PENGARUH PENAMBAHAN SILASE LIMBAH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy sp) TERHADAP PENINGKATAN BOBOT BADAN DAN FCR (Feed Convertion Ratio) AYAM BROILER Andri Setiawan 1) , Mei Sulistyoningsih 2) 1) 2)
1)
Jurusan Pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang Jurusan Pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang
email:
[email protected] email:
[email protected]
2)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan silase limbah ikan Gurame (Osphronemus gouramy sp) dalam ransum terhadap berat badan dan FCR ayam broiler. Penelitian ini menggunakan 96 broiler fase grower unsex, yang dibagi menjadi enam belas kandang, dan setiap unit kandang terdiri dari enam ayam broiler. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, ada empat perlakuan, dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari (P1) sebagai kontrol tanpa penambahan silase limbah ikan gurame, dan perlakuan lainnya menggunakan variasi persentase silase yaitu pada P2 (8%), P3 (10%) dan P4 (12%). Hasil penelitian dianalisis dengan uji anova, dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh nyata pemberian silase ikan gurami terhadap bobot badan broiler (P<0,05), tetapi tidak berpengaruh terhadap FCR (P>0,05). Respon terbaik broiler, yang menunjukkan bobot badan tertinggi maupun FCR terendah, dijumpai pada perlakuan P2 dengan pemberian silase ikan gurame 8%. Kata kunci: berat badan, FCR, silase ikan gurame
ABSTRACT This research aims to assess the influence of the addition of silage waste gurame (Osphronemus gouramy sp ) in the feed to body weight and FCR broiler chicken. This study using 96 phase grower broiler , unsex , which is divided into sixteen flock , and every unit enclosure consisting of six broiler chicken. Experiments using random design complete , there are four treatment , with four repetition. Treatment ( p1 ) as control without the addition of silage waste gurame, and other treatment employing variations the percentage of silage is on p2 ( 8 % ), p3 ( 10 % ) and p4 ( 12 % ). The results of the study analyzed by test anova, continued by test duncan. The results of the study showed there was the influence of real the provision of silage gurame against the weightis of broiler ( p < 0.05 ), but will not affect FCR ( p >0.05 ). The best response , that shows the highest body weight and lowest FCR, p2 found in treatment with The provision of silage carp 8%. The keywords: the body weight, broiler, FCR , silase gurame fish
PENDAHULUAN
Tingginya harga bahan pakan penyusun ransum, seperti jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan menghambat pengembangan peternakan broiler. Menggalakkan potensi yang ada sebagai sumber bahan pakan ternak yang murah dan berkualitas, termasuk pemanfaatan limbah industri, dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Biaya pakan merupakan biaya yang harus disediakan dengan porsi lebih untuk mengembangkan peternakan secara intensif dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Peternak menjadi semakin kreatif dalam menggunakan bahan by product (hasil samping) sebagai bahan penyusun ransum, manakala suatu peternakan menjadi bisnis yang dilaksanakan dengan pemeliharaan secara intensif. Pemanfaatan bahan-bahan yang mudah didapat, dengan harga yang relatif lebih murah, tetapi masih mempunyai kandungan gizi yang baik untuk produksi dan kesehatan ternak itu sendiri dan dilakukan peternak untuk meningkatkan margin keuntungan yang lebih tinggi (Gustina, 2012). Pemanfaatan hasil tangkapan ikan yang dikonsumsi oleh manusia hanya sebesar 5060%, sisanya berupa limbah/by product. Sebagian by product hewan akuatik telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung ikan, silase ikan, dan pakan ternak. Kandungan