perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Tahun 2010 (Studi Kasus di Desa Wonolopo Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah)
Disusun Oleh: Yuanita Windi Yudayanti D0109089
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Sebelas MaretSurakarta
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Drs. Is Hadri Utomo, M.Si NIP. 19590907 1987021001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4 :13)
“Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi, dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu.” (Matius 7:2)
“Usaha tanpa Doa tidak akan menghasilkan hal-hal yang penuh berkat” (penulis)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segala ucapan syukur kepada Tuhan Yesus atas campur tangan-Nya yang luar biasa kepada saya dalam penulisan skripsi ini, maka karya sederhana ini saya persembahkan untuk orang-orang yang begitu saya kasihi :
Ayah dan Ibu, atas segala didikan dan pengajaran yang membuat saya menjadi pribadi yang mandiri dan tegar Diago Alesandro dan Dimas Rahmad Darmawan, ke-2 adik yang sangat saya sayangi dan saya banggakan Keluarga besar saya tanpa terkecuali yang selalu membanggakan dan memotivasi saya untuk terus maju Desta Wardana Putra, SH. yang membuat saya tidak pernah berhenti bersyukur kepada Tuhan Yesus untuk seseorang yang selalu menerima segala kekurangan dan kelebihan saya Nungki Anggorowati, yang juga selalu membuat saya bersyukur kepada Tuhan Yesus untuk seorang sahabat sekaligus saudara yang luar biasa seperti kamu Heronika, Bambenk, Agung DK, Qyek, Erwin, dan Sulis, yang selalu menjadi sahabat-sahabat saya yang terdahsyat Karyawan FISIP (Pak Naryo, Pak Agus, Pak Nardi, Mas Jatmiko, Pak Diyono, Pak Mawardi, dan Pak Mudji) yang sudah saya anggap sebagai keluarga ke-2 saya Teman-teman AN’09 baik kelas A dan B Semua murid-murid les ku yang selalu menceriakan hari-hari saya dengan segala kelucuan dan keluguan mereka
user Almamaterku commit to
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera dalam kasih Tuhan, Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, berkat, dan karunia-Nya sehingga
penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana. Keberhasilan ini tentunya tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat membantu menyelesaikannya. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, pantas kiranya penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku pembimbing skrispi dan ketua Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Ibu Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si selaku pembimbing akademis yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama kuliah. 3. Prof. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian sehingga membantu dalam rangka penyusunan skripsi ini. 5. Ketua Satuan Laksana dan BP Spams Desa Wonolopo yang telah memberikan ijin penelitian dan menjadi informan dalam rangka penyusunan skripsi ini. 6. Warga Desa Wonolopo (Ibu Tutik, Ibu Sumirah, Bapak Sugiyatno, Bapak Sunarmo, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebut satu persatu) yang telah menjadi informan dan banyak memberikan informasi sebagai materi analisis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga jadi amal kelak di akhirat Amin. Penulis juga sadar bahwa skripsi ini juga masih jauh dari sempurna, maka dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagai para pembaca. Tuhan Memberkati Surakarta, Januari 2013
commit to user
vii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ...........................................................
xii
ABSTRAK ................................................................................................... xiii ABSTRACT ................................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
10
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
11
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pemberdayaan Masyarakat ...........................................................
13
2. Desa ...............................................................................................
32
3. Program PAMSIMAS ...................................................................
35
B. Kerangka Berpikir .............................................................................
42
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian................................................................................ 43 B. Bentuk Penelitian................................................................................ 45 C. Sumber Data ...................................................................................... 45 D. Teknik Sampling................................................................................. 45 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 47 a. Wawancara .................................................................................... 47 b. Observasi ...................................................................................... 48 c. Dokumentasi ................................................................................ 48 F.
Validitas Data ................................................................................... 49
G. Teknik Analisis Data ....................................................................... . 50
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi …………………………………………………….. 52 1. Desa Wonolopo ............................................................................ 52 a. Kondisi Gegrafis ...................................................................... 52 b. Kondisi Penduduk ...................................................................
53
c. Sarana dan Prasarana di Desa Wonolopo ...............................
53
d. Deskripsi Sarana Air Bersih ...................................................
54
e. Gambaran Umum Opsi Kegiatan PAMSIMAS .....................
56
2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar .......................
57
Struktur Organisasi ......................................................................
61
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ............................................. 62 1. Prinsip Pemungkinan .................................................................. 69 a. Mendorong dan Memotivasi Masyarakat untuk Membangkit kan kesadaran bahwa mereka punya potensi.........................
69
b. Mengembangkan Potensi ....................................................... 73 2. Prinsip penguatan ...................................................................... 74 a. Penyediaan berbagai masukan bagi masyarakat .................... 74 b. Pembukaan akses kedalam berbagai peluang bagi masyarakat............................................................................. 76 3. Prinsip Perlindungan .................................................................. 82 a. Menjaga persaingan tidak seimbang .................................... 82 b. Mencegah eksploitasi dari golongan yang lebih kuat atas commit to user yang lemah........................................................................... 84
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Membuat masyarakat tidak tergantung pada berbagai program pemberian .............................................................. 87 4. Prinsip Penyokongan ................................................................ 90 a. Memberikan bimbingan pada masyarakat dalam melaksanakan tugas dan peranan masyarakat....................... 90 b. Memberikan dukungan pada masyarakat dalam menjalankan tugas dan peranannya...................................... 91 5. Prinsip Perlindungan ................................................................. 93 a. Adanya keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat................... 95 b. Adanya keselarasan dan keseimbangan bagi tiap orang dalam masyarakat untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam berusaha........................................................... 96 6. Hambatan dalam program PAMSIMAS di Desa Wonolopo... 100
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 103 B. Saran ............................................................................................. 106 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.2
Daftar Desa di Kabupaten Karanganyar yang mendapat bantuan program PAMSIMAS Tahun 2010 ...........................
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir ................................................ 42
Gambar 3.1
Skema Model Analisis Interaktif....................................
51
Gambar 4.1
Alur Desa Wonolopo mendapat bantuan program PAMSIMAS ...................................................................
63
Gambar 4.2
Susunan Kepengurusan BP Spams Desa Wonolopo ......
68
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Yuanita Windi Yudayanti, D 0109089, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) TAHUN 2010 (Studi Kasus Di Desa Wonolopo Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar), Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Program PAMSIMAS yang memiliki konsep pemberdayaan masyarakat dicanangkan pemerintah Republik Indonesia sebagai upaya untuk mecapai target MDGs tahun 2015 yaitu akses air bersih 68,9% dan sanitasi 75%. Desa Wonolopo yang kualitas airnya buruk diikutsertakan dalam program PAMSIMAS tahun 2010. Rumusan masalah penelitian ini : 1) Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Desa Wonolopo dalam Program PAMSIMAS oleh DPU Kabupaten Karanganyar tahun 2010?, 2) Hambatan apa saja yang muncul dalam pelaksanaan program PAMSIMAS di Desa Wonolopo? Berangkat dari permasalahan tersebut peneliti menggunakan 5 prinsip pendekatan pemberdayaan yang diutarakan oleh Suharto dalam Suharto (2005:6768) untuk melihat bagaimana pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo dilakukan. Ke-5 prinsip pendekatan pemberdayaan tersebut adalah pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui hasil wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Validitas data menggunakan triangulasi data, teknik analisis menggunakan analisis interaktif. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, syarat utama (merupakan prinsip pemungkinan) untuk Desa Wonolopo dapat diikutsertakan dalam program PAMSIMAS adalah memiliki in cash sebesar Rp 11.000.000,00. Untuk mengumpulkan in cash seorang tokoh masyarakat desa meminjam dana dari orang ke-3 karena Desa Wonolopo tidak memiliki kas. Prinsip penguatan terpenuhi dengan adanya bantuan dana dari APBN dan APBD Kabupaten Karanganyar dan adanya biaya untuk pemasangan pipa sambungan rumah tangga (PAM). Prinsip perlindungan terpenuhi dengan pemberlakuan sistem tarif progresif untuk pembayaran beban pemakaian air per bulannya. Prinsip penyokongan terpenuhi melalui campur tangan pemerintah dalam memberikan pelatihan, seminar, dan studi banding. Prinsip pemeliharaan terpenuhi karena BP Spams (Badan Pengelola) Desa Wonolopo kinerjanya berkualitas.Tiap prinsip dapat terlaksana karena pengurus (satlak dan BP Spams) berasal dari masyarakat Desa Wonolopo dan dibantu oleh fasilitator (Pemda Kabupaten Karanganyar). Hambatan bersifat teknis dan bukan masalah besar. Masyarakat Desa Wonolopo akhirnya mampu swadiri, swadana, dan swasembada dalam pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi. Kata Kunci PAMSIMAS.
:
Pemberdayaan Masyarakat, commit to user
xiii
masyarakat
Desa,
program
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Yuanita Windi Yudayanti, D0109089, VILLAGE COMMUNITY EMPOWERMENT IN A PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT PROGRAM (PAMSIMAS) IN 2010 (A Case Study on Wonolopo Village of Tasikmadu Subdistrict of Karanganyar Regency). Thesis. Administration Science Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, 2012. PAMSIMAS program has community empowerment concept proclaimed by the Republic of Indonesia’s government as the attempt or achieving the MDGs target in 2015, namely 68.9% water access, and 75% sanitation. Wonolopo Village, the water quality of which is poor, was included into PAMSIMAS program of 2010. The problem statements in this research are: 1) How is the Community Empowerment of Wonolopo Village in PAMSIMA Program by DPU of Karanganyar Regency in 2010? , and 2) What obstacles do occur in the implementation of PAMSIMAS program in Wonolopo Village? Departing from the problems above, the research used 5 empowerment approach suggested by Suharto in Suharto (2005: 67-68) to see how the Wonolopo Village community empowerment was conducted. The five principles of empowerment aproach included: enabling, strengthening, protecting, supporting, and nurturing. This study was a descriptive qualitative research. The data was collected through in-depth interview, observation, and documentation. The sampling technique used was purposive sampling. The data validation was done using data triangulation, technique of analysing cata used was an interactive analysis. Considering the research conducted, the main criteria (principle of enabling) for the Wonolopo Village to be included in PAMSIMAS program was to have in cash of IDR 11,000,000.00. To collect in cash, a leader of villagers borrowed money from the third party because Wonolopo Cash did not have it. The strenghtening principle was met in the presence of Karanganyar APBN and APBD fund and the presence of fund to install the household (PAM) piping. The protection principle was met in the enactment of progressive tariff system to pay the water use billing every month. Supporting principle was met through the government’s intervention in holding training, seminar, and comparative study. The nurturing principle was met because BP Spams (Management) of Wonolopo Village had high quality performance. Every principle could be implemented because the administrator (Satuan Laksana and BP Spams) derived from the Wonolopo villagers and helped by the facilitators (Karanganyar Regency’s Local Government). The obstacle was technical in nature, and it was not a big problem. The Wonolopo villagers finally could met their need for clean water and sanitation, in self-sufficient, self-funding, and sel-supporting manners. Keywords: Community Empowerment, commitVillagers, to user PAMSIMAS Program.
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan bergesernya paradigma New Public Manajemen (NPM) menjadi New Public Service (NPS) dalam perkembangan Ilmu Administrasi Negara maka bergeser pula lah kedudukan masyarakat sebagai pengguna layanan publik yang semula customer bergeser menjadi citizen. Dalam pergeseran paradigma ini tidak ada lagi yang menjadi penonton, semua jadi pemain dan ikut bermain (Keban, 2008:247).Lebih lanjut lagi Keban mengatakan bahwa dalam paradigma New Public Service pemerintah harus menjamin hak-hak warga masyarakat, dan memenuhi tanggungjawabnya kepada masyarakat dengan mengutamakan kepentingan warga masyarakat.Pelajaran penting yang dapat ditimba dari paradigma New Public Service adalah bahwa birokrasi harus dibangun agar dapat memberi perhatian kepada pelayanan masyarakat sebagai warga negara (bukan sebagai pelanggan) dengan mengikutsertakan warga masyarakatdan menghargai masyarakat (Keban, 2008:248). Dengan kata lain salah satu ide dalam paradigma New Public Service untuk mengoptimalkan status warga negara sebagai citizen adalah dengan mengikutsertakan warga masyarakat atau memberdayakan masyarakat.Menurut Mardikanto, pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan mereka untuk mengakses manfaat kesejahteraan (2011:79). commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui beberapa kegiatan. Salah satu kegiatan pemberdayaan tersebut dilakukan dalam bidang kesehatan. Menurut Mardikanto (2010:36) upaya yang amat pokok dalam pemberdayaan adalah peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan yang menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik (irigasi, jalan, listrik) maupun pembangunan sosial (sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan) dimana semua itu dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Selanjutnya, Mardikanto (2010:39) menambahkan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan juga menyangkut kemandirian masyarakat untuk mengorganisir lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM, PKK , Posyandu, Dasawisma, dll) untuk menanggulangi faktor resiko penyakit dan menghimpun iuran kesehatan. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat tersebut. Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah adalah melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat, atau selanjutnya disingkat menjadi PAMSIMAS. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini
dicanangkan
oleh
pemerintah
karena
melihat
masalah
kesehatan
masyarakatdewasa ini telah menjadi isu global dimana setiap negara merasa commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkepentingan untuk membahas kesehatan masyarakat, terlepas apakah itu negara berkembang maupun sedang berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, salah satunya adalah faktor lingkungan (Environment). Faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan yaitu mengenai sistem sanitasi dan kebersihan air dimana air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup yang mempengaruhi kesehatan makhluk hidup tersebut.Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini diatur dalam beberapa peraturan seperti : 1. UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 2. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 3. PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 4. PP N0. 72 dan 73 tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Kelurahan; 5.PP No. 7 tahun 2004 tentang RPJMN Renstra 2004 – 2009 tentang Pembangunan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi yang berkelanjutan membutuhkan adanya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat guna perbaikan kualitas hidup, tidak hanya berfokus pada infrastruktur, tetapi juga berbasis masyarakat. 6. Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, tahun 2003. 7.Financing Agreement Financing Agreement Credit No 42040 IND (sumber :http://www.pamsimas.org) commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan artikel yang dimuat oleh “Media Indonesia” tanggal 22 Maret 2012 (dipublikasikan di situs ww.wvindonesia.org) dikemukakan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi 6% persediaan air sedunia dan 21 % di Asia Pasifik. Hal ini berarti Indonesia digolongkan sebagai negara yang kaya akan sumber daya air. Namun kenyataannya sungguh ironis karena krisis air bersih kini kerap melanda negara Indonesia. Krisis air bersih membuat sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi air yang seharusnya tidak layak minum. United States Agency for International (USAID) dalam laporannya pada tahun 2007 menyebutkan di berbagai kota di Indonesia hampir 100% sumber air minumnya tercemar oleh bakteri Eshericia Coli dan Coliform, bakteri penyebab diare. Kesimpulan relatif serupa juga dikeluarkan Studi Basic Human Service tahun 2007 yang menyatakan hampir semua rumah tangga di Indonesia (99,20%) telah memasak air dimana sekitar 47,5% air rebusannya terkontaminasi bakteri Eschericia Coli karena tidak dikelola dengan baik. Lebih lanjut lagi “Media Indonesia” dalam artikel tersebut mengemukakan bahwa secara umum cakupan air bersih yang bisa diakses masyarakat Indonesia masih jauh dari targetMillenium Development Goals(MDGs). Akses aman air bersih minimal sebesar 68,9% pada tahun 2015 namun menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 menyatakan bahwa akses aman untuk pelayanan air minum tercatat baru mencapai sekitar 47,7%. Melihat fakta tersebut, dicanangkannya program Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) oleh pemerintah merupakan suatu keputusan yang commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bijak untuk dapat menurunkan dampak dari adanya krisis air di Indonesia. Selain itu juga agar target MDGs tahun 2015 dapat tercapai. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya, yaitu Water Supply and Sanitation for Low Income Communities Project (WSLIC). Berdasarkan Lokasi kegiatan ditetapkan berdasarkan empat kriteria, yaitu : a) termasuk desa miskin,b) rendahnya ketersediaan air minum dan sanitasi, c) tingginya kejadian penyakit terkait air, d) dan belum menerima bantuan sejenis dalam dua tahun terakhir. Pemerintah
menargetkan
15
provinsi,
110
kabupaten/kota,
dan
4466
desa/kelurahan untuk proyek ini termasuk program replikasi 506 desa. Dengan demikian program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) diharapkan mampu mencakup 4466 desa dari 36000 desa tertinggal yang memiliki keterbatasan terhadap sarana air minum dan sanitasi.Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk memenuhi hak publik dalam mendapatkan pelayanan air minum dan sanitasi yang berkualitas sehingga kesejahteraan masyarakat desa dan daerah peri urban dapat tercapai. Melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini Pemerintah Daerah mulai memberikan dukungan finansial untuk membiayai investasi fisik (dalam bentuk sarana dan prasarana) dan investasi non fisik (manajemen, tekhnis, dan pengembangan sumber daya manusia) yang dibutuhkan para warga desa pinggiran dan peri urban dalam memudahkan mendapatkan akses sanitasi dan air bersih yang berkualitas. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Investasi non fisik berupa pengembangan sumber daya manusia dilakukan pemerintah dengan mulai memberdayakan masyarakat melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini. (http://www.pamsimas.org/data/pengumuman/042011/SK_CPMU.pdf) Lebih lanjut lagi, dalam Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat (2010 :17) dikatakan bahwa dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) masyarakat peserta program berperan sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh proses dari mulai persiapan, perencanaan, pembangunan, hingga pemeliharaan menara air yang telah di bangun. Proses yang mengajak masyarakat dalam mengenali berbagai persoalan dan penyakit yang terkait dengan air dan sanitasi ini kemudian dilanjutkan dengan diberikan bimbingan kepada mereka (masyarakat peserta program)
untuk
melakukan
berbagai
langkah
pencegahannya
termasuk
menyiapkan sarana yang dibutuhkan (sarana air minum dan sanitasi) sehingga akan membangun kesadaran dan kapasitas mereka untuk hidup bersih dan sehat sehingga angka penyakit yang ditularkan melalui air dan lingkungan (seperti diare) bisa menurun. Oleh karena itu kegiatan dalam program PAMSIMAS yang mencakup pemberdayaan masyarakat ini dapat meningkatkan taraf kesehatan yaitu dengan penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum serta peningkatan perilaku hidup bersih, dan dapat pula meningkatkan taraf pendidikan yaitu dengan pengembangan kapasitas pelaku PAMSIMAS melalui promosi, pelatihan, lokakarya, bimbingan, dan sebagainya). Dengan memberdayakan warga yang menjadi sasaran program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masyarakat (PAMSIMAS) dari tahap persiapan sampai tahap pemeliharaan maka diharapkan akan menumbuhkan rasa memiliki, percaya diri, dan tanggungjawab yang tinggi bagi warga daerah sasaran program sehingga diharapkan keberhasilan program dapat tercapai. Di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah, sebanyak 12 desa di 8 kecamatan digelontor bantuan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) tahun 2010. Dua belas desa penerima bantuan program PAMSIMAS di Kabupaten Karanganyar tahun 2010 adalah : Tabel 1.1 Daftar Desa di Kabupaten Karanganyar yang mendapat bantuan program PAMSIMAS tahun 2010 Kecamatan Kecamatan Matesih
Nama Desa
Kecamatan Ngargoyoso
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Desa Karangbangun Desa Koripan Desa Ploso Desa Giriwondo Desa Bakalan Desa Dukuh
Kecamatan Kebakkramat
7.
Desa Banjarharjo
Kecamatan Mojogedang
8.
Desa Sewurejo
Kecamatan Kerjo
9.
