OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
MOCHAMAD KURNIAWAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i
ABSTRAK MOCHAMAD KURNIAWAN. Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Dibimbing Oleh Iis Diatin dan Yani Hadiroseyani. Peningkatan produksi ikan gurame khususnya pendederan di wilayah Desa Petir setiap tahun mengalami pasang surut. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan teknis produksi pendederan ikan gurame yang optimal dan analisis finansial untuk menghasilkan keuntungan optimal. Metode yang digunakan berupa studi kasus dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis finansial. Pendugaan efisiensi penggunaan input didapatkan input yang optimal adalah 42 ekor/m2 untuk benih, 0,525 kg/m2 untuk urea, 0,021 kg/m2 untuk kapur, 0,915 kg/m2 untuk postal dan 0,329 untuk tepung pelet. Analisis usaha pendederan ikan gurame pada kondisi optimal adalah R/C 1,78, Pay Back Period 0,58 tahun, Break Even Point sebesar Rp 16.605.224 dan 11.319 ekor. Analisis kriteria investasi dengan skenario optimal sewa lahan kepadatan 42 ekor/m2 merupakan skenario yang paling baik dengan nilai NPV sebesar 175.102.279, Net B/C 6,81 dan IRR sebesar 144%. Analisis sensitivitas dengan merubah harga benih sebesar 20% menunjukkan bahwa usaha masih layak untuk dijalankan. Kata Kunci : Optimalisasi Input Produksi, Budidaya Pendederan, Ikan Gurame --------------ABSTRACT MOCHAMAD KURNIAWAN. Optimizing Inputs On Gurame Fish Nursery Farming Production Osphronemus gouramy in Village Petir Subdistrict Dramaga Regency Bogor. Supervised by Iis Diatin and Yani Hadiroseyani Increased production of gurame, especially in the area the Petir Village every year have ups and downs. The purpose of this study to apply the technical production of gurame to optimalization nursery and financial analysis to generate optimal profits. Method used is a case study with intake sample method in the form of purposive sampling. Data Analyse use Cobb-Douglas method and finansial analysys. Estimation of efficiency of input use the optimal input obtained is 42 ekor/m2 for fish seed, 0,525 kg/m2 for urea, 0,021 kg/m2 for lime, 0,915 for postal and 0,329 kg/m2 for flour pellets. Analyse the production of gurame at optimal condition is R/C 1,78, Pay Back Period 0,58 year and break Even Point to Rp 16.605.224 and 11.319 fish seed. Investment analysis criteria with third scenario represent best scenario with value NPV equal to 175.102.279, Net B/C 6,81 and IRR equal to 144 %. Sensitivity analysis by changing the fish seed gurame price by 20% shows that the business is still viable to run. Key Word : Optimizing Input, Nursery Production, Fish Gurame
vii
OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
MOCHAMAD KURNIAWAN
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iii
PERNYATAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
MOCHAMAD KURNIAWAN C14061348
ii
Judul skripsi
:
Optimalisasi input produksi budidaya dalam pendederan ikan gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
Nama Mahasiswa
:
Mochamad Kurniawan
Nomor Pokok
:
C14061348
Disetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Iis Diatin, MM
Ir. Yani Hadiroseyani, MM
Nip. 19630908 199002 2 001
Nip. 19600131 198603 2 002
Diketahui, Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc Nip. 19591222 198601 1 001
Tanggal Lulus : iv
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini telah diselesaikan. Penelitian dengan judul “Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2011 sampai April 2011. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Iis Diatin, MM, Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku dosen pembimbing dan Yuni Puji Hastuti, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji. Selain itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Karyasalemba 4 yang telah memberikan bantuan beasiswa, DPKHA IPB, para responden pembudidaya ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakak, rekanrekan BDP 43, 44, serta rekan-rekan seperjuangan atau satu organisasi yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk melakukan usaha budidaya ikan gurame.
Bogor, Juli 2011 Mochamad Kurniawan
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Mochamad Kurniawan dan dilahirkan di Bogor tanggal 11 Mei 1989 serta merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah SMA Negeri 6 Bogor dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama di tingkat awal penulis memilih program Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya serta minor Pengembangan Usaha Agribisnis. Selama masa perkuliahan penulis aktif diberbagai macam organisasi intra maupun ekstra kampus. Kegiatan tersebut diantaranya adalah menjadi Ketua Komisi C DPM TPB IPB, Ketua Rohis Aquaculture’43, Staff Div HRD Forum Keluarga Muslim FPIK IPB 2007/2008, Kordinator Fund Rishing Bogor Nasheed Centre, Wakil Ketua Fosma (Forum Silaturahmi Mahasiswa) Bogor Alumni ESQ Way 165 2008/2009, Kepala Divisi Olahraga dan Seni Fosma ESQ Way 165 Komisariat IPB 2008/2009, Kordinator Divisi PSDM JPRMI Bogor Barat, Ketua Ikatan Alumni Muslim At-Tarbiyah SMAN 6 Bogor, Pembina IREMA, Event Organizer FOR US (Forum Untuk Semua), Syakaa Organizer, Kesekretariatan IMAGO (Yayasan Inspirasi Muda Bogor) dan DPD PPNSI (Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia) Kota Bogor. Penulis pernah mengikuti berbagai macam pelatihan kepemimpinan, manajemen organisasi maupun pelatihan wirausaha. Penulis juga pernah mendapatkan dana bantuan kegiatan wirausaha dari DPKHA IPB dengan usaha Industri Perbenihan Gurame, serta pernah melaksanakan kegiatan Praktik Lapang Aquaculture di Isaku Koi Farm, Kota Blitar, Jawa Timur. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor “
vi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ………………………………………………………..… x DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….
xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….
xii
I. PENDAHULUAN ……………………………………………………….
1
II. BAHAN DAN METODE ……………………………………………….
4
2.1 Waktu dan Tempat …………………………………………………..
4
2.2 Metode Penelitian …………………………………………………...
4
2.3 Jenis dan Sumber Data ……………………………………………...
4
2.4 Metode Pengambilan Sampel ……………………………………….
5
2.5 Metode Analisis Data ……………...………………………………..
5
2.5.1 Analisis Fungsi Produksi ……………………………………... 2.5.2 Analisis Finansial …………………………………………….. 2.5.2.1 Analisis Usaha ………………………………………... 2.5.2.2 Analisis Kriteria Investasi ………………………….… 2.5.3 Analisis Sensitivitas …………………………………………..
5 9 9 10 12
2.6 Batasan dan Pengukuran …………………………………………….
12
III.HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………...
13
3.1 Kondisi Umum Penelitian …………………………………………..
13
3.1.1 Letak dan Keadaan Umum …………………………………… 3.1.2 Kependudukan ……………………………………………….. 3.1.3 Sarana dan Prasarana ………………………………………….
13 14 15
3.2 Karakteristik Pembudidaya …………………………………………. 3.3 Teknik Pendederan Ikan Gurame ……………...………………….…
16 17
3.3.1 Persiapan Kolam ……………………………………………... 3.3.2 Penebaran Benih …………………………………………….... 3.3.3 Pemeliharaan Ikan ……………………………………………. 3.3.4 Pemberian Pakan ……………………………………………... 3.3.5 Pencegahan Hama dan Penyakit………………………………. 3.3.5 Pemanenan ……………………………………………………. 3.3.6 Pemasaran ……………………………………………………..
17 20 22 23 25 26 27
3.4 Penggunaan Faktor Produksi ………………………………………..
27
3.5 Analisis Pendugaan Faktor Produksi ……………………………..…
28
3.5.1 Analisis Kriteria Statistik …………………………………….
29 viii
3.5.2 Analisis Ekonometrik ……………………………………….. 3.5.3 Kriteria Ekonomi ……………………………………………..
30 32
3.6 Analisis Optimalisasi Penggunaan Input ………………………....…
33
3.7 Analisis Finansial …………………………………………………....
35
3.7.1 Analisis Usaha ……………………………………………….... 3.7.2 Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas …….……. IV. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………..
36 38 45
4.1 Kesimpulan …………………………………………………..……...
45
4.2 Saran ………………………………………………………………...
45
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
46
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
48
ix
DAFTAR TABEL Halaman 1.
4.
Perkembangan Produksi Benih Ikan Berdasarkan Kebutuhan Pada Beberapa Komoditas Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ……. 2 Jumlah Penduduk Desa Petir Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ……………………………………………………………………... 14 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2010 ………...… 15 Sarana dan Prasarana Desa Petir Tahun 2010 …………………………... 15
5.
Perbandingan Padat Tebar Gurame ……………………………….…….
6.
Rata-rata Input dan Output Produksi Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga……………………………………….. 27 Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir ………………………… 29
2. 3.
7. 8.
Nilai Toleransi dan VIF untuk Setiap Variabel Input ………………...…
21
31
9.
Nilai NPM, Input dan Output yang Optimal, serta Nilai Rasio NPM dan P xi pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir 33 ……………………… 10. Kenaikan Biaya Investasi, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Penerimaan, dan Keuntumgan Usaha Pendederan Ikan Gurame di Desa Petir per m2 Kondisi Aktual dan Optimal ……………………………………………. 36 11. Analisis Pendapatan Usaha (Laba Rugi) ……………..…………………
37
12. Kriteria Investasi Pada Skenario 1 …………………..………………….. 40 13. Kriteria Investasi Pada Skenario 2 …………………..………………….. 41 14. Kriteria Investasi Pada Skenario 3 …………………..………………….. 41 15. Kriteria Investasi Pada Skenario 4 …………………..…………………..
42
x
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor………………..…...
2.
Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Padat Tebar Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga ………………………………………..
3. 4. 5. 6.
13
16
Saluran Outlet (a) dan Kemalir dalam Kolam Pendederan Gurame di Desa Petir (b)………………………………….………………………... 18 Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Kapur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga ……………………………………………... 19 Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Urea (a) dan Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan TSP (b) ……………... 20 Benih Gurame (a) dan Proses Aklimatisasi (b) …………………….…... 21
7. 8.
Postal ………...………………………………………………………….. 23 Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Postal di Desa Petir, Kecamatan Dramaga ……………………………………………... 23 9. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Tepung Pelet di Desa Petir, Kecamatan Dramaga ……………………………………….. 24 10. Hasil Panen Gurame ……..……………………………………………... 26 11. Jirigen (Keranjang Panen) ………………………………………………. 26
xi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Peta Produksi Benih Ikan Menurut Kecamatan Kabupaten Bogor ….....
2.
Karakteristik Responden Pembudidaya Pendederan Ikan Gurame Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ………………………...
3.
Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per Musim Tanam Pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir …………
4.
Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil…................................................................................................
5. 6. 7. 8. 9. 10
49 50 51
54 Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Statistical Product and Service Solution ………………………………………………………. 54 Grafik Normal P-Plot Regression Of Output ………………………… 59 Grafik Scaterploot…………………………………………………….. 59 Contoh Perhitungan Input Produksi Optimal ………………………… 60 Nilai Investasi dan Penyusutan Pada Usaha Pendederan Gurame dalam Kondisi Aktual di Desa Petir Tahun 2011 ……………………………. 62 Nilai Investasi dan Penyusutan Pada Usaha Pendederan Gurame dalam Kondisi Optimal di Desa Petir Tahun 2011 …………………………. 62
11. Analisis Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 2011 ……………………………………………………………. 63 12. Penghitungan Analisis Usaha Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir Luas Lahan 883 m2 ……….. 64 13. Kenaikan Harga Benih Berdasarkan Tahun ……………………………
65
14. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m2 dengan Skenario 1 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Petir Tahun 2011 ……………………………………………………………………. 66 15. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis 25 ekor/m2 dengan Skenario 2 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Petir Tahun 2011 ……………...…………………………………………….. 67 16. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m2 dengan Skenario 3 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun 2011 … 68 17. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis 25 ekor/m2 dengan Skenario 4 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun 2011 69 18. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m2, Skenario 1 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun 2011 ………………………………………………… 70 xii
19. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis 25 ekor/m2, Skenario 2 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun 2011 ………………………………………………… 71 20. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m2, Skenario 3 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun 2011 ………………………………………………… 72 21. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25 ekor/m2, Skenario 4 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun 2011 ………………………………………………… 73
xiii
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kebutuhan ikan bagi penduduk Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan
mencapai 10,5 juta ton atau hampir dua kali lipat dari potensi stok ikan laut Indonesia saat ini. Berdasarkan data FAO (2009) dalam Suhana (2010) produksi ikan nasional pada tahun 2006 hanya mencapai sekitar 6,2 juta ton dan pencapaian produksi yang ditargetkan hingga tahun 2010 pun masih belum dapat terealisasi. Menurut Suhana (2010) perikanan budidaya untuk mencapai produksi ikan nasional sampai 350% yang dicanangkan oleh KKP, hendaknya dilakukan dengan mengkaji ulang arah dan kebijakan berdasarkan pendekatan peningkatan produksi ikan. Peningkatan produksi perikanan budidaya yang dicanangkan oleh KKP (2010) untuk komoditas ikan air tawar yakni ikan gurame ditargetkan meningkat sebanyak 127% terhitung dari tahun 2009-2014. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti penerapan teknologi, pembinaan cara budidaya yang efektif, serta pendampingan program terpadu disetiap wilayah seperti yang diterapkan di Kabupaten Bogor. Perikanan yang berkembang pada Kabupaten Bogor hanya merupakan Perikanan Budidaya Darat atau budidaya air tawar baik pada kolamkolam maupun perairan umum. Potensi terbesar untuk budidaya air tawar pada Kabupaten Bogor terletak pada kolam air tenang dengan komoditas ikan gurame, lele, mas, nila, patin dan lain-lain. Penyebaran produksi benih di Kabupaten Bogor pada tahun 2009 menyebar secara merata (Lampiran 1). Produksi benih ikan gurame berdasarkan kebutuhan di wilayah Kabupaten Bogor tercatat bahwa ikan gurame mengalami penurunan sebanyak 60,81% (Tabel 1). Berdasarkan Disnakan (2009) tercatat bahwa di Kabupaten Bogor wilayah Dramaga memproduksi ikan gurame, mas, nila dan bawal. Di wilayah Dramaga, khususnya Desa Petir merupakan wilayah yang cukup dominan dalam memproduksi gurame yakni hampir mencapai 70% memproduksi gurame. Untuk penyebaran benih ikan gurame di Desa Petir pada tahun 2009, benih gurame ukuran 5–8 cm mencapai 40.000 ekor setiap tahun.
1
Tabel 1. Perkembangan Produksi Benih Ikan Berdasarkan Kebutuhan Pada Beberapa Komoditas Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 No
Produksi (Ribu Ekor) 2008 2009 166.502 56.663,19
Jenis Ikan
1
Mas
2
Nila
3
Nilem
4
r (%) -65.97
109.580
35.700,4
-67.42
397
0
-100.00
Mujaer
2.181
693.060
-68.22
5
Gurame
92.282
36.166,890
-60.81
6
Tawes
9.459
5.510,480
-41.74
7
Patin
79.893
26.358,490
-67.01
8
Lele
244.634
62.020,270
-74.65
9
Sepat siam
488
0
-100.00
10
Tambakan
6.051
1.807,47
-70.13
11
Bawal
33.133
622.191,18
1,777.86
744.600
847.112,06
13.77
Jumlah Sumber : Disnakan, 2009
Pencapaian produksi ikan gurame khususnya untuk kegiatan pendederan di wilayah Desa Petir setiap tahun mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan sebagian para pembudidaya beralih profesi menjadi petani palawija dan buruh tani. Oleh karena itu, maka perlu adanya peningkatan kembali produksi gurame pada kegiatan pendederan di wilayah Desa Petir. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan mengalihkan cara budidaya dari tradisional menjadi semi intensif ataupun intensif. Untuk menuju kearah tersebut perlu dilakukan kegiatan budidaya secara optimal dengan mengoptimalkan penggunaan input faktor produksi budidaya. Aspek penggunaan input produksi dapat mempengaruhi output yang dihasilkan. Beberapa hal yang seringkali terjadi dalam kegiatan pendederan gurame terutama untuk para pembudidaya di wilayah Desa Petir meliputi keterbatasan dana, pengelolaan yang masih sederhana, belum mampu mengatur kolam
untuk
kesinambungan
ketersedian
produksi
ikan
dan
keterampilan teknis yang rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka aspek yang ditinjau dalam penelitian ini meliputi : a) Kondisi aktual usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor b) Alokasi penggunaan input produksi yang optimal dan kondisi finansial dengan keuntungan yang maksimal dan c) Prospek pengembangan usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir, 2
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dilihat dari peluang, kendala serta alternatif dari keadaan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat dicapai tujuan berupa : a) Teknis produksi pendederan ikan gurame yang optimal serta menguntungkan berdasarkan hasil analisis lapang di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, b) Analisis alokasi input produksi yang optimal pada budidaya pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan c) Pengembangan usaha produksi yang menggambarkan keuntungan dan kelayakan usaha optimal.
3
II. BAHAN DAN METODE 2.1
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011,
berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2.2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai optimalisasi input
produksi budidaya dalam pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ini adalah berupa studi kasus. Penelitian dengan studi kasus ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter yang khas dari unit yang dianalisis. Metode studi kasus ini merupakan metode yang tepat untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan di daerah yang diteliti. Sehingga diharapkan dapat diterapkan manajemen budidaya yang efektif. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pendederan ikan gurame secara monokultur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jumlah pembudidaya sebanyak 16 orang. 2.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
disajikan dalam bentuk text dan image. Data text yakni berupa angka alphabhet dan angka numerik. Data text yang digunakan yakni berupa faktor input, proses dan output produksi serta sarana produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya gurame. Data image merupakan data yang disajikan dalam bentuk foto, diagram dan sejenisnya untuk menginformasikan keadaan tertentu. Untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan dua cara yakni bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan hasil penelusuran di lapangan dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi identitas serta karakteristik dari pembudidaya, penerapan manajemen budidaya yang dilakukan, input dan output produksi, serta 4
penggunaan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan budidaya. Data sekunder merupakan data penunjang dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh berdasarkan informasi dari instansi dan lembaga terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kantor Desa Petir, dan literatur-literatur. Untuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data monografi Kabupaten Bogor dan data produksi perikanan Kabupaten Bogor. 2.4
Metode Pengambilan Sampel Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling.
