759
Penggunaan kombinasi beragam pakan hijauan ... (M. Sulhi)
PENGGUNAAN KOMBINASI BERAGAM PAKAN HIJAUAN DAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.) Muhammad Sulhi, Reza Samsudin, dan Hendra Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan pakan hijauan terhadap pertumbuhan ikan gurame. Penelitian dilakukan di kolam tanah dengan luas kolam 15 m2. Benih yang digunakan adalah strain Bastar dengan ukuran 100 g/ekor, densitas 5 ekor/m2. Perlakuan dalam kegiatan ini adalah penggunaan kombinasi pakan buatan dan bahan herbal berbeda yaitu a. Pelet (kontrol); b. Pelet + 2% daun sente (Alocasia macrorrhiza); c. Pelet + 2% caisin (Brassica campestris L. spp.), dan d. Pelet + 2% kangkung (Ipomoea reptans). Pakan buatan yang digunakan berupa pelet terapung dengan kandungan protein 28%-30%, jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% bobot populasi per hari. Lama pemeliharaan di lapangan 3 bulan. Parameter yang diamati meliputi: pertumbuhan, konversi pakan, sintasan, dan parameter penunjang kualitas air. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil pengamatan menunjukkan kombinasi pakan buatan dan jenis hijauan yang tepat pada pembesaran benih gurame memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap perttumbuhan, sintasan, dan konversi pakan Pertumbuhan, bobot, sintasan, dan konversi pakan terbaik diperoleh pada kombinasi pakan buatan dan daun sente yaitu 227,77 g/ekor; 93,3%; dan 2,22 sedang tanpa jenis hijauan (kontrol) yaitu 166,05 g/ekor; 81,8%; dan 3,32. KATA KUNCI: pembesaran, gurame, kombinasi pakan buatan + jenis hijauan
PENDAHULUAN Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu dari 15 jenis komoditi perikanan yang ditujukan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani serta untuk pemenuhan sasaran peningkatan gizi masyarakat. Ikan gurame mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena selain banyak disukai juga mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding jenis lainnya. Dewasa ini Perkembangan budidaya ikan tersebut telah mencapai tahapan intensif. Namun pada prakteknya banyak sekali masalah yang harus dihadapi, salah satu di antaranya adalah masalah pakan induk. Jenis ikan ini mudah dipelihara dalam wadah budidaya terkontrol dan cepat menyesuaikan diri terhadap pemberian pakan buatan (Handayani, 1997). Ikan gurame pada pada semua tahap pemeliharaan tidak dapat terlepas dari kebutuhannya terhadap bahan alami terutama hijauan. Pembesaran gurame secara intensif tanpa pemberian hijauan umumnya ketahanan terhadap penyakit relatif rendah. Menurut Hatimah (1986), bahwa ikan gurame yang dipelihara secara tunggal dengan padat tebar 420 kg/ha dengan lama pemeliharaan 84 hari, produksi terbaik diperoleh pada pemeliharaan dengan pemberian pakan berupa pelet dan daun talas segar yaitu mencapai 2.137,9 kg/ha. Nugroho (1992) menambahkan bahwa kombinasi 2/3 pakan alami dan 1/3 pakan buatan memberikan pengaruh yang terbaik pada sintasan benih gurame . Penggunaan bahan herbal dalam pemeliharaan gurame memang sangat dibutuhkan. Daun sente (Alocasia macrorrhiza) di kalangan pembudidaya gurame merupakan daun yang sudah tidak asing lagi, baik untuk kegiatan produksi benih maupun kegiatan pembesaran sampai dengan ukuran konsumsi. Para pembudidaya ikan gurame berasumsi bahwa tanpa penggunaan daun ini baik produksi benih maupun pembesaran tidak akan berhasil dengan baik. Tanaman sente banyak mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol yang terdapat pada tangkai dan daun diduga berkhasiat meningkatkan daya tahan ikan terhadap serangan penyakit (www.trubus-online.co.id). Di samping itu, rimpangnya kaya akan pati dan daunnya dapat digunakan untuk meningkatkan fertilitas