Desa Tamansari
Kecamatan Jumantono
10. Desa Genengan 11. Desa Sukosari
Kecamatan Tasikmadu
12. Desa Wonolopo
Kecamatan Jumapolo
Tiga Desa terakhir diKecamatan Jumantono dan Kecamatan Tasikmadu merupakan pengganti tiga desa lain yang mengundurkan diri, yaitu Desa Tuban dan Desa Plesungan di Gondangrejo dan Desa Alastuwo di Kebakkramat. commit to user (sumber : www.solopos.com terbit tanggal 11 Juni 2010)
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masing-masing desa di Kabupaten Karanganyar yang mendapat bantuan dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) tersebut mendapat kucuran dana senilai Rp 275.000.000,00. Dari total dana yang disediakan, 20%-nya berasal dari swadaya warga, sedangkan 80% lainnya dari Pusat dan Pemerintah Kabupaten. Perinciannya adalah sebagai berikut : - Dana dari APBN
: 70 % yaitu Rp 192.500.000,00
- Dana dari APBD
: 10 % yaitu Rp 27.500.000 ,00
- Dana dari masyarakat
: 20 % yaitu Rp 55.000.000,00
(Sumber: Wawancara kepada ketua RT 04 Desa Wonolopo dan staff DPU Cipta Karya Kabupaten Karanganyar) Salah satu desa yang dijadikan sasaran program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Karanganyar ini adalah Desa Wonolopo. Desa Wonolopo merupakan sebuah desa pinggiran yang terletak di Selatan Kabupaten Karanganyar. Diikutsertakannya Desa Wonolopo dalam menerima bantuan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini selain berdasar pada wilayah Desa Wonolopo yang merupakan daerah peri urban juga didasarkan pada keberadaan air bersih di Desa Wonolopo ini sangat kurang. Kurangnya kualitas air di Desa Wonolopo ini dilihatdari fakta-fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa : -
Hasil riset mahasiswa APIKES Mitra Husada Tasikmadu Karanganyar yang melakukan KKN di Desa Wonolopo tahun 2009 menunjukkan bahwa air di Desa Wonolopo tersebut tidak sehat dan mengandung kadar besi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
-
9 digilib.uns.ac.id
Pada musim kemarau air sumur nya kering sedangkan pada musim penghujan hampir sebagian besar air sumur warga berubah warna menjadi kekuningan dan berbau seperti karat.
-
Sumber air sangat dalam sehingga tidak bisa di pasang sanyo atau dap.
(sumber : wawancara kepada ketua RT 04 Desa Ngemplak Wonolopo Kabupaten Karanganyar) Dari data dan fakta diatas menunjukkan bahwa diberikannya bantuan kepada Desa Wonolopo melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah keputusan yang bijaksana sebab Desa Wonolopo memenuhi kriteria untuk mendapatkan bantuan tersebut. Fakta tersebut juga menjadi bukti bahwa masalah kesehatan, yang didalamnya termasuk masalah sanitasi dan penyediaan air minum yang bersih merupakan masalah yang krusial, bukan saja masalah bagi Negara Indonesia tetapi juga seluruh dunia. Selain itu, masuknya masalah kesehatan dalam penyediaan sanitasi dan air minum yang bersih dalam target Millenium Development Goals (MDG’s) yang diserukan oleh United Nation Development Program (UNDP) yaitu mengenai pentingnya roadmap untuk menentukan target mencapai tujuan MDGs yang telah ditetapkan oleh Presiden tahun 2008, target untuk sanitasi adalah 75% sedangkan air bersih 68,9%. Hal ini semakin menekankan bahwa kemudahan untuk mendapatkan akses sanitasi dan penyediaan air minum yang bersih harus semakin gencar. Ditambah lagi penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang sanitasi dan air bersih di Indonesia masih jarang. Oleh sebab itu disini peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam hal ini masyarakat Desa commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wonolopo yang daerah nya menjadi salah satu daerah sasaran program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Kabupaten Karanganyar tahun 2010.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Desa Wonolopo dalam Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar tahun 2010? 2. Hambatan apa saja yang muncul dalam pelaksanaan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional a.
Mengetahui pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar berdasarkan prinsip penerapan pendekatan pemberdayaan.
b.
Mengetahui hal-hal yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tujuan Fungsional a.
Dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat, dalam hal ini yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ketersediaan air bersih dan sistem sanitasi demi kesejahteraan bersama.
b.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, khususnya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar sebagai bahan masukan dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat desa atau masyarakat lokal.
3. Tujuan Individu Untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu Administrasi Negara. 2. Secara Praktis - Sebagai bahan masukan, pertimbangan dan bantuan pemikiran bagi pihakpihak yang bersangkutan dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
- Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi Peneliti, pembaca maupun
pihak-pihak
lain
terkait
dengan
masyarakat.
commit to user
masalah
pemberdayaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Pemberdayaan Masyarakat Paradigma baru dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia adalah paradigma pemberdayaan masyarakat dimana masyarakat menjadi pusat/titik tekan pembangunan (people centered development). Rukminto (2008:67-68) mengemukakan bahwa people centered development adalah upaya meningkatkan taraf
hidup masyarakat dengan memfokuskan pada pemberdayaan dan
pembangunan manusia itu sendiri. Korten dalam Rukminto (2008:70) menggambarkan pusat perhatian dari people centered development bukan hanya pada unsur pertumbuhan dan kemakmuran manusia tetapi juga memperhatikan keseimbangan ekologi atau lingkungan manusia. Dalam pendekatan ini disadari akan pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam mengelola sumber daya serta memenuhi kebutuhannya. Konsep people centered development ini cenderung mengarah kepada usaha memberdayaan masyarakat. Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:1) memaparkan bahwa pemberdayaan berasal dari Bahasa Inggrisempowerment yang mengandung makna “pemberian kekuasaan”. Pemberian kekuasaan ini karena akar kata dari empowermentyaitu powermengandung arti bukan sekedar “daya” tetapi juga dapat berarti adanya commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
proses memberikan kekuasaan agar pihak berkaitan dapat lebih berdaya ataupun meningkatkan kekuasaannya agar mampu membuat pilihan-pilihan yang mempengaruhi kehidupannya. Saat ini pengertian pemberdayaan sudah banyak bermunculan dan berkembang, berikut peneliti cantumkan beberapa pengertian pemberdayaan menurut beberapa pakar yaitu : - Parsons dalam Suharto(2005:58-59) “Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menenkankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.” - Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:117) “Pemberdayaan sebagai suatu proses menyeluruh suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, ketrampilan,pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.” - Rappaport dalam Mardikanto (2010:35) “Pemberdayaan adalah suatu cara agar rakyat, komunitas, dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya.” - World Bank dalam Mardikanto (2010:34) “Pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara atau menyuarakan pendapat,ide, atau gagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) sesuatu (konsep, metoda, produk, tindakan, dan lain-lain) yang terbaik bagi pribadi,keluarga, dan masyarakatnya. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Dari empat pengertian mengenai arti pemberdayaan tersebut dapat dilihat bahwa empat pengertian mengenai pemberdayaan tersebut sama-sama mengaitkan arti kata pemberdayaan dengan masyarakat. Swardlow dalam Rukminto (2008:78) memberikan kesimpulan terhadap berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan. Menurutnya inti dari pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka sendiri. Untuk lebih memahami pengertian pemberdayaan dapat dilihat dari ciri-ciri pemberdayaan yang dipaparkan oleh Korten dalam Moeljarto (1995:26), yaitu : a. Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhannya harus diletakkan pada masyarakat atau komunitas itu sendiri. b. Meningkatkan kemampuan masyarakat atau komunitas untuk mengelola dan memobilisasi sumber-sumber yang ada untuk mencukupi kebutuhannya c. Mentoleransi variasi lokal dan karenanya sifatnya sama fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lokal d. Menekankan pada proses social learning yang di dalamnya terdapat interaksi kolaborasi antara birokrasi dan komunitas mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi proyek e. Proses pembentukan jaringan antara birokrat dan lembaga swadaya masyarakat, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri, merupakan bagian integral dari pendekatan ini, baik untuk meningkatkan kemampuan mereka mengidentifikasi dan mengelola berbagai sumber maupun untuk menjaga keseimbangan antara struktur vertikal dan horizontal Suharto dalam Suharto (2005:58) mengemukakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan. Bebas disini artinya bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari segala bentuk keterbelakangan (kelaparan dan kebodohan) dan dari kesakitan
b.
Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan
c.
Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Rukminto (2008:83-85) membagi pemberdayaan menjadi dua, yaitu
pemberdayaan sebagai suatu program dan sebagai suatu proses. Pemberdayaaan sebagai sebuah program yaitu dimana pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Bila program itu selesai maka pemberdayaan juga dianggap selesai. Sedangkan sebagai pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang atau masyarakat. Pada masyarakat ditandai dengan tidak akan berakhirnya proses pemberdayaan meskipun suatu program (baik program pemerintah maupun non pemerintah) sudah selesai. Proses pemberdayaan akan terus berlangsung selama komunitas masyarakat itu masih tetapada dan mau berusaha memberdayakan diri mereka sendiri. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa makna pemberdayaan selalu dikaitkan dengan masyarakat.
Bebbington
dalam Mardikanto (2010:36)
commit tomasyarakat user mengemukakan pengertian pemberdayaan sebagai:
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Empowernment is a process trough wich those excluded are able to participate more fully in decision about forms of growth, strategies of development, and distribution of their product.” (Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Atau dengan kata lain pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.) Pengertian pemberdayaan masyarakat lainnya juga diungkapkan oleh Subejo dan Narimo dalam Mardikanto (2010:38), menurutnyapemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian pemberdayaan dan pemberdayaan masyarakat tersebut bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya memimpin masyarakat agar belajar memimpin diri mereka sendiri, sehingga masyarakat tersebut dapat memecahkan masalahnya sendiri sesuai dengan kemampuan sumberdaya lokal yang ada dalam masyarakat tersebut. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat
melalui
upaya
aktif untuk memotivasi,
memfasilitasi kelompok masyarakat lokal dengan cara memberikan pengetahuan, ketrampilan,pemberian fasilitas serta peluang untuk memanfaatkan sumber daya yang ada sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa pemberdayaan masyarakat menjadi suatu hal yang sangat penting (urgent) untuk dilakukan. Terlebih memasuki commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memasuki tahun 2000 dimana pemberdayaan masyarakat ini telah banyak mendominasi wacana kebijakan publik (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007:30). Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:30-33) memaparkan 3 segi untuk melihat urgensi / pentingnya pemberdayaan masyarakat, yaitu : a.
Pemberdayaan dipandang sebagai jawaban atas pengalaman pelaksanaan pembangunan yang didasari oleh kebijakan yang terpusat sejak tahun 1970an hingga tahun 1990-an. Banyak pihak pada masa itu mengatakan bahwa pendekatan yang cocok adalah kebijakan terpusat dengan berbagai alasan, yaitu : -
rendahnya kesadaran akan perlunya pembangunan untuk menciptakan perubahan sosial dan rendahnya kemampuan rakyat untuk melaksanakan sendiri kebutuhannya
-
sedikitnya pelaksana yang mampu memahami dan dapat melaksanakan langkah-langkah pembangunan
-
terbatasnya sumber daya yang dapat dimanfaatkan secara luas sehingga pemerintah pusat bergantung pada pinjaman/bantuan luar negeri
-
dominasi kesadaran teknokratik (memandang kebijakan terpusat adalah yang paling baik, paling tidak pada masa itu)
Meskipun demikian, ada pula sebagian pihak yang menyatakan bahwa kebijakan terpusat akan mematikan inovasi dan kreasi rakyat untuk memahami
kebutuhannya
sendiri
serta
cara-cara
merealisasikan
kebutuhannya itu melalui proses pembangunan. Berangkat dari hal tersebut, para pemikir kebijakan publik mulai commit to user
berani
mengadopsi
konsep
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemberdayaan partisipasi
masyarakat
masyarakat
yang
dalam
dipercayai
proses
mampu
pembangunan
menjembatani atau
mampu
tantangan
konsep
menumbuhkan kembali inovasi dan kreativitas rakyat. b.
Pemberdayaan
dipandang sebagai
jawaban
atas
pertumbuhan yang mendominasi pemikiran para pengambil kebijakan publik yang ternyata cenderung melupakan kebutuhan rakyat pada level akar rumput. Untuk menjamin penyaluran aset pembangunan yang lebih baik kepada rakyat maka lahirlah konsep distribusi pembangunan. Dalam konsep distribusi pembangunan, pemanfaatan pembangunan adalah rakyat pada level akar rumput. Para pengambil kebujakan publik percaya bahwa konsep distribusi pembangunan dapat beriringan dengan konsep pertumbuhan ekonomi apabila konsep distribusi pembangunan menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat. Dalam segi ini pemberdayaan masyarakat ditantang untuk dapat menjamin distribusi aset pembangunan secara merata dengan proses demokrasi (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). c.
Pemberdayaan dipandang sebagai jawaban atas nasib rakyat yang masih banyak didominasi oleh penduduk miskin, pengangguran, masyarakat dengan kualitas hidup rendah, dan masyarakat terbelakang/ tertinggal di sejumlah daerah di Indonesia. Melihat Indonesia adalah Negara Sedang Berkembang yang dalam kehidupan bernegara masih diwarnai dengan fenomena kemiskinan, pengangguran,
dan
kesenjangan maka commit to user
konsep
pertumbuhan
tidak
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan di Indonesia. Berangkat dari hal tersebut maka akhirnya para pemikir pembangunan melirik konsep pemberdayaan masyarakat untuk menjawab tantangan pembangunan di Indonesia. Pemberdayaan masyarakat di Indonesia bukan tanpa nilai tetapi justru mempunyai nilai spirit untuk menuntaskan permasalahan khas Negara Sedang Berkembang (kemiskinan, pengangguran, kesenjangan, dan sebagainya), termasuk Indonesia. Berdasarkan 3 alasan tersebut akhirnya konsep pemberdayaan masyarakat mendapat justifikasi pemberlakuannya di Indonesia. Pemberdayaan dengan berbagai bentuk dan modelnya diterapkan di Indonesia untuk memberdayakan orang, masyarakat, dan organisasi termasuk organisasi pemerintah. Pemberdayaan terjadi pada berbagai bidang, seperti pemberdayaan bidang ekonomi,
pemberdayaan
bidang
sosial
budaya,
pemberdayaan
politik,
pemberdayaan hukum, pemberdayaan spiritual, pemberdayaan lingkungan, dan pemberdayaan bidang kesehatan. Dari berbagai bidang pemberdayaan tersebut seharusnya dapat dipadukan dan saling melengkapi guna mencapai kesejahteraan masyarakat ( Rukminto, 2008:79). Akan tetapi menurut Rukminto masalah yang sering muncul adalah bagaimana menyinergikan berbagai macam upaya yang dilakukan dalam berbagai bidang dengan melibatkan berbagai lembaga yang ada, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah, ataupun menyinergikan pemberdayaan yang dilakukan dengan bidang yang berbeda. Menyinergikan dan mengkoordinasikan suatu program merupakan suatu kata yang mudeah diucapkan tetapi sulit diterapkan. Meskipun demikian, upaya-upaya dalam mengatasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
kesulitan ini sudah diusahakan terus untuk dilaksanakan meskipun banyak keterbatasannya (Rukminto, 2008: 81). Didalam tulisan ini, peneliti hendak memberikan salah satu contoh upaya pemberdayaan yang menyinergikan berbagai bidang, seperti pemberdayaan lingkungan, sosial, dan kesehatan melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) yang ditujukan (lokasi pemberdayaannya) di pedesaan maupun di daerah periurban. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) merupakan sebuah program yang didalamnya menekankan pada konsep pembangunan masyarakat desa. Pembangunan Masyarakat Desa sekarang ini disebut juga dengan nama Pemberdayaan Masyarakat Desa yang pada dasarnya serupa dan setara dengan konsep Community Development (Rukminto, 2008:278). Rukminto menambahkan bahwa pengembangan masyarakat di Indonesia memang lebih ditekankan di daerah pedesaan mengingat 2/3 penduduk tinggal didaerah desa dan karena disadari masih cukup banyak desa yang belum dapat dikembangkan secara optimal. Selanjutnya Rukminto mengatakan bahwa dalam upaya mengembangkan masyarakat di tingkat lokal (dalam hal ini di tingkat desa), baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah, selain dibantu oleh tenaga pendamping (fieldworker atau fasilitator lapangan) juga biasanya dibantu oleh tenaga kader (indigenous worker). Kader adalah orang-orang yang berasal dari daerah setempat yang dengan sukarela bersedia ikut serta dalam berbagai kegiatan dalam program pembangunan desa. Kader bisa dari golongan tua maupun muda, yang sudah bekerja atau belum bekerja, laki-laki atau perempuan, dimana yang terpenting mereka merasa terpanggil dan bersedia untuk commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ikut bertanggung jawab terhadap usaha-usaha yang dilakukan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat di lingkungan mereka tinggal (Rukminto, 2008:279). Dalam tulisannya tersebut Rukminto juga memaparkan tugas dari seorang kader, yang intinya yaitu : a. Sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan. b. Pelaksana dan pemelihara kegiatan program pembangunan desa. c. Menjaga terjadinya kelangsungan kegiatan. d. Membantu dan menghubungkan warga masyarakat dengan lembagalembaga yang bekerja dalam bidang pembangunan desa. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan supaya kader mempunyai akar dalam masyarakatnya sehingga apa yang dikatakan dan dilakukannya bisa ditiru dan diikuti oleh anggota masyarakat desa yang lainnya (Rukminto,2008:280). Oleh karena itu penambahan kader dan peningkatan pengetahuan serta ketrampilannya perlu
dilakukan
secara
berkelanjutan
dan
berjenjang
sebagai
upaya
memberdayakan masyarakat sebagai suatau proses yang berkesinambungan. Bertolak dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai
proyek
pembangunan,
tetapi
merupakan
subjek
dari
upaya
pembangunannya sendiri (Mardikanto, 2010:38). Berdasarkan konsep tersebut, Suharto dalam Suharto (2005:67-68) mengemukakan 5 penerapan pendekatan pemberdayaan, yaitu :
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Pemungkinan Pemberdayaan harus mampu meciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.
b.
Penguatan Pemberdayaan harus memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya.
Pemberdayaan
harus
mampu
menumbuhkembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka. c.
Perlindungan Pemberdayaan dilakukan untuk melindungi masyarakat agartidak terjadi persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
d.
Penyokongan Pemberdayaan memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu meyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
e.
Pemeliharaan Pemeliharaan ini dilakukan guna memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. Selaras dengan 5 penerapan pendekatan pemberdayaan yang dikemukakan Suharto
dalam
Suharto
(2005:67-68)
diatas,
Mardikanto
(2010:36-38)
mengemukakan dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu : a.
Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian mereka pasti sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
b.
Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.
c.
Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya supaya mereka tidak merasa kesusahan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi tidak berarti commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengisolasi atau menutupi dari interaksi karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Pemberdayaan masyarakat ini memiliki beberapa tujuan , menurut Suwondo (2002:74) tujuan dari pemberdayaan adalah : a.
Meningkatkan kemampuan sumberdaya dalam penguatan kelembagaan, organisasi sosial ekonomi melalui sosialisasi, pembinaan pelatihan ketrampilan.
b.
Mewujudkan masyarakat dengan cara keswadayaan dari masyarakat sebagai pelaku pembangunan.
c.
Meningkatkan kesejahteraan mengurangi masyarakat miskin dengan mengembangkan sistem perlindungan sosial dan dukungan bantuan sebagai upaya stimulasi. Selanjutnya, Kristiadi dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:117)
mengemukakan bahwa ujung dari pemberdayaan masyarakat ialah harus membuat masyarakat memenuhi 3 kriteria, yaitu : a.