Purposive Sampling merupakan penentuan sampel dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun dalam penentuan sampel telah terpilih sebanyak 16 orang yang merupakan pembudidaya di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sampel yang diambil memenuhi kriteria seperti berpengalaman budidaya minimal satu tahun, melakukan budidaya secara monokultur dan melakukan usaha pendederan gurame mulai dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) sampai menghasilkan benih ukuran korek (10-11 cm). 2.5
Metode Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan data yang telah
dikumpulkan mengenai objek permasalahan yang diterapkan kedalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Informasi dan data yang telah terkumpul setelah ditabulasikan kemudian dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis fungsi produksi model Cobb-Douglas dan analisis finansial. 2.5.1 Analisis Fungsi Produksi Analisis fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pendederan gurame dengan penggunaan faktor produksi yang meliputi benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas ini adalah sebagai berikut : Y=
…………………………………………(1) 5
Keterangan : Y = Produksi ikan gurame (ekor) X 1 = Padat tebar benih gurame (ekor/m2) X 2 = Urea (kg) X 3 = TSP (kg) X 4 = Kapur (kg)
X 5 = Postal (kg) X 6 = Tepung Pelet (kg) X 7 = Tenaga Kerja (Jam Kerja) u = Kesalahan e = Logaritma natural, e = 2,718
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah kedalam bentuk linear dengan regresi berganda, persamaan tersebut menjadi : LnY = ln a + b 1 lnX 1 + b 2 lnX 2 + b 3 lnX 3 + b 4 lnX 4 + b 5 lnX 5 + b 6 lnX 6 + b 7 lnX 7
............(2) Elastisitas produksi digunakan untuk adanya perubahan dari produk yang dihasilkan karena perubahan faktor produksi yang digunakan. Nilai b i pada fungsi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas X terhadap Y. Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut : 1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa besar masing-masing faktor produksi (X i ) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : H 0 : b i = 0 (faktor produksi (Xi) tidak berpengaruh terhadap produksi (Y)) H 1 : b i ≠ 0 (faktor produksi (Xi) berpengaruh terhadap produksi (Y)) t hitung = (b i – 0)/Sbi Keterangan : Sb i = standard error dari b b i = koefisien regresi
-
Jika t hitung < t tabel , maka H 0 diterima, artinya X i tidak berpengaruh nyata terhadap Y.
-
Jika t hitung > t tabel , maka H 0 ditolak, artinya X i berpengaruh nyata terhadap Y.
2) Uji statistik f (uji simultan), digunakan untuk mengetahui faktor produksi (X i ) secara bersama mempengaruhi output (Y). Hipotesis yang diuji adalah H 0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H 1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh) 6
F hitung = (JKR/(k-1)) ( JKD / (n-k))
…………………………………………………(3)
Keterangan : JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKD = Jumlah Kuadrat Residual n = Jumlah Sampel k = Jumlah Variabel
-
Jika F hitung < F tabel , maka terima H 0 , artinya faktor produksi secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pada selang kepercayaan tertentu.
-
Jika F hitung > F tabel , maka tolak H 0 , artinya faktor produksi secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pada selang kepercayaan tertentu. Untuk menguji ketepatan pada analisis fungsi produksi dilakukan uji
lanjutan yakni analisis statistik dan dilakukan pula analisis ekonometrik. Adapun fungsi dari analisis ekonometrik adalah untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi
asumsi
normalitas,
multikolinearitas,
homoskedastisitas,
dan
autokorelasi (Santoso, 2000). Normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi yaitu nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas Multikolinearitas adalah permasalahan dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. Cara yang digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah dengan menambah jumlah sampel
dan
mengeluarkan
variabel
yang
memiliki
korelasi
tinggi.
Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi disekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso, 2000). Bila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka model regresi mengalami problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas merupakan masalah yang terjadi pada model regresi jika terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantaranya adalah dengan : a) Menggunakan Weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas. 7
b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan heteroskedastisitas. Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso 2000). Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan 8 maka : 1 < b 1 + b 2 + b 3 + b 4 < 1 ……………………………………………… (4) a. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 < 1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input. b. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 = 1, maka usaha berada dalam keadaan constant return to scale, dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan. c. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 > 1, maka usaha berada dalam keadaan increasing return to scale, dimana proporsi penambahan output yang digunakan akan lebih besar dari penambahan proporsi input. Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu : Π = TR – TC atau pendederan ikan gurame dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu : Π = P y Y – P xi X i
P y (d y /d xi ) = P xi P y PM xi = P xi NPM xi = P xi
………………………………………………….................. (5) 8
2.5.2 Analisis Finansial Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan pada suatu proyek yang dapat ditinjau dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek tersebut. Bagian dari analisis finansial yakni analisis usaha dan analisis kriteria investasi. 2.5.2.1 Analisis Usaha Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung (Rahardi et al., 1998). Analisis usaha terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP). a. Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat didalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : Π=
………….……………………………… (6)
Keterangan : Π Y Xi Py P yi P y .Y P x .ΣX i
= Pendapatan (Rp per panen) = Total Produksi (ekor per panen) = Jumlah input i yang digunakan (unit) = Harga persatuan output (Rp) = Harga persatuan input (Rp) = Penerimaan total (Rp) = Biaya Total (Rp)
b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh
dari
kegiatan
usaha selama periode tertentu
apakah
cukup
menguntungkan atau tidak. Secara matematis analisis biaya imbangan dirumuskan sebagai berikut : R/C =
……………………………………………………………………... (7)
Keterangan : TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp) TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
Dengan kriteria usaha sebagai berikut : 9
-
R/C > 1, usaha menguntungkan R/C = 1, usaha impas R/C = 1, usaha rugi
c. Payback period (PP) Payback period merupakan lama waktu yang dibutuhkan proyek atau usaha untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar pengeluaran awal. Metode payback period menurut Martin, et al. (1991) secara sistematis dinyatakan dalam rumus berikut: Payback Period = d. Analisis Break Event Point (BEP) Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi Break Event Point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan serta dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki. Menurut Martin, et al. (1991) BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis seperti ini: BEP (Nilai Produksi) = BEP (Volume Produksi) =
………………..………… (8) ………………………………….. (9)
Keterangan: TFC = Biaya tetap total (Rp) AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp) = Harga komoditas (Rp per ekor) Py
2.5.2.2 Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Analisis kriteria investasi terdiri dari NPV, Net B/C dan IRR. a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran. Secara matematis NPV dinyatakan dalam rumus berikut : 10
NPV =
………………….……………………………........... (10)
Dengan kriteria usaha sebagai berikut : -
NPV < 0 , usaha tidak layak
-
NPV = 0, usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)
-
NPV > 0, usaha layak untuk dijalankan karena akan dapat menghasilkan keuntungan
Keterangan: Bt Ct i t
= Manfaat unit usaha pada tahun t (Rp) = Biaya usaha pada tahun ke t (Rp) = Discount rate (%) = Umur proyek (5 tahun)
b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negative. Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus : Net B/C =
…………………………………………………(11)
Syarat : Bt – Ct > 0 Ct – Bt < 0 Dengan kriteria usaha : -
Net B/C < 1, berarti usaha itu sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak dan lebih baik mencari alternatif usaha lain yang lebih menguntungkan
-
Net B/C > 1, berarti usaha itu akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan
Keterangan : Bt Ct t i
= Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) = Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) = Umur Proyek (5 tahun) = Discount rate (%)
11
c. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol. Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus IRR = i +
(i’ – i”)
Dengan kriteria usaha: IRR ≥ i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan Keterangan : i’ i” NPV’ NPV”
= discount rate yang menghasilkan NPV+ (%) = discount rate yang menghasilkan NPV- (%) = NPV pada tingkat bunga i’(Rp) = NPV pada tingkat bunga i”(Rp)
2.5.3 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha pendederan ikan gurame, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga pakan. Pakan merupakan faktor produksi yang utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan dalam analisis sensitivitas adalah metode switching value, yaitu mengubah salah satu atau lebih nilai variabel yang dianggap paling sensitive sampai dengan usaha tidak layak untuk dijalankan. 2. 6
Batasan dan Pengukuran
a) Usaha pendederan gurame adalah pemeliharaan benih ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga ukuran korek (10-11 cm). b) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah gurame ukuran korek (10-11 cm). c) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini terdiri dari benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja
12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1
Kondisi Umum Daerah Penelitian Kondisi umum daerah pendederan gurame diwilayah Desa Petir ini
meliputi letak dan keadaan umum, kependudukan, sarana dan prasarana. 3.1.1
Letak dan Keadaan Umum Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat Kabupaten Bogor
dengan luas wilayah 2.437.636 Ha. Kecamatan Dramaga memiliki 10 Desa diantaranya adalah desa Cikarawang, Babakan, Dramaga, Ciherang, Petir, Sukawening, Neglasari, Purwasari, Sukadamai dan Sinarsari. Desa Petir (Gambar 1) merupakan desa yang paling dominan dalam budidaya gurame. Desa Petir memiliki luas 448,25 Ha yang terdiri dari pesawahan 210 Ha, pekarangan 20 Ha, empang 20 Ha, perumahan 190 Ha, makam 4 Ha dan lainnya 8,25 Ha (Data Potensi Desa, 2010). Peta Desa Petir dapat dilihat pada Lampiran 1. Tekstur tanah yang terdapat di daerah Desa Petir yakni berupa tanah liat berpasir hal ini sangat cocok untuk melakukan budidaya. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) tekstur tanah merupakan bagian yang perlu diperhatikan. Jenis tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat berpasir. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang atau dinding kolam.
Sumber : www.perikanan-budidaya.kkp.go.id
Gambar 1. Desa Petir, Kecamatan Dramaga,Kabupaten Bogor 13
Selain itu Desa Petir memiliki ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan air laut, sehingga sangat cocok untuk melakukan budidaya gurame karena menurut Jangkaru (2002) ikan gurame dapat hidup dan tumbuh normal, sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut. Sumber air yang terdapat di Desa Petir terdiri dari 3 sumber air yakni berasal dari PAM sebanyak 155 saluran, sumur gali dan sumur dangkal sebanyak 1.182 saluran, mata air sebanyak 1.829 saluran, sehingga yang paling dominan air berasal dari mata air. Adapun suhu berkisar antara 24-28 oC dengan pH perairan sekitar 6,5-8 (Data potensi Desa, 2010). 3.1.2
Kependudukan Berdasarkan data potensi dan kelurahan tahun 2010 wilayah Desa Petir
memiliki 45 unit rukun tetangga dan 9 unit rukun warga dengan jumlah tempat tinggal sebanyak 2.638 unit. Panjang jalan yang dimiliki oleh Desa yakni 14 km dengan akses penggunaan alat transportasi berupa motor 700 unit, mobil angkutan 24 unit, truk 2 unit dan sedan 2 unit. Jumlah penduduk di wilayah Petir adalah 12.850 orang yang terdiri dari 6.539 orang laki-laki dan 6.311 orang perempuan. Jumlah penduduk Desa Petir jika ditinjau dari tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut : Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Petir Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 % No Pendidikan Orang 11,73 Belum Sekolah 1.510 1 8,20 Tidak Tamat SD/Sederajat 1.055 2 37,83 SD 4.870 3 24,08 SMP 3.100 4 18,02 SMA 2.320 5 0,05 Akademi 6 6 0,09 Universitas / Perguruan Tinggi 12 7 Jumlah 12.873 100 Sumber : Data Potensi Desa, 2010
Jenis pekerjaan di wilayah Desa Petir terdiri atas petani, buruh, penggali, karyawan perusahaan, buruh pabrik, buruh bangunan, pedagang, sopir, ojek, PNS, guru dan pemangkas rambut. Pekerjaan buruh baik itu buruh tani, buruh bangunan maupun buruh pabrik adalah pekerjaan yang paling dominan yakni mencapai 46,18% dan 15,43% bekerja sebagai petani/pembudidaya, sisanya untuk pekerjaan 14
yang lain. Secara rinci jenis pekerjaan dari penduduk di wilayah Desa Petir disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis Pekerjaan Petani (Petani Ikan, Palawija, dll) Buruh Penggali Karyawan Perusahaan Buruh Pabrik Tukang/Buruh Bangunan Pedagang Sopir Tukang Ojek PNS Guru Pemangkas Rambut/Salon Jumlah
Orang
%
568 1.700 12 360 10 550 240 120 58 41 20 2 3.681
15,43 46,18 0,33 9,78 0,27 14,94 6,52 3,26 1,58 1,11 0,54 0,05 100
Sumber : Data Potensi Desa, 2010
3.1.3
Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana merupakan faktor pendukung dari keberhasilan suatu
wilayah. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah Desa Petir adalah tempat ibadah, pos hansip, pelayanan kesehatan, rumah makan, sarana perekonomian dan sarana pendidikan. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4. Selain itu sarana seperti transportasi yang terdapat di Desa Petir didominasi sepeda motor sebanyak 700 unit, angkutan 24 unit, sedan 2 unit dan truk 2 unit dengan panjang jalan yakni 14 km (Data Potensi Desa, 2010). Tabel 4. Sarana dan Prasarana Desa Petir Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Sarana dan Prasarana Masjid Musolah Pos Hansip Posyandu Pos KB Rumah Makan Toko Sarana Pendidikan - TK - RA - SD Negeri - SDIT - SMP Swasta - Pesantren
Jumlah 22 17 30 11 1 2 4 1 1 6 1 1 3
Sumber : Data Potensi Desa, 2010
15
3.2
Karakteristik Pembudidaya Umumnya warga Desa Petir yang menjadi pembudidaya, mereka memiliki
lahan sendiri untuk melakukan usaha budidaya ikan gurame. Usaha tersebut dilakukan perorangan dan sebagian besar merupakan usaha utama. Secara keseluruhan mereka melakukan budidaya ikan gurame dengan menggunakan kolam tanah. Responden pembudidaya ikan gurame berkisar antara 28-65 tahun dengan rata-rata usia 50 tahun. Sebanyak 6 orang dari 16 responden para pembudidaya memiliki pendidikan yang rendah yakni tidak tamat sekolah. Jumlah yang tidak tamat 6 orang, lulusan SD 4 orang, lulusan SMP 3 orang, lulusan SMA 1 orang, Diploma 1 orang dan Sarjana 1 orang. Adapun mengenai pengalaman budidaya rata-rata memiliki pengalaman diatas 2 tahun dan yang paling lama memiliki pengalaman budidaya hingga 30 tahun. Para pembudidaya yang melakukan usaha budidaya ikan gurame ini 50% atau sebanyak 8 orang menjadikan usaha budidaya gurame secara sampingan sedangkan 50% atau sebanyak 8 orang menjadikan sebagai usaha utama. Sebagian besar usaha gurame yang mereka jalankan dilakukan dari hasil memperoleh keuntungan ataupun upah dari bertani dan usaha gurame ini dijadikan pekerjaan sampingan karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan penghasilan.
Gambar 2. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Padat Tebar Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Para pembudidaya gurame di Desa Petir masih tergolong tradisional dan mereka melakukan budidaya berdasarkan pengalaman. Salah satu yang 16
menggambarkan para pembudidaya tergolong tradisional adalah pada aspek utama kegiatan budidaya yakni padat tebar. Korelasi antara padat tebar dengan luas lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya di Desa Petir tidak teratur (Gambar 2). Seharusnya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin banyak jumlah benih yang ditebar. Sehubungan dengan kurangnya memperhitungkan jumlah benih yang ditebar, maka output benih yang dihasilkan oleh para pembudidaya di Desa Petir belum optimal. Sehingga jumlah output benih yang dihasilkan di Desa Petir hanya mencapai 133.500 ekor per musim tanam. Pelatihan ataupun penyuluhan yang diadakan oleh dinas terkait baik itu dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor maupun dari KKP jarang mereka ikuti. Hal ini terbukti dengan 75% atau sebanyak 12 orang belum pernah mengikuti pelatihan dan 25% atau sebanyak 4 orang pernah mengikuti pelatihan. Para pembudidaya gurame di Desa Petir ini memiliki kolam sendiri untuk melakukan usaha budidaya gurame dan sebagian besar mereka menggarap sendiri untuk melakukan usaha. 3.3
Teknik Pendederan Ikan Gurame Pendederan merupakan kegiatan lanjutan setelah proses pembenihan.
Kegiatan pendederan yang dilakukan di Desa Petir dimulai dari pendederan tahap ke 3 hingga tahap ke 5. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2000) pendederan tahap 3 dimulai dari ukuran kuaci/kuku kelingking (2-4 cm) sampai jempol (4-6 cm), pendederan tahap 4 dimulai dari jempol (4-6 cm) sampai silet (68 cm) dan tahap 5 dimulai dari silet (6-8 cm) sampai korek/jinggo (8-11 cm). Adapun tahapan kegiatan pendederan ikan berdasarkan petunjuk teknis budidaya Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2010) dan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di Desa Petir kegiatan pendederan terdiri atas persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan ikan, pemberian pakan, pencegahan hama penyakit, pemanenan dan pemasaran. 3.3.1
Persiapan Kolam Persiapan kolam dilakukan untuk menyiapkan proses budidaya. Kolam
yang digunakan oleh para pembudidaya gurame di Desa Petir yakni berupa kolam tanah dengan ukuran per kolam seluas 80-400 m2. Pada tahapan persiapan kolam 17
ini yang pertama kali dilakukan adalah pengeringan wadah dengan cara membuka saluran outlet (Gambar 3a) dan menutup saluran inlet. Untuk saluran inlet dan outlet digunakan pipa PVC dengan ukuran 3-4 inch karena pipa PVC bersifat tahan lama dan tidak mudah lapuk. Kolam yang sudah kering dibiarkan selama 5 hari. Setelah itu tanah dicangkul lalu diratakan kembali dengan tujuan ketika nanti diairi, tanah menjadi lembut dan lubang-lubang tanah akan tertutup sehingga air tidak akan keluar akibat bocor dari pori-pori tersebut. Selanjutnya tahapan kedua adalah pemeriksaan pematang. Pematang merupakan hal yang sangat penting. Ukuran pematang disesuaikan dengan luas kolam. Semakin luas kolam maka pematang yang dibuat lebih lebar. Pematang yang dibuat dari tanah biasanya ditumbuhi rumput, oleh karena itu rumput yang tumbuh disekitar pematang dibersihkan terlebih dahulu. Berikutnya adalah pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan mudah di ambil. Setelah proses pengeringan dan perbaikan pematang dilakukan kemudian kolam diberi kapur dengan tujuan untuk meningkatkan pH air, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa-senyawa beracun baik organik
maupun
non
anorganik,
merangsang
populasi
dan
aktivitas
mikroorganisme tanah. Proses pengapuran dilakukan dengan cara menebarkannya pada sisi kolam. Dosis kapur yang digunakan oleh para pembudidaya secara keseluruhan belum memenuhi standar nasional karena masih ada yang menggunakan kapur melebihi standar yang ditetapkan.
