Yayasan Spiritia
No. 29, April 2005
Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan Pertemuan Peningkatan Pemahaman HIV/AIDS SeSumatera Oleh: Siradj Okta Pada bulan April 2005, Spiritia menyelenggarakan Pertemuan Peningkatan Pemahaman HIV/AIDS Se-Sumatera. Acara tersebut dilakukan di Sumatera Utara dengan 22 peserta yang sebagian besar adalah Odha yang berasal dari semua provinsi di Sumatera (Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Nanggroe Aceh Darussalam). Pertemuan ini bertujuan untuk memberikan lingkungan yang nyaman kepada Odha yang baru mengetahui statusnya dan belum terlibat cukup banyak dalam penanggulangan HIV/AIDS sehingga muncul keberdayaan Odha/Ohidha. Pada pertemuan diangkat mengenai bagaimana hidup dengan HIV, pengetahuan dasar tentang HIV/ AIDS, dan terutama lagi adanya sesi berbagi pengalaman yang mana kesemuanya bermaksud untuk meningkatkan rasa percaya diri bagi peserta. Pada pertemuan ini Spiritia bekerja sama dengan Medan Plus, GIPA Galatea, Lantera Minangkabau, Batam Spirit Support, dan Saburai Support Group Lampung mulai dari perencanaan sampai evaluasi. Narasumber yang diundang pada kegiatan in adalah dr. Francisca dari Batam yang mengangkat mengenai bagaimana hidup sehat, dan dr. Umar Zein dari Medan mengenai Infeksi Oportunistik. Kegiatan seperti ini telah dilakukan sebelumnya di wilayah Jawa, yang mana pertemuan seperti ini merupakan perkembangan dari kegiatan serupa untuk tingkat nasional. Pertemuan ini dipersempit
wilayahnya agar dapat melibatkan lebih banyak peserta dari lebih banyak daerah, misalnya dari kabupaten-kabupaten di luar ibukota provinsi, mengingat epidemi HIV/AIDS semakin luas dan melahirkan tantangan yang cukup besar di daerahdaerah. Pertemuan tiga setengah hari ini dilengkapi dengan kunjungan ke Drop In Center Galatea untuk bersilaturahmi dan bertukar pengalaman dengan teman-teman di Galatea dan GIPA Galatea. Selain itu juga di hari terakhir diadakan Malam Keakraban yang diselenggarakan oleh Medan Plus bertempat di Warung SaHIVa di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara. Pada acara Malam Keakraban itu diundang banyak pihak terkait, LSM-LSM mitra di Sumatera Utara, KPAND, serta teman-teman yang lain untuk berkenalan dan menjadi ajang penggalangan komitmen bersama.
Daftar Isi Laporan Kegiatan Pertemuan Peningkatan Pemahaman HIV/AIDS Se-Sumatera
Pengetahuan adalah Kekuatan Kejadian Tinggi Sindrom Pemulihan Kekebalan di antara pasien TB HIV-positif yang Mulai ART di India Malaria Meningkatkan Viral load HIV
Pojok Info Lembaran Informasi Baru Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria The Fifth Call for Proposal
Konsultasi Tanya-jawab
Tips Tips untuk orang dengan HIV
Positif Fund Laporan Keuangan Positif Fund
1 1
2 2 2
4 4 5
5 5
6 6
6 6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Pengetahuan adalah Kekuatan Kejadian Tinggi Sindrom Pemulihan Kekebalan di antara pasien TB HIVpositif yang Mulai ART di India Oleh Michael Carter, 8 December 2004 Kejadian tinggi sindrom pemulihan kekebalan (immune reconstitution inflammatory syndrome/IRIS) di antara pasien HIV-positif dengan TB di India yang mulai terapi antiretroviral (ART) segera setelah mulai terapi anti-TB dilaporkan di Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes edisi 15 Desember 2004. Para peneliti menganggap bahwa penemuannya menggarisbawahi kebutuhan akan uji coba klinis pada rangkaian terbatas sumber daya agar lebih paham kapan sebaiknya mulai ART bila adanya infeksi oportunistik yang aktif. IRIS pada Odha dengan TB selama penggunaan ART sudah digambarkan secara baik pada negara maju. Sebagaimana obat antiretroviral tersedia semakin luas di rangkaian terbatas sumber daya, peneliti di India ingin menentukan kejadian IRIS di antara pasien HIV-positif dengan angka TB yang tinggi waktu mulai ART. Sejumlah 333 pasien dewasa HIV-positif yang menerima ART generik di pusat YRG CARE di Chennai, India, dilibatkan pada analisis peneliti. Pada saat mulai ART, 144 orang (44 persen) mempunyai TB aktif. Jumlah CD4 rata-rata di antara pasien ini pada saat mulai ART adalah 122, dan setelah enam bulan ART, peningkatan rata-rata pada jumlah CD4 adalah 130. Sebelas pasien mengalami IRIS selama penelitian. Jumlah CD4-nya pada awal (rata-rata 124) dan peningkatan rata-rata pada jumlah CD4 (124) tidak berbeda dengan pasien yang tidak mengalami IRIS (p = 0,8). IRIS berkembang rata-rata 42 hari setelah mulai ART dan kejadian IRIS adalah 15 kasus per 100 pasien-tahun. Jangka waktu rata-rata antara mulai pengobatan TB dan mulai ART adalah serupa di
