i
RISIKO PRODUKSI PENDEDERAN IKAN HIAS BLACK GHOST PADA ANGGOTA KELOMPOK TANI BATARA MINA SEJAHTERA DI KECAMATAN BOGOR UTARA
CYNTHIA DEWI TAMARA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara” merupakan karya saya dengan arahan dari dosen komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Cynthia Dewi Tamara H34114079
_______________________ *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
i
ABSTRAK CYNTHIA DEWI TAMARA. Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Ikan hias merupakan salah satu komoditi perikanan potensial yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ikan lain. Black ghost merupakan salah satu komoditi ikan hias yang diekspor dan mempunyai peluang bisnis potensial. Kelompok tani pembudidaya ikan Black Ghost di kota Bogor, salah satunya ialah kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS). Permasalahan yang dihadapi BMS ialah tingkat kelangsungan hidup ikan yang berbeda akibat kematian ikan Black Ghost. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumbersumber risiko produksi, menganalisis status risiko produksi, serta merumuskan alternatif penanganan yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pendederan ikan Black Ghost. Metode yang digunakan ialah analisis deskriptif, analisis zscore, dan analisis Value at Risk. Sumber risiko produksi yang terjadi pada unit pendederan ikan hias Black Ghost pada anggota BMS di Bogor Utara akibat adanya tingkat kematian, disebabkan oleh kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan sumber daya manusia (SDM). Status sumber risiko terbesar yang dihadapi ialah kualitas air sedangkan yang terendah SDM. Alternatif penanganan yang dapat dilakukan yaitu preventif dan mitigasi. Kata Kunci
: Black Ghost, ikan hias, risiko produksi
ABSTRACT CYNTHIA DEWI TAMARA. Nursery Risk Production of Black Ghost Ornamental Fish in Batara Mina Sejahtera Farmer Group at North Bogor District. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH. Ornamental fish is one of the potential fishery commodities which has some advantages than other fish. Black Ghost is one of the export ornamental fish commodities and has a potential business opportunity. One of the farmer groups in Bogor city is Batara Mina Sejahtera (BMS). The problem faced by BMS is different fish survival rate from the Black Ghost fish mortality. This research objectives are to identify production risk sources, to analyze the production status of risk, and to determine handling alternative to reduce the Black Ghost nursery production risk. This research use several method such as descriptive analyze, z-score, and Value at Risk. Sources of production risk in Black Ghost nursery of BMS members at North Bogor is different survival rate between farmer because mortality from water quality, seed quality, diseases, and human resources. The highest status risk production is water quality and the lowest risk sourcers is human resources. The handling alternative which can reduce of risk production are preventive and mitigation. Keywords
: Black Ghost, ornamental fish, production risks
ii
RISIKO PRODUKSI PENDEDERAN IKAN HIAS BLACK GHOST PADA ANGGOTA KELOMPOK TANI BATARA MINA SEJAHTERA DI KECAMATAN BOGOR UTARA
CYNTHIA DEWI TAMARA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iii
Judul Skripsi
Nama NIM
: Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara : Cynthia Dewi Tamara : H34114079
Disetujui oleh
Yanti Nuraeni Muflikh SP, MAgribuss Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi
Nama NIM
Rjsiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara Cynthia Dewi Tamara H34114079
Disetujui oleh
Yanti Nuraeni Muflikh SP, MAgribuss
Pembimbing
Tanggal Lulus:
-2 1 FER 2014
iv
PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh SP, MAgribuss selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arifin, Ibu Chris, Ibu Diah, Pak Kaligis, dan Pak Mudjari yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, serta anggota kelompok tani Batara Mina Sejahtera lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor Februari 2014 Cynthia Dewi Tamara
v
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Teknik Budi Daya Ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons) Kajian Permasalahan Risiko Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan Penanganan Risiko Produksi Perikanan Metode Analisis Risiko KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera (BMS) Karakteristik Responden Identifikasi Sumber Risiko Produksi Ikan Black Ghost Analisis Probabilitas Risiko Produksi Ikan Black Ghost Analisis Dampak Risiko Produksi Ikan Black Ghost Pemetaan Risiko Produksi Ikan Black Ghost Alternatif Penanganan Risiko Nilai Probabilitas Sumber Risiko Ikan Black Ghost Per Pembudidaya Analisis Dampak Sumber Risiko Ikan Black Ghost Per Pembudidaya Status dan Penanganan Sumber Risiko Ikan Black Ghost per Pembudidaya SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi vii vii 1 1 5 7 7 7 8 8 10 12 12 13 14 14 20 21 21 22 22 23 29 29 34 36 44 48 52 54 61 63 65 66 66 69
vi
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Pasar ekspor terbesar ikan hias Indonesia 2010‒2012 Permintaan ikan hias Black Ghost pada periode November‒Desembera Penentuan akuarium pada anggota BMS yang menjadi responden Perkembangan jumlah anggota kelompok BMS Karakteristik responden pembudidaya benih ukuran 1 inci‒1.5 inci Analisis pendapatan ke-5 anggota BMS per siklus produksi periode November‒Desember tahun 2013 Data kualitas air rata-rata pada air sumur kedalaman 10 meter di kelompok tani BMS Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat kualitas air per akuarium periode November‒Desember 2013 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat kualitas benih per akuarium periode November‒Desember 2013 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat penyakit per akuarium periode November–Desember 2013 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat SDM per akuarium periode November–Desember 2013 Probabilitas sumber risiko kualitas air padat tebar benih 2‒3 ekor/l per akuarium periode November–Desember 2013 Probabilitas sumber risiko kualitas benih padat tebar 2‒3 ekor/l per akuarium periode November–Desember 2013 Probabilitas sumber risiko penyakit padat tebar benih 2‒3 ekor/l per akuarium periode November–Desember 2013 Probabilitas sumber risiko SDM padat tebar 2‒3 ekor/l per akuarium periode November–Desember 2013 Dampak sumber risiko kualitas air usaha ikan Black Ghost pada tingkat harga Rp 1 200 Dampak sumber risiko kualitas benih usaha ikan Black Ghost pada tingkat harga Rp 1 200 Dampak sumber risiko penyakit usaha ikan Black Ghost pada tingkat harga Rp 1 200 Dampak sumber risiko SDM ikan Black Ghost pada tingkat harga Rp 1 200 Status sumber risiko produksi ikan Black Ghost ukuran 1‒1.5 inci periode November‒Desember Jenis penyakit sumber penyakit akibat parasit dan alternatif penanganan preventif pada ikan Black Ghost Ciri-ciri ikan yang mengalami gangguan kualitas air dan penanganannya
1 5 23 29 34 35 37 38 40 41 43 45 46 47 48 49 50 51 51 52 56 59
vii
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Produksi ikan hias di kota Bogor tahun 2009‒2012 Produksi ikan hias kota Bogor berdasarkan jenis ikan tahun 20102012 Produksi ikan hias kota Bogor per kecamatan tahun 2009-2011 Faktor mortalitas ikan yang dibudidayakan Hubungan parasit, ikan, dan lingkungan terhadap penyakit Pembagian 4 kuadran pada peta risiko Kerangka pemikiran operasional penelitian Lay out peta risiko Pergeseran kuadran pada peta risiko akibat penanganan preventif Pergeseran kuadran pada peta risiko akibat penanganan mitigasi Struktur kelompok tani BMS Faktor penting dan kegiatan produksi benih ikan Black Ghost di BMS Pemetaan sumber-sumber risiko ikan Black Ghost periode November‒Desember pada padat tebar 2‒3 ekor per liter Upaya preventif sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost Upaya preventif sumber risiko penyakit ikan Black Ghost Upaya preventif pada sumber risiko kualitas benih dan SDM ikan Black Ghost Penanganan mitigasi pada sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost Penanganan mitigasi pada sumber risiko penyakit ikan Black Ghost
3 3 4 17 17 19 21 27 28 28 31 32 53 55 57 58 59 61
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Peta komoditi unggulan kota Bogor berdasarkan kecamatan Jumlah wadah budi daya di kota Bogor berdasarkan kecamatan Perhitungan varian berdasarkan data 40 akuarium Prosedur pengamatan ikan pada akuarium saat penelitian Penebaran benih ikan Black Ghost ukuran 1 inci Penyiponan kotoran dan pergantian air media pemeliharaan ikan Black Ghost Pemberian pakan berupa cacing sutra pada benih ikan Black Ghost Pemanenan benih ukuran 1.5 inci ikan Black Ghost Penanganan terhadap benih ikan Black Ghost selama pemeliharaan Sumber risiko kualitas air bemih ikan Black Ghost periode November‒Desember Sumber risiko kualitas benih ikan Black Ghost periode November‒Desember Sumber risiko penyakit benih ikan Black Ghost periode November‒Desember Sumber risiko SDM benih ikan Black Ghost periode November‒Desember
69 69 70 71 71 71 72 72 73 73 74 74 74
viii
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-1 selama 2 siklus Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-2 selama 2 siklus Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-3 selama 2 siklus Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-4 selama 2 siklus Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-5 selama 2 siklus Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-1 selama 2 siklus Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-2 selama 2 siklus Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-3 selama 2 siklus Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-4 selama 2 siklus Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-5 selama 2 siklus Hasil perhitungan status sumber risiko ikan Black Ghost selama 2 siklus pada 5 anggota BMS Hasil pemetaan sumber risiko produksi pada masing-masing pembudidaya
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
PENDAHULUAN Latar Belakang
Ikan hias di Indonesia merupakan salah satu komoditi perikanan penyumbang devisa bagi negara, karena dapat diekspor ke berbagai negara. Indonesia saat ini telah menduduki ranking ke-5 pengekspor ikan hias dunia setelah Republik Ceko, Thailand, Jepang, dan Singapura1. Negara-negara yang menjadi pasar ekspor ikan hias Indonesia, antara lain Hong Kong SAR, USA, Japan, Singapore, dan negara lainnya (Tabel 1). Nilai ekspor ikan hias di Indonesia meningkat dari tahun 2010 sampai 2012 sebesar 5.56 persen dengan jumlah yang disalurkan ke negara ekspor meningkat juga. Peningkatan nilai ekspor tersebut pada Tabel 1, menunjukkan adanya peningkatan permintaan ikan hias dari tahun ke tahun. Oleh karena itu diperlukan peningkatan produksi agar permintaan terhadap ikan hias tetap terjaga. Dibandingkan dengan ikan konsumsi, ikan hias memiliki beberapa keunggulan, yaitu dapat dibudidayakan secara masal sehingga dapat diproduksi di lahan sempit, waktu pemeliharaan relatif lebih cepat, dan harga yang relatif lebih mahal karena dijual per ekor dengan waktu tersebut. Tabel 1 Pasar ekspor terbesar ikan hias Indonesia 2010‒2012 Negara Hong Kong SAR USA Japan Singapore Malaysia UK China Other Asia Germany Australia Other Total
Nilai ekspor (US $ juta) 2010 2011 2012 2.62 2.96 3.73 2.21 2.00 2.68 2.34 2.30 2.63 2.77 2.31 2.40 1.85 1.52 0.79 0.60 0.87 0.79 0.27 1.02 0.71 0.68 0.66 0.71 0.50 0.54 0.64 0.50 0.37 0.62 5.42 5.35 5.32 19.77 19.90 21.02
Share 2012 (%) 17.73 12.77 12.53 11.40 3.76 3.76 3.37 3.37 3.04 2.97 25.31 100
Pertumbuhan 2011‒2012 (%) 25.88 34.05 14.64 3.68 -48.08 -9.09 -30.36 7.22 17.97 68.77 -0.54
Sumber: Kedutaan Besar Republik Indonesia (2013)
Walaupun memiliki keunggulan, ikan hias sebagai komoditi perikanan berhadapan dengan kemungkinan terjadinya risiko, karena berhubungan dengan pemeliharaan makhluk hidup. Risiko didefinisikan sebagai sebuah simpangan yang terjadi antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi (Reiss 2001; Kountur 2008). Menurut Kadarsan (1992), risiko produksi di sektor 1
Pusat Data Statistik dan Informasi. 2013. Ekspor Ikan Hias: Indonesia Tempati Peringkat 5 Terbesar di Dunia. http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/9007 [19 September 2013. 21:54]
2
pertanian dalam arti luas (tanam-tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki kemungkinan terjadi lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor non pertanian, karena pertanian dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Penelitian mengenai risiko telah banyak dilakukan terutama risiko produksi dalam bidang pertanian, pertenakan, dan perikanan, seperti penelitian Saputra (2011) mengindikasi adanya risiko berdasarkan perubahan produktivitas ikan patin dari Januari 2010 sampai April 2011. Berbeda halnya dengan Dewiaji (2011), Hadinata (2013), dan Simanjuntak (2013) melihat perubahan tingkat kelangsungan hidup pada komoditi yang diteliti sebagai indikasi adanya risiko. Indikasi risiko akibat perubahan produktivitas dan kelangsungan hidup komoditi yang dibudidayakan akan berpengaruh terhadap jumlah dan pendapatan yang dihasilkan pembudidaya. Hal tersebut menunjukkan penelitian risiko penting untuk dilakukan, terutama risiko produksi pada budi daya ikan hias. Kegiatan produksi pada budi daya ikan hias lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya dibandingkan dengan perusahaan besar. Pembudidaya ikan hias relatif memiliki lahan yang sempit dibandingkan dengan perusahaan akibat adanya keterbatasan modal. Walaupun demikian, terdapat beraneka ragam ikan hias bernilai ekonomi cukup tinggi dibudidayakan pembudidaya, antara lain ikan Koi, Manfish, Koki, Niasa, Redfin, Lemon, Komet, Sumatra barb, Black Ghost, Aligator, Arwana, dan ikan hias jenis lainnya yang biasa dicari penghobi 2, sehingga diperlukan penguatan kegiatan produksi para pembudidaya agar ketersediaan ikan tetap terjaga, yaitu salah satunya dengan penanganan terhadap risiko yang berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Penanganan terhadap risiko tersebut diharapkan dapat menurunkan dampak kerugian pada penerimaan dan keberhasilan usaha pembudidaya ikan hias. Usaha budi daya ikan hias terbagi dalam 2 segmentasi bisnis, yaitu segmen pembenihan dan segmen pendederan. Segmen pembenihan merupakan penghasil benih ukuran tertentu hasil pemijahan induk, sedangkan segmen pendederan merupakan penghasil benih ukuran jual tertentu berasal dari benih hasil pembenihan. Pendederan merupakan salah satu upaya penyesuaian benih untuk dibesarkan kembali hingga dapat dijual pada ukuran tertentu, agar benih lebih tahan dan kuat untuk menghadapi lingkungan baru (Effendi 2009), sehingga memiliki kelangsungan hidup lebih tinggi. Selain itu, sebelum benih diekspor atau dijual ke konsumen yang memiliki lingkungan berbeda, benih telah beradaptasi pada tahap pendederan sehingga benih dapat dijual dengan harga yang sesuai. Oleh karena itu segmen yang diteliti ialah pendederan ikan hias. Wilayah sentra produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 provinsi. Sentra budi daya ikan hias terbesar terdapat di 5 provinsi yakni, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan D.I. Yogyakarta3. Provinsi Jawa Barat memiliki banyak kota dan kabupaten yang membudidayakan ikan hias, salah satunya kota Bogor. Menurut PEMKOT Bogor (2011), Bogor merupakan salah satu kota penghasil ikan hias di provinsi Jawa Barat yang memiliki pasar masih cukup terbuka dan menguntungkan. Selain itu, kota Bogor memiliki iklim yang sesuai untuk 2
3
Artikel Budi daya Ikan Hias Diperoleh dari Citra Nusa Insan Cemerlang. Diakses pada http://www.cni.co.id [diunduh tanggal 15 Oktober 2013] Aria Pingit. 2012. Permintaan Ikan Hias Asal Indonesia Makin Tinggi. www.tempo.co [diunduh 19 September 2013]
3
kehidupan banyak ikan hias, terutama ikan hias yang hidup di lingkungan tropis. Hal tersebut dikarenakan kota Bogor berada pada suhu rata‒rata tiap bulan 26 oC dengan suhu terendah 21.8 oC dan suhu tertinggi 30.4 oC. Potensi kota Bogor sebagai penghasil ikan hias dapat dilihat dari perkembangan jumlah produksi ikan hias yang meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang ditunjukkan Gambar 1.
Sumber: PEMKOT Bogor, 2013 (diolah)
Gambar 1 Produksi ikan hias di kota Bogor tahun 2009‒2012 Jumlah produksi ikan hias yang tersaji pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa produksi ikan hias di kota Bogor selalu mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan yang terjadi menunjukkan kota Bogor memiliki potensi sebagai daerah produksi ikan hias karena mengalami peningkatan jumlah produksi. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah total produksi di kota Bogor dari tahun 2009 sampai 2012. Peningkatan yang terjadi sebesar 5.77 persen dari jumlah 13 254 124 ekor pada tahun 2009, bertambah menjadi 14 065 383 ekor pada tahun 2012. Jumlah produksi tersebut merupakan total dari seluruh jenis ikan yang diproduksi di kota Bogor.
Produksi (ekor)
Jenis Ikan: 7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 -
Corydoras Black Ghost Gapi Manvis Mas Koki Neon Tetra
2010
2011 Tahun
2012
Ikan Lain
Sumber: PEMKOT Bogor, 2013 (diolah)
Gambar 2 Produksi ikan hias kota Bogor berdasarkan jenis ikan tahun 2010-2012 Bogor merupakan salah satu tempat bagi para peminat ikan hias untuk memperoleh beragam jenis ikan hias favorit (Gunawan et al. 2010). Berbagai macam ikan hias yang dapat dibudidayakan di kota Bogor di antaranya, yaitu jenis Black Ghost, Corrydoras, Neon Tetra, dan lain-lain. Gambar 2 menunjukkan data
4
produksi ikan hias di kota Bogor pada tahun 2010 sampai 2012 berdasarkan jenis ikan. Dari data tersebut terlihat beberapa komoditi yang dapat dibudidayakan secara berkelanjutan karena selalu mengalami peningkatan jumlah produksi. Komoditi Black Ghost salah satu yang mengalami peningkatan dan menjadi jenis ikan dengan jumlah produksi tertinggi dari tahun 2010 sampai 2012. Jumlah produksi ikan Black Ghost pada tahun 2010, 2011, dan 2012 masing-masing 6 194 500 ekor, 6 318 390 ekor, dan 6 444 758 ekor. Black Ghost merupakan salah satu ikan hias yang diekspor Indonesia. Black Ghost berasal dari sungai Amazon, Amerika Selatan merupakan ikan pendamai, yang ukurannya dapat mencapai 50 cm, tubuhnya memanjang dan pipih dengan warna tubuh hitam4. Oleh karena itu, komoditi yang diteliti merupakan ikan Black Ghost. Perkembangan produksi ikan hias di kota Bogor terus mengalami peningkatan, namun dilihat dari jumlah produksi per kecamatan tahun 2009 sampai 2011, seperti ditunjukkan pada Gambar 3 masing-masing kecamatan menghasilkan perubahan jumlah produksi ikan hias. Terdapat 6 kecamatan produsen ikan hias di kota Bogor, yaitu Bogor Barat, Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal. Walaupun Tanah Sareal memiliki nilai tertinggi untuk produksi ikan hias, namun komoditi unggulan yang ada bukanlah komoditi Black Ghost. Kecamatan Bogor Utara terutama kelurahan Ciluar memang bukan produsen ikan hias terbesar dan tidak memiliki nilai tertinggi dalam produksinya, namun merupakan salah satu daerah berpotensi karena termasuk unggul dalam komoditi ikan hias di kota Bogor (Lampiran 1). Dilihat dari data produksi tahun 2010 ke 2011 terjadi penurunan produksi di kecamatan Bogor Utara, yaitu 3 379 802 ekor menjadi 2 482 126 ekor atau setara dengan 26.5 persen, tetapi jumlah akuarium dan bak yang dimiliki masing-masing RTP (Rumah Tangga Pembudidaya Perikanan) tidak mengalami perubahan secara drastis (Lampiran 2), sehingga berindikasi adanya risiko produksi yang terjadi pada budi daya ikan hias di kecamatan Bogor Utara.
Sumber: PEMKOT Bogor, 2012. (diolah)
Gambar 3 Produksi ikan hias kota Bogor per kecamatan tahun 2009-2011
4
Pembenihan Ikan Black Ghost. http://bbat-sukabumi.tripod.com/blackghost.html [ tanggal 06 Oktober 2013. 05:58 ]
5
Menurut Dinas Pertanian kota Bogor, kelompok tani yang berasal dari kecamatan Bogor Utara ialah kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS). Kelompok BMS memiliki komoditi unggulan ikan hias Black Ghost. Kelompok BMS telah memenangkan beberapa kejuaraan, salah satunya menjadi pemenang pada lomba pembudidaya ikan hias tingkat nasional tahun 20115. Menurut Taufan Fish Farm, ukuran benih Black Ghost 1 inci dan 1.5 inci selalu dicari oleh para pembudidaya untuk dibesarkan kembali hingga ukuran ekspor 3 inci 6. Oleh karena itu terdapat permintaan ikan Black Ghost yang belum terpenuhi oleh pembudidaya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Permintaan ikan hias Black Ghost pada periode November‒Desembera Supllier Permintaan (ekor) Penawaran (ekor) Pangsa pasar (%) b Bapak Hari (Tulung Agung) 20 000 9 175 45 c Marlem 48 000 20 000 42 d Taufan Fish Farm 20 000 7 920 39 a
Data diperoleh dari wawancara; b data 1 anggota BMS; c data supplier benih 2 inci; data Taufan Fish Farm.
Tabel 2 menunjukkan hasil wawancara dari 3 pengumpul ikan hias, permintaan yang baru terpenuhi kurang dari 50 persen. Seorang anggota BMS baru bisa memenuhi 9 175 ekor benih ukuran 1.5 inci dari permintaan yang biasanya diasumsikan 20 000 per bulan pada periode November sampai Desember. Hal serupa dialami oleh Taufan Fish Farm dari 1 pembudidaya mitra didapatkan 360 ekor benih ukuran 1.5 inci dengan pembudidaya mitra sebanyak 22 pembudidaya, benih dipenuhi sebesar 7 920 ekor dari permintaan 20 000 ekor. Adapun hasil wawancara dari supplier benih ukuran 2 inci yang menginginkan 48 000 ekor per bulan namun benih yang didapatkan hanya 20 000 ekor dari pembudidaya. Hal tersebut menunjukkan potensi benih ikan Black Ghost untuk dikembangkan karena adanya peluang pasar dari permintaan yang belum terpenuhi. Oleh karena itu perlu diperkuat kegiatan produksi ikan Black Ghost agar permintaan dapat terjaga dan terpenuhi. Salah satu upaya yang dilakukan agar produksi tetap terjaga dan terpenuhi, yaitu dengan mengetahui penanganan yang dapat dilakukan terhadap setiap sumber risiko, terutama risiko produksi. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji mengenai risiko produksi pendederan pada kelompok tani BMS di Kecamatan Bogor Utara.
Perumusan Masalah Kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS) memiliki jumlah pembudidaya sebanyak 9 pembudidaya ikan hias Black Ghost dari 14 anggota yang ada. Anggota pembudidaya ikan Black Ghost tersebut terbagi-bagi dalam beberapa segmen, yaitu pembudidaya pembenihan dan pembudidaya pendederan. 5
Batara Mina Bogor Utara, Wakili Jabar Dalam Lomba Pembudidayaan Ikan Hias. 2011. http://kotabogor.go.id [diunduh 21 Oktober 2013] 6 Hasil wawancara langsung dengan manajer Taufan Fish Farm (supplier ikan hias di Kota Bogor) pada tanggal 06 januari 2014
6
Pembudidaya pembenihan menjalankan beberapa kegiatan, yaitu pemijahan ikan sampai menghasilkan telur yang dibesarkan menjadi benih ikan Black Ghost sebesar 1 inci dan 1.5 inci. Berbeda halnya dengan pembudidaya pendederan menjalankan kegiatan pembesaran ikan dari ukuran 1 atau 1.5 inci sampai ukuran 3 inci, walaupun begitu ada juga anggota yang membudidayakan dari ukuran 1 inci ke 1.5 inci. Pada ukuran 1 inci benih akan mengalami tahap penyesuaian untuk dibesarkan dan diharapkan akan lebih kuat dengan lingkungan baru. Anggota BMS yang membesarkan ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai ke ukuran 1.5 inci hanya ada 5 orang. Data produksi benih ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai 1.5 inci milik 5 anggota BMS berasal dari sampel 4 akuarium per anggota secara berurutan selama 2 siklus pada periode November sampai Desember 2013, sehingga total keseluruhan terdapat 40 akuarium. Data tersebut menunjukkan perbedaan tingkat kelangsungan hidup (SR) antar anggota BMS. Lampiran 3 menunjukkan data kelangsungan hidup pada 40 akuarium yang dimiliki 5 anggota BMS pada unit pendederan. Data kelangsungan hidup tersebut berbeda-beda antar anggota yaitu berkisar antara 63.0 persen sampai 96.57 persen. Walaupun demikian dilihat dari luas akuarium dan jumlah tebar dihasilkan padat tebar per akuarium hampir sama yaitu 2 sampai 3 ekor per akuarium. Proses pemeliharaan benih Black Ghost dari ukuran 1 inci sampai ukuran 1.5 inci berlangsung selama 2 sampai 3 minggu. Perbedaan tingkat kelangsungan hidup dengan kepadatan yang hampir sama pada Lampiran 3 menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh pembudidaya. Selain itu indikasi adanya risiko tersebut dapat dilihat dari nilai perhitungan coefficient variation, standar deviation, dan variance. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dihasilkan nilai coefficient variation sebesar 0.15, standar deviation sebesar 110 260, dan variance sebesar 12 157 257 600. Nilai dari coefficient variation yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap dihasilkan 100 ekor ikan Black Ghost akan dihadapi risiko sebesar 15 persen dari jumlah tersebut dalam satu siklus produksi. Menurut anggota BMS kelangsungan hidup (SR) kondisi terbaik, yaitu lebih dari 90 persen, saat normal berkisar antara 90 persen sampai 80 persen, sedangkan kondisi terburuk SR kurang dari 80 persen. Hal serupa juga dijelaskan oleh Jatilaksono (2012) yang menemukan bahwa kelangsungan hidup Black Ghost di media air sumur yang dipuasakan 100 persen sampai 96.67 persen dalam keadaan baik, 80 persen saat keadaan menurun, dan keadaan terburuk sebesar 63.3 persen. Hadinata (2013) menemukan sumber risiko produksi yang dihadapi benih ikan Black Ghost yaitu perubahan kualitas air, penyakit, dan ikan saling menyerang. Sumber risiko tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi usaha budi daya ikan Black Ghost, sehingga akan diteliti apakah terdapat sumber risiko produksi selain risiko yang telah ditemukan dalam budi daya ikan Black Ghost pada kasus BMS. Kerugian dapat berupa hasil panen ikan Black Ghost yang rendah sehingga membuat BMS tidak dapat memenuhi permintaan ikan Black Ghost yang ada, sehingga diperlukan penanganan yang tepat agar kerugian BMS dapat diminimalisir. Walaupun demikian sebelum ditangani, harus diketahui bagaimana dampak dan kemungkinan risiko yang ditimbulkan dari masingmasing sumber sehingga status dari risiko dapat diketahui. Setelah diketahui status dari masing-masing sumber risiko dapat diketahui bagaimana alternatif penanganan yang sebaiknya dilakukan. Penanganan yang tepat dapat membuat
7
usaha berjalan lebih baik, sedangkan kesalahan penanganan dapat mengakibatkan usaha yang dijalankan BMS mengalami kerugian yang lebih besar. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mengapa tingkat kematian ikan antar anggota berbeda? sumber-sumber apa saja yang menyebabkan risiko kematian ikan Black Ghost di BMS? Apakah benar terdapat perbedaan risiko antar pembudidaya? 2. 3. Bagaimana status risiko dari sumber risiko yang dihadapi oleh usaha pendederan ikan Black Ghost di BMS? 4. Bagaimana penanganan yang dilakukan dalam mengatasi risiko produksi pendederan ikan Black Ghost? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sesuai uraian dari latar belakang dan perumusan masalah usaha pendederan ikan Black Ghost, antara lain: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi di dalam usaha BMS dengan menggunakan analisis deskriptif, 2. Menganalisis status risiko produksi baik yang dihadapi oleh usaha pendederan ikan Black Ghost di BMS atau status per pembudidaya, 3. Merekomendasikan alternatif penanganan yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pendederan ikan Black Ghost baik di BMS atau per pembudidaya. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya yaitu: 1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budi daya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengatasi risiko produksi yang dihadapi, 2. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca dalam menambah wawasan mengenai risiko produksi pendederan ikan Black Ghost, 3. Sebagai referensi atau literature bagi penelitian lain yang akan dilakukan.
