PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PETANI ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK TANI DI DESA KOPO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR
AGUNG PRASETIO UTOMO
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014
Agung Prasetio Utomo NIM H44080104
ABSTRAK AGUNG PRASETIO UTOMO. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh BONAR M. SINAGA dan HASTUTI. Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan unggulan di Desa Kopo. Tingkat produksi padi di Desa Kopo beragam. Salah satu penyebab keragaman ini adalah adanya perbedaan keanggotaan kelompok tani. Perbedaan ini juga menimbulkan perbedaan pada tingkat pendapatan petani usahatani padi di Desa Kopo. Untuk mengetahui perbedaan tingkat produksi dan pendapatan petani usahatani padi di Desa Kopo yang disebabkan oleh perbedaan keanggotaan kelompok tani, maka penelitian ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi petani anggota dan non anggota kelompok tani di Desa Kopo dan (2) membandingkan tingkat pendapatan petani padi anggota dan non anggota kelompok tani di Desa Kopo. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode purposive sampling dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu wawancara terhadap 77 orang total sampel. Metode pengolahan data dilakukan dengan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi benih, pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga dan keanggotaan kelompok tani berpengaruh nyata dalam produksi padi. Hasil analisis pendapatan menunjukan bahwa berdasarkan keanggotaan kelompok tani, petani anggota kelompok tani memiliki pendapatan yang lebih besar daripada petani non anggota kelompok tani dengan nilai R/C ratio atas biaya total sebesar 2.15. Pendapatan usahatani berdasarkan status kepemilikan lahan menunjukkan bahwa petani yang menyewa lahan memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan sendiri dengan nilai R/C ratio atas biaya total sebesar 2.22. Berdasarkan status keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahannya, tingkat pendapatan petani anggota kelompok tani yang menyewa lahan lebih tinggi dibandingkan dengan karakteristik lainnya. Saran bagi para petani untuk meningkatkan tingkat produksi dan pendapatannya adalah dengan menggunakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi dan bergabung dengan keanggotaan kelompok tani.
Kata kunci: padi, usahatani, analisis produksi, analisis pendapatan, keanggotaan kelompok tani
ABSTRACT AGUNG PRASETIO UTOMO. Rice Farm Production and Income of Member and Non-Member of Farmer Group in Kopo Village, Cisarua District, Bogor Regency. Supervised by BONAR M. SINAGA and HASTUTI. Rice is one of the leading food crops in the Kopo village. The production rate of rice in Kopo village is various. One of the causes of this diversity is the difference in group membership. This leads to the difference in the farmer income level of rice farming in Kopo village. In order to find out the difference in the level of production and income caused by the difference in the group membership, it is important to do this research. The aims of this research were to : (1) analyze the factors affecting rice production of member and non-member of farmer group in Kopo village and (2) compare the income level of member and non-member of farmer group in Kopo village. The technique of data collection was purposive sampling method by using questionnaire as a tool to interview a total of 77 samples. The method of data processing was done by using Cobb Douglas’ production function analysis and income analysis. The result showed that the factors of seed production, manure, female labor within the family, female labor outside the family and farmer group membership were significantly influenced the rice production. The result of income analysis showed that based on the membership of farmer group, the farmers that belonged to the membership had greater income than those not belong to the membership with the R/C ratio over the total cost of 2.15. Farming income based on the land ownership status showed that farmers who rented the land had higher income level than those who owned the land with the value of R/C ratio at the total expense of 2.22. Based on the membership status of farmer group and land ownership, the income level of farmer group members who rented the land was higher than that with other characteristics. To increase the level of production and income, it could be suggested that the farmers could use the factors that influence the production significantly and join the farmer group membership. Keywords : rice, farming, production analysis, income analysis, farmer group membership
PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PETANI ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK TANI DI DESA KOPO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR
AGUNG PRASETIO UTOMO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi :
Nama NIM
: :
Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Agung Prasetio Utomo H44080104
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Bonar M Sinaga MA Pembimbing I
Hastuti SP MP MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat MT Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Desember 2012 ini ialah ekonomi pertanian, dengan judul Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Bonar M Sinaga, MA dan Ibu Hastuti SP MP MSi selaku pembimbing serta Bapak Ir Ujang Sehabudin dan Bapak Kastana Sapanli Spi Msi sebagai dosen penguji. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu penulis Anida Erlina dan adik penulis Anjani Harum Utami untuk selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih juga disampaikan kepada pihak kelompok tani Desa Kopo, aparat Desa Kopo, aparat Kecamatan Cisarua, instansi terkait dan teman-teman penulis selama masa perkuliahan Semoga tugas akhir ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Agung Prasetio Utomo
3
DAFTAR ISI No
1
2
3
Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................... …….
xi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xiv
PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................
