Yayasan Spiritia
No. 2, Januari 2003
Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Workshop Di Hotel Wisata Oleh Hertin Pada tanggal 6 januari 2003 ada workshop penyusunan penanggulangan HIV/AIDS di hotel Wisata Internasional, Adapun acaranya adalah diskusi tentang : 1. Surveillans HIV/ AIDS, pencegahan HIV/AIDS, perawatan, pengobatan dan dukungan. 2. Peranan dan tanggung jawab LSM Peduli AIDS dalam penanggulangan HIV/AIDS. Juga membahas tantangan dan hambatan untuk implementasi yang efektif. Workshop ini dihadiri oleh LSM yang terkait dg HIV/AIDS dan beberapa anggota KPA dan dokter. Hasil dari diskusi digunakan sebagai masukan dalam menyusun Strategi Nasional Penanggulan HIV/AIDS th. 2003 – 2007.
Profil Sahabat Peduli HIV/ AIDS Selasa,24 Des 2002 di Kalimantan Selatan, tepatnya Banjarmasin diadakan pertemuan koordinasi sebagai tindak lanjut kunjungan Yayasan Spiritia. Yang dihadiri oleh sebagian individu yang peduli terhadap permasalahan HIV/AIDS. Maka terbentuklah “Sahabat Peduli HIV/AIDS Kalimantan Selatan”. Adapun rinciannya : • Nama Nama dari kumpulan orang yang peduli HIV/ AIDS tersebut adalah: GRACINEA MANGOSTANA (Sahabat Peduli HIV/AIDS Kalimantan Selatan ) • LAMBANG Lilitan Pita Warna Merah Putih • VISI Proposioal dalam memahami HIV/AIDS untuk mendorong terwujudnya Kalimantan Sehat. • MISI Memperjuangkan pemahaman yang benar dan proposional di masyarakat tentang HIV/ AIDS,sehingga dapat menumbuhkan kepedulian dan pemberdayaan ODHA di
Kalimantan Selatan. • BIDANG KEGIATAN Fokus bidang kegiatan yang akan dikembangkan oleh Sahabat Peduli HIV/AIDS Kalimantan Selatan ini, adalah : • Bidang informasi, Edukasi, Motivasi dan Pelatihan (IEM/P) • Pelayanan Konseling dan Tes • Pemberdayaan terhadap ODHA • ASPEK KEGIATAN • Penyebaran Informasi dan Motivasi HIV/ AIDS • Training • Pelayanan Konseling • Pelayanan Tes • Pendampingan dan Pemberdayaan ODHA • KOORDINASI KELEMBAGAAN dan KEGIATAN • Sekretariat Operasional CMR PKBI Daerah Kalimantan Selatan Jl. Brigjend. H. Hasan Basri No. 24a Faks. (0511) 304768, Telp. (0511) 304343 E-MAIL : pkbi-bjm@ indo.net.id Banjarmasin – 70125 • PROGRAM JANGKA PENDEK • Auidensi dengan pejabat terkait • Membuat rencana kerja jangka panjang • KIE melalui media cetak dan high risk • Pelatihan Relawan Internal • Verifikasi Pelayanan Tes HIV/AIDS
Daftar Isi Workshop Di Hotel Wisata Profil Sahabat Peduli HIV/AIDS AZT Jangka Sangat Pendek Mengurangi Penularan dari Ibu-ke-Bayi Pemimpin International AIDS Society Menandai Komitmen yang Agresif terhadap Penjangkauan Pengobatan Hepatitis C dan Dampknya pada Tanggapan terhadap HAART Tanya-Jawab No. 2 Tips untuk Orang dengan HIV No. 13 Lembaran Informasi Baru
1 1 2
3 4 5 6 6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
• PENUTUP • Terbentuk Kelompok peduli HIV/AIDS di Kalimantan Selatan, berdasarkan atas komitmen dari serangkaian kunjungan dan perbincangan. • Semoga komitmen terus bergerak dan langgeng.