Ruang Lingkup Penelitian 1.
2.
Penelitian ini yang dikaji, yaitu segmen usaha pendederan ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons) dengan memfokuskan pada analisis risiko produksi, pada usaha kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS) yang diusahakan ukuran kurang lebih 1 inci sampai ukuran 1.5 inci bukan segmen pembenihan dan bukan risiko usaha dikarenakan adanya keterbatasan data dan waktu. Data yang diperoleh dalam penelitian ini bukan data time series seperti pada penelitian sebelumnya tentang risiko produksi. Penelitian ini menggunakan data panel yang didapat dari data 5 anggota pembudidaya BMS yang membudidayakan ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai berukuran 1.5 inci dengan akuarium yang digunakan sebanyak 4 buah per pembudidaya (cross
8
3.
section) dengan waktu 2 siklus periode bulan November sampai Desember (time series), sehingga total akuarium sebanyak 40 unit. Data tersebut terdiri atas jumlah benih, hasil panen, data mortalitas, penyebab terjadinya kematian ikan Black Ghost, dan data lain terkait produksi benih ikan Black Ghost. Selain itu, adanya sumber risiko cuaca tidak dapat digunakan sebagai sumber risiko dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini hanya melihat cuaca di lapangan pada saat penelitian ini berlangsung saja, yaitu 2 siklus tidak dapat membandingkan cuaca yang terjadi pada 1 tahun.
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka sebagai sebuah acuan primer yang memuat telaah secara singkat, jelas, dan sistematis tentang temuan, postulat, prinsip, asumsi, dan hasil penelitian yang relevan melandasi masalah penelitian atau gagasan guna menggali pemahaman mengenai masalah penelitian dan pemecahan masalahnya (IPB 2012). Tinjauan pustaka dalam penelitian ini akan membahas mengenai teknik budi daya ikan Black Ghost, kajian permasalahan risiko, sumber-sumber risiko produksi perikanan, penanganan risiko produksi perikanan, dan metode analisis risiko.
Teknik Budi Daya Ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons) Ikan Black Ghost atau dikenal ikan Setan di Indonesia memiliki nama latin Afteronotus albifrons. Black Ghost merupakan ikan asli sungai Amazone di Amerika Selatan, ikan ini bersifat predator bagi larva-larva serangga yang berukuran mikro atau disebut micro-predator larva serangga (Planquette et al. 1996). Sekujur tubuh ikan Black Ghost berwarna hitam kelam, dengan sirip perut berjuntai meliuk-liuk dan terdapat lingkaran berwarna putih berjumlah 1 sampai 3 buah pada bagian ekor (Bachtiar 2004). Sesuai identifikasi ikan ini hidup di lingkungan yang memiliki kisaran pH 6.0 sampai 8.0, dH 5 sampai 19, dan suhu 23 °C sampai 28 °C (Riehl 1991). Kegiatan budi daya ikan hias dibagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu kegiatan pembenihan dan kegiatan pendederan. Kegiatan pembenihan merupakan segala aktivitas yang berhubungan dengan usaha memperbanyak benih yang dihasilkan dari indukan, sehingga dapat dijual atau digunakan menjadi input bagi kegiatan pendederan. Aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan pembenihan dapat berupa seleksi induk; pemberian pakan; pengaturan kualitas air; proses pemijahan; pemeliharaan larva/benih; dan persiapan wadah baik untuk indukan, pemijahan, dan pemeliharaan larva. Pemijahan merupakan proses pelepasan telur dan sperma dari induk ikan, sehingga menghasilkan telur terbuahi. Ikan akan melakukan pemijahan dengan memilih tempat, waktu, dan kondisi lingkungan yang sesuai (Sutrisno 2006). Adapun teknik budi daya ikan hias Black Ghost menurut DJPB (2012), yaitu: 1. Pemilihan Induk Pemilihan induk dilakukan dengan mengetahui perbedaan induk jantan dan betina. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari morfologi induk jantan dan betina.
9
Ikan jantan pada umumnya memiliki jarak antara mulut dan tutup insang lebih panjang dibandingkan dengan betina. Selain itu, ikan jantan memiliki tubuh lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina. Ikan biasanya akan matang telur setelah berusia 1 tahun dan panjang tubuh mencapai sekitar 15 cm. 2. Persiapan Pemijahan Wadah untuk pemijahan dapat berupa akuarium berukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm dengan ketinggian air 25 cm sampai 30 cm. Air yang dipergunakan untuk pemijahan harus steril dan jernih dengan pH 6.5 serta suhu 24 oC sampai 26 oC. Substrat yang digunakan berupa pakis atau benda-benda keras yang dapat digunakan untuk menyembunyikan telur seperti pipa PVC dan keramik. 3. Proses Pemijahan Pemijahan biasanya berlangsung pada malam hari. Akuarium pemijahan biasanya dibuat gelap, hal ini dilakukan dengan menutup akuarium dari sinar matahari. Selain itu induk yang dipijahkan akan dipasangkan dengan beberapa syarat, yaitu umurnya harus lebih dari 1 tahun, bentuk fisik sempurna, diusahakan bukan perkawinan sedarah, sehat, dan jumlah perbandingannya sesuai. Setelah telur keluar sebaiknya telur beserta sarang segera diangkat dari akuarium pemijahan dan langsung dipindahkan ke dalam akuarium penetasan. 4. Merawat Telur, Larva dan Anak Ikan Telur pada umumnya akan menetas setelah 48 jam. Telur yang dihasilkan bisa mencapai 200 butir setiap hari, adapun menurut anggota BMS induk yang sehat dan siap memijah akan menghasilkan telur paling sedikit 50 butir dan paling banyak 500 telur dalam satu kali pemijahan dengan tingkat derajat penetasan 50 persen sampai 70 persen7. Berbeda halnya dengan Nugraha (2012) yang menemukan derajat penetasan telur Black Ghost pada suhu 26 oC, kadar DO 8.14 sampai 8.16, dan pH 7.9 sebesar 36 persen. Setelah semua telur menetas, wadah atau air diberi aerasi dan dibersihkan dari sisa telur yang tidak menetas. Fase telur merupakan fase paling rentan terhadap mortalitas yang tinggi. Setelah 3 hari, larva dapat diberi pakan infusoria atau naupli artemia. Setelah berumur 14 sampai 16 hari, larva sudah dapat diberi pakan lain seperti cacing rambut. Kegiatan pendederan merupakan kegiatan lanjutan yang dilakukan setelah mendapatkan input berupa benih dari kegiatan pembenihan, benih yang didapat dibesarkan hingga ukuran siap jual sesuai permintaan pasar. Benih merupakan anak ikan yang memiliki bentuk morfologi tubuh sudah definitive seperti induknya (Effendi 2009). Kegiatan pendederan dilakukan setelah larva dapat memakan cacing rambut, yaitu berumur 2 minggu sampai ikan mencapai ukuran 1 inci dengan lama pemeliharaan 1 sampai 1.5 bulan, sedangkan kegiatan pembesaran ikan Black Ghost dilakukan untuk mencapai ukuran komersial, yaitu 2 sampai 3 inci dengan padat penebaran 2 sampai 5 ekor/l di akuarium atau bak8. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa cacing rambut secara ad libitum. Ikan Black Ghost dengan ukuran 2 inci dapat dicapai dalam waktu 2 7
Hasil Wawancara dengan Bapak Arifin Wangsadiredja menjabat sebagai penanggung jawab bagian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Kelompok Tani BMS tanggal 04 Oktober 2013 8 Menurut artikel Pembenihan ikan Black Ghost diakses pada http://bbat-sukabumi.tripod.com [diunduh pada 16 Oktober 2013]
10
bulan, sedangkan ukuran 3 inci dapat dicapai dengan menambah waktu pemeliharaan selama 3 minggu. Penyiphonan untuk membuang kotoran harus dilakukan setiap hari agar kualitas media tetap terjaga. Beberapa tingkah laku dan morfologi ikan dapat menunjukkan bahwa ikan tersebut sedang sehat atau tidak sehat. Tingkah laku ikan yang berenang menuju permukaan dan berenang secara horizontal menunjukkan adanya ketidaksesuaian pada kualitas air. Sisa pakan yang banyak juga dapat menunjukkan bahwa keadaan ikan sedang tidak sehat karena nafsu makan berkurang. Apabila dilihat dari keadaan fisik ikan terdapat bintik-bintik putih menunjukkan ikan tersebut terjangkit penyakit white spot, sedangkan jika tubuh ikan seperti dilapisi oleh lendir yang tebal menunjukkan ikan tersebut terjangkit penyakit velvet 9. Benih ikan Black Ghost yang ditebar harus sehat, berukuran seragam, tidak cacat, dan bebas dari penyakit. Kegiatan penebaran benih dilakukan pada saat sore hari, agar dapat meminimalkan stress yang akan terjadi pada benih yang ditebar. Hal tersebut dikarenakan pada pagi hari suhu masih rendah sehingga ikan tidak terlalu terkejut saat dipindahkan ke dalam wadah pendederan. Selain itu diperlukan ketelatenan dari sumber daya yang melakukan penebaran benih, apabila penebaran benih dilakukan dengan sembarangan dan tidak hati-hati akan menyebabkan benih stress dan mati. Oleh karena itu diperlukan proses penyesuaian lingkungan terlebih dahulu atau disebut dengan aklimatisasi. Menurut anggota BMS kelangsungan hidup (SR) kondisi terbaik, yaitu lebih dari 90 persen, saat normal berkisar antara 90 persen sampai 80 persen, sedangkan kondisi terburuk saat kurang dari 80 persen. Hal serupa juga dijelaskan oleh Jatilaksono (2012) yang menemukan bahwa kelangsungan hidup Black Ghost di media air sumur yang dipuasakan 96.67 persen sampai 100 persen dalam keadaan baik, 80 persen saat keadaan menurun, dan keadaan terburuk sebesar 63.3 persen. Kegiatan pemberian pakan pun harus diperhatikan sesuai dengan bukaan mulut benih dan kebutuhan pakan. Benih akan mencari makan dengan insting alamiahnya, sehingga pakan penting untuk disediakan dalam wadah pemeliharaan. Setelah benih berwarna hitam dan berenang bebas maka makanan dari luar dibutuhkan dan ikan pun sudah dapat diberi pakan cacing sutera. Jumlah pakan harus sesuai dan telah diberikan penanganan khusus agar tidak mengganggu kualitas air. Hal tersebut dilakukan agar pakan yang diberikan tepat, apabila tidak tepat dapat berdampak pada kematian benih dan kerugian usaha.
Kajian Permasalahan Risiko Risiko merupakan sebuah kejadian yang akan terjadi diluar hasil yang diharapkan. Risiko yang terdapat pada suatu usaha ada beberapa macam jenisnya, dapat berupa risiko produksi, risiko pasar, dan risiko keuangan. Risiko produksi merupakan risiko yang sangat penting untuk diteliti karena berkaitan langsung dengan output yang akan dihasilkan. Jika sebuah produksi tidak berhasil akibat adanya risiko yang tidak dapat teratasi akan membuat output dari hasil produksi tidak maksimal bahkan tidak ada hasilnya. Penelitian tentang risiko produksi telah dilakukan untuk beberapa komoditi, seperti komoditi ayam (Simanjuntak 2013), 9
Hasil Wawancara dengan 9 anggota Kelompok Tani BMS sejak September–November 2013
11
ikan hias (Silaban 2011), ikan Patin (Saputra 2011), ikan Lele (Dewiaji 2011). Beberapa permasalahan yang diangkat berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan, di antaranya yaitu mengenai sumber-sumber risiko yang dihadapi, metode analisis risiko, dan strategi pengelolaan risiko. Silaban (2011) dan Dewiaji (2011) merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitiannya, yaitu sumber penyebab terjadinya risiko produksi dan strategi untuk mengatasinya. Hal tersebut merupakan sebuah upaya identifikasi sumber risiko, sehingga dapat dirumuskan strategi penanganan yang tepat. Berbeda dengan Saputra (2011) yang melakukan identifikasi sumber risiko produksi dan dampak yang ditimbulkan risiko tersebut sehingga strategi penanganan dapat disusun. Penelitian serupa namun berbeda komoditas juga dilakukan, yaitu oleh Simanjuntak (2013) pada ayam ras pedaging dan komoditas Black Ghost oleh Hadinata (2013). Walaupun risiko produksi Black Ghost telah diteliti, tetapi pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian risiko produksi sebelumnya hanya meneliti 1 pembudidaya dengan data antar waktu (time series), sedangkan penelitian ini dilakukan pada kelompok tani yang memiliki tempat budi daya tidak dalam 1 tempat ataupun 1 waktu, yaitu data panel. Persamaan dari penelitian risiko yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, yaitu akan dilakukannya identifikasi pada sumber risiko, mengetahui tingkat risiko, dampak risiko, dan mencari penanganan yang tepat. Disisi lain Ekasari (2008) merumuskan penelitian berbeda dengan Silaban, Saputra, dan Dewiaji, Simanjuntak, dan Hadinata yang merumuskan penelitian berdasarkan adanya risiko produksi pada usaha. Ekasari (2008) lebih menitikberatkan pada identifikasi risiko dan memetakan risiko usaha perikanan tangkap, menghitung besaran risiko serta dampaknya bagi produksi, harga dan pendapatan nelayan besaran risiko berbeda-beda diantara musim serta alat tangkap yang digunakan, mengukur sikap nelayan terhadap risiko, dan solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha. Adapun permasalahan risiko yang berbeda diangkat Budy (2011), yaitu berupa risiko usaha pada pemotongan ayam, sehingga penelitian yang dilakukan menganalisis risiko harga, risiko penjualan dan risiko pendapatan pada usaha pemotongan ayam, serta manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko usaha pada usaha pemotongan ayam Broiler di Kebon Pedes. Berbagai perumusan baik sama, serupa, atau berbeda dilakukan pada permasalahan mengenai risiko. Risiko akan menyebabkan kerugian, sehingga diperlukan perumusan yang jelas terkait risiko yang dihadapi suatu usaha. Kegiatan budi daya sangat terkait dengan kegiatan produksi, karena apabila kegiatan produksi tidak berjalan dengan baik maka output tidak akan dihasilkan secara optimal dalam kegiatan budi daya. Sehingga pada penelitian ikan Black Ghost ini berfokus hanya pada risiko produksi saja tidak meneliti risiko pasar atau risiko keuangan. Dalimunthe (2006) telah meneliti bahwa harga komoditi ikan hias Black Ghost cenderung tidak ada lembaga yang mempengaruhi dalam pembentukan harga atau tidak terdapat integrasi dalam jangka panjang, sehingga risiko pasar ikan Black Ghost lebih rendah dibandingkan dengan ikan hias lain.
12
Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan Sumber-sumber penyebab risiko yang telah diidentifikasi merupakan langkah awal agar suatu usaha dapat meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan. Sumber-sumber usaha agribisnis sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan suhu, hama, dan penyakit, penggunaan input, serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Silaban (2011) menemukan sumber risiko produksi yang di dapat dari hasil penelitiannya pada ikan hias manvis, discus, dan lobster berasal dari perubahan kondisi cuaca atau iklim, kualitas pakan yang buruk dan serangan penyakit. Berbeda halnya dengan Saputra (2011) yang menemukan sumber risiko produksi, yaitu kesalahan dalam melakukan kanibalisme, kesalahan penyuntikan induk, musim kemarau, perubahan suhu air yang bersifat ekstrim yang dapat memicu kematian benih, penyakit, dan seleksi induk. Hampir serupa Hadinata (2013) menemukan sumber risiko produksi pada ikan Black Ghost yaitu perubahan kualitas air, penyakit, dan ikan saling menyerang. Seperti halnya Dewiaji (2011) menemukan bahwa risiko kualitas dan pasokan benih merupakan sumber risiko produksi yang memberikan dampak kerugian terbesar bagi usaha. Hasil tersebut ditemukan dengan membandingkan dampak dari sumber-sumber risiko produksi yang ditemukan, seperti kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia yang ditimbulkan terhadap keuangan perusahaan. Silaban (2011), Saputra (2011), Hadinata (2013), dan Dewiaji (2011) mengangkat permasalahan pada risiko produksi pada komoditas ikan yang berbeda dengan lokasi yang berbeda juga, sehingga sumber-sumber risiko yang ditemukan berbeda. Namun ada persamaan dari penelitian tersebut, yaitu melakukan penelitian dilakukan akibat adanya permasalahan fluktuasi baik pada kegiatan produksi atau usaha secara keseluruhan. Pada penelitian ini permasalahan yang diangkat karena salah satu faktor yang berisiko dalam perbedaan waktu pemanenan benih ikan Black Ghost antar anggota yang berbeda dan kelangsungan hidup (SR) ikan yang berbeda antar anggota, sehingga perlu mengkaji apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, apakah sumber risiko seperti kualitas air, penyakit, dan ikan saling menyerang yang Hadinata (2013) kemukakan berpengaruh juga terhadap produksi Black Ghost di kelompok tani BMS ataukah terdapat faktor lain yang mempengaruhi.
Penanganan Risiko Produksi Perikanan Proses identifikasi sumber-sumber risiko yang menjadi risiko produksi bukanlah proses akhir penyelesaian risiko. Selanjutnya diperlukan penanganan agar risiko tersebut dapat ditangani dampaknya. Hal tersebut dilakukan agar tidak akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Pada umumnya risiko tersebut dapat diminimalisasi dengan menggunakan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas. Apabila risiko telah diminimalisir atau ditangani dengan tepat maka usaha akan mencapai keuntungan atau tujuan yang diharapkan. Beragam strategi untuk menangani risiko dapat dilakukan, beberapa di antaranya yaitu menghindari risiko, mencegah risiko, mengurangi dampak risiko,
13
dan mengalihkan risiko yang dihadapi. Silaban (2011) mengemukakan strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm, yaitu strategi diversifikasi dengan beberapa gabungan aset yang ada. Akibat sumber risiko dan tempat serta jenis ikan berbeda Dewiaji (2011), Hadinata (2013), dan Saputra (2011) membuat strategi penanganan berbeda, yaitu strategi preventif untuk menghindari risiko dan strategi mitigasi untuk mengurangi risiko. Berbeda halnya dengan Ekasari (2008), mengemukakan 3 solusi yang menjadi prioritas pada risiko usaha perikanan tangkap, yaitu (1) penerapan aturan peminjaman fleksibel namun tetap bersifat prudent, (2) pembuatan payung hukum mengenai penguatan modal, (3) penetapan skema pembiayaan sesuai dengan karateristik perikanan tangkap. Selain strategi diatas, penanganan dapat dilakukan dengan memanage usaha. Pada penelitian risiko produksi ikan Black Ghost ini direkomendasikan kepada usaha penanganan digunakan sesuai dengan dampak dari sumber-sumber risiko yang dihadapi.