(a)
(b)
Gambar 3. Saluran Outlet (a) dan Kemalir dalam Kolam Pendederan Gurame di Desa Petir (b) 18
Dosis penggunaan kapur yang digunakan oleh para pembudidaya beragam. Dosis terkecil adalah 0,05 kg/m2 dan terbesar adalah 0,15 kg/m2. Jumlah kapur yang diberikan dihitung berdasarkan luas lahan. Adapun penggunaan kapur jika dihubungkan dengan luas lahan terlihat bahwa semakin luas lahan maka jumlah kapur yang diberikan semakin banyak, namun pada Gambar 4 terlihat adanya korelasi yang tidak teratur, karena pembudidaya di Desa Petir menentukan dosis kapur berdasarkan pengalaman. Sehingga jika dibandingkan dengan Badan Standarisasi Nasional (2000) dosis kapur untuk proses pendederan ikan gurame yang digunakan sebaiknya tidak boleh melebihi ataupun kurang dari 50 gr/m2 atau 0,05 kg/m2.
Gambar 4. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Kapur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Proses selanjutnya adalah pemupukan, yakni dengan mencampurkan urea 1 kg, TSP 1,5 kg dan postal secukupnya. Dosis pemberian pupuk anorganik yang dilakukan oleh para pembudidaya Desa Petir rata-rata hampir sama. Tujuan dari pemupukan ini adalah untuk menumbuhkan pakan alami didalam wadah. Secara aktual penggunaan urea di Desa Petir didasarkan pada jumlah kolam yang dimiliki dan tidak memperhitungkan luasan kolam. Untuk satu kolam diberikan urea sebanyak 1,5 kg. Banyaknya penggunaan urea yang diberikan seharusnya berhubungan dengan luas lahan yang dimiliki. Semakin luas lahan maka penggunaan urea semakin banyak, akan tetapi korelasi antara urea dan luas lahan memiliki hubungan yang berbeda-beda (Gambar 5a). Selanjutnya adalah pemberian TSP. Pemberian TSP secara keseluruhan untuk masing-masing 19
pemudidaya yakni sama yakni 1 kg. Sehingga apabila dilihat pada Gambar 5b korelasi antara luas lahan dengan pemberian TSP tidak berpengaruh.
(a)
(b)
Gambar 5. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Urea (a) dan Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan TSP (b) Setelah proses pemupukan selesai maka dilakukan pengisian air. Sumber air yang digunakan di Desa Petir untuk budidaya ikan berasal dari air permukaan. Air permukaan merupakan air yang mengalir masuk ke kolam mengikuti arah gravitasi dari saluran irigasi yang dialirkan dari mata air ataupun dari sungai. Air yang baik yaitu tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologi dari alam, industri, pemukiman dan pertanian (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Pengisian air pada tahapan awal dilakukan hingga mencapai tinggi 60 cm dan berikutnya setelah ukuran gurame bertambah pengisian air hingga mencapai 80 cm. 3.3.2
Penebaran Benih Penebaran benih dilakukan setelah kolam banyak ditumbuhi plankton.
Benih yang ditebar berasal dari pembudidaya diwilayah Desa Petir, Situ Daun dan Ciseeng dengan ukuran kuaci sekitar 2-2,5 cm (Gambar 6a). Pada proses penebaran benih sebelum melakukan penebaran terlebih dahulu dilakukan proses aklimatisasi selama 45 menit dengan tujuan untuk menghindari stress pada ikan (Gambar 6b). Hal tersebut dilakukan karena menurut Agus (2001) bila penebaran benih yang dibawa menggunakan kantong plastik, maka benih yang akan dimasukkan ke dalam air, secara perlahan-lahan dibiarkan beberapa saat agar suhu
20
yang ada dalam kantong plastik sama dengan suhu air kolam. Kemudian kantong plastik dibuka dan benih gurame dibiarkan keluar dengan sendirinya.
(a)
(b)
Gambar 6. Benih gurame (a) dan Proses Aklimatisasi (b) Harga benih gurame ukuran 2-2,5 cm adalah Rp. 200 dengan bobot 2,5-3,5 gram. Penebaran benih dilakukan pada sore hari karena air didalam kolam memiliki suhu yang hangat yakni 27-28oC. Penentuan padat tebar tidak diperhitungkan berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya. Sehingga padat tebar benih ditentukan sendiri oleh pembudidaya gurame Desa Petir berdasarkan modal usaha yang dimiliki dan berdasarkan pengalaman. Secara aktual padat tebar minimal 7 ekor/m2 dan maksimal 25 ekor/m2. Adapun banyaknya benih yang ditebar rata-rata secara keseluruhan padat tebar pembudidaya gurame di Desa Petir adalah 17 ekor/m2. Pembudidaya di Desa Petir jika digolongkan berdasarkan padat tebar memelihara gurame tergolong kepada tradisional. Perbandingan padat tebar disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Padat Tebar Ikan Gurame No Keterangan Tradisional (Aktual) 1 Semi Intensif (Hatimah,et al 1992 dalam 2 Jangkaru, 2002) Intensif (SNI : 01- 6485.3 – 2000) 3
Padat Tebar 17 ekor/m2 25 ekor/m2 60 ekor/m2
Sumber : Data Primer (2011), Jangkaru (2002) dan BSN (2000)
Berdasarkan Tabel 5 maka untuk lebih optimal dalam penggunaan input produksi, maka perlu adanya peningkatan padat tebar. Kepadatan ikan dalam kolam dapat mempengaruhi pertumbuhan, karena ketika kepadatan ikan relatif rendah dan populasi pakan alami mencakupi maka pertumbuhan ikan berada dalam keadaan maksimal (Hepher and Pruginin, 1981).
21
3.3.3
Pemeliharaan Ikan Ikan dipelihara selama 125 hari atau sekitar 4 bulan terhitung dari ukuran
kuaci (2-2,5 cm) hingga korek (10-11 cm). Pada proses pemeliharaan berlangsung tentunya pengelolaan kualitas air pun dilakukan. Pergantian air selama melakukan pemeliharaan umumnya tidak dilakukan. Pergantian air hanya dilakukan pada saat panen saja. Akan tetapi, untuk pembudidaya yang mendapatkan hasil panen dengan nilai SR yang besar yang dilakukan adalah dengan mengganti air selama pemeliharaan paling sedikit satu kali. Pada musim hujan terdapat penanganan khusus ketika memelihara ikan. Hujan yang turun dengan lebat dapat mengganggu keberadaan benih karena hujan bersifat asam. Adapun yang dilakukan ketika musim hujan yakni dengan memberikan kararas (daun pisang kering) dengan cara disebarkan diatas kolam dan ini merupakan cara tradisional. Menurut Saparinto (2008) keasaman pH dapat dinaikkan 1 digit dengan memberikan H 3 PO 4 (asam fostat) sebanyak 0,5 gr untuk 100 liter air dan untuk menaikkan pH 1 digit dengan memberikan sodium bikarbonat sebanyak 0,5 gr untuk 100 liter air. Kondisi pH di Desa Petir berdasarkan Data Potensi Desa (2010) yakni sekitar 6,5-8. Perairan yang produktif adalah perairan yang mempunyai pH antara 6,5-9 (Boyd, 1982). Menurut Anonimous (1995), pH yang baik untuk pertumbuhan ikan gurame adalah 6,2-7,8. Sembilan puluh persen perairan alami memiliki kisaran pH sebesar 6,7-8,2 dan ikan sebaiknya tidak dipelihara pada perairan dengan pH di luar kisaran 6,5-9,0 (Schmittou dan Emeritus, 1993). pH air memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan ikan. Nilai pH yang mematikan bagi ikan yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada pH yang kurang dari 6,5 atau lebih dari 9 dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan (Boyd, 1982). Menurut Khairuman (2003) gurame paling menyukai perairan yang jernih, tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Selain itu gurame tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada kisaran suhu optimal, gurame tidak akan produktif. Ikan mempunyai batas suhu tinggi dan rendah serta suhu optimal untuk pertumbuhan, inkubasi telur, konversi makanan dan resistensi/ketahanan terhadap penyakit tertentu. Batas optimim suhu 22
sangat bergantung pH, kandungan oksigen dan faktor lain seperti ketinggian tempat, kedalaman air dan cuaca. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 2530oC (Badan Standardisasi Nasional, 2006). 3.3.4
Pemberian Pakan Para pembudidaya gurame Desa Petir memberikan pakan untuk
pemeliharaan gurame dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga ukuran korek (10-11 cm) yakni berupa postal dan tepung pelet. Postal (Gambar 7) merupakan campuran dari bahan sekam padi, kotoran ayam dan dedak. Postal dapat berfungsi sebagai pupuk tambahan. Pemberian postal dilakukan pada pagi hari yakni sekitar pukul 09.00 WIB setiap hari.
Gambar 7. Postal Dosis penggunaan postal ditentukan berdasarkan perhitungan 1 kg postal untuk 500 ekor ikan gurame. Sehingga korelasi antara penggunaan postal dengan jumlah benih berpengaruh secara nyata (Gambar 8). Semakin banyak jumlah benih yang akan ditebar maka kebutuhan postal akan semakin banyak.
Gambar 8. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Postal di Desa Petir, Kecamatan Dramaga 23
Cara pemberian postal ini yakni dengan menebarkannya ke kolam. Setelah masa pemeliharaan mencapai 85 hari, maka yang diberikan bukan hanya postal akan tetapi diberikan pula tepung pelet. Tepung pelet merk PS-P merupakan pakan benih yang memiliki kandungan protein 40%, lemak 10%, serat kasar 8% dan kadar air 12%. Sebelum tepung pelet diberikan maka tepung dibuat seperti adonan pasta yakni dengan mencampurkan air 250-300 ml kedalam1 kg tepung pelet. Selain itu terkadang para pembudidaya memberikan pakan berupa daun sente yang sudah ditumbuk secara halus. Semakin banyak jumlah benih yang ditebar maka kebutuhan tepung pelet semakin banyak pula. Akan tetapi penggunaan tepung pelet pada masing-masing pembudidaya beragam, sehingga korelasi antara jumlah benih dengan tepung pelet tidak teratur (Gambar 9). Hal ini disebabkan karena para pembudidaya memperhitungkan biaya produksi. Sehingga pemberian tepung pelet disesuaikan dengan kondisi biaya yang dimiliki.
Gambar 9. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Tepung Pelet di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Pemberian pakan untuk gurame menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) untuk gurame ukuran 3-5 cm pakan yang diberikan seharusnya berupa pelet berdiameter 1-2 mm dengan kandungan protein yang disesuaikan dengan ukuran ikan, yakni dengan kadar protein 38%. Sedangkan ukuran ikan 5-15 cm dengan diameter pelet 2-3 mm kadar proteinnya 32%. Para pembudidaya Desa Petir lebih memilih postal karena harga postal sangat terjangkau sedangkan pelet memiliki harga yang cukup tinggi. Sehingga postal dan tepung pelet dipilih sebagai pakan untuk pendederan gurame. 24
3.3.5
Pencegahan Hama dan Penyakit Gurame termasuk jenis ikan yang relatif tahan terhadap serangan hama
dan penyakit. Pemeliharaan gurame secara intensif lebih mudah dalam mengatasi hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit terutama mengancam kelangsungan hidup gurame dari stadium telur, benih, mulai menetas hingga pendederan. Gurame yang dipelihara dalam kolam atau sawah lebih mudah diserang hama (Khairuman, 2003). Umumnya, hama dikenal juga sebagai predator atau pemangsa. Hama terdiri dari hewan atau binatang, baik yang hidup di dalam air maupun yang hidup di darat. Untuk hama yang sering datang pada kolam pendederan gurame di Desa Petir yakni berupa burung pemakan ikan (blekok) yang datang pada saat tengah malam menuju pagi hari. Selain itu ular dan sero juga sekali-kali muncul dikolam dan memakan ikan. Tindakan pencegahan dilakukan secara mekanis yakni dengan membunuh langsung hama tersebut apabila ditemukan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan memasang berbagai jenis perangkap. Menurut Khairuman (2003) pencegahan yang paling efektif adalah menjaga kebersihan kolam dan membatasi seluruh area kolam dengan membuat pagar sehingga hama tidak dapat leluasa masuk ke areal perkolaman. Selain hama tentunya ada pula penyakit yang menyerang ikan gurame. Menurut Khairuman (2003) ada dua kelompok yang dapat menyebabkan ikan sakit. Pertama, penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan penyakit parasiter. Kedua penyakit yang disebabkan bukan oleh jasad hidup melainkan faktor fisika dan kimia perairan atau disebut dengan penyakit nonparasiter. Beberapa jenis jasad renik yang menyebabkan penyakit parasiter adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda (cacing) dan udang renik. Sementara itu penyakit nonparasiter selain disebabkan oleh sifat fisika dan kimia juga disebabkan oleh kualitas pakan yang kurang baik. Untuk penyakit yang cukup terkenal di Desa Petir yakni disebut penyakit asang akibat bakteri Flavobacterium columnare dengan gejala klinis yang terjadi adalah ikan lemas, nafsu makan kurang, sirip/insang rontok. Penanganan yang dilakukan yakni dengan memberikan garam dapur yang sudah dilarutkan dalam air sebanyak 10 kg untuk kolam ikan yang terkena penyakit. 25
3.3.6
Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah pemeliharaan ikan selama 125 hari yakni
sampai ukuran korek (10-11 cm) (Gambar 10). Pemanenan dapat dilakukan pada saat pagi hari ataupun sore hari. Sebelum dipanen ikan terlebih dahulu dipuasakan (tidak diberi pakan) dengan tujuan untuk mengeluarkan kotoran dari perut ikan dan mengurangi stres saat penanganan ikan. Proses pemanenan dilakukan dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air yang masuk diperkecil. Kemudian jaring lembut dipasang pada outlet (lubang pengeluaran) untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit ditengah kolam menuju ke lubang pengeluaran. Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil.
Gambar 10. Hasil Panen Gurame Untuk pengiriman benih jarak dekat, maka ikan dimasukkan ke dalam jirigen (Gambar 11). Sedangkan untuk pengiriman jarak jauh bisa dilakukan dengan 2 cara yakni pengemasan secara terbuka dan secara tertutup.
Gambar 11. Jirigen (Keranjang Panen) Untuk pengemasan tertutup yakni dengan menggunakan plastik panen dan diberi oksigen. Hal yang perlu diperhatikan untuk pengemasan dengan plastik panen untuk jarak jauh adalah padat tebar dalam satu plastik dan plastik kemasan itu 26
sendiri. Plastik kemasan yang digunakan adalah plastik ukuran 10 kg yang tebal, tidak kaku dan tidak mudah sobek serta berwarna putih jernih dengan kepadatan 200-300 ekor/kantong. Akan tetapi untuk pemanenan di Desa Petir biasanya pembeli datang sendiri ke tempat budidaya dan semua alat panen disiapkan oleh pembeli tersebut. 3.3.7
Pemasaran Proses pemasaran yang dilakukan oleh tiap pembudidaya berbeda-beda.
