1
REKAYASA PAKAN MELALUI BIOFERMENTASI LIMBAH IKAN UNTUK MENINGKATKAN BOBOT BADAN DAN PANJANG TULANG TUNGKAI AYAM BROILER Mei Sulistyoningsih dan Reni Rakhmawati Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas PGRI Semarang
[email protected] [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap pertumbuhan ayam broiler. Subyek penelitian DOC broiler sejumlah 96 ekor unsex. Perlakuan penelitian ini terdiri dari P0 (Ransum komersial/kontrol), P1 (Ransum komersial + 2,5 % silase limbah ikan), P2 (Ransum komersial + 5 % silase limbah ikan), P3 (Ransum komersial + 7,5 % silase limbah ikan), dengan 4 ulangan. Desain percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), hasil percobaan dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap panjang tulang tarso dan panjang tulang tibia (P < 0,05) serta tidak ada pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap bobot badan dan panjang tulang femur (P > 0,05). Kata kunci : Bobot Badan, Tulang Tungkai, Broiler.
PENDAHULUAN
Tingginya harga bahan pakan penyusun ransum, seperti jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan menghambat pengembangan peternakan broiler. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dengan jalan menggalakkan potensi yang ada sebagai sumber bahan pakan ternak yang murah dan berkualitas, termasuk pemanfaatan limbah industri. Pemanfaatan limbah perikanan menjadi bahan pakan dapat memberikan arti penting bagi produksi peternakan, salah satu diantaranya yang memungkinkan untuk dimanfaatkan
2
sebagai bahan pakan alternatif adalah limbah ikan. Limbah ikan yang terdiri atas kepala, isi perut, daging, dan tulang ikan bila diberikan secara langsung dapat menimbulkan efek negatif karena cepat rusak dan menjadi busuk, sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu usaha untuk pengolahan limbah tersebut yaitu melalui proses pembuatan silase ikan, baik secara kimiawi maupun secara biologis (Abun, 2004). Ayam pedaging memiliki sifat tumbuh yang cepat dalam waktu relatif singkat dan tergolong ternak yang efisien dalam menggunakan ransum. Ayam pedaging sangat memungkinkan dijadikan ternak percobaan untuk menguji kualitas produk silase limbah ikan. Penggunaan produk silase limbah ikan dalam ransum diharapkan dapat menimbulkan respon positif dalam menunjang pertumbuhan dan produksi ayam pedaging (Abun, 2004). Penelitian ini akan menggunakan ransum pakan komersial. Penambahan limbah ikan diharapkan dapat meningkatkan bobot badan dan efisiensi pakan selama periode waktu penelitian. Pemanfaatan limbah ikan dalam ransum unggas diharapkan dapat mengurangi penggunaan pakan komersial yang hingga kini harganya masih relatif tinggi. Silase adalah bahan pakan atau ransum berkadar air tinggi (40 - 70%) yang diawetkan dalam kondisi an-aerob selama waktu tertentu. Silase dikatakan baik jika mempunyai pH 3-4, bau asam (didominasi oleh asam laktat), tidak berjamur mempunyai warna seperti atau mendekati warna bahan pakan atau ransum sebelum difermentasi, mengandung bakteri asam laktat lebih dari 106, dan mempunyai nilai gizi yang hampir sama dengan bahan asalnya karena kehilangan bahan kering selama proses fermentasi sangat sedikit. Silase yang baik dapat bertahan lebih dari satu tahun bila disimpan dalam kondisi an-aerob tanpa secara nyata menurunkan nilai gizinya. Semua bahan pakan dapat dijadikan silase dengan prasyarat sebagai berikut. Bahan pakan sumber energi berkadar air tinggi akan jauh lebih mudah dibuat silase dibandingkan dengan bahan pakan sumber protein karena bahan pakan sumber protein memerlukan penambahan sumber energi yang cukup untuk keberhasilan pembuatannya. Bahan pakan yang sudah terlanjur kering seperti dedak, pollard, bungkil inti sawit, bungkil kelapa dll perlu penambahan air dan bakteri asam laktat jika ingin dibuat silase. Sedangkan ransum komplit (campuran beberapa bahan pakan) lebih mudah dibuat silase dengan tingkat keberhasilan yang lebih baik dibandingkan dengan silase bahan baku. Selain dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan bahan pakan yang diolah dengan teknologi pengeringan, silase mengandung asam organik dan bakteri asam laktat yang sangat berguna dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Saat ini di beberapa negara maju asam organik telah
3
diklaim sebagai bahan pemacu pertumbuhan (growth promoter), di samping sebagai bahan pengawet bahan pakan dan pangan, sedangkan bakteri asam laktat telah umum diketahui sebagai probiotik. Sehingga pemberian pakan silase pada ternak tidak memerlukan lagi penambahan bakteri asam laktat (probiotik) dan asam organik (pemacu pertumbuhan), dengan perkataan lain pemberian pakan silase pada ternak akan mengurangi biaya pakan dan sekaligus juga dapat menurunkan impor BAL dan asam organik dalam jangka panjang. Lebih jauh ternak yang diberi silase akan memperoleh air alami (air dalam bahan pakan), sehingga kebutuhan air dari luar menjadi lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap performans broiler dilihat dari bobot badan dan panjang tulang tungkai (femur, tibia, tarso).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai Juli 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Materi penelitian DOC (Day Old Chick) broiler berjumlah 96 ekor, dengan BB sekitar 35 ± 2,16 g. Kandang pemeliharaan yang digunakan adalah kandang panggung berukuran 1 m x 1 m x 0,7 m (p x l x t). Jarak ketinggian dari lantai 50 cm, dengan dinding dan alas kandang dari ram kawat. Setiap kandang dibagi menjadi 4 flok. Setiap kandang dilengkapi dengan lampu dan thermostat sebagai pengatur suhu dalam kandang, serta termometer ruang. Suhu dalam kandang diatur 30˚C – 32˚C, pada awal pemeliharaan, selanjutnya diatur kebutuhan suhu dalam kandang dengan menyesuaikan umur broiler setiap minggu. Setiap ruang dalam kandang dilengkapi dengan tempat makan dan minum gantung. Perlakuan penelitian ini terdiri dari : P0 : Ransum komersial 100 % (kontrol) P1 : Ransum komersial 97,5 % + 2,5 % silase limbah ikan P2 : Ransum komersial 95,0 % + 5,0 % silase limbah ikan P3 : Ransum komersial 92,5 % + 7,5 % silase limbah ikan Populasi penelitian ini adalah DOC ayam broiler dengan jenis kelamin “unsex”. Penelitian ini ada 4 perlakuan masing masing dengan 4 ulangan. Ada 16 unit percobaan masing masing dengan 6 ekor setiap unit sehingga jumlah DOC 96 ekor.