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
760
(www.proseanet.org). Anonim (2003) menyatakan bahwa penggunaan daun-daunan saja tanpa pakan buatan/pelet untuk pakan diakui mengakibatkan pertumbuhan benih ikan sampai dengan ukuran konsumsi lebih lambat dibanding dengan pakan kombinasi pelet dan daun-daunan. Makanan (pakan) berfungsi sebagai sumber energi dan materi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Menurut Elliot (1979), pakan mempengaruhi laju pertumbuhan, produksi, kesehatan, sintasan, dan reproduksi ikan. Pertumbuhan dan pematangan gonad terjadi apabila terdapat kelebihan energi yang diperoleh dari makanan untuk pertumbuhan tubuh. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang teknologi pakan dalam produksi benih gurame terutama kombinasi pakan buatan dan jenis hijauan yang tepat pada pembesaran benih gurame. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di kolam tanah dengan luas kolam 15 m2. Ikan uji yang digunakan adalah strain Bastar dengan ukuran 100 g/ekor, densitas 5 ekor/m 2. Perlakuan dalam kegiatan ini adalah penggunaan kombinasi pakan buatan dan bahan herbal berbeda yaitu: a. Pelet b. Pelet + 2% daun sente (Alocasia macrorrhiza) c. Pelet + 2% caisin (Brassica campestris L. spp.) d. Pelet + 2% kangkung (Ipomoea reptans) Pakan buatan yang digunakan berupa pelet terapung dengan kandungan protein 28%-30%, jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% bobot populasi per hari, bahan herbal yang ditambahkan dalam pakan buatan adalah hijauan segar. Lama pemeliharaan di lapangan 3 bulan. Parameter yang diamati meliputi: pertumbuhan, konversi pakan, sintasan, dan parameter penunjang kualitas air. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan HASIL DAN BAHASAN Pertumbuhan Hasil pengamatan selama penelitian terhadap pertumbuhan benih gurame tiap perlakuan berbeda terutama pertambahan bobot individu dan pertambahan bobot biomassa disajikan pada Tabel 1 dan 2. Dari Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa penambahan hijauan pada pembesaran benih gurame memberikan dampak terbaik terhadap pertumbuhan dibanding tanpa hijauan. Pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan kombinasi pakan buatan dengan sente (B) yaitu 227,77 g/ekor sedang tanpa hijauan (A) yaitu 166,05 g/ekor. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang sangat Tabel 1. Pertumbuhan individu benih gurame (g) selama masa pemeliharaan Perlakuan Ulangan
A B (kontrol) (Daun sente)
1 165,93 2 167,55 3 164,68 Rataan ± s.d 166,05a
227,73 226,64 228,93 227,77c
C (Caysin)
D (Kangkung)
198,02 198,39 196,01 197,47b
198,96 198,19 198,98 198,71b
Keterangan: Huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
761
Penggunaan kombinasi beragam pakan hijauan ... (M. Sulhi)
Tabel 2. Pertumbuhan biomassa benih gurame (g) selama masa pemeliharaan Perlakuan Ulangan
1 2 3 Rataan ± s.d
A B (kontrol) (Daun sente) 8.701,03 8.262,15 9.422,72 8.795,3a
15.432,10 15.355,80 15.516,10 15.434,7c
C (Caysin)
D (Kangkung)
11.855,80 13.418,20 12.179,54 12.465,83 12.617,08 12.819,04 12.217,47b 12.901,02b
Keterangan: Huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
