Yayasan Spiritia
No. 38, Januari 2006
Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9 (1) Oleh Babe, 22 Januari 2005 Saya menghadiri 9th Bangkok Symposium on HIV Medicine (Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9), dilaksanakan oleh HIV-NAT 18-20 Januari, didanai oleh IHPCP. Pertemuan ini terutama membidik profesional medis dari seluruh Asia. Saya rasa kemungkinan saya di antara hanya sedikit aktivis yang hadir. Ada 400 peserta, dengan 16 dari Indonesia, termasuk dari RSCM, RSPI dan RS Soetomo Surabaya. Pada setiap hari, waktu sampai makan siang dipakai untuk sesi paripurna (setiap hari enam sesi), sementara program untuk dua hari setelah makan siang memberi pilihan sesi yang mempresentasikan studi kasus. Sayangnya, tingkat keterlibatan pada diskusi di studi kasus yang saya ikuti agak rendah. Hampir semua sesi bermutu tinggi, sangat praktis, dan dipresentasikan secara jelas dan sesuai dengan keadaan di negara berkembang. Hampir semuanya menyampaikan pesan yang dapat dibawa pulang. Dalam laporan ini, saya akan membahas pesan tersebut yang mengesankan saya, dan yang ada dampak pada keadaan di Indonesia. 1. Infeksi Primer. Kesan saya dulu viral load mulai melonjak pas setelah seseorang tertular HIV. Menurut presentasi topik ini, viral load baru mulai melonjak sekitar dua minggu setelah tertular. Secara praktis, tampaknya informasi yang diberikan tidak mendukung secara kuat melakukan upaya lebih tegas untuk mengenal infeksi pada tahap primer, walaupun tentu kita harus coba mencari kasus lebih dini. Bila dokter lebih bersifat curiga waktu bertemu pasien dengan gejala seperti flu, hal ini mungkin akan membantu. Beberapa pembicara membahas sebuah penelitian baru yang menunjukkan bahwa HIV berjalan cepat untuk menular dan merusak sel CD4 di jaringan limfa di perut/usus. Dicatat bahwa 70 persen sel
CD4 memori ditempatkan di submukosa di perut/ usus, dibandingkan dengan hanya 1 persen di darah. Hal ini memberi kesan bahwa HIV menyebabkan kekurangan kekebalan (immune deficiency) akibat tanggapan imun oleh induk, daripada menularkan dan mematikan sel CD4 secara langsung – kurang dari 1 persen sel CD4 di tubuh ternyata terinfeksi HIV. 2. Mulai ART; kapan mulai dan mulai dengan apa. Saya tidak dengar apa saja yang baru mengenai yang pertama (kapan mulai). Pedoman saat ini tampaknya cocok. Namun ada beberapa ide mengenai obat/takaran yang muncul pada presentasi, studi kasus dan diskusi dengan peserta. Rejimen yang mengandung dua NRTI dan satu NNRTI terus dibuktikan paling cocok, dengan efavirenz sebagai pilihan utama, walaupun nevirapine tampaknya serupa. Beberapa dokter memakai takaran d4T yang lebih rendah (20mg untuk orang dengan berat badan rendah), dan kebanyakan tampaknya menghindari 40mg bahkan untuk pasien dengan berat badan lebih tinggi. AZT sering dimulai dengan takaran 200mg daripada 300mg, terutama untuk pasien dengan berat badan
Daftar Isi Laporan Kegiatan Laporan Singkat: Simposium Bangkok Pengobatan HIV ke-9 (1)
Pengetahuan adalah kekuatan
1 1
3
Suplemen Multivitamin Menunda Lajunya Penyakit HIV 3 Sifilis Meningkatkan Viral Load dan Menurunkan Jumlah CD4 3
Pojok Info Lembaran Informasi Baru Penghargaan Pita Merah (Red Ribbon Award)
Tips Tips untuk Odha
4 4 4
5 5
Tanya-Jawab
6
Tanya-Jawab
6
Positive Fund Laporan Keuangan Positive Fund
6 6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
