Sambutan Mengembangkan strategi penyediaan air minum dan sanitasi secara mandiri dan berkelanjutan
DUNIA INTERNASIONAL, KHUSUSNYA BAGI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG, TELAH LAMA MENYOROTI PERMASALAHAN AIR MINUM. HAL INI DIPICU OLEH DIMENSI PERSOALAN YANG LUAS SEIRING PERKEMBANGAN SOSIO-EKONOMI. PARA WAKIL PEMERINTAH DARI BERBAGAI NEGARA, DALAM KTT MILLENNIUMPBB (SEPTEMBER 2000), TELAH MENYEPAKATI TUJUAN PEMBANGUNAN GLOBAL YANG DITUANGKAN DALAM MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs). SALAH SATU TARGET MDGs ADALAH MENGURANGI SETENGAH DARI JUMLAH ORANG YANG TIDAK MEMILIKI AKSES AIR MINUM YANG SEHAT PADA TAHUN 2015. Dalam rangka mencapai target tersebut, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) yang di danai dari APBN, APBD, dana masyarakat, dan pinjaman dari Bank Dunia. Sedangkan dari aspek kegiatan, program PAMSIMAS melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Beppenas, Kementerian Keuangan, dan Pemerintah Daerah (provinsi, kabupaten/ kota) serta masyarakat. Kegiatan PAMSIMAS ini merupakan salah satu dukungan terhadap agenda strategis pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pengentasan kemiskinan dengan penyediaan
air minum dan sanitasi yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau masyarakat miskin. Sejalan dengan semangat otonomi daerah di Indonesia, melalui kegiatan PAMSIMAS, Pemerintah Daerah difasilitasi dalam mengembangkan sistem perencanaan yang tepat untuk penyediaan air minum dan sanitasi sesuai kebutuhan masyarakat miskin. Dengan demikian Pemerintah Daerah dapat mengembangkan strategi penyediaan air minum dan sanitasi secara mandiri dan berkelanjutan. Melalui kegiatan PAMSIMAS, optimisme terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat yang sejahtera, diharapkan dapat segera terwujud.
Ir. Danny Sutjiono Direktur Pengembangan Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum PAMSIMAS
Best Practices
i
Sekapur Sirih
Bersinergi Menuju Kesuksesan Hakiki Prof. DR. H. Akbar Tahir, M.Sc Ketua Tim Koordinasi Provinsi Provinsi Sulawesi Barat
Ir. H. Tan Malaka Guntur, M.Si Ketua Tim Koordinasi Provinsi Provinsi Sulawesi Selatan
BERMULA DARI TAHUN 2008. SETELAH BERJALAN DALAM KURUN WAKTU 3 TAHUN, BERAGAM KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PROGRAM PAMSIMAS MULAI TAMPAK. Tentu saja keberhasilan ini merupakan wujud dari kerjasama yang sangat baik antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Ketiganya bersinergi dengan baik dalam setiap gerak langkah nyata mensukseskan ragam program yang dilaksanakan. Satu hal yang patut dicatat adalah adanya perubahan perilaku hidup sehat pada masyarakat di wilayah PAMSIMAS. Perilaku masyarakat kini telah bergerak menuju arah yang lebih baik yaitu lebih produktif. Pendokumentasian gerak langkah PAMSIMAS ini merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap berbagai pihak yang telah berpartisipasi aktif mewujudkan mimpi-mimpi
masyarakat terhadap kondisi kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Tidak hanya itu, dokumentasi kegiatan PAMSIMAS ini selayaknya dapat berperan sebagai media pemicu untuk terus melanjutkan program ini di masa mendatang. Dengan kesiapan dan kematangan yang lebih baik, hasilnya pun dapat tampil lebih berkualitas. Diyakini, dewasa ini masih banyak kawasan perdesaan dan pinggiran kota (peri-urban) yang membutuhkan kehadiran programprogram sejenis. Dengan kepedulian, kemauan dan kerja keras dari seluruh komponen terkait, upaya pengentasan kemiskinan tentunya akan dapat mencapai tataran kesuksesan hakiki
PAMSIMAS
Best Practices
ii
Sekapur Sirih
Menggerakkan Kesadaran Masyarakat
Ir. M. Burhanuddin Madjid, M.Si Kepala PPMU - PAMSIMAS Provinsi Sulawesi Barat
Ir. Andi Hasbul, MT. Kepala PPMU - PAMSIMAS Provinsi Sulawesi Selatan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADALAH FILOSOFI YANG MUTLAK DIHADIRKAN DALAM SETIAP UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, BAIK DITINJAU DARI SISI PENINGKATAN KESEHATAN, PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN MAUPUN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR. SEJATINYA, KETERLIBATAN MASYARAKAT ADALAH INTI PERMASALAHAN YANG JUSTRU HARUS DICERMATI SECARA LEBIH SERIUS. Sebagaimana bunyi ungkapan “berilah kailnya, bukan ikannya”, maka berbagai kegiatan yang diusung melalui program PAMSIMAS, tentu akan berhasil jika mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus bergerak dan menjadi motivasi mereka dalam mengubah kualitas hidup.
Namun semuanya tidak berhenti sampai disini. Yang lebih menggembirakan lagi adalah adanya perubahan pola dan kesadaran hidup masyarakat. Perilaku masyarakat kini telah bergerak menuju arah yang lebih baik yaitu lebih produktif dan kondusif. Inilah keberhasilan yang sesungguhnya.
Setelah bergulir selama kurang lebih 3 tahun, beragam keberhasilan kini mulai tampak. Indikatornya cukup jelas. Kesehatan masyarakat yang hidup di perdesaan dan pinggiran kota (peri-urban) kini semakin membaik. Selaras dengan hal tersebut, perekonomian rakyat pun mulai bergulir semakin cepat dan beragam infrastruktur pun telah tersedia secara memadai. Ketiga indikator tersebut adalah bukti -bukti yang sangat menggembirakan.
Perilaku masyarakat yang aktif mengubah citra dirinya sendiri ini merupakan potensi dari terbangunnya sebuah komunitas masyarakat maju nan andal. Berbekal semangat kemandirian dan kebersamaan yang dimiliki, niscaya mereka terus melaju dan berkembang. Tentu saja ini akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dari waktu ke waktu.
PAMSIMAS
Best Practices
iii
Sekapur Sirih
Menciptakan kehidupan yang lebih layak Ir. Ince Sofian, ST.MM Ka. SATKER PKPAM Provinsi Sulawesi Barat
Ir. Kaharuddin, M.Si Ka. SATKER PKPAM Provinsi Sulawesi Selatan
UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN YANG ERAT KAITANNYA DENGAN AIR MINUM DAN SANITASI ADALAH SEBUAH AGENDA NASIONAL YANG HARUS DILAKUKAN SECARA TERINTEGRASI DAN BERKESINAMBUNGAN. PERMASALAHAN INI AKAN SENANTIASA BERJALAN SELARAS DENGAN LAJU PERTAMBAHAN PENDUDUK YANG TERUS MENINGKAT. Mengemban amanah yang sedemikian besar dari para stakeholder, PAMSIMAS telah menerapkan program sebagai upaya nyata menjawab berbagai permasalahan yang ada. Ada lima komponen kegiatan yang menjadi landasan utama gerak langkah PAMSIMAS. Kesemuanya berujung pada pemberdayaan dan perubahan paradigma masyarakat guna mencapai kondisi kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera. Buku yang tengah Anda genggam ini adalah sepenggal “kisah sukses” program PAMSIMAS di pelbagai daerah. Kami menyebutnya sebagai Best Practices PAMSIMAS. Beberapa diantaranya berkisah tentang kesuksesan pemberdayaan wanita dalam “kantung” kesetaraan gender. Sementara kisah lainnya menceritakan perbaikan-perbaikan infrastruktur yang berdampak nyata terhadap peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat sekitar serta pemberdayaan publik untuk perubahan perilaku masyarakat
terhadap kehidupan yang lebih layak. Kehadiran buku mungil ini sejatinya bukan untuk memperlihatkan keberhasilan PAMSIMAS dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Justru sebaliknya, kami ingin menjadikannya sebagai cermin dalam menilai kinerja PAMSIMAS selama beberapa tahun terakhir. Semoga melalui “kacamata” yang obyektif ini, program-program sejenis lainnya akan terus hadir mewarnai upaya pengentasan kemiskinan yang masih jauh dari usai. Harapan kami hanya satu, yaitu melihat senyum lebar yang lebih banyak lagi dari warga marginal yang berada di berbagai pelosok kota di Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Mereka saat ini tengah menanti sentuhan pembangkit semangat dari berbagai pihak yang selalu peduli dengan keberadaan dan berbagai persoalan yang menyelimuti kehidupan mereka. Mereka menanti harapan itu...
PAMSIMAS
Best Practices
iv
daftarisi
Fokus 1-10
Infrastruktur 11-24
Infrastruktur 25-30
• Hidup Sejahtera
• Mimpi Seorang Pak Desa Untuk Semua Warga
• Menghapus Tradisi Buang Hajat Di Bekas Lahan Persawahan dan Daerah Perkebunan
• PAMSIMAS • Pelembagaan Partisipatif Aktif Masyarakat
• Memiliki dan Mencintai • Harapan Baru Tanah Harapan • Dekat Dimata Dekat Dihati
bestpractices
COVER
• Air Mengalir Kami Tidak Miskin Lagi
Pengarah
Ir. Danny Sutjiono Ir. H. Tan Malaka Guntur, M.Si Prof. DR. H. Akbar Tahir, M.Sc Ir. Andi Hasbul, MT. Ir. M. Burhanuddin Madjid, M.Si Ir. Kaharuddin, MSi Ir. Ince Sofian, ST.MM
Pimpinan Redaksi
Ir. Zainal Arifin (PMAC - C16)
Infrastruktur 31-40
Infrastruktur 41-56
Gender 57-58
• PAM Mini Mattirowalie Mendongkrak Kehidupan Baru
• Air Sarambu Wae Cekke
• Ketika Kelembutan bersinergi Dengan Kekuatan
• Antusias Warga Menyambut Ait Bersih • PAMSIMAS Mengubah Hidup Kami Menjadi Lebih Hygienis
• Arisan Jamban • Kini Mancani Berseri • Menuju Martajaya Yang Andal • Perubahan Paradigma Yang Menggembirakan
Redaksi
Dra. Nursiah Nukma, M.Si A.P. Mappenedding, S.T Abunawar, S.T Diantono Santoso, S.Komp. Dadang Hari. S.P, S.E Hasan Husain, S.K.M Budyarsa, S.SOS
Kontributor
TKK Kota/Kabupaten Sulselbar DPMU Kota/Kabupaten Sulselbar Satker Kota/Kabupaten Sulselbar PPK Kota/Kabupaten Sulselbar DMAC Kota/Kabupaten Sulselbar TFM Kota/Kabupaten Sulselbar LKM Kota/Kabupaten Sulselbar BP-SPAMS Kota/Kabupaten Sulselbar
Desain Grafis
Rendra Rif
Diterbitkan oleh
PMAC - PAMSIMAS Sulselbar PT. Surya Abadi Konsultan
Fokus Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi.
HIDUP SEJAHTERA 1
Best Practices
PAMSIMAS
Potret Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
S
atu hal fundamental yang membedakan hidup di negara berkembang seperti kita, dan hidup di negara welfare state adalah perhatian terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Perhatian mereka terhadap kesejahteraan rakyat amatlah besar. Oleh karena itulah, maka banyak negara berlombalomba berpacu menuju welfare state. Ironisnya, tidak selalu sejalan dengan ketersediaan ruang, prasarana dan sarana serta utilitas yang memadai.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan PAMSIMAS
Best Practices
2
“Walaupun air sungai kurang baik bagi kesehatan, tetapi sepertinya badan kami sudah kebal.” seronoh bocah 11 tahun sambil berlari.