Swadiri
: yaitu mampu mengurusi diri sendiri
b.
Swadana
: yaitu mampu membiayai keperluan sendiri
c.
Swasembada
:yaitu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara commit to user
berkelanjutan.
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari pemberdayaan masyarakat menunjuk pada hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki
kekuasaan
atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial (seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri) dalam melaksankan tugas-tugas kehidupan sehari-harinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vasanthakumari dalam jurnalnya yang berjudul “Economic Empowerment Of Women Through Micro Enterprises In India With Special Reference To Promotional Agencies”(Vol.2 Issue 1, Januari 2012), hasil dari penelitian terebut adalah : “By organizing poor women into groups, they not only expand options available to them for their development but also provide them with opportunities to develop their confidence and skills to improve their status and to bring about a change in the attitude of the society towards women.” (Dengan mengatur atau mengorganisasiperempuan miskindalam kelompok-kelompok usaha, tidak hanya memperluas pilihanyang tersedia bagi perkembangan merekatetapi juga memberikanmereka kesempatan untukmengembangkan kepercayaan diridan keterampilanuntuk meningkatkan statusmereka dan untukmembawa perubahandalam sikapmasyarakatterhadap perempuan). Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa dengan melakukan pemberdayaan yang dilakukan pada kelompok lemah (pada penelitian diatas ialah kelompok perempuan miskin di India) setidaknya dapat mengembangkan kepercayaan diridan keterampilanuntuk meningkatkan statusmereka dan untukmembawa perubahandalam sikapmasyarakatterhadap kelompok yang lemah. Hasil penelitian commit to lainnya user juga hampir sama, yaitu yang mengenai pemberdayaan masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
dilakukan oleh JamesJennings dalam jurnal berjudul “The Empowerment Zone in Boston, Massachusetts 2000–2009: Lessons Learned for Neighborhood Revitalization”(dalam Rev Black Polit Econ (2011) 38: 63-81) dimana hasil penelitian tersebut yaitu : “There were some notable successes inside Boston’s Empowerment Zone. These include the initiation and completion of major capital projects, including the first Black-owned hotel in New England over several decades;”
(Ada hal penting yang mendasari keberhasilan Zona Pemberdayaan di Boston, yaitu penyelesaian proyek modal besar, termasuk pendirian Hotel milik orang berkulit Hitam pertama di New England selama beberapa dekade). Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa dengan memberdayakan warga dalam mendirikan fasilitas umum (pendirian Hotel oleh penduduk berkulit hitam di New England) dapat meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi di daerah yang sudah dijadikan zona pemberdayaan. Intinya, dengan melibatkan masyarakat dalam usaha pembangunan akan menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan ketrampilan masyarakat itu sendiri sehingga upaya pembangunan / pemberdayaan lebih terjamin keberhasilannya. Kesimpulan yang lain adalah bahwa pelaksanaan program pembangunan yang menerapkan strategi pemberdayaan masyarakat merupakan suatu konsukensi dari pergeseran paradigma dalam Ilmu Administrasi Negara (dari New Public Managemen menjadi New Public Service) dan pergeseran pembangunan nasional yang mengarah pada tercapainya upaya pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development). Dalam pergeseran paradigma tersebut, memberdayakan masyarakat menjadi suatu langkah bijak yang mau tidak mau userpergeseran paradigma itu sendiri. harus dilakukan demi tercapainyacommit tujuantodari
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertama, masyarakat sebagai citizen dalam pergeseran paradigma Ilmu Administrasi Negara dari New Public Managemen (NPM) menjadi paradigma New Public Service (NPS) hanya dapat dipenuhi jika masyarakat atau publik dipenuhi hak-haknya. Pemenuhan akan hak-hak publik ini akan lebih mudah dicapai apabila masyarakat mulai diajak dan dilibatkan dalam upaya-upaya yang dicanangkan pemerintah untuk dapat memenuhi hak-hak masyarakat itu sendiri. Dengan melibatkan masyarakat akan memudahkan pemerintah untuk dapat mengerti dan memahami apa yang menjadi kemauan dan harapan masyarakat sehingga upaya pemenuhan kebutuhan dan hak-hak publik akan lebih mudah tercapai. Apabila pemerintah tidak melibatkan masyarakat dalam upaya memenuhi hak-hak publik, pemerintah tidak akan tahu apa yang menjadi kemauan dan harapan dari masyarakat sehingga upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam upaya memenuhi hak-hak publik kemungkinan besar tidak akan berhasil. Hal ini menegaskan bahwa dalam paradigma New Public Service (NPS) masyarakat bukanlah obyek namun menjadi subyek, bukan lagi hanya sebagai penonton tetapi ikut bermain. Kedua, dengan memberdayakan masyarakat berarti pelaksanaan pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development) telah dilakukan di Indonesia. Pembangunan yang meitikberatkan pada manusia tentu saja mengharuskan masyarakat untuk diajak dan dilibatkan dalam pembangunan. Masyarakat tidak lagi diam tetapi mulai ikut berpartisipasi aktif dalam upaya pembangunan di Indonesia. Intinya, pemberdayaan merupakan sebuah proses belajar yang menekankan orientasi pada proses pada pelibatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
masyarakat yang tujuannya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pemenuhan hak-hak publik itu sendiri. Dalam penelitian mengenai Pemberdayaan Masyarakat Desa Wonolopo dalam Program Penyediaan Air dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini peneliti mengacu pada 5 prinsip penerapan pendekatan pemberdayaan yang dikemukakan oleh Suharto dalam Suharto (2005:67-68). Selain 5 prinsip tersebut, disini peneliti juga mengacu pada 3 sisi upaya pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Mardikanto dalam Mardikanto (2010:36-38). Disini peneliti mengacu pada 5 prinsip penerapan pendekatan pemberdayaan yang dikemukakan oleh Suharto dalam Suharto (2005:67-68) karena dalam teori tersebut upaya pendekatan yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan 5 pendekatan yang cocok diterapkan untuk melihat usaha pemberdayaan di lingkungan desa terlebih dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), yaitu yang diawali pada tahap pemungkinan yang tujuannya untuk menciptakan suasana yang mendukung potensi masyarakat desa supaya berkembang (dilakukan sebelum program diimplementasikan) hingga tahap pemeliharaan dimana kondisi yang sudah diciptakan pada tahap-tahap sebelumnya harus terus dipelihara supaya apa yang sudah dilakukan dan didapatkan tidak berhenti namun bisa terus berlanjut (dilakukan setelah program diimplementasikan). Dengan menggunakan teori ini maka tidak hanya melihat usaha / upaya yang dilakukan pada saat program dilaksanakan saja tetapi juga melihat usaha dari mulai pra program diimplementasikan sampai pasca program diimplementasikan. Untuk menentukan hal-hal apa saja yang bisa dilihat dalam 3 commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahap pertama (tahap pemungkinan, tahap penguatan, dan tahap perlindungan) dalam upaya pemberdayaan masyarakat peneliti menggabungkan teori yang diutarakan oleh Suharto dalam Suharto (2005:67-68) dengan teori yang diutarakan oleh Mardikanto dalam Mardikanto (2010:36-38). Dalam teorinya, Suharto hanya memberikan
pengertian
mengenai
apa
yang
dimaksud
dengan
tahap
pemungkinan, penguatan, dan perlindungan saja. Disana tidak diutarakan bagaimana cara melihat upaya-upayanya hanya sebatas memberi pengertian. Dalam hal yang sama, Mardikanto dalam Mardikanto (2010:36-38) dalam tulisannya mengutarakan bagaimana cara melihat upaya-upaya dalam tahap pemungkinan, penguatan, dan perlindungan. Sedangkan untuk tahap keempat dan kelima (tahap penyokongan dan tahap pemeliharaan) peneliti hanya mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Suharto dalam Suharto (2005:67-68) karena pengertian yang diberikan Suharto dalam 2 tahap terakhir sudah cukup jelas untuk melihat upaya-upaya apa saja yang dapat dilihat dalam upaya pendekatan pemberdayaan masyarakat. Penggabungan dari 2 teori untuk melihat pendekatan pemberdayaan masyarakat tersebut adalah sebagai berikut : a. Pemungkinan Menurut Suharto dalam Suharto (2005:67-68) pemungkinan adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Untuk membangun potensi masyarakat Mardikanto dalam Mardikanto (2010:36-38) mengemukakan yaitu dengan cara : -
mendorong dan memotivasi masyarakat untuk membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa mereka punya potensi commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Mengembangkan potensi tersebut
b. Penguatan Menurut Suharto dalam Suharto (2005:67-68) penguatan adalah memperkuat
pengetahuan
dan
kemampuan
masyarakat
dalam
memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan hidup. Mardikanto dalam Mardikanto (2010:36-38) mengemukakan 2 langkah dalam tahap penguatan, yaitu : -
Penyediaan berbagai masukan (input) bagi masyarakat
-
Pembukaan akses kedalam berbagai peluang (opportunities) bagi masyarakat
c. Perlindungan Menurut Suharto dalam Suharto (2005:67-68) perlindungan dimaksudkan untuk melindungi masyarakat agar tidak terjadi persaingan yang tidak seimbang antara yang kaya dan yang miskin. Mardikanto dalam Mardikanto
(2010:36-38)
mengemukakan
3
upaya
dalam
tahap
perlindungan, yaitu : -
Menjaga persaingan yang tidak seimbang
-
Mencegah eksploitasi dari golongan yang lebih kuat atas yang lemah
-
Membuat masyarakat tidak tergantung pada berbagai program pemberian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
d. Penyokongan Menurut Suharto dalam Suharto (2005:67-68) penyokongan dimaksudkan agar masyarakat tidak jatuh dalam keadaan yang semakin lemah yang bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu : -
Memberikan bimbingan pada masyarakat dalam melaksanakan tugas dan peranan masyarakat
-
Memberikan dukungan pada masyarakat dalam melaksanakan tugas dan peranannya
e. Pemeliharaan Menurut Suharto dalam Suharto (2005:67-68) pemeliharaan dimaksudkan guna memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi yang dapat dilihat dari 2 hal, yaitu : -
Adanya keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat
-
Adanya keselarasan dan keseimbangan bagi tiap orang dalam masyarakat untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam berusaha.
2. Desa Kata ‘pedesaan’ sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Meskipun sering diucapkan dan didengarkan namun sulit untuk memberikan batasan terhadap pengertian pedesaan. Landies dalamLeibo (1995:6) memberikan batasan terhadap pengertian pedesaan, yaitu : commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Untuk maksud statistik, pedesaan adalah tempat-tempat dengan jumlah penduduk kurang dari 2.500 orang, kecuali bila disebutkan lain. b. Untuk maksud kajian psikologi sosial, pedesaan adalah daerahdaerah dimana pergaulannya ditandai oleh derajat intimitas atau keakraban yang tinggi. c. Untuk maksud kajian ekonomi, pedesaan merupakan daerah dimana pusat perhatian / kepentingan adalah pertanian dalam arti yang luas. Bertolak dari batasan-batasan yang dikemukakan oleh Landies tersebut, selanjutnya Roucek dan Warren dalam Leibo (1995:7) mendeskripsikan karakteristik kehidupan masyarakat di pedesaan. Karakteristik tersebut yaitu: a.
Masyarakat Desa memiliki sifat yang homogen dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku.
b.
Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Disini artinya semua anggota keluarga turut biasanya bersamasama terlibat dalam kegiatan mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
c.
Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada.
d.
Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota, serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar/banyak. Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terdapat
pengertian desa , yaitu : “Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara teoritis agar suatu desa berkembang dengan baik, Rukminto (2008:278) mengatakan ada tiga unsur yang merupakan suatu kesatuan, yaitu : a. Desa (dalam bentuk wadah). b. Masyarakat desa (yaitu penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat yang tinggal pada unit pemerintah terendah langsung dibawah camat). c. Pemerintah desa (kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintahan yang terendah langsung dibawah kepala desa). Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai pengertian desa, yaitu suatu daerah di wilayah Kabupaten atau Kota yang merupakan satuan geografis dan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki otonomi dan mempertimbangkan asal usul dan adat istiadat. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat desa yaitu orang-orang yang mendiami wilayah tertentu yang kecil dan berhak untuk mengatur rumah tangga nya sendiri. Selanjutnya, yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya memampukan masyarakat desa dan memandirikan dengan cara menggali potensi yang dimilkinya kemudian memberi masukan dari kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut melalui pelatihan, ketrampilan, dorongan, hak, wewenang untuk mengelola sumber daya yang ada sehingga tercipta kemandirian yang bermanfaat bagi dirinya dan oranglain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
3. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah (baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah) dengan dukungan dari Bank Dunia dimana program tersebut bertujuan untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan. (Sumber : Laporan Akhir Kegiatan PAMSIMAS Jawa Tengah tahun 2010 (2010:1)) Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)merupakan salah satu program PNPM Mandiri Pendukung dalam rangka menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat dimana masyarakat peserta program berperan sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh proses (dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan). Kegiatan yang dilakukan dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) mencakup beberapa hal, yaitu : a. pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal b. peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat c. penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum d. pengembangan kapasitas pelaku program melalui promosi, pelatihan, lokakarya, bimbingan, dam sebagainya. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini memiliki keunikan dalam pendekatannya. Ditingkat nasional program ini menganut pendekatan berbasis tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) sehingga program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini dikelola oleh inter Departemen , yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen Keuangan. Sedangkan ditingkat desa/kelurahan program ini menganut pendekatan berbasis masyarakat. (Sumber : Pedoman Pelaksanaan PAMSIMAS di Tingkat Masyarakat (2010:17)) Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini memiliki 2 tujuan , yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dicanangkannya program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah untuk meningkatkan akses pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin desa dan daerah peri urban, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan membangun sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang berkelanjutan dan mampu diadaptasi oleh masyarakat. Sedangkan tujuan khusus dari program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah : a. Meningkatkan perilaku higienis di masyarakat b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana air minum dan sanitasi yangberkelanjutan commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Meningkatkan
kapasitas
lokal
(baik
pemerintah
daerah
maupun
masyarakat) untuk memfokuskan dan menyebarluaskan pelaksanaan program air minum dan sanitasi yang berbasis masyarakat d. Meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan jangka panjang pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuan dari program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) harus ada strategi dasar yang diterapkan. Strategi tersebut selanjutnya dilakukan dengan prinsip dan pendekatan sebagai berikut : a. Berbasis masyarakat. Seluruh proses perencanaan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) seperti pemilihan kebutuhan air dan pelaksanaan kegiatan menyertakan partisipasi aktif masyarakat, tidak terkecuali kaum perempuan. Hal ini sebagai pengejawantahan atas pemenuhan kebutuhan masyarakat atas sarana air minum dan sanitasi, sehingga diharapkan sarana yang terbangun dipelihara dan dikelola oleh masyrakat. b. Kemitraan Kemitraan yang dimaksud adalah antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat daerah sasaran program. Disini Pemerintah Daerah berperan sebagai fasilitator.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Partisipatif Artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam seluruh kegiatan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) mulai
dari
proses
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
pemanfaatan. d. Transparansi. Penyelenggaraan kegiatan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat
(PAMSIMAS)
dilakukan
bersama
dengan
masyarakat dan seluruh kegiatan dapat diakses data/informasinya melalui media oleh masyarakat dan stakeholder. e. Tanggap kebutuhan. Penyelenggaraan kegiatan program berdasarkan kebutuhan masyarakat akan fasilitas air minum, sanitasi, dan program kesehatan, dengan memberi kesempatan seluas-luasnya pada masyarakat untuk memberikan pilihan dan hak bersuara. f. Tepat Mutu Artinya pembangunan yang berkualitas. Semua fasilitas yang dibangun harus
memenuhi
rancangan/design
dan
standar
teknik
yang
ditetapkan,dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas. g. Kesinambungan/Keberlanjutan sarana. Sarana yang dibangun dapat menyediakan air bersih secara kontinyu dengan kualitas yang dapat diterima (baik dari sudut pandang pengguna commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maupun pemerintah) dan memenuhi kebutuhan kuantitas domestik, serta masyarakat turut serta memelihara sarana tersebut agar tetap berfungsi. h. Keberpihakan pada masyarakat miskin Artinya orientasi kegiatan dalam proses maupun pemanfaatan berguna bagi masyarakat miskin i. Kesetaraan Gender Artinya program Pamsimas memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan, perencanaan,
seperti
halnya
pelaksanaan,
laki-laki, dan
untuk
berpartisipasi
pemeliharaan/pengelolaan
dalam program
dimasyarakat. j. Dapat dipertanggung jawabkan. Penyelenggaraan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan dalam hal tepat sasaran, tepat waktu, tepat pembiayaan dan ketepatan mutu pekerjaan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa strategi dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) cenderung relevan dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang didalamnya memenuhi 2 pergeseran paradigma yaitu paradigma New Public Service dan paradigma People Centered Development, yaitu memandirikan dan memampukan masyarakat dengan mulai melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan memenuhi kebutuhan dasarnya, dalam program ini kebutuhan akan air bersih dan pembangunan sanitasi. Strategi program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi commit to user Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) yaitu berbasis masyarakat, kemitraan, dan
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
partisipatif selaras dengan pengertian pemberdayaan dan pemberdayaan masyarakat yang telah peneliti uraikan sebelumnya, yaitu bahwa dalam pemberdayaan
masyarakat
mulai
memfasilitasi
masyarakat
lokal
dalam
merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal melalui collective action dimana pemerintah menjadi fasilitator dan masyarakat yang bergerak dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dari tahap perencanaan hingga pemeliharaan, hal ini juga sesuai denagn paradigma people centered development. Strategi yang lainnya seperti tanggap kebutuhan dan tepat mutu selaras dengan teori dalam paradigma New Public Service dimana pemerintah harus mampu memenuhi hak-hak publik. Hakhak pulik akan terpebuhi jika pemerintah tanggap akan kebutuhan publik dan mampu menyediakan pemenuhan kebutuhan yang tepat guna. Untuk mewujudkan hal tersebut maka semua masyarakat (perempuan dan laki-laki) dilbatkan dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) ini.
B. Kerangka Berpikir Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dicanangkan karena melihat rendahnya ketercakupan air bersih dan sanitasi di Indonesia. Program ini diatur dalam beberapa peraturan,yaitu : 1. UU No 7 tahun 2004 2. UU No. 32 tahun 2004 3. PP No. 16 tahun 2005
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. PP N0. 72 dan 73 tahun 2005 5. PP No. 7 tahun 2004 6. Kebijakan
Nasional
Pembangunan
Air
Minum
dan
Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat, tahun 2003. 7. Financing Agreement Financing Agreement Credit No 42040 IND Bertolak dari hal tersebut, Desa Wonolopo dimana kondisi airnya sebagai berikut: - Hasil riset mahasiswa APIKES Mitra Husada Tasikmasu Karanganyar menunjukkan air di Desa Wonolopo mengandung kadar besi. - air sumur nya kering dan berwarna kekuningan - Sumber air sangat dalam sehingga untuk di pasang sanyo atau dap tidak bisa. (sumber : wawancara kepada ketua RT 04 Desa Ngemplak Wonolopo) Digalakkannya program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Wonolopo dilakukandengan melibatkan warga dari mulai tahap pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, sampai pemeliharaan. Dengan melibatkan warga masyarakat diharapkan pada akhirnya mampu mewujudkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam penyelesaian masalah buruknya kualitas air di Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar, sehingga tujuan dari program PAMSIMAS tersebut, baik tujuan khusus maupun tujuan umum, dapat tercapai.Untuk mempermudah mengerti alur berpikir yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti akan menggambarkannya dalam sebuahcommit bagan sebagai to user berikut :
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Landasan Hukum PAMSIMAS : -
UU No 7 tahun 2004 UU No. 32 tahun 2004 PP No. 16 tahun 2005 PP N0. 72 dan 73 tahun 2005 PP No. 7 tahun 2004 tentang RPJMN Renstra 2004 – 2009 Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, tahun 2003.
