merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk itu untuk selanjutnya. Di sisi lain, lingkungan adalah merupakan kondisi atau lahan untuk Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau. peransangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata). Adapun stimulus atau ransangan di sini terdiri 4 (empat) unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.
2.5. Landasan Teori Perilaku kader dalam melakukan kegiatan di posyandu sangat mempengaruhi masalah kesehatan dan gizi yang terjadi di masyarakat. Perilaku kader posyandu didukung oleh faktor determinan seperti faktor predisposisi, faktor enabling dan faktor reinforcing, seperti yang tertera pada Gambar 2.2
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Faktor Predisposisi - Umur - Pendidikan - Pengetahuan - Sikap - Training
Pelayanan Kesehatan
Faktor Enabling - Posyandu - Dacin - KMS
Tindakan/Perilaku
Faktor Reinforcing - Pembinaan Petugas - Peranan Tokoh Masyarakat/Lurah
Lingkungan
Status Kesehatan Gambar 2.2. Konsep Teoritis Perilaku Kader Posyandu dan Faktor Determinan Perilaku Kader.
2.6. Kerangka Konsep dan Variabel penelitian Variabel penelitian terbagi menjadi variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan pelatihan, faktor enabling yaitu :keberadaan posyandu, dacin, KMS, dan faktor reinforcing yaitu pembinaan, dan dukungan lurah terhadap posyandu. Variabel dependen adalah perilaku kader yang berupa tindakan kader dalam melakukan pemantauan pertumbuhan balita.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Gambar dari konsep penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 2.3
Faktor Predisposisi: • Umur • Pendidikan • Pengetahuan • Sikap • Training Faktor Enabling • Posyandu • Dacin • KMS
Perilaku Kader
Faktor Reinforcing : • Pembinaan Petugas • Dukungan Lurah Terhadap Posyandu Gambar : 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk observasional dengan rancangan cross sectional (potong lintang), yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor independen dengan faktor dependen, yang diobservasi sekaligus pada saat yang sama, atau tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian berlangsung selama 8 (delapan) bulan dari Januari tahun 2007 sampai November 2007, dengan mengambil tempat di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen, karena daerah ini mempunyai masalah gizi balita.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi adalah seluruh kader yang ada di Kabupaten Bireuen yang masih aktif dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Jumlah populasi ada sekitar 1365 orang.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
3.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian dari kader yang masih aktif dalam kegiatan Posyandu.
Jumlah sampel yang diambil adalah 93 orang dengan menggunakan
rumus perhitungan sampel minimal (Notoatmodjo, 2002) : n=
N 1+ N (d ) 2
Keterangan: N = Besar populasi (1365 orang) n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling), yaitu memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dari hasil sampling yang dilakukan, maka diperoleh distribusi sampel seperti terlihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kecamatan No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Samalanga Simpang Mamplam Pandrah Jeunib Plimbang Peudada Juli Jeumpa Kota Juang
Jumlah sampel 7 6 5 9 5 7 5 2 3
No.
Kecamatan
10 11 12 13 14 15 16 17
Kuala Jangka Peusangan Peusangan Selatan Peusangan Sb.Krueng Makmur Gandapura Kuta Blang
Jumlah sampel 5 5 5 4 6 5 3 7
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
3.4. Metode Pengumpulan Data 1.
Data Primer, dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah semua data yang termasuk variabel independen, variabel dependen. Wawancara dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah responden.
2.
Data Sekunder, dikumpulkan dari laporan bulanan, triwulan dan tahunan di Puskesmas Kabupaten Bireuen dan data dari laporan/catatan kantor kelurahan atau camat atau instansi terkait lain yang berkenaan dengan data-data gambaran daerah penelitian.
3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Ancok (Singarimbun,1987) menyatakan bahwa alat ukur dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat mengukur konsep yang sebenarnya ingin diukur. Apabila peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk pengumpul data, maka kuesioner tersebut harus dapat mengukur konsep yang hendak diukur. Untuk menguji keterandalan instrumen, dilakukan uji ketepatan (validitas) dan uji ketelitian (reliabilitas). Untuk keperluan uji reliabilitas dilakukan uji coba dengan menggunakan Uji Cronbach (Cronbach Alpha), yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Dari uji yang dilakukan, koefisien alpha yang diperoleh menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini cukup reliabel. Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2.. Hasil Uji Reliabilitas terhadap Variabel Penelitian No.
Variabel
Reliabilitas
1.
Pengetahuan
0,609
2.
Sikap
0.370
3.
Perilaku/ tindakan
0,821
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
3.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel, atau semacam petunjuk pelaksanaan mengukur variabel. Definisi operasional memberi batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel. Berikut merupakan definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian, yakni faktor predisposisi (umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, training), faktor Enabling (posyandu, dacin, KMS) serta faktor Reinforcing (pembinaan petugas, hubungan lurah), dan perilaku/ tindakan sebagai variabel dependen.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel
Faktor Predisposisi
Sub Variabel
Definisi
Usia kader pada saat penelitian dihitung Umur dari tanggal lahir sampai ulang tahun terakhir dalam tahun Jenjang lulus pendidikan formal Pendidikan terakhir yg ditempuh responden Segala sesuatu yang diketahui responden tentang pemantauan Pengetahuan pertumbuhan balita
Sikap
Training
Suatu tindakan atau perilaku petugas dalam mengatasi satu keluhan masyarakat serta mampu memberi informasi. Frekuensi pelatihan yang pernah diikuti oleh kader selama menjadi kader.
