ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS DIPLADENIA CRIMSON DI PT ISTANA ALAM DEWI TARA SAWANGAN DEPOK
ORIZA SOFIANI H34096078
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iii
RINGKASAN ORIZA SOFIANI. Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson Di PT Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR ). Hortikultura merupakan salah satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara umum, komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pembudidayaannya memerlukan tenaga kerja intensif dengan keterampilan yang tinggi. Salah satu produk hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional adalah tanaman hias. Tanaman hias (florikultur) merupakan komoditas yang sangat khas, dimana para pengusahanya dituntut untuk lebih memberikan perhatian khusus dalam pengusahaannya didasarkan atas keterampilan seni, keterampilan penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi. Salah satu daerah sentra tanaman hias di Indonesia adalah provinsi Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan agribisnis tanaman hias di Jawa Barat masih sangat berpotensi. Depok merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra tanaman hias. Hal ini didukung juga oleh potensi pasar yang sangat baik, masih tersedianya lahan, potensi sumberdaya manusia yang besar, serta kondisi iklim Kota Depok yang sesuai untuk memproduksi tanaman hias. PT Istana Alam Dewi Tara merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Perusahaan ini merupakan perusahaan besar yang mampu bergerak di bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. Salah satu jenis tanaman hias dengan demand yang cukup tinggi di PT. Istana Alam Dewi Tara adalah tanaman hias Dipladenia crimson. Tanaman ini berpeluang untuk diusahakan karena tingginya permintaan serta minat masyarakat terhadap bentuk Dipladenia crimson yang sangat menarik. Namun dalam proses produksinya, tanaman hias Dipladenia crimson ini memiliki risiko yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tanaman hias lainnya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui risiko produksi tanaman hias Dipladenia crimson di PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Depok. Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah menganalisis sumbersumber risiko yang terdapat pada tanaman hias Dipladenia crimson. Tujuan yang kedua adalah menganalisis tingkat risiko produksi pada usaha tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara. Tujuan yang ketiga adalah menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi di usaha tanaman hias Dipladenia crimson „Istana Alam Dewi Tara‟. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis risiko produksi pada tanaman hias Dipladenia crimson. Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur iv
tingkat risiko menggunakan ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Indikasi adanya risiko produksi pada perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson dapat dilihat dengan adanya fluktuasi hasil atau persentase keberhasilan yang didapatkan setiap periodenya. Dengan adanya risiko produksi, maka hasil produksi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan sehingga pendapatan perusahaan tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variation, diketahui bahwa usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara menghadapi risiko produksi sebesar 0,445. Artinya, untuk setiap satu satuan rupiah yang diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,445. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson diperoleh nilai expected return sebesar 19.493.750. Artinya, usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson dapat mengharapkan perolehan hasil sejumlah 19.493.750,- rupiah untuk setiap kondisi dalam proses perbanyakan yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut menunjukan bahwa kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 19.493.750,- rupiah untuk setiap periode dalam produksi. Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dijadikan masukan bagi PT Istana Alam Dewi Tara sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi preventif. Strategi preventif merupakan strategi penanganan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko, strategi preventif yang dapat dilakukan pada PT Istana Alam Dewi Tara untuk perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson diantaranya adalah sebagai berikut: melakukan penyiraman secara tepat jika terjadi kondisi cuaca buruk dengan mengatur timer sprinkle sesuai kebutuhan air, membersihkan area pertanaman dari gulma atau rumput untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman hias Dipladenia crimson, dalam melakukan perbanyakan sebaiknya pemilihan bibit yang akan distek lebih diperhatikan, dimana pemilihan bibit untuk penyetekan dilakukan pada bibit yang tidak terlalu tua sebelum melakukan perbanyakan, peralatan yang akan digunakan hendaknya disterilkan terlebih dahulu, melakukan perbaikan dengan segera peralatan dan bangunan seperti green house dari kebocoran, dan mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan dengan baik.
v
ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS DIPLADENIA CRIMSON DI PT ISTANA ALAM DEWI TARA SAWANGAN DEPOK
ORIZA SOFIANI H34096078
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 vi
Judul Skripsi
: Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok
Nama
: Oriza Sofiani
NIM
: H34096078
Menyetujui, Pembimbing
Rahmat Yanuar, SP. MSi NIP. 19760101 200604 1 010
Mengetahui : Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002
Tanggal Lulus :
vii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Oriza Sofiani H34096078
viii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 20 Oktober 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sofian Hatta dan Ibunda Misnaini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 11 Padang pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 34 Padang. Pendidikan menengah atas penulis diselesaikan pada tahun 2006 di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Padang. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Teknologi Industri Benih, Direktorat Program Diploma dan lulus pada tahun 2009. Pada
tahun yang sama, penulis diterima
di
Program
Sarjana
Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
ix
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dan alternatif strategi penanganan risiko pada Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dalam memberi informasi seputar Dipladenia crimson dan risiko produksi yang dihadapi.
x
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan nikmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok”. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil, yaitu : 1. Bapak Rahmat Yanuar, SP, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama pada sidang penelitian yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator dan dosen penguji komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritikan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta do‟a restunya. Semoga bisa menambah kebanggaan Bapak dan Ibunda serta memperoleh yang lebih baik lagi. Amin. 5. Ir. Fathul Maki yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di tempat usahanya dan karyawan bidang produksi di PT Istana Alam Dewi Tara yang telah memberikan waktu, informasi, kesempatan dan dukungannya. 6. Senior ku di Istana Alam Dewi Tara, mas Yudi yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penulisan skripsi ini. 7. Seluruh Staff dan dosen Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan informasi yang telah diberikan. 8. Desi Sofiani, Yune Fandra Sofiani dan Irawadi Uska yang selalu memberikan dukungan kasih sayang, do‟a dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan di ekstensi Agribisnis: Amri, Deti, Deva, Mul, Rina, Mumut, Wenny, Friska, Edwin dan Dian thanks for all. xi
10. Teman-teman di CD 20: teh Puri, kak Eta, Ayink, Yola, Lili, Irma dan Elsa terimakasi atas semangatnya. 11. Teman-temanku tercinta AGB VII yang telah memberikan semangat, sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi dan motivasinya. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu , terima kasih atas bantuannya. Bogor,September 2011 Oriza Sofiani
xii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL........................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 13 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 13 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 13
II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1 Agribisnis Tanaman Hias ............................................................... 2.2 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 2.2.1 Sumber-sumber Risiko ......................................................... 2.2.2 Metode Analisis Risiko ........................................................ 2.2.3 Strategi Pengelolaan Resiko .................................................
15 15 17 17 18 19
III KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................... 3.1.1 Konsep Risiko Agribisnis ..................................................... 3.1.2 Analisis Risiko Agribisnis .................................................... 3.1.3 Sumber-sumber Risiko ......................................................... 3.1.4 Strategi Pengelolaan Risiko ................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................
20 22 22 22 23 24 25
IV METODE PENELITIAN .................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ................................... 4.4.1 Analisis Kuantitatif ............................................................... 4.4.2 Analisis Strategi Pengelolaan Risiko.................................... 4.3 Definisi Operasional .......................................................................
27 27 27 27 28 28 31 33
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................ 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ......................................... 5.2 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan ............................. 5.3 Aspek Sumberdaya Perusahaan ..................................................... 5.3.1 Karyawan (Tenaga Kerja) .................................................... 5.3.2 Fisik (Pemilikan Peralatan) ................................................. 5.3.3 Aspek Permodalan (Modal).................................................
34 34 35 38 38 41 42 xiii
5.4 Unit Bisnis ..................................................................................... 5.4.1 Pengadaan Bahan Baku/Input dan Peralatan ....................... 5.4.2 Teknis dan Teknologi Produksi ........................................... 5.5 Pemasaran (4P) ............................................................................... 5.6 Arus Kas Usaha Tanaman Hias Dipladenia crimson ...................
42 44 46 51 56
VI HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 6.1 Indentifikasi Risiko Produksi Dipladenia crimson ........................ 6.2 Analisis Risiko Produksi Dipladenia crimson ............................... 6.3 Strategi Pengelolaan Risiko Produksi ............................................
62 62 69 72
VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 76 7.1 Kesimpulan .................................................................................... 76 7.2 Saran............................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 78 L A M P I R A N ......................................................................................... 80
xiv
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Pertanian Indonesia Tahun 2005-2009 .............................................................................. 1
2.
Nilai PDB Hortikultura Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2008-2009 .............................................................................
3
Perbandingan Produksi, Luas Panen dan Persentase Peningkatan Subsektor Hortikultura Tahun2008-2009.........................................
4
Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008 (Satuan Batang) ................................................................................
5
5. Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 ................
6
6. Data Penjualan Tanaman Hias di PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 .......................................................................................
8
3.
4.
7. Data Permintaan, Penawaran dan Selisih Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 ............................................................................. 10 8.
Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ......................... 20
9.
Sarana dan prasarana yang digunakan pada PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2010.......................................... 43
10. Analisis Pendapatan Tanaman Hias Dipladenia crimson pada PT IstanaAlam Dewi Tara Tahun 2009-2010 ................................. 57 11. Rata-rata Produksi, Persentase Keberhasilan dan Penerimaan PT Istana Alam Dewi Tara pada Tanaman Hias Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 ........................................... 63 12. Hasil Penilaian Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara ....................
70
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Harga Jual Tanaman Hias Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 ................................................................................11
2.
Grafik Keberhasilan Produksi Dipladenia crimson „Istana Alam Dewi Tara‟ Tahun 2009-2010 .......................................11
3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ...............................................24 4.
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara di Sawangan Depok. ................................26
5.
Struktur Organisasi PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2010 .............36
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008 (Satuan Batang) ...................................................................................81
2.
Perhitungan Analisis Biaya Tanaman Hias Dipladenia crimson „PT Istana Alam Dewi Tara‟ Tahun 2009-2010..................................82
3. Perhitungan Biaya Penyusutan PT Istana Alam Dewi Tara (1 tahun) ..............................................................................................83 4.
Pendapatan yang Hilang untuk Setiap Periode Produksi ....................84
5. Perhitungan Nilai Variance, Standar Deviation, dan Coefficient Variation..............................................................................................85 6.
Gambar Indukan Tanaman Hias Dipladenia crimson dan BungaTanaman Hias Dipladenia crimson ..........................................86
7.
Pembibitan Tanaman Hias Dipladenia crimson ..................................87
8.
Bangunan Untuk Kegiatan Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson .............................................................................88
xvii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah-satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman berkhasiat obat (medical plants),tanaman hias (ornamental plants) termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau tanaman hias. Secara umum, komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pembudidayaannya memerlukan tenaga kerja intensif dengan keterampilan yang tinggi. Perkembangan agribisnis hortikultura diikuti pula dengan berkembangnya berbagai cabang usaha, baik di hulu, di tengah dan di hilir. Hortikultura juga berkembang menjadi berbagai kegiatan yang terkait dengan keragaman (hobby) dan seni. Pertumbuhan nilai ekspor komoditi pertanian Indonesia pada tahun 2005-2009 dapat diihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Pertanian Indonesia Tahun 20052009 SubSektor
Nilai (ribu US$) 2005
Tanaman Pangan
2006
2007
2008
2009*
Pertum buhan 05-08 (%)
1.775.093
2.048.766
2.974.297
4.243.073
3.545.318
34,42
Hortikultura
145.331
365.747
519.992
433.826
626.118
59,09
Perkebunan
8.327.840
10.895.611
14.991.003
22.318.090
13.984.977
39,10
Peternakan
874.806
993.931
1.435.527
1.911.034
1.507.575
30,39
Keterangan Sumber
: 2009* adalah data Jan-Nov 2009 : BPS, diolah Direktorat Pemasaran Internasional, Ditjen PPHP
Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan nilai ekspor komoditi pertanian pada tahun 2005 sampai pada tahun 2009. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki pertumbuhan nilai ekspor terbesar pada subsektor hortikultura yaitu sebesar 59,09 persen. Pertumbuhan nilai ekspor terbesar kedua terdapat pada komoditas tanaman perkebunan yaitu sebesar 39,10 persen. Persentase pertumbuhan nilai ekspor tanaman pangan adalah sebesar 34,42 persen dan ini 1
merupakan urutan nilai pertumbuhan ketiga tertinggi setelah komoditas tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan. Sedangkan pertumbuhan nilai ekspor terendah diantara komoditas pertanian lainnya adalah peternakan yaitu sebesar 30,39 persen. Berdasarkan data pada Tabel 1, subsektor hortikultura merupakan salah satu produk agribisnis yang sangat berpotensi untuk dikembangkan bagi pembangunan nasional, karena secara ekonomis memiliki nilai tambah dan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan apabila dapat dikelola dengan baik. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan produsen, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Salah satu produk hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional adalah tanaman hias. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan agribisnis tanaman hias karena mempunyai wilayah yang luas, agroklimat tropis dan agroklimat subtropis di dataran tinggi, dan Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman sumberdaya florikultura yang cukup besar. Selain itu, Indonesia memiliki teknologi dan sumberdaya manusia untuk pengembangan tanaman hias. Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Tanaman hias (florikultur) merupakan komoditas yang sangat khas, dimana para pengusahanya dituntut untuk lebih memberikan perhatian khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas keterampilan seni, keterampilan dalam hal penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi atau pemasaran.1 Tanaman hias adalah salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang dimunculkan oleh tanaman hias. Para pengusaha tanaman hias juga dituntut untuk dapat memperdagangkan hasil produksinya
1
http://www.agrina-online.com/show_article. Pasar Agribisnis Tanaman Hias Indonesia (diakses tanggal 14 April 2011)
2
dalam keadaan baik dan segar, serta menampilkan bentuk dan warna produksinya yang secara artistik mampu menarik calon konsumen. Tabel 2 menunjukan bahwa perkembangan PDB komoditas hortikultura di Indonesia mengalami perkembangan yang positif dari setiap kelompok komoditinya. Data PDB nasional tahun 2008 sampai tahun 2009 menunjukan bahwa komoditi tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi peningkatan persentase tertinggi kedua setelah komoditi sayuran yaitu 8,05 persen, hal ini dapat menunjukan bahwa tanaman hias memberikan persentase peningkatan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan Negara. Kegiatan usahatani hortikultura, khususnya komoditas tanaman hias saat ini mulai banyak dikembangkan, selain dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi para hobiis, komoditas ini juga sangat potensial dan prospektif untuk dapat diusahakan. Seiring dengan pesatnya perkembangan trend tanaman hias membuat produsen terus mengembangkan usahanya. Penampilan bentuk tanaman hias yang beraneka ragam, corak warna bunga dan daun yang bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen tanaman hias. Untuk penjelasan lengkap dalam bentuk data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Menurut Kelompok Komoditi Tahun 20082009 No.
Kelompok Komoditi
Nilai PDB (Milyar Rp) Tahun 2008 Tahun 2009
Peningkatan (%)
1
Sayur
28.205,27
30.505,71
8,16
2
Buah
47.059,78
48.436,70
2,93
3
Tanaman Biofarmaka
3.852,67
3.896,90
1,15
4
Tanaman Hias
5.084,78
5.494,24
8,05
84.202,50
88.333,56
4,91
Total
Sumber. Direktorat Jendral Hortikultura, 2011
Produktivitas tanaman hias cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan walaupun luas panen tanaman hias mengalami penurunan, namun jumlah produksinya berada dalam kondisi stabil dan beberapa tanaman hias justru mengalami peningkatan produksi. Produksi tanaman hias bunga potong mengalami peningkatan produksi sebesar 28,20 persen, tanaman hias draceae 3
meningkat 21,39 persen, tanaman hias palem meningkat 9,66 persen, sedangkan yang mengalami peningkatan tertinggi untuk jumlah produksi pada tahun 2008 hingga 2009 adalah komoditas tanaman hias melati yaitu sebesar 38,84 persen. Peningkatan produksi melati yang tinggi tidak diiringi oleh penambahan luas panennya. Untuk tanaman hias melati luas panen yang tercatat dari tahun 2008 hingga 2009 mengalami penurunan sebesar 25,99 persen, sehingga untuk luas panen pada subsektor hortikultura komoditas tanaman hias melati mengalami persentase
penurunan
tertinggi.
Peningkatan
jumlah
produksi
tanaman
hortikultura dan peningkatan luas panen dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.
Perbandingan Produksi, Luas Panen dan Persentase Peningkatan Subsektor Hortikultura Tahun2008-2009
Komoditas
Produksi 2008
Produksi 2009
Penigkatan (%)
Luas Panen 2008
Luas Panen 2009
Penigkatan (%)
1.078.159Ha
4,98
Sayuran
10.035.094Ton
10.628.285Ton
5,91
1.026.991Ha
Buah
18.027.889 Ton
18.653.900 Ton
3,47
781.333Ha
826.430 Ha
5,77
- Bunga Potong 205.564.659Tgk
263.531.374Tgk
28,20
10.877.307 m2
13.867.791 m2
27,49
21,39
2
2
10,39
2
959.546 m
-25,99
460.398 Ha
-12,05
Tanaman Hias
- Draceae
1.863.764 Phn
2.262.505 Phn
- Melati
20.388.199 Kg
28.307.326 Kg
38,84
- Palem
1.149.420 Phn
1.260.408 Phn
9,66
465.257.355Kg
472.863.015 Kg
8,89
Tanaman
176.470 m
2
1.296.439 m
523.460 Ha -
194.801 m
-
-
Biofar-maka
Sumber: Dirjen Hortikultura (Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2009, Angka Tetap)
Salah satu penyebab terjadinya penurunan luas lahan yang digunakan untuk memproduksi tanaman hias adalah besarnya risiko yang dihadapi saat budidaya. Teknik budidaya tanaman hias harus lebih dikembangkan, bagi sebagian besar produsen tanaman hias telah mempunyai teknik-teknik tersendiri yang unggul dalam memaksimalkan produktivitas produk yang diusahakan. Adanya peningkatan jumlah produksi tanaman hias, membawa dampak yang cukup baik terhadap perkembangan agribisnis di Indonesia dengan berorientasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Daya beli terhadap pola konsumsi tanaman hias meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut sejalan dengan tingginya minat masyarakat terhadap kebutuhan keindahan dan kecantikan lingkungan. Bisnis tanaman hias semakin diminati masyarakat di berbagai 4
wilayah. Pada Tabel 3 menunjukan bahwa persentase peningkatan produksi tanaman hias lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman hortikultura lainnya seperti komoditas sayuran, buah dan tanaman biofarmaka. Hal ini dapat diindikasikan bahwa tanaman hias memiliki prospek yang besar. Dengan hal tersebut
berpeluang untuk
para
produsen
atau
pengusaha
agar
lebih
mengembangkan bisnis tanaman hias. Pada tahun 2008 di Indonesia tercatat tiga Provinsi sebagai penghasil tanaman hias tertinggi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Data produksi komoditi tanaman hias yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik tahun 2008 adalah anggrek, krisan, mawar, dan sedap malam dalam satuan batang. Data produksi tanaman hias Indonesia tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.
Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008 (Satuan Batang)
Provinsi Nangroe Aceh Darusalam Sumatera Utara DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur
Anggrek
Krisan
Mawar
Sedap Malam
767
0
851
0
373,179 1,164,863 5,617,993 954,404 169,528 1,660,307
1,618,184 60 51,451,094 13,519,765 48,951 29,962,606
135,779 67,800 4,851,516 12,262,228 20,562 20,361,500
184,622 50 5,277,079 4,774,533 1,702 14,282,349
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Tabel 4 menunjukan bahwa provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra penghasil tanaman hias di Indonesia terutama untuk komoditi anggrek dan krisan. Hal ini disebabkan Jawa Barat memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk pengembangan bunga krisan dan anggrek. Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Selain itu, permintaan pasar akan bunga rata-rata cenderung meningkat tiap tahunnya yang menyebabkan pengusaha tanaman hias di daerah Jawa Barat memperbesar skala usahanya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan agribisnis tanaman hias di Jawa Barat masih sangat berpotensi. Untuk daerah sentra tanaman hias di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 5.
2
http://www.bps.go.id Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008. Diakses tanggal 17 Agustus 2011
5
Tabel 5. Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 No. 1
Kota Kab. Bandung
2
Cianjur
3
Sukabumi
4
Bogor
5
Karawang dan Kab. Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Anggrek, Bekasi Adenium, Aglonema, Dracaena Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline Kota Bandung Palem, Cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline, Aglaonema, Adenium, Anthurium
6 7 8
Jenis Tanaman Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Draceaena, Zingiberaceae, Aspharagus Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Draceaena, Heliconia, Cycas, Pakis Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae, Heliconia, Pakis, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 3
Depok merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra tanaman hias. Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa daerah Depok merupakan salah satu sentra tanaman hias khususnya untuk jenis anggrek, bougenville, cemara, palem, dracaena, cordeline, agloonema, adenium,dan anthurium. Hal ini didukung juga oleh potensi pasar yang sangat baik, masih tersedianya lahan, potensi sumberdaya manusia yang besar, serta kondisi iklim Kota Depok yang sesuai untuk menghasilkan atau memproduksi tanaman hias. PT. Istana Alam Dewi Tara merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Perusahaan ini merupakan perusahaan besar yang mampu bergerak dibidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. PT Istana Alam Dewi Tara juga menyediakan produkproduk yang berasal dari alam seperti tanaman hias, tanaman landscape, wooden craft, batu alam dan batu fosil. Setiap usaha khususnya dalam agribisnis memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Risiko-risiko yang terdapat dalam budidaya tanaman hias adalah 3
http://diperta.jabarprov.go.id Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009. Diakses tanggal 15 April 2011
6
risiko produksi yang disebabkan oleh berbagai faktor misalnya kondisi iklim, cuaca, dan serangan penyakit. Risiko lain dalam pertanian tanaman hias adalah risiko pemasaran dan harga. Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian, dimana ada banyak pendapat mengenai pengertian risiko tersebut. Beberapa definisi risiko antara lain yaitu sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan (Kountur 2004). Salah satu jenis tanaman hias yang diproduksi oleh PT. Istana Alam Dewi Tara adalah Dipladenia crimson. Tanaman ini berpeluang untuk diusahakan karena tingginya permintaan serta minat masyarakat terhadap bentuk Dipladenia crimson yang sangat menarik.4 Tanaman ini berasal dari Brasilia, sangat cocok di tanam di daerah tropis dengan ketinggian ± 150 m diatas permukaan laut, suhu berkisar 270C – 370C, kelembaban sekitar 60 persen – 70 persen, dan curah hujan yang cukup kecil, serta tanaman Dipladenia crimson ini sangat menyukai sinar matahari penuh. Tanaman landscape yang cantik ini merupakan tanaman merambat dan dapat dirambatkan di pagar rumah. Selain itu, tanaman Dipladenia crimson ini bisa dijadikan sebagai tanaman pot plant yang dapat menghasilkan bunga yang sangat indah dengan bunga merah menyala. Permintaan tanaman hias Dipladenia crimson yaitu dengan ukuran tinggi 20-30 cm atau ukuran pot 20 cm. Data permintaan dapat dilihat dari data penjualan yang ada di PT Istana Alam Dewi Tara, Data penjualan tanaman hias di PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukan bahwa penjualan tanaman hias pada tahun 2009 tidak stabil setiap bulannya. Hal ini dikarenakan trend tanaman hias tidak menentu. Permintaan yang paling tinggi pada tahun 2009 yaitu untuk jenis tanaman hias Dipladenia crimson. Jika dilihat dari total permintaan dalam satu tahun Dipladenia crimson merupakan tanaman yang tertinggi pertama, sedangkan untuk permintaan tertinggi kedua yaitu jenis tanaman hias adenium, dan permintaan terbanyak berikutnya adalah jenis tanaman hias anthurium green.
4
Wawancara dengan manager PT Istana Alam Dewi Tara (Maret, 2011)
7
Tabel 6. Data Penjualan Tanaman Hias di PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 Komoditi Adenium Bangna Adenium Original Adenium Geisha Aglaonema Legacy Anthurium Green Anthurium Wave Bonsai Dipladenia crimson Euphorbia Mandevilla Sansevieria Quisqualis Indica
Bulan/ Qty Jul Jun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
5
3
6
9
5
5
68
67
75
39
87
2
1
11
13
11
7
7
7
27
33
Total
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
12
25
2
11
11
5
99
33
26
83
52
76
16
60
682
4
2
12
16
10
23
6
19
129
-
24
17
34
6
10
14
19
25
174
26
5
32
13
70
102
21
70
96
-
469
31
30
18
15
12
26
7
6
19
13
-
210
-
-
1
-
1
-
-
1
1
1
1
-
6
-
-
380
-
-
270
-
-
320
-
-
312
1,282
3 4 22
6 33 10
3 10 4
14 -
27 16 1
7 7 -
47 1 13
32 1 8
19 3 3
43 6 -
43 2 2
38 6
282 83 69
36
45
72
37
35
37
85
121
-
1
1
82
552
Sumber: PT Istana Alam Dewi Tara, 2011
Tinginya angka penjualan tanaman hias Dipladenia crimson merupakan suatu peluang bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan produksi (Tabl 6). Namun dalam proses produksinya, tanaman hias Dipladenia crimson ini memiliki risiko yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tanaman hias lainnya, hal ini dibuktikan oleh rendahnya tingkat keberhasilan saat diproduksi. Risiko perlu untuk diperhitungkan karena umumnya risiko berdampak pada kerugian yang harus ditanggung oleh pemilik usaha. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui risiko produksi tanaman hias Dipladenia crimson di PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Depok. 1.2 Perumusan Masalah PT. Istana Alam Dewi Tara atau disebut sebagai “Istana Alam Nursery” merupakan salah satu perusahaaan yang bergerak dibidang tanaman hias yang meliputi bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. Namun tidak hanya tanaman hias, seiring dengan adanya permintaan konsumen serta untuk lebih memperlengkap usaha, maka perusahaan ini mencoba untuk memproduksi dan memasarkan tanaman buah (lengkeng, rambutan, mangga, durian, jeruk, jambu citra, jambu kancing, srikaya, dan magic fruit). Jenis tanaman hias yang disediakan di PT. Istana Alam Dewi Tara antara lain adalah bonsai, adenium, 8
anthurium, aglaonema, euphorbia, zamioculcaas, rhapis humilis dan lain sebagainya. Selain dapat menyalurkan hobby untuk keindahan dan kecantikan, usaha tanaman hias juga memiliki kendala yang sangat besar yaitu tingginya tingkat risiko produksi yang dihadapi. Untuk persentase keberhasilan produksi tanaman hias Dipladenia crimson yaitu 60 persen sampai 70 persen. Sedangkan untuk tanaman hias lainnya dan tanaman buah persentase keberhasilannya lebih tinggi yaitu 80 persen sampai 90 persen.5 Selain risiko produksi juga terdapat risiko harga dalam usaha budidaya tanaman, sumber utama risiko harga adalah ketidakpastian harga produk ketika perusahaan membuat keputusan untuk melakukan perbanyakan atau menanam. Adanya risiko harga produk dapat menyebabkan harga yang diperoleh perusahaan mengalami fluktuasi. Risiko harga produk tanaman hias sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan tanaman hias di pasaran. Namun untuk risiko harga dan pemasaran tidak terdapat pada komoditi Dipladenia crimson, karena dapat diihat dari tingginya angka permintaan tanaman hias ini jika dibandingkan dengan angka penawaran yang diberikan perusahaan. Penawaran yang diberikan oleh PT Istana Alam Dewi Tara adalah merupakan jumlah hasil perbanyakan yang berhasil dilakukan. Seluruh tanaman yang berhasil dalam proses produksi akan ditawarkan kepada konsumen dan seluruh hasil produksi tersebut mampu diserap oleh pasar, hal ini dikarenakan tingginya minat konsumen terhadap tanaman hias Dipladenia crimson. Saat ini permintaan tanaman hias Dipladenia crimson masih belum bisa terpenuhi oleh PT Istana Alam Dewi Tara, salah satu faktornya adalah terjadinya tingkat kegagalan yang tinggi dalam memproduksi. Setiap periodenya perusahaan melakukan kegiatan perbanyakan dalam jumlah indukan yang digunakan dan anakan yang ditanam selalu sama yaitu sebanyak 600 batang, namun keberhasilan produksi setiap periodenya tidak stabil. Dalam upaya menghasilkan produsi tanaman hias bermutu dari indukan varietas unggul (bersertifikat), perusahaan memiliki indukan sebanyak 60 batang, setiap indukan mampu menghasilkan anakan 10 pucuk setiap periodenya. Indukan tersebut merupakan tanaman impor yang telah melewati
5
Wawancara dengan karyawan produksi PT Istana Alam Dewi Tara (Maret, 2011)
9
seleksi atau sertifikasi dan tahap karantina, oleh karena itu perusahaan mempunyai keterbatasan
dalam
meningkatkan
kapasitas
produksi
yang
disebabkan
keterbatasan indukan. Untuk mengetahui data permintaan, penawaran dan selisih tanaman hias Dipladenia crimson pada tahun 2009 dan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Data Permintaan, Penawaran dan Selisih Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 No 1 2 3
Uraian Permintaan Penawaran Selisih
Jumlah/Pot/Tahun 2009 2.460 1.282 1.178
2010 2.912 1.632 1.280
Sumber : Istana Alam Dewi Tara, 2011
Berdasarkan informasi pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa PT Istana Alam Dewi Tara masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena jumlah permintaan jauh lebih besar dari jumlah penawaran. Dalam menawarkan produknya PT Istana Alam Dewi Tara selalu memberikan penawaran dengan mutu dan kualitas yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen. Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa jumlah penawaran masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah permintaan tanaman hias Dipladenia crimson. Biasanya untuk dapat memenuhi permintaan yang sesuai dengan kontrak maka PT Istana Alam Dewi Tara melalukan kerja sama dengan petani sekitar. Sedangkan perubahan harga produk pada PT Istana Alam Dewi Tara biasanya jarang terjadi. Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan sesuai harga pasar dan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lainnya (adenium, anthurium dan aglaonema). Untuk itu harga yang ditawarkan produsen sesuai dengan harga yang beredar dipasaran (stabil) dan tidak membuat produsen mengalami risiko (melebihi harga pokok produksi). Permintaan yang cukup tinggi juga membuat produsen tidak mengalami risiko pasar dalam pemasarannya. Risiko pasar dan harga biasanya merupakan risiko yang terjadi di luar kendali manajemen PT Istana Alam Dewi Tara dan risiko tersebut juga merupakan risiko yang tidak bisa dihilangkan karena timbul dari mekanisme pasar. Untuk menghindari risiko pasar perusahaan melakukan kerja sama dengan petani sekitar disaat kekurangan
10
pasokan. Gambar 2 dapat menjelaskan bahwa harga tidak mempunyai risiko dalam setiap penawaran atau penjualannya. L = umur tan 4-6 bln
s/m = umur tan 3-4 bln
Gambar 1.
Harga Jual Tanaman Hias Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara
Saat ini, PT Istana Alam Dewi Tara menghadapi risiko produksi yang cukup tinggi pada komoditas tanaman hias Dipladenia crimson. Dimana hasil produksi yang diperoleh bervariasi. Adanya risiko produksi diperjelas oleh fluktuasi keberhasilan produksi yang tidak stabil dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.
Grafik Keberhasilan Produksi Dipladenia crimson „Istana Alam Dewi Tara‟ Tahun 2009-2010 Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara
11
Pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat keberhasilan produksi Dipladenia crimson yang dihasilkan mengalami kondisi yang tidak stabil setiap periodenya, hal ini dapat menunjukkan adanya risiko produksi pada Istana Alam Dewi Tara. Tanaman hias Dipladenia crimson sama seperti tanaman hias merambat lainnya yang memiliki produksi masih rendah dan belum mampu memenuhi seluruh permintaan. Sebagai tanaman pertanian erat kaitannya dengan faktor alam dalam perolehan hasil produksi. Seperti diketahui bahwa alam tidak dapat diprediksi, mudah berubah-ubah, sulit untuk diramalkan dan sulit untuk dikendalikan. Keadaan tersebut tentu dapat membawa dampak buruk pada pendapatan usaha karena mengalami kerugian. Kerugian tersebut merupakan risiko yang harus ditanggung PT Istana Alam Dewi Tara sebagai suatu kegiatan usaha. Usaha tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara yaitu dengan melakukan produksi setiap tiga bulan sekali. Setiap tahunnya untuk tanaman hias Dipladenia crimson, perusahaan ini memproduksi empat periode tanam. Dengan jangka waktu periode selama tiga bulan. Keberhasilan produksi tertinggi dialami pada periode ketiga tahun 2010 yaitu sebesar 78 persen, sedangkan produksi terendah dialami saat periode kedua tahun 2009 yaitu sebesar 45 persen. Pada umumnya yang menjadi sumber utama penyebab terjadinya resiko produksi dalam memproduksi tanaman hias antara lain ialah kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, serta serangan hama, dan sulitnya mengendalikan penyakit yang terdapat di tanaman hias. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha tanaman hias masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, khususnya pada saat perbanyakan dengan stek batang. Adanya risiko produksi membawa dampak yang merugikan bagi PT Istana Alam Dewi Tara, yaitu dapat menyebabkan kegagalan dalam memproduksi atau melakukan perbanyakan. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami PT Istana Alam Dewi Tara adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen yang juga menurun karena banyaknya gagal panen. Rendahnya produksi tersebut berdampak terhadap pendapatan
yang
diterima
perusahaan.
Berdasarkan
perumusan
diatas,
disimpulkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu: 12
1. Bagaimana risiko produksi yang dihadapi PT Istana Alam Dewi Tara pada usaha tanaman hias Dipladenia crimson? 2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di PT. Istana Alam Dewi Tara?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis sumber-sumber risiko yang terdapat pada tanaman hias Dipladenia crimson. 2. Menganalisis tingkat risiko produksi pada usaha tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara. 3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi di usaha tanaman hias Dipladenia crimson „Istana Alam Dewi Tara‟.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan Istana Alam Dewi
Tara, penulis maupun pembaca, serta masyarakat yang berminat untuk melakukan usaha tanaman hias Dipladenia crimson. Bagi perusahaan Istana Alam Dewi tara, sebagai pertimbangan untuk perencanaan pengambilan keputusan dalam mengelola usaha tanaman hias agar dapat lebih waspada dalam menghadapi risiko dan dapat mengurangi kerugian yang diterima. Bagi penulis, memberi pengalaman nyata dalam menganalisis dan memecahkan masalah berdasarkan pengalaman serta menambah wawasan dan pengetahuan baru dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Bagi pembaca dan masyarakat yang berminat pada tanaman hias Dipladenia crimson, berguna sebagai tambahan informasi dan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Dipladenia crimson serta sebagai referensi dalam memulai usaha Dipladenia crimson.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Terdapat beberapa batasan ruang lingkup dalam melakukan penelitian ini, yaitu bahwa dalam penelitian ini mengkaji komoditas tanaman hias Dipladenia crimson. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara 13
dan diskusi langsung kepada pihak perusahaan dan data sekunder berupa data penjualan, harga jual dan data produksi (produktivitas dan persentase keberhasilan) tanaman hias Dipladenia crimson selama kurun waktu tahun 2009 sampai tahun 2010. Pemilihan komoditas ini didasarkan bahwa komoditas tersebut merupakan jenis tanaman hias yang memiliki tingkat kegagalan cukup tinggi dalam proses produksinya dan juga karena rekomendasi dari pihak perusahaan. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai analisis risiko produksi pada komoditas Dipladenia crimson. Penelitian ini menggunakan data periode 2009-2010. Selain itu penelitian ini hanya difokuskan pada analisis resiko produksi spesialisasi.
14
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Agribisnis Tanaman Hias Konsep Agribisnis adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses
produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan aktivitas pertanian (Soekartawi, 1993). Menurut Arsyad dkk (1985) dalam “Soekartawi” yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Hubungannya dengan pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan agribisnis tanaman hias karena kita mempunyai wilayah yang luas, agroklimat tropis dan agroklimat subtropis di dataran tinggi, dan Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman sumberdaya florikultura yang cukup besar. Selain itu, Indonesia memiliki teknologi dan sumberdaya manusia untuk pengembangan tanaman hias. Sementara itu prospek agribisnis florikultura masih cukup cerah baik di pasar domestik maupun mancanegara. Sebagai contoh, penduduk dunia yang terus tumbuh dengan tingkat pendapatan yang terus meningkat. Pertumbuhan kawasan pemukiman, pusat belanja, dan perkantoran akan meningkatkan
permintaan
terhadap
tanaman
hias.
Serta
meningkatnya
pengetahuan masyarakat akan kesegaran dan keindahan juga meningkatkan permintaan akan tanaman hias. Tanaman hias memiliki banyak fungsi dan kegunaan dalam lanskap, tanaman hias memiliki fungsi sebagai tanaman pelindung, penghias taman, centre point, bedengan, dan penutup tanah. Sedangkan menurut Ratnasari (2007) dalam “Galeri Tanaman Hias Bunga”, berdasarkan struktur dan bentuknya tanaman hias dapat diklasifikasikan menjadi: 1
Tanaman pohon Tanaman pohon merupakan jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat 15
tinggi. Tanaman pohon dapat digunakan sebagai tanaman pelindung, centre point dan tanaman hias pot. Contohnya yaitu flamboyan. 2
Tanaman liana dan herba Tanaman liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu. Tanaman jenis ini lebih banyak digunakan untuk tanaman rambat dan gantung. Contohnya yaitu alamanda. Tanaman herba merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali. Contohnya yaitu kana dan tapak dara.
3
Tanaman perdu Tanaman perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup kaku dan kuat. Contoh dari tanaman perdu adalah bunga sikat botol, krossandra dan euphorbia.
4
Tanaman semak Tanaman semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama. Contohnya yaitu bambu hias.
5
Tanaman sukulen Tanaman sukulen adalah jenis tanaman yang tidak berkayu dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air. Contoh dari tanaman ini adalah kaktus. Dipladenia
crimson
merupakan
tanaman
liana
jenis
rambat
yang
menghasilkan bunga yang indah dengan warna merah menyala. Tanaman rambat ini banyak digunakan untuk menciptakan suasana rumah yang asri. Hal ini didasarkan karena tanaman rambat tersebut mampu tumbuh rimbun dan mempunyai bunga yang berwarna cerah. Kesan yang muncul selain teduh juga mampu memberikan kombinasi warna yang menawan. Dipladenia crimson adalah tanaman yang berasal dari Brasilia yang cocok ditanam di daerah tropis yang menyukai sinar matahari penuh. Tanaman ini masih termasuk dalam keluarga mandevilla, dan karakteristiknya juga hampir sama. Tanaman ini merupakan tanaman yang akan dikembangkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan dan memperluas pasar.