Keadaan air Desa Wonolopo : a) air mengandung kadar besi. b) air sumur nya kering, berwarna kekuningan, dan berbau seperti karat c) Sumber air sangat dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa Wonolopo dalam program PAMSIMAS Tahun 2010 yang dilihat dari 5 prinsip pendekatan pemberdayaan : -
Pemungkinan Penguatan Perlindungan Penyokongan Pemeliharaan
Mengetahui pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo dalam program PAMSIMAS dan melihat hambatan-hambatan yang muncul dalam program PAMSIMAS di Desa Wonolopo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu pengetahuan yang dilakukan untuk menggali kebenaran secara metodologis dan sistematis, yaitu sesuai dengan pedoman atau aturan penelitian yang berlaku untuk sebuah karya ilmiah. Beberapa hal yang menyangkut metode penelitian ini adalah sebagai berikut : A. Lokasi Penelitian Sehubungan dengan topik penelitian yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), maka peneliti mengambil 2 lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian, yaitu : -
Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar . Peneliti memfokuskan penelitian di Desa Wonolopo karena desa tersebut merupakan salah satu dari 12 desa yang daerah nya dijadikan sasaran program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010. Alasan mengapa peneliti memilih desa ini karena Desa Wonolopo ini merupakan desa pengganti dari daerah lainnya. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di desa ini sebab peneliti berasumsi bahwa pasti ada sesuatu yang menjadi pertimbangan to user yang menggantikan desa yang sampai akhirnya diputuskan commit Desa Wonolopo
43
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
sebelumnya mengundurkan diri untuk dijadikan sasaran program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Setelah peneliti melakukan pra survey penelitian, peneliti mendapatkan data bahwa berdasarkan hasil riset mahasiswa APIKES Mitra Husada (tahun 2009) menunjukkan bahwa kandungan air di Desa Wonolopo mengandung kadar besi sehingga dapat dikatakan kualitas sumber daya air di desa tersebut kurang baik. Hal ini menjadi faktor utama mengapa akhirnya Desa Wonolopo dijadikan salah satu daerah sasaran program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Kabupaten Karanganyar tahun 2010. Hal lain yang menunjangmengapa Desa Wonolopo layak dijadikan sebagai daerah sasaran PAMSIMAS karena berdasarkan penuturan Ketua RT 04 yang dibenarkan oleh para warga karena pada musim kemarau air sumur nya kering sedangkan pada musim penghujan air sumur berubah warna menjadi kekuningan dan berbau. Bahkan ketika melakukan pra survey peneliti mendapati Desa Wonolopo masih terbatas sistem sanitasi di desa tersebut yang ditunjukkan dengan masih ada beberapa
warga yang melakukan
aktivitas sehari-hari (seperti mandi,cuci pakaian, dan Buang Air Besar) di sungai. -
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar. Peneliti melakukan penelitian di DPU Kabupaten Karanganyar karena DPU Kabupaten Karanganyar merupakan pengendali (pemegang anggaran) dari pelaksanaan Program PAMSIMAS di Kabupaten Karanganyar tahun 2010. Disini peneliti hendak mencari data mengenai bagaimana peranan Dinas commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pekerjaan Umum
Kabupaten Karanganyar dalam program PAMSIMAS
tahun 2010 khususnya peranannya dalam keikutsertaannya memberdayaan masyarakat Desa Wonolopo.
B. Bentuk Penelitian Penelitian ini di maksudkan untuk
mengkaji bagaimana pemberdayaan
masyarakat di Desa Wonolopo dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar yang dilihat dari 5 prinsip pendekatan pemberdayaan yang dikemukakan oleh Suharto dalam Suharto (2005:67-68). Bentuk penelitian dalam penelitian yang peneliti lakukan ialah bentuk deskriptif kualitatif melalui pendekatan penelitian deskriptif yang merupakan pengumpulan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2009:234). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) mengenai sifat-sifat, karakteristik, atau fakta-fakta tertentuyang telah dilaksanakan di Desa Wonolopo tahun 2010.
C. Sumber Data Seperti yang dikatakan Lofland dan Lofland dalam Moloeng (2002:112) bahwa sumber data yang utama commit dalam sebuah to user penelitian kualitatif adalah kata-
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kata, tindakan, dan data tambahan (dokumen misalnya) maka dalam penelitian ini data diperoleh dari beberapa sumber data, misalnya : -
Data yang diperoleh langsung dari orang-orang atau informan yang dapat memberikan informasi yang diperlukan serta dapat dipercaya , misalnya dari Kepala Bidang Cipta Karya DPU Kabupaten Karanganyar, ketua Satuan Laksana PAMSIMAS Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar tahun 2010, pengelola BPS “Wono Tirto” Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar tahun 2010, dan beberapa Warga Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar .
-
Dalam hal ini disamping didapatkan data dari informan, data dalam penelitian ini juga didapatkan dari sumber lain sebagai data tambahan misalnya arsip, buku,
peraturan
perundang-undangan,
dan
dokumen-dokumen
yang
berhubungan dengan program PAMSIMAS tersebut.
D. Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan teknik purposivedimanapemilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (Sutopo,2002:36). Tujuan dari pemilihan teknik purposive sampling adalah untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik dan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan penelitian (Moloeng,2002:165). Informan yang dipilih oleh peneliti adalah :
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar
-
Ketua Satuan Pelaksanaan (Satlak) program PAMSIMAS Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar tahun 2010 .
-
Ketua BP Spams sebagai pengelola BPS “Wono Tirto” Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar tahun 2010.
-
Beberapa Warga Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar .
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berdasar sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut : a.
Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi melalui tanya jawab secara langsung terhadap informan yang diteliti untuk melengkapi data yang diperlukan. Pewawancara disebut interviewer dan yang diwawancarai disebut interviewee(Moloeng,2002:135). Dalam penelitian ini, proses wawancara dilakukan secara formal dan informal dengan cara tanya jawab dengan terlebih dahulu membuat kerangka garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara tersebut. Untuk memperoleh gambaran mengenai pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo dalam program PAMSIMAS secara rinci dan mendalam peneliti melakukan wawancara secara mendalam (in-dept interview) melalui komunikasi lisan secara langsung dan bertatap muka dengan mengajukan pertanyaancommit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertanyaan
tertentu
terhadap
informan
yang
dianggap
mengetahui
pelaksanaan program PAMSIMAS. b. Observasi Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda, dan rekaman gambar (Sutopo,2002:64). Dalam penelitian ini observasi dilakukan denganobservasi berperan pasif yang dilakukan secara formal dan informal. Cara formal yaitu dengan mendatangi lokasi penelitian untuk melihat secara langsung mengenai kegiatan-kegiatan atau aktivitas warga yang berhubungan dengan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Sedangkan cara nonformal yaitu dengan mengamati situasi dan kondisi bagaimana hasil pembangunan fasilitas sanitasi dan pengairan di Desa Wonolopo sebagai bukti bahwa masyrakat Desa Wonolopo Kabupaten Karanganyar telah diberdayakan dalam program PAMSIMAS. c. Dokumentasi Tekhnik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian. Data-data yang dikumpulkan cenderung merupakan data sekunder. Dalam penelitian ini dokumen yang dijadikan acuan antara lain : arsip dan dokumen berupa Modul Pelatihan Badan pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP.SPAMS) Kabupaten Karanganyar tahun 2010 , Laporan Akhir Program PAMSIMAS di Desa Wonolopo tahun 2010, selain itu juga berupa artikel-ertikel yang commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diperoleh dari internet. Data-data
yang diperoleh dari pengumpulan
dokumentasi kemudian dapat dijadikan referensi yang menunjang proses penelitian.
F. Validitas Data Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul, peneliti menggunakan teknik pengujian triangulasi data. Menurut Sugiyono (2008 : 241) teknik triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik triangulasi sumber yang dilakukan dengan menngali data dari informan yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam sehingga informasi dari informan yang satu dengan yang lain bisa dibandingkan diuji kemantapan dan kebenarannya (Sutopo,2002:79). Triangulasi sumber menurut Moloeng (2002:178) dapat dicapai dengan jalan : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan a[a yang dikatakannya secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan yang dikatakan sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berbeda. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Teknik Analisis Data Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data secara kualitatif dengan menggunakan model analisis data interaktif. Teknik tersebut meliputi 3 hal yaitu sebagai berikut : a. Reduksi Data (Data Reduction) Merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan abstraksi terhadap data yang telah diperoleh. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya (Moloeng,2002:190). Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian, diawali sebelum pengumpulan data (ketika mengambil keputusan tentang kerangka berpikir, pemilihan kasus, menyusun pedoman wawancara, dan menentukan teknik pengumpulan data) sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. (Sutopo,2002:91-92) b. Sajian Data (Data Display) Merupakan suatu rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan
dan
menjawab
setiap
permasalahan
yang
ada
(Sutopo,2002:92). Lebih lanjut Sutopo memaparkan bahwa selain dalam bentuk narasi kalimat, sajian data juga dapat berupa matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan juga tabel yang mendukung kebenaran dari narasinya. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Penarikan Simpulan (Conclusion Drawing) Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir. Simpulan perlu diverivikasi agar benar-benar bisa dipertanggungjawabkan
yang
dilakukan
dengan
mengembangkan
ketelitian supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya. (Sutopo,2002:93)
Dari sajian data yang telah tersusun, maka selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ke-3 komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data yang menggunakan proses siklus. Proses analisa ini disebut dengan model analisis interaktif (Interactive Model Analysis) yang skemanya dapat dilihat sebagai beikut : Bagan 3.1 Skema Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Simpulan / verivikasi
Sumber : (Sutopo, 2002:96) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Desa Wonolopo a. Kondisi Geografis -
-
-
Batas Wilayah Sebelah Utara
: Desa Alastuwo
Sebelah Timur
: Desa Kalijirak
Sebelah Selatan
: Desa Suruh
Sebelah Barat
: Desa Kaling
Luas Wilayah 236,5030 ha terdiri dari : Sawah
: 168,0305 ha
Tegalan
:
1,0500 ha
Pekarangan
:
65,1050 ha
Lain-lain
:
2,3175 ha
Kondisi Topografi Ketinggian tanah rata-rata
: 200 mdpl
Curah hujan rata-rata per tahun
: Tinggi
Topografi
: Dataran rendah
Suh rata-rata
: 23 0C – 32 0C commit to user
52
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kondisi Penduduk - Jumlah penduduk berdasarkan umur, yaitu sebagai berikut : Jumlah penduduk dewasa laki-laki
: 2328 orang
Jumlah penduduk dewasa perempuan : 2126 orang - Jumlah penduduk menurt mata pencaharian Pegawai negeri sipil
: 68 orang
ABRI/Polisi
: 12 orang
Swasta
: 540 orang
Wiraswasta
: 45 orang
Tani
: 290 orang
Buruh tani
: 580 orang
Pertukangan
:
89 orang
Pensiunan
:
44 orang
Jasa lainnya
:
11 orang
c. Sarana dan Prasarana di Desa Wonolopo - Pemenuhan kebutuhan air bersih Sumur gali
: 986 rumah tangga
Sumur pompa
:-
Pipa PDAM
:-
Pipanisasi dll
: 206 rumah tangga commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
-
sarana sanitasi Jamban terbuka
: - buah
Jamban tertutup
: 689 buah
kesehatan Puskesmas pembantu
: - buah
Bidan
: 1 orang
Dukun terlatih
: 1 orang
Posyandu
: 6 buah
Lapangan sepak bola
: 1 buah
Lapangan bulu tangkis
: 2 buah
Lapangan bola volli
: 6 buah
Lapangan tenis meja
: - buah
d. Deskripsi Sarana Air Bersih Wilayah Desa Wonolopo secara geografis merupakan dataran rendah dan dataran perbukitan. Masyarakat baik kaya, sedang maupun miskin memenuhi kebutuhan air bersih dari perpipaan, sumur gali. Bila saatnya musim kemarau debit air yang ada berkurang atau kering, bahkan untuk wilayah Dusun Ngemplak dan Dusun Tritis mengalami kesulitan air bersih dikarenakan kualitas air keruh dan berwarna kuning (mengandung zat besi). Terbatasnya sumber mata air potensial berakibat beberapa dusun mengalami kesulitan terhadap akses air bersih, terutama pada musim commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemarau. Dengan kondisi itu, masyarakat harus berupaya keras agar dapat memenuhi kebutuhan air bersih. Kurangnya air bersih berdampak pada perilaku masyarakat terhadap kesehatan. Air yang hanya cukup untuk konsumsi ( makan, minum dan masak ) berakibat sebagian masyarakat mengambil air yang tidak bersih untuk kebetuhan mencuci dan bahkan untuk mandi terutama di musim kemarau ketika air sumur kering. Selain itu pola hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan pakai sabun dan air mengalir sangat jarang dipraktekkan oleh masyarakat. Belum lagi pola penggunaan jamban. Terbatasnya air bersih, kondisi lingkungan yang dikelilingi oleh sungai dan saluran irigasi serta kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang bahaya buang air tidak di jamban, mengakibatkan masyarakat masih banyak yang buang air besar di sungai dan saluran irigasi bahkan di kebun. Hal ini mengakibatkan masih ada kejadian penyakit diare gatalgatal setiap bulannya. Untuk itu perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat pemahaman, kesadaran dan perubahan perilaku tidak bersih dan sehat masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakat Desa Wonolopo menginginkan adanya pembangunan sarana air bersih sehingga memudahkan mereka dalam mengambil air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Gambaran Umum Opsi Kegiatan PAMSIMAS -
Opsi SAB ( Sarana Air Bersih ) Jumlah dusun yang dilayani
: 2 Dusun
Jumlah penduduk yang akan dilayani
: 1.058 orang
Kebutuhan air
: 1,5 liter/detik
Sumber air baku yang digunakan
: Sumur bor
Jarak sumber air baku ke dusun yang dilayani
: 0 km
Kapasitas sumber air baku yang akan digunakan
: 1,5 liter/detik
Sistem pengaliran
: Pompa
Kelengkapan system -
Pengeboran
:
Kedalaman
100 m -
Tower/menara
-
Jaringan pipa distributive panjang 4.289 meter :
:8m
Perkiraan biaya ntuk SAB : Rp 169.684.000 (Dana APBN) Rp 11.000.000 (Dana Swadana Incash) Rp 44.055.000 (Dana Swadana Inkind)
-
Opsi Sanitasi Jumlah seolah yang akan dilayani
: 3 sekolah
Nama seolah yang ditangani
:
1. SD N Wonolopo 1 2. SD N Wonolopo 2 commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. SD N Wonolopo 3 Jumlah murid/guru
:
1. Jumlah murid
: 188 (laki - laki); 158 (perempuan )
2. Jumlah guru
: 27orang
Jumlah ruangan
: 18 unit (ruang kelas), 3 unit (ruang
guru) Kegiatan yang akan ditangani : -
Pembuatan WC/luas
: 1 unit/(1,5x1,75)m2(SDN
Wonolopo 2) -
Pembuatan tempat cuci tangan
:
- 6 kran (sistem) untuk SDN Wonolopo 1 - 6 ran (system) ntuk SD N Wonolopo 3 -
Pembuatan menara air
: 1 unit ntuk SD Negeri
Wonolopo 1 Perkiraan anggaran biaya
:
Rp 15.000.000 (Dana APBD) Rp 5.871.000 (Dana Swadana inkind ) 2. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Karanganyar Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Karanganyar berlokasi di Jalan RM Said No 9 Tegalgede Kabupaten Karanganyar. Saat ini DPU Kabupaten Karanganyar diketuai oleh Ir.Priharyanto, MM. Jabatan sebagai Ketua DPU ini berlandaskan pada Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun commit to user 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kapubaten Karanganyar.
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di Bidang Pekerjaan Umum berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Kepala Dinas mempunyai fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang pekerjaan umum yang meliputi perencanaan dan bina teknik, bina marga, cipta karya, pengairan dan energi sumber daya mineral serta kesekretariatan b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, yang meliputi perencanaan dan bina teknik, bina marga, cipta karya, pengairan dan energi sumber daya mineral serta kesekretariatan c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum yang meliputi perencanaan dan bina teknik, bina marga, cipta karya, pengairan dan energi sumber daya mineral serta kesekretariatan d. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam lingkup Dinas Pekerjaan Umum e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya f. Uraian tugas sebagaimana tersebut diatas, sebagai berikut :
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Merumuskan program kegiatan Dinas berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
-
Menjabarkan perintah atasan melalui pengkajian permasalahan dan peraturan perundang-undangan agar pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku
-
Mengarahkan tugas bawahan sesuai bidang tugasnya baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas
-
Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk mengevaluasi permasalahan agar diperoleh hasil kerja yang optimal
-
Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di bidang pekerjaan umum yang meliputi Perencanaan dan Bina Teknik, Bina Marga, Cipta Karya, serta Pengairan dan Energi Sumber Daya Mineral
-
Melaksanakan program kegiatan, pembinaan dan pengendalian kegiatan di bidang pekerjaan umum yang meliputi Perencanaan dan Bina Teknik, Bina Marga, Cipta Karya, serta Pengairan dan Energi Sumber Daya Mineral
-
Melaksanakan kebijaksanaan teknis pembangunan di bidang Pekerjaan Umum sesuai kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Bupati dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Melaksanakan pengelolaan administrasi pembangunan di bidang Pekerjaan Umum sesuai peraturan yang berlaku untuk tertib dministrasi dan kelancaran pelaksanaan tugas
-
Melaksanakan pembinaan kepada masyarakat tentang teknis pembangunan di bidang Pekerjaan Umum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
-
Melaksanakan pemberian perizinan di bidang Pekerjaan Umum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
-
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis di bidang Pekerjaan Umum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
-
Membina UPT pada Dinas Pekerjaan Umum
-
Melaksanakan tugas pembantuan di bidang Perkerjaan Umum yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
-
Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sebagai cerminan penampilan kerja
-
Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar pengambilan kebijakan
-
Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik lisan maupun tertulis sebagai bahan masukan guna pelaksanaan tugas commit to user
kelancaran
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Struktur Organisasi Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari: a. Kepala Dinas b. Sekretariat, membawahi : Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c. Bidang Perencanaan dan Bina Teknik, terdiri dari : Seksi Perencanaan Teknik Seksi Bina Teknik Seksi Evaluasi dan Pelaporan d. Bidang Bina Marga, membawahi : Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan e. Bidang Cipta Karya, membawahkan : Seksi Tata Ruang dan Bangunan Seksi Pertanahan dan Perumahan Seksi Penyehatan Lingkungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
f. Bidang Pengairan dan Energi Sumber Daya Mineral, membawahkan : Seksi Pembangunan dan Peningkatan Sarana Pengairan Seksi Pelestarian Sumber Air, Operasi dan Pemeliharaan Seksi Energi Sumber Daya Mineral g. Unit Pelaksana Teknis, terdiri dari : -
UPT Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Tengah meliputi Kecamatan Karanganyar.
