PERENCANAAN PENDIDIKAN KEJURUAN PADA SMK SENI DAN KERAJINAN BERBASIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh JUFRI SINAGA 077003041/PWD
E
K O L A
S
N
A
S
H
PA
C
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
PERENCANAAN PENDIDIKAN KEJURUAN PADA SMK SENI DAN KERAJINAN BERBASIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
JUFRI SINAGA 077003041/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: PERENCANAAN PENDIDIKAN KEJURUAN PADA SMK SENI DAN KERAJINAN BERBASIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DI KOTA MEDAN : Jufri Sinaga : 077003041 : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) Ketua
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE)
(Drs. Rujiman, MA) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B,M.Sc)
Tanggal Lulus : 22 Juni 2009
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Telah diuji pada Tanggal 22 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE
Anggota
: 1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS 2. Drs. Rujiman, MA 3. Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. Ph.D 4. Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
ABSTRAK
JUFRI SINAGA. NIM. 077003041. “Perencanaan Pendidikan Kejuruan pada SMK Seni dan Kerajinan Berbasis Pengembangan Industri Kecil di Kota Medan”, di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE, Dr. Ir. Tavi Supriana, MS. dan Drs. Rujiman, MA. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan penting dalam perekonomian Kota Medan. Salah satu jenis UKM di Kota Medan adalah industri kecil sepatu dan merupakan produk unggulan potensial wilayah tersebut. Tetapi perkembangan industri kecil sepatu tersebut relatif kecil dibanding perkembangan industri kecil secara umum di Kota Medan. Perkembangan ini tidak terlepas dari kualitas SDM yang langsung berhubungan dengan produktivitas tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan dan mengetahui program pengembangan industri kecil sepatu melalui peningkatan SDM tenaga kerja serta menentukan program keahlian SMK Seni dan Kerajinan yang relevan dengan kebutuhan industri kecil sepatu di Kota Medan. Populasi penelitian ini adalah tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Penetapan sampel penelitian berdasarkan teknik cluster sampling dengan mengambil tiga wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Timur dengan total sampel berjumlah 60 orang. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner dan wawancara. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa faktor pengalaman, upah dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Sedangkan faktor pendidikan dan usia berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Upaya pengembangan industri kecil sepatu dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas SDM tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Program pengembangan dengan skala prioritas berturut-turut adalah pelatihan teknis, penyuluhan teknologi terbaru dan studi banding ke daerah lain. Upaya lain yang perlu dilakukan dalam pengembangan industri kecil sepatu adalah dengan menyiapkan tenaga kerja yang terampil melalui pendidikan kejuruan. Berdasarkan jenis-jenis keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja industri kecil sepatu, direncanakan pendidikan kejuruan berbasis industri kecil sepatu yakni melalui sebuah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disusun ke dalam sebuah struktur kurikulum Program Keahlian Kriya Kulit di SMK Seni dan Kerajinan Medan. Kata Kunci : Perencanaan pendidikan kejuruan, industri kecil sepatu, pengalaman, upah dan pelatihan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
ABSTRACT
JUFRI SINAGA, 077003041. “Vocational Education Planning at Vocational High School of Art and Handicraft Based Development Small Industries in Medan City”, under the guidance of Mr. Prof. Bachtiar Hassan Miraza,SE, Mrs. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS. and Mr. Drs. Rujiman, MA. It has been recognized that small and medium enterprises (SMEs) play a vital role in economic development in Medan. Shoes small industries is one of SMEs in Medan and it is potential superior product in that region. But the growth of shoes small industries is low relative compare with growth of small industries. This growth unreleased from the quality of human resources which connect with worker productivity. This research attempts to know the factors that influence the worker productivity of shoes small industries in Medan, to know development programs of shoes small industries with increase human resource of worker and to determine department in Vocational High School of Art and Handicraft relevant with required of shoes small industries in Medan. Determining of the sample in this research used cluster sampling technique from three sub-district, they are Sub-district of Medan Denai, Sub-district of Medan Area and Sub-district of Medan Timur with total sample 60 peoples. The data collected by using questioner and interview. The Result of research describes that experience, wage and training factors have positive and significant influences to worker productivity of shoes small industries in Medan. While influence of education and age factors have positive but not significant to worker productivity of shoes small industries in Medan. Development effort of shoes small industries to intensify the worker human resource in Medan. The result is showed that development programs are training, new technology illumination and equivalent study to another area. The other development program can do to make ready of skilled manpower by vocational education. Based skills of shoes small industries worker can planning vocational education with a competency standard and base competency in curriculum structure of Kriya Kulit Department at Vocational High School of Art and Handicraft in Medan.
Key words : Vocational education planning, shoes small industries, experience, wage and training.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
RIWAYAT HIDUP
Jufri Sinaga dilahirkan di Peajolo, Samosir pada tanggal 29 Agustus 1975. Putra ketiga dari Sudiman Sinaga dan Ramina Sidabutar. Menyelesaikan pendidikan: SDN Huta Ginjang tahun 1988, SMPN Simarmata tahun 1991, STM Negeri Pematangsiantar tahun 1994. Memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan IKIP Medan tahun 1999. Pada tahun 2007 mendapatkan beasiswa untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini bekerja sebagai Widyaiswara pada Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Listrik dan Bangunan Medan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinNyalah penelitian yang berjudul “Perencanaan Pendidikan Kejuruan pada SMK Seni dan Kerajinan Berbasis Pengembangan Industri Kecil di Kota Medan”, dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun pada saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE. selaku Ketua Komisi Pembimbing dalam penulisan tesis ini sekaligus Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD). 3. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini. 4. Bapak Drs. Rujiman, MA. selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini. 5. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE,MPd, PhD dan Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirozujilam, SE. yang bersedia menjadi dosen penguji serta telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
6. Seluruh civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam proses administrasi maupun kelancaran kegiatan akademik, termasuk juga seluruh teman-teman di jurusan PWD USU Medan. 7. Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian Tesis ini berdasarkan DIPA Sekretariat Jenderal DEPDIKNAS Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2009. 8. Khusus kepada istriku ‘Indah’ dan putra putriku ‘Ivan dan Evinka’ yang telah memberikan perhatian khusus, sehingga peneliti dapat merampungkan penulisan tesis ini. Akhirnya dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, tesis ini dipersembahkan bagi semua pihak yang membacanya dengan harapan dapat memberi koreksi konstruktif apabila terdapat kesalahan.
Medan,
Juni 2009
Penulis,
Jufri Sinaga NIM. 077003041
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK .................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv DAFTAR ISI .................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x BAB
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
1
Latar Belakang.......................................................................... Rumusan Masalah .................................................................... Tujuan Penelitian ...................................................................... Manfaat Penelitian ....................................................................
1 8 9 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
10
2.1. Industri Kecil ............................................................................
10
2.2. Peranan Industri Kecil dalam Pengembangan Wilayah ...........
12
2.3. Sumber Daya Manusia sebagai Pilar Pengembangan Wilayah.....................................................................................
14
2.4. Konsep Dasar dan Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja ......................................................
16
2.4.1. Pendidikan .....................................................................
19
2.4.2. Pengalaman....................................................................
20
2.4.3. Usia ................................................................................
20
2.4.4. Upah ..............................................................................
21
2.4.5. Pelatihan ........................................................................
23
2.5. Perencanaan Pendidikan ...........................................................
24
2.6. Karakteristik Pendidikan Kejuruan ..........................................
26
2.7. Proses Perencanaan Pendidikan Kejuruan................................
28
2.8. Penelitian Sebelumnya .............................................................
31
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
2.9. Kerangka Konseptual................................................................
34
2.10.Hipotesis Penelitian ..................................................................
37
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................
38
3.1. Lokasi Penelitian ......................................................................
38
3.2. Populasi dan Sampel.................................................................
38
3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
39
3.4. Teknik Analisis Data ................................................................
41
3.5. Definisi Operasional .................................................................
42
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
44
4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5.
44 45 47 51
BAB IV.
Gambaran Umum Kota Medan ............................................... Penduduk dan Tenaga Kerja .................................................... Kondisi Industri Kecil di Kota Medan .................................... Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan ............. Karakteristik Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan .............................................................................
4.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan ...............
54 60
4.6.1. Pengujian Hipotesis ..................................................... 4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ............................................ 4.7. Program-Program Pengembangan SDM Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan ......................................
60 67 71
4.8. Perencanaan Program Keahlian SMK Seni dan Kerajinan yang Relevan dengan Industri Kecil Sepatu ...........
74
4.8.1. Profil SMK di Kota Medan ......................................... 4.8.2. Perencanaan Program Keahlian Kriya Kulit Sesuai Kebutuhan Industri Kecil Sepatu.................................
74 76
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
84
5.1. Kesimpulan ...............................................................................
84
5.2. Saran .........................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
86
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Halaman
1.1.
Tingkat Pengangguran di Kota Medan. .............................................
3
1.2.
Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan ........................
5
3.1.
Sampel Penelitian...............................................................................
39
3.2.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ......................................................
40
4.1.
Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan di Kota Medan.....
46
4.2.
Distribusi Persentase PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku. ..............................................................................................
4.3.
48
Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil dan Rumah Tangga di Kota Medan. .........................................................
49
4.4.
Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan ........................
52
4.5.
Profil Pendidikan Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan ................................................................................................ .
4.6.
54
Profil Pengalaman Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan ................................................................................................
56
4.7.
Profil Usia Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan. ......
57
4.8.
Profil Upah Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan ......
58
4.9.
Profil Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan yang Mengikuti Pelatihan. ..........................................................................
4.10.
59
Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. .....................................................................................
61
4.11.
Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................
68
4.12.
Hasil Uji Heteroskedastisitas. ............................................................
70
4.13.
Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................
71
4.14.
Program Pengembangan SDM Tenaga Kerja Industri Kecil
4.15.
Sepatu .................................................................................................
73
Profil SMK di Kota Medan Berdasarkan Kelompok Keahlian. ........
75
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
4.16.
4.17. 4.18.
4.19.
Bidang Keahlian dan Program Keahlian SMK Seni dan Kerajinan di Kota Medan....................................................................................
75
Kompetensi Umum Program Keahlian Kriya Kulit SMK Seni dan Kerajinan ..........................................................................................
79
Standar Kompetensi Kejuruan Program Keahlian Kriya Kulit SMK Seni dan Kerajinan .............................................................................
80
Struktur Kurikulum SMK Seni dan Kerajinan Program Keahlian Kriya Kulit……………………………………………………….….
82
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Kuisioner Penelitian. ....................................................................
2.
Tabulasi Jawaban Responden : Produktivitas, Pendidikan,
90
Pengalaman, Usia, Upah dan Pelatihan .......................................
93
3.
Tabulasi Jawaban Responden : Program Pengembangan SDM ..
95
4.
Jenis-Jenis Kompetensi Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu ......
97
5.
Hasil Analisis Uji Regresi Linier Berganda.................................
99
6.
Hasil Analisis Uji Multikolinieritas .............................................
102
7.
Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas .........................................
103
8.
Hasil Analisis Uji Autokorelasi ...................................................
106
9.
Dokumentasi Penelitian ..............................................................
107
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata baik material maupun spritual sebagai wujud pelaksanaan demokrasi ekonomi yang dilandasi oleh semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Perekonomian yang berazaskan kebersamaan dan kekeluargaan tersebut tercermin dari koperasi dan usaha kecil sebagai gerakan ekonomi rakyat yang dapat berperan sebagai soko guru perekonomian nasional. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut, pemerintah perlu mempersiapkan secara khusus kondisi perekonomian domestik yang lebih tangguh dan berdaya saing tinggi guna menghadapi era liberalisasi perdagangan. Perhatian khusus ini perlu diberikan kepada struktur industri dalam negeri, hal ini dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara komposisi industri besar, menengah dan kecil. Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (selanjutnya disebut UKMK) merupakan kelompok usaha ekonomi yang penting dalam perekonomian Kota Medan. Hal ini disebabkan, usaha kecil, menengah dan koperasi merupakan sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan daya serap angkatan kerja yang signifikan. Tetapi di lain pihak kesenjangan pendapatan yang cukup besar masih terjadi antara pengusaha besar dengan usaha kecil. Dengan alasan seperti ini, maka sudah
selayaknya
apabila
para
pengusaha
kecil
dibina,
sehingga
dapat
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
mengembangkan usahanya. Pengembangan usaha kecil ini secara langsung merupakan upaya dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, sekaligus mempersempit kesenjangan sosial dan ekonomi (socio economic disparity). Bahkan Naisbitt (1993) berani memastikan bahwa pada era global mendatang, semakin besar ekonomi dunia justru semakin kuatlah peran para pemain terkecilnya (the bigger the world economy, the more powerful its smallest players). Artinya, dalam era dimana informasi sangat memegang peranan, maka dengan berbekal informasi yang memadai ini tidak dibutuhkan struktur dan manajemen yang besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (Pemerintah Kota Medan, 2005), jumlah pengusaha besar hanya 0,2% sedangkan pengusaha kecil, menengah dan koperasi mencapai 99,8%. Ini berarti jumlah usaha kecil, menengah dan koperasi mencapai hampir 500 kali lipat dari jumlah usaha besar. Persoalannya kontribusi UKMK terhadap PDRB, hanya 39,8%, sedangkan usaha besar mencapai 60,2%. Terhadap pertumbuhan ekonomi, usaha kecil, menengah dan koperasi hanya memberikan kontribusi sebesar 16,4% sedangkan usaha besar 83,6%. Berdasarkan penguasaan pangsa pasar, usaha kecil, menengah dan koperasi hanya menguasai pangsa pasar sebesar 20% (80% oleh usaha besar). Data tersebut menunjukkan dua hal sekaligus, yaitu super kuatnya sektor usaha besar dan teramat lemahnya sektor UKMK. Keberadaan UKMK sebagai tulang punggung perekonomian kota menjadi perhatian khusus, sejalan dengan misi pertama pembangunan Kota Medan tahun 2005-2010 yakni mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar luar, dengan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi, untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan yang semakin membaik berdasarkan asumsi tahun 2007 meningkat berkisar 8,08 persen dari 7,57 persen tahun 2006, ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan penurunan jumlah penduduk miskin pada tahun yang sama. Kondisi ini disebabkan oleh pertumbuhan yang terjadi bukan pertumbuhan ekonomi berkualitas yakni mengutamakan ekspor dan investasi. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini, kontribusi terbesar berasal dari sektor telekomunikasi dan transportasi (sektor 7) diikuti sektor perdagangan. Sektor tersebut tidak banyak menyerap jumlah tenaga kerja di Kota Medan, sedangkan angka angkatan kerja dari tahun ke tahun terus bertambah seiring dengan perkembangan jumlah penduduk. Demikian juga halnya dengan tingkat pengangguran terbuka pada Agustus tahun 2007 sebesar 14,49 persen (BPS Sumatera Utara 2008). Jumlah ini semakin naik sedikit dibanding persentase angka pengangguran di Kota Medan tahun 2006 berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) berkisar 13,05 persen dan 12,46 persen tahun 2005. Tabel 1.1. Tingkat Pengangguran di Kota Medan No
Tahun
1 2005 2 2006 3 2007 Sumber : BPS Sumatera Utara, 2008
Tingkat Pengangguran (%) 12,46 13,05 14,49
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Angka pengangguran yang begitu besar harus mendapat perhatian dari stake holders, khususnya Pemerintah Kota Medan. Fakta menunjukkan bahwa usaha kecil dan menengah merupakan penyerap tenaga kerja paling besar dapat dijadikan sebagai alternatif pengurangan jumlah pengangguran. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya dalam rangka pengembangan UKM. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan UKM terdiri dari 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Handrimurtjahyo, 2007). Faktor internal khususnya dibidang kualitas tenaga kerja memegang peranan yang sangat signifikan terhadap peningkatan daya saing industri. Aspek ini bisa diidentifikasi dengan sejumlah indikator, diantaranya yang umum digunakan dan lebih bersifat proxy adalah tingkat produktivitas. Perusahaan berdaya saing tinggi biasanya juga merupakan perusahaan yang produktif. Sebenarnya tingkat produktivitas tenaga kerja tidak hanya mencerminkan tingkat penguasaan teknologi oleh pekerja, atau tingkat ketersediaan teknologi di dalam perusahaan, namun juga sebagai sebuah indikator dari tingkat pendidikan dari pekerja. Dengan demikian, produktivitas merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja sekaligus mutu perusahaan. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan UKM diantaranya adalah kebijakan pemerintah (Kuncoro, 2000). Pemerintah pusat maupun daerah seharusnya mengeluarkan kebijakan pembinaan UKM sebagai bagian dari upaya
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
pengentasan kemiskinan. Upaya pengembangan khususnya di bidang SDM ini dapat melalui program pelatihan teknis, magang dan konsep link and match antara dunia pendidikan dengan dunia usaha serta orientasi pendidikan pada industri kecil. Perkembangan
industri
kecil
sepatu
di
Kota
Medan
belumlah
menggembirakan. Padahal sepatu merupakan salah satu produk unggulan industri kecil Kota Medan karena mampu menembus pasar ke Amerika Serikat dan Jerman (Jurnal Koperasi dan UKM, 2006). Tabel 1.2. Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan Jumlah Industri Kecil Sepatu (Unit) 2004 414 2005 419 2006 421 2007 422 2008 426 Sumber : Disperindag Kota Medan, 2009 Tahun
Jumlah Tenaga Kerja Terserap (Orang) 705 737 747 752 769
Tabel 1.2. menunjukkan laju pertumbuhan industri kecil sepatu hanya 2,07 % per tahun dalam kurun waktu tahun 2004-2008. Demikian juga dalam kemampuan industri kecil sepatu menyerap tenaga kerja pada kurun waktu 5 tahun hanya mampu tumbuh sebesar 37,16 %. Perkembangan yang kurang menggembirakan tersebut tentu tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Pratiwi (2006), menyimpulkan bahwa ketidaktersediaan tenaga kerja terampil pada industri kecil sepatu di Kota Medan menjadi penghambat dalam peningkatan hasil produksi. Berarti dapat dikatakan bahwa dari sisi kemampuan tenaga kerja industri kecil sepatu masih jauh dari harapan. Ditinjau dari sisi pendidikan, pada umumnya mereka
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
berpendidikan rendah bahkan tanpa latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaan sehingga kompetensi mereka juga rendah.