gizi dari by product sangat bagus, mengingat hewan laut termasuk ikan, mempunyai kandungan protein, mineral, dan vitamin yang tinggi (Rustad, 2003). By product merupakan bahan baku yang ditinggalkan setelah proses produksi dan mudah sekali busuk karena dipengaruhi oleh proses enzimatik dari bahan baku (Rustad, 2003). Ketika memproduksi fillet, sisa potongan, tulang belakang, kepala, liver, gonad, dan pencernaan merupakan by product (Gildberg, 2002, dikutip dari Rustad, 2003). Pemanfaatan limbah perikanan menjadi bahan pakan dapat memberikan arti penting bagi produksi peternakan, salah satu diantaranya yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif adalah limbah ikan. Limbah ikan yang terdiri atas kepala, isi perut, daging, dan tulang ikan bila diberikan secara langsung dapat menimbulkan efek negatif karena cepat rusak dan menjadi busuk, sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu usaha untuk pengolahan limbah tersebut yaitu melalui proses pembuatan silase ikan, baik secara kimiawi maupun secara biologis (Abun, 2004). Limbah ikan yang mengalami proses pengolahan (silase ikan), selain mempunyai nilai gizi yang tinggi juga dapat memberikan rasa dan aroma yang khas, mempunyai daya cerna tinggi serta kandungan asam amino yang tersedia menjadi lebih baik. Keunggulan lain dari silase ikan, pengolahannya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Pemanfaatan silase
limbah ikan dalam ransum unggas diharapkan dapat mengurangi penggunaan tepung ikan yang hingga kini masih bernilai input relatif tinggi (Abun, 2004). Semua by product ini diperoleh dari ikan yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Usaha pemanfaatan limbah pada saat sekarang dan mendatang diharapkan dapat membantu meningkatkan diversifikasi bahan pakan dan mengurangi pencemaran lingkungan. Salah satu caranya melalui pengolahan bahan limbah menjadi produk baru melalui suatu proses silase. Proses silase ikan bertujuan untuk meningkatkan penggunaan bahan baku ikan, yang dalam hal ini biasanya digunakan sebagai limbah pengolahan menjadi lebih baik dari bahan dasarnya . Menurut Kompiang (1990) limbah ikan merupakan hasil sampingan dari pengolahan industri perikanan dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif untuk makanan ternak yang terdiri atas kepala, isi perut, kulit, dan tulang. Limbah tersebut mudah rusak, sehingga perlu pengolahan. Pengolahan ditujukan untuk menghasilkan produk berprotein tinggi yang tidak mengalami kerusakan berarti selama penyimpanan beberapa bulan bahkan bertahun-tahun. Peningkatan nilai guna limbah tersebut, perlu diolah supaya lebih bermanfaat untuk bahan makanan ternak dengan cara pembuatan silase ikan.
MATERIAL DAN METODE
1. SUBJEK PENELITIAN Populasi penelitian ini ayam broiler periode starter, umur 3 minggu, dengan jenis kelamin βunsexβ, berjumlah 96 ekor ayam broiler strain CP 707. 2. ALAT DAN BAHAN Alat : Kandang pemeliharaan yang digunakan berukuran 8 m x 1 m x 0,5 m (p x l x t) berjumlah 4 buah. Jarak ketinggian dari lantai 50 cm, dengan dinding dari paranet. Setiap kandang dibagi menjadi 4 flock, sehingga jumlah total ada 16 flok, dengan setiap flock berisi masing masing 6 ekor broiler. Setiap kandang dilengkapi dengan lampu 20 watt dengan ketinggian dari slate 100 cm sebagai penghangat, tempat pakan dan minum ternak ayam, lampu dan instalasinya, higrometer, dan termometer. Bahan :
Ayam broiler CP 707 umur 3 minggu 96 ekor, Limbah ikan gurame yang berupa silase, Bekatul, jagung giling, konsentrat BR1-CP511, Vitamin ayam (vitachik, vitastress, Gentamin Vitamin A, B Komplex), Vaksin (Gumboro A, Gumboro B, ND Clone, ND Lasota), Obat-obatan (Tetra Chlor, Desinfektan, Neo Meditril, Askamex), EM 4, Sekam padi (litter), Air, dan Molases .
3. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap. Percobaan dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah:
P1 : Ransum + pakan tambahan dengan konsentrasi limbah ikan gurame 0% P2 : Ransum + pakan tambahan dengan konsentrasi limbah ikan gurame 8% P3 : Ransum + pakan tambahan dengan konsentrasi limbah ikan gurame 10% P4 : Ransum + pakan tambahan dengan konsentrasi limbah ikan gurame 12% Tabel 1. Konsumsi Pakan Ayam Berdasarkan Umur Ayam Per-ekor (Kumorojati, 2011) Minggu 1 2 3 4 5
Umur 1-7 hari 8-14 hari 15-21 hari 22-29 hari 30-36 hari
Pakan (gram/hari/ekor) 17 43 66 91 111
Tabel 2. Hasil Uji Silase Ikan Gurame Parameter Hasil Uji Protein 8, 30 Lemak 15, 92 Air 70, 78 Abu 2, 89 (Sumber: Lab. UNNES, 2014)
Satuan % % % %
Metode Spektro Soklet Gravimetri Furnace
4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu: bobot badan diperoleh dengan cara menghitung selisih bobot badan terakhir dengan bobot awal dengan satuan kg/ekor. Data diambil pada minggu ke-5.
Pengambilan data FCR (Feed Convertion Rate) dengan penjumlahan total pakan ayam broiler hingga minggu ke-5 lalu dibagi dengan hasil selisih bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal ayam broiler. ππ’πππβ πππππππππ πππππ
Untuk menghitung FCR : Konversi Pakan = π΅ππππ‘ πππππ ππβππβπ΅ππππ‘ πππππ ππ€ππ 5. ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA Hasil akhir penelitian dianalisis menggunakan uji Anova dengan taraf signifikansi 5%. Hasil analisis yang menunjukkan signifikan dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Penambahan Limbah Ikan Gurame terhadap Bobot Badan Ayam Broiler Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh nyata penambahan limbah ikan gurame terhadap bobot badan ayam broiler (P<0,05), seperti terlihat pada Gb 1.
2,125 4
1,725
1,983
1,958
2 0 P1(0%)
P2(8%)
P3(10%)
P4(12%)
Bobot Badan (kg)
Keterangan: P1: Silase Ikan Gurame 0% P2: Silase Ikan Gurame 8% P3: Silase Ikan Gurame 10% P4: Silase Ikan Gurame 12%
Gb1. Rataan Bobot Badan Broiler Umur 5 Minggu (kg)
Berdasarkan hasil penelitian, bobot badan tertinggi dijumpai pada perlakuan P2 dengan rataan 2,125 kg, pada pemberian pakan tambahan limbah ikan gurame sebesar 8%. Hasil bobot badan ayam broiler terendah terdapat pada P1 dengan rataan 1,725 kg, pada perlakuan kontrol, tanpa penambahan silase limbah ikan gurame. Perlakuan P3 menghasilkan rataan bobot badan sebesar 1,983 kg. Perlakuan P4 menghasilkan rataan bobot badan sebesar 1,958.
Tabel 3. Rataan Bobot Badan (Kg) dan FCR (Feed Convertion Ratio) Broiler pada Umur 5 Minggu Perlakuan
Rataan Bobot Badan
Rataan FCR
------kg-----1,725a 2,125c 1,983 bc 1,958b
Konsumsi Pakan
-----kg-----5,57 5,86 5,51 5,42
a
P1 (silase ikan 0%) 3,231 P2 (silase ikan 8%) 2,761a P3 (silase ikan 10%) 2,775a P4 (silase ikan 12%) 2,765a Keterangan : Super Skrip Berbeda pada Kolom yang Sama Menunjukkan Ada Perbedaan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Badan (P < 0,05) Super Skrip Tidak Berbeda pada Kolom yang sama Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Pengaruh Perlakuan terhadap FCR (P > 0,05) Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penambahan limbah ikan gurame memberikan pengaruh nyata terhadap bobot badan ayam broiler (P<0,05). Hal ini disebabkan karena bobot badan diperoleh dari mengkonsumsi pakan yang memiliki kandungan yang berguna untuk pertumbuhan, yaitu protein dan lemak.
