PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA DI SMP ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh: Dewi Priyandini 106011000081
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
Abstrak Dewi Priyandini (106011000081) Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok . Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu untuk
memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Adapun teknik yang digunakan
adalah penentuan sampel secara cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Data yang diperoleh dari penyebaran angket, sedangkan untuk menunjang penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, Guru PAI, Ketua Yayasan dan Siswa/I SMP Islamiyah Sawangan Depok. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah sawangan Depok secara umum tergolong baik, dari distribusi frekuensi pada rentang nilai berkisar antara (91-120). Hal ini ditunjukkan pada frekuensi siswa paling banyak ada pada rentang skor baik dengan presentase sebesar 93%. Selebihnya 7% berada pada rentang skor cukup.
i
Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat Rahmat, Taufik, dan Inayah-nyalah, skripsi ini dapat terwujud. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah pada Nabi kita Muhammad Saw. besarta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini bertujua n untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan, motivasi dan doanya yang tak ternilai dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan segenap jajaran staf. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak.Drs.H.Achmad Gholib, M.Ag Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup kepada penulis semasa kuliah. 5. Bapak. Ahmad Suja’i, S.Pd, Kepala SMP Islamiyah Sawangan Depok yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian disekolah tersebut dan memberikan bantuan didalam pelaksanaan penelitian. 6. Keluarga Besar SMP Islamiyah Sawangan Depok, kepada segenap Guru dan Karyawan serta adik-adik SMP Islamiyah Sawangan Depok yang selalu memberikan dan kerjasamanya selama proses penelitian berlangsung.
ii
7. Ayahanda (Priyono) dan Ibunda (Suyem Sunani) yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang, memberikan pengorbanan baik moril maupun materil yang tak ternilai harganya sampai saat ini, serta senantiasa memberikan motivasi dan mendoakan penulis dalam mengarungi kehidupan ini. 8. Kakanda tersayang (Susdianto beserta Isteri Sumarni) yang telah memberikan semangat, doa dan motivasi 9. Keponakanku yang lucu (Rif’at Sauqi) yang telah menghibur penulis dikala jenuh. 10. Suamiku tercinta dan tersayang (Abdul Kohar) yang telah menemani penulis dalam suka dan duka dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku Kelas B dan eight girl’s (Ani, Aminah, Dieni, Bariroh Aisyah, Syarifah, Deput,dan Dahria). 12. Teman-teman Pendidikan Agama Islam Se-angkatan yang telah membantu dan memberikan saran dan juga masukan bagi penulis hingga selesainya skripsi ini.
Kepada semua penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT. membalas kebaikan yang mereka berikan. Dan apabila penulis ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dima’afkan. Dan akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian kependidikan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.
Jakarta, 15 Februari 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK........................................................................................................i KATA PENGANTAR ......................................................................................ii DAFTAR ISI ....................................................................................................iii DAFTAR TABEL ............................................................................................iv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................1 B. Pembatasan Masalah......................................................................4 C. Perumusan Masalah .......................................................................4 D. Tujuan Penelitian ...........................................................................4 E. Manfaat Penelitian .........................................................................4
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .........................................5 1. Pengertian Pembelajaran ..........................................................5 2. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................6 3. Dasar Pendidikan Agama Islam ...............................................10 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam..............................................16 5. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ..................................18 B. Pelaksanaan Pembelajaran PAI ......................................................20 1. Metode Pengajaran ..................................................................20 2. Materi Pembelajaran PAI .........................................................23 3. Evaluasi ...................................................................................24 4. Pendidik...................................................................................25 5. Kurikulum ...............................................................................25 C. Kerangka Berfikir ..........................................................................29
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional ......................................................................30 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................30 C. Variabel Penelitian ........................................................................31 D. Populasi dan Sampel ......................................................................31 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................33 F. Teknik Pengolahan Data ................................................................34 G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ............................................35 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian................................................. 36 1. Profil Guru Pendidikan Agama Islam ....................................... 36 2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI kelas VII ................................. 37 3. Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI ..................... 37 4. Dukungan Kepala sekolah dalam pembelajaran PAI............... 37 B. Analisis Data ................................................................................ 38 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................. 55 B. Saran-saran ................................................................................. 55 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 57 LAMPIRAN – LAMPIRAN
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya mewarisi nilai yang akan menjadi penolong dan penentu dalam menjalankan kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masa dalam kandungan. Begitu pentingnya pendidikan bagi kita tidak dapat dibanyangkan misalnya tanpa pendidikan, manusia sekarang tidak akan berbeda jauh dengan manusia zaman dahulu, bahkan mungkin akan lebih terpuruk atau lebih rendah kualitas peradabannya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliyah dan budi pekerti atau akhlah yang terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT.2 Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Rasul Muhammad SAW untuk diteruskan kepada seluruh manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah), ibadah, mu’amalah (interaksi sosial) dan 1
Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006), h. 4 2
M Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Perss, 2002), cet. Ke-1, h. 4
1
2
akhlak, yang menentukan proses berfikir, merasa, berbuat dan terbebtuknya kata hati.3
Islam adalah agama yang paling sempurna, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Wahyunya disampaikan melalui malaikat jibril, di kota Mekkah. Dalam firmannya disebutkan :
Artinya :”Pada hari ini ,telah Ku sempurnakan untukmu, dan telah Ku cukupkan nikmat-Ku kepadamu dan telah Ku Ridhoi Islam menjadi agama bagimu”.(Q.S. Al-Maidah: 3) Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa agama Islamlah yang sempurna, karena Islam datang menyempurnakan agama terdahulu dan agama yang diridhoi Allah SWT. Diridhoi dalam hal ini berlaku bagi orang-orang yang beriman dan menjalankan segala perintah Allah SWT. dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya karena dalam agama Islam terdapat hukumhukum Allah yang harus dipatuhi, dan hukum-hukum Allah itu ada dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunah /Hadits Nabi. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. diyakini dan dapat terwujudnya kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti seluasluasnya. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan kepedulian sosial, menghargai waktu, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya. 4 Manusia adalah makhluk yang dikarunia Allah dalam bentuk yang sempurna, diberikan akal, pikiran dan perasaan. Manusia adalah makhluk
3
Supriadi, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Grafika Karya Utama, 2001), cet.2, hal.42 4 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.1
3
yang fitrah, artinya mempunyai naluri. Allah memberikan naluri beragama, terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 30. Dengan adanya fitrah beragama itu manusia menerima Allah sebagai Tuhannya, atau dengan kata lain manusia itu dari asal kejadiannya mempunyai kecendrungan beragama, sebab agama itu, sebagian dari fitrahnya. Manusia juga mempunyai fitrah yang jahat dan yang baik, maka untuk bisa mengembangkan fitrah yang baik , manusia dituntut untuk dapat mengadakan system pendidikan yang integral dan menyeluruh dengan berlandaskan ketuhanan (agama). Islam mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan. Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk
membahas
kedalam
bentuk
skripsi
dengan
judul:
“PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK”
B. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang terkait dalam penelitian ini, pembatasan masalah yang diambil oleh peneliti adalah: 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMP Islamiyah Depok 2. Materi pelajaran mencakup aqidah akhlak, al-quran hadist, fiqih, dan sejarah kebudayaan islam.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, maka masalah yang diteliti dan dirumuskan
sebagai
berikut:
“Bagaimana
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMP Islamiyah Depok kelas VIII?”
4
D. Tujuan penelitian Mendapat informasi yang jelas mengenai pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok kelas VIII.
E. Manfaat Penelitian 1. Dengan data ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi para guru atau pihak lain yang berkewajiban meningkatkan dan mengaktifkan dalam memberikan mata pelajaran pendidikan agama Islam ataupun pendidikan moral kepada siswa-siswi dan seluruh masyarakat. 2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan, guna lebih meningkatkan kualitas pelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok khususnya dan sekolah menengah pertama pada umumnya. 3. Juga berguna bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiyah sebagai tugas akhir perkuliahan.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Kata “pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari bahasa inggris instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada pengajaran, jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran, atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar tidak dihadiri guru secara fisik, oleh karna itu dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka usahausaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran 1 Istilah
pembelajaran
diperkenalkan
sebagai
ganti,
sering
dipergunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman. Selain itu, pengertian pembelajaran dalam definisi psikologi
pembelajaran
dengan
pengertian
belajar
itu
sendiri,
pembelajaran itu sendiri merupakan sesuatu upaya mengarahkan aktifitas siswa ke arah aktivitas belajar. Di dalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktifitas mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa). Proses 1
Arif.S Sadiman,et al,Media Pendidikan Pemanfaatannya (Jakarta :Rajawali , 1986), cet ke-1, h.7.