Rendahnya tingkat
pendidikan tersebut ternyata tidak diimbangi dengan upaya-upaya peningkatan kemampuan (Capacity Building). Pada umumnya mereka lebih fokus pada pengalaman dalam bekerja. Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Jumlah sumber daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya pembangunan nasional yang berkelanjutan. Melimpahnya sumber daya manusia yang ada saat ini mengharuskan berfikir secara seksama yaitu bagaimana dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara optimal. Agar di masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal diperlukan pendidikan yang berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas social dan lapangan pekerjaan yang memadai.
Kelemahan
dalam
penyediaan
berbagai
fasilitas
tersebut
akan
menyebabkan keresahan sosial yang akan berdampak kepada keamanan masyarakat. Persoalan yang ada adalah bagaimana dapat menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil, disiplin dan bertanggungjawab sehingga tujuan pendidikan bersama-sama dengan dunia usaha/ industri dapat tercapai. Produktivitas tenaga kerja yang baik merupakan tuntutan utama bagi industri agar kelangsungan hidup atau operasionalnya dapat terjamin. Produktivitas suatu badan usaha dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
daerah maupun pusat, artinya dari produktivitas regional maupun nasional, dapat menunjang perekonomian baik secara mikro maupun makro. Mengenai produktivitas kerja menjadi masalah nasional pula, karena produktivitas tenaga kerja Indonesia masih memprihatinkan. Zadjuli dalam Koesmono (2005), menyatakan bahwa tingkat kualitas sumber daya manusia Indonesia dewasa ini dibandingkan dengan kualitas sumber daya manusia di beberapa negara anggota-anggota ASEAN nampaknya masih rendah kualitasnya, sehingga mengakibatkan produktivitas per jam kerjanya masih rendah. Banyak hal yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, untuk itu pemerintah bersama-sama dengan dunia usaha dan industri harus berusaha menjamin agar faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja dapat dipenuhi secara maksimal. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari sistem pendidikan yang ada. Pendidikan (termasuk pendidikan kejuruan) diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang terampil sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dari penjelasan diatas, menggambarkan bahwa terjadi gap antara kualitas dan ketersediaan tenaga kerja tamatan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja, yang mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan di Kota Medan, perlu mengambil peran aktif dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja sesuai dengan potensi wilayah untuk masa yang akan datang. Sehingga diperlukan adanya penelitian untuk menyusun konsep peningkatan potensi wilayah dalam mengantisipasi kebutuhan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
pasar kerja melalui pendidikan SMK yang dapat mendukung potensi wilayah di Kota Medan. Pendidikan kejuruan yang dalam hal ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki berbagai jenis program keahlian. Sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan untuk menghasilkan manusia siap kerja dan mandiri, maka penulis tertarik menganalisis perencanaan pendidikan kejuruan berbasis pengembangan industri kecil sepatu di SMK Seni dan Kerajinan Kota Medan. Kompetensi ini dapat dituangkan menjadi sebuah program keahlian di SMK. Dengan demikian maka ada link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, sehingga dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan maka setelah tamat SMK mereka telah siap untuk bekerja bahkan membuka usaha.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apakah faktor pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan? b. Program-program apa yang dibutuhkan oleh industri kecil sepatu dalam rangka pengembangan usahanya di bidang SDM tenaga kerja? c. Bagaimanakah program keahlian SMK yang relevan dengan kebutuhan industri kecil sepatu di Kota Medan?
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. b. Untuk merumuskan program-program yang dibutuhkan oleh industri kecil sepatu dalam rangka pengembangan usahanya di bidang SDM tenaga kerja. c. Untuk mengetahui bidang keahlian SMK yang relevan dengan kebutuhan industri kecil sepatu di Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Secara teoritis hasil penelitian ini bemanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam ilmu perencanaan pendidikan. b. Secara praktis penelitian ini menjadi sumbangsih pemikiran bagi pemerintah Kota Medan untuk menyesuaikan bidang keahlian di SMK dengan jenis kebutuhan industri kecil sepatu dalam rangka pengembangan wilayah. c. Sebagai bahan masukan bagi segenap pihak (akademisi, peneliti, pemerintah serta pengambil kebijakan), yakni menyangkut masalah perencanaan pendidikan kejuruan sesuai potensi daerah.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Kecil Secara lisan dan tulisan, banyak pihak menggunakan istilah berbeda untuk membahas industri kecil. Istilah lain yang bermakna sama dengan industri kecil adalah usaha kecil (small business), perusahaan kecil (small enterprise atau small firm), usaha skala kecil (small scale business) dan lain-lain. Ada yang menganggap bahwa usaha kecil adalah sektor dan ada juga yang menganggap industri kecil adalah subsektor. Anggapan ini sebaiknya diabaikan karena semua istilah itu memiliki kadar yang sama. Pendefinisian
atau pengertian industri kecil sangat beragam sesuai
ketentuan dan ketetapan lembaga atau departemen yang berhubungan dengannya berdasarkan kegiatan jenis usaha. Pendefinisian industri kecil menurut lembaga atau departemen-departemen adalah : a. Badan Pusat Statistik mendefinisikan industri kecil adalah sebuah perusahaan yang mempekerjakan sebanyak 5-19 orang tenaga kerja. b. Bank Indonesia mendefinisikan industri kecil adalah sebagai usaha yang memiliki asset maksimal Rp. 600.000.000,- di luar tanah dan bangunan. c. Departemen Keuangan mendefinisikan industri kecil adalah industri yang memiliki aset dan omset maksimal Rp. 300.000.000,- diluar tanah dan bangunan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
d. Departemen Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan industri kecil adalah industri yang mempunyai nilai investasi seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- di luar tanah dan bangunan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 589/MPP/Kep/10/1999 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Gie dalam Pratiwi (2006), mendefinisikan industri kecil adalah para wiraswasta yang mandiri dan tidak pernah menggantungkan diri pada siapapun. Tidak pernah terdengar suara dan tuntutan-tuntutannya karena mereka terlalu lemah dan tidak mempunyai akses pada media massa. Tidak pernah menuntut fasilitas dari pemerintah. Tidak mengerti dan tidak mungkin menguasai instrumen-instrumen canggih dan serba abstrak tetapi dasyat hasilnya. Adapun karakteristik industri kecil menurut Tambunan dalam Pulungan (2003), adalah sebagai berikut : a. Proses produksi lebih mechanized, dan kegiatannya dilakukan di tempat (pabrik) yang biasanya berlokasi disamping rumah si pengusaha atau usaha. b. Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di industri kecil adalah pekerja bayaran (wage labor). c. Produk yang dibuat termasuk golongan barang-barang yang cukup sophisticated. Badan Pusat Statistik (BPS) membagi industri kecil menjadi 9 subsektor yang terdiri dari industri makanan dan minuman, industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, industri kertas dan barang cetakan,
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri semen dan barang galian bukan logam, industri logam dasar besi dan baja, industri alat angkutan, mesin dan peralatannya dan industri barang lainnya.
2.2. Peranan Industri Kecil dalam Pengembangan Wilayah Terlepas dari adanya perbedaan definisi industri kecil, banyak studi telah membuktikan bahwa industri kecil berperan penting dalam menanggulangi masalahmasalah sosial ekonomi di negara-negara sedang berkembang. Industri kecil memberikan kesempatan kerja bukan saja bagi masyarakat pedalaman tetapi juga menjadi sumber penghasilan bagi sebagian besar masyarakat perkotaan. Menurut UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyatakan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Hasil penelitian Azhari dalam Pulungan (2003), membuktikan bahwa industri kecil di Indonesia sesungguhnya tidak wajar didekati dengan cara pandang belas kasihan semata, apalagi bila dikaitkan dengan sifatnya yang menghidupi orang kecil melalui pasar-pasar lokal yang tersebar luas diseluruh tanah air. Kegiatan industri kecil dalam keadaan tertentu ternyata penuh vitalitas untuk tumbuh secara wajar serta kemampuannya untuk bertahan dalam keadaan ekonomi yang terpuruk sekalipun. Ada tiga manfaat sosial (social benefit) yang sangat berarti bagi perekonomian. Manfaat pertama : industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif rendah. Manfaat kedua : industri kecil turut mengambil peranan dalam meningkatkan mobilisasi tabungn domestik. Manfaat ketiga : industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri sedang dan besar, karena menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana. Dari uraian diatas semakin meyakinkan akan perlunya sub sektor ini untuk dikembangkan terutama dalam pengembangan wilayah. Selanjutnya, Bapeda Kota Medan (1995), menyatakan pengembangan wilayah antara lain ditujukan untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan nasional dan pembangunan regional, dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada, sehingga dapat menjadi pendorong utama dan penggerak pembangunan ekonomi nasional serta memperkokoh kesatuan ekonomi dan ketahanan nasional. Dengan demikian industri sebagai salah satu potensi wilayah tersebut akan mampu menjadi penggerak utama dalam pengembangan wilayah.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Ariastita dalam Miraza (2007), menyatakan bahwa kegiatan industri merupakan salah satu sektor yang strategis dalam pembangunan. Peranan ini ditandai oleh proses perubahan struktur ekonomi yang terjadi, yakni produksi di sektor sekunder makin meningkat dan meluas dibandingkan dengan perkembangan di sektor primer (pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan pertambangan). Peranan industri ini dapat dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan nasional dan penyerapan tenaga kerja.
2.3. Sumber Daya Manusia sebagai Pilar Pengembangan Wilayah Apabila dicermati maka paradigma pengembangan wilayah telah bergeser pada upaya yang mengandalkan tiga pilar yaitu sumberdaya alam, sumber daya manusia dan teknologi (Nachrowi dalam Alkadri, 2001). Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah yang saling terkait dan berinteraksi membentuk satu sistem. Hasil interaksi elemen tersebut mencerminkan produktivitas dari suatu wilayah. Produktivitas tersebut akan berbeda dengan produktivitas wilayah lainnya, sehingga mendorong terciptanya spesialisasi spesifik wilayah. Dengan demikian akan terjadi persaingan antar wilayah untuk menjadi pusat spatial network dari wilayahwilayah lain secara nasional. Untuk itu harus diterapkan konsep pareto pertumbuhan yang bisa mengendalikan keseimbangan pertumbuhan dan dikelola oleh Pemerintah Pusat guna menghindari disintegrasi. Konsep pareto ini diharapkan mampu
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
memberikan keserasian pertumbuhan antar wilayah dengan penerapan insentifinsentif kepada wilayah yang kurang berkembang. Sumber daya manusia mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan, dapat sebagai objek maupun menjadi subyek pembangunan (Nachrowi dalam Alkadri, 2001). Sebagai obyek pembangunan SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterahkan dan sebagai subyek pembangunan SDM berperan sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri. Dengan demikian konsep pembangunan itu sesungguhnya
adalah
pembangunan
manusia
(human
development)
yaitu
pembangunan yang berorientasi kepada manusia (people center development) dimana manusia dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan. Menurut Kuncoro (2004), bahwa pembangunan ekonomi tidak akan berkesinambungan jika hanya didukung oleh sumber daya tak dapat diperbaharui. Sumber daya alam mempunyai keterbatasan dalam menyediakan kebutuhan manusia. Tetapi sebaliknya, pembangunan juga tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak memperhatikan sekelilingnya. Artinya pembangunan itu harus dapat memaksimalkan pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah merupakan upaya memberdayakan stake holders di suatu wilayah dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan teknologi untuk memberi nilai tambah atas apa yang dimiliki oleh wilayah administratif atau wilayah fungsional dalam rangka meningkatkan kualitas hidup rakyat di wilayah tersebut (Zen
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
dalam Alkadri, 2001). Dengan demikian dalam jangka panjangnya pengembangan wilayah mempunyai target untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Cara mencapainya bersandar pada kemampuan SDM dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dan daya tampungnya serta kemampuan memanfaatkan instrumen yang ada.
2.4. Konsep Dasar dan Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Definisi umum produktivitas menurut Nasution (2006), bahwa produktivitas adalah hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Produktivitas merupakan barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber-sumber masukan (input) yang digunakan, biasanya dinyatakan sebagai rasio besarnya keluaran (output) terhadap masukan. Sedangkan Greenberg dalam Sinungan (2003), mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Produktivitas itu merupakan perbandingan ukuran harga hasil dengan masukan, perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-satuan umum. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah hubungan antara output dan input atau antara barang jasa yang dihasilkan dengan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
sumber daya yang dipergunakan untuk menghasilkannya yang dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut: Produktivitas
Dengan memperhatikan jumlah serta jenis masukan dan keluaran yang dilibatkan,
David
J.
Sumanth
dalam
Bidiawati
dan
Nasution
(2007),
mengelompokkan produktivitas menjadi tiga jenis dasar produktivitas yaitu : produktivitas parsial, produktivitas total faktor dan produktivitas total. Salah satu jenis produktivitas parsial adalah produktivitas tenaga kerja. Dalam literatur ekonomi sumber daya manusia, produktivitas tenaga kerja menunjukkan kemampuan seseorang tenaga kerja atau pekerja untuk menghasilkan sejumlah output dalam satu satuan waktu tertentu (Sumarsono, 2003). Produktivitas tenaga kerja tersebut dapat merupakan ukuran efisiensi pemanfaatan tenaga kerja. Hal ini mengingat bahwa secara nyata, seseorang pekerja dalam melakukan pekerjaannya, belum tentu memanfaatkan seluruh kemampuan yang di milikinya. Produktivitas parsial tenaga kerja dinyatakan sebagai output (keluaran) per jam kerja atau keluaran per tenaga kerja. Output dapat dinyatakan dalam satuan uang atau dalam satuan fisik. Output yang dinyatakan dalam satuan uang merupakan nilai tambah barang per tenaga kerja. Ananta dalam Kasnawi (2000), mengemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah pencerminan dari mutu tenaga kerja jika hal-hal lain dianggap tetap sama. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan sasaran yang strategis
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkannya. Menurut Simanjuntak dalam Sumarsono (2003), faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu kualitas dan kemampuan fisik tenaga kerja, sarana pendukung dan supra sarana. Kualitas tenaga kerja berhubungan dengan tingkat pendidikan dan pelatihan, pengalaman dan keterampilan sedangkan kemampuan fisik berhubungan dengan usia seseorang yakni usia produktif dan usia non-produktif. Sarana pendukung meliputi peralatan langsung yang digunakan oleh tenaga kerja dalam proses produksinya. Sedangkan supra sarana meliputi kemampuan manajemen, hubungan industrial dan kebijaksanaan pemerintah. Selanjutnya Mangkuprawira dalam Gunawan (2004), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi produktivitas relatif kompleks, bisa jadi faktor intrinsik (tingkat
pendidikan,
pengetahuan,
keterampilan,
motivasi,
kesehatan
dan
pengalaman) dan bisa faktor ekstrinsik (gaji/upah, lingkungan kerja, kepemimpinan, fasilitas kerja dan hubungan sosial). Menurut Syarif (2007), bahwa Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh karakteristik dinamis pekerja seperti umur, pendidikan formal, status kesehatan, pengalaman kerja dan jam kerja. Semakin baik karakteristik dinamis pekerja diasumsikan bahwa semakin tinggi produktivitasnya yang berarti bahwa kontribusi pekerja terhadap output perusahaan semakin besar.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
2.4.1. Pendidikan Titik singgung antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas tenaga kerja, dengan asumsi semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat (Suryadi dan Tilaar, 1993). Demikian juga Todaro dalam Sirojuzilam (2008), menyatakan bahwa pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang keduanya merupakan input bagi total produksi. Menurut Sirojuzilam (2008), bahwa pendidikan juga berfungsi untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini sesuai dengan Teori Human Capital yang menyatakan bahwa seseorang
dapat
meningkatkan penghasilannya melalui
peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti disatu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang. Pendidikan diperlukan untuk meraih kedudukan dan kinerja optimal pada setiap pekerjaan (Surya, 2007). Pada umumnya orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya produktivitas yang dapat mendorong tenaga kerja bersangkutan melakukan tindakan produktif. Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan lebih tepat. Hal ini terlihat terutama pada jenis pendidikan yang berorientasi kepada pembekalan keterampilan bagi peserta didiknya.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
2.4.2. Pengalaman Produktivitas kerja meningkat sejalan dengan bertambahnya pengalaman dalam penyelesaian tugas (Ghiselli & Brown dalam Ginting, 2003). Pengetahuan tenaga kerja tentang pekerjaannya akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Menurut pendapat Tubbs dalam Desyanti (2005), jika seorang tenaga kerja
berpengalaman, maka (1) tenaga kerja menjadi sadar
terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) tenaga kerja memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) tenaga kerja menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan di tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.