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kelangkaan air bersih kurangnya budaya hidup bersih menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak sehat, terutama dalam hal sanitasi. Bayangkan orang mandi, BAB, mencuci di sungai yang sama. Kadang-kadang malah air minum pun diambil dari sungai yang sama. Padahal, khusus untuk air minum, Departemen Kesehatan mensyaratkan bahwa air yang layak dikonsumsi adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Ini tentu saja berisiko menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, cacingan, penyakit-penyakit kulit. Di Indonesia penyakit diare adalah penyebab kematian kedua terbesar pada anakanak di bawah umur lima tahun. Air bersih adalah unsur yang sangat vital bagi kehidupan manusia.Air bersih digunakan untuk konsumsi air minum, 3
Best Practices
PAMSIMAS
memasak, mandi, mencuci, dan untuk toilet. Bagi tubuh, air berfungsi sebagai sumber asupan mineral, mengatur suhu tubuh, pembentuk cairan darah, pembentuk sel, dan melancarkan pencernaan. Secara alamiah sumber air bersih adalah mata air permukaan dan bawah tanah, sungai, dan hujan. Namun seiring dengan meningkatnya peradaban manusia dan pertumbuhan jumlah penduduk, air bersih menjadi semakin sulit diperoleh. Pertumbuhan jumlah penduduk menuntut penyediaan tempat tinggal yang semakin banyak. Kawasan-kawasan resapan air banyak yang beralih fungsi menjadi pemukiman penduduk. Sumber-sumber air permukaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya semakin banyak pun semakin berkurang. Sementara pertumbuhan industri juga menghasilkan limbah yang dibuang di sungai sehingga air sungai tidak lagi layak menjadi sumber air bersih. Industri juga menghasilkan limbah yang dibuang ke udara melalui
Perilaku hidup yang tidak higienis karena tidak ditunjang dengan sarana air minum dan sanitasi dasar yang memadai
cerobong-cerobong asap sehingga selain menghasilkan polusi udara juga mencemari air di udara yang akan turun menjadi hujan. Kadang-kadang limbah industri dibiarkan saja meresap ke tanah hingga mencemari sumber air di dalam tanah. Banyak bahan kimia moderen yang begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi bisa membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat digunakan untuk minum tanpa melalui proses pengolahan secara khusus. Sektor pertanian juga berperan dalam penyalahgunaan air. Penghamburan air terjadi karena tidak adanya sistem irigasi yang baik sehingga menimbulkan kubangan dan penggaraman. Ini menyebabkan hilangnya produktivitas air dan tanah. Satu-satunya pilihan tinggal sumber mata air di bawah tanah. Orang memanfaatkannya dengan cara menggali atau mengebor sumur. Di daerah perkotaan orang berlomba-lomba menyedot sumber air tanah dengan pompa air sehingga terjadi sumber air banyak yang
mengering, terutama di musim kemarau. Sementara di daerah pedesaan, khususnya daerah minus, menggali atau mengebor sumur dirasakan terlalu berat karena biayanya mahal.
Air dan sanitasi merupakan faktor yang terkait dengan perilaku/gaya hidup masyarakat serta turut menentukan tingkat kesehatan.Tingkat kesehatan seseorang akan mempenguruhi kualitas hidup dan produktivitas kerja, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraannya. PAMSIMAS
Best Practices
4
Fokus
PAMSIMAS Penyediaan Air Minum Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup bersih dan sehat telah dilaksanakan secara sinergi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat, daerah dan penerima manfaat. Sharing dana antara pemerintah pusat, daerah, bank dunia serta masyarakat merupakan bentuk integrasi dari pamsimas.
dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
PAMSIMAS adalah kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang dananya berasal dari kontribusi masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan Bank Dunia. Kegiatan ini didukung oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai Executing Agency bersama dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan. Tujuan PAMSIMAS secara umum adalah meningkatkan akses pelayanan air minum dan sanitasi serta menerapkan praktek perilaku hidup bersih dan sehat. Sasran program ini adalah kelompok masyarakat miskin di perdesaan dan daerah pinggiran kota (peri-urban) yang mempunyai prevalensi terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi. Ruang lingkup kegiatan Program WSLIC-III/ PAMSIMAS mencakup 5 komponen kegiatan yaitu (i) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal; (ii) Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi; (iii) Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum; (iv) Insentif untuk Desa/ kelurahan dan Kabupaten/ Kota; dan (v) Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek. 5
Best Practices
PAMSIMAS
1
Pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan PAMSIMAS adalah menginstitusionalisasikan seluruh komponen tersebut dalam struktur kelembagaan ditingkat Kota/ Kabupaten. Pemerintah daerah yang berpartisipasi dalam PAMSIMAS dipilih melalui suatu proses kompetisi berdasarkan dua kriteria utama yaitu kemauan mereka dalam memberikan kontribusi untuk penyediaan dana pendamping bagi pelaksanaan proyek, serta tingkat kompleksitas dari permasalahan lingkungan permukiman yang ada di Kota/ Kabupaten tersebut. Setelah berjalan kurang lebih 3 tahun, 357 desa di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat telah menikmati manfaat dari PAMSIMAS melalui penyediaan infrastruktur seperti air bersih dan fasilitas sanitasi. Peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi
2
3
yang dihasilkan dari PAMSIMAS telah mengurangi biaya serta waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh air dengan kualitas baik, sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak lagi bagi masyarakat untuk bekerja mencari nafkah. Air bersih dan peningkatan kualitas lingkungan juaga telah mengurangi angka penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne disease). PAMSIMAS juga telah memberikan manfaat bagi masyarakat, dan memperkuat organisasi melalui berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur permukiman. Peningkatan kapasitas dalam PAMSIMAS telah memperkuat rasa kepemilikan dan partisipasi aktif warga dalam perencanaan dan pelaksanaan rencana peningkatan kualitas permukiman.
5
4
1. 2. 3. 4. 5.
Rumah Pompa Pelatihan Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat Kran Umum Jamban Sekolah
PAMSIMAS
Best Practices
6
Fokus
1
PELEMBAGAAN PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT 7
Best Practices
PAMSIMAS
TUJUAN UMUM PAMSIMAS ADALAH MEMBANTU PEMERINTAH DALAM MENGURANGI KEMISKINAN DI PERDESAAN DAN PINGGIRAN KOTA (PERI-URBAN) MELALUI KEMITRAAN ANTARA PEMERINTAH, SEKTOR SWASTA DAN MASYARAKAT.
2
3
S
ecara rinci, sedikitnya terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai melalui pelaksanaan program Pamsimas. Pertama, membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam penyediaan air bersih dan sanitasi. Kedua, meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
1. PMAC - Sulawesi Selatan & Sulawesi Barat 2 DMAC SIDRAP - Sulawesi Selatan 3. DMAC MAJENE - Sulawesi Barat
PAMSIMAS
Best Practices
8
melalui penyediaan sumberdaya bagi pemerintah daerah bekerjasama dengan masyarakat dan sektor swasta. Ketiga, meningkatkan kemampuan pemerintah kota/kabupaten dan masyarakat dalam menyusun perencanaan partisipatif dengan penekanan pada berbagai peran dan tanggung jawab secara harmonis antara pemerintah daerah, masyarakat dan kelompok swasta. 1
2
Bagi pemerintah daerah, keberadaan PAMSIMAS terbukti memberikan manfaat positif tersendiri,yaitu sebagai wahana pembelajaran untuk menemukan rumusan terbaik dalam rangka menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Akses Air Minum dan Sanitasi yang berpihak pada kaum miskin, mandiri dan berkelanjutan. Sebagai sasaran dan hasil akhir, diharapkan terwujudnya pelembagaan sistem perencanaan dan pengelolaan yang partisipatif di tingkat lokal yang berpihak kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Mewujudkan hal tersebut, terdapat tiga komponen utama yang dilakukan PAMSIMAS. Komponen pertama adalah fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan serta peningkatan sistem perencanaan dan pengelolaan air minum yang berpihak kepada MBR. Komponen kedua adalah memperkuat sistem pembiayaan pembangunan akses air minum yang murah dan terjangkau. Pada saat berakhirnya pelaksanaan PAMSIMAS, diharapkan sistem tersebut sudah terlembaga ditingkat lokal.
3
9
Best Practices
PAMSIMAS
Komponen ketiga adalah peningkatan kualitas penyediaan air minum dan sanitasi yang sebagian besar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah sebagai penerima manfaat. Melalui suatu siklus proyek yang dilaksanakan dengan
4
pemberdayaan masyarakat, diharapkan dapat terbentuk kelembagaan ditingkat masyarakat yang dikenal sebagai Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) dan Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP-SPAMS). Melalui kedua hasil tersebut, diharapkan kebutuhan masyarakat akan air minum dan sanitasi yang layak dapat terpenuhi sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan kesehatan dan tingkat ekonomi sosial masyarakat. Melalui PMAC sebagai konsultan provinsi dibantu dengan DMAC sebagai konsultan kota/ kabupaten dan Tim Fasilitator Masyarakat, PAMSIMAS menterjemahkan implementasi kegiatan infrastruktur dalam bentuk pembangunan instalasi air minum serta memotivasi dalam mengubah kualitas hidup. Keseluruhan bentuk kegiatan tersebut merupakan perwujudan dari proses partisipatif, dimana seluruh kegiatan yang
dilaksanakan merupakan hasil kesepakatan warga dan kebutuhan nyata yang dapat menjawab permasalahan utama penyebab terjadinya penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air. Terakhir dan yang terpenting dalam seluruh rangkaian kegiatan PAMSIMAS adalah perkuatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah. Dimana hal ini mampu menjembatani keberlanjutan dari proses perbaikan, pembangunan dan pemeliharaan lingkungan, yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. 1. LKM TAMMUA SIPAKALEBBI Makassar. 2. BP-SPAMS Bulukumba. 3. Rapat TKP 4. Tim Fasilitator Masyarakat Tana Toraja
PAMSIMAS
Best Practices
10
Infrastruktur
MIMPI SEORANG PAK DESA Untuk Semua Warga
H. Baso Alang, Pak Desa Bottotanre
11
Best Practices
PAMSIMAS
Kerinduan H. Baso Alang (45 tahun) selaku kepala desa terhadap ketersediaan air bersih yang murah dan sehat telah terwujud. Bersama 61 Kepala Keluarga, warga Desa Bottotanre ini memperoleh akses air bersih semenjak PAMSIMAS merealisasikan proyek pengadaan air bersih pada tahun 2009.
S
umber air bersih berasal dari sumur bor yang dipompa dan dialirkan ke Reservoir sebelum disalurkan kewarga desa melalui alat pencatat meter. Warga desa bersyukur karena tidak perlu jauh-jauh untuk mendapatkan air bersih. Sebelumnya kami harus menguras tenaga dan waktu pergi ke sungai atau sumur umum yang jaraknya cukup jauh dari desa. “Kami tidak bisa maksimal untuk mencari nafkah yang rata-rata petani,” ungkap seorang warga. Keberadaan sarana pengadaan air bersih ini benar-benar sangat didambakan oleh warga Desa
Bottotanre. Kondisi sungai yang pasang surut tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan mereka, terutama untuk air bersih dan sehat. “Kami mengerti bahwa penggunaan air sungai kurang baik bagi kesehatan. Tapi kami sudah terbiasa. Untuk mandi, kami tetap melakukannya di sungai. Meski kurang bersih, tetapi sepertinya badan kami sudah kebal,” urai Hj. Besse Ervianti sembari tersenyum malu. Namun masalah itu telah berlalu. Kami sekarang mudah mendapatkan air bersih untuk keperluan minum dan masak. Cukup Rp. 5.000,per meter kubik ditambah iuran bulanan Rp. 3.000,-. Setiap bulannya
1
1. Reservoir 2. Intake
2
PAMSIMAS
Best Practices
12
2
13
Best Practices
PAMSIMAS
kami membutuhkan 5 sampai 8 meter kubik. Biaya penyambungan setiap rumah sebesar Rp. 700.000,-. Pembayaran rekening dilakukan melalui mendatangi rumah warga pemakai fasilitas dengan menunjukkan jumlah pemakaian yang dicatat dari alat pencatat meter setiap tanggal 4. Tidak hanya untuk minum dan masak, juga untuk keperluan lainnya. ”Secara
automatis ada perubahan prilaku hidup bersih dan sehat di dusun kami,” tutur Pak Desa. Bahkan jamban sekolah dan jamban keluarga pun ikut dibangun, dengan demikan hampir semua warga dusun telah mempunyai jamban keluarga sendiri. Sehingga tidak perlu jauh-jauh pergi ke sungai untuk buang air besar.