Metode Analisis Risiko Metode analisis dilakukan oleh peneliti sebagai jalan untuk mengetahui alternatif tindakan yang akan diambil dengan menganalisis sumber-sumber risiko produksi. Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Sebelum menentukan metode yang digunakan harus diketahui terlebih dahulu data yang dibutuhkan. Dewiaji (2011), Ekasari (2008), Hadinata (2013), Silaban (2011), Saputra (2011), dan Santoso (2011) menggunakan data antar waktu (time series). Berbeda halnya dengan penelitian Simanjuntak (2013), dalam data yang digunakan bukanlah berdasarkan data time series melainkan berdasarkan data antar ruang (cross section) yang berasal dari 10 pembudidaya. Adapun metode lain dalam menilai sebuah risiko, yaitu dengan menggunakan metode aproksimasi seperti yang dilakukan oleh Farida (2011) dengan mewawancarai ahli atau responden terkait probabilitas dan dampak risiko. Metode yang digunakan Silaban (2011) dan Santoso (2011) mengolah data secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif, selain itu pengukuran risiko dilakukan dengan menghitung expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat penyimpangan yang terjadi terhadap penerimaan yang diharapkan dan tingkat risiko per satuan penerimaannya. Metode yang digunakan Dewiaji (2011), Hadinata (2013), Saputra (2011), dan Simanjuntak (2013) untuk identifikasi sumber-sumber risiko produksi, yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif pada aspek produksi, sedangkan analisis dampak dari sumber-sumber risiko produksi dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR), sedangkan analisis probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi menggunakan metode z-score. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai situasi atau kejadian. Metode tersebut digunakan dalam mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi sebuah usaha. Berbeda halnya dengan Ekasari (2008), walaupun dalam mengidentifikasi sumber risiko digunakan analisis deskriptif namun dalam perhitungan tingkat risiko yang
14
digunakannya berdasarkan pada penggabungan antara alat analisis risiko dan strategi, yaitu menggunakan instrumen analisis untuk risiko simpangan baku (s), koefisien variasi (CV), dan peluang risiko total (PRT), sedangkan analisis strategi menggunakan matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis) dan matriks EFAS (External Strategic Factor Analysis) yang selanjutkan akan dimasukkan ke dalam analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threat) untuk menentukan solusi yang akan diterapkan. Penelitian pendederan ikan Black Ghost ini menggunakan data panel yang berasal dari penggabungan data cross section dari 5 pembudidaya dengan sampel 4 akuarium per pembudidaya, sehingga jumlah akuarium sebanyak 20 unit dan dengan data time series dari 2 siklus produksi. Data tersebut didapatkan dengan melakukan analisis deskriptif melalui observasi atau pengamatan langsung, wawancara, dan diskusi dengan pengelola BMS untuk mengetahui sumbersumber risiko. Analisis selanjutnya yang dilakukan ialah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi dari adanya sumber-sumber risiko yang diidentifikasi. Pengukuran tingkat risiko produksi dilakukan dengan analisis nilai standar atau disebut analisis z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis VaR karena termasuk metode popular dalam menghitung risiko.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan paparan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan rumusan masalah yang akan diteliti. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini mengenai risiko, terdiri atas konsep risiko, sumber-sumber risiko, metode pengukuran risiko, dan penanganan dalam mengatasi risiko. Konsep risiko Sebuah bisnis dalam kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan tindakan yang benar agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan atau pengusaha. Seorang pengusaha sering mengambil sebuah keputusan yang dapat berpengaruh terhadap jalannya usaha. Keputusan yang diambil tersebut dapat menunjukkan hal yang baik maupun buruk bagi usaha yang dijalankannya. Seorang pengusaha harus mempertimbangkan banyak hal agar keputusan yang diambilnya dapat memajukan usaha bukan sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan pemahanan terhadap peluang dan dampak tindakan yang akan dilakukan baik itu pada pertanyaan apa, kapan, dimana, siapa, dan kenapa. Risiko di dalam bisnis yang dijalankannya dapat terjadi di berbagai kegiatan dan tindakan dalam bisnis tersebut. Tindakan tersebut diambil dari sebuah keputusan, dalam pengambilan keputusannya harus membandingkan semua risiko atau ketidakpastian yang ada dalam bisnis tersebut. Menurut Kountur (2008) risiko dapat diartikan sebagai sebuah kemungkinan kejadian yang akan terjadi namun memberikan dampak merugikan bagi pihak terkait. Kemungkinan
15
merupakan sebuah kejadian yang belum terjadi, namun memiliki sebuah peluang untuk terjadi. Terdapat 3 unsur penting yang dikemukanan oleh Kountur (2008) dari sesuatu yang dianggap risiko, yaitu merupakan suatu kejadian, kejadian tersebut merupakan sebuah kemungkinan, apabila terjadi akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu dapat dikatakan risiko merupakan sebuah penyimpangan yang terjadi dari hasil yang diinginkan dengan hasil kenyataan yang diterima. Berbeda halnya dengan Reiss (2001) yang menyatakan bahwa risiko merupakan ukuran sederhana dari harapan yang menyimpang dan dapat menimbulkan hal baik atau buruk. Hal baik yang dimaksud di sini berasal dari hasil yang melebihi harapan, seperti hasil panen yang berlebih dan tidak ada biaya imbangan pada kasus tersebut, sedangkan hal buruk yang terjadi dapat berupa hasil yang lebih rendah dari harapan dan mengakibatkan sebuah kerugian, seperti gagal panen yang berpengaruh pada sumber daya dan kestabilan keuangan dari sebuah usaha. Menurut Robison et al. (1987), risiko dan ketidakpastian dibedakan berdasarkan informasi empiris yang ada untuk menghasilkan sebuah peluang, jika pengambil keputusan menghadapi situasi yang sama dengan lainnya yang telah terjadi di masa lalu dan memiliki informasi tentang hasil dari pilihan sebelumnya dapat digunakan untuk memperkirakan fungsi peluang situasi berisiko. Dalam hal yang sama menurut Harwoord et al. (1999), risiko merupakan ketidakpastian sebagai sebuah "masalah" yang dapat melibatkan kemungkinan kehilangan uang, membahayakan kesehatan manusia, dan dampak yang mempengaruhi kesejahteraan seseorang. Ringkasnya risiko dapat dikatakan sebagai peluang kejadian yang dapat terjadi akibat keputusan yang diambil seseorang untuk mencapai sebuah tujuan dan akan berdampak bagi semua pihak yang terkait, namun dapat diminimalisir dengan informasi yang ada sebelumnya. Risiko dapat terjadi dimanapun dan kapanpun. Agar tidak berdampak pada kerugian dalam sebuah usaha diperlukan pemahaman mengenai sumber risiko yang dapat terjadi. Agar dapat mengetahui sumber risiko yang dihadapi sebuah usaha, salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko. Selanjutnya dapat diketahui penanganan yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi risiko tersebut. Oleh karena itu pemahaman dan pengetahuan mengenai sumber risiko penting untuk dilakukan. Harwoord et al. (1999) menjelaskan terdapat 5 sumber risiko dalam pertanian, yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko kebijakan, risiko personal, dan risiko keuangan. Risiko produksi merupakan risiko yang terkait dengan kegiatan produksi suatu usaha yang dilakukan pembudidaya. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi di antaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumber daya manusia, dan lain-lain. Risiko pasar atau harga merupakan risiko yang terkait dengan komoditi yang dihasilkan terhadap penjualan komoditi tersebut. Risiko pasar yang ditimbulkan di antaranya barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain-lain. Risiko kelembagaan merupakan risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan. Sumber risiko kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan maupun meningkatkan hasil
16
produksinya. Risiko kebijakan merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan pihak berwenang seperti pemerintah terhadap usaha yang dilakukan. Salah satu sumber risiko kebijakan, yaitu adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor. Risiko keuangan merupakan risiko terkait dengan efek yang ditimbulkan terhadap keuangan suatu usaha. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh risiko keuangan antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain. Sumber-sumber risiko produksi perikanan Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa sumber risiko yang dihadapi dalam pertanian, yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko kebijakan, risiko personal, dan risiko keuangan (Harwoord et al. 1999). Risiko produksi sangat terkait dengan kegiatan produksi suatu usaha yang dilakukan pembudidaya dan akan berpengaruh terhadap output yang dihasilkan. Menurut Kadarsan (1992) risiko produksi di sektor pertanian dalam arti luas (tanam-tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki kemungkinan terjadi lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor nonpertanian karena sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Selain dipengaruhi oleh alam kemungkinan terjadinya risiko produksi lebih besar dapat didorong oleh sifat komoditi pertanian sendiri, antara lain membutuhkan ruang yang besar (voluminous), mudah rusak (perishable), dan tidak tahan lama (bulky). Di samping itu, menurut Reijntjes (1999), risiko produksi merupakan kerugian akibat keragaman yang dapat diakibatkan fluktuasi “kecil” misalnya dalam cuaca, munculnya hama, permintaan pasar, taksiran sumber daya, ketersediaan tenaga kerja, atau gangguan-gangguan “besar” yang diakibatkan stress (misalnya penipisan unsur hara, erosi, salinitas, keracunan, utang) atau shock (misalnya kekeringan, banjir, munculnya serangan hama atau penyakit baru, kenaikan harga input yang tajam atau merosotnya harga hasil). Oleh sebab itu identifikasi sumber risiko perlu untuk dilakukan, beberapa risiko produksi tersebut bisa saja dihadapi dalam pendederan ikan Black Ghost karena ikan Black Ghost merupakan salah satu komoditi pertanian dalam arti luas. Indikasi adanya risiko produksi perikanan dapat dilihat dari perbedaan antara jumlah ikan yang dipanen dan jumlah ikan yang ditebar. Perbedaan jumlah tersebut dapat menunjukkan adanya tingkat kematian atau mortalitas yang terjadi akibat beberapa sumber risiko. Mortalitas ikan dapat dipengaruhi oleh beragam macam faktor, salah satunya yaitu pada saat ikan sakit dan tidak dapat disembuhkan atau ditangani maka ikan akan mati. Perantara dari sumber penyakit dapat berasal dari air, pakan, dan peralatan yang tidak bersih. Kematian ikan yang terjadi dapat langsung terjadi atau terdapat proses pengurangan nafsu makan terlebih dahulu hingga akhirnya ikan tersebut mati. Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor mortalitas pada ikan yang dibudidayakan menurut Bittner (1989) yaitu penyakit, kelaparan, bencana lingkungan, dan panen.
17
Penyakit
Mortalitas
kelaparan
Bencana lingkungan
panen
Sumber: Bittner (1989)
Gambar 4 Faktor mortalitas ikan yang dibudidayakan Berdasarkan uraian sebelumnya faktor mortalitas yang sering dihadapi pembudidaya salah satunya ialah penyakit. Menurut Sachlan dalam Afrianto (1992) penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan. Gangguan yang terjadi pada ikan bisa secara langsung maupun secara tidak langsung. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh organisme lain, pakan, ataupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan seperti yang ditunjukkan Gambar 5. Hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pembudidaya, namun kerugian yang diderita dapat diminimalisir dengan adanya pengetahuan untuk menjaga keserasian antara ke-3 komponen tersebut agar serangan penyakit tidak terjadi.
Ikan
Lingkungan
Penyakit
Parasit
Sumber: Afrianto (1992)
Gambar 5 Hubungan parasit, ikan, dan lingkungan terhadap penyakit Sumber penyakit sendiri menurut Afrianto (1992) dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: 1. Hama yang terdiri atas hama yang bersifat memangsa ikan (predator); organisme yang menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan, dan ruang gerak (kompetitor); dan pencuri. 2. Parasiter yakni penyakit yang disebabkan aktivitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing, dan udang renik. 3. Non parasiter yakni penyakit yang bukan disebabkan oleh hama maupun organisme penyakit.
18
Mortalitas ikan yang terjadi dapat diketahui penyebabnya dengan melihat ciri-ciri yang ditimbulkan. Menurut Bittner (1989) ada 3 tipe kematian ikan yang dapat diamati dalam budi daya ikan, yaitu: 1. Kematian akut yang dirangsang oleh kondisi lingkungan, ciri yang dapat ditimbulkan akibat kematian tersebut yaitu kematian yang mendadak di saat situasi tersebut mulai, kematian tersebut berhenti mendadak pula bila penyebabnya ditiadakan, situasi ini mempengaruhi semua golongan ukuran dan kebanyakan jenis ikan, kondisi terburuk dapat berlangsung 1-2 jam bahkan beberapa menit, puncak mortalitas pada pagi hari, mulut terbuka lebar, insang mengembang, ikan berenang tidak teratur, produksi lendir meningkat, atau insang membengkak. 2. Kematian akut yang dirangsang oleh parasit, ditandai oleh kematian ikan beberapa hari setelah terjangkit, kurva mortalitas kumulatif menanjak tajam, dan ada sejumlah ikan resisten yang dapat bertahan hidup serta ada tandatanda luka pada organ. 3. Kematian kronis atau perlahan-lahan, disebabkan oleh keadaan lingkungan yang negatif; mikroorganisme kurang ganas; atau oleh penyakit parasiter tidak menular yang dapat memperlambat perkembangan budi daya ikan, namun merangsang perkembangan penyakit. Parameter lingkungan negatif tersebut terdiri atas, faktor fisika (suhu, salinitas, radiasi, dan oksigen); faktor kimia (pencemaran anthropogenik, kesadahan air, keasaman, dan hasil metabolisme beracun); faktor biologis (parasit, perkembangan ganggang, stress, dan pemangsaan), faktor penanganan dan pakan (luka mekanis, kegaduhan, komposisi pakan, dan antibiotika). Dalam penelitian ini dilakukan penentuan sumber risiko apa saja yang dihadapi dalam budi daya ikan Black Ghost pada usaha anggota kelompok tani BMS. Metode pengukuran risiko Pengukuran risiko dilakukan agar derajat kepentingan masing-masing sumber risiko dapat diketahui dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko, pengukuran dampak, sehingga dapat diketahui status risiko yang terjadi. Besarnya kemungkinan terjadinya sebuah kerugian perlu untuk diketahui, sehingga diperlukan metode pengukuran risiko. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran kemungkinan/probabilitas suatu risiko, yaitu metode poisson, metode binomial, metode nilai standar (z-score), dan metode aproksimasi. Semua metode tersebut memiliki kesamaan, yaitu samasama memerlukan data historis, namun metode poisson dan metode binomial memerlukan data yang diskrit atau dalam bentuk bulat sehingga lebih sulit dilakukan dalam usaha perikanan ini. Oleh karena itu dalam perhitungan pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode nilai standar (z-score). Menurut Kountur (2008) metode yang efektif dalam pengukuran dampak risiko dikenal dengan istilah VaR (Value at Risk). VaR (Value at Risk) merupakan salah satu metode yang paling popular dalam manajemen risiko. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis dari usaha pada waktu sebelumnya (Kountur 2008). Setelah diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang ditimbulkan, langkah selanjutnya yaitu memetakan hasil yang didapat.
19
Pemetaan risiko dilakukan berdasarkan tingkat kepentingan risiko. Kepentingan risiko ditentukan oleh kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang disebabkan oleh risiko. Hasil perkalian antara probabilitas dan dampak risiko dapat menunjukkan status risiko. Status risiko tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan tingkat kepentingan dalam penanganan risiko. Status tersebut terbagi dalam 4 kuadran, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
Sumber: (Kountur 2008)
Gambar 6 Pembagian 4 kuadran pada peta risiko Gambar 6 menunjukkan pembagian kuadran berdasarkan kemungkinan dan dampak terjadinya risiko. Kuadran 1 merupakan kuadran risiko memiliki kemungkinan terjadi tertinggi, akan tetapi dampak yang ditimbulkan berada di batas normal penetapan perusahaan. Kuadran 2 merupakan risiko yang memiliki kemungkinan terjadi yang tinggi dan dampak yang disebabkan juga tinggi yaitu melebihi batas normal yang ditetapkan oleh perusahaan. Pemetaan risiko pada kuadran 3 ialah risiko yang memiliki kemungkinan terjadi yang kecil dan dampak yang disebabkan juga kecil, sedangkan kuadran 4 merupakan kuadran risiko memiliki kemungkinan terjadi kecil akan tetapi dampak yang disebabkan besar. Penanganan risiko Risiko sebagai sebuah kejadian yang belum terjadi, namun apabila terjadi dapat menimbulkan kerugian sehingga perlu ditangani. Penanganan merupakan langkah selanjutnya yang akan dilakukan apabila besar dari dampak risiko yang akan dihadapi diketahui. Menurut Kountur (2008) terdapat 4 cara menangani risiko, yaitu pertama dengan menerima atau menghadapi risiko, ke-2 menghindari risiko, ke-3 mengendalikan risiko, dan ke-4 mengalihkan risiko. Penanganan melalui pengendalian risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan kontrak. Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Penanganan risiko tersebut diperlukan sebagai upaya meminimalkan risiko agar mendapat
20
keuntungan yang lebih baik. Penanganan yang dilakukan disesuaikan dengan dampak yang terjadi dari risiko yang akan terjadi. Semakin besar dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi penanganan yang akan dilakukan dalam menghadapi risiko tersebut.
Kerangka Pemikiran Operasional Jawa Barat telah menjadi salah satu dari 5 daerah sentra ikan hias terbesar di Indonesia. Wilayah Jawa Barat menjadi tempat bagi para peminat ikan hias untuk memperoleh beragam ikan hias favorit, salah satunya kota Bogor (Gunawan et al. 2010). Jenis ikan dengan jumlah produksi tertinggi di kota Bogor dari tahun 2010 sampai 2012 dan memiliki keunikan dari segi morfologi serta warna ialah ikan Black Ghost. Ikan Black Ghost juga termasuk komoditi ikan hias yang dapat di ekspor ke beberapa negara, seperti Hongkong dan Saudi Arabia10, sehingga termasuk penyumbang devisa bagi negara. Hal tersebut menunjukkan Black Ghost mempunyai peluang dan prospek untuk dikembangkan. Batara Mina Sejahtera merupakan kelompok tani di wilayah Bogor Utara yang mayoritas anggotanya membudidayakan ikan Black Ghost. Budi daya dari ikan Black Ghost sendiri tidak luput dari adanya peluang mengalami kerugian. Kerugian tersebut dapat diakibatkan oleh faktor yang dapat menyebabkan ikan gagal di panen dan menjadi risiko dalam kegiatan produksi. Faktor tersebut dapat berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berpengaruh langsung seperti kondisi kesehatan ikan, sedangkan lingkungan eksternal berasal dari luar lingkungan ikan, seperti kualitas air dan penanganan terhadap ikan. Lingkungan yang tidak sesuai dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, apabila kelangsungan hidup ikan menurun. Kelangsungan hidup yang menurun akibat risiko tersebut mengakibatkan penurunan produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima, sehingga dilakukan identifikasi sumber risiko yang ada, analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pengelola. Analisis selanjutnya yang dilakukan ialah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi pendederan ikan Black Ghost dari masing-masing sumber-sumber risiko. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dilakukan dengan analisis nilai standar atau z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan analisis Value at Risk (VAR). Analisis dilakukan menggunakan data produksi pendederan ikan Black Ghost di BMS. Hasil analisis yang didapat menunjukkan status risiko yang kemudian dipetakan, sehingga dapat diketahui risiko produksi mana yang lebih krusial dibandingkan dengan risiko produksi lainnya yang ada di BMS. Setelah mengetahui posisi risiko maka selanjutnya dianalisis alternatif penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan sumber risiko tersebut agar dapat meningkatkan produktivitas dan meminimalkan risiko produksi yang dihadapi. Hasil analisis terhadap penanganan tersebut, selanjutnya direkomendasikan kepada kelompok tani BMS. Alur kerangka pemikiran operasional secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 7. 10
Hasil wawancara dengan Taufan Fish Farm salah satu suplier ikan hias di Kota Bogor pada tanggal 6 Januari 2014.
21
PELUANG: *Ikan hias penyumbang devisa *Jawa Barat salah satu dari 5 sentra ikan hias terbesar di Indonesia *Bogor salah satu kota produsen ikan hias *Black ghost sebagai jenis ikan dengan produksi tertinggi *Bogor utara salah satu kecamatan yang memiliki potensi ikan hias *Batara Mina Sejahtera kelompok tani di Bogor Utara berkomoditi unggulan Blackghost
Adanya Risiko produksi: kualitas air, kualitas benih, penyakit, SDM.
PRODUKSI IKAN BLACK GHOST
rekomendasi
Mortalitas
Analisis risiko produksi
Dampak (VaR)
Pemetaan risiko
Probabilitas (Z-Score)
Status risiko
Alternatif Penanganan
Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS). Kelompok BMS bersekretariat di Jalan Batara No. 39 kelurahan Ciluar, kecamatan Bogor Utara, kota Bogor 15156 provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kelompok ini memiliki anggota sebanyak 14 orang dengan mayoritas anggotanya berlokasi tersentral di kecamatan Bogor Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara
22
sengaja dengan pertimbangan bahwa kelompok BMS merupakan salah satu kelompok yang memiliki komoditas unggulan ikan Black Ghost. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2013 sesuai dengan lama pemeliharaan ikan Black Ghost dari ukuran 1 inci sampai berukuran 1.5 inci, yaitu 2 siklus dengan waktu 2 sampai 3 minggu/siklus. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner, dan dialog. Wawancara dilakukan pada 5 anggota pembudidaya ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai berukuran 1.5 inci dan karyawan yang bekerja terkait kegiatan produksi budi daya ikan Black Ghost. Selain itu dilakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan produksi benih ikan Black Ghost, berasal dari data panel yang membandingkan 1 anggota dengan anggota lain, menggunakan 40 akuarium berasal dari 4 akuarium per pembudidaya yang dimiliki 5 pembudidaya (cross section/antar ruang) dalam waktu 2 siklus (time series). Data sekunder diperoleh dari data internal BMS, maupun dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian ini seperti dinas terkait, jurnal, penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini, dan artikel elektronik yang terkait, serta literatur yang relevan dengan objek permasalahan.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, menurut Nazir (2011) metode pengumpulan data dibagi atas beberapa kelompok, yaitu metode pengamatan langsung; metode dengan menggunakan pertanyaan; dan metode khusus. Data primer didapatkan dari hasil pengamatan langsung pada akuarium yang dimiliki pembudidaya selama 2 siklus yang berlangsung 2 sampai 3 minggu. Pembudidaya dipilih menjadi responden untuk penelitian ini secara convenience sampling dan purposive sampling. Penggunanan convenience sampling berdasarkan kemudahan data yang akan diambil dan kesediaan pembudidaya menjadikan usaha yang dijalankan sebagai objek penelitian. Kelompok ini memiliki anggota sebanyak 14 orang dengan total 9 orang pembudidaya ikan Black Ghost, pada penelitian ini jumlah pembudidaya yang dijadikan responden sebanyak 5 orang dengan pertimbangan hanya anggota tersebut yang membudidayakan ikan ukuran 1 inci hingga berukuran 1.5 inci dan bersedia dijadikan responden. Penggunaan purposive sampling, yaitu dikarenakan dalam penelitian ini yang akan dianalisis risiko produksi usaha pendederan ikan Black Ghost pada anggota BMS dan pembudidaya dipilih secara sengaja dengan pertimbangan pembudidaya dapat menghasilkan ikan dengan ukuran 1.5 inci dan memiliki 4 akuarium ukuran sama per pembudidaya. Ukuran akuarium yang digunakan dalam penelitian ini berbeda-beda dari ke-5 pembudidaya, namun padat penebaran dari masing-masing akuarium sama, yaitu 2 sampai 3 ekor per liter (Tabel 3). Pembudidaya ke-1 menggunakan akuarium berukuran 1 m x 0.5 m x 0.45 m
23
dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga volume air yang digunakan yaitu sebanyak 0.15 m3 dan jumlah populasi per akuarium sebanyak 425 ekor. Pembudidaya ke-2 dan ke-4 menggunakan akuarium berukuran 1 m x 0.45 m x 0.4 m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga volume air yang digunakan yaitu sebanyak 0.14 m3 dan jumlah populasi per akuarium 350 ekor. Pembudidaya ke-3 dan ke-5 menggunakan akuarium berukuran 0.9 m x 0.4 m x 0.4 m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga volume air yang digunakan yaitu sebanyak 0.11 m3 dan jumlah populasi per akuarium 300 ekor. Tabel 3 Penentuan akuarium pada anggota BMS yang menjadi responden Akuarium per siklus Populasi Padat Pembudidaya tebar tebar Jumlah Volume keUkuran (m) 3 (ekor) (ekor/l) (unit) air (m ) 1 1 x 0.5 x 0.45 4 0.15 425 2–3 2 1 x 0.45 x 0.4 4 0.14 350 2–3 3 0.9 x 0.4 x 0.4 4 0.11 300 2–3 4 1 x 0.45 x 0.4 4 0.14 350 2–3 5 0.9 x 0.4 x 0.4 4 0.11 300 2–3 total 20 Langkah pertama yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui metode pengamatan langsung, yaitu pemberian nomor, kemudian pengamatan tingkah laku, dan terakhir mencatat hasil di jurnal harian (Lampiran 4). Pemberian nomor pada wadah budi daya dilakukan secara berurutan dari akuarium 1 sampai 4 pada siklus 1 dan akuarium 5 sampai 8 pada siklus 2 untuk pembudidaya 1, akuarium 9 sampai 12 pada siklus 1 dan akuarium 13 sampai 16 pada siklus 2 untuk pembudidaya 2, akuarium 17 sampai 20 pada siklus 1 dan akuarium 21 sampai 24 pada siklus 2 untuk pembudidaya 3, akuarium 25 sampai 28 pada siklus 1 dan akuarium 29 sampai 32 pada siklus 2 untuk pembudidaya 4, sedangkan akuarium 33 sampai 36 pada siklus 1 dan akuarium 37 sampai 40 pada siklus 2 untuk pembudidaya 5. Setelah penomoran dari akuarium telah ditentukan, dilakukan pengamatan langsung dengan melihat tingkah laku ikan, melakukan wawancara jika terdapat hal yang tidak diketahui, dan mengikuti setiap kegiatan yang sedang berlangsung. Setelah melihat tingkah laku dan mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan maka selanjutnya dilakukan pencatatan hasil pada jurnal harian. Kegiatan pengamatan tersebut dilakukan selama pemeliharaan benih ukuran 1 inci hingga berukuran 1.5 inci selama 2 siklus produksi.
Metode Analisis Data Data primer dan sekunder kemudian diolah dan dianalisis menggunakan metode deskriptif, z-score, dan VaR. Pengindentifikasian sumber risiko produksi benih ikan Black Ghost dan alternatif penanganan dianalisis secara deskriptif yang berasal dari hasil wawancara dan observasi. Data sekunder yang berisikan besaran kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko produksi benih ikan Black Ghost diolah menggunakan analisis z-score dan analisis VaR. Berikut analisis yang dilakukan pada 40 akuarium yang dimiliki anggota BMS:
24
Identifikasi sumber risiko Pada penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi dan penanganan yang sebaiknya dilakukan usaha pendederan ikan hias Black Ghost pada anggota kelompok tani BMS. Metode deskriptif bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir 2011). Metode deskriptif tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna, dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Kemungkinan terjadinya risiko pada penelitian ini dihitung menggunakan metode nilai standar (z-score). Metode ini dapat digunakan jika ada data historis dan data dalam bentuk continues (Kountur 2008). Pada penelitian ini yang akan dihitung yaitu kemungkinan terjadinya risiko produksi benih ikan Black Ghost. Kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi dalam penelitian ini akan dihitung dari data kematian ikan Black Ghost, data historis yang diperlukan diganti data dari 5 anggota BMS dengan penggunaan 4 akuarium pada masingmasing pembudidaya dalam waktu 2 siklus produksi. Hal tersebut membuat data tersebut berbeda dengan data historis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung kemungkinan risiko: 1. Menghitung tingkat kematian ikan berdasarkan sumber risiko Risiko produksi usaha pendederan ikan Black Ghost pada anggota BMS akan diidentifikasi dengan memperhitungkan tingkat kematian setiap periode produksi. Tingkat kematian ikan Black Ghost dapat disebabkan oleh berbagai faktor, faktor tersebut yang digolongkan menjadi risiko produksi. Informasi kematian ikan dapat diketahui dengan wawancara kepada anggota BMS atau karyawan terkait kegiatan produksi dan pengamatan langsung di lapangan. Adapun rumus untuk menghitung tingkat kematian ikan, yaitu:
Keterangan: MR = jumlah benih yang mati akibat sumber risiko tertentu (ekor) MRisk = persentase benih mati karena sumber risiko tertentu (%) ∑ BM = jumlah benih mati (ekor) 2.
Menghitung rata-rata kejadian berisiko Rata-rata kejadian berisiko pada pembesaran Black Ghost merupakan ratarata presentase jumlah kematian ikan (MRisk) yang terjadi pada usaha anggota BMS. Rata-rata kejadian berisiko harus dihitung untuk perhitungan standar deviasi. Adapun rumus untuk menghitung rata-rata kejadian berisiko, yaitu:
25
Keterangan: = nilai rata-rata kematian benih (ekor) = kematian benih per periode (ekor) = jumlah akuarium (unit) 3.
Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko Standar deviasi merupakan suatu nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari reratanya (Notawiria 2010). Semakin besar nilai standar deviasi maka menunjukkan semakin besar risiko yang dihadapi usaha Black Ghost pada anggota BMS. Adapun rumus perhitungan standar deviasi dari kejadian berisiko, yaitu: s= Keterangan: s = standar deviasi dari kematian benih (ekor) = rata-rata kematian benih ikan Black Ghost (ekor) = kematian benih per periode (ekor) = jumlah akuarium (unit)
4.
Menghitung batas normal (N) dan nilai z-score Batas normal (N) risiko akan berpengaruh terhadap probabilitas masingmasing sumber risiko. Jika nilai N berubah, maka probabilitas dari masing-masing sumber risiko akan berubah. Batas normal risiko dalam penelitian ini ialah jumlah kematian ikan akibat masing-masing sumber risiko yang dianggap masih normal oleh anggota BMS, Setelah menemukan N, tahapan selanjutnya ialah mencari nilai z-score dari masing-masing sumber risiko. Adapun perhitungan batas normal dan z-score, yaitu:
Keterangan: z = Nilai z-score dari kematian ikan MR = jumlah benih yang mati akibat sumber risiko tertentu (ekor) N = batas normal risiko akibat sumber risiko pada periode tertentu (ekor) α = persentase rata-rata kematian ikan per akuarium (persen) s = standar deviasi dari kematian benih (ekor) = rata-rata kematian benih ikan Black Ghost (ekor) Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif maka nilai tersebut berada di sisi kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal, sedangkan jika z-score bernilai positif maka nilai tersebut berada di sisi kanan kurva distribusi normal z. Diperlukan asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penggunaan data panel dengan z-score yang akan disesuaikan dengan kondisi lapangan, seperti luasan dan jumlah ikan per akuarium yang berbeda tidak berpengaruh karena yang dilihat
26
yaitu padat tebar per akuarium yang di dapat dari jumlah benih yang ditebar per akuarium dibagi dengan volume air yang terisi dalam akuarium. 5.