Hasil Ukur 1. < 17 tahun 2. 17-35 tahun 3. > 36 tahun 1. Rendah (SD,SLTP) 2. Sedang (SLTA) 3. Tinggi (PT). 1. Kurang (< 40% jawaban benar). 2. Sedang (40%75% jawaban benar). 3. Baik (>75% jawaban benar) 1. Kurang (< 40% jawaban positif) 2. Sedang (40% 75% jawaban positif) 3. Baik (> 75% jawaban positif) 1. ≥ 2 kali 2. ≤ 2 kali
Skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2 (Lanjutan) Lokasi posyandu Posyandu Faktor Enabling
Dacin
KMS
Faktor Reinforcing
Pembinaan Petugas Dukungan Lurah terhadap Posyandu
Perilaku
Tindakan
Kelayakan alat timbangan untuk menimbang anak balita Suatu kartu/alat yang dapat digunakan untuk memantau Ada tindaknya pembimbingan rutin yang dilakukan petugas kesehatan terhadap kader Ada tidaknya dukungan lurah terhadap posyandu. Tindakan yang dilakukan kader posyandu dalam pemantauan pertumbuhan balita.
1. Mudah dijangkau. 2. Tidak mudah dijangkau. 1. Layak 2. Tidak Layak 1. Selalu tersedia 2. Tidak tersedia
Ordinal
Ordinal
Ordinal
1. Ada 2. Tidak Ada Ordinal 1. ≥ 2 kali 2. < 2 kali 1. Kurang (< 40% jawaban benar). 2. Sedang (4075% jawaban benar) 3. Baik (> 75% jawaban benar)
Ordinal
Ordinal
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
3.5.1. Aspek Pengukuran Untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan terbuka dengan kategori :
1. Pengetahuan Pengetahuan dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 16, total skor 32 dengan kriteria sebagai berikut: Untuk pertanyaan yang memiliki 3 pilihan -
Jawaban a diberikan skor nilai 2
-
Jawaban b diberikan skor nilai 1
-
Jawaban c diberikan skor nilai 0
Berdasarkan nilai diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu •
Kurang baik jika nilai (skor) ≤ 13
•
Sedang jika nilai (skor) 14 – 24
•
Baik jika nilai (skor) ≥ 24
2. Sikap Di ukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberikan bobot. Jumlah pertanyaan 10, total skor tertinggi 20, dengan kriteria sebagai berikut:
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
A. Untuk pertanyaan bernomor ganjil, bila menjawab
Jawaban tidak setuju skor/nilai = 2
Jawaban kurang setuju skor/nilai nilai = 1
Jawaban setuju skor/nilai = 0.
B. Untuk pertanyaan bernomor genap, bila menjawab
Jawaban setuju skor/nilai = 2.
Jawaban kurang, setuju skor/nilai = 1.
Jawaban tidak setuju skor/nilai = 0.
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan sebagai berikut
Baik, jika jawaban nillainya (skor) > 15.
Sedang, jika jawaban nilainya (skor) 9-15.
Kurang, jika jawaban nilainya (skor) ≤ 8.
3. Tindakan Tindakan diukur dengan memberikan skor terbadap kuesioner yang telah diberikan bobot. Pertanyaan no 2 sampai 11, total skor tertinggi dengan nilai sebagai berikut : -
Jawaban a diberikan skor = 2
-
Jawaban b diberikan skor = 1
-
Jawaban c diberikan skor = 0
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan sebagai berikut a. Baik, jika jawaban nilainya (skor) > 15. b. Sedang, jika jawaban nilainya (skor) 9-15. c. Kurang, jika jawaban nilainya (skor) ≤ 8. Untuk pertanyaan no 1, Jika jawaban ya diberikan skor = 1 dan jawaban tidak diberikan skor = 0 Kategori di atas diambil berdasarkan metode Hadi Protomo (1986).
3.6. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan adalah regresi linier berganda pada α = 0,05 bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, training), faktor Enabling (posyandu, dacin, KMS) serta faktor Reinforcing (pembinaan petugas, hubungan lurah) terhadap perilaku kader Posyandu dalam pemantauan pertumbuhan balita di Kabupaten Bireuen.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.1. Geografis dan Penduduk Kabupaten Bireun Kabupaten Bireun terletak pada 40 451 – 50 211 Lintang Utara dan 960 201 – 970 211 Bujur Timur, dengan luas 1.901 21 Km2 (190.121.Ha). Kabupaten yang memiliki 17 kecamatan ini berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara; Kabupaten Bener Meriah di Selatan; Kabupaten Aceh Utara di Timur, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie. Jumlah penduduknya mencapai 351.835 jiwa (79.992 KK), dengan rincian pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Kecamatan di Kabupaten Bireun Berdasarkan Luas Wilayah Jumlah Desa, dan Jumlah Penduduk Tahun 2006 Luas Jumlah Jumlah Jumlah No. Kecamatan (Km2) Desa Penduduk Keluarga 5.242 23.546 46 156.22 1. Samalanga 4.712 20.667 38 218.49 2. Simpang Mamplam 2.092 7.362 18 89.33 3. Pandrah 4.412 18.398 38 114.52 4. Jeunib 2.094 9.144 19 64.15 5. Plimbang 5.679 21.705 41 391.33 6. Peudada 6.171 24.904 21 212.08 7. Juli 6.034 27.813 36 69.42 8. Jeumpa 8.611 41.900 22 31.56 9. Kota Juang 3.070 14.800 20 23.72 10. Kuala 5.068 24.795 45 81.33 11. Jangka 9.431 43.268 67 122.36 12. Peusangan 3.109 11.734 19 128.30 13. Peusangan Selatan 2.372 9.134 19 54.62 14. Peusangan Sb. Krueng 3.226 13.034 26 66.53 15. Makmur 4.658 20.449 38 36.15 16. Gandapura 4.015 19.182 39 41.10 17. Kuta Blang Jumlah 1.901.21 552 351.835 79.992 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bireun Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