4
Parameter penelitian yang diukur dalam penelitian ini adalah 1). Bobot badan, 2). Panjang tulang tulang tungkai (femur, tibia, tarso). Pengambilan data dilakukan pada akhir minggu ke lima. Analisis akhir dengan ANOVA dengan taraf signifikansi 5%, bila ada pengaruh dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian tentang pengaruh pemberian silase limbah ikan pada ayam broiler (Gallus domesticus) adalah sebagai berikut : 1. Bobot Badan Tabel 1. Rataan Bobot Badan dan Panjang Tulang Tungkai Broiler pada Umur 5 Minggu Perlakuan
Bobot Badan ----- g -----
Tulang Femur
Tulang Tibia
Tulang Tarso
---------------------- cm ------------------
P0
2480,5a
8,0a
8,2a
10,8ab
P1
2375,0a
8,0a
7,9ab
10,8ab
P2
2284,5a
7,5a
7,7b
10,3b
P3
2416,8a
8,1a
8,3a
11,1a
Keterangan : P0 : Ransum komersial 100 % (kontrol) P1 : Ransum komersial 97,5 % + 2,5 % silase limbah ikan P2 : Ransum komersial 95,0 % + 5,0 % silase limbah ikan P3 : Ransum komersial 92,5 % + 7,5 % silase limbah ikan Superskrip yang berbeda pada baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Superskrip yang sama pada baris yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Pertumbuhan merupakan fenomena kompleks yang tidak hanya dipengaruhi oleh hormon petumbuhan tetapi juga hormon tiroid, androgen, glukocotikoid dan insulin. Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu peningkatan massa. Faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pertumbuhan hewan. Makanan dan kondisi lingkungan merupakan faktor ekstrinsik yang paling
5
penting dalam mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan adalah penambahan bobot badan per satuan waktu (Tillman, 1991). Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu. Menurut Gordon dan Charles (2002), terdapat perbedaan bobot badan antara ternak yang diberikan ransum ad libitum dan ternak yang ransumnya dibatasi serta perbedaan antara ternak yang mendapat rasio ransum yang optimal dan ternak yang mendapat ransum tidak optimal.
PERLAKUAN Gambar 1. Pengaruh Silase Limbah Ikan terhadap Bobot Badan Broiler (g)
6
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian silase limbah ikan pada pakan terhadap bobot badan ayam broiler (P>0,05). Tidak adanya pengaruh yang berbeda nyata ini mungkin disebabkan karena ayam diberi pakan yang sama dengan kandungan protein dan energi yang sesuai dengan kebutuhan. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa jumlah konsumsi ransum sangat ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum. Apabila kandungan energi dalam ransum tinggi maka konsumsi pakan akan turun dan sebaliknya apabila kandungan energi ransum rendah, maka konsumsi pakan akan naik guna memenuhi kebutuhan akan energi. Dari hasil penelitan ini, rataan bobot badan yang diperoleh berkisar antara 2.284,5 – 2.480,5 g pada umur 5 minggu. Angka ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapat oleh Pokphand (2006) bahwa rataan bobot badan ayam broiler umur 5 minggu adalah 2.049,0 g. Perlakuan P0 (ransum komersial) menghasilkan rataan bobot badan 2.480,5 g sedangkan P3 (Ransum komersial + 7,5 % silase limbah ikan) menghasilkan rataan bobot badan 2.416,8 g, Pada uji laboratorium kadungan protein kasar pada limbah silase ikan 15.49 % BK, sedangkan kandungan protein kasar pada pakan komersial berkisar 18 – 21 %. Pemanfaatan limbah ikan untuk pakan ternak tidak bisa diberikan langsung begitu saja pada ternak, hal ini dikarenakan bahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang tidak sesuai dengan protein standar dan juga bahan tersebut mudah busuk dan banyak terdapat bakteri sehingga perlu pengolahan. Pada dasarnya pengolahan silase limbah ikan dengan proses penguraian senyawa-senyawa kompleks pada tubuh bagian ikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim yang terdapat pada bagian tubuh ikan itu sendiri ataupun berasal dari mikroorganisme lain (Nunung, 2012). Menurut Mukodiningsih (2003) umumnya produk silase hewan mengadung banyak air, sehingga dalam pencampuran perlu dikurangi kadar airnya sebelum dicampur dalam pakan atau diberikan langsung pada ternak. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai aditif dalam pengolahan silase adalah dedak. Dedak (bran) merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi pada lapisan luar maupun dalam dari butiran padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang
7
digiling menjadi beras dan energi yang terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kkal/kg. Dedak padi memiliki bau khas wangi dedak, jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia (Lordbroken, 2011, dikutip dari Dharmawati et al., 2014)). Dedak dalam pembuatan silase berfungsi sebagai sumber karbohidrat merupakan substrat bagi bakteri asam laktat dan menghasilkan senyawa asam terjadi penurunan pH, sehingga mematikan bakteri pembusuk maupun bakteri patogen tidak dapat tumbuh (Nunung, 2012). Penelitian ini juga menggunakan silase yang diberi dedak sebagai penyerap kadar air yang berlebih. Analisis laboratorium yang dilakukan pada silae limbah ayam menunjukkan kadar protein kasar 15,49% BK, ini lebih rendah dari kadar protein pakan komersial. Ayam broiler adalah unggas yangmembutuhkab kadar protein tinggi dalam ransumnya untuk mencapai pertumbuhan yang optimal dalam waktu pemeliharaan yang singkat (panen 5 minggu). Kandungan protein yang relative rendah disbanding pakan komersial, menjadi penyebab bobot badan P1. P2, dan P3 lebih rendah secara deskriptif disbanding P0, meskipun secara statistic tidak berbeda nyata (P>0,05). Secara ekonomis hal ini cukup menguntungkan, artinya dengan memberikan pakan darui limbah ikan yang dapat mengurangi beban biaya operasional, ternyata tetap dapat menghasilkan bobot badan broiler yang sama baiknya secara statistic, dengan hanya pemberian pakan komersial. Komposisi dedak perlu menjadi perhatian dalam penelitian sejenis untuk menghasilkan performans bobot badan yang lebih baik. Sesuai dengan hail penelitian Dharmawati et al (2014), yang menyatakan, untuk menghasilkan silase dengan kualitas fisik terbaik menggunakan rasio (1: 2 /dedak : limbah ikan), tetapi untuk menghasilkan silase dengan kadar protein tertinggi dengan rasio (1:4/ dedak: limbah ikan).
