ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GAYO LUES, NANGGROE ACEH DARUSSALAM
TES IS
Oleh :
FAUZUL IMAN 057003002/PWD
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GAYO LUES, NAD
TES IS Oleh :
FAUZUL IMAN 057003002/PWD Komisi Pembimbing Ketua
(Prof. . Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, P.hd)
(lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Anggota
(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP) Anggota
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
RINGKASAN
Judul penelitian ini adalah “Analisa dan Strategi Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues Nangroe Aceh Darussalam”. dengan tujuan untuk Mengkaji Dan Mengevaluasi Kemungkinan Penyimpangan Pemanfaatan Tat Ruang Dengan Rencana Tata Ruang, dan Merumuskan Arahan Strategi Dalam Perencanaan Tata Ruang. Lokasi penelitian ini dilakukan di kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan luas wilayah 571.967 Ha. Kabupaten Gayo Lues secara administrative meliputi 5 kecamatan yaitu kecamatan Blangkejeren, Pindieng, Kuta Panjang, Rikit Gaib dan kecamatan Terangon. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder, data primer di peroleh melalui wawancara mendalam dan pertanyaan terstruktur berbentuk kuisioner, kriteria yang digunakan disesuaikan dengan tujuan penelitian.di mana kriteria responden adalah terdiri dari 11 orang diantaranya pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), sedangkan data skunder di peroleh dari instansi-instansi terakait seperti BAPPEDA, kantor pertanahan nasional, Bkosurtanal, direktorat geologi tata lingkungan dan sumber daya mineral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan hasil analisis SWOT bagaimana mengoptimalkan rencana tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar pertumbuhan sektoral dan pemanfaatan ruang optimal apabiala alokasi ruang yang dimanfaatkan sesuai dengan kriterian peruntukan ruang yang telah direncanakan (digariskan) dalam RTRW, peruntukan ruang tersebut memberikan manfaat secara optimal bagi kesejahteraan umat manusia
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
dan mahluk hidup lainnya. Dalam hal ini kabupaten Gayo Lues tidak ada memberikan batasan optimal/ideal dalam pemanfaatan lahan yang ada hanya berpedoaman pada RTRW yang ada. Penggunaan lahan saat ini di kabupaten sebagian besar sudah sesuai dengan kesesuaian lahan kecuali terdapat penyimpangan dimana 40.768 ha pemukiman dan 529 ha pertanian lahan basah yang terdapat dikecamatan putrid betong yaitu 9 desa berlokasi pada kawasan lindung 529 TNGL, untuk fungsi hutan sebagian besar sudah sesuai dengan peruntukannya dimana 36.89% hutan lindung saat ini, luasan ini sangat ideal sebagai penyeimbang ekosistem dalam suatu DAS, yang sesuai dengan UU no. 41 tahun 1999 tentang ketentuanketentuan pokok kehutanan menyebutkan hanya 30% kawasan hutan yang harus dipertahankan. Penggunaan lahan saat ini di kabupaten Gayo Lues sebagian besar sudah sesuai rencana tata ruang kesuali terdapat penyimpangan penggunaan lahan dimana tempat pemukiman masyarakat dijadikan kawasan pariwisata dan lahan untuk pertanian lahan basah (sawah) dijadikan untuk pemukiman masyarakat hal ini banyak terjadi di kecamatan Blangkejeren dan kecamatan kota Panjang. Hasil dari analisis SWOT menunjukkan bahwa kegiatan pemanfaatan ruang di kabupaten Gayo Lues mempunyai kekuatan dan peluang sehingga strategi yang dapat dilaksanakan adalah dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki juga memanfaatkan peluang yang ada.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis penjatkan atas hadirat Allah SWT yang telah menciptakan bumi beserta segala isinya yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan hayati bagi kemaslahatan ummat manusia, serta rahmat dan karunianya pada penulis dengan diberikan sedikit pengetahuan dari lautan ilmuNya yang tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penelitian ini berjudul “Analisis dan Strategi Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues, NAD”. Yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di program studi Pengembangan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda Drs. H. Ma’at Husin dan Ibunda Hj. Aminah, dan Saudara-saudara ku yang tercinta, Abangda Ir. Tarmihin dan keluarga, Ir. Win Ansharullah dan keluarga, Adinda Istiqomah Spd dan keluarga, serta Istri tersayang Ponisih, A.Mk dan Anakku tercinta Izzul Islam yang selama ini telah memberikan dorongan dan motivasi bagi penulis didalam menyelesaikan studi ini. 2. Ibu Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B. M.Sc. selaku Direktur Pasca Sarjana.USU. 3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza selaku ketua program studi PWD.sekolah Pasca Sarjana USU beserta para dosen pengajar dan staf yang telah membantu berjalannya perkuliahan. 4. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, P.hd selaku Ketua Komisi Pembimbing dan lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE serta Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan tesis. 5. Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues Provinsi NAD yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan, dan terima kasih kepada BAPPEDA Kab. Gayo Lues yang telah membantu memfasilitasi penulis. 6. Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana USU terutama jurusan PWDPWK. 7. Rekan-rekan seperjuangan PWD (2005 Genap) : terutama Pak Saut Situmeang, Pak Frans Nelson Togatorop, Pak Fa’atulo Zaluchu, Pak Yudi Triyanto, Mbak Meirnasari, Ibu Lurinim Purba. Yang telah bersama-sama dalam suka dan duka menempuh studi di Pasca Sarjana USU, serta rekan mahasiswa lainnya di pasca sarjana USU yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Akhir kata, saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, karena penulis menyadari bahwa manusia tidak lepas dari segala kekurangan dan kekhilapan.
Medan, 4 Oktober 2007 Terima Kasih
FAUZUL IMAN 057003002
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis, Fauzul Iman adalah putra ke-7 dari 10 (sepuluh) bersaudara yang berasal dari keluarga pasangan Drs. H. Ma’at Husin dan Hj. Aminah. Penulis dilahirkan di Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 12 Agustus 1974. Pendidikan SD tamat tahun 1986, SMP tamat tahun 1989, SMA tamat tahun 1992, dan Sarjana (S1) di tempuh di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil UISU Medan dan tamat tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana pada program studi Perencanaan Wilayah Kota/Pedesaan (PWD) pada sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI RINGKASAN .............................................................................................. KATA PENGANTAR................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................ DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
i iii v vi ix x xi
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah…………………………………………...... 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................
1 1 4 6 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 2.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan.......................................................... 2.2. Penataan Ruang............................................................................ 2.3. Analisa SWOT ............................................................................. 2.4. Kerangka Pemikiran.....................................................................
7 7 8 13 15
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 3.1. Lokasi Penelitian.......................................................................... 3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 3.3. Metode Analisa Data.................................................................... 3.3.1. Analisa Strategi .................................................................. a. Internal faktor Evolution Matrix dan External faktor evolution matrix ............................................................ b. Diagran SWOT ............................................................. c. Matrix SWOT…………………………………………
18 18 18 21 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian........................................................ 4.2. Penggunaan Lahan ........................................................................ 4.3. Topografi dan Geologi/Fisiologi Lahan........................................ 4.4. Jenis Tanah.................................................................................... 4.4.1. Kedalaman Efektif .............................................................. 4.4.2. Tekstur Tanah...................................................................... 4.4.3. Draenase.............................................................................. 4.5. Hidrologi ....................................................................................... 4.6. Klimatologi/Iklim.......................................................................... 4.7. Demografi (penduduk) .................................................................. 4.7.1. Prakiraan Jumlah Penduduk................................................ 4.7.2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk ................................
31 31 32 33 34 35 36 37 38 39 39 39 41
4.8. Sosial Ekonomi .......................................................................... 4.8.1. Kondisi Sosial Ekonomi...................................................
42 42
27 28 30
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.8.2. Pemerintahan ................................................................... 42 4.8.3. Fasilitas Pendidikan ......................................................... 42 4.8.4. Fasilitas Peribadatan……………………………………. 43 4.8.5. Fasilitas Kesehatan........................................................... 43 4.8.6. Fasilitas Pemerintahan ..................................................... 43 4.9. Analisis Kesesuaian Lahan ........................................................ 45 4.10. Kawasan Lindung ...................................................................... 45 4.10.1. Kawasan yang memberikan perlindungan di Bawahnya....................................................................... 46 4.10.2. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat ...... 48 4.10.2.a. Kawasan Sepadan Sungai................................ 48 4.10.3. Kawasan Cagar Budaya ................................................. 48 4.10.4. Kawasan Rawan Bencana Alam .................................... 49 4.10.4.a. Rawan Longsor ............................................... 49 4.10.4.b. Rawan Banjir................................................... 49 4.11. Kawasan Budidaya..................................................................... 50 4.12. Kawasan Budidaya Pertanian..................................................... 51 4.12.1. Analisis Peruntukan Lahan Basah................................ 53 4.12.2. Analisis Peruntukan Tanaman Holtikultura ................. 53 4.13. Kawasan Pariwisata ................................................................... 53 4.14. Kawasan Pemukiman ................................................................. 54 4.15. Analisis Peruntukan Lahan Hutan Produksi .............................. 55 4.15.1. Hutan Produksi Terbatas ............................................. 55 4.15.2. Hutan Tanaman Industri............................................... 55 4.16. Kawasan Budidaya non Pertanian.............................................. 56 4.16.1. Kawasan Industri dan Pertambangan/penggalian ........ 56 4.16.2. Kawasan Pariwisata ..................................................... 57 4.17. Analisa Strategi (SWOT) ........................................................... 57 4.17.1. Unsur Internal dan Eksternal Hasil Analisa SWOT..... 59 4.17.1.1. Kekuatan ........................................................... 59 4.17.1.1.a. Adanya dukungan pemerinyah dan masyarat ........................................................ 59 4.17.1.1.b. Tersedia sarananya transportasi/ perhubungan terkait dengan pariwisata................ 60 4.17.1.1.c. Letak kabupaten gayo lues di pertengahan kota-kota dari lima kabupaten di calon propinsi ALA................................. 60 4.17.1.1.d. Kekayaan sumber daya alam................... 62 4.17.1.1.e Kabupaten gayo lues merupakan kabupaten terluas dari 5 kabupaten di calonpropinsi ALA. ......................................... 64 4.17.1.2. Kelemahan ......................................................... 65 4.17.1.2.a. Koordinasi antar instansi pemerintah dan keterpaduan program yang lemah .... 66 4.17.1.2.b. Belum meratanya infrastruktur dan ke giatan investasi bagi kabupaten baru....... 67 4.17.1.2.c. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah ........................................................ 67
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.17.1.2.d. Jumlah, kepadatan dan distribusi penduduk yang lemah. .................................. 4.17.1.2.e. Kabupaten gayo lues tidak memilikilaut sehingga tidak mungkin ada pelabuhan ....................................................... 4.17.1.3. Peluang ............................................................. 4.17.1.3.a. Adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan ruang......... 4.17.1.3.b. Telah disusun RTRW kabupaten RUTR kota blangkejeren RTBL sehingga memudahkan perancangan pembangunan wilayah. ................................................... 4.17.1.3.c. UU.no.32 thn 2004 tentang otonomi daerah ..................................................... 4.17.1.3.d. Pemerintah terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi............................................... 4.17.1.3.e. Peningkatan Pendapatan masyarakat melalui kegiatan pariwisata dan pertanian ... 4.17.1.4. Ancaman 4.17.1.4.a. Kesulitan mengoptimalkan rencana tataruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar............................... 4.17.1.4.b. Sifat dinamika wilayah yang tinggi sebagai kabupaten yang berada dalam kawasan TNGL ....................................... 4.17.1.4.c. Konflik antar kegiatan/sector dalam pemanfaatan lahan................................... 4.17.1.4.d.Tekanan terhadap SDA dan lingkungan .. 4.17.1.4.e. Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah. ............... 4.17.2. Diagram Matrix SWOT ............................................... 4.17.2.1. Arahan strategi pemanfaatan ruang............
68
69 71 71
72 73 73 74
75
75 76 76 76 77 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 5.2. Saran .......................................................................................
82 82 83
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
85
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. 4.18. 4.19. 4.20. 4.21. 4.22. 4.23. 4.24. 4.25. 4.26. 4.27. 4.28. 4.29. 4.30.
Judul
Halaman
Jenis, Sumber, cara pengumpulan dan analisa databerdasarkan tujuan yang dicapai ....................................................... Jenis data dan sumber data yang digunakan ..................................... Matrix internal factor evaluation (IFE) ............................................. Matrix eksternal factor evaluation (EFE).......................................... Matrix SWOT ................................................................................... Data luas setiap kecamatan di kabupaten gayo lues.......................... Luas penggunaan lahan masing-masing kec.di kab.gayo lues.......... Luas wilayah kab.gayo lues berdasarkan jenis tanah 35 Luas wilayah kab.gayo lues berdasarkan kedalaman efektif ............ Luas wilayah kab.gayo lues berdasarkan tekstur tanah .................... Luas wilayah kab.gayo lues berdasarkan keadaan draenase............. Luas wilayah aliran sungai dan debit air di kab.gayo lues................ Rata-rata curah hujan dan hari hujan di kab.gayo lues ..................... Jumlah penduduk dan proporsi jlh penduduk di kab.gayo lues thn 1997-2001 ......................................................................................... Jumlah desa per kecamatan di kab.gayo lues.................................... Fungsi kawasan lindung dan TNGL tahun 2013 .............................. Fungsi hutan pada masing-masing kategori...................................... Kawasan hutan saat ini menurut kecamatan di kab.gayo lues. ......... Penggunaan lahan tanaman basah..................................................... Penggunaan lahan kering perkecamatan kab.gayo lues tahun 2003-2013 ....................................................................................... Penggunaan lahan tanaman holtikultura perkecamatan tahun 2013 .. Pemanbfaatan lahan untuk hutan tanaman industri............................ Peubah bersifat strategis unsur kekuatan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang dan nilai pengaruhnya (skor) .............. Kabupaten gayo lues di perempat jalur jalan nasional....................... Potensi penggunaan lahan perkecamatan kab.gayo lues.................... Potensi sumber daya mineral kab.gayo lues ...................................... Peubah-peubah unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya. ................. Peubah-peubah unsur peluang dan nilai pengaruhnya. ...................... Peubah-peubah unsur ancaman dan nilai pengaruhnya. .................... Matrix SWOT pemanfaatan ruang di kab.gayo lues..........................
20 21 27 27 30 31 32 35 37 38 38 39 40 42 46 49 50 51 51 52 55
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
58 61 62 63 65 70 73 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
2.1. Kerangka pemikiran ............................................................................ 3.2. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk fungsi .............. 3.3. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk sarana Tadah Hujan tanpa irigasi. .................................................................. 3.4. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk pemukiman...................................................................................................... 3.5. Diagran SWOT.................................................................................... 4.6. Hasil analisis strategi terhadap pemanfaatan ruang di Kab.lues. Gayo Lues............................................................................................ 4.7. Diagram SWOT pemanfaatan ruang di Kab.gayo lues.......................
17 25 26 26 29 57 77
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. 2. 3.
4.
Judul
halaman
Kuisioner Penelitian .............................................................................. Tabulasi Daftar responden .................................................................... Peta wilayah kab.gayo lues 3.1. Peta administrasi ........................................................................ 3.2. Peta pengunaan lahan................................................................. 3.3. Peta Lereng ................................................................................ 3.4. Peta penyebaran curah hujan...................................................... 3.5. Peta Kawasan budaya................................................................. 3.6. Peta Kesesuaian lahan untuk tanaman lahan basah.................... 3.7. Peta rencana kepadatan penduduk per BWK kota blangkejeren Tahun 2013.................................................................... 3.8. Peta Peta Provinsi Aceh Lauser Antara (ALA)........................... 3.9. Peta Arahan Fungsi Hutan Kabupaten Gayo Lues...................... Poto Dokumentasi kawasan penelitian..................................................
88 94 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan yang layak harus didasarkan pada potensi lahan dan keadaan lingkungan. Disamping itu, peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat dan luas lahan yang relatif terbatas dan tetap, menyadarkan manusia akan keterbatasan sumber daya alam yang tersedia. Eksploitasi suatu jenis sumber daya alam akan berpengaruh terhadap sumber daya alam lain dan keadaan lingkungan sekitarnya. Sumber daya alam terbagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam yang berada di permukaan bumi yang biasanya dapat diperbaharui dan dapat dilihat dengan mata secara langsung dan sumber daya alam dibawah permukaan bumi yang jarang mengalami perubahan secara langsung dan tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata. Pesatnya perkembangan pembangunan suatu wilayah secara logis akan di ikuti pula dengan permintaan akan lahan sebagai lokasi kegiatan. Untuk mengakomodasikan berbagai kegiatan pembangunan dalam wadah ruang yang dimaksud tersebut, diperlukan suatu rencana dalam pengolahan lahan. Dalam kaitannya dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Gayo Lues, diperlukan suatu pedoman umum pengorganisasian penataan ruang kegiatan yang mampu mengakomodasi berbagai kepentingan dalam wadah ruang wilayah secara sektoral. Hal ini diperlukan untuk mengarahkan dan mengendalikan lokasi kegiataan pembangunan di masa yang akan datang sehingga pada akhirnya tujuan pembangunan akan dapat terwujud.
1 Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Undang-Undang
Dasar
1945
sebagai
landasan
konstitusional
mewajibkan agar sumber daya alam digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, dimana kemakmuran rakyat tersebut harus dapat dinikmati, baik oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Paradigma baru pembangunan
menyepakati
bahwa
prasyarat
tercapainya
pembangunan
berkelanjutan adalah terjadinya keseimbangan dalam tiga aspek utama, yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi. Paradigma pembangunan ini mencoba menyelaraskan pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan yang selama ini bertentangan. Sebagai kabupaten yang secara otonomi baru terbentuk berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2002 tanggal 10 April 2002 tentang pembentukan Kabupaten Gayo Lues, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Tamiang dan Nagan Raya, maka arah pembangunan daerah yang selama ini masih mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Aceh Tenggara tidak dapat lagi digunakan. Karena dalam pelaksanaannya ternyata RTRWK tersebut banyak ditemukan perubahan-perubahan dan ketidaksesuaian sebagai konsekuensi dari perkembangan pembangunan daerah yang pesat. Dengan sendirinya perubahan perubahan yang terjadi tersebut perlu mendapat perhatian yang cukup serius, terutama yang berkenaan dengan perubahan fungsi pemanfaatan ruang wilayah. Dalam suatu ruang yang ketersediaannya terbatas terdapat sumber daya manusia dengan berbagai macam kegiataan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya buatan dan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda. Pemanfaatan ruang yang tidak diatur dengan baik, dapat mendorong ke arah
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
adanya ketidak seimbangan pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup, pemborosan pemanfaatan ruang dan penurunan kualitas ruang. Oleh sebab itu diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika. Berdasarkan data Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Gayo Lues (Bappeda Gayo Lues 2003) luas Kabupaten Gayo Lues seluruhnya adalah 571.967 ha, dengan pembagian kawasan lindung 406.457 ha (71,10%) dan kawasan budi daya 165.310 ha (28,91%). Kawasan lindung yang terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), kawasan konservasi dan zona inti konservasi yang luas wilayahnya lebih dari 70% dari luas keseluruhan Kabupaten Gayo Lues. Hal ini bermakna bahwa ada kawasan budidaya yang masuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Sebagai sebuah Kabupaten baru, tentunya Kabupaten Gayo Lues masih tertinggal dari kabupaten lainnya. Dalam usaha mengejar ketertinggalannya Kabupaten Gayo Lues berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh PAD dengan cara mengeksploitasi berbagai sumber daya di daerah tersebut dalam rangka pembangunan. Dalam pemanfaatan sumber daya yang ada, Kabupaten Gayo Lues menghadapi kendala-kendala yang cukup berarti bagi pembangunan, yakni belum memadainya perencanaan, terbatasnya sumber daya manusia, petani yang kurang modal, kawasan budi daya yang sempit, ladang berpindah, dan rendahnya kepemilikan tanah. Berdasarkan kendala-kendala yang telah di daftarkan tersebut, maka perlu dilakukan pemanfaatan ruang yang tepat di Kabupaten Gayo Lues.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Penataan ruang mempunyai tiga tujuan, yaitu optimalisasi pemanfaatan sumber daya (productivity), keberimbangan dan keadilan (equity), dan keberlanjutan (sustainability) (Rustiadi et al. 2004). Penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang dikhawatirkan akan menghambat tujuan tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan analisis dan arahan strategi pemanfaatan ruang sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam penentuan kebijakan penyempurnaan rencana
tata ruang sebagai acuan teknis dalam pemanfaatan
ruang dan penetapan kawasan yang optimal.