rendah atau bila ada tanda anemia. Kita sebaiknya mempertimbangkan perubahan takaran AZT menjadi 250mg (yang disetujui oleh WHO) untuk mengurangi biaya dan efek samping. Pada kasus anemia dengan AZT, ada kesepakatan untuk menggantinya sementara dengan d4T, dengan mencoba kembali AZT setelah Hb kembali noraml setelah 3-6 bulan. Lebih dari 20 persen pasien Thailand mengalami lipoatrofi setelah 48 minggu dengan d4T; menggantinya dengan AZT secara dini dapat menghindari masalah ini. Ada diskusi mengenai cara mulai terapi, dengan mulai NNRTI dua minggu setelah NRTI. Hal ini dapat mengurangi efek samping yang tumpangtindih, dan menghindari pemberhentian NNRTI setelah dua-tiga minggu bila ada toksisitas dari NRTI, yang dapat menyebabkan resistansi terhadap NNRTI. Cara ini juga dapat mengurangi kejadian sindrom pemulihan kekebalan (IRIS - lihat di bawah), karena sindrom ini tampaknya dirangsang oleh peningkatan cepat pada jumlah CD4. Satu presentasi mencatat bahwa resistansi terhadap 3TC hanya muncul setelah 3-4 terapi dua NRTI, jadi sepertinya cara ini aman. Ada bukti bahwa dasar (backbone) tenofovir (TDF) dan emtricabine (FTC) adalah lebih baik dibandingkan AZT dan 3TC yang baku. Namun pilihan ini kemungkinan tidak terjangkau sebagai lini pertama di Indonesia untuk beberapa tahun ke depan. Satu pilihan lain untuk mulai yang dibahas adalah sangat luar biasa: d4T + TDF + 3TC. Rejimen ini relatif murah bila harga spesial TDF dapat dijangkau, dan rejimen tersebut ‘mencadangkan’ NNRTI dan PI. Namun manfaat utamanya adalah bahwa, bila ada kegagalan, mutan yang resistan (K65R dan M184V) tetap memungkinkan (bahkan meningkatkan) penggantinya d4T dengan AZT, tanpa perubahan lain. Walaupun dipakai terusmenerus setelah kegagalan, hal ini tidak akan menyebabkan perkembangan mutan yang lebih mnegkawatirkan (TAMS) seperti biasanya terjadi. Interaksi dengan rifampisin pada kasus koinfeksi TB dibahas. Tingkat hampir semua protease inhibitor (PI) yang di-boosted dikurangi oleh rifampisin, jadi tidak dapat dipakai. Tingkat efavirenz juga dikurangi, tetapi penelitian pada pasien Thailand sudah menunjukkan bahwa takaran baku tetap efektif. Tingkat nevirapine juga dikurangi, tetapi penelitian menunjukkan bahwa takaran baku efektif untuk 86 persen pasien. Bagaimana kita dapat mengenal sisa 14 persen sebelumnya? Saran umum tetap adalah untuk memakai nevirapine bila tidak
2
ada alterntif lain. 3. Berhenti NNRTI. Karena efavirenz dan nevirapine mempunyai masa paro yang panjang dan berbeda-beda, berhenti obat tersebut pada waktu yang sama dengan dasar NRTI hampir pasti akan menghasilkan resistansi terhadap NNRTI. Ada kesepakatan yang muncul bahwa NNRTI sebaiknya dihentikan sedikinya tujuh hari sebelum NRTI, atau (lebih baik) NNRTI diganti dengan PI untuk sedikitnya satu minggu sebelum berhenti semuanya. 4. Kegagalan Terapi. Ada presentasi yang bagus mengenai jalan pengembangan resistansi. Hampir pasti terapi diteruskan dengan rejimen berdasarakan AZT + 3TC setelah kegagalan akan berarti tidak satu pun NRTI lagi akan tetap efektif. Kegagalan dengan rejimen yang mengandung NNRTI berarti tidak dapat dipakai NNRTI lain yang tersedia saat ini. Hal in berarti yang tetap efektif hanya dua PI yang di-boost, dengan lopinavir, saquinavir dan ritonavir untuk boosting (Kaletra + saquinavir) kemungkinan besar pilihan terbaik saat ini. Beberapa pembicara mencatat bahwa sebagian besar mutan kurang ‘fit’, beberapa sangat begitu. Jadi ada manfaat yang dapat timbul bila kita ‘memelihara’ mutan yang resistan. Hal ini terutama berlaku dengan mutan M184V yang muncul sebagai hasil dari resistansi terhadap 3TC; mutan ini meningkatkan efektivitas AZT, dan banyak dokter sekarang mengusulkan 3TC dipakai terus, misalnya dengan rejimen dua PI yang di-boosted yang dibahas di atas, untuk tetapkan tekanan tersebut. 5. Data Kelompok. Menjadi semakin jelas dari beberapa presentasi bahwa Thailand sangat berhasil dalam pengumpulkan data yang berguna mengenai riwayat pasien/hasil dan biaya terkait. Peserta Indonesia membahas kebutuhan akan memperkuat tanggapan kita dalam hal ini. Hal ini akan membantu kita mengetahui cost-effectiveness dan mencari strategi yang paling cocok.