Mencari nilai probabilitas Setelah nilai z-score diketahui, selanjutnya dapat dicari nilai probabilitasnya yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui persentase kemungkinan terjadinya kematian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko. Analisis Dampak Risiko Value at Risk ( VaR ) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur dampak risiko. Syarat untuk menggunakan metode VaR yaitu harus ada data historisnya. Dampak risiko kerap menimbulkan kerugian, umumnya kerugian itu dapat dihitung dalam rupiah. Jika ada data kerugian yang diderita waktu lalu maka dengan metode ini dapat menghitung kemungkinan dampak kerugian dimasa yang akan datang. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pendederan ikan Black Ghost dengan menghitung jumlah kematian ikan kemudian dikalikan harga yang berlaku. Setalah itu dicari rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko, kemudian dicari standar deviasinya agar diketahui penyimpangan yang terjadi, dan terakhir dilakukannya perhitungan nilai VaR. Nilai Z pada tabel diambil dari tingkat kepercayaan 95 persen dan taraf nyata 5 persen. Tingkat kepercayaan tersebut merupakan derajat jaminan bahwa pernyataan secara statistik tertentu benar dibawah kondisi yang telah disebutkan, sedangkan taraf nyata merupakan derajat ketidakmenentuan tentang pernyataan secara statistik pada kondisi yang sama untuk menentukan taraf kepercayaan (Nugroho, 2008). Adapun perhitungan rata-rata dampak dan nilai VaR:
(a) Perhitungan rata-rata dampak kerugian
(b) Perhitungan nilai VaR
Keterangan: VaR = dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko (Rp) = nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko (Rp) Z = nilai z diambil dari tabel distribusi normal S = standar deviasi dampak kerugian akibat kejadian berisiko (Rp) = jumlah akuarium (unit) P = tingkat harga ikan Black Ghost pada anggota BMS (Rp/ekor) Pemetaan Risiko Pemetaan risiko merupakan kegiatan memposisikan risiko pada suatu peta dari 2 sumbu, yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitasnya dan sumbu horizontal menggambarkan dampakya (Kountur 2008). Pemetaan risiko ini diharapkan dapat menunjukan risiko yang sebaiknya ditangani terlebih dahulu atau risiko yang sangat besar dampaknya dan risiko yang tinggi kemungkinannya akan terjadi dapat diturunkan tingkat dampak dan kemungkinannya oleh seorang
27
pembuat keputusan risiko. Contoh dari lay out peta risiko disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Lay out peta risiko Probabilitas dibagi menjadi 2 yaitu besar dan kecil. Batas tengah probabilitas 25 persen ditentukan menurut ke-5 anggota BMS yang dijadikan responden. Hal serupa dilakukan oleh Hadinata (2013) yang menentukan batas tengah pada pemetaan risiko unit pendederan ikan Black Ghost sebesar 25 persen. Pada umumnya risiko-risiko yang probabilitasnya 25 persen atau lebih besar dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan probabilitas lebih kecil dari 25 persen dianggap kemungkinan kecil. Dampak dibagi menjadi 2 yaitu besar dan kecil. Batas tengah dampak Rp 7 541 ini ditentukan berdasarkan penetapan dampak kerugian yang biasanya dihadapi pembudidaya dari 2 persen penerimaan rata-rata yang diterima pembudidaya. Pada umumnya risiko-risiko yang dampak Rp 7 541 atau lebih besar dianggap sebagai dampak besar, sedangkan dampak Rp 7 541 lebih kecil dianggap dampak kecil. Kuadran 1 menerangkan tentang risiko yang memiliki probabilitas besar dan berdampak kecil bagi perusahaan. Kuadran 2 menerangkan tentang risiko yang memiliki probabilitas besar dan berdampak besar bagi perusahaan. Kuadran 3 menerangkan tentang risiko yang memiliki probabilitas kecil dan berdampak kecil bagi perusahaan. Kuadran 4 menerangkan tentang risiko yang memiliki probabilitas kecil dan berdampak besar bagi perusahaan. Umumnya perusahaan menginginkan risiko perusahaannya berada pada kuadran 3. Namun, setiap usaha belum tentu akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Penanganan Risiko Penanganan risiko dibagi menjadi 2 yaitu preventif dan mitigasi risiko. Preventif dilakukan apabila probabilitas risikonya besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 diharapkan dapat bergeser ke kuadran 3 dan 4 dengan diberlakukannya penanganan secara preventif (Gambar 9). Preventif ini dilakukan untuk menghindari risiko. Menurut Kountur (2008) ada 3 cara untuk penanganan risiko secara preventif yaitu : 1. membuat dan memperbaiki sistem dan prosedur.
28
2. 3.
mengembangkan sumber daya manusia memasang atau memperbaiki fasilitas fisik
Gambar 9 Pergeseran kuadran pada peta risiko akibat penanganan preventif
Gambar 10 Pergeseran kuadran pada peta risiko akibat penanganan mitigasi Penanganan risiko dengan mitigasi yaitu bentuk penanganan untuk memperkecil dampak risiko. Mitigasi dilakukan apabila dampak risikonya besar terhadap perusahaan. Risiko-risiko yang berada pada kuadran 2 dan 4 diharapkan dapat bergeser ke kuadran 1 dan 3 dengan diberlakukannya penanganan secara mitigasi (Gambar 10). Ada 3 cara untuk penangan risiko secara mitigasi (Kountur 2008): 1. Diversifikasi Diversifikasi yaitu bentuk cara menempatkan asset perusahaan di beberapa tempat. Kegiatan ini bertujuan mengurangi kemungkinan terjadi kehilangan asset akibat musibah yang mengenai penyimpanan dalam 1 lokasi.
29
2.
Penggabungan Penggabungan atau merger yaitu pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak lain, Hal ini dilakukan agar daya saing berkurang. 3. Pengalihan risiko Pengalihan risiko merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko kepada pihak lain. Hal ini bertujuan apabila terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera (BMS) Sejarah dan Perkembangan BMS Pembentukan kelompok tani pembudidaya ikan hias Batara Mina Sejahtera (BMS) dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas pembudidaya ikan hias terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, lembaga pemasaran, lembaga penyedia sarana produksi, serta terhadap informasi. Latar belakang tersebut membuat pembudidaya yang berada di sekitar wilayah kelurahan Ciluar bersatu dan membentuk kelompok tani BMS agar kelemahan yang ada dapat teratasi. Kelompok BMS dikukuhkan menjadi kelompok tani tingkat kelurahan dan terdaftar pada Dinas Agribisnis pada tanggal 20 Juni tahun 2003. Kemudian dikukuhkan menjadi kelompok tani tingkat kecamatan dengan kemampuan kelas lanjut pada tanggal 21 Maret tahun 2006. Setelah itu kelompok BMS pada tanggal 1 Juni 2010 menjadi kelompok tani kelas madya dan pada tahun 2011 memenangkan lomba tingkat nasional.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 4 Perkembangan jumlah anggota kelompok BMS Ketua Tahun Jumlah anggota (orang) Arifin W 2003 Christian Sulardi 2004 Christian Sulardi 2005 Christian Sulardi 2006 Arifin W 2007 Arifin W 2008 Arifin W 2009 Arifin W 2010 Arifin W 2011 Robert 2012 Robert 2013
21 16 18 14 16 17 12 14 15 14 14
Sumber: Kelompok pembudidaya ikan Batara Mina Sejahtera (2013)
Perkembangan keanggotaan BMS dapat dilihat pada Tabel 5. Kelompok BMS merupakan kelompok pembudidaya ikan hias yang, memiliki anggota
30
sebanyak 14 orang, dan mayoritas anggotanya berlokasi tersentral di kecamatan Bogor Utara. Keanggotaan BMS terbuka bagi pembudidaya ikan lama/baru yang mau bergabung. Selama beberapa periode kelompok BMS mengalami penambahan dan pengurangan anggota. Pengurangan anggota disebabkan ada yang memilih mandiri sendiri di luar kelompok, beristirahat, beralih profesi, dan meninggal dunia. Letak dan Lokasi BMS Kelompok tani BMS merupakan kelompok pembudidaya ikan hias yang berlokasi di kelurahan Ciluar, kecamatan Bogor Utara, kota Bogor. Sekretariat kelompok BMS beralamat di Jalan Batara No. 39 kelurahan Ciluar, kecamatan Bogor Utara, kota Bogor 15156, provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kelurahan Ciluar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Bogor Utara mempunyai luas kurang lebih 220.30 ha, luas tersebut terdiri atas luas pemukiman 76.29 ha/m2, luas persawahan dengan 13.56 ha/m2, luas kuburan 2 ha/m2, luas taman 8.51 ha/m2, dan perkantoran 0.31 ha/m2. Luas pemukiman tersebut dihuni oleh Rukun Tetangga (RT) sebanyak 51 RT dan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 10 RW. Letak kondisi geografis kelurahan Ciluar berada 100 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata per tahun 3 500 sampai 4 000 mm dan keadaan suhu rata-rata 30 °C. Batas wilayah kelurahan Ciluar, yaitu sebelah timur kecamatan Sukaraja, sebelah barat Tanah Baru, sebelah utara Sukaraja, dan sebelah selatan kecamatan Bogor Utara. Visi, Moto, Tugas, dan Fungsi BMS Kelompok tani BMS memiliki visi untuk membentuk kelompok pembudidaya ikan yang mandiri terdiri atas pembudidaya ikan mandiri. Moto yang dimiliki kelompok BMS dikenal dengan KISS (Keep it Simple Smart). Moto tersebut memiliki arti bahwa teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan di kelompok BMS sederhana namun bermanfaat luas. Tugas kelompok secara konsisten diperjuangkan oleh BMS, yaitu membantu meningkatkan pembudidaya yang belum mandiri menjadi pembudidaya yang mandiri; bekerja sama dengan pihak lain yang berhubungan dengan usaha perikanan (kelompokkelompok tani, supplier, exportir, koperasi, dinas terkait, dan perbankkan); meningkatkan ketahanan pangan/kesejahteraan anggota dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja anggota kelompok. Selain itu, kelompok BMS memiliki fungsi sebagai: 1. Jembatan penghubung antara anggota kelompok (Pembudidaya Ikan Hias) dan lembaga lain seperti Dinas, Gappoktan, koperasi, dan pembeli (Buyer). 2. Pemenuhan permodalan, pemenuhan sarana produksi, dan penyediaan informasi pasar yang dibutuhkan anggota kelompok. 3. Wadah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk meningkatkan kemampuan anggota kelompok dan bekerja sama dengan penyuluh perikanan setempat. 4. Motivator penambah motivasi kerja anggota-anggota kelompok dengan cara gotong royong dan persaudaraan. 5. Penyeragam (standarisasi) ukuran, kualitas, dan harga ikan.
31
Struktur Kelompok Tani BMS Kelompok Tani BMS memiliki struktur yang membagi pembudidaya sebagai anggota menjadi pengurus dan anggota biasa. Anggota pengurus kelompok tani terbagi menjadi 8 bagian, yaitu ketua, sekertaris, wakil sekertaris, bendahara, wakil bendahara, koordinator permodalan, koordinator teknologi, dan koordinator pemasaran. Struktur tersebut diharapkan membuat pelaksanaan kegiatan dan pekerjaan lebih terarah, terencana, dan bertanggung jawab. Berikut gambaran struktur kelompok Tani BMS: KETUA
SEKERTARIS
BENDAHARA
WAKIL SEKERTARIS
WAKIL BENDAHARA
KOORDINATOR PERMODALAN
KOORDINATOR PEMASARAN
KOORDINATOR IPTEK
ANGGOTA Sumber: Kelompok pembudidaya ikan Batara Mina Sejahtera (2013)
Gambar 11 Struktur kelompok tani BMS Struktur kelompok tani pada Gambar 11 memiliki peranan penting dalam setiap bagian, peranan tersebut antara lain: 1. Ketua bertindak memberikan informasi kepada anggota BMS, seperti adanya lomba dan bantuan dari dinas. Selain itu memberikan persetujuan terhadap sebuah keputusan dan mengatur bagian-bagian yang berada di bawahnya. 2. Sekertaris bertindak sebagai pencatat setiap kegiatan kelompok tani BMS dan dibantu oleh wakil sekertaris. Apabila anggota ada yang aktif dan tidak akan di catat oleh sekertaris dan akan dilaporkan kepada ketua. 3. Bendahara bertugas mencatat aliran kas masuk dan kas keluar terkait aktivitas pada anggota BMS, serta memegang buku bank milik kelompok tani BMS yang dibantu oleh wakil sekertaris. Dana yang dibutuhkan anggota terkait peralatan budi daya akan dicatat bendahara dan akan dilaporkan ke ketua. 4. Koodinator permodalan bertugas mengatur dan menangani permasalahan sumber modal pada Kelompok tani BMS dan dilaporkan kepada ketua, sehingga permasalahan dapat teratasi.
32
5.
6.
Koordinator pemasaran bertugas membantu anggota yang mengalami permasalahan terkait pemasaran benih ikan yang akan dijual dan melaporkan permasalahan kepada ketua, sehingga ditemukan jalan keluar. Koordinator IPTEK bertugas memberikan informasi terkait pengetahuan budi daya ikan yang baru dan didapatkan dari pelatihan dan memberikan masukan terkait permasalahan teknologi yang digunakan anggota.
Kegiatan produksi Black Ghost Kegiatan produksi benih Black Ghost dari 2 segmen, yaitu kegiatan produksi pembenihan dan kegiatan produksi pendederan. Kegiatan produksi pembenihan terdiri atas pemeliharaan induk, pemijahan induk, penetasan telur, pemeliharaan larva, dan pemeliharaan hingga benih siap jual, yaituukuran kurang lebih 1 inci atau lebih. Kegiatan pendederan terdiri atas kegiatan pemeliharaan benih dari segmen pembenihan dan pemanenan benih hingga ukuran siap jual. Segmen tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya, apabila kegiatan pembenihan tidak ada maka akan menyebabkan kegiatan pendederan tidak dapat berjalan, sedangkan jika kegiatan pendederan tidak ada maka biaya yang dikeluarkan pembudidaya akan lebih mahal dan benih dengan ukuran jual tertentu tidak dapat tersedia. Segmen usaha yang dijalankan anggota BMS terdapat 3 bagian yaitu pertama anggota yang hanya melakukan kegiatan pembenihan, ke-2 anggota yang hanya melakukan kegiatan pendederan, dan terakhir anggota yang melakukan kegiatan pembenihan dan pendederan. Pada penelitian ini yang akan dibahas ialah mengenai kegiatan pendederan benih ikan Black Ghost dari ukuran 1 inci hingga berukuran 1.5 inci, adapun faktor penting dan kegiatan budi daya ikan Black Ghost pada anggota BMS, seperti yang ditujukkan pada Gambar 12: Pemeliharaan Induk
Pemijahan Induk
Penetasan telur
(tingkah laku, nutrisi, kualitas air)
(tingkah laku, teknik pemijahan, kualitas air)
(kualitas telur, kualitas air)
Pendederan benih (aklimatisasi, kualitas benih, kualitas air, nutrisi dan pemberian pakan)
Pemeliharaan benih (kualitas benih, kualitas air, nutrisi dan pemberian pakan)
Pemeliharaan larva (kualitas larva, pakan, kualitas air)
Keterangan : : :
faktor penting dan kegiatan produksi lingkup penelitian proses
Gambar 12 Faktor penting dan kegiatan produksi benih ikan Black Ghost di BMS
33
Gambar 12 menunjukkan faktor penting dalam kegiatan pendederan benih ada 4 faktor yaitu aklimatisasi, kualitas benih, kualitas air, nutrisi, dan pemberian pakan. Aklimatisasi merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan saat benih akan di tebar ke wadah yang baru agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tahap aklimatisasi dilakukan oleh anggota BMS dengan cara benih yang berada pada media awal (plastik atau baskom berisi benih dan air dari wadah sebelumnya) didiamkan dalam air di wadah baru kurang lebih 5 menit dan air dari media baru dimasukan ke dalam media awal secara bertahap (Lampiran 5). Sebelum melakukan aklimatisasi, kita harus mengetahui kualitas benih yang akan ditebar. Kualitas benih yang akan ditebar akan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan benih yang akan dilakukan, apabila benih yang dibudidayakan kualitasnya tidak baik seperti benih cacat, sakit, atau ukuran tidak seragam akan menyebabkan terganggunya hasil panen benih, oleh karena itu diperlukan sortasi dan grading. Sortasi dan grading merupakan kegiatan yang dilakukan untuk perhitungan dan pembagian ikan berdasarkan ukuran dan kelas tertentu. Pada tahap ini anggota BMS hanya melakukan perhitungan dan pembagian ikan pada saat pemanenan (Lampiran 8), namun untuk pembagian kelas tertentu tidak dilakukan sehingga ada kemungkinan kualitas benih tidak sesuai. Kualitas air sebagai faktor penting dalam kegiatan pendederan sangat perlu dijaga agar dapat disediakan lingkungan hidup yang optimal bagi benih untuk bisa hidup, berkembang, dan tumbuh sehingga diperoleh kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimal. Anggota kelompok tani BMS menyediakan air yang berasal dari air sumur yang telah diendapkan dalam tandon, berupa bak beton, drum plastik, atau toner penyimpanan air, tidak ada treatment khusus yang dilakukan dalam penampungan air selain diendapkan dan diberi aerasi. Proses pengendapan atau dikenal dengan istilah sedimentasi tersebut bertujuan agar kotoran yang ada telah mengendap di dasar penampungan, sedangkan pemberian aerasi bertujuan agar kandungan gas-gas terlarut yang tidak dibutuhkan ikan dalam air dapat menguap dan kandungan oksigen terlarut bertambah. Kualitas air pun dijaga oleh anggota BMS dengan secara rutin melakukan penyiponan kotoran atau sisa pakan dan pergantian air pada wadah pemeliharaan (Lampiran 6). Pengecekan kualitas air dapat dilakukan pada sumber air, namun pada anggota BMS pengecekan lebih sering dilakukan pengecekan ph pada wadah budi daya karena adanya metabolisme dari ikan dapat menyebabkan perubahan kualitas air dalam wadah. Oleh karena itu apabila kualitas air berubah seperti ph air yang turun atau naik dilakukan treatmen hanya pada wadah pemeliharaan. Pada saat ph air dalam wadah pemeliharaan mengalami penurunan anggota BMS akan menambahkan soda kue 10 ml/ akuarium atau pasir bali sebanyak 100 gram/ akuarium, sedangkan saat ph air naik dilakukan treatmen penambahan daun ketapang pada wadah pemeliharaan sebanyak 2 daun per akuarium (Lampiran 9). Nutrisi yang terdapat dalam pakan sangat penting untuk dijaga, seperti salah satunya yaitu dengan mengetahui pakan yang tepat memiliki kandungan gizi yang baik bagi benih ikan Black Ghost. Kelompok tani BMS memberikan pakan berupa cacing sutra, sebelum diberikan ke ikan pakan dicuci terlebih dahulu kemudian ditampung dalam bak atau baskom selama kurang lebih 24 jam agar kotoran yang ada mengendap dan keluar dari cacing, selain itu pakan diberikan penambahan kunyit sebagai upaya proteksi pakan (Lampiran 7 dan 9). Proteksi pakan dilakukan untuk meminimalisir patogen yang dapat menempel pada cacing sutra.
34
Selain itu pemberian pakan yang tepat waktu dan tepat jumlah penting untuk dilakukan agar tidak terjadinya persaingan terhadap pakan. Anggota BMS memberikan pakan sebanyak 2 kali dalam 1 hari dan jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya benih yang tersedia. Namun, dalam pelaksanaan saat pengamatan dilakukan terkadang waktu dan jumlah pemberian pakan tidak selalu sama setiap hari.
Karakteristik Responden Responden yang diambil pada penelitian ini, yaitu 5 anggota BMS yang membudidayakan benih dari ukuran 1 inci dan menghasilkan benih ikan Black Ghost sampai ukuran 1.5 inci. Karakteristik yang dimiliki responden pada penelitian ini dilihat dari seluruh usia responden berumur lebih dari 45 tahun, pendidikan terakhir anggota kelompok tani antara SMA sampai sarjana. Pengalaman dalam menjalankan usaha ikan hias Black Ghost berkisar antara 3 sampai 10 tahun. Berikut beberapa karakteristik responden yang tersaji pada Tabel 5: Tabel 5 Karakteristik responden pembudidaya benih ukuran 1 inci‒1.5 inci Pembudidaya ke1 2 3 4 5
Usia (tahun) 50 63 49 64 69
Pendidikan Budi daya Black Ghost (tahun) S1 2010 SPK 2008 SMA 2011 STM 2007 D III 2003
Jumlah akuarium (unit) 118 15 64 20 50
Berdasarkan pengamatan langsung, wawancara kepada responden, dan hasil perhitungan penerimaan tertinggi yang diterima pembudidaya sebesar Rp 10 440 000 dan yang terendah Rp 1 980 000. Penerimaan bersumber dari pemasaran hasil penjualan benih ikan Black ghost berukuran 1.5 inci dengan harga Rp 1 200. Perbedaan nilai penerimaan tersebut disebabkan adanya perbedaan jumlah benih Black Ghost yang dihasilkan antar anggota BMS. Pengeluaran ialah semua uang yang dikeluarkan perusahaan sebagai biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel ataupun biaya lainnya. Total biaya yang dihitung selama periode bulan November sampai Desember tahun 2013 tertinggi sebesar Rp 4 725 574 dan terendah sebesar Rp 177 498, total biaya tersebut didapatkan dari total biaya variabel dan total biaya tetap yang dikeluarkan pembudidaya pada periode bulan November dan Desember yang telah dirata-ratakan untuk masing-masing pembudidaya. Pengurangan antara total penerimaan yang didapatkan dan total biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan yang diterima, pendapatan tertinggi pada anggota BMS sebesar Rp 4 285 819 dan terendah Rp 154 127. Kisaran nilai pada komponen pendapatan yang diterima pembudidaya saat periode November dan Desember tersebut ditunjukkan pada Tabel 6.
35
Tabel 6 Analisis pendapatan ke-5 anggota BMS per siklus produksi periode November‒Desember tahun 2013 Uraian Penerimaan penjualan benih 1.5 inci total penerimaan Biaya total biaya variabel total biaya tetap total biaya Pendapatan
Kisaran nilai (Rp) Tertinggi terendah 20 880 000 20 880 000
3 960 000 3 960 000
1 419 355 8 031 793 9 451 148 11 428 852
332 582 3 216 414 3 548 996 308 253
Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat 3 komponen dalam analisis pendapatan yang dilakukan, yaitu penerimaan, biaya, dan pendapatan. Penerimaan yang dihitung merupakan hasil perkalian antara jumlah benih yang dipanen dan harga yang berlaku per ekor. Dari hasil perhitungan dari analisis pendapatan pembudidaya menunjukkan bahwa keuntungan yang dimiliki oleh pembudidaya masih positif setelah dikurangi biaya-biaya yang ada. Total benih yang terjual pada saat kondisi tertinggi ialah 9 175 ekor dan terendah sebesar 3 300 ekor pada periode November sampai Desember 2013. Harga dari benih sendiri Rp 1 200 untuk ukuran 1.5 inci. Jumlah benih yang dipanen berasal dari jumlah benih yang dibudidayakan ke-5 pembudidaya pada periode November sampai Desember tahun 2013 selama 2 siklus yang telah dijumlahkan. Komponen biaya terbagi menjadi 3, yaitu total biaya variabel dan total biaya tetap. Total biaya variabel merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan hanya pada saat kegiatan produksi berlangsung. Komponen yang diperlukan untuk total biaya variabel pada ke-5 pembudidaya berasal dari pakan berupa cacing dan kunyit; pengobatan berupa methilyne blue dan garam; pemeliharaan kualitas air berupa daun ketapang dan soda kue; dan kegiatan pemanenan berupa plastik, karet, oksigen, dan kaporit. Total biaya tetap merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan setiap bulan baik kegiatan produksi berlangsung atau tidak. Total biaya tetap berasal dari listrik, gaji karyawan, pakan indukan, pulsa, bensin, pajak, dan biaya tetap. Komponen biaya penyusutan yang berasal dari pengurangan nilai sebuah investasi dikurangi dengan nilai sisa yang akan habis pada saat umur ekonomis/ teknis habis dan dibagi dengan umur ekonomis/teknis. Investasi merupakan modal awal yang dikeluarkan pembudidaya agar usaha bisa berjalan. Investasi yang digunakan oleh ke-5 pembudidaya, yaitu wadah pemeliharaan dapat berupa akuarium atau bak; baskom untuk sampling; baskom penampungan cacing; blower; centong; filter; freezer; genset; handphone; hatchery; indukan; instalasi listrik; instalasi sumur; tempat bersembunyi ikan dapat berupa paralon, pakis, atau plastik hitam; rak akuarium; selang besar; selang kecil; seser besar; seser kecil; steroform; tabung oksigen; dan lahan budi daya/tanah.