1.2. Perumusan Masalah Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu Kabupten yang berada di bawah wewenang adminstrasi Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Kabupaten Gayo Lues terbentuk berdasarkan Undang-undang RI Nomor 4 tahun 2002 tentang pembentukan Kabupten Gayo Lues, Tamiang, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya dan Nagan Raya. Kabupaten Gayo Lues memiliki sumber daya alam yang tinggi sehingga dalam pemanfaatanya harus memperhatikan kualitas lingkungan agar tetap lestari. Perkembangan sektor pertanian, perkebunan, pariwisata dan pemukiman dapat memberi tekanan terhadap lingkungan. Bila tidak dikelola dengan baik, maka kemungkinan besar akan timbul masalah lingkungan (fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi dan budaya) yang lebih komplek dan pada akhirnya dapat mengakibatkan degradasi lingkungan yang akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan RTRW kabupaten dan kondisi faktual yang ada di Kabupaten Gayo Lues ada beberapa permasalahan yang terjadi dalam pemanfaatan ruang di wilayah studi, yakni konflik kepentingan antar sektor
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
berupa kepentingan antar pelestarian sumber daya hutan dan kepentingan produksi, konflik pengguna lahan, pemanfaatan lahan, alih fungsi (konversi lahan) disebakan oleh perkembangan dan pembangunan daerah secara sektoral yang amat pesat, kesulitan utama yang sering dijumpai dalam mengakomodasikan kegiatan pembangunan adalah sulitnya menterjemahkan rencana strategis pembangunan daerah yang masih bersifat umum dan subjektif ke dalam wadah ruang. Dalam upaya mengatasi kesulitan tersebut, perlu adanya penilaian tingkat relevansi tujuan dan sasaran pembangunan dengan rencana tata ruang akan dilakukan dengan pendekatan konsepsi pengembangan, misalnya sejauh mana pola dan struktur tata ruang mampu memacu laju pertumbuhan dan perkembangan daerah di masa yang akan datang, sejauh mana pola dan struktur tata ruang mampu menciptakan fungsi ruang dan azas kelestarian lingkungan dan pemerataan pembangunan dalam wilayah Kabupaten Gayo Lues. Tujuan dan konsep pembangunan berkelanjutan adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan cara mengoptimalisasikan pengelolaan sumber daya alam yang ada. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya, adanya perluasan wilayah perkotaan yang diikuti proses pengunaan lahan yang dapat menyebabkan terjadinya transformasi lahan pertanian yang subur berskala besar di kawasan pariwisata (fasilitas akomodasi). Dari kondisi di atas dikhawatirkan jika pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan jika peruntukannya tidak kesesuaian lahannya, maka pemanfaatan ruang tidak akan optimal. Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
a. Apakah ada penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang ? b. Bagaimanakah mengoptimalkan rencana tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar ?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk : 1. Mengkaji dan mengevaluasi kemungkinan penyimpangan pemanfaatan tata ruang dengan rencana tata ruang. 2. Merumuskan arahan strategi dalam perencanaan tata ruang.
1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan pengenalan terhadap pola pemanfaatan lahan di Kabupaten Gayo Lues, kegiatan yag diperkirakan akan memberikan dampak negatif cukup luas yaitu terdapat kesenjangan antar bagian-bagian wilayah, terutama wilayah kota dengan Interland-nya. Kesenjangan tersebut muncul karena fasilitas layanan lebih terkonsentrasi pada kota (ibu kota kabupaten). Selain dari itu proporsi pemanfaatan lahan yang diusahakan oleh pengusaha besar lebih dominan bila dibandingkan dengan kawasan yang diusahakan oleh masyarakat. Dari hal di atas, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam penentuan kebijakan penyempurnaan rencana tata ruang sebagai acuan teknis dalam pemanfaatan ruang dan pengendaliannya.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi Kesesuain Lahan Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan dalam pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumber daya lahan yang terbatas, sementara juga melakukan tindakan konserpasinya untuk penggunaan di masa yang datang. Beberapa permasalahan dalam usaha penataan penggunaan lahan lingkungan hidup diantaranya adalah kurangnya informasi tentang potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan dan tindakan pengelolaan yang diperlukan bagi setiap areal lahan yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemanfaatan areal tersebut (Sitorus, 1998). Menurut
Hardjowigeno, S. 2001, sistem evaluasi kesesuai lahan
memiliki beberapa ciri yaitu: a.
Sebagai suatu cara dalam menjadwal permintaan pemakai.
b.
Sebagai suatu cara pengumpulan, penyimpanan, analisis, penyajian informasi lahan dan potensi penggunaannya.
c.
Sebagai suatu cara pemanggilan kembali dan manipulasi informasi.
2.2. Penataan Ruang Dalam kerangka perencanaan wilayah, yang dimaksud dengan ruang wilayah adalah ruang pada permukaan bumi dimana manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Ruang didefenisikan sebagai wadah lapisan atas pada permukaan bumi termasuk apa yang ada di atasnya dan yang ada di 7 Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
bawahnya sepanjang manusia masih dapat menjangkaunya. Dengan demikian, ruang adalah lapisan atas permukaan bumi yang berfungsi menopang kehidupan manusia dan mahluk lainnya. (UU No. 24/1992 Bab I pasal 1) Perencanaan
ruang
wilayah
adalah
perencanaan
penggunaan/pemanfaatan ruang wilayah yang intinya adalah perencanaan penggunaan lahan (land use planning) dan perencanaan pergerakan pada ruang tersebut. Menurut undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang disebutkan bahwa penataan ruang adalah suatu upaya untuk mewujudkan tata ruang yang terencana melalui suatu proses yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang satu dengan yang lainnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Menurut Undangundang nomor 24 tahun 1992 pasal 9 ayat 1, penataan ruang berazaskan: a.
Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan.
b.
Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. Penataan ruang bertujuan untuk terselenggaranya penataan ruang yang
berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budi daya sehingga terciptanya pengaturan pemanfaatan ruang yang berkualitas. Upaya penantaan ruang ini juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan sangat penting dalam kaitannya dalam pembangunan ekonomi (Darwanto, 2000). Sedangkan menurut Rustiadi 2004, penataan ruang pada dasarnya merupakan perubahan yang disengaja. Dengan memahaminya sebagai proses pembangunan melalui upaya-upaya perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik,
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
maka penataan ruang merupakan bagian dari proses pembangunan. Penataan ruang mempunyai tiga urgensi, yakni: a.
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya (prinsip produktifitas dan efisiensi).
b.
Alat dan wujud distribusi sumber daya (prinsip pemerataan, keberimbangan dan keadilan).
c.
Keberlanjutan (prinsip sustainability). Konsep penataan ruang dapat menjadi aktifitas yang mengarahkan
kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha. Penataan ruang bukanlah suatu tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan, dengan demikian kegiatan penataan ruang tidak boleh berhenti dengan diperdakannya rencana tata ruang kabupaten, tetapi penataan ruang harus merupakan aktifitas yang terus menerus dilakukan untuk mengarahkan masyarakat suatu wilayah guna mencapai tujuan-tujuan pokoknya (Darwanto, 2000). Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan lindung seperti suaka alam, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, pantai berhutan bakau dan sebagainya, serta kawasan budi daya seperti pemukiman, pertanian, perkebunan, dan sebagainya, sedangkan berdasarkan aspek administratif, penataan ruang meliputi ruang wilayah nasional, wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota yang dalam penyusunannya melalui hirarki dari level yang paling atas ke level yang paling bawah agar penataan ruang dilakukan secara terpadu. RTRW Nasional merupakan perencanaan makro strategi jangka panjang dan horizontal waktu hingga 25-50 tahun ke depan dengan menggunakan skala penelitian 1 : 1.000.000, RTRW provinsi merupakan perencanaan makro strategis
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
jangka menengah dengan horizontal waktu 15 tahun pada skala ketelitian 1 : 250.000, sementara RTRW kabupaten dan kota merupakan perencanaan mikro operasional jangka menengah (5-10 tahun) dengan skala ketelitian dengan 1 : 20.000 hingga 1 : 10.000, yang kemudian diikuti dengan rencana-rencana rinci yang bersifat mikro operasional jangka pendek dengan skala ketelitian di bawah 1: 5.000 (Departemen Perikanan dan Kelautan, 2002). Dalam kerangka penataan ruang secara nasional, ada beberapa permasalahan diantaranya adalah terjadinya tumpang tindih penanganan pemanfaatan sumber daya alam yang memicu terjadi berbagai persoalan lainnya, tingginya alih fungsi (konversi) lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian. Permasalahan tersebut timbul karena masih kurangnya perhatian atau program pembanguan yang mengarah pada pemanfaatan ruang secara benar dan konsisten serta sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat, potensi sumber daya alam dan lingkungan. (Undang-undang nomor 24 tahun 1992). Undang-undang nomor 24 tahun 1992 menyatakan bahwa RTRW kabupaten/kota
merupakan
pedoman
yang
digunakan
untuk
perumusan
kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antara wilayah kabupaten/kota serta keserasian antar sektor, juga menjadi pedoman dalam pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan. Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga pola pengelolaan tata guna tanah. Menurut PP nomor 16 tahun 2004, penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
pemanfaatan tanah kondisi pengelolaan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam rencara tata ruang wilayah Kabupaten/Kota. Perencanaan tata ruang merupakan perumusan tata ruang secara optimal dengan orientasi produksi dan konservasi bagi kelestarian lingkungan. Perencanaan tata ruang wilayah mengarah dan mengatur alokasi pemanfaatan ruang, mengatur alokasi kegiatan, keterkaitan antar fungsi kegiatan serta indikasi program dan kegiatan pembangunan. Hasil perencanaan tata ruang yang disebut rencana tata ruang sesungguhnya adalah konsep, ide dan merupakan instrumen pengendalian pembangunan suatu wilayah pemerintahan yang menjadi pegangan bersama segenap aktor pembangunan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta (Darwanto, 2000) Idealnya suatu wilayah tata ruang disusun berdasarkan aspirasi kebutuhan masyarakat yang dirumuskan dan dianalisis dengan metode dan teknik perencanaan. Rencana tata ruang pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk terncapainya kesejahteraan manusia/makhluk hidup, kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan (sustainability of development), jadi tata ruang merupakan suatu bentuk instrumen publik yang bersama-sama dengan bentuk-bentuk instrumen publik yang lain, misalnya kebijaksanaan tentang penganggaran sektor publik dan peraturan perlindungan lingkungan hidup untuk mencapai kehidupan publik yang lebih baik.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan ruang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan dan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW baik nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Selain merupakan proses, penataan ruang sekaligus juga merupakan instrumen yang memiliki landasan hukum untuk mewujudkan sasaran pengembangan
wilayah
( Zainuddin. 2004). Rencana pemanfaatan dan pengendalian ruang, merupakan suatu perencanaan tata ruang yang disusun suatu saat tertentu (waktu tertentu pula). Landasan hukum dalam pelaksanaan tata ruang adalah Undang-undang nomor 24 tahun 2002 tentang penataan ruang, undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah,
Undang-undang
nomor
25
tahun
1999
tentang
pertimbangan keuangan antara pusat dan daerah PP nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, dan PP nomor 69 tahun 1966 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang. Pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam. Wujud pola pemanfaatan ruang diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran pemukiman, tempat kerja,
industri dan pertanian serta penggunaan tanah
pembangunan pedesaan dan perkotaan. Pendekatan pembangunan melalui sistem ruang akan bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam usaha pemanfaatan dan penataan ruang suatu wilayah baik dalam skala nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota, karena dalam penyusunan program-program
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
pembangunan secara konsisten dapat terwujud jika konsep dan penataan ruang dapat di wujudkan dalam struktur yang menggambarkan ikatan pemanfaatan ruang yang terpadu dari berbagai sektor pembangunan (Budi Harsono, 2001). Fungsi penataan ruang dalam kebijakan pembangunan daerah adalah sebagai mata ruang dari kebijakan pembangunan daerah, merupakan pedoman untuk menetapkan lokasi bagi kegiatan pembangunan dalam pemanfaatan ruang yang
dituangkan
dalam
rencana
tata
ruang, dan sebagai alat untuk
mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan pemanfaatan ruang bagi kegiatan yang memerlukan ruang, sehingga dapat menyelaraskan setiap program antar sektor yang terlibat. Pada tahap pemanfataan ruang khususnya di tingkat Provinsi masih di temui berbagai kendala yang diantaranya di sebabkan oleh belum adanya persamaan persepsi dalam memahami kebijakan penataan ruang sehingga kebijakan penataan ruang belum sepenuhnya dapat di tindak lanjuti dalam kebijaksanaan institusi masing-masing. Hal lain adalah ketidakpastian alokasi anggaran daerah dalam mewujudkan apa yang telah direncanakan dari rencana tata ruang (Saromi 2004).
2.3. Analisa SWOT Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan ( strengths ) dan peluang ( opportunities ), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (threats).
Proses pengambilan
(weakness) dan ancaman
keputusan strategi selalu berkaitan dengan
pengembangan misi , tujuan , stratege , dan kebijakan (Rangkuti 2000).
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Dalam analisa SWOT terdapat dua faktor yang harus dipertimbangkan , yaitu lingkungan Internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Menurut Pearce II dan Robinson (1991), kekuatan (strengths) adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar, kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan dalam sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja; Peluang (opportunities) merupakan situasi yang menguntungkan, berbagai kecendrungan, peraturanperaturan dan perubahan teknologi. sedangkan ancaman (threats) adalah situasi yang tidak menguntungkan atau rintangan. Dalam melakukan analisis SWOT dapat ditemukan masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya kegagalan dalam mempersentasikan hasil analisis SWOT. Menurut Salusu ( 1996 ) , masalah tersebut adalah sebagai berikut -
The missing link problem, atau masalah hilangnya unsur keterkaitan , yang merujuk pada kegagalan dalam menghubungkan eveluasi terhadap faktor eksternal dengan evaluasi terhadap faktor internal.
-
The blue sky problem , atau masalah langit biru. Para pengambil keputusan bersikap terlalu optimistis dalam melihat peluang , yang berakibat munculnya penilaian atas faktor-faktor internal dan eksternal yang tidak cocok.
-
The silver lining problem , para pengambil keputusan memandang remeh akan pengaruh dari ancaman lingkungan yang sangat potensi yang datafsirkan sebagai akan mendapatkan keberuntungan.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
-
The all things to all people problem , Para pengambil keputusan cendrung memusatkan perhatiannya pada kelemahan-kelemahan organisasinya dan kurang melihat potensi kekuatan yang dimilikinya.
-
The putting the car before the horse problem , menempatan kereta di depan kuda adalah suatu aktifitas terbalik. Para pengambil keputusan langsung mengembangkan strategi dan rencana tindak lanjut sebelum menentukan kebijaksanaan strategi yang akan di jalankan organisasinya.
2.4. Kerangka Pemikiran Bapeda Kabupaten Gayo Lues ( 2004-2014 ) , menyebutkan bahwa sejalan dengan terbentuknya Kabupaten Gayo Lues , maka produk RTRWK Aceh Tenggara yang hingga saat ini masih digunakan didalam pelaksanaannya banyak ditemukan ketidak sesuaian antara rencana dengan kenyataan di lapangan. Hal ini menyebabkan adanya indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang Kabupaten Gayo Lues. Berdasarkan hal tersebut kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian penggunaan lahan saat ini berdasarkan
kesesuaian lahannya. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang RTRW Kab Gayo Lues di antaranya disebabkan oleh belum dipertimbangkannya kondisi alam seperti ketersediaan lahan , daya dukung lahan, dan lingkungan serta kondisi sosial budaya masyarakat setempat ( respon masyarakat, tradisi dan kebiasaan yang sudah turun temurun dan lain-lain ). Dari penyimpangan yang terjadi dilakukan pendekatan analisis spasial dan analisis strategi terpadu. Analisis spasial menggunakan data skunder bappeda,,
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
sedangkan analisis strategi terpadu menggunakan pendekatan system SWOT, agar proses dan hasil model strateginya memiliki tingkat integritas keilmuan lintas disiplin yang konprehensif. Pendekatan system yang ada dengan system analisis strategis dilakuakan dengan menggunakan analisis SWOT, yang akan menghasilkan : a. Peubah-peubah bersifat strategis unsur Internal (kekuatan dan kelemahan), dan eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh dalam pemanfaatan ruang. b. Nilai pengaruh peubah-peubah bersifat strategis tersebut.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Diagram Kerangka Pemikiran Disajikan Pada Gambar 2.1. Penataan ruang
Perencanaan Tata Ruang
Pemanfaatan Ruang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Rencana Tata Ruang Kabupaten Gayo Lues 2003-2013
Ya
Tidak Penyimpangan
Ya
Pendekatan Sistem
Peubah Unsur SWOT Nilai Pengaruh
Analisis Strategis Analisis SWOT- Peubah Diagram dan Matrik SWOT Strategi Pemanfaatan Ruang Arahan Strategi Pemanfaatan Ruang
Kebijakan Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan Ruang sudah optimal
Keterangan :
: ruang lingkup penelitian Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gayo Lues provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan luas wilayah, 571.967 Ha. Kabupaten Gayo Lues secara administratif meliputi 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Blangkejeren, Pindieng, Kuta Panjang, Rikit Gaib dan Kecamatan Terangon. Dengan batas-batas wilayah : -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh timur, aceh tengan dan Nagan Raya.
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara Dan Aceh Barat Daya.
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Aceh Tamiang dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Aceh Barat Daya. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai Oktober 2006
sampai dengan Desember 2006, sedangkan analisis data dan penyusunan tesis selama 3 bulan dari Oktober sampai Januari 2007.
3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara, yakni melalui wawancara mendalam dan pertanyaan terstruktur berbentuk kuisioner. Kriteria responden yang digunakan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Responden ditentukan dengan cara purposive sampling atau ditentukan secara sengaja berdasarkan hasil
18 Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
survey dan informasi yang didapat. Pertimbangan responden adalah aktor atau pengguna lahan (stakeholders) yang
terdiri dari 11 orang yaitu, pemerintah/
Birokrat, Swasta, masyarakat, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Responden yang dimaksud adalah responden yang terlibat langsung atau yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti dengan baik pemasalahan yang terkait dengan pemanfaatan wilayah. Menurut David 1997, dalam analisis ini untuk menentukan responden tidak ada jumlah minimal yang harus dipenuhi, sepanjang responden yang dipilih adalah orang-orang yang memahami bidang yang dijalaninya. Namun demikian semakin banyak responden yang dilibatkan akan semakin baik untuk mengurangi subjektipitas.dalam penelitian ini jumlah responden Data primer digunakan untuk perumusan strategi dalam penyempurnaan rencana tata ruang. Sedangkan data skunder meliputi peta penggunaan lahan (saat ini), RTRW Kabupaten Gayo Lues, peta jenis tanah, peta jenis kelerengan, peta ketinggian, peta kedalaman tanah, peta draenase, peta curah hujan yang dikumpulkan instansi terkait seperti Bappeda, kantor pertanahan nasional, Bakosurtanal, direktorat giologi tata lingkungan dan sumber daya mineral, dsb. Jenis, sumber, cara pengumpulan dan analisis data berdasarkan tujuan yang dicapai disajikan pada tabel 3.1. sedangkan jenis dan sumber data yang digunkan seperti pada tabel 3.1.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.1. Jenis, Sumber, Cara Pengumpulan Dan Analisis Data Berdasarkan Tujuan Yang Dicapai. No 1
Tujuan Merumuskan arahan srtrategi dalam perencanaan tata ruang.
Data yang dikumpulkan Peta jenis tanah, peta lereng, peta ketinggian, peta kedalaman, efektif tanah, data dan peta curah hujan, peta garis pantai, peta sebaran sungai/ danau/ situ/ kawasan cagar alam/suaka marga satwa dan sebagainya. Peta pengaunaan lahan saat ini, RTRW. Faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan, dalam pemanfaatan ruang.
-
-
Sumber data dan cara pengumpulan BPN, Direktorat geologi tata lingkungan dan sumber daya mineral, bakosurtanal, dinas kehutanan, dinas pertanian. Data skunder. Bappeda, CIFOR. Data Preimer a. Depth interview. b. Kuisioner
Analisis data Overlay, buffer, pengkelasan kesesuaian lahan.
SWOT
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2. Jenis Data Dan Sumber Data Yang Digunakan No Jenis data
Skala
Tahun
Bentuk data
Sumber
1
1 : 100.000
1992
Hardocopy (digitasi)
BPN Kabupaten Gayo Lues
1 : 25.000
1999
Digital
Bakosurtanal
Direktorat Giologi Tata lingkungan Bappeda Kabupaten Gayo Lues CIFOR
2.