2
antara semua pasien. (p = 0,8). Pasien diobati dengan kortikosteroid jangka pendek, aspirasi dan diberi konseling agar meneruskan ART-nya. “Pada kelompok ini dari rangkaian terbatas sumber daya dengan angka kejadian TB yang tinggi, kejadian IRIS tinggi,” menulis para peneliti. Mereka mengakhiri dengan mendesak agar dilakukan uji coba klinis di rangkaian terbatas sumber daya “untuk membantu dokter lebih paham kapan sebaiknya mulai ART bila adanya infeksi oportunistik” dan mereka juga mencatat bahwa tanpa pedoman yang memadai, dokter yang mengobati HIV di negara yang lebih miskin “akan menghadapi berbagai tantangan yang baru terhadap terapi yang aman dan efektif.” Referensi: Kumarasamy N et al. Incidence of immune reconstitution syndrome in HIV/tuberculosis-coinfected patients after initiation of generic antiretroviral therapy in India. J Acquir Immune Defic Syndr 37: 1574 – 1576, 2004. URL: http://www.aidsmap.com/en/news/7C9B68FD-EF564DE5-8E8B-4BB88BB2A0E5.asp
Malaria Meningkatkan Viral load HIV Oleh Theo Smart, 19 January 2005 Peristiwa malaria akut berhubungan dengan peningkatan bermakna pada viral load HIV. Hal ini menurut penelitian oleh tim peneliti Malawi dan AS yang diterbitkan pada jurnal The Lancet edisi 15 Januari 2005. Walaupun setelah peningkatan ini, viral load HIV kembali seperti semula dengan pengobatan antimalaria yang efektif, para peneliti menganggap bahwa peristiwa dapat memudahkan penularan HIV dan mempercepat lanjutan penyakit HIV terutama bila tingkat parasit adalah tinggi dan disertai oleh demam. Malaria sebagai infeksi bersama Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis Plasmodium, sebuah parasit yang dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk, terutama di wilayah tropis. Lebih dari 300 juta orang terinfeksi malaria setiap tahun; satu juta di antaranya meninggal. Kebanyakan yang meninggal adalah anak. Pada daerah dengan risiko tertinggi, pajanan pada parasit malaria terjadi terus-menerus sehingga anak dapat mengembangkan kekebalan fungsional terhadap parasit sebelum berusia lima tahun - atau mereka
Sahabat Senandika No. 29
justru tidak bertahan hidup. Orang dewasa yang kebal masih dapat terinfeksi oleh parasit, tetapi tingkat parasit lebih rendah dan dengan sedikit atau tidak ada gejala. Kurang lebih 90 persen kasus malaria terjadi pada Afrika sub-Sahara, di mana prevalensi HIV juga tinggi. Namun, walaupun malaria adalah salah satu penyakit yang paling penting di dunia, peranannya sebagai infeksi bersama dengan HIV mungkin kurang disadari. Penilitian baru-baru ini menunjukkan bahwa kedua penyakit ini dapat mempunyai beberapa interaksi yang bersifat buruk. Misalnya, seorang perempuan hamil dengan HIV berisiko jauh lebih tinggi terhadap malaria walaupun sebelumnya dia kebal terhadap organisme tersebut. HIV juga meningkatkan risiko malaria dapat melewati plasenta dan mempengaruhi janin. Sebaliknya, risiko penularan HIV pada anak ditingkatkan bila ada malaria pada plasenta. Penelitian lain memberi kesan bahwa ada peningkatan pada risiko malaria bergejala di antara Odha. Ada tanda bahwa orang dewasa dapat secara pelan menghilangkan kekebalannya terhadap malaria sebagaimana sistem kekebalan tubuhnya menjadi semakin lemah. Lagi pula, diagnosis malaria sering dibuat dengan memakai kriteria klinis yang sederhana - demam - yang dapat ditiru atau ditutupi oleh HIV/AIDS dan infeksi oportunistiknya. Namun, dampak malaria pada kelanjutan infeksi HIV belum ditentukan dengan baik, dan laporan awal mengenai interaksi belum jelas. Walaupun sebuah penelitian sebelumnya di Malawi menemukan viral load HIV yang lebih tinggi pada pasien dengan malaria dibanding mereka tanpa malaria, perbedaan tidak dapat secara jelas dihubungkan dengan malaria, karena viral load sebelum penyakit tidak diketahui. Penelitian di Malawi Untuk penelitian ini yang dirancang secara prospekif, para peneliti melibatkan 334 Odha dewasa yang bebas parasit malaria pada awal penelitian. Rencananya adalah untuk memantau pasien ini secara ketat untuk peristiwa malaria akut dengan memakai empat definisi: parasitemia (adalah parasit yang dapat dideteksi dalam darah); kepekatan parasit di atas 2.000 per liter darah; parasitemia dengan demam; dan kepekatan di atas 2.000/liter dengan demam.