2.4.3. Usia Perilaku Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) bervariasi menurut kelompok umur. Menurut Sumarsono (2003), bahwa TPAK dibagi menjadi tiga kelompok usia: muda (usia 10 – 24 tahun, prima (usia 25 – 60 tahun) dan tua (usia diatas 60 tahun). TPAK usia muda biasanya sangat rendah, disebabkan oleh berkembangnya pendidikan. Usia ini biasanya dimanfaatkan untuk sekolah. Sedangkan TPAK usia prima, seseorang harus bekerja karena tuntutan tanggung jawab keluarga atau karena terlanjur menginvestasikan waktunya pada sesuatu atau perusahaan. Usia 60 tahun
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
keatas, bagi sementara orang merupakan masa penarikan diri dari pasar tenaga kerja. Gejala ini sangat nyata bagi negara-negara yang sedang berkembang dimana tingkat kesehatan masih rendah sehingga pada usia ini fisik mereka kurang menopang keaktifan di pasar tenaga kerja. Menurut Robbins (2007), bahwa tuntutan dari sebagian pekerjaan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang mensyaratkan kerja otot yang berat, tidak cukup besar terpengaruh oleh kemerosotan fisik akibat usia yang berdampak pada produktivitas. Bahkan jika terjadi kemerosotan fisik karena usia, sering diimbangi oleh keunggulan karena pengalaman. Ada satu keyakinan meluas bahwa produktivitas merosot dengan makin bertambahnya usia seseorang. Sering diandaikan bahwa keterampilan individu terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi bukti lain juga menyatakan hal yang berbeda. Pada jenis pekerjaan tertentu diperoleh hasil bahwa semakin bertambah usia seseorang maka produktivitasnya juga semakin tinggi.
2.4.4. Upah Pengertian upah menurut PP No. 8/ 1981 tentang Perlindungan Upah, adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan dalam bentuk uang ditetapkan atas dasar persetujuan atau peraturan perundang-undangan. Selanjutnya Nasution (2006), menyatakan bahwa sistem imbalan (upah) adalah suatu program
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
yang dilaksanakan perusahaan untuk dapat merangsang karyawan meningkatkan produktivitas dalam operasional perusahaan. Menurut teori Neoklasik bahwa tenaga kerja memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marjinalnya. Upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan tenaga kerja tersebut kepada pengusaha. Untuk memaksimumkan keuntungan, pengusaha memberikan imbalan kepada setiap faktor produksi sebesar nilai tambahan hasil marjinal masing-masing faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha memperkerjakan tenaga kerja sedemikian rupa sehingga nilai produksi pisik marjinal pekerja sama dengan upah yang diterima oleh pekerja. Namun dalam kenyataannya dapat saja nilai pertambahan hasil marjinal pekerja tidak sama dengan upah yang diterima oleh pekerja. Sistem pengupahan pada umumnya didasarkan kepada tiga fungsi upah (Sumarsono, 2003), yaitu : (a) menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya; (b) mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang; (c) menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja. Menurut Dessler dalam Prasetyo (2005), pentingnya peningkatan produktivitas dalam kaitannya dengan upah adalah: (a) peningkatan produktivitas dapat mempengaruhi kenaikan taraf hidup dan (b) jika upah meningkat maka akan dapat membiayai kebutuhan hidup yang lebih baik sehingga meningkatkan kesehatan dan usia harapan hidup. Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, oleh sebab itu upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan keluarganya dengan wajar. Kewajaran
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
dapat dinilai dan diukur dengan kebutuhan hidup minimum atau sering disebut kebutuhan fisik minimum.
2.4.5. Pelatihan Pelatihan menurut Sastrohadiwiryo dalam Sumarsono (2002), adalah penyelenggaraan
dan
pengarahan
untuk
membekali,
meningkatkan,
dan
mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Adapun teori lain dari United Stated Department of Labor, training adalah “Career development program for employees that offers away of developing skill and enhancing productivity and quality of work and building worker loyalty to firm” yang diartikan merupakan program pengembangan karir untuk tenaga kerja agar dapat mengembangkan kemampuan dan meningkatkan produktivitas serta kualitas kerja. Sedangkan Umar dalam Dessler (1998), berpendapat bahwa pelatihan bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu. Dengan demikian pelatihan merupakan suatu proses pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan inteligensi yang berdampak pada peningkatan kualitas manusia itu sendiri. Dampak dari peningkatan kualitas manusia adalah manusia menjadi lebih menguasai pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Pelatihan juga dapat meningkatkan kualitas atau mutu kerja yang berarti peningkatan hubungan kuantitas maupun kualitasnya.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
2.5. Perencanaan Pendidikan Definisi perencanaan secara sederhana adalah penyusunan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Perencanaan adalah memilih, alat pengalokasian sumber daya, alat mencapai tujuan dan berorientasi masa depan (Tarigan, 2006). Artinya ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu: merencanakan berarti memilih; perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya; perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan; dan perencanaan berorientasi ke masa depan. Berdasarkan perumusan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa inti perencanaan adalah menetapkan tujuan dan merumuskan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Hanya mengenai langkah-langkah tersebut ada yang diperinci dan ada yang kurang diperinci. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD RI tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman. Sa'ud dan Makmun (2006), mengatakan bahwa pendidikan merupakan upaya mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
dibebankan kepadanya. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral serta keimanan dan ketaqwaan manusia. Dengan demikian pendidikan menyangkut 3 aspek yakni; adanya proses aktivitas, proses datang dari dua belah pihak dan proses tersebut memiliki intensitas yang sama kuatnya, baik yang datang dari individu (potensi) maupun dari luar individu (lingkungan). Perencanaan pendidikan menurut Guruge dalam Sa’ud dan Makmun (2006), adalah “A simple definition of educational planning is the process of preparing decisions for action in the
field of educational development is the function of
educational planning”. Perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan adalah tugas dari perencanaan pendidikan. Menurut Enoch (1992), bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial ekonomi, sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh. Dengan demikian perencanaan pendidikan pada hakikatnya tidak lain daripada proses pemilihan yang sistematis, analisis yang rasional mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan lebih efektif dan efisien sehingga proses pendidikan itu dapat memenuhi tuntutan / kebutuhan masyarakat.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
2.6. Karakteristik Pendidikan Kejuruan Rupet Evans (dalam Djojonegoro, 1999), mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menegah merumuskan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional. Definisi tersebut menjelaskan bahwa lulusan pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk memasuki lapangan kerja. Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum (Kurniawan , 2008), yaitu : a. Orientasi pendidikannya; keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak dilapangan kerja. b. Justifikasi untuk eksistensinya; perlu ada alasan atau jastifikasi khusus yang tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan di lapangan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
c. Fokus kurikulumnya; stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar maupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya. d. Kriteria keberhasilannya berlainan dengan pendidikan umum; kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda yaitu in school success dan out of school success. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya (Djojonegoro, 1999). e. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
sehingga mempunyai
komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
f. Perbekalan logistiknya dari segi peralatan belajar; perlu mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan. g. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha yang mencakup daya dukung dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory commite), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar dilapangan.
2.7. Proses Perencanaan Pendidikan Kejuruan Perencanaan pendidikan untuk masa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan SDM, teknologi dan manajemen. Proses perencanaan pendidikan tidak lain adalah dimulai dari memahami permasalahan pendidikan, menganalisis
bidang
telaahan,
mengkonsepsikan
dan
merancang
rencana,
menspesifikasikan rencana yang telah disusun, mengimplementasikan rencana, dan mamantau pelaksanaan rencana (Saud dan Makmun, 2006).
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa peluang kepada daerah untuk membangun wilayahnya sendiri-sendiri. Dalam era otonomi daerah, sistem perencanaan pendidikan Kabupaten/Kota adalah bagian integral dari sistem perencanaan pembangunan daerah Kabupaten/Kota, yaitu mendasarkan pada perencanaan partisipatif, di mana perencanaan dibuat dengan memperhatikan dinamika, prakarsa dan kebutuhan masyarakat setempat (Wasitohadi, 2008). Salah satu bentuk perencanaan pendidikan dalam hubungannnya dengan perencanaan pembangunan adalah merencanakan pendidikan kejuruan yang relevan dengan potensi wilayahnya sehingga individu pelaku pembangunan memiliki daya tanggap dan kepekaan tinggi (soft skill) terhadap setiap fenomena perekonomian yang ada. Menurut Setyaningsih (2008), bahwa konsep pendekatan ketenagakerjaan adalah pendekatan yang mengutamakan keterkaitan lulusan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Apabila dikaji dari semakin membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan untuk mempertemukan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. Berdasarkan permasalahan tersebut dibuat rencana kompetensi berbasis potensi daerah. Program keahlian SMK harus berorientasi kepada jenis keahlian yang dibutuhkan dunia kerja (market driven atau demand driven). Proses pembelajaran harus dikembangkan dan dilaksanakan mengacu pada pencapaian berbasis kompetensi (competency based training/CBT). Satu metode diklat yang sudah teruji
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
efisiensi dan efektivitasnya adalah production based training, di mana siswa dikondisikan sejak awal pada tuntutan nyata pasar industri, dan dilatih sampai bisa menghasilkan benda kerja yang bisa dijual. Melalui metode ini siswa dilatih untuk mencapai tingkat kualitas yang sesuai tuntutan pasar. Siswa juga dibekali untuk mampu bekerja dengan tingkat efisiensi tinggi sehingga bisa menekan biaya produksi, yang akhirnya akan mampu meningkatkan daya jual produk itu. Peningkatan peran dan fungsi SMK sebagai Pusat Pendidikan Kejuruan Terpadu (PPKT) pada dasarnya adalah suatu proses pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan SMK yang berbasis wilayah dan masyarakat dengan memanfaatkan seluruh peluang dan potensi yang dimiliki (Bukit, 2003). SMK dengan berbagai program keahlian yang dimiliki diharapkan mampu meningkatkan sumber daya manusia.
Peningkatan
sumber
daya
manusia
tersebut
diupayakan
dengan
memperhatikan pertama, kemampuan sumber daya manusia yang mampu menghasilkan suatu komoditi bermutu, sesuai dengan preferensi konsumen yang berkembang serta lebih murah dari pesaing. Kedua, kemampuan sumber daya manusia yang mampu memenuhi kualifikasi SDM yang dibutuhkan oleh pasar kerja/dunia usaha yang ekuivalen dan setara dengan standar relevan yang berlaku secara nasional dan internasional. Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha dan industri, perlu adanya hubungan timbal balik antara pihak dunia usaha/industri dengan lembaga diklat baik pendidikan formal, informal
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
maupun yang dikelola industri itu sendiri (Djojonegoro, 1999). Salah satu bentuk hubungan timbal balik tersebut adalah pihak dunia usaha/industri harus dapat merumuskan standar kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha atau industri tersebut. Sedangkan pihak lembaga sekolah akan menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program keahlian
dan
kurikulum,
sedangkan
pihak
birokrat
(pemerintah)
akan
menggunakannya sebagai acuan dalam perumusan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro. Salah satu pemikiran yang telah dirumuskan adalah dipergunakan model standar kompetensi untuk acuan pengembangan SDM. Standar kompetensi program keahlian merupakan refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki seseorang yang akan bekerja di bidang tersebut. Karena itu pengembangan standar kompetensi adalah hal yang sangat menjanjikan bagi strategi pengembangan dunia usaha melalui institusi pendidikan (Djojonegoro, 1999).
2.8. Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan industri kecil pada umumnya terdiri dari 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Meskipun demikian hasil penelitian tersebut terutama faktor internal dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian tentang perencanaan pendidikan kejuruan berbasis pengembangan industri kecil.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Indarti dan Langenberg dalam Riswidodo (2007), dalam penelitiannya tentang usaha kecil dan menengah di Indonesia menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan usaha khususnya usaha kecil dan menengah adalah umur pengusaha, jenis kelamin, pengalaman usaha, tingkat pendidikan yang merupakan faktor pengusaha. Dari hasil analisis diperoleh bahwa tingkat pendidikan dan sumber dana berpengaruh secara signifikan terhadap kesuksesan usaha. Hasil penelitian Tambunan (2008), mangatakan bahwa daya saing perusahaan ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah keterampilan atau tingkat pendidikan pekerja, keahlian pengusaha, ketersediaan modal, ketersediaan teknologi. Dengan demikian faktor pendorong daya saing perusahaan adalah sumber daya manusia (SDM) baik pekerja maupun pengusaha dan prasyarat utama untuk meningkatkan daya saing perusahaan adalah pendidikan, modal, teknologi, informasi dan input krusial lainnya. Jaffaruddin (2006), mengatakan bahwa pengalaman kerja, upah dan jaminan sosial berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja pada PT. Pabelan Surakarta. Peningkatan produktivitas dengan model regresi diketahui pengaruh variabel pengalaman kerja, upah dan jaminan sosial yang hasilnya r = 50 % ini menunjukkan adanya pengaruh yang cukup besar antara pengalaman kerja, upah dan jaminan sosial terhadap produktivitas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya, sedangkan sisanya sebesar 50 % dapat dijelaskan oleh varaibel yang lain diluar model penelitian. Peningkatan produktivitas ini dengan sendirinya akan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
meningkatkan tingkat efisiensi dan efektifitas perusahaan, sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan. Demikian juga hasil penelitian
Purwaningsih (2006), menemukan bahwa
pelatihan dan pengalaman kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pada PT. Batik Keris Sukoharjo. Dari tabel Model Summary R Square diketahui nilai uji determinasi sebesar 0,786. Dapat dikatakan bahwa pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Tenaga Kerja adalah sebesar 78,6%. Hasil penelitian Syarif (2007), menunjukkan bahwa pendidikan formal, status kesehatan, masa kerja, dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan, baik terhadap produktivitas maupun terhadap upah pada industri udang beku di Kota Makassar. Pendidikan formal, status kesehatan, masa kerja, dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan, baik secara langsung (direct effect) terhadap upah maupun secara tidak langsung (indirect effect) terhadap upah melalui produktivitas pekerja. Sukarti (2007), menyimpulkan permasalahan UKM yang sangat krusial secara internal yang terdiri dari masalah terbatasnya kepemilikan aset produksi, rendahnya kemampuan SDM, dan kelembagaan usaha belum berkembang secara optimal. Kelemahan tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah lingkaran yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu peningkatan kualitas SDM supaya terampil,
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
berpengetahuan dan memiliki etos, serta komitmen moral yang tinggi perlu dilakukan terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan. Setyaningsih (2008), menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisa faktorfaktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja di Surabaya, dapat digambarkan bahwa untuk mengantisipasi kebutuhan perlu adanya kesesuaian antara program keahlian yang ada di SMK dengan sektor-sektor yang memberi peluang dalam memasuki dunia kerja. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam hal ketenagakerjaan ini adalah jumlah ketersediaan dan keterserapannya, sehingga terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Keberadaan SMK dengan program keahlian yang sesuai dengan permntaan maka dapat diharapkan mengatasi ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK serta masalah pengangguran yang semakin meningkat di kota Surabaya.
2.9. Kerangka Konseptual Ada tiga pilar pengembangan wilayah, yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam dan teknologi. Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh sebuah daerah sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia untuk memahami, memilih dan memanfaatkan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh wilayahnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Industri kecil sepatu merupakan potensi yang dimiliki oleh Kota Medan di dalam menunjang perekonomiannya disamping menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Karena hasil industri kecil sepatu merupakan salah satu produk unggulan industi kecil di Kota Medan, maka diperlukan upaya pengembangan melalui peningkatan daya saing industri. Salah satu daya saing industri adalah produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja yang baik hanya dapat diperoleh dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) tenaga kerja. Peningkatan SDM berorientasi pasar (salah satu diantaranya Industri kecil sepatu) dapat dilaksanakan melalui pendidikan kejuruan (SMK). SMK Kelompok Keahlian Seni dan Kerajinan yang dikelola oleh pemerintah di Kota Medan adalah SMK Negeri 11. Tetapi program keahlian yang dikelola selama ini masih terbatas hanya Program Keahlian Seni Musik Klasik dan Seni Musik Non-Klasik. Dengan keterbatasan program keahlian ini, perlu dikembangkan program keahlian yang berbasis potensi daerah. Salah satu diantaranya adalan industri kecil sepatu. Berdasarkan kualifikasi SDM tenaga kerja industri kecil sepatu, dijabarkan menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian disusun dalam struktur kurikulum sebuah program keahlian. Pengembangan program keahlian ini diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang kompeten untuk bekerja di industri kecil sepatu bahkan membuka usaha (entrepreneurship) industri kecil sepatu. Hal ini akan menjamin keberlangsungan operasional dan perkembangan industri kecil sepatu di Kota Medan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Kerangka konseptual yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah :
POTENSI WILAYAH POTENSI WILAYAH INDUSTRI KECIL SEPATU
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
TENAGA KERJA : - PENDIDIKAN - PENGALAMAN - USIA - UPAH - PELATIHAN
JENIS KETERAMPILAN TENAGA KERJA PERENCANAAN PENDIDIKAN KEJURUAN (SMK)
PROGRAM KEAHLIAN YANG RELEVAN
MEMBUKA INDUSTRI KECIL SEPATU
LULUSAN
BEKERJA DI INDUSTRI KECIL SEPATU
PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL SEPATU
PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
2.10.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian di atas, maka
yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah: Secara bersama-sama dan secara parsial faktor pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan. Dari 21 (dua puluh satu) kecamatan yang ada di Kota Medan, dipilih sebanyak 3 (tiga) kecamatan sebagai lokasi penelitian, yakni Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Timur. Alasan penetapan ketiga kecamatan tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena pada ketiga kecamatan tersebut terdapat industri kecil sepatu yang relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain di Kota Medan.