Sebagian pembudidaya ada yang memasarkan hasil panen ke pengumpul, memasarkan ke pembudidaya pembesaran sekitar kecamatan dramaga dan memasarkan ke daerah lain seperti Ciseeng, Parung ataupun ke luar daerah. Benih hasil panen ukuran 10-11 cm atau biasa disebut korek ini dijual dengan harga Rp. 1.200,00. Untuk pemasaran ikan yang dijual ke pengumpul, para pembudidaya tidak perlu menyiapkan alat panen, semua alat panen dan pekerja disiapkan langsung oleh pengumpul. 3.4
Penggunaan Faktor Produksi Budidaya merupakan serangkaian kegiatan untuk memproduksi suatu
produk. Proses keberhasilan produksi yang dilakukan untuk usaha pendederan gurame ini didukung oleh faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil pengamatan faktor internal yang berpengaruh untuk input produksi terdiri dari benih, urea, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari cuaca, suhu, iklim dan lain-lain. Berikut ini data rata-rata penggunaan input usaha pendederan gurame yang disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Input dan Output Produksi Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga No
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Luas Kolam (m2) Benih Gurame (ekor) Urea (kg) TSP (kg) Kapur (kg) Postal (kg) Tepung Pelet (kg) Tenaga Kerja (jam kerja) Output (ekor)
Penggunaan Input Rata-rata input per m2 Min Max Rata-Rata 200 2.250 883 1,0000 4.000 30.000 13.094 14,827 3 14 7 0,008 2 9 4 0,005 10 180 66 0,075 1.000 7.500 3.289 3,724 30 180 76 0,086 188 294 234 0,265 2.500 18.000 8.344 9,448
Sumber : Data Primer, 2011
27
Kolam yang digunakan oleh para pembudidaya yakni berupa kolam tanah dengan rata-rata luas kolam secara keseluruhan adalah 883 m2 dengan kisaran luas kolam yang digunakan 200-2.250 m2. Jumlah kolam yang dimiliki oleh tiap pembudidaya yakni berkisar 2-9 kolam dengan ukuran per kolam masing-masing berkisar 80-400 m2. Berdasarkan perhitungan rata-rata input dan output produksi per m2 yakni benih gurame yang ditebar berkisar 4.000-30.000 ekor per luas kolam dengan padat tebar 15 ekor/m2 (Tabel 6). Usaha budidaya pendederan gurame di Desa Petir termasuk tradisional dan masih perlu dikembangkan menjadi semi intensif. Menurut Hatimah, et al (1992) dalam Jangkaru (2002) padat tebar untuk pendederan gurame adalah 25 ekor/m2. Secara intensif menurut Badan Standarisasi Nasional (2000) bahwa padat tebar ikan gurame yakni 60 ekor/ m2. Urea dan TSP merupakan pupuk non organik yang digunakan saat persiapan wadah. Urea yang digunakan oleh para pembudidaya untuk seluruh kolam yang dimiliki berkisar 3-14 kg dengan rata-rata 7 kg atau menghabiskan 0,008 kg/m2, sedangkan TSP yang digunakan berkisar 2-9 kg dengan rata-rata 4 kg atau menghabiskan 0,005 kg/m2 (Tabel 6). Adapun pakan yang diberikan untuk ikan gurame pada proses pendederan yakni berupa postal. Kisaran pakan postal dari masing-masing pembudidaya per hari yakni 3-11 kg. Besaran tersebut didasarkan dengan jumlah benih yang ditebar pada kolam. Secara keseluruhan dari mulai tebar sampai panen postal yang terpakai yakni berkisar 1000-7.500 kg dengan rata-rata menghabiskan 3,724 kg/m2 atau 3289 kg per panen. Selain postal sebagai tambahan untuk kebutuhan nutrisi dari ikan gurame pakan yang diberikan yakni berupa tepung pelet dengan kisaran 30-180 kg. Tepung pelet yang diberikan rata-rata sebanyak 0,086 kg/m2. Untuk tenaga kerja seluruhnya dikelola oleh seorang pekerja yakni mulai dari persiapan, pemeliharaan dan pemanenan. Adapun biasanya hanya pada tahapan persiapan saja yang menggunakan tenaga kerja dari buruh setempat yakni sebanyak 2-3 orang. Rata-rata pekerja menghabiskan waktu 0,265 jam/m2 dengan nilai upah Rp. 5.000/jam. 3.5
Analisis Penggunaan Faktor Produksi Fungsi produksi menjelaskan adanya hubungan antara vaiabel dependent
(Y) dengan variabel independent (X). Berdasarkan hasil pengamatan pada usaha 28
pendederan gurame di Desa Petir ada beberapa variabel dari input produksi yang diduga mempengaruhi output yang dihasilkan. Variabel tersebut diantaranya adalah benih gurame (X 1 ), urea (X 2 ), TSP (X 3 ), kapur (X 4 ), postal (X 5 ), tepung pelet (X 6 ) dan tenaga kerja (X 7 ). Model yang digunakan dalam analisis fungsi produksi usaha pendederan gurame ini adalah model fungsi produksi CobbDouglas. Hasil analisis dengan meggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) diperoleh hasil koefisien regresi yang menggambarkan elastisitas produksi. Data hasil pendugaan tersebut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir No 1 2 3 4 5 6 7 8
Peubah Intercept X 1 (Benih Gurame) X 2 (Urea) X 3 (TSP) X 4 (Kapur) X 5 (Postal) X 6 (Tepung Pelet) X 7 (Tenaga Kerja)
Koefisien Regresi 0,625 0,752 0,093 -0,065 0,005 0,081 0,172 -0,029
t hitung 0,399 1,120 0,836 -0,412 0,040 0,134 1,021 -0,323
Sumber : Data Primer, 2011 Keterangan : Multiple R Square R square Adjusted R Square Standard Error F hitung F tabel
= = = = = =
0,976 0,952 0,911 0,099 22,832 14,067
Berdasarkan analisis Ordinary Least Square pada Tabel 7, dapat dibuat persamaan linear sebagai berikut : Y = 0,625. (X 1 )0,752. (X 2 )0,093. (X 3 )-0,065. (X 4 )0,005. (X 5 )0, 081.(X 6 )0,174.(X 7 )-0,029 ................................................................................................................ (12) Atau Ln Y = 0,625 + 0,752 Ln X 1 + 0,093 Ln X 2 – 0,065 Ln X 3 + 0,005 Ln X 4 + 0,081 Ln X 5 + 0,174 Ln X 6 – 0,029 Ln X 7 …………………….. (13)
3.5.1
Analisis Kriteria Statistik Berdasarkan hasil analisis pendugaan fungsi produksi dengan model
kuadrat terkecil melalui analisis kriteria statistik diperoleh nilai Multiple R Square 29
0,976 yang menunjukkan bahwa nilai tersebut mendekati satu, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berkorelasi positif. Nilai korelasi positif menjelaskan bahwa apabila nilai input dinaikkan maka akan mempengaruhi kenaikkan nilai output. Nilai R Square 0,952 menunjukkan bahwa dari variabel input (benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja) menjelaskan produksi output sebesar 95,2 %. Sedangkan sisanya yaitu 4,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model fungsi produksi. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,911 menunjukkan bahwa dengan semakin banyak variabel dimasukkan untuk variabel penjelas maka dalam regresi akan mengurangi derajat kebebasan. Adapun nilai standard error yang diperoleh dari hasil analisis model kuadrat terkecil sebesar 0,099 adalah merupakan nilai galat baku dari regresi secara keseluruhan. Nilai F hitung yang diperoleh dari hasil analisis fungsi produksi adalah sebesar 22,832 dan F tabel sebesar 14,067 hal ini menunjukkan bahwa Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel maka tolak H 0 , artinya faktor produksi secara serentak berpengaruh nyata terhadap output yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan pula bahwa model produksi pada persamaan 12 dan 13 dapat digunakan dalam analisis selanjutnya. 3.5.2
Analisis Ekonometrik Analisis ekonometrik merupakan kelanjutan dari analisa statistik. Adapun
fungsi dari analisis ekonometrik adalah untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi
asumsi
normalitas,
multikolinearitas,
homoskedastisitas,
dan
autokorelasi (Santoso, 2000). Untuk analisa kriteria ekonometrik dalam penelitian ini digunakan software SPSS 16.0 (Statistical Product and Service Solution versi 16.0). Hasil analisis diperoleh bahwa pada model regresi terpenuhi asumsi normalitas. Asumsi normalitas ditunjukkan pada grafik Normal P-P Plot of Regression. Terlihat bahwa nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent), dimana data menyebar disekitar garis diagonal dengan mengikuti arah garis tersebut (Lampiran 6) Multikolinearitas dapat diuji dengan melihat nilai toleransi dan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila memiliki nilai toleransi mendekati angka satu dan nilai 30
VIF disekitar angka satu. Hasil pengujian diperoleh data bahwa untuk nilai toleransi tidak ada satupun variabel yang mendekati angka satu dan pada nilai VIF tidak ada satu variabel yang berada disekitar angka satu (Tabel 8). Artinya bahwa variabel seperti benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja pada data mengalami multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dihindari dengan menambah sampel dan mengeluarkan variabel yang memiliki korelasi tinggi. Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan karena sampel penelitian yang diperoleh hanya 16 sampel. Tabel No 1 2 3 4 5 6 7
8. Nilai Toleransi dan VIF untuk Setiap Variabel Input Keterangan Nilai Toleransi Benih Gurame (X 1 ) 0,014 Urea (X 2 ) 0,147 TSP (X 3 ) 0,088 Kapur (X 4 ) 0,345 Postal (X 5 ) 0,016 Tepung Pelet (X 6 ) 0,150 Tenaga Kerja (X 7 ) 0,191
VIF 73,667 6,787 11,310 2,903 63,934 6,684 5,242
Sumber : Data Primer, 2011
Walaupun demikian pada hasil analisis fungsi produksi dengan menggunakan Cobb-Douglas ini, multikolinearitas merupakan masalah yang sulit dihindari. Masalah multikolinearitas dalam suatu analisis dapat diabaikan bila terjadi pada variabel-variabel dengan nilai koefisien regresi yang tidak tinggi. Multikolinearitas yang terjadi pada variabel dengan nilai koefisien regresi yang tidak tinggi ini disebut multikolinearitas yang tidak sempurna. Hasil analisis ekonometrik selanjutnya adalah asumsi model regresi homoskedastisitas yang merupakan variasi dari garis regresi yang konstan untuk nilai variabel X. Apabila tidak terjadi, diduga mengalami heteroskedastisitas yang merupakan adanya ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk melihat terjadinya heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot apakah terdapat pola tertentu pada hasil scatterplot atau tidak ada pola (Lampiran 7). Pada grafik scatterplot terlihat jelas bahwa titik- titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini membuktikan bahwa model regresi pada usaha pendederan gurame di Desa Petir tidak
31
mengalami heteroskedastisitas dan layak digunakan untuk analisis pendugaan fungsi produksi. Pada analisis ekonometrik diperoleh pula nilai Durbin-Watson sebesar 1,880 hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Suatu model regresi yang bebas dari autokorelasi dapat terjadi apabila nilai Durbin-Watson diantara -2 sampai dengan +2. Problem autokorelasi positif terjadi jika pada suatu model regresi nilai Durbin-Watson dibawah -2 sedangkan problem autokorelasi negatif terjadi
apabila
diatas
+2.
Sehingga
autokorelasi
terjadi
akibat
tidak
dimasukkannya variabel penting dalam model atau karena data tidak linear. Apabila suatu model regresi memiliki masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk dipakai. 3.5.3
Kriteria Ekonomi Fungsi produksi dapat dikatakan layak ataupun tidak diketahui dengan
melakukan analisis kriteria ekonomi. Tanda positif pada penggunaan input menunjukkan bahwa output dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah input. Berdasarkan analisis kuadrat terkecil pada Tabel 7 dan persamaan 12 atau 13 menunjukkan bahwa koefisien yang bertanda positif adalah variabel X 1 (benih gurame), X 2 (urea), X 4 (kapur), X 5 (postal) dan X 6 (tepung pelet). Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila dilakukan peningkatan pada variabel tersebut maka akan mempengaruhi peningkatan output sesuai dengan besarnya koefisien yang dimiliki. Untuk yang memiliki tanda negatif adalah variabel X 3 (TSP) dan X 7 (Tenaga Kerja) hal ini menunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan pada variabel tersebut maka akan mengurangi output yang dihasilkan berdasar koefisen yang dimiliki. Nilai elastisitas produksi menunjukkan presentase perubahan, dalam hal ini perubahan input akan mengakibatkan perubahan output. Nilai elastisitas pada variabel X 1 (benih gurame) sebesar 0,752 dapat diartikan bahwa apabila ada penambahan benih gurame sebanyak 1 satuan dengan asumsi input yang lain tetap (cateris paribus) maka output akan meningkat sebanyak 0,752 satuan. Nilai elastisitas X 2 (Urea), X 4 (Kapur), X 5 (postal) dan X 6 (tepung pelet) masing– masing sebesar 0,093 ; 0,005 ; 0,081 dan 0,174 dapat diartikan bahwa apabila ada penambahan pada masing–masing input produksi tersebut sebanyak 1 satuan 32
dengan asumsi input yang lain tetap (cateris paribus) maka masing–masing output akan meningkat sebanyak 0,093 ; 0,005 ; 0,081 dan 0,174. Analisa Return to Scale (RTS) merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah usaha pendederan gurame ini berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Kondisi skala usaha tersebut dapat diketahui dengan cara menjumlahkan besaran elastisitas pada fungsi produksi. Hasil penghitungan penjumlahan besaran elastisitas atas variabel X 1 (benih gurame), X 2 (urea), X 4 (kapur), X 5 (postal) dan X 6 (tepung pelet) adalah sebesar 1,103. Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha pendederan gurame di Desa Petir dalam kondisi increasing to scale yang artinya penambahan proporsi input produksi akan meningkatkan proporsi penambahan output. Dengan demikian usaha pendederan gurame di Desa Petir ini masih berpeluang ditingkatkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. 3.6
Analisis Optimalisasi Penggunaan Input Prinsip optimalisasi penggunaan input adalah upaya yang dilakukan agar
menggunakan input seoptimal mungkin agar menghasilkan output yang maksimal (Soekartawi, 1994). Hasil perhitungan untuk Nilai Produksi Marginal (NPM), input dan output yang optimal serta rasio NPM dengan harga input pada usaha pendederan gurame Desa Petir disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Nilai NPM, Input dan Output yang Optimal, serta Nilai Rasio NPM dan P xi pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir No
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Output (ekor) Benih Gurame (ekor) Urea (Kg) Kapur (Kg) Postal (Kg) Tepung Pelet (Kg)
bi
P xi
0,752 0,093 0,005 0,081 0,174
1200 200 2000 2500 1000 6000
NPM
574,657 135436,293 687,097 245,780 22825,881
NPM/Pxi
2,873 67,718 0,275 0,246 3,804
Aktual per m2
Optimal per m2
9,448 14,827 0,008 0,075 3,724 0,086
34,283 42,601 0,525 0,021 0,915 0,329
Sumber : Data Primer, 2011 Keterangan : : Elastisitas Produksi bi : Harga Produksi P xi NPM : Nilai Produksi Marginal
33
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa harga rata-rata untuk output sebesar Rp. 1.200, benih gurame sebesar Rp. 200, Urea Rp. 2.000, Kapur Rp. 2.500, Postal Rp. 1.000, Tepung Pelet Rp. 6.000 dan Tenaga Kerja Rp. 5.000. Berdasarkan rasio NPM dengan P xi, jika nilai yang dihasilkan kurang dari satu maka penggunaan input produksi belum optimal dan harus dikurangi sedangkan apabila lebih dari satu maka penggunaan input belum optimal dan masih perlu ditambahkan (Soekartawi, 1994). Umumnya pada kondisi aktual penebaran benih tidak memperhitungkan antara jumlah benih yang akan ditebar dengan luasan kolam. Sehingga padat tebar pada masing-masing pembudidaya berbeda. Kolam yang dimiliki pembudidaya dengan ukuran 80 m2 padat tebar mencapai 19-25 ekor/m2 sedangkan kolam dengan ukuran 375-400 m2 padat tebar hanya mencapai 7-15 ekor/m2. Oleh karena itu padat tebar untuk gurame di Desa Petir perlu dilakukan optimalisasi. Sehingga capaian output gurame yang dihasilkan dapat lebih maksimal. Berdasarkan Tabel 9 padat tebar optimal untuk benih gurame yakni sebesar 42 ekor/m2 atau peningkatan jumlah benih pada masing-masing pembudidaya yakni sebanyak 2,873 kali. Peningkatan padat tebar dalam wadah pemeliharaan tentunya perlu mempertimbangkan batas tertentu, apabila melewati batas maka akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan yang akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan,
pemanfaatan
makanan,
pertumbuhan
dan
kelangsungan
hidup
(Wedemeyer, 1996).
Selain benih yang perlu dilakukan optimalisasi yakni urea. Hasil analisis menunjukkan bahwa urea dapat ditingkatkan hingga mencapai 67,718 kali. Penggunaan urea secara optimal sebesar 0,525 kg/m2 dari kondisi aktual 0,008 kg/m2. Penggunaan tepung pelet dapat dinaikkan hingga 3,804 kali dari kondisi aktual 0,086 kg/m2 menjadi 0,329 kg/m2. Perhitungan rasio NPM dan Pxi yang kurang dari satu adalah kapur dan pakan postal dengan masing-masing nilai sebesar 0,275 dan 0,246. Penggunaan input tersebut masih belum optimal sehingga perlu dilakukan pengurangan input untuk menambahkan output yang dihasilkan. Penggunaan kapur untuk mencapai optimal sebesar 0,021 kg/m2 dari kondisi aktual 0,075 kg/m2 perlu dikurangi sebanyak 0,275 kali. Menurut 34
Saparinto (2008) penggunaan dosis kapur yang diberikan untuk budidaya gurame yang baik yakni 0,015-0,025 kg/m2. Penggunaan postal untuk mencapai optimal sebesar 0,915 kg/m2 dari kondisi aktual 3,724 kg/m2 perlu dikurangi sebanyak 0,246 kali. Jika penggunaan input produksi yang optimal ini diterapkan, dimulai dari padat tebar secara aktual 15 ekor/m2 menjadi optimal sebanyak 25 ekor/m2 ataupun 42 ekor/m2 maka output yang dihasilkan pun akan mengalami peningkatan. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup (SR) sebesar 65% maka output yang dihasilkan akan mengalami peningkatan dari 10 ekor/m2 masing– masing menjadi 16 ekor/m2 dan 28 ekor/m2 setiap musim tanam per tahun. Oleh karena itu optimalisasi input produksi dapat menghasilkan output optimal sebesar 42,601 ekor/m2 dari kondisi aktual 14,827 ekor/m2. Berdasarkan analisis Cobb Douglas padat tebar optimal 42 ekor/m2 dan menurut Hatimah, et al (1992) dalam Jangkaru (2002) padat tebar untuk pendederan gurame yakni sebanyak 25 ekor/m2. Berkaitan dengan hal tersebut untuk melakukan peningkatan harus disesuaikan dengan penerapan teknologi budidaya yang cocok. Penerapan teknologi yang dapat digunakan yakni dapat berupa pemeliharaan gurame dengan menggunakan hapa pada kolam, sehingga dengan seperti itu pemberian postal dapat lebih efektif dan dapat dikurangi. Pemberian pakan lebih terpusat pada satu tempat, sehingga gurame dapat terbiasa pada tempat tersebut dan mudah mengetahui letak pakan yang diberikan. Teknologi pemeliharaan gurame dengan hapa ini dapat meningkatkan pertumbuhan benih (Agromedia, 2007). Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan juga ketika adanya peningkatan padat tebar. Penggantian air dapat dilakukan secara berkala sebanyak minimal 2 kali selama pemeliharaan gurame. Menurut Saparinto (2008) pergantian air dapat membantu penggelontoran sisa kotoran dan pakan. Untuk pergantian air sebaiknya tidak menimbulkan arus. 3.7
Analisis Finansial Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan pada suatu proyek
yang dapat ditinjau dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek tersebut. Analisis finansial pada usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir ini meliputi analisis usaha, analisis kriteria investasi dan analisis kriteria sensitivitas. 35
3.7.1
Analisis Usaha Untuk melakukan peningkatan hasil budidaya tentunya membutuhkan
biaya. Berdasarkan tabel 10 adanya peningkatan dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel pada masing–masing kondisi yakni untuk biaya investasi dan biaya tetap pada kondisi aktual Rp. 32.214/m2 (investasi) dan Rp. 3.139/m2 (biaya tetap) menjadi optimal Rp. 38.873/m2 (investasi) dan Rp. 11.496/m2 (biaya tetap) per tahun, yakni dengan musim tanam sebanyak 2 kali dan pola tanam sebanyak 8 siklus per tahun pada 4 buah kolam maka keuntungan yang diperoleh jika pada kondisi aktual Rp. 5.143/m2 meningkat pada kondisi optimal menjadi Rp. 29.129/m2. Tabel 10 Kenaikan Biaya Investasi, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Penerimaan dan Keuntungan Usaha Pendederan Ikan Gurame di Desa Petir per m2 Kondisi Aktual dan Optimal Uraian
Kondisi 2
Aktual (m )
Investasi (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Total Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp) Tambahan Modal (Rp)
32.214 3.139 14.847 23.126 5.143
Optimal (m2) 38.873 11.496 25.833 66.458 29.129 19.342
Kenaikan (%) 121% 366% 174% 287% 566%
Sumber : Data Primer, 2011
Peningkatan biaya tersebut secara keseluruhan terjadi karena adanya peningkatan pada tebar. Sehingga apabila padat tebar ditingkatkan maka akan mempengaruhi biaya produksi. Secara ekonomis peningkatan produksi didapatkan berdasarkan biaya. Sehingga hasil analisis yang diperoleh untuk kenaikan biaya yang paling besar dari aktual ke optimal adalah biaya tetap dengan kenaikan 366%. Analisis usaha pada usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis Payback Period (PP) dan analisis Break Even Point (BEP). 1.