36
Identifikasi Sumber Risiko Produksi Ikan Black Ghost Risiko yang dihadapi oleh sebuah usaha perlu untuk diidentifikasi agar dapat ditangani dan diketahui statusnya. Risiko dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh pembudidaya, sehingga proses identifikasi penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui penanganan yang seharusnya dilakukan. Identifikasi dilakukan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian pada setiap unit dan melalui kegiatan wawancara dengan responden, serta melihat laporan produksi yang pernah ada sebelumnya. Identifikasi risiko produksi pada benih ikan Black Ghost dari 5 anggota Kelompok Tani BMS, yaitu dengan mengamati semua kegiatan yang dilakukan saat benih ukuran 1 inci ditebar ke wadah pemeliharaan hingga benih siap untuk dipanen hingga ukuran 1.5 inci pada periode bulan November sampai Desember 2013. Risiko produksi tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaan jumlah ikan yang ditebar dengan jumlah ikan yang dipanen. Perbedaan jumlah tersebut menunjukkan adanya tingkat kematian atau mortalitas yang terjadi dan disebabkan oleh beberapa sumber risiko. Pada penelitian ini, sumber risiko yang diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam sumber risiko produksi yang dihadapi BMS merupakan sumber risiko yang berpengaruh langsung terhadap kematian benih ikan Black Ghost. Bittner (1989) menggambarkan bahwa mortalitas pada ikan yang dibudidayakan dapat dipengaruhi beberapa faktor, faktor tersebut antara lain penyakit, kelaparan, bencana lingkungan, dan panen. Pada saat ikan sakit dan tidak dapat disembuhkan atau ditangani maka ikan akan mati, kematian ikan tersebut dapat langsung terjadi atau terdapat proses pengurangan nafsu makan terlebih dahulu hingga akhirnya ikan tersebut mati. Perantara dari sumber penyakit yaitu air, pakan, dan peralatan yang tidak bersih. Pakan dalam kasus BMS tidak dimasukkan ke dalam sumber risiko, karena tidak berpengaruh secara langsung terhadap kematian benih ikan Black Ghost. Pakan yang digunakan anggota BMS merupakan pakan hidup berupa cacing sutra yang telah dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari atau kurang lebih 24 jam dan telah diberikan kunyit sebagai bahan herbal penambah daya tahan tubuh ikan, sehingga dengan antisipasi tersebut pakan diharapkan sudah bersih dari patogen yang menempel. Kelaparan ikan dapat terjadi akibat terserang penyakit hingga ikan tidak nafsu makan, kekurangan ketersediaan pakan, atau kepadatan yang tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan ikan berkompetisi terhadap pakan, oksigen, dan ruang gerak ikan. Saat kekurangan ketersediaan pakan ikan akan merasa lapar, ketidaktersedianya pakan tersebut dapat diakibatkan oleh curah hujan tinggi yang menyebabkan cacing terbawa arus dan tidak tersedia di alam. Curah hujan tinggi juga merupakan sebuah bencana yang dapat menyebabkan banjir atau perubahan kualitas sumber air budi daya. Kualitas air yang buruk dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat bahkan kematian pada ikan. Jika kematian tinggi dapat menyebabkan ikan gagal dipanen dan mempengaruhi pendapatan pembudidaya. Pada kegiatan panen juga dapat terjadi kematian ikan yang disebabkan oleh kesalahan SDM seperti ikan terseser atau terjepit saat sedang dijaring atau didapatkan benih yang tidak sesuai. Berdasarkan pengamatan dari kegiatan pendederan ikan hias Black Ghost pada 40 akuarium yang berasal dari 5 pembudidaya dan 4 akuarium per pembudidaya selama 2 siklus ditemukan
37
beberapa sumber yang berpengaruh langsung terhadap kematian ikan, yaitu kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan sumber daya manusia (SDM). Adapun penjelasan dari identifikasi masing-masing sumber risiko tersebut, yaitu: Kualitas Air Ikan sebagai hewan air memiliki mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki hewan darat, hal tersebut diakibatkan oleh perbedaan habitat, seperti kadar oksigen di dalam air hanya 5 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan kandungan oksigen diudara (Fujaya 2004). Oleh karena itu pengaturan kualitas air sebagai media kehidupan bagi ikan sangatlah penting. Kandungan di dalam air tersebut akan berbeda-beda pada setiap sumber air yang digunakan. Beberapa sumber air yang biasanya digunakan untuk budi daya ikan, yaitu air laut, air hujan, air sungai, air danau, air PAM, air sumur, dan mata air. Kelompok tani BMS seluruh anggotanya menggunakan sumber air berupa air sumur dengan kedalaman berkisar antara 10 m sampai 30 m. Menurut Lesmana (2006) semakin dalam sumur maka semakin kandungan material anorganiknya dan semakin berkurang kandungan bakterinya. Pada kedalaman sumur 10 meter yang dimiliki anggota kelompok BMS, air yang dihasilkan kurang cocok untuk budi daya, hal tersebut didasari oleh hasil pengujian laboratorium di Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Air Tawar Bogor. Hasil tersebut menunjukkan air memiliki pH yang rendah, yaitu 5.77, sedangkan pH yang dibutuhkan ikan Black ghost, yaitu 6.5 sampai 7. Adapun hasil pengujian tersebut pada Tabel 7 berikut: 1.
Tabel 7
Data kualitas air rata-rata pada air sumur kedalaman 10 meter di kelompok tani BMS
Parameter pH Amonia Nitrit kesadahan total Alkalinitas Nitrat ortho posphat
Satuan/unit mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l PO5P
Hasil Analisis 5.77 0.024 0.018 28.17 32.18 0.45 0.030
Teknik Pengujian SNI 06-6989-11-2004 SNI 06-6989-30-2004 SNI 06-6989-29-2004 SNI 06-6989-12-2004 Standard methods 103 Standard methods 424 C
Sumber: Kelompok tani Batara Mina Sejahtera (2013)
Hasil tersebut menunjukkan bahwa air tersebut harus diberikan penanganan. Pemberian batu karang atau soda kue ke dalam wadah budi daya sebagai upaya pH dapat ditingkatkan merupakan penanganan yang didapatkan dari anjuran Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Air Tawar Bogor. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Lesmana (2001) yang menyatakan bahwa peningkatan pH dapat dilakukan dengan penambahan garam dan soda kue secara perlahan, hati-hati, dan sedikit demi sedikit. Selain itu, menurut Lesmana (2006) sebelum air digunakan untuk budi daya diendapkan atau ditampung terlebih dahulu sehingga dapat membuat air sumur berhubungan dengan udara agar oksigen dari udara dapat terlarut serta menguapkan gas berbahaya yang tidak dibutuhkan ikan.
38
Ikan akan mengalami stres bahkan kematian apabila keadaan kualitas air tidak sesuai. Hadinata (2013) mengungkapkan bahwa kualitas air merupakan risiko produksi terbesar ke-2 sebesar 43.3 persen setelah penyakit yang di hadapi ikan Black Ghost. Ikan akan mengalami stres saat kualitas air di wadah pemeliharaan tidak sesuai dengan lingkungan alaminya. Beberapa ciri-ciripun dapat dilihat dari tingkat laku dan fisiologi ikan, yaitu mati secara serempak, bergerak lebih cepat dari biasanya, sering dipermukaan, hilang keseimbangan, dan tubuh mengeluarkan lendir. Ciri-ciri tersebut pun ditunjukkan pada saat pengamatan di lapangan (Lampiran 10). Informasi mengenai pengaruh kualitas air pun di dapat dari wawancara setiap responden dan pengamatan langsung, berikut kematian pada masing-masing akuarium yang ditujukkan pada Tabel 8: Tabel 8 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat kualitas air per akuarium periode November‒Desember 2013 Akuarium ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Benih mati akibat kualitas air Jumlah (ekor) 34 23 46 36 2 5 3 1 0 5 9 10 5 7 9 4 8 10 9 7
Persentase (%)a 62.96 45.10 75.41 54.55 10.53 33.33 21.43 5.88 0.00 22.73 52.94 30.30 27.78 28.00 47.37 25.00 47.06 31.25 56.25 38.89
Akuarium ke21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Benih mati akibat kualitas air Jumlah Persentase (ekor) (%)a 83 77.57 42 51.85 15 55.56 25 69.44 24 57.14 14 51.85 9 52.94 9 42.86 3 25.00 11 45.83 7 25.00 6 46.15 14 48.28 22 43.14 6 40.00 7 43.75 0 0.00 12 40.00 3 18.75 1 8.33
a
angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah kematian akibat sumber risiko tertentu dibagi total kematian yang terjadi.
Berdasarkan Tabel 8 pengaruh sumber risiko kualitas air terhadap kematian benih ikan Black Ghost berkisar antara 0 persen sampai 77.57 persen. Persentase tersebut merupakan hasil pembagian antara jumlah benih mati akibat sumber risiko kualitas air dibagi dengan total benih ikan Black Ghost yang mati. data pada
39
Tabel 8 tersebut berasal dari pengamatan yang dilakukan pada 20 akuarium selama 2 siklus, sehingga total pengamatan 40 akuarium dengan kepadatan per akuarium 2 sampai 3 ekor per liter. Kepadatan tersebut masih berada dalam batas normal kepadatan ikan Black Ghost, sehingga kepadatan ikan tidak akan mempengaruhi kualitas air dari wadah pemeliharaan. Data produksi pada penelitian ini berasal dari pengamatan yang dilakukan selama 2 siklus pada bulan November sampai Desember. Pada bulan November dan Desember ini curah hujan cukup tinggi, hampir setiap minggu mulai dari 19 November sampai 31 Desember 2013 hujan turun. Curah hujan dapat berpengaruh terhadap kualitas air sumur yang digunakan oleh para pembudidaya, karena daerah bogor merupakan daerah lereng, saat hujan turun akan langsung mengalir ke dataran yang lebih rendah tanpa proses penyaringan yang lebih lama di dalam tanah. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kualitas air yang digunakan pembudidaya. Antisipasi awal anggota BMS yang digunakan untuk mengurangi dampak dari perubahan kualitas air, yaitu air yang digunakan diendapkan di dalam tandon (penampungan air) yang mereka miliki, penambahan soda jika ph rendah atau penambahan daun ketapang untuk ph yang tinggi, penyiponan, dan penggantian air. Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah melihat hasil pengecekan ph meter terlebih dahulu pada media budi daya. Namun diperlukan perlakuan lain, agar dapat lebih mengurangi perubahan lingkungan yang terjadi karena ada kemungkinan perubahan akan terjadi lagi akibat metabolisme ikan sendiri di dalam wadah budi daya. 2.
Kualitas benih Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengamatan langsung ditempat penelitian dan wawancara dengan responden, kualitas benih merupakan salah satu sumber risiko yang dihadapi oleh pembudidaya BMS. Pada kegiatan pembenihan sarang yang telah diteluri oleh induk dan telah dibuahi dipindahkan ke wadah lain hingga menetas. Setelah ukuran 1 inci, ikan tersebut dipindahkan ke wadah lain dengan padat penebaran tertentu hingga ukuran siap jual. Penelitian Hadinata (2013) tidak memasukan kualitas benih sebagai sumber risiko, namun pada penelitian ini memasukan kualitas benih sebagai sumber risiko karena masih ditemukan benih Black Ghost yang tidak memiliki kesesuaian bentuk tubuhnya, seperti bentuk benih bengkok dan tidak berwarna hitam, apabila benih tidak sesuai maka akan digolongkan ke dalam benih cacat dan tidak dapat dijual. Benih cacat didapatkan pada saat pemindahan ke wadah pendederan ikan melalui kegiatan sampling yang kurang benar. Jumlah benih yang cacat diketahui pada saat pemanenan, karena pada saat itu benih disortir kembali. Benih cacat tersebut dimasukan ke dalam sumber risiko yang dihadapi pembudidaya BMS. Benih cacat yang telah dibesarkan tidak dapat terjual dan hanya menambah biaya variabel yang dibutuhkan selama pemeliharaan, oleh karena itu jumlah benih cacat dapat mengurangi pendapatan yang seharusnya diterima pembudidaya, sehingga jumlah benih yang ditemukan cacat saat penyortiran dianggap ke dalam benih yang mati akibat kualitas benih. Adapun jumlah benih cacat yang ditemukan pada 40 akuarium anggota BMS pada Tabel 9:
40
Tabel 9 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat kualitas benih per akuarium periode November‒Desember 2013 Akuarium ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Benih mati akibat kualitas benih Jumlah Persentase (%)a (ekor) 6 11.11 12 23.53 4 6.56 7 10.61 5 26.32 4 26.67 3 21.43 7 41.18 2 8.00 1 4.55 0 0.00 5 15.15 5 27.78 5 20.00 2 10.53 3 18.75 2 11.76 7 21.88 3 18.75 2 11.11
Akuarium ke21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Benih mati akibat kualitas benih Jumlah Persentase (ekor) (%)a 2 1.87 5 6.17 3 11.11 2 5.56 3 7.14 6 22.22 1 5.88 1 4.76 3 25.00 5 20.83 7 25.00 3 23.08 2 6.90 7 13.73 1 6.67 0 0.00 5 38.46 4 13.33 5 31.25 7 58.33
a
angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah kematian akibat sumber risiko tertentu dibagi total kematian yang terjadi.
Berdasarkan Tabel 9, pengaruh sumber risiko kualitas benih dari 20 akuarium berkisar antara 0 persen sampai 58.33 persen dari tingkat kematian. Pengamatan tersebut dilakukan pada 40 akuarium dengan kepadatan per akuarium 2 sampai 3 ekor per liter. Data produksi pada penelitian ini berasal dari pengamatan yang dilakukan selama 2 siklus pada bulan November sampai Desember. Jumlah benih yang kualitasnya tidak sesuai didapatkan saat proses pemanenan. Pemanenan siklus pertama dilakukan pada awal bulan desember, sedangkan pemanenan untuk siklus ke-2 dilakukan pada bulan desember akhir. Benih yang cacat merupakan benih yang bentuknya bengkok dan tidak dapat dijual (Lampiran 11). 3.
Penyakit Penyakit merupakan kendala yang sering timbul dalam membudidayakan ikan, baik ikan hias maupun ikan konsumsi. Pengetahuan mengenai sumber penyakit sangat membantu upaya pengobatan dan menentukan pencegahan serangan suatu penyakit yang mungkin di alami ikan (Afrianto, 1992).
41
Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan responden, penyakit merupakan salah satu sumber risiko produksi yang dihadapi anggota BMS. Penyakit yang tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi bagi ikan, sehingga diperlukan penanganan yang tepat agar pencegahan dapat dilakukan sebelum penyakit menyerang ikan. Adapun data kematian ikan akibat dari penyakit pada Kelompok Tani BMS pada Tabel 10: Tabel 10 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat penyakit per akuarium periode November–Desember 2013 Akuarium ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Benih mati akibat penyakit Jumlah (ekor) 11 11 8 16 22 14 5 15 4 11 3 6 13 3 6 7 10 17 6 8
Persentase (%)a 20.37 21.57 13.11 24.24 88.00 63.64 29.41 45.45 23.53 34.38 18.75 33.33 30.95 11.11 35.29 33.33 34.48 33.33 40.00 50.00
Akuarium ke21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Benih mati akibat penyakit Jumlah (ekor) 11 7 7 12 12 18 6 11 21 35 7 7 2 5 8 1 6 6 3 1
Persentase (%)a 45.83 36.84 43.75 54.55 46.15 54.55 27.27 55.00 18.92 41.18 25.00 19.44 16.67 19.23 25.81 7.69 40.00 19.35 15.79 7.69
angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah kematian akibat sumber risiko tertentu dibagi total kematian yang terjadi.
Berdasarkan Tabel 10 pengaruh penyakit terhadap kematian benih ikan Black Ghost berkisar antara 7.69 persen sampai 88 persen dari kematian yang terjadi. Pengamatan tersebut dilakukan pada 40 akuarium dengan kepadatan per akuarium 2 sampai 3 ekor per liter. Data produksi pada penelitian ini berasal dari pengamatan yang dilakukan selama 2 siklus pada bulan November sampai Desember. Pada bulan November dan Desember ini curah hujan cukup tinggi, hampir setiap minggu mulai dari 19 November hingga 31 Desember hujan turun. Curah hujan dapat berpengaruh terhadap suhu dan parameter kualitas air lainnya, pada suhu rendah penyakit jenis cendawan dan parasit akan lebih mudah menyerang. Beberapa penyebab ikan terserang penyakit, yaitu pakan alami yang
42
tidak bersih, kualitas air yang buruk, dan kondisi pertahanan tubuh ikan lemah. Selain itu sumber penyakit yang disebabkan oleh persaingan antara oksigen, pakan, dan ruang gerak seperti yang dijelaskan dalam kerangka teori sumber risiko produksi dihadapi dalam kasus BMS. Penelitian Hadinata (2013) mengemukakan bahwa risiko produksi benih ikan Black Ghost terbesar diakibatkan oleh penyakit, yaitu sebesar 48 persen. Menurut wawancara dengan responden, penyakit yang sering muncul dan menyerang di BMS, yaitu penyakit bintik putih (white spot) dan velvet. Namun saat penelitian dilakukan hanya menemukan penyakit bintik putih saja, dengan ciri-ciri ikan berada pada permukaan air, tidak nafsu makan, hilang kesimbangan, dan di permukaan tubuh ikan terdapat bintik-bintik berwarna putih (Lampiran 12). Penyakit bintik putih menyerang ikan dengan sangat cepat, terutama pada suhu optimalnya 15 oC sampai 25 oC (Lesmana, 2006). Antisipasi awal anggota BMS yang digunakan untuk mengurangi dampak dari sumber risiko penyakit, yaitu pemberian bahan herbal pada pakan, pemberian MB (methyline blue), pemberian garam, dan penggunaan peralatan yang berbeda bagi ikan sakit. Bahan herbal yang digunakan oleh Kelompok Tani BMS, yaitu kunyit dengan dosis 1 gram pada 1 takar pakan alami yang berfungsi penambah kekebalan tubuh ikan. Selain dari penyakit yang disebabkan parasit, sumber penyakit ikan Black Ghost BMS juga dapat dipacu dengan adanya persaingan saat memperebutkan pakan dan wilayah/ruang gerak, selain itu dapat juga terjadi apabila kepadatan ikan terlalu tinggi. Penelitian Hadinata (2013) menunjukkan bahwa salah satu sumber risiko produksi yang dihadapi pendederan ikan Black Ghost, yaitu ikan saling menyerang, namun dalam penelitian ini sumber risiko ikan saling menyerang atau disebut persaingan antar ikan dikatagorikan ke dalam sumber yang dapat menyebabkan penyakit. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Afrianto (1992) yang menjelaskan bahwa persaingan ikan terhadap ruang gerak, oksigen, dan pakan dapat memacu ikan untuk terserang penyakit. Pada pengamatan yang dilakukan ikan yang saling menyerang terjadi pada saat pemberian pakan atau saat ikan masuk ke wilayah ikan lain. Akibat dari persaingan yang terjadi beberapa diantara benih tersebut terluka, saat ikan terluka daya tahan tubuh mereka akan lemah dan dapat menyebabkan ikan terserang penyakit dan mati. Kematian yang timbul oleh persaingan antar benih ikan Black Ghost dapat langsung terjadi karena persaingan atau secara perlahan terkena parasit terlebih dahulu sebelum mati, hal tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidup dan pendapatan bagi usaha pembudidaya BMS. Persaingan terjadi saat pemberi pakan telat memberi makan, ikan-ikan saling menyerang saat sedang kelaparan dan saat makanan di tebarkan ke wadah budi daya. Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh ikan yang mati akibat bersaing, yaitu ikan tubuhnya tidak utuh, terdapat kerusakan pada organ tubuhnya, dan beberapa hari sebelumnya ikan terlihat bersaing (Lampiran 12). Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat berperan dalam usaha budi daya di bidang perikanan. Hal tersebut dikarenakan usaha budi daya merupakan usaha pemeliharaan benih hingga dapat dijual secara komersial dengan bantuan manusia. Hadinata (2013) tidak memasukan SDM sebagai sumber risiko dikarenakan menurutnya SDM telah memiliki pengalaman dan keterampilan 4.
43
dalam berproduksi. Pada penelitian ini SDM dimasukkan ke dalam risiko produksi dikarenakan pada saat pengamatan di lapangan dilakukan, terlihat bahwa masih ada benih yang mati secara langsung disebabkan oleh SDM, seperti pada saat penyiponan kotoran, sering kali ikan yang ada di wadah ikut tersedot, terseser bahkan terjepit di tengah-tengah selang. Hal tersebut dimasukkan ke dalam risiko karena jumlah ikan yang tersedot, terseser, dan terjepit akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pendapatan yang akan diterima oleh pembudidaya. Adapun data terkait dengan tingkat kematian ikan akibat SDM yang ditujukkan pada Tabel 11: Tabel 11 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat SDM per akuarium periode November–Desember 2013 Akuarium ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Benih mati akibat penyakit Jumlah Persentase (ekor) (%)a 3 5,56 5 9,80 3 4,92 7 10,61 1 4,00 2 9,09 3 17,65 3 9,09 3 17,65 4 12,50 1 6,25 3 16,67 2 4,76 4 14,81 1 5,88 4 19,05 3 10,34 5 9,80 2 13,33 1 6,25
Akuarium ke21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Benih mati akibat penyakit Jumlah Persentase (ekor) (%)a 6 25,00 3 15,79 3 18,75 2 9,09 4 15,38 3 9,09 5 22,73 2 10,00 5 4,50 3 3,53 3 10,71 2 5,56 4 33,33 5 19,23 9 29,03 3 23,08 4 26,67 9 29,03 8 42,11 4 30,77
angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berasal dari hasil pembagian antara jumlah kematian akibat sumber risiko tertentu dibagi total kematian yang terjadi.
Berdasarkan data pada Tabel 12 pengaruh SDM terhadap kematian benih ikan Black Ghost berkisar antara 3.53 persen sampai 42.11 persen dari tingkat kematian yang ditimbulkan. Pengamatan tersebut dilakukan pada 40 akuarium dengan kepadatan per akuarium 2 hingga 3 ekor per liter. Data produksi pada penelitian ini berasal dari pengamatan yang dilakukan selama 2 siklus pada bulan November sampai Desember pada 20 akuarium. Sumber risiko SDM yang
44
dimaksudkan disini merupakan yang berdampak langsung terhadap kematian ikan. Benih yang sehat apabila saat selang menyedot kotoran akan menjauhi selang, benih yang mendekati selang merupakan benih yang sedang lapar. Selang sifon yang digunakan langsung dihubungkan ke saluran pembuangan. Hal tersebut berakibat, terkadang ada ikan yang masuk dan langsung terbuang kesaluran. Selain itu, ikan yang disifon menggunakan selang yang ukurannya bisa membuat ikan masuk dapat menyebabkan ikan tersedot dan sulit untuk keluar dan menjadi terjepit, selain itu ikan dapat terjepit dan mati pada saat pemanenan atau penggunaan seser untuk ikan (Lampiran 13). Hal tersebut merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan dari sumber risiko SDM. Antisipasi awal yang digunakan untuk permasalahan ini oleh pembudidaya BMS, yaitu berhati-hati saat penyiponan.
Analisis Probabilitas Risiko Produksi Ikan Black Ghost Identifikasi sumber risiko sebagai tahap awal yang dilakukan untuk menghasilkan informasi terkait sumber risiko yang hadapi oleh pembudidaya BMS. Pada tahap identifikasi di atas terdapat 4 jenis risiko yang dihadapi pembudidaya BMS, yaitu kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan SDM. Setelah itu tahap selanjutnya dilakukan, yaitu menganalisis besaran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko yang ditimbulkan dari masing-masing sumber risiko. Analisis ini akan menunjukkan risiko yang perlu diprioritaskan dan penanganan apa yang perlu dilakukan dilihat dari besaran kemungkinan yang ditimbulkan agar kemungkinan tersebut dapat diminimalisir. Analisis kemungkinan risiko produksi dihitung dengan metode z-score seperti yang telah dijelaskan pada bab metode, hasil perhitungan dari masing-masing sumber risiko tersebut antara lain: Kualitas Air Kualitas air merupakan salah satu sumber risiko yang sangat berpengaruh dalam kegiatan pemeliharaan ikan, karena air merupakan media hidup ikan. Kualitas air yang tidak sesuai dengan lingkungan hidup ikan akan menyebabkan ikan stres bahkan mati. Tingkat kematian dari ikan tersebut merupakan sebuah risiko yang dihadapi pembudidaya karena dapat menyebabkan kerugian bagi pembudidaya. Besarnya kemungkinan terjadinya sebuah risiko atau probabilitas pada periode tertentu merupakan ukuran seberapa sering sumber risiko tersebut muncul pada periode tertentu. Analisis probabilitas risiko yang dihadapi dalam penelitian ini, dihitung dengan mengolah data 20 akuarium selama 2 siklus, sehingga total data berasal dari 40 akuarium. Nilai dari batas kematian benih akibat kualitas air yang dianggap normal oleh pembudidaya BMS diperoleh dari nilai rata-rata persentase mortalitas benih ikan Black Ghost akibat sumber risiko kualitas air dikalikan dengan rata-rata jumlah ekor benih yang mati pada setiap akuarium. Hal tersebut dikarenakan untuk batas masing-masing kejadian akibat sumber risiko tertentu jarang ditentukan oleh pembudidaya, kecuali kejadian kematian ikan total yang secara umum dan sering terjadi. Kematian benih akibat kualitas air dapat dianggap masih normal sebanyak 11 ekor per siklus produksi. 1.
45
Adapun hasil perhitungan nilai probabilitas sumber risiko kualitas air pada Tabel 12. Tabel 12 Probabilitas sumber risiko kualitas air padat tebar benih 2‒3 ekor/l per akuarium periode November–Desember 2013 Uraian Total (ekor) Rata-rata (ekor) Standar deviasi N/batas normal (ekor) z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
Nilai 546 14 16 11 -0,17 0,43 43,20 56,80
Tabel 12 menunjukkan total kematian akibat kualitas air benih ikan Black Ghost dari 40 akuarium yang dimiliki anggota BMS, yaitu 546 ekor dengan ratarata kematian 14 ekor. Kematian tersebut diakibatkan oleh perubahan kualitas air di wadah yang tidak sesuai dengan lingkungan hidup benih ikan Black Ghost. Batas normal kematian benih ikan Black Ghost, yaitu 11 ekor. Kemungkinan terjadinya kematian benih Black Ghost yang disebabkan oleh kualitas air kurang dari 11 ekor ialah sebanyak 43.2 persen, sedangkan peluang kematian benih yang disebabkan oleh kualitas air melebihi batas normal ialah 56.8 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa kematian benih ikan Black Ghost pada anggota BMS yang disebabkan kualitas air masih banyak melebihi batas normal kematian, yaitu 11 ekor pada periode November sampai Desember 2013. Probabilitas tersebut merupakan probabilitas risiko terbesar ke-3 dari ke-4 sumber risiko yang dihadapi oleh pembudidaya BMS. 2.
Kualitas Benih Kualitas benih merupakan salah satu sumber risiko yang sangat berpengaruh terhdapa kegiatan budi daya. Kualitas benih yang tidak terjual akibat kecacatan atau kualitas tidak sesuai akan berpengaruh terhadap pendapatan pembudidaya. Jika benih tersebut terdapat di wadah budi daya dan tidak dipisahkan hanya akan membuat biaya variabel yang bertambah, risiko tersebut terjadi akibat benih tidak tersortir dengan baik saat penebaran. Nilai dari batas risiko akibat kualitas benih yang dianggap normal oleh pembudidaya BMS diperoleh dari nilai rata-rata persentase benih ikan Black Ghost yang cacat dikalikan dengan rata-rata jumlah ekor benih yang mati pada setiap akuarium. Risiko kualitas benih yang dapat dianggap masih normal ialah 5 ekor. Analisis probabilitas risiko kualitas benih yang dihadapi dihitung dengan mengolah data 20 akuarium selama 2 siklus, sehingga total data akuarium yang digunakan sebanyak 40 buah. Adapun hasil perhitungan nilai probabilitas sumber risiko kualitas benih yang tersaji pada Tabel 13.