2. Panjang Tulang Femur, Tibia, dan Tarso Pertumbuhan tulang broiler tidak secepat pertumbuhan daging, sehingga peningkatan pertumbuhan tulang menjadi sangat penting. Pembatasan pakan adalah program memberikan pakan pada ternak sesuai dengan kebutuhan hidup pokoknya pada umur dan periode tertentu. Penbatasan pakan dapat dilakukan
8
melalui pembatasan kuantitatif dan kualitatif. Pembatasan pakan kuantitatatif dapat
mengurangi angka kematian dan dapat meningkatkan konversi pakan
(Fontana et al., 1992) dan dapat menyempurnakan bobot badan jika tingkat pembatasan tidak terlalu berat (Deaton, 1995). Pertumbuhan tulang
yang
sebenarnya dapat terjadi melalui dua proses yaitu
endochondral
intramembranous ossification, kemudian diikuti dengan
perubahan
dan
struktur
tulang dan perkembangan kerangka (Lawrence and Fowler, 2002). Menurut Sullivan (1994) di sitasi oleh (Yuniwarti et al., 2002), bahwa kecepatan mineralisasi tulang femur terjadi lebih lambat dibandingkan dengan tulang tarsus dan hal ini diduga bahwa tulang femur merupakan
rangkaian penyebab
abnormalitas perkembangan panjang tulang. Demikian juga menurut pendapat Forest et al. (1975), bahwa pertumbuhan yang paling cepat adalah tulang dan setelah tercapai ukuran maksimal pertumbuhan tulang akan terhenti, tulang lebih dulu tumbuh karena merupakan rangka yang menentukan konformasi otot. Hasil penelitian menunjukan tidak ada pengaruh pemberian silase limbah ikan sebagai zat tambahan pada pakan ayam broiler (Gallus domesticus) terhadap panjang tulang femur (P>0,05). Hasil data panjang tulang femur di atas menunjukkan tidak adanya pengaruh yang berbeda nyata ini disebabkan karena kandungan silase limbah ikan memiliki kadar Kalsium (Ca) sebesar 0,86 % dan Kadar Fosfor (P) 1,15%, yang sudah memenuhi kebutuhan dasar broiler Ca (0,91%) dan kebutuhan P(0,35-0,45%) (NRC, 1994). Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (2004) Kalsium dan fosfor merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan tulang. Pada ayam yang sedang pada masa pertumbuhan sebagian besar dari kalsium dalam ransum dipergunakan untuk pembentukan tulang.
9
PERLAKUAN Gambar 2. Pengaruh Silase Limbah Ikan terhadap Panjang Tulang Femur Broiler
Paha merupakan organ eksterior tubuh yang berfungsi menompang tubuh serta menjaga keseimbangan. Dari hasil penelitan ini, rata-rata panjang tulang femur yang diperoleh berkisar antara 7,5 – 8,1cm menunjukkan tidak berbeda nyata, meskipun secara deskriptif hasil femur terpanjang didapatkan pada perlakuan P3, dengan kadar silase terbanyak (7,5%). Kalsium (0,86%) dan fosfor (1,15%) yang terdapat dalam silase limbah ikan penelitian ini, setara dengan kadar Ca (0,9-1,1%) dan P lebih tinggi dibandingkan komposisi nutrisi dalam pakan komersial yang hanya (0,6 -0,9%). Hal ini sependapat Nguyen dan Bunchasak (2005). Pada masa umur muda ayam lokal merupakan masa yang sensitif terhadap kecukupan zat gizi yang diperoleh dari ransum. Oleh karena itu diharapkan dapat mencukupi kebutuhan gizi ayam muda agar dapat tumbuh secara maksimal. Kebutuhan nutrisi tersebut diperoleh dari konsumsi ransum harian ayam tersebut. Ayam tidak cukup hanya kebutuhan zat gizinya terpenuhi karena untuk tumbuh dengan maksimal masih dipengaruhi oleh suhu lingkungan sehari-hari (Haitook, 2006).
10
PERLAKUAN Gambar 3. Pengaruh Silase Limbah Ikan terhadap Panjang Tulang Tarso Broiler
Pertambahan berat, panjang dan lebar tulang akan berjalan beriringan dimana dalam proses pertumbuhan tulang, pembentukan tulang merupakan proses pertama kemudian dilanjutkan dengan proses pertambahan ukuran tulang melalui proses kalsifikasi tulang. Pada saat ayam broiler berumur 3 – 4 minggu, 80% pembentukan kerangka tubuh telah mencapai dimensi akhir. Penelitian ini memberikan hasil ada pengaruh pemberian silase terhadap panjang tulang tibia dan tarso broiler (P<0,05). Menurut Candrawati (2007), panjang tulang tarso memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan tulang kaki lainnya seperti seperti tulang tibia dan femur. Tulang tarso merupakan tulang kering dimana merupakan tempat deposisi mineral kalsium dan fosfor paling banyak yang digunakan untuk pembentukan kerangka tulang dibandingkan dengan tulang panjang lainnya. Kalsium (0,86%) dan fosfor (1,15) yang terdapat dalam silase limbah ikan sudah cukup seimbang. Menurut Tillman et al., (1998) bahwa imbangan dari Ca dan P pada ransum unggas adalah antara 1:1 dan 2:1. Keseimbangan antara kalsium dan fosfor dalam ransum sangat penting untuk pembentukan formasi jaringan tulang. Hal ini sesuai dengan
11
Pizauro Junior (2002), kalsium dan fosfor yang seimbang begitu penting dalam pembentukan formasi tulang karena deposisi kedua mineral ini dalam tulang dapat meningkatkan berat tulang yang masih dalam proses pertumbuhan. Menurut Wilson et al. (1991), jaringan tulang tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan fungsi hormonal yang mempengaruhi laju pertumbuhan, bentuk tulang serta ukuran dari tulang. Demikian juga menurut Tillman et al. (1998), pertumbuhan tulang terjadi pada saat ternak masih dalam masa pertumbuhan, yang meliputi proses kalsifikasi dan penyusunan matriks tulang.
PERLAKUAN Gambar 4. Pengaruh Silase Limbah Ikan terhadap Panjang Tulang Tibia Broiler
Hasil data panjang tulang tibia dan tarso di atas menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatim (1991) bahwa variasi yang terdapat pada suatu individu disebabkan oleh variasi genetik dan lingkungan.
12
Menurut Sartika (2000) bahwa bobot badan berkorelasi positif dengan ukuran dan berat tulang tibia. Ditambahkan juga oleh Applegate dan Lilburn (2002), bobot badan menyumbang 90% – 98% variabilitas ukuran panjang tulang tibia. Bobot badan yang tinggi diindikasikan dengan pertumbuhan yang baik karena nutrien dalam ransum mampu digunakan tubuh guna mencapai pertumbuhan yang maksimal, baik pertumbuhan tulang, daging maupun lemak. Bobot
badan yang tinggi menunjukkan pertumbuhan daging yang baik serta
semakin besar konformasi tulang yang dibentuk sebagai tempat melekatnya daging dan menopang tubuh. Dalam proses pembentukan korformasi tulang, proses kalsifikasi tulang meningkat. Proses kalsifikasi tulang memerlukan jumlah kalsium (Ca) dan fosfor (P) yang seimbang guna dibawa ke dalam matriks tulang yang akan mempengaruhi kepadatan, kekuatan dan struktur tulang. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler antara lain faktor nutrisional yang meliputi protein, vitamin dan mineral (kalsium, fosfor, natrium, kalium). Faktor manajerial meliputi genetik, jenis kelamin, umur, penyakit dan manajemen pemeliharaan (Wahju, 2004). Kandungan Ca dan P yang tinggi dan seimbang pada silase limbah ikan menjadi sebab ada pengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang tibia dan tarso, serta menghasilkan panjang femur dengan rataan terpanjang. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Purnama (2006), yang menggunakan silase campuran ikan asin dan daun singkong pada ransum broiler, pemberian silase pada ransum perlakuan sampai taraf 10 % masih bisa dianjurkan karena menghasilkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan kecernaan yang tinggi serta konversi yang rendah, pada pemeliharaan broiler sampaiu umur 6 minggu.