AZT Jangka Sangat Pendek Mengurangi Penularan dari Ibu-ke-Bayi Oleh Keith Alcorn, 8 Juli 2002 Regimen AZT jangka sangat pendek sama efektif dibandingkan regimen AZT jangka lebih lama yang dipakai di negara miskin untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (mother-to-child transmission/MTCT). Ini menurut penelitian Zimbabwe yang dikajikan pada World AIDS Conference ke-14 di Barcelona, Spanyol. Dengan implikasi, regimen jangka sangat pendek ini juga mungkin sama efektif dengan regimen nevirapine dosis tunggal yang dilaksanakan atau diusulkan di banyak negara miskin, karena regimen nevirapine pada awal diuji coba dibandingkan dengan regimen dosis perkalian yang dipakai oleh kelompok kontrol di penelitian ini. Para peneliti menemukan bahwa regimen AZT jangka sangat pendek sama efektif dengan regimen AZT jangka pendek sebelumnya disahkan oleh penelitian yang dikontrol plasebo di Thailand. Regimen Thailand memakai AZT dua kali sehari dari minggu ke-36 kehamilan hingga kelahiran, dengan AZT diberikan setiap tiga jam waktu persalinan, dan AZT tidak diberikan pada bayi. Regimen jangka sangat pendek terdiri dari AZT 300mg setiap tiga jam waktu persalinan (labor) untuk si ibu, sementara si bayi menerima satu kapsul AZT dilarutkan dalam 30cc air yang dididih untuk sterilasasinya, dibagi dengan dosis setiap dua jam selama tiga hari pertama hidupnya. Penelitian ini secara acak membagikan 222 pasangan ibu/bayi untuk menerima regimen Thailand atau AZT waktu persalinan, dan baik peneliti maupun pasien tidak mengetahui regimen apa yang mereka terima. Data tersedia tentang status HIV 179 bayi
2
enam minggu setelah lahir. Penelitian menemukan angka penularan 18,9% pada kelompok regimen Thailand dibandingkan 15,7% pada kelompok AZT jangka sangat pendek. Status HIV bayi ditentukan dengan memakai tes viral load (Nuclisens, Organon Teknika) pada darah yang dibekukan. Setelah enam minggu, 4,1% bayi hilang pada pemantauan, dan pada enam bulan angka yang hilang adalah 6,2%, angka yang serupa dengan penelitian lain terhadap intervensi untuk mencegah MTCT yang dilaksanakan di Afrika. Michael Silverman dari Health Canada, salah satu peneliti, mengatakan pada aidsmap bahwa hasil penelitian mengesankan bahwa ada mungkin menurangi biaya pengobatan untuk mencegah MTCT lebih jauh. “Harga regimen ini adalah 4 dolar AS per ibu dengan harga penuh untuk AZT, tanpa korting, dibandingkan 6 dolar untuk nevirapine.” Namun negara miskin saat ini ditawarkan nevirapine gratis oleh Boehringer-Ingelheim, jadi biaya mungkin bukan tarikan utama pendekatan ini untuk mencegah MTCT jika program tersebut disebarluaskan. Namun, jika nevirapine tidak tersedia gratis, AZT dapat dipakai dengan cara ditelitikan di Zimbabwe, dan dapat mampu dibeli oleh banyak keluarga (terutama jika AZT generik tersedia.) Dampak pada pilihan pengobatan si ibu pada masa depan juga kemungkinan akan bikin pendekatan ini menarik, sedikitnya pada jangka pendek hingga sedang sampai terapi tiga obat tersedia selama kehamilan untuk ibu-ibu. “Regimen ini mengurangi risiko mengganggu pilihan pengobatan ibu pada masa depan karena si ibu terpapar pada AZT untuk jangka yang begitu pendek, jadi risiko resistansi dikurangi,” kata Michael Silverman. “Pada penelitian Petra, ibu-ibu yang mengembangkan resistansi mengalaminya setelah satu minggu atau lebih pengobatan AZT, dan pada penelitian 012, perempuan secara efektif menerima monoterapi nevirapine untuk satu minggu dari satu dosis obat tersebut karena masa paro obat yang panjang.” Regimen ini lebih mudah diberi, kata Michael Silverman, karena obat dapat diberi waktu ibuibu periksa pada rumah sakit lokal, tidak membutuhkan pengobatan infusi untuk bayi dan tidak memakai bentuk obat khusus anak yang lebih mahal dan harus disimpan dalam kulkas. Regimen juga bisa dirahasiakan jika diberi di rumah.