6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
7
2.1 Klasifikasi Usahatani ......................................................................
7
2.1.1 Kelompok Tani......................................................................
8
2.1.2 Keragaan Usahatani ..............................................................
9
2.2 Faktor Produksi Usahatani ..............................................................
10
2.3 Analisis Fungsi Produksi.................................................................
12
2.3.1 Produk Marjinal ....................................................................
13
2.3.2 Daerah Produksi ....................................................................
13
2.3.3 Fungsi Cobb-Douglas ...........................................................
15
2.4 Evaluasi Kriteria Uji Statistik dan Ekonometrika ..........................
17
2.5 Analisis Pendapatan .......................................................................
20
2.6 Penelitian Terdahulu ......................................................................
23
METODE PENELITIAN .......................................................................
29
3.1 Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................
29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................
33
3.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................................
33
3.4 Metode Analisis Data ......................................................................
34
3.4.1 Analisis Keragaan .................................................................
34
3.4.2 Analisis Fungsi Produksi ......................................................
35
3.4.3 Analisis Pendapatan Petani ...................................................
36
xii
4
GAMBARAN UMUM PENELITIAN ..................................................
37
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..............................................
37
4.1.1 Sumberdaya Alam ...............................................................
37
4.1.2 Sumberdaya Manusia...........................................................
38
4.2 Karakteristik Responden ................................................................
39
4.2.1 Karakteristik Umum Petani Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Usahatani dan Status Kepemilikan Lahan ..........
39
4.2.1.1 Umur Petani..............................................................
39
4.2.1.2 Tingkat Pendidikan Formal ......................................
39
4.2.1.3 Lama Pengalaman Berusaha Petani Padi .................
41
4.2.1.4 Lama Keanggotaan Kelompok Tani ........................
42
4.2.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi...............
42
4.2.1.6 Status Pekerjaan Petani Padi ....................................
44
4.2.2 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Keanggotaan . Kelompok Tani .....................................................................
45
4.2.2.1 Input Produksi Padi ..................................................
51
4.2.2.2 Luas Lahan Usahatani Padi ......................................
53
4.2.2.3 Output Usahatani Padi..............................................
53
4.2.3 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan ...............................................................
45
4.2.3.1 Input Produksi Padi ..................................................
51
4.2.3.2 Luas Lahan Usahatani Padi ......................................
53
4.2.3.3 Output Usahatani Padi……………………………...
53
4.2.4 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani dan Status Kepemilikan Lahan ....................
45
4.2.4.1 Input Produksi Padi ...................................................
51
4.2.4.2 Luas Lahan Usahatani Padi .......................................
53
4.2.4.3 Output Usahatani Padi…………………….………..
53
5
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI ............ …………
58
6
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI ..........................................
65
6.1. Analisis Pendapatan Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani ....................................................................
65
xiii
7.
6.2 Analisis Pendapatan Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan……
59
6.3 Analisis Pendapatan Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani dan Status Kepemilikan Lahan ..............................................
61
SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
65
7.1 Simpulan .........................................................................................
65
7.2 Saran ................................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
74
LAMPIRAN ...........................................................................................
71
xiii 3
DAFTAR TABEL No 1
Halaman Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2010-2012 .......................................................................
1
Konsumsi rata-rata Indonesia per kapita seminggu beberapa macam bahan makanan penting tahun 2011-2012 ..........................................
1
3
Produksi komoditas tanaman pangan Indonesia tahun 2010-2012 .....
2
4
PDRB Propinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2011-2012 .......................................................................
2
5
Produksi padi di Indonesia tahun 2010-2012 ......................................
3
6
Produksi padi dan perubahan produksi padi Kabupaten Bogor tahun 2010-2012 ..................................................................................
3
Produksi padi Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2010-2011 ..................................................................................
4
8
Penelitian terdahulu .............................................................................
25
9
Tabel sampel petani padi Desa Kopo ...................................................
33
10 Matriks keterkaitan tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data ..........................................................................................
34
11 Penggunaan lahan Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor tahun 2011............................................................................................
38
12 Komposisi penduduk berdasarkan golongan usia Desa Kopo tahun 2011............................................................................................
38
13 Komposisi penduduk bedasarkan tingkat pendidikan Desa Kopo tahun 2011............................................................................................
38
14 Umur petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotan kelompok tani dan status kepemilikan lahan .......................................
39
15 Tingkat pendidikan formal petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotan kelompok tani dan status kepemilikan lahan ...................
40
16 Lama pengalaman bertani petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan..................
42
17 Lama keanggotaan kelompok tani petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan .....................................................................................................
42
18 Jumlah tanggungan keluarga petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan ....................................................................................................
43
2
7
xvi
19 Status pekerjaan usahatani petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan .................................................................................................
42
20 Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani .........................................
44
21 Luas lahan usahatani padi petani sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani ..............................................................
