Yayasan Spiritia
No. 52, Maret 2007
Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KDS se-Jakarta dan sekitarnya. Jakarta, 6-7 Maret 2007 Oleh: Dhayan Dirgantara Kekuatan sebuah kelompok dukungan sebaya sangat dirasakan oleh Odha dan Ohidha yang telah mengenal dan yang telah membentuk kelompok untuk diri mereka karena sangat jelas unsur pemberdayaannya yakni, asas kerahasiaan, tempat yang tenang dan aman, peningkatan ketrampilan dan pengetahuan serta pusat informasi, meski tantangannya yang cukup besar dimana perkembangan sebuah kelompok sangatlah di tentukan oleh kemampuan sebuah kelompok untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan anggotanya. Hal-hal diatas kembali tercermin pada saat Yayasan Spiritia memfasilitasi pelatihan dua hari dengan tema ”Peningkatan Kapasitas Kelompok Dukungan Sebaya se-Jakarta dan sekitarnya”. Pelatihan ini diselenggarakan pada tanggal 6-7 Maret 2007 di Jakarta dengan diikuti oleh 29 peserta dari 15 perwakilan KDS yang ada di Jakarta. Tujuan pelatihan ini adalah memfasilitasi cara mengidentifikasi permasalahan yang di hadapi kelompok, memfasilitasi cara pengembangan arah kegiatan kelompok, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengurus inti kelompok dalam menajamkan visi misi dan manajemen kelompok, serta diharapkan terbangunnya koordinasi yang lebih kuat antar kelompok dukungan sebaya di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Materi utama yang diberikan pada pelatihan ini antara lain; Manajemen organisasi/Kelompok, pengembangan visi misi kelompok, kepemimpinan (Leadership) juga keberlanjutan dan penggalian
sumber daya kelompok yang di fasilitasi oleh dua narasumber ahli dari Lembaga Manajemen PPM Jakarta, sebuah lembaga konsultan yang cukup ahli dibidang konsultasi manajemen serta menghadirkan dua narasumber tamu dari Medan Plus dan Pontianak Plus. Hari pertama diawali dengan pembukaan dan perkenalan yang dilanjutkan dengan harapan peserta dan terhadap pelatihan ini. Sesi pertama membahas materi tentang visi misi dan rencana strategis. Narasumber memaparkan tentang pengertian visi misi sebuah organisasi, mengapa visi misi itu penting, cara merumuskannya, serta bagaimana menerjemahkan visi misi kedalam sebuah rencana strategis. Meskipun waktu pembahasan materi ini dirasakan kurang, akan tetapi peserta terlihat antusias mengikuti sesi ini dengan sesekali peserta mengajukan pertanyaanpertanyaan. Materi selanjutnya, peserta mendapatkan sesi manajemen berorganisasi. Sesi ini peserta mendapatkan gambaran fungsi manajemen yang terdiri empat unsur yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian. Pada sesi ini juga peserta diminta untuk
Daftar Isi
Laporan Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KDS se-Jakarta dan sekitarnya. Jakarta, 6-7 Maret 2007
Pengetahuan adalah kekuatan Tembakau, polusi di dalam ruangan dapat meningkatkan resiko TB Selenium mengurangi load HIV dan meningkatkan CD4
Tips Tips untuk Odha
1 1
3 3 3
5 5
Tanya Jawab
6
Tanya Jawab
6
Positive Fund
6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
mempraktekkan fungsi manajemen dalam kerja kelompok. Diakhir acara hari pertama ini, sdr. Victory Brahmana dari Medan untuk berbagi pengalaman tentang KDS Medan Plus. Awal berdirinya Medan Plus, tantangan yang dihadapi, dasar pemikiran mengapa Medan Plus mengembangkan konsep payung serta situasi Medan Plus saat ini disampaikan dengan sesekali diselingi tanya jawab. Sesi ini membuka pikiran peserta bahwa peran sebuah kelompok dapat berubah jika situasi dan kebutuhan kelompok berubah sesuai dengan waktu. Sesi ini mampu membangun motivasi peserta untuk mengambil hikmah dari apa yang dilalui oleh Medan Plus untuk meningkatkan kelompok ke arah yang lebih baik. Hari kedua giliran sdr. Hermia Fardin yang membagikan pengalaman Kelompok Pontianak Plus dalam bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di Kalimantan Barat dalam mendukung mereka. Tantangan dilalui dan keberhasilan kelompok Pontianak Plus mendapatkan perhatian dari sebagian