Sahabat Senandika No. 2
Penelitian ini dilaksanakan pada Salvation Army Howard Hospital di daerah pedesaan 80km utara dari Harare, ibu kota Zimbabwe. Reference Thistle P et al. Superiority of an ultra-short zidovudine regimen in the prevention of perinatal HIV transmission in rural Zimbabwe. Fourteenth International AIDS Conference, Barcelona, abstract MoD3680, 2002. URL: http://www.aidsmap.com/news/ newsdisplay2.asp?newsId=1534
Pemimpin International AIDS Society Menandai Komitmen yang Agresif terhadap Penjangkauan Pengobatan Oleh Keith Alcorn, 19 Juli 2002 Joep Lange, Presiden terpilih International AIDS Society (IAS), menjanji bahwa IAS akan pada garis depan upaya untuk meningkat penjankauan terapi antiretroviral (ART). Ini disampaikan pada sambutannya di Konferensi Internasional AIDS ke-14 di Barcelona, Spanyol. Ucapannya yang terus terang seperti biasa termasuk penyalahan lembaga donor dan LSM internasional karena tidak bergerak cukup cepat untuk mendukung upaya peningkatan, dan dia mendesak dibuat inventaris kebutuhan pengobatan di semua negara, agar kebutuhan dapat dihadapi secara sistematik. Berikut adalah teks sambutan: “Ini hari, saya mau membidik pada satu masalah khusus yang dekat pada hati saya selama beberapa tahun. Suatu masalah yang seharusnya membakar seperti api di dalam hati kita semua, dan yang sebenarnya menjadi tema konferensi ini. Tentu masalah ini adalah akses pada perawatan HIV yang pantas, termasuk ART, untuk berjuta-juta orang yang terinfeksi yang membutuhnya di negara berkembang. Dunia ini tidak boleh membiarkan mereka meninggal.: • dari pandangan manusiawi, • dari pandangan pembangunan, dan • dari pandangan keamanan. Dan kemungkinan masalah ini dapat dihadapi—sebetulnya, solusi agak sederhana. Perlu upaya yang sangat besar, namun sederhana.
Januari 2003
Jangan ditipu: orang membuat masalah sederhana menjadi rumit untuk memaafkan kelembaman. Saya ingin menjadi sangat konkret: ada yang terjadi sejak konferensi di Durban—dari pandangan politis dan advokasi, itu konferensi yang terpenting dalam sejara HIV/AIDS hingga saat ini: • harga obat turun lebih jauh; • UNGASS menempatkan pengobatan pada agenda politis—akhirnya, mungkin kita dapat mengatakan; • Global Fund dirancang; • WHO dalam waktu yang sangat singkat membuat pedoman pengobatan yang sangat baik untuk menuntun negara berkembang dalam pilihannya; • obat antiretroviral dimasukkan pada Daftar Obat Esensial [WHO]. Jangan meremehkan pentingnya langkah ini— mereka tonggak bersejarah, dan mereka pantas diakui sebagainya. Namun jurang yang masih ada, yang sangat besar antara jumlah orang yang menerima pengobatan—20.000 atau mungkin 30.000 di Afrika—dibanding enam juta yang membutuhkan pengobatan saat ini, melukai hati, dan laju pelan di mana dunia ini mereaksi bahkan lebih melukai hati: Beberapa masyarakat keseluruhan dihapus oleh virus yang mematikan ini: ini menjadikan kesengsaraan manusia pada skala yang belum pernah dialami; sebagaimana ini menghentikan, tidak, membalikkan pembangunan; ini memberi bahan bakar pada epidemi TB. Namun, walaupun retorika—termasuk retorika tentang bergerak melalui retorika—kita secara suram tidak bertindak. Dan sekali lagi, ini tidak sukar. Kerumitan dimasukkan untuk memaafkan kelembaman oleh mereka yang hidup dari epidemi ini. Atau mungkin bukan kelembaman, tetapi hanya kekurangan imaginasi. Adalah betapa jelas apa yang harus dilaksanakan: kita harus membuat rencana tindakan untuk upaya global. Apakah kita dapat memberantas cacar tanpa upaya bersama seperti ini? Menyediakan perawatan terpadu untuk HIV/ AIDS mungkin lebih sulit daripada memberantas cacar, tetapi ini bukan berarti bahwa kita tidak harus melaksanakannya dengan cara sederhana yang serupa. Mengapa ada inisiatif STOP TB, tetapi belum ada inisiatif STOP HIV? Jika kita serius tentang meningkatkan akses pada pengobatan, kita harus melaksanakannya