13
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penambahan silase limbah ikan berpengaruh pada panjang tulang tibia dan panjang tulang tarso (P<005), serta tidak berpengaruh terhadap bobot badan dan panjang tulang femur (P>0,05). Performan ayam (bobot badan, panjang tulang femur, tibia dan tarso) banyak dipengaruhi oleh factor pakan. Penelitian ini merekomendasikan pemberian makanan berupa silase limbah ikan pada pemeliharaan ayam broiler untuk meningkatkan performans, menghemat biaya produksi, serta mengurangi limbah ikan yang selama ini banyak terbuang. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lanjut untuk : 1. Mengkaji level tambahan dedak yang terbaik pada silase limbah ikan, untuk menghasilkan performans broiler yang terbaik. 2. Menerapkan hasil penelitian, untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2004. Pengaruh cara pengolahan limbah ikan tuna (Thunnus atlanticus) terhadap kandungan gizi dan nilai energi metabolis pada ayam pedaging. Jurnal Bionatura. Vol. 8. No. 3. November 2006. p: 280 – 291. Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. _____________, 1985. Pengaruh penambahan probiotik selulolitik (cellulomonas sp) dalam pakan terhadap kualitas karkas, lemak abdominal dan berat organ dalam ayam pedaging. Jurnal. Program Studi Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. _____________, 1985. Pengaruh frekuensi pemberian pakan pada pembatasan pakan terhadap bobot akhir, lemak abdominal, dan kadar lemak hati ayam broiler. Anim. Agri. Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 336 – 343. Jurnal. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
14
Applegate, T. J dan Lilburn, M. S. 2002. Growth of the femur and tibia of a commercial broiler line. Poultry Sci. 81:1289-1294 Candrawati, V. Y. 2007. Studi Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung, Ayam Sentul dan Ayam Wareng Tangerang. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi). Deaton, J. W., 1995. Environmental Factors Involved in Growth and Development in World Animal Science, Production- System Approach. Pages 119-138 in: Poultry Production, ed. Dr. Peter Hunton, Elsevier Publishers, New York, NY. Dharmawati, S., A. Malik, dan M. Rafi’i. 2014. Tingkat penggunaan dedak sebagai aditif terhadap kualitas fisik dan kadar protein silase limbah ikan. Media Sains. April 2014. ISSN : 2085-3548. Vol 7 (1) : 103 – 112. Fontana, E. A., Weaver, W. D., Denbow, D. M., Watkins, B. A. 1992. Effect of early feed restriction on growth, feed:gain ration and mortality in broiler chickens. Poultry Sci., Champaign, V. 71, p: 1296-1305. Forest, J. C., 1975. Collagen. In: The Science of Meat and Meat Product. W. H. Freeman and Company, San Francisco. Gaspersz. V., 1991. Metode Perancangan Percobaan. Arcimo, Bandung. Gordon, S. H. & D. R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Product: Their Technology and Scientific Principles. Nottingham University Press, UK Haitook, T., 2006. Study on Chicken Meat Production for Small-Scale Farmers in Northeast Thailand. Kassel University Press, GmbH, Beiheft, pp: 96. Lawrence, T.L.L. and Fowler, V.R. 2002. Efficiency and growth. In : Lawrence, T.L.J. and Fowler, V.R. (eds). Growth of Farm Animal. CAB. International. Wallingford, U.K. pp : 216 – 228. Lordbroken. 2011. http://lordbroken.wordpress.com/2011/01/25/dedak-padi/ (tanggal akses 04-08-2012)
NRC. (ed.), 1994. Nutrient reguirements of poultry. 9th. National Acedemy of Science. Yogyakarta. Nunung, A. 2012. Silase Ikan Untuk Pakan Ternak. Dinas Peternakan Sulawesi Selatan.
Nguyen, V. T. and Bunchasak, C. 2005. Effect of dietary protein and energy on growth performance and carcass characteristics of Betong chicken at early growth stage. Songklanakarin Journal Science and Technology, 27: 1171-1178.
15
Pizauro Junior, J.M. 2002. Hormonios e regalacao do tecido osseo. In: Macari, M., Furian, R.L., Gonzales, E.(Eds), Fisiologia aviaria aplicada a frangos de corte. FUNEP/UNESP, Jaboticabal, : 260 – 273. Purnama, R.I. 2006. Respons Ayam Broiler terhadap Teknik Pertumbuhan Kompensasi : 4. Pemberian Serbuk Gergaji Diikuti Pemberian Silase Ikan Asin-Daun Singkong pada Periode Realimentasi. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sartika, T. 2000. Studi Keragaman Fenotipik dan Genetik Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) pada Populasi Dasar Seleksi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. (Tesis Magister Ilmu Ternak). Sulistyoningsih, M. 2004. Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ayam Broiler Periode Starter Akibat Cekaman Temperatur dan Awal Pemberian Pakan yang Berbeda. Thesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Suprijatna, E., U.Atmomarsono, dan R. Kartasudjana.2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Wilson, H. R, M. A. Boone, A. S. Arofa and D. M. Janky. 1991. Abdominal fat padreduction in broiler with thyroactive iodinated casein. Poultry Sci. 62 : 811-818. Yatim, W. 1991. Genetika, Edisi IV. Bandung : Tarsito. Yuniwarti, Enny Yusuf W., dan S. Tyas Rini. 2002. Aktifitas Kalsifikasi Tulang Tibia Broiler Jantan dan Betina Setelah Pemberian 1,25-d1h idroxycholecalciferol. Documentation. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. http://eprints.undip.ac.id/20842/
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Seminar Nasional Biologi 2014 : “Biologi : Penelitian, Pengembangan, dan Pembelajarannya”. FPMIPA, UNNES Semarang. 29 November 2014.