Peta jenis tanah. Peta kedalaman efektip Peta drainase Peta rupa bumi indonesia - peta kontur (kelrengan,ketinggian) - peta garis pantai - peta sungai - peta sebaran danau/Situ
3.
Peta Hidrogeologi
1 : 100.000
1990
Hardocopy (digitasi)
4.
Peta dan Dokumen RTRW tahun 1999 sampai dengan 2009
1 : 50.000
1999
Hardocopy (digitasi)
5.
Peta penguanaan lahan 2003
1 : 50.000
2005
Digital
6.
Data dan peta curah hujan
1 : 25.000
19922002
Digitasi/interp olasi
7.
Peta kawasan hutan saat ini
1 : 100.000
1999
Hardocopy (digitasi)
Dinas Pertanian Kabupaten Gayo Lues Dinas Kehutanan Kabupaten Gayo Lues
3.3. Metode Analisa Data Ada dua analisis yang digunakan, yakni analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis), analisis strategi menggunakan SWOT (Strength, Weakneess, Opportunity, Threats. Analisis kesesuain lahan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kesesuaian kawasan budidaya untuk ini sebelum ditetapkan kawasan budidaya dan non budidaya dengan memakai kriteria TGHK (Tata Guna Hak Kesepakatan).
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Penentuan kawasan lindung menggunakan kepres no 32 tahun 1990 dan penentuan fungsi hutan menggunakan SK Mentri Pertanian no.837/kpts/ UM/II/1980. 1. Kriteria penentuan kawasan lindung (Kepres No.32 thn 1990) - Kawasan Hutan Lindung. a. kawasan hutan dengan faktaor-faktor lereng, jenis tanah, curah hujan dengan skor > 175. b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan > 40% c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian > 2000 M diatas permukaan laut. - Sempadan Pantai a. Daratan sepanjang tepian yang lebarnya propesional dengan bentuk dan konsisi pisik pantai minimal 100M dari titik pasang tertinggi kearah darat. - Sempadan Sungai a. Sekurang-kurangnya 100M dari kiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri kanan anak sungai yang berada diluar pemukinan. b. Untuk sungai dikawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi aantara 10-15 M. - Sempadan Situ a. Daratan sepanjang tepian situ yang lebarnya propesional dengan bentuk dan kondisi fisik situ antara 50 – 100m dari titik pasang tertinggi kearah darat.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
- Sempadan Mata Air a. Sekurang-kurangnya radius 200 M sekitar mata air. 2. Kriteria penentuan kawasan budidaya - Hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap. a. Kawasan hutan dengan faktor lereng, jenis tanah, curah hujan dengan skor 124- 175 untuk hutan produksi terbatas dan jumlah skor < 124 untuk hutan prosduksi tetap. - Sawah tadah hujan tanpa irigasi. a. terletak pada keimiringan/ kelerengan < 3%. b. terletak pada ketinggian < 500M. c. Draionase terhambat. d. kedalaman efektif tanah > 75 cm. - Pemukiman. a. Terletak pada kemiringan / kelerengan 0-15 %. b. Drainase baik- agak baik. c. kedalaman efektif tanah sangat dangkal ( <25cm) – dangkal (2550 cm). Analisis untuk sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan situ, dan sempadan mata air dilakukan dengan membuat buffer sesiau kepres no.32 thn 1990 tentang pengolahan kawasan
lindung. Sempadan sungai dibuat dengan
buffer 100M kirikanan sungai (sungai besar), sempadan pantai dibuat dengan buffer 100M dari titik pasang tertinggi kearah darat, sempadan situ/ danau dibuat dengan buffer 50 m dari titik pasang tertinggi kearah darat yang lebarnya profesional dengan bentuk dan kondisi fisik situ/ danau dengan asumsi bentuk dan
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
kondisi fisiknya seragam dan sempadan mata air dibuat dengan buffer jari-jari 200 M sekitar mata air. Analisis kesesuaian lahan untuk pungsi hutan menggunakan scorring, tumpang susun ( Overlay), sedangkan untuk sawah tadah hujan tanpa irigasi dan pemukiman menggunakan tehnik tumpang susun (overlay). Perpangkatan (scooring) untuk pungsi hutan dan perkerasan untuk sawah hujan tambah, irigasi dan pemukinan berturut-turut tertera pada gambar 3.2, 3.3, 3.4. Dalam penelitian ini kelas kesesuaian dibagi kedalam 5 kelas (untuk sawah tadah hujan tampa irigasi dan pemukiman), yakni : a. Kelas S1 : sangat sesuai (highlysutable) Lahan tidak mempunyai pembatasa yang bereat untuk suatau penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak baerpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa deberikan. b. Kelas S2. Sesuai (suitaible) Lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produkstivitas lahan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkantkan masukan untuk mengusahakan arahan tersebut. c. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable) Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat cukup berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan. d. Kelas N1 : tidak sesuai saat ini ( kurrntelly nots suitable)
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lahan yang batas sangat berat tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional. e. Kelas N2 : tidak sesuai permanen (permanently nots suitable) Lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu peggunaan yang lestari. Penkelasan tersebut ( sawah tadah hujan tanpa irigasi dan pemukiman ) kemudian dibagi 2 kelas yakni kelas sesuai dan kelas tidak sesuai dimana kelas S1, kelas S2, dan kelas S3 dikelompokkan menjadi kelas sesuai dan kelas N1/N2/dikelompokkan menjadi kelas tidak sesuai. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk pungsi hutan adalah sebagai berikut : Kelerengan
Jenis tanah
Peta kesesuaian lahan untuk pungsi hutan
Intensitas Curah Hujan
Gambar 3.2. Tumpang Susun (Overlay) Pada Evaluasi Lahan Untuk Fungsi Hutan.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk sawah tadah hujan tanpa irigasi adalah sebagai berikut :
Kelerengan
Ketinggian
Kedalaman efektif
Peta kesesuaian lahan untuk sawah tadah hujan tanpa irigasi
Drainase Gambar 3.3. Tumpang susun (overlay) pada evaluasi lahan untuk sawah tadah hujan tanpa irigasi
Kelerengan
Kedalaman efektif
Peta kesesuai lahan untuk pemukiman
Drainase Gambar 3.4. Peta Kesesuai Lahan Untuk Pemukiman
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
3.3.1. Analisa Strategi. Perangkat analisa data yang digunakan adalah Interval Factor Evaluation Matrix dan External Factor Evaluation Matrix, diagram SWOT dan Matrixs SWOT. a. Internal Factor Evaluation Matrix dan External Factor Evaluation Matrix Matrix IFE (tabel 3.3) dan Matrix EFE (tabel 3.4) digunkan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal serta mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman kemudian dilakukan pembobotan. Tabel 3.3 Matrix Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor strategi internal Kekuatan 1. … 10 kelemahan 1. … 10 Jumlah Sumber : David (1997)
Bobot
Rating
Skor=bobot x Rating
Tabel 3.4. Matrix Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor strategi Eksternal
Bobot
Rating
Skor = bobot x Rating
Peluang 1. … 10 Ancaman 1. … 10 Jumlah Sumber : David (1997)
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Menurut Rangkuti (2000), tahap-tahap untuk mengidentifikasikan peubah-peubah internal dan eksternal dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut : 1. Menentukan faktor-faktor strategis internal yangt menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman (pada kolkom 1). 2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut (pada kolom 2). 3. Menghitung rating baik pada matrix IFE dan EFE untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (porr) guna mengidentifikasikan kelemahan utama, kekuatan uatama, peluang dan ancaman beserta nilai pengaruhnya. (pada kolom 3) 4. Mengalikan bobot kolom 2
dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan yang menunjukkan nilai pengaruh faktor (pada kolom 4) 5. Menjumlahkan bobot skor pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembonbotan.
b. Diagram SWOT Diagram SWOT merupakan perpaduan antara perbandingan kekuatan dan kelemahan (diwakili garis horizontal) dengan perbandingan peluang dan ancaman (diwakili garis vertikal). Pada diagram tersebut kekuatan dan peluang diberi tanda positif, sedangkan peluang ancaman diberi tanda negatif. Dengan menempatkan selisih nilai kekuatan (S) – kelemahan (W) pada sumbu (x), dan
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
menempatkan selisih nilai anatara peluang (O) – ancaman (T) pada sumbu (y), maka ordinat (x,y) akan menempati salah satu sel dari diagram SWOT. Letak nilai S – W dan O – T dalam diagram SWOT akan menentukan arahan strategi pemanfaatan ruang. Peluang (O)
Sel 3
Sel 1
Kelemahan (W)
Kekuatan (S) Sel 4
Sel 2
Ancaman (T) Gambar 3.5. Diagram SWOT.
Setiap sel pada diagram SWOT memperlihatkan ciri yang berbeda, sehingga diperlukan strategi yang berbeda dalam penggunaanya. Dengan diagram SWOT yang dibuat berdasarkan nilai pengaruh unsur SWOT akan dapat dirumuskan bentuk strategi tepat (Pearce & Robinson 1991).
c. Matrix SWOT Matrix SWOT (pada tabel 3.5) digunakan untuk menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapai dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.5. Matrix SWOT Strategths (S) Tentukan 1-10 keakuatan internal Opptunities (O) Tentukan 1 – 10 peubah peluang eksternal Treats (T) Tentukan 1 – 10 peubah peluang eksternal
Strategy SO Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan memanfaatkan peluang Strategy ST Ciptakan strategi menggunakan kekuatan mengatasi ancaman
yang untuk
yang untuk
Weakness (W) Tentukan 1-10 kelemehan internal Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategy WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.
Sumber : Rangkuti (2000)
Matriks ini dapat menghasilkan 4 kemungkinan alternatif strategi yaitu SO, ST, WO, dan WT. Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada dan strategi WT adalah strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2000).
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian Secara geografis Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yang terletak pada posisi 030 40’ 32”-040 16’ 37” LU dan 960 48’ 31”-970 56’ 08” Bujur Timur. Kabupaten Gayo Lues dengan ibu kota Blangkejeren merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara. Kabupaten Gayo Lues secara administratif meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu Blangkejeren, Pining, Kuta Panjang, Rikit Gaib, Terangun, dengan luas keseluruhan 5.719,580 Km2 atau 571.958 Ha. Lebih jelasnya data luas setiap kecamatan di Kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Data Luas Setiap Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues No
Kecamatan
Luas 2
Km 1 Blangkejeren 1.694,180 2 Pining 1.167,140 3 Kuta Panjang 705,480 4 Rikit Gaib 595,375 5 Terangun 1.107,425 Jumlah 5.719,580 Sumber : Gayo Lues dalam angka 2004
Ha 169.718,0 161.714,0 70.548,0 59.537,5 110.742,5 571.958,0
(%) 29,62 28,27 12,33 10,40 19,36 100,00
Kondisi fisik geografi yang demikian mengakibatkan adanya keterkaitan yang kuat dalam intraksi dan dinamika perkembangan sosial, ekonomi dan budaya antar Kabupaten Gayo Lues dengan Kabupaten lain yang ada di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, terdapat peluang terlaksananya kerja sama antar daerah sesuai dengan spesifikasi
31 Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
dan karakteristik sosial dan ekonomi masing-masing daerah. Hal ini akan dapat dilaksanakan jika didukung oleh aksesibilitas yang memadai.
4.2. Penggunaan Lahan Berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Gayo Lues tahun 2002, diketahui Kabupaten Gayo Lues memilki luas wilayah sekitar 571.967 Ha. Sebagian besar 441.935 Ha (77,27%) merupakan kawasan lindung dan hanya sekitar 130.032 Ha (22,73%) merupakan kawasan budidaya. Luas penggunaan lahan masing-masing kecamatan (Ha) dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Luas Penggunaan Lahan Masing-Masing Kecamatan Di Kabupaten Gayo Lues
Terangun
Rikit Gaib
Kuta Panjang
Blangkeje ren
Pining
(%)
104
201
141
533
314
0,23
1.087
1.823
2.469
2.931
470
1,54
758
202
140
1.275
879
0,57
-
-
125
3.618
1.225
0,87
416
163
115
18.312
1.190
3,51
Hutan
85.206
41.153
48.559
131.619
89.981
69,32
Belukar
3.854
1.071
10.007
28.870
5.714
8,65
Hutan Sejenis
19.048
12.232
8.990
29.726
7.515
13,55
Semak
269
2.802
-
4.248
2.712
1,75
Jumlah
110.742
59.547
70.546
221.132
110.0
100,0
Penggunaan Perkampungan Sawah Tergalan Kebun Rakyat Kebun Campuran
Sumber : BPS Kab.Gayo Lues 2000 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa Kabupaten Gayo Lues didominasi oleh kawasan hutan, diikuti oleh hutan sejenis (pinus) dan semak belukar. Selain itu, dari luasan belukar merupakan indikator bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Gayo Lues sangat tidak efesien. Areal yang belum dimanfaatkan terbesar di
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Gayo Lues, dengan cadangan lahan yang paling luas berada pada kecamatan pining diikuti Blangkejeren, Terangun, Kuta Panjang, Rikit Gaib. Sementara itu, saat ini yang menjadi kendala dalam pembangunan pertanian Kabupaten Gayo Lues adalah lahan yang tersedia tidak berada dalam satu hamparan dan pertanian yang berskala besar hanya bisa dilakukan di kecamatan Pindieng, Blangkejeren, dan Terangun. Kesesuaian
lahan
sangat
diperlukan
dalam
mempertimbangkan
penggunaan lahan. Kesesuaian lahan yang dimaksud adalah suatu wilayah yang secara fisik, kimia, agroekologis dan sosial ekonomi layak untuk dikembangkan menjadi suatu jenis pemanfaatan ruang scara ekonomis. Sebagai gambaran, di Kabupaten Gayo Lues pada tahun 1993 memiliki kondisi sebagai berikut: 1. Kebun rakyat/tanaman berpotensi seluas 66.496
Ha, sudah dimanfaatkan
1.131 Ha (1,70%) atau masih sesuai untuk dikembangkan seluas 65.365 Ha (98,30%) 2. Lahan kering/tanaman semusim berpotensi seluas 30.112 Ha, telah terpakai 2.027 Ha (6,73%) dan masih sesuai untuk dikembangkan seluas 28.085 Ha (93,27%). 3. Lahan basah/sawah berpotensi seluas 20.017 Ha, telah dimanfaatkan seluas 10.234 Ha (51,13%) dan masih sesuai untuk di kembangkan dengan luas 9.783 Ha (48,87%)
4.3. Topografi dan Geologi/Fisiografi Lahan Bentuk fisiografi lahan di Kabupaten Gayo Lues merupakan wilayah pegunungan bukit barisan. Secara morfologi, wilayah perencanaan dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu:
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
•
Daerah perlembahan merupakan wilayah datar yang diapit oleh daerah pegunungan. Bentuk fisiografi yang dijumpai berupa datar sampai berombak. Daerah ini merupakan daerah yang telah berkembang untuk daerah pemukiman dan pertanian. Fisiografi lahan pada daerah ini umumnya ditempati oleh endapan/Allivial Quartier.
•
Daerah perbukitan terhampar pada daerah yang mengelilingi daerah pemukiman dan pertanian. Daerah ini memiliki lereng dengan kemiringan 1540% dengan bentuk wilayah (fisiografi berbukit). Sungai yang mengalir membentuk pola aliran dentrit dan sejajar. Kawasan ini bayak dibudidayakan untuk kawasan budidaya pertanian.
•
Daerah pegunungan, terdapat dibagian pinggir yang mengelilingi wilayah Kabupaten Gayo Lues yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Timur, Aceh Tenggara dan Aceh Barat Daya. Didaerah di jumpai lereng-lereng yang terjal dengan lembah-lembah yang sempit. Kawasan ini umumnya kawasan hutan, baik hutan primer maupun hutan pinus.