nyata di antara perlakuan. Penggunaan daun sente memberikan nilai pertumbuhan yang terbaik karena daun sente mengandung beberapa bahan yang mempengaruhi pertumbuhan di antaranya daun sente mengandung vitamin C dan beberapa kandungan flavonoid. Vitamin C mampu meningkatkan pertumbuhan mulai sebagai antioksidan sampai dengan meningkatkan daya tahan tubuh ikan gurame. Sintasan Hasil pengamatan selama penelitian terhadap sintasan benih gurame tiap perlakuan disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan hijauan pada pembesaran benih gurame memberikan dampak terbaik terhadap sintasan benih gurame dibanding tanpa hijauan. Sintasan terbaik diperoleh pada perlakuan kombinasi pakan buatan dengan sente (B) yaitu 93,3% sedang tanpa hijauan (A) yaitu 81,8%. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang sangat nyata di antara perlakuan. Dari analisis tersebut terlihat jelas bahwa di antara perlakuan hijauan menunjukkan tidak terdapat perbedaan walaupun kombinasi dengan sente cenderung memberikan dampak terbaik. Namun untuk keseluruhan kombinasi hijauan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan tanpa hijauan. Konversi Pakan Hasil pengamatan selama penelitian terhadap konversi pakan selama pemeliharaan benih gurame tiap perlakuan disajikan pada Tabel 4. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan hijauan Tabel 3. Tingkat sintasan (%) hidup benih gurame selama pemeliharaan Perlakuan Ulangan
1 2 3 Rataan ± s.d
A B C D (kontrol) (Daun sente) (Caysin) (Kangkung) 81,3 78,7 85,3 81,8a
93,3 93,3 93,3 93,3b
86,7 88 90,7 88,5b
93,3 89,3 90,7 91,1b
Keterangan: Huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
762
pada pembesaran benih gurame memberikan dampak terbaik terhadap konversi pakan dibanding tanpa hijauan. Konversi pakan terbaik diperoleh pada perlakuan kombinasi pakan buatan dengan sente (B) yaitu 2,22 sedang tanpa hijauan (A) yaitu 3,32. Hasil analisis statistik menunjukkan penggunaan jenis pakan yang berbeda mempengaruhi nilai konversi pakan ikan uji. Dari analisis tersebut terlihat jelas bahwa di antara perlakuan hijauan menunjukkan dampak positif terhadap konversi pakan dibanding tanpa hijauan walaupun kombinasi dengan sente cenderung memberikan dampak terbaik. Nilai konversi pakan sangat menentukan berapa efektifnya pakan yang diberikan dikonsumsi oleh ikan yang dipelihara. NRC (1977) berpendapat bahwa untuk menentukan efektivitas pakan adalah besar kecilnya nilai konversi pakan, lebih lanjut menurut Djajasewaka (1985), bahwa konversi pakan erat hubungannya dengan pertumbuhan. Nilai konversi pakan dibutuhkan untuk mengetahui baik atau tidak baiknya kualitas pakan yang diberikan bagi pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Hasil riset Suhenda & Wahyu (1991), menunjukkan bahwa pakan dengan kandungan protein 30% dengan jumlah pemberian pakan harian 3% adalah pakan yang paling efektif dan efisien dengan konversi 3,92 pada pemeliharaan benih gurame ukuran 50 g. Kualitas Air Kisaran hasil pengamatan terhadap kualitas air selama penelitian tercantum pada Tabel 5. Data kualitas air selama penelitian ini secara umum masih dalam kisaran yang mendukung ikan untuk tumbuh. Pescod (1973) yang mengatakan bahwa kualitas air yang baik untuk kehidupan ikan adalah air yang kadar oksigen terlarutnya lebih tinggi dari 2 mg/L, pH berkisar 6,5-8,5; CO 2 bervariasi antara 10-20 mg/L. Suhu air mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kegiatan dan proses kehidupan seperti bernafas, reproduksi, pertumbuhan, nafsu makan, dan laju pertumbuhan (Hickling, 1971). Suhu air selama penelitian adalah 29°C-31°C. Kondisi ini relatif masih cukup mendukung terjadinya kegiatan dan proses kehidupan yang berlangsung optimal. Boyd & Lichkoppler (1979) mengatakan bahwa suhu yang baik bagi pertumbuhan hewan air di daerah tropis berkisar 25°C-32°C. Kisaran kandungan oksigen terlarut selama penelitian berlangsung 2,8-6,0 mg/L. Kondisi ini relatif masih cukup mendukung berlangsungnya proses kehidupan secara optimal sesuai dengan pendapat Wardoyo (1975) yang mengatakan bahwa untuk menunjang kehidupan hewan air diperlukan kadar oksigen terlarut lebih besar dari 2 mg/L. Ditambahkan pula oleh NRC (1977) bahwa kadar oksigen terlarut yang tidak memenuhi kebutuhan akan mempengaruhi nafsu makan. Untuk pH, Bardach et al. (1972) mengatakan pH optimum berkisar 6,3-7,5. Sedang Pescod (1973) mengatakan bahwa kandungan