58
22 Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani ..............................................................
59
23 Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan …………………………......
45
24 Luas lahan usahatani padi petani sampel Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan …………………………………………...
46
25 Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan …………………………………………..
46
26 Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan …………………………..........................................................
47
27 Luas lahan usahatani padi petani sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan….……...
47
28 Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan.…………
48
29 Analisis sidik ragam fungsi produksi petani gabungan usahatani anggota dan non anggota kelompok tani ...........................................
49
30 Hasil pendugaan fungsi produksi padi gabungan usahatani anggota dan non anggota kelompok tani .........................................................
51
31 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani...........................................
58
32 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan .............................................
61
33 Rata-rata penerimaan dan biaya usahatani petani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan .................................................................................................
62
xv 3
DAFTAR GAMBAR No 1
2
Halaman Hubungan antara Produk Marjinal, Produk Total dan Produk Rata-rata ............................................................................................
15
Alur kerangka pemikiran operasional................................................
30
4xvi
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1
Kuesioner penelitian .............................................................................
72
2
Daftar responden berdasarkan keanggotaan kelompok tani .................
83
3
Daftar responden berdasarkan status kepemilikan lahan usahatani......
85
4
Daftar responden berdasarkan status pekerjaan usahatani ...................
81
5
Daftar responden berdasarkan penggunaan faktor produksi ................
83
6
Daftar responden berdasarkan produksi padi .......................................
85
7
Hasil pengolahan data fungsi produksi .................................................
93
8
Uji statistik............................................................................................
94
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara dengan pertanian sebagai salah satu keunggulan perekonomiannya. Berdasarkan Tabel 1 yang mengambarkan peran sektor pertanian, tanaman pangan merupakan salah satu sektor ekonomi yang menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang paling tinggi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2011-2012. Tingginya tingkat PDB sektor tanaman pangan ini berkaitan dengan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap tanaman pangan dan produksi tanaman pangan secara nasional. Tabel 1
Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2010-2012
No
Sektor Lapangan Usaha
1
Perdagangan Besar dan Eceran Industri Makanan, Minuman dan 2 Tembakau 3 Tanaman Pangan Industri Peralatan, Mesin dan 4 Perlengkapan Transportasi 5 Pertambangan Bukan Migas 6 Lainnya Produk Domestik Bruto Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik , 2013
2011 (Miliar Rupiah) 829 924.40
11.18
2012 (Miliar Rupiah) 927 056.70
546 752.00
7.36
624 371.00
7.57
529 968.00
7.14
574 330.00
6.97
426 233.70
5.74
465 527.40
5.65
398 550.20 4 691 352.90 7 422 781.20
5.37 63.21 100
464 011.80 5 186 567.4 8 241 864.30
5.63 62.93 100
Share (%)
Share (%) 11.25
Kebutuhan pangan merupakan hal yang dibutuhkan manusia untuk dapat bertahan hidup. Masyarakat Indonesia sebagian besar mengkonsumsi komoditas padi-padian dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Rata-rata konsumsi Indonesia per kapita seminggu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2
Konsumsi rata-rata Indonesia per kapita seminggu beberapa macam bahan makanan penting tahun 2011-2012
No Komoditas 1 Beras 2 Ikan dan Udang Diawetkan 3 Bawang Merah 4 Cabe Merah 5 Telur Ayam 6 Gula Pasir Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Tingginya
Satuan Kg Ons Kg Ons Butir Ons
2011 1.72 0.48 0.45 0.28 0.19 1.41
2012 1 67 0.47 0.53 0.31 0.17 1.24
angka konsumsi masyarakat Indonesia terhadap komoditas padi