3.2. Populasi dan Sampel Menurut Arikunto (2006), populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Cara menentukan sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak (random) dari populasi yang telah ditentukan. Selanjutnya sampel ditentukan berdasarkan wilayah dengan cluster sampling, agar generalisasi yang diperoleh berdasarkan daerah-daerah tertentu tersebut dapat diterima dan berlaku bagi daerah-daerah lain di luar sampel. Cluster Sampling adalah teknik sampling yang
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi (Arikunto, 2006). Wilayah yang akan menjadi cluster sampling pada penelitian ini adalah kecamatan di Kota Medan. Penetapan anggota sampel dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan Roscoe (dalam Sugiyono, 2007), yang mengatakan: a. Ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500. b. Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariat, maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Dengan demikian ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang dengan rincian seperti tertera pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Sampel Penelitian No
Kecamatan
1 2 3
Medan Timur Medan Area Medan Denai Jumlah
Jumlah Industri (Unit) 43 49 56 148
Jumlah Tenaga Kerja (Populasi) 83 89 98 270
Persen Tase (%) 31 33 36 100
Sampel (orang) 17 19 24 60
Sumber : Disperindag Kota Medan, 2009
3.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Field Research dan Library Research.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Field Research adalah teknik pengumpulan data primer, dilakukan dengan teknik angket (kuisioner). Kuisioner disusun, dibuat dan digandakan sebanyak jumlah responden, untuk kemudian disebarkan dengan cara mendatangi langsung tenaga kerja industri kecil sepatu. Tujuan penyebaran kuisioner ini adalah untuk menggali data tentang profil responden, pendidikan, pengalaman, usia, upah, pelatihan, produktivitas, program pengembangan SDM yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap tenaga kerja yang dianggap mengetahui sepesifikasi keahlian dan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung data penelitian ini. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian No
Jenis Data
2
- Tingkat Pendidikan - Pengalaman - Usia - Upah - Pelatihan Produktivitas tenaga kerja
3
Program Pengembangan SDM
4
Spesifikasi keahlian/ketrampilan
5 6
Sebaran industri kecil sepatu Jenis bidang keahlian SMK
1
Sumber Data Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu
Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu Disperindag Dinas Pendidikan
Alat Pengumpul Data Kuisioner
Kuisioner Kuisioner Wawancara dan Observasi
Library Research adalah teknik pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan dan dokumentasi dari berbagai instansi terkait,
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pendidikan serta perpustakaan mengenai hasil-hasil penelitian terdahulu serta literatur yang mendukung studi ini.
3.4. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh kualitas SDM (pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan) terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan, digunakan analisis regresi linear berganda dengan rumus: Y = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + D + € Dimana: Y = Produktivitas tenaga kerja (rupiah/tenaga kerja dalam sebulan) X1 = Pendidikan (tahun) = Pengalaman (tahun) X2 X3 = Usia (tahun) X4 = Upah (rupiah) D = Dummy variable untuk melihat pengaruh terhadap produktivitas (0 tidak pernah ikut pelatihan dan 1 pernah ikut pelatihan) = Konstanta β0 € = Error term β1…β4 = Koefisien regresi . Untuk menguji signifikansi faktor-faktor tersebut secara bersama-sama terhadap produktivitas tenaga kerja digunakan statistik F (uji F). Kriteria pengujian hipotesis untuk uji secara bersama-sama adalah H0 diterima bila Fhitung < Ftabel dan H0 ditolak bila Fhitung > Ftabel. Untuk menguji signifikansi faktor-faktor tersebut secara parsial terhadap produktivitas tenaga kerja digunakan statistik t (uji t). Kriteria pengujiannya adalah
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
H0 diterima jika –ttabel < t
hitung
tabel
dan H0 ditolak jika -thitung < ttabel atau thitung >
ttabel. Untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen dilakukan analisis determinasi (R2). Teknik analisis untuk menjawab permasalahan kedua dan ketiga dianalisis secara deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
3.5. Definisi Operasional Pengertian dan batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a. Tenaga kerja industri kecil sepatu adalah anggota masyarakat yang bekerja pada kegiatan produksi sepatu yang berskala kecil. b. Industri kecil sepatu adalah industri kecil yang mengolah bahan baku menjadi berbagai jenis olahan seperti sepatu dan sandal. c. Pendidikan adalah taraf pendidikan akhir responden (tahun bersekolah). d. Pengalaman adalah jumlah waktu (tahun) tenaga kerja selama bekerja di industri kecil sepatu. e. Usia adalah umur (tahun) tenaga kerja yang bekerja di industri kecil sepatu. f. Upah adalah jumlah gaji (rupiah) yang diterima oleh tenaga kerja di industri kecil sepatu dalam sebulan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
g. Pelatihan adalah pelatihan teknis pembuatan sepatu yang sudah pernah atau belum diikuti oleh tenaga kerja industri kecil sepatu. h. Produktivitas adalah jumlah nilai tambah produksi sepatu/sandal yang dihasilkan oleh tenaga kerja dalam waktu satu bulan (Rupiah). i.
Spesifikasi keahlian adalah bentuk-bentuk keterampilan khusus yang dipunyai oleh tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas kerja di industri kecil sepatu.
j.
Pengembangan wilayah adalah suatu tindakan pengembangan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat dengan indikator
peningkatan produktivitas
industri kecil.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Medan Kota Medan berada di Pantai Timur Sumatera Utara berbatasan dengan Selat Malaka dengan topografi datar 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan terletak antara 3030’ - 3043’ Lintang Utara, dan 98035’ – 98044’ Bujur Timur. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada bagian Utara, Timur, Barat dan Selatan. Luas areal Kota Medan adalah 265,10 km2 (26.510 hektar) dengan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2007 berkisar antara 23,2ºC - 24,2ºC dan suhu maksimum berkisar antara 30,4ºC - 33,6ºC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 20,2ºC – 23,6ºC dan suhu maksimum berkisar antara 31,6,1,0ºC – 35,8ºC. Letak Kota Medan yang strategis menjadikan Kota Medan sebagai pusat perdagangan regional maupun internasional dengan berbagai kegiatan bisnis disamping sebagai pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Tuntutan Kota Medan sebagai pusat perdagangan untuk kawasan Sumatera Utara akan semakin tinggi khususnya menghadapi pasar bebas.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
4.2. Penduduk dan Tenaga Kerja Penduduk Kota Medan pada tahun 2007 diproyeksikan mencapai 2.083.156 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertumbuhan penduduk selama tahun 2000 – 2007 sebesar 1,28 % per tahun. Jumlah rumah tangga sebanyak 470.481 kepala keluarga dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 7.858 jiwa per km2. Jumlah penduduk yang paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Medan Baru, disusul Medan Polonia dan Medan Maimun. Pertumbuhan penduduk di masing-masing kecamatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi dan juga dengan adanya perluasan Kota Medan. Ciri penting lainnya dari penduduk Kota Medan adalah kemajemukan agama, adat istiadat, seni budaya dan suku yang sangat heterogen. Oleh karenanya, salah satu ciri utama masyarakat Kota Medan adalah “terbuka”. Pluralisme kependudukan ini juga yang menjadikan sebahagian mereka yang berkunjung ke Kota Medan mendapat kesan ”Miniatur Indonesia di Kota Medan”. Pada tahun 2006 terdapat 815.710 jiwa angkatan kerja di Kota Medan (berusia di atas 15 tahun). Tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 55,80 menunjukkan angka dalam kategori rendah yang juga menggambarkan kurangnya lapangan kerja. Didasarkan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), di tahun 2006,
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
jumlah penduduk miskin di Kota Medan mencapai 7,77 persen. Jumlah meningkat dibanding pada tahun 2005 yang mencapai 8,62 persen. Tabel 4.1. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan di Kota Medan No
Tingkat Pendidikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak/belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD SLTP SLTA Umum SLTA Kejuruan DI/DII DIII DIV/S-1 Jumlah Sumber : BPS Kota Medan, 2007
Satuan Persen Persen Persen Persen Persen Persen Persen Persen Persen
2004 0,58 5,16 16,72 20,90 36,45 9,93 0,72 2,22 7,32 100,00
Tahun 2005 0,22 3,44 17,95 20,65 38,06 8,64 0,79 1,80 8,45 100,00
2006 0,21 2,05 17,48 20,15 39,99 7,92 0,72 2,41 9,06 100,00
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa jumlah terbesar angkatan kerja yang bekerja di Kota Medan adalah tamatan SLTA umum sebesar 39,99 persen dan SLTA kejuruan sebesar 7,92 persen, yang diikuti kemudian tenaga kerja tamatan SLTP sebesar 20,15 persen, SD sebesar 17,48 persen, dan D3 ke atas sebesar 11,47 persen. Hal yang patut juga dikemukakan adalah adanya kecenderungan penurunan persentase angkatan kerja pada tingkat pendidikan tertentu yakni SLTA kejuruan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin sedikit siswa SLTA kejuruan pada tiga tahun terakhir yang dapat diserap oleh dunia usaha dan industri. Padahal pasar kerja tidak hanya sekedar mempertimbangkan aspek formal pendidikan pencari kerja, tetapi juga kesesuaian skill dan keterampilan nyata yang dimiliki dengan lapangan kerja yang tersedia.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Sesuai dengan ciri perekonomian Kota Medan, pada tahun 2006 lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 35,74 persen, diikuti sektor transportasi dan komunikasi sebesar 17,59 persen, dan industri pengolahan serta jasa-jasa masingmasing sebesar 15,05 dan 12,19 persen. Persentase penyerapan tenaga kerja pada ke empat lapangan usaha ini selama tahun 2004 - 2006 rata-rata di atas 80 persen dari total angkatan kerja yang bekerja.
4.3. Kondisi Industri Kecil di Kota Medan Pertumbuhan industri telah mendorong perkembangan aktivitas perdagangan, baik perdagangan dalam negeri maupun luar negeri. Industri berupaya menyediakan barang-barang sesuai kebutuhan konsumen sekaligus melindungi kepentingan konsumen dengan harga yang layak. Peningkatan ekspor, khususnya komoditi non-migas, dilakukan dengan cara meningkatkan daya saing serta perluasan pasar ke luar negeri. Untuk mendukung peningkatan daya saing produk, maka pemerintah perlu melakukan penyempurnaan berbagai sarana dan prasarana, dan penyiapan tenaga kerja yang terampil. Dengan kondisi seperti ini, maka diharapkan hasil industri kecil Kota Medan akan semakin diterima di pasar dan pada akhirnya terjadi perkembangan industri. Perkembangan industri kecil merupakan faktor penting bagi pembangunan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Karakteristik dan kinerja industri kecil sangat
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
efisien, produktif dan memiliki responsibilitas yang tinggi terhadap kebijakankebijakan pemerintah dalam sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pasar. Keberadaan industri kecil yang cukup banyak dan hampir di semua sektor ekonomi serta besarnya kontribusi dalam penciptaan kesempatan kerja, membuat eksistensi industri kecil di Kota Medan menjadi sangat penting. Disamping itu industri kecil sebagai subsektor dari sektor industri memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kota Medan. Tabel 4.2. Distribusi Persentase PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Sektor
Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Ansuransi,Usaha Persewaan Bangunan,Tanah dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa Jumlah Sumber : BPS Kota Medan, 2008
2005 3,05 0,01 16,58 2,14 8,19 26,34 18,65 14,17
Tahun 2006 2,92 0,01 16,30 2,26 9,82 25,98 18,76 13,41
2007 2,85 0,01 16,28 1,88 9,77 25,44 19,02 14,13
10,87 100,00
10,55 100,00
10,63 100,00
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sumbangan sektor industri terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan mencapai 16,28 persen pada tahun 2007. Sektor industri menempati urutan ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran (25,44 persen) dan sektor transportasi dan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
telekomunikasi
(19,02
persen)
dalam
memberikan
kontribusinya
terhadap
pembentukan PDRB Kota Medan (BPS, 2008). Peran industri kecil Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja juga tidak dapat diabaikan. Penduduk Kota Medan yang bekerja di industri kecil dan rumah tangga cukup besar jumlahnya. Tabel 4.3. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil dan Rumah Tangga di Kota Medan Jumlah Industri Kecil/ Rumah Tangga (Unit) 1998 3.945 1999 4.259 2000 4.470 2001 4.603 2002 4.742 2003 5.001 2004 5.309 2005 5.498 2006 5.758 2007 5.960 Sumber : Disperindag Kota Medan, 2008
Tahun
Serapan Tenaga Kerja (orang) 6.197 6.752 7.417 7.949 8.505 9.282 9.429 10.255 11.467 12.119
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja oleh subsektor industri kecil dan rumah tangga di Kota Medan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 1998, dengan jumlah industri kecil dan rumah tangga sebesar 3.945 unit, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 6.197 orang yang tersebar diseluruh Kota Medan. Seiring dengan perkembangan pembangunan Kota Medan, industri kecil juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 5.960 unit dengan serapan tenaga kerja sebanyak 12.119 orang pada tahun 2007. Selama kurun waktu 1998 – 2007, industri kecil dan rumah tangga di Kota Medan mengalami peningkatan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
sebesar 2.015 unit atau meningkat sebesar 51,08 persen dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahunnya sebesar 5,10 persen. Sementara itu, untuk jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri kecil dan rumah tangga di Kota Medan selama periode 1998 – 2007, juga mengalami peningkatan dari 6.197 orang pada tahun 1998 menjadi 12.119 orang pada tahun 2007 atau meningkat sebesar 5.992 orang (96,69 persen) dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahunnya sebesar 9,67 persen. Dengan demikian, selama tahun 1998 – 2007, perkembangan industri kecil dan rumah tangga di Kota Medan mengalami laju pertumbuhan rata-rata per tahun yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan tenaga kerja yang terserap pada subsektor tersebut. Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas, industri kecil telah memiliki peranan baru yang lebih penting, yakni disamping sebagai penyedia lapangan kerja, juga sebagai salah satu faktor utama pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor non-migas sekaligus industri pendukung yang membuat komponen-komponen dan bahan baku untuk usaha skala besar lewat jaringan kemitraan dalam bentuk subcontracting. Kehadiran industri kecil di Kota Medan menjadi salah satu faktor penting dalam penciptaan pasar baru bagi Indonesia, tidak hanya berorientasi domestik tetapi juga yang berorientasi ekspor. Produk industri kecil Kota Medan yang menjadi barang ekspor dapat menjadi salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan dan jasa.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Untuk itu, guna mendukung perkembangan industri kecil dan peran strategisnya dalam medukung pembangunan ekonomi, maka peningkatan daya saing merupakan syarat mutlak bagi keberlangsungan industri kecil. Potensi pembangunan industri kecil pada suatu daerah dapat diukur melalui ketersediaan faktor-faktor produksi yang tersedia pada daerah tersebut. Salah satu faktor produksi tersebut adalah kualitas sumber daya tenaga kerja yang meliputi pendidikan, pengalaman, usia, pelatihan ditambah dengan upah yang mereka terima. Berikut ini akan dikaji dan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil sepatu di Kota Medan.