peserta, terutama dalam hal bekerja sama dengan stakeholder daerah dan bagaimana menguatkan kelompok-kelompok kecil di daerahdaerah lain di pripinsi Kalimantan Barat. Sesi berikutnya materi tentang kepemimpinan, narasumber memaparkan tentang pengertian kepemimpinan, faktor-faktor yang mempengaruhi, peran pemimpin, ciri-ciri pemimpin yang efektif, serta jendela gaya kepemimpinan. Pada akhir sesi peserta dibagi kedalam lima kelompok untuk praktek kepemimpinan selama kurang lebih empat puluh menit. Sesi selanjutnya adalah sesi income generating dan keberlanjutan kelompok dan disusul kemudian oleh sesi monitoring dan evaluasi. Diakhir pelatihan ini peserta diminta untuk membuat sebuah komitmen bersama sebagai tindak lanjut setelah pelatihan ini. Disepakati tindak lanjut pertemuan ini adalah adanya Forum Komunikasi KDS Jakarta sebagai wadah komunikasi dan tukar menukar informasi antar KDS-KDS se-Jakarta dan sekitarnya melalui pertemuan rutin sebulan sekali diantara mereka. Sebagai langkah awal, untuk memulai rencana ini, peserta memilih empat perwakilan peserta yaitu; sdr. Yudi (PITA), Dika (Accpose), Jimmy (NPOSS3) dan Arman (Kios Support) menjadi tim yang akan mengatur pertemuan pertama forum ini serta akan
2
berkoordinasi dengan Yayasan Spiritia terkait dengan dukungan pendanaan pertemuan Forum Komunikasi KDS Jakarta ini serta kemungkinan dukungan lainnya. Seperti pada kegiatan-kegiatan Yayasan Spiritia sebelumnya, sebelum kegiatan ditutup, diadakan evaluasi kegiatan dengan meminta tanggapan tentang materi yang disajikan, kritik, saran peserta tentang kegiatan ini. Secara umum, peserta mengatakan banyak mendapatkan manfaat dari kegiatan ini. Mereka banyak belajar tentang visi misi agar kedepan dapat lebih jelas dan bagaimana kelompok lebih solid. Sebagian lagi mengatakan bahwa mereka bisa belajar banyak ttg organisasi, visi misi, paham bagaimana mengorganise kelompok mereka. Dari sisi pembawa materi, beberapa peserta mengatakan bahwa fasilitator kurang greget. Kurang memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara. Harapan hampir sebagian peserta yang diungkapkan yaitu diharapkan semua peserta tetap saling berhubungan setelah pelatihan ini. Saran dari peserta, diharapkan kegiatan seperti ini jangan hanya dilakukan sekali.
Sahabat Senandika No. 52
Pengetahuan adalah kekuatan Tembakau, polusi di dalam ruangan dapat meningkatkan resiko TB Merokok, asap rokok dan pencemaran udara (polusi) di dalam ruangan dapat meningkatkan risiko tertular TB, berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan pada PLoS Medicine, United Press International melaporkan,16 Januari 2007. Para peneliti dari Harvard School of Public Health melakukan peninjauan secara sistematis dan meta analisis data epidemiologi untuk menentukan bagaimana merokok, asap rokok dan pajanan terhadap polusi di dalam ruangan yang disebabkan oleh bahan bakar biomassa – misalnya kayu, tinja hewan dan arang – mempengaruhi risiko tertular TB. Para peneliti menganalisis penelitian dari 1950 hingga awal 2006 yang menyelidiki hubungan antara asap tembakau dan polusi di dalam ruangan dan infeksi TB, penyakit dan mortalitas. Semua penelitian melibatkan orang dengan TB atau yang rentan terhadap penularan TB. Para peneliti memilih 38 laporan dari 1.397 untuk analisis akhir (siaran HSPH, 16 Januari). Mereka menemukan bahwa perokok berisiko dua kali lipat terhadap penularan TB, mengembangkan TB aktif dan kematian akibat penyakit tersebut dibandingkan yang bukan perokok. Sebagai tambahan, para peneliti menemukan bukti bahwa asap rokok pasif dan polusi di dalam ruangan juga meningkatkan risiko infeksi tuberkulosis, tetapi bukti terbatas karena jumlah penelitian yang lebih sedikit. Para peneliti mengatakan bahwa penelitian yang lebih besar yang dirancang secara lebih teliti diperlukan untuk mendukung bukti tersebut (ANI/Daily India, 16 Januari). “Karena merokok meningkat di negara berkembang di mana merupakan daerah prevalensi TB, sebagian beban TB yang cukup bermakna secara global mungkin diakibatkan oleh tembakau,” Megan Murray, rekan professor bidang epidemiologi di HSPH dan rekan penulis penelitian