mengindikasikan diperlukannya produksi padi Indonesia yang tinggi untuk memenuhi tingkat permintaan yang tinggi. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa
2
produksi padi Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan produksi tanaman pangan nasional lainnya seperti jagung, kacang hijau dan kacang tanah pada kurun waktu tahun 2010-2012. Tabel 3 Produksi komoditas tanaman pangan Indonesia tahun 2010-2012 (Ton) No Komoditas 1 Padi 2 Jagung 3 Kacang Hijau 4 Kacang Tanah 5 Kedelai 6 Ubi Jalar 7 Ubi Kayu / Ketela Pohon Sumber: Kementerian Pertanian, 2013
2010 66 469 394.00 18 327 636.00 314 486.00 779 228.00 907 031.00 2 051 046.12 23 918 118.00
2011 65 756 904.00 17 643 250.00 291 705.00 691 289.00 851 286.00 2 196 033.00 24 044 025.00
2012 60 045 141.00 19 377 030.00 341 342.00 712 874.00 851 647.00 2 483 467.00 23 922.075.00
Propinsi Jawa Barat sebagai salah satu propinsi yang terletak di Pulau Jawa merepresentasikan pertanian tanaman pangan sebagai salah satu sektor ekonomi utama propinsi. Peran pertanian tanaman pangan terhadap PDRB Propinsi Jawa Barat pada kurun waktu 2011-2012 dapat dilihat pada Tabel 4. Sektor lapangan usaha tanaman bahan makanan termasuk dalam lima sektor lapangan usaha yang sangat berperan dalam PDRB Propinsi Jawa Barat bersama sektor lapangan usaha industri non migas, perdagangan besar dan eceran, pengangkutan/transportasi dan sektor pemerintahan umum. Tabel 4 No 1 2 3 4 5 6
PDRB Propinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2011-2012 Sektor Lapangan Usaha
Industri Non Nigas Perdagangan Besar dan Eceran Tanaman Bahan Makanan Pengangkutan/Transportasi Pemerintahan Umum Lainnya PDRB Jawa Barat
2011 (Juta Rupiah) 297 677 262 171 072 946 75 707 280 57 814 694 50 473 752 208 260 414 861 006 348
Share (%) 36.12 20.76 9.18 7.01 6.12 20.81 100
2012 (Juta Rupiah) 315 056 614 199 561 696 79 604 929 64 434 789 55 439 310 232 763 432 946 860 770
Share (%) 33.27 21.07 8.40 6.80 5.85 24.61 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013
Besarnya peran pertanian khususnya tanaman pangan terhadap PDRB Propinsi Jawa Barat salah satunya disebabkan oleh tingginya produksi padi di Jawa Barat. Berdasarkan Tabel 5, Jawa Barat sebagai salah satu propinsi yang memiliki tingkat produksi padi yang paling tinggi pada kurun waktu tahun 2010-2012 di Indonesia. Produksi padi Propinsi Jawa Barat menjadi yang tertinggi di Indonesia pada tahun 2010 dan 2011 sebelum akhirnya mengalami penurunan tingkat produksi pada tahun 2012.
3
Tabel 5 Produksi padi di Indonesia tahun 2010-2012 2010 (Ton) 1 Jawa Timur 11 643 773 2 Jawa Barat 11 737 070 3 Jawa Tengah 10 110 830 4 Sul-Sel 4 382 443 5 Sumatera Utara 3 582 302 6 Lainnya 25 012 976 7 Indonesia 66 469 394 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 No
Lokasi
Share (%) 17.52 17.65 15.21 6.59 5.39 37.64 100
2011 (Ton) 10 576 543 11 633 891 9 391 959 4 511 705 3 607 403 26 035 403 65 756 904
Share (%) 16.08 17.69 14.28 6.86 5.46 39.63 100
2012 (Ton) 12 198 707 11 271 861 10 232 934 5 003 011 3 715 514 26 634 099 69 056 126
Share (%) 17.66 16.32 14.82 7.25 5.38 38.57 100
Kabupaten Bogor adalah salah satu kabupaten yang memiliki daerah produksi padi di propinsi Jawa Barat. Tingkat produksi padi serta laju perubahan produksi padi Kabupaten Bogor pada kurun waktu tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6
Produksi padi dan laju perubahan produksi padi Kabupaten Bogor tahun 2010-2012 (Ton)
No Tahun 1 2010 2 2011 3 2012 Sumber: Kementerian Pertanian, 2012
Produksi 538 777 497 711 495 815
Perubahan Produksi -41 066 -1 896
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang masyarakatnya melakukan usahatani padi. Kecamatan Cisarua terdiri dari sepuluh desa dengan sembilan desa diantaranya adalah desa penghasil padi. Desa Kopo merupakan salah satu contoh desa dengan produksi padi yang cukup tinggi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.Besarnya tingkat produksi padi di Desa Kopo pada kurun waktu tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 7. Besarnya tingkat produksi Desa Kopo ini menyebabkan kelembagaan pertanian menjadi penting dalam usahatani padi ini. Menurut Hernanto (1989), pembinaan kelembagaan pertanian dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pembinaan kelembagaan pertanian secara langsung adalah pembinaan langsung dengan sasaran petani mengenai aspek faktor produksi dan pengelolaannya.