4.1.2. Gambaran Puskesmas Di kabupaten Bireun terdapat 17 Puskesmas yang terletak di 17 daerah kecamatan. Distribusi puskesmas berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Puskesmas Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bireun No. Kecamatan Puskesmas 1. Samalanga Samalanga 2. Simpang Mamplam Simpang Mamplam 3. Pandrah Cot Glungku 4. Jeunib Jeunib 5. Plimbang Plimbang 6. Peudada Peudada 7. Juli Juli 8. Jeumpa Jeumpa 9. Kota Juang Kota Juang 10. Kuala Kuala 11. Jangka Jangka 12. Peusangan Peusangan 13. Peusangan Selatan Ule Jalan 14. Peusangan Sb. Krueng Lueng daneuen 15. Makmur Makmur 16. Gandapura Gandapura 17. Kuta Blang Kuta Blang Sumber : Kantor Keluarga Sejahtera Kabupaten Bireun
4.1.2. Gambaran Posyandu Gambaran posyandu pada wilayah kerja Kabupaten Bireun dapat dilihat pada Tabel 4.3. Terlihat bahwa dari 2530 kader yang tercatat, sebanyak 706 di antaranya tidak aktif.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.3 Data Posyandu dalam Wilayah Kerja Kabupaten Bireun No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Jumlah Posyandu Kecamatan Tdk Aktif % % Aktif Samalanga 46 7,8 0 0 Simpang Mamplam 40 6,8 0 0 Pandrah 19 3,2 0 0 Jeunib 41 7,0 0 0 Plimbang 19 3,2 0 0 Peudada 47 8,0 0 0 Juli 38 6,5 0 0 Jeumpa 22 3,8 2 66 Kota Juang 20 3,4 0 0 Kuala 37 6,3 0 0 Jangka 67 11,4 1 33 Peusangan 19 3,2 0 0 Peusangan Selatan 21 3,6 0 0 Peusangan Sb. Krueng 35 5,9 0 0 Makmur 26 4,4 0 0 Gandapura 38 6,5 0 0 Kuta Blang 51 8,7 0 0 Jumlah 586 100 3 100 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bireun
Aktif 80 105 40 70 20 22 90 40 70 65 202 64 50 140 90 80 37 1365
Jumlah Kader Tdk % Aktif 5,8 45 7,6 126 2,9 45 5,0 48 1,9 55 8,9 97 6,5 127 2,9 63 5,0 71 4,7 86 4,7 200 4,6 89 3,6 92 10,0 136 6,5 98 5,8 116 2,7 71 100 1565
4.2. Faktor Predisposisi 4.2.1. Umur dan Pendidikan Dari hasil penelitian, umur responden yang paling muda adalah 16 tahun (1 orang), sedangkan yang paling tua berusia 52 tahun (1 orang). Adapun umur ratarata responden adalah 28,73 tahun, yang dapat diartikan bahwa kader posyandu ratarata masih muda. Umur responden dalam penelitian ini kemudian dikategorikan yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
% 2,9 8,0 2,9 3,7 3,5 6,2 8,1 4,2 4,5 5,4 12,7 5,6 5,8 8,6 6,2 7,4 4,5 100
Pendidikan responden sebanyak 62,4% dalam kategori sedang, yakni SLTA sederajat, sedangkan 28% kategori pendidikannya rendah, yakni SD dan SLTP. Selain itu terdapat juga 9,7% yang berpendidikan tinggi. Dari distribusi pendidikan tersebut, kader posyandu relatif memiliki pendidikan yang baik, yang diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap kinerja mereka di posyandu. Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Umur dan Pendidikan No. 1
2
Karakteristik Responden
F
%
Golongan Umur (tahun) < 17 17 - 35 > 36 tahun Total
4 75 14 93
4,3 80,6 15,1 100
Tingkat Pendidikan : Rendah (SD, SLTP) Sedang (SLTA) PT (Perguruan Tinggi) Total
26 58 9 93
28,0 62,4 9,7 100
4.2.2. Pengetahuan Tingkat pengetahuan responden yang diukur dalam penelitian ini berkenaan dengan segala sesuatu yang diketahui responden tentang pertumbuhan anak terkait dengan peranan posyandu di dalamnya. Gambaran distribusi tingkat pengetahuan responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5. Jika dilihat uraian pengetahuan berdasarkan item-item yang ada, persentase responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik relatif tinggi, kecuali dalam hal menghitung umur anak, yang termasuk dalam kategori baik hanya sebesar
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
47,3%. Dalam penelitian ini pengetahuan dengan kategori rendah, terdapat pada pengetahuan tentang tanda anak marasmus (11,8%), cara menghitung umur anak (33,3%), dan anak tidak mengalami perkembangan (2,2%). Selebihnya, pengetahuan responden berada dalam kategori baik dan sedang saja. Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Pertumbuhan
Jawaban