Tabel 4. Kandungan Pakan komersial dan Silase Limbah Ikan Gurame Bahan Uji Pakan BR 1 CP511 Silase Limbah Gurame (Sumber: Lab. UNDIP, 2014)
protein (%) 23 8,30
lemak (%) 5 15,92
serat kasar (%) 5 5,4
kadar air (%)
kadar abu (%)
70,78
2,89
Pengaruh nyata terhadap hasil penelitian ini disebabkan kandungan limbah ikan gurame dalam pakan yaitu protein, lemak dan serat kasar pada setiap konsentrasi pemberian pakan berbeda. Demikian juga jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan juga berbeda seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Kandungan protein silase limbah gurame cukup rendah (8,30%), bila dibandingkan dengan pakan komersial (23%). Se3mentara kandungan lemak silase ikan gurame terlalu tinggi (15,92%) bila dibandingkan kandungan lemak pakan komersial (5%). Hal ini berarti semakin besar konsentrasi pemberian silase (pada level 10% dan 12%), berakibat menurunkan kandungan protein pada pakan dan sekaligus menaikkan kandungan lemak pakan. Kondisi ini tidak sesuai dengan kualitas pakan yang disyaratkan untuk broiler fase finisher seperti terlihat pada Tabel 5. Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan broiler sangat mempengaruhi performans produksi broiler termasuk bobot badan akhir (Tabel 3).
Tabel 5. Kandungan Gizi Pakan Ayam Broiler (Fase Finisher). Komponen Protein Lemak Serat Kasar Abu Kadar Air Sumber : Wahyu (1994)
Jumlah Min. 18,0 % Maks. 8 ,0 % Maks. 6,0 % Maks. 8,0 % Maks. 14,0 %
Pertumbuhan pada hewan terjadi pada semua jaringan dan organ, tetapi tidak semua hewan mengalami laju pertumbuhan yang sama (Kimball, 1994). Hal ini dipengaruhi oleh mutu jenis pakan yang diberikan (Sutarmat et al., 2003). Suryanti et al. (2003) menyatakan, bahwa pakan dengan kandungan protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan. Selain itu, protein juga dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh dan pengganti jaringan yang rusak. Pemanfaatan protein ini dipengaruhi oleh jumlah dan jenis asam amino essensial, kadar protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan, dan faktor fisiologis suatu organisme (Utojo, 1995). Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989) komposisi kimia silase yang berasal dari ikan utuh mengandung 70-75% air, 18-20% protein, 4-6% abu, 1-2% lemak, 1-3% Ca, dan 0,3- ,9% P. Sementara penelitian ini tidak menggunakan silase ikan utuh, tetapi silase limbah ikan gurame, sehingga tidak heran kandungan protein sangat sedikit (8,30%), lemak tinggi (15,92%) (Tabel 4), belum sesuai dengan kebutuhan nutrisi broiler periode akhir. Hasil penelitian menunjukkan, bobot badan tertinggi dijumpai pada perlakuan P2 (silase 8%) (Gb. 1; Tabel 3). Hal ini berarti kebutuhan nutrisi terbvaik pada pembnerian silase 8% dibandingkan dengan kadar silase 10% dan 12%, maupun control (silase 0%). Ini berarti kandungan silase masih banyak mengandung zat gizi yang berguna bagi pertumbuhan broiler seperti kandungan mineral P dan Calsium, karena silase limbah ikan banyak komponen tulang, sisik, kepala, di samping organ dalam ikan. Hasil penelitian ini didukung oleh Sulistyoningsih (2015), konsentrasi limbah ikan rucah sebesar
7,5% mampu mengefisienkan penggunaan energi ransum untuk
pertumbuhan sehingga tidak terjadi kelebihan energi yang ditimbun dalam bentuk lemak