4
Tabel 7
Produksi padi Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2010-2011
2010 (Ton) 1 Citeko 319.00 2 Cibeureum 140.00 3 Tugu Selatan 0.00 4 Tugu Utara 50.40 5 Batulayang 311.10 6 Cisarua 372.00 7 Kopo 440.20 8 Leuwimalang 344.50 9 Jogjogan 378.00 10 Cilember 268.80 Jumlah 2 624.00 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 No
Desa
Share (%) 12.16 5.33 0.00 1.92 11.86 14.17 16.77 13.13 14.40 10.24 100.00
2011 (Ton) 289.80 62.00 0.00 59.50 281.40 396.00 420.00 350.40 483.00 497.00 2 839.10
Share (%) 10.21 2.18 0.00 2.09 9.91 13.95 14.79 12.34 17.01 17.50 100.00
Pembinaan kelembagaan pertanian secara tidak langsung adalah pembinaan yang menyangkut kebijakan umum atau tertuju kepada massa dan memperbaiki faktor di luar usahatani. Kedua peran pembinaan kelembagaan pertanian ini sangat bermanfaat bagi petani di Desa Kopo, baik dari sisi produksi, pemasaran dan lainnya. Hal yang terjadi di Desa Kopo adalah kelembagaan pertanian tidak dapat berjalan semestinya dikarenakan cakupan luas wilayah desa yang luas dan pekerjaan lain dari petani usahatani padi. Hal ini berdampak pada tidak semua petani padi Desa Kopo tergabung menjadi anggota kelompok tani. Perbedaan keanggotaan kelompok tani di Desa Kopo ini berakibat pada perbedaan harga beli input produksi seperti benih, pupuk, pestisida dan lain-lain. Petani yang menjadi anggota kelompok tani memiliki keuntungan dengan harga beli input produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan petani yang tidak memiliki keanggotaan kelompok tani. Perbedaan mengenai harga jual output juga menjadi salah satu keuntungan yang didapatkan jika tergabung dalam kelompok tani. Petani yang tergabung dalam anggota kelompok tani memiliki nilai jual output yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak tergabung dalam keanggotaan kelompok tani. Hal ini terjadi karena nilai tawar output hasil petani yang tergabung dalam kelompok tani dinilai lebih tinggi dibandingkan petani non anggota kelompok tani. Berdasarkan pemaparan di atas maka penelitian ini menjadi penting untuk dilaksanakan.
5
1.2 Perumusan Masalah Penelitian Desa Kopo merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor yang memiliki tingkat produksi padi yang tinggi. Mayoritas penduduk Desa Kopo menjadikan usahatani padi sebagai mata pencaharian utama. Kelembagaan yang baik merupakan salah satu sarana penunjang usahatani padi. Desa Kopo memiliki tiga kelompok tani yakni Cijulang Asri 1, Cijulang Asri 2 dan Lame Lambada yang tergabung dalam satu kesatuan Kelompok Tani Cijulang Asri. Wilayah Desa Kopo yang luas menyebabkan adanya kendala dalam pengembangan usahatani padi di Desa Kopo. Salah satu akibat yang muncul akibat masalah ini adalah tidak semua petani padi di Desa Kopo tergabung dalam kelompok tani. Perbedaan keanggotaan kelompok tani ini akan berakibat pada variasi tingkat harga beli input, harga jual output, produksi dan pendapatan petani. Petani yang tergabung dalam kelompok tani mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan penyuluhan serta pelatihan mengenai usahatani padi, harga beli input yang rendah dan harga jual yang tinggi. Keuntungan tersebut akan berakibat langsung pada tingginya potensi produksi dan pendapatan petani anggota kelompok tani. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat perbedaan tingkat penggunaan input, tingkat produksi dan tingkat pendapatan antara petani anggota dan petani non anggota kelompok tani. Penjelasan di atas yang dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi petani anggota dan non anggota kelompok tani di Desa Kopo? 2. Bagaimana perbedaan tingkat pendapatan petani padi anggota dan non anggota kelompok tani di Desa Kopo? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ditulis di atas, maka tujuan dari penelitian yaitu: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi petani anggota dan non anggota kelompok tani di Desa Kopo. 2. Membandingkan tingkat pendapatan petani padi anggota dan non anggota kelompk tani di Desa Kopo.
6
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari kegiatan perkuliahan selama ini. Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuantujuan yang ditulis diatas. Setelah mengetahui faktor-faktor produksi padi dan pendapatan petani anggota dan non anggota kelompok tani Desa Kopo, maka akan ada tindak lanjut untuk mengembangkan usahatani tersebut. Adapun mengenai keanggotan kelompok tani tersebut diharapkan menjadi bahan evaluasi untuk melihat pentingnya kelompok tani dalam rangka meningkatkan pendapatan usahatani padi di Desa Kopo. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sampel penelitian ini adalah petani padi anggota dan non anggota kelompok tani Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kebupaten Bogor. Penelitian ini menganalisis faktor produksi dan pendapatan petani padi jenis padi ciherang dalam satu periode tanam. Output usahatani padi yang dianalisis berupa gabah basah. Analisis faktor produksi dalam penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dari fungsi produksi Cobb-Douglas. Analisis pendapatan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan status keanggotaan kelompok tani, status kepemilikan lahan dan kombinasi antara status keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Usahatani Penerapan ilmu usahatani yang tepat dan benar sangat berguna bagi petani dalam menjalankan usahataninya. Ilmu usahatani mencakup penggunaan faktor produksi usahatani secara tepat sehingga memberikan produksi dan pendapatan yang maksimal bagi petani. Menurut Suratiyah (2006), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya pada waktu tertentu. Berdasarkan sudut pandang cara mengusahakannya, usahatani dapat dilihat dasar perbedaannya, yaitu organisasi atau lembaga dan pengusahaan faktor produksi. Pengusahaan dapat diartikan lebih luas, berasal dari milik sendiri, sistem bagi hasil ataupun sewa. Menurut organisasinya, usahatani terbagi menjadi tiga (Suratiyah, 2006), yaitu: 1.