5
:Pengertian
Pengembangan,
Dan
6
pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. 2 Pembelajaran adalah kondisi dengan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien ,bagi peserta didik atau siswa. Dari pengertian pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa. Oleh karena itu, hakikat pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan masalah pendidikan agama, sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran islam.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam Secara umum pendidikan adalah mentransformasikan pengetahuan dan
keterampilan
yang
dilakukan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan.3 Pendidikan berasal dari kata didik yang memberi awalan “pe” dan akhiran “kan” yang artinya perbuatan (hal,cara), istilah pendidikan terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.4 Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dengan bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. 2
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005),cet ke-1, ,h.7. 3 Cecep Khaeruddin, Politik Pendidikan Di Indonesia dalam Abudin Nata: Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h. 39-40 4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. Ke-1, hal. 1
7
Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman nabi Muhammad SAW, seperti terlihat dalam al-Quran sebagai berikut5:
رﱠبﱢ ارْﺣَﻤْﮭُﻤَﺎ ﻛَﻤَﺎ رَﺑﱠﯿَﺎﻧِﻲ ﺻَﻐِﯿﺮًا “Ya Allah sayangilah keduanya (ibu bapakku) sebagaimana mereka telah mendidik aku pada waktu kecil”. (QS. Al-Isra/17: 24) .6 Dalam bentuk kata benda, kata “rabba” ini digunakan juga untuk Allah, mungkin karena Allah juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, dan malah mencipta.7 Pendidikan
dalam
Islam
lebih
banyak
dikenal
dengan
menggunakan istilah al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib dan al-riyadhah. Setiap terminologi tersebut mempunyai makna yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan teks dan kontek kalimatnya dan pendidikan Islam memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang sehingga memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya. 8 Pendidikan dapat pula diartikan sebagai suatu proses untuk mendewasakan manusia, atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik. Pendidikanlah yang mengubah semuanya. 9 Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional N0 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
5
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Bumi Aksara,1996), cet. 3, hal.
25 6
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjamahannya, h. 284 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, , hal. 26 8 Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), cet. Ke-1, hal. 14 9 Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, hal. 5 7
8
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 10 Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang utama. 11 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik melalui upaya pengajaran
dan pelatihan terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik
menuju kedewasaan,
sehingga terbentuklah
kepribadian utama berguna bagi peranannya dimasa yang akan datang. Sedangkan pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik. 12 Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan Islam, diantaranya Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, 10
memindahkan
Departemen agama RI, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan,
(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5 11
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1986), Cet.6, h. 19 12 Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) Cet ke-1 hal. 29
9
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam. Mengenai definisi dari pendidikan agama Islam, terdapat banyak rumusan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam, diantaranya: Menurut Zakiyah Darajat, “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”. Adapun Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai “Usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengamalan, pengetahuan, kecakapan dan penampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusi bertakwa kepada Allah swt”. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir yang dikutip dari pendapat Abdul Madjid bahwa ”Pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. 13 Dari beberapa defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam ialah merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah dikumpulkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan dapat dilihat pula perbedaan-perbedaan antara 13
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan agama Islam Berbasisi Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 130
10
pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Perbedaan utama yang paling
menonjol adalah
bahwa
pendidikan Islam
bukan
hanya
mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk kebahagiaan akhirat. Selain itu pendidikan Islam berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam dan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan dan melatih anak didik menuju terbentuknya sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk dan ajaran Islam. 3. Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar-dasar atau landasan yang digunakan dalam pendidikan agama Islam: a. Al qur`an Secara lengkap al-Qur`an didefenisikan sebagai firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad Ibn Abdillah, melalui ruh al-Amin dengan lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah Rasulullah, dan sebagai undang-undang bagi manusia dan memberi petunjuk kepada mereka, serta menjadi sarana pendekatan dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Dan Ia terhimpun dalam sebuah mushaf, diawali dengan surat al- fatihah dan diakhiri dengan surat alnaas, disampaikan kepada kita secara mutawatir baik secara lisan maupun tulisan dari generasi kegenerasi, dan ia terpelihara dari berbagai perubahan atau pergantian. Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT. yang memiliki pembendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-
11
Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya tidak pernah mengalami perubahan14. Al-Nadwi mempertegas dengan menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran umat Islam itu harus bersumber kepada akidah Islamiyah, menurutnya lagi sekiranya pendidikan Islam itu tidak didasarkan kepada aqidah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan hadits, maka pendidikan itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi pendidikan asing15 Islam
adalah
agama
yang
membawa
misi
umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Al-Qur`an merupakan landasan paling dasar yang dijadikan acuan dasar hukum tentang Pendidikan Agama Islam. Firman Allah tentang Pendidikan Agama Islam dalam Al-qur`an Surat Al –alaq ayat 1 sampai ayat 5, yang berbunyi sebagai berikut :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.” Dari ayat-ayat tersebut diatas dapatlah di ambil kesimpulan bahwa seolah-olah Tuhan berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya
14
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), Cet.1, h. 95-96 15 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. 1, h. 14
12
untuk memperkokoh keyakinan dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
b. As-sunnah. As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari Nabi
Muhammad
s.a.w.
yang
terdiri
dari
ucapan,
perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Suatu hal yang sudah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Muhammad s.a.w. diutus ke bumi ini, salah satunya adalah untuk memperbaiki moral atau akhlak umat manusia, sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya aku diutus tiada lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya sudah dapat di mengerti oleh umat muslim. Namun yang terpenting dibalik hadist ini adalah, memformulasikan sistem, metode, atau cara yang harus ditempuh oleh para penanggung jawab pendidikan dalam meneruskan misi risalah, yaitu menyempurnakan keutamaan akhlak. Dan banyak lagi hadist yang memiliki konotasi pedagogis, baik mengenai metode, materi, orientasi, dan lain sebagainya.
c.
Sikap dan perbuatan para sahabat Pada masa khulafa’ al- Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al-Qur’an dan Sunah juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Sikap dan perbuatan mereka dijadikan sumber pendidikan dalam Islam karena Allah SWT. sendiri didalam Al-Qur’an memberikan pernyataan yaitu dalam surat At-Taubah: 100
13
Artinya: “ Orang- orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Ansor dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (Q.S. At.Taubah:100).16 Dan Allah SWT berfir’man: Artinya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang benar.”(Q.S.9:119). Dengan demikian sudah jelas bahwa perkataan dan sikap para sahabat dapat dijadikan sebagai dasar Pendidikan dalam Islam. Contoh perkataan sahabat Umar bin Khattab yang terkenal dengan sifat jujur, adil, cakap, berjiwa demokratis yang dapat dijadikan panutan masyarakat. d. Ijtihad Ijtihad dijadikan sumber pendidikan karena Al-Qur’an dan Sunnah, menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut. Ijtihad ini terasa sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. dan beranjaknya Islam mulai keluar tanah Arab. Karena situasi dan kondisinya banyak berbeda dengan di tanah arab. Majelis Muzakarah Al-Azhar menetapkan bahwa ijtihad ialah jalan yang dilalui dengan memberikan semua daya dan kesungguhan yang diwujudkan oleh akal melalui ijma’, qias, istishan dengan dzan (mendekati keyakinan) untuk mengistinbatkanhukum daripada 16
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 15
dalil-
14
dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menentukan batas yang dikehendaki. Ijtihad dalam penggunaannya dapat meliputi seluruh aspek ajaran Islam, termasuk juga aspek pendidikan, sebab ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah adalah bersifat pokok-pokok dan prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terinci, maka rinciannya itu merupakan contoh Islam dalam menerapkan prinsip itu. Sejak diturunkan ajaran Islam sampai wafatnya Nabi Muhammad Saw. Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. 17 Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh ahli hukum Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam AlQur’an dan As-Sunnah, kebanyakan bersifat global, maka seiring dengan perkembangan zaman dan banyaknya permasalahan yang muncul, maka dalam hal ini ijtihad sangat diperlukan, begitu juga dalam lapangan pendidikan yang tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Tapi penggunaan ijtihad ini bisa dijadikan dasar pendidikan dengan catatan selama tidak bertentangan dengan dasar pokok yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sedangkan dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia
mempunyai
landasan
yang
kuat,
diantaranya: a.