Tabel 4. Konversi pakan Perlakuan Ulangan
A (kontrol)
B (Daun sente)
C (Caysin)
D (Kangkung)
1 2 3 Rataan ± s.d
3,34 3,52 3,09 3,32b
2,22 2,23 2,2 2,22a
2,58 2,52 2,43 2,51ab
2,32 2,5 2,43 2,42ab
Keterangan: Huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
763
Penggunaan kombinasi beragam pakan hijauan ... (M. Sulhi)
Tabel 5. Kualitas air Parameter Suhu (°C) pH Oksigen terlarut (mg/L) Karbondioksida (mg/L) Alkalinitas (mg/L) Kesadahan (mg/L) Amonia (mg/L) Nitrit (mg/L) Nitrat (mg/L) Fosfat (mg/L)
Nilai 29-31 7 4,7-5,2 6,3-8,2 138,13-176,43 80,0-106,0 0,016-0,031 0,012-0,068 0,009-0,013 0,358-0,718
amonia perairan dianjurkan tidak lebih dari 1 mg/L. Secara umum keseluruhan data parameter kualitas air yang diukur selama penelitian ini berlangsung relatif masih cukup mendukung berlangsungnya proses kehidupan secara optimal. KESIMPUL AN -
Dari hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Untuk memperoleh hasil terbaik pada pembesaran gurame perlu adanya penambahan hijauan sebagai pakan tambahan di samping pakan buatan yang tepat. Penambahan hijauan (Sente, caysin, atau kangkung) sebagai pakan tambahan dalam pemeliharaan benih gurame berdampak positif terhadap pertumbuhan, sintasan, dan konversi pakan. Kombinasi terbaik adalah pakan buatan dan daun sente dengan memberikan pertumbuhan individu, biomassa, sintasan, dan konversi pakan terbaik dibanding perlakuan lainnya.
DAFTAR ACUAN Anonim. 2003. Budidaya Pendederan dan Pembesaran Ikan Gurame. Tim Penelitian dan Pengembangan Biro Kredit Bank Indonesia. Jakarta, 113 hlm. Anonim. 2009. Gurame ? Tak melulu Sente. www.trubus-online.co.id Anonim. 2009. Detil data Alocasia macrorrhiza. www.proseanet.org Bardach, J.E., Ryther, J.M., & McLarney, W.O. 1972. Aquaculture. The Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism. Wiley-Interscience. New York. Boyd, C.E. & Lichkoppler, F. 1979. Water Quality management in Pond Fish Culture. International Center For Aquacult. Experiment Station. Auburn Univ. Alabama, p. 5-30. Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan. Yasaguna Jakarta, 39 hlm. Elliot, J.M. 1979. Energetic of freshwater teleost. In. Miller, P.J. (Ed.). Fish phenology adaptive. Acad. Press. Inc. London, p. 9-61. Handayani, S. 1997. Dosis optimum 3,5,3’ Triyodotironin (T3) dalam pakan untuk pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Disertasi. Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 122 pp. Hatimah, S. 1986. Pemeliharaan ikan gurame dengan pemberian makanan tambahan. Bull. Penel. Perik. Air Tawar. Bogor, 7-13 pp. Hickling, C.F. 1971. Fish Culture. Faber & Faber. London, 317 pp. Nugroho, E. 1992. Pengaruh Kombinasi Pakan Buatan dan Alami pada Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup benih beberapa ras Gurame. Bull. Penel. Perik. Air Tawar. Bogor, hlm. 12-19. NRC. 1977. Nutrient Requirement of warmwater Fishes. National Academy of Sciences. Washington D.C., 71 pp.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
764
Pescod, M.B. 1973. Investigation of National Effluence and Stream Standards for Tropical Countries. AIT. Bangkok. Thailand, 59 pp. Suhenda, N. & Hidayat, W. 1991. Pengaruh Pemberian Pakan dengan Kandungan Protein Berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan gurame. Prosiding. Seminar Hasil Perikanan Air Tawar 1991/ 1992. Balitkanwar. Bogor, hlm. 112-116. Wardoyo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB. Bogor, 36 hlm.