REKAYASA PAKAN MELALUI BIOFERMENTASI LIMBAH IKAN UNTUK MENINGKATKAN BOBOT BADAN DAN PANJANG TULANG TUNGKAI AYAM BROILER Mei Sulistyoningsihdan Reni Rakhmawati Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas PGRI Semarang
[email protected] [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap pertumbuhan ayam broiler. Subyek penelitian DOC broiler sejumlah 96 ekor unsex. Perlakuan penelitian ini terdiri dari P0 (Ransum komersial/kontrol), P1 (Ransum komersial + 2,5 % silase limbah ikan), P2 (Ransum komersial + 5 % silase limbah ikan), P3 (Ransum komersial + 7,5 % silase limbah ikan), dengan 4 ulangan. Desain percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), hasil percobaan dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap panjang tulang tarso dan panjang tulang tibia(P < 0,05) serta tidak ada pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap bobot badan dan panjang tulang femur(P > 0,05). Kata kunci :Bobot Badan, Tulang Tungkai, Broiler.
19
PENDAHULUAN
Tingginya harga bahan pakan penyusun ransum, seperti jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan menghambat pengembangan peternakan broiler. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dengan jalan menggalakkan potensi yang ada sebagai sumber bahan pakan ternak yang murah dan berkualitas, termasuk pemanfaatan limbah industri.Pemanfaatan limbah perikanan menjadi bahan pakan dapat memberikan arti penting bagi produksi peternakan, salah satu diantaranya yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif adalah limbah ikan. Limbah ikan yang terdiri atas kepala, isi perut, daging, dan tulang ikan bila diberikan secara langsung dapat menimbulkan efek negatif karena cepat rusak dan menjadi busuk, sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu usaha untuk pengolahan limbah tersebut yaitu melalui proses pembuatan silase ikan, baik secara kimiawi maupun secara biologis (Abun, 2004). Ayam pedaging memiliki sifat tumbuh yang cepat dalam waktu relatif singkat dan tergolong ternak yang efisien dalam menggunakan ransum. Ayam pedaging sangat memungkinkan dijadikan ternak percobaan untuk menguji kualitas produk silase limbah ikan. Penggunaan produk silase limbah ikan dalam ransum diharapkan dapat menimbulkan respon positif dalam menunjang pertumbuhan dan produksi ayam pedaging (Abun, 2004). Penelitian ini akan menggunakan ransum pakan komersial. Penambahan limbah ikan diharapkan dapat meningkatkan bobot badan dan efisiensi pakan selama periode waktu penelitian.Pemanfaatan limbah ikandalam ransum unggas diharapkan dapat mengurangi penggunaan pakan komersial yang hingga kini harganya masih relatif tinggi. Silase adalah bahan pakan atau ransum berkadar air tinggi (40 - 70%) yang diawetkan dalam kondisi an-aerob selama waktu tertentu. Silase dikatakan baik jika mempunyai pH 3-4, bau asam (didominasi oleh asam laktat), tidak berjamur mempunyai warna seperti atau mendekati warna bahan pakan atau ransum sebelum difermentasi, mengandung bakteri asam laktat lebih dari 106, dan mempunyai nilai gizi yang hampir sama dengan bahan asalnya karena kehilangan bahan kering selama proses fermentasi sangat sedikit. Silase yang baik dapat bertahan lebih dari satu tahun bila disimpan dalam kondisi an-aerob tanpa secara nyata menurunkan nilai gizinya. Semua bahan pakan dapat dijadikan silase dengan prasyarat sebagai berikut. Bahan pakan sumber energi berkadar air tinggi akan jauh lebih mudah dibuat silase dibandingkan dengan bahan pakan sumber protein karena bahan pakan sumber protein memerlukan penambahan sumber energi yang cukup untuk
20
keberhasilan pembuatannya. Bahan pakan yang sudah terlanjur kering seperti dedak, pollard, bungkil inti sawit, bungkil kelapa dll perlu penambahan air dan bakteri asam laktat jika ingin dibuat silase. Sedangkan ransum komplit (campuran beberapa bahan pakan) lebih mudah dibuat silase dengan tingkat keberhasilan yang lebih baik dibandingkan dengan silase bahan baku. Selain dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan bahan pakan yang diolah dengan teknologi pengeringan, silase mengandung asam organik dan bakteri asam laktat yang sangat berguna dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Saat ini di beberapa negara maju asam organik telah diklaim sebagai bahan pemacu pertumbuhan (growth promoter), disamping sebagai bahan pengawet bahan pakan dan pangan, sedangkan bakteri asam laktat telah umum diketahui sebagai probiotik. Sehingga pemberian pakan silase pada ternak tidak memerlukan lagi penambahan bakteri asam laktat (probiotik) dan asam organik (pemacu pertumbuhan), dengan perkataan lain pemberian pakan silase pada ternak akan mengurangi biaya pakan dan sekaligus juga dapat menurunkan impor BAL dan asam organik dalam jangka panjang. Lebih jauh ternak yang diberi silase akan memperoleh air alami (air dalam bahan pakan), sehingga kebutuhan air dari luar menjadi lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh pemberian silase limbah ikan terhadap performans broiler dilihat dari bobot badan dan panjang tulang tungkai (femur, tibia, tarso).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai Juli 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).Materi penelitian DOC (Day Old Chick) broiler berjumlah 96 ekor, dengan BB sekitar 35 ±2,16g.Kandang pemeliharaan yang digunakan adalah kandang panggung berukuran 1 m x 1m x 0,7 m (p x l x t). Jarak ketinggian dari lantai 50 cm, dengan dinding dan alas kandang dari ram kawat. Setiap kandang dibagi menjadi 4 flok.Setiap kandang dilengkapi dengan lampu dan thermostat sebagai pengatur suhu dalam kandang, serta termometer ruang. Suhu dalam kandang diatur 30˚C – 32˚C, pada awal pemeliharaan, selanjutnya diatur kebutuhan suhu dalam kandang dengan menyesuaikan umur broiler setiap minggu.Setiap ruang dalam kandang dilengkapi dengan tempat makan dan minum gantung. Perlakuan penelitian ini terdiri dari :
21
P0: Ransum komersial 100 % (kontrol) P1 : Ransum komersial 97,5 % + 2,5 % silase limbah ikan P2 : Ransum komersial 95,0 % + 5,0 % silase limbah ikan P3 : Ransum komersial 92,5 % + 7,5 % silase limbah ikan Populasi penelitian ini adalah DOC ayam broiler dengan jenis kelamin “unsex”.Penelitian ini ada 4 perlakuan masing masing dengan 4 ulangan.Ada 16 unit percobaan masing masing dengan 6 ekor setiap unit sehingga jumlah DOC 96 ekor. Parameter penelitian yang diukur dalam penelitian ini adalah 1).Bobot badan, 2).Panjang tulang tulang tungkai (femur, tibia, tarso). Pengambilan data dilakukan pada akhir minggu ke lima. Analisis akhir dengan ANOVA dengan taraf signifikansi 5%, bila ada pengaruh dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian tentang pengaruh pemberiansilase limbah ikan pada ayam broiler (Gallus domesticus)adalah sebagai berikut : 1. Bobot Badan Tabel 1. Rataan Bobot Badan dan Panjang Tulang TungkaiBroiler pada Umur 5 Minggu Perlakuan
Bobot Badan ----- g -----
Tulang Femur
Tulang Tarso
Tulang Tibia
---------------------- cm ------------------
P0
2480,5a
8,0a
8,2a
10,8ab
P1
2375,0a
8,0a
7,9ab
10,8ab
P2
2284,5a
7,5a
7,7b
10,3b
P3
2416,8a
8,1a
8,3a
11,1a
Keterangan : P0: Ransum komersial 100 % (kontrol) P1 : Ransum komersial 97,5 % + 2,5 % silase limbah ikan P2 : Ransum komersial 95,0 % + 5,0 % silase limbah ikan P3 : Ransum komersial 92,5 % + 7,5 % silase limbah ikan
22
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Superskrip yang sama pada baris yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) Pertumbuhan merupakan fenomena kompleks yang tidak hanya dipengaruhi oleh hormon petumbuhan tetapi juga hormon tiroid, androgen, glukocotikoid dan insulin. Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu peningkatan massa. Faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pertumbuhan hewan.Makanan dan kondisi lingkungan merupakan faktor ekstrinsik yang paling penting dalam mempengaruhi pertumbuhan.Pertumbuhan adalah penambahan bobot badan persatuan waktu (Tillman, 1991). Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu. Menurut Gordon dan Charles (2002), terdapat perbedaan bobot badan antara ternak yang diberikan ransum ad libitum dan ternak yang ransumnya dibatasi serta perbedaan antara ternak yang mendapat rasio ransum yang optimal dan ternak yang mendapat ransum tidak optimal.