4.4. Jenis Tanah Jenis tanah yang dijumpai di Kabupaten Gayo Lues secara umum terdiri dari berbagai jenis tanah yaitu tanah, entisol, ultisol, inseptisol,enfisol, oxisol.jenis tanah entisol terdapat di wilayah sungai dan persawahan, ultisol terdapat di komplek perumahan Pemda, inceptisol terdapat di daerah Blangtenggulung, dan oxisol terdapat di daerah-daerah pegunungan seperti leme dan kalapinang. Jenis tanah ini mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kesesuain tanaman yang dapat dikembangkan. Luas wilayah Kabupaten Gayo Lues berdasarkan jenis tanah disajikan pada Tabel 4.8.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.8. Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Bedasarkan Jenis Tanah No 1 2 3 4 5 6
Luas
Jenis Tanah
Ha 1.025 6.760 99.659 13.671 401.242 40.374 571.958
Aluvial Hidromorf (entisol) Hidromorf Kelabu (entisol) Kambisol (ultisol) oxisol PMK(alfisol) Podsolik Coklat (inceptisol) Total
% 1,79 1,18 17,42 2,39 70,15 7,06 100,00
Sumber : BPN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 4.4.1. Kedalaman Efektif Kedalaman efektif tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman karena berhubungan dengan kemungkinan akar tanaman menembus lapisan tanah. Tanah dengan solum yang dalam mempunyai kualitas tanah baik. Secara rinci luas wilayah di Kabupaten Gayo Lues berdasarkan kedalaman efektif tanah disajikan pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan Kedalaman Efektif. Luas Wilayah Kedalaman Efektif No
Kecamatan
30-60 cm Ha
Luas Wilayah
60-90 cm
%
Ha
%
Ha
%
1
Blangkejeren
111.015
65,53
58.403
34,47
169.418
29,62
2
Pining
150.728
93,21
10.986
6,79
161.714
28,27
3
Kuta Panjang
50.531
71,63
20.015
28,37
70.546
12,33
4
Rikit Gaib
48.277
81,00
11.310
19,00
59.538
10,41
5
Terangun
85.574
77,27
25.166
22,73
110.743
19,36
Jumlah
446.125
77,99
125.883
22,01
571.958
100,00
Sumber : BPN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Tanah di Kabupaten Gayo Lues merupakan tanah yang mengalamai pelapukan lanjut (tanah tua). Tanah ini mempunyai sifat peka terhadap erosi. Daerah Kabupaten Gayo Lues mampunyai dua kelas kedalaman efektif, yaitu kedalaman antara 30-60 cm dan 60-90 cm. tanah dengan kedalaman efektif antara
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
30-60 cm, sekitar 77,99% dari luas kabupaten yaitu 446.125 Ha. Kedalaman efektif ini umumnya dijumpai didaerah pegunungan yang telah mengalami erosi. Sedangkan kedalaman efektif tanah 30-60 cm terletak pada lereng 15-40% yang luasnya 22,01% dari luas keseluruhan Kabupaten Gayo Lues. 4.4.2. Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif jumlah bahan mineral yang terbentuk dari fraksi pasir, debu dan liat. Penyusunan tektur tanah berkaitan erat dengan kemampuan memberikan zat hara untuk tanaman, kelengasan tanah, perambatan panas, perambatan akar tanaman dan pengolahan tanah (BPN Provinsi NAD, 2003). Berdasarkan perbandingan fraksi liat, pasir dan debu, tekstur tanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu halus, sedang dan kasar. Tekstur halus merupakan tekstur tanah yang mempunyai liat yang tinggi. Tekstur sedang merupakan tanah yang mengandung lempung, sedangkan tekstur kasar merupakan tanah yang mengandung banyak pasir. Makin besar atau makin halus tekstur tanah, maka kualitasnya makin menurun, karena kemampuannya meresap air menjadi kurang baik (BPN Provinsi NAD, 2003). Tekstur tanah di wilayah Kabupaten Gayo Lues sebagian besar mempunyai tekstur halus, yaitu 429.526 Ha (75,10%) dari luas wilayah kabupaten dan tekstur sedang mempunyai luas 142.432 Ha (24,90%), sedangkan tekstur kasar tidak dijumpai, karena tekstur tanah ini merupakan tanah yang mengandung pasir.(RTRWK Kab.Gayo Lues, 2004). Lebih jelasnya mengenai penyebaran tekstur di wilayah Kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada tabel 4.10.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.10. Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan Tekstur Tanah No Tekstur Tanah 1 2 3
Halus Sedang Kasar Total
Luas Ha 429.526 142,432 571.958
% 75,10 24,90 100,00
Sumber : BPN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
4.4.3. Drainase Drainase menunjukkan kecepatan meresapnya air pada tanah atau keadaan yang menunjukkan lama atau seringnya air mengalami kejenuhan. Drainase yang dimaksud yaitu drainase permukaan berdasarkan perbandingan relatif lamanya air tergenang di permukaan tanah. Berdasarkan perbandingan relatif lamanya air tergenang di permukaan tanah, maka drainase dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu tergenang, kadang-kadang tergenang dan tidak pernah tergenang. (RTRWK Kab.Gayo Lues, 2004). Hampir 98,21% wilayah Kabupaten Gayo Lues tidak pernah tergenang (drainase baik), yaitu seluas 561.706 Ha, sedangkan drainase dengan kondisi kadang-kadang terdapat pada pinggir sepanjang sungai dengan penggunaan lahan sawah. Secara rinci kondisi drainase di wilayah Kabupaten Gayo Lues disajikan pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan Keadaan Drainase. No 1 2 3
Drainase Tidak pernah tergenang Tergenang periodik Tergenang terus Total
Luas Ha 561.706 10.252 571.958
% 98,21% 1,79 100,00
Sumber : BPN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.5. Hidrologi Secara umum sumber daya air yang dimanfaatkan di Kabupaten Gayo Lues dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu perairan terbuka dan air tanah. Perairan terbuka yang dapat di manfaatkan adalah sungai. Di Kabupaten Gayo Lues terdapat 7 (tujuh) wilayah daerah aliran sungai (DAS) yang terdiri dari 3 (tiga) DAS yang cukup besar, yaitu DAS Krueng Tripa, DAS Alas, dan DAS Krueng Tamiang. Sedangkan 4 (empat) DAS lainnya berada diantara kedua DAS diatas yaitu, Krueng Jamboaye dan Krueng Seumayam Batee, Krueng Baru-baru dan DAS Krueng Klut. Adapun luasan DAS yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Luas Wilayah Aliran Sungai dan Debit Air di Kabupaten Gayo Lues No
Nama DAS
Luas DAS (Ha)
1
Kr. Tripa
2
Kr. Jamboaye
9.094
3
Kr. Seumayam Bantee
15.386
4
Kr. Baru-baru
5.491
5
Kr. Kluet
26.939
6
Kr. Alas
105.583
7
Kr. Tamiang
182.226
Jumlah
571.958
227.239
Sumber: RTRWK Kabupaten Gayo Lues (2003)
4.6. Klimatologi/Iklim Kabupaten Gayo Lues secara umum mempunyai zona iklim B1 dengan jumlah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) masing-masing 9 dan 2 bulan. Rata-rata curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Gayo Lues tahun 2002 dapat dilihat pada tabel 4.13.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.13. Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Gayo Lues No
Bulan
Rata-rata Curah Hujan (mm)
Rata-rata Hari Hujan (hari)
1
Januari
177
14
2
Februari
149
14
3
Maret
201
17
4
April
455
13
5
Mei
320
19
6
Juni
240
13
7
Juli
71
7
8
Agustus
188
12
9
September
384
14
10
Oktober
498
22
11
November
145
7
12
Desember
423
20
270
14
Rata-rata
Sumber : BMG Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
4.7. Demografi (Penduduk) 4.7.1 Prakiraan Jumlah Penduduk Penduduk adalah obyek dan subyek yang merupakan sumber daya pembangunan yang merupakan potensi sumber daya yang memiliki peranan yang sangat strategis. Disamping itu, kualitasnywa mampu menjawab tuntutan kebutuhan pembangunan, khususnya dalam usaha meningkatkan kesejahteraan. Namun di sisi lain, penduduk itu sendiri dapat menjadi beban dan hambatan bagi pelaksanaan
pembangunan
apabila
kualitasnya
tidak
dapat
mendukung
pelaksanaan pembangunan tersebut. Lebih jelasnya mengenai jumlah dan proporsi penduduk Kabupaten Gayo Lues dalam 5 (lima) tahun terakhir (1996-2000) dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.14. Jumlah dan Proporsi Jumlah Penduduk di Kabupaten Gayo Lues Tahun 1997-2001. No
Jumlah Penduduk (Jiwa) pada tahun
Kecamatan
Proporsi
1997
1998
1999
2000
2001
(%)-2000
1
Blangkejeren
26.363
25.564
26.798
26.910
27.271
42,87
2
Pining
3.392
3.417
3.448
3.462
3.058
5,52
3
Kuta Panjang
13.109
13.154
13.153
13.169
13.181
20,98
4
Rikit Gaib
6.105
6.162
6.258
6.284
6.403
10,01
5
Terangon
12.061
12.656
12.888
12.961
13.699
20,64
Kab. Gayo Lues
61.030
61.953
62.545
62.766
64.032
100,00
Sumber: BPS kab.Gayo Lues, 2000
Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2001 sebanyak 64.032 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada tahun 1997 sebanyak 61.031 jiwa. Pada tahun 1997 jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues sebanyak 61.031 jiwa, dan meningkat menjadi 64.032 jiwa pada tahun 2000 dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk 1,20%. Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues yang mempunyai kegiatan tetap pada tahun 2001 adalah sebesar 21.266 jiwa atau 33,21% dari jumlah penduduk keseluruhan, atau 77,61% dari keseluruhan angkatan kerja (27.400 jiwa) di kabupaten tersebut. Sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Gayo Lues secara garis besar ada 5 (lima) sektor kegiatan yang mendominasi sumber pencaharian, yaitu sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa dan angkutan. Berdasarkan data dan informasi kegiatan perekonomian penduduk, masih sangat didominasi oleh jumah tenaga kerja di sektor pertanian. Pada tahun 2001 jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian pada sektor pertanian adalah sebesar 13.070 jiwa (61,45%) dari keseluruhan jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
tetap. Sedangkan sektor angkutan merupakan yang terkecil yaitu 524 jiwa (2,46%) (Gayo Lues dalam angka, 2001). 4.7.2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data penduduk diperkirakan konsentrasi penduduk wilayah Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2004-2014 yang paling tinggi terdapat di kecamatan Blangkejeren, yakni sebesar 37,78%. Tingginya konsentrasi jumlah penduduk di kecamatan tersebut, karena pada umumnya masyarakat cenderung mendekati daerah yang memiliki saran dan prasarana yang lebih lengkap serta kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik segi sosial, ekonomi, politik maupun budaya (RTRWK, 2003). Pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya kepadatan penduduk. Berdasarkan jumlah proyeksi jumlah penduduk dari beberapa kecamatan pada tahun 2014. Kecamatan terangon diperkirakan mempunyai kepadatan bersih (jiwa/luas pemukiman) sebesar 25 jiwa/Km2, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Pining dengan kepadatan jiwa/km2 (RTRWK, 2003). Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan ancaman terhadap kualitas lingkungan. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya lahan yang dibutuhkan penduduk setempat, baik yang berfungsi sebagai tempat tinggal maupun sebagai mata pencaharian. Peningkatan jumlah penduduk dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, karena dikhawatirkan akan terjadi alih fungsi lahan untuk pemukiman baru, areal pertanian dan perkebunan. Alih fungsi lahan juga dapat dipandang sebagai bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang di Kabupaten Gayo Lues.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.8. Sosial Ekonomi 4.8.1. Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi yang dibahas pada bagian ini mencakup pemerintahan, penduduk, dan tenaga kerja, infra struktur wilayah serta kontribusi wilayah terhadap perekonomian Kabupaten Gayo Lues. 4.8.2. Pemerintahan Kabupaten Gayo Lues terdiri dari 5 (lima) kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 66 desa. Menurut data terbaru, dalam waktu dekat Kabupaten Gayo Lues akan melakukan pemekaran kecamatan dan desa guna pemerataan pembangunan. Perincian jumlah desa untuk setiap kecamatan disajikan pada Tabel 4.15. Tabel 4.15. Jumlah Desa per Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues No Nama Kecamatan
Jumlah Desa
1
Blangkejeren
19
2
Kuta panjang
12
3
Rikit Gaib
13
4
Terangun
13
5
Pinding
9 Jumlah
66
Sumber: BPS kab.Gayo Lues, 2000
4.8.3. Fasilitas Pendidikan Faslitias pendidikan di Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2001 adalah Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidiyah (MI),
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Madrasah Aliyah (MA), dan Perguruan Tinggi (PT). secara keseluruhan tingkat fasilitas pendidikan masih belum merata pada semua kecamatan, terutama untuk pendidikan menengah baik
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
SLTP dan SLTA atau sederajat. Fasilitas tersebut perlu disediakan, mengingat jarak antar kecamatan tidak memungkinkan untuk sekolah di kecamatan lain. Jumlah fasilitas pendidikan tahun 2001 di kabupaten ini adalah 107 unit yang terdiri dari TK banyak 3 unit, SD sebanyak 78 unit, MI sebanyak 2 unit, SLTP sebanyak 10 unit, MTs sebanyak 2 unit, SLTA sebanyak 3 unit dan MAN sebanyak 1 unit. Sedangkan perguruan tinggi terdapat 2 unit, yang masih merupakan perwakilan dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 4.8.4. Fasilitas Peribadatan Penduduk Kabupaten Gayo Lues mayoritas beragama islam. Untuk pemeluk agama islam, fasilitas peribadatan yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues ini terdiri dari masjid, musholla, dan meunasah. Fasilitas ini telah menyebar merata di setiap kecamatan, namun secara kualitas perlu adanya renovasi fisik bangunan dan penambahan sarana prasarana pelengkap lainnya. 4.8.5. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesahatan yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues berupa Rumah Sakit. Puskesmas yang telah ada sebanyak 7 unit, puskesmas pembantu ada sebanyak 29 unit dan puskesmas keliling sebanyak 4 unit. Mengingat luas kabupaten ini cukup besar, dirasakan jumlah sarana kesehatan yang ada kurang memadai. Demikian juga dengan tenaga kesehatan seperti dokter hanya ada 7 orang dan bidan ada 26 orang. Jumlah ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dirasakan masih sangat kurang. 4.8.6. Fasilitas Pemerintahan Fasiltas pemerintahan Kabupaten Gayo Lues antara lain kantor Bupati, kantor DPRD dan beberapa kantor dinas di tingkat kabupaten serta lembaga-
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
lembaga tingkat kabupaten. Fasilitas tersebut pada umumnya adalah fasilitas tingkat kecamatan dan pembantu bupati sebelum Gayo Laues menjadi kabupaten. Pada umumnya fasilitas yang telah ada tidak memenuhi persyaratan sebagai kantor pemerintahan kabupaten. Sementara itu sebagian besar kantor baik untuk dinas maupun badan/lembaga lainnya masih menggunakan sekolah-sekolah. Pemanfaatan gedung sekolah sangat tidak bijaksana karena sangat mengganggu pendidikan di Kabupaten Gayo Lues.
4.9. Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan dilakukan pada dua kawasan yakni kawasan lindung dan kawasan budidaya. Setiap jenis penggunaan lahan dianalisis kesesuaiannya berdasarkan kriteria dan persyaratan penggunaan lahan. Kawasan lindung yang di analisis adalah hutan lindung, sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan mata air, dan sempadan situ/danau. Sedangkan kawasan budidaya yang dianalisis adalah hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, sawah tadah hujan tanpa irigasi, dan pemukiman. Penetapan alokasi ruang dalam perencanaan tata ruang dibangun berdasarkan metode dan kriteria dimana kriteria-kriteria tersebut belum secara tajam digariskan berdasarkan ketentuan hukum. Sejauh ini belum dapat diidentifikasi persyaratan teknis pemanfaatan ruang yang bersifat umum kecuali penetapan kawasan lindung yang diatur dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 dan secara parsial tentang penetapan hutan lindung berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/kpts/UM/II/1980. Kawasan lindung dianalisis dengan menggunakan kriteria yang terdapat dalam Keppres No 32 tahun 1990 tentang pengolahan kawasan lindung. Untuk
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
kawasan budidaya, penetapan lahan untuk hutan produksi tetap dan terbatas menggunakan SK Menteri Pertanian No. 837/kpts/UM/II/1980, sedangkan sawah dan pemukiman diidentifikasikan secara terpisah dengan mempertimbangkan masing-masing faktor pembatas.
4.10. Kawasan Lindung Deliniasi kawasan lindung di wilayah Kabupaten Gayo Lues dilakukan bedasarkan Keppres nomor: 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dengan tujuan untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan hidup sebagai dampak dari pembangunan itu sendiri. Luas kawasan lindung di Kabupaten Gayo Lues adalah seluas 210.971 Hektar atau 36,89 % dari luas wilayah secara keseluruhan. Luas kawasan lindung tersebut mempunyai proporsi 10,02 % dari kawasan lindung yang ditetapkan dalam RTRWK Provinsi Nanggro Aceh Darussalam. Secara keseluruhan hutan lindung di Kabupaten Gayo Lues terdapat pada setiap kecamatan dengan luasan yang dihasilkan dari penilaian kesesuaian lahan. Kecamatan Pindieng merupakan yang paling dominan kawasan lindung yaitu mencapai 68.853 hektar atau 32,64%, sedangkan kecamatan Kuta Panjang merupakan yang paling kecil luasan kawasan lindung yaitu 12.313 hektar atau 5,84% dari luas kawasan lindung yang direncanakan di Kabupaten Gayo Lues. Berdasarkan kajian, kawasan lindung di wilayah Kabupaten Gayo Lues terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan dibawahnya meliputi hutan lindung serta kawasan yang memberikan perlindungan setempat meliputi kawasan cagar budaya, sempadan sungai dan rawan bencana.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.10.1. Kawasan yang memberikan perlindungan dibawahnya. Hutan lindung adalah kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air , pencegahan banjir, erosi dan kesuburan tanah. Kawasan lindung ini termasuk dalam kawasan taman nasional gunung Louser dengan luas 195.677 ha atau 34,21% dari luas wilayah kabupaten Gayo Lues dari luas tersebut. Terlihat Kecamatan Blangkejeren yang paling luas TNGL nya yaitu mencapai 127.527 ha atau 65,17 % sedangkan Kecamatan Rikit Gait tidak terdapat kawasan TNGL:. Secara keseluruhan bila dilihat dari luasan dari kedua jenis kawasan yang dilindungi yaitu kawasan lindung dan TNGL, maka sebagian besar kabupaten gayo lues tidak dapat diusahakan dengan bebas, artinya keterkaitan dengan lingkungan sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Berdasarkan uraian diatas luas kawasan lindung secara keseluruhan adalah 406.648 ha atau 71,10% dari luas wilayah Kabupaten Gayo Lues. Untuk lebih jelas mengenai luasan dan penyebaran kawasan lindung dan taman nasional gunung louser dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.16. Fungsi Kawasan Lindung dan TNGL tahun 2013. No Kawasan Hutan Lindung Ha % 1 2 3 4 5
Blangkejeren Pinding Kuta Panjang Rikit Gaib Trangon Kab.Gayo Lues
31.537 68.853 12.313 31.832 66.436 210.971
14.45 32.64 5.84 15.09 31.49 100.0
Luas Lahan TNGL Ha % 127.523 31.398 36.425 0 327 195.677
65.17 16.05 18.61 0.00 0.17 100.0
Total Ha
%
159.064 100.251 48.738 31.832 66.763 406.648
39.12 24.65 11.99 7.83 16.42 100.00
Sumber : Bappeda Kab.Gayo Lues, 2003.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Kabijakan pemanfaatan ruang di kawasan ini ditentukan berdasarkan tujuan pemanfatannya yaitu mencegah terjadinya bencana dan menjaga kelestarian kawasan. Kebijakan pengembangan kawasan ini antara lain : 1. Pengendalian kegiatan budi daya yang telah ada dengan menetapkan kembali kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Gayo Lues yaitu yang di kenal dengan “Sarak Opat”. 2. Pengendalian fungsi kawasan hutan yang mengalami kerusakan terutama dengan sistem reboisasi atau penghijauan kembali hutan yang telah punah. 3. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan kepada kawasan hutan lindung (seperti penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan bencana alam) agar tidak mengganggu fungsi lindung. 4.10.2. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat 4.10.2.a. Kawasan sepadan sungai. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan kawasan sepanjang kiri kanan sungai yang berfungsi mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Luas kawasan sempadan sungai diwilayah Kabupaten gayo lues adalah sebesar 7.25 ha atau 1.78 % dari luas kawasan lindung keseluruhan luas sempadan sungai yang dimaksudkan diatas hanya sungai-sungai besar saja. 4.10.3. Kawasan Cagar Budaya Pelestarian cagar budaya dimaksudkan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa, berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional dan keragaman bentuk geologi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan. Kawasan tersebut dikabupaten gayo lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
cukup banyak untuk dapat dikembangkan menjadi objek wisata dan hal ini merupakan aset daerah diantaranya adalah kawasan danau marpunge, sumber air panas, air terjun, hutan wisata kedal dll. Kawasan ini tidak ada dalam peta yang tidak meningkatkan untuk dicantumkan, untuk itu diperlukan kajian khusus terdapat objek-objek yang dikembanghkan sebagai kawasan cagar budaya, terutama pada rencana tata ruang yang lebih detail, yang mengacu pada UU no.5 tahun 1992 tentang budaya cagar budaya. 4.10.4. Kawasan Rawan Bencana Alam. 4.10.4.a. Rawan Longsor Kawasan rawan beancana tanah longsor umumnya terjadi akibat proses perpindahan masa tanah oleh air pada wilayah yang mempunyai topograpi yang curam. Rawan longsor ini terjadi disepanjang jalan antara Gayo Lues ke Aceh Tenggara. Longsor ini terjadi apabila hujan turun dengan derasnya. (musim Penghujan). 4.10.4.b. Rawan Banjir. Wilayah rawan banjir ditemui diwilayah dataran sepanjang Kerueng Tripe. Banjir ini terjadi akibat penggundulan hutan dihulu sungai. Selain itu, bentuk sungai yang tidak lurus sehingga terhanbatnya aliran air, sehingga diwaktu hujan sering air meluap keatas permukaan sungai. Dengan kejadian banjir ini sering daerah pertanian terendam gagal panen. Analisis kesesuaian lahanpada daerah rawam banjir ini meliputi : -
Pengelolaan pertanian pada wilayah yang relatif tinggi dengan memperhatikan faktor konservasi alam.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
-
Pengelolaan
kawasan
kritis
mengadakan
penghijauan
kembali
(Reboisasi). -
Perlu adanya penerapan sepadan sungai secara tegas dan penentuan jenis tanaman disepadan sungai.
4.11. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. Kawasan budi daya yang dianalisis terdiri dari kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan tanaman industri, kawasan pariwisaata dan kawasan permukiman. Hasil analisis untuk pungsi hutan dengan menggunakan sistem tumpang susun disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.17. Tabel Fungsi Hutan Pada Masing-Masing Kategori.
N O
1 2 3
JENIS PENGGUNAAN
Pemukiman Sawah Tanaman Pertanian
4 5 6 7
lahan kering Holtikultura Perkebunan Peternakan Hutan tanaman industri
8
Hutan produksi terbatas
LUAS PENGGUNAAN LAHAN (Ha) DI KECAMATAN PINDING
KUTA PANJANG
RIKIT GAIB
TERA NGON
TOTAL (HA)
663 4.973 663
64 713 13
262 4.082 2.101
127 1.554 304
163 2.900 17
1.279 14.222 3.098
0.22 2.49 0.54
3.438 5.295 18 847
3.215 7.183 8 132
1.519 1.976 331 4.127
720 2.895 1.199 0
359 10.782 779 5.023
9.251 28.131 2.335 10.129
1.62 4.92 0.41 1.77
23.182
21.410
7.411
20.906
23.956
96.865
16.94
12.313 36.425 70.547
31.832 0 59.537
66.436 327 110.742
210.971 195.677 571.958
36.89 34.21 100.00
31.537 68.853 Hutan llindung 127.527 31.398 TNGL 198.143 132.989 Luas kecamatan Sumber : Bappeda Kab. Gayo Lues. 2003.