Analisis Pendapatan Usaha Berdasarkan Tabel 11 untuk usaha pendederan gurame Desa Petir secara
aktual memiliki perbedaan biaya baik pengeluaran maupun keuntungan yang diperoleh. Penambahan modal untuk kondisi optimal sebesar Rp 17.079.251/tahun dari kondisi aktual sebesar Rp. 15.881.606/tahun menjadi Rp. 32.960.857/tahun 36
maka keuntungan per tahun jika pada kondisi aktual adalah sebesar Rp. 4.541.753/tahun sedangkan pada kondisi optimal sebesar Rp. 25.721.278/tahun. Pada kondisi aktual keuntungan sebesar Rp. 4.541.753/tahun dirasakan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu sebagian besar para pembudidaya memiliki pekerjaan sampingan dan merasa bahwa usaha gurame yang dijalankan kurang menguntungkan. Tabel 11. Analisis Pendapatan Usaha (Laba Rugi) No A B
C D
Uraian Penerimaan (Per Tahun) Total Penerimaan Pengeluaran (Per Tahun) Biaya Tetap Biaya Variabel Total Pengeluaran Keuntungan Analisis Usaha R/C Pay Back Period (Tahun) Break Even Point (Rp) Break Even Point (ekor)
Kondisi Aktual
Optimal
Kenaikan
20.423.359
58.682.135
287 %
2.771.990 13.109.616 15.881.606 4.541.753
10.150.640 22.810.217 32.960.857 25.721.278
366% 174 % 208% 566%
1,29 1,39 7.740.681 3.964
1,78 0,58 16.605.224 11.319
138% 42 % 215 % 286%
Sumber : Data Primer, 2011
2.
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Analisis ini berguna untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang
diperoleh untuk kegiatan usaha selama periode tertentu apakah usaha yang dijalankan menguntungkan ataupun tidak. Hasil analisis diperoleh pada kondisi aktual nilai R/C adalah 1,29 nilai ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,29. Sedangkan pada kondisi optimal nilai R/C adalah 1,78 ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,78. Nilai R/C pada kondisi aktual dan optimal menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih dari 1 sehingga usaha pendederan ini menguntungkan dan masih dapat dilakukan peningkatan. 3.
Analisis Payback Period (PP) Analisis Payback Period (PP) ini berguna untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan. Pada kondisi aktual 37
diketahui nilai PP sebesar 1,39 tahun atau sekitar 16,68 bulan. Sedangkan pada kondisi optimal nilai PP dari hasil perhitungan sebesar 0,58 tahun atau setara dengan 6,96 bulan (Tabel 11). 4.
Analisis Break Even Point (BEP) Break even point (BEP) menjelaskan tentang nilai suatu penjualan dengan
biaya produksi yang menentukan batas impas suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Hasil analisis diperoleh nilai bahwa untuk usaha pendederan gurame Desa Petir secara aktual nilai impas usaha tersebut berdasarkan jumlah volume dalam bentuk rupiah agar tidak mengalami kerugian nilai penerimaan dan biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 7.740.681 pada kondisi tersebut pembudidaya tidak akan mengalami keuntungan ataupun kerugian. Untuk kondisi optimal yakni sebesar Rp. 16.605.224. Untuk nilai BEP berdasarkan volume dalam bentuk ekor secara aktual diperoleh nilai 3.964 ekor, artinya nilai tersebut menunjukkan apabila penjualan benih hanya memperoleh 3.964 maka usaha tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. Untuk kondisi optimal adalah sebesar 11.319 ekor dan nilai ini menunjukkan batas impas penjualan (Tabel 11). 3.7.2 Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas Analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui seberapa layak usaha pendederan gurame di Desa Petir. Beberapa nilai yang penting untuk analisis kriteria investasi yakni Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Pada penelitian ini analisis kriteria invesatasi dihitung berdasarkan kondisi aktual dan kondisi optimal. Perhitungan kondisi aktual dianalisis tanpa proyek, sedangkan optimal dengan menggunakan proyek. Berikut ini adalah beberapa asumsi dari penelitian optimalisasi penggunaan input produksi budidaya pendederan gurame di desa Petir : 1. Skenario yang dibuat terdiri atas 4 skenario yang terdiri atas : a. Skenario 1 kondisi optimal dengan lahan milik sendiri dengan padat tebar 42 ekor/m2 (Data Primer, 2011) b. Skenario 2 kondisi optimal teknis dengan lahan milik sendiri dengan padat tebar 25 ekor/m2 (Hatimah et, al 1992 dalam Jangkaru 2002) 38
c. Skenario 3 kondisi optimal dengan lahan sewa dengan padat tebar 42 ekor/m2 (Data Primer, 2011) d. Skenario 4 kondisi optimal teknis dengan lahan sewa dengan padat tebar 25 ekor/m2 (Hatimah et, al 1992 dalam Jangkaru 2002) 2. Harga sewa kolam yakni Rp. 600.000/tahun 3. Survival Rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup sebesar 65% 4. Jumlah kolam sebanyak 4 buah, 2 kali panen dengan pola tanam sebanyak 8 siklus dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga korek (10-11 cm). 5. Pada kondisi optimal teknis pakan yang diberikan berupa postal hingga 85 hari dan diberikan pelet hingga 40 hari (penghitungan jumlah pakan = bobot rata-rata ikan x jumlah populasi ikan yang ditanam x % tingkat pemberian pakan (gr atau kg)). 6. Tingkat suku bunga berdasarkan deposito akhir bulan Mei 2011 dari bank BRI sebesar 6%. 7. Umur proyek selama 5 tahun dengan pertimbangan sesuai dengan umur investasi kolam. Penyusunan skenario ini berdasarkan kondisi di Desa Petir yakni rata-rata lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri dan tidak pernah melakukan pinjaman ke pihak bank untuk melakukan usaha budidaya gurame. Skenario kriteria investasi dibuat karena kondisi yang ada pada sebagian besar pembudidaya memiliki lahan sendiri dan untuk modal usaha didapatkan dari hasil usaha yang lain. Selain itu dilakukan pula analisis sensitivitas dengan tujuan untuk mengetahui apakah secara matematis akan terjadi suatu perubahan yang cukup signifikan terhadap penerimaan pendapatan apabila terjadi perubahan dari biaya input produksi. Pada analisis sensitivitas ini asumsi dengan meningkatkan harga benih sebesar 20% hal ini didasarkan dengan adanya kenaikan harga benih dari beberapa tahun sebelumnya (Lampiran 13). Hal ini dilakukan karena benih merupakan faktor produksi yang cukup penting untuk usaha pendederan gurame. 1.
Skenario 1 (Kondisi Optimal Lahan Milik Sendiri) Analisis kriteria investasi pada usaha pendederan gurame di Desa Petir jika
menggunakan skenario pertama, yakni menggunakan lahan milik sendiri. Pada kondisi optimal 42 ekor/m2 diperoleh nilai NPV dengan umur proyek selama 5 39
tahun sebesar Rp. 157.121.952. Nilai NPV ini menunjukkan manfaat bersih selama umur proyek. Net B/C merupakan manfaat bersih tambahan yang diterima proyek dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C pada skenario pertama adalah sebesar 3,70 artinya usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 3,70 pada setiap biaya Rp 1,00 selama 5 tahun. IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). Pada skenario pertama nilai IRR diperoleh sebesar 71% per tahun dari investasi yang ditanamkan selama 5 tahun umur proyek (Lampiran 14). Untuk analisis sensitivitas pada skenario pertama pada kondisi optimal kenaikan harga benih 20% menyebabkan nilai NPV, Net B/C dan IRR untuk proyek selama 5 tahun mengalami perubahan data. Tabel 12. Kriteria Investasi Pada Skenario 1 No Kriteria Investasi Skenario 1 1 NPV 157.121.952 2 Net B/C 3,70 3 IRR (%) 72%
Sensitivitas 141.040.782 3,42 66%
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan Tabel 12 nilai NPV mengalami perubahan yakni dari Rp. 157.121.952 menjadi Rp. 141.040.782. Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis sensitivitas menjadi 3,42 yakni berkurang sebanyak 0,28 dan nilai IRR menurun dari 72% menjadi 66%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan. 2.
Skenario 2 (Kondisi Optimal Teknis Lahan Milik Sendiri) Hasil kriteria investasi pada skenario kedua ini menunjukkan bahwa nilai
NPV dengan umur proyek selama 5 tahun diperoleh sebesar Rp. 103.929.685. Nilai Net B/C pada skenario kedua adalah sebesar 2,78 artinya usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 2,78 kali pada setiap biaya Rp 1,00 selama 5 tahun. IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). Pada skenario kedua ini nilai IRR diperoleh sebesar 50% per tahun dari investasi yang ditanamkan selama lima tahun umur proyek (Lampiran 15).
40
Untuk analisis sensitivitas pada skenario kedua pada kondisi optimal kenaikan harga benih sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama 5 tahun yakni sebesar Rp.96.490.651. Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis sensitivitas menjadi 2,66 yakni berkurang sebanyak 0,12 dan untuk nilai IRR menurun dari 50% menjadi 47% (Tabel 13). Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan. Tabel 13. Kriteria Investasi Pada Skenario 2 No 1 2 3
Kriteria Investasi NPV Net B/C IRR (%)
Skenario 2 103.929.685 2,78 50%
Sensitivitas 96.490.651 2,66 47%
Sumber : Data Primer, 2011
3.
Skenario 3 (Kondisi Optimal Lahan Sewa) Pada skenario ketiga diasumsikan bahwa lahan yang digunakan
merupakan lahan sewa berbentuk kolam. Nilai sewa kolam untuk pertahun yakni sebesar Rp. 600.000. Pada kondisi optimal diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 175.102.279, Net B/C 6,81 dan IRR 144% (Lampiran 16). Untuk analisis sensitivitas pada skenario ketiga pada kondisi optimal kenaikan harga benih sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama 5 tahun yakni sebesar Rp. 162.425.843. Nilai Net B/C menjadi 6,39 yakni berkurang sebanyak 0,42 dan untuk nilai IRR menurun dari 144% menjadi 134% (Tabel 14). Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan. Tabel 14. Kriteria Investasi Pada Skenario 3 No 1 2 3
Kriteria Investasi NPV Net B/C IRR (%)
Cashflow 175.102.279 6,81 144%
Sensitivitas 162.425.843 6,39 134%
Sumber : Data Primer, 2011
41
4.
Skenario 4 (Kondisi Optimal Teknis Lahan Sewa) Pada skenario keempat diasumsikan bahwa lahan yang digunakan
merupakan lahan sewa dan pakan yang diberikan sama dengan pada skenario kedua yakni berupa postal dan pelet. Untuk pemeliharaan selama 85 hari diberi postal dan selanjutnya 40 hari diberikan pelet dengan kandungan protein 26% dan tingkat pemberian pakan 3%. Selain itu teknik budidaya yang diterapkan berupa pemeliharaan ikan dengan menggunakan hapa. Pada kondisi optimal teknis diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 121.910.012, Net B/C 5,05 dan IRR 103%. Untuk analisis sensitivitas pada skenario keempat pada kondisi optimal kenaikan harga benih sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama 5 tahun yakni sebesar Rp. 114.339.909. Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis sensitivitas menjadi 4,79 yakni berkurang sebanyak 0,26 dan untuk nilai IRR menurun dari 103% menjadi 98% (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan. Tabel 15. Kriteria Investasi Pada Skenario 4 No Kriteria Investasi 1 NPV 2 Net B/C 3 IRR (%)
Cashflow 121.910.012 5,05 103%
Sensitivitas 114.339.909 4,79 98%
Sumber : Data Primer, 2011
Secara ekonomis berdasarkan hasil analisis kriteria investasi dengan keempat skenario yang telah dihitung pada usaha pendederan gurame di Desa Petir diperoleh bahwa yang paling besar memberikan manfaat yakni pada kondisi optimal dengan padat tebar 42 ekor/m2 dan menggunakan lahan sewa. Analisis kriteria investasi pada skenario kondisi optimal 42 ekor/m2 dan menggunakan lahan sewa ini memiliki kelayakan yang paling cocok untuk menjalankan usaha. Sehingga dianggap paling layak karena jika dibandingkan dengan skenario pertama, kedua dan keempat nilai Internal Rate of Return (IRR) memberikan manfaat bersih yang paling tinggi. Penerapan skenario padat tebar 42 ekor/m2 dengan lahan sewa tentunya tidak terlepas dari aspek teknis budidaya. Sehingga untuk melakukan optimalisasi 42
dari padat tebar 17 ekor/m2 (aktual) menuju ke 42 ekor/m2 perlu diperhitungkan terutama untuk daya dukung perairan. Peningkatan padat tebar dapat mempengaruhi kualiatas perairan. Batas padat tebar menurut Badan Standarisasi Nasional adalah 60 ekor/m2 dengan teknis budidaya secara intensif. Akan tetapi dengan mempertimbangkan aspek lingkungan serta keadaan di sekitar Desa Petir maka sebagai awalan untuk menjalankan usaha sebaiknya menggunakan skenario dengan padat tebar 25 ekor/m2 dengan lahan sewa. Namun jika ingin mendapatkan keuntungan lebih maksimal lagi maka yang paling cocok adalah dengan menerapkan kondisi optimal padat tebar 42 ekor/m2 dengan lahan sewa. Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa jika peningkatan padat tebar melewati batas tertentu maka akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan, pemanfaatan makanan, menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Sehubungan dengan adanya peningkatan padat tebar maka akan mempengaruhi kondisi lingkungan perairan serta kondisi ikan yang dipelihara seperti pertumbuhan ikan. Menurut Hepher dan Pruginin (1981) pertumbuhan ikan bergantung pada dan beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis dan kemampuan memanfaatkan pakan, ketahanan terhadap penyakit serta lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat penebaran. Peningkatan padat tebar dikolam perairan dapat menyebabkan ruang gerak ikan berkurang, kompetisi dalam mengambil pakan serta akan menyebabkan terjadinya keberagaman ukuran ikan saat dipanen. Sehingga yang diharus diatasi adalah dengan mengoptimalkan penggunaan faktor produksi. Berdasarkan hasil analisis Cobb Douglas maka penggunaan faktor produksi yang sudah optimal adalah TSP dan tenaga kerja. Pemberian pakan yakni berupa postal dapat diberikan secara optimal dengan mempertimbangkan banyaknya postal yang diberikan terhadap jumlah benih yang dipelihara. Pada kondisi optimal padat tebar 42 ekor/m2 pakan yang ditingkatkan yakni tepung pelet dan postal dikurangi. Pemberian postal dilakukan selama 85 hari dan 40 hari diberikan tepung pelet selama pemeliharaan. Untuk mengatasi terjadinya keberagaman ukuran maka sebaiknya luasan kolam dipersempit yakni dengan cara memasang hapa. Sehingga pemberian pakan akan terpusat pada satu titik dan ikan tidak 43
mengeluarkan banyak energi untuk mengambil pakan. Keberagaman ukuran ikan di dalam kolam akan mengakibatkan kompetisi yang semakin besar untuk memperoleh makanan. Sehingga ikan yang berukuran kecil akan dikalahkan oleh ikan ukuran besar, akibatnya ikan menjadi stres yang berdampak pada menurunnya derajat kelangsungan hidup, pertumbuhan, nafsu makan, dan memperbesar peluang terserangnya penyakit (Stickney, 1979). Air sebagai media ikan memiliki peranan yang sangat penting baik kualitas maupun kuantitasnya. Sifat fisika, kimia dan biologi air mencakup mineral, gas terlarut, partikel tersuspensi serta jasad renik dalam air (Meade, 1989). Untuk menjaga kualitas air agar tidak terjadi kematian pada ikan yang perlu dilakukan pada daya dukung perairan adalah berupa meninggikan air, pergantian air minimal satu kali selama pemeliharaan dan memperluas saluran inlet. Agar sifat fisika, kimia dan biologi didalam perairan tidak mengalami perubahan yang begitu signifikan. Berdasarkan analisis ekonomis pada skenario padat tebar 42 ekor/m2 dengan sewa lahan (lampiran 15) nilai NPV lebih besar dari nol dan Net B/C lebih dari satu dan IRR lebih besar dari nilai tingkat suku bunga menunjukkan bahwa usaha pendederan dengan skenario tersebut dapat memberikan keuntungan yang besar serta layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis sensitivitas pada keempat skenario adanya peningkatan harga benih 20% tidak sensitiv terhadap usaha yang dijalankan.
44
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1
Kesimpulan Penggunaan input faktor produksi memberikan pengaruh nyata pada usaha
pendederan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga. Variabel yang digunakan untuk produksi pendederan gurame yakni benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Pada analisis dengan metode Cobb-Douglas variabel yang dianggap sama dengan kondisi aktual adalah TSP dan tenaga kerja. Beberapa aspek teknis budidaya yang dapat dioptimalkan adalah padat tebar yakni 42 ekor/m2, pengurangan jumlah postal, penambahan tepung pelet dan penggunaan urea, TSP serta kapur secara proforsional dan memperhatikan daya dukung perairan. Sehingga yang harus dilakukan adalah dengan menjaga kualitas air seperti meninggikan air, pergantian air secara rutin minimal sekali selama pemeliharaan dan memperluas saluran inlet. Untuk mengoptimalkan agar pakan yang diberikan dapat terserap dengan baik yakni dengan menggunakan hapa selama pemeliharaan dan pengembangan usaha gurame yang optimal dapat dilakukan dengan menerapkan analisis skenario 3 yakni dengan menyewa kolam dan padat tebar gurame 42 ekor/m2. 4.2
Saran Penggunaan input produksi sebaiknya digunakan seoptimal mungkin
dengan harapan memperoleh keuntungan yang maksimal. Sebaiknya perlu ada peningkatan padat tebar benih hingga mencapai 42 ekor/m2, pengaturan dosis pemberian postal serta penerapan teknologi budidaya secara semi intensif, sehingga produksi gurame di Desa Petir dapat ditingkatkan.