23
g/ 5 minggu 2500,0
2480,5
2450,0
2416,8 2375,0
2400,0 2350,0
2284,5
2300,0 2250,0 2200,0 2150,0 P0
P1
P2
P3
PERLAKUAN Gambar 1. Pengaruh Silase Limbah Ikan terhadap Bobot Badan Broiler (g)
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian silase limbah ikan pada pakan terhadap bobot badan ayam broiler (P>0,05). Tidak adanya pengaruh yang berbeda nyata ini mungkin disebabkan karena ayam diberi pakan yang sama dengan kandunganprotein dan energi yang sesuai dengan kebutuhan. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa jumlah konsumsi ransum sangat ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum. Apabila kandungan energi dalam ransum tinggi maka konsumsi pakan akan turun dan sebaliknya apabila kandungan energi ransum rendah, maka konsumsi pakan akan naik guna memenuhi kebutuhan akan energi. Rataan bobot badan yang diperoleh dari hasil penelitan iniberkisar antara 2.284,5 – 2.480,5g pada umur 5 minggu. Angka ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapat oleh Pokphand (2006)bahwarataan bobot badan ayam broiler umur 5 minggu adalah 2.049,0 g. Perlakuan P0 (ransum komersial)
24
menghasilkan rataan bobot badan 2.480,5 g sedangkan P3 (Ransum komersial + 7,5 % silase limbah ikan) menghasilkan rataan bobot badan 2.416,8g, Kadungan protein kasar pada uji laboratorium limbah silase ikan 15.49% BK, sedangkan kandungan protein kasar pada pakan komersial berkisar18 – 21 %.Pemanfaatan limbah ikan untuk pakan ternak tidak bisa diberikan langsung begitu saja pada ternak, hal ini dikarenakan bahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang tidak sesuai dengan protein standar dan juga bahan tersebut mudah busuk dan banyak terdapat bakteri sehingga perlu pengolahan. Pengolahan silase limbah ikan pada dasarnya, dengan proses penguraian senyawa-senyawa kompleks pada tubuh bagian ikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim yang terdapat pada bagiantubuh ikan itu sendiri ataupun berasal dari mikroorganisme lain (Nunung, 2012). Menurut Mukodiningsih (2003) umumnya produk silase hewan mengadung banyak air, sehingga dalam pencampuran perlu dikurangi kadar airnya sebelum dicampur dalam pakan atau diberikan langsung pada ternak. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai aditif dalam pengolahan silase adalah dedak. Dedak (bran) merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi pada lapisan luar maupun dalam dari butiran padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang digiling menjadi beras dan energi yang terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kkal/kg. Dedak padi memiliki bau khas wangi dedak, jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia (Lordbroken, 2011, dikutip dari Dharmawati et al., 2014)).Dedak dalam pembuatan silase berfungsi sebagai sumber karbohidrat merupakan substrat bagi bakteri asam laktat dan menghasilkan senyawa asam terjadi penurunan pH, sehingga mematikan bakteri pembusuk maupun bakteri patogen tidak dapat tumbuh (Nunung, 2012). Penelitian ini juga menggunakan silase yang diberi dedak sebagai penyerap kadar air yang berlebih. Analisis laboratorium yang dilakukan pada silae limbah ayam menunjukkan kadar protein kasar 15,49% BK, ini lebih rendah dari kadar protein pakan komersial. Ayam broiler adalah unggas yangmembutuhkab kadar protein tinggi dalam ransumnya untuk mencapai pertumbuhan yang optimal dalam waktu pemeliharaan yang singkat (panen 5 minggu). Kandungan protein yang relative rendah disbanding pakan komersial, menjadi penyebab bobot badan P1. P2, dan P3
25
lebih rendah secara deskriptif disbanding P0, meskipun secara statistic tidak berbeda nyata (P>0,05). Secara ekonomis hal ini cukup menguntungkan, artinya dengan memberikan pakan darui limbah ikan yang dapat mengurangi beban biaya operasional, ternyata tetap dapat menghasilkan bobot badan broiler yang sama baiknya secara statistic, dengan hanya pemberian pakan komersial. Komposisi dedak perlu menjadi perhatian dalam penelitian sejenis untuk menghasilkan performans bobot badan yang lebih baik. Sesuai dengan hail penelitian Dharmawati et al (2014), yang menyatakan, untuk menghasilkan silase dengan kualitas fisik terbaik menggunakan rasio (1: 2 /dedak : limbah ikan), tetapi untuk menghasilkan silase dengan kadar protein tertinggi dengan rasio (1:4/ dedak: limbah ikan).