3
1
Proses pemeliharaan dikelola oleh BP-SPAMS yang diketuai Hj. Besse Ervianti dibantu oleh 4 orang staf dan satu orang teknisi. Setiap bulannya instalasi air dibersihkan dari kotoran sehingga tidak mengganggu proses penjernihan air. Listrik yang digunakan untuk pengoperasian instalasi air sebesar 450 watt dengan rata-rata iuran setiap bulan Rp. 70.000,-
Mengingat arti penting yang diusung sarana pengadaan air bersih tersebut, warga mengembangkan tanaman pangan di lahan mereka. Pada tahun 2010 Desa Bottotanre mendapatkan penghargaan Tim Pangan Terbaik Tahun 2010 dari Kabupaten Wajo. Pengembangan ini semakin membuktikan bahwa perubahan paradigma terhadap pemanfaatan air bersih telah berevolusi dengan baik. Khususnya bagi mereka yang selama ini masih mengandalkan aliran sungai sebagai sumber air yang tak tergantikan. 1. Kran Umum 2. Alat Pencatat Meter 3. Jamban Sekolah
Hj. Besse Ervianti Ketua BP-SPAMS “Dahulu desa kami tertinggal, sekarang sudah berubah menjadi desa mandiri.” PAMSIMAS
Best Practices
14
Infrastruktur
MEMILIKI dan MENCINTAI Banyak masalah yang muncul setelah berbagai fasilitas publik selesai dibangun.Yang paling banyak terjadi adalah bahwa fasilitas itu akhirnya rusak dan terbengkalai tanpa ada upaya untuk memperbaiki. Masyarakat setempat selalu menunggu adanya upaya perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah. 15
Best Practices
PAMSIMAS
S
emangat gotong royong yang tinggi dari masyarakat Dusun Samaenre, Desa Bulo Bulo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, bahkan seorang tuna netra pun tidak mau ketinggalan turut berpartisipasi membangun infrastrutur yang diprogramkan oleh Pamsimas. Tidak Sia-sia, hasil yang dicapai sangat menggembirakan. Warga dusun lamgsung bisa menikmati air bersih dan sehat. “Sekarang tinggal menjaga serta merawat fasilitas yang sudah ada,” tutur fasilitator Ibu Sarmada. Perubahan perilaku langsung terlihat jelas terutama ibu-ibu yang setiap hari menggunakan air bersih seperti kebutuhan air minum, masak, mencuci dan keperluan
2
1
1. 2.
Masyarakat berpartisipasi aktif dalam pemasangan pipa dari intake ke reservoir Perawatan Reservoir
PAMSIMAS
Best Practices
16
lainnya. Bahkan ada yang sudah membangun jamban keluarga sendiri dengan metode CLTS. Masyarakat setempat telah membentuk Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi. BP-SPAMS tersebut terdiri atas 5 orang anggota dan satu ketua yang dipilih oleh warga desa dan dipilih dari antara warga desa. Tentu saja penggunaan fasilitasfasilitas Pamsimas ini tidak gratis, tetapi jauh lebih mudah dan murah dibandingkan dengan cara yang lama. Dulu warga desa mengambil air dari sumber yang sangat jauh dari desa. Diperlukan waktu berjamjam untuk menuju ke sumber dan berjam-jam untuk kembali ke desa,
2
1
17
Best Practices
PAMSIMAS
3
“Untuk mendapatkan 3 baskom, dibutuhkan waktu 5 jam,” ungkap Maya, ibu dari 3 anak. Sekarang mereka hanya memutar stop kran, air bersih dan sehat langsung mengalir dan hanya dalam waktu beberapa menit baskom sudah penuh terisi. Warga hanya dibebani kewajiban membayar sebesar Rp 1.000,- untuk tiap M3 air. Pemakaian diatas 10 M3 dikenakan tarip Rp. 2.000,- tiap M3 air dan pemasangan pipa dan alat pencatat meter air sebesar Rp 150.000,tiap rumah. Di dusun Samaenre terdapat 63 kepala keluarga sudah menikmati air bersih. “Tampaknya tidak ada keberatan dari mereka terhadap kebijakan ini,”tutur Anwar selaku bendahara BP-SPAMS.
Ternyata, sejak tahun 2010 BPSPAMS ini telah bekerja dengan efektif karena telah melakukan perawatan terhadap fasilitas-fasilitas Pamsimas di dusun Samaenre dan telah berhasil menggalang dana dari masyarakat yang digunakan untuk memberi insentif para anggota BP-SPAMS dan ketuanya sebesar 40% dari jumlah pembayaran air yang dibagi rata, 15% untuk dana perbaikan dan perawatan, 15% untuk Pendidikan, 15% untuk dana sosial dan 15% untuk kas BP-SPAMS yang sudah terkumpul Rp. 1.515.000,-
dan lebih baik di dusun mereka. Di sini jelas terlihat bahwa mereka merasa memiliki dan mencintai fasilitas-fasilitas Pamsimas. Mereka berharap bahwa apa yang telah mereka lakukan akan mengilhami orang-orang di berbagai tempat lainnya dalam hal merawat fasilitasfasilitas publik dan menjaganya agar tetap berfungsi dengan baik. 1. Hidran Umum 2. Alat Pencatat Meter Air 3. Jamban Keluarga 4. Pelatihan cuci tangan pakai sabun
Dengan cara seperti ini, bukan mustahil bahwa warga dusun Samaenre akan memiliki fasilitas air bersih dan sanitasi yang lebih banyak
ANDI SUWARDI Kepala Dusun Samaenre
4
“Berkat Pamsimas, sekarang tidak pernah mendengar warga yang melaporkan sakit diare.”
PAMSIMAS
Best Practices
18
Infrastruktur
TIGA PULUH TAHUN BUKANLAH WAKTU YANG SEBENTAR. SEBUAH PENANTIAN UNTUK MENDAPATKAN AKSES AIR BERSIH DAN SEHAT. KINI USAI SUDAH, HARAPAN YANG TADINYA TENGGELAM BERSAMA KESIBUKAN MASYARAKAT YANG SEBAGIAN BESAR BEKERJA SEBAGAI BURUH TANI, NYARIS HILANG TANPA MEMPEDULIKAN ORANG-ORANG YANG SEKIAN PULUH KALI TELAH MENGANGKUT AIR DARI SUNGAI
19
Best Practices
PAMSIMAS
“Sembari menikmati kran umum Ibu Hanifah Tersenyum sumringah yang baru terlihat selama bertahun-tahun”
PAMSIMAS
Best Practices
20
P
enggunaan air sungai yang belum bisa dipastikan kualitas kebersihannya ini berdampak pada kesehatan masyarakat. Seperti yang terdapat di Lingkungan Tanah Harapan Kelurahan Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Sebelum adanya fasilitas Pamsimas banyak orang yang menggunakan air sungai untuk memasak, mandi, mencuci, bahkan untuk buang air besar di pinggiran sungai. Mereka menggunakan kuda untuk mengangkut air dari sungai karena jaraknya sekitar 2 km dari desa. Cara lain yang ditempuh oleh warga Tanah Beru untuk mencukupi kebutuhan air mereka adalah dengan membeli air bersih seharga Rp 5.000 per jerigen berkapasitas 5 liter. Untuk memenuhi kebutuhan air minum dan masak selama 5 hari tiap keluarga harus membeli air sebanyak 10 jerigen. Mereka hanya bisa membeli air bersih di kota yang jaraknya cukup jauh dengan mengeluarkan ongkos angkutan sebesar Rp 35.000 untuk 10 jerigen. Jadi pengeluaran total mereka untuk air bersih tiap 5 hari adalah Rp 50.000 + Rp 35.000 = Rp 85.000.
Alternatif lainnya adalah dengan menampung air hujan. Tapi ini tidak bisa dilakukan secara teratur karena amat tergantung musim dan cuaca. Oleh karena itu fasilitas air bersih dan sanitasi yang terjangkau sangat diperlukan oleh desa ini. Fasilitas yang dibangun adalah sumur pompa beserta tangki penampungan air. Kemudian air didistribusikan melalui jaringan pipa ke rumah-rumah warga yang menghendaki yang jumlahnya sudah mencapai 101 rumah. Biaya penyambungan ke tiap rumah dan pemasangan meteran air ditanggung oleh warga. Beban pemakaian air yang harus ditanggung oleh tiap rumah adalah Rp 2.500/m3. Sedangkan iuran bulanannya sebesar Rp 20.000.“Pembayaran pemakaian air dilakukan tiap tanggal 5 dengan cara serempak berkumpul agar masyarakat mengetahui jumlah dana yang terkumpul,” tutur Sarifuddin, Bapak pensiunan guru SD. Apabila ada pelanggan yang membayar lebih dari tanggal itu, maka dikenakan denda sebesar Rp 1.000. Pencatatan pemakaian air dilakukan oleh Muh. Asri seorang teknisi,
2
1
21
Best Practices
PAMSIMAS
3
yang juga bertugas merawat fasilitas air bersih. Kegiatan pembangunan itu dilakukan secara bergotong royong oleh warga Tanah Harapan dengan LKM “Tanah Beru” yang dikoordinir H.M.Yunus Pagau A.MD sebagai penggeraknya. Sementara itu pengelolaan fasilitas air bersih itu dilakukan oleh BP-SPAMS yang diketuai oleh Bapak Syarifuddin yang dibantu oleh 3 orang staf dan 1 orang teknisi. Supaya efektif, maka tiap bulannya para pengelola ini mendapatkan gaji. Ketua mendapatkan gaji sebesar Rp 250.000,-; ketiga orang staf mendaptkan Rp 150.000,-; sedangkan teknisi mendapatkan Rp 500.000,-. Dari pengelolaan itu, hingga kini telah terkumpul dana kas sebesar Rp 3.000.000. Manfaat program ini terutama dirasakan oleh kaum wanita yang sehari-harinya bertugas memenuhi kebutuhan air untuk seluruh keluarga dan menggunakan air untuk mencuci dan memasak. Program ini memang dirancang berbasis masyarakat, artinya dimulai dengan perubahan pola pikir dan kesadaran warga akan
pentingnya fasilitas air bersih bagi kesehatan mereka. Secara bertahap pun mulai terjadi peningkatan perilaku hidup bersih. Ini terlihat dengan adanya sebagian warga yang sudah mau membangun jamban keluarga sendiri dengan metode CLTS (Community Led Total Sanitation), yakni metode untuk menghilangkan kebiasaan buang air besar sembarangan (open defecation) yang dimulai dari dengan mengubah pola pikir warga tentang buang air besar. Dengan meningkatkan kesadaran warga bahwa buang air besar sembarangan berisiko menimbulkan berbagai penyakit, maka metode CLTS ini bisa memicu warga untuk melakukan perubahan dan menemukan solusi yang bermanfaat untuk jangka panjang. 1. Reservoir 2. Sumur Bor 3. Alat Pencatat Meter Air 4. Papan Informasi PAMSIMAS 5. Kran Umum
4
SYARIFUDDIN
Ketua BP-SPAMS Tanah Harapan
5
“Sejak awal, kami tekankan keterbukaan dalam mengelola keuangan dengan mengikut sertakan warga dalam setiap keputusan yang diambil.” PAMSIMAS
Best Practices
22
1
Infrastruktur
DEKAT DI MATA Salah satu indikator untuk melihat sehat atau tidaknya suatu masyarakat adalah dengan melihat ada atau tidaknya fasilitas air bersih dan sanitasi yang memadai. Banyak daerah di Indonesia yang belum memilikinya. Orang-orang mandi, mencuci, dan buang air besar menggunakan air yang tidak bersih. Bahkan air yang mereka konsumsi pun tidak bersih. Kebiasaan ini terus berlangsung karena mereka tidak memiliki akses yang memadai untuk memperoleh air bersih. Salah satunya adalah Dusun Tonroa, Desa Datara, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
5 23
Best Practices
PAMSIMAS
I
tulah sebabnya Dusun Tonroa dipilih menjadi lokasi proyek Pamsimas. Masalah utama yang dihadapi oleh Dusun Tonroa adalah sulitnya mendapatkan sumber air bersih yang memadai untuk memenuhi kebutuhan air seluruh warga. Hanya ada satu mata air yang bisa dimanfaatkan oleh warga, yang letaknya kurang lebih 300 meter dari dusun dengan posisi menanjak. Sumber air itu debitnya sangat kecil, baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Itu jelas kurang bisa mencukupi kebutuhan air untuk seluruh warga dusun. Untuk mengangkut air dari sumber itu warga menggunakan tenaga kuda. Mencari sumber air tanah dengan cara mengebor sumur dirasa berat dan tidak terjangkau oleh warga dusun yang sebagian besar mata pencahariannya adalah petani. Jadi, dusun itu memang layak menerima proyek Pamsimas. Dalam pelaksanaan proyek itu semua kegiatan dilakukan oleh warga Dusun Tonroa secara bergotong-royong. Dalam hal ini LKM berfungsi sebagai motor penggerak. Setelah air bersih diperoleh dan ditampung di tangki penampung, selanjutnya air bersih itu didistribusikan ke setiap rumah melalui pipa. Untuk mengetahui jumlah pemakaian air di tiap rumah, dipasanglah meteran air.