4.4. Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan Pertumbuhan industri kecil di Kota Medan secara umum mengalami peningkatan yang relatif cepat. Industri kecil ini sangat diharapkan menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung proses pembangunan ekonomi di Kota Medan, terutama untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran melalui penyerapan tenaga kerja. Selain itu, industri kecil diharapkan berperan dalam menghasilkan barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal terutama bagi golongan masyarakat menengah ke bawah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka industri kecil sepatu sebagai salah satu bagian dari industri kecil yang memiliki peran strategis dalam proses pembangunan ekonomi Kota Medan, perlu dilakukan upaya pengembangan agar industri kecil
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
sepatu menjadi industri yang mampu mendukung dan bersinergi dengan industri besar di Kota Medan. Upaya pengembangan dapat dilakukan melalui peningkatan daya saing produk yang salah satu diantaranya adalah peningkatan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja akan dapat menurunkan biaya produksi yang berakibat industri kecil sepatu memperoleh keuntungan yang lebih baik serta akan mampu memberikan upah yang lebih baik bagi tenaga kerja. Dengan adanya penurunan biaya produksi ini berarti industri dapat menurunkan harga jual produknya, sehingga dengan penurunan harga jual ini memberikan kesempatan bagi konsumen untuk dapat membeli produk industri ini dalam jumlah yang lebih banyak, yang akhirnya peningkatan permintaan ini
akan meningkatkan pula permintaan
tenaga kerja yang ada pada pasar kerja. Tabel 4.4. Perkembangan Industri Kecil Sepatu di Kota Medan Jumlah Industri Kecil Sepatu (Unit) 2000 375 2001 381 2002 390 2003 392 2004 414 2005 419 2006 421 2007 422 2008 426 Sumber : Disperindag Kota Medan, 2009 Tahun
Jumlah Tenaga Kerja Terserap (Orang) 514 546 597 610 705 737 747 752 769
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa selama kurun waktu 9 tahun (2000-2008), perkembangan industri kecil sepatu di Kota Medan memperlihatkan perkembangan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
yang relatif kecil. Demikian juga akan kemampuan industri kecil sepatu dalam menyerap tenaga kerja di Kota Medan juga menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Pada tahun 2000, jumlah industri kecil sepatu di Kota Medan sebanyak 375 unit dan meningkat menjadi 426 unit pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan sebanyak 51 unit. Dengan demikian, laju pertumbuhan industri kecil sepatu di Kota Medan selama periode tersebut sebesar 1,51 persen per tahunnya. Sementara itu, kemampuan menyerap tenaga kerja untuk industri kecil sepatu di Kota Medan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan perkembangan industri itu sendiri. Pada tahun 2000, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri kecil sepatu di Kota Medan sebanyak 514 orang dan meningkat menjadi 769 orang pada tahun 2008 atau meningkat sebanyak 255 orang. Dengan demikian selama kurun waktu tersebut, laju pertumbuhan industri kecil sepatu dalam menyerap tenaga kerja sebesar 5,51 persen per tahunnya. Namun demikian, laju pertumbuhan tenaga kerja yang terserap tersebut masih lebih besar bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan industri kecil sepatu yakni sebesar 1,51 persen per tahun. Berdasarkan analisis dan data yang ada, tentunya dapat dilihat bahwa perkembangan industri kecil sepatu di Kota Medan masih jauh dari harapan. Pertumbuhan yang relatif kecil tersebut menunjukkan bahwa masih dibutuhkan perhatian dari pemerintah daerah guna mendorong perkembangan industri kecil sepatu di Kota Medan.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
4.5. Karakteristik Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, maka diperoleh gambaran karakteristik pendidikan tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan seperti pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Profil Pendidikan Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan Kecamatan Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pendidikan
Kelas I SD Kelas II SD Kelas III SD Kelas IV SD Kelas V SD Kelas VI SD Kelas I SLTP Kelas II SLTP Kelas III SLTP Kelas I SMA/SMK Kelas II SMA/SMK Kelas III SMA/SMK Jumlah Sumber : Data Hasil Survei
Medan Denai
Medan Area
Medan Timur
2
1 1 6 5 2 7 24
2 5 1 1 2 5 3 19
1 2 1 5 4 2 2 17
Jumlah
Persentase
0 0 2 0 0 3 8 3 12 11 9 12 60
0,00 0,00 3,34 0,00 0,00 5,00 13,33 5,00 20,00 18,33 15,00 20,00 100,00
Tabel 4.5. menunjukkan bahwa pendidikan tenaga kerja industri kecil sepatu adalah tamat kelas III SLTP dan kelas III SMA/SMK yaitu masing-masing sebesar 20 persen, tamat kelas I SMA/SMK sebesar 18,33 persen, tamat kelas II SMA/SMK 15 persen, tamat kelas I SLTP 13,33 persen, tamat kelas VI SD dan tamat kelas II SLTP masing-masing sebesar 5 persen dan tamat kelas III SD sebesar 3,34 persen. Tetapi jika dilihat dari jenjang pendidikan, maka tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan secara umum adalah tamat SLTP yakni sebesar 53,33 persen diikuti tamat SD
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
sebesar 23,33 persen, tamat SLTA sebesar 20 persen dan tidak tamat SD sebesar 3,34 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan masih tergolong rendah. Demikian juga latar belakang pendidikan tenaga kerja industri kecil sepatu tersebut adalah sekolah umum yang tidak membekali mereka akan keterampilan membuat sepatu. Kalaupun ada tenaga kerja yang tamatan SMK, tetapi diyakini bahwa jenis keahlian tamatan SMK tersebut tidak relevan dengan kebutuhan keterampilan industri kecil sepatu. Hal ini dikarenakan bahwa Program Kriya Kulit belum ada di Sumatera Utara bahkan di Pulau Sumatera. Rendahnya tingkat pendidikan para tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan tersebut ternyata tidak diimbangi dengan upaya-upaya peningkatan kemampuan (Capacity Building) baik melalui pelatihan, pendidikan, maupun studi banding secara terprogram. Pada umumnya para tenaga kerja tersebut lebih fokus pada pengalaman dalam pembuatan sepatu. Upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan masih belum merupakan prioritas. Lemahnya tingkat pendidikan dan kemampuan dari para tenaga kerja industri kecil sepatu ini memberi berbagai dampak, diantaranya : (1) Rendahnya inovasi, (2) Rendahnya produktivitas, dan (3) Rendahnya kualitas produk. Tabel 4.6. menunjukkan bahwa pengalaman tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan adalah antara 5,5 – < 10,5 tahun sebesar 46,67 persen, antara 0,5 – < 5,5 tahun sebesar 33,33 persen, antara 10,5 – < 15,5 tahun sebesar 11,66 persen,
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
antara 15,5 – <20,5 tahun sebesar 5 persen, antara 20,5 – < 25,5 tahun dan 30,5 – < 35,5 tahun masing-masing sebesar 1,67 persen. Gambaran tingkatan pengalaman tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja industri kecil sepatu yang mempunyai pengalaman cukup lama, pada umumnya tidak bertahan menjadi tenaga kerja. Tetapi ada kecenderungan bahwa mereka membuka usaha baru pada bidang yang sama. Tabel 4.6. Profil Pengalaman Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan No
Kelas Interval (Tahun)
1 2 3 4 5 6 7
0,5 – < 5,5 5,5 – < 10,5 10,5 – < 15,5 15,5 – < 20,5 20,5 – < 25,5 25,5 – < 30,5 30,5 – < 35,5 Jumlah Sumber : Data Hasil Survei
Kecamatan Medan Denai
Medan Area
7 10 5
Medan Timur
8 8 1 2
5 10 1 1
19
17
1 1 24
Jumlah 20 28 7 3 1 0 1 60
Persentase 33,33 46,67 11,66 5,00 1,67 0,00 1,67 100,00
Pengalaman kerja dalam kurun waktu yang cukup lama akan memberikan tenaga kerja keterampilan dan keahlian yang memadai dalam proses pembuatan sepatu. Bermodalkan keterampilan dan keahlian tersebut, mereka mencoba membuka usaha sendiri. Hal inilah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri kecil sepatu di Kota Medan. Tabel 4.7. menunjukkan bahwa usia tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan paling banyak antara 31 – < 36 tahun sebesar 31,67 persen, antara 36 – < 41 tahun sebesar 21,67 persen, antara 26 – < 31 tahun sebesar 16,67 persen, antara 41 – < 46 tahun sebesar 13,33 persen, antara 21 – < 26 tahun sebesar 6,67 persen, antara
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
46 – < 51 tahun sebesar 5 persen, antara 51 – < 56 tahun sebesar 3,33 persen dan antara 56 – < 61 tahun sebesar 1,66 persen. Para tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan masuk dalam kategori penduduk angkatan kerja yakni berusia 15 – 60 tahun. Tetapi tenaga kerja yang berusia > 46 tahun cenderung jumlahnya menurun. Tabel 4.7. Profil Usia Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Interval Usia (Tahun)
21 – < 26 26 – < 31 31 – < 36 36 – < 41 41 – < 46 46 – < 51 51 – < 56 56 – < 61 Jumlah Sumber : Data Hasil Survei
Kecamatan Medan Denai
Medan Area
1 4 10 5 2 1 1 24
Medan Timur
3 3 3 4 3 3
3 6 4 3 1
19
17
Jumlah
Persentase
4 10 19 13 8 3 2 1 60
6,67 16,67 31.67 21,67 13,33 5,00 3,33 1,66 100,00
Penurunan jumlah tenaga kerja industri kecil sepatu yang berusia > 46 tahun mengindikasikan bahwa mereka tidak bertahan sebagai tenaga kerja. Kemampuan fisik yang sudah mulai menurun tentu membuat mereka berpikir untuk meningkatkan status. Dengan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman kerja, memungkinkan untuk membentuk usaha baru yang sejenis. Sistem pengupahan pada industri kecil sepatu di Kota Medan tidaklah sama. Beberapa industri kecil sepatu memberikan upah secara mingguan dan
secara
bulanan tetapi ada juga dengan sistem pengupahan persepasang sepatu/sandal. Berdasarkan sistem pengupahan yang berbeda ini, dihitunglah berapa upah yang diterima oleh tenaga kerja dalam waktu satu bulan, misalnya tenaga kerja yang
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
menerima upah mingguan maka jumlah upah tersebut dikalikan empat minggu. Upah tenaga kerja industri kecil sepatu di ketiga kecamatan menunjukkan perbedaan jumlah rata-rata. Tenaga kerja di Kecamatan Medan Denai mempunyai upah rata-rata yang lebih tinggi yakni sebesar Rp 1.456.250,- diikuti oleh tenaga kerja di Kecamatan Medan Timur sebesar Rp 1.347.058,82 serta tenaga kerja di Kecamatan Medan Area sebesar Rp 1.221.052,63. Tabel 4.8. Profil Upah Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan No 1 2 3 4 5
Interval Upah (Rp)
950.000,- < 1.150.000, 1.150.000,- < 1.350.000, 1.350.000,- < 1.550.000, 1.550.000,- < 1.750.000, 1.750.000,- < 1.950.000, Jumlah Sumber : Data Hasil Survei
Medan Denai 1 5 11 4 3 24
Kecamatan Medan Medan Area Timur 3 4 15 4 1 5 4
19
17
Jumlah
Persentase
8 24 17 8 3 60
13,33 40,00 28,33 13,33 5,00 100,00
Tabel 4.8. menunjukkan bahwa upah tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan adalah antara Rp 1.150.000,00 – < Rp 1.350.000,00 sebesar 40 persen, antara Rp 1.350.000,00 – < Rp 1.550.000,00 sebesar 28,33 persen, antara Rp 950.000,00 – < Rp 1.150.000,00 dan antara Rp 1.550.000,00 – < Rp 1.750.000,00 masing-masing sebesar 13,33 persen, dan antara Rp 1,750.000,00 – < Rp 1.950.000,00 sebesar 5 persen. Gambaran upah ini menunjukkan bahwa pada umumnya upah tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan masih tergolong rendah, tetapi secara umum lebih tinggi dari Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan sebesar Rp 1.020.000,- pada tahun 2009. Upah tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
yang lebih tinggi dari UMR ini dikarenakan pada proses pembuatan sepatu ini membutuhkan keterampilan dan keahlian tertentu. Lain halnya dengan tenaga kerja pabrik yang pada umumnya merupakan buruh kasar dan operator. Hal inilah yang menyebabkan upah tenaga kerja industri kecil sepatu lebih tinggi dari upah buruh secara umum. Tabel 4.9. Profil Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan yang Mengikuti Pelatihan No 1 2
Data
Pernah Pelatihan Tidak Pernah Pelatihan Jumlah Sumber : Data Hasil Survei
Medan Denai 14
10 24
Kecamatan Medan Medan Area Timur 12 11
7 19
6 17
Jumlah
Persentase
37
61,67
23 60
38,33 100,00
Tabel 4.9. menunjukkan bahwa tenaga kerja industri kecil sepatu yang sudah pernah mengikuti pelatihan pembuatan sepatu sebesar 61,67 persen dan yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebesar 38,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada diantara tenaga kerja tersebut mulai bekerja di industri kecil sepatu tanpa mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar tentang pembuatan sepatu. Tenaga kerja industri kecil sepatu sebesar 38,33 persen pada prinsipnya bekerja hanya bermodalkan pengalaman. Padahal jenis pendidikan yang mereka punya tidak relevan dengan jenis pekerjaan pada industri kecil sepatu.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
4.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan 4.6.1. Pengujian Hipotesis Salah satu bentuk daya saing industri adalah tingkat produktivitas tenaga kerja. Untuk itu, melalui penelitian ini penulis mencoba menganalisis dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan dengan menggunakan data primer. Utuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan, dilakukan melalui pendekatan regresi linear berganda dengan variabel yang mempengaruhi, yaitu: a. Pendidikan yaitu tingkat pendidikan tenaga kerja industri kecil sepatu dengan pemberian nilai jumlah tahun bersekolah. b. Pengalaman yaitu lama tenaga kerja bekerja di industri kecil sepatu yang dihitung dalam jumlah tahun. c. Usia yaitu umur tenaga kerja industri kecil sepatu yang dihitung dalam jumlah tahun. d. Upah yaitu jumlah gaji yang diterima oleh tenaga kerja dari industri kecil sepatu dalam satu bulan. e.
Dummy variable untuk melihat pengaruh terhadap produktivitas (0 tidak pernah ikut pelatihan dan 1 pernah ikut pelatihan).
Persamaan regresi yang digunakan adalah :
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Y = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + D + € Berikut ini hasil estimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan dengan menggunakan SPSS versi 15.0. Tabel 4.10. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Ringkasan Model R 0,856(a)
Anova
R2
F(hitung)
Signifikansi
0,732
29,511
0,000(a)
Koefisien Koefisien Variabel Independen Regresi Konstanta 923940,201 Pendidikan 18943,045 Pengalaman 21375,947 Usia 4060,761 Upah 0,707 Dummy Pelatihan 126705,195 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2009
t hitung
Signifikansi
3,453 1,583 3,081 0,887 5,260 2,636
0,001 0,119 0,003 0,379 0,000 0,011
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi linear berganda antara variabelvariabel yang diteliti, yakni produktivitas tenaga kerja yang dipengaruhi oleh kelima variabel bebas (pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan), maka diperoleh angka R sebesar 0,856. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah kuat. Dasar ketentuan kuat atau tidaknya hubungan adalah apabila koefisien regresi menunjukkan angka di atas 0,5.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Pada kolom R Square menampilkan angka 0,732. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas responden dipengaruhi sebesar 73,2 persen oleh faktor-faktor pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan. Sedangkan sisanya (100 % – 73,2 % =
26,8 %) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti etos kerja, regulasi
ketenagakerjaan, lingkungan kerja dan sebagainya yang tidak dapat dijelaskan pada penelitian ini. Dari uji Anova (kolom F test) diperoleh angka Fhitung sebesar 29,511. Karena probabilitasnya menunjukkan angka 0,000 yang jauh lebih kecil daripada 0,05, maka disimpulkan model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi pendapatan responden. Dengan kata lain, pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan responden secara bersama-sama berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Selain itu cara pengambilan keputusan uji F ini, juga dapat dilakukan dengan cara membandingkan Fhitung dengan Ftabel, dengan kriteria: Tolak H0 jika statistik hitung (angka Fhitung) > statistik tabel (Ftabel). Sebaliknya terima H0 jika statistik hitung (angka Fhitung) < statistik tabel (Ftabel). Berdasarkan hasil analisis di atas, angka Fhitung adalah 29,511, sedangkan Ftabel adalah 3,3883 dengan tingkat kepercayaan 99 persen, berarti statistik hitung lebih besar dari pada statistik tabel. Dengan demikian H0 ditolak atau dengan kata lain H1 diterima. Berarti hipotesis penelitian yang mengatakan “secara bersama-sama
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan responden berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan”, dapat diterima. Untuk memprediksi produktivitas responden, selanjutnya kelima variabel yang dianggap memberikan pengaruh terhadap produktivitas responden secara serentak dimasukkan ke dalam fungsi persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 923940,201 + 18943,045 X1 + 21375,947 X2 + 4060,761 X3 + 0,707 X4 + 126705,195 D Berdasarkan persamaan di atas, dapat dijelaskan bahwa konstanta adalah sebesar 923940,201. Artinya jika pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan tidak ada (0) maka rata-rata produktivitas tenaga kerja adalah sebesar Rp 923.940,201 per bulan. Dari persamaan regresi di atas, selanjutnya dilakukan “uji t” untuk menguji signifikansi konstanta terhadap setiap variabel bebas. Uji t ini dilakukan untuk memprediksi besarnya pengaruh masing-masing variabel pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan, dengan ketentuan: H0 diterima jika –ttabel < t hitung < t tabel dan H0 ditolak jika -thitung < ttabel atau thitung > ttabel. Untuk variabel pengalaman menunjukkan pengaruh yang positif sebesar 21375,947 dengan nilai thitung 3,081. Dari tabel t diperoleh bahwa ttabel pada tingkat kepercayaan 99 persen adalah sebesar 2,6721. Secara parsial variabel pengalaman menunjukkan signifikansi pada taraf α = 1 persen, karena thitung (3,081) lebih besar daripada ttabel (2,6721). Hal ini dapat menjelaskan bahwa pengalaman tenaga kerja
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
industri kecil sepatu berpengaruh positif dan signifikan secara statistik sebesar 21375,947 terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apabila pengalaman bertambah sebesar satu tahun, maka produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan akan meningkat sebesar Rp 21.375,947 per bulan dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Hasil empiris ini tentunya sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Pengalaman kerja sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja dalam proses pembuatan sepatu. Dengan pengalaman ini, mereka telah terbiasa menghadapi kesulitan dalam pekerjaan. Seseorang tenaga kerja yang belum mempunyai pengalaman, tentu belum mempunyai keterampilan yang memadai dalam melakukan pekerjaannya. Apalagi jenis pekerjaan yang menuntut keahlian dan keterampilan tertentu seperti pembuatan sepatu. Semakin tinggi pengalaman tenaga kerja, maka semakin tinggi pemahaman dan pencarian solusi masalah yang dihadapi dalam bekerja. Untuk variabel upah menunjukkan pengaruh yang positif sebesar 0,707 dengan nilai thitung 5,260. Dari tabel t diperoleh bahwa ttabel pada tingkat kepercayaan 99 persen adalah sebesar 2,6721. Variabel upah menunjukkan signifikansi pada taraf α = 1 persen, karena thitung (5,260) lebih besar daripada ttabel (2,6721). Hal ini dapat menjelaskan bahwa upah tenaga kerja industri kecil sepatu berpengaruh positif dan signifikan secara statistik sebesar 0,707 terhadap produktivitas tenaga kerja industri
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
kecil sepatu di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apabila upah bertambah sebesar Rp 1,00, maka produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan akan meningkat sebesar Rp 0,707 per bulan dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Hasil empiris ini tentunya sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa upah berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Demikian juga, variabel pelatihan menunjukkan pengaruh dengan nilai thitung 2,636. Dari tabel t diperoleh bahwa ttabel pada tingkat kepercayaan 95 persen adalah sebesar 2,005. Variabel pelatihan juga menunjukkan signifikansi pada taraf α = 5 persen, karena thitung
(2,636) lebih besar daripada ttabel (2,005). Hal ini dapat
menjelaskan bahwa pelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja industri kecil sepatu berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apabila tenaga kerja mengikuti pelatihan pembuatan sepatu, maka produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan akan meningkat sebesar Rp 126.705,195 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Hasil empiris ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Selanjutnya, berdasarkan estimasi tersebut, koefisien regresi dari pendidikan adalah bertanda positif sebesar 18943,045 dengan nilai thitung sebesar 1,583. Dengan membandingkan thitung dengan ttabel sebesar 2,005 pada tingkat kepercayaan 95 persen diperoleh –ttabel < t
hitung
tabel
(-2,005< 1,583 < 2,005), hal ini menjelaskan bahwa
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
pendidikan tenaga kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan pengaruhnya secara statistik sebesar 18943,045 terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Dengan demikian dapat diartikan apabila pendidikan tenaga kerja meningkat sebesar satu tahun, maka akan berdampak pada meningkatnya produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan sebesar Rp 18.943,045 per bulan dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Hasil empiris ini tentunya sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Pengaruh pendidikan tenaga kerja yang tidak signifikan ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan mereka yang tidak relevan bidang kerjanya. Pendidikan formal yang dimiliki oleh para tenaga kerja tidak memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dalam pembuatan sepatu. Sehingga ketika mereka bekerja pada industri kecil sepatu, pada dasarnya pengetahuan akan pembuatan sepatu adalah sama walaupun tingkat pendidikannya berbeda. Untuk variabel usia menunjukkan pengaruh yang positif sebesar 4060,761 dengan thitung 0,887. Hal ini menjelaskan bahwa usia tenaga kerja tidak signifikan pengaruhnya secara statistik terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan walaupun penelitian dilakukan pada tingkat kepercayaan 90 persen. Hal ini mengandung arti jika usia bertambah satu tahun, maka akan memberi dampak semakin meningkatnya produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan sebesar Rp 4.060,761 per bulan dengan asumsi variabel independen lain nilainya
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
tetap. Hasil empiris ini tentunya sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa usia berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Pengaruh usia yang tidak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu ini disebabkan oleh proses pembuatan sepatu yang membutuhkan tenaga disamping keahlian. Walaupun pengalaman tenaga kerja bertambah, namun kemampuan fisik semakin berkurang sejalan bertambahnya usia. Berdasarkan pengujian analisis statistik di atas, dapatlah disimpulkan bahwa pengalaman, upah, dan pelatihan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Sedangkan pendidikan dan usia memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan.