Sahabat Senandika No. 38
Pengetahuan adalah kekuatan Suplemen Multivitamin Menunda Lajunya Penyakit HIV Hasil dari penelitian pengamatan memberi kesan bahwa status mikrogizi (micronutrient) mempengaruhi lajunya penyakit HIV. Untuk menilai kesimpulan ini, peneliti melibatkan 1078 perempuan hamil terinfeksi HIV dalam penelitian ‘double-blind’ dikontrol dengan plasebo* di Dar es Salaam, Tanzania. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menyelidiki dampak dari suplemen harian vitamin A (vitamin A prabentuk dan beta karotin), multivitamin (vitamin B, C dan E), atau keduanya pada laju penyakit HIV, dengan memakai model ketahanan hidup. Pemantauan rata-rata terkait dengan ketahanan hidup dalah 71 bulan. Hasil Hasil penelitian ini diterbitkan di New England Journal of Medicine edisi 1 Juli 2004. Dari 271 perempuan yang diberikan multivitamin, 67 menimbulkan penyakit tahap 4 berdasarkan tahapan WHO atau meninggal dunia - hasil primer dibandingkan dengan 83 dari 267 perempuan yang menerima plasebo (p=0,04). Regimen ini juga dikaitkan dengan penurunan pada risiko relatif kematian akibat AIDS (p=0,09), lajunya pada penyakit tahap 4 (p=0,02), atau lajunya pada penyakit tahap 3 atau 4 (p=0,003). Multivitamin juga menghasilkan jumlah CD4 dan CD8 yang lebih tinggi secara bermakna dan viral load yang lebih rendah secara bermakna. Dampak penerimaan vitamin A secara sendiri adalah lebih kecil dan sebagian besar tidak berbeda secara bermakna dari yang dihasilkan oleh yang menerima plasebo. Bila multivitamin disertai dengan vitamin A, manfaatnya lebih rendah berhubungan dengan beberapa hasil akhir yang diteliti. Para penulis menyimpulkan, “Suplemen multivitamin menunda lajunya penyakit HIV dan memberi cara yang efektif dan murah untuk menunda mulainya terapi antiretroviral pada perempuan yang terinfeksi HIV.” Pada tajuk rencana New England Journal of Medicine yang menyertai artikel, Dr. Barbara Marston
Januari 2006
dan Kevin De Cock dari Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit di Kenya mendesak dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendukung penemuan. Sehingga saat itu, para dokter sebaiknya meresepkan multivitamin sebagai dukungan gizi secara berkala, karena hal ini mungkin memberi manfaat dan tidak menimbulkan dampak buruk. * Plasebo: Zat atau obat yang tidak menimbulkan efek pada tubuh (sering kali pil berisi gula). Zat ini diberikan pada salah satu kelompok sebagai pembanding dalam sebuah uji coba klinis, sementara kelompok lain diberikan obat sebenarnya. Hasil dari kedua kelompok itu kemudian dibandingkan. Referensi: W W Fawzi and others. Randomized Trial of Multivitamin Supplements and HIV Disease Progression and Mortality. New England Journal of Medicine 351(1): 23-32. July 1, 2004. B Marston and K M De Cock. Multivitamins, Nutrition, and Antiretroviral Therapy for HIV Disease in Africa (Editorial). New England Journal of Medicine 351(1): 78-80. July 1, 2004. URL: http://www.hivandhepatitis.com/recent/women/ 070204_a.html