16
2.2 Penelitian Terdahulu Kajian ini membahas tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut akan dijadikan sebagai acuan dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
2.2.1 Sumber-sumber Risiko Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis dari tenaga kerja. Sumber-sumber risiko tersebut merupakan sumber risiko teknis (produksi). Dilihat dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output. Ditinjau dari usaha di bidang pertanian sebagian besar sumber risiko adalah kondisi iklim, serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian Safitri (2009) mengenai Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat menjelaskan bahwa sumber-sumber risiko produksi dalam usaha daun potong disebabkan oleh faktor iklim atau cuaca, tingkat kesuburan lahan serta serangan hama penyakit. Sumber-sumber risiko tersebut menyebabkan fluktuasi produksi pada usaha budidaya daun potong. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2011) mengenai analisis risiko pengusahan bunga pada PT. Saung Mirwan kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Sumber-sumber risiko pada pengusahaan bunga potong disebabkan adanya cuaca dan iklim, hama dan penyakit, bibit, peralatan dan bangunan, tenaga kerja serta harga produk. Silaban (2011) meneliti tentang analisis risiko produksi ikan hias pada PT. Taufan fish farm di kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat, didapat bahwa sumber-sumber risiko yang ada antara lain disebabkan oleh cuaca dan iklim, kualitas pakan serta tenaga kerja. Sumbersumber menyebabkan terjadinya fluktuasi survival rate selama proses produksi berlangsung. Menurut Ginting (2009) tentang Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, sumber-sumber 17
yang mempengaruhi produksi jamur antara lain karena serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit dikendalikan, keterampilan tenaga kerja yang belum memadai serta tingkat kegagalan teknologi. Sumber-sumber risiko tersebut akan berakibat terhadap kegagalan produksi yang akan menurunkan pendapatan usaha. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu diperoleh sumber-sumber risiko antara lain cuaca, iklim, suhu, hama dan penyakit, kerusakan teknis, harga bibit, harga jual komoditas. Hal ini juga menjadi sumber-sumber risiko pada produksi tanaman hias yang diteliti pada penelitian ini. 2.2.2 Metode Analisis Risiko Metode pengukuran analisis risiko antara lain dengan menggunakan variance, standar deviation, dan coefficient variation. Alat ukur risiko ini digunakan untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha terhadap hasil yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil nilai dari ketiga alat ukur tersebut, maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Metode analisis risiko ini digunakan dalam penelitian Safitri (2009) mengenai Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ginting (2009) juga menggunakan metode analisis risiko variance, standar deviation, dan coefficient variation dalam penelitiannya mengenai Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Hal yang sama dilakukan juga oleh Silaban (2011) dan Sianturi (2011), dimana dalam penelitian mereka menggunakan metode analisis risiko portofolio lebih dari dua komoditas. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2010) mengenai Risiko Portofolio Pemasaran Sayuran Organik Pada Perusahaan Permata Hati Organik Farm Kabupaten Bogor Jawa Barat, yang menambahkan metode risiko portofolio pemasaran sayuran organik menggunakan single index portofolio dengan bantuan software SPSS. Setyarini (2011) dalam penelitian Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik Di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang menggunakan penambahan metode analisis selain analisis risiko variance, standar deviation, dan coefficient variation
18
yaitu menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dengan software minitab 14.
2.2.3 Strategi Pengelolaan Resiko Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan
untuk menangani
terjadinya
risiko.
Fungsi-fungsi
manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Strategi pengelolaan risiko diperlukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Menurut Kaan (2002), strategi pengelolaan risiko dalam pertanian antara lain: 1) mengurangi risiko dalam koperasi, misalnya diversifikasi produk, 2) transfer atau pengalihan risiko diluar operasi, misalnya kontrak produksi, dan 3) membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari adanya risiko, misalnya memelihara asset lancar. Strategi pengelolaan risiko yang sama dilakukan oleh Safitri (2009). Dalam penelitiannya menggunakan strategi pengelolaan risiko diversifikasi untuk meminimalisir risiko. Strategi pengelolaan risiko diversifikasi produk juga dilakukan oleh Sianturi (2011) dalam Analisis Risiko Pengusahaan Bunga Pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dan Silaban (2011) mengenai Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Pada PT Taufan Fish Farm Di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Selain itu Firmansyah (2009) menggunakan strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik untuk menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal atau bahkan tinggi dengan cara memperbanyak agen atau distributor. Berbeda dengan Ginting (2009) yang menggunakan strategi preventif dalam pengelolaan risiko produksi jamur tiram. Strategi preventif ini bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko produksi jamur tiram. Tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani ikim dan cuaca yang sulit diprediksi, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik, melakukan perencanaan pembibitan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas
19
yang baik, mengembangkan sumberdaya manusia, dan menggunakan peralatan yang seteril dalam melakukan penyuntikan bibit murni kedalam media tanam. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu.
Persamaan
penelitian
ini
dengan
penelitian terdahulu
yaitu
menggunakan metode analisis risiko dengan variance, standar deviation, dan coefficient variation, metode analisis yang sama juga digunakan oleh Ginting (2009), Safitri (2009), Silaban (2011), dan Sianturi (2011). Penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2009) dimana menganalisis risiko pada satu komoditas. Daftar penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Firmansyah
Tahun 2009
Ginting
2009
Safitri
2009
Sianturi
2011
Silaban
2011
Setyarini
2011
Judul Risiko Portofolio Pemasaran Sayuran Organik pada Perusahaan Permata Hati Organic Farm Kabupaten Bogor Jawa Barat. Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis Risiko Pengusahaan Bunga Pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Pada PT Taufan Fish di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang
Metode Analisis Analisis Risiko melalui Metode Single Indeks Portofolio dan Analaisis Koefisien Korelasi. Analisis Risiko pada kegiatan spesialisasi.
Analisis Risiko pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Analisis risiko pada kegiatan diversifikasi/portodolio. Analisis risiko pada kegiatan diversifikasi/portofolio. Analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan menggunakan fungsi faktor produksi Cobb Douglas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu (Tabel 8) adalah terletak pada komoditas yang diteliti, yaitu pada penelitian ini meneliti komoditas tanaman hias Dipladenia crimson dengan menggunakan strategi preventif untuk meminimalkan risiko. Perbedaan juga terletak pada lokasi penelitian dimana 20
penelitian ini dilakukan di daerah Sawangan Depok. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko variance, standar deviation, dan coeffisient variation dengan menghitung data statistik perusahaan seperti data produksi dan pendapatan, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi selama produksi.
21
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian kerangka pemikiran teoritis akan dijelaskan teori yang
berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep analisi risiko dan teori lainnya. Teori-teori tersebut akan dijelaskan dibawah ini. 3.1.1 Konsep Risiko Agribisnis Menurut Kountur (2004), ketidakpastian yang berdampak merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk), apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka ini dikenal dengan istilah kesempatan (opportunity). Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa berdampak merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Menurut Robison dan Barry (1987) risiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagi pembuat keputusan dalam bisnis berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya (Harwood, et al., 1999). Darmawi (2010), Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain bahwa penggunaan kata “Kemungkinan” tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastiaan. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Sedangkan kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena berbagai sebab, antara lain: a.
Jarak waktu dimulai perencaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu, makin besar ketidakpastiannya.
b.
Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
c.
Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan atau teknik mengambil keputusan dan sebagainya.
3.1.2 Analisis Risiko Agribisnis Dalam menganalisis risiko, digunakan alat ukur risiko antara lain varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient 22
variation). Ukuran risiko tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan mengetahui nilai dari ukuran-ukuran risiko tersebut, maka pelaku usaha dapat mengambil keputusan untuk menentukan sikap dalam memilih kegiatan usaha yang dijalankan dengan besarnya risiko yang dihadapi. Setiap pelaku usaha memiliki perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko, perilaku tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan Barry, 1987): a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan , maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasaan. b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan, maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan jika terjadi kenaikan ragam dari keuntungan, maka pembuat keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3.1.3 Sumber-sumber Risiko Menurut Harwood, et al. (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh pelaku usaha diantaranya adalah : 1) Risiko Produksi, sumber-sumber yang terjadi pada risiko produksi dapat disebabkan oleh cuaca, iklim, curah hujan, dan hama penyakit tanaman. 2) Risiko Pasar atau Harga, dapat disebabkan oleh adanya inflasi harga. 3) Risiko Kelembagaan, dapat disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan dari suatu lembaga. 4) Risiko Individu, dapat disebabkan oleh adanya kematian, kecelakaan, perceraian. 5) Risiko Finansial, dapat disebabkan oleh adanya fluktuasi tingkat suku bunga pinjaman dan nilai tukar mata uang. 23
Darmawi (1997) menyatakan bahwa sumber penyebab risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Risiko Sosial; (2) Risiko Fisik; (3) Risiko Ekonomi. Sedangkan menurut Kadarsan (1995) sumber penyebab risiko adalah : (1) Risiko Produksi; (2) Risiko Harga; (3) Risiko Teknologi; (4) Risiko karena tindakan pihak lain; dan (5) Risiko Sakit. Dari beberapa sumber tersebut, ternyata risiko yang paling utama dihadapi oleh PT Istana Alam Dewi Tara dalam memproduksi tanaman hias adalah risiko produksi.
3.1.4 Strategi Pengelolaan Risiko Dalam menangani risiko-risiko yang ada di dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah Proses Pengelolaan Risiko. Proses pengelolaan risiko dapat dilihat pada Gambar 3.
PROSES Identifikasi Risiko
Evaluasi
Pengukuran Risiko
Penanganan Risiko Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur, 2008
Proses pengelolaan risiko dimulai dengan identifikasi risiko untuk mengetahui sumber-sumber risiko yang merupakan output/hasil dari identifikasi risiko. Setelah semua risiko teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah pengukuran risiko, yaitu dengan menggunakan alat analisis variance, standard deviation dan coefficient variation. Pengukuran ini dimaksudkan agar dapat menghasilkan apa yang disebut dengan tingkat risiko. Tingkat risiko adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar risiko yang dihadapi perusaan dalam memproduksi tanaman hias. Proses selanjutnya adalah melakukan penanganan 24
risiko yang dimaksudkan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi. Setelah itu, evaluasi merupakan aktivitas selanjutnya dari proses manajemen risiko perusahaan (Kountur 2008). Kountur (2008) menjelaskan strategi pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan strategi preventif. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional PT Istana Alam Dewi Tara biasa disebut “Istana Alam Nursery”,
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias yang meliputi bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. PT Istana Alam Dewi Tara memiliki lahan seluas ± 3 Ha yang digunakan untuk memproduksi berbagai macam tanaman hias dan tanaman buah. Salah satu tanaman hias yang berpeluang diusahakan PT Istana Alam Dewi Tara adalah Dipladenia crimson. Dalam mengusahakan Dipladenia crimson PT Istana Alam Dewi Tara menghadapi kendala yaitu risiko produksi. Sumber-sumber yang menjadi penyebab terjadinya risiko produksi Dipladenia crimson antara lain kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, serangan hama dan penyakit, serta tinggkat keterampilan tenaga kerja yang masih belum memadai. Adanya risiko pada kegiatan produksi dapat menyebabkan kerugian seperti jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen yang menurun. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk meminimalkan risiko produksi. Risiko produksi dapat diminimalkan dengan melakukan strategi pengelolaan risiko yaitu dengan melakukan strategi preventif yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.
25
Produksi tanaman hias Dipladenia crimson “PT Istana Alam Dewi Tara”
Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson
Fluktuasi Hasil Produksi
Sumber Risiko : Cuaca, dan iklim, Hama, Penyakit, Teknologi, Bibit dan, Tenaga Kerja
Fluktuasi Produksi Identifikasi sumber-sumber risiko dengan pendekatan kualitatif: - Aspek Teknis - Aspek Ekonomis
Manajemen Risiko yang diterapkan PT. Istana ALam Dewi Tara
Analisis Risiko dengan pendekatan kuantitatif: Variance, Standard Deviation, Coefficient Variation.
Alternatif Strategi Preventif yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko
Gambar 4.
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara di Sawangan Depok.
26
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada budidaya tanaman hias Dipladenia crimson di Perusahaan Istana Alam Dewi Tara yang berlokasi di Jalan Cinangka Raya no.168 Sawangan, Depok. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah sentra tanaman hias dan Istana Alam Dewi Tara merupakan perusahaan besar tanaman hias di daerah Sawangan Depok. Selain itu, dalam pengembangan usahanya belum pernah dilakukan analisis risiko produksi terhadap budidaya tanaman hias Dipladenia crimson. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Juni 2011 hingga Juli 2011.
4.2
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan manager, staf dan karyawan lapang PT. Istana Alam Dewi Tara. Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi usaha budidaya Dipladenia crimson yang berhubungan dengan luas lahan, jumlah produksi, permintaan, penerimaan tanaman hias Dipladenia crimson. Data sekunder yang digunakan berasal dari data statistik perusahaan, yaitu data produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi selama kegiatan produksi berlangsung. Selain itu, data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari berbagai buku, skripsi, internet dan instansi-instansi terkait seperti perpustakaan IPB, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan instansi lain yang terkait dengan penelitian.
4.3
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan langsung di tempat penelitian. Hal ini dilakukan untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Pengamatan dilakukan pada lokasi produksi/budidaya tanaman hias Dipladenia crimson pada Perusahaan Istana Alam Dewi Tara. Wawancara juga dilakukan untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan 27
penelitian, untuk memperoleh data dari kondisi yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak manager produksi Dipladenia crimson di Perusahaan Istana Alam Dewi Tara untuk memeperoleh data gambaran umum perusahaan, sumber daya manusia, dan komoditas yang diusahakan. Pengumpulan data juga diperoleh dengan membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan penelitian.
4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Dalam penelitian ini, data dan informasi yang diperoleh diolah dengan menggunakan kalkulator dan dengan program Microsoft Exel 2007. Data dan informasi yang diperoleh dari lokasi usaha Dipladenia crimson di Istana Alam serta data lainnya diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan. Analisis kuantitatif untuk mengetahui risiko yang terjadi di perusahaan.
4.4.1 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang di lakukan pada penelitian ini
didasarkan
dengan
pengukuran
penyimpangan.
Dalam
mengukur
penyimpangan dapat menggunakan beberapa ukuran diantaranya yaitu ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran statistik yang dijelaskan sebagai berikut: a.
Nilai harapan (Expected Return) Jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi probabilitas
(peluang) dari masing-masing kejadian tidak pasti disebut juga dengan nilai harapan. Nilai harapan juga merupakan besaran perolehan atau yang diperkirakan akan didapatkan kembali dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha. Penyelesaian pengambilan keputusan yang
28
mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected Return. Rumus Expected return dapat dilihat dibawah ini (Elton dan Gruber 1995) :
Dimana : ∑(Ri) = Expected return Pij
= Peluang dari suatu kejadian (i = aset) (j = kejadian)
Rij
= Return
b.
Peluang (Probability) Kemungkinan terjadinya suatu pristiwa disebut juga dengan peluang.
Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan harga mutlak dalam suatu kondisi. Nilai peluang ditentukan berdasarkan pengalaman dan faktor dari variable-variabel yang mempengaruhi suatu kejadian yang akan dihitung nilai peluangnya. Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam
menjalankan
kegiatan
usaha.
Nilai
peluang
ditentukan
dengan
mengobservasi kejadian yang sudah terjadi. Kejadian-kejadian tersebut kemudian diekspresikan sebagai persentase dari total exposure dalam rangka mendapatkan estimasi empiris dari probabilitas. Nilai dari peluang/probabilitas terletak antara 0 dan 1. Jika nilai peluang adalah 1 maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Dengan kata lain peristiwa yang diperkirakan pasti akan terjadi. Nilai peluang dapat dihitung dengan rumus (Elton dan Gruber 1995) :
Pengukuran peluang pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Pada perhitungan peluang ini digunakan tiga kondisi yaitu kondisi tinggi, normal dan rendah. Hal ini dikarenakan PT Istana Alam Dewi Tara telah menentukan setiap kondisinya yang disesuaikan dengan tingkat keberhasilan perbanyakan setiap periode tanam. Pembagian ke dalam tiga kondisi juga bertujuan untuk lebih menyederhanakan dalam melakukan perhitungan atau analisis. Dimana untuk 29
kondisi tinggi mempunyai persentasi keberhasilan perbanyakan tanaman hias ini lebih besar dari 70 persen, untuk kondisi normal persentasi keberhasilan perbanyakan yang sering diperoleh perusahaan yaitu sekitar 60 sampai dengan 70 persen, sedangkan untuk kondisi rendah perusahaan menetapkan persentasi keberhasilan perbanyakan lebih kecil dari 60 persen. Pengukuran sejauh mana risiko yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh perusahaan digunakan pendekatan sebagai berikut : 1.
Variance Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari
return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):
Dimana :
σt2 = Variance dari return Pij = Peluang dari suatu kejadian (i = aset) (j = kejadian) Rij = Return
Nilai variance menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya, semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. 2.
Standard Deviation Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Secara
sistematis standard deviation dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995) :
Dimana :
σi2 = Variance σi = Standard deviation
30
Makna dari ukuran standard deviation seperti halnya variance, yaitu semakin kecil nilai standard deviation, maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. 3.
Coefficient Variation Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang
diharapkan atau expected return. Secara matematis, coefficient variation dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995) : CV =
/
Dimana : CV= Coefficient variation σi = Standard deviation
Coefficient variation dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai coefficient variation, maka semakin rendah risiko yang dihadapi. 4.4.2 Analisis Strategi Pengelolaan Risiko Analisis strategi pengelolaan risiko yang diterapkan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan telah efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko yang dilakukan di PT Istana Alam Dewi Tara, yaitu diawali dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko pada produksi tanaman hias Dipladenia crimson, kemudian melakukan pengukuran risiko produksi, setelah itu dilakukan penanganan risiko dan pengevaluasian risiko produksi yang terdapat di PT Istana Alam Dewi Tara, kemudian melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada usaha budidaya tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara apakah telah mampu meminimalkan risiko atau belum, dan terakhir yaitu dengan membuat alternatif strategi manajemen risiko. Alternatif manajemen risiko ini diharapkan dapat meminimalkan risiko pada kegiatan produksi tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara selanjutnya. 31
Menurut Kountur (2008) Strategi pengelolaan risiko dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. 1.
Preventif Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini
dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2.
Mitigasi Strategi mitigasi adalah strategi pengelolaan risiko yang bertujuan untuk
memperkecil dampak atau kerugian yang ditimbulkan dari risiko yang ada. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang besar. Beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah : a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa usaha sehingga salah satu usaha terkena musibah, maka tidak akan menghabiskan seluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengelolaan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b.
Penggabungan Penggabungan atau merger adalah usaha pengelolaan risiko yang menekankan pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi penggabungan adalah merger atau akuisisi dengan perusahaan lain.
c.
Pengalihan risiko Pengalihan risiko (risk transfer) adalah cara pengelolaan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Hal ini bertujuan apabila terjadi kerugian pada pihak perusahaan, maka yang menanggung kerugian adalah pihak lain. Beberapa cara untuk mengalihkan dampak atau kerugian kepada pihak lain adalah dengan asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.