46
Tabel 13 Probabilitas sumber risiko kualitas benih padat tebar 2‒3 ekor/l per akuarium periode November–Desember 2013 Uraian Total (ekor) Rata-rata (ekor) Standar deviasi N/batas normal (ekor) z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
Nilai 157 4 2 5 0,44 0,67 33,00 67,00
Nilai probabilitas menunjukkan seberapa sering risiko terjadi pada periode tertentu. Tabel 13 menunjukkan total kematian akibat kualitas benih ikan Black Ghost dari 40 akuarium yang dimiliki anggota BMS, yaitu 157 ekor dengan ratarata kematian 4 ekor. Batas normal benih ikan Black Ghost yang cacat, yaitu 5 ekor. Dari nilai probabilitas yang dihitung, kemungkinan adanya benih ikan Black Ghost yang cacat lebih dari 5 ekor ialah sebanyak 33 persen, sedangkan peluang benih ikan Black Ghost yang kurang dari batas normal ialah 67 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa risiko kualitas benih ikan Black Ghost pada anggota BMS yang disebabkan benih cacat sudah berada diatas batas normal kematian, yaitu 5 ekor pada periode November sampai Desember 2013. 3.
Penyakit Penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang sangat berpengaruh dalam kegiatan pemeliharaan ikan. Penyakit juga merupakan sumber risiko yang banyak ditakuti pembudidaya, karena dapat menyebar dengan cepat dan tidak diduga-duga kemunculannya. karena benih yang sakit dan tidak dapat ditangani akan membuat tingkat kematian atau mortalitas meningkat. Hal tersebut bersumber dari menurunnya daya tahan tubuh ikan akibat adanya parasit yang mengganggu dan persaingan antar ikan. Persaingan merupakan salah satu sumber risiko yang sangat berpengaruh dalam kegiatan pemeliharaan ikan, karena benih yang terluka akibat bersaing dengan benih dan tidak kuat untuk bertahan akan menyebabkan kematian pada ikan atau menyebabkan daya tahan tubuh ikan menurun hingga terjangkit parasit dan mati. Apabila tingkat kematian atau mortalitas benih akibat persaingan tinggi dapat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh pembudidaya, sehingga diperlukan penanganan yang tepat. Nilai dari batas kematian benih akibat penyakit yang dianggap normal oleh pembudidaya BMS diperoleh dari nilai rata-rata persentase benih ikan Black Ghost yang mati akibat sumber risiko penyakit dikalikan dengan rata-rata jumlah ekor benih yang mati pada setiap akuarium. Risiko kematian benih akibat sumber risiko penyakit yang dapat dianggap masih normal ialah 8 ekor pada setiap siklus produksi. Kemungkinan kematian benih akibat penyakit pasti dialami oleh para pembudidaya ikan baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Penyakit dapat timbul saat kondisi lingkungan tidak stabil. Analisis probabilitas risiko penyakit yang dihadapi dihitung dengan mengolah data 20 akuarium selama 2 siklus, sehingga
47
total data yang digunakan berasal dari 40 akuarium. Tabel 14 menunjukkan total kematian akibat penyakit benih ikan Black Ghost dari 40 akuarium yang dimiliki anggota BMS, yaitu 322 ekor dengan rata-rata kematian 8 ekor untuk setiap akuarium. Nilai tersebut terlihat kecil, hal tersebut dikarenakan pengukuran yang dilakukan, yaitu pada wadah bervolume 0.11 - 0.15 m3, apabila volume meningkat maka kemungkinan risiko yang terjadi dapat lebih besar. Batas normal kematian benih ikan Black Ghost, yaitu 8 ekor. Kemungkinan terjadinya kematian benih Black Ghost yang disebabkan oleh penyakit kurang dari 8 ekor ialah sebanyak 49.6 persen, sedangkan peluang kematian benih yang disebabkan oleh penyakit melebihi batas normal ialah 50.4 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa kematian benih ikan Black Ghost pada anggota BMS yang disebabkan penyakit telah melebihi batas normal kematian, yaitu 8 ekor pada periode November sampai Desember, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14 Probabilitas sumber risiko penyakit padat tebar benih 2‒3 ekor/l per akuarium periode November–Desember 2013 Uraian Total (ekor) Rata-rata (ekor) Standar deviasi N/batas normal (ekor) z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
4.
Nilai 322 8 6 8 -0,01 0,50 49,6 50,4
Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber risiko yang sangat berpengaruh dalam kegiatan pemeliharaan ikan, karena SDM berkaitan langsung dengan pemeliharaan benih hingga ukuran jual. Apabila ada kesalahan penanganan yang dilakukan SDM dapat menyebabkan tingkat kematian atau mortalitas benih meningkat dan dapat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh pembudidaya. Risiko SDM yang seperti terjepitnya ikan saat penyiponan dan kesalahan saat penjaringan ikan menggunakan seser. Kemungkinan kematian benih akibat SDM pasti dialami oleh para pembudidaya ikan karena SDM merupakan faktor produksi penting dalam budi daya ikan. Analisis probabilitas risiko yang dihadapi dihitung dengan mengolah data 20 akuarium selama 2 siklus, sehingga data yang digunakan sebanyak 40 akuarium. Nilai dari batas kematian benih akibat SDM yang dianggap normal oleh pembudidaya BMS diperoleh dari nilai rata-rata persentase benih ikan Black Ghost yang mati akibat sumber risiko SDM dikalikan dengan rata-rata jumlah ekor benih yang mati pada setiap akuarium. Risiko kematian benih akibat sumber risiko SDM yang dapat dianggap masih normal ialah 5 ekor pada setiap siklus produksi. Adapun hasil perhitungan nilai probabilitas sumber risiko kematian benih akibat SDM yang tersaji pada Tabel 15.
48
Tabel 15 Probabilitas sumber risiko SDM padat tebar 2‒3 ekor/l per akuarium periode November–Desember 2013 Uraian Total (ekor) Rata-rata (ekor) Standar deviasi N/batas normal (ekor) z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N
Nilai 147 4 2 5 0,67 0,75 25,20 74,80
Tabel 16 menunjukkan total kematian benih ikan Black Ghost akibat SDM dari 40 akuarium yang dimiliki anggota BMS, yaitu 147 ekor dengan rata-rata kematian 4 ekor. Batas normal kematian benih ikan Black Ghost, yaitu 5 ekor. Kemungkinan terjadinya kematian benih Black Ghost yang disebabkan oleh SDM kurang dari 5 ekor ialah sebanyak 25.2 persen, sedangkan peluang kematian benih yang disebabkan oleh SDM melebihi batas normal ialah 74.8 persen. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa kematian benih ikan Black Ghost pada anggota BMS yang disebabkan SDM berada diatas batas normal kematian, yaitu 5 ekor pada periode November sampai Desember dan merupakan probabilitas risiko terbesar diantara sumber-sumber risiko lain.
Analisis Dampak Risiko Produksi Ikan Black Ghost Status sebuah risiko dapat diketahui dari hasil identifikasi sumber risiko yang dihadapi pembudidaya dengan menghitung probabilitas dan dampak masingmasing sumber risiko. Probabilitas akan menunjukkan seberapa sering kemungkinan terjadinya risiko yang dihadapi pembudidaya tersebut pada periode tertentu. Dampak yang biasanya timbul akibat sumber risiko dalam sebuah usaha dan berakibat negatif, yaitu salah satunya kerugian finansial. Penelitian ini juga akan membahas mengenai dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko produksi benih ikan Black Ghost. Benih yang mati akibat sumber risiko yang dihadapi membuat kelangsungan hidup ikan berkurang dan membuat hasil panen ikan juga berkurang. Agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi akibatnya maka diperlukan penanganan yang tepat, namun sebelum dilakukan penanganan dampak yang timbul akibat sumber risiko harus dihitung terlebih dahulu. Dampak yang ditimbulkan umumnya berupa kerugian finansial yang dapat dihitung dengan metode VaR (Value at Risk). Salah satu komponen perhitungan VaR ialah harga, harga dari ikan Black Ghost sendiri di tingkat pembudidaya BMS rata-rata Rp 1 200. Data yang digunakan merupakan data yang didapat dari pengamatan langsung dan wawancara kepada responden. Pengamatan langsung dilakukan pada 20 akuarium selama 2 siklus dari 5 anggota kelompok BMS, sehingga total data akuarium sebanyak 40 akuarium. Rumus dari penggunaan VaR telah dijelaskan pada bab metode, berikut analisis dampak yang ditimbulkan oleh
49
sumber risiko produksi yang dihadapi usaha ikan hias Black Ghost anggota kelompok BMS: 1.
Kualitas Air Kualitas air yang tidak sesuai menyebabkan ikan stres bahkan mati. Black Ghost merupakan salah satu ikan yang permukaan tubuhnya tidak memiliki sisik dan dapat mempengaruhi kemampuannya saat beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Kualitas air yang berubah-ubah dan tidak sesuai akan membuat ikan Black Ghost mengeluarkan lendir secara berlebihan sebagai upaya mempertahankan diri, namun saat lendir yang dikeluarkan terlalu banyak akan membuat linea lateralis yang berfungsi sebagai radar arus menjadi tertutup dan tidak bekerja optimal (Fujaya 2004). Hal tersebut membuat ikan hilang keseimbangan dan tidak nafsu makan serta akan naik ke permukaan air. Akibat yang semakin parah dan penanganan yang terlambat dapat menyebabkan benih ikan Black Ghost mati dan dapat mengurangi pendapatan yang diterima pembudidaya untuk setiap kematian benih tersebut. Berikut hasil perhitungan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko kualitas air pada Tabel 16: Tabel 16 Dampak sumber risiko kualitas air usaha ikan Black Ghost pada tingkat harga Rp 1 200 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 655 200 16 380 19 143 1.645 16 382
Tabel 16 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat kualitas air sebesar Rp 655 200 dengan rata-rata kerugian Rp 16 380 per akuarium. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko kualitas air sebesar Rp 16 382 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen merupakan dampak tertinggi dari sumber risiko yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa estimasi dari dampak kerugian maksimum akibat sumber risiko kualitas air yang dihadapi dalam 1 akuarium selama periode 2 siklus (November sampai Desember) ialah sebesar Rp 16 382 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas nilai VaR yang tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 16 382 ialah sebesar 5 persen atau sering disebut error.
2.
Kualitas Benih
Kualitas benih yang tidak sesuai menyebabkan ikan tidak dapat dijual. Ikan yang tidak dapat dijual membuat pendapatan pembudidaya berkurang. Hal tersebut memberikan dampak berupa kerugian bagi usaha yang dijalankan pembudidaya. Perhitungan dampak risiko yang ditimbulkan perlu diketahui agar
50
dapat mengukur sejauh mana kerugian yang dihadapi usaha. Perhitungan mengenai dampak dari sumber risiko kualitas benih dihitung menggunakan metode VaR dengan tingkat keyakinan 95 persen dan 5 persen sebagai error. Berikut hasil perhitungan dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko kualitas benih pada Tabel 17: Tabel 17 Dampak sumber risiko kualitas benih usaha ikan Black Ghost pada tingkat harga Rp 1 200 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 188 400 4 710 2 957 1.645 5 479
Tabel 17 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat kualitas benih sebesar Rp 188 400 dengan rata-rata kerugian Rp 4 710 per akuarium. Dampak tersebut ialah dampak terbesar ke-3 dari ke-4 sumber risiko yang dihadapi. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko kualitas benih sebesar Rp 5 479 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa estimasi dari dampak kerugian maksimum akibat sumber risiko kualitas benih yang dihadapi dalam 1 akuarium selama periode 2 siklus (November sampai Desember) ialah sebesar Rp 5 479 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas nilai VaR yang tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 5 479 ialah sebesar 5 persen. 3.
Penyakit Penyakit sebagai sumber risiko dapat menyebabkan kerugian apabila tidak ditangani dengan segera dan tepat. Penyakit dapat menyebar dengan cepat, apabila ikan sedang berada dalam kondisi rentan penyakit membuat ikan menjadi melemah bahkan mati. Selain itu, penyakit dapat timbul akibat persaingan ikan terhadap pakan dan ruang gerak/wilayah teritorial. Pakan yang diberikan kepada ikan Black Ghost merupakan pakan alami berupa cacing sutra, yang ketersediaannya mengandalkan alam. Saat curah hujan tinggi cacing sutra yang ada di sungai akan terbawa aliran air, sehingga para pengumpul cacing akan sulit mendapatkan cacing dan akan berdampak pada ketersediaan pakan ikan. Ketidak tersedianya pakan pada keadaan tersebut dapat menyebabkan kompetitor pada ikan. Selain dari ketersediaan pakan, persaingan ikan juga dapat timbul akibat penguasaan wilayah teritorial ikan. Saat terjadi persaingan ikan akan saling mengadu akibatnya badan pada ikan mengalami luka bahkan mati. ikan yang mati tersebut menjadi selisih dari ikan yang ditebar awal dan akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pembudidaya. Selisih atau kerugian yang ditimbulkan itulah merupakan dampak dari sumber risiko produksi yang ditimbulkan penyakit.
51
Tabel 18 Dampak sumber risiko penyakit usaha ikan Black Ghost pada tingkat harga Rp 1 200 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 458 400 11 460 7 936 1.645 13 524
Tabel 18 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat sumber risiko penyakit sebesar Rp 458 400 dengan rata-rata kerugian Rp 11 460 per akuarium. Dampak tersebut merupakan dampak terbesar ke-2 dari ke-4 sumber risiko yang ada. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko penyakit sebesar Rp 13 524 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa estimasi dari dampak kerugian maksimum akibat sumber risiko penyakit yang dihadapi dalam 1 akuarium selama periode 2 siklus, yaitu November sampai Desember ialah sebesar Rp 13 524 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas nilai VaR tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 13 524 ialah sebesar 5 persen. 4.
Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia (SDM) sangat berperan penting dalam pemeliharaan ikan, apabila SDM tidak bertanggung jawab dalam setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukannya maka kemungkinan besar seluruh benih yang dipelihara akan mati. Setelah sebelumnya dicari seberapa sering kemungkinan risiko tersebut terjadi maka diperlukan perhitungan seberapa besar dampak atau kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko SDM. Dalam penelitian ini, dampak yang ditimbulkan dari sumber risiko SDM berupa tindakan langsung yang berkaitan terhadap kelangsungan hidup, yaitu saat ikan terjepit di dalam selang sifon dan terseser saat sedang penebaran atau pemanenan yang menyebabkan kematian pada benih ikan Black Ghost dan pendapatan yang berkurang. Agar pendapatan pembudidaya tidak berkurang diperlukan penanganan yang telah disesuaikan dengan status dari sumber risiko SDM yang berasal dari perhitungan antara kemungkinan dan dampak dari sumber risiko SDM. Adapun hasil perhitungan dampak sumber risiko SDM yang diperoleh dari data 40 akuarium pada Tabel 19:
Tabel 19 Dampak sumber risiko SDM ikan Black Ghost pada tingkat harga Rp 1 200 Uraian Total (Rp) Rata-rata (Rp) Standar deviasi Nilai z (α=5%) VaR (Rp)
Nilai 176 400 4 410 2 375 1.645 5 028
52
Tabel 19 menunjukkan bahwa total kerugian yang dihadapi akibat SDM sebesar Rp 176 400 dengan rata-rata kerugian Rp 4 410 per akuarium. Hasil perhitungan VaR untuk sumber risiko SDM sebesar Rp 5 028 dengan tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95 persen. Dampak tersebut merupakan dampak terkecil dari ke-4 sumber risiko yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa estimasi dari dampak kerugian maksimum akibat sumber risiko SDM yang dihadapi dalam 1 akuarium selama periode 2 siklus, yaitu November sampai Desember ialah sebesar Rp 5 028 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Tingkat kepercayaan merupakan probabilitas nilai VaR yang tidak akan melebihi kerugian maksimum, sehingga kemungkinan terjadinya dampak melebihi Rp 5 028 ialah sebesar 5 persen.
Pemetaan Risiko Produksi Ikan Black Ghost Proses identifikasi sumber risiko, analisis kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas), dan analisis dampak risiko telah dilakukan. Tahapan terakhir yang dilakukan ialah mengetahui status risiko, lalu status risiko tersebut dipetakan ke dalam peta risiko seperti yang telah dijelaskan pada bab metode. Status risiko akan menunjukkan urutan risiko dari tingkat berisiko besar hingga berisiko kecil. Status tersebut didapatkan dari hasil perkalian probabilitas dengan dampak dari masing-masing sumber risiko. Adapun hasil dari perhitungan status risiko pada Tabel 20: Tabel 20 Status sumber risiko produksi ikan Black Ghost ukuran 1‒1.5 inci periode November‒Desember Sumber risiko Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status risiko (Rp) Kualitas air 56.80 16 381.65 9 304.77 Penyakit 50.40 13 524.25 6 816.22 SDM 74.80 5 027.75 3 760.76 Kualitas benih 67.00 5 479.05 3 670.96 25.0 7 541.00 Batas tengah anggota BMS Tabel 20 menunjukkan sumber risiko yang dihadapi usaha pendederan ikan hias Black Ghost pada pembudidaya BMS memiliki nilai probabilitas dan dampak serta status berbeda-beda. Sumber risiko yang memiliki nilai probabilitas tertinggi pada usaha pendederan ikan hias Black Ghost ialah sumber risiko kualitas benih yaitu sebesar 74.80 persen, sedangkan nilai probabilitas terkecil ialah penyakit sebesar 50.40 persen. Sumber risiko kualitas air memiliki dampak terbesar, yaitu Rp 16 381.65, sedangkan dampak terkecil berasal dari sumber risiko SDM. Perkalian antara nilai probabilitas yang diperoleh dan nilai dari dampak yang ditimbulkan akan menghasilkan status dari masing-masing sumber risiko. Status terbesar dari seluruh sumber risiko yang dihadapi ialah sumber risiko kualitas air sebesar Rp 9 304.77 per akuarium dalam periode November hingga Desember, sedangkan status terkecil berasal dari sumber risiko kualitas benih, yaitu Rp 3 670.96.
53
Status risiko yang telah diketahui dimasukan nilainya dalam kuadran pada peta risiko agar dapat mengetahui penanganan yang sebaiknya dilakukan. Pemetaan risiko ini diharapkan dapat menunjukan risiko yang sebaiknya ditangani terlebih dahulu. Risiko yang sangat besar dampaknya dan risiko yang tinggi kemungkinannya untuk terjadi dapat diturunkan tingkat dampak dan kemungkinannya. Batas tengah dari peta risiko berasal dari batasan pembudidaya, yaitu masing-masing sebesar 25 persen dan Rp 7 541. Nilai probabilitas 25 persen menunjukkan bahwa peluang terjadinya kejadian berisiko yang terjadi menurut anggota BMS selama mereka berproduksi, yaitu sebesar 25 persen per siklusnya untuk probabilitas dengan dampak kerugian yang terjadi sebesar 2 persen dari total penerimaan yang diterima dalam siklus produksi, yaitu sebesar Rp 7 541. Setelah batas tengah ditetapkan, selanjutnya sumber-sumber risiko diletakan sesuai dengan hasil probabilitas dan dampak yang telah dihitung. Berikut pemetaan risiko produksi usaha pendederan ikan hias Black Ghost pada anggota BMS yang digambarkan pada Gambar 13:
Probabilitas (%)
Besar
kecil
kecil
besar Dampak (Rp)
Gambar 13 Pemetaan sumber-sumber risiko ikan Black Ghost periode November‒Desember pada padat tebar 2‒3 ekor per liter Gambar 13 menunjukkan hasil pemetaan dari status yang dimiliki masingmasing sumber risiko dan telah dipetakan ke dalam 4 kuadran. Sumber risiko yang berada pada kuadran 1 merupakan sumber risiko yang memiliki kemungkinan terjadi atau probabilitas yang besar namun memiliki dampak kerugian yang kecil bagi pembudidaya yang dilihat dari penentuan yang didasarkan dengan pengalaman para pembudidaya, sumber risiko yang dihadapi benih ikan Black Ghost yang berada pada kuadran tersebut ialah kualitas benih dan SDM. Sumber risiko yang berada di kuadran 2 merupakan sumber risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak kerugian besar, sumber risiko yang dihadapi benih ikan Black Ghost pada kuadran ini ialah kualitas air dan penyakit. Namun, tidak ada sumber risiko produksi benih ikan Black Ghost yang dihadapi anggota BMS pada kuadran 3 dan 4. Kuadran 3 merupakan daerah
54
yang menunjukkan sumber risiko yang terjadi memiliki kemungkinan terjadi kecil dan dampaknya juga kecil, sedangkan kuadran 4 merupakan daerah yang menunjukkan kemungkinan terjadi sebuah sumber risiko kecil namun dampak yang ditimbulkan besar. Dilihat dari hasil tersebut maka diperlukan alternatif penanganan untuk mengatasi sumber risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2.
Alternatif Penanganan Risiko Alternatif penanganan merupakan tahap akhir yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi ikan Black Ghost pada usaha anggota BMS. Alternatif penanganan dilakukan setelah tahap identifikasi, analisis kemungkinan, analisis dampak, dan pemetaan risiko telah dilakukan. Hasil pemetaan yang telah dilakukan sebelumnya akan mengarahkan alternatif penanganan apa yang sebaikan dilakukan. Penanganan risiko dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu preventif dan mitigasi. Preventif merupakan sebuah penanganan yang dilakukan untuk menangani sumber risiko pada kuadran yang memiliki probabilitas risiko besar yaitu kuadran 1 dan 2, sedangkan mitigasi dilakukan untuk penanganan sumber risiko pada kuadran berdampak besar yaitu 2 dan 4. Adapun alternatif penanganan sumber risiko yang diusulkan kepada anggota BMS, yaitu:
Preventif Strategi preventif dilakukan untuk menangani risiko dengan upaya menghindari risiko yang dihadapi, sehingga kemungkinan terjadinya risiko menjadi kecil. Preventif merupakan sebuah penanganan yang dilakukan untuk menangani sumber risiko pada kuadran yang memiliki probabilitas risiko besar yaitu kuadran 1 dapat bergeser ke kuadran 3 dan kuadran 2 bergeser ke kuadran 4. Penanganan dengan upaya preventif yang biasanya digunakan dalam perikanan, yaitu penggunaan air dalam jumlah dan kualitas yang memadai, pemberian pakan sesuai kebutuhan ikan, mengaplikasikan padat penebaran ikan yang optimal, menghindari ikan stress, melakukan imunisasi atau pemberian bahan penambah daya tahan tubuh ikan, dan melakukan manipulasi genetika ikan. Sumber risiko yang dihadapi benih ikan Black Ghost pada usaha anggota kelompok BMS untuk tindakan preventif, yaitu kualitas benih dan SDM pada kuadran 1 serta kualitas air dan penyakit dapada kuadran 2, adapun penanganan yang dilakukan: 1.
Kualitas air Alternatif penanganan yang direkomendasikan untuk sumber risiko kualitas air sebagai tindakan preventif atau menghindari risiko, yaitu dengan memahami tingkah laku ikan dengan cara sering memonitoring selama pemeliharaan, pengecekan kualitas air secara periodik, pemberian aerasi, penyiponan kotoran, pergantian air secara rutin, mengurangi kepadatan ikan, memberikan treatment pada penampungan air sesuai dengan lingkungan hidup ikan, akuarium di letakan dalam ruangan dan membaca serta mencari litelatur (bahan bacaan) mengenai kualitas air. Alternatif tersebut diharapkan dapat menggeser sumber risiko kualitas air pada kuadran 2 menjadi ke kuadran 4, seperti pada Gambar 14.
55
Besar
Probabilitas (%)
monitoring pemberian aerasi pengecekan kualitas air penyiponan pergantian air peletakan wadah yang tepat
kecil kecil
besar Dampak (Rp)
Gambar 14 Upaya preventif sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost Gambar 14 menunjukkan upaya preventif yang dapat dilakukan dalam menangani sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost. Penanganan tersebut hampir semuanya telah dilakukan oleh masing-masing anggota BMS. Monitoring merupakan sebuah upaya pemantauan kegiatan pemeliharaan agar dapat mengontrol lingkungan budi daya, seperti pengecekan aerasi di wadah budi daya apakah telah berjalan dengan semestinya atau terdapat aerasi yang tidak berfungsi. Beberapa anggota pembudidaya tidak memiliki pegawai atau karyawan dalam kegiatan produksi ikan Black Ghost, sehingga terdapat waktu tertentu yang membuat pembudidaya tidak melakukan monitoring secara rutin. Selain itu diperlukan pengecekan kualitas air budi daya baik pada sumber air atau wadah pemeliharaan secara periodik agar pembudidaya dapat mengetahui perubahan kualitas air yang terjadi. Kualitas air dalam wadah pemeliharaan yang tidak sesuai ditimbulkan dari sisa metabolisme seperti feses, oleh karena itu proses pembersihan feses dan sisa pakan atau disebut penyiponan harus dilakukan agar kualitas air dapat terjaga. Pada saat penyiponan air pada wadah pemeliharaan akan berkurang, oleh karena itu diperlukan penambahan air yang hingga tinggi air bisa sama dengan sebelumnya yaitu 30 cm, jika air yang dibuang atau ditambah berlebihan ikan bisa mengalami stress karena perubahan yang terlalu drastis. Oleh sebab itu sebaiknya air pemeliharaan yang berkurang lebih baik 1/3 dari volume total dan terisi sesuai dengan volume sebelumnya. Penyakit Penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang dihadapi pembudidaya BMS dan berada pada kuadran 2 sebagai status tertinggi ke-2 dari seluruh sumber risiko yang ada. Pada kasus BMS sumber timbulnya penyakit pada benih ikan Black Ghost, yaitu dapat berasal dari parasit penyebab penyakit dan persaingan antar ikan. Parasit merupakan organisme pengganggu yang dapat membuat ikan tidak sehat dan biasanya menjangkit ketika kondisi lingkungan tidak sesuai, sedangkan penyakit akibat non parasit seperti persaingan terjadi akibat sifat dari ikan Black Ghost sendiri dan adanya ketidaksesuaian antara komponen lingkungan dan pakan. Ciri-ciri sumber penyakit yang diakibatkan oleh adanya
2.