45
DAFTAR PUSTAKA Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. Agromedia Pustaka. Jakarta. Agus, G.T.K. 2001. Budidaya Gurami : Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis. Cetakan 1. Agromedia Pustaka. Jakarta. 51 hal. Anonimous. 1995. Pengenalan Jenis-jenis Ikan Perairan Umum Jambi : Bagian I Ikan-ikan Sungai Utama Batang Hari-Jambi. Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jambi. hal 56. Badan Standardisasi Nasional. 2000. Produksi Benih Ikan Gurame (Osphronemus goramy, Lac) Kelas Benih Sebar. (SNI : 01- 6485.3–2000). Jakarta. _______________________. 2006. Produksi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Kelas Pembesaran di Kolam (SNI 01–72412006). Jakarta. _______________________. 2009. Pakan Buatan untuk (Osphronemus goramy, Lac). (SNI 7473:2009). Jakarta.
Ikan
Gurami
Boyd, CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. New York : Elsevier Sci. Publ. Comp Data Potensi Desa. 2010. Data Potensi Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Bogor Disnakan. 2009. Buku Data Perikanan Tahun 2009. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Bogor Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. New York: John Willey and Sons. Jangkaru, Z. 2002. Memacu Pertumbuhan Gurame. Penebar Swadaya Jakarta. 72 hal. Kadariah, L. K dan C. Gray., 1976. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. Khairuman dan Amri. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurami secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 139 hal. __________________. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi Agromedia Pustaka. Jakarta. 358 hal. Martin J D, Petty J W, Keown A J, Scott D F.1991. Basic Financial Management 5th edition. New Jersey, USA: Prentice Hall Inc. 46
Meade JW. 1989. Aquaculture Management. Meade Van Nostrand Reinhoid. Netherland. Rahardi F, Kristiawati R, Nazarudin. 1998. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Santoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. [google book] Saparinto, C. 2008. Panduan Lengkap Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Senjaya, Y T. 2002. Usaha Pembenihan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal. Stikcney RR. 1979. Principle of Warmwater Aquacultur. New York: John Wiley and Sons. Inc. A wiley-Interscience Publication. Suhana. 2010. Reinkarnasi Kebijakan Kelautan http://pk2pm.wordpress.com [25 Mei 2011]
dan
Perikanan.
Susanto, H. 2009. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 196 hal Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo. 258 hlm, Jakarta Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture System. USA: Chapman and Hall
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1. Peta Produksi Benih Ikan Menurut Kecamatan Kabupaten Bogor
49
Lampiran 2. Karakteristik Responden Pembudidaya Pendederan Ikan Gurame Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor No
Nama
Usia
Pendidi kan
Jumlah Isteri
Jumlah Tanggungan
Pengalaman Budidaya
Status Pekerjaan
Pekerjaan Lain
Jenisnya
Mengikuti Penyuluh an
Jumlah Kolam
1
Iyan S
60 Tahun
SMP
1 Orang
3 Orang
15 Tahun
Utama
Tidak Ada
Tidak Ada
Belum
2
2
Ali
37 Tahun
SMP
1 Orang
2 Orang
10 Tahun
Utama
Ada
Belum
2
3
Pepen
53 Tahun
SD
1 Orang
3 Orang
14 Tahun
Utama
Ada
Sudah
4
4
Sukardi
63 Tahun
1 Orang
3 Orang
2 Tahun
Sampingan
Ada
Pedagang
Belum
2
5
Sarta
57 Tahun
1 Orang
3 Orang
13 Tahun
Utama
Ada
Petani Palawija
Belum
5
6
Armat
57 Tahun
7
Husein
8
Petani Palawija Petani Palawija
Status Kepemilikan Lahan Pemilik & Penggarap Pemilik & Penggarap Pemilik & Penggarap
1 Orang
2 Orang
15 Tahun
Utama
Ada
Petani Kacang
Sudah
2
52 Tahun
Tidak Tamat Tidak Tamat Tidak Tamat S1
1 Orang
2 Orang
15 Tahun
Sampingan
Ada
Guru
Sudah
4
Acum
65 Tahun
SMP
1 Orang
1 Orang
20 Tahun
Sampingan
Ada
Belum
6
9
Yaya
50 Tahun
SD
1 Orang
4 Orang
15 Tahun
Sampingan
Ada
Belum
2
10
Udi
52 Tahun
SD
1 Orang
3 Orang
7 Tahun
Sampingan
Ada
Belum
3
Pemilik
11
Oding
49 Tahun
Tidak Tamat
1 Orang
4 Orang
30 Tahun
Sampingan
Ada
Rental Mobil Pedagang Sayuran Pedagang & Penggilingan Padi Pedagang Buah
Belum
6
Pemilik
12
Uday H
36 Tahun
SD
1 Orang
3 Orang
6 Tahun
Utama
Ada
Buruh
Belum
7
13
Rahmat
28 Tahun
SMA
1 Orang
1 Orang
3 Tahun
Utama
Ada
Belum
6
14
Marsudin
52 Tahun
1 Orang
1 Orang
27 Tahun
Sampingan
Ada
Belum
4
15
Ocep
38 Tahun
1 Orang
2 Orang
5 Tahun
Utama
Ada
Petani Kacang
Belum
6
16
Asnan
50 Tahun
1 Orang
2 Orang
23 Tahun
Sampingan
Ada
Wiraswasta
Sudah
9
Tidak Tamat Tidak Tamat D1
Petani Palawija Tani dan Dagang
Pemilik Pemilik & Penggarap Pemilik & Penggarap Pemilik Pemilik Pemilik & Penggarap
Pemilik & Penggarap Pemilik & Penggarap Pemilik & Penggarap Pemilik & Penggarap Pemilik
50
Lampiran 3. Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per Musim Tanam pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir Luas Lahan No (m2)
Benih Gurame Jml (ekor)
Padat tebar (ekor/m2
Harga (Rp/ek or)
Urea Nilai beli
Jumlah (Kg)
Harga/kg
TSP Nilai Beli
Jumlah (Kg)
Harga/kg
Kapur Nilai Beli
Jumlah (Kg)
Harga/kg
Nilai Beli
1
200
4.000
20
200
800.000
3
2.000
6.000
2
2.500
5.000
10
2.500
25.000
2
200
4.000
20
200
800.000
3
2.000
6.000
2
2.500
5.000
10
2.500
25.000
3
320
8.000
25
200
1.600.000
6
2.000
12.000
4
2.500
10.000
16
2.500
40.000
4
360
6.000
17
200
1.200.000
8
2.000
15.000
2
2.500
5.000
18
2.500
45.000
5
400
7.500
19
200
1.500.000
7,5
2.000
15.000
5
2.500
12.500
20
2.500
50.000
6
410
6.000
15
200
1.200.000
3
2.000
6.000
2
2.500
5.000
25
2.500
61.500
7
540
12.000
22
200
2.400.000
6
2.000
12.000
4
2.500
10.000
27
2.500
67.500
8
600
15.000
25
200
3.000.000
9
2.000
18.000
6
2.500
15.000
30
2.500
75.000
9
800
12.000
15
200
2.400.000
3
2.000
6.000
2
2.500
5.000
120
2.500
300.000
10
1.000
15.000
15
200
3.000.000
5
2.000
9.000
3
2.500
7.500
150
2.500
375.000
11
1.150
21.000
18
200
4.200.000
9
2.000
18.000
6
2.500
15.000
81
2.500
201.250
12
1.200
14.000
12
200
2.800.000
11
2.000
21.000
7
2.500
17.500
60
2.500
150.000
13
1.200
18.000
15
200
3.600.000
9
2.000
18.000
6
2.500
15.000
120
2.500
300.000
14
1.500
10.000
7
200
2.000.000
9
2.000
18.000
4
2.500
10.000
75
2.500
187.500
15
2.000
30.000
15
200
6.000.000
6
2.000
12.000
6
2.500
15.000
120
2.500
300.000
2.250 14.130 2.250 200 Min 883 Rata Rata-Rata Input/luas
27.000 209.500 30.000 4.000 13.094
12 271 25 7 17
200
5.400.000 41.900.000 6.000.000 800.000 2.618.750
14 110 14 3 7
2.000
27.000 219.000 27.000 6.000 13.688
9 70 9 2 4
2.500
22.500 175.000 22.500 5.000 10.938
180 1.061 180 10 66
2.500
450.000 2.652.750 450.000 25.000 165.797
16 Jum Max
14,8266
200 200 200
0,0077
2.000 2.000 2.000
0,0049
2.500 2.500 2.500
2.500 2.500 2.500
0,0750
51
Lampiran 3 (Lanjutan) Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per Musim Tanam pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir Pakan Postal Jml (kg)
Harga/kg
Tepung Pelet Nilai Beli
Jml (Kg)
Tenaga Kerja
Harga (Rp/kg)
Nilai beli
Jam Kerja
Output (Gurame 11 -12 cm)
Upah (Rp/Jam)
Nilai Upah
Jml (ekor)
Padat Tebar (ekor/m2)
SR (%)
Harga (Rp)
Nilai Jual
1.000
1.000
1.000.000
30
6.000
180.000
188
5.000
940.000
2.500
13
62,50
1.200
3.000.000
1.000
1.000
1.000.000
30
6.000
180.000
188
5.000
940.000
2.600
13
65,00
1.200
3.120.000
2.000
1.000
2.000.000
60
6.000
360.000
214
5.000
1.070.000
6.000
19
75,00
1.200
7.200.000
1.500
1.000
1.500.000
40
6.000
240.000
188
5.000
940.000
4.000
11
66,67
1.200
4.800.000
1.875
1.000
1.875.000
50
6.000
300.000
212
5.000
1.060.000
5.000
13
66,67
1.200
6.000.000
1.500
1.000
1.500.000
40
6.000
240.000
188
5.000
940.000
4.100
10
68,33
1.200
4.920.000
3.000
1.000
3.000.000
80
6.000
480.000
216
5.000
1.080.000
8.000
15
66,67
1.200
9.600.000
3.750
1.000
3.750.000
60
6.000
360.000
291
5.000
1.455.000
9.000
15
60,00
1.200
10.800.000
2.750
1.000
2.750.000
50
6.000
300.000
189
5.000
945.000
7.000
9
58,33
1.200
8.400.000
3.375
1.000
3.375.000
75
6.000
450.000
196
5.000
980.000
9.000
9
60,00
1.200
10.800.000
6.125
1.000
6.125.000
90
6.000
540.000
291
5.000
1.455.000
12.600
11
60,00
1.200
15.120.000
3.500
1.000
3.500.000
105
6.000
630.000
291
5.000
1.455.000
7.700
6
55,00
1.200
9.240.000
4.500
1.000
4.500.000
120
6.000
720.000
286
5.000
1.430.000
12.600
11
70,00
1.200
15.120.000
2.500
1.000
2.500.000
60
6.000
360.000
214
5.000
1.070.000
7.400
5
74,00
1.200
8.880.000
7.500
1.000
7.500.000
150
6.000
900.000
294
5.000
1.470.000
18.000
9
60,00
1.200
21.600.000
6.750
1.000
6.750.000
180
6.000
1.080.000
294
5.000
1.470.000
18.000
8
66,67
1.200
21.600.000
52.625
52.625.000
1.220
7.320.000
3.740
18.700.000
133.500
7.500
1.000
7.500.000
180
6.000
1.080.000
294
5.000
1.470.000
18.000
19
75
1.200
21.600.000
1.000
1.000
1.000.000
30
6.000
180.000
188
5.000
940.000
2.500
5
55
1.200
3.000.000
3.289
1.000
3.289.063
76
6.000
457.500
234
5.000
1.168.750
8.344
11
65
1.200
10.012.500
3,7243
0,0863
0,2646
160.200.000
9,4479
52
Lampiran 3 (Lanjutan) Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Prduksi Per Musim Tanam pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir Total Biaya
Pemasukan
Keuntungan
R/C
2.956.000
3.000.000
44.000
1,01
2.956.000
3.120.000
164.000
1,06
5.092.000
7.200.000
2.108.000
1,41
3.945.000
4.800.000
855.000
1,22
4.812.500
6.000.000
1.187.500
1,25
3.952.500
4.920.000
967.500
1,24
7.049.500
9.600.000
2.550.500
1,36
8.673.000
10.800.000
2.127.000
1,25
6.706.000
8.400.000
1.694.000
1,25
8.196.500
10.800.000
2.603.500
1,32
12.554.250
15.120.000
2.565.750
1,20
8.573.500
9.240.000
666.500
1,08
10.583.000
15.120.000
4.537.000
1,43
6.145.500
8.880.000
2.734.500
1,44
16.197.000
21.600.000
5.403.000
1,33 1,42
15.199.500
21.600.000
6.400.500
123.591.750
160.200.000
36.608.250
16.197.000
21.600.000
6.400.500
1,44
2.956.000
3.000.000
44.000
1,01
7.724.484
10.012.500
2.288.016
1,27
53
Lampiran 4. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,9759 R Square 0,9523 Adjusted R Square 0,9106 Standard Error 0,0995 Observations 16 ANOVA Df Regression Residual Total
SS 1,5834 0,0793 1,6627
7 8 15 Coeffici ents
Standard Error
Intercept
0,6252
X Variable 1
0,7515
X Variable 2
MS 0,2262 0,0099
F 22,8324
Significance F 0,0001
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95,0%
Upper 95,0%
1,5636
0,3999
0,6997
-2,9804
4,2309
-2,9804
4,2309
0,6708
1,1203
0,2951
-0,7954
2,2984
-0,7954
2,2984
0,0926
0,1107
0,8363
0,4272
-0,1627
0,3478
-0,1627
0,3478
X Variable 3
-0,0649
0,1577
-0,4118
0,6913
-0,4286
0,2987
-0,4286
0,2987
X Variable 4
0,0046
0,1127
0,0404
0,9688
-0,2553
0,2644
-0,2553
0,2644
X Variable 5
0,0807
0,6050
0,1335
0,8971
-1,3143
1,4758
-1,3143
1,4758
X Variable 6
0,1738
0,1703
1,0205
0,3374
-0,2190
0,5666
-0,2190
0,5666
X Variable 7
-0,0294
0,0909
-0,3228
0,7551
-0,2390
0,1803
-0,2390
0,1803
Lampiran 5. Hasil Pendugaan Fungsi produksi dengan Statistical Product and Service Solution Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Output_
2.3441
.33293
16
Benih_Gurame_
2.7834
.32882
16
Urea
-4.7096
.60488
16
TSP
-5.1723
.54806
16
Kapur
-2.7419
.38850
16
Pakan_Postal
1.3947
.33967
16
Tepung_Pelet
-2.3293
.39007
16
Tenaga_Kerja
-1.0892
.64719
16
54
Lampiran 5 (Lanjutan) Hasil Pendugaan Fungsi produksi dengan Statistical Product and Service Solution Correlations Output
Benih_
Urea
TSP
Kapur
Gurame
Pakan_
Tepung_
Tenaga_
Postal
Pelet
Kerja
Pearson
Output_
1.000
.966
.637
.771
-.253
.957
.864
.744
Correlati
Benih_
.966
1.000
.559
.728
-.182
.988
.822
.711
on
Gurame_ Urea
.637
.559
1.000
.893
-.661
.583
.747
.826
TSP
.771
.728
.893
1.00
-.633
.750
.866
.839
0 Kapur
-.253
-.182
-.661
-.633
1.000
-.252
-.426
-.492
Pakan_
.957
.988
.583
.750
-.252
1.000
.812
.702
.864
.822
.747
.866
-.426
.812
1.000
.830
.744
.711
.826
.839
-.492
.702
.830
1.000
.
.000
.004
.000
.172
.000
.000
.000
.000
.
.012
.001
.250
.000
.000
.001
Urea
.004
.012
.
.000
.003
.009
.000
.000
TSP
.000
.001
.000
.
.004
.000
.000
.000
Kapur
.172
.250
.003
.004
.
.173
.050
.026
Pakan_
.000
.000
.009
.000
.173
.
.000
.001
.000
.000
.000
.000
.050
.000
.
.000
.000
.001
.000
.000
.026
.001
.000
.
Output_
16
16
16
16
16
16
16
16
Benih_
16
16
16
16
16
16
16
16
Urea
16
16
16
16
16
16
16
16
TSP
16
16
16
16
16
16
16
16
Kapur
16
16
16
16
16
16
16
16
Pakan_
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
Postal Tepung_ Pelet Tenaga_ Kerja Sig. (1-
Output_
tailed)
Benih_ Gurame_
Postal Tepung_ Pelet Tenaga_ Kerja N
Gurame_
Postal Tepung_ Pelet Tenaga_ Kerja
55
Lampiran 5 (Lanjutan) Hasil Pendugaan Fungsi produksi dengan Statistical Product and Service Solution Model Summaryb
Model
R
R
.952
Durbin-
of the
Square R Square
.976a
1
Change Statistics
Std. Error
Adjusted
R Square
F
Estimate
Change Change
.09953
.952 22.832
.911
df1
Sig. F
df2 7
Watson
Change 8
.000
1.880
a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Kapur, Pakan_Postal, Urea, Tepung_Pelet, TSP, Benih_Gurame_ b. Dependent Variable: Output_
ANOVAb Model
Sum of Squares Regression
1
Mean Square
F
1.583
7
.226
.079
8
.010
1.663
15
Residual Total
Df
Sig. .000a
22.832
a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Kapur, Pakan_Postal, Urea, Tepung_Pelet, TSP, Benih_Gurame_ b. Dependent Variable: Output_ Coefficientsa Standar Unstandardized
dized
Coefficients
Coeffic
Model
ients B
1 (Consta nt) Benih_ Gurame Urea TSP
Kapur Pakan_ Postal
Std. Error
95% Confidence Interval for B t
Lower
Upper Zero- Part
Bound Bound order ial
1.564
.400
.752
.671
.093
.111
-.065
.158
.005
.113
.005
.081
.605
.082
Statistics
Sig.