April 2005
Viral load diukur pada awal, selama malaria dan setelah pengobatan antimalaria (bila mungkin). Pasien juga dibagi di antara mereka dengan jumlah CD4 pada awal di atas 300 dan dan mereka dengan jumlah CD4 300 ke bawah. Data pribadi pada awal, misalnya usia, jenis kelamin, dan pekerjaan adalah serupa di antara semua kelompok. Selama pemantauan, 148 pasien mengalami sedikitnya satu peristiwa malaria dan diobati terhadap malaria. Dari 148 pasien ini, 77 diukur viral load pada ketiga titik waktu yang penting. Pada pasien ini, viral load awal rata-rata adalah 96.215. Bila malaria hanya didefinisikan sebagai parasitemia, peristiwa ditemukan meningkatkan viral load 0,25 log secara sementara (95% CI 0,11–0,39, p = 0,0003 dalam kelompok ini). Kurang-lebih 8-9 minggu setelah pengobatan untuk malaria, viral load pasien kembali ke tingkat serupa dengan waktu awal. Pada kelompok kontrol 23 pasien yang tidak mengembangkan malaria, viral load HIV secara umum tidak berubah. Dampak pada viral load HIV meningkat sesuai dengan parahnya malaria. Pada 24 pasien dengan demam dan parasitemia tinggi, peningkatan ratarata pada viral load adalah 0,51 log (0,29 menjadi 0,73), p = <0,0001. Sebuah penemuan lain adalah bahwa peningkatan pada viral load adalah paling bermakna pada pasien dengan jumlah CD4 di atas 300; dan ini benar dengan setiap definisi malaria. Pada 13 pasien dengan demam dan parasitemia tinggi, peningkatan rata-rata pada viral load adalah 0,81 log. Pada subkelompok pasien ini, viral load juga ditemukan 0,23 log di atas waktu awal secara tetap setelah pengobatan untuk malaria. Walaupun penemuan ini tidak bermakna secara statistik, para peneliti menganggap bahwa kemungkinan perbedaan ini dapat menjadi lebih jelas pada penelitian yang lebih besar. Banyak infeksi bersama lain pernah ditunjukkan meningkatkan viral load HIV, umumnya secara tidak langsung akibat tanggapan radangan kekebalan (immune inflammatory response) yang dengan giliran merangsang replikasi HIV. Penulis penelitian Malawi menganggap bahwa peningkatan pada viral load yang lebih rendah pada orang dengan jumlah CD4 yang lebih rendah kemungkinan karena tanggapan kekebalan pada malaria dalam pasien ini lebih lemah.