2. Panjang Tulang Femur, Tibia, dan Tarso Pertumbuhan tulang broiler tidak secepat pertumbuhan daging, sehingga peningkatan pertumbuhan tulang menjadi sangat penting. Pembatasan pakan adalah program memberikan pakan pada ternak sesuai dengan kebutuhan hidup pokoknya pada umur dan periode tertentu. Penbatasan pakan dapat dilakukan melalui pembatasan kuantitatif dan kualitatif. Pembatasan pakan kuantitatatif dapat
mengurangi angka kematian dan dapat meningkatkan konversi pakan
(Fontana et al., 1992) dan dapat menyempurnakan bobot badan jika tingkat pembatasan tidak terlalu berat (Deaton, 1995). Pertumbuhan tulang
yang
sebenarnya dapat terjadi melalui dua proses yaitu
endochondral
intramembranous ossification, kemudian diikuti dengan
perubahan
dan
struktur
tulang dan perkembangan kerangka (Lawrence and Fowler, 2002). Menurut Sullivan (1994) di sitasi oleh (Yuniwartiet al., 2002), bahwa kecepatan mineralisasi tulang femur terjadi lebih lambat dibandingkan dengan tulang tarsus dan hal ini diduga bahwa tulang femur merupakan
rangkaian penyebab
abnormalitas perkembangan panjang tulang. Demikian juga menurut pendapat Forest et al. (1975), bahwa pertumbuhan yang paling cepat adalah tulang dan setelah tercapai ukuran maksimal pertumbuhan tulang akan terhenti, tulang lebih dulu tumbuh karena merupakan rangka yang menentukan konformasi otot.
26
Hasil penelitian menunjukan tidak ada pengaruh pemberian silase limbah ikan sebagai zat tambahan pada pakan ayam broiler (Gallus domesticus)terhadap panjang tulang femur (P>0,05). Hasil data panjang tulang femur di atas menunjukkan tidak adanya pengaruh yang berbeda nyata ini disebabkan karena kandungan silase limbah ikan memiliki kadar Kalsium (Ca) sebesar 0,86 % dan Kadar Fosfor (P) 1,15%, yang sudah memenuhi kebutuhan dasar broiler Ca (0,9-1%) dan kebutuhan P(0,35-0,45%) (NRC, 1994). Hal ini sesuai dengan pendapat Wahju (2004) Kalsium dan fosfor merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan tulang. Pada ayam yang sedang pada masa pertumbuhan sebagian besar dari kalsium dalam ransum dipergunakan untuk pembentukan tulang.
cm 8,1
8,1 8,0 7,9 7,8 7,7 7,6 7,5 7,4 7,3 7,2
8,0
8,0
7,5
P0
P1
P2
P3
PERLAKUAN Gambar 2. Pengaruh Silase Limbah Ikan terhadap Panjang Tulang Femur Broiler
Paha merupakan organ eksterior tubuh yang berfungsi menompang tubuh serta menjaga keseimbangan. Dari hasil penelitan ini, rata-rata panjang tulang femur yang diperoleh berkisar antara 7,5 – 8,1cm menunjukkan tidak berbeda nyata, meskipun secara deskriptif hasil femur terpanjang didapatkan pada perlakuan P3, dengan kadar silase terbanyak (7,5%).
27
Kalsium (0,86%) dan fosfor (1,15%) yang terdapat dalam silase limbah ikan penelitian ini, setara dengan kadar Ca (0,9-1,1%) dan P lebih tinggi dibandingkan komposisi nutrisi dalam pakan komersial yang hanya (0,6 0,9%).Hal ini sependapat Nguyen dan Bunchasak (2005).Pada masa umur muda ayam lokal merupakan masa yang sensitif terhadap kecukupan zat gizi yang diperoleh dari ransum.Oleh karena itu diharapkan dapat mencukupi kebutuhan gizi ayam muda agar dapat tumbuh secara maksimal.Kebutuhan nutrisi tersebut diperoleh dari konsumsi ransum harian ayam tersebut.Ayam tidak cukup hanya kebutuhan zat gizinya terpenuhi karena untuk tumbuh dengan maksimal masih dipengaruhioleh suhu lingkungan sehari-hari (Haitook, 2006).
cm 8,3
8,4 8,2 8,2 7,9
8,0
7,7
7,8 7,6 7,4 P0
P1
P2
P3
PERLAKUAN Gambar 3. Pengaruh Silase Limbah Ikan terhadap Panjang Tulang Tarso Broiler
Pertambahan berat, panjang dan lebar tulang akan berjalan beriringan dimana dalam proses pertumbuhan tulang, pembentukan tulang merupakan proses pertama kemudian dilanjutkan dengan proses pertambahan ukuran tulang melalui proses kalsifikasi tulang. Pada saat ayam broiler berumur 3 – 4 minggu, 80% pembentukan kerangka tubuh telah mencapai dimensi akhir.
28
Penelitian ini memberikan hasil ada pengaruh pemberian silase terhadap panjang tulang tibia dan tarso broiler (P<0,05). Menurut Candrawati (2007), panjang tulang tarso memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan tulang kaki lainnya seperti seperti tulang tibia dan femur. Tulang tarsomerupakan tulang kering dimana merupakan tempat deposisi mineral kalsium dan fosfor paling banyak yang digunakan untuk pembentukan kerangka tulang dibandingkan dengan tulang panjang lainnya.Kalsium (0,86%) dan fosfor (1,15) yang terdapat dalam silase limbah ikansudah cukup seimbang. Menurut Tillman et al., (1998) bahwa imbangan dari Ca dan P pada ransum unggas adalah antara 1:1 dan 2:1. Keseimbangan antara kalsiumdan fosfor dalam ransum sangat penting untuk pembentukan formasi jaringan tulang. Hal ini sesuai dengan Pizauro Junior (2002), kalsium dan fosfor yang seimbang begitu penting dalam pembentukan formasi tulang karena deposisi kedua mineral ini dalam tulang dapat meningkatkan berat tulang yang masih dalam proses pertumbuhan. Menurut Wilson et al. (1991), jaringan tulang tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan fungsi hormonal yang mempengaruhi laju pertumbuhan, bentuk tulang serta ukuran dari tulang. Demikian juga menurut Tillman et al. (1998), pertumbuhan tulang terjadi pada saat ternak masih dalam masa pertumbuhan, yang meliputi proses kalsifikasi dan penyusunan matriks tulang.