56
parasit dan alternatif penanganan dengan upaya preventif yang diusulkan untuk menangani sumber risiko tersedia pada Tabel 21. Tabel 21 Jenis penyakit sumber penyakit akibat parasit dan alternatif penanganan preventif pada ikan Black Ghost Jenis Penyakit Penanganan 1. Penyakit velvet Penyebab: Oodinium pillularum Ciri-ciri: kulit kecoklatan, mengelupas, dan membengkak. - monitoring - pengaturan suhu 2. Penyakit bintik putih white spot - karantina Penyebab: Ichthyopthirius multifiliis - desinfeksi Ciri-ciri: terdapat mikroorganisme di pinggiran akuarium dalam jumlah banyak, ikan naik ke permukaan, terdapat bintik putih pada ikan. Berdasarkan usulan alternatif pada Tabel 21 penanganan terhadap sumber risiko yang dihadapi oleh usaha ikan Black Ghost anggota BMS, diharapkan dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya atau probabilitas risiko tersebut agar pendapatan pembudidaya dapat meningkat. Monitoring dilakukan dengan pemantauan secara periodik juga membantu menentukan jumlah individu yang terinfeksi dan tingkat intensitas infeksi dalam populasi. Kegiatan monitoring juga dapat mengetahui faktor penyebab apa yang membuat ikan sakit, seperti pemantauan suhu air pemeliharaan. setelah mengetahui perubahan suhu yang terjadi diperlukan pengaturan suhu yang tepat agar dapat kembali ke suhu optimal pemeliharaan ikan Black Ghost, yaitu 26-28 oC. Pengaturan suhu dilakukan karena parasit yang menyebabkan penyakit hidup pada suhu rendah, seperti white spot pada suhu 15 oC sampai 25 oC. Sumber penyakit akibat adanya persaingan pada usaha ikan Black Ghost anggota BMS berasal dari ketersediaan pakan dan wilayah teritorial ikan Black Ghost. Ketersediaan pakan dipengaruhi oleh keterlambatan pemberian pakan dan pakan alami yang tidak tersedia di pengumpul cacing. Alternatif penanganan diusulkan, yaitu dengan selalu melakukan monitoring dan pemberian tempat bersembunyi yang cukup bagi ikan, agar persaingan ikan terhadap wilayah teritorial dapat berkurang peluang kejadiannya. Alternatif penanganan yang diusulkan pada ketersediaan pakan, yaitu dengan selalu tepat waktu dalam memberikan pakan ikan pada saat pagi dan sore hari, pada saat tersebut ikan Black Ghost lebih sering keluar dari tempat persembunyiaanya. Selain itu, untuk mengatasi ketidaktersediaanya pakan alami, yaitu diperlukannya persediaan pakan yang lebih dari keadaan biasanya pada saat musim kekurangan cacing dan menyediakan pakan pengganti lain yang tetap sehat dan tidak mengganggu kualitas air dari ikan. Pakan lain yang dapat tersedia ialah cacing beku, namun pemberian cacing beku harus diberikan sedikit demi sedikit agar tidak ada sisa. Apabila terdapat sisa harus dibersihkan karena dapat membuat pertumbuhan jamur pada sisa pakan tersebut.
57
Besar
Probabilitas (%)
monitoring pengaturan suhu desinfeksi penggunaan alat berbeda pakan alternatif pemberian pakan tepat waktu/jumlah pemberian tempat sembunyi ikan
kecil kecil
besar Dampak (Rp)
Gambar 15 Upaya preventif sumber risiko penyakit ikan Black Ghost Usulan alternatif penanganan preventif ini diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari kuadran atas (kuadran 2) bergeser ke kuadran bawah (kuadran 4), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15. Jika dilihat dari penanganan preventif yang diusulkan tersebut, ada beberapa penanganan risiko yang telah dilaksanakan oleh anggota pembudidaya, namun karena keterbatasan energi, tenaga kerja, waktu, serta lahan sehingga penanganan preventif tersebut belum dapat dilakukan dengan baik. 3.
Sumber risiko kualitas benih Kualitas benih yang menjadi risiko produksi bagi usaha ikan Black Ghost anggota BMS, yaitu dalam bentuk benih yang cacat karena ketidaksesuaian bentuk tubuhnya. Pada umumnya hal tersebut dikarenakan kurangnya ketelitian saat menebarkan benih. Usulan penanganan yang dapat dilakukan untuk menghindari risiko kualitas benih ialah dengan melakukan sortasi sebagai upaya penyeragaman dan pemilahan benih yang layak untuk dibudidayakan dengan benih yang tidak layak, sehingga dalam proses sampling benih tidak hanya dilakukan perhitungan dan pemindahan saja, karena jika pemilahan tidak dilakukan akan berdampak pada hasil panen di akhir. Menurut Effendi (2009), sampling perlu dilakukan secara berkala, yaitu 2 atau 4 minggu sekali. Kegiatan sampling dilakukan untuk memantau populasi ikan, baik melihat kelangsungan hidup, biomasa, laju pertumbuhan, dan kesehatan ikan. Dalam kegiatan sampling pada ikan diperlukan kegiatan grading, yaitu pemisahan antara benih yang bentuknya sesuai dan tidak bengkok dengan benih yang bentuknya sesuai. Bentuk sesuai tersebut, yaitu keadaan sirip yang lengkap, bantak tidak bengkok, warna hitam mengkilat, dan tidak ada gejala terkena penyakit. Kegiatan sampling tersebut memang akan menambah waktu pengerjaan dan tenaga, namun sampling tersebut juga dapat menjadikan nilai tambah tersediri bagi ikan yang akan dijual, karena telah mengalami proses seleksi.
58
4.
Sumber risiko SDM Sumber risiko SDM pada usaha ikan Black Ghost anggota BMS berupa ikan yang mati akibat terkena seser, tersifon hingga terbuang, dan terjepit saat penyiponan. Alternatif penanganan yang diusulkan agar sumber risiko SDM dapat diminimalisir dengan berhati-hati saat melakukan penyiponan dan penyeseran. Pada saat penyiponan sebaiknya menggunakan selang yang lebih besar 2 kali lipat dari ukuran lebar benih, agar benih tidak terjepit. Penutupan dan pembukaan ujung selang sifon juga sebaiknya diperhatikan saat melakukan penyiponan kotoran, saat ikan mendekat saat kita menyipon sebaiknya ujung selang ditutup, sedangkan saat ikan menjauh ujung selang dapat dibuka kembali. Pada saat pemanenan ikan, ikan akan diseser dengan saringan, sebaiknya agar probabilitas risiko ikan terseser berkurang, oleh karena itu diperlukan kehatihatian, seperti saringan ditempatkan pada 1 titik dan kita mengarahkan ikan untuk masuk kesaringan tersebut, bisa menggunakan tangan atau saringan lain, sehingga ikan tidak akan terjepit karena terseser. Penanganan sumber risiko kualitas benih diharapkan dapat menggeser sumber risiko kualitas benih dari kuadran 1 menjadi kuadran 3 dan SDM yang diusulkan tersebut dalam pemetaan pada Gambar 16. Probabilitas (%) Besar
Kecil
sampling & grading pemberian obat pemisahan benih alat yang tepat monitoring
Kecil
7 541.00
Besar Dampak (Rp)
Gambar 16 Upaya preventif pada sumber risiko kualitas benih dan SDM ikan Black Ghost Mitigasi Alternatif penanganan mitigasi yaitu bentuk penanganan untuk memperkecil dampak risiko atau dengan pengurangan probabilitas yang terjadi. Mitigasi dilakukan apabila dampak risikonya besar terhadap perusahaan. Risikorisiko yang berada pada kuadran 2 dan 4 diharapkan dapat bergeser ke kuadran 1 dan 3 dengan diberlakukannya penanganan secara mitigasi. Risiko produksi benih ikan Black Ghost anggota BMS yang termasuk kuadran 2, yaitu sumber risiko kualitas air dan penyakit, berikut alternatif penanganan yang diusulkan: 1.
Kualitas air Alternatif penanganan yang direkomendasikan untuk sumber risiko kualitas air sebagai tindakan mitigasi, yaitu dengan memahami tingkah laku ikan dengan cara sering memonitoring selama pemeliharaan, memberikan treatment pada penampungan air, dan pemberian obat jika ikan telah menunjukan gejala-
59
gejala terkena gangguan kualitas air. Adapun beberapa ciri-ciri ikan yang mengalami gangguan kualitas air dan penanganannya pada Tabel 22 berikut: Tabel 22 Ciri-ciri ikan yang mengalami gangguan kualitas air dan penanganannya Penyebab Kekurangan oksigen
Ciri-ciri Ikan tampak lemah, naik ke permukaan, diam di sumber air/sumber oksigen
Perubahan suhu
Ikan tidak aktif,sering berkumpul, bergerombol, tidak mau berenang, serta mudah terserang bakteri, penyakit dan jamur Tidak nafsu makan, mengelurakan lendir berlebihan, berenang terarah, mudah terserang penyakit, dan pertumbuhannya lambat
pH
Alternatif Penanganan Memberikan aerasi kuat, mengurangi kepadatan, dan mengurangi lumut atau ganggang yang menempel Penyesuaian suhu, Akuarium diletakan diruangan, diberi lampu, atau pemanas (seperti pemasangan kompor). Penjarangan ikan, pemuasaan/pemberokan, pemberian aerasi, garam, pemberian soda (pH naik), pemberian ketapang (pH turun)
Tabel 22 menunjukkan beberapa tingkah laku ikan yang biasanya terjadi saat mengalami gangguan kualitas air. Pada saat pengamatan ciri-ciri tersebut ditunjukkan beberapa ikan, sehingga saat ikan mulai menunjukkan gejala tersebut dilakukan treatmen agar dapat mengurangi dampak dari sumber risiko kualitas air yang terjadi. Penanganan yang dilakukan sebaiknya dilakukan dengan tepat waktu dan tepat jumlah serta fungsinya. Penanganan yang tepat waktu diharapkan dapat menurunkan dampak yang timbul agar tidak terlalu mengalami kerugian, sedangkan tepat jumlah dan fungsi dilakukan agar penanganan yang dilakukan tidak berlebihan dan sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi. Namun pada saat pemberian treatment terkadang penanganan yang dilakukan terlambat, yaitu penanganan dilakukan setelah terdapat beberapa ikan yang terlihat mati. Adapun penanganan mitigasi yang diusulkan seperti pada Gambar 17. Probabilitas (%) Besar Aklimatisasi Monitoring Pengenalan tingkah laku Treatment penampungan air Pemuasaan ikan Pemberian obat
Kecil
Dampak (Rp) Kecil
7 541.00
Besar
Gambar 17 Penanganan mitigasi pada sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost
60
Gambar 17 menunjukkan usulan penangaan mitigasi sumber risiko kualitas air pada usaha pendederan ikan Black Ghost anggota BMS. Penanganan tersebut dapat berupa aklimatisasi, monitoring, pengenalan tingkah laku, treatment penampungan air, pemuasaan ikan, dan pemberian obat. Penanganan tersebut memang telah dilakukan oleh setiap anggota BMS, namun masih terdapat beberapa kekurangan dari penanganan yang telah dilakukan. Hasil dari usulan penanganan mitigasi di atas diharapkan dapat mengurangi dampak risiko produksi akibat adanya perubahan kualitas air, sehingga dampak kerugian yang ditanggung oleh pembudidaya ikan Black Ghost anggota BMS dapat berkurang. Proses aklimatisasi dalam penanganan sumber risiko kualitas air dilakukan agar ikan lebih tahan terhadap kualitas air yang baru dengan proses adaptasi secara bertahap. Proses tersebut dilakukan dengan meletakkan wadah berisi ikan dan air pemeliharaan lama ke wadah berisi air lingkungan baru, selain itu air dari pemeliharaan wadah baru secara bertahap dimasukkan kedalam wadah berisi ikan selama waktu kurang lebih 5 menit. Hal tersebut telah dilakukan oleh anggota BMS, namun masih terdapat beberapa kekurangan seperti kesalahan penanganan dimana ikan terlalu lama didiamkan di wadah sehingga kadar O2 menurun karena tidak adanya aerasi yang diberikan, sehingga penanganan tersebut harus dilakukan lebih teliti dan berhati-hati. Selain proses aklimatisasi, diperlukan proses monitoring berupa pemantauan selama pemeliharaan ikan, baik mengenai wadah atau sarana prasarana produksi dan tingkah laku dari ikan Black Ghost. Jika pengenalan tingkah laku telah dilakukan dan dipahami, maka apabila terdapat tingkah laku ikan mengalami gangguan kualitas air dapat ditangani tepat waktu. Agar kualitas dari air pemeliharaan selalu terjadi diperlukan penanganan berupa treatment penampungan air pemeliharaan, namun sebelum dilakukan treatment kita harus mengetahui kondisi kualitas air yang ada. Kondisi kualitas air tersebut didapatkan dengan melakukan pengecekan secara periodik terhadap beberapa parameter kualitas air. Apabila telah ditemukan ikan mati akibat kualitas air diperlukan pemberian obat karena apabila ikan telah mengalami gangguan kualitas air dapat mempengaruhi nafsu makan ikan yang akhirnya membuat daya tahan dari tubuh ikan menurun. Oleh karena itu diperlukan penanganan dengan tindakan yang tepat untuk setiap ciri yang ditimbulkan. Penyakit Apabila ikan telah menunjukkan ciri-ciri terserang penyakit harus segera ditangani dengan memindahkan ikan sakit ke wadah lain dan diberi pengobatan. Pengobatan tersebut dapat berupa memberikan garam dapur dosis 1 sendok teh/15 liter air atau acriflavin 1 mg/L air bagi penyakit velvet, sedangkan untuk white spot ikan direndam dengan formalin dosis 0.025 ml/l dan MGO 0,1 mg/l selama 12 sampai 24 jam; methyline blue 0.7 sampai 1 mg/l selama 24 jam; atau garam dapur 4g/l selama 5 sampai 10 menit. Selain itu, perlu dilakukan penanganan yang tepat dan cepat jika terlihat ada ikan yang terluka akibat persaingan, seperti pemindahan ikan ke wadah lain atau pemberian obat untuk penyembuhan serta pencegahan penyakit. Obat yang digunakan dapat berupa pemberian garam sebanyak 0.5 gram/15 liter air. Alternatif penanganan tersebut diharapkan dapat menggeser sumber risiko penyakit dari kuadran 2 ke kuadran 4 seperti pada Gambar 18. 2.
61
Probabilitas (%) Besar
velvet: pemberian obat (garam, acriflavin) white spot: pemberian formalin, mgo, methline blue persaingan: pemberian garam
Kecil
Dampak (Rp) Kecil
7 541.00
Besar
Gambar 18 Penanganan mitigasi pada sumber risiko penyakit ikan Black Ghost Gambar 18 menunjukkan penanganan yang sebaiknya dilakukan oleh anggota BMS untuk mengurangi dampak dari penyebaran penyakit baik akibat parasit atau non parasit. Jenis penyakit parasit yang sering dihadapi pembudidaya BMS yaitu velvet dan white spot, sedangkan penyakit non parasit berasal dari persaingan antar ikan. Penanganan tersebut mungkin sudah dilakukan oleh padara anggota BMS, namun pemberian takaran atau dosis dari obat masih dengan kirakira, sebaiknya banyaknya obat yang diberi dihitung dengan berat. Hal tersebut tidak perlu menggunakan timbangan atau pengukur untuk setiap pemberian, tetapi dapat dilakukan pendekatan dengan menggunakan wadah bervolume hampir mirip, seperti tutup botol akua yang bervolume 5 ml atau gelas akua setara dengan 250 gram.
Nilai Probabilitas Sumber Risiko Ikan Black Ghost Per Pembudidaya Analisis probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost yang dialami pembudidaya dilakukan untuk mengetahui sumber risiko apakah yang lebih dominan dihadapi oleh masing-masing pembudidaya. Sumber risiko yang telah diidentifikasi awal terdiri dari sumber risiko kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan SDM. Analisis sebelumnya menghitung probabilitas secara keseluruhan tanpa melihat risiko mana yang dominan terjadi pada masing-masing pembudidaya. Perhitungan analisis probabilitas ini menggunakan metode z-score dengan penggunaan data panel. Data panel merupakan data gabungan dari perbedaan antar ruang (cross section) dan perbedaan antar waktu (time series). Data tersebut berasal dari 8 akuarium yang terdiri dari 4 akuarium pada siklus 1 dan 4 akuarium pada siklus 2 untuk masing-masing pembudidaya. perbedaan antar akuarium sebanyak 4 buah tersebut mewakili perbedaan antar ruang, sedangkan siklus 1 dan siklus 2 mewakili perbedaan antar waktu. Berikut hasil perhitungan probabilitas dari masing-masing pembudidaya:
62
1.
Pembudidaya 1 Pembudidaya 1 menggunakan wadah akuarium berukuran 1 m x 0. 5m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga total volume air akuarium 0.15 m3 atau setara dengan 150 liter. Volume air tersebut diisi benih Black Ghost berukuran 1 inci sebanyak 425 ekor per akuarium. Berdasarkan volume air dan banyak benih yang ditebar, padat penebaran benih per akuarium didapatkan sebanyak 2 sampai 3 ekor per liter dalam 1 akuarium. Selama pemeliharaan benih berukuran 1 inci tersebut terjadi beberapa kali kematian yang disebabkan oleh beberapa sumber, seperti sumber kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan SDM. Hasil probabilitas yang dilakukan menunjukkan sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar ialah sumber risiko penyakit, sedangkan yang terkecil ialah sumber risiko SDM, yaitu masing-masing sebesar 71.5 persen dan 55.5 persen (Lampiran 14). Kemungkinan terjadinya risiko atau probabilitas yang terjadi pada sumber risiko penyakit tersebut sudah jauh berada di atas batas normal dari risiko. Sumber risiko SDM termasuk ke dalam sumber risiko terkecil dikarenakan pada pembudidaya ke-1 penggunaan tenaga kerja sudah ada bagian-bagian tertentu yang bertanggung jawab, sehingga pengaturan dan pengolahan sudah lebih banyak bisa ditangani. 2.
Pembudidaya 2 Pembudidaya 2 menggunakan wadah akuarium berukuran 1 m x 0. 45m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga total volume air akuarium 0.14 m3 atau setara dengan 150 liter. Volume air tersebut diisi benih Black Ghost berukuran 1 inci sebanyak 350 ekor per akuarium. Berdasarkan volume air dan banyak benih yang ditebar, padat penebaran benih per akuarium didapatkan sebanyak 2 sampai 3 ekor per liter dalam 1 akuarium. Selama pemeliharaan benih berukuran 1 inci tersebut terjadi beberapa kali kematian yang disebabkan oleh beberapa sumber, seperti sumber kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan SDM. Pada perhitungan probabilitas yang dilakukan hasil menunjukkan sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar ialah sumber risiko SDM, sedangkan yang terkecil ialah sumber risiko kualitas air, yaitu masing-masing sebesar persen 54.3 persen dan 50 persen. Hasil perhitungan dari probabilitas tersebut tersebut dapat dilihat pada Lampiran 15. 3.
Pembudidaya 3 Pembudidaya 3 menggunakan wadah akuarium berukuran 0.9 m x 0. 4m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga total volume air akuarium 0.11 m3 atau setara dengan 150 liter. Volume air tersebut diisi benih Black Ghost berukuran 1 inci sebanyak 300 ekor per akuarium. Berdasarkan volume air dan banyak benih yang ditebar, padat penebaran benih per akuarium didapatkan sebanyak 2 sampai 3 ekor per liter dalam 1 akuarium. Selama pemeliharaan benih berukuran 1 inci tersebut terjadi beberapa kali kematian yang disebabkan oleh beberapa sumber, seperti sumber kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan SDM. Pada perhitungan probabilitas yang dilakukan hasil menunjukkan sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar ialah sumber risiko penyakit, sedangkan yang terkecil ialah sumber risiko kualitas benih, yaitu masing-masing sebesar persen 54.3 persen dan 51.4 persen. Hasil perhitungan dari probabilitas tersebut tersebut dapat dilihat pada Lampiran 16.
63
4.
Pembudidaya 4 Pembudidaya 4 menggunakan wadah akuarium berukuran 1 m x 0. 45m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga total volume air akuarium 0.14 m3 atau setara dengan 150 liter. Volume air tersebut diisi benih Black Ghost berukuran 1 inci sebanyak 350 ekor per akuarium. Berdasarkan volume air dan banyak benih yang ditebar, padat penebaran benih per akuarium didapatkan sebanyak 2 sampai 3 ekor per liter dalam 1 akuarium. Selama pemeliharaan benih berukuran 1 inci tersebut terjadi beberapa kali kematian yang disebabkan oleh beberapa sumber, seperti sumber kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan SDM. Pada perhitungan probabilitas yang dilakukan hasil menunjukkan sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar ialah sumber risiko SDM, sedangkan yang terkecil ialah sumber risiko kualitas air, yaitu masing-masing sebesar persen 84.8 persen dan 56.0 persen. Hasil perhitungan dari probabilitas tersebut tersebut dapat dilihat pada Lampiran 17. 5.
Pembudidaya 5 Pembudidaya 5 menggunakan wadah akuarium berukuran 0.9 m x 0. 4m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga total volume air akuarium 0.11 m3 atau setara dengan 150 liter. Volume air tersebut diisi benih Black Ghost berukuran 1 inci sebanyak 300 ekor per akuarium. Berdasarkan volume air dan banyak benih yang ditebar, padat penebaran benih per akuarium didapatkan sebanyak 2 sampai 3 ekor per liter dalam 1 akuarium. Selama pemeliharaan benih berukuran 1 inci tersebut terjadi beberapa kali kematian yang disebabkan oleh beberapa sumber, seperti sumber kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan SDM. Pada perhitungan probabilitas yang dilakukan hasil menunjukkan sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar ialah sumber risiko kualitas benih, sedangkan yang terkecil ialah sumber risiko SDM, yaitu masing-masing sebesar persen 63.3 persen dan 51.1 persen. Hasil perhitungan dari probabilitas tersebut tersebut dapat dilihat pada Lampiran 18.
Analisis Dampak Sumber Risiko Ikan Black Ghost Per Pembudidaya Analisis dampak yang ditimbulkan dari masing-masing risiko telah dilakukan sebelumnya, namun pada subbab ini akan dijelaskan mengenai sumber risiko ikan Black Ghost pe pembudidaya. Hal tersebut dilakukan agar diketahui apakah dampak yang ditimbulkan dari masing-masing risiko sama atau berbeda. Selain itu dapat diketahui juga sumber apa yang lebih dominan dihadapi oleh masing-masing pembudidaya, sehingga penanganan yang dapat dilakukan tepat sesuai dengan risiko yang terjadi di masing-masing pembudidaya. Analisis dampak dilakukan dengan pengukuran data yang berasal dari data panel yang berasal dari 8 akuarium. Metode yang digunakan dalam pengukuran dampak ini sama dengan pengukuran dampak untuk data secara keseluruhan, yaitu menggunakan metode Value at Risk (VaR) dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan tingkat error 5 persen. Perhitungan dampak ini dilakukan saat harga benih Rp 1 200 untuk semua pembudidaya. Adapun hasil perhitungan dampak yang telah dilakukan untuk masing-masing pembudidaya:
64
1.
Pembudidaya 1 Dampak yang timbulkan dari sebuah risiko dapat menyebabkan kerugian bagi pembudidaya. Kerugian yang dihadapi pembudidaya dapat berupa kerugian secara materi, seperti kehilangan penerimaan akibat kematian benih dan kerugian secara non materi. Dampak yang dihitung pada penelitian ini berupa dampak akibat kehilangan penerimaan akibat benih mati yang disebabkan sumber risiko yang dihadapi. Besar dari dampak yang ditimbulkan dari masing-masing risiko berbeda-beda tergantung dari jumlah kehilangan benih yang terjadi. Dampak terbesar yang dihadapi pembudidaya 1 yaitu dampak dari kualitas air sebesar Rp 29 702, sedangkan dampak terkecil ditimbulkan oleh SDM yaitu sebesar Rp 4 626. Dampak yang telah dihitung merupakan dampak yang tejadi per akuarium pada periode November sampai Desember 2013. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 19. Pembudidaya 2 Dampak terbesar yang terjadi pada usaha pendederan ikan Black Ghost pembudidaya ke-2 berasal dari sumber risiko kualitas air sebesar Rp 15 232, sedangkan dampak terkecil berasal dari kualitas benih yaitu sebesar Rp 3 700. Dampak tersebut dihitung dari 4 akuarium selama 2 siklus, sehingga total pengamatan sebanyak 8 akuarium. Dampak yang dihitung merupakan kerugian yang dihadapi selama 2 siklus, yaitu periode November sampai Desember. Dampak yang terjadi ditimbulkan akibat sumber risiko yang menyebabkan kematian dan kehilangan penerimaan bagi pembudidaya. Dampak yang telah dihitung merupakan dampak yang tejadi per akuarium pada periode November sampai Desember 2013. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 20. 2.
3.
Pembudidaya 3 Dampak yang timbulkan dari sebuah risiko dapat menyebabkan kerugian bagi pembudidaya. Kerugian yang dihadapi pembudidaya dapat berupa kerugian secara materi, seperti kehilangan penerimaan akibat kematian benih dan kerugian secara non materi. Dampak yang dihitung pada penelitian ini berupa dampak akibat kehilangan penerimaan akibat benih mati yang disebabkan sumber risiko yang dihadapi. Besar dari dampak yang ditimbulkan dari masing-masing risiko berbeda-beda tergantung dari jumlah kehilangan benih yang terjadi. Dampak terbesar yang dihadapi pembudidaya ke-3 yaitu dampak dari kualitas air sebesar Rp 36 975, sedangkan dampak terkecil ditimbulkan oleh SDM yaitu sebesar Rp 4 421. Dampak yang telah dihitung merupakan dampak yang tejadi per akuarium pada periode November sampai Desember 2013. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 21. 4.
Pembudidaya 4 Dampak terbesar yang terjadi pada usaha pendederan ikan Black Ghost pembudidaya ke-3 berasal dari sumber risiko kualitas air sebesar Rp 36 975, sedangkan dampak terkecil berasal dari SDM yaitu sebesar Rp 4 421. Dampak tersebut dihitung dari 4 akuarium selama 2 siklus, sehingga total pengamatan sebanyak 8 akuarium. Dampak yang dihitung merupakan kerugian yang dihadapi selama 2 siklus, yaitu periode November sampai Desember. Dampak yang terjadi ditimbulkan akibat sumber risiko yang menyebabkan kematian dan kehilangan
65
penerimaan bagi pembudidaya. Dampak yang telah dihitung merupakan dampak yang tejadi per akuarium pada periode November sampai Desember 2013. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 22. 5.