Bertambah BB Bertambah BB dan TB Total Anak Sehat Anak yang BB pindah ke atas hijau melalui KMS Anak yang BB dalam pita hijau Total Pemantauan Secara teratur sampai 1 tahun pertumbuhan anak Secara teratur sampai 5 tahun Total Manfaat KMS Mengetahui perubahan BB anak Memantau pertumbuhan dengan teratur Total Kegiatan Penimbangan BB teratur memantau Penimbangan BB dicatat KMS Total Anak mengalami Rujuk ke puskesmas BGM Mengecek kembali BB dan TB dan merujuk ke puskesmas Total Tanda anak Tidak tahu marasmus Kulit berkeriput terutama di bokong Wajah seperti orang tua, dan kulit berkeriput Total Menggantung Posisi batang lurus Dacin Posisi dacin sejajar mata penimbang Total Tanda anak tidak Lebih rendah dari bulan lalu mengalami Garis pertumbuhan sama atau menurun dari pertumbuhan bulan lalu Total
F
%
8 85 93 12 81 93 5 88 93 21 72 93 4 89 93 27
8,6 91,4 100 12,9 87,1 100 5,4 94,6 100 22,6 77,4 100 4,3 95,7 100 29,0
66 93 11 3 79 93 10 83 93 16
71,0 100 11,8 3,2 84,9 100 10,8 89,2 100 17,2
77 93
82,8 100
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.5 (Lanjutan) Cara menghitung Tidak tahu Jika > 16 hari dibulatkan 1 bulan umur anak Jika < 15 hari menjadi 0 bulan dan > 16 hari menjadi 1 bulan Total Pengertian anak Anak di antara garis kuning dan gizi buruk merah Anak yang berat badannya di bawah garis merah Total Anak tidak Tidak tahu mengalami Mampu mengkombinasi kata-kata perkembangan Anak kurang merespons, proses tumbuh tidak sempurna Total
31 18
33,3 19,4
44 93
47,3 100
5
5,4
88 93 2 5
94,6 100 2,2 5,4
86 93
92,5 100
Uraian pengetahuan pada Tabel 4.5 selanjutnya diakumulasikan dan untuk selanjutnya dikategorikan, yang hasilnya terdapat pada Tabel 4.6. Berdasarkan Tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 87,1% responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, sedangkan 12,9% lainnya berada dalam kategori sedang.
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Kategori Tingkat Pengetahuan tentang Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita No.
Pengetahuan
F
%
1
Sedang
12
12,9
2
Baik
81
87,1
Total
93
100
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
4.2.3. Sikap Sikap yang diukur dalam penelitian ini menyangkut perasaan setuju tidaknya responden terhadap item-item pertanyaan yang diberikan. Sikap responden cukup bervariasi, terlihat dari distribusi sikap yang terdapat pada Tabel 4.7. Dari tabel dapat dilihat bahwa dalam hal pemantauan pertumbuhan anak balita secara tidak teratur, sebanyak 68,8% menyatakan tidak setuju; terhadap anak yang mengalami BGM sebanyak 63,4% setuju; 81,7% tidak setuju menyuruh ibu langsung pulang tanpa diberi informasi; 89,2% setuju ibu yang anaknya mengalami BGM untuk diberi penyuluhan; 79,6% tidak setuju dacin ditimbang dengan batang sejajar diletakkan di atas meja; dan 95,7% setuju hasil penimbangan diplot dalam KMS. Untuk lengkapnya uraian sikap responden tersebut, dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Sikap terhadap Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita Sikap Memantau pertumbuhan anak secara tidak teratur Anak sehat selalu naik BB-nya
Anak naik BB-nya tidak ikut garis pertumbuhan
Kategori Setuju Kurang setuju Tidak setuju Total Setuju Kurang setuju Tidak setuju Total Setuju Kurang setuju Tidak setuju Total
F 14 15 64 93 84 8 1 93 8 28 57 93
% 15,1 16,1 68,8 100 90,3 8,6 1,1 100 8,6 30,1 61,3 100
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.7. (Lanjutan) Setuju Kurang setuju Tidak setuju Total Anak BGM harus dilakukan Setuju pengukuran ulang BB dan TB Kurang setuju Tidak setuju Total Ibu dari anak BGM harus Setuju diberi konseling gizi Kurang setuju Tidak setuju Total Dacin dipasang dengan batang Setuju sejajar diletakkan di atas meja Kurang setuju Tidak setuju Total Hasil penimbangan diplot Setuju dalam KMS Kurang setuju Tidak setuju Total Menyuruh Ibu langsung pulang Setuju tanpa diberi informasi Kurang setuju Tidak setuju Total Ibu balita yang datang ke Setuju posyandu diberi penyuluhan Kurang setuju Tidak setuju Total Anak yang tidak naik BB-nya, terlihat dalam KMS
17 29 47 93 59 14 20 93 83 4 6 93 12 7 74 93 89 3 1 93 1 16 76 93 77 10 6 93
18,3 31,2 50,5 100 63,4 15,1 21,5 100 89,2 4,3 6,5 100 12,9 7,5 79,6 100 95,7 3,2 1,1 100 1,1 17,2 81,7 100 82,8 10,8 6,5 100
Uraian sikap pada Tabel 4.7 selanjutnya diakumulasikan dan untuk selanjutnya dikategorikan, yang hasilnya terdapat pada Tabel 4.8. Pada tabel tersebut dapat dilihat, sebanyak 66,7% responden memiliki sikap yang baik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan anak balita di posyandu.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Kategori Sikap terhadap Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita No.