29
cm 11,1
11,2 11,0
10,8
10,8
10,8 10,6 10,3
10,4 10,2 10,0 9,8 P0
P1
P2
P3
PERLAKUAN Gambar 4. Pengaruh Silase Limbah Ikan terhadap Panjang Tulang Tibia Broiler
Hasil data panjang tulang tibia dan tarso di atas menunjukkanadanya pengaruh yang berbeda nyata. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.Hal ini sesuai dengan pendapat Yatim (1991) bahwa variasi yang terdapat pada suatu individu disebabkan oleh variasi genetik dan lingkungan. Menurut Sartika (2000) bahwa bobot badan berkorelasi positif dengan ukuran dan berat tulang tibia.Ditambahkan juga oleh Applegate dan Lilburn (2002), bobot badan menyumbang 90% – 98% variabilitas ukuran panjang tulang tibia.Bobot badan yang tinggi diindikasikan dengan pertumbuhan yang baik karena nutrien dalam ransum mampu digunakan tubuh guna mencapai pertumbuhan
yang maksimal,
baik
pertumbuhan tulang, dagingmaupun
lemak.Bobot badan yang tinggi menunjukkan pertumbuhan daging yang baik serta semakin besar konformasi tulang yang dibentuk sebagai tempat melekatnya daging dan menopang tubuh. Dalam proses pembentukan korformasi tulang, proses kalsifikasi tulang meningkat. Proses kalsifikasi tulang memerlukan jumlah
30
kalsium (Ca) dan fosfor (P) yang seimbang guna dibawa ke dalam matriks tulang yang akan mempengaruhi kepadatan, kekuatan dan struktur tulang. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler antara lain faktor nutrisional yang meliputi protein, vitamin dan mineral (kalsium, fosfor, natrium, kalium). Faktor manajerial meliputi genetik, jenis kelamin, umur, penyakit dan manajemen pemeliharaan (Wahju, 2004). Kandungan Ca dan P yang tinggi dan seimbang pada silase limbah ikan menjadi sebab ada pengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang tibia dan tarso, serta menghasilkan panjang femur dengan rataan terpanjang. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Purnama (2006), yang menggunakan silase campuran ikan asin dan daun singkong pada ransum broiler, pemberian silase pada ransum perlakuan sampai taraf 10 % masih bisa dianjurkan karena menghasilkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan kecernaan yang tinggi serta konversi yang rendah, pada pemeliharaan broiler sampaiu umur 6 minggu.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penambahan silase limbah ikan berpengaruh pada panjang tulang tibia dan panjang tulang tarso (P<005), serta tidak berpengaruh terhadap bobot badan dan panjang tulang femur (P>0,05). Performan ayam (bobot badan, panjang tulang femur, tibia dan tarso) banyak dipengaruhi oleh factor pakan.Penelitian ini merekomendasikan pemberianmakanan berupa silase limbah ikan pada pemeliharaan ayam broiler untuk meningkatkan performans, menghemat biaya produksi, serta mengurangi limbah ikan yang selama ini banyak terbuang.
31
Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lanjut untuk : 1. Mengkaji level tambahan dedak yang terbaik pada silase limbah ikan, untuk menghasilkan performans broiler yang terbaik. 2. Menerapkan hasil penelitian, untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2004. Pengaruh cara pengolahan limbah ikan tuna (Thunnus atlanticus) terhadap kandungan gizi dan nilai energi metabolis pada ayam pedaging. Jurnal Bionatura. Vol. 8. No. 3. November 2006. p: 280 – 291. Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. _____________, 1985. Pengaruh penambahan probiotik selulolitik (cellulomonas sp) dalam pakan terhadap kualitas karkas, lemak abdominal dan berat organ dalam ayam pedaging. Jurnal. Program Studi Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. _____________, 1985. Pengaruh frekuensi pemberian pakan pada pembatasan pakan terhadap bobot akhir, lemak abdominal, dan kadar lemak hati ayam broiler.Anim. Agri. Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 336 – 343. Jurnal. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Applegate, T. J dan Lilburn, M. S. 2002. Growth of the femur and tibia of a commercial broiler line. Poultry Sci. 81:1289-1294 Candrawati, V. Y. 2007. Studi Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung, Ayam Sentul dan Ayam Wareng Tangerang. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi). Deaton, J. W., 1995. Environmental Factors Involved in Growthand Development in World Animal Science, Production-System Approach. Pages 119138 in: Poultry Production,ed. Dr. Peter Hunton, Elsevier Publishers, New York, NY. Dharmawati, S., A. Malik, dan M. Rafi’i. 2014. Tingkat penggunaan dedak sebagai aditif terhadap kualitas fisik dan kadar protein silase limbah ikan. Media Sains. April 2014. ISSN : 2085-3548. Vol 7 (1) : 103 – 112.
32
Fontana, E. A.,Weaver, W. D., Denbow, D. M.,Watkins, B. A. 1992. Effect of early feed restriction on growth, feed:gain ration and mortality in broiler chickens. Poultry Sci., Champaign, V. 71, p: 1296-1305. Forest, J. C., 1975. Collagen. In: The Science of Meat and Meat Product. W. H.Freeman and Company, San Francisco. Gaspersz. V., 1991. Metode Perancangan Percobaan. Arcimo, Bandung. Gordon, S. H. & D. R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Product: TheirTechnology and Scientific Principles. Nottingham University Press, UK Haitook, T., 2006. Study on Chicken Meat Production for Small-Scale Farmers in Northeast Thailand. Kassel University Press, GmbH, Beiheft, pp: 96. Lawrence, T.L.L. and Fowler, V.R. 2002.Efficiency and growth.In : Lawrence, T.L.J. and Fowler, V.R. (eds). Growth of Farm Animal.CAB.International. Wallingford, U.K. pp : 216 – 228. Lordbroken. 2011. http://lordbroken.wordpress.com/2011/01/25/dedak-padi/ (tanggal akses 04-08-2012)
NRC. (ed.), 1994. Nutrient reguirements of poultry. 9th. National Acedemy of Science. Yogyakarta. Nunung, A. 2012. Silase Ikan Untuk Pakan Ternak. Dinas Peternakan Sulawesi Selatan.
Nguyen, V. T. and Bunchasak, C. 2005. Effect of dietary protein and energy on growth performance and carcass characteristics of Betong chicken at early growth stage. Songklanakarin Journal Science and Technology, 27: 1171-1178. Pizauro Junior, J.M. 2002. Hormonios e regalacao do tecido osseo. In: Macari, M., Furian, R.L., Gonzales, E.(Eds), Fisiologia aviaria aplicada a frangos de corte. FUNEP/UNESP, Jaboticabal, : 260 – 273. Purnama, R.I. 2006. Respons Ayam Broiler terhadap Teknik Pertumbuhan Kompensasi : 4. Pemberian Serbuk Gergaji Diikuti Pemberian Silase Ikan Asin-Daun Singkong pada Periode Realimentasi. Skripsi.Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sartika, T. 2000. Studi Keragaman Fenotipik dan Genetik Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) pada Populasi Dasar Seleksi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. (Tesis Magister Ilmu Ternak).
33
Sulistyoningsih, M. 2004. Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ayam Broiler Periode Starter Akibat Cekaman Temperatur dan Awal Pemberian Pakan yang Berbeda. Thesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Suprijatna, E., U.Atmomarsono, dan R.Kartasudjana.2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press. Wilson, H. R, M. A. Boone, A. S. Arofa and D. M. Janky. 1991. Abdominal fat padreduction in broiler with thyroactive iodinated casein. Poultry Sci. 62: 811-818. Yatim, W. 1991. Genetika, Edisi IV. Bandung : Tarsito. Yuniwarti, Enny Yusuf W., dan S. Tyas Rini. 2002. Aktifitas Kalsifikasi Tulang Tibia Broiler Jantan dan Betina Setelah Pemberian 1,25-d1h idroxycholecalciferol. Documentation.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.http://eprints.undip.ac.id/20842/