Beta
.625
Collinearity
Correlations
Part
Toler ance
VIF
.700 -2.980
4.231
.742 1.120
.295
-.795
2.298
.966 .368 .086
.014 73.667
.168
.836
.427
-.163
.348
.637 .284 .065
.147
-.107 -.412
.691
-.429
.299
.771
.040
.969
-.255
.264 -.253 .014 .003
.133
.897 -1.314
1.476
-
-
.144 .032
.957 .047 .010
6.787
.088 11.310 .345
2.903
.016 63.934
56
Tepung _Pelet Tenaga _Kerja
.174
.170
.204 1.020
.337
-.219
.567
.864 .339 .079
-.029
.091
-.057 -.323
.755
-.239
.180
.744
-
-
.113 .025
.150
6.684
.191
5.242
a. Dependent Variable: Output_ Coefficient Correlationsa Tenaga_
Model
Kerja
1 Correl Tenaga_Kerja
Kapur
Pakan_
Urea
Postal
Tepung_
Benih_
TSP
Pelet
Gurame_
1.000
.122
.264 -.425
-.219
-.003
-.301
.122
1.000
.431 .094
.054
.317
-.504
.264
.431
1.000 -.052
.214
-.097
-.971
Urea
-.425
.094
-.052 1.000
.055
-.569
.111
Tepung_Pelet
-.219
.054
.214 .055
1.000
-.384
-.301
TSP
-.003
.317
-.097 -.569
-.384
1.000
.007
Benih_Gurame_
-.301
-.504
-.971 .111
-.301
.007
1.000
Covari Tenaga_Kerja
.008
.001
.015 -.004
-.003 -4.428E-5
-.018
ances
Kapur
.001
.013
.029 .001
.001
.006
-.038
Pakan_Postal
.015
.029
.366 -.003
.022
-.009
-.394
Urea
-.004
.001
-.003 .012
.001
-.010
.008
Tepung_Pelet
-.003
.001
.022 .001
.029
-.010
-.034
-4.428E-5
.006
-.009 -.010
-.010
.025
.001
-.018
-.038
-.394 .008
-.034
.001
.450
ations Kapur Pakan_Postal
TSP Benih_Gurame_ a. Dependent Variable: Output_
Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions Mod Dimensi Eigenva el
on
lue
Condit Benih_
ion Index
(Constant) Gurame Urea
TSP
Kapur
_ 1
Pakan_ Postal
Tepung_ Tenaga Pelet
Kerja
1
7.648 1.000
.00
.00
.00
.00
.00
.00
.00
.00
2
.304 5.017
.00
.00
.00
.00
.00
.00
.00
.10
3
.028 16.643
.00
.00
.00
.00
.07
.01
.02
.19
4
.015 22.639
.00
.00
.02
.01
.20
.00
.02
.45
5
.003 47.163
.00
.00
.20
.01
.04
.01
.63
.00
57
6 7
8
.001 75.016 .001
.000
115.43 3 276.01 3
.05
.01
.61
.09
.14
.03
.16
.19
.10
.03
.16
.88
.15
.09
.07
.01
.85
.96
.01
.02
.40
.85
.10
.06
a. Dependent Variable: Output_
Residuals Statisticsa Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
Predicted Value
1.4875
2.8158
2.3441
.32490
16
Std. Predicted Value
-2.637
1.452
.000
1.000
16
.052
.095
.069
.015
16
1.1896
2.7974
2.3667
.40214
16
-.19888
.11537
.00000
.07269
16
Std. Residual
-1.998
1.159
.000
.730
16
Stud. Residual
-2.342
2.110
-.041
1.044
16
-.38950
.40644
-.02268
.18923
16
-3.906
2.965
-.085
1.433
16
Mahal. Distance
3.143
12.787
6.563
3.318
16
Cook's Distance
.000
1.673
.302
.583
16
Centered Leverage Value
.210
.852
.438
.221
16
Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: Output_
58
Lampiran 6. Grafik Normal P-Plot Regression Of Output
Lampiran 7. Grafik Scaterploot
59
Lampiran 8. Contoh Perhitungan Input Produksi Optimal LnY
= a + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + b 3 Ln X 3 + b 4 Ln X 4 + b 5 Ln X 5 + b 6 Ln X 6 + b 7 Ln X 7 = 0,6252 + 0,7515 Ln X 1 + 0,0926 Ln X 2 – 0,0649 Ln X 3 + 0,0046 Ln X 4 + 0,0807 Ln X 5 + 0,1738 Ln X 6 – 0,0294 Ln X 7 = 0,6252 + 0,7515 Ln X 1 + 0,0926 Ln X 2 – (0,0649 . -5,1723) + 0,0046 Ln X 4 + 0,0807 Ln X 5 + 0,1738 Ln X 6 – (0,0294 . -1,0892) = 0,6252 + 0,7515 Ln X 1 + 0,0926 Ln X 2 – (0,0649 . -5,1723) + 0,0046 Ln X 4 + 0,0807 Ln X 5 + 0,1738 Ln X 6 – (0,0294 . -1,0892) = 0,6252 +0,7515 Ln X 1 + 0,0926 Ln X 2 – 0,3359 + 0,0046 Ln X 4 + 0,0807 Ln X 5 + 0,1738 Ln X 6 – 0,0320 = 0,2573 +0,7515 Ln X 1 + 0,0926 Ln X 2 +0,0046 Ln X 4 +0,0807 Ln X 5 + 0,1738
Ln X 6 Transformasi dengan ketentuan given, maka bentuk persamaannya menjadi Y = 2,6996. X 1 0,7515 . X 2 0,0926 . X 4 0,0046. X 5 0,0807. X 6 0,1738 Optimalisasi ; Xi = bi . Py. Y Pxi
X 1(Benih Gurame) = 0,7515 . 1200 . 9,4480 = 42,6011 200 X 2(Urea) = 0,0926 . 1200 . 9,4480 = 0,5248 2000 X 4(Kapur) = 0,0046 . 1200 . 9,4480 = 0,0206 2500 X 5(Postal) = 0,0807 . 1200 . 9,4480 = 0,9154 1000 X 6(Tepung Pelet) = 0,1738 . 1200 . 9,4480 = 0,3286 6000 NPM Xi (Nilai Produk Marginal) = bi . Py. Y Xi NPM X 1(Benih Gurame) =0,7515 . 1200 . 9,4480 = 574,6570 14,8266 NPM X 2(Urea) =0,0926 . 1200 . 9,4480 = 135436,2932 0,0077
60
NPM X 4(Kapur) = 0,0046 . 1200 . 9,4480 = 687,0973 0,0751 NPM X 5(Postal) = 0,0807 . 1200 . 9,4480 = 245,7801 3,7243 NPM X 6(Tepung Pelet) = 0,1738 . 1200 . 9,4480 = 22825,8813 0,0863 Tingkat Output optimal Y = 2,6996. X 1 0,7515 . X 2 0,0926 . X 4 0,0046. X 5 0,0807. X 6 0,1738 Y = 2,6996. X 1 0,7515 . X 2 0,0926 . X 4 0,0046. X 5 0,0807. X 6 0,1738 = 2,6996. 42,60110,7515 . 0,52480,0926. 0,02060,0046. 0,91540,0807. 0,32850,1738 = 2,6996. 16,7692. 0,9421. 0,9825. 0,9929. 0,8240 = 34,2825 Skala usaha
= b1 + b2+ b4+ b5 +b6 = b 1(Benih Gurame) + b 2(Urea) + b 4(Kapur) + b 5(Postal) + b 6(Tepung Pelet) = 0,7515 + 0,0926 + 0,0046 + 0,0807 + 0,1738 = 1,1032 (increasing return to scale)
61
Lampiran 9. Nilai Investasi dan Penyusutan Pada Usaha Pendederan Gurame dalam Kondisi Aktual di Desa Petir Tahun 2011 No
Komponen Biaya
I.
Kolam & Saung
1
Lahan Tanah
2
Pembuatan Kolam
II.
Alat Produksi
1 2 3 4 5
Pipa PVC (4 inch) Cangkul Serok Jirigen Baskom
Harga Per Satuan (Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
Nilai Sisa Umur Ekonomis (Rp)
Nilai Penyusutan (Rp)
Jumlah
Satuan
883
m2
30.000
26.490.000
0
0
0
4
kolam
400.000
1.600.000
5
0
320.000
2 1 2 4 2
m unit unit unit unit
40.000 75.000 15.000 20.000 45.000
80.000 75.000 30.000 80.000 90.000 28.445.000
3 10 2 4 5
800 3.000 0 2.000 3.000 8.800
26.400 7.200 15.000 19.500 17.400 405.500
Total
Lampiran 10. Nilai Investasi dan Penyusutan Pada Usaha Pendederan Gurame dalam Kondisi Optimal di Desa Petir Tahun 2011 No
Komponen Biaya
I. 1 2 3 II. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kolam & Saung Lahan Tanah Pembuatan Kolam Rumah Jaga (Saung) Alat Produksi Pipa PVC (4 inch) Cangkul Serok Jirigen Baskom Jirigen Besar Jaring Tabung Oksigen Hapa (2x3 m)
Umur Ekonomis (Tahun)
Nilai Sisa Umur Ekonomis (Rp)
Nilai Penyusutan (Rp)
Nilai Sisa Akhir Proyek (Rp)
Jumlah
Satuan
Harga Per Satuan (Rp)
883 4 1
m2 kolam unit
30.000 400.000 1.500.000
26.490.000 1.600.000 1.500.000
0 5 10
0 0 50.000
0 320.000 145.000
0 0 775.000
m unit unit unit unit unit m unit unit
40.000 75.000 15.000 20.000 45.000 90.000 50.000 1.500.000 200.000
80.000 75.000 30.000 80.000 90.000 180.000 300.000 1.500.000 2.400.000 34.325.000
3 10 2 4 5 8 5 20 10
800 3.000 0 2.000 3.000 6.000 18.000 150.000 60.000 292.800
26.400 7.200 15.000 19.500 17.400 21.750 56.400 67.500 234.000 930.150
28.000 39.000 15.000 62.500 3.000 71.250 18.000 1.162.500 1.230.000 3.404.250
2 1 2 4 2 2 6 1 12 Total
Jumlah Biaya (Rp)
62
Lampiran 11. Analisis Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 2011 Kondisi Keterangan
Aktual Keterangan
Optimal Rp
Keterangan
Rp
Investasi Lahan Tanah Pembuatan Kolam
883
26.490.000
883
4
1.600.000
4
1.600.000
0
1
1.500.000
Rumah Jaga (Saung)
26.490.000
Alat Produksi Pipa PVC (4 inch)
2
80.000
2
80.000
Cangkul
1
75.000
1
75.000
Serok
2
30.000
2
30.000
Jirigen
4
80.000
4
80.000
Baskom
2
90.000
2
90.000
Jirigen Besar
0
2
180.000
Jaring
0
6
300.000
Tabung Oksigen
0
1
1.500.000
0
12
Hapa (2x3 m) Total Investasi
28.445.000
2.400.000 34.325.000
Biaya Tetap Tenaga Kerja (Teknisi)
Rp/thn
2.340.000
Rp/thn
3.744.000
Gaji Pegawai
Rp/thn
0
Rp/thn
4.800.000
PBB
Rp/thn
26.490
Rp/thn
26.490
Pemeliharaan Rumah Jaga
Rp/thn
0
Rp/thn
250.000
Penyusutan
Rp/thn
405.500
Rp/thn
930.150
Perbaikan Kolam
Rp/thn
0
Rp/thn
400.000
Total Biaya Tetap
2.771.990
10.150.640
Biaya Variabel Benih
26.184
75.234
15.046.701
Urea
14
27.371
927
1.853.522
TSP
9
21.875
9
Kapur
133
331.547
36
Postal
6.577
Tepung Pelet
152
5.236.759
6.577.194
21.875 91.122
1.617
1.616.543
914.870
580
3.480.454
Plastik Panen
0
400
600.000
Isi Oksigen
0
1
100.000
Total Biaya Variabel
13.109.616
22.810.217
Modal Kerja
15.881.606
32.960.857
Penerimaan Gurame Ukuran Ngorek (10-11 cm)
17.019
20.423.359
48.902
58.682.135
Total Penerimaan
20.423.359
58.682.135
Keuntungan (Rp)
4.541.753
25.721.278
Keuntungan Per Musim Tanam (Rp)
2.270.876
12.860.639
R/C
1,29
1,78
Pay Back Period (Tahun)
1,39
0,58
7.740.681
16.605.224
3.964
11.319
Analisis Usaha
Break Even Point (Rp) Break Even Point (ekor)
63
Lampiran 12. Perhitungan Analisis Usaha pada Kondisi Aktual dan Optimal pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir Luas Lahan 883 m2 Analisis Usaha pada Kondisi Aktual dalam Setahun Keuntungan = TR - TC = Rp. 20.423.359 – Rp. 15.881.606 = Rp. 4.541.753 R/C
= TR/TC = Rp. 20.423.359/ Rp. 15.881.606 = 1,29
PP
= Total Investasi/Keuntungan x 1 tahun = Rp. 28.445.000/Rp. 4.541.359 x 1 tahun = 1,39 Tahun (16,68 bulan)
BEP Produksi (Rp)
= =
Rp 2.771.990 1- Rp. 13.109.616/Rp. 20.423.359
= Rp 7.740.681 BEP Volume (ekor)
= =
Rp. 2.771.990 Rp.1200-Rp.501
= 3.964 ekor
Analisis Usaha pada Kondisi Optimal dalam Setahun Keuntungan
= TR - TC = Rp 58.682.135 – Rp 32.960.857 = Rp 25.721.278
R/C
= TR/TC = Rp 58.682.135 / Rp 32.960.857 = 1,78
PP
= Total Investasi/Keuntungan x 1 tahun = Rp 34.325.000 /Rp 25.721.278 x 1 tahun = 0,58 tahun (6,96 bulan) 64
BEP Produksi (Rp)
= =
Rp. 10.150.640 1-Rp. 22.810.217/Rp. 58.682.135
= Rp. 16.605.224 BEP Volume (ekor)
= =
Rp.10.150.640 Rp. 1200-Rp. 303
= 11.319 ekor Lampiran 13. Kenaikan Harga Benih Berdasarkan Tahun Tahun Harga Benih Ukuran Kuaci Presentase Kenaikan 2002-2005 Rp. 120-130 2005-2008 Rp. 135-145 12 % 2008-2011 Rp. 165-200 20% Sumber : Data Primer, 2011
65
Lampiran 14. Cash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m2 dengan Skenario 1 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Petir Tahun 2011 No A
Uraian
Tanpa Proyek
Penjualan Benih
Tahun 0
1
2
3
4
5
20.423.359
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
20.423.359
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
62.086.385
Inflow Nilai sisa Total Inflow
B 1
Outflow Biaya Investasi Lahan Tanah Pembuatan Kolam Rumah Jaga (Saung) Pipa PVC (4 inch)
26.490.000
1.600.000
1.600.000
0
1.500.000
80.000
80.000
75.000
75.000
Serok
30.000
30.000
Jirigen
80.000
80.000
Baskom
90.000
90.000
Jaring
0 0
300.000
Tabung Oksigen
0
1.500.000
Hapa (2x3 m)
0
2.400.000
28.445.000
34.325.000
Total Investasi
80.000 30.000 80.000
180.000
0
0
30.000
80.000
Biaya Tetap Tenaga Kerja (Teknisi) Gaji Pegawai PBB Pemeliharaan Rumah Jaga Penyusutan
80.000 -
2.340.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
0
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
0
250.000
250.000
250.000
250.000
250.000 0
405.500
0
0
0
0
Niai Sewa Kolam
0
0
0
0
0
0
Perbaikan Kolam
0
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
2.771.990
9.220.490
9.220.490
9.220.490
9.220.490
9.220.490
5.236.759
15.046.701
15.046.701
15.046.701
15.046.701
15.046.701
Urea
27.371
1.853.522
1.853.522
1.853.522
1.853.522
1.853.522
TSP
21.875
21.875
21.875
21.875
21.875
21.875
Kapur
331.547
91.122
91.122
91.122
91.122
91.122
Postal
6.577.194
1.616.543
1.616.543
1.616.543
1.616.543
1.616.543
Tepung Pelet
914.870
3.480.454
3.480.454
3.480.454
3.480.454
3.480.454
Plastik Panen
0
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
Isi Oksigen
0
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
Total Biaya Tetap 3
26.490.000
Cangkul
Jirigen Besar
2
3.404.250
Biaya Variabel Benih
Total Biaya Variabel
13.109.616
22.810.217
22.810.217
22.810.217
22.810.217
22.810.217
Total Outflow
44.326.606
34.325.000
32.030.707
32.030.707
32.060.707
32.110.707
32.110.707
(23.903.247)
(34.325.000)
26.651.428
26.651.428
26.621.428
26.571.428
29.975.678
(58.228.247)
50.554.675
50.554.675
50.524.675
50.474.675
53.878.925
1,00
0,94
0,89
0,84
0,79
0,75
PV
(58.228.247)
47.693.090
44.993.481
42.421.491
39.980.670
40.261.467
NPV
157.121.952
Net benefit Incremental Net Benefit DF 6%
PV Positif
215.350.199
PV Negatif
(58.228.247)
IRR
72%
Net B/C
3,70
66
Lampiran 15. Cash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis 25 ekor/m2 dengan Skenario 2 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Petir Tahun 2011 No
Uraian
Tanpa Proyek
A
Inflow Penjualan Benih
20.423.359
Tahun 0
1
2
3
4
5
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
Nilai sisa B 1
2
Total Inflow
20.423.359
0
Outflow Biaya Investasi Lahan Tanah Pembuatan Kolam Rumah Jaga (Saung) Pipa PVC (4 inch) Cangkul Serok Jirigen Baskom Jirigen Besar Jaring Tabung Oksigen Hapa (2x3 m)
26.490.000 1.600.000 0 80.000 75.000 30.000 80.000 90.000 0 0 0 0
26.490.000 1.600.000 1.500.000 80.000 75.000 30.000 80.000 90.000 180.000 300.000 1.500.000 2.400.000
Total Investasi
28.445.000
34.325.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
37.841.250
80.000 30.000 80.000
0
0
30.000
80.000
80.000
2.340.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
0
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
0
250.000
250.000
250.000
250.000
250.000 0
Biaya Tetap Tenaga Kerja (Teknisi) Gaji Pegawai PBB Pemeliharaan Rumah Jaga Penyusutan
405.500
0
0
0
0
Niai Sewa Kolam
0
0
0
0
0
0
Perbaikan Kolam
0
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
2.771.990
9.220.490
9.220.490
9.220.490
9.220.490
9.220.490
Total Biaya Tetap 3
3.404.250
Biaya Variabel Benih
5.236.759
8.830.000
8.830.000
8.830.000
8.830.000
8.830.000
Urea
27.371
24.724
24.724
24.724
24.724
24.724
TSP
21.875
35.320
35.320
35.320
35.320
35.320
Kapur
331.547
110.375
110.375
110.375
110.375
110.375
Postal
6.577.194
680.000
680.000
680.000
680.000
680.000
914.870
0
0
0
0
0
Pakan Pelet
0
812.316
812.316
812.316
812.316
812.316
Plastik Panen
0
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
Isi Oksigen
0
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
13.109.616
11.192.735
11.192.735
11.192.735
11.192.735
11.192.735
Tepung Pelet
Total Biaya Variabel Total Outflow
44.326.606
34.325.000
20.413.225
20.413.225
20.443.225
20.493.225
20.493.225
(23.903.247)
(34.325.000)
14.023.775
14.023.775
13.993.775
13.943.775
17.348.025
(58.228.247)
37.927.022
37.927.022
37.897.022
37.847.022
41.251.272
1,00
0,94
0,89
0,84
0,79
0,75
PV
(58.228.247)
35.780.210
33.754.915
31.819.071
29.978.387
30.825.350
NPV
103.929.685
Net benefit Incremental Net Benefit DF 6%
PV Positif
162.157.932
PV Negatif
(58.228.247)
IRR
50%
Net B/C
2,78
67