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian hipotesis dari penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi berganda dapat digunakan atau tidak. Alat uji yang digunakan adalah uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, maka alat uji statistik regresi berganda dapat dipergunakan. 4.6.1.1.
Uji multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan linear antar variabel dalam model regresi. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
persoalan multikolinieritas, karena seharusnya tidak boleh terjadi korelasi antar variabel independennya. Menurut Santoso dalam Priyatno (2008), bahwa untuk mendeteksi gejalagejala terjadinya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF), dengan pedoman sebagai berikut : a. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas b. VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinieritas. Untuk mendapatkan hasil pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini, maka digunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan versi 15.0 dimana hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. menunjukkan bahwa variabel independen, yaitu pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan mempunyai angka Variance Inflaction Factor (VIF) dibawah angka 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat persoalan multikolinieritas antar variabel independen. Tabel 4.11. Hasil Uji Multikolinieritas Model (Constant) Pendidikan Pengalaman Usia Upah Pelatihan a Dependent Variabel: Produktivitas
Statistik Kolinieritas Toleransi VIF
1
0,708 0,354 0,377 0,627 0,862
1,413 2,824 2,651 1,594 1,160
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
4.6.1.2. Uji heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual antara satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut terjadi homoskedastisitas, tetapi jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Untuk model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Priyatno (2008), ada beberapa metode pengujian yang dapat digunakan dalam melihat gejala heteroskedastisitas dan salah satu diantaranya adalah menggunakan Uji Park yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masingmasing variabel independen (LnX1, LnX2, LnX3 dan LnX4). Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : a. Jika -t tabel < t hitung < t tabel maka tidak terdapat heteroskedastisitas. b. Jika t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel berarti terdapat heteroskedastisitas. Untuk mendapatkan hasil pengujian heteroskedastisitas data dalam penelitian ini, maka digunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan versi 15.0 dimana hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.12. Tabel 4.12, menunjukkan bahwa nilai thitung berturut-turut adalah -0,500 (LnX1), 1,275 (LnX2), -0,705 (LnX3) dan -0,669 (LnX4). Sedangkan nilai ttabel dengan df = n-2 = 60-2 = 58 pada pengujian dua sisi (signifikansi 0,025) didapat nilai ttabel sebesar 2,002. Karena nilai thitung (-0,500, 1,275, -0,705 dan -0,669) berada pada
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
–ttabel < thitung < ttabel, maka pengujian antara Ln ei2 dengan LnX1, Lnei2 dengan LnX2, Lnei2 dengan LnX3, dan Lnei2 dengan LnX4 tidak ada gejala heteroskedastisitas. Dengan demikian tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Tabel 4.12. Hasil Uji Heteroskedastisitas Koefisien Tidak Terstandar Model Std. B Kesalahan 1 (Constant) 23,942 2,019 LnX1 -0,454 ,907 2 (Constant) 21,725 0,987 LnX2 0,619 0,485 3 (Constant) 26,046 4,411 LnX3 -0,872 1,236 4 (Constant) 39,092 24,143 LnX4 -1,145 1,712 2 a Dependent Variable: Lnei
Koefisien Terstandar
Beta -0,066 0,165 -0,092 -0,088
t B 11,858 -0,500 22,000 1,275 5,905 -0,705 1,619 -0,669
Sig. Std. Kesalahan 0,000 0,619 0,000 0,207 0,000 0,484 0,111 0,506
4.6.1.3. Uji autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian pada penelitian ini adalah dengan Uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) berarti terdapat autokorelasi. b. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), berarti tidak ada autokorelasi.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
c. Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), berarti tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Tabel 4.13. Hasil Uji Autokorelasi Estimasi Std. Model R R2 Kesalahan Durbin-Watson 1 .856(a) .732 168057.20347 1.372 a Predictors: (Constant), Dum.Pelatihan, Pendidikan, Upah, Usia, Pengalaman b Dependent Variable: Produktivitas
Tabel 4.13. menunjukkan bahwa nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,372. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,01 dan jumlah data (n) = 60 dan k (jumlah variabel independen) = 5 diperoleh nilai dL sebesar 1,248 dan nilai dU sebesar 1,598. Karena nilai DW (1,372) berada pada daerah antara dL dan dU, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (berada pada daerah keraguraguan)
4.7. Program-Program Pengembangan SDM Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kota Medan Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan meliputi : pendidikan, pengalaman, upah, pelatihan dan usia. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja dalam hal pembuatan sepatu, maka ada program-program yang diperlukan dengan prioritas yang bervariasi. Pada Tabel 4.14. digambarkan program peningkatan kualitas SDM
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan dengan skala prioritas yang bervariasi. Pelatihan pembuatan sepatu merupakan program yang diprioritaskan oleh tenaga kerja industri kecil sepatu dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan guna meningkatkan produktivitas yakni sebesar 86,66 persen. Hal ini disebabkan masih banyak di antara para tenaga kerja belum pernah mengikuti pelatihan pembuatan sepatu dan bagi mereka yang sudah pernah mengikuti pelatihan telah merasakan manfaat dari pelatihan tersebut dalam mendukung pekerjaannya. Tenaga kerja yang belum pernah mengikuti pelatihan hanya mengandalkan pengalaman kerja, padahal jenis pendidikan mereka juga tidak sesuai dengan kebutuhan industri kecil sepatu. Pelatihan teknis bermanfaat untuk memberikan sifatsifat motivasional, membantu tenaga kerja akan jenis keahlian yang digunakan dalam pekerjaan,
memberikan
kesempatan
untuk
mempraktikkan
perilaku
baru,
menawarkan hadiah positif atas prestasi dan jika pelatihan dilakukan diluar pekerjaan, maka dapat memberikan kesempatan kepada tenaga kerja untuk mentransfer apa yang yang telah dipelajari ke pekerjaan. Program penyuluhan teknologi terbaru juga merupakan prioritas kedua untuk meningkatkan SDM tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya pilihan tenaga kerja yakni sebesar 78,34 persen. Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, tentu diperlukan sebuah teknologi baru pembuatan sepatu. Secara lebih luas, teknologi itu dapat dibagi
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
menjadi empat komponen, yakni technoware, humanware, inforware dan orgaware. Keempat komponen tersebut selalu berperan dalam sebuah transformasi, tepatnya dalam merubah input menjadi output. Dengan teknologi terbaru, produktivitas industri akan meningkat dan juga menghasilkan kualitas barang yang lebih baik. Tabel 4.14. Program Pengembangan SDM Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu No 1
Program Mengikuti Pelatihan
Prioritas
Sangat Penting Penting Sedang Kurang Penting Tidak Penting Jumlah 2 Penyuluhan Sangat Penting Teknologi Terbaru Penting Sedang Kurang Penting Tidak Penting Jumlah 3 Studi Banding ke Sangat Penting Daerah Lain Penting Sedang Kurang Penting Tidak Penting Jumlah 4 Magang ke Sangat Penting Industri Lain Penting Sedang Kurang Penting Tidak Penting Jumlah Sumber : Data Hasil Survei
Jumlah 26 26 6 2 0 60 19 28 6 3 4 60 16 18 15 9 2 60 6 16 24 10 4 60
Persentase (%) 43,33 43,33 10,00 3,34 0,00 100,00 31,67 46,67 10,00 5,00 6,66 100,00 26,67 30,00 25,00 15,00 3,33 100,00 10,00 26,67 40,00 16,67 6,66 100,00
Persentase Kumulatif 86,66 10,00
3,34 100,00 78,34 10,00
11,66 100,00
56,67 25,00
18,33 100,00 36,67 40,00
23,33 100,00
Program studi banding ke daerah lain mendapat prioritas ketiga bagi tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan, yakni sebesar 56,67 persen. Para tenaga kerja merasakan bahwa proses kerja dan teknologi yang mereka gunakan masih
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
dirasakan kurang. Mereka sadar bahwa produk sejenis dari daerah lain dapat dijual lebih rendah, padahal kualitasnya sama. Demikian juga dengan model sepatu yang mereka buat, umumnya para tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan lebih banyak meniru model dari daerah lain. Inisiatif pembuatan model baru sepertinya tak pernah terpikirkan akibat kurangnya kualitas SDM tenaga kerja itu sendiri. Sedangkan program magang ke industri lain tidak menjadi pilihan prioritas bagi tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Mereka lebih banyak manyatakan bahwa kebutuhan program magang tersebut dalam kategori sedang yakni sebesar 40 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa para tenaga kerja beranggapan secara khusus di Kota Medan, proses kerja, cara kerja dan teknologi yang digunakan adalah sama. Artinya, dengan mengikuti magang ke industri lain di Kota Medan, akan sama halnya belajar di industri tempat bekerja.
4.8.
Perencanaan Program Keahlian SMK Seni dan Kerajinan yang Relevan dengan Industri Kecil Sepatu
4.8.1. Profil SMK di Kota Medan Fungsi pendidikan sangat strategis dan penting dalam upaya mewujudkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat, bahkan berkorelasi dengan upaya-upaya peningkatan kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan. Kota Medan dengan kekuatan ekonomi yang cukup potensial dan merupakan barometer bagi Sumatera Utara, juga mempunyai sekolah dengan jumlah terbesar di kawasan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
tersebut. Salah satu jenis sekolah yang ada di Kota Medan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jumlah 138 sekolah, yang terdiri dari 9 kelompok keahlian. Tabel 4.15. Profil SMK di Kota Medan Berdasarkan Kelompok Keahlian No
Kelompok Keahlian
1 Kelompok Bisnis dan Manajemen 2 Kelompok Teknologi dan Industri 3 Kelompok Pariwisata 4 Kelompok Farmasi 5 Kelompok Seni dan Kerajinan 6 Kelompok Pekerjaan Sosial 7 Kelompok Pertanian 8 Kelompok Kesehatan 9 Kelompok Implementatif 2004 Sumber : Dit. PSMK, 2008
Jumlah 71 62 8 3 2 1 1 1 1
Dari ke-9 Kelompok Keahlian SMK yang ada di Kota Medan, masing-masing mempunyai beberapa bidang keahlian. Demikian juga halnya Kelompok Seni dan Kerajinan, pada dasarnya kelompok ini mempunyai
Bidang Keahlian Seni
Pertunjukan, Kerajinan, Karawitan, Grafika. Tetapi SMK Seni dan Kerajinan yang ada di Kota Medan mempunyai bidang keahlian yang terbatas. Berikut gambaran data bidang keahlian dan program keahlian SMK Seni dan Kerajinan di Kota Medan. Tabel 4.16. Bidang Keahlian dan Program Keahlian SMK Seni dan Kerajinan di Kota Medan No 1
2
Nama Sekolah SMK Negeri 11 Medan
SMK Swasta Grafika Medan Sumber : Dit. PSMK 2008
Bidang Keahlian
Program Keahlian
Seni Pertunjukan
- Seni Musik Klasik - Seni Musik Non-Klasik
Grafika
- Produksi Grafika - Persiapan Grafika
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Tabel 4.16. menunjukkan bahwa jenis program keahlian yang dikembangkan pada SMK Seni dan Kerajinan di Kota Medan masih sangat terbatas. Secara khusus SMK Negeri 11 Medan hanya mengelola Bidang Keahlian Seni Pertunjukan dengan Program Keahlian Seni Musik Klasik dan Seni Musik Non-Klasik. Oleh karena itu sudah sewajarnya SMK Negeri 11 Medan ini mengembangkan program keahlian lainnya seperti Program Keahlian Kriya Kulit yang sesuai dengan potensi daerah Kota Medan.
4.8.2. Perencanaan Program Keahlian Kriya Kulit Sesuai Kebutuhan Industri Kecil Sepatu Selama ini munculnya SMK terkesan hanya berupa kebijakan yang intinya sekadar memberikan kesempatan untuk belajar khususnya bagi anak keluarga yang diasumsikan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan masuk ke SMK mereka diharapkan bisa bekerja dengan bekal ilmu dan keterampilan yang diberikan selama di sekolah tersebut tanpa dikaitkan kesinambungan antara kebutuhan industri baik kuantitas maupun kualitas. Kuantitas adalah kebutuhan secara eksplisit berupa proyeksi jumlah tenaga kerja ke depan dengan tenggat waktu tertentu dan bila perlu sampai lintas generasi. Adapun kualitas berkaitan dengan tingkat perkembangan teknologi dan pengaruhnya dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia industri. Karena niat awal pendirian SMK memberikan kesempatan sebanyakbanyaknya kepada siswa untuk sekolah, maka di sinilah awal kekeliruan visi dan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
misi. Dampaknya adalah jumlah pendirian SMK tidak diikuti secara bersinergi dengan kebutuhan nyata industri di suatu wilayah. Contoh nyata yang dapat kita lihat di Kota Medan, SMK dengan Program Keahlian Mekanik Otomotif mencapai 39 unit (Dit. PSMK 2008). Jika ini dibiarkan, justru akan menimbulkan ketimpangan sosial yang lebih parah yaitu meningkatnya pengangguran terdidik (skilled unemployment). Tantangan utama di masa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan SDM, teknologi dan manajemen. Peningkatan sumberdaya manusia tersebut diupayakan dengan memperhatikan pertama, kemampuan sumber daya manusia yang mampu menghasilkan suatu komoditi bermutu, sesuai dengan preferensi konsumen yang berkembang serta lebih murah dari pesaing. Kedua, kemampuan sumber daya manusia yang mampu memenuhi kualifikasi SDM yang dibutuhkan oleh pasar kerja/dunia usaha yang dalam hal ini adalah kebutuhan industri kecil sepatu sebagai salah satu potensi Kota Medan. Penyiapan SDM yang berkualitas sangat penting untuk dapat menjadi aset bangsa dalam menjalankan roda pembangunan dan sekaligus mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi dan daya saing tinggi dalam menghadapi tantangan era global. Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan industri kecil sepatu, perlu adanya hubungan timbal balik antara pihak industri dengan lembaga pendidikan formal, khususnya SMK. Salah satu bentuk hubungan timbal balik tersebut adalah pihak dunia industri harus dapat merumuskan standar
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha atau industri tersebut. Sedangkan pihak lembaga sekolah akan menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program keahlian dan kurikulum, sedangkan pihak birokrat (pemerintah) akan menggunakannya sebagai acuan dalam perumusan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro. Berdasarkan jumlah tenaga kerja dan jumlah industri kecil sepatu di Kota Medan, maka sudah sepantasnya mendapat dukungan dari pemerintah melalui pendidikan SMK Seni dan Kerajinan Kota Medan. Dukungan ini berupa pengadaan Program Keahlian Kriya Kulit di SMK Seni dan Kerajinan Kota Medan, guna mempersiapkan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan kebutuhan industri kecil sepatu. Pengadaan program keahlian ini tentu memerlukan rumusan model standar kompetensi sebagai acuan pengembangan SDM sesuai kebutuhan industri kecil sepatu. Standar kompetensi Program Keahlian Kriya Kulit pada SMK Seni dan Kerajinan merupakan refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki seseorang yang akan bekerja di bidang tersebut. Tujuan Program Keahlian Kriya Kulit secara umum mengacu pada isi Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan Program Keahlian Kriya Kulit adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
kompeten dalam pembuatan sepatu dan sandal. Adapun rumusan standar kompetensi Program Keahlian Kriya Kulit tersebut dibagi menjadi kompetensi umum dan kejuruan.