Sifilis Meningkatkan Viral Load dan Menurunkan Jumlah CD4 Oleh Anthony J. Brown, MD NEW YORK (Reuters Health) Nov 05 - Pada pasien HIV-positif, infeksi sifilis dihubungkan dengan peningkatan pada viral load HIV dan penurunan pada jumlah CD4. Hal ini dilaporkan oleh peneliti. Penemuan ini menawarkan penjelasan mengapa sifilis memudahkan penularan HIV, sebuah pengamatan yang sering dicatat. “Sifilis tampaknya meningkatkan jumlah HIV yang ada di darah dan kemungkinan juga pada cairan kelamin,” membuat orang lebih mungkin menularkan virus saat berhubungan seks [tanpa memakai kondom]. Hal ini disampaikan oleh penulis senior Dr. Jeffrey D. Klausner, dari San Francisco Department of Public Health, kepada Reuters Health. Dr. Klausner mengatakan bahwa sifilis diperkirakan menyebabkan pembuatan berbagai sitokin (jenis protein) yang merangsang replikasi
3
HIV, dan oleh karena itu meningkatkan viral load. “Penurunan pada jumlah CD4 yang diamati kemungkinan terkait dengan penggiatan kekebalan,” tambahannya. Penemuan, yang dimuat di jurnal AIDS terbitan 21 Oktober 2004, berdasarkan penelitian terhadap 52 laki-laki HIV-positif dengan sifilis primer atau sekunder. Dari peserta ini, 30 memakai terapi antiretorviral (ART). Viral load HIV selama infeksi sifilis adalah lebih tinggi secara bermakna dibandingkan viral load yang diukur sebelum infeksi sifilis, para penulis mencatat. Sebaliknya, jumlah CD4 mengikuti kecenderungan yang melawan. Mengobati infeksi sifilis memulihkan kedua ukuran ini pada tingkat sebelum terinfeksi. Peserta dengan sifilis sekunder dan mereka yang tidak memakai ART mengalami peningkatan tertinggi pada viral load HIV dan penurunan paling besar pada jumlah CD4, menurut catatan peneliti. Menghadapi para dokter, Dr. Klausner menekankan bahwa “bila kami bertemu peningkatan secara tiba-tiba pada viral load HIV, jangan menganggap ketidakpatuhan pada ART adalah penyebab. Infeksi bersama dengan sifilis dapat menjadi penyebab umum peningkatan viral load - jadi dokter harus menanyakan pada pasien apakah mereka aktif secara seksual, dan jika begitu, perlu melakukan tes secara berkala terhadap infeksi menular seksual.” Referensi: AIDS 2004;18:2075-2079. URL: http://www.medscape.com/viewarticle/493268
Pojok Info Lembaran Informasi Baru Pada Januari 2006, Yayasan Spiritia telah menerbitkan satu lagi lembaran informasi untuk Odha, sbb: • Topik Khusus Lembaran Informasi 680—Narkoba Dengan ini, sudah diterbitkan 116 lembaran informasi dalam seri ini. Juga ada lima lembaran informasi yang direvisi: • Informasi Dasar Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran Informasi • Pencegahan Penularan HIV Lembaran Informasi 156—Penggunaan Narkoba dan HIV • Terapi Antiretroviral Lembaran Informasi 419—Interaksi Obat • Topik Khusus Lembaran Informasi 670—Metadon Lembaran Informasi 671—Buprenorfin Untuk memperoleh lembaran baru/revisi ini atau seri Lembaran Informasi komplet, silakan hubungi Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang. Anggota milis WartaAIDS dapat akses file ini dengan browse ke:
Penghargaan Pita Merah (Red Ribbon Award) Merayakan Kepemimpinan Komunitas dan Tindakan terhadap AIDS Pita merah adalah lambang global dalam gerakan untuk menghadapi AIDS. Red Ribbon Award adalah penghargaan pengukuhan, yang akan diberikan setiap dua tahun, dirancang untuk menghormati dan merayakan kepemimpinan dan tindakan komunitas yang terkemuka, yang telah membantu mengurangi penyebaran dan dampak HIV/AIDS. Penghargaan ini adalah upaya bersama antara Panitia Program Kepemimpinan dan Komunitas Konferensi AIDS Internasional, didukung oleh UNDP atas nama keluarga UNAIDS.