32
4.3 Definisi Operasional 1.
Peluang merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periode waktu selama kegiatan produksi tanaman hias.
2.
Expected return merupakan jumlah dari pendapatan yang diharapkan pada tanaman hias.
3.
Variance merupakan ragam atau variasi dari peluang ketiga kondisi pendapatan tanaman hias.
4.
Return yang digunakan berdasarkan penerimaan yang diterima perusahaan.
5.
Standard deviation merupakan penyimpangan dari return yang diharapkan.
6.
Coefficient variation merupakan besarnya risiko yang dihadapi perusahaan apabila menginvestasikan satu rupiah pada usaha tanaman hias.
33
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab gambaran umum perusahaan menguraikan mengenai keadaan umum perusahaan sebagai tempat penelitian, yaitu PT Istana Alam Dewi Tara. Proses pengambilan data yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data yaitu dengan melakukan wawancara, kemudian dilanjutkan dengan pemberian file dari pihak perusahaan untuk kemudian dipaparkan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh, yaitu seperti sejarah berdirinya perusahaan, aspek organisasi dan manajemen perusahaan, aspek permodalan, dan aspek sumberdaya perusahaan. Data tersebut digunakan untuk menjelaskan sejarah, perkembangan serta gambaran umum mengenai tempat penelitian. 5.1
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Istana Alam Dewi Tara biasa disebut “Istana Alam Nursery”,
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias yang meliputi bidang usaha produksi tanaman, ditribusi, dan pemasaran. PT Istana Alam Dewi Tara memiliki arti yaitu istana yang menyediakan produk-produk yang berasal dari alam seperti tanaman hias, wooden craft, dan batu fosil. Motto perusahaan yaitu “The Place Of Exclusive Ornamental Plants” berarti sebuah tempat yang menyediakan tanaman hias yang eksklusif. Dengan demikian, Istana Alam Dewi Tara “The Place Of Exclusive Ornamental Plants” artinya adalah istana yang menyediakan tanaman hias ekslusif dan produk lainnya yang berasal dari alam. Usaha tanaman hias yang dijalankan PT Istana Alam Dewi Tara berawal dari hobi Ibu Silviana Bintoro mengoleksi tanaman hias. Pada tahun 2006 saat anthurium sedang menjadi trend tanaman hias yang harganya dapat mencapai jutaan rupiah, sehingga Ibu Silviana Bintoro tertarik untuk membangun sebuah Nursery di lahan yang dahulunya digunakan sebagai showroom mobil. Ibu Silviana Bintoro adalah seorang pengusaha yang bergerak diberbagai bidang yaitu otomotif, lukisan, tripang, mutiara, dan udang. PT Istana Alam Dewi Tara berdiri diatas lahan seluas ± 6 hektar yang dibagi menjadi 2 wilayah yaitu Cinangka I dan cinangka II. Cinangka I luasnya 3 hektar yang merupakan tempat showroom tanaman hias, perkantoran, serta kegiatan produksi. Sedangkan Cinangka II terletak ± 100 meter dari Cinangka I yang 34
merupakan tempat stock tanaman hias. PT Istana Alam Dewi Tara terletak pada ketinggian ± 150 meter diatas permukaan laut dengan suhu berkisar 27 0C – 370C, kelembabab sekitar 60 persen – 70 persen, dan curah hujan yang cukup kecil. Secara gografis Kota Depok terletak pada koordinat 06 019‟00‟‟ – 06028‟00‟‟ LS dan 106043‟00‟‟ – 106055‟30‟‟ BT. Kota Depok berbatasan langsung dengan kota Jakarta atar berada dalam lingkungan wilayah Jabodetabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. Kota Depok merupakan bagian wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu propinsi yaitu: a) Sebelah Utara
:DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang.
b) Sebelah Selatan :Kecamatan Cibinong kabupaten Bogor. c) Sebelah Timur
:Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
d) Sebelah Barat
:Kecamata Parung dan kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.
5.2
Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi terdapat empat elemen yang perlu dijalankan yaitu : a.
Adanya spesialisasi kegiatan kerja
b.
Adanya standarisasi kegiatan kerja
c.
Adanya koordinasi kegiatan kerja
d.
Besaran seluruh organisasi. Secara rinci struktur organisasi yang ada di PT Istana Alam Dewi Tara yaitu
dapat dilihat pada Gambar 5.
35
Direktur
Advisor
Manajer Produksi
Spv. Technical support
Manajer Pemasaran
Spv. Propagation
Cinangka I
Grafter
Business Develop
Manajer PPIC
Spv. Marketing Pameran
Staff Gudang
Spv. Marketing Carrefour
Stok Showroom
Manajer Keuangan & HRD
Kasir
Admin Finance
Watering Pantry & Messenger
Adm. Produksi
Weeding
Admin Sales
Driver
Potting & Mixing Media Support
Cleaning service
Showroom
Security
Penyemprotan Obat Cinangka I
Showroom Indoor Cinangka II
Watering & Support
Gambar 5.
Struktur Organisasi PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2010 Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara, 2011
Berdasarkan struktur organisasi tersebut, masing-masing karyawan di PT Istana Alam Dewi Tara memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dipatuhi. Adapun tugas dan tanggung jawab yang ada di PT Istana Alam Dewi Tara yaitu:
36
1. Direktur a. Mengawasi
dan
mengelola
jalannya
kegiatan
perusahaan
secara
keseluruhan. b. Membuat keputusan strategis untuk perusahaan. 2. Manajer Produksi dan Pemasaran a. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan produksi yang berhubungan dengan perusahaan. b. Koordinasi dengan bidang operasional untuk mengetahui jumlah tanaman hias yang tersedia untuk dipasarkan. c. Melakukan penetrasi pasar untuk pemasaran hasil produksi. d. Menjalin hubungan baik dengan konsumen. e. Membuat kebijakan harga jual dalam kondisi tertentu (inflasi). f. Mengajukan biaya promosi dan biaya lain yang berhubungan dengan marketing. g. Membuat pembukuan hasil penjualan setiap hari dan membuat laporan penjualan bulanan. h. Membuat analisa penjualan dan marketing setiap bulan. 3. Manajer PPIC (Planning Product Inventory Control) a. Membuat laporan produksi tanaman hias yang dihasilkan. b. Membuat laporan stok tanaman hias yang tersedia. 4. Staff gudang a. Mengetahui stok barang seperti pot dan saprotan. 5. Technical Support a. Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kerja kepada seluruh tenaga kerja kebun. b. Memberi petunjuk metode atau pelaksanaan kerja sesuai dengan bidang kerja masing-masing pada seluruh tenaga kerja kebun. c. Memeriksa penggunaan pupuk dan pestisida. d. Membuat laporan pekerjaan bulanan dan melaporkan semua hasil pekerjaan kepada pimpinan. e. Membina dan menjalin hubungan kerja agar harmonis, baik sesama karyawan maupun dengan orang lain. 37
f. Koordinasi dengan atasan langsung. 6. Kasir a. Membuat Laporan bulanan keuangan yang terdiri dari cashflow, laba/rugi, dan neraca lajur. b. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran setiap transaksi penjualan dengan menggunakan system magic untuk menghindari kesalahan. c. Melakukan koordinasi dengan bagian lain untuk setiap data pengeluaran dan pemasukan keuangan perusahaan. 7. G-Boy dan G-Girl a. Melakukan kegiatan produksi mulai dari grafting, budidaya, perawatan, dan potting. 8. Driver a. Bertanggung jawab atas terjaminnya waktu pengiriman barang dari perusahaan (kebun). b. Menjaga hubungan baik antara perusahaan dan customer. 9. Security a. Bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan perusahaan. b. Pengecekan surat jalan.
5.3
Aspek Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya yang dimiliki oleh PT Istana Alam Dewi Tara terdiri dari
sumberdaya manusia, sumberdaya fisik dan sumberdaya finansial. Sumberdaya manusia yang dimilik PT Istana Alam Dewi Tara ialah orang-orang yang diperkerjakan untuk melaksanakan kegiatan usaha, umumnya disebut dengan tenaga kerja. Sumberdaya fisik pada PT Istana Alam Dewi Tara yaitu berupa lahan sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan usaha, bangunan, peralatan dan perlengkapan. Sumberdaya finansial merupakan kekuatan permodalan yang dimiliki oleh usaha PT Istana Alam Dewi Tara dalam menjalankan usahanya. 5.3.1 Karyawan (Tenaga Kerja) Dalam menjalankan sebuah usaha, aspek sumbedaya manusia memegang peranan yang sangat penting agar perusahaan dapat mencapai tujuan. Peran tenaga kerja penting dalam melakukan kegiatan usaha, tanpa tenaga kerja maka pemilik 38
tidak akan sanggup melakukan kegiatan dengan sendiri. Akan tetapi dalam memperkerjakan tenaga kerja, harus diperhatikan juga keterampilan yang dimiliki, selain itu tanggungjawab juga menjadi bagian penting dalam memilih pekerja. Sumberdaya manusia yang dimiliki PT Istana Alam Dewi Tara untuk saat ini terdapat ± 35 orang tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus pada bidangnya. Pada bagian office, karyawan memiliki pendidikan tinggi dan pengalaman kerja. Tingkat pendidikan pada bagian office yaitu dari SMA sampai S1. Bagian produksi harus memiliki pengalaman kerja untuk melakukan budidaya dan perawatan tanaman. Bagian keuangan harus memiliki kemampuan dalam mengatur pemasukan dan pengeluaran. Bagian pemasaran harus memiliki kemampuan dalam menjual tanaman sebanyak-banyaknya. Dalam upaya mendukung dan menunjang terhadap pencapaian tujuan yang digariskan, PT Istana Alam Dewi Tara mulai melakukan perbaikan-perbaikan didalam usaha menciptakan pola manajemen yang professional, mandiri dan berpegang pada prinsip tujuan usahanya melalui hal-hal sebagai berikut: 1) Melakukan
pembenahan
dan
penataan
terhadap
peningkatan
mutu
sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan. 2) Menetapkan pola kerja yang disiplin, tanggung jawab dan professional yang selalu mengacu pada prosedur yang telah digariskan. 3) Menetapkan system dan prosedur yang sesuai melalui jasa pelayanan konsultan (baik dalam bidang operasional, akuntansi, maupun keuangan). 4) Menetapkan kebijakan yang terkait dengan legalitas pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja Kodya Depok. 5) Menetapkan aturan kedisiplinan dan kepatuhan serta penerapan system reward dan punishment untuk setiap karyawan. 6) Pembenahan terhadap pola atau system administrasi dan pendokumentasian yang baik dan benar. 7) Menetapkan system pelayanan yang baik untuk dapat menciptakan kepuasan pelanggan. 8) Melakukan perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) untuk dapat selalu meningkatkan mutu dan kualitas produk yang dihasilkan.
39
Proses rekruitmen pada perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu eksternal dan internal. Proses rekruitmen eksternal dilakukan pada level manajer dan staff perusahaan. Proses rekruitmen eksternal melalui pencarian oleh pemilik perusahaan dan melalui iklan. Tahap masuk yang dilakukan pada manajer yaitu melalui tahap wawancara dengan pemilik, studi kasus dan membuat proposal bisnis (business plan). Pada level staff, tahap yang harus dilalui saat rekruitmen yaitu tes pengetahuan, wawancara dengan manajer atasannya dan studi kasus. Proses rekruitmen internal dilakukan pada tenaga kerja lapang yang tingkat pendidikannya SMP dan SMA melalui informasi dan rekomendasi dari karyawan. Sumber Daya Manusia di PT Istana Alam Dewi Tara berasal dari lingkungan tempat sekitar perusahaan dan lingkungan luar tempat sekitar perusahaan, persentasenya yaitu 50:50. Masa percobaan pada seluruh karyawan yaitu tiga bulan. Setiap bulan mengalami kenaikan gaji pada karyawan baru dengan batas limit sesuai jabatannya. Secara lebih rinci proses rekruitmen karyawan yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara yaitu sebagai berikut. a.
Rekrutmen Rekrutmen merupakan salah satu cara untuk mendapatkan karyawan sesuai dengan kepentingan perusahaan untuk menempati posisi yang kosong dalam suatu perusahaan. Adapun rekutmen yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu: 1. Perekrutan untuk Manajer dan staff Perekrutan yang dilakukan untuk menempati posisi sebagai manajer maupun staff dalam perusahaan yaitu dengan cara melihat pendidikan, tes skill serta kejujuran dari calon karyawan hal tersebut sangat perlu dilakukan karena kemajuan serta perkembangan suatu usaha ada ditangan orang-orang yang jujur serta mampu menuangkan ide-ide yang kreatif. 2. Perekrutan untuk G-Boy dan G-Girl Untuk perekrutan pegawai sebagai G-boy maupun G-girl dilakukan dengan melihat kejujuran tanpa melihat pendidikan. Akan tetapi rata-rata pendidikan dari mereka lulusan SD-SMP. Selain itu untuk para G-boy dan G-girl biasanya ada rekomendasi dari teman maupun saudara yang
40
kerja terlebih dahulu di PT Istana Alam Dewi Tara sehingga hal tersebut dapat memudahkan perusahaan untuk perekrutan tenaga kerja. b.
Sistem Penggajian Sistem penggajian yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu sesuai dengan ketetapan Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku di kota Depok. Sistem penggajian berdasarkan ketentuan 40 jam kerja tiap minggu. Jika lebih dari itu, maka dihitung lembur. Lembur terhadap karyawan diberlakukan atas dasar perintah masing-masing atasan dengan menggunakan form lembur yang sudah ada. Jam kerja karyawan yaitu sebagai berikut: 1. Jam kerja: a. Senin sampai jum‟at
: 08.30 – 17.00 (7,5 jam)
b. Sabtu
: 08.30 – 12.00 (3,5 jam)
2. Jam makan siang/istirahat:
c.
a. Senin sampai Kamis
: 12.00 – 13.00
b. Jum‟at
: 11.30 – 13.30
c. Sabtu
: Tidak terdapat jam istirahat
Prosedur Penggajian Prosedur penggajian yang berlaku di PT Istana Alam Dewi Tara yaitu dengan melihat absensi semua karyawan. Penggajian dilakukan pada akhir bulan dengan menggunakan dua cara yaitu dengan cara langsung tunai kepada karyawan dan dengan cara transfer melalui bank ke rekening masingmasing karyawan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam penggajian yang dilakukan.
5.3.2 Fisik (Pemilikan Peralatan) Pemilikan peralatan merupakan suatu investasi bagi perusahaan untuk menunjang kelancaran suatu usaha yang sedang dijalankan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung, maka usaha yang akan dijalankan akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Adapun sumberdaya fisik yang dimiliki oleh PT Istana Alam Dewi Tara meliputi lahan yang luasnya ± 6 Ha yang tersebar di dua tempat yaitu Cinangka I dan Cinangka II, bangunan kantor dan 41
prasarana yang mendukung untuk proses produksi, kendaraan, mesin dan peralatan. Selain itu, investasi mesin dan peralatan merupakan salah satu sarana yang dimiliki oleh perusahaan karena mempunyai peran yang sangat penting untuk mendukung proses operasional suatu usaha.
5.3.3 Aspek Permodalan (Modal) Modal yang digunakan PT Istana Alam Dewi Tara yaitu modal sendiri atau modal pribadi dari pemilik perusahaan yang bernama Ibu Silviana Bintoro. Modal awal yang digunakan untuk memulai usaha tanaman hias ini yaitu sebesar Rp. 20 miliar dengan rencana payback periode selama lima tahun. Berdasarkan modal awal yang digunakan tersebut PT Istana Alam Dewi Tara harus mencapai target penjualan sebesar Rp. 250 juta per bulan. Sumberdaya yang dimiliki PT Istana Alam Dewi Tara yaitu kekuatan dalam hal keuangan, dimana perusahaan akan terus berupaya untuk membiayai semua pengeluaran yang dibutuhkan perusahaan untuk kelancaran suatu usaha.
5.4
Unit Bisnis PT Istana Alam Dewi Tara yaitu perusahaan yang melakukan usaha dalam
bidang tanaman hias. Kegiatan bisnis yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu pengadaan entres (batang atas), bonggol (batang bawah), proses produksi, perkembangbiakan dan pemasaran hasil. Kegiatan yang terdapat di PT Istana Alam Dewi Tara terbagi dalam tiga bagian, antara lain bagian produksi, distribusi dan pemasaran, dimana setiap bagian saling terkait satu sama lain. Bagian produksi meliputi kegiatan pembudidayaan dan perawatan tanaman hias dimana kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar. Bagian distribusi meliputi kegiatan penyaluran tanaman keagen, cabang dan outlet. Sedangan bagian pemasaran bertanggung jawaab untuk menjual tanaman hias ke end user (konsumen akhir) dan sesama penjual tanaman hias. Selain menggeluti usaha tanaman hias, PT Istana Alam Dewi Tara memiliki unit bisnis lainnya, antara lainnya tempat bermain anak, café dan menyediakan saprotan seperti media tanam, pot dan polypot, serta pupuk dan vitamin tanaman hias. Selain itu PT Istana Alam Dewi Tara memiliki unit bisnis dalam bentuk jasa seperti salon 42
tanaman dan klinik tanaman. Tujuan didirikannya unit-unit bisnis ini untuk menyediakan fasilitas yang lengkap bagi konsumen sebagai one stop shopping tanaman. Data mengenai sarana dan prasarana yang digunakan oleh PT Istana Alam Dewi Tara dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sarana dan prasarana yang digunakan pada PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2010 No. Sarana/Prasarana 1. Showroom tanaman hias 2. Café & Restaurant 3. 4.
Areal parker Kantor
5.
Perlengkapan kantor
6.
Post Security
7.
Toilet dan Musholla
8.
Propagation area/ Mistroom
9.
Greenhouse
10.
Peralatan produksi
11.
Mobil Display
12.
Gudang
13. 14.
Mess karyawan Laboraorium
Kegunaan Tempat transaksi jual beli tanaman hias serta display tanaman hias. Tempat istirahat serta tempat pesan makan dan minum untuk pelanggan. Sebagai tempat parkir mobil dan motor untuk pengunjung. Bangunan kantor yang digunakan sebagai pusat kegiatan administrasi dan keuangan. Sebagai penunjang kegiatan kantor (kegiatan administrasi dan keuangan). Sarana penjagaan lingkungan PT Istana Alam Dewi Tara serta tempat pemeriksaan barang pasokan maupun customer. Sarana bagi pegawai maupun customer yang datang langsung ke PT Istana Alam Dewi Tara. Area yang difungsikan sebagai lokasi perbanyakan tanaman yang didisain secara khusus untuk menciptakan dan menyediakan lingkungan tumbuh yang optimal bagi tanaman-tanaman muda hasil perbanyakan. Konstruksi bangunan khusus yang berfungsi sebagai tempat perawatan tanaman tertentu (indoor plant dan tanaman muda) yang memberikan lingkungan hidup yang optimal bagi tanaman itu sendiri. Peralatan/perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi dan menunjang kegiatan produksi (missal: gunting tanaman, pisau, cangkul, sabit, ember, tray, troli, dan lain-lain) Alat transportasi yang digunakan untuk distribusi tanaman ke cabang dan pameran serta dalam kegiatan kanvasing. Sebagai tempat untuk menyimpan peralatan/ perlengkapan yang menunjang kegiatan produksi dan tempat persediaan saprotan untuk dijual (missal: polypot, pupuk, obatobatan, pot plastik, pot keramik, paranet dan batu fosil). Sebagai tempat tinggal karyawan. Sebagai tempat perbanyakan tanaman hias melalui kultur jaringan serta tempat pembuatan hormone, vitamin dan salep.