Dasar Yuridis Dasar Yuridis atau dasar hukum adalah dasar-dasar pelaksanaan
Pendidikan Agama yang berasal dari Peraturan perundang-undangan. Dasar Yuridis/hukum ini terdiri dari : Dasar Idiil, Dasar Konstitusinal dan dasar Operasional. 17
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 17-18
15
1) Dasar Idiil Dasar Idiil ialah dasar yang berasal dari Filsafat Negara, Dasar Negara dan Dasar Pendidikan di Indonesia yaitu Pancasila, dimana Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya harus beragama.karena itu Pendidikan Agama harus diberikan kepada anak-anak, karena tanpa Pendidikan Agama Sila pertama dari pancasila tersebut sulit untuk diwujudkan. 2)
Dasar Konstitusional Dasar Konstitusional pelaksanaan Pendidikan Agama berasal dari
Undang-undang Dasar 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah agama dan kepercayaannya itu. 3) Dasar Operasional Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia, seperti yang disebutkan pad Ketetapan MPRS Nomor XXVII/MPRS 1996, Bab I Pasal I yang berbunyi:” Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai Universitas Negeri.” b.
Dasar Religius Dasar Religius ialah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama
Islam baik dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits. c.
Dasar Sosial Psikologis Dasar sosial psikologis berarti landasan yang bersumber dari
kejiwaan manusia, yaitu setiap manusia dalam jiwanya merasakan pengakuan adanya kekuatan dzat yang Maha Kuasa, tempat berlindung dan mohon pertolongan.18 18
79
Alisuf sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet ke-1, h.76-
16
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Majid yang dikutip dari pendapat Breiter, bahwa “pendidikan adalah persoalan tujuan dan focus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.19 Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghanyatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan beragama.20 Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan agama Islam sebagai berikut : Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membina insan paripurna yang bertaqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan di akhirat. Tidak dapat dilupakan pula bahwa orang yang megikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula yang dapat mengantarkannya kepada pembentukan insan paripurna. Dari tujuan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan versi Al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah) sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi. Karena itu, Al-Ghazali memberi ruang cukup luas dalam sistem pendidikannya bagi perkembangan duniawi. Namun dunia, hanya dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup di alam akhirat yang lebih utama dan kekal. “Dunia adalah alat perkebunan untuk kehidupan akhirat, sebagai alat yang akan mengantarkan seseorang menemui Tuhannya. Ini tentunya bagi yang memandangnya sebagai alat 19
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-3, hal. 136 20 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet ke-1, hal. 74-75
17
dan tempat tinggal sementara, bukan bagi orang yang mengundangnya sebagai tempat untuk selamanya”. Pemikiran Al-Ghazali di atas dapat dipahami dari landasan berfikir dan berpijak yang digunakan yaitu Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyatakan agar manusia tidak terlena dengan kehidupan dunia, sementara akhirat adalah tempat kembali yang kekal. Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah adalah sebuah tuntunan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, Al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam adalah untuk mewujudkan kebahagiaan anak didik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang dimaksud dalam surah Al-Qashash/27: 77 M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa: tujuan pendidikan agama Islam pada sekolah umum adalah mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya seperti yang diajarkan kitab suci masing-masing. 21 Zakiah Darajat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
Tujuan umum. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan akhir. Tujuan akhir adalah tercapainya wujud kamil, yaitu orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam ketakwaannya.
Tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
21
M. Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung Remaja Rosda Karya, 1992),h.195
18
Tujuan operasional. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu22 Jadi Pendidikan Agama Islam disekolah/Madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 23
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Menurut Abdullah Nasikh Ulwan secara umum ruang lingkup materi pendidikan Islam itu terdiri dari tujuh unsur, yaitu: a. Pendidikan keimanan b. Pendidikan moral c. Pendidikan fisik/jasmani d. Pendidikan rasio/akal e. Pendidikan kejiwaan f. Pendidikan seksual. 24 Sedangkan ruang lingkup materi pembelajaran PAI pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu: a. Al-Quran hadits b. Keimanan c. Syariah d. Ibadah e. Muamalah f. Akhlak
22
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet ke-1, hal 19 23 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, hal. 135 24 Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, hal. 15
19
g. Tarikh (sejarah Islam). 25 Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat unsur pokok yaitu: Keimanan, Ibadah, Al-Qur’an. Sedangkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) disamping ke empat unsur pokok diatas maka unsur pokok syari’ah semakin dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan pendidikan. 26 Dalam kaitannya dengan KTSP, Depdiknas telah menyiapkan standar kompetensi dasar berbagai mata pelajaran untuk dijadikan acuan oleh para guru dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan masingmasing. Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran untuk SMP adalah sebagai berikut: a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja b. Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan c. Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi d. Berkomunikasi dan berinteraksi secara befektif dan satuan yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. e. Menerapkan hidup sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntutan agamanya f. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab g. Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama. 27
25
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet ke-3, hal. 79 26 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) Cet ke-4, hal 23 27 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-3, hal. 99-100
20
B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Metode pengajaran Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta” dan “Hodos” berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui. 28 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. 29 Sedangkan menurut Mahmud Yunus sebagaimana yang dikutip Armai Arief, metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam lingkup ilmu pengetahuan dan lainnya. 30 Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Semakin tepat metode yang digunakan maka semakin efektif pula dalam pencapaian tujuan. Metode pengajaran dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang dimaksud dalam uraian ini adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama Islam kepada siswa. Adapun macam-macam metode dapat dipergunakan dalam pengajaran agama adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, sosiodrama, driil, dan tanya jawab. a. Metode ceramah Yang dimaksud dengan metode cerah ialah menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan kepada siswa atau khalayak ramai. 31
28 29
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), Cet ke-4, h. 61 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet ke-3,
h. 87 30
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, 87 31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 135
21
Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaan pengajaran di kelas adalah peranan guru tampak sangat dominan. Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang disampaikan oleh guru di depan kelas.32 Metode ceramah diberikan apabila suatu materi membutuhkan penjelasan agar materi tersebut di mengerti oleh siswanya. b. Metode diskusi Diskusi yaitu suatu proses yang melibatkan dua individual atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling bertukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (prolem solving).33 Sedangkan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan dan menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.34 Dengan demikian, bahwa metode diskusi adalah salah satu metode alternatif atau cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. c. Metode Demonstrasi Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian atau cara untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. To show atau memperkenalkan/mempertontonkan. 35
32
Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 41 33 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 145 34 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 145 35 Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 49
22
Metode demonstrasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan juga dapat memusatkan perhatian anak didik. d. Sosiodrama Sosiodrama
adalah
suatu
metode
mengajar
dimana
guru
memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial). 36 Dalam pendidikan agama metode sosiodrama ini efektif dalam menyajikan pelajaran akhlak, sejarah Islam dan topik-topik lainnya. Dalam pelajaran sejarah, misalnya guru menggambarkan kisah sahabat khalifah Abu Bakar ketika beliau masuk Islam. Kisah tersebut tentu amat menarik jika disajikan melalui sosiodrama.37 Manfaat
metode
ini
yaitu
agar
melatih
anak
untuk
mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian, dan juga metode ini akan lebih menarik perhatian anak, sehingga suasana kelas akan lebih hidup. e. Metode Driil Metode Driil (latihan siap) pengertiannya sering dikacaukan dengan istiah ulangan. Padahal maksud keduanya berbeda. Latihan siap (driil) dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu dapat menjadi miliknya, dan benar-benar dikuasai siswa. Dengan kata lain metode driil adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan.38
36
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 180 37 Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 54 38 Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 64
23
f. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin di perolehnya. 39 Pada metode ini bisa pula diatur pertanyaan yang diajukan siswa lalu dijawab siswa lainnya. Keunggulan metode tanya jawab yaitu situasi kelas menjadi hidup / dinamis, karena siswa aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dan juga melatih agar siswa berani menyampaikan buah pikirannya. 2. Materi pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP 40 Tabel 1 Semester I
Semester II
Al-Qur’an
Al-Qur’an
Hukum bacaan Qalqalah dan
Hukum bacaan mad dan waqaf
Ra Akidah
Akidah
Keimanan kepada kitab-kitab Keimanan kepada Rasul Allah Allah Akhlak
Akhlak
Perilaku terpuji
Perilaku terpuji
Perilaku tercela
Perilaku tercela Hewan sebagai sumber bahan makanan
Fiqh Tata cara sholat sunah Tata cara puasa
39
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 140 40 Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006
24
Zakat Tarikh dan Kebudayaan Islam
Tarikh dan Kebudayaan Islam
Sejarah Nabi Muhammad Saw
Sejarah dakwah Islam
3. Evaluasi Rangkaian akhir dari komponen dalam suatu system pendidikan yang penting, adalah penilaian (evaluasi). Berhasil atu gagalnya suatu pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan penilaian terhadap produk yang dihasilkannya. Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai” istilah nilai atau value pada mulanya popular dikalangan filosof. Evaluasi adalah kata Indonesiasi dari kata evaluation (Inggris) yang diterjemahkan menjadi penilaian.41 Jenis-jenis evaluasi: 1. Penilaian formatif, ialah penilaian untuk mengetahui hasil belajar dalam satuan badan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. 2. Penilaian sumatif, ialah penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pelajaran dalam satu catur wulan semester, atau akhir tahun 3. Penilaian penempatan (placement), ialah penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan didalam situasi belajar mengajar yang sesuai dengan anak didik tersebut. 4. Penilaian diagnostic, ialah penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik yang merupakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.42
41 42
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, hal 239 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 39
25
4. Pendidik Menurut Langeveld, “pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak”. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan tanggung jawab dalam mendidik seorang anak. Mendidik adalah suatu tugas yang luhur. Oleh karena itu seseorang yang bertugas sebagai pendidik haruslah mempunyai kesenangan bekerja/bergaul dengan orang lain/anak serta mempunyai sifat kasih sayang kepada orang lain/anak.43 Seperti yang dimiliki guru pendidikan agama Islam di SMP Darussalam (Muhibuddin Mutawali). Muhibuddin adalah sesosok pendidik yang sudah dewasa, sehat jasmani rohani, jujur, bertanggung jawab, juga sabar dan sayang terhadap anak didiknya. Dalam islam kedudukan pendidik sangat
tinggi sehingga
ditempatkan dibawah kedudukan nabi dan rasul, itu karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan, sedangkan islam amat sangat menghargai pengetahuan.