2
3
4
DEKAT DI HATI Biaya pemasangan yang dibebankan kepada tiap kepala keluarga adalah sebesar Rp 150.000,-. Sedangkan beban pemakaian air yang ditanggung oleh warga adalah sebesar Rp 500,-/m3. Selain itu warga juga dikenakan iuran bulanan sebesar Rp 2.500,-. Supaya fasilitas air bersih tetap bisa berfungsi, diperlukan pengelolaan dan perawatan yang baik. Untuk itu dibentuklah sebuat BP-SPAMS yang bertugas mengelola dan merawat fasilitas tersebut. Bendahara BP-SPAMS tersebut dijabat oleh Hj. Agustina. Beliau dibantu oleh 3 orang teknisi yang bertugas mencatat pemakaian air di tiap rumah setiap tanggal 25, merawat dan membersihkan tempat penampungan air serta seluruh saluran distribusi air. Ketiga orang teknisi tersebut mendapat honor masing-masing sebesar Rp 35.000,-/hari. Dari tahun 2009 hingga saat ini dana yang berhasil dikumpulkan oleh BP-SPAMS itu mencapai Rp. 3.800.000,-. Warga Dusun Tonroa tidak menganggap itu semua sebagai beban berat yang harus mereka pikul karena manfaat yang bisa mereka peroleh jauh lebih besar daripada uang yang mereka keluarkan. Yang terutama
merasakan manfaat itu adalah para wanita yang setiap hari bertugas memenuhi kebutuhan air untuk keluarga. Dengan adanya fasilitas air bersih ini, tugas mereka menjadi lebih ringan dan tidak lagi mengalami kesulitan untuk mendapatkan air di musim kemarau. Selain itu secara bertahap ternyata juga terjadi perubahan perilaku warga, terutama ibu-ibu dalam aktivitas mereka yang menggunakan air yakni untuk memasak, mencuci, dan mandi. Saat ini 95% warga Dusun Tonroa sudah memiliki jamban sendiri. Tidak berhenti disini. Pembelajaran untuk hidup bersih dan sehat diberikan kepada anak-anak sejak dini. “Sekarang warga kami merasa nyaman karena air bersih sudah ada di dekat mereka dan tentu saja di hati mereka,” ungkap Abdul Rachman Abdullah selaku Kepala Desa Datara. 1. Reservoir 2. Jamban Keluarga 3. MCK 4. Cuci Tangan Pakai Sabun di sekolah 5. Ketua BP-SPAMS, Hj Agustina
PAMSIMAS
Best Practices
24
Infrastruktur
MENGHAPUS TRADISI
BUANG HAJAT
DI BEKAS LAHAN PERSAWAHAN DAN DAERAH PERKEBUNAN
DESA GARING, KECAMATAN TOMPOBULU, KABUPATEN GOWA DENGAN JUMLAH PENDUDUK 3745 JIWA MERUPAKAN DESA YANG RAWAN TERKENA PENYAKIT DIARE, KARENA SEHARI-HARINYA MENGGUNAKAN AIR YANG BELUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN. TERUTAMA PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG DISEBABKAN OLEH KOTORAN MANUSIA. 1 25
Best Practices
PAMSIMAS
M
inimnya fasilitas, terutama fasilitas sanitasi menyebabkan warga membuang hajat di sembarang tempat, bahkan sasaran utama tempat pembuangan adalah bekas lahan persawahan dan di daerah perkebunan sehingga cukup tinggi tingkat pencemarannya. Hal ini merupakan suatu kebiasaan buruk disamping itu memang umumnya warga yang tidak memiliki sarana jamban. Hadirnya program PAMSIMAS menjadi obat penyegar bagi warga Desa Garing. Program pemberdayaan dan pelaksanaan kegiatan infrastruktur ini mampu mengubah tradisi kebiasaan masyarakat buang hajat sembarangan yang sudah melekat bertahun-tahun terganti dengan budaya malu bila buang hajat di bekas lahan persawahan atau di daerah perkebunan.
Sebelumnya, apabila ada warga yang ingin buang air besar di tengah malam, mereka terpaksa harus ke bekas lahan persawahan atau di daerah perkebunan. Tapi tidak sedikit dari mereka yang terpaksa harus menahan keinginan tersebut karena tidak berani berjalan menerjang gelapnya malam. Tak heran dalam pelaksanaannya, warga sangat antusias melaksanakan pembangunan infrastruktur yang diusung PAMSIMAS. Kaum ibu khususnya ibu rumah tangga ikut berpartisipasi, sebab kaum ibu inilah yang paling banyak merasakan manfaat keberadaan air bersih dalam kesehariannya. Mereka dengan semangat ikut membantu seperti mengangkut batu dari pinggir jalan ke lokasi dibangunnya sarana air bersih, juga membantu menyediakan makan dan minum untuk warga yang bekerja.
2
Muh. Alwi, S.Pd selaku koordinator LKM “Sangajilentu” mengatakan, jika sarana air bersih dan jamban keluarga ini sudah terbangun, maka warga tidak perlu jauh-jauh dan takut-takut lagi buang air besar di bekas lahan persawahan atau di daerah perkebunan. Keberadaan sarana air bersih ini rupanya tidak lepas begitu saja dari perawatan dan pemeliharaannya. Untuk menjaga agar sarana air bersih ini tetap bersih dan terpakai selamanya, mereka membentuk Kelompok BP-SPAMS untuk mengelolah.
3
1. Pemandangan BAB di Kebun 2. Air Bersih dan Sehat hasil dari program Pamsimas 3. Jamban Umum PAMSIMAS
Best Practices
26
Infrastruktur
AIR MENGALIR.... ...kami tidak miskin lagi PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT YANG DI USUNG PAMSIMAS SECARA NYATA MAMPU MERUBAH PARADIGMA KEHIDUPAN MASYARAKAT. SETIDAKNYA, PERUBAHAN TERSEBUT TAMPAK JELAS DI DESA MALIMPUNG, KECAMATAN PATAMPANUA, KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN. SECARA UMUM MASYARAKAT SEMAKIN TERPACU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN
27
Best Practices
PAMSIMAS
“Keluarga Darawiah Hidup Sehat dan Sejahtera dengan air bersih PAMSIMAS ”
PAMSIMAS
Best Practices
28
U
sai sudah penantian air bersih dan sehat yang pada tahun 2010 melalui program Pamsimas mewujudkan secercah harapan masyarakat. Ibarat kemarau setahun, sirna oleh hujan sehari. Masyarakat bersuka cita atas terwujudnya impian dan harapan mereka. Rasa haru pun menjadi satu jika mengingat sekian lama mereka menunggu kapan pemerintah mewujudkan penyediaan air bersih yang dapat mengakhiri penderitaan mereka.
sangat rendah akibat terbatasnya fasilitas kesehatan diantaranya penyediaan air minum dan sanitasi serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. “Sebelum adanya program PAMSIMAS, untuk mendapatkan air kami harus pergi ke sungai malimpung yang berjarak sekitar 2 km dari desa dengan memikul
2
1
Kebahagiaan ini berawal ketika melalui rembug warga desa Malimpung yang difasilitasi LKM dan dihadiri oleh seluruh masyarakat, tokoh masyarakat, kepala desa, sepakat menerima dan melaksanakan program Pamsimas. Bagi masyarakat saat itu kebahagiaan yang paling hakiki adalah mereka tidak perlu lagi bersusah payah untuk mendapatkan air. Desa Malimpung pernah terjadi penyakit diare pada balita/anak-anak bahkan Penyakit Kulit. Hal ini diduga karena tingkat kesehatan masyarakat masih 29
Best Practices
PAMSIMAS
3
2 jeringen 20 literan dan pada musim penghujan memanfaatkan PAH (penampungan air hujan). Bahkan untuk mendapatkan 6 jerigen air kami harus menghabiskan waktu setengah hari. Kami mengerti bahwa penggunaan air sungai kurang baik bagi kesehatan. Namun kami sudah tidak berpikir lagi, yang penting mendapatkan air. Untuk mencuci dan mandi pun, kami tetap melakukannya di sungai. Meski kurang bersih, tetapi sepertinya badan kami sudah kebal,” urai Darawiah (33 tahun), ibu 7 anak ini sembari tersenyum malu.
Warga Desa Malimpung pun tidak mau melewatkan kesempatan ini. Melalui LKM “WANUA” dengan koordinator Bpk. Balohe (51 tahun) dan SATLAK Bpk. Gamiri (46 tahun) yang dibentuk atas rembug warga, mereka menyusun berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur yang dianjurkan Tim Teknik PAMSIMAS. Hasilnya? Satu Sumur Bor sedalam 64 meter, Satu Unit Reservoir, Empat Kran Umum dan sebanyak 197 Sambungan Rumah yang biayanya ditanggung pemilik
anggotanya dipilih dari warga Desa Malimpung sendiri. Dan yang paling utama, perilaku warga Desa Malimpung ini secara perlahan mulai terlihat adanya peningkatan perilaku Hidup Sehat dan Sejahtera. “Desa Malimpung sudah siap untuk menjadi desa bebas dari buang air besar sembarangan (ODF),” tutur Kepala Desa Malimpung.
4
rumah serta tidak ketinggalan pula jamban keluarga yg sesuai syarat kesehatan melalui pemicuan (CLTS ) pun sudah terbangun di 115 rumah. Namun air tidak gratis begitu saja. Pemakaian dibawah 15 m3 warga dikenakan beban Rp. 1.000,- tiap meter kubik dan untuk pemakaian diatas 15m3 dikenakan beban Rp. 1.500,- tiap meter kubiknya. Rekening diberlakukan mulai Tanggal 25 Agustus 2011 yang disetujui oleh Kepala Desa Malimpung Muhammad Nur dan dikelola oleh BP-SPAMS yang ketua serta
5
1. Sungai Malimpung tempat masyarakat mengambil air sebelum PAMSIMAS hadir di Desa Malimpung. 2. Kran Keluarga. 3. Alat pencatat meter air. 4. Jamban Keluarga. 5. Reservoir. PAMSIMAS
Best Practices
30
Infrastruktur PAM MINI MATTIROWALIE
MENDONGKRAK KEHIDUPAN BARU KETERBATASAN AIR BERSIH MEMBUAT ORANG MENJADI SANGAT HEMAT AIR. AIR LEBIH BANYAK DIGUNAKAN UNTUK MINUM DAN MEMASAK. KEBUTUHAN AKAN AIR UNTUK MANDI, BAB, MENCUCI PAKAIAN DAN PERALATAN MAKAN DAN PERALATAN MEMASAK MENJADI KURANG TERPENUHI. INI BISA MENGAKIBATKAN TIMBULNYA BERBAGAI PENYAKIT KULIT MAUPUN PERUT.