Sumber: PT Istana Alam Dewi Tara,2010
Kegiatan usaha PT Istana Alam Dewi Tara berdasarkan Tabel 9, akan berkesinambungan apabila pengadaan input dan proses pembudidayaan, 43
perawatan maupun pemasaran dikelola dengan baik berdasarkan tujuan perusahaan. Selain itu tersedia pula sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usaha tanaman hias juga diperlukan untuk menjaga kontinuitas usaha. PT Istana Alam Dewi Tara memiliki sarana produksi, distribusi, pemasaran dan administrasi dalam mendukung usahanya. 5.4.1 Pengadaan Bahan Baku/Input dan Peralatan Bahan baku merupakan salah satu input yang penting dalam usaha budidaya tanaman hias yang dapat mendukung jalannya suatu usaha. PT Istana Alam Dewi Tara menyediakan keseluruhan input yang menunjang kegiatan produksi sebelum kegiatan produksi dilakukan. Input yang digunakan di PT Istana Alam Dewi Tara antara lain: 1.
Lahan Luas lahan PT Istana Alam Dewi Tara adalah ± 6 Ha yang dibagi menjadi
dua wilayah dengan masing-masing ± 3 Ha tiap wilayah. Penggunaan lahan belum optimal karena masih ada lahan kosong yang belum digunakan. Lokasi PT Istana Alam Dewi Tara dahulunya adalah showroom mobil ibu Silviana Bintoro yang merupakan pemilik perusahaan. 2.
Tenaga Kerja Input sumberdaya manusia yang digunakan perusahaan disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Seperti manajer produksi yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian khususnya berkaitan dengan tanaman hias dan pekerja lapang yang memiliki pengetahuan dibidang tanaman hias. Jumlah tenaga kerja yang digunakan juga disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Jumlah tenaga kerja di PT Istana Alam Dewi Tara adalah ± 35 orang yang terdiri dari staff kantor dan tenaga kerja lapang. Tingkat pendidikan staff kantor yaitu dari SMA sampai S1 sedangkan tingkat pendidikan pekerja lapang adalah SD sampai SMA. 3.
Benih/bibit Benih yang digunakan PT Istana Alam Dewi Tara sebagian besar diperoleh
dari luar negeri terutama adenium yang benihnya didatangkan dari Thailand. Selain benih adenium, entres (batang atas) adenium juga didatangkan dari Thailand selain didapatkan dari hasil persilangan yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara. PT Istana Alam Dewi Tara mendatangkan benih anthurium dari China 44
ketika anthurium sedang menjadi trend tanaman hias. Selain benih adenium dan anthurium, PT Istana Alam Dewi Tara juga mendatangkan benih tanaman indoor dan outdoor yang kebanyakan dari luar negeri. Namun untuk tanaman buah, PT Istana Alam Dewi Tara masih memperoleh bibitnya dari petani lokal. Walaupun ada bibit tanaman buah dari luar negeri, bibit tanaman buah didapatkan dari pedagang lokal yang mengimpor tanaman buah. Bibit tanaman buah tersebut diimpor dari Australia. 4.
Polypot Polypot asal katanya polybag pot, yaitu polybag yang seperti pot. PT Istana
Alam Dewi Tara menggunakan polypot untuk kegiatan produksi. Perbedaan polybag dan polypot adalah pada bentuknya, polybag biasanya berbentuk seperti kantong dan dalam keadaan berlipat sedangkan polypot bentuknya seperti pot dan tidak dalam keadaan terlipat. Selain itu, polypot merupakan produk eksport dari China sedangkan polybag merupakan produk lokal Indonesia. Ukuran polypot yang digunakan yaitu 10 x 10 cm, 15 x 13 cm, 21 x 17 cm dan 26 x 21 cm. 5.
Pot Proses produksi di PT Istana Alam Dewi Tara selain menggunakan polypot
juga menggunakan pot untuk jenis tanaman tertentu dan biasanya untuk tanaman indoor dan tanaman yang besar. Pot yang digunakan adalah pot plastik yang diimpor dari Taiwan. Kode pot plastic diberi nama PLTW (pot plastik Taiwan). 6.
Media Tanam Media tanam yang digunakan di PT Istana Alam Dewi Tara terdiri dari sekam
bakar, sekam mentah, pasir malang, kotoran ayam dan cocopeat dengan campuran dan komposisi tertentu yang berbeda untuk tiap jenis tanaman. Pemasok media tanam pasir malang berasal dari Malang, sedangkan untuk media lainnya kebanyakan berasal dari Jabodetabek. 7.
Modal Usaha ini berjalan dengan modal awal sebesar Rp. 20 miliar. Untuk
sumberdaya modal yang dikeluarkan perusahaan seluruhnya berasal dari pemilik perusahaan yaitu Ibu Silviana Bintoro tanpa ada pinjaman dari pihak lain.
45
8.
Propogation area/ mistroom Mistroom digunakan sebagai ruangan perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Mistroom terdiri dari ruangan propagasi yang terdapat alat penyiraman otomatis springkle untuk memberikan kelembaban pada tanaman dan ruang penyimpanan tanaman muda propagasi. Konstruksi bangunan mistroom menggunakan pipa besi dan atapnya menggunakan atap plastik transparan. 9.
Greenhouse PT Istana Alam Dewi Tara memiliki tiga green house yang terdiri dari dua
greenhouse di Cinangka I dan sebuah greenhouse di Cinangka II. Green house berfungsi untuk memberikan lingkungan hidup optimal bagi tanaman pada kondisi tertentu seperti tanaman indoor. Konstruksi bangunan green house menggunakan pipa besi dan paranet. Umur pemakaian green house adalah 10 tahun. 10. Pupuk dan Pestisida Banyak jenis pupuk dan pestisida yang digunakan dalam proses produksi dan pemeliharaan tanaman dalam pemberantasan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Pupuk dan pestisida digunakan untuk semua tanaman dan semua periode tanaman. Pemasok pupuk dan pestisida tersebut diperoleh dari toko saprotan di wilayah Jabodetabek.
5.4.2 Teknis dan Teknologi Produksi Teknologi yang digunakan di PT Istana Alam Dewi Tara menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang semakin modern. Untuk perbanyakan tanaman PT Istana Alam Dewi Tara menggunakan system stek, sedangkan untuk penyiraman PT Istana Alam Dewi Tara menggunakan springkle. Selain itu PT Istana Alam Dewi Tara menggunakan teknologi yang berperan dalam kegiatan pemasaran, yaitu teknologi komputerisasi, teknologi komunikasi, teknologi informatika dan teknologi transportasi. Teknologi saat ini membantu dalam melakukan pemasaran dalam media internet (Website dan E-mail), telephone, faximili dan lain-lain.
46
Teknik budidaya tanaman merupakan salah satu kegiatan yang berpengaruh dan menjadi tolak ukur keberhasilan suatu usaha. Adapun proses produksi tanaman Dipladenia crimson adalah: a.
Budidaya (Stek) Perbanyakan tanaman hias bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, akan
tetapi untuk perbanyakan tanaman Dipladenia crimson yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara yaitu menggunakan system stek. Stek merupakan sistem perbanyakan pucuk pada ujung batang muda yang ada pada tanaman yang mempunyai sifat mudah berakar. Penyetekan diambil dari ujung batang yang baru tumbuh pada indukan tanaman dan biasanya penyetekan diberi hormone perangsang pengakaran pada batang stek untuk mempercepat tumbuhnya akar. Berikut adalah tahapan proses penyetekan tanaman Dipladenia crimson: 1.
Persiapan media tanam, dimulai dari pencampuran media tanam yang terdiri dari sekam bakar, cocopeat dan pasir malang dengan perbandingan untuk satu tray membutuhkan sekam bakar 1 kg, cocopeat 0,5 kg dan pasir malang 0,5 kg yang kemudian diaduk rata. Setelah semua tercampur rata, media tanaman siap untuk dimasukan ke dalam tray yang berisi 104 tanaman dan siap untuk digunakan.
2.
Persiapan bibit dilakukan dengan cara cutting yang diambil dari tanaman induk Dipladenia crimson pada batang kira-kira 5 cm (sisa 2-3 ruas daun). Pengambilan bibit pada induk sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar bibit yang diambil masih segar dan untuk menjaga tingkat kematian pada tanaman. Selain itu bibit yang telah diambil pada induk tanaman sebaiknya langsung disiram dan selanjutnya dilakukan proses penyetekan.
3.
Setelah bibit melalui proses cutting, ujung batang tanaman dicelupkan dalam Rapid Root (zat yang berfungsi untuk merangsang munculnya akar).
4.
Setelah batang stek dicelupkan pada Rapid root, proses selanjutnya yaitu proses penubbingan tanaman ke tray yang sudah diisi dengan media tanam yang disiapkan. Hasil dari proses penubingan tersebut kemudian disiram dan disimpan dalam mistroom. Ruang mistroom yang disiapkan sudah dilengkapi alat timer otomatis (Springkle) yang siap menyiram tanaman secara otomatis sehingga tanaman perbanyakan akan selalu segar. 47
5.
Akar pada tanaman akan keluar kira-kira dalam waktu 2-3 minggu.
6.
Setelah satu sampai dua bulan, tanaman siap dipindahkan ke dalam pot yang berukuran 20 cm, akan tetapi pemindahan tanaman tersebut harus tetap disimpan di dalam mistroom selama satu minggu. Setelah satu minggu tanaman siap untuk dipindahkan ke row terbuka untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
b.
Perawatan Dipladenia crimson merupakan tanaman yang mudah dirawat. Akan tetapi,
agar tanaman ini tumbuh dengan baik, maka harus memerlukan perawatan yang intensif melalui pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit terpadu, pemangkasan (prunning), dan potting. 1.
Pemupukan Pemupukan merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan tanaman hias.
Tanaman hias memerlukan 14 unsur pupuk (unsur hara essensial), karena media tanam yang digunakan belum cukup menyediakan pupuk, maka diberikan beberapa jenis pupuk yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman maupun untuk tanaman agar berbunga. Pupuk yang diberikan untuk tanaman dipladenia cimson yaitu berupa pupuk gowmore. Untuk frekuensi pemupukan dilakukan rutin setiap satu minggu atau disesuaikan dengan kekeringan media tanam. 2.
Pengairan Hal yang terpenting dalam usaha tanaman yaitu air yang dapat mempengaruhi
perkembangan tanaman baik tanaman indoor maupun tanaman outdoor, air akan diserap bersama unsur pupuk untuk keperluan hidup tanaman tersebut. Tanaman hias membutuhkan air agar tidak kekeringan dan menjadikan tanaman layu, kemudian menguning dan rontok serta akan mengakibatkan batang akan mengering dan mati. Sehingga pada tanaman perlu pengairan dengan cara penyiraman setiap hari untuk menjaga kelembaban yang baik dan pertumbuhan yang maksimal pada tanaman. Dosis air yang diberikan pada tanaman juga harus disesuaikan
dengan jenis tanamannya dan disediakan dalam jumlah yang
seimbang, karena ada tanaman-tanaman tertentu yang membutuhkan banyak air dan adapula tanaman yang hanya butuh sedikit air. Hal ini dikarenakan air dalam jumlah banyak dan terlalu lama didaerah perakaran akan menyebabkan akar tidak 48
dapat bernafas dan menyebabkan kematian. Selain itu, air yang berlebihan juga akan menyebabkan kelembaban tinggi, sehingga mempermudah tumbuhnya penyakit yang menyerang tanaman. Dalam hal penyiraman PT Istana Alam Dewi tara melakukan penyiraman secara modern dan manual. Penyiraman yang dilakukan secara modern dengan menggunakan springkle, yaitu pipa air yang diatasnya terdapat alat untuk menyiramkan air dengan putaran 3600, putaran springkle dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Kelembutan siraman dan jarak siraman springkle juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, springkle dapat menyiram tanaman sampai jarak tujuh meter. Adapun air yang baik untuk tanaman harus memenuhi beberapa persyaratan di bawah ini: a.
Derajat keasaman (pH) antara 6,0 sampai 6,5.
b.
Bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
c.
Tidak memiliki benih penyakit.
d.
Tidak mengandung logam berat.
e.
EC (Electro conductifity) atau banyaknya zat terlarut didalamnya tidak melebihi 0,20 ms Selain menggunakan springkle, PT Istana Alam Dewi Tara juga
menggunakan gembor untuk melakukan proses penyiraman secara manual. Hal tersebut dilakukan apabila terjadi kerusakan pada alat atau pada saat pemadaman listrik. 3.
Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit terpadu merupakan suatu cara pengendalian
yang memandukan berbagai macam kegiatan sehingga hama dan penyakit dapat diminimalisir agar tidak merugikan perusahaan dari segi harga jual tanaman yang dapat mengakibatkan penurunan pendapatan bagi perusahaan. Adapun jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman hias Dipladenia crimson adalah sebagai berikut: a.
Mealybug Hama ini merupakan kutu berwarna putih dan memiliki semacam tepung di tubuhnya yang berbentuk seperti kapas yang dilapisi lilin. Hama seperti ini
49
yaitu dapat menghambat pertumbuhan dan akan timbul bercak hitam di sekitar pucuk tanaman yang dapat menyebabkan klorosil/bintik pada daun. b.
Thisps Bentuk hama ini seperti kutu kecil yang berwarna hitam dan memiliki gerak yang sangat cepat. Adapun gejala dari hama ini yaitu kuncup bunga akan rontok dan bentuk bunga menjadi tidak sempurna.
c.
Fungus gants Bentuk dari hama ini seperti larva berkepala hitam, bening menyerupai nyamuk. Gejalanya dapat mengakibatkan bercak warna coklat di kuncup bunga dan gagal mekar (menjadi kering), akan tetapi jika serangan ringan, kuncup bunga tetap akan mekar akan tetapi bentuk bunga yang dihasilkan tidak sempurna.
d.
Fusarium Bentuk hama ini seperti cendrawasih yang akan mengakibatkan timbulnya bintik coklat dipermukaan daun yang semakin lama akan semakin melebar.
e.
Spider mite Hama seperti ini dapat mengakibatkan bagian atas daun akan berwarna kusam dan terlihat mengkerut, sedangkan untuk bagian bawah akan terdapat bercak bekas serangannya. Selain itu hama ini akan lebih banyak pada musim kemarau sehingga penanggulangan hama seperti ini harus lebih sering dilakukan untuk tetap mempertahankan kualitas tanaman hias yang ada di PT Istana Alam Dewi Tara. Bentuk dari hama sprider mite ini yaitu seperti tungau berwarna merah, kuning muda, hijau tua, coklat muda dan hitam.
f.
Root Mealybug Root Mealybug merupakan hama yang berbentuk seperti kutu rambut berwarna putih yang dapat menghambat akar tanaman menjadi busuk.
4.
Pemangkasan (Pruning) Dipladenia crimson merupakan tanaman yang merambat dan menghasilkan bunga yang merah menyala. Apabila tanaman ini ditempatkan di tempat yang panas maka akan menghasilkan bunga yang indah dan banyak akan tetapi jika ditempatkan di tempat teduh maka akan merambat tapi bunga yang dihasilkan akan sedikit. 50
5.
Potting Potting merupakan proses penggantian media pot dan media tanam. Untuk tanaman Dipladenia crimson potting dilakukan setelah tanaman berumur satu bulan diruang mistroom, kemudian dipindahkan ke pot ukuran 20 cm dan ditempatkan di row agar tanaman Dipladenia crimson dapat tumbuh dan menghasilkan bunga yang indah.
5.5 Pemasaran (4P) Kegiatan pemasaran tidak terlepas dari bauran pemasaran yang terdiri dari bauran produk, harga, distribusi dan promosi. Berikut adalah bauran pemasaran yang terdapat di PT Istana Alam Dewi Tara di dalam melakukan kegiatan pemasarannya. 1.
Product (produk) PT Istana Alam Dewi Tara menyediakan produk yang beragam mulai dari
tanaman hias, tanaman buah, saprotan, woodern craft, batu fosil dan menyediakan jasa salon tanaman dan klinik tanaman. Sebagian besar produk PT Istana Alam Dewi Tara adalah produk impor seperti keramik, polypot dan sebagian tanaman hias terutama adenium. PT Istana Alam Dewi Tara berusaha menyediakan produk yang berkualitas dan ekslusif untuk meningkatkan daya saing dengan nursery lain dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Selain itu, PT Istana Alam Dewi Tara memproduksi produknya secara mandiri seperti tanaman hias, hormone bunga, hormone akar, hormone tunas, vitamin, pemendek ruas dan salap untuk menjaga kualitas produk yang dijual. Semua produk PT Istana Alam Dewi Tara diberi label dengan dicantumkan identitas perusahaan “Istana Alam” disertai dengan alamat perusahaan, nama produk dan harga jual. Selain itu, PT Istana Alam Dewi Tara melakukan packaging pada media tanam yang berasal dari pemasok dengan member label untuk meningkatkan nilai lebih produk. Pada saat Hari Raya Idul Fitri, biasanya PT Istana Alam Dewi Tara juga menyediakan parsel tanaman hias yang terdiri dari tanaman hias dan saprotan. PT Istana Alam Dewi Tara menyediakan tanaman yang mengikuti selera pasar seperti anthurium, aglaonema, adenium, euphorbia dan lain sebagainya. PT Istana Alam Dewi Tara berupaya menghasilkan varietas 51
baru seperti warna bunga adenium series terbaru yang dihasilkan melalui proses breeding (pemuliaan tanaman). 2.
Price (harga) PT Istana Alam Dewi Tara melakukan penetapan harga yang bervariasi
karena produk yang beragam. Metode penetapan harga yang digunakan yaitu: 1) Harga Pokok Produksi (HPP) yaitu penetapan harga berdasarkan biaya produksi ditambah dengan mark up. Penetapan harga berdasarkan HPP pada tanaman lanskap, tanaman buah, wooden craft dan saprotan. 2) Judgement pricing yaitu penetapan harga berdasarkan perkiraan pada tanaman yang bentuknya unik dan aneh seperti zamioculas. 3) Competitor offer yaitu penetapan harga murah pada tanaman yang dikenal oleh masyarakat umum seperti adenium. 4) Combination offer yaitu penetapan harga berdasarkan kombinasi tanaman dengan potnya. Jika harga tanamannya murah namun pot yang digunakan adalah pot antic yang harganya mahal, maka harga jual tanaman menjadi mahal. PT Istana Alam Dewi Tara memberlakukan diskon pada produk berdasarkan HPP dan berdasarkan sering atau tidak produk tersebut dibeli oleh konsumen. Produk yang jarang dibeli oleh konsumen akan diberikan diskon dengan menghitung HPP terlebih dahulu. Sistem pembayaran oleh konsumen dilakukukan secara tunai, kecuali konsinyansi yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara kepada Trubus (majalah pertanian) yang pembayarannya dilakukan setiap bulan. 3.