Sikap
F
%
1
Baik
62
66,7
2
Sedang
30
32,3
3
Buruk
1
1,1
Total
93
100
4.2.4. Pelatihan Sebanyak 92,5% responden dalam penelitian ini menyatakan pernah mengikuti pelatihan; 7,5% yang tidak pernah. Distribusi pelatihan yang diikuti responden dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Pernah Tidaknya Mengikuti Pelatihan No. Pelatihan F
%
1
Tidak pernah
7
7,5
2
Pernah
86
92,5
Total
93
100
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
4.3. Faktor Enabling 4.3.1. Posyandu Posyandu dalam hal ini berkaitan dengan tanggapan responden mengenai keterjangkauan lokasi posyandu, dan transportasi yang digunakan oleh kader posyandu untuk menjangkau posyandu. Dalam kaitan itu sebanyak 98,9% responden menyatakan lokasi posyandu mudah dijangkau, dan sebanyak 54,8% menggunakan kenderaan pribadi; 45,2% lainnya
mengatakan menggunakan kenderaan umum
(Tabel 4.10).
Tabel 4.10. Distribusi Lokasi Posyandu Berdasarkan Keterjangkauan dan Alat Transportasi No.
Lokasi Posyandu
F
%
Alat Transportasi
F
%
1
Mudah Dijangkau
92
98,9
Kendaraan Umum
42
45,2
2
Tidak Mudah Dijangkau
1
1,1
Kendaraan Pribadi
51
54,8
Total
93
100
Total
93
100
4.3.2. Dacin dan KMS Selanjutnya pada Tabel 4.11 diuraikan mengenai kelengkapan posyandu terkait dengan sarana yang menunjang pelaksanaan posyandu antara lain dacin dan KMS. Dapat dilihat bahwa kelengkapan dari sarana kader untuk dapat bekerja secara efektif di posyandu masih perlu ditingkatkan, terutama dacin yang dalam penelitian ini sebanyak 34,4% responden menyatakan tidak pernah ditera. Dacin sangat
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
diperlukan keandalannya dalam menimbang anak. Kesalahan dacin berdampak pada salahnya pengukuran berat anak.
Tabel 4.11. Distribusi Posyandu Berdasarkan Kelengkapan Dacin dan KMS Kelengkapan Dacin (ditera) KMS
Kategori Tidak Ya Total Tidak Ya Total
F 32 61 93 2 91 93
% 34,4 65,6 100 2,2 97,8 100
4.3.3. Dukungan Lurah. Dukungan lurah ikut memberi kontribusi dalam pelaksanaan posyandu di Kabupaten Bireuen. Dalam penelitian ini sebanyak 94,6% responden menyatakan lurah mendukung penyelenggaraan posyandu, dengan rincian kegiatan seperti terlihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan lurah terhadap Posyandu dalam Pemantauan pertumbuhan anak balita di posyandu Dukungan Kategori F % Mengajak berpartisipasi datang Tidak 1 1,1 ke posyandu Ya 92 98,9 Total 93 100 Menyediakan fasilitas Tidak 19 20,4 Ya 74 79,6 Total 93 100 Menggalang dana dari mitra Tidak 81 87,1 perusahaan Ya 12 12,9 Total 93 100
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Dukungan lurah tersebut di antaranya dengan mengajak masyarakat berpartisipasi
datang
ke
posyandu
(98,9%);
menyediakan
fasilitas
untuk
terlaksananya posyandu (79,6%); namun lurah tidak melakukan penggalangan dana dari mitra perusahaan yang potensial untuk menunjang efektivitas pelaksanaan posyandu (87,1%).
4.3.4. Pembinaan Petugas Puskesmas Berkaitan dengan pembinaan petugas puskesmas, dari 97,8% yang menyatakan pernah mendapat pembinaan petugas, sebanyak 87,1% menyatakan yang dibicarakan dalam pembinaan berkaitan tentang pencatatan dan pelaporan; 87,1% juga menyatakan petugas membicarakan pengalaman kader dalam menjalankan tugas bersama; dan 92,5% responden menyatakan petugas membicarakan masalah dan kendala yang dihadapi kader. Adapun jadwal petugas dalam melakukan pembinaan, menurut 61,3% responden dalam 1 bulan sekali; 15,1% menyatakan 2 bulan sekali.