5. Kurikulum Untuk mewujudkan suatu tujuan dalam pendidikan maka diperlukan suatu komponen yaitu kurikulum. Kurikulumk merupakan suatu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Oleh karena itu, fungsi dan peran kurikulum sangat penting dan setiap pengembangan kurikulum pada jenjangn manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.44 Istilah kurikulum semula berasal dari istilah dunia atletik yaitu curere yang berarti berlari, istilah tersebut erat hubungannya dengan kata 43
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, hal. 8 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet ke 1, h. 27 44
26
curier atau kurir yang berarti penghubung seseorang untuk menyampaikan sesuatu pada orang atau tempat lain. Seorang kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh. 45 William B Ragan, sebagaimana dikutib Armai Arif berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tapi seluruh kehidupan di kelas.46 John Dewey sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwakurikulum merupakan
suatu
rekonstruksi
berkelanjutan
yang
memaparkan
pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisasikan dengan baik yang biasanya disebut kurikulum. 47 Hilda Taba berpendapat kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Biasanya dalam suatu kurikulum sudah termasuk program penilai hasilnya.48 Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.49 Dan kurikulum merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas murid dalam suatu lembaga pendidikan, karena 45
M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1,
h. 10 46
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Perss, 2002), cet. Ke-1, hal. 30 47 M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1, h. 13 48 M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1, h. 14 49 Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006), h. 4
27
kurikulum berkaitan dengan penentuaan arah, isi, dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. 50 Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengaju pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan, bahwa kurikulum merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga dalam proses pembelajaran pada jenjang pendidikan berpegang pada kurikulum yang ada. Pada pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia tenteng Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a. Pendidikan Agama b. Pendidikan kewarganegaraan c. Bahasa d. Matematika e. Ilmu pengetahuan alam f. Ilmu pengetahuan sosial g. Seni dan budaya h. Pendidikan jasmani dan olahraga i. Keterampilan/kejujuran, dan j. Muatan lokal. 51 Kebijakan pemerintah dalam pendidikan agam islam disekolahsekolah, kaitannya dengan jam waktu pelajaran yang tersedia baik dari mulai sekolah tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Pendidikan agama hanya disediakan waktu pembelajaran yang sangat sedikit. Dan kurikulum pendidikan yang selalu berubah-ubah ini juga sangat mempengaruhi terhadap pemberhasilan pendidikan di negri ini. Bagaimana mungkin dengan waktu yang sedikit, target dari pendidikan agama dimana salah satu tujuan pelajaran tersebut adalah memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama dalam mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia yang 50
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. Ke-4. Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006), h. 20 51
28
beriman dan bertaqwa akan tercapai. Oleh karena itu, untuk mencapai yang menjadi target dan tujuan pendidikan, perlu adanya system pendidikan agama yang terpadu, yaitu memperhatikan segala unsur yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan tersebut. Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuanketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw (dalil Naqli). Dengan melalui metode ijtihad (dalil naqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fikih dan hasil-hasil ijtihad lainnya. Karakteristik mata pelajaran PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep Iman; merupakan penjabaran dari konsep Islam; dan akhlak merupakan penjabaran dari Ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqh yang merupakan pengembangan dari Ilmu syariah dan Ilmng teru Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP. 52 Itulah gambaran tentang kurikulum, khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
52
Depdiknas, Badan Standar Nasional Pendidikan, (tp,2006), h.2
29
C. Kerangka Berfikir Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang utama dan pertama, usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita bangsanya. Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran Islam lebih dari itu, ia juga menuntun orang untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. Pendidikan Islam dapat membina akhlak mulia bagi peserta didiknya. Pendidikan Islam mempunyai tiga unsur dasar, yaitu mencapai keridhoan Allah, menjauhi murka dan siksaan-Nya serta melaksanakan penghambaan yang ikhlas kepada-Nya, mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan aqidah yang dalam penghambaan semata-mata dan kepatuhan ikhlas kepada Allah, hasil yang pasti bagi ketentraman hati, menghapus khufarat-khufarat yang bercaampur baur dengan hakekat agama. Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran-ajaran Islam dengan hikmah mengharapkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. Dari pengertian diatas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan tetencana yang diberikan kepada peserta didik untuk menumbuhkan jasmani dan rohani secara optimal untuk mencapai bentuk manusia yang berkualitas sesuai dengan ajaran islam yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepa Allah SWT.
Bab III Metodologi Penelitian
A. Definisi Operasional a. Pembelajaran adalah kondisi dengan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien ,bagi peserta didik atau siswa. b. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang sehingga memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya. c. Pendidikan agama Islam ialah merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik
untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah dikumpulkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Yang dijadikan tempat penelitian skripsi adalah SMP Islamiyah Sawangan yang terletak di kecamatan Sawangan Depok, tepatnya JL. Raya Mukhtar no. 136 Sawangan Depok. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 24 Oktober 2010 – 29 Januari 2011.
30
31
C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu: 1. Pendidikan Agama Islam sebagai variabel bebas, yaitu berupa segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan agama Islam baik itu meliputi aspek aqidah, ataupun akhlak dan variabel ini disebut juga variabel X. 2. Akhlak Siswa sebagai variabel terikat. Yaitu muatan akhlak yang terdapat pada seluruh ajaran Islam, dan variabel ini disebut juga dengan variabel Y.
MATRIKS VARIABEL Variabel Pelaksanaan pembelajaran pendidikan
Indikator a. Penanaman nilai ketakwaan terhadap Tuhan.
No. Item 8, 11, 23, 27, 29
agama islam b. Kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas.
c. Peningkatan nilai
1, 2, 3, 4, 9, 10
5,14,18,19
spiritualitas. 7, 12,13, d. Mengamalkan pelajaran akhlak yang di dapat dari sekolah
15, 16, 17, 20, 21, 24, 25, 26, 28, 30
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam penelitian kuantitatif, dikenal istilah populasi. Arief Furchan menyebutkan bahwa populasi adalah “semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas”. 1 Hal senada juga 1
hal. 189
Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional),
32
diungkapkan oleh J. Supranto yang mengartikan populasi sebagai “seluruh elemen/unsur baik berupa orang, rumah tangga, perusahaan industri, petak sawah, bintang-bintang dilangit dan lain sebagainya, yang menjadi objek penyelidikan”. 2
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
keseluruhan siswa kelas VII SMP Islamiyah. 2.