Place (tempat) Untuk dapat mendukung dan menunjang didalam pencapaian tujuan usahanya
PT Istana Alam Dewi Tara telah membangun sarana perkantoran beserta perangkat fasilitas penunjangnya, serta areal parkir dan pertamanan. Selain itu juga untuk mempermudah adanya pelayanan terhadap konsumen, PT Istana Alam Dewi Tara juga membangun showroom tanaman untuk digunakan sebagai tempat transaksi jual beli tanaman yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti: a)
Tempat salon tanaman.
b) Tempat bermain anak. c)
Tempat penjualan sarana produksi pertanian (saprotan). 52
d) Areal cafe dan restoran sebagai tempat istirahat dan sebagai tempat pemesanan makanan dan minuman untuk pelanggan. PT Istana Alam Dewi Tara melakukan kemudahan pelayanan dengan menggunakan Cash Register, dan pembayaran non cash dengan menggunakan Kartu Kredit dari Bank BNI 46 dan transfer melalui Bank BCA tujuannya untuk mempermudah pelaksanaan transaksi didalam melayani pelanggan. Selain showroom yang telah didirikan sebagai sarana transaksi tanaman, untuk dapat memperluas didalam cakupan jaringan pemasaran dan penjualan tanaman, PT Istana Alam Dewi Tara juga telah membuka cabang yang dikelola sendiri di daerah Taman Pluit. PT Istana Alam Dewi Tara menyediakan showroom tanaman di Cinangka dan Pluit untuk melayani konsumen dalam melakukan transaksi pembelian. Pemilihan lokasi showroom berdasarkan letaknya yang strategis dan mudah dijangkau. PT Istana Alam Dewi Tara melakukan pesan antar kepada konsumen jika melakukan pembelian dalam jumlah banyak. 1.
Potensi Pasar di Showroom Utama PT Istana Alam Dewi tara PT Istana Alam Dewi Tara membuka showroom di kebun sendiri dicinangka-
Sawangan Depok, untuk beberapa alasan: a)
Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung
b) Model untuk showroom penjualan baik untuk para agen maupun tingkat konsumen akhir end user. c)
Sebagai tempat ajang uji coba pemasaran, untuk pengembangan dan diversivikasi produk, contoh nya pemasaran jenis tanaman yang beragam, sarana produksi pertanian, pot-pot import baik pot plastik maupun pot keramik, batu fosil dan furniture dari kayu ukiran yang berkualitas.
d) Tempat pelatihan untuk para karyawan dan agen. e)
Menjangkau konsumen retail dari seluruh jabodetabek.
f)
Sebagai tempat untuk memperkirakan potensi pasar market retail untuk memudahkan membuat perkiraan produksi.
2.
Sistem Penjualan yang Beragam PT Istana Alam Dewi Tara juga tak kalah ketinggalan untuk turut andil
terhadap metode pengembangan jangkauan pasar jarak jauh melalui basis penggunaan fasilitas modern, yaitu dengan menggunakan metode pelayanan 53
penjualan produk melalui teleshopping, dengan bantuan media internet, SMS phone dan faximili serta sistem penjualan melalui paket ke luar kota atau mailinh shop. Konsumen dapat melihat berbagai produk yang diinginkan melalui beberapa media yang disebarkan, baik media cetak maupun media electronic seperti internet dan radio. 4.
Promotion (promosi) Kegiatan promosi sangat penting dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara
karena PT Istana Alam Dewi Tara adalah perusahaan yang belum lama berdiri. PT Istana Alam Dewi Tara merupakan perusahaan yang sedang berkembang sehingga kegiatan promosi dilakukan pada berbagai lini. Promosi yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu: a)
Membuat iklan pada majalah pertanian seperti : Trubus, Agribisnis, Flora dan Kompas.
b) Mengikuti pameran dan event seperti Trubus Expo, Pameran Lapangan Banteng, Go Green dan lain-lain. c)
Mengadakan kontes Nasional pada tanaman adenium, bonsai dan aglaonema.
d) Melakukan telemarketing seperti: website, e-mail, facebook, telephone dan via sms. e)
Meletakan brosur dan banner di lokasi yang strategis yaitu pada tempat keramaian seperti jalan raya dan pusat perbelanjaan.
f)
Melalui penetapan program-program promosi yang bersifat langsung maupun melalui media masa (seperti: pemasangan iklan di majalah dan lain lain).
g) Promosi pembelian tanaman dan lain-lain. h) Mengadakan program Promo of the week, yaitu diskon pada produk tertentu di hari minggu, untuk setiap pelanggan yang melakukan pembelian diatas Rp. 100.000,-. Saat ini PT Istana Alam Dewi Tara telah memiliki ± 10.000 data base konsumen. Setiap konsumen yang melakukan transaksi pembelian akan dicatat nama, alamat dan nomor telephone agar dapat dihubungi saat PT Istana Alam Dewi Tara melakukan promo. Potensi yang dapat diperkirakan perkembangannya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara selama ini, antara lain: 54
a.
Pameran Pameran merupakan ajang untuk memperkenalkan varietas terbaru kepada
masyarakat dan sebagai tolak ukur dari suatu perusahaan, dimana perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat luas. Salah satunya pameran yang pernah diikuti oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu Pameran yang diadakan di lapangan banteng sejak tahun 2007 dengan menampilkan berbagai jenis adenium dan berbagai produk lainnya yang bervariasi dan berkualitas. Melalui ajang pameran dapat menjadi ciri eksistensi sebuah perusahaan beserta produk-produk yang akan dipasarkannya, sehingga perusahaan akan memiliki citra yang positif dikalangan konsumen. PT Istana Alam Dewi Tara sangat memahami hal tersebut bahkan pameran Flora yang diselenggarakan setiap bulan Agustus di Lapangan Banteng Jakarta dijadikan sebagai ajang untuk menampilkan produk-produk terbaru berbagai varietas tanaman dan tanamantanaman ekslusif seperti bonsai. Pameran juga menjadi ajang komunikasi langsung antara produsen dengan konsumen, dari hal tersebut perusahaan dapat mengetahui data secara langsung produk-produk apa yang disukai konsumen, maupun sebaliknya konsumen juga dapat menanyakan secara langsung berbagai hal tentang produk. Topik yang dikomunikasikan tidak hanya sebatas produk apa saja yang dijual belikan tetapi juga mencakup pertanyaan-pertannyaan lainnya tanaman seperti cara perawatan mulai dari pemupukan, penyiraman, pemberian insektisida dan hal-hal lainnya seputar tanaman. Sehingga dapat dikatakan pameran juga dapat dijadikan sebagai ajang konsultasi secara langsung antara konsumen dan produsen. Dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan konsumen akan suatu produk pertanian tersebut, konsumen akan merasa puas akan akhirnya tentu akan menambah kolektor yang selalu membeli tanaman hias. b.
Memperluas Jangkauan Pemasaran Melalui Sistem Agen dan Kanvasing Tanaman hias memiliki potensi pasar yang baik dan menjanjikan saat ini
memiliki beberapa agen yang telah tersebar di berbagai kota di Jabodetabek, seperti salah satunya di Pluit Jakarta Selatan. Tujuan utama pemasaran melalui sistem agen adalah sebagai berikut:
55
1) Mendekatkan konsumen dengan PT Istana Alam Dewi Tara, sehingga peminat luar kota bisa memilih tanaman yang diinginkan tanpa harus pergi jauh ke nursery. 2) Memotong rantai pemasaran, sehingga harga ditingkat konsumen akhir end user tidak jauh berbeda dengan harga ditingkat produsen, sehingga harga akhir masih terjangkau oleh masyarakat. 3) Mengefisiensikan biaya distribusi dan pemasaran, karena sebagian biaya tersebut menjadi tanggungan agen. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara sangat beragam, hal tersebut dilakukan untuk mendekatkan diri dengan konsumen dan meningkatkan penjualan. Selain memperluas jangkauan pasar dengan system agen, PT Istana Alam Dewi Tara juga melakukan penjualan dengan cara kanvasing (jualan keliling ke konsumen akhir) yang dilakukan setiap weekend oleh bagian marketing. Penjualan seperti ini sangat membantu perusahaan untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap tanaman hias dan menjadikan tanaman hias sebagai produk yang dibutuhkan untuk memperindah ruangan. Selain itu, dengan adanya kanvasing dapat dijadikan sebagai alat promosi kepada konsumen yang dapat berdampak pada jangkauan pasar yang semakin luas dan peningkatan penjualan yang maksimal. 5.6 Arus Kas Usaha Tanaman Hias Dipladenia crimson Penerimaan PT Istana Alam Dewi Tara juga dapat diperoleh dari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson. Pada setiap kegiatan usaha dibutuhkan uang kas untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Analisis pendapatan arus kas pada kegiatan perbanyakan Dipladenia crimson dapat dilihat pada Lampiran 2 dan perhitungan biaya penyusutan atas investasi yang dilakukan juga dapat dilihat pada Lampiran 3. Dalam kajian ini penulis merumuskan aliran uang tunai yang terjadi di PT Istana Alam Dewi Tara untuk tanaman hias Dipladenia crimson selama periode dalam tahun 2009 dan 2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat analisis pendapatan tanaman hias Dipladenia crimson „PT Istana Alam Dewi Tara‟ tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 10.
56
Tabel 10. Analisis Pendapatan Tanaman Hias Dipladenia crimson pada PT IstanaAlam Dewi Tara Tahun 2009-2010 Keterangan
Perhitungan
B. Penerimaan : 1. Penjualan Tanaman Hias Dipladenia crimson
145.700.000,-
C. Pengeluaran : 1. Biaya Bahan Baku 2. Tenaga Kerja 3. Biaya Pajak Kendaraan 4. Biaya Listrik 5. Biaya Promosi 6. Penyusutan 7. Perawatan Indukan
16.185.844,28.800.000,200.000,6.000.000,4.800.000,2.827.574,1.200.000,-+ 60.013.418,-
PENDAPATAN (A – B)
85.686.582,-
Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara (diolah), 2010
Pada Tabel 10 dapat dilihat jumlah pendapatan yang diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara pada periode pada tahun 2009 – 2010, dimana hasil yang diperoleh yaitu sebesar Rp 85.686.582,- Dapat diperkirakan bahwa untuk setiap periode tanam untuk usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson mendapat keuntungan sekitar sepuluh juta tujuh ratus ribu rupiah. Penerimaan didapat dari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson selama delapan periode yaitu dari tahun 2009-2010. Harga jual yang ditetapkan setiap periodenya stabil yaitu Rp 50.000,- . Jumlah tanaman hias Dipladenia crimson yang terjual selama delapan periode yaitu 2914 pot, jadi total penerimaan selama dua tahun dari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson adalah Rp 145.700.000,-.
Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam proses produksi tanaman hias Dipladenia crimson adalah sebagai berikut:
Sekam bakar: penggunaan sekam bakar adalah sebagai media tanam, sekam bakar yang digunakan selama delapan periode adalah 6426 kg. Setiap periode produksi jumlah sekam bakar yang dibutuhkan yaitu sebanyak 803,25 kg dengan harga Rp 500,-/kg. sehingga biaya yang dikeluarkan untuk sekam 57
bakar selama delapan periode produksi tanaman hias Dipladenia crimson adalah Rp 3.213.000,
Cocopeat: cocopeat digunakan sebagai media tanam, setiap periode produksi tanaman hias Dipladenia crimson kebutuhan cocopeat adalah 401,625 kg, sehingga untuk dua tahun yaitu delapan periode produksi kebutuhan cocopeat adalah 3213 kg dengan harga Rp 500/kg. Kebutuhan biaya cocopeat selama dua tahun adalah Rp 1.606.500,-
Pasir Malang: pasir malang juga digunakan sebagai media tanam. Dimana untuk pembuatan media tanam dilakukan pencampuran antara sekam bakar, cocopeat, dan pasir malang dengan perbandingan 2:1:1. Kebutuhan pasir malang setiap periodenya yaitu 401,625 kg, sehingga untuk dua tahun yaitu delapan periode kebutuhan pasir malang adalah 3213 kg dengan harga Rp 416,-/kg. Sehingga kebutuhan biaya untuk pasir malang selama dua tahun adalah Rp 1.336.608,-
Pegasus: pegasus digunakan sebagai insektisida untuk penanggulangan hama atau serangga yang mengganggu pertumbuhan tanaman hias Dipladenia crimson. Kebutuhan pegasus setiap periodenya adalah 2,25 botol, jadi selama dua tahun pegasus yang dibutuhkan adalah 18 botol dengan harga Rp 45.000,/botol. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk pegasus selama dua tahun adalah Rp 810.000,-.
Convidor: convidor digunakan sebagai pestisida bahan pembasmi penyakit tanaman hias Dipladenia crimson, kebutuhan convidor setiap periodenya adalah 2,25 botol, jadi kebutuhan convidor selama dua tahun yaitu delapan periode produksi adalah sebanyak 18 botol dengan harga Rp 53.500,-/botol. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk convidor selama delapan periode adalah Rp 963.000,-.
Dursban: dursban digunakan sebagai fungisida yang berfungsi sebagai pembasmi jamur, kebutuhan dursban untuk setiap periode produksi adalah 2,25 botol, jadi selama dua tahun atau delapan periode dibutuhkan 18 botol dursban dengan harga setiap botolnya adalah Rp 18.500,-. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk dursban selama delapan periode adalah Rp 333.000,-. 58
Diazin: diazin digunakan sebagai pestisida untuk membasmi penyakit seperti daun mengkerut, kebutuhan diazin untuk setiap periodenya adalah 2,25 botol, jadi selama dua tahun atau delapan periode diazin yang dibutuhkan adalah sebanyak 18 botol. Biaya yang dikeluarkan untuk satu botol diazin adalah Rp 22.000,-. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk dursban selama dua tahun atau delapan periode adalah Rp 396.000,-.
Polybag: polybag yang digunakan dalam proses perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson selama delapan periode atau dua tahun adalah sebanyak 2914 pc dimana harga polybag untuk setiap lembarnya adalah Rp 250,-. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk polybag selama dua tahun atau delapan periode adalah Rp 728.500,-.
Pot: pot yang digunakan untuk perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson selama delapan periode atau dua tahun adalah sebanyak 2914 pc dimana harga pot untuk setiap satuannya adalah Rp 2333,3-. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk pot selama dua tahun atau delapan periode adalah Rp 6.799.236,Dari rincian biaya bahan baku diatas maka dapat ditotal kebutuhan bahan
baku selama delapan periode yaitu kebutuhan sekam bakar, cocopeat, pasir malang, Pegasus, convidor, dursban, diazin, polybag, dan pot adalah Rp 16.185.844,-. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja adalah Rp 28.800.000,- biaya tersebut merupakan biaya tenaga kerja selama delapan periode atau dua tahun. Dimana dalam proses produksi atau perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson dibutuhkan dua orang karyawan yang bekerja sebanyak 24 hari setiap bulannya dengan gaji per harinya adalah Rp 25.000,- jadi jika ditotal gaji karyawan sebanyak dua orang selama 24 bulan adalah Rp 28.800.000,-. Biaya pajak kendaraan yang dikeluarkan PT Istana Alam Dewi Tara setiap tahunnya untuk mobil grand max adalah Rp 1.000.000,-. Biaya pajak kendaraan yang keluarkan perusahaan merupakan biaya bersama, asumsi yang digunakan untuk biaya pajak yaitu 10 persen dari total pajak dikeluarkan oleh tanaman yang paling potensial di PT Istana Alam Dewi Tara. Sehingga biaya pajak kendaraan
59
yang dikeluarkan dari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson adalah Rp 200.000,- selama dua tahun. Biaya listrik merupakan biaya bersama, adapun biaya yang dikeluarkan untuk biaya listrik dan air yaitu sesuai dengan luas lahan yang digunakan dalam usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Untuk satu bulan, biaya yang dikeluarkan PT Istana Alam Dewi Tara dalam usahanya yaitu sebesar Rp 2.500.000,-. Asumsi yang digunakan yaitu 10 persen dari total biaya listrik akan dikeluarkan dari hasil penerimaan tanaman yang paling potensial di PT Istana Alam Dewi Tara. Sehingga biaya listrik yang ditanggung tanaman hias Dipladenia crimson setiap bulannya adalah Rp 250.000,-. Jadi biaya listrik selama dua tahun yang harus dibayarkan dari pendapatan tanaman hias Dipladenia crimson adalah Rp 6000.000,-. Kegiatan promosi sangat penting dilakukan karena PT Istana Alam Dewi Tara
adalah
perusahaan
yang
sedang
berkembang.
Kegiatan
promosi
membutuhkan biaya Rp 2.000.000,- setiap bulannya. Biaya tersebut dikeluarkan untuk iklan pada majalah pertanian, biaya telemarketing melalui website, email dan facebook, serta biaya brosur yang disebarkan di lokasi yang strategis. Untuk perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson biaya promosi yang ditanggung adalah sebesar 10 persen karena tanaman hias Dipladenia crimson merupakan tanaman hias yang sangat potensial untuk saat sekarang ini. Jadi biaya promosi yang dikeluarkan hari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson setiap bulannya yaitu sebesar Rp 200.000,-. Sehingga biaya promosi selama dua tahunnya yaitu Rp 4.800.000,-. Biaya penyusutan dihitung dari biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam proses produksi tanaman hias Dipladenia crimson. Untuk biaya penyusutan barang investasi yang digunakan bersama komoditi lain, maka biaya penyusutan yang ditanggung tanaman hias Dipladenia crimson sebanyak 10 persen. Untuk menghitung biaya penyusutan pertahunnya adalah mengurangi harga beli dengan nilai sisa dan dibagi umur teknis. Asumsi nilai sisa yang ditetapkan untuk setiap peralatan atau investasi adalah 10 persen dari harga beli peralatan. Setelah dilakukan perhitungan biaya penyusutan per tahunnya yaitu Rp 1.413.787,-. Sehingga untuk biaya penyusutan selama dua tahun adalah Rp 2.827.574,-. 60
Indukan merupakan tanaman yang digunakan sebagai sumber perbanyakan untuk setiap periode tanam, perbanyakan dilakukan dengan cara vegetative. Jumlah perbanyakan yang dapat dihasilkan setiap indukan dalam setiap periode tanam yaitu 10 bibit tatanam. Biaya perawatan untuk keseluruhan indukan untuk setiap periodenya yaitu Rp 150.000,- biaya tersebut digunakan untuk biaya pemupukan, pengairan dan pengendalian jika ada hama dan penyakit.