9
10
(%)
BLANG KEJEREN
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam dan unsur penentu peyangga kehidupan. Serta dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi kemakmuran masyarakat sehingga hutan perlu dikelola secara bijaksana agar
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
berbagai pungsi hutan dapat dipertahankan secara lestari. Agar dapat memenuhi fungsi utamanya keberadaan hutan harus pada tingkat luasan yang cukup dan letaknya pada tempat yang tepat, serta dikelola secara baik dan benar. Dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten Gayo lues kawasan dibagi tiga yakni kawasan lindung, kawasan budi daya pertanian, dan kawasan budi daya non pertanian. TNGL. Kawasan hutan berada pada kawasan lindung dan kawasan TNGL, Luas kawasan hutan di wilayah Kabupaten Gayo Lues mencakup + 106.994 ha atau 18.71 %. Dari luas wilayah kab. Gayo lues, termasuk kedalam hutan produksi dan hutan tanman industri yang dikelola oleh perhutani. Luasan ini masih belum ideal sebagai penyeimbang ekosistem dalam suatu DAS, dimana UU no.41 thn 1999 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kehutanan menyebutkan
bahwa luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30% dari luas daerah aliran sungai.dengan sebaran yang profesional. Tabel. 4.18. Kawasan Hutan Saat Ini Menurut Kecamatan Di Kabupaten Gayo Lues. No 1 2 3 4 5
Kecamatan Blangkejeren Pinding Kuta panjang Rikit gaib Trangon juumlah
Kawasan hutan Hutan t.industri Hutan prod.terbatas 847 23182 132 21410 4127 20906 0 23956 5023 96865 10.129
Jumlah 24029 21542 11538 20906 28979 106.994
Sumber : Bappeda Kab. Gayo Lues. 2003
Secara kebutuhan bila dilihat dari luasan kedua jenisa kawasan yang dilindungi yaitu kawasan lindung dan TNGL, maka sebagian besar Kab.Gayo Lues tidak dapat diusahakan dengan bebas artinya keterkaitan dengan lingkungan sangat perlu mendapat perhatian secara serius.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.12. Kawasan Budi Daya Pertanian 4.12.1. Analisis peruntukan lahan basah Usaha pengembangan lahan sawah dikabupaten gayo lues merupakan pengembangan dari lahan ayang telah ada. Luas areal perusahaan hasil analisis adalah 14.222 ha atau 2.49 % dari luas Kabupaten Gayo Lues. Untuk lebih jelas mengenai peruntukan lahan pertanian tanaman basah atau sawah sampai tahun 2013 di Kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada tabel 19 dan gambar Penggunaan lahan untuk tanaman pangan lahan basah perkecamatan di Kabupaten Gayo Lues sampai dengan tahun 2013. Tabel. 4.19. Pengunaan Lahan Tanaman Basah No 1 2 3 4 5
Kecamatan Kec.Blangkejeren Pindieng Kuta Panjang Rikit Gaib Terangon Jumlah
Luas lahan (Ha) 4.973 713 4.082 1.554 2.900 14.222
Persentase 34.97 5.01 28.70 10.93 20.33 100.0
Sumber Bappeda Kab. Gayo Lues, 2003.
Penggunaan lahan kering untuk Kabupaten Gayo Lues disajikan pada tabel 4.20 dan petanya . Tabel 4.20. Penggunaan Lahan Kering Perkecamatan Kabupaten Gayo Lues Tahun 2003 – 2013. No 1 2 3 4 5
Kecamatan Blangkejeren Pinding Kuta Panjang Rikit Gaib Terangon Jumlah
Luas lahan (ha) 663 13 2.101 304 17 3.098
Persentasi (%) 21.40 0.43 67.82 9.81 0.55 100.00
Sumber : Bappeda Kab. Gayo Lues, 2003.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.12.2. Analisis Peruntukan Tanaman Holtikultura. Secara analisis kesesuaian lahan hampir semua kecamatan dapat sesuai untuk pengembangan tanaman holtikultura . Khusus untuk kecamatan rikit akan dikembangkan tanaman holtikultura dataran tinggi seperti, Kol,wortel dll, dengan demikian secara keseluruhan tanaman holtikultura direncanakan sebesar 9.251 ha atau 1,62 % dari luas wilayah Kabupaten. Tabel 4.21. Penggunaan Lahan Tanaman Holtikultura perkecamatan Tahun 2013 NO 1. 2. 3. 4. 5.
KECAMATAN Blangkejeren Pinding Kutapanjang Rikit Gaib Terangon Kabupaten Gayo Lues
LUAS LAHAN ( ha ) 3.438 3.215 1.519 720 359 9.251
(%) 37,16 34,75 16,42 7,78 3,88 100.00
Sumber: Bappeda Kab. Gayo Lues, 2003.
4.13. Kawasan Pariwisata Pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan mengembangkan objek wisata dikabupaten gayo lues, selain dapat meningkatkan perekonomian masyarakat juga dapat meningkatkan aset daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) objek wisata dikelompokkan memnjadi objek wisata alam dan objek wisata budaya diantaranya adalah : 1) Objek wisata alam berupa, danau marpunge, blang tasik, kuala tripe, air panas, air terjun, lung kapi, blang beke, hutan wisata kadal, dan kawasan taman nasional gunung louser (TNGL). 2) Objek wisata budaya berupa mesjid penampaan, arena pacuan kuda datuk pining dll.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.14. Kawasan Permukiman Sistem permukiman perkotaan yang disebut juga dengan sistem-sistem kota pada dasarnya merupakan paktor pembentukan perkembangan wilayah atau sebagai pusat pengembangan sistem kota-kota lebih ditekankan pada pungsi dan peranan yang akan diemban serta hirarki kota-kota tersebut. Hirarki kota terbentuk karena terdapatnya dua aspek utama, yaitu 1) Kemapuan pelayanan suatu kota, yang diperlihatkan oleh ukuran besarnya kota (Masa kota). 2) Kemudahan pelayanan yang diperlihatkan oleh tingkat aksesbilitas terhadap kota-kota yang ada. Atas dasar itu, maka dalam pengarahan sistem hirarki kota-kota di wilayah kabupaten gayo lues ada beberapa pertimbangan seperti : -
Kebijakan yang telah ditetapkan oleh struktur tata ruang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
-
Kota sebagai pusat permukiman (pusat pelayanan/ simpul) harus berorientasi pasar atau mempunyai kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dalam jumlah yang banyak dan jumlah penduduk yang memadai.
Berdasarkan hal tersebut maka hirarki kota-kota dikabupaten gayo lues. Sesuai analisis pemanfaatana ruang sampai akhir 2013 adalah a. Peringkat/orde I : Kota Blangkejeren sebagai pusat ibukota kabupaten. b. Peringkat II : Kota Panjang dan Rikit Gaib. c. Peringkat III : Kota Pinding dan Terangon.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.15. Analisis Peruntukan Lahan Hutan Produksi Sesuai dengan UU no.41 thn 1999 tentang kehutanan, maka hutan dibagi dalam 3 jenis yaitu hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi, dalam analisis apasial ini dibahas hanya hutan produksi yaitu hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan tanaman industri (HTI). 4.15.1. Hutan Produksi Terbatas Pengembangan hutan produksi terbatas adalah penjabaran lebih lanjut tentang kawasan penyangga seperti yang termuat dalam kepper no 32 thn 1990 bentuk komoditas yang dikembangkan adalah jenis tanaman tahunan, hal ini perlu dilakukan agar fungsi penyangga yang ada dalam kepper tsb dapat terwujud. Luas keseluruhan adalah 94.459 ha atau 16.51 % dari luas wilayah kab.gayo lues. Hal penting yang dapat dilakukan adalah 1. Pengusahaan hutan produksi melalui pemberian ijin HPH dengan menerapkan pola tebang pilih 2. Pengembangan zona penyanggah
pada kawasan hutan produksi yang
berbatasan dengan hutan lindug. 3. Pemantauan dan pengendalian pengrusakan hutan dan ladang berpindah.
4.15.2. Hutan Tanaman Industri Berdasarkan pengenalan karakteristik wilayah terdapat kawasan yang secara fungsional masih dapat dibudidayakan, akan tetapi secara teknis pemanfaatannya terhadap kerusakan lingkungan. Atas dasar itu kawasan tersebut diarahkan peruntukannya bagi pengembangan hutan tanaman industri (HTI). Adapun rencana pengembangan kawasan hutan tanaman industri (HTI) terdapat di semua kecamatan kecuali Kecamatan Rikit Gaib. Luas keseluruhan
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
adalah sekitar 10.129 Ha atau 1,77 % dari luas wilayah Kab Gayo Lues. Kecamatan Trangon merupakan yang paling dominan arahan pemanfaatan lahan untuk HTI yaitu 5.023 ha atau 49,59 % dari luas HTI yang direncanakan di Kabupaten Gayo Lues sampai Tahun 2013. Untuk lebih jelas luas dan penyebaran kawasan HTI dapat dilihat di Tabel dibawah ini. Tabel 4. 22 : Pemanfaatan Lahan Untuk Hutan Tanaman Industri No 1 2 3 4 5
Kecamatan Blangkejeren Pindieng Kuta panjang Rikit Gaib Trangon Kab. Gayo lues
Luas lahan ( ha ) 847 132 4.127 0 5.023 10.129
(%) 8,36 1,30 40,74 0,00 49,59 100,0
Sumber : Bappeda Kab. Gayo Lues, 2003.
4.16. Kawasan Budidaya Non Pertanian Pengambangan kawasan Budidaya non pertanian diarahkan pada kawasan budidaya yang memiliki potensi potensi sumberdaya untuk dikembangkan di luar kegiatan pertanian dan kehutanan. Kawasan ini dialokasikan untuk pengembangan kawasan industri dan pertambangan/ penggalian, kawasan permukiman, kawasan transmigrasi, serta kawasan pariwisata. 4.16.1. Kawasan Industri dan Pertambangan / Penggalian. Kawasan pertambangan dan penggalian dikembangkan pada lokasi sumber bahan baku tau bahan galian yang layak untun diekploitasi tanpa merubah fungsi lindung suatu kawasan. Bahan tambang dan galian di kabupaten gayo lues hanya dari jenis non logam berupa andesit, batu pasir, pasir sungai/krikil, koral, tanah liat, sirtu, batu apung dan batu kapur, sedangkan dari jenis
logam seperti
tembaga, emas, besi dsb blm teridentifikasi keberadaannya.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.16.2. Kawasan Pariwisata Pemanpaatan potensi sumber daya alam dengan pengembangan objek wisata di kab gayo lues , selain dapat meningkatkan perekonomian masyarakat juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
4.17. Analisa Strategi (SWOT) Analisa Strategi mengunkan Analisa SWOT menghasilkan dua hal, yaitu : 1) Peubah bersifat strategis unsur Internal ( Kekuatan dan Kelemahan ), dan external ( Peluang dan Ancaman ) yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang. 2) Nilai pengaruh peubah – peubah bersifat strategis terhadap pemanfaatan ruang. Selanjutnya analisis terhadap peubah – peubah bersifat startegis dan nilai pengaruhnya, dengan menggunakan diagram dan matriks SWOT menghasilkan arahan strategi pemanfaatan ruang. Dari hasil Kuisioner dan wawancara yang mendalam didapat analisis strategis terhadap pemanfaatan ruang di kabupaten gayo lues disajikan pada gambar 4.6.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Unsur Internal
Kekuatan
Kelemahan
1. Adanya dukungan pemerintah dan masyarakat ( 0,226 ) 2. Tersedianya sarana transportasi / perhubungan terkait dgn pariwisata ( 0,214 ) 3. Letak kabupaten gayo lues di pertengahan kota kota dari lima kab di calon Provinsi ALA ( 0,202 ) 4. Kekayaan Sumber daya Alam ( 0,200 ) 5. Kabupaten Gayo lues merupakan kab terluas dari Lima Kab di calon Provinsi ALA ( 0,174 )
1. Koordinasi antar Instansi Pemerinrtah dan keterpaduan program yang lemah ( 0,246 ). 2. Belum meratanya Infrastruktur dan kegiatan Investasi bagi suatu kabupaten baru ( 0,232 ) 3. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah ( 0,190 4. Jumlah, Kepadatan dan Distribusi penduduk yang rendah ( 0,172 ) 5. Kab Gayo lues tidak memiliki laut, sehingga tidak mungkin ada pelabuhan ( 0,140 )
Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan ruang di di Kabupaten Kab.Gayo Lues
Gayo lues
Peluang : 1.
2.
3. 4.
5.
adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan ruang. (0.425) telah disusun RTRW kabupaten, RUTR kota Blangkejeren dan RTBL sehingga memudahkan perencanaan mengembangkan wilayah. UU No.32 thn 2004 tentang otonomi daerah (0.210) permintaan terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi (0.192) peningkatan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pariwisata (0.170)
1.
2.
3. 4. 5.
Ancaman kesulitan mengoptimalkan rencanan tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar.(0.234) sifat dinamika wilayah yang tinggi sebagai kabupaten yang berada dalam kawasan taman gunung louser (TNGL) (0.204) Konflik antar kegiatan/sektor dalam pemanfaatan lahan . (0.198). tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan (0.166) Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah.(0.166).
Unsur Eksternal Gambar 4.6. Hasil Analisis Strategis Terhadap Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.17.1. Unsur Internal dan Eksternal Hasil Anaisis (SWOT). 4.17.1.1. Kekuatan Peubah peubah bersifat strategis unsur kekuatan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang dan nilai pengaruhnya ( Skor ) disajikan pada tabel 4.23 di bawah ini:
No 1 2
Peubah Adanya dukungan pemerintah dan masyarakat Tersedianya sarana transportasi / perhubungan terkait dengan
Nilai Pengaruh 0,226 0,214
pariwisata 3
Letak kabupaten Gayo Lues di pertengahan kota-kota dari lima Kabupaten di calon profinsi ALA
0,202
4 5
Kekayaan Sumber daya alam Kab Gayo Lues merupakan Kab terluas dari lima Kabupaten Di calon profensi ALA Jumlah
0,200 0,174 1,016
Uraian penjelasan setiab peubah bersifat strategis unsure Kekuatan di sajikan berikut ini : 4.17.1.1.a. Adanya dukungan pemerintah dan masyarakat Pemerintah sebagai pelayan / Fasilitator bagi terselenggaranya kegiatan pembangunan sangat memerlukan dukungan dari masyarakat. Masyarakat kabupaten gayo lues memiliki sifat yang ramah , saing menghormati, dan menghargai yang selalu menerapkan kejujuran dlm berintraksi antar individu dan sangat menghargai stecholder yang memperjuangkan terbentuknya Kab gayo lues menjadi sebuah kabupaten defenitif hal ini menjadi kekuatan yang dimiiki kab baru ini dalam mendukung / berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan perc tata ruang ( Bappeda Kabupaten Gayo Lues 2003 ). Tingkat partisipasi dalam kegiatan pembangunan menurut responden dan hasil pengamatan di lapangan cukup baik, Misal : Dalam hal pembebasan tanah
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
guna pengembangan pemamfaatan ruang, tanah rakyat yang akan di gunakan pemerintah, maka masyarakat akan memberikan tanah tersebut. Untuk pengaspalan jalan umum masyarakat bergotong royong membantu kegiatan tersebut yang aspal teah disediakan oeh pemerintah. Peubah ini berdasarkan hasi analisis merupakan kekuatan utama daam kegiatan pemanfaatan ruang di kab gayo lues. 4.17.1.1.b. Tersedinya sarana transportasi / perhubungan terkait dengan pariwisata Keberadaan sarana transportasi memberikan pengaruh bagi dinamika perekonomian karna dapat mendorong mobilisasi penduduk maupun barang , panjang jalan di kabupaten gayo lues pada thn 2003 mencapai 1313 Km, yang sebagian besar telah di aspal , berdasarkan kewenangan pengeloaannya, jalan tersebut di bagi kedalam tiga kategori yaitu : 1. Jalan nasional / profinsi sepanjang 886 Km. 2. Jalan Kabupaten sepanjang 427 Km. 3. Jalan Desa spanjang 509,94 Km. Dimana kondisi jalan 60 % berada dalam kondisi sedang sampai baik. Dalam pengembangan transportasi darat ini , banyak sekali pengembangan kearah pariwisata seperti jalan ke kutacane ( Aceh Tenggara ) yang kanan kiri jalan dikeliingi hutan lindung dan pemandangan yang indah pula dengan ini mendapat daya tarik tersendiri dengan dijuluki kab gayo lues dgn nama negri seribu bukit memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang akanm dating ke gayo lues.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Adanya tempat pariwisata yang terdapat pada kawasan lindung atau TNGL memberikan distribusi yang tinggi utuk PAD Gayo Lues. Yaitu seperti Tempat pemandian air
panas dan danau marpunge terdapat di jalan Kutacane –
Bangkejeren ha ini sangat perlu guna menarik investor datang ke gayo lues . seperti perencanaan maka di gayo ues akan dibangun lapangan terbang guna menunjang PAD yang ada. Kawasan pariwisata yang dikembangkan di kab gayo lues adalah : Keudah ( Pintu masuk TNGL ) yang terletak dai kecamatan Kutapanjang, Air panas serkil terdapat di Kec Bangkejeren, Berawang Tasik di Kec Kutapanjang, Air terjun akang siwah di Kec Bangkejeren, wisata hutan TNGL di Kecamatan Blangkejeren dll yang semuanya terkait dengan pelayanan komersil. 4.17.1.1.c. Letak Kabupaten Gayo Lues di Pertengahan Kota kota dari Lima Kabupaten di Calon Provinsi ALA Kedudukan / Posisi geografis Kab Gayo Lues sebagai salah satu calon ibu kota Provinsi ALA yang terletak ditengah-tengah 5 kota , harus mampu mendukung kegiatan yang dikembangkan di wiayah pengembangan timur Kab Gayo Lues bersama dengan Kab Aceh Tengah, sebelah utara berfokus pada pengembangan pertanian tanaman keras / perkebunan, kehutanan, serta pariwisata dlm mendukung Gayo Lues sebagai Ibu Kota Calon Provinsi ALA. Keuntungan Kabupaten Gayo Lues di perempatan jalan nasional adalah : 1. Memperpendek rentang kendali dari dan Kabupaten Gayo Lues sesuai dengan pemekaran Provinsi ALA, adanya perubahan status jaan provinsi menjadi jalan nasional yang di tindak lanjuti dengan di bangunnya jalan
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Ladia Galaska telah mendekatkan hubungan Kab Gayo Lues ke kab-kab lain di sekitarnya. 2. Mempermudah akses dari dan ke Kab Gayo Lues : Jalan Ladia Galaska yang merupakan pengembangan jalan yang teah dirintis belanda, telah mempermudah akses untuk mencapai dan keluar dari kab gayo lues. 3. Memperkokoh pertahanan dan keamanan : Dari Kab Gayo Lues sangat mudah mengendaikan keamanan,ini juga di buktikan pada jaman penjajahan belanda, dulu belanda membuat tangsi terbesar ke dua di Provinsi Nanggroe Aceh Darussaam seteah kutaraja. Tabel 4.24 : Kabupaten Gayo Lues di Perempat Jalur Jalan Nasional No 1
Tujuan Ke Kabupaten A.Tengah( Takengon)
2
Bener Meriah ( Redelong) melalui A. Tengah A. Tenggara ( Kutacane)
3
Status Jalan Ladia Galaska (Jln Nasional) Ladia Galaska, Jln Provinsi Jalan Nasional
Jarak 156
Waktu 4-5
Kondisi Jalan Baik, Aspa
177
4-5
Baik, Aspal
104
2-3
Baik, Aspal
4
A.Singkil Melalui subulussalam dan A. Tenggara
Jalan Nasional dan Provinsi
262
8-9
Blm tembus
5
Aceh Timur
Ladia Galaska (Jln Nasional) Jln Provinsi Jln Nasional
170
5-6
119 325
4-5 9 - 10
Blm Tembus, Sudah per nah di lalui Sudah pernah tembus Rusak berat Aspal sebagian
6 7
Aceh Barat Daya Sumatra Utara ( Medan ) melaui A. Tenggara Sumber : Gayo Lues Dalam Angka, 2004
4.17.1.1.d. Kekayaan Sumber Daya Alam Sumber daya alam yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues merupakan modal dasar pembangunan. Kekayaan sumberdaya alam tersebut missal lahan pertanian yang luas, kehutanan, TNGL, dan pertambangan atau penggalian termasuk perikanan, pada tahun 2003 teah memberikan konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,45 % atau sebesar 13,72 % bagi PDRB ( Bappeda Gayo Lues 2003 ), sektor ini termasuk kedalam sektor primer yakni
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
sektor yang tidak mengelola bahan baku namun hanya mendayagunakan sumberdaya alam seperti tanah, dan segala yang terkandung di dalamnya ( BPS dan Bappeda Kab. Gayo Lues 2003 ). Kekayaan sumber daya pertambangan dan galian yang terdapat di Kab Gayo Lues terdiri atas bahan galian untuk bangunan seperti batu pasir, batu gamping yang hampir merata di seluruh kecamatan di Kab. Gayo Lues dan baha gaian untuk industri ( Logam dan Non logam ) seperti Uranium, Granit, Marmer, Kuarsit, Emas dll. Sumber daya lahan yang terdapat di Kab. Gayo Lues sesuai untuk beberapa pengunaan missalnya pertanian lahan basah, pertanian lahan kering maupun tanaman keras/tahunan. Seperti pada tabel 4.25 di bawah ini. Tabel 4.25: Potensi Pengunaan Lahan Perkecamatan Kab Gayo Lues Kecamatan Blangkejeren ( Putri Betung,Blang pegayon,dan Dabun Geang ) Kuta Panjang ( kuta panjang dan blangjerango ) Rikit Gaib (Rkit Gaib dan Pantan Cuaca ) Terangun ( Trangun dan Tripe Jaya ) Pining
Jumah Penduduk ( Jiwa )
Luas Lahan Budidaya ( Ha )
Luas Lahan Terpakai ( Ha )
39.907
44.068 ( 1,10 ha/jiwa )
11.162 ( 0,3 ha/ Jiwa )
13.610
21.808 ( 1,60 ha/jiwa)
8.351 (0,61 ha/jw)
13.457
7.381
27.715 (3,76 ha/Jiwa) 39.936 ( 3,13 ha/jiwa ) 31.783 ( 4,83 ha/Jiwa ) 165.310
8.671 (1,18ha/jw) 11.865 ( 0,93 ha/jw) 4.637 ( 0,71 ha/jw) 44.686
19.044
12.775 6.577
Kab Gayo Lues 80.250 Sumber : Bappeda Gayo Lues, 2003.