4
Sahabat Senandika No. 38
Persyaratan Organisasi masyarakat, LSM, organisasi pemerintah, organisasi agama, lembaga penelitian atau akademis, sektor swasta, sektor pemerintah atau yayasan dapat dicalonkan atau mencalonkan dirinya. Harap dicatat bahwa mayoritas penghargaan akan diberikan pada komunitas di negara berkembang. Agar dipertimbangkan untuk Red Ribbon Award, prakarsa harus berdasarkan komunitas; individu tidak akan dipertimbangkan. Pencalonan Formulir pencalonan (nomination form) dapat diisi online atau dapat didownload, diisi dan dikirim melalui email, fax atau pos. Kriteria Pencalonan Untuk meyakinkan luas dan dalamnya kepemimpinan komunitas cukup dicerminkan, kriteria pencalonan untuk Red Ribbon Award akan tetap terbuka. Semua prakarsa komunitas yang mengarah pada pencegahan, perawatan, pengobatan dan dukungan HIV/AIDS akan dipertimbangkan. Lebih khusus, pencalonan akan diterima untuk organisasi komunitas dan prakarsa yang menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa pada satu atau lebih bidang berikut: • Akses pencegahan, perawatan, pengobatan dan dukungan untuk Odha di tingkat komunitas • Menghadapi stigma dan diskriminasi terkait HIV/AIDS • Melibatkan dan memberdayakan Odha • Menghadapi ketidaksetaraan jender yang membantu penyebaran epidemi HIV/AIDS • Mendorong program pencegahan HIV/AIDS • Memberi dukungan pada yatim piatu AIDS dan anak-anak lain yang rentan Proses Seleksi Lima pemenang akan dipilih dari daftar pendek 25 komunitas finalis. Satu wakil dari setiap komunitas finalis akan diundang pada Konferensi Internasional AIDS ke-16 di Toronto, Kanada, 1318 Agustus 2006. Komunitas ini akan diberi kesempatan untuk menyoroti pekerjaannya di Konferensi dan menyumbang pada kebijakan dan penelitian internasional. Lima pemenang masingmasing akan menerima 20.000 dolar AS, dan 20 finalis lain masing-masing akan menerima 5.000 dolar.
Januari 2006
Tanggal untuk diingati: • Pencalonan akan diterima antara 1 Desember 2005 dan 31 Maret 2006 • Konferensi AIDS Internasional 13-18 Agustus 2006 Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi
.