61
VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantintas hasil produksi yang dihasilkan. Risiko produksi dapat berupa penurunan hasil dari yang diharapkan bahkan kegagalan panen. Setiap usaha memiliki risiko produksi dalam kadar yang berbeda tergantung dari manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. 6.1
Indentifikasi Risiko Produksi Dipladenia crimson Pengelolaan dalam memproduksi tanaman hias dipledenia crimson yang
dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara dihadapkan pada masalah risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi dalam proses produksi tanaman hias Dipladenia crimson ditunjukan oleh adanya fluktuasi atau variasi jumlah persentase keberhasilan produksi tanaman Dipladenia crimson yang dihasilkan. persentase yang berfluktuasi menunjukan adanya nilai produksi yang tertinggi, terendah dan normal. Dengan adanya persentase keberhasilan yang berubah-ubah maka peluang budidaya tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara memperoleh keberhasilan tertinggi, terendah dan normal dapat diamati dengan mempertimbangkan periode waktu pengusahaan tanaman hias yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan keberhasilan tertinggi yaitu tingkat produksi yang paling tinggi, yang pernah diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara selama proses perbanyakan Dipladenia crimson. Sedangkan yang dimaksud dengan keberhasilan terendah yaitu tingkat persentase keberhasilan yang paling rendah, yang pernah diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara selama pengusahaan tanaman hias Dipladenia crimson. Sementara itu yang dimaksud dengan keberhasilan normal dalam kajian ini adalah tingkat atau persentase keberhasilan tanaman hias Dipladenia crimson yang sering diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara selama pengusahaannya. Tingkat keberhasilan dinilai dari perolehan keberhasilan tumbuh pada periode produksi yang sudah terjadi selama dua tahun yaitu tahun 2009 dan 2010. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil usaha perbanyakan Dipladenia
62
crimson, fluktuasi keberhasian tanaman hias Dipladenia crimson dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Produksi, Persentase Keberhasilan dan Penerimaan PT Istana Alam Dewi Tara pada Tanaman Hias Dipladenia crimson Tahun 20092010 Dipladenia crimson
Kondisi
Peluang
Tertinggi Normal Terendah
0,25 0,50 0,25
Rata-rata Produksi Keberhasilan (pot) (%) 465,0 77,00 399,0 66,00 296,5 49,25
Penerimaan (Rp) 23.250.000 19.950.000 14.825.000
Selain tingkat persentase keberhasilan, pembahasan risiko juga berhubungan dengan adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang tersebut dapat diukur. Dalam kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson, peluang terjadinya suatu kejadian, yaitu kejadian keberhasilan tertinggi, terendah dan normal sangat menentukan hasil produksi yang diharapkan. Dalam penelitian ini, peluang persentase keberhasilan tertinggi, terendah dan normal diukur dari proporsi frekuensi atau beberapa kali PT Istana Alam Dewi Tara mencapai persentase keberhasilan produksi tertinggi, terendah atau normal selama periode perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson (Tabel 11). Peluang PT Istana Alam Dewi Tara mencapai persentase keberhasilan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson tertinggi yaitu sekitar 0,25 yang dapat diartikan jika PT Istana Alam Dewi Tara melakukan pengusahaan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson sebanyak delapan kali maka frekuensi PT Istana Alam Dewi Tara dapat mencapai produktivitas tertinggi hanya dua kali. Selanjutnya peluang PT Istana Alam Dewi Tara memperoleh persentase keberhasilan perbanyakan tanaman hias dipladenia terendah sekitar 0,25 dan peluang persentase keberhasilan normal sekitar 0,5. Dengan memperhatikan angka peluang dari tingkat produktivitas yang diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara menunjukan bahwa selama pengusahaan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson, PT Istana Alam Dewi Tara lebih sering memperoleh produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tertinggi dan terendah. Pada Tabel 11 diketahui bahwa persentase keberhasilan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara memiliki nilai 63
yang fluktuasi. Adanya fluktuasi hasil produksi tersebut merupakan indikasi yang menunjukan bahwa usaha PT Istana Alam Dewi tara mengalami risiko produksi dalam kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson yang sedang dijalankan. Usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara memiliki risiko yaitu risiko produksi. Untuk data keberhasilan produksi disetiap periodenya dapat dilihat pada Lampiran 4, yang juga dapat menjelaskan pendapatan yang hilang untuk setiap periodenya karena adanya kegagalan dalam setiap produksinya atau yang disebabkan oleh risiko produksi. Sumber utama munculnya risiko produksi pada usaha PT Istana Alam Dewi Tara adalah terjadinya kegagalan dalam proses perbanyakan Dipladenia crimson, mulai dari awal kegiatan sampai pada tahap akhir dimana tanaman hias Dipladenia crimson siap untuk dipasarkan. Kegiatan usaha tanaman hias Dipladenia crimson tidak terlepas dari adanya risiko.
Sumber risiko produksi dapat berasal dari lingkungan dalam usaha
perbanyakan itu sendiri maupun dari lingkungan luar usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Faktor penyebab terjadinya risiko produksi dari dalam usaha adalah keterampilan tenaga kerja yang dimiliki maupun yang tersedia kurang memadai dalam melaksanakan semua kegiatan selama proses produksi. Sedangkan faktor penyebab risiko yang berasal dari luar usaha adalah kondisi iklim dan serangan hama yang sulit untuk dikendalikan. Iklim yang berbeda pada setiap periode produksi berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Hal yang sama juga terjadi pada saat datangnya serangan hama, yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman. Faktor-faktor tersebut diatas menjadi penyebab terjadinya risiko produksi yang dihadapi pada usaha PT Istana Alam Dewi Tara dalam menjalankan kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson, dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut: a.
Kondisi Cuaca dan Iklim Kondisi cuaca dan iklim merupakan salah satu faktor yangdapat
menyebabkan terjadinya risiko produksi dalam usaha tanaman hias. Perubahan kondisi cuaca yang sulit diprediksi akan mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman hias Dipladenia crimson yang diusahakan. Terjadinya 64
hujan secara terus-menerus, perubahan suhu, angin kencang, ataupun terkena sinar matahari yang berkepanjangan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi tanaman hias Dipladenia crimson yang dihasilkan. Hal ini dapat berdampak negatif kepada produksi dan keberhasilan dalam perbanyakan tanaman hias ini. Perubahan kondisi cuaca akan berhubungan dengan serangan hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman hias Dipladenia crimson. Ketika musim kemarau, umumnya populasi hama meningkat sementara ketika musim hujan umumnya penyakit lebih sering menyerang tanaman. PT Istana Alam Dewi Tara menggunakan green house dalam proses perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Hal ini bertujuan untuk melindungi tanaman dari perubahan curah hujan yang sulit diprediksi, angin kencang, perubahan suhu, serta hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman. Terjadinya musim kemarau dapat menjadikan suhu udara menjadi tinggi dan terpaan sinar matahari secara terus-menerus. Hal ini dapat berpengaruh pada suhu di dalam green house, karena kemampuan tanaman dalam menyesuaikan suhu di dalam green house sangat terbatas sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan kering. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini dilakukan penyiraman air secara rutin yaitu 10 menit sekali dengan mist/sprinkle dan penggunaan pupuk dan obat-obatan secara rutin yaitu dua minggu sekali. Ketika musim hujan, suhu lingkungan green house menjadi menurun dan relatif lembab. Oleh karena itu, untuk menjaga agar pertumbuhan tanaman tetap baik maka dilakukan perubahan jadwal penyiraman air dan pupuk menjadi tidak terlalu sering yaitu sebulan sekali. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari tanaman dari kelembaban yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman. Berbeda halnya jika terjadi kondisi sinar matahari secara terus-menerus sepanjang hari, maka pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan dengan kondisi cuaca mendung, karena kurangnya sinar matahari akan menghambat proses fotosintesis dan menyebabkan panen hasil dari perbanyakan semakin lama. Untuk mengantisipasi perubahan cuaca ini perusahaaan memajukan waktu perbanyakan tanaman. Ketika kondisi cuaca mendung mengakibatkan intensitas 65
sinar matahari yang diterima tanaman berkurang, sehingga akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak merata dan tanaman cepat mengalami kebusukan. b.
Serangan Hama dan Penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu sumber risiko yang dapat
merusak tanaman dan menyebabkan produksi tanaman hias Dipladenia crimson menjadi tidak optimal. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman hias Dipladenia crimson pada umumnya berkaitan dengan kondisi cuaca dan iklim di tempat produksi. Serangan hama pada umumnya lebih sering menyerang tanaman pada musim kemarau dengan curah hujan rendah, terpaan sinar matahari panjang dan suhu udara yang relatif tinggi. Sedangkan pada musim hujan, penyakit lebih sering menyerang tanaman dibandingkan hama. Berdasarkan wawancara di lapangan oleh pihak pengelola dan karyawan, maka dapat diketahui bahwa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara cukup banyak. Adapun jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman hias Dipladenia crimson antara lain mealybug (kutu putih/kapas pada daun atau pucuk), thrips (kutu hitam), fungus gants (larva berkepala hitam), fusarium (bintik coklat pada permukaan daun), spider mite (daun kusam dan mengkerut) dan root mealybug (kutu putih yang menyerang akar/busuk akar). Upaya penanganan yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara adalah dengan melakukan penyemprotan pestisida secara rutin yaitu satu minggu sekali yang dibantu dengan alat semprot berupa power sprying. Jika terdapat tanda-tanda akan terserangnya hama atau penyakit, maka penyemprotan dilakukan lebih sering lagi tergantung dari seberapa besar tanda-tanda tersebut akan menyerang tanaman. c.
Bibit tanaman Bibit tanaman juga bisa menjadi salah satu sumber risiko dalam proses
perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Sumber risiko yang terjadi dapat dilihat dari kualitas dan tingkat mortalitas yang terjadi. Kualitas bibit tanaman berpengaruh terhadap kualitas hasil perbanyakan tanaman. Kualitas bibit tanaman yang kurang baik dapat menyebabkan kualitas hasil perbanyakan rendah, rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
66
Tingkat mortalitas bibit juga dapat berpengaruh terhadap hasil perbanyakan, dimana tingkat mortalitas adalah tingkat kegagalan bibit tanaman dari penyemaian sampai panen/siap dijual. Tingkat mortalitas bibit tanaman yang tidak menentu mencerminkan kualitas yang tidak menentu pula sehingga hasil perbanyakan tidak terjamin secara pasti. Dalam pengadaan bibit tanaman, dapat dilakukan dengan membeli dari pemasok ataupun memproduksi sendiri. Bibit tanaman yang dibeli dari pemasok umumnya memiliki harga yang relatif mahal, sedangkan bibit tanaman dengan memproduksi sendiri akan dapat menekan biaya produksi. Namun, risiko yang mungkin didapat perusahaan adalah hasil bibit/tanaman yang bervariasi yang belum pasti kualitasnya. PT Istana Alam Dewi Tara melakukan produksi bibit tanaman hias sendiri dalam usahanya, dimana bibit tanaman hias Dipladenia crimson awal/indukan yang digunakan untuk perbanyakan tanaman diperoleh dengan membeli dari pemasok. d.
Peralatan dan Bangunan Peralatan dan bangunan juga dapat menjadi sumber yang menyebabkan risiko
dalam pengusahaan tanaman hias Dipladenia crimson. Peralatan dan bangunan yang terpelihara dengan baik dapat mendukung keberhasilan suatu usaha. Namun, peralatan dan bangunan yang kurang terpelihara dengan baik dapat menghambat kegiatan/usaha
yang
dijalankan
sehingga
menjadi
sumber
risiko
bagi
kelangsungan suatu usaha. Bangunan
yang
paling
berperan
penting
dalam
kegiatan
produksi/perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson adalah green house. Green house berfungsi untuk menstabilkan kondisi iklim dan cuaca hujan, angin, dan memperkecil serangan hama dan penyakit yang berasal dari lingkungan eksternal. Namun, jika kondisi green house mengalami kerusakan, maka fungsi dari green house untuk menstabilkan kondisi lingkungan tidak dapat berjalan dengan baik yang berakibat pada kualitas hasil tanaman hias. Saat ini green house yang ada di PT Istana Alam Dewi Tara mengalami kebocoran pada bagian atap. Atap green house pada PT Istana Alam Dewi Tara menyatu oleh mishroom (tempat khusus penyiraman dengan mish/springkle) terbuat dari asbes dimana terdapat satu sisi bagian atap tersebut yang terbuka, sehingga apabila terjadi hujan maka air hujan akan masuk ke dalam green house 67
dan mishroom. Air hujan akan langsung mengenai tanaman yang berada di dalam green house dan mishroom yang mengakibatkan tanaman menjadi rusak. Jika dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan kerusakan tanaman dalam skala besar. Upaya penanganan yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu melakukan perbaikan sesegera mungkin pada atap yang mengalami kebocoran. Selain kebocoran atap, perusahaan juga pernah mengalami tersendatnya aliran air pada mish/springkle yang digunakan untuk penyiraman pada tanaman. Tersendatnya aliran air ini disebabkan terdapatnya lumut dalam saluran mish/sprinkle dan menyebabkan air tidak dapat keluar dari mish/springkle untuk dialirkan/disemprotkan secara otomatis ke tanaman. Hal ini mengakibatkan tanaman tidak mendapatkan air dengan baik untuk proses pertumbuhannya, sehingga tanaman tersebut dapat mengalami kekeringan yang akhirnya menyebabkan kematian pada tanaman. Upaya penanganan yang telah dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu dengan membersihkan mish/sprinkle dari lumut
dengan
cara
dilakukan
spray
(penyemprotan
kedalam
saluran
mish/sprinkle). e.
Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang penting bagi perusahaan karena
yang dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas perusahaan. Adanya tenaga kerja yang terampil, berpendidikan, dan berpengalaman sangat penting bagi perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Tenaga kerja bisa menjadi sumber risiko bagi perusahaan bila perusahaan memiliki tenaga kerja yang tidak terampil, tidak berpendidikan, dan tidak berpengalaman. Hal ini berpengaruh negatif terhadap hasil produksi tanaman. Selain itu, perusahaan juga memerlukan adanya Standard Operasional Procedures (SOP) yang jelas dalam menjalankan kegiatan-kegiatan perusahaan. Tidak adanya SOP yang jelas dapat menyebabkan
tenaga
kerja
di
perusahaan
melakukan
penyimpangan-
penyimpangan pekerjaan atau melakukan kesalahan (human error) dalam pekerjaannya. Berdasarkan wawancara di lapangan, tenaga kerja pernah melakukan kesalahan dalam kegiatan produksi tanaman hias. Kesalahan tersebut terjadi pada saat pemberian obat-obatan pada bibit tanaman hias. Obat-obatan yang seharusnya 68
diberikan untuk jenis akarisida, namun diberikan oleh tenaga kerja untuk jenis insektisida. Hal ini menyebabkan hama dengan jenis akarisida tidak dapat dibasmi, sehingga hama tetap menyerang tanaman tersebut, yang kemudian membuat tanaman menjadi mati. Kasus kesalahan pemberian obat-obatan yang dilakukan oleh tenaga kerja ini disebabkan kurangnya pengawasan dari pengawas (mandor) kepala bagian maintenance, selain itu karena kecerobohan yang dilakukan oleh tenaga kerja yang sebagian besar pendidikan tenaga kerja hanya lulusan SD-SMP. Tenaga kerja yang melakukan kesalahan tersebut diberi teguran/peringatan oleh kepala pengawas (mandor) agar melakukan pekerjaan dengan cermat dan tidak mengulangi kesalahan, jika melakukan kesalahan lagi maka tenaga kerja tersebut akan dikeluarkan dari perusahaan. Selain dari kesalahan saat pemberian obatobatan, tenaga kerja juga pernah melakukan kesalahan seperti terlambat dalam melakukan penanaman setelah pucuk dipangkas dari setiap indukannya (stek pucuk). Perusahaan belum menerapkan SOP dalam menjalankan seluruh kegiatannya, hal ini dikarenakan biaya untuk pembuatan SOP dalam perusahaan tidaklah sedikit. Namun demikian, dalam seluruh kegiatan perusahaan lebih menerapkan job description untuk masing-masing karyawan di setiap bagian. Sehingga tanpa adanya SOP, perusahaan dapat menjalankan seluruh kegiatannya dengan baik.
6.2
Analisis Risiko Produksi Dipladenia crimson Setelah mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang terdapat pada
perusahaan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran risiko dengan varians, standar deviasi dan koefisien variasi. Sebelum melakukan pengukuran risiko dengan varians, standar deviasi dan koefisien variasi, terlebih dahulu menghitung expected return. Expected return merupakan nilai penerimaan yang diharapkan dapat diperoleh perusahaan setelah memperhitungkan risiko yang ada. Expected return dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan terjadinya peluang pada tanaman hias Dipladenia crimson. Hasil penilaian risiko produksi tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara dapat dilihat pada Tabel 12 dan untuk hitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4. 69
Tabel 12. Hasil Penilaian Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara No. Ukuran Nilai 1
Expected Return
2
Variance
3
Standard Deviation
4
Coefficient Variation
19.493.750 75.197.472.680.000 8.671.648 0,445
Penilaian risiko produksi tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara berdasarkan nilai coefficient variation (Tabel 12) diperoleh hasil sebesar 0,445. Artinya, untuk setiap satu satuan rupiah yang diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara dari kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson, maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,445. Usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara mengalami risiko yang cukup besar, hal ini menunjukan risiko yang dihadapi dalam perbanyakan Dipladenia crimson lebih besar jika dibandingkan dengan nilai risiko produksi bunga potong mawar yang dilakukan oleh Permana (2011) pada PT Momenta Agrikultura dimana nilai coefficient variation yang diperoleh sebesar 0,23 yang artinya, dalam proses budidayanya PT Momenta Agrikultura mengalami risiko ataupun peluang terjadinya kerugian sebesar 0,23 dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam produksi bunga potong mawar. Perusahaan tersebut melakukan strategi penanganan risiko untuk menghindari terjadinya risiko dengan menerapkan strategi preventif. Pada penelitian yang dilakukan di PT Istana Alam Dewi Tara, straegi yang diterapkan adalah strategi preventif yang sama dengan yang dilakukan oleh Permana (2011). Akan tetapi, tingkat risiko produksi yang diperoleh untuk tanaman hias
Dipladenia crimson
(0,445) lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga potong mawar (0,23). Kondisi ini disebabkan oleh, tanaman hias Dipladenia crimson memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dalam teknik budidaya dibandingkan dengan bunga potong mawar. Selain itu, tanaman hias Dipladenia crimson membutuhkan tenaga kerja yang ahli dan trampil, serta jenis tanaman ini mudah terserang hama dan penyakit tanaman sehingga mempengaruhi jumlah produksi dan kualitas hasil. Setiap kegiatan perbanyakan diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usahanya, dimana secara ekonomi keuntungan yang diharapkan 70
adalah berupa pendapatan atau keberhasilan produksi serta produktivitas usaha. Seperti halnya pada PT Istana Alam Dewi Tara, pemilik mengharapkan adanya umpan balik dari kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson yang diusahakan. Sebagai pelaku usaha, pemilik PT Istana Alam Dewi Tara mengharapkan umpan balik yang positif, yaitu adanya keuntungan berupa pendapatan yang dihasilkan dalam perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Untuk mengetahui hasil perolehan pendapatan tertinggi, normal dan terendah dapat dilihat pada Lampiran 5. Dalam melakukan penilaian risiko produksi di PT Istana Alam Dewi Tara dapat diukur besarnya pendapatan yang diharapkan dari kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Besarnya pendapatan yang diharapkan dapat dilihat dari nilai expected return yang diperoleh. Expected return atau nilai harapan merupakan perolehan atau pengembalian yang diperkirakan akan didapatkan kembali dari kegiatan usaha perbanyakan. Expected return dihitung berdasarkan penjumlahan dari hasil perkalian untuk setiap nilai perentase keberhasilan yang tertinggi, terendah dan normal dengan peluangnya masingmasing dalam memperoleh keberhasilan tertinggi, terendah dan normal tersebut. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson diperoleh nilai expected return sebesar 19.493.750. Artinya, usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson dapat mengharapkan perolehan hasil sejumlah 19.493.750,- rupiah untuk setiap kondisi dalam proses perbanyakan yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut menunjukan bahwa kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 19.493.750,- rupiah untuk setiap periode dalam produksi. Dengan mengetahui harapan pendapatan yang diperkirakan akan didapatkan kembali dari kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson berdasarkan perhitungan risiko produksi, maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk kelanjutan usaha ataupun sebagai perencanaan untuk menentukan langkah yang akan diambil dalam perkembangan usaha di PT Istana Alam Dewi Tara. Adanya risiko produksi yang dialami dalam menjalankan kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson menimbulkan kerugian bagi pihak 71
PT Istana Alam Dewi Tara. Kerugian tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi, karena risiko yang ada dapat menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan produksi atau dapat menyebabkan kematian pada tanaman hasil perbanyakan sehingga hasil yang diperoleh akan berkurang. Jika hasil produksi berkurang maka penerimaan usaha juga ikut berkurang karena jumlah yang dijual menjadi lebih sedikit dengan harga jual yang konstan pada harga Rp 50.000. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan langkah penanganan yang sesuai untuk dapat menghindari atau memperkecil risiko yang dihadapi.