Luas Lahan Potensi ( Ha ) 32.906
28.071 27.146 120.640
Luas Kawasan budidaya Kab Gayo Lues adalah 165.310 ha atau 28,91% dari luas kabupaten Gayo Lues, dan Luas Kawasan Non Budidaya adalah 406.967 ha atau 71,09 % dari Luas Kab Gayo Lues.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.26 : Potensi Sumber Daya Mineral Kab Gayo Lues No.
Bahan Mineral
Lokasi - Kecamatan
Potensi-Cadangan
1.
Uranium (A)
Kuta Panjang
Terindikasi
2.
Panas Bumi (A)
Pining
15 MWe
3.
Tembaga (B)
Rikit Gaib
Survei Tinjau
4.
Emas (B)
Putri Beutung, Blangkejeren, Rikit Penelitian Pendahuluan Gaib, dan Terangun
5.
Timah Hitam (B)
Pining
Survei Tinjau
7.
Mlibdenit (B)
Blangkejeren
Survei Tinjau
8.
Diorit/Andesit (C)
Terangun, Rikit Gaib, Blangkejeren.
624 juta ton
9.
Batu Sabak, Kuarsit, dan Granit (C)
semua kecamatan
48 milyar ton
10. Mika (C)
Blangkejeren, Rikit Gaib
2,8 juta ton
11. Marmer (C)
Blangkejeren, Terangun
16 milyar ton
12. Dolomit (C)
Blangkejeren, Pining
285 juta ton
Sumber: Bappeda Kab Gayo Lues 2003
4.17.1.1.e. Kab Gayo Lues Merupakan Kab Terluas dari 5 Kab di Calon Provinsi ALA. Rencana tata ruang wiayah kabupaten ( RTRWK ) Gayo lues secara wilayah adalah seluruh wilayah Kab Gayo Lues, Kab Gayo Lues berada pada bagian tenggara Provinsi NAD, dgn ibu kota kabupaten blangkejeren, secara geografis posisi wiayah kabupaten berada antara 03’ 48’ 32” – 04’ 16’ 37” Lintang Utara dan 96’ 48’ 31” – 97’ 56’ 08” Bujur Timur sedangkan secara administrasi wilayah Kabupaten Gayo Lues mempunyai batas – batas sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Aceh Tengah. 2. Sebeah Selatan berbatasan dengan Kab. Ateh Tenggara. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Aceh Timur dan Provinsi Sumut. 4. Sebeah Barat berbatasan dengan Kab. Aceh Barat Daya.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Perjuangan panjang rakyat yang berdomisii di 5 ( Lima ) kabupaten daam Provinsi NAD titik terang pada saat 51 orang anggota DPR-RI masa bakti 19992004 telah menyampaikan usuan inisiatif pada tanggal 10 Mei 2004 tentang rancangan undang – undang tentang pembentukan Provinsi Aceh Leuser Antara ( ALA ) telah disepakati untuk dibahas sesuai ketentuan yang berlaku oleh anggota DPR-RI Masa Bakti 2004-2009 . Namun Rancangan Undang – Undang tersebut, belum disyahkan menjadi Undang – Undang yang mengukuhkan Pembentukan Provinsi Aceh Leuser Antara ( ALA ), wiayah yang akan jadi wiayah Provinsi ALA adalah : Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Gayo Lues, dan Bener Meriah ( Hasil Kongres Pembentukan Provinsi Aceh Leuser Antara. 2005 ). Luas masing – masing kabupaten adalah : 1. Kab Aceh Tengah dan Kab Bener Meriah Luasnya = 577.248 ha 2. Kab Gayo Lues
= 571.958 ha
3. Kab Aceh Tenggara
= 423.100 ha
4. Kab Aceh Singkil
= 357.800 ha
Total luas Calon Provinsi ALA adalah 1.930.106 ha. Hal diatas menunjukan apabila telah disyahkannya pembentukan Provinsi ALA maka kabupaten Gayo Lues secara Administrasi sangat pantas menjadi ibu kota calon Provinsi ALA. 4.17.1.2. Kelemahan Peubah – peubah bersifat strategis unsure keemahan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang di sajikan pada Tabel 4.27. Penilaian yang tepat terhadap peubah – peubah bersifat strategi unsur kelemahan ini di harapkan akan berperan dalam pemanfaatan ruang.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.27. Peubah – Peubah Unsur Kelemahan Dan Nilai Pengaruhnya.
No Peubah 1 Koordinasi antar intansi pemerintah dan keterpaduan Program yang emah 2 Belum meratanya Infrastruktur dan kegiatan Inventasi bagi suatu kabupaten baru 3 Ketimpangan ekonomi antar unit wiayah 4 Jumah, Kepadatan dan distribusi penduduk yang rendah 5 Kab Gayo Lues tidak memiliki laut, sehingga tidak mungkin ada pelabuhan Jumah
Nilai Pengaruh 0,246 0,232 0,190 0,172 0,140 0,980
Penjelasan lengkap terhadap setiab peubah Strategis kelemahan tersebut di sajikan sebagai berikut : 4.17.1.2.a. Koordinasi Antar Instansi Pemerintah dan keterpaduan Program yang Lemah. Kegiatan pemanfaatan ruang atau pembangunan secara keseluruhan memerukan koordinasi antar instansi dan keterpaduan antar program agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan . Hal ini merupakan ha yang sepele dan klasik tetapi masih tetap sulit untuk di lakukan, pamanfaatan dan pengeolaan sumberdaya seperti Lahan, Air, dan Hutan beum dilaksanakan secara terpadu sehingga terjadi tumpang tindih kegiatan antar sector terutama kehutanan, Pertanian dan Fasiitas pariwisata ( Bappeda Gayo Lues, 2003 ) Salah satu contoh belum adanya koordinasi dan keterpaduan program daam hal ketersedian data/ angka yang terdapat da instansi terkait, dimana tiab instansi mempunyai data/statistik yang berbeda untuk ha yang sama. Hal ini merupakan masaah kasik namun masih sering di temui. Data/statistic merupakan salah satu alat instrument untuk menyusun program dalam pemanfaatan ruang,
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
dengan adanya data yang berbeda akan menyuitkan kegiatan penyusunan program tersebut ( Hasil pengamatan dan wawancara ). Berdasarkan hasil anaisis, peubah ini merupakan keemahan utama dalam kegiatan pemanfaatan ruang di kabupaten Gayo Lues. 4.17.1.2.b. Belum Meratanya Infrastruktur dan Kegiatan Investasi Bagi Kab. Baru. Berdasarkan hasil survey dan anaisis maka saat ini penggunaan lahan di kota Blangkejeren masih terlihat belum ada kejelasan dalam penzonaan penempatan fungsi – fungsi kegiatan kota. Sebagian besar kegiatan infrastruktur dan investasi terpusat di kec blangkejeren dimana daerah ini merupakan daerah perdagangan , sehingga terjadi pencampuran fungsi-fungsi kegiatan kota. Hal ini menjadikan lingkungan pusat kota sangat padat sehingga tidak ada kenyamanan bagi warganya. Sementara itu di pinggiran kota pertumbuhannya sangat lambat, hanya terkonsentrasi pada jalan-jalan umum menuju pusat kota dan berkembang fungsi – fungsi kegiatan secara sporadik dengan penempatan yang bercampur. Kegiatan investasi dan pembangunan sarana dan prasarana ( Infrastruktur ) di Kab Gayo Lues masih belum merata masih perlu pembenahan di karnakan Kab Gayo Lues Baru 5 ( Lima ) tahun menjadi Kabupaten defenitif hal ini sangat wajar maka diperlukan strategi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan perbaikan tata kota Blangkejeren. 4.17.1.2.c. Ketimpangan Ekonomi Antar Unit Wilayah. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah di Gayo Lues sangat terihat sekali dimana Kecamatan Pindieng sangat jauh tertinggal di banding dengan Kec
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Blangkejeren
maupun
kecamatan
pemanfaatan
ruang
pembangunan
/
lainnya.
Kelemahan
ekonomi
rakyat
dalam harus
kegiatan dapat
di
minimalisasikan agar seluruh kecamatan bisa maju. Kutub – kutub pertumbuhan yang mempunyai daerah hinterland yang potensial belum didukung oeh prasarana ekonomi pada kutub pertumbuhan yang bersangkutan sehingga tidak terjadi linkages. Misanya : Kawasan / wilayah Kecamatan Pindieng dan Terangon . oleh karna itu kriteria- kriteria yang harus dipenuhi oleh dua Kecamatan ini adalah perkembangan penduduk, persentasi Desa swasembada, persentasi desa tertinggal, persentasi desa yang telah mendapatkan aliran listrik dan tingkat pelayanan fasilitas. Arahan program pengembangan kawasan keterbelakang di Kab Gayo Lues antara lain : Pengembangan potensi sumber daya alam yang ada pada wilayah tersebut dan peningkatan sarana dan prasarana wilayah untuk memudahkan aksessibilitas keluar wilayah tersebut dan program pengembangan/penambahan penduduk dengan cara transmigrasi. 4.17.1.2.d. Jumlah, Kepadatan dan Distribusi Penduduk Yang Pincang. Penduduk adalah Objek dan subjek yang merupakan sumberdaya pembangunan, merupakan sumberdaya yang memiliki peranan yang sangat strategis, pertambahan penduduk berakibat pada naiknya kepadatan di wialayah Gayo Lues yang mempunyai luas 571.958 ha. Penyebaran dan kepadatan penduduk pada tahun 2002 tidak merata antara daerah perkotaan dan pedesaan maupun antar kecamatan, dengan rata- rata kepadatan penduduknya sebesar 6,57 %, dimana distribusi kepadatan penduduk lebih terkonsentrasi di kecamatan Blangkejeren dan Kecamatan Kutapanjang di banding di Kecamatan lain.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Rencana penyebaran penduduk disesuaikan dengan proyeksi jumlah penduduk. Penyebaran penduduk dimasa yang akan datang terutama difokuskan pada pusat – pusat pengembangan wilayah dan pada daerah yang ralatif cepat berkembang tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan dan keberadaan lahan pertanian. 4.17.1.2.e. Kabupaten Gayo Lues Tidak Memiliki Laut, Sehingga Tidak Mungkin Ada Pelabuhan. Dari analisis penempatan ibu kota calon Provinsi ALA pada thn 2005 maka kelemahan sarana transportasi laut ini sangat dipertanyakan, dengan diresmikan pelabuhan kuala langsa maka hal ini tidak begitu berpengaruh terhadap penempatan ibu kota Provinsi di Kabupaten Gayo Lues dikarnakan beberapa tuntutan masyarakat terhadap pemerintah pusat karna pembangunan di lima Kab tersebut tidak merata dan rentang kendali ke ibu kota NAD sangat jauh , dan terisolirnya kelima wilayah Kabupaten ini. Dengan memandang hal ini maka keuntungan apabila kab gayo lues menjadi ibu kota provinsi ALA adalah : 1. Rentang Kendali Sesuai dengan kausal menimbang dari isi deklarasi pembentukan provinsi ALA pada tanggal 4 Desember 2005 lalu di Jakarta, bahwa alasan yang mendasar dari Pemekaran Provinsi ALA dan berpisah dari Provinsi NAD adalah jauh rentang kendali ke Kabupaten – Kabupaten yang tergabung di dalam Provinsi ALA, sehingga banyak masalah tidak tertangani secara cepat dan efektif. Oleh karna itu penempatan ibu kota Provinsi ALA haruslah tidak mengeyampingkan alasan tersebut, untuk ini kabupaten Gayo Lues ada ditengah- tengah .
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Ketersediaan Lahan Pembangunan sarana dan prasarana gedung pemerintah , perumahan dan fasilitas Lainnya , sedapat mungkin tidak mengorbankan areal pertanian produktif ( persawahan). Di Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues tersedia lahan yang sangat luas dalam bentuk lahan tidur dan kritis yang berada di antara barisan pinus yang tumbuh jarang lokasi lokasi seperti ini banyak di temukan di Gayo Lues. 3. Lintas Transportasi Kabupaten Gayo Lues berada di perempat jalan Nasional ( Arah ke utara – Takengon, Arah ke Timur Utara - Langsa, Arah Barat Selatan Blang Pidie, dan Arah Tenggara Selatan – Kutacane). Transportasi Udara pada tahun 2006 lalu oleh Badan Rehabilitasi dan rekonstruksi ( BRR ) NAD dilaksanakan study kelayakan dan AMDAL pembangunannya, sedangkan pembangunan landasan pacunya telah di programkan dan akan dilaksanakan pembangunannya oleh BRR. 4. Pertahanan Keamanan Kabupaten Gayo Lues berada di perempat jalan Nasional, kondisi ini memudahkan untuk mengendalikan keamanan dari Kota Blangkejeren. Pada masa penjajahan Belanda Blangkejeren merupakan pungsi terbesar kedua setelah kuta raja ini merupakan bukti strategis pengendalian keamanan dari kota blangkejeren. 5. Sosial Masyarakat Masyarakat Kabupaten Gayo Lues merupakan masyarakat yang terbuka dan dapat menerima masyarakat suku manapun. Oleh karna jumlah penduduk hingga juni 2005 hanya sekitar 80.250 Jiwa dan lahan sangat Luas, maka pemerintah Gayo Lues bersama departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Kabupaten pengirim warga transmigrasi telah menjalin kerja sama untuk melaksanakan program transmgrasi di Gayo Lues ( Bappeda Gayo Lues 2005 ). 4.17.1.3. Peluang Peubah- peubah bersifat strategis untuk peluang dan nilai pengaruhnya setelah diolah di sajikan pada table 4.28 berikut : Tabel,4.28 : Peubah – Peubah Unsur peluang dan Nilai Pengaruh No
Peubah
Nilai Pengaruh
1
Adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan Ruang Telah disusun RTRW Kab, RUTR Kota Blangkejeren dan RTBL sehingga memudahkan Perencanaan Pengembangan Wiayah UU No 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah Permintaan terhadap Lahan yang tinggi Peningkatan Pendapatan Masyarakat melalui kegiatan Pariwisata dan Pertanian Jumlah
0,452
2 3 4 5
0,351 0,210 0,192 0,179 1,375
Penjelasan setiap peubah bersifat strategis unsur peluang di sajikan sebagai berikut : 4.17.1.3.a. Adanya Komitmen Pemerintah Daerah Tentang Pentingnya Penataan Ruang. Pemerintah Daerah mempunyai komitmen pentingnya penataan rung sebagai pedoman dalam proses pengaturan dan pengendalian ruang secara keseluruhan . Komitmen ini ditunjukan dengan adanya rencana Tata Ruang dengan dukungan PERDA karena penataan ruang merupakan perumusan konsepsi dan kebijakan serta koordinasi diantara berbagai instansi yang terlibat dalam proses penataan ruang tersebut. Penataan Ruang juga berfungsi sebagai arahan dan penyusunan rencana pembangunan yang lebih rinci/ operasional seperti pembangunan jangka pendek dan menengah. Hal ini merupakan peluang bagi terlaksananya kegiatan
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
pembangunan dan pemanfaatan ruang yang berasaskan keseimbangan dan keserasian. 4.17.1.3.b. Telah disusun RTRW Kab, RUTR Kota Blangkejeren, RTBL Sehingga Memudahkan Perencanaan Pembangunan Wilayah. Kabupaten Gayo Lues telah memiliki Acuan dan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan disegala bidang, baik dalam ha penyusunan program, pelaksanaan maupun dalam mengawasi pembangunan yang akan dilaksanakan dengan demikian maka RTRW Gayo Lues diharapkan akan menjadi acuan dalam menjabarkan aspirasi yang berkembang di daerah berupa bentuk – bentuk program pembangunan keseuruhan wilayah, di samping itu juga diharapkan agar RTRW dapat berfungsi dlm mengkoordinasi kegiatan – kegiatan pembangunan secara sektoral. Pada saat ini perhatian terhadap pembangunan perkotaan semakin di rasakan, sedangkan secara regional Provinsi NAD, kota Blangkejeren terletak dipersimpangan jalur ladia galaska yang menghubungkan kota – kota lain yang lebih besar seperti Kutacane, kota Takengon, peurlak dan Blangpidie. Letaknya yang strategis ini kemungkinan besar akan berkembang menjadi kota yang berukuran sedang ( Kota Transit ) bagi kawasan yang berkarakter masyarakat pertanian Beberapa peluang yang dapat direncanakan dengan adanya RUTR dan RTBL adalah: Agar Pemda setempat mempunyai rencana pembangunan kota jangka panjang. Dapat meningkatkan fungsi dan peranan kota dalam suatu system pembangunan wilayah. Guna mewujudkan ruang kota yang serasi dan seimbang dan menciptakan pola tata ruang yang serasi dan optimal.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.17.1.3.c. UU.No.32 Tahun 2004, Tentang Otonomi Daerah. Paradigma pembangunan yang sudah mengalami pergeseran dari sentralisasi menjadi desentralisasi dengan dikeluarkannya UU No 32 Tahun 2004 menggantikan UU No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memberikan harapan bagi terlaksananya kegiatan pembangunan yang lebih banyak memberikan ruang bagi daerah. Kebijakan tersebut memberikan ketegasan kepada daerah sebagai daerah otonom yang utuh, sebagai daerah Otonomi khusus, kewenangan pemerintah yang diserahkan pada daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan. Dengan di berlakukannya otonomi yang lebih luas dan nyata serta bertanggung jawab, setiap daerah dituntut untuk mampu mengelola daerahnya sendiri secara mandiri. Belum jelasnya aturan – aturan teknis/peraturan perundangan lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan otonomi daerah untuk mengembangkan dirinya ( Riyadi & Bratakusuma DS, 2004 ). 4.17.1.3.d. Permintaan Terhadap Pemanfaatan Lahan Yang Tinggi. Pemanfaatan lahan yang sesuai untuk berbagai penggunaan jika dikelola dengan bijaksana akan memberikan manfaat yang optimal. Lahan di Kabupaten Gayo Lues yang sesuai untuk berbagai tujuan pembangunan lahan seperti Sawah, Pemukiman , pariwisata, konservasi dan lain – lain merupakan peluang yang harus dimanfaatkan seiring dengan tingginya permintaan terhadap lahan , lebih spesifik
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
lagi pada saat telah terbentuknya Provinsi ALA yang merupakan aspirasi masyarakat dari lima Kabupaten. 4.17.1.3.e. Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Kegiatan Pariwisata dan Pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Gayo Lues masih merupakan penggerak utama roda perekonomian sehingga pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan ekonomi sangat signifikan dimana distribusi sector pertanian terhadap PDRB pada Tahun 2003 sebesar 68,18 % , Demikian halnya dengan kegiatan pariwisata yang memberikan Multiplier effect bagi sektor perdagangan , Hotel , Restoran , Pengangkutan, dan Komunikasi. Pada Tahun 2003 telah memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 31,02 % ( BPS & Bappeda Kabupaten Gayo Lues 2003 ). Peubah – peubah unsur peluang ini harus dicermati agar setiap peluang yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. 4.17.1.4. Ancaman Peubah – peubah bersifat strategis unsur Ancaman yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang dan nilai pengaruhnya disajikan pada Tabel 4.29. Tabel. 4.29 Peubah – Peubah Unsur Ancaman dan Nilai Pengaruhnya. No 1
Peubah
Nilai Pengaruh
Kesulitan mengoptimalkan Rencana Tata Ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar Sifat dinamika wilayah yang tinggi sebagai Kabupaten yang
0,234
berada dalam kawasan TNGL
0,204
3
Konflik antar kegiatan/sektor dalam pemanfaatan lahan
0,198
4
Tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan
0,166
5
Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi
2
daerah.