Maret 2007
ini mengatakan. Majid Ezzati, rekan penulis penelitian ini dan rekan professor bidang kesehatan internasional mengatakan bahwa program penanggulangan TB dapat “mendapat manfaat dari meliputi intervensi yang membidik pada pengurangan tembakau” dan pajanan terhadap polusi di dalam ruangan, terutama di antara mereka yang rentan terhadap penyakit tersebut (siaran HSPH 16 Januari). Ringkasan: Tobacco, Indoor Air Pollution Might Increase Risk of TB, Study Says, The Kaiser Daily HIV/AIDS Report, 17 Januari 2007
Selenium mengurangi load HIV dan meningkatkan CD4 Oleh: Karla Gale New York (Reuters Health) 22 Januari 2007 – Suplemen selenium biasanya memperlambat pengembangan viral load pada pasien HIV-positif, sekaligus meningkatkan jumlah CD4, berdasarkan hasil uji coba fase III yang didukung oleh National Institutes of Health. Tingkat selenium yang rendah dalam darah telah dikaitkan dengan peningkatan keganasan HIV dan kejadian infeksi oportunistik yang lebih tinggi, Dr. Barry E. Hurwitz dan rekan di Universitas Miami di Florida, AS melaporkan dalam Archives of Internal Medicine edisi 22 Januari 2007. Dalam tabung percobaan, elemen ini menekan penggandaan HIV. Dianggap bahwa selenium menetralkan tekanan oksidatif yang dipicu oleh tingkat sitokin properadangan yang sangat tinggi yang diakibatkan oleh HIV. Walaupun ketika terapi antiretroviral (ART) tersedia secara luas, “kelolosan HIV cukup lazim, karena kerumitan dan toksisitas obat tersebut,” Dr. Hurwitz mengatakan kepada Reuters Health. “Selenium dan sejenisnya stabil di dalam darah dan mungkin mencegah lolosnya virus.” Di dalam penelitian ini, orang dewasa yang terinfeksi HIV dan tidak mempunyai masalah sistemik berat lain dilibatkan antara 2001 dan 2005, dan setiap hari secara acak diberi kapsul 200mg
3
yang mengandung ragi tidak aktif (n = 121) atau 200mg yang mengandung ragi kaya selenium (n = 141). Tim peneliti memakai ragi yang diperkaya dengan selenium (Selenomax, Nutrition 21 Inc.) sebagai pengobatan tambahan karena mengandung tingkat kepekatan tinggi selenium dalam bentuk organik dan bioavailabilitas. Tingkat rata-rata selenium dalam darah pada awal berkisar 111 mg/L. Sembilan bulan kemudian, tingkat selenium dalam darah meningkat sebanyak 0,5mg/L pada kelompok plasebo dan 32,2mg/L pada kelompok pengobatan aktif. Pada kelompok plasebo, viral load meningkat sebanyak 10.00020.000. Pada kelompok yang diobati, suplemen selenium tidak mengubah viral load, Dr. Hurwitz mengatakan, tetapi jumlah CD4 meningkat. Para peneliti mengenal 50 “penanggap selenium,” dengan tingkat selenium dalam darahnya yang meningkat lebih dari tiga standard deviation di atas rata-rata (26,1mg/L). Para penanggap cenderung mempunyai tingkat kepatuhan yang lebih tinggi sebagaimana ditunjukkan dalam pemantauan pengobatan secara elektronik (86 persen) dibandingkan dengan yang bukan penanggap (56,8 persen), meskipun beberapa orang yang sangat patuh juga gagal menyerap selenium. Hanya mempertimbangkan 50 penanggap selenium, viral load-nya sebetulnya menurun, ratarata sebanyak 10.000, Dr. Hurwitz mencatat. Sebaliknya, hasil di antara peserta pada kelompok yang tidak menganggapi tidak berbeda secara bermakna dibandingkan dengan mereka pada kelompok plasebo. “Sebuah penemuan penting adalah bahwa selenium menekan pengembangan viral load (di antara penanggap) terlepas dari rejimen ARV mereka,” Dr. Hurwitz menambahkan. “Justru, sepertiga peserta tidak memakai ART, dan mereka tetap menunjukkan manfaat yang sama.” Para penulis menyimpulkan bahwa suplemen selenium mungkin menawarkan “terapi pelengkap yang mudah, tidak mahal dan aman” pada ART. Dr. Hurwitz menambahkan bahwa beberapa apotik menjual ragi yang diperkaya dengan selenium, dengan harga kira-kira 15 dolar AS cukup untuk dua bulan. Tetapi konsumen harus berhatihati, dia menambahkan, banyak jenis selenium yang dijual tidak dapat diserap oleh darah.