Sampel Menurut Nana Syaodih Sukmadinata sampling (pemilihan sampel)
adalah merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan
besarnya sampel yang akan menjadi subyek atau obyek
penelitian. 3 Arief Furchan dalam bukunya mengartikan sampel adalah sebagian dari populasi. 4 J. Suprapto dengan kalimat lain menyebutkan bahwa sampling ialah suatu macam cara pengumpulan data statistik yang sifatnya tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh obyek penyelidikan (populasi) akan tetapi hanya sebagian dari populasi saja, yaitu hanya mencakup sampel yang diambil dari polulasi tersebut.5 Sampling bertujuan untuk mengambil keterangan mengenai “polulation” dengan mengamati sebagian saja dari polulasi itu.6 Dalam penarikan sampel, jika polulasi cukup homogen, terhadap populasi dibawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50% dan diatas 100 sebesar 15%. Untuk jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit dari jumlah matematik tadi. Tetapi adakalanya penarikan sampel ini ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel yakni selama populasi itu diketahui terbatas.7 Penelitian ini menggunakan metode cluster random sampling atau acak yaitu “pengambilan sampel dengan cara membagi populasi kedalam 2
J. Supranto, Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1974), hal. 43 3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, hal. 252 4 Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, hal. 189 5 J. Supranto, Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran, hal. 43 6 Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), Cet. Ke-6, hal. 219 7 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metoda Teknik, (Bandung: Penerbit Tarsito, 1998), Cet. Ke-8, hal. 100
33
beberapa kelompok menurut keragaman populasinya dan unit populasi pada tiap cluster-nya diambil secara acak, minimal 1 anggota per-cluster sebagai penentuan sampelnya. Metode sampel ini digunakan untuk populasi yang berkelompok-kelompok.8 Dengan kata lain, sample yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan. Dalam penelitian ini penulis mengambil 20% dari seluruh siswa kelas VII SMP Islamiyah yang berjumlah 228, sampelnya adalah 46 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini diperlukan beberapa teknik, adapun teknik pengumpulan data yang saya gunakan adalah: 1. Interview/Wawancara Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan di antaranya seputar pelaksanaan kurikulum yang digunakan di SMP Islamiyah Sawangan, dan pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP Islamiyah Sawangan. Ciri utama pada interview ini adalah bertatap muka langsung antara sipeneliti dengan yang diteliti. Dalam hal ini penulis akan mengadakan wawancara langsung dengan kepala sekolah SMP Islamiyah Sawangan Depok. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang sudah direkomendasikan oleh kepala sekolah SMP Islamiyah Sawangan Depok. . 2. Angket/Kuisioner Kuisioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal hyang diketahuinya”. Kuisioner juga dapat diartikan “suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti”.9 Dengan teknik ini pula akan memudahkan di 8
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara: 2008), cet. Ke-10, h. 58 9 Cholid Narbuko dan Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-6, hal. 76
34
dalam mengambil kesimpulan mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan peningkatan Akhlak siswa di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Dalam membuat kuesioner/angket yang di sebarkan poin-poin yang di tanyakan seputar aqidah (keimanan), keislaman (syari’ah), dan ihsan (akhlak)
F. Teknik Pengolahan Data Untuk mengelola hasil data penelitian tersebut maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing Pada tahap ini penulis mengecek kelengkapan dan kebenaran pengisian angket, agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan. 2. Skoring Penulis memberi skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket-angket. Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada 4 buah yaitu: Skor Item Alternatif Jawaban Responden Positif (+)
Negatif (-)
Jawaban
Score
Jawaban
Skor
Sangat setuju
4
Sangat setuju
1
Setuju
3
Setuju
2
Tidak setuju
2
Tidak setuju
3
Sangat tidak setuju
1
Sangat tidak setuju
4
3. Tabulating Bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan yang lain.
35
G. Teknik Analisis Data Analisa data adalah proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Tujuan analisa data dalam penelitian ini yaitu membatasi penemuan-penemuan sehingga mudah dipahami bukan hanya oleh penulis tetapi orang lain yang ingin mengetahui hasil dari penelitian ini. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian dirubah menjadi data kuantitatif, dalam menganalisa data penulis menggunakan rumus statistic distribusi frekuensi atau prosentase, yaitu: 10
P= Keterangan : P = Persentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden N = number of cases
Adapun teknik pelaksanaan atau analisanya adalah dengan memeriksa jawaban-jawaban dari tiap responden, kemudian dijumlah dan menghasilkan (dibuat tabel), seterusnya data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat masing-masing satu tabel.
10
Anas Sudijono, Pengantar Statisti Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet, 14 h. 196
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Guru Pendidikan Agama Islam Guru pendidikan agama Islam yang ada di SMP Islamiyah Sawangan Depok berjumlah tiga orang diantaranya Aida Maqbullah, S.Pd.I yang mengajar pada kelas VII, Abdul Hafidz, S.Ag yang mengajar pada kelas VIII, dan Zuaini Muttaqien, S.Ag yang mengajar pada kelas IX. Yang saya wawancarai adalah guru pendidikan agama Islam kelas VIII bapak Abdul Hafidz, S.Ag seputar pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Beliau sudah berpengalaman 14 tahun mengajar PAI di SMP Islamiyah Sawangan Depok sejak tahun 1996. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam meningkatkan atau membina akhlak siswa di kemas dengan dua model pembelajaran, diantaranya: pemberian materi pelajaran pendidikan agama Islam dan adanya keterampilan agama yaitu dengan memperbanyak praktek-praktek ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu tujuannya adalah sebagai berikut:
36
37
a. Agar siswa dan siswi bisa merubah akhlak mereka dari yang kurang baik menjadi baik. b. Agar siswa dan siswi bisa Baca Tulis Al-Qur’an dan dapat melaksanakan shalat dengan baik dan benar. 2. Pelaksanaan pembelajaran PAI Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI kelas VII di SMP Islamiyah Sawangan menggunakan berbagai macam metode, diantaranya: a. ceramah b. diskusi c.
praktek.
3. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran PAI a. Adanya siswa dan siswi yang belum bisa Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). b. Siswa dan siswi ini berada pada kondisi ekonomi menengah kebawah, sehingga sulit untuk memaksimalkan pembelajaran PAI agar baik kedepannya. c. Sarana seperti mushola untuk melakukan praktek-praktek ibadah belum sepenuhnya menunjang, di karenakan pembangunannya yang belum selesai sepenuhnya. 1 4. Dukungan Kepala SMP Islamiyah dalam pelaksanaan pembelajaran PAI Adalah menganjurkan siswa dan siswi untuk belajar Baca Tulis AlQur’an melalui pendidikan Iqro di sekolah yang di adakan satu kali dalam seminggu yaitu pada hari minggu. Pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang tergantung pada tingkat bacaan Iqro yang sudah di pelajari siswa dan siswi sebelumnya.
1
Hasil wawancara dengan guru PAI SMP Islamiyah Sawangan Depok, 28/01/2011
38
B. Analisis Data Data statistik yang akan dianalisis adalah skor-skor dari penyebaran angket siswa yang ditemukan dilapangan, kemudian data yang didapat dari setiap item pernyataan dimasukkan ke dalam tabel yang didalamnya terdapat persentase dengan menggunakan rumus: P = F X 100 N Namun untuk mengetahui lebih jelasnya, maka dapat dilihat dalam tabeltabel berikut ini:
Tabel. 1 Urgensi mempelajari PAI Jawaban
NO
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
27
59%
2
Setuju
12
26%
3
Tidak setuju
6
13%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan siswa terhadap pentingnya mempelajari bidang studi Pendidikan Agama Islam bagi umat Islam sangat tinggi 26% menyatakan setuju, 59% menyatakan sangat setuju, 13% siswa yang menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa bidang studi Pendidikan Agama Islam penting untuk dipelajari
39
Tabel. 2 Manfaat mempelajari PAI NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
31
67%
2
Setuju
10
22%
3
Tidak setuju
5
11%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa mengetahui manfaat bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk menambah pengetahuan dan pengalaman ajaran Islam 22% menyatakan setuju, 67% menyatakan sangat setuju, 11% siswa yang menyatakan tidak setuju 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa bidang studi Pendidikan Agama Islam sangat bermanfaat sebagai pengetahuan siswa, selain itu pelajaran Pendidikan Agama Islam memang harus diikuti karena keharusan dari sekolah, tetapi manfaatnya lebih besar mereka rasakan untuk menambah khasanah keilmuan dan pengalaman ajaran Islam.