-
UPT Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Timur meliputi Kecamatan Matesih, Karangpandan, Tawangmangu, Ngargoyoso
-
UPT Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Selatan meliputi Kecamatan Jumantono, Jumapolo, Jatiyoso, Jatipuro
-
UPT Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Barat meliputi Kecamatan Jaten, Kebakkramat, Gondangrejo, Colomadu
-
UPT Dinas Pekerjaan Umum Wilayah Utara meliputi Kecamatan Tasikmadu, Mojogedang, Kerjo, Jenawi
-
UPT Dinas Pekerjaan Umum Peralatan, Perbengkelan dan Laboratorium
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian Berangkat dari permasalahan buruknya kualitas air di Desa Wonolopo yang kemudian program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) muncul untuktomembantu desa dan daerah peri urban commit user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam mendapatkan air minum dan sanitasi yang berkualitas, maka hal tersebut membangkitkan keinginan tokoh-tokoh masyarakat di Desa Wonolopo untuk memperjuangkan supaya desa tempat tinggal mereka dapat diikutsertakan dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) tahun 2010. Untuk dapat merealisasikan keinginan tersebut, Desa Wonolopo yang terbagi menjadi dua dukuh (Dukuh Ngemplak dan Dukuh Tritis) ini melewati beberapa alur / tahapan, alur yang dilewati yaitu : Bagan 4.1 Tahapan Desa Wonolopo untuk mendapat bantuan Program PAMSIMAS Mencari bukti bahwa kualitas air di Desa Wonolopo buruk, yaitu dengan meminta bantuan mahasiswa APIKES Mitra Husada Tasikmadu (tahun 2009) untuk meneliti kandungan air sumurnya, yang terbukti air sumur mengandung kadar besi
LKM yang didalamnya adalah tokoh masyarakat berkumpul untuk . membuat proposal mengenai Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan kemudian proposal tersebut dikirim ke Pemerintah Pusat lewat camat, lalu camat memberikan ke Bappeda Kabupaten Karanganyar.
Proposal dari Desa Wonolopo itu masuk ke long list bersama proposal dari seluruh daerah Kabupaten/Kota yang mengajukan daerah mereka untuk mendapatkan bantuan program PAMSIMAS. Kemudian ada Surat Keputusan (SK) dari pemerintah pusat yang masuk ke pemerintah daerah (dalam hal ini Pemerintah Desa Karanganyar).
Setelah Surat Keputusan dari Pemerintah Pusat masuk, tim Kabupaten Karanganyar mengadakan verifikasi ke Desa Wonolopo. Setelah itu Surat Keputusan (SK) Bupati turun, lalu Tim Kabupaten turun ke Desa commit to user Wonolopo dan desa lainnya yang mendapat bantuan program PAMSIMAS sebagai fasilitator.
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) yang digalakkan di Desa Wonolopo pada tahun 2010 ini merupakan fakta pelaksanaan paradigma Ilmu Administrasi Negara yang baru, New Public Service(NPS), sebab masyarakat Desa Wonolopo disini mulai ikut bermain dan bahkan menjadi titik pusat dalam pembangunan yang dilakukan yaitu dengan memberdayakan dan membangun masyarakat Desa Wonolopo itu sendiri. Pembangunan semacam ini disebut juga dengan people centered developmentyang didalamnya terdapat upaya untuk memberdayakan masyarakat ditingkat lokal (dalam hal ini di tingkat desa, Desa Wonolopo). Dalam memberdayakan masyarakat di tingkat lokal diperlukan bantuan tenaga pendamping (fasilitator lapangan) dan tenaga kader. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) tahun 2010 lalupun ada bantuan dari tenaga fasilitator dan kader, yaitu :
Tenaga Pendamping (Fasilitator Lapangan) Disini tenaga pendamping atau fasilitatornya adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dengan masing-masing SKPD nya yang gunanya untuk memfasilitasi kegiatan di tingkat masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pengelolaan. Tenaga pendamping tersbut yaitu : a. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Karanganyar DPU bertindak sebagai pengendali pelaksanaan program PAMSIMAS di Kabupaten karanganyar sebab DPU Kabupaten Karanganyar sebagai commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemegang anggaran, hal ini sesuai yang dikatakan Bapak Joko Purnomo selaku staff bidang Cipta Karya DPU Kabupaten Karanganyar : “DPU disini sebagai pemegang anggaran, jadi kami bertindak secara keseluruhan dan kami yang mengendalikan karena kalau ada apa-apa semisal dari Dinas Kesehatan atau Dinas lain mau mengadakan pelatihan atau ada apa-apa pasti lapor ke kami.” (sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) b. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar Dinas Kesehatan berperan sebagai fasilitator di bidang kesehatan, misalnya memberikan penyuluhan mengenai cara hidup sehat dengan mencuci tangan, penyuluhan mengenai pentingnya air bersih, dan lainlain. c. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Bapermasdes) Kabupaten Karanganyar Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Bapermasdes) berperan untuk membimbing dan membantu dalam usaha memberdayakan masyarakat Desa Wonolopo. Misalnya : memberikan sosialisasi kepada masyarakat Desa Wonolopo agar mau ikut berpartisipasi dalam pembangunan. d. Badan
Perencanaan
dan
Pembangunan
Daerah
(Bappeda)
Kabupaten Karanganyar Dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), Bappeda berperan sebagai TKK (Tim Koordinasi Kabupaten) yang tugasnya adalah menyeleksi administrasi Desa, jika memenuhi kriteria akan masuk langsung long list kalau tidak commit to user daerah tersebut akan di drop.
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
Tenaga Kader Kader adalah orang-orang yang berasal dari daerah setempat (dalam hal ini dari Desa Wonolopo) yang dengan sukarela bersedia ikut serta dalam berbagai kegiatan dalam program pembangunan desa. Di Desa Wonolopo dalam program PAMSIMAS ini ada 2 kader, yaitu : a. Satuan Laksana (Satlak) Tugas dari Satuan Laksana adalah : -
Bertanggungjawab pada tahap pelaksanaan program atau sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
-
Satuan Laksana harus mampu mengoperasikan dan mengendalikan uang yang masuk (baik dari APBN,APBD, maupun dari swadaya masyarakat Desa Wonolopo), serta mempertanggungjawabkan pembangunan yang dilakukan karena pembangunan yang dilakukan itu ada target waktu pembangunannya. Tugas kader semacam ini bisa disebut pula untuk menjaga terjadinya kelangsungan kegiatan. Disini Satuan Laksana juga harus mampu memikirkan cara utnuk memiliki dana pendamping supaya kegiatan pembangunan bisa terus berjalan apabila bantuan dana baik dari APBN maupun APBD belum turun. Ketua Satuan Laksana (Satlak) program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Wonolopo adalah Bapak Ngatman. Beliau lah yang menjadi pelopor untuk commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membangkitkan kesadaran warga untuk mendapatkan air bersih yang berkualitas. b. Badan Pengelola Sarana Air Minum dan Sanitasi (BP Spams) Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP SPAMS) merupakan unit otonom yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengelola organisasi secara intern. BP SPAMS dibentuk dengan tujuan agar pemeliharaan dan perbaikan sarana air minum dan usaha mendorong perubahan perilaku yang dilaksanakan masyarakat secara terkoordinir, dilaksanakan secara efektif (berhasil guna), efisien (berdaya guna) dengan pembiayaan yang murah. BP SPAMS Desa Wonolopo dibentuk di tingkat kelurahan/desa yang dihadiri oleh perangkat desa, tokoh masyarakat dan perwakilan dari masyarakat. BP SPAMS yang terbentuk diberi nama BP SPAMS “WONO TIRTO”. Sebagian besar pengurus BP Spams sama dengan pengurus Satlak, yang berbeda hanya ketua nya. Bapak Ngatman selaku
ketua
Satlak
diganti
oleh
Bapak
Suratno.
Untuk
memaksimalkan potensi para pengurus BP Spams maka Pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar memberikan pelatihan teknis kepada pengurus BP Spams. Pelatihan dan pembekalan kepengurusan BP SPAMS dilaksanakan di Wisma Asri Tawangmangu selama 3 hari yaitu pada tanggal 21-23 Desember 2010. Setelah itu dilanjutkan dengan study banding selama 1 hari di lokasi dengan ops pengeboran sumur dalam di Dusun Pulerejo Kecamatan Matesih Kabupaten commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karanganyar. Adapun Susunan Pengurus BP Spams Desa Wonolopo tahun 2010 adalah sebagai berikut : Bagan 4.2 Susunan Pengurus BP Spams Desa Wonolopo PENASEHAT Ir Sunarno
KETUA Suratno
SEKRETARIS
BENDAHARA
Sunarmo
Fitri Utami Jumadi
UNIT TEKNIS Wahyudi, Sugiyatno, Jarot
UNIT SANITASI KESEHATAN
UNIT PEMBERDAYAAN
Harisa Martha, Sri Sugiarti
Pramunanto, Warsono
BP Spams ini dibentuk untuk melanjutkan tugas dari Satlak, apabila BP Spams sudah dibentuk maka Satuan Laksana dan LKM dibubarkan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Joko Purnomo, staff bidang Cipta Karya DPU Kabupaten Karanganyar : “... Setelah diibentuk BP Spams maka satlak dan LKM bubar, sehingga bisa dikatakan bahwa satlak adalah embrio dari BP Spams.” commit to user (sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012)
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Didalam penelitian ini, peneliti mengacu pada 5 prinsip penerapan pendekatan pemberdayaan yang dikemukakan oleh Suharto dalam Suharto (2005:67-68) yang digabungkan dengan 3 sisi upaya pemberdayaan masyarakat yang
dikemukakan
oleh
Mardikanto
dalam
Mardikanto
(2010:36-38).
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, hasil penelitiannya sebagai berikut ini : 1. Prinsip Pemungkinan Prinsip pemungkinan memungkinkan
potensi
ini diawali dengan penciptaan kondisi masyarakat
untuk
dapat
berkembang
yang yang
berdasarkan 4 hal,yaitu : a. Mendorong dan memotivasi masyarakat untuk menyadarkan bahwa mereka punya potensi Untuk mendorong masyarakat Desa Wonolopo yang tebagi menjadi 2 dukuh ini (Dukuh Ngemplak dan Dukuh Tritis) bukanlah hal yang mudah. Hal ini sesuai pernyataan yang dikatakan Bapak Ngatman : “Awalnya memang susah, mbak tahu sendiri kalau warga desa itu pemikirannya belum terbuka. Disuruh iuran untuk mengumpulkan in cash Rp 11.000.000,00 pada ga mau. Mereka bilang untuk apa iurannya ga jelas. Padahal kalau ga ada in cash segitu berarti kita ga bisa dapat bantuan program PAMSIMAS. Jadi saya yang putar otak,saya pikirkan suatu permainan supaya desa ini bisa dapat bantuan PAMSIMAS. Dana in cash yang harus disediakan sebagai syarat utama saya usahakan dengan meminjam dari orang ke-3, orangnya siapa saya tidak mau bilang karena itu pribadi. Dari orang itu saya buatkan rekening atas nama Desa Wonolopo. Kebetulan saat itu ada kas desa sebesar Rp 4.000.000,00 saya pinjam sekalian sehingga saya masukkan di rekening Rp 15.000.000,00. Setelah ada rekeningnya, saya ajak beberapa warga yang saya anggap bisa membantu saya dalam membuat proposal mengenai kondisi air di Desa Wonolopo ini. Setelah commit to user proposal jadi kita kirim ke pemerintah, dan akhirnya pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
lewat Bapedda menyetujui. Sebelumnya kami juga ragu-ragu apakah proposal kami diterima atau tidak sebab kami tergolong terlambat, tetapi ya alhamdulilah Desa Alastuo mengundurkan diri sehingga akhirnya desa kami oke mendapatkan bantuan PAMSIMAS. Setelah itu barulah semua warga kita kumpulkan lagi dan dibantu oleh pemerintah mensosialisasikan akhirnya alhamdulilah banyak warga yang mau ikut berpartisipasi. Tetapi ya tetap saja ada yang ga mau ikut karena merasa air sumur dirumahnya jernih, padahal sejernih-jernihnya sudah ada bukti penelitian dari adik-adik akbid Mitra Husada kalau air disini itu mengandung kadar besi. Tetapi kami tidak bisa memaksa karena itu semua kan kesadaran, kalau mau ya ‘monggo’ kalau tidak ya kita bisa apa mbak, yang penting sudah kami usahakan.” (sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) Pernyataan serupa juga diungkapkan Bapak Sunarmo selaku sekretaris BP Spams (dulunya juga sekretaris Satlak), yaitu : “Untuk mendorong masyarakat awalnya memang sulit mbak, saya hanya bertugas mendokumentasikan semua kegiatan PAMSIMAS sebenarnya tapi saya juga ikut membantu Pak Ngatman (ketua Satlak) untuk mendorong warga supaya mau ikut. Saya beri pengertian pada masyarakat kalau air sumur kita itu ga bersih, air sumur warga banyak yang keruh, kita butuh air yang bersih. Akhirnya lewat perjuangan Pak Ngatman yang mau mencarikan dana ‘nalangi’ uang untuk in cash, dan usaha kami bersama LKM menyusun proposal berhasil disetujui pemerintah, maka kami dibantu oleh pemerintah baik itu kecamatan maupu pemerintah daerah, kami sosialisasikan kepada 2 dukuh bahwa desa kita ini dapat bantuan PAMSIMAS. Dan alhamdulilah masyarakat yang tadinya ‘angel-angelan’ sekarang bersedia berpartisipasi.” (Sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) Dari ke-2 penuturan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mendorong masyarakat Desa Wonolopo bukanlah suatu perkara yang mudah, mereka cenderung masyarakat yang tidak mau berpikiran terbuka atau masih kolot. Untuk mengumpulkan in cash yang digunakan untuk kepentingan mereka saja tidak mau, sampai akhirnya commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ada seorang pelopor yang berasal dari Desa Wonolopo itu sendiri, yaitu Bapak Ngatman, yang mau memperjuangkan kepentingan bersama dengan meminjam uang dari pihak ke-3 yang kemudian direkeningkan. Setelah pemerintah menyetujui dan kembali disosialisasikan mereka (warga Desa Wonolopo) baru menyetujui dan mau berpartisipasi dalam program PAMSIMAS ini. Bentuk partisipasi warga Desa Wonolopo adalah dengan bersedia memasang pipa sambungan rumah tangga di rumah mereka dengan membayar Rp 225.000,00 untuk membeli pralon dan meteran air dan ikut membantu dalam proses pemasangannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa warga : “saya mau ikut karena air dirumah saya jelek, warnanya kuning. Ikutnya rombongan 1 desa, awalnya didata sama Pak RT, saya langsung mau karena air dirumah saya benar-benar jelek.” (Sumber : Ibu Tutik , wawancara tanggal 11 November 2012) Hal yang sama juga diungkapkan oleh warga Desa Wonolopo lainnya yang bernama Nenek Sumirah, yaitu : “Awalnya Pak Sunarman (Lurah Desa Wonolopo) datang membawa surat katanya ada PAMSIMAS terus disuruh datang ke kelurahan katanya mau diberi pengarahan soal PAMSIMAS itu yang kataya tentang air bersih. La saya kerja makanya saya nyuruh Pomo anak saya yang dateng kan dia kerjanya Cuma negor kayu jadi waktunya bebas. Terus Pomo bilang katanya suruh bayar Rp 225.000,00 buat masang tapi Pomo bilang ga usah wong air dirumah kita juga udah banyak. Tapi tak pikir-pikir wong airnya warnanya keruh, gek kalo direbus warnanya kadang-kadang jadi merah ya saya nekat masang walaupun anak saya ga mau. Toh saya punya penghasilan sendiri.” (Sumber : Wawancara tanggal 11 November 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Dari ke-2 pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa dorongan dari pengurus program PAMSIMAS bersama pemerintah ditambah keadaan air mereka jelek sehingga mereka mau berpartisipasi dalam program tersebut. Bersamaan dengan mendata berapa jumlah warga yang mau memasang pipa sambungan rumah maka Satuan Laksana (Satlak) pun dibentuk. Ketua Satlak ditetapkan bersama dalam rembug desa adalah Bapak Ngatman, hal ini didasarkan karena warga Desa Wonolopo menganggap Bapak Ngatman lah yang menjadi penggerak utama sehingga desa mereka bisa diikutsertakan dalam program PAMSIMAS dan mereka menganggap Bapak Ngatman bijaksana, untuk pengurus yang lain (seperti sekretaris, bendahara, dan unit-unit lainnya) dipilih bersama tetapi berdasar pada dari rokemendasi Bapak Ngatman. Hal ini terjadi karena menurut penuturan beliau ketika ditanyakan siapa yang bersedia menjadi pengurus kebanyakan warga tidak mengusulkan dirinya. Hal ini dikarenakan mereka malu atau takut mengusulkan diri mereka sendiri. Sampai akhirnya Bapak Ngatman bersama Bapak Suratno (ketua RT 04 Dukuh Ngemplak Desa Wonolopo) menunjuk warga yang dianggap mampu untuk mengemban tugas menjadi pengurus. Setelah ditunjuk semua warga langsung menyetujui dan yang ditunjuk langsung bersedia. Hal ini dapat dilihat dari perkataan Bapak Sugiyatno selaku pengurus Satuan Laksana di bagian unit teknis pelaksanaan : “Dulu saya disuruh sama Pak RT (Bapak Suratno), ya saya mau commit tokan userga begitu sulit karena pekerjaan saja toh pekerjaan membangun
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
saya sehari-hari memang menjadi pekerja bangunan. Di desa inipun kalau ada tetangga yang membangun rumah atau urusan-urusan lain dalam pembangunan selalu menyuruh saya jadi pekerjanya, jadiya saya sudah biasa. Lagian kata Pak RT ini yang kerja bukan cuma saya tetapi nanti warga juga ikut membantu gotong royong.Saya membangun dan yang bertugas mengawasi pembangunannya.” (sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) Pernyataan yang lain juga diungkapkan oleh Bapak Sunarmo selaku sekretaris Satlak, yaitu : “Tugas saya disini kan cuma mendokumentasikan kegiatan PAMSIMAS dari tahap perencanaan dan pembangunan. Dan kebetulan kan kalau kamera digital atau handy cam saya punya, jadi kalau sekedar mendokumentasikan saya mampu. Kalau warga yang lain mungkin saja merasa keberatan karena mereka tidak punya alat ataupun tidak bisa mengoperasikan alatnya, makhlum saja karena ini wilayah desa, beda dengan kota yang orangorangnya maju mbak. Selain itu hasilnya nanti didokumentasikan,kan kadang-kadang ada pertemuan danharus dipersentasikan. Hal semacam ini juga sudah biasa, dari zaman kuliah hingga sekarang di kantor saya juga sudah sering kalau hanya membuat power point dan persentasi.” (sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) Dari pernyataan tersebut jelas bahwa kesadaran akan potensi yang dimiliki para pengurus memang sudah ada sebelum mereka disuruh sebab mereka memiliki basic yang menunjang dari pekerjaan sehari-hari mereka. b. Mengembangkan potensi Potensi-potensi yang dimiliki para warga yang menjadi pengurus Satuan Laksana dikembangkan dengan cara melatih pengurus Satlak Desa Wonolopo untuk membuat Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Di dalam penyusunan Rencana Kerja Masyarakat tersebut semua unit pengurus commit to usermelakukan perencanaan secara Satuan Laksana bersama-sama
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terstruktur dan matang dalam menentukan kegiatan-kegiatan yang akan mereka lakukan.Hal ini sesuai pernyataan Bapak Ngatman : “Sebelum memulai pembangunan semua pengurus satlak itu saya kumpulkan untuk rapat. Rapatnya itu membuat rencana kerja atau RKM. Bisa dibilang kami membahas kelanjutan dari RKM yang dulu kami susun sewaktu membuat proposal buat mendaftar PAMSIMAS itu mbak. Kita buat perencanaan yang lebih matang lagi, supaya kegiatan-kegiatan yang nantinya kita lakukan itu terstruktur dan gak semrawut.” (Sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) Berdasarkan hasil penelitian diatas, prinsip pemungkinan dalam usaha pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo dalam program PAMSIMAS ini dilakukan dengan mendayagunakan masyarakat yang dianggap mampu atau memiliki keahlian dan memilih mereka sebagai pengurus satuan laksana (satlak). Bagi masyarakat yang tidak menjadi pengurus pun tetap bisa berpartisipasi dengan cara memasang PAM dirumahnya dan membantu dalam pembangunan meskipun tidak dibayar. Hal ini sesuai dengan prinsip dan pendekatan PAMSIMAS yaitu berbasis masyarakat dan partisipatif. 2. Prinsip Penguatan Prinsip penguatan ini ditandai dengan adanya 2 hal, yaitu : a.