daging. Menurut Wahju (1994), bahwa pada ransum yang mengandung serat tinggi, maka daya cerna zat-zat makanan lainnya akan menurun dan ransum tersebut tidak dapat dicerna sepenuhnya dan menyebabkan tembolok penuh, sehingga jumlah konsumsi ransum menjadi terbatas. Pendapat ini mendukung hasil penelitian sebagaimana terlihat pada Tabel 3, pada kolom konsumsi pakan, yang semakin menurun seiring dengan semakin tingginnya konsentrasi silase limbah ikan gurame. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Elfiah (1984), yang menyatakan, bahwa semakin tinggi penggunaan silase ikan dalam ransum mengakibatkan konsumsi ransum menjadi makin rendah, sehingga pertambahan bobot badan ayam broiler semakin rendah, dengan makin meningkatnya kandungan silase ikan dalam ransum. Menurut Rattagool et al (1979) dikutip dari Elfiah (1984), bahwa ransum yang mengandung silase ikan menunjukkan konsumsi ransum yang rendah dibandingkan dengan ransum yang mengandung tepung ikan. Semakin tinggi penggunaan silase ikan dalam ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum semakin jelek (Kompiang, 1981). Wahyu (1994) mengatakan bahwa ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya, semakin tinggi kandungan energi dalam ransum maka konsumsi ransum semakin sedikit. Silase ikan yang dibuat secara fermentasi biologi nyata lebih baik jika dibandingkan dengan silase ikan yang dibuat secara kimiawi (Kompiang, 1981). Adanya lemak silase ikan yang dapat menurunkan nilai gizi silase ikan, disebabkan karena lemak tersebut mudah teroksidasi, sehingga pada proses pembuatan silase ikan kemungkinan teroksidasinya lemak mudah sekali (Ferraz et al., 2007). Pada penelitian ini kemungkinan terjadinya oksidasi lemak ikan sangat kecil, karena proses pembuatan silase ikan secara fermentasi biologi dalam suasana anaerob. Glukosa bukan satu-satunya bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh sel melalui respirasi sel. Selain glukosa bahan baku dapat berupa lemak dan protein. Lemak adalah senyawa trigliserida yang tersusun atas asam lemak dan gliserol. Lemak dapat digunakan sebagai pengganti protein yang sangat berharga untuk pertumbuhan, karena dalam keadaan tertentu, trigliserida dapat diubah menjadi asam lemak bebas sebagai bahan bakar unrtuk menghasilkan energi metabolik dalam otot ayam broiler. Lemak dapat berguna juga sebagai penyerap dan pembawa vitamin A, D, E, K. Vitamin berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, pertumbuhan dan kesehatan. Serta lemak bertindak sebagai pelicin pakan ayam broiler, sebagai zat yang mereduksi kotoran dalam makanan dan berperan dalam kelezatan
makanan sehingga semakin tinggi konsumsi pakan akan mempengaruhi pertambahan bobot badan ayam broiler semakin tinggi. Pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi ransum yang semakin jelek dengan meningkatnya silase ikan dalam ransum, kemungkinan disebabkan oleh kandungan asam amino triptofan yang tidak stabil pada suasana asam (Kompiang, 1981 dalam Elfiah, 1984). Triptofan merupakan asam amino esensial yang harus disediakan dalam pakan karena ternak tidak mampu mensintesisnya, apabila ketersediaan salah satu asam amino esensial tidak ada maka akan mempengaruhi pertumbuhan salah satunya bobot badan pada ayam broiler. Abun (2009) menyatakan asam amino menduduki posisi penting dalam metabolisme sel. Hampir semua reaksi biokimia dikatalis oleh enzim yang terdiri dari residu asam amino. Asam amino sangat esensial untuk metabolisme karbohidrat dan lipid untuk sintesis jaringan protein serta penyusun senyawa penting seperti adrenalin, tyrosin, hiistamin, melanin, pofirin, hemoglobin, primidin, purin, asam nukleat, choline, asam folic, asam nikotin, garam empedu, dan sebagai sumber energi metabolisme. Tingginya konsentrasi silase ikan pada perlakuan P3 dan P4 dalam pakan, akan menurunkan bobot badan ayam karena semakin banyak mengkonsumsi pakan yang kekurangan asam amino triptofan sehingga menghambat pertumbuhan ayam. Pada perlakuan P2 dapat menghasilkan bobot badan paling baik dibandingkan pada perlakuan lainnya karena penyerapan protein lebih baik. Menurut Isnaeni (2006) di dalam tubuh protein dihidrolisis menjadi asam amino. Hewan tidak dapat menyimpan kelebihan asam amino sehingga zat tersebut harus dikeluarkan dari tubuh atau mengalami metabolisme lebih lanjut. Sehingga konsumsi protein yang berlebih akan dikeluarkan dari tubuh berupa amonia, urea atau asam urat.