4
Dia juga menyatakan tentang dampak potensi yang dapat dihasilkan dari penggunaan suplemen selenium di bagian dunia yang tanahnya kekurangan selenium, sehingga pada umumnya masyarakat di sana tidak dapat memperoleh selenium yang cukup dari makanan mereka. “Suplemen selenium memberi efek yang sangat cepat dan menguntungkan bagi seseorang yang terinfeksi HIV yang dalam kondisi semacam itu,” dia mengatakan. Ringkasan: Increased Selenium Diminishes HIV Load, Increases CD4 Counts Sumber: Archives of Internal Medicine 2007:167:148-154, January 22, 2007
Sahabat Senandika No. 52
Tips Tips untuk Odha Asuhan gizi untuk Odha Syarat diet pada orang dengan HIV: Ÿ Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu Ÿ Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacangkacangan dan produk olahannya Ÿ Banyak makanan sayuran dan buahbuahan secara teratur, terutama sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi Ÿ Minum susu setiap hari Ÿ Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) Ÿ Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia Ÿ Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersamasama dengan makanan Ÿ Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual) Ÿ Menghindari rokok, kafein dan alkohol Syarat diet pada pasien AIDS: Ÿ Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan Ÿ Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering Ÿ Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya Ÿ Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna Ÿ Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus Ÿ Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai Ÿ Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
Maret 2007
Ÿ Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia Ÿ Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersamasama dengan makanan Ÿ Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual) Ÿ Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan Ÿ Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare Ÿ Menghindari rokok, kafein dan alkohol Ÿ Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma, oral kandidiasis) Ÿ Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman (Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV) Sumber: Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi Odha: Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya, diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI, 2003, halaman 108-117. Edit terakhir: 15 Agustus 2006
5
Tanya Jawab Tanya Jawab Oleh: Babe T: Saya mau tanya, salah satu gejala orang yang terinfeksi HIV/AIDS itu kehilangan berat badan. Seberapa parah?Apa bisa si penderita gemuk kembali? Apa penyebab kehilangan berat badan itu, apa karena diare? J: Pada stadium penyakit HIV 2 (awal masa bergejala) berat badan bisa turun kurang dari 10 persen (tanpa alasan jelas, maksudnya tidak karena kita sengaja ingin menjadi lebih langsing). Pada stadium 3 (penyakit lanjut), kehilangan bisa lebih dari 10 persen. Pada stadium 4 (penykait berat), kehilangan bisa lebih parah lagi, sehingga sepertinya hanya ada kulit dan tulang. Walau sangat kurus, dengan penggunaan terapi antiretroviral, kita dapat kembali seperti semula, bahkan lebih gemuk lagi. Ada banyak alasan mengapa berat badan hilang pada orang dengan HIV. Pertama, HIV sendiri dapat menyebabkannya, karena tubuh kita membutuhkan lebih banyak tenaga untuk melawan infeksi. Kedua, karena infeksi oportunistik yang sendirinya menyebabkan kehilangan berat badan, mis. TB. Ketiga, karena penyakit pada mulut dan/ atau tenggorokan menyebabkan sulit makan atau menelan. Keempat, karena penyakit atau efek samping obat menyebakan kita mual dan muntah. Dan kelima, seperti Anda sebut, karena diare (akibat infeksi oportunistik atau efek samping). Jelas sebagian besar masalah ini juga dapat mengurangi nafsu makan kita, apa lagi bila juga mempengaruhi rasa makan. Pertanyaan melalui situs web Yayasan Spiritia-16 Maret 2007
Positive Fund Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia Periode Maret 2007 Saldo awal 1 Maret 2007
8,676,169
Penerimaan di bulan Maret 2007
10,350,000+ ____________
Total penerimaan
19,026,169
Pengeluaran selama bulan Maret : Item
Jumlah 150,000
Pengobatan Transportasi Komunikasi
0 0
Peralatan / Pemeliharaan Modal Usaha
0 0+
Total pengeluaran
___________ 150,000-
Saldo akhir Positive Fund per 31 Maret 2007
18,876,169
Sahabat Senandika Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia dengan dukungan THE FORD ATION FOUNDA FOUND
Kantor Redaksi: Jl. Johar Baru Utara V No 17 Jakarta Pusat 10560 Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168 Fax: (021) 4287 1866 E-mail:
[email protected] Editor: Caroline Thomas Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
6
Sahabat Senandika No. 52