Tabel. 3 Efektifitas pembelajaran PAI untuk membiasakan berakhlak mulia NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
30
65%
2
Setuju
12
26%
3
Tidak setuju
4
9%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
40
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa pengajaran bidang studi PAI merupakan cara yang efektif untuk membiasakan siswa berakhlak baik dan mulia, 26% menyatakan setuju, 65% menyatakan sangat setuju, 9% siswa yang menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa pengajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam adalah cara yang efektif untuk membiasakan diri untuk berakhlak baik sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu bidang studi PAI pada umumnya relatif sangat minim waktunya, penting sekali untuk diikuti oleh siswa-siswi SMP yang masih tergolong masa peralihan, yang dinantinya dikhawatirkan akan terjerumus atau terpengaruh kepada hal-hal yang negatif. Dalam mengetahui siswa berakhlak baik dan mulia, penulis melakukan pengamatan langsung dengan melihat sikap dan perilakunya sehari-hari selama proses penelitian walaupun ada beberapa siswa yang bersikap sebaliknya.
Tabel. 4 Materi pembelajaran PAI sulit dipelajari NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
2
Sangat setuju
-
-
2
Setuju
8
17%
3
Tidak setuju
34
74%
4
Sangat tidak setuju
4
9%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa materi Pendidikan Agama Islam sulit untuk dipelajari 17% menyatakan setuju, 0% menyatakan sangat setuju, 74% siswa yang menyatakan tidak setuju, 9% sangat tidak setuju. Hal ini berarti kebanyakan dari responden menganggap bahwa materi bidang studi Pendidikan Agama Islam itu tidak sulit untuk dipelajari asalkan mau bersungguh-sungguh dalam belajar.
41
Tabel.5 Allah memperhatikan kita untuk selalu berbuat baik NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
31
67%
2
Setuju
14
31%
3
Tidak setuju
-
-
4
Sangat tidak setuju
1
2%
46
100%
Jumlah
Dengan diajukannya pertanyaan ini diharapkan siswa selalu termotivasi untuk berbuat baik dalam setiap keadaan dan hasilnya ternyata 31% menyatakan setuju, 67% menyatakan sangat setuju, 0% siswa yang menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa dengan sendirinya dapat berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel. 6 Di bimbing atau di bina untuk berakhlak mulia NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Selalu
27
59%
2
Sering
10
22%
3
Kadang-kadang
9
19%
4
Tidak pernah
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa item pertanyaan apakah siswa dibimbing atau dibina untuk berakhlak mulia kebanyakan siswa
59%
menyatakan selalu dibimbing, 22% menyatakan sering, 19% siswa yang menyatakan kadang-kadang, 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini berarti bahwa siswa selalu diberikan bimbingan atau pembinaan untuk berakhlak mulia.
42
Tabel. 7 Bertutur kata yang baik merupakan perbuatan terpuji NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
25
54%
2
Setuju
19
42%
3
Tidak setuju
1
2%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
48
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa bertutur kata yang baik merupakan perbuatan terpuji dan harus dibiasakan sejak kecil yakni 42% siswa menyatakan setuju, 54% menyatakan sangat setuju, 2% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa selalu membiasakan diri untuk bertutur kata yang baik dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan perbuatan terpuji.
Tabel. 8 Sholat berjama’ah Dzuhur dan Ashar di sekolah tidak perlu NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
-
-
2
Setuju
2
4,4%
3
Tidak setuju
37
80,4%
4
Sangat tidak setuju
7
15,2%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa sholat berjama’ah sangat dianjurkan oleh agama Islam dan sholat berjama’ah disekolah adalah salah satu usaha untuk mempererat tali persaudaraan, dalam hal ini 4,4% menyatakan setuju, 80,4% siswa menyatakan tidak setuju, 15,2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa sangat merespon untuk sholat berjama’ah.
43
Tabel. 9 Senang belajar Pendidikan Agama Islam NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
15
33%
2
Setuju
25
54%
3
Tidak setuju
6
13%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa senang belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam 54% siswa yang menyatakan setuju, 33% yang menyatakan sangat setuju, 13% yang menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa dalam mengikuti belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam didasari dengan rasa senang dan gembira. Tabel. 10 Rajin mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
12
26%
2
Setuju
27
59%
3
Tidak setuju
7
15%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa rajin dalam mengikuti pelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam dengan hasil presentasi 59% siswa yang menyatakan setuju, 26% menyatakan sangat setuju, 7% menyatakan tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa mempunyai rasa tanggung jawab dengan rajin mengikuti pelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam.
44
Tabel. 11 Menyontek adalah perbuatan yang curang NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
22
48%
2
Setuju
18
39%
3
Tidak setuju
6
13%
4
Sangat tidak setuju
-
-
48
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa menurut Agama Islam menyontek adalah perbuatan yang curang dengan hasil presentasi 39% siswa yang menyatakan setuju, 48% menyatakan sangat setuju, 13% menyatakan tidak setuju. Hal ini berarti siswa mempunyai kesadaran yang sangat tinggi bahwa menyontek merupakan perbuatan yang curang.
Tabel. 12 Membuang sampah sembarangan tidak baik NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
33
72%
2
Setuju
11
24%
3
Tidak setuju
2
4%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa membuang sampah sembarangan adalah tidak baik 24% siswa yang menyatakan setuju, 72% menyatakan sangat setuju, 4% menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa sangat memperhatikan kebersihan sekitar lingkungannya.
45
Tabel. 13 Disiplin tepat waktu ke sekolah maupun shalat NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
27
59%
2
Setuju
12
26%
3
Tidak setuju
7
15%
4
Sangat tidak setuju
-
-
48
100%
Jumlah
Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa datang tepat waktu kesekolah adalah wajib begitu pula apabila tiba waktu shalat dengan hasil presentasi 26% siswa yang menyatakan setuju, 59% (lebih dari setengah responden) menyatakan sangat setuju, 15% menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa sangat memperhatikan kegiatan ibadah dan taat untuk melaksanakannya. Tabel. 14 Shalat berjama’ah lebih baik dari pada shalat sendiri NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
34
74%
2
Setuju
9
19%
3
Tidak setuju
3
7%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa ada beberapa presentasi yang menyatakan belum adanya kesadaran pada diri siswa akan pentingnya shalat berjama’ah namun demikian 19% siswa menyatakan setuju, 74% menyatakan sangat setuju, 7% menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti banyak di antara siswa yang sangat menyadari akan pentingnya sholat berjama’ah.
46
Tabel. 15 Berpakaian seragam ke sekolah adalah penting NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
28
61%
2
Setuju
13
28%
3
Tidak setuju
5
11%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa berpakaian seragam ke sekolah adalah hal penting agar tidak terjadi perbedaan antara si kaya dan si miskin 28% siswa menyatakan setuju, 61% (lebih dari ½ responden) menyatakan sangat setuju, 5% menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti siswa sangat memperhatikan nilai-nilai sosial.
Tabel. 16 Menggunakan waktu luang atau istirahat dengan baik NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
12
26%
2
Setuju
30
65%
3
Tidak setuju
3
7%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa siswa menggunakan waktu luang atau istirahat untuk berdiskusi sangat tinggi . Hal ini tampak jelas dari hasil presentasi 65% siswa menyatakan setuju, 26% menyatakan sangat setuju, 7% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju.
47
Tabel. 17 Terlambat masuk sekolah dan shalat adalah tindakan baik Jawaban
NO
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
6
13%
2
Setuju
2
4%
3
Tidak setuju
23
50%
4
Sangat tidak setuju
15
33%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa kedisiplinan siswa dapat membantu keberhasilan mereka dalam belajar. Hal ini nampak jelas dari hasil prosentase 4% siswa menyatakan setuju, 13% menyatakan sangat setuju, 50% ( ½ dari responden ) menyatakan tidak setuju, 33% menyatakan sangat tidak setuju. Tabel. 18 Bergaul secara baik dengan kawan berbeda agama NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
13
28%
2
Setuju
27
59%
3
Tidak setuju
5
11%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
48
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa agama Islam mengajarkan kita untuk bergaul secara baik dengan kawan berbeda agama. Hal ini semata-mata agar terciptanya keharmonisan dan kerukunan antar umat beragama dan nampak jelas dari hasil presentasi 59% siswa menyatakan setuju, 28% menyatakan sangat setuju, 11% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju.