0,166
Jumlah
0,968
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Penjelasan setiab peubah bersifat strategis unsure Ancaman di paparkan sbb: 4.17.1.4.a. Kesulitan Mengoptimalkan Rencana Tata Ruang Mengikuti Pertumbuhan Sektoral Dan Permintaan Pasar. Upaya optimalisasi Rencana Tata Ruang salah satunya dapat dicapai melalui kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kesesuaian atau kemampuan lahannya . Adanya pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar misalnya adanya kutub – kutub pertumbuhan yang telah tumbuh dan berkembang juga dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap, namun daerah hinterlandnya kurang menunjang untuk menjadi kawasan produktif menimbulkan kesulitan dalam optimalisasi Tata Ruang. Dengan demikian pertumbuhan sektoral bergerak diluar kendali yang berakibat kepada buruknya visual kota, kemudian penyimpangan – penyipangan karakter fungsi Tata Ruang dikawasan kota Blangkejeren, seperti lahan campuran antara komersial dan perumahan , perumahan dan jasa, sehingga peruntukan pasar tidak lagi homogen melainkan heterogen dalam perencanaan Tata Ruang. Berdasarkan hasil analisis peubah ini merupakan Ancaman bagi pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues. 4.17.1.4.b. Sifat Dinamika Wilayah Yang Tinggi Sebagai Kabupaten Yang Berada Dalam Kawasan TNGL. Kabupaten Gayo Lues merupakan
perbatasan antara Kabupaten Aceh
Tenggara, posisi ini memberikan dampak positif dan negative bagi kehidupan masyarakat karna akan memberikan dinamika wilayah yang cukup besar melalui kawasan Lindung dan Kawasan Ekosistem Louser karna kedua hal ini sebagai paru – paru dunia dan di lindungi keberadaannya oleh dunia Eropah jadi
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
masyarakat tidak dibolehkan untuk mengelola Kawasan Ekosistem Louser tersebut sementara Luas Hutan Lindung dan TNGL adalah 406.648 Ha atau 71,09 % dari Luas Kabupaten Gayo Lues ( Bappeda Gayo Lues 2003 ). Misalnya dengan pembukaan Jalan Nasional ( LADIAGALASKA ) yang fungsinya membuka keterisoliran masyarakat padalaman, sifat dinamika inilah yang I membuat Perencanaan Tata Ruang Gayo Lues sulit untuk diterapkan seluruhnya. 4.17.1.4.c. Konflik Antar Kegiatan / Sektor Dalam Pemanfaatan Lahan. Konflik antar kegiatan / sektor dalam pemanfaatan lahan dapat menjadi ancaman bagi kegiatan pemanfaatan Ruang / Pembangunan di Gayo Lues terjadi konflik antar kepentingan Pelestarian Sumber Daya Hutan dengan kepentingan Produksi yang melibatkan balai konservasi sumber daya hutan dan perhutani pada areal yang merupakan kawasan lindung dan kawasan konservasi tanah dan air. 4.17.1.4.d. Tekanan Terhadap Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Kebijakan Otonomi daerah mempunyai implikasi terhadap sumber daya alam dan lingkungan, misalnya pengunaan secara berlebihan terhadap sumberdaya alam dalam meningkatkan pendapatan wilayah, terjadi penurunan kondisi lingkungan : Kerusakan Hutan ( illegal logging dan penebangan tidak terkontrol ) , banjir, erosi pada musim penghujan, kekeringan pada musim kemarau, kehilangan keaneka ragaman hayati ( Biodiversity ), peningkatan emisi CO2 , peningkatan Polusi Air, dan banyak lagi hal yang terjadi apabila sumber daya alam tidak terencana dengan baik. 4.17.1.4.e. Ego Sektoral dan daerah Semakin Kuat Terkait Dengan Otonomi Daerah.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pusat kedaerah agar tidak ada kesenjangan antara pemerintah dengan aspirasi masyarakat. Tujuan otonomi daerah diantaranya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, mengalokasikan
hasil
penggunaan
sumberdaya
alam
yang
lebih
baik,
meningkatkan pemanfaatan bagi daerah untuk pembangunan ekonomi daerah, dan memindahkan pengambilan keputusan agar lebih dekat dengan aspirasi masyarakat. Kebijakan otonomi daerah mempunyai implikasi pengelolaan sumber daya yang dapat bersifat sinerji apabila setiap pemerintah dan masyarakat diwilayah otonom menyadari arti pentingnya dari pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan. Otonomi daerah mempunyai kelemahan diantaranya adalah : distribusi sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusia tidak sama, persepsi pemerintah daerah yang berbeda dalam pengelolaan sumber daya alam , juga persepsi yang berbeda tentang keberhasilan pemerintahannya yang diukur oleh pencapaian pendapatan asli daerah ( PAD ) yang tinggi, namun tidak memperhatikan kelestarian sumber daya alam. Ego sektoral akan menjadi ancaman apabila masing – masing sector membuat program – program sendiri tanpa adanya koordinasi dengan sector lainnya, sehingga kemungkinan terjadi tumpang tindih terhadap pemanfaatan lahan cukup besar. Peubah – peubah bersifat strategis unsure ancaman ini harus segera diatasi.
4.17.2. Diagram dan Matrik SWOT Diagram SWOT merupakan perpaduan antara perbandingan kekuatan dan kelemahan (diwakili garis horisontal) dengan perbandingan peluang dan ancaman
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
(diwakili garis vertical). Pada diagram tersebut kekuatan dan peluang diberi tanda positif, sedangkan kelemahan dan ancaman diberi tanda negative. Dengan demikian letak nilai S – W dan O – T dalam diagram SWOT akan menentukan arahan strategi pemanfaatan ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram SWOT pada gambar 4.7. sebagai berikut : Peluang ( O )
0,5 0,4
( 0,042 ; 0,407 )
0,3 0,2 0,1 Kelemahan ( W )
Kekuatan ( S )
- 0,5 - 0,4 - 0,3 - 0,2-0,1
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
- 0,1 - 0,2 - 0,3 - 0,4 - 0,5 Ancaman ( T ) Gambar: 4.7. Diagram SWOT Pemanfaatan Ruang di Kab Gayo Lues. Berdasarkan selisih Jumlah Skor / Nilai pengaruh unsur internal ( Kekuatan dan Kelemahan ) adalah selisih total skor hasil analisis ( 1,016 – 0,974 = 0,042 ). Dan selisih total nilai pengaruh unsur eksternal ( Peluang dan Ancaman ) adalah ( 1,375 – 0,968 = 0,407 ). Berdasarkan diagram SWOT . pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues berada pada Sel I. Posisi pada Sel I menunjukan bahwa Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues mempunyai situasi yang menguntungkan karena
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
mempunyai Peluang dan Kekuatan pada kondisi ini di Perlukan Support and Aggressive Startegy. Sedangkan menurut Rangkuti ( 2000 ), Posisi ada Sel I harus menerapkan Startegi SO ( Strengths – Opportunities ), Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi tersebut dijelaskan secara rinci pada Matrik SWOT pada Tabel 4.30.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel. 4.30 Matrik SWOT Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues. UNSUR INTERNAL
UNSUR EKSTERNAL Peluang ( O ) O1. Adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya Penataan Ruang. O2. Telah disusun RTRW Kabupaten,RUTR kota Blangkejeren, RTBL sehingga memudahkan perencanaan pengembangan wilayah. O3. UU.No.32. Thn 2004 Tentang Otonomi Daerah. O4. Permintaan terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi. O5. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pariwisata dan pertanian. Ancaman ( T ) T1. Kesulitan mengoptimalkan Rencana Tata Ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar. T2. Sifat dinamika wilayah yang tinggi sebagai kabupaten yang berada dalam kawasan TNGL. T3. Konflik antar kegiatan/ sector dalam pemanfaatan lahan. T4. Tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan. T5. Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah.
Kekuatan ( S ) S1. Adanya dukungan pemerintah dan masyarakat. S2. Tersedianya sarana Transportasi/ perhubungan terkait dengan pariwisata. S3. Letak Kabupeten Gayo Lues di pertengahan kota-kota dari lima Kabupaten di calon Provinsi ALA S4. Kekayaan sumber daya alam S5. Kabupaten Gayo Lues merupakan kab terluas dari 5 kabupaten di calon provinsi ALA Strategi SO ¾ Pengembangan kawasan
Kelemahan ( W ) W1. Koordinasi antar instansi pemerintah dan keterpaduan program yang lemah. W2. Belum meratanya Infrastruktur dan kegiatan investasi bagi suatu kabupaten baru. W3. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah. W4. Jumlah, Kepadatan dan distribusi penduduk yang rendah. W5. Kabupaten Gayo Lues tidak memiliki laut, Sehingga tidak mungkin ada pelabuhan. Strategi WO ¾ Mengurangi ketimpangan
andalan melalui penentuan
ekonomi antar wilayah
alokasi pemanfaatan ruang
melalui penyebaran arus
berdasarkan kesesuaian
Investasi
lahan dan RTRW. ¾ Pemanfaatan ruang dengan
¾ Pemanfaatan sumberdaya alam berdasarkan
memanfaatkan semangat
karakteristik dan daya
otonomi daerah,
dukung lingkungan.
sarana,prasarana dan dukungan perundangundangan.
Strategi ( ST ) ¾ Penyusunan rencana
Strategi ( WT ) ¾ Peningkatan koordinasi antar
pengelolaan berdasarkan
sector dalam perencanaan
potensi dan kesesuaian
dan pemanfaatan ruang
lahan untuk menghindari
untuk mengurangi konflik
terjadinya konflik antar
dan tekanan terhadap
kegiatan / sector dan
sumberdaya alam.
tekanan terhadap sumber daya alam yang berlebihan..
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Matrik SWOT menjelaskan secara rinci bagaimana Peluang dan Ancaman terhadap Pemanfaatan Ruang dapat disesuaikan dengan Kekuatan dan Kelemahan yang dimilikinya. Matrik SWOT ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternative Strategi SO; ST ; WO ; dan WT. Strategi SO ( Kekuatan dan Peluang ) yang dapat dilakukan adalah : •
Pengembangan
Kawasan
Andalan
melalui
penentuan
alokasi
pemanfaatan Ruang berdasarkan kesesuaian lahan dan RTRW,RUTR dan RTBL. •
Pemanfaatan Ruang dengan pemanfaatan semangat otonomi daerah, sarana dan prasarana dan dukungan perundang – undangan.
Strategi WO ( Kelemahan dan Peluang ) yang dapat dilakukan adalah : •
Mengurangi ketimpangan ekonomi antar wilayah melalui penyebaran arus Investasi.
•
Pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan karakteristik dan daya dukung lingkungan.
Strategi ST ( Kekuatan dan Ancaman ) yang dapat dilakukan antara lain penyusunan rencana pengelolaan berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan untuk menghindari terjadi konflik antar kegiatan / sektor dan tekanan terhadap sumber daya alam yang berlebihan, dan Startegi WT ( Kelemahan dan Ancaman ) yang dapat dilakukan/diterapkan antara lain melalui peningkatan koordinasi antar sector dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang untuk mengurangi konflik dan tekanan terhadap sumber daya alam.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4.17.2.1.Arahan Startegi Pemanfaatan Ruang. Berdasarkan analisa SWOT, dapat dihasilkan arahan strategi pemanfaatan ruang. Peubah – peubah unsur Kekuatan ( S ) dan Peluang ( O ) dalam pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues perlu mendapat prioritas untuk diperhatikan, penanganan terhadap peubah – peubah tersebut di harapkan tanpa mengabaikan peubah – peubah unsur Kelemahan ( W ) dan Ancaman ( T ) yang ada. Penanganan
yang
efektif
dan
Konprehensif
di
harapkan
akan
meningkatkan peran Pemanfaatan Ruang, yang perlu dituangkan dalam bentuk program – program. Program yang disusun sebaiknya memprioritaskan pada program kegiatan yang menggunakan Kekuatan ( S ) untuk Pemanfaatan Peluang ( O ). Selain itu, perlu diperhatikan besarnya nilai pengaruh dari setiab Peubah.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Penggunaan lahan saat ini di kabupaten sebagian besar sudah sesuai dengan kesesuaian lahan kecuali terdapat penyimpangan dimana 40.768 ha pemukiman dan 529 ha pertanian lahan basah yang terdapat dikecamatan putrid betong yaitu 9 desa berlokasi pada kawasan lindung 529 TNGL, untuk fungsi hutan sebagian besar sudah sesuai dengan peruntukannya dimana 36.89% hutan lindung saat ini, luasan ini sangat ideal sebagai penyeimbang ekosistem dalam suatu DAS, yang sesuai dengan UU no. 41 tahun 1999 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan menyebutkan hanya 30% kawasan hutan yang harus dipertahankan. 2) Penggunaan lahan saat ini di kabupaten Gayo Lues sebagian besar sudah sesuai rencana tata ruang kecuali terdapat penyimpangan penggunaan lahan dimana tempat pemukiman masyarakat dijadikan kawasan pariwisata dan lahan untuk pertanian lahan basah (sawah) dijadikan untuk pemukiman masyarakat hal ini banyak terjadi di kecamatan Blangkejeren dan kecamatan kota Panjang. 3) Sesuai dengan hasil analisis SWOT arahan strategi pemanfaatan ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar pertumbuhan sektoral dan pemanfaatan ruang optimal apabila alokasi ruang yang
82 Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
dimanfaatkan sesuai dengan kriterian peruntukan ruang yang telah direncanakan (digariskan) dalam RTRW, peruntukan ruang tersebut memberikan manfaat secara optimal bagi kesejahteraan umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Dalam hal ini kabupaten Gayo Lues tidak ada memberikan batasan optimal/ideal dalam pemanfaatan lahan yang ada hanya berpedoaman pada RTRW yang ada. 4) Prioritas kekuatan dan kelemahan : Unsur KEKUATAN : 1. Adanya dukungan pemerintah dan masyarakat. 2. Tersedianya sarana transportasi/perhubungan terkait dengan pariwisata. 3. Letak kabupaten Gayo Lues di pertengahan kota dari lima Kabupaten di calon Provinsi ALA (Aceh Louser Antara). 4. Kekayaan Sumber Daya Alam. 5. Kabupaten Gayo Lues merupakan Kabupaten terluas dari Lima Kabupa ten di calon Provinsi ALA (Aceh Louser Antara). Unsur KELEMAHAN : 1. Koordinasi antar Instansi Pemerintah dan keterpaduan program yang le Mah. 2. Belum meratanya insfrastruktur dan kegiatan Investasi bagi suatu Kabu paten baru. 3. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah. 4. Jumlah, kepadatan dan Distribusi penduduk yang rendah. 5. Kabupaten Gayo Lues tidak memiliki laut, sehingga tidak mungkin ada Pelabuhan.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Hasil dari analisis SWOT menunjukkan bahwa kegiatan pemanfaatan ruang di kabupaten Gayo Lues mempunyai kekuatan dan peluang sehingga strategi yang dapat dilaksanakan adalah dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki juga memanfaatkan peluang yang ada.
5.2. SARAN 1) Pemerintah kabupaten Gayo Lues perlu meninjau ulang kebijakan tentang pemanfaatan lahan di dalam hutan lindung, perlu membuat rencana detail tata rung seperti rencana induk kecamatan (RIK). 2) Juga disarankan agar dilakukan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya. 3) Mengoptimalkan rencana tata ruang harus sesuai dengan apa yang sudah digariskan di dalam RTRW Kabupaten Gayo Lues. Arahan strategi yang harus diperhatikan adalah pengembangan kawasan andalan sebagai kota transit dan pariwisata melalui penentuan alokasi pemanfaatan ruang berdasarkan kesesuaian lahan dan RTRW (lihat peta kesesuaian lahan). Pemanfaatan ruang dengan memanfaatkan semangat otonomi daerah dan dukungan perundang-undangan dapat dilakukan apabila adanya kerjasama antar instansi yang terkait seperti Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Kimpraswil, dll.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1960. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Jakarta. 1980. Keputusan Mentri Pertanian No. 837/kpts/UM/II/1980 tetntang Kriteria dan Tata cara Penetapan Kawasan Lindung. Jakarta. 1987. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1987 tentang Ketentuan Perencanaan Tata Ruanag Kota dan Daerah. Jakarta. 1990. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Jakarta. 1992. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang . Jakarta. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah, Jakarta. 2004. Gayo Lues Dalam Angka. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gayo Lues dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tenggara. Bappeda Kabupaten Gayo Lues. 2003. Rencana Tata Ruanag Wilayah Kabupaten (RTRWK) Gayo Lues tahun 2004-2014. Kabupaten Aceh Tenggara. BPS Kabupaten Aceh Tenggara. 2000. Aceh Tenggara dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Kabupaten Aceh Tenggara. BPN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2000. Luas Wilayah Kab. Gayo Lues. _____. 2000. Profil Desa Kabupaten Gayo Lues. Kerjasama BUPS Provinsi Daerah Istimewa Aceh dengan Bappeda Kabupaten Gayo Lues. Kabupaten Aceh Tenggara. _____. Kabupaten Aceh Tenggara 2001. Gayo Lues dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Kabupaten Aceh Tenggara. BPS Kabupaten Gayo Lues. 2000. Gayo Lues dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Kabupaten Gayo Lues. Budiharsono. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta : Pradnya Paramita
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
David FR. 1997. Strategi Management. Canada : Prentice Hall International, Inc. Darwanto, H. 2000. Sterategi Kebijakan Propenas Bidang Penataan Ruang Makalah Di Sajikan Dalam Pelatihan Penataan Ruang Provinsi di Jakarta. Direktorat Penataan Ruang 85 Daerah. Departemen Pemukiman dan Pengembangan Wilayah. Jakarta. Departemen Kelautan Dan Perikanan. 2002. Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. Dulbahri, 2003. Sistem Informasi Geografis. Pelatihan SIG Tingkat Operator Staf UPT Diektorat Jenderal RLPS. Kerjasama Direktorat Jenderal RLPS dengan PUSPIK Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta. ESRI. 1990, Understanding GIS : The Arc/Info Method Environmental at System Research Institute. Redlands CA, USA Freddy, R. 2005. Analisa Swoot Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. FAO. 1976. A framework of Land Evaluation. FAO Soils Bulletin No. 32, ILRI Publication No. 22, Rome, Italy. Hadi Sabari, Y. 2004. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar. Jogjakarta. Hardjowigeno, S. 2001. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo. I Wayan Nuarsa. 2004. Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3. PT. Elex Media Koputindo, Jakarta Kantor Badan Perttanahan Kabupaten Gayo Lues. 2004. Data Potensi Wilayah Kabupaten Gayo Lues. Seksi Penatagunaan Tanah. Kantor Pertanahan Kabupaten Gayo Lues. Mahi AK. 1994. Pendekatan Hierarki Spasial Sistem Lahan dalam Evaluasi Lahan Pertanian Terkomputer : Studi Kasus DAS Sekampung. [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana Institute Pertanian Bogor. Pearce II JA, Robinson RB. 1991. Strategi Management Formulation, Implementation and Control. Irwin Boston. Rangkuti F. 2000. Analisa SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Robinson, T. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Riyadi, Bratakusumah DS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah : Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta. Gramedia, Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2004. Diktat Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Edisi : 12 Agustus 2004. Bogor : Faperta IPB. Salusu J. 1996. Proses Pengambilan86 Keputusan Perencanaan. Modul Perencanaan Pembangunan. Pusat Studi Kebijaksanaan dan Manajemen Pembangunan LPPM Universitas Hasanuddin. Program Pendidikan dan Latihan Teknik dan Manahemen Perencanaan Pembangunan Tingkat Dasar (TMPPD). Kerjasama OTO Bappenasm Departemen Dalam Negeri dengan Universitas Hasanuddin T.A. 1995/1996. Unjung Pandang. Saromi, D. 2004. Penataan Ruang : Antara Tantangan dan Harapan. Edisi Khusus Buletin Tata Ruang. Jakarta : BKTRN. Suhaidi, 2005. Evaluasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Persepsi Stakeholders dan Kondisi Fisik Lingkungan Wilayah Kabupaten Gayo Lues Provinsi NAD. Sekolah Pasca Sarjana ITB Bogor. Sitorus SRP. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Edisi Ketiga. Bandung : Tarsito. Vincentius A. 2003. Aalisis Keseusaian Lahan dan Arahan Pengembangan Kawasan Pesisir Teluk Maumere Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor. Zainuddin M. 2004. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang dan Pengembangan Wilayah Pesisir Kecamatan Jereowaru Kabupaten Lombok Timur [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institute Pertanian Bogor
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 1: Kuisioner Penelitian
KUESIONER ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN GAYO LUES Tanggal Pengisian
: …………………………………
Nama Responden
: …………………………………
Jabatan Responden
: …………………………………
Alamat
: ………………………………… : …………………………………
Telp.