3
seperti operasi militer: • kita harus membuat inventaris, negara demi negara, tentang kebutuhan agar semua orang yang memenuhi persyaratan dapat menerima pengobatan; • kita harus mengenal organisasi yang dapat membantu negara-negara untuk melaksanakannya, dan melibatkannya dan membagi tugas; • kita harus kreatif: misalnya kita tidak perlu prasarana yang canggih untuk menyampaikan perawatan HIV/AIDS, kita tidak perlu regimen yang rumit; kita tidak perlu dokter dan perawat untuk menyampaikan perawatan pada setiap daerah yang terpencil di Afrika. Jika kita dapat memperoleh Coca Cola dan bir yang dingin di setiap daerah terpencil di Afrika, seharusnya tidak mustahil untuk melaksanakan yang sama untuk obat-obatan; • agar cepat meningkat akses, pergerakan komunitas dan keterlibatan pekerja komunitas jauh lebih penting dibanding menunggu pelatihan cukup petugas perawatan kesehatan. Yang terpenting, kita harus menjaga agar semuanya sederhana; Paul Farmer dan rekanrekan meyakinkan kita bahwa yang diperlu hanya pekerja komunitas yang memberi terapi yang diawasi setiap hari! Ada hanya sedikit bukti bahwa pemantauan laboratorium mencegah kematian akibat keracunan obat, tetapi ada sangat banyak bukti bahwa tidak mengobati infeksi HIV yang bergejala mematikan, dan biasanya tidak dengan cara yang baik; mengapa kita selalu lebih khawatir kita melaksanakan yang buruk daripada kita tidak membuat yang baik? Kita perlu mengkaitkan upaya pencegahan dengan pengobatan; dan, memang, kita harus mempertimbangkan kesinambungan, tetapi kita tidak harus menunggu kesinambungan sebelum kita mulai. Kita sebaiknya juga tidak tergantung pada sektor pemerintah saja; saya sangat senang lihat kehadiran begitu banyak kepala negara di sini, dengan kehadiran juga Presiden Clinton, dengan kehadiran pahlawan kita semua, Nelson Mandela, dengan kehadiran pejabat tinggi dari banyak negara, dan terutama dengan kehadiran utusan besar dari pemerintah kerajaan Thailand. Tetapi, kita harus sadar: ini perkecualian. Dan coba ingat bahwa “dari semua penyakit yang mematikan yang miskin, tidak ada yang lebih ganas daripada pemerintahan yang buruk.” Pemerintahan yang buruk dan kekurangan pimpinan sebenarkan mematikan lebih banyak
4
orang dengan HIV daripada yang lain. Apakah kita harus menahan diri dari melakukan apa saja untuk orang yang kebetulan tinggal di negara dengan pimpinan yang buruk? Apakah kita harus menghukumnya dua kali? Namun, jika kita coba menggerak tenaga untuk upaya global bersama ini—satu kata yang terulang-ulang dalam pembahasan dengan lembaga donor, dengan lembaga PBB, dengan organisasi derma, bahkan dengan dengan beberapa LSM besar seperti MSF, dengan Raja Kemiskinan ini, dalah MASALAH, MASALAH, MASALAH. Saya bosan dengan kata ini, karena semua masalah ini mengenai proses, mengenai menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Di IAS kita lebih prihatin tentang berjuta-juta orang yang meninggal. Tentang berjuta-juta kematian dan tentang penderitaan yang dapat dicegah jika kita siap bekerja sama. Akhirnya, satu kata tentang uang: Seperti disampaikan kemarin oleh teman saya Joseph Scheich, dari LSM Belanda STOP AIDS NOW!: “Beberapa tahun lagi orang tidak akan menanyakan di mana sepuluh miliar dolar, tetapi di mana tiga juta orang.” Saya sebetulnya yakin bahwa sepuluh miliar dolar itu meremehkan apa yang diperlu. Tetapi bahkan diperlu 25 miliar dolar, itu masih sedikit sekali. Apakah Anda tahu beban biaya pertandingan sepak bola Inggris-Argentina pada ekomoni Inggris? Dua miliar dolar. Hanya diperlu 5 hingga 12 pertandingan sepak bola dan upaya global bersama untuk benar-benar melakukan sesuatu yang nyata untuk HIV/AIDS. Kita menunggu apa? URL: http://www.aidsmap.com/news/ newsdisplay2.asp?newsId=1577