4.8.2.1. Kompetensi umum Salah satu profil kompetensi lulusan SMK adalah kompetensi umum dengan memuat kompetensi kunci tertentu. Kompetensi umum mengacu pada tujuan pendidikan nasional dan kecakapan hidup generik. Kompetensi kunci dalam kompetensi umum sesuai dengan UUSPN adalah beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Sedangkan tuntutan dunia usaha dan industri pada kompetensi umum adalah disiplin dan jujur. Kompetensi umum ini diharapkan dimiliki oleh lulusan SMK, sehingga mempunyai moral yang baik di dalam ruang lingkup pekerjaan dan juga di tengah masyarakat. Tabel 4.17. Kompetensi Umum Program Keahlian Kriya Kulit SMK Seni dan Kerajinan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tuntutan UUSPN Beriman dan bertaqwa Berakhlak mulia Sehat Cakap Kreatif Mandiri Demokratis Bertanggung jawab
Tuntutan Dunia Usaha dan Industri 1 2
Disiplin Jujur
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
4.8.2.2. Kompetensi kejuruan Standar kompetensi adalah suatu bentuk kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan oleh suatu bidang pekerjaan oleh seluruh stakeholders di bidangnya. Sedangkan kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Dengan demikian kompetensi Program Keahlian Kriya Kulit merupakan kemampuan seseorang yang terobservasi melalui berbagai cakupan atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas pada industri kecil sepatu. Tabel 4.18. Standar Kompetensi Kejuruan Program Keahlian Kriya Kulit SMK Seni dan Kerajinan No 01
Standar Kompetensi Mengenal jenis dan mutu kulit
Kompetensi Dasar -
Memahami pengertian kulit Mengenal jenis-jenis kulit Menemutunjukkan kerusakan penyebabnya Membedakan mutu kulit
kulit
dan
02
Mengolah kulit
-
Melakukan perendaman kulit mentah Melakukan pembersihan daging dari kulit Mengeringkan kulit Mengamplas kulit
03
Menggambar Teknik
04
Menggambar ornamen
-
Memahami konsep gambar teknik Menggambar proyeksi Menggambar huruf dan angka Menggambar bentuk Mengekplorasi garis dan bidang Menggambar pola ornament Membuat eksperimen warna Membuat finishing gambar sesuai dengan pola motif
05
Membuat sol dalam sepatu
-
Menentukan bahan untuk sol dalam sepatu Membuat pola Memotong pola Menempel bahan sol dalam pada acuan sepatu Memasang sol dalam sesuai pola acuan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lanjutan Tabel 4.18. No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
06
Menyeset secara manual dan masinal
-
Melakukan penyesetan datar Melakukan penyesetan miring Melakukan penyesetan cekung
07
Membuat penguat sepatu (kappe)
-
Membuat pola penguat depan dan belakang Melakukan pemotongan penguat sepatu Melakukan pengesetan Mencetak penguat sepatu
08
Menjahit kulit dengan manual
-
Melakukan penjahitan biasa Melakukan penjahitan anyaman kulit (hias)
09
Menjahit kulit dengan mesin
-
Melakukan pewarnaan tepi kulit Menyeset kulit Menentukan jenis benang dan jarum yang sesuai Melakukan penjahitan
10
Membuat bagian atas sepatu
-
Menentukan model sepatu Menggambar pola pada kulit Melakukan pengguntingan kulit Mengeset bagian yang akan dijahit Melakukan penjahitan
11
Membuat lapisan dalam sepatu
-
Menentukan jenis pelapis Menjahit pelapis pada bagian atas sepatu
12
Membuat assesoris sepatu
-
Menentukan jenis kulit Menggambar pola Membuat variasi potongan kulit Membuat lubang variasi Merakit assesoris
13
Merakit komponen sepatu
-
Memasang sol dalam Memasang penguat sepatu Memasang atasan pada acuan (mengopen) Memasang penguat sepatu Mengepaskan bentuk sepatu sesuai acuan Menjahit pita sepatu Pengeleman ke tapak sepatu Pembuatan hak sepatu Merapikan bagian bawah sepatu Pewarnaan bagian bawah sepatu
Sumber : Data Hasil Survei
Berdasarkan observasi tentang jenis-jenis keterampilan tenaga kerja industri kecil sepatu dalam proses pembuatan sepatu, maka disusunlah sebuah standar
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
kompetensi beserta dengan kompetensi dasar yang harus diberikan kepada siswa program keahlian tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 4.18. Tabel 4.18. menunjukkan bahwa pada Program Keahlian Kriya Kulit SMK Seni dan Kerajinan terdiri dari 13 standar kompetensi dengan masing-masing standar kompetensi dijabarkan menjadi beberapa kompetensi dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini merupakan pedoman dalam menentukan mata diklat kejuruan. Susunan mata pelajaran dan mata diklat tersebut dibuat dalam sebuah struktur kurikulum. Dengan berpedoman kepada struktur kurikulum tahun 2004, maka disusunlah struktur kurikulum Program Keahlian Kriya Kulit seperti tertera pada Tabel 4.19. Tabel 4.19. Struktur Kurikulum SMK Seni dan Kerajinan Program Keahlian Kriya Kulit
No I 1 2 3 4
II 1 2 3 4 5 6 7
Program Mata Pelajaran PROGRAM NORMATIF Pendidikan Agama Pendidikan kewarganegaraan Bahasa Indonesia Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan JUMLAH JAM NORMATIF PROGRAM ADAPTIF Bahasa Inggris Matematika Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi Kewirausahaan Seni Budaya Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial JUMLAH JAM ADAPTIF
Ting. I
Durasi Waktu ( Jam ) Ting. Ting. II III Jlh
80 80 80 80 320
56 56 56 56 224
56 56 56 56 224
192 192 192 192 768
200 160
112 112
140 140
452 412
120 80 80 80 80 800
84 56 48 56 56 524
56
204 192
56 392
192 136 1588
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lanjutan Tabel 4.19. No III A 1 2 3 4 5 6 B 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Program Mata Pelajaran PROGRAM PRODUKTIF DASAR KOMPETENSI KEJURUAN Mengenal jenis dan mutu kulit Memahami kerusakan kulit dan penyebabnya Menjaga dan melindungi budaya kerja Mengikuti prosedur keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja Mengikuti aturan kerja sesuai lingkungan kerja Menggambar dasar KOMPETENSI KEJURUAN Mengolah kulit Menggambar Teknik Menggambar ornamen Membuat sol dalam sepatu Menyeset secara manual dan masinal Membuat penguat sepatu (kappe) Menjahit kulit dengan manual Menjahit kulit dengan mesin Membuat bagian atas sepatu Membuat lapisan dalam sepatu Membuat assesoris sepatu Merakit komponen sepatu
Ting. I
Durasi Waktu ( Jam ) Ting. Ting. II III Jlh
80 80 40
80 80 40
40 40 80
40 40 80
80
80 80 80 80 80 80 80
120
80
280 80 80 80 160 80 80 80 80 80 80 80 1600
JUMLAH JAM PRODUKTIF
440
560
80 80 80 80 80 600
IV 1 2
MUATAN LOKAL Budaya Enterpreuneurship JUMLAH JAM MUATAN LOKAL
40 40 80
28 28 56
28 28 56
96 96 192
V
PENGEMBANGAN DIRI BP / BK Membuat Tas/ Aksesoris kulit JUMLAH JAM PENGEMBANGAN DIRI
40 40 80
28 28 56
28 28 56
96 96 192
1720
1420
1328
4340
1 2
TOTAL JAM
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitan ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Secara bersama-sama bahwa faktor pendidikan, pengalaman, usia, upah dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Secara parsial faktor pengalaman, upah dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. Sedangkan faktor pendidikan dan usia berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Kota Medan. 2. Program peningkatan kualitas SDM tenaga kerja dalam rangka pengembangan industri kecil sepatu di Kota Medan berdasarkan prioritas adalah pelatihan teknis, penyuluhan teknologi terbaru dan studi banding ke daerah lain. 3. Berdasarkan potensi daerah Kota Medan, maka diperlukan sebuah Program Keahlian Kriya Kulit di SMK Seni dan Kerajinan agar dapat menyiapkan tenaga kerja yang terampil untuk menjamin kesinambungan industri kecil sepatu. Disamping itu, penyusunan standar kompetensi bagi Program Keahlian Kriya Kulit didasarkan pada rumusan standar kebutuhan kualifikasi SDM yang
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
diinginkan oleh industri kecil sepatu di Kota Medan. Perencanaan Program Keahlian Kriya Kulit dimulai dari penentuan standar kompetensi dan kompetensi dasar, selanjutnya disusun dalam sebuah struktur kurikulum.
5.2. Saran Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Pendidikan untuk mengembangkan program keahlian pada SMK yang sesuai dengan potensi wilayah. Salah satu program keahlian yang dibutuhkan adalah Program Keahlian Kriya Kulit berbasis industri kecil sepatu. 2. Program pengembangan industri kecil sepatu tidak semata-mata dengan memberikan bantuan modal, tetapi juga melalui peningkatan kualitas SDM tenaga kerja industri tersebut. Pengembangan itu dapat berupa pelatihan teknis, penyuluhan teknologi terbaru dan studi banding ke daerah lain. 3. Bagi para peneliti yang berminat untuk mengkaji produktivitas tenaga kerja maka sebaiknya mempertimbangkan faktor etos kerja, regulasi ketenagakerjaan dan lingkungan kerja sehingga dapat mendukung hasil penelitian yang lebih baik lagi.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Alkadri, et al. 2001. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Jakarta: BPPT. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Bidiawati, Ayu J.R. dan Nasution, Henry. 2007. Aplikasi Logika Fuzzy dalam Pengukuran Produktivitas Parsial Perusahaan. Padang : Universitas Bung Hatta Padang. Bukit, Masriam. 2003. Kebijakan Pendidikan. Seminar dan Pemaparan Kebijakan Pendidikan In-House Training-Competency Based Training (CBT) Bengkalis. Bandung : PPPGT Bandung. Dessler, Gary. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Prenhallindo. Desyanti, Ni Putu Eka & Ratnadi, Ni Made Dwi. 2005. Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Bandung. Bali : Universitas Udayana. Djojonegoro, Wardiman. 1999. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK. Jakarta : Balai Pustaka. Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Ginting, Eka Danta Jaya. 2003. Hubungan Persepsi Terhadap Program Pengembangan Karir Dengan Kompetisi Kerja. Medan : Fakultas Kedokteran USU. Handrimurtjahyo, A. Dedy, et al. 2007. Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan Usaha Industri Kecil: Kasus pada Industri Gerabah dan Keramik Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Yokyakarta : FE Universitas Atma Jaya Yokyakarta. Jaffaruddin, Ronny. 2006. Pengaruh Pengalaman Kerja, Upah, dan Jaminan Sosial terhadap Produktivitas Karyawan PT. Pabelan Surakarta. Surakarta : FE UMS. Kasnawi, M. Tahir. 2000. Produktivitas Tenaga Kerja Per Sub Sektor di Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Kuncoro, M. 2000. Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi Pemberdayaan. Studium Generale dengan topik “Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil di Indonesia”. Yokyakarta :STIE Kerja Sama. ______, 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. ______, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta : Erlangga. Kurniawan, Basuki. 2008. Pendidikan Kejuruan harus Demokratis. Yokyakarta: Universitas Negeri Yokyakarta. Koesmono, H. Teman. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Surabaya : Universitas Katolik Widyamandala. Miraza, B. Hasan, et.al. 2007. Perencanaan dan Perubahan Bangsa di Masa yang Akan Datang. Medan : Pustaka Bangsa Press. Naisbitt, John. 1993. Global Paradox, New York : Avon Books. Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Yokyakarta : Andi Offset. Prasetyo, Edi & Wahyuddin, M. 2005. Pengaruh Kepuasan Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel Di Surakarta. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pratiwi, Sri. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Sepatu dan Konveksi di Kota Medan. Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar Statistical Product and Service Solution Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Jakarta : Media Kom. Pulungan, Syahrial A. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Industri Kecil dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Kota Medan. Medan : Program Pascasarjana USU.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Purwaningsih, Sri. 2005. Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Tenaga Kerja pada PT. Batik Keris Sukoharjo. Surakarta : FE UMS. Robbins, Sthepen P. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Indeks. Riswidodo, Heribertus & Soesilo, Nining I. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orientasi Pasar Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (Studi Di Industri Kerajinan Tenun Dan Anyaman Kecamatan Minggir Dan Moyudan Kabupaten Sleman). Jakarta : Fakultas Ekonomi UI. Sa'ud dan Makmun. 2006. Perencanaan Pendidikan : Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung : UPI-Rosdakarya. Setyianingsih, Martinah Endah, et al. 2008. Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja Untuk Mendukung Peningkatan Potensi Wilayah Di Surabaya. Surabaya : ITS. Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara. Sirojuzilam. 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional : Ketimpangan Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara. Medan : Pustaka Bangsa Press. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukarti. 2007. Model Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia Usaha Kecil Menengah (Ukm) Sesuai Potensi Daerah Di Kabupaten Magetan Jawa Timur. Surabaya: Unair. Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Surya, Aldwin. 2007. Pembentukan Kelas Menengah Kota : Cermin Kemapanan Ekonomi Masyarakat Indonesia. Medan : Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Universitas Prima Indonesia. Suryadi, Ace dan Tilaar, H.A.R. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan : Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Syarif, Muhammad. 2007. Karakteristik Dinamis Pekerja Sektor Industri: Analisis Produktivitas Dan Fungsi Upah Pekerja Pada Industri Udang Beku Di Kota Makassar. Kendari; Universitas Haluoleo. Tambunan, Tulus. 2008. Ukuran Daya Saing Koperasi dan UKM. Jakarta: Universiatas Trisakti. Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Wasitohadi. 2008. Implikasi Paradigma Baru Pendidikan Terhadap Model Perencanaan Pendidikan Dalam Rangka Implementasi Kebijakan Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Jakarta : Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2008 di Jakarta, 11-14 Agustus 2008.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
:……………………………….
2. Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
3. Status perkawinan
:
Kawin
Tidak Kawin
4. Nama Industri
:………………………………..
5. Alamat
:………………………………………………
II. PENDIDIKAN 1. Tingkat pendidikan Bapak/Ibu/ Sdr/I terakhir adalah : 1
Kelas I SD
7
Kelas I SMP
13
D1
2
Kelas II SD
8
Kelas II SMP
14
D2
3
Kelas III SD
9
Kelas III SMP
15
D3
4
Kelas IV SD
10
Kelas I SMA/SMK
16
D4/ S1
5
Kelas V SD
11
Kelas II SMA/SMK
6
Kelas VI SD
12
Kelas III SMA/SMK
III. PELATIHAN 1. Pernahkah Bapak/Ibu/ Sdr/I mengikuti pelatihan pembuatan sepatu?.............. 2. Jika pernah, berapa lama Bapak/Ibu/ Sdr/I ikut pelatihan?.....................
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
IV. PENGALAMAN 1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/ Sdr/I bekerja di industri sepatu ? ………tahun…... bulan V. USIA 1. Berapa usia Bapak/Ibu/ Sdr/I sekarang ?........... tahun
VI. UPAH 1. Berapa upah Bapak/Ibu/ Sdr/I dalam sebulan ? Rp……………….. 2.
Apakah Bapak/Ibu/ Sdr/I mempunyai penghasilan lain diluar gaji dari industri sepatu ini ?......
3. Jika ya, berapa penghasilan lain tersebut ? Rp………………. 4. Berapa orang jumlah tanggungan keluarga Bapak/Ibu/ Sdr/I ? ………..orang. VII. PRODUKTIVITAS Isilah salah satu baris pada tabel sesuai dengan jenis produksi Bapak/Ibu/Sdr/I kecuali pada kolom produktivitas.
4
Harga jual satu pasang 5
Produktivitas (5-4) x 3 x 4 minggu 6
….pasang
Rp
Rp
Rp
Sepatu kecil
….pasang
Rp
Rp
Rp
3
Sandal besar
….pasang
Rp
Rp
Rp
4
Sandal kecil
….pasang
Rp
Rp
Rp
5
Dll
No
Jenis Produksi
1
2
1
Sepatu orang dewasa
2
Jlh Produksi/ Minggu 3
Modal satu pasang
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
VIII. PROGRAM PENGEMBANGAN SDM TENAGA KERJA Dari program berikut ini, manakah menurut Bapak/ Ibu/ Sdr/I yang relevan dalam upaya meningkatkan SDM tenaga kerja secara prioritas. Adapun pilihan yang disediakan adalah Sangat Penting (1), Penting (2), Sedang (3), Kurang Penting (4) dan Tidak Penting (5). No
Prioritas
Program
1 1
Pelatihan teknis
2
Studi banding ke daerah lain
3
Magang ke industri lain
4
Penyuluhan teknologi terbaru
2
3
4
5
5. Menurut Bapak /Ibu/ Sdr/I apakah perlu program keahlian Kriya Kulit di SMK Kota Medan ? 6.
Menurut
Ya
Bapak/Ibu/Sdr/I,
meningkatkan
kemampuan
Tidak program apalagi yang dibutuhkan untuk tenaga
kerja
industri
kecil
sepatu?.....................................
Responden,
(…………………….)