3
Implikasi Para peneliti Malawi menganggap bahwa hasilnya memberi kesan bahwa “malaria, terutama bila berulang-ulang, tidak didiagnosis, kurang diobati atau tidak diobati, dapat menyebabkan peningkatan pada viral load HIV yang cukup tinggi untuk meningkatkan angka penularan HIV dan kelanjutan penyakit.” Walaupun peningkatan pada viral load mungkin tampaknya rendah, “kedua infeksi betapa penting pada kesehatan masyarakat di negara tropis, terutama di Afrika sub-Sahara, sehingga interaksi apa pun harus mengkhawatirkan.” Ini menurut Dr. James Whitworth and Dr. Kirsten A Hewitt di London School of Hygiene and Tropical Medicine, yang menulis komentar di Lancet yang menyertai laporan penelitian. “Dengan jumlah kasus HIV dan malaria, peningkatan kecil pada risiko relatif penularan HIV dan kelanjutan adalah penting.” Para peneliti Malawi mencatat bahwa penelitian berdasarkan populasi tidak menunjukkan peningkatan yang besar pada angka kelanjutan penyakit HIV di daerah dunia dengan malaria. Namun penulis artikel ini harus mencatat bahwa ada jauh terlalu banyak masalah yang mempengaruhi, termasuk subtipe HIV, yang dapat mempengaruhi analisis. Satu-satu perbandingan yang sahih adalah dalam satu populasi - seperti dilakukan pada penelitian ini. Lagi pula, walaupun peningkatan pada viral load HIV menjadi ‘pulih’ dengan pengobatan yang cepat dan efektif untuk malaria, di luar penelitian klinis, parasitemia tanpa gejala kemungkinan tidak akan terdeteksi dan diobati. Dan bila tidak diobati secara dini atau pengobatan tidak berhasil, peningkatan pada viral load mungkin tetap ditahan selama waktu yang lebih lama. Para peneliti menyimpulkan bahwa “pengamatan ini menyoroti pentingnya upaya yang terkoordinasi untuk mencegah HIV dan malaria di daerah di mana kedua penyakit endemis.” Akhirnya, “tindakan antimalaria mungkin penting pada Odha yang belum memenuhi kriteria untuk mulai terapi antretroviral.”
Pojok Info Lembaran Informasi Baru Pada Maret-April 2005, Yayasan Spiritia telah menerbitkan satu lagi lembaran informasi untuk Odha, sbb: • Informasi Dasar Lembaran Informasi 120—Cuci Tangan Dengan ini, sudah diterbitkan 107 lembaran informasi dalam seri ini. Juga ada lima lembaran informasi yang direvisi: • Informasi Dasar Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran Informasi • Pencegahan Penularan HIV Lembaran Informasi 154—Profilaksis Pascapajanan • Terapi Antiretroviral Lembaran Informasi 444—Nelfinavir • Infeksi Oportunistik Lembaran Informasi 504—Demensia & Masalah Saraf Lembaran Informasi 506—Hepatitis C (HCV) & HIV Lembaran Informasi 514—Herpes Zoster (Sinanaga) Lembaran Informasi 519—Herpes Simpleks Untuk memperoleh lembaran baru/revisi ini atau seri Lembaran Informasi komplet, silakan hubungi Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang. Anggota milis WartaAIDS dapat akses file ini dengan browse ke:
Referensi: Kublin, JG et al. Effect of Plasmodium falciparum malaria on concentration of HIV-1-RNA in the blood of adults in rural Malawi: a prospective cohort study. Lancet; 365: 233–40, 2005. Whitworth JAG, Hewitt KA. Effect of malaria on HIV-1 progression and transmission. Lancet; 365: 196–197, 2005. URL: http://www.aidsmap.com/en/news/AAC60A71-7E7D4C86-915C-699A2BF2E6F8.asp
4
Sahabat Senandika No. 29
Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria The Fifth Call for Proposal Oleh Dr. Haikin Rachmat, MSc (Sekretariat CCM GFATM) Merujuk kepada informasi dari Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria di Jenewa melalui website www.theglobalfund.org yang berisi Call for Proposal untuk Round 5 dan sesuai dengan rapat CCM GFATM ke-2 tanggal 18 April 2005, dengan ini kami dari Sekretariat CCM GFATM yang mengkoordinasikan penyusunan proposal sampai pengiriman memberitahukan dengan hormat kepada Bapak/Ibu sekalian yang akan mengirimkan proposal hal-hal sebagai berikut:: 1. Dimohon dengan hormat agar para aplikan dapat mempelajari dengan cermat segala hal yang berkaitan dengan pengajuan proposal GFATM Round 5 yang dapat diakses di www.theglobalfund.org bagian Call for Proposal yang berisi: • Call for Proposals • Guidelines for 5th Round • Proposal Form • Monitoring and Evaluation toolkit: HIV/ AIDS, Tuberculosis, and Malaria. • The Global Fund’s Guidelines on the Purpose, Structure, and Composition of the Country Coordination Mechanism. • Fiduciary Arrangements for Grant Recipients • Guidelines for Performance-based Funding • Guidelines for Annual Audits on Program Finacial Statements • Board Decisions on Procurement and Supply Management • Guidelines on criteria and process of appeals • Guidelines for PR Assessment. 