Penyediaan berbagai masukan bagi masyarakat Masukan atau input dalam program PAMSIMAS ini adalah berupa dana atau modal yang berupa dana stimulan bagi pembangunan di Desa Wonolopo. Keseluruhan Dana untuk pelaksanaan program PAMSIMAS adalah Rp 275.000.000,00 . Dana itu berasal dari Pemerintah Pusat Republik Indonesia, Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar , dan commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari kas dan iuran masyarakat Desa Wonolopo. Sedangkan perinciannya adalah sebagai berikut : -
Dana dari APBN
: 70 % yaitu Rp 192.500.000,00
-
Dana dari APBD
: 10 % yaitu Rp 27.500.000 ,00
-
In cash Desa Wonolopo : 20 % yaitu Rp 55.000.000,00
Syarat utama untuk pencairan dana dari APBD maupun APBN adalah paling tidak warga Desa Wonolopo harus mempunyai rekening bersama (in-cash) dengan saldo minimal Rp 11.000.000,00. Seperti yang dikatakan dimuka karena Desa Wonolopo tidak mampu menyediakan, maka
Bapak
Ngatman
mengusahakan
dengan
meminjam
dana
pendamping dari orang ke-3. Tetapi dilaporan tetap ditulis bahwa uang tersebut adalah dana in cash. Selanjutnya setelah dana in cash itu tersedia, uang dari APBD cair melalui DPU Kabupaten Karanganyar dan langsung dikirimkan ke rekening Desa Wonolopo. Setelah uang dari APBD cair maka uang dari APBN akan cair secara bertahap, yaitu 3 tahapan (20%, 40%, dan 40%). Selain berupa dana, masukan (input) untuk memperkuat masyarakat Desa Wonolopo dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan akan air bersih dan sanitasi adalah dengan memberikan seminar dan pelatihan kepada para pengurus satuan laksana di Desa Wonolopo. Satuan Laksana mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai teknik membuat bak menara air sebagai sumber air PAM dan teknik pemasangan pipa sambungan rumah tangga yang baik. Hal ini bertujuan agar pembangunan tepat dan tidak commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cepat rusak. Pelatihan ini menurut Bapak Ngatman (ketua Satlak) bukan hanya dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar tetapi juga dari Pemerintah Provinsi (Semarang). b. Pembukaan akses kedalam berbagai peluang bagi masyarakat Dana stimulan yang diberikan kepada Desa Wonolopo tersebut dari DPU Cipta Karya langsung ditransfer ke rekening, tidak ada pemotongan biaya sedikitpun, hal ini sesuai pernyataan Bapak Joko Purnomo selaku staff bidang Cipta Karya DPU Kabupaten Karanganyar : “Proses pencairan dana langsung kami kirim ke rekening desa yang bersangkutan jadi tidak terpotong sedikitpun. Disini kami hanya sebagai penyalur dana yang cair baik dari APBD maupun APBN, yang menerima tetap desa yang bersangkutan sendiri. Jadi yang mengelola uang itu adalah desa, kami tidak ikut campur dalam pengelolaannya, hanya saja kami meminta laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program untuk mengontrol pemasukan dan pengeluaran.” (sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) Pernyataan tersebut juga selaras dengan pernyataan ketua Satlak Desa Wonolopo: “Dana dari APBD dan APBN itu kan sifatnya stimulun bagi kita mbak. Tapi kan dana itu turun beberapa tahap dan turunnya setelah kita kerja, jadi ga mungkin bekerja menunggu dana itu turun dulu, kita harus tetep kerja terus karena mengingat pekerjaan kita sistem target. Jadi sembari menunggu dana APBD atau APBN turun, kita harus punya dana ristan dulu. Nah itu tergantung pinter-pinternya kita sendiri mbak. Kalau untuk Desa Wonolopo ini dana ristannya saya yang mikirin, saya yang muter otak cari pinjeman kesana kesini. Niat saya ya supaya pembangunan selesai. Kalau dana turun, uang yang saya pinjam itu langsung saya kembalikan.” (Sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan beberapa warga Desa Wonolopo, yaitu : “Modalnya itu selain dari swadaya masyarakat Rp 225.000,00 juga dari APBD dan APBN yang turun secara bertahap itu 20% 40% 40%, uang itu semua yang ngelola ya kita sendiri.” (Sumber : wawancara Bapak Sunarmo, tanggal 11 November 2012) “Modalnya itu kan dari iuran warga to nduk yang mau pasang itu ditarik Rp 225.000,00 buat beli pralon sama meteran, terus juga ada kok dari pemerintah. Tapi berapanya saya kurang tahu coba genduk tanya sama Pak Surat (ketua Bp Spams), tapi uangnya itu yang ngelola yo desa ini sendiri. Pemerintah mentransfer dana terus yang ngelola Fitri (bendahara) sama pengurus yang lain.” (Sumber : wawancara Bapak Sugiyatno, warga Desa Wonolopo) Dari pernyataan tersebut tampak jelas bahwa masyarakat diberikan akses untuk mengelola dana bantuan secara mandiri dan dikontrol oleh pemerintah daerah dalam bentuk Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Di Desa Wonolopo, setiap warga yang mau berpartisipasi (memasang PAM) dirumahnya dikenai biaya Rp 225.000,00. Biaya ini digunakan untuk membeli pralon dan meteran. Supaya tidak membebani warga Desa Wonolopo, uang sebesar Rp 225.000,00 tersebut bisa dibayar bertahap, maksimal 3x, dengan ketentuan sebelum air PAMSIMAS mengalir harus sudah lunas. Hal ini sesuai dengan prinsip dan pendekatan program PAMSIMAS yaitu keberpihakan pada rakyat miskin. Masalah besarnya penarikan untuk biaya pemasangan pipa sambungan rumah tangga ini pihak DPU Kabupaten Karanganyar mengaku tidak memberi batasan harus menarik berapa, semua bebas Desa Wonolopo sendiri yang commit to user bahwa pembukaan akses untuk menetukan. Hal ini semakin menegaskan
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat mengelola dana secara mandiri terbuka lebar. Adanya peluang bagi masyarakat untuk mengelola uang stimulan secaa mandiri ini selaras dengan prinsip dan pendekatan PAMSIMAS yaitu adanya transparansi dimana data atau informasi mengenai kegiatan program PAMSIMAS ini tebuka untuk masyarakat dan stakeholder lain yang bersangkutan. Pembukaan akses kedalam berbagai peluang bagi masyarakat juga dilakukan dengan menjadikan warga menjadi pelaku utama dalam segala pembangunan sarana air minum bersih dan sanitasi yang dilaksanakan atau dibangun di Desa Wonolopo. Setelah mengikuti seminar dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pengurus Satuan Laksana dalam membangun sarana air minum dan sanitasi yang tbenar,
akhirnya
pengetahuan
direalisasikan dalam
bentuk
yang
mereka
pembangunan
di
dapatkan
tersebut
Desa Wonolopo.
Pembangunan-pembangunan yang dilakukan secara gotong royong baik dari pengurus satuan laksana dengan rakyat yang dipandu oleh tim fasilitator lapangan yaitu : Pembangunan
bak
menara
air
dan
pemasangan
pipa
sambungan Rumah Tangga ke rumah warga. Pembangunan bak menara air yang ditetapkan di jalan masuk Dukuh Tritis. Bak Menara air dibangun disana sebab daerah tersebut adalah tempat tertinggi di Desa Wonolopo, sehingga air akan mudah mengalir, sesuai prinsip air mengalir dari tempat yang tinggi ke commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
tempat yang rendah. Sumber air nya berasal dari sumur bawah tanah sedalam 100 meter yang salurannya tertutup rapat oleh jaringan perpipaan yang langsung terhubung kerumah-rumah warga Desa Wonolopo sehingga air nya tidak bercampur dengan debu maupun terkontaminasi oleh udara dan air hujan. Satu hal yang menjadi perhatian dalam pembangunan bak menara air di Desa Wonolopo ini adalah bahwa pembangunan tidak sepenuhnya dilakukan dengan swadaya masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Bapak Ngatman : “Aturannya memang pembangunan menara sampai pemeliharaan itu dari swadaya masyarakat, tapi kenyataan dilapangan ketika mbangun menara air itu saya bayar. Hal ini karena meskipun disini desa tetapi tingkat pengangguran rendah, daripada suruh mbangun ga dibayar mending mereka pergi kerja atau ngurusi sawah mereka. Kalau nunggu ada warga yang sadar itu ga bakal selesai-selesai, padahal ada target bulan Desember (tahun 2010) itu sudah harus selesai. Daripada saya stress, nanti dimintai pertanggungjawaban kalau Desember belum jadi, jadi saya bayar beberapa warga dengan sistem HOK. Pekerjanya siapa saja saya data dan saya ada istilah semacam mandor yang saya percaya untuk memantau kerja para warga yang saya suruh membangun itu. Disini memang saya menyalahi aturan tetapi yang saya pikirkan hanya satu yaitu supaya target selesai dan pembangunan nya efektif mbak. Alasan ke-2 mengapa mereka saya bayar yaitu karena saya ga mau konstruksinya menara itu ecek-ecek, gimana nanti pertanggungjawaban saya kok menara nya ecekecek? Makanya mereka saya bayar, kan saya ada pinjaman dana dari orang ke-3 itu yang bisa saya pakai terlebih dahulu untuk membayar mereka.” (Sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) Dari pernyataan Bapak Ngatman tersebut nampak bahwa walaupun warga sudah bersedia berpartisipasi dalam program PAMSIMAS ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
hanya saja tingkat kesadaran mereka masih rendah untuk melakukan sesuatu tanpa upah. Namun Bapak Ngatman menambahkan ketika hari menjelang sore dimana warga sudah pulang dari bekerja atau mengurusi sawah maka warga mulai banyak yang datang bergotong royong, terlebih ketika pemasangan pipa sambungan rumah banyak warga ikut bergotong royong. Penuturan ini pun dibenarkan oleh beberapa warga : “Kalau saya masuk malem ya saya bantu agak lama,tapi kalau masuk pagi pas pulang sore aja saya bantu ngasih makanan kecil apa buatin es teh. Tapi saya juga ikut membuat galian pipa. Tapi hanya membantu semampunya sebab yang mengerjakan lebih kuat laki-laki. Suami saya juga waktu itu ikut bantu. Tapi ya menyesuaikan waktu kerja juga. Kan suami saya kerjanya Cuma kalo ada acara orang ikahan jadi waktunya suami saya lebih banyak lowongnya ketimbang saya. Kalau masalah membantu itu kami tidak disuruh karena juga tidak diwajibkan untuk membantu, hanya kesadaran saja ini kan kerjabakti jadi ya sungkan jika tidak ikut membantu.” (Sumber : Ibu Tutik , wawancara tanggal 11 November 2012) “Saya ga bantu yang bantu anak saya Pomo sama orang laki-laki se-desa. La saya kerja pulangnya sore, pulang-pulang sudah capek ngayuh sepeda jauh dari Jaten. Sampai rumah paling ya cuma ngasih minum, tapi kalau ga ngasih juga ga dimarahi. Bebas ga ada yang maksa. Tapi saya bilang sama anak saya tak suruh ikut bantu. Apalagi pas masangnya itu deretan rumah saya, ya saya malu kalau anak saya ga bantu soalnya bapakbapak itu ikut bantu semua, anak-anak muda ya ada yang bantu jadi saya suruh anak saya buat ikut.” (Sumber : Ibu Sumirah, wawancara tanggal 11 November 2012) “Dulu pas sebelum ada pembangunan itu saya ikut melapor ke pemerintah, air di tempat saya jelek dan sebagainya. Saya memang bukan panitia satlak tetapi sebagai masyarakat waktu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
itu saya ikut membantu menggali tanah untuk memasang pipa sambungan rumah.” (Sumber : Bapak Suratno, wawancara tanggal 11 November 2012) . Dari pernyataan tersebut bisa dilihat bahwa meskipun dalam pembangunan bak menara air gotong royong dari masyarakat tidak begitu tinggi tetapi pada saat pemasangan sambungan rumah tangga yang tentunya melewati rumah warga satu demi satu, gotong royong itu timbul tinggi. Dalam bergotong royong tidak ada paksaan atau perintah dari Ketua Satlak, mereka datang membantu dengan sukarela. Pembangunan tempat cuci tangan dan WC yang baru di SD Negeri Wonolopo 1, SD Negeri Wonolopo 2, dan SD Negeri Wonolopo 3 Kabupaten Karanganyar. Pembangunan ini sebagai upaya mencapai ending dari program ini yaitu ‘perubahan perilaku’ dari yang kotor menjadi sehat. Menurut Bapak Joko Purnomo, staff bagian Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut : “Yang perlu dicatat ending dari program PAMSIMAS ini adalah perubahan perilaku. Kalaupun sarana untuk penyediaan air bersih dan sanitasi dibangun sebagus mungkin tetapi kalau tidak ada perubahan perilaku maka sama saja berarti program PAMSIMAS tersebut tidak berhasil. Tetapi jika ada perubahan perilaku berarti berhasil. Misalnya sebelum makan itu ya mencuci tangan, kalau buang air besar ya di WC bukan di sungai. Maknya kenapa dibangun ditingkat SD itu karena kalau anak SD diajari akan lebih mudah menerima dan menerpakan. Kalau diterapkan dirumah dan orangtua nya ga cuci tangan pasti kan anak kecil mengingatkan ‘loh ibuk atau bapak kok ga cuci tangan?’ kalau sudah begitu kan pasti orangtua malu, masak anak kecil aja tahu yang udah tua ga tau.” commit to user (sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012)
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di Desa Wonolopo, tempat cuci tangan dibangun di SD Negeri Wonolopo 1 dan SD Negeri Wonolopo 3 sebanyak 6 kran (sistem) per SD nya. Pembangunan di ke-2 SD ini dikarenakan di 2 SD tersebut belum ada tempat cuci tangan sehingga kesadaran untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas sangat rendah. Sedangkan pembangunan WC yang bersih dilakukan di SD Negeri Wonolopo 2 sebab di SD Negeri Wonolopo 2 WC nya kotor dan tidak layak pakai. Pembangunan beberapa sarana sanitasi tersebut juga dibangun oleh unit teknis satuan laksana yang dibantu oleh warga yang luang waktunya. 3. Prinsip Perlindungan Prinsip perlindungan ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat agar tidak terjadi persaingan yang tidak seimbang antara warga desa yang kaya dan yang miskin. Hal ini dilakukan dengan 3 upaya, yaitu : a. Menjaga persaingan tidak seimbang Dalam usaha menjaga persaingan yang tidak seimbang, maka ada beberapa hal yang dilakukan oleh ketua satuan laksana (satlak), yaitu : -
Semua warga Desa Wonolopo bebas berpartisipasi dalam program PAMSIMAS
ini.
Baik
laki-laki
ataupun
perempuan
boleh
berpartisipasi pada pembangunan, mereka boleh membantu dalam pembangunan (baik pembangunan bak menara air, pemasangan pipa sambungan rumah tangga, maupun pembangunan tempat cucui tangan dan WC di SD Negeri Wonolopo 1). Baik tua maupun muda commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
boleh membantu. Semua warga memiliki kebebasan yang sama untuk memilih berpartisipasi dalam pembangunan atau tidak. Bahkan untuk memasang pipa sambungan rumah atau PAM tidak ada paksaan. Penyuluhan sudah diberikan, keputusan untuk memasang atau tidak tergantung diri warga sendiri. Kalau warga memang tidak mau maka tidak akan dipaksa untuk tetap memasang. Baik miskin maupun kaya tetap sama, tidak ada pembedaan, hal ini bisa dilihat bahwa semua warga (baik miskin maupun kaya) yang bersedia memasang PAM dirumahnya ditarik Rp 225.000,00. Hal ini sesuai pernyataan Bapak Ngatman, yaitu : “Semua saya sama ratakan. Baik yang rumahnya dekat dengan bak menara air maupun yang jaraknya jauh dari menara tetap saya samakan. Semua saya kenakan biaya Rp 225.000,00 dan semuanya saya perbolehkan untuk membayar secara mengangsur, tetapi ya lucu to kalau memang mampu ngapain ngangsur. Tapi ya saya biarkan, hal ini supaya semua tidak ada yang iri. Satu sama lain saya buat sama.” ( Sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) -
Pengurus Satuan Laksana (Satlak) berasal dari 2 dukuh. Hal ini bisa dilihat dari penuturan Ketua Satlak : “Selain biaya yang sama, untuk mencegah persaingan tidak seimbang saya lakukan dengan merekomendasikan pengurus itu dari 2 dukuh, baik Dukuh Ngemplak maupun Dukuh Tritis saya pilih yang seimbang, lalu saya tanyakan di forum, setuju atau tidak kalau mereka yang jadi pengurus, nanti kalau ada keberatan dari warga ya di ganti. Tapi alhamdulilah warga tidak terlalu mempermasalahkan. Karena 2 dukuh yang ikut jadi ya pengurusnya juga dari 2 dukuh. Seperti misalnya unit teknis, yang dari Dukuh Ngemplak itu Pak Yatno (Sugiyatno) yang dari Tritis ada 2 yaitu Jarot sama Wahyudi, di bidang pemberdayaan juga dari Ngemplak dan Tritis, kalau Ngemplak commit tokalau user Tritis Bapak Pramunanto. Dan Mas Ngosleng (Warsono)
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
bukan cuma memilih dari 2 dukuh, tapi juga tua muda saya perhatikan. Pengurus dari yang masih muda ada dan yang tua juga ada. Yang muda kayak Mbak Fitri (bendahara), Mas Ngosleng, Mas Wahyusi, dan lain-lain itu. Kalau yang tua ya Pak Yatno, Pak Narmo, dan lain-lain itu. Itu semua saya perhatikan sampai sedetail itu untuk menghindari rasa iri hati dan supaya semuanya itu rata. Saya ga mau kalau ada warga dukuh Tritis yang mikir ‘mentang-mentang ketua nya Pak Ngatman dari Ngemplak terus semua yang dipilih dari Ngemplak’. Saya menghindari yang seperti itu, karena jujur dari dalam hati saya berkeinginan semuanya itu guyup rukun, kita satu Desa Wonolopo walaupun berbeda dukuh tapi kita punya kepentingan yang sama.” (sumber wawancara tanggal 4 Desember 2012) Dari pernyataan tersebut jelas bahwa untuk menjaga supaya semuanya seimbang dilakukan dengan memilih pengurus dari 2 dukuh, dan menyamaratakan dari golongan tua dan muda, pria maupun wanita. Hal ini sesuai prinsip dan pendekatan PAMSIMAS yaitu kesetaraan gender. b. Mencegah eksploitasi dari golongan yang lebih kuat atas yang lemah Setelah pembangunan selesai (bak menara air, temapat cuci tangan dan WC di SD Negeri Wonolopo 1, dan pemasangan pipa sambungan rumah) maka tugas satlak berakhir. Setelah satuan laksana selesai dalam tugas pembangunan, selanjutnya dibentuklah BP Spams dimana semua pengurusnya sama, hanya ketua nya saja yang beda, Bapak Ngatman yang bertindak sebagai satlak digantikan oleh Bapak Suratno. Terpilihnya Bapak Suratno sebagai ketua BP Spams ini berdasarkan pilihan warga ke-2 dukuh dan bukan karena keinginan Bapak Suratno sendiri. Meskipun Bapak Ngatman sudah tidak menjadi ketua, tetapi commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beliau tetap mengontrol keberlanjutan program PAMSIMAS di Desa Wonolopo ini. BP Spams dibentuk untuk menjaga keberlangsungan dan kesinambungan program PAMSIMAS di Desa Wonolopo. Guna mencegah terjadinya eksploitasi penggunaan air PAM dari golongan yang lebih kuat atas golongan yang lemah dilakukan dengan menerapkan sitem tarif progesif pada pembayarannya. Menurut Bapak Suratno, penggunaan air PAM memang tidak dibatasi. Setiap rumah warga yang rumahnya sudah terdaftar dan sudah memasang PAM
(pipa sambungan rumah) bebas menggunakan air
berapapun banyaknya. Hanya saja, sebagai upaya pembatasan air supaya tidak hanya di eksploitasi oleh seorang atau beberapa orang warga maka diberlakukan
sistem
penarikan
tarif
progresif,
semakin
banyak
penggunaan air tarif pokok tanggungan akan semakin mahal. Besarnya tarif tersebut adalah sebagai berikut : -
Biaya beban perbulan : Rp 2.500,00
-
Tarif pokok : Penggunaan air 1 – 10 m3
: Rp 800,00
Penggunaan air 11 – 20 m3
: Rp 1.000,00
Penggunaan air lebih dari 20 m3
: Rp 1.500,00
Berdasarkan ketentuan bersama pula ditetapkan apabila ada yang telat membayar akan didenda sebesar 5%. Jika telat membayar 3x berturutturut maka sambungan PAM (pipa sambungan rumah) akan dilepas sementara dari rumah warga tersebut. Untuk dapat mengalirkan air lagi, commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
warga tersebut harus membayar beban awal yaitu Rp 225.000,00 dan membayar beban 3 bulan pemakaian air yang belum mereka bayar. Namun untuk mencegah keterlambatan warga membayar, dari unit pemberdayaan menciptakan alur membayar, yaitu : -
Tanggal 1 atau 2 per bulannya Warsono (pengurus BP Spams unit pemberdayaan) berkeliling kerumah warga untuk mengecek meteran air dan mencatat jumlah m2 pemakaian air. Warsono juga memberitahu warga berapa jumlah uang yang harus dibayarkan.