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Pembinaan Petugas Puskesmas dalam Pemantauan pertumbuhan anak balita di posyandu Kegiatan dalam Pembinaan Membicarakan pencatatan dan pelaporan Membicarakan pengalaman kader dalam menjalankan tugas bersama Membicarakan masalah dan kendala yang dihadapi kader
Kategori Tidak Ya Total Tidak Ya Total Tidak Ya Total
F 17 76 93 17 76 93 7 86 93
% 12,9 87,1 100 12,9 87,1 100 7,5 92,5 100
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
4.3.5. Perilaku Perilaku yang diukur dalam hal ini adalah segala sesuatu yang dilakukan kader pada hari pelaksanaan posyandu. Tabel 4.14. menguraikan tentang kegiatan yang dilakukan kader pada hari pelaksanaan posyandu. Jika dilihat berdasarkan perilaku yang dilakukan menurut lima meja yang menjadi standar pelaksanaan posyandu, maka memploting KMS yang berada di meja 3 merupakan kegiatan yang persentase tidak dilakukannya mencapai 44,1%. Kegiatan lainnya, seperti tidak mencatat nama balita di KMS dan menyiapkan dacin juga persentasenya relatif tinggi, masing-masing sebesar 30,1%. Pada meja V, yakni kegiatan memberi pelayanan seperti KB, imunisasi, dan lainnya, persentase tidak dilakukan kader juga tinggi, yakni 37,6%. Namun demikian secara umum, kegiatan lainnya relatif telah dilakukan oleh kader, termasuk dalam memberi pelayanan didampingi oleh petugas kesehatan.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.14. Distribusi Perilaku Kader pada Pelaksanaan Posyandu Posisi
Perilaku
Meja I
Mencatatkan nama balita di KMS
Meja II
Menimbang balita Menyiapkan dacin Hasil timbangan dicatat diselipkan pada KMS
Meja III
Memindahkan hasil timbangan ke KMS Memploting KMS
Meja IV
Beri penyuluhan berdasarkan hasil penimbangan Beri pelayanan gizi pada ibu balita
Meja V
Beri pelayanan kesehatan bersama petugas kesehatan
Kegiatan yang dilakukan Tidak Ya Total Tidak Ya Total Tidak Ya Total Tidak Ya Total Tidak Ya Total Tidak Ya Total
F
%
28 65 93 9 84 93 28 65 93 17 76 93 11 82 93 41 52 93
30,1 69,9 100 9,7 90,3 100 30,1 69,9 100 18,3 81,7 100 11,8 88,2 100 44,1 55,9 100
Tidak Ya Total Tidak Ya Total Tidak Ya
18 75 93 25 68 93 7 86
19,4 80,6 100 26,9 73,1 100 7,5 92,5
Total
93
100
Uraian kegiatan kader pada Tabel 4.14 kemudian dikategorikan, yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.15. Dari hasil pengkategorian perilaku kader diperoleh
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
hasil yang menunjukkan bahwa perilaku kader pada pelaksanaan posyandu, sebanyak 51,6% dalam kategori baik, 43% kategori sedang, sedangkan 5,4 kategori buruk.
Tabel 4.15. Distribusi Responden Menurut Kategori Perilaku pada Pelaksanaan Posyandu No.
Perilaku
F
%
1
Baik
48
51,6
2
Sedang
40
43,0
3
Buruk
5
5,4
Total
93
100
4.4. Hasil Uji Statistik Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian, maka dilakukan uji statistik regresi linier berganda untuk melihat pengaruh variabel prediposisi (umur, pendidikan, pengetahuan, pelatihan), enabling (posyandu, dacin, KMS), dan reinforcing (pembinaan petugas, dukungan lurah) terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.16. Hasil Analisa Regresi Berganda Perilaku Kader
Variabel
Umur Pendidikan Pengetahuan Sikap Pelatihan Posyandu Dacin KMS Pembinaan petugas Dukungan lurah
B (Koefisien Regresi)
P (signifikansi)
0,114 0,073 0,016 -0,308 0,346 0,810 -0,009 -0,076 0,527
0,189 0,531 0,931 0,027 0,570 0,200 0,951 0,708 0,007
1,282
0,042
Analisis regresi linear berganda dalam pengolahannya menghasilkan R square (sebagai koefisien determinasi) sebesar 0,206. Hal ini berarti 20,6% perilaku kader dapat dijelaskan oleh variabel prediposisi (umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, dan pelatihan), enabling (posyandu, dacin, KMS), dan reinforcing (pembinaan petugas, dukungan lurah), sedangkan sisanya (100% - 20,6% = 79,4%) dijelaskan oleh faktorfaktor lain. Persamaan regresi yang terbentuk adalah : Y (Perilaku) = -1,486 - 0,308 (sikap) + 0,527 (pembinaan petugas) + 1,282 (dukungan lurah) + 1,748 (error)
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Model Summary Model 1
R R Square .454a .206
Adjusted R Square .109
Std. Error of the Estimate .598
a. Predictors: (Constant), Semua anak balita di wilayah posyandu memiliki KMS, ikut mengajak masyarakat berpartisipasi dtg ke posyandu, ikut training , Lokasi posyandu mudah dijangkau, Pengetahuan, Membicarakan pencatatan dan pelaporan yg telah dilaksanakan, Sikap, Umur, Pendidikan, dacin pernah di tera
Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh F hitung 2,125 dengan tingkat nyata 0,031. Dengan demikian model regresi ini dapat dipakai untuk memperkirakan perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu. Dengan kata lain, sikap kader, pembinaan petugas puskesmas dan dukungan lurah secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu. Adapun variabel lainnya, yakni umur, pendidikan, pengetahuan, dacin, KMS tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu.