: …………………………………
Fax
: …………………………………
E-mail
: …………………………………
Tanda Tangan
: …………………………………
Data ini akan digunakan sebagai bahan keperluan penelitian dan penyusunan tesis oleh Fauzul Iman (HP : 081362061274, 081362377177), mahasiswa S2 Program Studi Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, USU.
Tahap I PERBANDINGAN ANTAR PEUBAH UNTUK PENENTUAN BOBOT PEUBAH UNSUR SWOT Petunjuk Pengisian Kuisioner Pembobotan terhadap unsur Strategis Kekuatan dan Kelemahan Serta Unsur Strategis Peluang dan Ancaman dalam Strategi Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Gayo Lues Pemberian nilai setiap variabel dilakukan berdasarkan atas perbandingan secara berpasangan (paired Comparison) antara dua faktor yang mempengaruhi pemanfaatan ruang. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu (strategi) internal dan eksternal. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 (huruf cetak miring) terhadap kolom 1 (huruf cetak tegak), lalu variabel pada baris 2 terhadap kolom 1, dan seterusnya secara konsisten. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan nilai 1, 2 dan 3. 1
=
Jika indikator horizontal kurang penting dibandingkan dengan indikator vertikal
2
=
Jika indikator horizontal sama penting dibandingkan dengan indikator vertikal
3
=
Jika indikator horizontal lebih penting dibandingkan dengan indikator vertikal
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Kuisioner Pembobotan Terhadap Unsur Strategis Kekuatan dan Kelemahan Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang KEKUATAN (Strength)
: Sumberdaya, ketrampilan, atau keunggulan relatif lain yang dimiliki Kabupaten Gayo Lues dalam pemanfaata ruang.
KELEMAHAN (Weakness)
: Keterbatasan dalam sumberdaya, keterampilan dan kemapuan yang secara serius menghambat usaha pemanfaatan ruang.
Faktor Strategis Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
M
N
Total
Bobot
(A) (B) (C) (D) (F) (G) (H) (I) (J) (K) (L) (M) (N)
Keterangan : Kekuatan A.
Letak Kabupaten Gayo Lues di pertengahan kota – kota dari lima kabupaten di provinsi ALA
B.
Kekayaan Sumberdaya Alam dengan adanya TNGL
C.
Tersedianya sarana transportasi/perhubngan terkait dengan pariwisata
D.
Kabupaten Gayo Lues merupakan Kab terluas dari 5 kabupaten di provinsi ALA
E.
Adanya dukungan pemerintah dan masayakat.
F.
……………………………………………………………………..
G.
……………………………………………………………………..
Kelemahan H.
Koordinasi antar Instansi pemerintah dan keterpaduan program yang lemah
I.
Kabupaten Gayo Lues tidak memiliki laut, sehingga tidak mungkin ada pelabuhan
J.
Jumlah, kepadatan, dan distribusi penduduk yang rendah
K.
Belum meratanya infrastruktur dan kegiatan investasi bagi suatu kab baru
L.
Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah.
M. …………………………………………………………………….. N.
……………………………………………………………………..
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Kuisioner Pembobotan Terhadap Unsur Strategis Peluang dan Ancaman Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang.
:
Situasi yang menguntungkan, berbagai kecenderungan peraturanPELUANG (Oppurtunities)peraturan dan perubahan teknologi.
ANCAMAN (Threast)
:
Situasi yang tidak menguntungkan, seperti perubahan teknologi, peraruran baru, dan sebagainya.
Faktor Strategis Eksernal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
M
N
Total
Bobot
(A) (B) (C) (D) (F) (G) (H) (I) (J) (K) (L) (M) (N)
Keterangan : Peluang A. Telah disusun RTRW Kabupaten, RUTR Kota Blangkejeren dan RTBL sehingga memudahkan perencanaan pengembangan wilayah B. UU No. 32 Tahun 2004 tetang Otonomi Daerah C. Adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan ruang D. Peningkatan pendapatan masuarakat melalui kegiatan pariwisata E. Permintaan terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi F. …………………………………………………………………….. G. …………………………………………………………………….. Ancaman H. I. J. K.
Konflik antar kegiatan/sektor dalam pemanfaatan lahan Tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah Sifat dinamika wilayah yang tinggi sebagai kabupaten yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Lauser ( TNGL ) L. Kesulitan mengoptimalkan rencana tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar M. …………………………………………………………………….. N. ……………………………………………………………………..
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Kuisioner Pemberian Nilai Rating Terhadap Unsur Strategis Kekuatan yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Petunjuk Pengisian : Pemberian nilai rating berdasarkan atas kekuatan yang ada dalam pemanfaatan ruang. Pemberian nilai adalah sebagai berikut : Nilai 4. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan sangat tinggi (respon superior) Nilai 3. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan sangat tinggi (respon di atas rata-rata) Nilai 2. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) Nilai 1. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan tersebut rendah (respon kurang) Pertanyaan Menurut Bapak/Ibu, bagaimana faktor-faktor kekuatan tersebut mempengaruhi pemanfaatan ruang (beri tanda (V) pada nilai yang sesuai) : No. 1. 2.
Kekuatan Letak Kabupaten Gayo Lues di pertengahan kota – kota dari lima kabupaten di Provinsa ALA Kekayaan Sumberdaya Alam dengan adanya TNGL
3.
Tersedianya sarana transportasi/perhubungan terkait dengan pariwisata
4.
Kabupaten Gayo Lues merupakan Kabupaten terluas dari 5 Kab di
4
3
2
1
Provinsi ALA 5.
Adanya dukungan pemerintah dan masayakat.
6.
Kuisioner Pemberian Nilai Rating Terhadap Unsur Strategis Kelemahan yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Petunjuk Pengisian : Pemberian nilai rating berdasarkan atas kekuatan yang ada dalam pemanfaatan ruang. Pemberian nilai adalah sebagai berikut : Nilai 4. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi Kelemahan sangat tinggi Nilai 3. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi Kelemahan tinggi Nilai 2. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi Kelemahan tersebut sedang Nilai 1. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi Kelemahan tersebut rendah
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Pertanyaan : Menurut Bapak/Ibu, bagaimana faktor-faktor kelemahan tersebut mempengaruhi pemanfaatan ruang (beri tanda (V) pada nilai yang sesuai) : No. 1.
Kelemahan Koordinasi antar Instansi pemerintah dan keterpaduan program yang
4
3
2
1
lemah 2.
Kabupaten Gayo Lues tidak memiliki Laut, sehingga tidak mungkin ada Pelabuhan
3.
Jumlah, kepadatan, dan distribusi penduduk yang rendah
4.
Belum meratanya infrastruktur dan kegiatan investasi bagi suatu kab baru
5
Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah
6.
Kuisioner Pemberian Nilai Rating Terhadap Unsur Strategis Peluang Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Petunjuk Pengisian : Pemberian nilai tating berdasarkan atas kemampuan Pemerintah Daerah dalam memafaatkan peluang yang ada. Pemberian nilai adalah sebagai berikut : Nilai 4. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan sangat tinggi (respon superior) Nilai 3. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan sangat tinggi (respon di atas rata-rata) Nilai 2. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) Nilai 1. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan tersebut rendah (respon kurang) Pertanyaan Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kemampuan pemerintah dalam merespon peluang tersebut (beri tanda (V) pada nilai yang sesuai) : No. 1. 2. 3. 4. 5.
Peluang
4
3
2
Telah disusun RTRW Kabupaten, RUTR Kota Blangkejeren dan RTBL sehingga memudahkan perencanaan pengembangan wilayah UU No. 32 Tahun 2004 tetang Otonomi Daerah Adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan ruang Peningkatan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pariwisata Permintaan terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi
6.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
1
Kuisioner Pemberian Nilai Rating Terhadap Unsur Strategis Ancaman yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Petunjuk Pengisian : Pemberian nilai rating berdasarkan atas kemapuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi ancaman yang ada. Pemberian nilai adalah sebagai berikut : Nilai 4. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi ancaman sangat tinggi Nilai 3. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi ancaman tinggi Nilai 2. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi ancaman tersebut sedang Nilai 1. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi ancaman tersebut rendah
Pertanyaan : Menurut Bapak/Ibu, bagaimana pengaruh faktor ancaman tersebut mempengaruhi pemanfaatan ruang (beri tanda (V) pada nilai yang sesuai) : No. Ancaman 1. Konflik antar kegiatan/sektor dalam pemanfaatan lahan 2. Tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan 3. Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah 4. Sifat dinamika wilayah yang tinggi sebagai kabupaten yang berada dlm kawasan TNGL 5 Kesulitan mengoptimalkan rencana tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar 6.
4
3
2
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
1
Lampiran 2: Tabulasi Data Primet TABEL PEMBOBOTAN TERHADAP UNSUR STRATEGI KEKUATAN(Strength) DAN KELEMAHAN ( Weakness)PELUANG (Opportunities)dan ANCAMAN (Threats) YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN RUANG No Instansi 1 Kabid. Program DISNAKERTRANS
Kekuatan A B C D E F G
Bobot 0.12 0.07 0.10 0.11 0.13
Kelemahan H I J K L M N
Bobot 0.12 0.05 0.10 0.11 0.09
Peluang A B C D E F G
Bobot 0.13 0.12 0.13 0.08 0.10
Ancaman H I J K L M N
Bobot 0.09 0.08 0.09 0.10 0.09
2
Kadis. Pendapatan Daerah
A B C D E F G
0.9 0.11 0.12 0.07 0.11
H I J K L M N
0.13 0.07 0.08 0.12 0.09
A B C D E F G
0.12 0.10 0.11 0.09 0.09
H I J K L M N
0.10 0.08 0.07 0.10 0.14
3
Sek.Komisi C (Pembangunan)
A B C D E F G
0.11 0.09 0.11 0.11 0.12
H I J K L M N
0.11 0.06 0.10 0.11 0.08
A B C D E F G
0.11 0.10 0.12 0.08 0.09
H I J K L M N
0.09 0.09 0.11 0.10 0.10
4
Kadis Sumber Daya Air
A B
0.10 0.09
H I
0.12 0.06
A B
0.13 0.12
H I
0.07 0.10
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
C D E F G
0.12 0.08 0.09
J K L M N
0.09 0.12 0.13
C D E F G
0.11 0.10 0.10
J K L M N
0.09 0.09 0.09
5
Kabid.Perindag Disperindagkop & UKM
A B C D E F G
0.10 0.11 0.09 0.08 0.10
H I J K L M N
0.13 0.07 0.08 0.12 0.11
A B C D E F G
0.09 0.11 0.11 0.06 0.11
H I J K L M N
0.13 0.07 0.08 0.12 0.11
6
Kadin Peternakan dan Perikanan
A B C D E F G
0.12 0.10 0.08 0.11 0.12
H I J K L M N
0.10 0.08 0.09 0.10 0.09
A B C D E F G
0.12 0.09 0.11 0.10 0.08
H I J K L M N
0.11 0.09 0.10 0.10 0.12
7
Kasi Peningkatan Jalan
A B C D E F G
0.10 0.10 0.10 0.08 0.12
H I J K L M N
0.13 0.08 0.08 0.10 0.10
A B C D E F G
0.13 0.10 0.11 0.08 0.11
H I J K L M N
0.10 0.08 0.07 0.11 0.12
8
Kabid Prasarana Wilayah & KIMPRASWIL
A B
0.09 0.11
H I
0.13 0.07
A B
0.12 0.10
H I
0.10 0.08
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
C D E F G
0.12 0.07 0.11
J K L M N
0.08 0.12 0.09
C D E F G
0.11 0.09 0.09
J K L M N
0.07 0.10 0.14
9
Kep.BAPPEDA
A B C D E F G
0.09 0.11 0.12 0.07 0.11
H I J K L M N
0.13 0.07 0.08 0.12 0.09
A B C D E F G
0.12 0.10 0.11 0.09 0.09
H I J K L M N
0.10 0.08 0.07 0.10 0.14
10
Kabid. Kehutanan
A B C D E F G
0.10 0.09 0.11 0.12 0.12
H I J K L M N
0.11 0.09 0.09 0.09 0.07
A B C D E F G
0.13 0.12 0.11 0.10 0.10
H I J K L M N
0.07 0.10 0.09 0.09 0.09
11
Kadis Kebudayaan Pariwisata Pemuda&Olah Raga
A B C D E F G
0.10 0.11 0.09 0.07 0.11
H I J K L M N
0.13 0.07 0.08 0.12 0.11
A B C D E F G
0.09 0.11 0.12 0.06 0.10
H I J K L M N
0.12 0.07 0.09 0.12 0.12
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Keterangan : Kekuatan(Strength) : A. Letak Kabupaten Gayo Lues di pertengahan kota – kota dari lima kabupaten di provinsi ALA B. Kekayaan Sumberdaya Alam dengan adanya TNGL C. Tersedianya sarana transportasi/perhubngan terkait dengan pariwisata D. Kabupaten Gayo Lues merupakan Kab terluas dari 5 kabupaten di provinsi ALA E. Adanya dukungan pemerintah dan masayakat. F. …………………………………………………………………….. G. …………………………………………………………………….. Kelemahan ( Weakness) H. Koordinasi antar Instansi pemerintah dan keterpaduan program yang lemah I. Kabupaten Gayo Lues tidak memiliki laut, sehingga tidak mungkin ada pelabuhan J. Jumlah, kepadatan, dan distribusi penduduk yang rendah K. Belum meratanya infrastruktur dan kegiatan investasi bagi suatu kab baru L. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah. M. …………………………………………………………………….. N. ……………………………………………………………………… Peluang (Opportunities) A. Telah disusun RTRW Kabupaten, RUTR Kota Blangkejeren dan RTBL sehingga memudahkan perencanaan pengembangan wilayah B. UU No. 32 Tahun 2004 tetang Otonomi Daerah C. Adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan ruang D. Peningkatan pendapatan masuarakat melalui kegiatan pariwisata E. Permintaan terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi F. …………………………………………………………………….. G. ……………………………………………………………………
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Ancaman (Threats) G. Konflik antar kegiatan/sektor dalam pemanfaatan lahan H. Tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan I. Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah J. Sifat dinamika wilayah yang tinggi sebagai kabupaten yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Lauser ( TNGL ) K. Kesulitan mengoptimalkan rencana tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar L. …………………………………………………………………….. M. ……………………………………………………………………..
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
TABEL NILAI RATING TERHADAP UNSUR STRATEGI KEKUATAN(Strength) DAN KELEMAHAN ( Weakness)PELUANG (Opportunities)dan Ancaman (Threats) YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN RUANG
No Instansi 1 Kabid. Program DISNAKERTRANS
Kekuatan 1 2 3 4 5
Nilai 2 1 2 4 3
Kelemahan 1 2 3 4 5
Nilai 2 1 3 4 1
Peluang 1 2 3 4 5
Nilai 3 2 4 1 2
Ancaman 1 2 3 4 5
Nilai 2 2 2 3 3
2
Kadis. Pendapatan Daerah
1 2 3 4 5
2 1 2 2 2
1 2 3 4 5
2 2 2 2 2
1 2 3 4 5
2 2 2 2 2
1 2 3 4 5
2 1 2 2 1
3
Sek.Komisi C (Pembangunan)
1 2 3 4 5
3 1 1 3 3
1 2 3 4 5
1 1 2 3 1
1 2 3 4 5
3 3 4 1 2
1 2 3 4 5
1 3 4 4 2
4
Kadis Sumber Daya Air
1 2 3 4 5
3 2 2 4 4
1 2 3 4 5
2 3 2 2 3
1 2 3 4 5
4 4 3 2 3
1 2 3 4 5
2 2 2 2 2
5
Kabid.Perindag Disperindagkop & UKM
1
4
1
2
1
2
1
1
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
2 3 4 5
3 2 2 2
2 3 4 5
2 2 1 1
2 3 4 5
2 2 1 2
2 3 4 5
2 2 2 2
6
Kadin Peternakan dan Perikanan
1 2 3 4 5
4 2 1 3 4
1 2 3 4 5
2 3 4 2 4
1 2 3 4 5
4 4 4 2 3
1 2 3 4 5
4 3 4 3 2
7
Kasi Peningkatan Jalan
1 2 3 4 5
3 2 3 1 2
1 2 3 4 5
1 3 2 3 2
1 2 3 4 5
2 3 2 1 2
1 2 3 4 5
2 2 2 2 2
8
Kabid Prasarana Wilayah & KIMPRASWIL
1 2 3 4 5
2 2 2 2 2
1 2 3 4 5
3 2 2 2 2
1 2 3 4 5
3 2 2 1 2
1 2 3 4 5
2 2 2 2 2
9
Kep.BAPPEDA
1 2 3 4 5
2 1 2 2 2
1 2 3 4 5
2 2 2 2 2
1 2 3 4 5
2 2 2 2 2
1 2 3 4 5
2 1 2 2 1
10
Kabid. Kehutanan
1 2 3
4 4 2
1 2 3
2 2 2
1 2 3
4 4 4
1 2 3
4 4 4
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
11
Kadis Kebudayaan Pariwisata Pemuda&Olah Raga
4 5
3 4
4 5
4 4
4 5
2 4
4 5
4 4
1 2 3 4 5
2 4 2 4 4
1 2 3 4 5
3 4 4 3 2
1 2 3 4 5
3 4 4 3 3
1 2 3 4 5
3 4 4 3 2
Keterangan : 1) Kriteria Kekuatan (Strength): 1. Letak Kabupaten Gayo Lues di pertengahan kota – kota dari lima kabupaten di Provinsa ALA 2. Kekayaan Sumberdaya Alam dengan adanya TNGL 3. Tersedianya sarana transportasi/perhubungan terkait dengan pariwisata 4. Kabupaten Gayo Lues merupakan Kabupaten terluas dari 5 Kab di Provinsi ALA 5. Adanya dukungan pemerintah dan masayakat. 2) Kriteria Kelemahan (Weakness) : 1. Koordinasi antar Instansi pemerintah dan keterpaduan program yang lemah 2. Kabupaten Gayo Lues tidak memiliki Laut, sehingga tidak mungkin ada Pelabuhan 3. Jumlah, kepadatan, dan distribusi penduduk yang rendah 4. Belum meratanya infrastruktur dan kegiatan investasi bagi suatu kab baru 5. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah 3) Kriteria PELUANG (Oppurtunities): 1. Telah disusun RTRW Kabupaten, RUTR Kota Blangkejeren dan RTBL sehingga memudahkan perencanaan pengembangan wilayah 2. U U No. 32 Tahun 2004 tetang Otonomi Daerah 3. Adanya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya penataan ruang 4. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pariwisata 5. Permintaan terhadap pemanfaatan lahan yang tinggi
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
4) Kriteria ANCAMAN (Threast): 1. Konflik antar kegiatan/sektor dalam pemanfaatan lahan 2. Tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan 3. Ego sektoral dan daerah semakin kuat terkait dengan otonomi daerah 4. Sifat dinamika wilayah yang tinggi sebagai kabupaten yang berada dlm kawasan TNGL 5. Kesulitan mengoptimalkan rencana tata ruang mengikuti pertumbuhan sektoral dan permintaan pasar Pemberian Nilai Rating : Nilai 4. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan sangat tinggi (respon superior) Nilai 3. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan sangat tinggi (respon di atas rata-rata) Nilai 2. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) Nilai 1. Jika kemampuan Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan kekuatan tersebut rendah (respon kurang)
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3: Peta Wilayah Kabupaten Gayo Lues. 3.1: Peta Administrasi Kabupaten Gayo Lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3.2: Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Gayo Lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3.3: Peta Lereng Kabupaten Gayo Lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3.4: Peta Penyebaran Curah Hujan Kabupaten Gayo Lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3.5: Peta Kawasan Budi Daya Kabupaten Gayo Lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3.6 : Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Basah Kabupaten Gayo Lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3.7 : Peta Rencana Kepadatan Penduduk BWK kota Blangkejeren Tahun 2013 Kabupaten Gayo Lues
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3.8 : Peta Provinsi Aceh Lauser Antara (ALA)
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3.9 : Peta Arahan Fungsi Hutan Kabupaten Gayo Lues.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Lampiran 4:
Dokumentasi Poto Penelitian
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008