48
Tabel. 19 Bertoleransi dan menghormati kawan yang berbeda agama NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
21
46%
2
Setuju
18
39%
3
Tidak setuju
7
15%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa dalam agama Islam mengajarkan untuk bertoleransi dan menghormati kawan yang berbeda agama dengan kita. Telah nampak jelas dari hasil presentasi 39% siswa menyatakan setuju, 46% menyatakan sangat setuju, 15% menyatakan tidak setuju. Hal ini terbukti bahwa telah tumbuh kesadaran di antara siswa akan pentingnya hidup rukun antar umat agama.
Tabel. 20 Kegiatan bakti sosial adalah baik dan perbuatan yang terpuji NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
20
43%
2
Setuju
22
48%
3
Tidak setuju
3
7%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa mengikuti kegiatan bakti sosial adalah baik dan perbuatan terpuji 48% siswa menyatakan setuju, 43% menyatakan sangat setuju, 7% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Hai ini berarti bahwa dalam diri siswa tumbuh rasa empati dan akhlak yang sangat tinggi dan mulia.
49
Tabel. 21 Mengikuti upacara sekolah dan upacara hari besar Jawaban
NO
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
25
54%
2
Setuju
16
35%
3
Tidak setuju
5
11%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa wajib mengikuti upacara disekolah begitu pula dengan hari besar. Hal ini nampak jelas dari hasil prosentase 35% siswa menyatakan setuju, 54% menyatakan sangat setuju, 11% menyatakan tidak setuju. Hal ini berarti siswa setuju bahwa mengikuti upacara sekolah dan upacara hari besar adalah kewajiban mereka sebagai pelajar.
Tabel. 22 Nasehat guru tidak perlu didengar NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
-
-
2
Setuju
5
11%
3
Tidak setuju
28
61%
4
Sangat tidak setuju
13
28%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa tidak sepakat apabila dikatakan nasehat guru perlu diabaikan karena guru bukanlah orang tua kita . Hal ini nampak jelas dari hasil presentasi 5% siswa menyatakan setuju, 0% menyatakan sangat setuju, 61% (lebih dari ½ responden) menyatakan tidak setuju, 28% menyatakan sangat tidak setuju.
50
Tabel. 23 Bersikap sopan dan hormat terhadap guru NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
32
70%
2
Setuju
10
21%
3
Tidak setuju
3
7%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa bersikap sopan dan hormat terhadap guru atau orang yang lebih tua dari kita memang diajarkan dalam Islam. Hal ini nampak jelas dari hasil presentasi 21% siswa menyatakan setuju, 70% menyatakan sangat setuju, 7% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Dari jawaban ini dapat disimpulkan bahwa siswa mempunyai rasa hormat dan sopan yang sangat tinggi. Tabel. 24 Bercanda dalam sholat adalah tidak baik NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
34
74%
2
Setuju
7
15%
3
Tidak setuju
4
9%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa shalat adalah melakukan komunikasi terhadap Allah, dengan demikian disaat shalat harus khusyu dan penuh ketertiban karena dalam shalat terdapat rukun dan syarat syahnya sholat. Hal ini nampak jelas dari hasil presentasi 15% siswa menyatakan setuju, 74% menyatakan sangat setuju, 9% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju.
51
Tabel. 25 Berjudi dan mabuk-mabukan adalah perbuatan keji NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
33
72%
2
Setuju
13
28%
3
Tidak setuju
4
Sangat tidak setuju Jumlah
-
-
46
100%
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa berjudi dan mabuk-mabukan adalah perbuatan yang dilarang oleh agama. Telah nampak jelas dari hasil prosentase yang pilih mereka sangat tepat 28% siswa menyatakan setuju, 72% menyatakan sangat setuju. hal ini berarti bahwa siswa mengetahui hal-hal yang di larang oleh Agama. Tabel. 26 Agama Islam mengajarkan kita untuk hidup berfoya-foya NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
-
-
2
Setuju
-
-
3
Tidak setuju
15
33%
4
Sangat tidak setuju
31
67%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui Islam mengajarkan hambanya untuk dapat memanfaatkan segala sesuatu yang baik, barang atau apapun, bahkan Islam mencap bagi orang yang mubazir atau berfoya-foya/boros dianggap sebagai saudara syaitan. Hal ini nampak jelas dari pertanyaan negatif diperoleh hasil presentasi 33% siswa menyatakan tidak setuju, 67% menyatakan sangat tidak setuju.
52
Tabel. 27 Belajar tekun dalam menuntut ilmu sangat berguna NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
26
56%
2
Setuju
14
31%
3
Tidak setuju
6
13%
4
Sangat tidak setuju
-
-
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa sebagai siswa tugas utama adalah belajar bukan hanya disekolah bahkan dalam setiap keadaan, ketekunan siswa dalam belajar ini dapat di lihat dari hasil presentasi 31% siswa menyatakan setuju, 56% menyatakan sangat setuju, 13% menyatakan tidak setuju Tabel. 28 Memberi sedekah adalah perbuatan yang baik NO
Frekuensi
Presentasi
Sangat setuju
28
61%
Setuju
13
28%
3
Tidak setuju
4
9%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
46
100%
1 2
Jawaban
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa memberi sedekah kepada fakir miskin adalah perbuatan yang baik menurut agama, dari hasil presentasi 28% siswa menyatakan setuju, 61% menyatakan sangat setuju, 9% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa menanmkan sifat dermawan dengan cara bersedekah kepada siapa saja yang membutuhkannya.
53
Tabel. 29 Menjaga kebersihan di lingkungan sekolah NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
10
22%
2
Setuju
30
65%
3
Tidak setuju
5
11%
4
Sangat tidak setuju
1
2%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa menjaga kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini nampak jelas dari hasil presentas 65% siswa menyatakan setuju, 22% menyatakan sangat setuju, 11% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat diambil kesimpulan bahwa siswa-siswi sangat paham dan mengerti akan pentingnya kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Tabel.30 Perlu menggunakan perhiasan dan berpakaian mewah ke sekolah NO
Jawaban
Frekuensi
Presentasi
1
Sangat setuju
-
2
Setuju
5
11%
3
Tidak setuju
20
43%
4
Sangat tidak setuju
21
46%
46
100%
Jumlah
Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa menyatakan ke tidak setujuannya menggunakan perhiasaan dan berpakaian mewah kesekolah karena akan menimbulkan kecemburuan sosial diantara mereka. Hal ini nampak jelas dari hasil prosentase 11% siswa menyatakan setuju, 43% menyatakan tidak setuju, 46% menyatakan sangat tidak setuju.
54
Selanjutnya untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok, maka akan diuraikan sebagai berikut: Tabel 31 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMP Islamiyah Sawangan Depok
Kriteria F
Presentase
43
93%
3
7%
0
0%
N=46
100%
Baik 91-120 Cukup 61-90 Kurang 30-60 Total
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok secara umum baik. Hal ini ditunjukkan pada frekuensi siswa paling banyak ada pada rentang skor baik dengan presentase sebesar 93%. Selebihnya berada pada rentang skor cukup.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari keseluruhan proses penelitian yang telah penulis lakukan mengenai pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Islamiyah Sawangan Depok akhirnya dapat penulis ambil kesimpulan bahwa: Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Islamiyah sawangan Depok secara umum tergolong baik, dari distribusi frekuensi pada rentang nilai berkisar antara (91-120). Hal ini ditunjukkan pada frekuensi siswa paling banyak ada pada rentang skor baik dengan presentase sebesar 93%. Selebihnya berada pada rentang skor cukup.