Usahatani Perorangan Usahatani perorangan dilakukan jika usahatani ini dan faktor produksinya
dimiliki atau dijalankan secara perorangan. Kelebihan dari usahatani jenis ini adalah kebebasan dalam mengembangkan kreasi bisinis dari seorang pelaku usahatani. Sedangkan kelemahan yang mendasar adalah kurang efektifnya dalam menjalankan usahatani jenis ini. 2.
Usahatani Kolektif Usahatani jenis ini merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama
dalam bentuk kelompok yang seluruh anggotanya menguasai faktor produksi. Hal ini mengakibatkan hasil dari usahatani ini harus dibagi kepada seluruh anggota.
8
3.
Usahatani Kooperatif Usahatani jenis ini merupakan usahatani yang dikelola oleh kelompok,
akan tetapi tidak seluruh faktor produksi dikuasai oleh anggota kelompok, hanya kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. 2.1.1 Kelompok Tani Berdasarkan organisasinya menurut Suratiyah (2006), usahatani terbagi menjadi tiga yaitu usahatani perorangan, kolektif dan kooperatif. Namun selain tiga jenis usahatani tersebut, terdapat jenis usahatani tani yang bersifat kelompok dan kekerabatan dalam satu daerah yang dinamakan kelembagaan pertanian atau yang sering disebut sebagai kelompok tani. Menurut Nasrul (2012), kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan berpola serta dipraktekan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat denga penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. Menurut SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT.210/3/97 pada tanggal 18 Maret 1997, kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya. Berdasarkan SK Menteri Pertanian tersebut, kelompok tani berfungsi sebagai: 1. Membina kerjasama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang berlaku dalam kelompok 2. Meningkatkan edukasi petani anggota kelompok dengan bekerjasama dengan petugas atau penyuluh pertanian daerah setempat 3. Mendorong dan menggerakan aktivitas, kreativitas dan inisiatif petani anggota kelompok tani 4. Meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani angota dengan cara evaluasi dan perbaikan terhadap potensi usahatani daerah setempat. Menurut peran serta fungsi kelompok tani tersebut, keberadaan kelompok tani dalam suatu daerah menjadi penting. Keberadaan kelompok tani penting untuk menyeragamkan pemahaman petani anggota kelompok tani, memberi edukasi, memberikan kemudahan petani anggota untuk berusahatani secara maksimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan produksi dan kesejahteraan
9
petani anggota kelompok tani sebagai sasaran utamanya serta kesejahteraan daerah setempat pada umumnya. Berdasarkan keuntungan-keuntungan yang didapatkan oleh anggota kelompok tani, maka kelompok tani memiliki peran yang penting dalam pengembangan petani dan usahatani pada daerah tersebut. Pertisipasi masyarakt yang rendah terhadap kelompok tani dapat menjadi suatu kerugian, dimana masyarakat yang tidak tergabung dalam kelompok tani tidak dapat mendapatkan keuntungan-keuntungan tersebut yang bermanfaat bagi peningkatan produksi dan pendapatan petani. 2.1.2 Keragaan Usahatani Pengkajian keragaan usahatani digunakan untuk menggambarkan kondisi aktual usahatani yang sedang dijalankan melalui berbagai indikator, yakni volume produksi, penggunaan input, pendapatan serta struktur biaya usahatani tersebut. 1. Volume produksi Menurut Rahim dan Hastuti (2007), produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya seperti penangkapan dan beternak. Volume produksi dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan proses produksi tersebut (Soekartawi, 1984). 2. Penggunaan input Penggunaan input berperan dengan hal yang menyangkut produksi dan pengolahan faktor-faktor produksi dalam bentuk fisik. Melalui pengkajian terhadap penggunaan input produksi, dapat diihat secara nyata bentuk hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh sejumlah produksi. 3. Penerimaan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2002). Penerimaan usahatani ini berupa nilai material yang diterima petani dari hasil penjualan komoditas yang diproduksinya. 4. Pendapatan Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu masa produksi (Soekartawi, 2002).