Pembudidaya 5 Kerugian yang dihadapi pembudidaya dapat berupa kerugian secara materi, seperti kehilangan penerimaan akibat kematian benih dan kerugian secara non materi. Kerugian tersebut merupakan dampak yang akan diterima pembudidaya dalam usahanya. Dampak yang dihitung pada penelitian ini berupa dampak akibat kehilangan penerimaan akibat benih mati yang disebabkan sumber risiko yang dihadapi. Besar dari dampak yang ditimbulkan dari masing-masing risiko berbeda-beda tergantung dari jumlah kehilangan benih yang terjadi. Dampak terbesar yang dihadapi pembudidaya ke- 5 yaitu dampak dari kualitas air sebesar Rp 7 835, sedangkan dampak terkecil ditimbulkan oleh penyakit yaitu sebesar Rp 5 617. Dampak yang telah dihitung merupakan dampak yang tejadi per akuarium pada periode November sampai Desember 2013. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 23.
Status dan Penanganan Sumber Risiko Ikan Black Ghost per Pembudidaya Sebelumnya telah jelaskan mengenai hasil analisis dari probabilitas yang terjadi dan dampak yang ditimbulkan dari masing-masing sumber risiko per pembudidaya. Setelah ditemukan berapa probabilitas dan dampak maka dapat diketaui status dari masing-masing risiko yang dihadapi. Status risiko yang didapat menunjukkan urutan dari yang paling berisiko sampai yang tidak berisiko. Hasil perhitungan status dari masing-masing pembudi daya yang didapatkan dapat dilihat pada Lampiran 24. Hasil perhitungan yang didapat menunjukkan bahwa status dari ke-5 petani, 4 petani menghadapi status sumber risiko produksi terbesar kualitas air, yaitu petani ke-1, ke-2, ke-4 dan ke-5. Berbeda halnya dengan petani ke-3 status yang terbesar berasal dari penyakit. Status yang didapatkan berasal dari perkalian antara dampak dan probabilitas masing-masing sumber.Walaupun memiliki status yang berbeda antar petani, setelah dipetakan ke dalam peta sumber risiko produksi semua sumber tersebut menyebar berada di kuadran ke-2 dan ke- 4, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 25. Letak dari masing-masing sumber yang telah dipetakan tersebut dapat menentukan penanganan yang sebaiknya dilakukan. Penanganan yang dapat dilakukan oleh masing-masing petani yaitu penanganan preventif untuk sumber risiko yang berada pada kuadran 1, sedangkan mitigasi untuk kuadran 2. Penanganan yang dilakukan harus sesuai dengan kepentingan dari risiko yang dihadapi, jenis penanganan yang dilakukan untuk masing-masing sumber risiko dapat dilihat pada bab sebelumnya.
66
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sumber risiko produksi pada unit pendederan ikan hias Black Ghost pada anggota BMS di Bogor Utara didapatkan hasil adanya tingkat kematian yang disebabkan oleh kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan SDM. Dari perhitungan status risiko secara keseluruhan yang telah dilakukan tingkat sumber risiko terbesar yang dihadapi ialah kualitas air, sedangkan yang terendah ialah sumber risiko SDM. Selain itu, untuk setiap pembudidaya memiliki sumber risiko yang relatif berbeda, sehingga penanganan yang dilakukan per pembudaya berbeda juga. Hasil perhitungan yang didapat menunjukkan bahwa status dari ke-5 petani, 4 petani menghadapi status sumber risiko produksi terbesar kualitas air, yaitu petani ke-1, ke-2, ke-4 dan ke-5. Berbeda halnya dengan petani ke-3 status yang terbesar berasal dari penyakit. Penanganan yang dapat dilakukan berupa pengurangan dari probabilitas risiko dengan preventif sebagai upaya pencegahan seperti kegiatan monitoring atau pemantauan, sedangkan pengurangan dampak dapat dilakukan dengan mitigasi sebagai upaya pengurangan dampak seperti pemberian obat pada benih ikan Black Ghost. Saran 1.
2.
3.
Kegiatan dalam proses desinfeksi, monitoring, dan proteksi penting dilakukan dalam setiap kegiatan usaha budi daya untuk setiap anggota BMS. Jika dilihat dari strategi preventif yang diusulkan, ada beberapa penanganan risiko yang telah dilaksanakan oleh anggota pembudidaya, namun karena keterbatasan energi, tenaga kerja, waktu, serta lahan, penanganan strategi preventif tersebut belum dapat dilakukan dengan baik. Walaupun begitu jika proses desinfeksi, monitoring, dan proteksi dilakukan dengan lebih baik dapat membuat nilai tambah bagi usaha Black Ghost anggota BMS seperti kualitas yang terjamin. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam data sehingga ada beberapa keterbatasan, sehingga diperlukan penambahan litelatur terkait penelitian lain mengenai risiko bagi pembaca yang ingin menjadikannya litelatur. Bagi penelitian selanjutnya mengenai risiko lebih baik dilakukan dengan menggunakan data yang lebih mudah didapat sehingga didapatkan data time series agar fluktuasi dari hasil produksi dapat terlihat dengan jelas dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA Afrianto E, Liviawaty E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Bittner A. 1989. Budi daya Air. Soeyanto, Soeyanto SR, Effendi A, Basri HUH, editor. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. Terjemahan dari: Applied
67
Geography and Development, A Biannual Collection of Recent German Contributions. Bachtiar Y, dan Tim Lentera. 2004. Budi daya Ikan Hias Air Tawar Untuk Ekspor [internet]. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Dewiaji T. 2011. Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di CV Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor [Skripsi]. http://repository.ipb.ac.id [diunduh tanggal 15 Februari 2013] Dalimunthe. 2006. Analisa integrasi pasar dan sistem pemasaran ikan hias yang melalui dan yang tidak melalui terminal agribisnis (Holding ground), Rancamaya, Kotamadya Bogor [Skripsi]. http://repository.ipb.ac.id. [diunduh tanggal 16 September 2013]. Effendi I. 2009. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Ekasari D. 2008. Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil Di Palabuhanratu [Tesis]. http://repository.ipb.ac.id [diunduh tanggal 15 Februari 2013] Farida RM. 2011. Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan Minyak Akar Wangi Garut) [Skripsi]. http://repository.ipb.ac.id. [diunduh tanggal 17 Oktober 2013]. Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Gunawan I. 2010. Sentra Bisnis Se-Jawa Barat. Jakarta (ID): TransMedia. Hadinata PP. 2013. Analisis Risiko Produksi Ikan Black Ghost di Unit Pendederan I Arifin Fish Farm Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, siap terbit. Harwood J, Heifner R, Coble K, Perry J, Somwaru A. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research, and Analysis. Washington, DC (US): Agriculture Economic Report No. 774. [IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor (ID): IPB Press. Kadarsan HW. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Kedutaan Besar Indonesia. 2013. Market Brief Atase Perdagangan RI di Singapura [internet]. http://djpen.kemendag.go.id [diunduh tanggal 10 Oktober 2013] [DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya. 2012. Teknik Budi Daya Ikan Hias Black Ghost [internet]. http://www.djpb.kkp.go.id [diunduh tanggal 16 November 2013] Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta (ID): PPM. Lesmana DS. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Lesmana DS, Darmawan I. 2006. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Notawiria AS. 2010. Statistika Bisnis. Bandung (ID): ALFABETA. Nugraha S. 2008. Dasar - Dasar Metode Statistika. Jakarta (ID): Grasindo [internet]. [diunduh tanggal 18 Januari 2014] tersedia pada: http://books.google.com
68
Nugraha D, Supardjo MN, Subiyanto. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Perkembangan Embrio, Daya Tetas Telur, dan Kecepatan Penyerapan Kuning Telur Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) pada Skala Laboratorium. J Management Aquatic Resour [Internet]. [5 Oktober 2013]: 1 (1): 1-6. Tersedia pada: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares. [PEMKOT Bogor] Pemerintah Kota Bogor. 2010. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tahun 2009 Bogor (ID): Dinas Pertanian Kota Bogor. [PEMKOT Bogor] Pemerintah Kota Bogor. 2011. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tahun 2010. Bogor (ID): Dinas Pertanian Kota Bogor. [PEMKOT Bogor] Pemerintah Kota Bogor. 2012. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tahun 2011. Bogor (ID): Dinas Pertanian Kota Bogor. [PEMKOT Bogor] Pemerintah Kota Bogor. 2013. Laporan Statistik Produksi dan Nilai Perikanan Budi Daya Ikan Hias Tahun 2012. Bogor (ID): Dinas Pertanian Kota Bogor. Planquette PP, Keith, Le Bail PY, 1996. Atlas des poissons d'eau douce de Guyane. Tome 1. Collection Patrimoines Naturels 22: 429p. Paris: Publications scientifiques du Muséum national d'Histoire naturelle. [internet]. [diunduh tanggal 07 Oktober 2013] tersedia pada: http://fishbase.sinica.edu.tw Riehl R, Baensch HA. 1991. Aquarien Atlas. Band. 1. Melle: Mergus, Verlag für Natur-und Heimtierkunde. Germany (GER). 992 p [internet]. [diunduh tanggal 07 Oktober 2013] tersedia pada: http://fishbase.sinica.edu.tw Reijntjes R, Haverkort B, Bayer AW. 1999. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta (ID): Kanisius [internet]. [diunduh tanggal 14 Oktober 2013] tersedia pada http://books.google.co.id Reiss CL. 2001 Risk Identification and Analysis for Small Public Entities. Public Entity Risk Institute. www.riskinstitute.org [diunduh 16 September 2013] Robison, Lindon JB, Peter J. 1987 The Competitive firm’s response to risk. New York (USA): Macmillan Publishing Company. Santoso B. 2011. Analisis Risiko Usaha Pemotongan Ayam Broiler Kasus pada Usaha Pemotongan Ayam Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor [skripsi]. http://repository.ipb.ac.id [ diunduh tanggal 24 Februari 2013] Saputra TE. 2011. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Patin Siam (Pangasius hyphothalmus) Pada Darmaga Fish Culture, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor [skripsi]. http://repository.ipb.ac.id [ diunduh tanggal 15 Februari 2013] Silaban F. 2011. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Pada Pt Taufan Fish Farm Di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. http://repository.ipb.ac.id [diunduh tanggal 15 Februari 2013] Simanjuntak R. 2013. Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, siap terbit. Sutrisno. 2006. Budi Daya ikan hias [internet]. Demak (ID): Azka Press
69
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta komoditi unggulan kota Bogor berdasarkan kecamatan
Sumber: PEMKOT Bogor, 2013.
Lampiran 2 Jumlah wadah budi daya di kota Bogor berdasarkan kecamatan No 1 2 3 4 5 6
Kecamatan Bogor Barat Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Selatan Tanah Sareal Jumlah
2009 Akuarium 769 1000 1923 846 1077 2077 7692
Sumber: PEMKOT Bogor, 2012. (diolah)
Bak 880 1144 2200 968 1232 2375 8799
Tahun (buah) 2010 Akuarium Bak 769 879 1000 1143 1923 2199 846 967 1077 1232 2077 2378 7692 8798
2011 Akuarium 769 1000 1923 846 1077 2077 7692
Bak 880 1144 2200 968 1232 2375 8799
70
Lampiran 3 Perhitungan varian berdasarkan data 40 akuarium (1) Hasil perhitungan dari data masing-masing akuarium pada poin 2 Perhitungan Rumus Hasil EŘ = i expected return varian
=
standar deviasi
=
koefisien variasi
CVi =
2
377 040 3 410 006 400 58 395
/ Eři
0.15
Keterangan: EŘi = Expected return Pij = Peluang kejadian 1,2,3,...n Rij = Return/Penerimaan
= Standard deviation = Coefficient variation = Standard deviation
CV
= Variance dari penerimaan
(2) data pada masing-masing akuarium Akuarium 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Varian 116 144 640 128 737 440 89 281 440 72 253 440 271 232 640 303 380 640 323 533 440 283 875 840 4 99 040 6 855 840 12 723 840 282 240 3 457 440 282 240 6 855 840 8 987 040 35 043 840 76 839 840 32 833 440 37 326 240
SR(%) 87.29 88.00 85.65 84.47 94.35 95.53 96.24 94.82 92.86 93.71 95.14 90.57 92.57 90.57 93.71 94.29 94.33 89.33 94.67 94.00
Akuarium 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Varian 564 301 440 354 263 040 64 110 240 90 721 440 1 383 840 2 787 840 12 723 840 7 885 440 20 391 840 3 457 440 829 440 18 714 240 67 184 640 153 037 440 30 695 040 32 833 440 30 695 040 73 549 440 39 680 640 26 634 240
SR(%) 63.00 71.67 90.67 88.00 88.00 92.29 95.14 94.00 96.57 92.57 91.14 96.29 90.33 83.00 95.00 94.67 95.00 89.67 93.67 95.67
71
Lampiran 4 Prosedur pengamatan ikan pada akuarium saat penelitian
(1) penentuan nomor akuarium
(2) pengamatan tingkah laku ikan
(3) pencatatan jurnal harian
Lampiran 5 Penebaran benih ikan Black Ghost ukuran 1 inci
(1) Ukuran ikan Black Ghost tebar awal ± 1 inci
(2) aklimatisasi ikan Black Ghost
Lampiran 6 Penyiponan kotoran dan pergantian air media pemeliharaan ikan Black Ghost
(1) kotoran dan sisa pakan ikan Black Ghost
(2) penyiponan kotoran ikan Black Ghost
(3) pengisian air pemeliharaan ikan Black Ghost
72
Lampiran 7 Pemberian pakan berupa cacing sutra pada benih ikan Black Ghost
(1) pakan berupa cacing sutra
(2) pakan ± 24 jam ditampung dalam bak atau baskom
(3) pemberian kunyit pada pakan 1 sendok teh per 1 takar cacing
Lampiran 8 Pemanenan benih ukuran 1.5 inci ikan Black Ghost
(1) Sortasi dan perhitungan benih
(2) pengisian oksigen, pengaretan, dan pengikatan pada plastik packing berisi benih Black Ghost
73
Lampiran 9 Penanganan terhadap benih ikan Black Ghost selama pemeliharaan
(1) pemberian kaporit untuk persiapan wadah
(2) pemberian kunyit untuk pakan benih
(3) pemberian garam (0.5 g/15 l) dan methilyne blue (1 mg/l)
(4) penanganan kualitas air: pemberian pasir bali 100 g/akuarium atau pemberian soda 10 ml/akuarium untuk ph rendah (<7) dan pemberian daun ketapang untuk ph tinggi (>7)
Lampiran 10 Sumber risiko kualitas air bemih November‒Desember
ikan Black Ghost periode
(1) Benih ikan Black Ghost mati secara serempak
(2) ikan Black Ghost berlendir
(3) lendir berlebihan secara dekat
(4) benih berada di permukaan
74
Lampiran 11 Sumber risiko kualitas benih ikan Black Ghost periode November‒Desember
tubuh ikan bengkok dan pertumbuhan tidak sesuai antara kepala dan ekor (cacat)
Lampiran 12 Sumber risiko penyakit benih ikan Black Ghost periode November‒Desember
(1) ikan Black Ghost terserang penyakit bintik putih (white spot)
(2) tubuh ikan terluka, organ tidak lengkap, ikan menjadi lemah
Lampiran
13 Sumber risiko SDM benih November‒Desember
(1) ikan terjepit saat penyiponan (usus keluar)
ikan Black Ghost
(2) ikan terkena/terjepit seser
periode
75
Lampiran 14 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-1 selama 2 siklus Sumber risiko Kualitas air
Kualitas Benih
Penyakit
SDM
Uraian Total (ekor) Rata-rata (ekor) Standar deviasi N (batas normal) (ekor) z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko < N Probabilitas risiko > N Total (ekor) Rata-rata (ekor)
Standar deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko
N Total (ekor) Rata-rata Standar deviasi (ekor) N/batas normal (ekor) z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko <16 Probabilitas risiko >16 Total (ekor) Rata-rata (ekor) Standar deviasi N/batas normal (ekor) Z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko <4 Probabilitas risiko >4
Nilai 163 20 17 18 -0.16 0.436 43.6 56.4
37 5 4 4 -0,14 0,444 44,4 55,6 102 13 5 16 0,57 0,715 28,5 71,5 27 3 2 4 0,14 0,555 44.5 55.5
76
Lampiran 15 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-2 selama 2 siklus Sumber risiko Uraian Nilai Kualitas air Total (ekor) 90 Rata-rata (ekor) 11 Standar deviasi 5.55 N/batas normal (ekor) 11 z 0,00 Nilai pada tabel z 0.500 Probabilitas risiko N 50 Kualitas benih Total (ekor) 25 Rata-rata (ekor) 3 Standar deviasi 2.23 N/batas normal (ekor) 3 z -0.02 Nilai pada tabel z 0.492 Probabilitas risiko N 50.8 Penyakit Total (ekor) 53 Rata-rata (ekor) 7 Standar deviasi 3,66 N/batas normal (ekor) 7 z -0,02 Nilai pada tabel z 0,492 Probabilitas risiko N 50,8 SDM Total (ekor) 22 Rata-rata (ekor) 3 Standar deviasi 1,28 N/batas normal (ekor) 3 z 0,11 Nilai pada tabel z 0,543 Probabilitas risiko N 54,3
77
Lampiran 16 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-3 selama 2 siklus Sumber risiko Uraian Nilai Kualitas air Total (ekor) 60 Rata-rata (ekor) 8 Standar deviasi 7.11 N/batas normal (ekor) 7 z -0.07 Nilai pada tabel z 0.476 Probabilitas risiko N 52.8 Kualitas benih Total (ekor) 29 Rata-rata (ekor) 4 Standar deviasi 3 N/batas normal (ekor) 4 z -0,01 Nilai pada tabel z 0,496 Probabilitas risiko N 50.4 Penyakit Total (ekor) 78 Rata-rata (ekor) 10 Standar deviasi 4 N/batas normal (ekor) 10 z 0,11 Nilai pada tabel z 0,543 Probabilitas risiko N 54.3 SDM Total (ekor) 25 Rata-rata (ekor) 3 Standar deviasi 2 N/batas normal (ekor) 3 z 0,08 Nilai pada tabel z 0,531 Probabilitas risiko N 53.1
78
Lampiran 17 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-4 selama 2 siklus Sumber risiko Nilai Uraian Kualitas air Total (ekor) 190 Rata-rata (ekor) 24 Standar deviasi 27,15 N/batas normal (ekor) 20 z -0,15 Nilai pada tabel z 0,440 Probabilitas risiko N 56,0 Kualitas benih Total (ekor) 27 Rata-rata (ekor) 3 Standar deviasi 1 N/batas normal (ekor) 5 z 0,91 Nilai pada tabel z 0,815 Probabilitas risiko N 81.5 Penyakit Total (ekor) 117 Rata-rata (ekor) 15 Standar deviasi 10 N/batas normal (ekor) 16 z 0,16 Nilai pada tabel z 0,563 Probabilitas risiko N 56,3 SDM Total (ekor) 27 Rata-rata (ekor) 3 Standar deviasi 1 N/batas normal (ekor) 5 z 1,03 Nilai pada tabel z 0,848 Probabilitas risiko N 84.8
79
Lampiran 18 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-5 selama 2 siklus Sumber risiko Uraian Nilai Kualitas air Total (ekor) 43 Rata-rata (ekor) 5 Standar deviasi 4,44 N/batas normal (ekor) 5 z -0,09 Nilai pada tabel z 0,464 Probabilitas risiko N 53.6 Kualitas benih Total (ekor) 39 Rata-rata (ekor) 5 Standar deviasi 2 N/batas normal (ekor) 5 z 0,34 Nilai pada tabel z 0,633 Probabilitas risiko N 63,3 Penyakit Total (ekor) 32 Rata-rata (ekor) 4 Standar deviasi 3 N/batas normal (ekor) 4 z -0,07 Nilai pada tabel z 0,472 Probabilitas risiko N 52,8 SDM Total (ekor) 46 Rata-rata (ekor) 6 Standar deviasi 2 N/batas normal (ekor) 6 z 0,03 Nilai pada tabel z 0,511 Probabilitas risiko N 51,1
80
Lampiran 19 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-1 selama 2 siklus Sumber risiko Uraian Nilai Kualitas air Total 195 600 Rata-rata 24 450 Standar deviasi 20 192 Nilai z (α=5%) 1.645 VaR 29 702 Kualitas benih Total 44 400 Rata-rata 5 550 Standar deviasi 4 623 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 6 752 Penyakit Total 122 400 Rata-rata 15 300 Standar deviasi 6 276 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 16 932 SDM Total 32 400 Rata-rata 4 050 Standar deviasi 2 216 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 4 626
81
Lampiran 20 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-2 selama 2 siklus Sumber risiko Uraian Nilai Kualitas air Total 108 000 Rata-rata 13 500 Standar deviasi 6 658 Nilai z (α=5%) 1.645 VaR 15 232 Kualitas benih Total 30 000 Rata-rata 3 750 Standar deviasi 2 678 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 4 447 Penyakit Total 63 600 Rata-rata 7 950 Standar deviasi 4 394 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 9 093 SDM Total 26 400 Rata-rata 3 300 Standar deviasi 1 538 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 3 700
82
Lampiran 21 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-3 selama 2 siklus Uraian Uraian Nilai Kualitas air Total 228 000 Rata-rata 28 500 Standar deviasi 32 585 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 36 975 Kualitas benih
Penyakit
SDM
Total Rata-rata Standar deviasi Nilai z (α=5%) Var Total Rata-rata Standar deviasi Nilai z (α=5%) Var Total Rata-rata Standar deviasi Nilai z (α=5%) Var
32400 4050 1689 1,645 4489 140 400 17 550 11 809 1,645 20 621 32 400 4 050 1 425 1,645 4 421
83
Lampiran 22 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-4 selama 2 siklus Sumber risiko Uraian Nilai Kualitas air Total 228 000 Rata-rata 28 500 Standar deviasi 32 585 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 36 975 Kualitas benih Total 51 600 Rata-rata 6 450 Standar deviasi 5 326 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 7 835 Penyakit Total 140 400 Rata-rata 17 550 Standar deviasi 11 809 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 20 621 SDM Total 32 400 Rata-rata 4 050 Standar deviasi 1 425 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 4 421
84
Lampiran 23 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada pembudidaya ke-5 selama 2 siklus Sumber risiko Uraian Nilai Kualitas air Total 51 600 Rata-rata 6 450 Standar deviasi 5 326 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 7 835 Kualitas benih Total 46 800 Rata-rata 5 850 Standar deviasi 1 863 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 6 335 Penyakit Total 38 400 Rata-rata 4 800 Standar deviasi 3 142 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 5 617 SDM Total 55 200 Rata-rata 6 900 Standar deviasi 2 991 Nilai z (α=5%) 1.645 Var 7 678
85
Lampiran 24 Hasil perhitungan status sumber risiko ikan Black Ghost selama 2 siklus pada 5 anggota BMS Pembudidaya ke-1 Sumber risiko Kualitas air Kualitas benih Penyakit SDM Rata-rata
Probabilitas (%) 56.40 55.60 71.50 55.50 59.75
Dampak (Rp) Status risiko 29 701.78 16 751.80 6 752.33 3 754.30 16 932.50 12 106.74 4 626.42 2 567.66 1 4503.30
50.00 49.20 50.80 54.30 51.07
Dampak (Rp) Status risiko 15 231.78 7 615.89 4 446.67 2 187.76 9 092.99 4 619.24 3 700.05 2 009.13 8 117.87
52.80 50.40 54.30 53.10 52.65
Dampak (Rp) Status risiko 11 219.57 5 923.94 5 166.25 2 603.79 12 828.44 6 965.84 4 262.52 2 263.40 8 369.20
56.00 81.50 56.30 84.80 69.65
Dampak (Rp) Status risiko 36 975.32 20 706.18 4 489.42 3 658.88 20 621.45 11 609.87 4 420.71 3 748.76 16 626.70
Pembudidaya ke-2 Sumber risiko Kualitas air Kualitas benih Penyakit SDM Rata-rata
Probabilitas (%)
Pembudidaya ke-3 Sumber risiko Kualitas air Kualitas benih Penyakit SDM Rata-rata
Probabilitas (%)
Pembudidaya ke-4 Sumber risiko Kualitas air Kualitas benih Penyakit SDM Rata-rata
Probabilitas (%)
Pembudidaya ke-5 Sumber risiko Kualitas air Kualitas benih Penyakit SDM Rata-rata
Probabilitas (%) 53.60 63.30 52.80 51.10 55.20
Dampak (Rp) Status risiko 7 835.19 4 199.66 6 334.61 4 009.81 5 617.31 2 965.94 7 678.06 3 923.49 6 866.29
Probabilitas (%)
Lampiran 25 Hasil pemetaan sumber risiko produksi pada masing-masing pembudidaya
25.00
7514.00 Dampak (Rp) Keterangan:
86
Kualitas air Kualitas benih Penyakit SDM
Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Petani 5
87
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 20 Juni tahun 1991 di Sumedang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara, dari pasangan bapak Susilo Bin Nazarudin dan ibu Nunung Ratna Suminar. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1996 di Sekolah Dasar (SD) Negeri Cimanggu Kecil Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Bogor dan menyelesaikan pendidikan tersebut pada tahun 2005, kemudian pada tahun tersebut penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10 Bogor. Tingkat pendidikan SMA diselesaikan oleh penulis pada tahun 2008. Lulus dari pendidikan tingkat SMA, pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswi pada Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budi Daya melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus tahun 2011 dengan tugas akhir berjudul “Pembenihan dan Pembesaran Ikan Rainbow (Melanotaenia boesemani) di Balai Riset Budi Daya Ikan Hias (BRBIH) Depok, Jawa Barat”. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang “Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)” di Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBAT) Sukabumi pada tahun 2010. Pada tahun 2011 juga penulis diterima sebagai mahasiswi program sarjana Alih Jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Alih Jenis Agribisnis IPB, penulis pernah ikut serta dalam beberapa kegiatan kepanitian di lingkungan kampus dan ikut berpartisipasi pada kegiatan sportakuler FEM tahun 2011 dan tahun 2012.