B. Pengaruh Penambahan Limbah Ikan Gurame terhadap FCR Ayam Broiler
3,231 3,4 3,2 2,761
3
2,775
2,765
2,8 2,6 2,4 P1(0%)
P2(8%)
P3(10%)
P4(12%)
FCR (Feed Convertion Ratio)
Keterangan: P1: Silase Ikan Gurame 0% P2: Silase Ikan Gurame 8% P3: Silase Ikan Gurame 10% P4: Silase Ikan Gurame 12%
Gb 2. FCR (Feed Convertion Ratio) Broiler Umur 5 Minggu
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan terhadap nilai FCR (P>0,05) seperti terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan Gambar 2 di atas menunjukkan pemberian silase ikan gurame 8% FCR terendah yaitu 2,761 dan FCR tertinggi pemberian silase ikan gurame 0 % adalah 3,231. Semakin kecil angka FCR menunjukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak mengkonsumsi pakan, untuk meningkatkan berat badan lebih optimal. Perlakuan P1 menunjukkan hasil yang paling boros/tidak efisien, ditunjukkan dengan nilai FCR sebesar 3,231. Hal ini berarti jumlah konsumsi pakan paling tinggi, namun dalam menghasilkan bobot badan yang paling rendah (1,725 kg). Sedangkan konversi ayam broiler dengan perlakuan P2, P3 dan P4 dalam umur 33 hari hampir sama (P2=2,761, P3=2,775, P4=2,765) tetapi dalam menghasil bobot badan paling baik yaitu P2 (2,125kg). Ayam yang mengkonsumsi ransum lebih banyak belum tentu pertumbuhannya lebih baik, karena hal ini dipengaruhi juga oleh komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam ransum itu sendiri. Kesehatan unggas juga mempengaruhi nilai konversi pakan. Unggas yang sehat akan memiliki konversi pakan yang lebih baik. Konversi ransum merupakan suatu kriteria untuk mengetahui efisiensi produksi, karena biaya ransum merupakan biaya terbesar dalam suatu usaha peternakan. Bertambahnya umur, konsumsi ransum akan meningkat serta konversi ransum meningkat pula. Untuk mencapai bobot badan yang sama, semakin besar konversi ransum maka
efisiensi ransum semakin rendah. Pengertian konversi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi untuk mendapatkan bobot badan tertentu. Menurut Anggorodi (1994) FCR dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, bentuk pakan, temperatur, lingkungan, konsumsi pakan, berat badan dan jenis kelamin. Menurut Nasheim dan Card (1979) dalam Widayati dan Widalestari (1996) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap FCR adalah suhu yang kurang nyaman, penyakit dan persediaan pakan atau air minum yang terbatas, faktor genetik, tatalaksana pemeliharaan, suhu lingkungan, kualitas pakan, kepadatan kandang dan penyakit. Penelitian ini menyatakan tidak ada pengaruh penambahan silase limbah ikan gurame terhadap nilai FCR broiler. Penambahan silase limbah ikan gurame menyebabkan perbedaan bobot badan yang signifikan pada P2 (P<0,05), akan tetapi tidak menyebabkan perbedaan nilai FCR (P>0,05) .
KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan, bahwa pemberian tambahan pakan silase limbah ikan gurame pada broiler mampu meningkatkan bobot badan secara signifikan (P<0,05), tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai FCR (P>0,05). Hasil penelitian terbaik (dilihat dari parameter bobot badan tertinggi dan FCR terendah) dijumpai pada perlakuan P2 (pemberian silase limbah ikan gurame dengan konsentrasi 8%).
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2004. Pengaruh cara pengolahan limbah ikan tuna (Thunnus atlanticus) terhadap kandungan gizi dan nilai energi metabolis pada ayam pedaging. Jurnal Bionatura. Vol. 8. No. 3. November 2006: 280 β 291. Abun. 2006. Protein dan Asam Amino pada Unggas (Bahan Ajar). Jatinangor: Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Abun. 2009. Lipid dan Asam Lemak pada Unggas dan Monogastrik (Bahan Ajar). Jatinangor: Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Afrianto, E dan E. Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Anggorodi R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke-5. Jakarta: PT. Gramedia. Elfiah. 1984. Pengaruh Penggantian Tepung Ikan dengan Silase Ikan terhadap Penampilan Ayam Pedaging. Karya Ilmiah Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Ferraz, L., R. Borghesi dan M. Oetterer. 2007. Use fish waste as silage-a review. Brazilian archives of biology and technology an international journal. September 2007. ISSN 1516-8913. Vol. 50, n. 5: pp. 879-886. Gustina. 2012. Pemanfaatan Ampas Tahu sebagai Pakan Unggas. Skripsi. Universitas Bengkulu. Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius. Kimball, J. W. 1994. Biologi. Jilid 2 (Diterjemahkan oleh Siti Soetarmi, Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri). Penerbit Erlangga. Jakarta. Kompiang IP. 1981. Pengaruh penyimpanan terhadap nilai gizi silase ikan. Prosiding Seminar Penelitian Peternakan. Puslitbang Peternakan. Balitbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Kompiang, I.P. dan S. Ilyas. 1983. Silase Ikan : Pengolahan, Penggunaan, dan Prospeknya di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Vol.I(1): 13-18. Kompiang, I.P. 1990. Fish silage and tepsil production technology. Research Institute for Animal Production. IARD Journal, Vol. 12 No. 4. Hal: 86-93. Kumorojati, B. 2011. Menjadi kaya berternak ayam broiler. Jakarta: Arta Pustaka. Rustad, T. 2003. Utilisation of Marine By-Product. Department of Biotechnology, Norwegian University of Science and Technology. Trondheim, Norway. Sulistyoningsih, M. 2015. Pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap kadar protein daging dan lemak daging broiler sebagai upaya peningkatan kualitas pangan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. ISSN: 2407-8050. Vol 1, (2), April 2015. Hal: 378382. http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0102.htm. Suryanti, Y., A. Priyadi, dan H. Mundriyanto. 2003. βPengaruh rasio energi dan protein yang berbeda terhadap efisiensi pemanfaatan protein pada benih baung (Mystus nemurus C. V.)β. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(1): 31-35 Sutarmat, T., A. Hanafi, K. Suwiryo, S. Ismi, Wardoyo, dan S. Kawahara. 2003. βPengaruh beberapa jenis pakan terhadap performansi ikan kerapu bebek (cromileptes altivelis) di keramba jaring apungβ. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(4):31-35.
Utojo. 1995. βPengaruh kadar protein pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kakap putih (Lates carcalifer bloch)β. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. I(4):37-46. Wahyu, J. 1994. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Widayati, E. dan Y. Widalestari. 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Surabaya: Trubus Agrisarana.