6.3
Strategi Pengelolaan Risiko Produksi Strategi penanganan risiko merupakan siasat untuk melindungi aset dan
kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Strategi pengelolaan yang disiapkan secara rinci dan spesifik dapat membantu perusahaan dalam menekan dan meminimalisasi besaran risiko yang dihadapi perusahaan. Sehingga pada akhirnya seluruh target dan harapan penerimaan yang sudah disiapkan pada proses perencanaan dapat dicapai dengan baik. Namun sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu menyusun strategi penanganan risiko dengan baik akan berdampak terhadap bertambahnya besaran kerugian yang pada akhirnya dapat mengurangi penerimaan perusahaan. Analisis risiko yang merupakan rangkaian usaha penanganan dan pengendalian
tingginya
nilai
risiko
yang
dihadapi
sebuah
perusahaan
menempatkan kegiatan penyusunan strategi penanganan risiko ini sebagai langkah final atau tahapan terakhir. Artinya, tahapan strategi penanganan risiko ini merupakan kajian aplikatif yang harus diterapkan apabila perusahaan hendak mengurangi dan mengendalikan risiko yang sedang dihadapi. Strategi penanganan risiko yang disusun merupakan bentuk kajian yang diambil berdasarkan kondisi sebenarnya yang terjadi pada perusahaan. Dari identifikasi risiko yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pada PT Istana Alam Dewi Tara mengalami risiko produksi dalam usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Risiko produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perubahan cuaca dan iklim serta serangan hama dan penyakit. 72
Dilakukan pengukuran terhadap risiko produksi tersebut dan diperoleh hasil sebesar 0,445. Nilai tersebut merupakan kerugian yang dihadapi atas perolehan hasil produksi dengan adanya risiko produksi. Dari data diatas, maka dapat ditentukan strategi dalam menangani risiko produksi pada usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Strategi penanganan risiko yang telah di terapkan PT Istana Alam Dewi Tara adalah pengendalian hama dan penyakit, melakukan kemitraan serta menjalankan job description. Namun, masih terdapat strategi yang belum optimal dalam mengusahakan tanaman hias Dipladenia crimson. Dalam kajian ini, strategi penanganan risiko produksi yang dapat dijadikan masukan bagi PT Istana Alam Dewi Tara sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi preventif. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : a.
Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur
b.
Mengembangkan sumberdaya manusia
c.
Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Strategi preventif merupakan strategi penanganan yang dilakukan untuk
menghindari terjadinya risiko, strategi preventif yang dapat dilakukan pada PT Istana Alam Dewi Tara untuk perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Melakukan penyiraman secara tepat jika terjadi kondisi cuaca buruk dengan mengatur timer sprinkle sesuai kebutuhan air. Dimana pada saat kemarau berlangsung, sebaiknya dilakukan pengaturan waktu penyiraman lebih sering jika dibandingkan dengan waktu penyiraman yang dilakukan saat kondisi hujan. Saat musim kemarau pengaturan waktu penyiraman sebaaiknya dilakukan setiap 5 menit sekali dan selama 15 detik, namun jika terjadi musim hujan maka waktu penyiraman dilakukan setiap 15 menit sekali dan selama 5 detik.
b.
Dari hasil pengamatan di lapang, dilihat bahwa area tempat produksi tanaman hias Dipladenia crimson tumbuh tanaman-tanaman liar seperti rumput liar atau gulma, hal ini kurang mendapat perhatian dari pihak perusahaan. Kondisi 73
ini dapat menyebabkan hama dan penyakit banyak menyerang tanaman yang berada di sekitar gulma. Untuk itu, perlu dilakukan pembersihan gulma atau rumput liar secara rutin. Pada pot yang berdiameter 20 cm atau disaat umur tanaman hias Dipladenia crimson 4 sampai 5 bulan, di letakkan di area terbuka sehingga tanaman terkena langsung sinar matahari dan hujan. Hal ini yang menyebabkan tanaman mudah terserang gulma atau rumput liar. Strategi preventif yang sebaiknya dilakukan yaitu membersihkan area pertanaman dari gulma atau rumput liar yang tumbuh di sekitar area. Hal ini bertujuan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman hias Dipladenia crimson. c.
Dalam melakukan perbanyakan sebaiknya pemilihan bibit yang akan distek lebih diperhatikan. Dimana pemilihan bibit untuk penyetekan dilakukan pada bibit yang tidak terlalu tua. Saat penyetekan pucuk sebaiknya pilih pucuk yang masih mudah dengan ukuran panjang kurang lebih 5 cm, karena bibit tersebut bersifat mudah berakar.
d.
Selain memperhatikan bibit tanaman untuk perbanyakan sebaiknya alat yang digunakan dalam perbanyakkan juga perlu diperhatikan. Sebelum melakukan perbanyakan, peralatan yang akan digunakan hendaknya disterilkan terlebih dahulu. Dari pengamatan di lapang, didapat bahwa pernah ada tenaga kerja lapang melakukan kegiatan perbanyakan tanaman menggunakan peralatan yang tidak steril atau menggunakan alat yang telah dipakai untuk perbanyakan tanaman lain tanpa melakukan pencucian terlebih dahulu. Peralatan tersebut secara tidak langsung dapat membawa kotoran atau penyakit yang didapat dari tanaman lain. Sehingga penyakit yang terbawa oleh peralatan yang tidak steril tersebut dapat menempel pada tanaman yang akan dilakukan perbanyakan. Hal ini sangat berdampak pada kualitas tanaman Dipladenia crimson yang diperbanyak. Untuk itu, mensterilkan peralatan sangat dibutuhkan sebelum melakukan kegiatan perbanyakan tanaman. Hal ini dilakukankarena peralatan yang tidak steril dapat membawa penyakit bagi tanaman yang akan diperbanyak dan dapat menimbulkan kematian pada tanaman. Melakukan perbaikan dengan segera peralatan dan 74
bangunan seperti greenhouse dari kebocoran. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman hias Dipladenia crimson yang dihasilkan. Selain itu, perawatan peralatan dan bangunan juga perlu dilakukan agar peralatan dan bangunan tetap terjaga dengan baik. Perusahaan juga menggunakan molen sebagai pengaduk media untuk semua jenis tanaman, molen yang digunakan terlihat kotor dan berkarat, hal ini menyebabkan media tanam tidak steril dan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman hias terhambat. Sebaiknya perusahaan melakukan pembersihan terhadap molen atau pembaharuan alat. e.
Mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan dengan baik, sehingga diharapkan setiap tenaga kerja dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan job description yang diberikan oleh perusahaan. Manager produksi sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi harus dapat bersikap tegas dalam mengarahkan dan membimbing para karyawan lapang dalam melakukan kegiatan produksi tanaman hias Dipladenia crimson. Hal ini dilakukan agar para karyawan dapat bekerja lebih disiplin dan berhati-hati lagi dalam melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi Dipladenia crimson.
75
VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan PT Istana Alam Dewi Tara menghadapi risiko produksi dalam pengusahaan tanaman hias Dipladenia crimson. Risiko ini dapat dilihat dari fluktuasi produksi pada perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Risiko produksi tersebut mengakibatkan kerugian yang ditanggung perusahaan. Dengan adanya risiko dalam kegiatan produksi berpengaruh terhadap keberhasilan tanaman hias yang didapat dari hasil perbanyakan tanaman. Risiko produksi terjadi karena ada sumber-sumber risiko yang mempengaruhinya. Adapun sumber-sumber risiko yang ada pada PT Istana Alam Dewi Tara adalah perubahan cuaca atau iklim, serangan hama dan penyakit, bibit tanaman yang kurang baik, kondisi peralatan dan bangunan yang kurang memadai, serta tenaga kerja yang kurang terampil dan disiplin. Berdasarkan hasil penilaian risiko dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Diketahui bahwa perbanyakan Dipladenia crimson mengalami risiko produksi sebesar 0,445. Hal ini berarti setiap satu satuan rupiah yang diperoleh akan menghasilkan risiko sebesar 0,445. Adanya risiko yang terdapat pada kegiatan produksi tanaman hias Dipladenia crimson, diperlukan upaya atau penanganan yang tepat untuk meminimalkan risiko produksi. Upaya atau penanganan yang dapat meminimalkan risiko adalah dengan
melakukan
perbaikan
dan perawatan peralatan dan
bangunan,
mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan, melakukan pembersihan gulma atau rumput liar pada area perbanyakan tanaman Dipladenia crimson, serta melakukan sterilisasi peralatan sebelum melakukan kegiatan perbanyakan tanaman Dipladenia crimson. Dengan adanya strategi pengelolaan risiko yang tepat, diharapkan dapat meminimalkan risiko produksi yang terdapat pada perusahaan dalam upaya memaksimumkan keuntungan perusahaan.
7.2 Saran Agar dapat meminimalkan risiko produksi, sebaiknya perusahaan lebih dapat mengenali risiko yang terjadi sehingga dapat melakukan tindakan dengan tepat untuk mengurangi risiko tersebut. Selain itu, kegiatan pengusahaan tanaman hias 76
Dipladenia crimson yang sedang berjalan, hendaknya dijalankan sesuai dengan job description masing-masing bagian pekerjaan. Agar terhindar dari pekerjaan yang kurang disiplin dan kurang berhati-hati. Manager produksi hendaknya memberikan kesadaran bagi para karyawan untuk bekerja sesuai dengan tugas masing-masing. Selain itu, hendaknya perusahaan membuat perencaan dan pengelolaan kegiatan dengan baik dari kegiatan yang akan dilakukan.
77
DAFTAR PUSTAKA Darmawi H. 2010. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Statistik PDB Hortikultura Tahun 20082009. Dirjen Hortikultura Pasar Minggu. Jakarta. . Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2009. Dirjen Hortikultura Pasar Minggu. Jakarta. Elton EJ, Gruber MJ. 1995. Modern Portfolio Theory And Investment Analysis. Fifth Edition. New York : John Wiley and Sons Inc. Firmansyah R. 2009. Risiko Portofolio Pemasaran Sayuran Organik pada Perusahaan Permata Hati Organic Farm, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ginting L. 2009. Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada Usaha Cempaka Baru Di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Harwood, et al. 1999. Managing Risk in Farming : Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No.774. Market and Trade Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research Service U.S.Department of Agriculture. Kaan D. 2002. Defining Risk and a Framework for Moving Towards Resilience In Agriculture [article]. Colorado State University. Kadarsan H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisns. Jakarta : Gramedia. Kountur R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta: PPM. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Permana A. 2011. Analisis Risiko Produksi Bunga Potong Mawar PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias. Jakarta : Penebar Swadaya. Robison, L.J. and P.J. Barry. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. Macmillan Publisher. London.
78
Safitri N. 2009. Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Setyarini R. 2011. Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik Di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sianturi N. 2011. Analisis Risiko Pengusahaan Bunga Pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Silaban F. 2011. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Pada PT Taufan Fish Farm Di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
79
LAMPIRAN
80
Lampiran 1. Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008 (Satuan Batang) Provinsi Nangroe Aceh Darusalam
Anggrek
Krisan
Mawar
Sedap Malam
767
0
851
0
Sumatera Utara Sumatera Barat Riau
373,179 148,486 80,481
1,618,184 46,405 29,404
135,779 275,508 65,249
184,622 125,705 50,452
Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung
7,474 36,533 17,432 190,770
343 3,690 1,049 72,504
65,173 124,391 20,836 262,421
25,625 8,275 3,234 120,122
Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta
21,857 5,756 1,164,863
518 738 60
10,311 1,584 67,800
586 80 50
Jawa Barat
5,617,993
51,451,094
4,851,516
5,277,079
954,404
13,519,765
12,262,228
4,774,533
Jawa Tengah DI Yogyakarta
169,528
48,951
20,562
1,702
Jawa Timur
1,660,307
29,962,606
20,361,500
14,282,349
Banten
1,432,836
3,921
16,506
213,376
683,798
116,240
17,694
8,269
Nusa Tenggara Barat
35,764
155
34,127
60
Nusa Tenggara Timur
23,860
227
37,406
5,369 37,424
Bali
Kalimantan Barat
1,849,694
11,545
19,918
Kalimantan Tengah
158,165
175
13,692
0
Kalimantan Selatan
8,657
478
22,380
106
Kalimantan Timur
217,826
55,289
240,383
233
Sulawesi Utara
357,350
2,140,908
71,676
16,788
Sulawesi Tengah
8,141
173
5.811
3,072
Sulawesi Selatan
92,027
67,927
89,281
36,508
Sulawesi Tenggara
10,895
6,538
8.49
3,770
638
55
392
52
12,114
0
2,107
602
Gorontalo Sulawesi Barat Maluku
1,445
0
26,031
0
Maluku Utara
0
0
0
0
Papua Barat
0
0
0
0
Papua
0
0
0
0
15,343,040
99,158,942
39,131,603
25,180,043
Indonesia
Sumber: http://www.bps.go.id Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008
81
Lampiran 2. Perhitungan Analisis Biaya Tanaman Hias Dipladenia crimson „PT Istana Alam Dewi Tara‟ Tahun 2009-2010 Keterangan
Jumlah Satuan
Penerimaan
2914 pot
Biaya Bahan Baku : a. Sekam bakar b. Cocopeat c. Pasir Malang d. Pegasus e. Convidor f. Dursban g. Diazin h. Polybag i. Pot
6426 kg 3213 kg 3213 kg 18 botol 18 botol 18 botol 18 botol 2914 pc 2914 pc
Biaya Tenaga Kerja
2 orang
Harga (Rp/Satuan) 50.000 /pot 500 /kg 500 /kg 416 /kg 45.000 /botol 53.500 /botol 18.500 /botol 22.000 /botol 250 /pc 2333,3 /pc
600.000 /bln/org
Biaya Pajak Kendaraan
Nilai (Rp) 145.700.000,3.213.000,1.606.500,1.336.608,810.000,963.000,333.000,396.000,728.500,6.799.236,16.185.844 28.800.000,200.000,-
Biaya Listrik
250.000 /bln
6.000.000,-
Biaya Promosi
200.000 /bln
4.800.000,-
Biaya Penyusutan
2.827.574,-
Total Pengeluaran
58.813.418,-
Keuntungan sebelum pajak
86.886.582,-
Pajak 25 %
21.721.645,-
Keuntungan setelah pajak
65.164.937,-
R/C Ratio
2.47
B/C Ratio
1.47
82
Lampiran 3. Perhitungan Biaya Penyusutan PT Istana Alam Dewi Tara (1 tahun) No
Barang Investasi
Jumlah
Umur Teknis
1 2
Mistroom Green House Row Area Mother plant Springkle Mobil Grand Max Gedung Kantor Pompa Air Toren 500 lt Sprayer gendong Tray Troly Gunting Selang Tubbe Bak Plastik 30 cm Batu Asahan Gembor Total
1 1
3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18
Jumlah (Rp)
Nilai Sisa
Penyusutan/tahun
10 10
Harga Satuan (Rp) 7.900.000 75.000.000
Penyusut -an DC
7.900.000 75.000.000
790.000 15.000.000
711.000 6.000.000
71.100 600.000
10
10
228.000
2.280.000
228.000
205.200
20.520
50
6
50.000
2.500.000
250.000
375.000
37.500
10 1
10 15
150.000 80.000.000
1.500.000 80.000.000
150.000 60.000.000
135.000 1.300.000
13.500 130.000
1
15
2.000.000
200.000
6
100.000.00 0 1.200.000
70.000.000
1
100.000.00 0 1.200.000
120.000
180.000
18.000
1
12
4.000.000
4.000.000
400.000
300.000
30.000
1
6
400.000
400.000
40.000
60.000
60.000
30 1 3 2 6 1
5 5 6 6 1 1
10.000 400.000 45.000 100.000 8.000 10.000
300.000 400.000 135.000 200.000 48.000 10.000
30.000 80.000 27.000 40.000 0 0
54.000 64.000 18.000 26.667 48.000 10.000
54.000 64.000 18.000 26.667 48.000 10.000
2
4
10.000
20.000
0
5.000
5.000
1
4
30.000
30.000
0
7.500
7.500
275.923.000
147.155.000
11.499.367
1.413.787
83
Lampiran 4. Pendapatan yang Hilang untuk Setiap Periode Produksi Tahun
Periode
2009
I II III IV I II III IV
2010
Produksi (pot) 600 600 600 600 600 600 600 600
Berhasil (pot) 380 270 320 312 458 284 472 418
Gap 220 330 280 288 142 316 128 182
Penerimaan 19.000.000,13.500.000,16.000.000,15.600.000,22.900.000,14.200.000,23.600.000,20.900.000,-
Penerimaan yang hilang 11.000.000,16.500.000,14.000.000,11.400.000,7.100.000,15.800.000,6.400.000,9.100.000,-
84
Lampiran 5. No
Kondisi
1
Perhitungan Nilai Variance, Standar Deviation, dan Coefficient Variation (Pi).(Ri)
)2
)2.(Pi)
Tinggi
Peluang (Pi) 0.25
Penerimaan (Ri) 23.250.000
5.812.500
14.109.414.060.000
3.527.353.515.000
2
Normal
0.50
19.950.000
9.975.000
18.717.660.160.000
9.358.830.080.000
3
Rendah
0.25
14.825.000
3.706.250
249.245.156.300.000
62.311.289.080.000
= 19.493.750
(Ri-
2
i
(Ri-
= 75.197.472.680.000 i=
8.671.647,634
= 8.671.648
Coefficient Variation = =
=
i/
8.671.648 19.493.750 0,445
85
Lampiran 6. Gambar Indukan Tanaman Hias Dipladenia BungaTanaman Hias Dipladenia crimson
a)
crimson
dan
a b Indukan Dipladenia crimson dan b) Hasil Perbanyakan Dipladenia crimson
c c) dan d) Bunga Tanaman Hias Dipladenia crimson
d
86
Lampiran 7. Pembibitan Tanaman Hias Dipladenia crimson
a b a) Media Tanam Tube dan b) Media Tanam Tube Pembibitan Dipladenia crimson
c d c) Bibit Dipladenia crimson di pot 10x10cm dan d) Tanaman Dipladenia crimson yang Terserang Gulma 87
Lampiran 8. Bangunan Untuk Kegiatan Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson
a a) Row Area dan b) Showroom
c c) Molen (Pengaduk Media) dan d) Mistroom
b
d
88