Lampiran 16. Cash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m2 dengan Skenario 3 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun 2011 No A
Uraian
Tanpa Proyek
Penjualan Benih
20.423.359
Tahun 0
1
2
3
4
5
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
62.086.385
Inflow Nilai sisa Total Inflow
B
Outflow
1
Biaya Investasi Lahan Tanah Pembuatan Kolam Rumah Jaga (Saung)
26.490.000
0
1.600.000
0
0
1.500.000
80.000
80.000
Cangkul
75.000
75.000
Serok
30.000
30.000
Jirigen
80.000
80.000
Baskom
90.000
90.000
Jirigen Besar
0
180.000
Jaring
0
300.000
0 0 28.445.000
1.500.000 2.400.000 6.235.000
80.000 30.000 80.000
0
0
30.000
80.000
80.000
2.340.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000 4.800.000
Biaya Tetap Tenaga Kerja (Teknisi) Gaji Pegawai PBB Pemeliharaan Rumah Jaga Penyusutan Niai Sewa Kolam Perbaikan Kolam
0
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
0
250.000
250.000
250.000
250.000
250.000
405.500
0
0
0
0
0
0
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
0
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
2.771.990
11.620.490
11.620.490
11.620.490
11.620.490
11.620.490
5.236.759
15.046.701
15.046.701
15.046.701
15.046.701
15.046.701
Urea
27.371
1.853.522
1.853.522
1.853.522
1.853.522
1.853.522
TSP
21.875
21.875
21.875
21.875
21.875
21.875
Kapur
331.547
91.122
91.122
91.122
91.122
91.122
Postal
6.577.194
1.616.543
1.616.543
1.616.543
1.616.543
1.616.543
Tepung Pelet
914.870
3.480.454
3.480.454
3.480.454
3.480.454
3.480.454
Plastik Panen
0
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
Isi Oksigen
0
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
Total Biaya Variabel
13.109.616
22.810.217
22.810.217
22.810.217
22.810.217
22.810.217
Total Outflow
44.326.606
34.430.707
34.430.707
34.460.707
34.510.707
34.510.707
Total Biaya Tetap 3
0
Pipa PVC (4 inch)
Tabung Oksigen Hapa (2x3 m) Total Investasi 2
3.404.250 20.423.359
Biaya Variabel Benih
Net benefit Incremental Net Benefit DF 6%
(23.903.247)
6.235.000 (6.235.000)
24.251.428
24.251.428
24.221.428
24.171.428
27.575.678
(30.138.247)
48.154.675
48.154.675
48.124.675
48.074.675
51.478.925
1,00
0,94
0,89
0,84
0,79
0,75
PV
(30.138.247)
45.428.939
42.857.489
40.406.405
38.079.645
38.468.047
NPV
175.102.279
PV Positif
205.240.526
PV Negatif
(30.138.247)
IRR Net B/C
144% 6,81
68
Lampiran 17. Cash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25 ekor/m2 dengan Skenario 4 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun 2011 No
Uraian
Tanpa Proyek
A
Inflow Penjualan Benih Nilai sisa
20.423.359
B 1
Total Inflow Outflow Biaya Investasi
20.423.359
0
Lahan Tanah
26.490.000
0
1.600.000 0 80.000
0 1.500.000 80.000
Cangkul
75.000
75.000
Serok Jirigen
30.000 80.000
30.000 80.000
Baskom Jirigen Besar Jaring
90.000 0 0
90.000 180.000 300.000
0 0 28.445.000
1.500.000 2.400.000 6.235.000
Pembuatan Kolam Rumah Jaga (Saung) Pipa PVC (4 inch)
2
Tabung Oksigen Hapa (2x3 m) Total Investasi Biaya Tetap
1
2
3
4
5
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000 3.404.250
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
37.841.250
80.000 30.000 80.000
0
0
30.000
80.000
80.000
2.340.000 0
3.744.000 4.800.000
3.744.000 4.800.000
3.744.000 4.800.000
3.744.000 4.800.000
3.744.000 4.800.000
26.490 0
26.490 250.000
26.490 250.000
26.490 250.000
26.490 250.0000
26.490 250.000
405.500 0 0
0 2.400.000 400.000
0 2.400.000 400.000
0 2.400.000 400.000
2.400.000 400.000
0 2.400.000 400.000
Total Biaya Tetap Biaya Variabel
2.771.990
11.620.490
11.620.490
11.620.490
11.620.490
11.620.490 -
Benih Urea TSP
5.236.759 27.371 21.875
8.830.000 24.724 35.320
8.830.000 24.724 35.320
8.830.000 24.724 35.320
8.830.000 24.724 35.320
8.830.000 24.724 35.320
Kapur Postal
331.547 6.577.194
110.375 680.000
110.375 680.000
110.375 680.000
110.375 680.000
110.375 680.000
Tepung Pelet Pakan Pelet
914.870 0
0 812.316
0 812.316
0 812.316
0 812.316
0 812.316
Plastik Panen Isi Oksigen
0 0
600.000 100.000
600.000 100.000
600.000 100.000
600.000 100.000
600.000 100.000
Tenaga Kerja (Teknisi) Gaji Pegawai PBB Pemeliharaan Rumah Jaga Penyusutan Niai Sewa Kolam Perbaikan Kolam 3
Tahun 0
Total Biaya Variabel
11.192.735
11.192.735
11.192.735
11.192.735
11.192.735
6.235.000 (6.235.000)
22.813.225 11.623.775
22.813.225 11.623.775
22.843.225 11.593.775
22.893.225 11.543.775
22.893.225 14.948.025
Incremental Net Benefit DF 6% PV
(30.138.247) 1,00 (30.138.247)
35.527.022 0,94 33.516.059
35.527.022 0,89 31.618.923
35.497.022 0,84 29.803.984
35.447.022 0,79 28.077.362
38.851.272 0,75 29.031.931
NPV PV Positif
121.910.012 152.048.259
PV Negatif IRR
(30.138.247) 103%
Total Outflow Net benefit
Net B/C
13.109.616 44.326.606 (23.903.247)
5,05
69
Lampiran 18. Cash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m2, Skenario 1 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20% di Desa Petir Tahun 2011 No
Uraian
Tanpa Proyek
A
Inflow Penjualan Benih
20.423.359
Tahun 0
1
2
3
4
5
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
62.086.385
Nilai sisa 0
26.490.000
26.490.000
1.600.000
1.600.000
0
1.500.000
Pipa PVC (4 inch)
80.000
80.000
Cangkul
75.000
75.000
Serok
30.000
30.000
Jirigen
80.000
80.000
Baskom
90.000
90.000
Jirigen Besar
0
180.000
Jaring
0
300.000
Tabung Oksigen
0
1.500.000
B
Outflow
1
Biaya Investasi Lahan Tanah Pembuatan Kolam Rumah Jaga (Saung)
Hapa (2x3 m) Total Investasi 2
3.404.250 20.423.359
Total Inflow
0
2.400.000
28.445.000
34.325.000
30.000 80.000
0
0
30.000
80.000
80.000
2.340.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
0
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Biaya Tetap Tenaga Kerja (Teknisi) Gaji Pegawai PBB Pemeliharaan Rumah Jaga Penyusutan
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
0
250.000
250.000
250.000
250.000
250.000
405.500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
2.771.990
9.220.490
9.220.490
9.220.490
9.220.490
9.220.490
Niai Sewa Kolam Perbaikan Kolam Total Biaya Tetap 3
80.000
Biaya Variabel Benih
5.236.759
18.056.042
18.056.042
18.056.042
18.056.042
18.056.042
Urea
27.371
1.853.522
1.853.522
1.853.522
1.853.522
1.853.522
TSP
21.875
21.875
21.875
21.875
21.875
21.875
Kapur
331.547
91.122
91.122
91.122
91.122
91.122
Postal
6.577.194
2.424.815
2.424.815
2.424.815
2.424.815
2.424.815
Tepung Pelet
914.870
3.480.454
3.480.454
3.480.454
3.480.454
3.480.454
Plastik Panen
0
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
Isi Oksigen
0
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
13.109.616
26.627.829
26.627.829
26.627.829
26.627.829
26.627.829
Total Biaya Variabel Total Outflow
44.326.606
34.325.000
35.848.319
35.848.319
35.878.319
35.928.319
35.928.319
(23.903.247)
(34.325.000)
22.833.816
22.833.816
22.803.816
22.753.816
26.158.066
(58.228.247)
46.737.063
46.737.063
46.707.063
46.657.063
50.061.313
1,00
0,94
0,89
0,84
0,79
0,75
PV
(58.228.247)
44.091.569
41.595.820
39.216.151
36.956.764
37.408.725
NPV
141.040.782
PV Positif
199.269.029
PV Negatif
(58.228.247)
Net benefit Incremental Net Benefit DF 6%
IRR
66%
Net B/C
3,42
70
Lampiran 19. Cash Flow pada Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25 ekor/m2, Skenario 2 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20% di Desa Petir Tahun 2011 No
Uraian
Tanpa Proyek
A
Inflow Penjualan Benih Nilai sisa
20.423.359
B 1
20.423.359
0
26.490.000
26.490.000
1.600.000
1.600.000
0
1.500.000
Pipa PVC (4 inch)
80.000
80.000
Cangkul Serok Jirigen Baskom
75.000 30.000 80.000 90.000
75.000 30.000 80.000 90.000
Jirigen Besar
0
180.000
Jaring
0
300.000
Tabung Oksigen
0
1.500.000
Total Inflow Outflow Biaya Investasi Lahan Tanah Pembuatan Kolam Rumah Jaga (Saung)
Hapa (2x3 m) 2
3
Tahun 0
Total Investasi Biaya Tetap Tenaga Kerja (Teknisi) Gaji Pegawai PBB Pemeliharaan Rumah Jaga Penyusutan Niai Sewa Kolam Perbaikan Kolam Total Biaya Tetap Biaya Variabel Benih Urea TSP Kapur Postal Tepung Pelet Pakan Pelet Plastik Panen Isi Oksigen Total Biaya Variabel Total Outflow Net benefit Incremental Net Benefit DF 6% PV NPV PV Positif PV Negatif IRR Net B/C
0
2.400.000
28.445.000
34.325.000
1
2
3
4
5
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000 3.404.250
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
37.841.250
80.000 30.000 80.000
0
0
30.000
80.000
2.340.000 26.490 0 405.500 0 0 2.771.990
3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 0 400.000 9.220.490
3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 0 400.000 9.220.490
3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 0 400.000 9.220.490
3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 0 400.000 9.220.490
5.236.759 27.371 21.875 331.547 6.577.194 914.870 0 0 0 13.109.616 44.326.606 (23.903.247)
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000 12.958.735 22.179.225 12.257.775 36.161.022 0,94 34.114.172
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000 12.958.735 22.179.225 12.257.775 36.161.022 0,89 32.183.181
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000 12.958.735 22.209.225 12.227.775 36.131.022 0,84 30.336.303
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000 12.958.735 22.259.225 12.177.775 36.081.022 0,79 28.579.549
34.325.000 (34.325.000) (58.228.247) 1,00 (58.228.247) 96.490.651 154.718.898 (58.228.247) 47% 2,66
80.000 3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 0 400.000 9.220.490 10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000 12.958.735 22.259.225 15.582.025 39.485.272 0,75 29.505.692
71
Lampiran 20. Cash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m2, Skenario 3 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20% di Desa Petir Tahun 2011 No
Uraian
Tanpa Proyek
A
Inflow Penjualan Benih
20.423.359
Tahun 0
1
2
3
4
5
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
58.682.135
62.086.385
Nilai sisa Total Inflow B 1
Pembuatan Kolam
26.490.000
0
1.600.000
0
0
1.500.000
Pipa PVC (4 inch)
80.000
80.000
Cangkul
75.000
75.000
Rumah Jaga (Saung)
Serok
30.000
30.000
Jirigen
80.000
80.000
Baskom
90.000
90.000
Jirigen Besar
0
180.000
Jaring
0
300.000
Tabung Oksigen
0
1.500.000
0
2.400.000
28.445.000
6.235.000
Hapa (2x3 m) Total Investasi Biaya Tetap
80.000 30.000 80.000
0
0
30.000
80.000
80.000
2.340.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
3.744.000
0
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
26.490
0 405.500
250.000 0
250.000 0
250.000 0
250.000 0
250.000 0
Niai Sewa Kolam
0
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
Perbaikan Kolam
0
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
Total Biaya Tetap Biaya Variabel
2.771.990
11.620.490
11.620.490
11.620.490
11.620.490
11.620.490
Benih Urea
5.236.759 27.371
18.056.042 1.853.522
18.056.042 1.853.522
18.056.042 1.853.522
18.056.042 1.853.522
18.056.042 1.853.522 21.875
Tenaga Kerja (Teknisi) Gaji Pegawai PBB Pemeliharaan Rumah Jaga Penyusutan
3
0
Outflow Biaya Investasi Lahan Tanah
2
3.404.250 20.423.359
TSP
21.875
21.875
21.875
21.875
21.875
Kapur
331.547
91.122
91.122
91.122
91.122
91.122
Postal
6.577.194
1.616.543
1.616.543
1.616.543
1.616.543
1.616.543
Tepung Pelet
914.870
3.480.454
3.480.454
3.480.454
3.480.454
3.480.454
Plastik Panen Isi Oksigen
0 0
600.000 100.000
600.000 100.000
600.000 100.000
600.000 100.000
600.000 100.000
Total Biaya Variabel
25.819.558
25.819.558
25.819.558
25.819.558
25.819.558
6.235.000 (6.235.000)
37.440.048 21.242.088
37.440.048 21.242.088
37.470.048 21.212.088
37.520.048 21.162.088
37.520.048 24.566.338
Incremental Net Benefit
(30.138.247)
45.145.335
45.145.335
45.115.335
45.065.335
48.469.585
DF 6% PV
1,00 (30.138.247)
0,94 42.589.938
0,89 40.179.187
0,84 37.879.705
0,79 35.695.966
0,75 36.219.293
NPV
162.425.843
Total Outflow Net benefit
13.109.616 44.326.606 (23.903.247)
PV Positif
192.564.090
PV Negatif
(30.138.247)
IRR Net B/C
134% 6,39
72
Lampiran 21. Cash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25 ekor/m2, Skenario 4 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20% di Desa Petir Tahun 2011 Uraian
No A
B 1
Inflow Penjualan Benih Nilai sisa
20.423.359 20.423.359
0
Lahan Tanah Pembuatan Kolam
26.490.000 1.600.000
0 0
0
1.500.000
Pipa PVC (4 inch)
80.000
80.000
Cangkul Serok Jirigen Baskom
75.000 30.000 80.000 90.000
75.000 30.000 80.000 90.000
0
180.000
0 0 0 28.445.000
300.000 1.500.000 2.400.000 6.235.000
Jirigen Besar
3
Tahun 0
Total Inflow Outflow Biaya Investasi
Rumah Jaga (Saung)
2
Tanpa Proyek
Jaring Tabung Oksigen Hapa (2x3 m) Total Investasi Biaya Tetap Tenaga Kerja (Teknisi) Gaji Pegawai PBB Pemeliharaan Rumah Jaga Penyusutan Niai Sewa Kolam Perbaikan Kolam Total Biaya Tetap Biaya Variabel Benih Urea TSP Kapur Postal Tepung Pelet Pakan Pelet Plastik Panen Isi Oksigen Total Biaya Variabel Total Outflow Net benefit Incremental Net Benefit DF 6% PV NPV PV Positif PV Negatif IRR Net B/C
1
2
3
4
5
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000 3.404.250
34.437.000
34.437.000
34.437.000
34.437.000
37.841.250
80.000 30.000 160.000 90.000
0
0
30.000
170.000
2.340.000 0 26.490 0 405.500 0 0 2.771.990
3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 2.400.000 400.000 11.620.490
3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 2.400.000 400.000 11.620.490
3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 2.400.000 400.000 11.620.490
3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 2.400.000 400.000 11.620.490
160.000 3.744.000 4.800.000 26.490 250.000 0 2.400.000 400.000 11.620.490
5.236.759 27.371 21.875 331.547 6.577.194 914.870 0 0 0
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000
10.596.000 24.724 35.320 110.375 680.000 0 812.316 600.000 100.000
12.958.735 24.579.225 9.857.775 33.761.022 0,94 31.850.021
12.958.735 24.579.225 9.857.775 33.761.022 0,89 30.047.190
12.958.735 24.609.225 9.827.775 33.731.022 0,84 28.321.217
12.958.735 24.749.225 9.687.775 33.591.022 0,79 26.607.236
12.958.735 24.739.225 13.102.025 37.005.272 0,75 27.652.492
13.109.616 44.326.606 (23.903.247)
6.235.000 (6.235.000) (30.138.247) 1,00 (30.138.247) 114.339.909 144.478.156 (30.138.247) 98% 4,79
73