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 7.600 29.324 36.925
df 10 82 92
Mean Square .760 .358
F 2.125
Sig. .031a
a. Predictors: (Constant), Semua anak balita di wilayah posyandu memiliki KMS, ikut mengajak masyarakat berpartisipasi dtg ke posyandu, ikut training , Lokasi posyandu mudah dijangkau, Pengetahuan, Membicarakan pencatatan dan pelaporan yg telah dilaksanakan, Sikap, Umur, Pendidikan, dacin pernah di tera b. Dependent Variable: Tindakan
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Faktor Predisposing (Umur, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan Pelatihan) terhadap Perilaku Kader dalam Pelaksanaan Posyandu Dalam penelitian ini, yang dipilih menjadi faktor predisposisi yang diduga mempunyai pengaruh terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu adalah umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan pelatihan. Dari hasil uji regresi berganda, dari 5 variabel predisposisi tersebut, hanya sikap yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku (p = 0,027 < 0,05). Variabel lainnya, berturut-turut : umur (p= 0,189), pendidikan (p = 0,531), pengetahuan (p = 0,931), dan pelatihan (p= 0,570), tidak berpengaruh terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu. Jika ditinjau berdasarkan distribusi masing-masing variabel, pengetahuan misalnya, rata-rata pengetahuan responden dalam kategori baik (2,87); namun ratarata perilaku adalah 2,11 (skala 1-3). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu, tidak semata dipengaruhi oleh pengetahuannya. Bahwa kinerja kader dalam melaksanakan pekerjaannya di posyandu, sangat kompleks, tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuannya semata. Notoatmodjo (1993) mengatakan, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (overt behavior). Namun sesuai dengan penelitian Festinger (Robbins, 2003), bisa saja terjadi perbedaan antara pengetahuan dan perilaku seseorang, yang disebutnya sebagai disonansi kognitif. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang baik Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
didukung oleh tingkat pendidikan formal yang baik dari pada kader. Namun demikian, terkait dengan perilakunya dalam menjalankan posyandu, banyak faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini mempengaruhi perilaku kader (berdasarkan uji F, model yang dihasilkan dalam penelitian ini hanya memberi kontribusi 20,6% terhadap perilaku kader). Notoatmodjo membedakan perilaku atas dua : (1) bentuk pasif, yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain seperti berpikir, pengetahuan, sikap, dan (2) bentuk aktif, apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Bentuk pertama disebut juga dengan covert behaviour, sedangkan yang kedua disebut overt behaviour. Sikap sebagai covert behaviour dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kader. Sebagai perilaku tertutup, sikap sering kali sulit untuk diukur. Kalaupun bisa, tingkat validitasnya diragukan, apalagi jika dikaitkan dengan budaya Indonesia yang sangat kental dengan kehidupan tepa selira, yang selalu menggunakan ungkapan-ungkapan halus di dalam menunjukkan sikapnya, yang memerlukan waktu dan proses untuk memahaminya. Untuk mengubah perilaku seseorang, komponen perilaku yang terdiri atas pengetahuan, sikap dan keterampilan, dapat diintervensi salah satunya. Menurut Pambudy (Yustina, 2003), untuk mengubah perilaku manusia bukan hanya dengan mengubah pengetahuan mereka, tetapi yang lebih penting adalah mengubah sikap mentalnya, terlebih jika mereka berada dalam lingkungan masyarakat tradisional dan konservatif. Adanya pengaruh sikap terhadap perilaku kader dalam penelitian ini Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
merupakan input yang positif untuk perencanaan program pendidikan non formal, seperti pelatihan atau penyuluhan kepada para kader posyandu. Pelatihan sebagai salah satu cara untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia dalam penelitian ini juga tidak memberi pengaruh terhadap perilaku kader. Meski 95,7% responden dalam penelitian ini menyatakan pernah mengikuti pelatihan, namun perilakunya tidak dipengaruhi oleh pelatihan yang diikuti. Hasil penelitian Rulyana (2007) di Kecamatan Medan Barat juga menunjukkan, pelatihan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keaktifan kader posyandu.
5.2. Faktor Enabling (Posyandu, Dacin, KMS) terhadap Perilaku Kader dalam Pelaksanaan Posyandu Faktor enabling yang meliputi posyandu, keberadaan dacin dan KMS sebagai kelengkapan yang dibutuhkan kader dalam bekerja, tidak berpengaruh terhadap perilaku kader. Letak posyandu yang dinyatakan 98,9% responden mudah dijangkau, di mana 54,8% menggunakan kenderaan pribadi untuk menjangkaunya, tidak berpengaruh terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu. Pengamatan di lapangan menguatkan bahwa perilaku kader dalam melaksanakan tugasnya tidak dipengaruhi oleh keterjangkauan kader terhadap posyandu. Umumnya para kader adalah warga sekitar lokasi posyandu, sehingga jarak tidak menjadi faktor yang mempengaruhi mereka dalam melaksanakan tugasnya.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Demikian juga dengan dacin dan KMS sebagai perangkat kader dalam menjalankan tugasnya, dalam penelitian ini tidak mempengaruhi perilaku mereka secara signifikan. Sesuai dengan pedoman puskesmas (1999) tentang kegiatan lima meja, tugas kader pada meja dua adalah menimbang. Kader harus menyiapkan dacin dan balita di timbang kemudian hasil penimbangan berat badan balita dicatat pada secarik kertas lalu diselipkan di dalam KMS. Selesai dilakukan penimbangan, balita dipersilahkan ke meja tiga untuk dicatat hasil penimbangannya. Dari pengamatan di lapangan, para kader melaksanakan tugasnya sesuai dengan keberadaan perlengkapan tersebut sebagaimana adanya. Artinya, baik tidaknya keberadaan alat tersebut tidak mempengaruhi mereka dalam menjalankan perannya. Jika dilihat dari perilaku yang dilakukan pada pelaksanaan posyandu, sebanyak 90,3% melaksanakan penimbangan bayi dengan menggunakan dacin, tanpa memperhatikan dacin ditera atau tidak. Peneraan dacin ini semestinya mendapat perhatian, karena hasil penimbangan yang tidak benar dapat berpengaruh pada aktivitas pada meja 4, yakni meja komunikasi. Menurut Benny (2005), seorang konsultan gizi dari UNICEF, umumnya dari kelima meja yang ada di posyandu, meja ke-4 yang merupakan meja komunikasi, selalu menjadi titik lemah. Padahal, meja ini sangat penting di mana hasil penimbangan dikomunikasikan kepada ibu balita. Jika diketahui berat badan seorang anak anjlok (di bawah grafik KMS), petugas di meja lima bisa melakukan intervensi dengan mencari tahu penyebab turunnya berat badan si anak lalu memberikan saransaran. Kesalahan dalam penimbangan, dapat menyebabkan fungsi meja 4 dan Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
seterusnya tidak dijalankan, karena dinilai berat badan anak dalam keadaan baik sesuai pertumbuhannya.