31
Best Practices
PAMSIMAS
K
eterbatasan air bersih juga menumbuhkan kebiasaankebiasaan yang tidak higienis. Membersihkan badan dengan cara mandi menjadi aktivitas yang jarang dilakukan. Buang air kecil dan air besar dilakukan di tempattempat yang tidak semestinya semisal di pinggir sungai, sawah, atau bahkan di kebun (open defecation). Kebiasaan-kebiasaan seperti ini pun akhirnya menjadi budaya secara turun-temurun. Lingkaran yang tidak sehat seperti ini harus diputus. Hal serupa juga terjadi di dusun Salokdua, kelurahan Mattirowalie, kecamatan Maniang, kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Sumber air yang dimanfaatkan oleh warga Salokdua sebagian besar adalah mata air kecil. Pada musim kemarau mata air itu mengering. Sebagian sumur gali dan sumur bor yang dimiliki oleh sebagian warga juga mengalami kekeringan. Oleh karena itu warga dusun Salokdua banyak yang mengambil air di sungai Salokdua yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari dusun. Diperlukan waktu setengah hari untuk mendapatkan 5 ember air yang belum bisa dipastikan
kebersihannya. Mereka tidak lagi berpikir tentang kebersihan dan kesehatan. Yang penting bisa mendapatkan air. Keterbatasan air bersih menyebabkan masyarakat dusun Salokdua memiliki kebiasaan yang tidak sehat, yakni buang air besar di pinggir sungai atau sawah. Masuknya Pamsimas ke dusun Salodua mendapat sambutan yang sangat antusias dari warga. Sebenarnya warga juga menginginkan perubahan dalam hal penyediaan air bersih, tetapi karena adanya berbagai keterbatasan, maka perubahan itu tidak kunjung terjadi. Membangun sendiri fasilitas air bersih dirasa berat oleh warga dusun yang ratarata memiliki mata pencaharian sebagai petani. Diharapkan setelah proyek pembangunan sumber air bersih semua rumah tangga dusun Salokdua sudah dapat menikmatinya. Selain itu warga juga diberdayakan supaya bisa menjaga dan merawat sarana air bersih yang dibangun. Pemberdayaan ini dilakukan melalui pelatihan khusus. Pembangunan sarana air bersih ini tidak hanya untuk memenuhi
1. Alat Pencatat Meter Air 2. Reservoir
1
kebutuhan rumah tangga dusun Salokdua, tetapi juga untuk sekolah yang ada di desa Mattirowalie melalui penyediaan jamban sekolah sehingga sekolah yang berada di lokasi Pamsimas juga memiliki sarana air bersih dan sanitasi yang sehat. Pembangunan SAB ini juga diiringi dengan peningkatan kesadaran anak usia sekolah tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Di sinilah peran guru dan orangtua murid diperlukan. Pembangunan sarana air bersih di dusun Salokdua difokuskan pada pengoptimalan sumber mata air yang ada dengan cara menyambungkannya ke rumahrumah, terutama rumah warga yang kurang mampu. Selain itu juga dengan cara menemukan sumber-sumber air baru yang dilakukan dengan kerjasama antara ahli struktur alam, pawang air, dan tenaga ahli teknik. Proses pembangunannya melibatkan masyarakat secara langsung melalui kontribusi dalam bentuk uang tunai, tenaga kerja, maupun material yang
2
PAMSIMAS
Best Practices
32
bisa diperoleh di situ. Pembangunan SAB di desa Mattirowalie dimotori LKM “Mattirowalie” yang dikoordinasi oleh Drs. Harafah. Selanjutnya air bersih didistribusikan melalui pipa ke rumah-rumah warga dengan biaya Rp 750.000 per rumah. Warga yang kurang mampu diberi pinjaman yang bisa dikembalikan dengan cara mencicil. Untuk tiap m3 air yang digunakan warga dikenai biaya Rp 1.500. Sedangkan iuran bulanannya sebesar Rp 10.000. Tiap KK rata-rata memerlukan air sebanyak 2 hingga 3 m3 per bulan. Hingga saat ini pelanggan air bersih di desa Mattirowalie sudah mencapai 125 KK. Pembayaran biaya pemakaian air dan iuran bulanan dilakukan dari tanggal 5 sampai 10 tiap bulannya. Pengelolaan fasilitas air bersih ini dilakukan oleh BPSPAMS dengan Ibu Andi Marlina sebagai bendahara dan Ibu Indo Intang sebagai juru tagihnya. Mereka mendapatkan honor sebesar 30% dari jumlah iuran yang terkumpul tiap bulannya.
1
33
Best Practices
PAMSIMAS
Manfaat nyata dari fasilitas Pamsimas sudah dapat diterima dan dirasakan oleh warga desa Mattirowalie, terutama kaum perempuan. Mereka merasa lebih mudah memenuhi kebutuhan air minum dan memasak untuk seluruh anggota keluarga mereka. Kemudahan ini makin terasa ketika musim kemarau tiba. Mereka tidak perlu lagi jauh-jauh mengambil air dari sungai. Selain itu secara perlahan dan bertahap masyarakat desa Mattirowalie juga sudah mengubah kehidupan baru
2
dalam hal mandi, mencuci, dan BAB dengan menggunakan air yang bersih. Saat ini sebagian besar rumah di desa Mattirowalie sudah memiliki jamban keluarga. “Tidak ada kehidupan tanpa Pamsimas,” ungkap Muh. Siarh (43 th), kepala desa Mattirowalie dengan mantap. 1. Ibu Indo Intang membasuh tangannya di kran umum sambil terseyum. 2. Pak Desa tidak segan-segan ikut memrisa tekanan air dirumah pompa.
Drs. ANDI BAHU BHAKTI Ketua BPD Kabupaten Wajo
“Program PAMSIMAS terasa sekali manfaatnya. Kalau bisa dikembangkan karena menyangkut kepentingan dasar dalam kehidupan.”
PAMSIMAS
Best Practices
34
Infrastruktur
Catatan Kecil Dari Talepon Kandua
ANTUSIAS WARGA MENYAMBUT AIR BERSIH NUN JAUH DISANA, SEKITAR + 33 KM DARI KOTA MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA, ADA PARTISIPASI AKTIF WARGA YANG PATUT DIACUNGKAN JEMPOL DALAM PEMBANGUNAN DESANYA YANG NYARIS TERTINGGAL DIBANDINGKAN DAERAH LAIN DI INDONESIA. 35
Best Practices
PAMSIMAS
A
dalah Lembang (Desa) Kandua’ yang melalui program PAMSIMAS mewujudkan secercah harapan masyarakat. Rasa haru pun bercampur menjadi satu jika mengingat sekian lama mereka menunggu kapan pemerintah mewujudkan akses air bersih yang dapat mengakhiri penderitaan mereka.
2
3
1
Sebelum program Pamsimas masuk ke wilayah desa Kandua’, untuk memenuhi kebutuhan tentang air bersih masak, minum, mandi ,cuci dan kegiatan lain, seluruh warga memanfaatkan sungai. Hal ini terjadi untuk semua musim, baik musim hujan maupun kemarau. Ada juga yang mengambil dari mata air yang tidak terlindungi, karena rata-rata mata air lebih tinggi daripada rumahrumah penduduk. Dan sebagian juga mengambil dari Timbuh Rabun (sumur tua) yang berjarak sekitar 100 meter dari perkampungan dengan medan yang berbukit-bukit. Pengambilan air dilakukan dengan cara memikul dari sumber atau sungai ke rumah. Dengan cara seperti ini maka volume air yang bisa dibawa pun juga sangat terbatas karena bolak-balik dari rumah ke sumber air menghabiskan banyak tenaga. Oleh karena itu air yang sudah ditampung di rumah lebih banyak
1&2. Antusias warga melaksanakan pembangunan infrastruktur. 3. Pelatihan Pemberdayaa,Teknis dan Kesehatan.
digunakan untuk keperluan minum dan memasak. Sisanya baru untuk keperluan lain seperti mencuci dan mandi. Aktivitas mandi dan mencuci dengan menggunakan air yang masih tersisa pasti tidak optimal. Cucian, baik pakaian maupun peralatan memasak dan makan pasti kurang bersih. Begitu pula aktivitas mandi dengan air yang hanya sedikit pasti juga tidak optimal. Selain itu masyarakat di desa Talepon Kandua juga masih memiliki kebiasaan sanitasi yang tidak sehat yaitu buang air besar di sembarang tempat seperti di kebun, semak-semak dan di belakang rumah. Ada juga yang pergi ke sungai, di pohon-pohon, kayu-kayu dan paritparit.Yang jelas terkesan seadanya, tanpa peduli dengan kebersihan dan dampak negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan buruk yang mereka lakukan.
PAMSIMAS
Best Practices
36
1
Dengan kondisi seperti itu, masuknya program Pamsimas di desa Talepon Kandua jelas mendapatkan respons yang penuh antusiasme dari warga. Sifat gotong-royong masyarakat setempat yang masih sangat kuat dengan dimotori oleh “LKM Sangke’deran” yang dipimpin oleh Danie Salewa Pariakan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan program Pamsimas di desa Talepon Kandua. Mereka pun bahu-membahu membangun sarana air bersih. Pertama-tama mereka membangun reservoir-reservoir untuk menampung air dari 7 mata air. Kemudian mereka mendistribusikan air dari bak-bak penampung tersebut ke rumah-rumah warga melalui jaringan pipa. Sampai saat ini Sambungan Rumah (SR) sudah terpasang di 100 rumah tanpa menggunakan meteran air. “Kebijakan ini diambil supaya warga bisa merasakan secara langsung kontribusi yang telah mereka berikan dalam pembangunan sarana air bersih.” ungkap Danie. Namun tidak hanya berhenti sampai disini. Proses 37
Best Practices
PAMSIMAS
pemeliharaan fasilitas air bersih di desa Talepon Kandua dilakukan secara swadaya masyarakat. Setiap minggunya instalasi air dibersihkan dari kotoran sehingga tidak mengganggu proses penjernihan air. “Jika memerlukan perbaikan, saya rasa warga tidak keberatan membantu, baik dari sisi biaya maupun tenaga. Karena kami memang sangat terbantu oleh keberadaannya.” tukas ketua LKM Sangke’deran. Selanjutnya secara musyawarah, warga membentuk kelompok yang bertanggung jawab mengelola saarana yang dibangun yaitu BP-SPAMS (Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) yang diketuai oleh Y.P. Sirenden dan Etty Margareta sebagai bendaharanya. Menurut hasil rembug warga sudah disepakati untuk iuran Rp 2.000/KK setiap bulannya. Semula warga diminta untuk membayar setiap bulan, tetapi banyak yang merasa keberatan karena mereka baru bisa membayar tiap 6 bulan, setelah masa panen. Ini juga
2
4
3
5
diimbangin dengan sanksi, yakni apabila selama 3 bulan tidak membayar, maka Sambungan Rumah akan diputus. Dan itu sudah berjalan bulan Januari 2011 kemarin. Sekarang menginjak bulan ke-8, saldo yang terkumpul sekitar Rp 736.000. BP-SPAMS Talepon Kandua sudah mempunyai rekening sendiri lengkap dengan stempel BP-SPAMS. Mengingat arti penting yang diusung sarana air bersih tersebut, warga desa Talepon Kandua telah melakukan pengembangan lebih lanjut. Diantaranya adalah pembangunan jamban keluarga dan penambahan pipa distribusi bagi warga yang belum mendapatkan air bersih. Pengembangan ini semakin membuktikan bahwa perubahan paradigma terhadap pemanfaatan air bersih telah berevolusi dengan baik. Khususnya bagi mereka yang selama ini masih mengandalkan aliran sungai sebagai sumber air yang tak tergantikan. Untuk
itu warga sangat berterima kasih kepada pemerintah atas bantuan melalui Pamsimas. Yang jelas setelah adanya fasilitas air bersih di desa Talepon Kandua tidak pernah terdengar lagi ada yang menderita penyakit diare, muntaber, dan sejenisnya. Tiap rumah di desa ini sekarang telah memiliki jamban keluarga. Manfaat nyata dari fasilitas air bersih ini benar-benar dirasakan oleh warga desa karena mereka tidak perlu lagi jauhjauh mengambil air dari sumber. Air bersih sudah hadir secara langsung di rumah mereka. Kaum perempuan pun tidak lagi merasa kesulitan untuk memperoleh air guna memenuhi kebutuhan seluruh keluarga. 1. Warga melakukan perawatan rutin bak penampungan air. 2&3. Kran Keluarga. 4. Jamban Keluarga. 5. Pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah. PAMSIMAS
Best Practices
38
Infrastruktur TIDAK MEMADAINYA PRASARANA DAN SARANA AIR MINUM DAN SANITASI, KHUSUSNYA DI PERDESAAN DAN DAERAH PINGGIRAN KOTA (PERI-URBAN) BERPENGARUH BURUK PADA KONDISI KESEHATAN DAN LINGKUNGAN YANG MEMILIKI DAMPAK LANJUTAN TERHADAP TINGKAT PEREKONOMIAN KELUARGA.