Hepatitis C dan Dampknya pada Tanggapan terhadap HAART Oleh Sean R. Hosein, CATIE, 29 Oktober 2002 Pada negara maju, ketersediaan terapi antiretroviral sangat manjur (HAART) menyebabkan penurunan secara bermakna pada kesakitan dan kematian akibat AIDS. Dengan jangka tahan hidup Odha diperpanjang karena HAART, perhatian kesehatan jangka panjang misalnya yang terkait dengan infeksi bersama
Sahabat Senandika No. 2
dengan hepatitis C lebih menonjol. Ini karena sistem kekebalan tubuh yang dilemahkan oleh HIV mempunyai kesulitan untuk mengendalikan virus hepatitis C (HCV), dan karena itu kerusakan hati akibat HCV kemungkinan dipercepat pada orang yang terinfeksi bersama. Masalah terkait—apakah terinfeksi HCV bagaimana pun juga meningkatkan kerusakan pada sistem kekebalan oleh HIV—tidak jelas. Untuk coba mengerti dampak HCV pada tanggapan terhadap HAART, para peneliti di Itali melaksanakan penelitian besar. Para peneliti menganalisis data mengenai 1.320 peserta HIV-positif yang belum pernah memakai terapi anti-HIV. Pada awal penelitian, profilnya adalah: 75% lelaki; usia rata-rata 33 tahun; 46% HCV-positif; 7% HBV-positif; kadar CD4 rata-rata 200; viral load rata-rata 80.000 tiruan. Peserta dipantau selama kurang-lebih tiga tahun. Pada satu analisis data, setelah peserta mulai pemakaian HAART, peneliti menemukan bahwa mereka yang terinfeksi HIV dan HCV bersama mempunyai risiko 55% lebih besar untuk mengembangkan penyakit terkait AIDS dibandingkan peserta yang hanya HIV-positif. Odha yang diberikan HAART untuk pertama kali biasanya mengalami peningkatan tinggi pada kadar CD4-nya. Pada penelitian ini, peserta yang terinfeksi bersama mengalami pengingkatan yang lebih rendah pada kadar CD4 dibandingkan yang tidak terinfeksi HCV. Justru, selama perjalanan penelitian, peningkatan pada kadar CD4 tidak melebihi 100 untuk 28% peserta yang terinfeksi kedua virus. Dampak ini pada kadar CD4 tidak ada hubungan dengan viral load HIV. Kemampuan HAART untuk menekankan viral load HIV tidak dipengaruhi oleh adanya infeksi bersama dengan HCV. Karena jumlah peserta dengan hepatitis B relatif rendah, para peneliti tidak yakin tentang interaksi antara HBV dan tanggapan terhadap HAART. Para peneliti tidak jelas mengapa infeksi bersama dengan HCV terkait dengan peningkatan pada risiko mengembangkan AIDS atau meninggal pada penelitian ini. Mungkin faktor yang tidak diukur misalnya penggunaan narkoba dan/atau kepatuhan memain peranan dalam jangka tahan hidup peserta, tetapi tim peneliti tidak mengindahkan faktor potensial ini. Juga, toksisitas hati karena HAART tampaknya tidak mempengaruhi. Para peneliti
Januari 2003
curiga bahwa HCV mempengaruhi sistem kekebalan dengan cara yang meningkatkan kehancuran sel CD4, tetapi ini harus ditentukan oleh penelitian lain. Referensi De luca A, Bugarini R, Cozzi Lepri A, et al. Coinfection with hepatitis viruses and outcomme of initial antiretroviral regimens in previously naïve HIV-infected subjects. Archives of Internal Medicine 2002;162:21252132. URL: http://www.catie.ca/aidsinfo.nsf/ 0714d2194eb52070852563ab006a5ac9/3e0c4 c7f7a0e17ce85256c61006a5d9a?OpenDocument
Tanya-Jawab No. 2 Kulit Peka Oleh Dr. Widowati