-
Setelah mencatat jumlah pemakaian air tiap rumah warga, Warsono bersama Fitri dan Jumadi (bendahara BP Spams) membuatkan print out besar biaya masing-masing rumah.
-
Antara tanggal 17-20 per bulannya Warsono kembali kerumah warga untuk menarik uang dari warga. Warsono juga memberikan print out sebagai bukti pembayaran. Setelah menarik uang dari warga, uang tersebut diserahkan kepada bendahara untuk dikelola.
Dengan sistem seperti itu maka dapat menhindarkan warga dari keterlambatan membayar beban penggunaan air. Selain itu dengan penggunaan tarif progresif seperti ini diharapkan penggunaan air PAM yang bersih dan berkualitas merata ke berbagai kalangan masyarakat Desa Wonolopo, baik yang kaya maupun miskin. Pernyataan ini pun diperkuat dengan pernyataan Bapak Sunarmo (sekretaris Satlak dan BP Spams), yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
“Kalau mau menggunakan air yang banyak ya silahkan, toh kita (BP Spams) sudah menetapkan tarif progresif, kalau penggunaan semakin banyak kan jumlah beban yang dibayar juga semakin banyak. Hal ini bukan bertujuan untuk mencari keuntungan yang banyak tapi supaya airnya itu ga dieksploitasi penggunaan nya oleh sekelompok warga.” (sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) Menurut Bapak Sunarto, besarnya tarif ini pun merupakan hasil musyawarah semua warga desa yang disaksikan oleh Pemerintah Daerah sehingga tidak ada yang keberatan. Lebih lanjut lagi, jika kas terkumpul banyak dan tidak ada kerusakan pada pipa menara air ataupun stop kran dirumah warga, jumlah tarif akan dimusyawarahkan lagi supaya bisa lebih ringan. c. Membuat masyarakat tidak tergantung pada berbagai program pemberian Mengingat dana stimulan hanya diberikan 1 kali (baik dari APBD maupun APBN), maka BP Spams memiliki tugas untuk mengusahakan pemeliharaan yang baik supaya program PAMSIMAS tidak berhenti dan bisa terus berlangsung. Hal ini dilakuan dengan menarik bayaran untuk penggunaan air PAM yang besarnya sudah peneliti tulis sebelumnya. Uang pembayaran dari warga tersebut digunakan untuk pemeliharaan maupun kas sehingga ada dana untuk menjaga keberlangsungan program PAMSIMAS ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua BP Spams : “program ini bisa berkelanjutan ya karena adanya in come dari pambayaran rutin perbulannya itu. Kalau tidak dibayar, ya gimana, orang air itu juga butuh pemeliharaan.” (Sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
Pernyataan ini juga selaras dengan pernyataan beberapa warga : “ya bisa berjalan terus sampai sekarang kan karena kita juga mbayar mbak. Tiap bulan kita rutin mbayar, mau dipakai atau ga di pakai kita tetep suruh bayar beban pokoknya Rp 2.500,00. Beban pemakaian per meternya Rp 800,00. Tapi kalau lebih dari 10 m2 seingat saya bayarnya lebih mahal lagi, saya agak lupa soalnya penggunaan rumah saya itu paling Cuma 8-10 m2.” (Sumber : Ibu Tutik, wawancara tanggal 11 November 2012) “La warga lak yo dikenai bayaran to nduk makanya bisa jalan terus. Nek ga dipakai aja tetep bayar Rp 2.500,00. Tapi yang masang pasti ya tetep makai wong airnya bagusan yang di PAM daripada sumur. Air PAM nya itu seger, gak keruh, mengalirnya deres kaya grojogan itu. Bayarnya aja murah per m2 Cuma Rp 800,00. Tapi kalau ditempat bapak itu per meter nya Rp 1.000,00 soalnya rumah saya itu makainya per bulan rata-rata 11-12 m2 jadi bayarnya beda.” (Sumber : Bapak Sugiyatno, wawancara tanggal 11 November 2012) “la bisa berjalan terus soalnya kan diurusi sama Pak RT itu lo nduk. Dia kan ketua. Terus sama Pak RT ya disuruh mbayar. Pokoknya itu Rp 2.500,00. Tapi itu masih ditambah per meternya Rp 800,00.” (Sumber : Ibu Sumirah wawancara tanggal 11 November 2012) Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut jelas bahwa untuk menjaga keberlangsungan program dan supaya tidak tergantung pada dana pemberian maka ditarik biaya penggunaan. Dana tersebut digunakan untuk beberapa keperluan, yaitu : -
Biaya pemeliharaan seperti untuk membeli alat jika ada kerusakan pada pipa menara air maupun pipa sambungan rumah tangga.
-
Digunakan untuk membayar kinerja para pengurus. Mereka dibayar user pengurus bukanlah hal yang mengingat bekerjacommit untuk tomenjadi
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mudah. Ada tanggungjawab besar yang harus diemban. Sealin itu, menjadi pengurus PAMSIMAS juga menelan waktunya disamping pekerjaan pokok mereka. Hanya saja besarnya upah tidak seberapa mengingat upahnya berasal dari swadaya masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan Bapak Sugiyatno selaku unit teknis : “Kalau saya sih jadi unit teknis ini dibayar nduk. Bayaran saya besarnya sama kayak bendahara, yaitu Rp 50.000,00 per bulan. Upahnya itu buat bayar tugas saya yang harus sigap ketika ada kerusakan di pipa sambungan rumah wargam entah itu krannya yang rusak, meterannya yang rusak, atau bocor pipa nya. Kan kalau kerusakan itu gak bisa diprediksi kapan, jadi ya kapanpun kalau ada yang rusak saya harus siap, wong saya sudah dibayar.” (sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) Selain Bapak Sugiyatno, pernyataan ini juga didukung oleh Bapak Suratno selaku ketua BP Spams : “uang dari swadaya itu selain untuk mengganti alat yang rusak juga untuk membayar pengurus, tapi ya bayarannya ga seberapa mbak soalnya kan mengingat ini uang juga dari swadaya warga yang membayar.” (sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) -
Uang hasil pembayaran warga setelah untuk membayar pengurus akan dimasukkan ke rekening (bank) yang diigunakan untuk kas. Kas ini digunakan untuk persediaan masa depan. Menurut Ketua BP Spams, kas tersebut digunakan untuk membeli pompa air, gendset, dan sebagainya. Hal ini juga sesuai dengan penyataan Bapak Ngtaman, yang dulunya adalah Ketua Satlak dan sekarang menjadi pengontrol, yaitu : commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Gagasan saya kalau uang sudah terkumpul banyak saya pengen beli mesin pompa yang dipasang dibawah permukaan tanah, jadi kalau pompa yang sekarang ini rusak sudah punya gantinya. Dulu sih harganya Rp 11.000.000,00 tapi sekarang ga tau. Lalu kalau uangnya sudah banyak saya pengen bisa beli getspam, semacam mesin diesel jadi kalau mati lampu airnya bisa tetep mengalir. Makanya selalu saya tekankan sama warga supaya membayar karena ini benar-benar untuk kepentingan kita dan anak cucu kita mendatang.” (sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) Pelaksanaan prinsip perlindungan ini selaras dengan prinsip dan pendekatan program PAMSIMAS yaitu keberpihakan pada rakyat miskin dan adanya kesinambungan atau keberlanjutan sarana.
4. Prinsip Penyokongan Prinsip penyokongan ini dimaksudkan agar masyarakat tidak jatuh dalam keadaan yang semakin lemah yang bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a.
Memberikan bimbingan pada masyarakat dalam melaksanakan tugas dan peranan masyarakat Bimbingan yang diberikan pemerintah (baik Pemerintah Daerah Kabupaten, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah Pusat) adalah berupa adanya pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, maupun study banding yang diberikan kepada satuan laksana maupun BP Spams. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa informan : “Dulu untuk satlak ada bimbingan dari Pemerintah Provinsi, itu dulu ada pelatihan untuk teknik membuat bak menara air yang baik gimana, terus teknik pemasangan pipa sambungan rumah yang baik gimana kontruksinya, itu dulu di Semarang. Kita dulu kirim personil dari masing-masing seksi ke pelatihan tersebut. Selain dari commit to user provinsi, dari kabupaten juga memberikan bimbingan, itu dulu
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk pelatihan BP Spams, dulu pelatihan selama 3 hari di Tawangmangu, yang datang juga pengurus BP Spams.” (Sumber : wawancara Bapak Sunarmo, 11 November 2012) “Dulu sebelum dibangun itu kan ada semacam seminar apa pelatihan itu lo nduk dari pemerintah. Dulu nya di Semarang, terus ya ada sing di Tawangmangu. Dulu bapak datang ke situ selama 2 apa 3 hari gitu. Terus lanjut nonton pembangunan e ning Desa Pulerejo Matesih, tapi ke desa ne itu Cuma sehari, kita disuruh nonton.” (Sumber : Wawancara Bapak Sugiyatno, 11 November 2012) Pernyataan beberapa warga Desa Wonolopo tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak Joko Purnomo selaku staff bidang Cipta Karya DPU Kabupaten Karanganyar, yaitu : “Dari SKPD yang lain, kalau mau mengadakan pelatihan-pelatihan atau kegiatan-kegitan seperti sosialisasi pasti lapor kepada kami untuk meminta biaya sebab kami yang mengendalikan semua keuangan.” (Sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) Dari pernyataan beberapa informan tersebut nampak jelas bahwa pemerintah sudah berupaya memberikan bimbingan bagi para pengurus satlak maupun BP Spams agar pengurus satlak dan BP Spams mampu menjalankan tugas nya dengan baik. b. Memberikan dukungan pada masyarakat dalam menjalankan tugas dan peranannya. Dukungan tidak hanya diberikan pada saat sosialisasi maupun pelatihan saja, dukungan diberikan juga pada saat pembangunan berlangsung. Hal ini ditandai dengan adanya pemerintah (Pemerintah Daerah Kabupaten commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maupun tingkat kecamatan) yang datang mensurvey kegiatan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan beberapa informan : “Pembangunan bak menara air itu juga dipantau sama pemerintah. Dari Dinas Pekerjaan Umum, Poskot Kabupaten, LSM, Bapemasdes itu datang semua. Kalau misal ada besi yang kurang misalnya, mereka memberi tahu kami. Kerjasama dari kami (Desa Wonolopo) dengan mereka bagus.” (Sumber : wawancara Ketua Satlak tanggal 4 Desember 2012) “Waktu pembangunan pemerintah ya datang mensurvey nduk, dari kecamatan datang terus dari provinsi juga datang. Datang yo buat ngawasi sama ngasih pengarahan nek bangunannya bagusnya yang begini gitu lo nduk.” (Sumber : wawancara Bapak Sugiyatno tanggal 11 November 2012) Dari pernyataan tersebut nampak jelas bahwa ada kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dan Pemerintah Desa Wonolopo. Hal ini selaras dengan prinsip dan pendekatan PAMSIMAS yaitu adanya kemitraan yang terjalin baik antara desa yang dijadikan sasaran program PAMSIMAS dengan pemerintah. Disini Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar sebagai pihak fasilitator dapat dikatakan sudah mampu menjalankan tugasnya secara optimal. Hal ini karena Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar tidak hanya memberikan sosialisasi dan pelatihan pra pembangunan, tetapi juga datang ketika pembangunan dilakukan, tidak hanya datang mereka juga memberikan pengarahan.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Prinsip Pemeliharaan Pemeliharaan pemeliharaan dimaksudkan untuk memelihara kondisi yang kondusif. Memelihara kondisi yang kondusif dapat diartikan sebagai menjaga keberlangsungan program PAMSIMAS di Desa Wonolopo. Hal ini merupakan tugas semua warga Desa Wonolopo tetapi yang lebih bertanggungjawab adalah BP Spams. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa BP Spams ini dibentuk untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan program PAMSIMAS di Desa Wonolopo. Selain dengan pemberlakuan tarif progresif untuk melindungi pemakaian air dieksploitasi oleh sebagian pihak, cara lain yang dilakukan oleh BP Spams untuk menjaga kondisi yang kondusif adalah : -
Sigap dan cepat terhadap keluhan masyarakat apabila ada kerusakan pada pipa sambungan rumah warga. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan Bapak Suratno (Ketua BP Spams) yaitu : “Kalau ada yang rusak bisa lapor ke teknisi atau bisa langsung ke saya. Karena memang untuk menangani kerusakan adalah tugas teknisi, tetapi kadang-kadang warga ada yang langsung lapor ke saya. Kalau ada yang melapor baik itu langsung ke saya atau lewat tekhnisi, saya segera ke rumah warga untuk melihat rusaknya bagian mana, terus nanti saya belikan alatnya yang rusak itu, uang untuk membeli alat saya minta dari kas yang dibawa Mbak Fitri (bendahara). Untuk memperbaiki saya serahkan ke teknisi.” (Sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) Pernyataan Bapak Suratno tersebut juga dipertegas oleh pernyataan Bapak Sugiyatno selaku pengurus BP Spams unit teknis, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
“Tugas bapak disini memperbaiki apabila ada saluran air yang rusak, atau kran, meteran, atau apa saja yang rusak. Nanti kalau ada warga yang bilang sama bapak, bapak segera kesana, kalau bapak pas kerja ya nunggu bapak pulang dulu, atau kalau nggak ya lapor ke Mas Jarot apa Wahyudi kan ya bisa, wong mereka juga dari unit teknis. Tapi biasanya warga lebih seneng ngomong ke saya kalau nggak ke Pak RT.” (Sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa ketua BP Spams bersama panitia BP Spams lainnya sangat tanggap, sigap, dan cepat terhadap keluhan warga. -
Menjaga mutu air PAM. Hal ini dilakukan dengan membawa sampel air ke UPT Laboraturium Kesehatan Pemerintah Kabupaten Karanganyar tiap 3 bulan sekali untuk membuktikan bahwa mutu dan kualitas air PAM terjaga. Contoh hasil laboraturium mengenai kebersihan air PAM di bak menara air PAMSIMAS Desa Wonolopo dapat dilihat di lampiran.
-
Adanya evaluasi kinerja pengurus BP Spams dan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban kegiatan program PAMSIMAS. Berdasarkan kesepakatan yang dibuat dengan warga masyarakat Desa Wonolopo, untuk menciptakan kinerja pengurus BP Spams yang berkualitas maka para pengurus tersebut diberi upah. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa upahnya berupa uang tetapi tidak seberapa sebab uang itu juga berasal dari iuran warga. Kinerja tiap pengurus juga dievaluasi bersama dengan penyusunan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan program PAMSIMAS. Kegiatan itu dilakukan tiap 6 bulan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
sekali. Dalam kegiatan itu semua pemasukan, pengeluaran, dan segala hal dari masing-masing bagian dilaporkan dan disusun bersama-bersama sampai akhirnya tersusun laporan pertanggungjawaban per tahunnya. Untuk kepengurusan BP Spams, akan dilihat dulu apakah kinerja para pengurus masih efektif atau tidak, kalau masih efektif tidak akan dilakukan regenerasi pengurus tetapi jika dinilai tidak efektif maka regenerasi pengurus BP Spams akan dilakukan pada akhir tahun 2012 ini (per 2 tahun sekali).