MCK Keluarga.
Pamsimas Mengubah Hidup Kami Menjadi Lebih Higienis
D
esa Gandangbatu adalah salah satu desa di wilayah kabupaten Tana Toraja yang menjadi salah satu lokasi proyek Pamsimas.Topografi daerah Toraja yang berbukit-bukit kapur membuat masyarvakat mengalami kesulitan memperoleh air bersih. Untuk desa Gandangbatu, mata air yang terdekat adalah di Amdeso dan To’Bubun yang berjarak lebih kurang 4 kilometer. Kondisi seperti itu menyulitkan masyarakat 39
Best Practices
jelas dalam PAMSIMAS
mengambil air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Karena sumber air bersih terlalu jauh dari desa, maka banyak warga desa yang membuat sumur gali. Tetapi air yang diambil dari sumur-sumur warga tersebut mengandung kapur karena memang daerah tersebut terletak di perbukitan kapur. Konsumsi air berkapur dalam jangka waktu lama jelas berpengaruh buruk terhadap tubuh, terutama ginjal. Oleh karena itu banyak warga desa Gandangbatu yang menderita penyakit ginjal. Ini
jelas menambah beban kesulitan warga desa yang sebagian besar adalah petani kopi karena mereka harus mengeluarkan biaya untuk merawat dan mengobati anggota keluarga yang sakit ginjal. Sulitnya memperoleh air bersih juga membuat masyarakat desa Gandangbatu memiliki perilaku yang tidak higienis, terutama dalam hal MCK. Masih banyak warga yang tidak memiliki jamban keluarga. Mereka seringkali melakukan aktivitas buang air besar di kebun-
kebun kopi. Bahkan ada 4 keluarga yang selalu buang air besar di kebun kopi. Seringkali pemilik kebun terkejut ketika akan memanen kopi karena menjumpai banyak kotoran manusia di kebunnya. Setelah desa Gandangbatu terpilih menjadi salah satu lokasi proyek Pamsimas, warga desa kemudian memilih orang-orang yang akan mewakili mereka dalam LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). LKM inilah yang nantinya akan melaksanakan proyek penyediaan air bersih. Dari proses tersebut terpilihlah Mika sebagai koordinator LKM dan Mathius sebagai bendaharanya. Setelah terbentuk, kemudian LKM menyusun RKM (Rencana Kerja Masyarakat) untuk proyek pengadaan air bersih. Dalam RKM disebutkan bahwa air bersih yang akan dialirkan ke rumahrumah warga akan diambil dari sumber air di Amdeso dan To’Bubun
yang letaknya lebih tinggi dari desa Gandangbatu. Jadi air akan dialirkan ke reservoir dengan memanfaatkan gravitasi. Pembangunan fasilitas air bersih tersebut dilakukan oleh seluruh warga secara bergotong royong dengan dimotori oleh LKM. Air dari reservoir kemudian dialirkan ke rumah-rumah warga melalui pipa. Air tersebut dialirkan ke kampung Majao, Malaleo, dan Lo’ko. Sebagian biaya pembangunan adalah dalam bentuk In Cash dari warga yang terlebih dahulu ditalangi oleh Andarias Kalemben selaku kepala desa. “Sambil melakukan pembangunan sarana kami mengumpulkan in cash dari warga yang ternyata melebihi dari target yang sudah ditetapkan oleh program karena mencapai Rp 50 juta,” ungkap Mathius dengan mantap. “Setelah fasilitas air bersih itu selesai dibangun, warga juga tetap berpartisipasi dalam bentuk iuran bulan sebesar Rp 5.000/ KK yang akan kami gunakan untuk perawatan agar sarana tetap
berfungsi dengan baik,” imbuhnya sembari tertawa. Setelah aliran air bersih masuk ke rumah-rumah di desa Gandangbatu, terjadi perubahan perilaku warga desa. Yang tadinya selalu buang air besar sembarangan sekarang sudah buang air besar di jamban karena 90 persen penduduk desa sudah memiliki jamban keluarga dan akses menuju air bersih terbuka lebar. Selain itu perubahan perilaku warga juga terjadi karena mereka merasa malu apabila melihat poster Pamsimas. Dalam poster tersebut digambarkan kerbau yang buang air sembarangan. Mereka tidak mau disamakan dengan kerbau. Dalam hal kesehatan masyarakat juga terjadi perubahan, yakni tidak pernah terdengar lagi orang yang sakit ginjal karena mereka tidak lagi mengkonsumsi air berkapur.
Tak segan-segan ketua LKM ikut mengontrol sarana air minum.
“Saya tidak pernah membayangkan bahwa akhirnya kami bisa mendapatkan air bersih yang layak dikonsumsi. Sejak ada air bersih hidup kami lebih higienis,” jelas Widya (33 tahun), ibu rumah tangga 2 anak dengan logat Tana Torajanya yang sangat kental. PAMSIMAS
Best Practices
40
Infrastruktur
Air Sarambu
Wae Cekke Memberikan Kehidupan Baru Desa Compong
Di ujung Timur Kabupaten Sidenreng Rappang dan masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Pitu Riase, terlihat partisipasi aktif masyarakat yang patut dipuji semangatnya dalam membangun desanya.
A “SATLAK dan UPK sedang memimpin pelaksanaan rehabilitasi penangkap mata air.”
41
Best Practices
PAMSIMAS
dalah Desa Compong dengan luas wilayah 91, 6 km² memiliki jumlah penduduk sebanyak 1778 jiwa/ 368 KK ini tersebar di 4 dusun, merupakan daerah perkebunan sehingga sebagaian besar penduduknya bekerja sebagai pekebun, selebihnya adalah petani, pedagang, tukang batu, tukang kayu, dan PNS. Sawah tadah hujan,kebun coklat, kebun cengkeh, kebun jeruk nipis, kebun buah-buahan tumbuh subur di desa ini yang sebagaian hasilnya dikomsumsi sendiri selebihnya dijual. Masyarakat Desa
“Air Sarambu Wae Cekke ”
PAMSIMAS
Best Practices
42
Compong merupakan suku bugis yang beragama Islam. Desa Compong memiliki air terjun WAI CEKKE yang pada tahun sebelumnya pernah mendapat proyek Sarana Air Bersih (SAB), namun hanya bisa melayani masyarakat di Dusun I dan Dusun IV, itupun masih menimbulkan banyak masalah karena pendistribusian
air sumur yang sudah berbau atau air sungai yang di hulunya sudah banyak aktifitas manusia. Di awal Tahun 2009 saat diadakan musyawarah tingkat desa, warga mengusulkan SAB, namun atas petunjuk dari Bappeda tentang adanya proyek SAB dengan beberapa persyaratannya yang kemudian dikenal dengan istilah PAMSIMAS. Sejak itulah para tokoh masyarakat lewat Pemerintah Desa, Ketua BPD, Ketua LKMD
dapat dilaksanakan sesuai dengan program ini dapat dibuktikan dengan pengerahan massa secara besar-besaran sekitar ±300 orang termasuk kaum ibu tidak mau ketinggalan dalam memenuhi salah satu persyaratan dalam PAMSIMAS yaitu penyertaan dana dari masyarakat dalam bentuk tenaga (IN KIND). Swadaya masyarakat senilai 44 juta rupiah dalam hal penggalian jalan pipa yang panjangnya ± 6 km dapat
1
3
2
tidak merata, Dusun II dan Dusun III hanya tinggal gigit jari melihat dusun tetangga menikmati air bersih, untuk mendapat seember air mereka harus berjuang dengan sekuat tenaga dan cucuran keringat karena harus memikul, menjunjung nampan menggunakan grobak dorong serta dibonceng dengan motor sejauh ±700 m, itupun hanya 43
Best Practices
PAMSIMAS
dan beberapa tokoh masyarakat menghimpun dana yang dalam PAMSIMAS diistilahkan IN CASH. PAMSIMAS dalam perjalanannya mendapat sambutan hangat dari masyarakat, atas komando Koordinator LKM “WAE CEKKE“ Bapak H. Muhammad Said,S.Pd dan kegigihan dari SATLAK PAMSIMAS yang dipercayakan kepada SYAMSUDDIN serta petunjuk dari 3 Fasilitator yakni Bapak ISMAIL,SE, Ibu NUR RAHMA,ST dan Ibu ROSTIA,SKM, kegiatan PAMSIMAS
diselesaikan hanya dalam jangka dua hari, ini membuktikan kesungguhan masyarakat untuk bekerja dengan harapan suatu kebutuhan yang sangat mendasar dapat terpenuhi yakni kebutuhan Air Bersih. Pengerahan massa ini tidak terlepas dari koordinasi yang baik antara LKM, pemerintah desa dan masyarakat, ini merupakan hal tabuh dalam lingkungan masyarakat modern yang mau bekerja hanya dengan nilai rupiah, namun di Desa
Compong nilai gotong royong yang melekat di tengah-tengah masyarakat merupakan modal keberhasilan PAMSIMAS di desa ini Alhamdulillah dengan tidak mengenal lelah dan tampa pamrih tanggal 30 Januari 2010 telah diadakan uji coba penyaluran air ke masyarakat dan masyarakat dusun II dan III yang selama ini hanya sebagai penonton kini juga ikut menikmati hasil cucuran keringat mereka sendiri.
sehingga LKM desa Compong masih sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Dengan adanya kendalakendala tersebut diatas bukan merupakan hambatan bagi LKM untuk mensukseskan program PAMSIMAS di Desa Compong. Sehingga masyarakat yang selama ini sulit mendapatkan air bersih kini 95% sudah dapat menikmati Cucuran keringatnya, penderitaan
mengelola saarana yang dibangun yaitu BP-SPAMS (Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) secara musyawarah yang diketuai oleh MAHMUD dan NURJAYA sebagai bendaharanya. Menurut hasil rembug warga sudah disepakati iuran sebesar Rp. 3.000/KK bagi kelompok miskin dan menengah, untuk kelompok kaya sebesar Rp. 5.000/KK setiap bulannya.
4
Dalam hal pemenuhan kebutuhan di masyarakat, PAMSIMAS Desa Compong masih memiliki kendala, dimana sumber mata air besar namun jalur pipa yang ada masih kecil sehingga masyarakat harus membuat kesepakatan untuk mendapatkan air bersih dengan sistem rolling, yakni mulai pukul 06.00 s.d pukul 14.00 dusun I, pukul 14.00 s.d 18.00 dusun II, dan pukul 18.00 s.d. pukul 06.00 dusun III dan IV ini merupakan kendala yang masih membebani LKM Desa Compong
selama melakukan kegiatan luluh seketika disaat mandi menggunakan AIR SARAMBU WAI CEKKE yang memiliki ciri khas tersendiri dan tidak terdapat di daerah lain... Kondisi ini memberi motivasi kehidupan baru kepada warga untuk mencapai kesejahteraa dan keluar dari kemiskinan. Dengan pendampingan dari program PAMSIMAS, kegiatan pemeliharaan lebih tertata dengan membentuk kelompok yang bertanggung jawab
5
1&2. Sebelum ada PAMSIMAS mengambil air ke dusun tetangga. 3. Kaum ibu turut berpartisipasi dalam penggalian jalur pipa. 4. Menikmati air dari program PAMSIMAS. 5. Cuci Tangan Pakai Sabun disekolah.
PAMSIMAS
Best Practices
44
Infrastruktur Pelaksanaan Program Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Majene mendapatkan penilaian tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat. Salah satu lokasi program Pamsimas di kabupaten Majene adalah di dusun Batu Sambua kelurahan Tallambalao kecamatan Tammero’do Sendana.