Tips Tips untuk Odha Gizi yang baik dan cukup sangat penting untuk membantu Odha memerangi HIV. Berikut ini adalah tpanduan gizi untuk Odha. Pertama, makan lebih banyak. Penambahan berat otot akan membantu kita memerangi HIV. Banyak orang ingin mengurangi berat badannya, tapi bagi Odha, ini dapat berbahaya. Makan banyak protein dan karbohidrat (zat tepung), dengan jumlah lemak sedang. • Protein membantu membangun dan mempertahankan otot. Daging, ikan, buncis, kacang dan biji-bijian merupakan sumber makanan yang baik. • Karbohidrat memberi tenaga. Karbohidrat kompleks didapat dari padi-padian, gandum, buah-buahan dan sayur-sayuran. Bahan ini adalah sumber tenaga yang berangsur-angsur, dan juga sumber baik untuk gizi. Karbohidrat tunggal atau gula, dapat cepat menghasilkan tenaga. Kita mendapatkan gula dari buahbuahan segar atau kering, madu, selai atau sirup. • Lemak memberi tenaga tambahan. Kita perlu lemak secukupnya—tapi jangan terlalu banyak. Lemak ‘monounsaturated’ pada kacang, biji-bijian, minyak buah zaitun, dan ikan dianggap lemak yang ‘baik’. Lemak ‘saturated’ pada mentega dan produk hewan lain dianggap lemak ‘kurang baik’. Program olahraga ringan membantu tubuh membentuk zat makanan menjadi otot. Jadikan olahraga kegiatan rutin dan lakukanlah dengan santai.
5
Sangat penting untuk minum cairan secukupnya bila kita HIV positif. Air tambahan bisa mengurangi efek samping beberapa obat. Air dapat membantu menghindari mulut kering dan sembelit (susah buang air). Ingat, minum teh, kopi, cola, coklat atau alkohol sebenarnya dapat menghilangkan cairan tubuh.
Tanya-Jawab Tanya-Jawab T: Mengapa gizi itu penting? J: Gizi (nutrisi) yang baik berarti mendapat cukup bahan gizi makro dan mikro. Bahan gizi makro mengandung kalori (energi): protein, karbohidrat, dan lemak. Semua zat ini membantu mempertahankan berat badan. Bahan gizi mikro meliputi vitamin dan zat mineral. Kedua zat ini menentukan sel tubuh tetap bekerja dengan baik. Gizi yang baik kadang kala menjadi masalah bagi Odha. Bila tubuh kita memerangi infeksi, maka tubuh memakai lebih banyak tenaga dan kita harus makan lebih banyak dibandingkan waktu keadaan normal. Namun bila kita merasa sakit, maka kita makan lebih sedikit dibandingkan dengan waktu keadaan normal. Beberapa obat-obatan dapat menganggu perut, dan berbagai infeksi oportunistik dapat mempengaruhi mulut atau tenggorokan yang menyebabkan kita sulit makan. Lagi pula, beberapa obat dan infeksi dapat menyebabkan diare. Bila kita kehilangan berat badan, kita mungkin kehilangan lemak, atau mengalami penyusutan otot. Jika kita kehilangan terlalu banyak otot, tubuh kita akan mengalami perubahan kimia. Kondisi ini disebut sindrom wasting atau cachexia. Wasting dapat membunuh kita. Jika kita kehilangan lebih dari 5% berat badan, ini bisa menjadi tanda wasting. Beberapa orang mengalami kesulitan untuk belanja dan menyiapkan makan terus-menerus. Suplemen (makanan tambahan) dapat membantu mempertahankan berat badan dan memenuhi kebutuhan vitamin dan zat mineral yang dibutuhkan. Jika kita merasa perlu memakai gizi tambahan, sebaiknya minta saran dari dokter.
Positive Fund Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia Periode Januari 2006 Saldo awal 1 Januari 2006
11,405,675
Penerimaan di bulan Januari 2006
1,300,000 __________+ 12,705,675
Total penerimaan
Pengeluaran selama bulan Januari : Item
Jumlah
Pengobatan Transportasi
688,300 0
Komunikasi Peralatan / Pemeliharaan Modal Usaha
0 0 0 __________+
Total pengeluaran
688,300-
Saldo akhir Positive Fund per 31 Januari 2006
12,017,375
Sahabat Senandika Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia dengan dukungan THE FORD ATION FOUNDA FOUND
Kantor Redaksi: Jl Radio IV/10 Kebayoran Baru Jakarta 12130 Telp: (021) 7279 7007 Fax: (021) 726-9521 E-mail: [email protected] Editor: Caroline Thomas Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
6
Sahabat Senandika No. 38