1. Proposal yang Bapak/Ibu buat sudah dapat kami terima selambat-lambatnya tanggal 20 Mei 2005 di Sekretariat CCM dengan alamat: Sekr CCM GFATM d/a Direktorat Jenderal PPM dan PL Depkes RI Gedung B Lt. 4 Jl. Percetakan Negara no. 29 Jakarta Pusat 10560 2. Untuk informasi teknis mengenai penanggulangan AIDS, TB, dan Malaria, Bapak/ Ibu dapat menghubungi: (AIDS – Dr. Sigit, TB – Dr. Karmelia, Malaria – Dr. Ferdinand)
April 2005
3. Proposal yang sudah diseleksi kelengkapannya oleh Sekretariat CCM GFATM/Tim Fasilitasi Pembuatan Proposal selanjutnya akan di-review oleh Technical Working Group CCM pada tanggal 26 May – 7 Juni 2005. Selanjutnya rapat CCM akan memutuskan proposal yang akan dikirimkan ke Global Fund Jenewa tanggal 10 Juni 2005. 4. Proposal akan diproses di Global Fund Jenewa dari tanggal 28-30 September 2005. Diperkirakan pada awal Oktober sudah diketahui hasilnya. 5. Sebagaimana dijelaskan dalam petunjuk proposal maka fokus proposal bisa mencakup satu atau lebih komponen yaitu AIDS, TB, Malaria, atau Health Strengthening System. 6. Proposal untuk HIV/AIDS diusulkan untuk dikoordinir oleh Komisi Penanggulangan AIDS. KPA akan merapatkan hal ini pada minggu terakhir April 2005. Demikian kami sampaikan. Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Konsultasi Tanya-jawab T: Jika saya mengalami efek samping dari ARV, bolehkah saya mengurangi dosis/takaran obat agar efek sampingnya hilang? J: Dosis/takaran obat ditentukan agar penggandaan virus ditekan secara maksimal. Hali ini mengurangi kemungkinan munculnya resistansi terhadap obat. Tetapi jika dosis yang dipakai tidak cukup, maka akan cepat timbul resistansi sehingga terapi akan gagal. Untuk menghindari ini, kita selalu harus memakai dosis penuh dan tidak boleh dikurangi atau sering lupa. Untuk beberapa obat termasuk d4T, ada dosis khusus untuk yang berberat badan ringan. Ini dapat dilihat di lembaran informasi (LI 423) tentang obat tersebut. Untuk obat seperti nevirapine, dosis diberikan dengan takaran yang lebih rendah pada mingguminggu awal agar tubuh kita dapat menyesuaikan dengan obat tersebut. Penting juga kita memperhatikan dosis khusus ini untuk menghindari efek samping yang lebih parah pada awal terapi.
5
Tips Tips untuk orang dengan HIV
Positif Fund Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia Periode April 2005
Cara untuk menyiasati mual dan muntah:
Saldo awal 1 April 2005
• Cobalah untuk minum air sebelum makan. Kemudian dilanjutkan dengan makanan yang lebih padat seperti pisang, nasi, apel yang dihaluskan, dan lain-lain sampai perasaan mual pelan-pelan hilang. • Siapkan cracker kering disamping ranjang. Sebelum beranjak dari tempat tidur dipagi hari, cobalah untuk makan beberapa cracker kering dan duduk di ranjang selama beberapa menit. Percobaan ini telah dilakukan kepada wanita-wanita hamil yang merasa mual di pagi hari dan cara ini memberikan hasil yang baik dalam mengatasi rasa mual. • Cobalah minum minuman berkarbonasi seperti ginger ale, 7-up, atau Sprite untuk mengatasi mual. • Jika mual berlanjut ke muntah, cobalah ganti cairan yang hilang lewat muntah tersebut dengan minum kaldu, minuman berkarbonasi, jus buah, pudding, atau Gatorade. • Hindari makanan pedas, berbumbu, berbau yang terlalu menyengat, dan berminyak. Mintalah obat untuk mengatasi rasa mual (anti-emetic) kepada dokter jika muntah berkepanjangan.
Penerimaan di bulan April 2005
7,941,875
1,598,000 _________+ 9,539,875
Total penerimaan Pengeluaran selama bulan April : Item Pengobatan Transportasi Komunikasi Peralatan / Pemeliharaan Modal Usaha Total pengeluaran
Jumlah 188,500 0 0 0 0 _________+ 188,500-
Saldo akhir Positive Fund per 31 April 2005
9,351,375
Sahabat Senandika Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia dengan dukungan THE FORD ATION FOUNDA FOUND
Kantor Redaksi: Jl Radio IV/10 Kebayoran Baru Jakarta 12130 Telp: (021) 7279 7007 Fax: (021) 726-9521 E-mail:
[email protected] Editor: Hertin Setyowati Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
6
Sahabat Senandika No. 29