D
ARISAN JAMBAN Membawa Perubahan Hidup Sehat
45
Best Practices
PAMSIMAS
i dusun yang berpenduduk 114 KK/ 513 Jiwa ini air yang akan dialirkan ke rumah warga diambil dari mata air Kalo’bang yang jaraknya sekitar 4 kilometer dari dusun. Dari situ air dialirkan ke reservoir dengan memanfaatkan gravitasi. Dari reservoir barulah air dialirkan ke rumah-rumah warga. Proses pembangunan fasilitas air bersih di dusun ini berlangsung dengan lancar karena semangat gotong royong masyarakatnya yang sebagian besar adalah petani masih sangat tinggi. Sebagai ungkapan syukur karena air bersih telah mengalir mereka pun mengadakan syukuran. Sementara itu pengelolan fasilitas air dilakukan oleh BP-SPAMS “IKHLAS” yang terbentuk pada 24 Desember 2010 dengan SAPARUDDIN sebagai ketuanya dan SUBAEDA sebagai bendaharanya. BP-SPAMS juga yang bertugas menarik iuran dari warga. Besarnya iuran adalah Rp. 2.000,per bulan. Sejak bulan Desember
2010 hingga sekarang telah terkumpul dana hasil iuran sebesar Rp. 1.184.000,-. Salah satu yang menarik di dusun Batu Sambua adalah adanya arisan jamban. Uang arisan yang besarnya Rp. 2.000,- per peserta diundi setiap minggu. Arisan ini diadakan untuk membantu warga yang belum memiliki jamban keluarga. Dengan adanya arisan ini maka biaya yang harus ditanggung oleh warga untuk membangun jamban tidak terasa berat. “Sekarang semua warga sudah memiliki jamban keluarga dan dusun kami sudah bisa dikatakan ODF (Open Defecation Free) atau bebas dari perilaku buang air besar sembarangan,” tutur salah seorang warga dusun. Ini merupakan sebuah terobosan yang sangat kreatif untuk menyiasati keterbatasan kemampuan warga untuk membangun jamban keluarga dan patut dicontoh oleh daerahdaerah lain yang menghadapi kendala serupa.
1
2
Kondisi seperti di atas jelas sangat berbeda dibandingkan dengan kondisi sebelum air bersih mengalir di dusun Batu Sambua. Sebelum ada fasilitas air bersih PAMSIMAS warga memiliki perilaku yang tidak higienis, yakni memanfaatkan air dari sungai untuk memenuhi kebutuhan air minum, mandi, mencuci, dan bahkan untuk BAB. Dulu biasanya mereka memanfaatkan air sungai yang jaraknya sekitar 300 meter dari dusun. Sulitnya memperoleh air bersih menyebabkan sebagian besar warga jarang mandi. Demikian juga halnya dengan anak-anak. “Sebelum adanya program PAMSIMAS muridmurid kami banyak yang tidak mandi,” ungkap Abdul Mannan, S.Pd, kepala sekolah SDN 38 Pangalerong sambil tersenyum malu. 1. Menikmati air dari program PAMSIMAS. 2. CTPS disekolah. 3. Ketua dan Bendahara BP-SPAMS. 4. Kami sekolah lebih segar... PAMSIMAS memang oke!!!
3
4
PAMSIMAS
Best Practices
46
Infrastruktur
“Mata Air Gunung Marwangin yang memberi kehidupan masyarakat kelurahan Mancini.”
B
agi tubuh, air merupakan salah satu zat gizi makro yang sangat penting. Air berfungsi sebagai sumber asupan mineral, mengatur suhu tubuh, pembentuk cairan darah, pembentuk sel, dan melancarkan pencernaan. Rata-rata konsumsi air yang disarankan adalah 2 liter sehari. Kurang minum air juga dapat mengakibatkan sejumlah penyakit, antara lain gangguan ginjal dan infeksi saluran kemih.Tetapi mengkonsumsi air yang tidak layak minum juga berakibat buruk bagi kesehatan. Syarat air bersih dan layak konsumsi menurut Departemen Kesehatan antara lain: tidak berbau, tidak meninggalkan endapan, tidak mengandung zat kimia yang berlebihan. Tetapi karena adanya berbagai keterbatasan, masih banyak masyarakat di Indonesia yang mengkonsumsi air yang tidak layak minum. Seperti masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan kapur. Sumber air bersih di daerah seperti itu letaknya sangat dalam. Apabila orang menggali atau mengebor sumur yang tidak terlalu dalam, maka biasanya air yang diperoleh mengandung kapur. 47
Best Practices
PAMSIMAS
KINI MANCANI BERSERI Itulah yang terjadi di Kelurahan Mancani, kecamatan Telluwanua, kota Palopo. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, masyarakat di kelurahan tersebut membuat sumur bor. Air yang diperoleh dari sumur bor mengandung kapur. Akibatnya banyak warga desa yang menderita gangguan dan penyakit ginjal karena mereka telah mengkonsumsi air yang mengandung kapur dalam
jangka waktu lama. Ini jelas menambah beban warga yang rata-rata mata pencahariannya adalah petani sawah dan kebun. Oleh karena itu masuknya program PAMSIMAS ke kelurahan Mancani jelas mendapatkan sambutan yang penuh antusiasme dari warga. Mereka pun kemudian
“Menikmati air dari program PAMSIMAS di hidran umum.”
PAMSIMAS
Best Practices
48
membentuk LKM yang diberi nama “Mancani Sejahtera” pada bulan April 2010 dengan Surianto sebagai ketuanya. Masyarakat kelurahan Mancani bisa dikatakan masyarakat yang cerdas sehingga setiap pertemuan warga menjadi hidup. Demikian hal dengan pertemuan yang dimotori oleh LKM untuk menyusun RKM (Rencana Kerja Masyarakat) untuk menindaklanjuti program Pamsimas.
1
2
3
49
Best Practices
PAMSIMAS
4
Sumber air bersih yang nantinya akan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga diambil dari mata air Gunung Marwangin yang berjarak sekitar 7 kilometer dari kelurahan Mancani. Karena letaknya lebih tinggi dari desa, maka air dialirkan ke reservoir berkapasitas 28 m3 dengan memanfaatkan gravitasi. Dari reservoir kemudian air dialirkan melalui pipa ke rumah-rumah warga dan ke keran umum. Untuk itu tiap KK memiliki kewajiban untuk membayar iuran bulanan sebesar Rp 5.000 untuk sambungan air ke rumah dan Rp 3.000 untuk pengambilan air di keran umum. Pengelolaan fasilitas air bersih ini dilakukan oleh BPSPAMS setempat yang diketuai oleh Baharuddin dengan Nurmansyah sebagai bendaharanya. Sedangkan perawatannya dilakukan secara swadaya oleh seluruh masyarakat. Sampai saat ini pelanggannya berjumlah 70. Baharuddin mengatakan bahwa BP-SPAMS tidak akan terburu-buru menaikkan tarif langganan air sebelum bisa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Memang ada tantangan yang harus dihadapi oleh BP-SPAMS
dalam mengelola air bersih di desa Mancani, yakni berkurangnya debit air pada musim kemarau. Oleh karena itu BP-SPAMS menyiasatinya dengan cara melakukan sistem buka-tutup aliran air supaya semua pelanggan bisa terlayani dengan baik dan merata. Ada perubahan yang signifikan di desa Mancani setelah masuknya program Pamsimas, yakni masyarakat sudah bisa dengan mudah mengakses air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Perubahan lainnya adalah dalam hal perilaku hidup sehat, yakni 95% masyarakat desa Mancani sekarang sudah memiliki jamban keluarga. Selain itu, ada bantuan dari program lain (PNPM) yang dimanfaatkan untuk membangun saluran air limbah rumah tangga dan bak sampah yang terbuat dari ban bekas. sehingga Kelurahan mancani terlihat semakin berseri (bersih serta rapi). Dalam hal kesehatan juga ada perubahan yang signifikan, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga, Sawek (53 tahun), dengan penuh keyakinan, “Sekarang dengan adanya air bersih dan lingkungan yang sehat, Insya Allah masyarakat tidak terserang penyakit ginjal lagi.”
5
1. Menikmati air dari program PAMSIMAS. 2. Jamban Keluarga. 3. Saluran air limbah rumah tangga. 4. Bak sampah. 5. Reservoir. 6. CTPS disekolah.
6
PAMSIMAS
Best Practices
50
Infrastruktur
Menuju MARTAJAYA yang ANDAL
S
alah satu kelurahan di kabupaten Mamuju Utara, provinsi Sulawesi Barat, yang menjadi lokasi pelaksanaan program Pamsimas adalah kelurahan Martajaya, kecamatan Pasangkayu. Desa ini menjadi lokasi program Pamsimas karena masyarakat setempat masih menemui kesulitan untuk mengakses air bersih. Kesulitan tersebut menyebabkan masyarakat setempat akhirnya menggunakan air dari sungai Pangiang yang berjarak sekitar 700 dari dusun untuk memenuhi kebutuhan air minum, mencuci, mandi, dan BAB. Jadi mengambil air dari sungai merupakan aktivitas sehari-hari yang cukup menyita waktu bagi warga desa. Pemanfaatan air sungai untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci, apalagi air minum jelas bukan kebiasaan yang higienis karena air sungai masih mengandung bahan-bahan kimia yang beracun dan mengandung kumankuman penyakit dan bakteri patogen yang merugikan tubuh.
51
Best Practices
PAMSIMAS
1 Setelah desa Martajaya terpilih menjadi salah satu lokasi program Pamsimas,warga segera membentuk LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) yang akan menjadi motor penggerak Pamsimas. LKM yang terbentuk bersama-sama masyarakat kemudian menyusun RKM (Rencana Kerja Masyarat) untuk membangun fasilitas air bersih di desa Martajaya. Dalam pelaksanaannya, pembangunan proyek fasilitas air bersih ini dilakukan secara gotong royong oleh seluruh warga desa yang sebagian besar adalah petani kelapa sawit. Sumber air yang digunakan adalah mata air di Gunung Watoriti yang berjarak sekitar 3 kilometer dari desa. Karena letak mata air lebih tinggi dari desa maka digunakanlah gravitasi untuk mengalirkan air ke reservoir. Air dari reservoir dialirkan ke rumahrumah warga dengan menggunakan pipa. Meskipun debit air di musim kemarau berkurang, namun masih bisa mencukupi kebutuhan air warga desa. Pengelolaan fasilitas air bersih ini
2 dilakukan oleh BP-SPAMS Mandal (Martajaya Andal) yang diketuai oleh Nurdin dan dibantu oleh Hamzah sebagai bendaharanya. BPSPAMS menarik iuran bulanan dari warga sebesar Rp 5.000 per bulan yang dibayarkan setiap tanggal 23. Sementara perawatan fasilitas air bersih dilakukan secara swadaya oleh seluruh warga karena memang semangat bergotong royong masyarakat desa Martajaya masih tinggi. Dengan adanya fasilitas air bersih yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan air ini, mereka beramai-ramai membangun jamban keluarga. Walaupun sederhana, hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku masyarakat menuju hidup yang sehat. Perubahan yang signifikan ini terlihat dari anak-anak hingga orang tua. Hal ini nantinya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa Martajaya karena akan semakin banyak warga yang sehat. Desa Martajaya akan menjadi desa yang benar-benar andal.
3
1. 2. 3.
CTPS disekolah. Jamban Sekolah. Warga menikmati air dari program PAMSIMAS.
“Terima kasih Pamsimas. Sekarang kami tidak susahsusah dan jauh-jauh pergi ke sungai untuk mendapatkan air sehingga bapaknya anak-anak bisa maksimal bekerja untuk mencari nafkah,” tutur Darsiah (33 tahun), ibu dari 7 orang anak sambil mengangkat ibu jari tangannya. PAMSIMAS
Best Practices
52
Infrastruktur
PERUBAHAN PARADIGMA YANG MENGGEMBIRAKAN
P
rogram pengentasan kemiskinan yang diusung oleh PAMSIMAS secara nyata mampu merubah paradigma kehidupan masyarakat. Setidaknya, perubahan tersebut tampak jelas di Desa Lasiwala, Kecamatan Pitu Riawa, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Secara umum masyarakat semakin terpacu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Salah satunya diwujudkan melalui penyediaan air minum dan sanitasi dengan memanfaatkan program PAMSIMAS. 53
Best Practices
PAMSIMAS
“Adanya Air dari Program PAMSIMAS, hidup kami harus lebih sehat.”