Upaya-upaya yang dilakukan BP Spams untuk menjaga keadaan yang kondusif tersebut bertujuan agar tetap terjadi keseimbangan distribusi yang dapat dilihat dari 2 hal,yaitu : a. Adanya keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat Untuk menjaga keseimbangan distribusi kekuasaan, supaya tidak hanya satu pihak yang berkuasa, maka semua kegiatan yang hubungannya dengan keberlangsungan PAMSIMAS di Desa Wonolopo selalu dibicarakan dalam forum umum, seperti saat rembug desa, pertemuan bapak-bapak, maupun sarasehan bagi kaum muda. Hal-hal yang didiskusikan misalnya mengenai jumlah in come hasil pembayaran warga, jumlah pengeluaran dan untuk apa saja pengeluarannya, jumlah kas, dan juga mengevaluasi kinerja para pengurus BP Spams. Hal ini dilakukan untuk menjaga distribusi kekuasaan, antara pengurus dan commit to user warga Desa Wonolopo mempunyai kekuasaan yang sama dalam menjaga
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
keberlangsungan program PAMSIMAS ini, pengurus BP Spams hanya sebagai badan yang bertanggungjawab untuk pemeliharaannya. Didalam kepengurusan BP Spams, untuk menjaga keseimbangan distribusi kekuasaan maka sejak awal sudah dibuat per unit yang memiliki tugas sendiri-sendiri. Antara unit yang satu dengan yang lain punya kewenangan yang berbeda-beda. Misalnya : masalah keuangan yang mengatur adalah bendahara, unit teknis tidak punya kewenangan untuk mengurusi masalah keuangan. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan Bapak Sugiyatno (pengurus unit teknis) : “kalau masalah pengurusan uang itu genduk bisa tanya ke Pak RT apa ke Mbak Fitri langsung, sebab masalah keuangan yang ngurusi Mbak Fitri, dia kan keuangan, bapak kurang paham.” (sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) b. Adanya keselarasan dan keseimbangan bagi tiap orang dalam masyarakat untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam berusaha. Setiap orang (dalam hal ini warga Desa Wonolopo) memiliki kebebasan yang sama untuk mengeluarkan pendapat, saran, maupun kritik mengenai keberlangsungan program PAMSIMAS. Misalnya mereka (warga Desa Wonolopo) boleh mengutarakan pendapatnya mengenai kinerja pengurus BP Spams. Apabila ada kelalaian atau hal-hal yang mereka anggap kurang mereka boleh mengutarakannya baik secara langsung mendatangi pengurus BP Spams ataupun diungkapkan dalam forum pertemuan desa, seperti rembug desa, sarasehan, dan sebagainya. Mereka pun juga commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pengurus BP Spams, seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa kepengurusan BP Spams ini akan diperbaharui per 2 tahun sekali, pada saat nya nanti jika warga Desa Wonolopo menganggap pengurus yang sekarang ini sudah tidak efisien dan efektif maka akan dilakukan regenerasi kepengurusan BP Spams. Hal ini sesuai yang dikatakan Bapak Joko Purnomo selaku Staff Bidang Cipta Karya DPU Kabupaten Karanganyar : “Untuk kepengurusan BP Spams, dari awal kami sudah memberikan pengarahan supaya dilakukan evaluasi s, nanti setelah 2 atau 3 tahun kalau memang pengurus BP Spams dinilai sudah tidak efektif, maka sebaiknya di regenerasi. Kalau masih efektif ya ga perlu. Itu semua tergantung desa, keputusan semua yang menentukan desa yang bersangkutan yang dirundingkan bersama seluruh warga desa.” (sumber : wawancara tanggal 4 Desember 2012) Berdasarkan
5
prinsip
pendekatan
pemberdayaan
diatas,
dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo ini merupakan pemberdayaan sebagai suatu proses. Seperti yang dikatakan Rukminto (2008:8385) bahwa pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup masyarakat yang ditandai dengan tidak berakhirnya proses pemberdayaan meskipun suatu program sudah selesai. Di Desa Wonolopo, meskipun program PAMSIMAS ini adalah program tahun 2010 tetapi sampai akhir tahun 2012 ini masih terus berlangsung. Masyarakat Desa Wonolopo masih mau berusaha memberdayakan diri mereka sendiri lewat kepengurusan BP Spams untuk menjaga keberlangsungan program PAMSIMAS. Bahkan menurut penuturan Bapak Joko Purnomo selaku Staff Bidang Cipta Karya DPU Kabupaten commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
Karanganyar, untuk replika atau penilaian kinerja BP Spams Desa Wonolopo dalam menjaga keberlangsungan program PAMSIMAS tergolong cukup bagus, nilainya 70 ke atas. Nilai ini berdasarkan tingkat keberhasilan program PAMSIMAS yang diukur dari adanya “perubahan perilaku” warga Desa Wonolopo, perubahan perilaku yang dimaksud adalah : a. Perubahan perilaku mencuci tangan sebelum makan dan sebelum beraktivitas. Setelah diadakan sosialisasi dan mempraktekkan cuci tangan pakai sabun di SD Negeri Wonolopo 1, maka siswa-siswa semakin sering melakukannya dan mempengaruhi orangtuanya untuk melakukan hal yang sama. Kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan diri sudah tumbuh dan berkembang di diri warga Desa Wonolopo. b. Menggunakan air dari PAMSIMAS dalam keperluan sehari-hari. Dalam hal ini belum sepenuhnya mampu dipenuhi oleh Desa Wonolopo sebab masih ada warga yang belum memasang PAM atau pipa sambungan rumah. Disamping itu ada sebagian warga yang sudah memasang PAM tetapi masih menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari. Hal ini peneliti dapatkan ketika peneliti mengadakan pengamatan ke rumah-rumah warga. Ketika peneliti menyanyakan pada seorang warga mengapa masih menggunakan air sumur, warga tersebutberalasan demikian : “sayang kalau air sumur tidak dipakai mbak, kalau pakai air PAM kan mbayar mbak. Kalau air sumur kan gratis. Tapi kalau air sumurnya mulai keruh sama bau lagi, baru semua keperluan pakai air PAM.” (Sumber : Ibu Sumirah, wawancara tanggal 11 November 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
Hasil pengamatan ini pun diperkuat dengan pernyataan Bapak Suratno selaku ketua BP Spams : “Kami sudah berupaya semaksimal mungkin untuk selalu memberikan pengarahan kepada warga supaya meninggalkan air sumur dan menggunakan air PAM. Tetapi ya kembali lagi mbak, bagi warga ada yang merasa sayang kalau air sumur ga digunakan, akhirmya air sumur tetap digunakan. Kalau saya lagi mantau kerumah warga dan menjumpai hal seperti itu langsung saya berikan pengertian, kalau memang masih mau menggunakan air sumur saya beri pengertian supaya air sumur tidak digunakan untuk minum dan masak makanan, pokoknya untuk urusan masuk ke tubuh saya larang, sebab airnya ga sehat, tapi kalau untuk mandi atau menyirami halaman atau tanaman ya sudah saya perbolehkan.” (sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) c. Perubahan perilaku untuk tidak mandi, mencuci pakaian, dan Buang Air Besar di sungai. Ketika mengadakan pengamatan di Desa Wonolopo, memang masih ada warga yang membuang hajat di sungai, tetapi hanya 1 atau 2 warga. Dan berdasarkan penelitian, jumlah tersebut sudah berkurang drastis setelah dibangunnya WC Umum di Desa Wonolopo. Setelah dibangun WC Umum warga tidak lagi melakukan BABs (Buang Air Besar sembarangan). Ujung pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo melalui program PAMSIMAS ini juga bisa dilihat dari 3 kriteria yang dikemukakan oleh Kristiadi dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:117) yaitu : a. Swadiri Melalui program PAMSIMAS warga Desa Wonolopo sudah mampu mengurusi kebutuhan dirinya sendiri dalam bidang pemenuhan kebutuhan commit to user akan air yang bersih dan sanitasi yang layak bagi kehidupan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
b. Swadana Warga Desa Wonolopo mampu membiayai akan pemenuhan kebutuhan air bersih yang berkualitas secara mandiri, yaitu dengan membayar penggunaan air PAM rutin per bulannya. c. Swasembada Pemenuhan akan kebutuhan air bersih yang berkualitas dan membiayai keperluan itu secara mandiri tidak hanya dapat dilakukan dalam waktu tertentu tetapi bisa berlangsung hingga sekarang ini. Hal ini berarti warga Desa Wonolopo sudah berswasembada dalam pemenuhan kebutuhan air bersih.
6.
Hambatan-hambatan dalam program PAMSIMAS di Desa Wonolopo Meskipun pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo melalui program PAMSIMAS dapat dikatakan berhasil, tetap saja dalam pelaksanaannya tidak dapat dihindarkan dari hambatan-hambatan.. Hambatan-hambatan yang muncul selama program PAMSIMAS ini digalakkan di Desa Wonolopo yaitu : a. Tegangan listrik turun . Tegangan listrik minimal 200 Watt , jika kurang air nya mengalir kurang deras bahkan terkadang mati. Hal ini menjadi hambatan sebab listrik dirumah warga kebanyakan hanya berdaya 450 Watt, apabila dipakai berbarengan dengan menyalakan TV pasti air PAM mengalirnya tidak deras bahkan terkadang mati. Yang lebih memprihatinkan masih banyak rumah warga yang listrik rumahnya commit to user ‘menumpang’ di rumah tetangganya sehingga beban nya semakin banyak.
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
b. Stop kran rusak lebih cepat dari waktu yang diprediksi Stop kran yang dipasang di setiap rumah warga di prediksi akan bertahan minimal 4 tahun tetapi ternyata dalam waktu 1 tahun bahkan kurang dari 1 tahun sudah banyak yang rusak. Biaya nya memang tidak mahal, paling murah Rp 25.000,00 tetapi jika dibelikan yang muv;rah pasti dalam waktu yang tidak lama akan cepat rusak lagi. Mengenai kerusakan yang lebih cepat dari prediksi tadi menurut Bapak Sunarto disebabkan karena jika air dari PAM macet atau tidak lancar warga cenderung langsung mengotak-atik stop kran mereka, padahal mereka tidak tahu cara menggunakannya. Menurut bapak Sunarto, apabila ada masalah seharusnya warga tidak turun tangan sendiri tetapi langsung lapor kepada tekhnisi atau dirinya sebab tekhnisi yang lebih tahu bagaimana menggunakan alat tersebut. c. Derasnya air yang mengalir tidak merata Menurut Bapak Sunarto, rumah warga yang lebih jauh dengan bak menara air PAM airnya mengalir lebih deras dibanding yang dekat. Hal ini dapat dilihat dari penuturan Bapak Sunarto : “Masalah derasnya ar itu malah lucu sebab rumah warga yang letaknya dekat dengan menara air (di Dukuh Tritis) itu airnya ga sederes air yang mengalir di daerah rumah saya ini mbak (di Dukuh Ngemplak). Tapi itu karena takdir mbak, prinsip air kan ngalirnya dari yang tinggi ke tempat yang rendah. Disana (Dukuh Tritis) tinggi dan datar jadi kan alirannya beda sama di Ngemplak sini yang daerahnya menurun.Disini airnya deras seperti air grojogan. Tetapi kalau masalah kualitas sama, semua nya jernih dan bersih.” ( Sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) Dalam hambatan ini, sampai sekarang Bapak Sunarto mengaku belum ada user pemecahannya sebab ini hanyacommit bersifattoteknis.
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Golongan warga yang ekonomi nya cenderung diatas rata-rata dan yang menggunakan air PAM lebih banyak mempermasalahkan pemerlakuan tarif progresif. Menurut Bapak Sunarmo selaku sekretaris satlak dan BP Spams, banyak warga yang meminta agar tarif disamaratakan. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan beliau : “Warga yang ekonominya rata-rata atau diatasnya banyak yang bilang ke kami agar tarifnya disamakan saja, katanya ‘kan kami malah yang membuat kas banyak kok malah ditariki mahal’. Kalau sudah seperti itu ya saya beri penjelasan. Ini kan sudah keputusan bersama dan untuk menjaga supaya air PAM nya itu tidak dieksploitasi oleh orang-orang yang berpunya itu.” (sumber : wawancara tanggal 11 November 2012) e. Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) sering terlambat akibat kesibukan masing-masing pengurus. Menurut Bapak Suratno selaku ketua BP Spams, mengingat setiap pengurus BP Spams mempunyai kesibukan yang berbeda-beda dan terkadang jadwal masuk kerjanya tidak sama (ada yang kerja pabrik sehingga bekerja waktunya shift) maka sulit menentukan waktu untuk bertemu dan menyusun Laporan Pertanggungjawaban secara bersama-sama. Hal ini berakibat pembuatan LPJ terlambat.
commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan Pelaksanaan program PAMSIMAS sebagai usaha memberdayakan masyarakat Desa Wonolopo ini dibantu oleh 2 tenaga pendukung. Tenaga pendukung tersebut adalah tenaga pendamping (fasilitator lapangan) dan tenaga kader. Tenaga pendamping (fasilitator lapangan) yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar (seperti : DPU, Bapermasdes, Bappeda, dan Dinas Kesehatan) dan tenaga kader (Satuan Laksana dan BP Spams yang anggotanya adalah masyarakat Desa Wonolopo). Dalam pelaksanaannya peneliti melihat dari 5 prinsip pendekatan pemberdayaan, yaitu : 1.
Prinsip Pemungkinan Dilakukan dengan meminjam dana dari orang ke-3 untuk menutupi masalah ketiadaan in cash Desa Wonolopo, selanjutnya setelah ada kepastian Desa Wonolopo menjadi daerah sasaran program PAMSIMAS 2010 maka satlak dibentuk, pengurusnya dari warga Desa Wonolopo yang dianggap mempunyai potensi dalam masing-masing bidang kepengurusan. Potensi tersebut dikembangkan dengan membuat Rencana Kerja Masyarakat yang dibuat untuk menyusun perencanaan program kerja yang matang. Bisa dikatakan prinsip pertama ini tidak berjalan dengan begitu lancar sebab pada commit to user awalnya warga Desa Wonolopo tidak langsung menyetujui untuk ikut
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
berpatisipasi dalam program PAMSIMAS tetapi ketika sudah ada dana pendamping dari pihak ke-3 dan dibantu dengan adanya sosialisasi dari fasilitator lapangan (Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar) akhirnya warga Desa Wonolopo bersedia berpartisipasi dalam program PAMSIMAS tersebut. 2.
Prinsip Penguatan Dilakukan dengan diberikannya input berupa dana stimulan dari APBN dan APBD. Selain itu juga dengan diberikannya pengetahuan lewat seminar dan pelatihan dari Pemerintah (provinsi dan kabupaten). Selain itu, warga Desa Wonolopo lewat satlak diberi kebebasan untuk mengelola uang tersebut dan mereka menjadi pelaku utama dalam setiap pembangunan sarana penyediaan air bersih dan sanitasi di Desa Wonolopo.
3.
Prinsip Perlindungan Dilakukan dengan cara menyamakan besar biaya pemasangan pipa sambungan rumah (PAM), baik warga miskin atau kaya sama-sama ditarik Rp 225.000,00 dan boleh diangsur maksimal 3x. Selain itu pengurus Satlak dan BP Spams disamaratakan pengurusnya dari 2 dukuh. Selanjutnya BP Spams membuat kebijakan pemberlakuan tarif progresif untuk biaya pemakaian air. Langkah ini selain untuk mencegah eksploitasi penggunaan air oleh sebagian pihak juga untuk membuat masyarakat Desa Wonolopo tidak bergantung pada berbagai dana pemberian. Dengan adanya penarikan beban penggunaan air terlebih dengan sistem progresif maka Desa Wonolopo akan memiliki dana / kas untuk keberlanjutan program PAMSIMAS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
105 digilib.uns.ac.id
Prinsip Penyokongan Prinsip ini melihat bagaimana keterlibatan pemerintah dalam membantu berjalannya program PAMSIMAS di Desa Wonolopo. Pemerintah (baik tingkat Nasional, Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Karanganyar) memberikan pelatihan-pelatihan, seminar, dan dilanjutkan studi banding untuk membekali pengurus Satlak dan BP Spams sebelum mereka menjalankan tugas mereka. Selain itu, pemerintah (dalam hal ini Pemereintah Kabupaten Karanganyar) bertindak sebagai fasilitator yang membantu, mensurvay, dan mengawasi pembangunan sarana air dan sanitasi di Desa Wonolopo.
5.
Prinsip Pemeliharaan Prinsip ini bisa berjalan dengan baik apabila kinerja BP Spams berkualitas tinggi. Untuk menjaga keberlanjutan program PAMSIMAS, pengurus BP Spams Wono Tirto Desa Wonolopo selalu sigap dan cepat terhadap keluhan masyarakat. Selain itu BP Spams juga selalu menjaga kualitas air PAM dengan menguji laboraturium air PAM per 3 bulan sekali. Kinerja para pengurus juga dievaluasi dan pekerjaan mereka akan dilaporkan dalam sebuah Laporan Pertanggungjawaban Program PAMSIMAS (LPJ). Upayaupaya tersebut dilakukan untuk menjaga keseimbangan distribusi baik distribusi kekuasaan berbagai kelompok yang ditandai dengan diberikannya kebebasan yang sama bagi warga yang hendak mengeluarkan pendapatnya mengenai program PAMSIMAS di forum umum dan kebebasan bagi warga yang ingin mengajukan dirinya menjadi pengurus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
Kelima prinsip pendekatan pemberdayaan diterapkan dengan baik di Desa Wonolopo sehingga program PAMSIMAS dapat dikatakan berhasil diterapkan di Desa Wonolopo. Keberhasilan program PAMSIMAS di Desa Wonolopo ini dapat dilihat dari ending nya yaitu adanya perubahan perilaku masyarakat Desa Wonolopo, yaitu : adanay pola mencuci tangan sebelum makan dan beraktivitas, penggunaan air dari induk PAMSIMAS untuk kebutuhan sehari-hari, serta stop BABs dan mandi atau mencuci pakaian di sungai. Hal ini artinya Desa Wonolopo sudah mampu memenuhi kebutuhan air bersih nya sendiri (Swadiri), mampu membiayai akan kebutuhan air bersih secara mandiri (swadana), dan mampu menjaga keberlangsungan program PAMSIMAS (swasembada). Meskipun ke-5 prinsip pendekatan pemberdayaan terselenggara dengan baik dalam program PAMSIMAS di Desa Wonolopo, hal ini tidak bisa menghindarkan hambatan-hambatan yang muncul dalam usaha pemberdayaan masyarakat Desa Wonolopo dalam program PAMSIMAS ini. Hambatan tersebut yaitu : warga mempermasalahkan pemberlakuan tarif progresif beban penggunaan air PAM, tegangan listrik turun, kerusakan stop kran yang lebih cepat dari waktu yang diprediksi, dan keterlambatan pembuatan Laporan Pertanggungjawaban Program PAMSIMAS karena kesibukan pengurus BP SPams.
B. Saran -
Saran untuk BP Spams Wono Tirto Desa Wonolopo : Membuat jadwal yang terstruktur untuk melakukan rapat intra pengurus per commit to user bulannya. Hal ini peneliti jadikan saran sebab dalam penelitian yang peneliti
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lakukan peneliti melihat bahwa selama ini rapat intra pengurus BP Spams hanya dilakukan ketika menyusun LPJ yang hanya dilakukan berapa bulan sekali dan terkadang banyak pengurus yang berhalangan hadir sehingga pembuatan LPJ terlambat. Apabila ada jadwal yang terstruktur tiap bulannya untuk rapat intra pengurus maka selain mampu mengatasi masalah keterlambatan LPJ juga akan mampu meningkatkan rasa persatuan di antara para pengurus sehingga semangat untuk melakukan pemeliharaan yang baik juga akan terus muncul bahkan meningkat. Selama ini semua kegiatan selalu dilakukan bersama warga Desa Wonolopo, hal ini bukan berarti buruk karena memang warga harus dilibatkan sebab PAMSIMAS ini adalah milik bersama, tetapi apabila sebelum di share kan kepada warga alangkah bagusnya jika para pengurus melakukan pertemuan sendiri. -
Saran untuk warga Desa Wonolopo Jika menemui kerusakan, terlebih apabila kerusakan meteran air, sebaiknya langsung melaporkan pada BP Spams dan tidak mencoba untuk membetulkan sendiri. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa kerusakan terjadi lebih cepat dari waktu yang diprediksikan karena warga cenderung mencoba membetulkan sendiri jika ada kerusakan padahal mereka tidak mengetahui cara untuk membetulkannya. Apabila ketika terjadi kerusakan warga langsung melapor pada BP Spams maka kerusakan yang dimaksudkan akan lebih bisa ditekan dan pengeluaran kas PAMSIMAS bisa lebih ditekan pula.
-
Saran untuk penelitian selanjutnya : commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada penelitian ini hanya mengkaji pada aspek pemberdayaan yang dilihat dari 5 prinsip pendekatan pemberdayaan. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan melihat kekosongan-kekosongan yang ada pada penelitian ini. Selain itu pada penelitian ini peneliti hanya mengambil 1 desa untuk dijadikan daerah penelitian, padahal ada 12 desa yang dijadikan daerah sasaran program PAMSIMAS di Kabupaten Karanganyar tahun 2010. Untuk penelitian selanjutnya peneliti berharap agar penelitian dilakukan dengan mengkaji pemberdayaan pada 2 desa atau lebih sehingga akan terlihat jelas bagaimana perbedaan cara-cara pemberdayaan yang dilakukan pada desadesa tersebut dalam program yang sama.
commit to user