B. Saran Dengan tidak bermaksud menggurui, penulis mencoba akan memberikan sedikit saran yang mudah-mudahan bisa bersifat membangun yang didasarkan pada hasil dari penelitian ini. 1. Hendaknya Guru lebih meningkatkan mutu pengajaran khususnya bidang studi Pendidikan Agama Islam karena tujuan bidang studi ini bukan karena kewajiban sekolah merupakan pelajaran yang dapat memberikan manfaat dan pedoman hidup siswa baik di dunia maupun di akhirat. 2. Memberikan alokasi waktu sedikit lebih banyak (maksimal) dalam rangka memicu semangat siswa agar selalu berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. 55
56
3. Guru dan komunitas sekolah juga wali murid senantiasa untuk selalu memberikan arahan dan bimbingan pada siswa agar selalu berbuat baik. 4. Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada siswa hendaknya selalu dapat menggunakan metode mengajat yang bervariasi agar dapat menarik minat belajar siswa untuk lebih memperdalam lagi keilmuan tentang Pendidikan Agama Islam. 5. Hendaknya siswa tidak hanya memahami
pembelajaran bidang studi
Pendidikan Agama Islam secara kognif saja tetapi juga di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Tabel
Tabel 1 ............................................................................................................ 38 Tabel 2 ............................................................................................................ 39 Tabel 3 ............................................................................................................ 39 Tabel 4 ............................................................................................................ 40 Tabel 5 ............................................................................................................ 41 Tabel 6 ............................................................................................................ 41 Tabel 7 ............................................................................................................ 42 Tabel 8 ............................................................................................................ 42 Tabel 9 ............................................................................................................ 43 Tabel 10........................................................................................................... 43 Tabel 11........................................................................................................... 44 Tabel 12........................................................................................................... 44 Tabel 13........................................................................................................... 45 Tabel 14........................................................................................................... 45 Tabel 15........................................................................................................... 46 Tabel 16........................................................................................................... 46 Tabel 17........................................................................................................... 47 Tabel 18........................................................................................................... 47 Tabel 19........................................................................................................... 48 Tabel 20........................................................................................................... 48 Tabel 21........................................................................................................... 49 Tabel 22........................................................................................................... 49 Tabel 23........................................................................................................... 50 Tabel 24........................................................................................................... 50 Tabel 25........................................................................................................... 51 Tabel 26........................................................................................................... 51 Tabel 27........................................................................................................... 52 Tabel 28........................................................................................................... 52
iv
Tabel 29........................................................................................................... 53 Tabel 30........................................................................................................... 53 Tabel 31........................................................................................................... 54
iv
ANGKET UNTUK SISWA MENGENAI PEMBINAAN AKHLAK DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I. Petunjuk a. Bacalah dengan teliti seluruh pertanyaan dan alternative jawaban dibawah ini b. Berilah tanda silang (X) a,b,c, atau d yang paling dianggap benar c. Apapun yang kamu berikan tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran kamu disekolah d. Atas kerjasama dan kesediaan siswa –siswi didalm memberikan jawaban yang sebenar-benarnya kami ucapkan terima kasih.
II. Identitas Responden Nama
:
Jenis Kelamin
:
Kelas
:
III.
Pertanyaan
1. Bidang studi Pendidikan Agama Islam penting dipelajari bagi umat Islam a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Bidang studi Pendidikan Agama Islam bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman ajaran Islam. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Pengajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam cara yang efektif untuk membiasakan siswa untuk selalu berakhlak baik dan mulia. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Materi Pendidikan Agama Islam sulit dipelajari. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Allah selalu memperhatikan kita walaupun kita tidak melihatnya, oleh karena itu kita harus selalu berbuat baik. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
6. Siswa dibimbing atau dibina untuk dapat berakhlak mulia. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Menurut Pendidikan Agama Islam bertutur kata yang baik merupakan perbuatan terpuji. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 8. Mengikuti sholat berjamaah Dzuhur dan Ashar disekolah adalah tidak perlu. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Siswa senang belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Siswa rajin belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Menurut Agama Islam menyontek adalah perbuatan yang curang. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
12. Demi kebersihan, membuang sanpah sembarangan adalah tidak baik. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 13. Datang tepat waktu ke sekolah adalah wajib, begitu pula halnya bila tiba waktu sholat. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 14. Sholat berjama’ah lebih baik dari pada sholat sendiri karena selain mendapatkan pahala yang berlipat ganda juga dapat menggalang persatuan dan persaudaraan. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 15. Berpakaian seragam ke sekolah adalah penting agar tidak terjadi perbedaan antara si kaya dan si miskin a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 16. Menggunakan waktu luang atau istirahat sekolah dengan baik seperti diskusi adalah hal yang berguna. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
17. Sering terlambat masuk sekolah dan mengerjakan sholat adalah tindakan baik. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 18. Agama Islam mengajarkan kita untuk bergaul secara baik dengan kawan berbeda agama. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 19. Agama Islam mengajarkan kita untuk bertoleransi dan menghormati kawan yang berbeda agama. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 20. Mengikuti kegiatan bakti sosial adalah baik dan perbuatan yang terpuji. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 21. Kita wajib mengikuti upacara disekolah, begitu pula dengan hari besar agama. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
22. Nasehat guru tidak perlu didengar karena guru bukan orang tua kita. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 23. Siswa wajib bersikap sopan dan hormat terhadap guru sesuai dengan ajaran Islam. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 24. Bercanda dalam sholat adalah tidak baik karena dalam sholat perlu ketertiban. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 25. Berjudi dan mabuk-mabukan adalah perbuatan yang dilarang agama. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 26. Agama Islam mengajarkan kita untuk hidup berfoya-foya. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 27. Sebagai siswa kita perlu belajar tekun dalam menuntut ilmu karena sangat berguna. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
28. Member sedekah kepada fakir miskin adalah perbuatan yang baik menurut Agama a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 29. Kita wajib menjaga kebersihan disekolah karena kebersihan adalah sebagian dari iman. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 30. Memandang perlu menggunakan perhiasaan dan berpakaian mewah ke sekolah. a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
BERITA WAWANCARA Wawancara dilaksanakan pada Hari / tanggal : Responden
:
Tempat
:
Pokok pembicaraan 1. Kapan didirikannya SMP Islamiyah Sawangan Depok dan apa yang melatarbelakangi didirikannya SMP Islamiyah Sawangan Depok? 2. Apa Visi dan Misi dari SMP Islamiyah Sawangan Depok? 3. Bagaimana perkembangan jumlah siswa dan staf pengajar selama 4 tahun kebelakang? 4. Sarana dan prasarana apa saja yang disediakan oleh sekolah untuk menunjang pendidikan? 5. Bagaimana perkembangan kurikulum di SMP Islamiyah Sawangan Depok? 6. Kegiatan ekstrakurikuler apa saja yang dapat mengembangkan bakat dan minat siswa? 7. Bagaimana kegiatan Bimbingan Konseling (BK) di SMP Islamiyah Sawangan Depok?
MATRIKS VARIABEL No 1.
2.
Variabel
Indikator
Penelitian Variabel X
Nilai Raport PAI semester I kelas VIII
(Pendidikan Agama Islam)
SMP Islamiyah Sawangan Depok
Penelitian Variabel Y (akhlak)
a. Penanaman nilai ketakwaan terhadap Tuhan.
b. Kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas.
c. Peningkatan nilai spiritualitas. d. Mengamalkan pelajaran akhlak yang di dapat dari sekolah
No. Item
8, 11, 23, 27, 29
1, 2, 3, 4, 9, 10
5,14,18,19
7, 12,13, 15, 16, 17, 20, 21, 24, 25, 26, 28, 30
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:Ciputat Pers. 2002 Daradjat dkk, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara. 1996 __________________. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV. Ruhama. 1995 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjamahannya, Departemen Agama RI UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006 Depdiknas. Badan Standar Nasional Pendidikan. Tp.2006 Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1994 Furchan, Arief. Nasional
Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1992 Khaeruddin,Cecep. Politik Pendidikan Di Indonesia dalam Abudin Nata: Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa. 2003. Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan agama Islam Berbasisi Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2004 Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 2008 Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004 Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. AlMa’arif. 1986 Muchtar, Heri Jauhari. Fiqih Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005 Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara. 1987
57
58
M. Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988) Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007 Narbuko, Cholid dan Ahmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 2004 Nata, Abuddinata dan Fauzan. Pendidikan dalam Persepektif hadist. Ciputat : UIN Jakarta Press. 2005 ______________. Filsafat Pendidikan I. Ciputat: Logos wacana Ilmu. 1997 ______________. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007 Nizar, Samsul. Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2001 Pasaribu, Amudi. Pengantar Statistik. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983 Purwanto, M.Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung Remaja Rosda Karya. 1992 Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 1994 ________. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005 Sabri, Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya.1999 Sadiman, Arief S. Media Pendidikan :Pengertian Pengembangan, Dan Pemanfaatannya. Jakarta :Rajawali. 1986 Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008 Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada. 1996 ____________. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004 Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006
59
Supranto, J. Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1974. Supriadi, dkk. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Grafika Karya Utama. 2001 Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metoda Teknik. Bandung: Penerbit Tarsito. 1998 Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 2005. Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media. 2006 Usman, M Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Perss. 2002 Wawancara dengan Guru PAI SMP Islamiyah Sawangan 28 Januari 2011 Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing. Jakarta: PT Raja Grafindo. 1995.