[Pada 11 Januari 2003, Pelita Plus mengadakan pertemuan Odha di Sanggar Pelita Ilmu. Pembicara utama adalah Dr. Widowati, specialis kulit/kelamin dan teman pada banyak Odha di Jakarta. Setelah pengkajian beliau, ada beberapa pertanyaan. Yang berikut adalah rangkuman dari satu pertanyaan tersebut.] T: Dok, kulit saya sangat peka (sensitif), dan sering saya mengalami masalah, apalagi jika saya keluar waktu matahari panas. Apakah yang dapat saya lakukan untuk mencegah dan memulihkan masalah ini? J: Beberapa orang memang mempunyai kulit yang peka. Juga kulit peka bisa disebabkan oleh HIV atau obat yang kita pakai. Kadang kala kita memperburuk masalah dengan cara mandi. Jika kita memakai sabun yang ‘keras’, terutama sabun disinfektan seperti sabun detol, ini akan merangsang masalah kulit. Lebih baik kita pakai sabun yang halus, seperti sabun cair khusus untuk bayi dari Johnson & Johnson. Lagi pula, biasanya kita mandi dua sedikitnya dua kali sehari. Sebetulnya, mungkin sebaiknya kita hanya mandi dengan sabun sekali sehari. Kali kedua, kita bisa mandi tanpa sabun. Ini akan mencegah masalah kulit dan sekaligus menghemat uang. Untuk mencegah masalah yang disebabkan cahaya matahari, sebaiknya satu jam sebelum kita keluar, sebaiknya kita mengoleskan kulit kita dengan lotion anticahaya matahari (sunblock). Satu produk yang cocok adalah Parasol Lotion dengan SPF 30 (angka SPF menujukkan kemampuannya untuk menyaring cahaya—harus 30 atau lebih). Waktu kita mengoleskan, jangan raba-raba, mengoleskan secara halus dari satu arah saja—lotion itu tidak harus masuk kulit.
5
Tips untuk Orang dengan HIV No. 13 Anemia (kurang darah merah) agak sering dialami oleh Odha. Anemai bisa disebabkan oleh HIV sendiri, atau obat-obatan, atau masalah kesehatan lain. Anemia bisa menyebakan kelelahan, sesak napas, atau badan secara umum kurang enak. Aenmia dapat diobati, dan sering dapat diperbaiki dengan makanan yang cocok. Anemia ditunjukkan dengan tes darah yang mengukur Hb. Sebaiknya kita mengukur kadar ini setiap enam bulan waktu kita memeriksakan diri ke dokter. Juga sebaiknya kita mengukur Hb sebelum mulai memakai obat antiretroviral. Salah satu obat yang sering dipakai, AZT, dapat memperburuk anemia, dan jika Hb kita rendah, mungkin sebaiknya kita pakai obat lain.
• Pengobatan Infeksi Oportunistik Lembaran Informasi 504—Demensia & Masalah Saraf Lembaran Informasi 507—HPV, Kutil Kelamin & Displasia Lembaran Informasi 508—Sarkoma Kaposi (KS) • Efek Samping Lembaran Informasi 556—Toksisitas Mitokondria Untuk memperoleh lembaran baru/revisi ini atau seri Lembaran Informasi komplet, silakan hubungi Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang. Anggota milis WartaAIDS dapat akses file ini dengan browse ke:
Lembaran Informasi Baru Pada Januari 2003, Yayasan Spiritia telah menerbit sepuluh lagi lembaran informasi untuk Odha, sbb: • Pencegahan Penularan HIV Lembaran Informasi 154—Profilaksis Pascapajanan • Terapi Antiretroviral Lembaran Informasi 416—Kepatuhan terhadap Terapi • Efek Samping Lembaran Informasi 560—Rasa Nyeri • Topik Khusus Lembaran Informasi 610—Perempuan dan HIV Lembaran Informasi 611—Kehamilan dan HIV Lembaran Informasi 612—Anak dan HIV Lembaran Informasi 615—Memperoleh Keturunan Lembaran Informasi 616—Pengobatan AIDS untuk Anak Lembaran Informasi 617—Terapi Antiretroviral untuk Anak Lembaran Informasi 640—Megestrol (Megace)
Sahabat Senandika Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia dengan dukungan THE FORD ATION FOUNDA FOUND
Dengan ini, sudah diterbitkan 68 lembaran informasi dalam seri ini.
Kantor Redaksi: Jl Radio IV/10 Kebayoran Baru Jakarta 12130 Telp: (021) 7279 7007 Fax: (021) 726-9521 E-mail:
[email protected]
Juga ada lima lembaran informasi yang direvisi: • Informasi Dasar Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran Informasi
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
6
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Sahabat Senandika No. 2