Akan halnya desa lain di Indonesia, Desa Lasiwala dengan segala peluang positif yang dimilikinya menjadi magnet yang mampu menyihir penduduk yang ingin memperbaiki nasibnya, bertaruh hidup untuk lebih baik. Namun sayangnya tidak diimbangi dengan kemampuan dan kesadaran mereka untuk menciptakan kehidupan yang layak dan sehat. Hingga akhirnya Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang turun tangan membantu melalui program PAMSIMAS. “Kehadiran PAMSIMAS membawa dampak positif bagi masyarakat desa Lasiwala. Terutama dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat yang sebelumnya tergolong masih rendah tingkat pemahamannya. LKM HARAPAN
“Menikmati Air dari program PAMSIMAS.”
PAMSIMAS
Best Practices
54
2
1
3
BARU mengkoordinir dan mengawasi program berbasis pemberdayaan masyarakat ini, hampir 100% pelaksanaan fisiknya melibatkan masyarakat. Dengan demikian masyarakat merasa ikut memiliki dan berupaya membuatnya sebagus mungkin,” jelas Hasanuddin Halim, Kepala Desa Lasiwala.
jumlahnya sudah mencapai 52 alat pencatat meter air yang dimanfaatkan oleh 100 KK,” tutur Adil, Sekretaris BP-SPAMS. Namun air tidak gratis begitu saja karena dalam perawatan kami membutuhkan biaya, terutama listrik untuk mesin pompa yang setiap bulannya sebesar Rp. 700.000,- imbuhnya.
Terpacu oleh rasa ingin ada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, masyarakat serempak bergotong royong dengan semangat yang tinggi didampingi oleh TFM membangun infrastruktur yang diprogramkan PAMSIMAS, kaum perempuan pun ikut mengambil bagian dalam pelaksanaannya. Setelah Infrastruktur terbangun mulai membentuk BP-SPAMS sebagai kelompok pengelola melalui musyawarah.
Biaya penyambungan tiap alat pencatat meter air sebesar Rp. 400.000,-. Beban pemakaian air yang harus ditanggung oleh tiap alat pencatat meter air adalah Rp. 1.000,-/m3. Sedangkan iuran bulanannya sebesar Rp. 7.000,-. Pembayaran pemakaian air dilakukan tiap tanggal 5.
“Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang dipompa dan dialirkan melalui pipa ke reservoir berkapasitas 32 m3, kemudian didistribusikan melalui pipa dengan alat pencatat meter air ke rumah-rumah yang menghendaki, 55
Best Practices
PAMSIMAS
Mengingat arti pentingnya yang diusung sarana pengadaan air bersih tersebut, masyarakat desa Lasiwala telah melakukan pengembangan lebih lanjut. Diantaranya penambahan pompa dan pipa distribusi bagi masyarakat sekitar.
4
Proses pemeliharaan dilakukan secara swadaya oleh masyarakat yang dimotori oleh Abdul Rasyid dan Tahir sebagai UKT BP-SPAMS. Setiap bulan reservoir dibersihkan dari kotoran, pipa induk setiap tiga bulan sekali sehingga tidak mengganggu penjernihan air. Pengembangan ini semakin membuktikan bahwa perubahan paradigma terhadap pemanfaatan air bersih telah berevolusi dengan baik. Khususnya bagi mereka yang selama ini masih mengandalkan sumur gali sebagai sumber air yang tak tergantikan. 1. Reservoir. 2. Jamban Keluarga 3. Alat pencatat meter air. 4. Cuci Tangan Pakai Sabun.
“Kami berharap agar anak-anak kami lebih pandai ketimbang orang tua mereka. Mereka masih dapat dibentuk menjadi manusia-manusia yang lebih baik. Sehingga mereka dapat mengubah kebiasaan buruk leluhur sekaligus melestarikan nilai-nilai luhur yang ada. Biarkan mereka menjadi generasi yang mampu mengangkat kehidupan kami menjadi lebih bersih, sehat, sejahtera dan berbudaya tinggit,” tutur Agus, guru SDN 8 Lanciran yang juga menjabat sebagai bendahara BP-SPAMS “Harapan Baru.”
PAMSIMAS
Best Practices
56
Gender
KETIKA KELEMBUTAN BERSINERGI DENGAN KEKUATAN KELEMBUTAN SEORANG WANITA TIDAK IDENTIK DENGAN KELEMAHAN. TERLEBIH, PADA SATU SISI, KELEMBUTAN SERINGKALI DAPAT MENGENDALIKAN KEKUATAN. TENTU SAJA PENGENDALIAN INI BERTAUTAN ERAT DENGAN KEHADIRAN MAKNA POSITIF BAGI MASYARAKAT. Sarmada,S.K.M
H
al ini yang tercermin dalam mendampingi masyarakat melaksanakan program. Fasilitator ini diemban oleh seorang wanita tangguh bernama Sarmada,S.K.M (31 tahun). Ibu dari 2 anak ini, melalui pendekatan kekeluargaan mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun Dusun Samaenre, Desa Bulo Bulo, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. “Kami, sebagai wanita, memiliki kemampuan tersendiri yang unik. Demikian pula dengan kaum pria. Dalam pendekatan kekeluargaan kami saling memahami tugas dan fungsi masing-masing,” tutur Ibu Sarmada. “Dengan naluri keibuan, kami berupaya mensosialisasikan sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakat 57
Best Practices
PAMSIMAS
1
mengenai program PAMSIMAS yang akan dilakukan,” imbuhnya. Karakteristik masyarakat yang khas, ternyata membutuhkan penanganan tersendiri, demikian alasan yang disampaikan Ibu Sarmada. Dalam mendampingi masyarakat Ibu Sarmada senantiasa berdiskusi intensif dengan warga dalam memutuskan program untuk kemaslahatan masyarakat luas ini. “Kami harus memahami benar kebutuhan warga. Hal itu hanya bisa dicapai melalui komunikasi dua arah dengan warga. Yang paling penting adalah memastikan bahwa prosesnya berlangsung dengan baik dan memenuhi azas keadilan,” tukasnya. Awalnya hanya sebagai fasilitator reguler bidang kesehatan dan sekarang sebagai fasilitator keberlanjutan dibidang yang sama. Bersama Fasilitator Pemicu Kecamatan memberikan pemicuan perubahan perilaku masyarakat dengan pendekatan CLTS. Namun pada pembangunan infrastruktur pun Ibu Sarmada tak segan-segan membaur bersama-sama masyarakat
2
dengan memberikan semangat. “Nah dalam kegiatan program PAMSIMAS ini, kami turut mendampingi LKM dalam pembagian tugas. Kaum ibu mengurus masalah konsumsi. Sementara kaum bapak mengkoordinasikan pekerjaan di lapangan,” jelas Ibu Sarmada. “Terbukti, dengan pembagian tugas sesuai dengan fungsinya masing-masing, semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu,” tambahnya. Menurut Ibu Sarmada, keberhasilan pembangunan infrastruktur ini diikuti pula dengan perubahan pola hidup warga. “Dengan adanya air bersih dan jamban keluarga yang sudah terbangun, warga kini tidak lagi membuang hajat disembarang tempat. Tentu saja kebiasaan ini mendukung lingkungan yang sehat,” katanya sembari tersenyum puas. 1&2. Ibu Sarmada mendampingi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur.
PAMSIMAS
Best Practices
58
bestpractices
Daftar Istilah & Singkatan APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BAB : Buang Air Besar BABS : Buang Air Besar Sembarangan Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BPD : Badan Permusyawaratan Desa BP-SPAMS : Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi CLTS : Community Led Total Sanitation CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun DPMU : District Project Management Unit DPR : Dewan Perwakilan Rakyat Fasilitator : Tenaga Pendamping Program Pamsimas di masyarakat HU : Hidran Umum In Cash : Partisipasi Masyarakat dalam bentuk uang tunai In Kind : Partisipasi Masyarakat dalam bentuk Tenaga & Material KK : Kepala Keluarga KTT : Konferensi Tingkat Tinggi LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat, LKMD : Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah MDGs : Millennium Development Goals ODF : Open Defecation Free Pamsimas : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa Peri-urban : Pinggiran Kota PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PMAC : Provincial Management Advisory Consultant PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNS : Pegawai Negeri Sipil PPK : Pejabat Pembuat Komitmen PPMU : Provincial Project Management Unit RKM/CAP : Rencana Kerja Masyarakat/ Community Action Plan RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga SAB : Sarana Air Bersih Satker : Satuan kerja Satlak : Satuan Pelaksana SR : Sambungan Rumah TFM : Tim Fasilitator Masyarakat TKK : Tim Koordinasi Kabupaten TKP : Tim Koordinasi Provinsi UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan UKT : Unit Kerja Teknik UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan WB : World Bank WSS : Water Supply and Sanitation WSSLIC : Water Supply and Sanitation for Low Income Community WSLIC-2 : Second Water supply and Sanitation for Low Income Community WSLIC-3/ : Third Water supply and Sanitation for Low Income Community/ Pamsimas
PAMSIMAS
Best Practices
60
Mamuju Utara Mamuju Palopo
Tana Toraja Majene Pinrang
Sidrap Wajo
Makassar Gowa Bulukumba
Wilayah Sasaran PAMSIMAS
61
Best Practices
PAMSIMAS
SULAWESI SELATAN
SULAWESI BARAT
Kota Makassar Kota Palopo Kabupaten Bulukumba Kabupaten Gowa Kabupaten Tana Toraja Kabupaten Pinrang Kabupaten Sidrap Kabupaten Wajo
Kabupaten Mamuju Kabupaten Mamuju Utara Kabupaten Majene
Profil Implementasi PAMSIMAS Tahun 2008-2010 (September 2011)
Data Umum
2008
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2008 1. 2. 3. 4. 5.
2009
: : : : : : :
9 79 65.974 27.307 277.712
Kota/ Kabupaten Kelurahan/ Desa KK KK Jiwa
77.636 Jiwa 55.703 Jiwa
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2009 1. 2. 3. 4. 5.
2010
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
: : : : :
11 146 146.292 39.500 622.944
Kota/ Kabupaten Kelurahan/ Desa KK KK Jiwa
: :
163.670 Jiwa 102.630 Jiwa
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2010 1. 2. 3. 4. 5.
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
: : : : :
10 142 107.890 45.867 454.562
Kota/ Kabupaten Kelurahan/ Desa KK KK Jiwa
: :
108.991 Jiwa 55.567 Jiwa PAMSIMAS
Best Practices
62
Profil Implementasi PAMSIMAS Tahun 2008-2010 (September 2011)
Sulawesi Selatan
2008
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2008 1. 2. 3. 4. 5.
2009
Best Practices
: :
8 70 57.820 24.151 243.987
Kota/ Kabupaten Kelurahan/ Desa KK KK Jiwa
57.074 Jiwa 50.053 Jiwa
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
: : : : :
8 106 119.468 39.486 507.317
Kota/ Kabupaten Kelurahan/ Desa KK KK Jiwa
: :
101.310 Jiwa 78.482 Jiwa
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2010 1. 2. 3. 4. 5.
63
: : : : :
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2009 1. 2. 3. 4. 5.
2010
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
PAMSIMAS
: : : : : : :
7 96 82.355 31.883 342.650
Kota/ Kabupaten Kelurahan/ Desa KK KK Jiwa
80.554 Jiwa 39.433 Jiwa
Profil Implementasi PAMSIMAS Tahun 2008-2010 (September 2011)
Sulawesi Barat
2008
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2008 1. 2. 3. 4. 5.
2009
: : : : :
1 Kota/ Kabupaten 9 Kelurahan/ Desa 8.154 KK 3.156 KK 33.725 Jiwa
: :
20.562 Jiwa 5.650 Jiwa
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2009 1. 2. 3. 4. 5.
2010
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
: : : : : : :
3 40 26.824 13.684 115.627
Kota/ Kabupaten Kelurahan/ Desa KK KK Jiwa
62.360 Jiwa 24.148 Jiwa
Wilayah Sasaran Program PAMSIMAS TA 2010 1. 2. 3. 4. 5.
Kota/ Kabupaten sasaran Kelurahan/Desa sasaran Jumlah KK di Kelurahan/ Desa KK dalam Katagori Miskin Jumlah Penduduk Penerima Manfaat Sarana Air Minum Sarana Sanitasi
: : : : : : :
3 46 25.535 13.984 111.912
Kota/ Kabupaten Kelurahan/ Desa KK KK Jiwa
28.437 Jiwa 16.134 Jiwa PAMSIMAS
Best Practices
64