10
Pendapatan ini menjadi indikator keberhasilan petani dalam kegiatan usahatani yang dilakukannya. 5. Biaya usahatani Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam satu satuan periode produksi. Menurut Hernanto (1989), biaya dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tidak bergantung pada jumlah output yang dihasilkan dan tetap harus dikeluarkan walau kegiatan produksi tidak terjadi. Contoh dari biaya tetap adalah pajak tanah, pajak air, biaya pemeliharaan alat, biaya kredit dan lainnya. b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya bergantung pada skala produksi. Contoh biaya variabel antara lain pupuk, benih, pestisida dan upah tenaga kerja. c. Biaya Tunai Biaya yang benar-benar dikeluarkan petani dalam usahataninya. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa pajak tanah dan pajak air, sedangkan biaya tunai dari biaya variabel adalah biaya pupuk, benih dan upah tenaga kerja. d. Biaya Non Tunai Biaya ini adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam menjalankan usahataninya, namun ikut diperhitungkan. Contoh biaya non tunai dari biaya tetap adalah biaya sewa lahan milik sendiri, penyusutan alat-alat pertanian dan bunga kredit bank, sedangkan biaya tidak tunai dari biaya variabel adalah biaya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga serta jumlah pupuk kandang yang terpakai. 2.2 Faktor Produksi Usahatani Menurut Soekartawi (1990), produksi usahatani dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu faktor intern dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan hal yang berada dalam jangakauan
11
petani untuk diusahakan peningkatan penggunaannya seperti pemakaian pupuk, bibit, tenaga kerja dan manajemen usahatani. Faktor eksternal merupakan kelompok faktor yang mempengaruhi produksi tetapi berada diluar jangkauan petani seperti faktor iklim, perubahan harga dan hama penyakit. Menurut Daniel (2004) faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi. Faktor produksi terdiri dari tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen. Hal ini sesuai dengan pendapat Suratiyah (2006) yang menjelaskan empat faktor pokok dalam menjalankan usahatani, antara lain: 1.
Lahan Lahan yang dimaksud dalam usahatani adalah dapat berupa sawah ataupun
lahan pekarangan yang bisa didapatkan dengan cara membeli, menyewa, membuka lahan sendiri, wakaf, pemberian negara atau warisan. Lahan ini merupakan modal yang sangat penting dalam menjalankan usahatani. 2.
Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah faktor produksi utama dalam menggerakan suatu
usahatani.Terdapat tiga jens penggolongan tenaga kerja, yakni tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik. Tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja pria dan wanita yang dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan tergantung pada kompetensinya. Tenaga kerja ternak digunakan untuk mengolah tanah dan pengangkutan. Tenaga kerja mekanik bersifat substitusi pengganti ternak dan komplementer dari tenaga kerja manusia. 3.
Modal Modal adalah barang atau uang yang digunakan bersama dengan faktor
produksi dalam memproduksi suatu output. Menurut sifatnya, modal dapat dibedakan menjadi dua, yakni modal modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap seperti tanah dan bangunan, sedangkan modal bergerak seperti peralatan, bahan, uang tunai, ternak dan piutang di bank. 4.
Pengelola Pengelola
usahatani
merupakan
kemampuan
untuk
menentukan,
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin. Ukuran keberhasilan dari pengelolaan yang baik adalah peningkatan produktivitas setiap faktor maupun dari setiap usahanya. Secara
12
umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dikendalikan oleh petani, meliputi petani pengelola, tenaga usaha, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga. Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar usahatani yang mempengaruhi keberhasilan usahatani meliputi sarana transportasi dan komunikasi, pemasaran dan fasilitas kredit. Hubungan sumberdaya tanah, modal dan tenaga kerja saling terkait dalam pertanian. Aspek sumberdaya pertanian menurut Soekartawi (2002) adalah aspek alam (tanah), modal dan tenaga kerja. Selain itu juga terdapat aspek manajemen dalam pengelolaan sumberdaya produksi. 2.3 Analisis Fungsi Produksi Fungsi produksi menjelaskan bagaimana pengaruh penggunaan suatu variabel input terhadap besarnya output yang dihasilkan dalam satu produksi. Berdasarkan hasil dari analisis fungsi produksi ini, kita dapat mengetahui variabel-variabel input atau faktor produksi manakah yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi suatu usahatani. Menurut Soekartawi (1995) analisis fungsi produksi adalah kelanjutan dari aplikasi analisis regresi, yaitu analisis yang menjelaskan hubungan sebab-akibat antar faktor produksi. Menurut Daniel (2004), fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk regresi berganda, fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: Y
= f(X1, X2, ….., Xn) …………………..……… (2.1)
Y
= Hasil produksi (ouput)
X1, …., Xn
= Faktor-faktor produksi (input)
dimana:
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi (Soekartawi, 1986), yaitu: 1. Fungsi produksi harus dapat menggambarkan keadaan usahatani yang sebenarnya terjadi.