5.3. Faktor Reinforcing (Pembinaan Petugas, Dukungan Lurah) terhadap Perilaku Kader dalam Pelaksanaan Posyandu Pembinaan petugas kesehatan dan dukungan lurah dalam penelitian ini berpengaruh terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu. Hasil penelitian Rulyana (2007) juga menunjukkan bahwa pembinaan petugas kesehatan berpengaruh terhadap perilaku kader. Sama halnya dengan hasil penelitian ini, pembinaan yang dimaksudkan lebih pada pembicaraan berkenaan dengan pencatatan dan pelaporan. Secara teoritis, supervisi berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Supervisi dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja. Menurut Kesrepro.Info (2005), peran petugas dalam pelaksanaan posyandu sangat dibutuhkan, terutama dalam memberi advokasi atau saran-saran pada orang tua yang anak-anaknya bermasalah dengan kesehatan atau berat badannya tak sesuai dengan grafik KMS. Lurah sebagai pimpinan di wilayahnya juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu. Keaktifan lurah dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam posyandu, memberi kontribusi pada perilaku kader. Terselenggaranya posyandu merupakan tanggung jawab kolektif masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak terkait. Oleh karena itu keaktifan semua pihak menjadi syarat untuk keberlangsungan posyandu. Meski
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
posyandu merupakan pos pelayanan terpadu yang dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat, namun dukungan teknis dari petugas kesehatan tetap diperlukan.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan karakteristik responden, sebanyak 80,6% berusia di antara 17 hingga 35 tahun;
62,4% berpendidikan SLTA dan yang sederajat; sebanyak 87,1%
berpengetahuan baik tentang pemantauan pertumbuhan balita; 66,7% bersikap baik; 92,5% pernah mengikuti pelatihan; 65,6% dacin pernah ditera; 97,8% KMS lengkap; 97,8% pernah mendapat pembinaan dari petugas puskesmas; dan 94,6% menyatakan lurah mendukung pelaksanaan posyandu. 2. Perilaku kader pada pelaksanaan posyandu, sebanyak 51,6% dalam kategori baik, 43% kategori sedang, sedangkan 5,4 kategori buruk. 3.
Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu adalah sikap kader (predisposisi), pembinaan petugas puskesmas dan dukungan lurah (reinforcing).
4. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan posyandu adalah umur, pendidikan, pengetahuan, pelatihan (predisposisi); dan keberadaan posyandu, dacin, dan KMS (enabling)
6.2. Saran 1. Pembinaan yang dilakukan oleh petugas puskesmas kepada kader perlu ditingkatkan dan terus dilakukan agar kinerja kader lebih baik lagi, khususnya dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan balita. Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
2. Aparat kelurahan agar lebih meningkatkan keaktifannya dalam memotivasi dan mengajak masyarakat berpartisipasi ke posyandu dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan balitanya, yaitu dengan cara memberdayakan ekonomi kader sehingga kader tidak mengharapkan penghasilan dari posyandu. 3. Perlu ditingkatkan kegiatan yang membangun sikap para kader melalui berbagai media yang sesuai kondisi Kabupaten Bireuen.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Aritonang, I., 1996. Pemantauan Pertumbuhan Balita, Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi dan Kesehatan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius: p 21-22. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireuen, 2005. Produk Domestik Regional Bruto Kobupaten Bireuen, Bireuen: BPS BAPEDA, p 24-25. Baliwati, dkk., 2002. Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya, p 4-7. Benny, 2005. www. Kesrepro.info.com Departemen Kesehatan RI., 2002. Pemantauan Pertumbuhan Balita, Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat-Direktorat Gizi Masyarakat, p 3-4. _______, 2002. Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita BagiPpetugas Kesehatan, Jakarta: Depatemen Kesehatan RI, p 1-6. _______, 2005. Revitalisasi Posyandu, Direktorat Kesehatan Komunitas, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, p 3-18 _______, 2006. Pengelolaan Revitalisasi Posyandu, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, p 11-13 Dinas Kesehatan Bireuen., 2005. Profit Kesehatan Bireuen Tahun 2004, Bireuen, NAD: Dinas Kesehatan, p 24-25. Effendy, N., 2002. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit.Buku Kedokteran, ECG Kedokteran, p 268-271. Green, L. W. dan Marshall Kreuter, 2005. Health Program Planning : an Educational and Ecological Approach, New York: Published by McGraw-Hill, a bussines unit of The McGraw-Hill Companies, Inc., p 146-170. Harrys, Rulyana, 2007. Pengaruh Pembinaan Puskesmas terhadap Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat. Skripsi.
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008
Pe-merintah RI dan WHO, 2004. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2005 -2009, Jakarta: Pemerintah RI bekerjasama dengan WHO. Pratiknya, A.W.,1993. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Notoadmodjo, S., 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta, p 118-119. _______ , 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, p 92. _______, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, p 128-131. _______, 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta, p 27-32. Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, Jakarta : Gramedia. Soediaoetama, A. Dj., 1991. Rmu Gizi, Jilid II, Jakarta: Penerbit Dian Rakyat, p 191192. Soetjiningsih., 1994. Tumbuh Kembang Anal, Jakarta: EGC Kedokteran, p 12-13. WHO, 1995. Kader Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC Kedokteran, p x-xi. Yustina, Ida dan Adjat Sudradjat (ed). 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor : IPB Press. www. Mediajakartaselatan.com
Israwati : Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita di Kabupaten..., 2007 USU e-Repository © 2008