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 2. Tabulasi Jawaban Responden : Produktivitas, Pendidikan, Pengalaman, Usia, Upah dan Pelatihan No
Produktivitas (Rp)
Pendidikan (Tahun)
Pengalaman (Tahun)
Usia (Tahun)
Upah (Rp)
Dummy Pelatihan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
1.920.000,00 2.000.000,00 2.200.000,00 2.800.000,00 2.400.000,00 2.800.000,00 2.240.000,00 2.400.000,00 2.304.000,00 2.400.000,00 2.800.000,00 3.024.000,00 1.920.000,00 2.880.000,00 2.400.000,00 2.400.000,00 2.880.000,00 3.200.000,00 2.400.000,00 2.800.000,00 2.240.000,00 1.960.000,00 2.380.000,00 2.016.000,00 2.352.000,00 2.400.000,00 2.200.000,00 2.560.000,00 2.000.000,00 1.840.000,00 2.240.000,00 2.144.000,00 2.400.000,00 2.496.000,00 2.400.000,00 2.160.000,00 2.700.000,00 2.520.000,00 2.400.000,00 2.280.000,00 2.592.000,00 2.880.000,00 3.024.000,00
7 11 11 7 7 7 10 12 9 12 3 9 12 12 12 12 11 9 10 3 10 8 7 12 12 11 10 9 9 9 6 11 11 6 7 9 10 12 10 8 7 9 6
8 2,5 6 16 7 18 12 3,5 15 8 9,5 15 3,5 8 5 4 7,5 32 6,5 25 5 3 7 3 5 6 4,5 7 4 2,5 5,5 5 7,5 8 8 4,5 13 10 9 5 8,5 10 18
36 23 38 50 43 44 48 23 33 28 43 33 22 29 30 32 35 60 30 55 36 26 32 24 44 32 30 34 35 32 46 27 39 35 40 33 41 34 37 40 38 40 52
1.200.000,00 1.200.000,00 1.100.000,00 1.200.000,00 1.100.000,00 1.500.000,00 1.100.000,00 1.200.000,00 1.600.000,00 1.500.000,00 1.800.000,00 1.400.000,00 960.000,00 1.440.000,00 1.200.000,00 1.400.000,00 1.800.000,00 1.800.000,00 1.600.000,00 1.600.000,00 1.200.000,00 1.200.000,00 1.300.000,00 1.200.000,00 1.200.000,00 1.100.000,00 1.000.000,00 1.200.000,00 1.050.000,00 950.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.300.000,00 1.300.000,00 1.300.000,00 1.200.000,00 1.500.000,00 1.500.000,00 1.400.000,00 1.250.000,00 1.500.000,00 1.600.000,00 1.600.000,00
1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
Keterangan
M. Area M. Area M. Area M. Area M. Area M. Area M. Area M. Area M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Area M. Area M. Area M. Area M. Area M. Timur M. Timur M. Timur M. Timur M. Timur M. Area M. Area M. Area M. Area M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Timur M. Timur M. Timur
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lanjutan Lampiran 2. No
Produktivitas (Rp)
Pendidikan (Tahun)
Pengalaman (Tahun)
Usia (Tahun)
Upah (Rp)
Dummy Pelatihan
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
2.520.000,00 2.304.000,00 2.200.000,00 2.376.000,00 2.880.000,00 2.688.000,00 2.400.000,00 2.400.000,00 2.880.000,00 2.160.000,00 2.520.000,00 2.640.000,00 2.880.000,00 2.560.000,00 2.400.000,00 2.880.000,00 2.496.000,00
8 9 11 9 10 12 12 10 11 9 12 10 10 7 11 9 10
9 6 4 7 12 8 5 6 11 5 7 6,5 10 8 5 12 5
45 31 29 33 42 37 29 32 35 38 32 45 39 30 34 38 32
1.500.000,00 1.500.000,00 1.200.000,00 1.200.000,00 1.600.000,00 1.600.000,00 1.200.000,00 1.400.000,00 1.500.000,00 1.300.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.500.000,00 1.300.000,00 1.300.000,00 1.600.000,00 1.500.000,00
1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0
147.536.000, 2.458.933,33
565 9,416
497,5 8,2916
2163 36,05
81.050.000,1.350.833,33
37 0,616
Keterangan
M. Timur M. Timur M. Area M. Area M. Timur M. Timur M. Timur M. Denai M. Denai M. Denai M. Denai M. Timur M. Timur M. Timur M. Timur M. Denai M. Denai Jumlah Mean
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 3. Tabulasi Jawaban Responden : Program Pengembangan SDM
No
Pelatihan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
4 1 1 3 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 4 3 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2
Studi Banding ke Daerah Lain 4 5 1 2 3 5 2 4 2 4 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 1 4 3 2 4 1 3 2 3 4 1
Magang ke Industri Lain 3 3 3 2 2 3 2 5 4 5 1 3 2 3 3 4 2 2 3 4 3 2 2 4 1 3 3 2 2 4 1 1 4
Penyuluhan Teknologi 2 5 2 3 2 5 2 5 2 5 1 2 1 2 1 1 2 4 1 4 2 1 3 1 2 1 1 1 1 2 2 3 2
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lanjutan Lampiran 3. No
Pelatihan
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
2 3 2 2 2 1 1 3 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2
Studi Banding ke Daerah Lain 2 1 1 1 3 1 3 1 1 3 4 4 3 2 4 2 1 2 1 3 2 1 1 3 2 1
Magang ke Industri Lain 4 3 1 5 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 5 4 3 4 3 2 2 3
Penyuluhan Teknologi 2 2 3 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2 2 2 3 2 1 2 2 4 2 2
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 4. Jenis-Jenis Kompetensi Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu No
Jenis Keahlian
01
-
Memahami pengertian kulit Mengenal jenis-jenis kulit Menemutunjukkan kerusakan kulit dan penyebabnya Membedakan mutu kulit
02
-
Melakukan perendaman kulit mentah Melakukan pembersihan daging dari kulit Mengeringkan kulit Mengamplas kulit
03
-
Memahami konsep gambar teknik Menggambar proyeksi Menggambar huruf dan angka Menggambar bentuk
04
-
Mengekplorasi garis dan bidang Menggambar pola ornament Membuat eksperimen warna Membuat finishing gambar sesuai dengan pola motif
05
-
Menentukan bahan untuk sol dalam sepatu Membuat pola Memotong pola Menempel bahan sol dalam pada acuan sepatu Memasang sol dalam sesuai pola acuan
06
-
Melakukan penyesetan datar Melakukan penyesetan miring Melakukan penyesetan cekung
07
-
Membuat pola penguat depan dan belakang Melakukan pemotongan penguat sepatu Melakukan pengesetan Mencetak penguat sepatu
08
-
Melakukan penjahitan biasa Melakukan penjahitan anyaman kulit (hias)
09
-
Melakukan pewarnaan tepi kulit Menyeset kulit Menentukan jenis benang dan jarum yang sesuai Melakukan penjahitan
Keterangan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lanjutan Lampiran 4. No
Jenis Keahlian
10
-
Menentukan model sepatu Menggambar pola pada kulit Melakukan pengguntingan kulit Mengeset bagian yang akan dijahit Melakukan penjahitan
11
-
Menentukan jenis pelapis Menjahit pelapis pada bagian atas sepatu
12
-
Menentukan jenis kulit Menggambar pola Membuat variasi potongan kulit Membuat lubang variasi Merakit assesoris
13
-
Memasang sol dalam Memasang penguat sepatu Memasang atasan pada acuan (mengopen) Memasang penguat sepatu Mengepaskan bentuk sepatu sesuai acuan Menjahit pita sepatu Pengeleman ke tapak sepatu Pembuatan hak sepatu Merapikan bagian bawah sepatu Pewarnaan bagian bawah sepatu
Keterangan
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 5. Hasil Analisis Uji Regresi Linier Berganda Variables Entered/Removed(b) Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Dum.Pelatihan, Pendidikan, Upah, Usia, Pengalaman(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Produktivitas
Model Summary(b) Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .856(a) .732 .707 a Predictors: (Constant), Dum.Pelatihan, Pendidikan, Upah, Usia, Pengalaman b Dependent Variable: Produktivitas
168057.20347
ANOVA(b) Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1
Regression 4167373656897.067 5 833474731379.414 Residual 1525134076436.267 54 28243223637.709 Total 5692507733333.330 59 a Predictors: (Constant), Dum.Pelatihan, Pendidikan, Upah, Usia, Pengalaman b Dependent Variable: Produktivitas
F
Sig.
29.511
.000(a)
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
B 1 (Constant) 923940.201 Pendidikan 18943.045 Pengalaman 21375.947 Usia 4060.761 Upah .707 Dum.Pelatihan 126705.195 a Dependent Variable: Produktivitas
Std. Error 267580.317 11967.597 6937.017 4580.343 .134 48061.569
Standardized Coefficients Beta .133 .365 .102 .468 .200
t B 3.453 1.583 3.081 .887 5.260 2.636
Sig. Std. Error .001 .119 .003 .379 .000 .011
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Casewise Diagnostics(a) Case Number
Std. Residual
Produktivitas
Predicted Value
Residual
1
-2.551
1920000
2348669.4306
-428669.43058
2
-1.512
2000000
2254084.0035
-254084.00348
3
-.709
2200000
2319125.5935
-119125.59352
4
1.330
2800000
2576527.6637
223472.33630
5
.684
2400000
2285033.1693
114966.83069
6
-.041
2800000
2806971.9226
-6971.92261
7
-.609
2240000
2342340.6478
-102340.64779
8
.628
2400000
2294402.9946
105597.00540
9
-2.238
2304000
2680042.2454
-376042.24535
10
-.573
2400000
2496250.3006
-96250.30061
11
.253
2800000
2757500.3713
42499.62869
12
2.888
3024000
2538670.9558
485329.04422
13
-.440
1920000
1993991.4903
-73991.49033
14
1.758
2880000
2584604.8705
295395.12949
15
.268
2400000
2354892.2446
45107.75536
16
.260
2400000
2356303.9152
43696.08483
17
.275
2880000
2833806.7426
46193.25739
18
-1.316
3200000
3421150.3817
-221150.38167
19
-1.379
2400000
2631812.6547
-231812.65468
20
-1.167
2800000
2996185.3915
-196185.39152
21
.151
2240000
2214665.5290
25334.47104
22
-.794
1960000
2093419.9323
-133419.93226
23
-.010
2380000
2381736.0830
-1736.08298
24
-.863
2016000
2161070.5874
-145070.58741
25
-.355
2352000
2411742.9049
-59742.90489
26 27
.626
2400000
2294761.0248
105238.97516
.963
2200000
2038241.6974
161758.30260
28
1.208
2560000
2357058.0501
202941.94989
29
-.382
2000000
2064257.3092
-64257.30921
30
-.651
1840000
1949325.4602
-109325.46017
31
-.668
2240000
2352236.9564
-112236.95641
32
-.526
2144000
2232404.5429
-88404.54285
33
-.575
2400000
2496621.5645
-96621.56445
34
.593
2496000
2396351.2694
99648.73058
35
-.212
2400000
2435598.1212
-35598.12116
36
-12852.22681
-.076
2160000
2172852.2268
37
-.266
2700000
2744739.0388
-44739.03876
38
-1.012
2520000
2690071.9578
-170071.95783
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lanjutan Lampiran 5. Casewise Diagnostics(a)
Case Number
Std. Residual
Produktivitas
Predicted Value
Residual
39
-1.025
2400000
2572306.5618
-172306.56175
40
.307
2280000
2228365.3081
51634.69188
41
.074
2592000
2579535.8611
12464.13885
42
.903
2880000
2728293.0378
151706.96223
43
1.544
3024000
2764495.4191
259504.58087
44
-.700
2520000
2637592.2091
-117592.20909
45
-.624
2304000
2408851.5582
-104851.55819
46
.096
2200000
2183807.2967
16192.70326
47
.891
2376000
2226292.0933
149707.90667
48
.487
2880000
2798109.4984
81890.50161
49
-.251
2688000
2730187.9937
-42187.99374
50
49168.51681
.293
2400000
2350831.4832
51
.231
2400000
2361169.7194
38830.28064
52
1.091
2880000
2696565.6214
183434.37862
53
-.681 -.161
2160000 2520000
2274529.6521 2547136.9503
-114529.65213 -27136.95033
55
.527
2640000
2551352.7868
88647.21320
56
1.235
2880000
2672489.6760
207510.32396
57
.982
2560000
2394990.5067
165009.49330
58
.618
2400000
2296172.6954
103827.30463
59
.697
2880000
2762923.4081
117076.59191
.509 a Dependent Variable: Produktivitas
2496000
2410479.4175
85520.58246
54
60
Residuals Statistics(a) Minimum
Maximum
1949325.5000
3421150.5000
2458933.3333
265769.54643
60
-428669.43750
485329.03125
.00000
160778.51259
60
Std. Predicted Value
-1.917
3.620
.000
1.000
60
Std. Residual
-2.551
2.888
.000
.957
60
Predicted Value Residual
Mean
Std. Deviation
N
a Dependent Variable: Produktivitas
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 6. Hasil Analisis Uji Multikolieritas
Coefficients(a) Mo Unstandardized Coefficients
del
1
Stand. Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
B
B
Std. Error
(Constant)
923940.201
267580.317
Pendidikan
18943.045
11967.597
.133
1.583 .119 .708
1.413
Pengalaman
21375.947
6937.017
.365
3.081 .003 .354
2.824
4060.761
4580.343
.102
.887 .379 .377
2.651
.707
.134
.468
5.260 .000 .627
1.594
Dum.Pelatih126705.195 an
48061.569
.200
2.636 .011 .862
1.160
Usia Upah
Std. Error
3.453 .001
a Dependent Variable: Produktivitas
Collinearity Diagnostics(a) Mod. Dimen.
Eigenvalue
Condition
Variance Proportions
Index
(Const)
Pend.
Peng.
Usia
Upah
D.Pel
1
1
5.384
1.000
.00
.00
.00
.00
.00
.01
2
.321
4.095
.00
.02
.01
.00
.00
.74
3
.241
4.728
.00
.02
.28
.00
.00
.19
4
.034
12.538
.01
.42
.39
.18
.01
.02
5
.015
18.654
.00
.20
.01
.29
.58
.00
6
.004
34.748
.99
.34
.31
.53
.41
.04
a Dependent Variable: Produktivitas
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 7. Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas 1. Pengujian Lnei2 dengan LnX1 Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables Removed 1 LnX1(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Lnei2
Model R R Square 1 .066(a) .004 a Predictors: (Constant), LnX1
Model Summary Adjusted R Square -.013
ANOVA(b) Model Sum of Squares df 1 Regression 1.014 1 Residual 234.923 58 Total 235.937 59 a Predictors: (Constant), LnX1 b Dependent Variable: Lnei2
Std. Error of the Estimate 2.01256
Mean Square 1.014 4.050
Coefficients(a) Unstandardized Standardized Model Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 23.942 2.019 LnX1 -.454 .907 -.066 a Dependent Variable: Lnei2
2.
Method Enter
.
F .250
t B 11.858 -.500
Sig. .619(a)
Sig. Std. Error .000 .619
Pengujian Lnei2 dengan LnX2
Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables Removed 1 LnX2(a) . a All requested variables entered. b Dependent Variable: Lnei2
Method Enter
Model Summary Model R R Square 1 .165(a) .027 a Predictors: (Constant), LnX2
Adjusted R Square .010
Std. Error of the Estimate 1.98921
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
ANOVA(b) Model Sum of Squares df 1 Regression 6.433 1 Residual 229.503 58 Total 235.937 59 a Predictors: (Constant), LnX2 b Dependent Variable: Lnei2
Model
Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
B 1 (Constant) 21.725 LnX2 .619 a Dependent Variable: Lnei2
3.
Mean Square 6.433 3.957
Std. Error .987 .485
F
t
Beta
Sig. .207(a)
1.626
Sig.
B
Std. Error .000 .207
22.000 1.275
.165
Pengujian Lnei2 dengan LnX3
Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables Removed 1 LnX3(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Lnei2
Model Summary Model R R Square Adjusted R Square 1 .092(a) .009 -.009 a Predictors: (Constant), LnX3
ANOVA(b) Sum of Squares df Regression 2.006 1 Residual 233.931 58 Total 235.937 59 a Predictors: (Constant), LnX3 b Dependent Variable: Lnei2 Model 1
Method Enter
.
Std. Error of the Estimate 2.00831
Mean Square 2.006 4.033
F .497
Sig. .484(a)
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Coefficients(a) Unstandardized Standardized Model Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 26.046 4.411 LnX3 -.872 1.236 -.092 a Dependent Variable: Lnei2
4.
t B 5.905 -.705
Sig. Std. Error .000 .484
Pengujian Lnei2 dengan LnX4 Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered 1 LnX4(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Lnei2
Variables Removed
Method Enter
.
Model Summary Model R R Square 1 .088(a) .008 a Predictors: (Constant), LnX4
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate -.009 2.00916
ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression 1.807 Residual 234.130 Total 235.937 a Predictors: (Constant), LnX4 b Dependent Variable: Lnei2
df
Mean Square 1 1.807 58 4.037 59
F .448
Sig. .506(a)
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error (Constant) 39.092 24.143 LnX4 -1.145 1.712 a Dependent Variable: Lnei2
Standardized Coefficients
t
Beta
B
1
-.088
Sig. 1.619 -.669
Std. Error .111 .506
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 8. Hasil Analisis Uji Autokorelasi
Model Summary(b) Mode R Std. Error of the l R Square Adjusted R Square Estimate 1 .856(a) .732 .707 168057.20347 a Predictors: (Constant), Dum.Pelatihan, Pendidikan, Upah, Usia, Pengalaman b Dependent Variable: Produktivitas
Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Predicted Value 1949325.5000 3421150.5000 2458933.3333 Residual -428669.43750 485329.03125 .00000 Std. Predicted Value -1.917 3.620 .000 Std. Residual -2.551 2.888 .000 a Dependent Variable: Produktivitas
Durbin-Watson 1.372
Std. Deviation 265769.54643 160778.51259 1.000 .957
N 60 60 60 60
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Membuat Pola Sepatu
Menggunting Kulit sesuai Pola
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Menjahit Kulit Sepatu
Mengeset Kulit dengan Mesin
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Bagian Atas Sepatu
Membuat Lapisan dalam Sepatu
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Membuat Assesoris Sepatu
Membuat Sol dalam Sepatu
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Bagian Atas Sepatu
Merakit Sepatu
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.
Jefri Sinaga : Perencanaan Pendidikan Kejujuran Pada SMK Seni Dan Kerajinan Berbasis Pengembangan INdustri Kecil Di Kota Medan, 2009.