13
2. Fungsi produksi dapat dengan mudah diartikan khususnya arti ekonomi dan parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut. 3. Fungsi produksi harus mudah diukur atau dihitung secara statistik untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi terdapat dua tolak ukur yaitu Produk Marjinal (PM). Produk Marjinal adalah tambahan produk yang dihasilkan dari setiap menambah satu-satuan faktor produksi yang dipakai. Sedangkan Produk Rata-Rata (PR) adalah tingkat produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi. 2.3.1 Produk Marjinal Menurut Debertin (1986), produk marjinal adalah nilai dari tambahan unit output yang diperoleh dari penambahan satu unit input. Rumus untuk menghitung Produk Marjinal adalah: ………………………..………. (2.2) Terdapat tiga kondisi yang dapat dijelaskan oleh PM, yaitu produk marjinal konstan, produk marjinal meningkat dan produk marjinal menurun. Produk marjinal konstan terjadi ketika penambahan satu satuan input maka akan menyebabkan tambahan satu satuan output. Produk marjinal meningkat terjadi ketika penambahan satu satuan input akan menyebabkan penambahan satu satuan output yang semakin menaik secara tidak proporsional. Produk marjinal menurun terjadi ketika penambahan satu satuan input akan menyebabkan penurunan satu satuan output yang dihasilkan. Nilai produk marjinal ini akan berpengaruh pada daerah produksi yang dihasilkan oleh suatu usahatani. 2.3.2 Daerah Produksi Penggunaan PM untuk menganalisis hubungan antara penggunaan input dan produk yang dihasilkan (output) akan semakin baik jika kita kaitkan PM dengan Produk Total (PT) dan Produk Rata-Rata (PR). Menurut Daniel (2004), produk total adalah jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Sedangkan menurut Debertin (1986), produk rata-rata adalah rasio output terhadap input. Produk rata-rata dapat dihitung dengan rumus: …………………...………….……………… (2.3)
14
Hubungan antara PM, PR dan PT dapat digunakan untuk menentukan elastisitas produksi. Menurut Rahim dan Hastuti (2008), elastisitas produksi (Ep) adalah presentase perbandingan dari hasil produksi (output) sebagai akibat dari presentase perubahan dari faktor produksi (input). Menurut Soekartawi (2002), elastisitas produksi dapat dituliskan melalui rumus sebagai berikut: = =
=
………………………….....……………………… (2.4)
Berdasarkan elastisitas produksi, daerah produksi dapat dibagi menjadi tiga (Debertin, 1986) yaitu daerah I, daerah II dan daerah III. Penjelasan dan penggambaran daerah produksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. YY(output) (output)
PT
Stage I
Stage II
Stage III
X (input) Y (output)
PR X (input)
PM
Sumber: Debertin (1986) Gambar 1 Hubungan Antara Produk Marjinal, Produk Total dan Produk Rata-Rata
15
Menurut Debertin (1986), penjelasan mengenai pembagian tiga daerah produksi adalah sebagai berikut: 1.
Daerah produksi I dengan Ep > 1. Elastisitas produksi lebih besar dari satu menjelaskan bahwa setiap kenaikan faktor produksi sebesar satu persen akan meningkatkan produksi lebih dari satu persen. Daerah ini disebut daerah yang tidak rasional.
2. Daerah produksi II dengan 0 ≤ Ep ≤ 1. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang rasional karena keuntungan maksimum dan output maksimum dapat tercapai. 3. Daerah produksi III dengan Ep < 0. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang tidak rasional karena setiap penambahan satu satuan input produksi menyebabkan terjadinya penurunan tingkat produksi. 2.3.3 Fungsi Cobb-Douglas Bentuk fungsi produksi yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara penggunaan input dengan output yang dihasilkan adalah dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi (2002), ada tiga alasan pokok yang menyebabkan fungsi produksi Cobb Douglas lebih banyak digunakan dalam penelitian fungsi produksi, yakni: 1.
Penyelesaian fungsi Cobb Douglas lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain. Hal ini terjadi karena fungsi Cobb Douglas lebih mudah untuk ditransformasikan menjadi bentuk linear.
2.
Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukan besaran elastisitas.
3.
Besaran elastisitas yang diduga melalui fungsi Cobb Douglas juga sekaligus menjelaskan tingkat besaran Return to Scale. Soekartawi (2002) juga menjelaskan mengenai kelemahan fungsi Cobb
Douglas. Adapun kelemahan fungsi Cobb Douglas adalah sebagai berikut: 1.
Spesifikasi variabel yang keliru. Spesifikasi variabel yang keliru dapat menyebabkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi variabel yang keliru juga dapat menyebabkan terjadinya masalah multikolinearitas.
16
2.
Kesalahan pengukuran variabel. Kesalahan pengukuran variabel ini dapat menyebabkan besaran elastisitas yang terlalu besar atau terlalu rendah.
3.
Bias terhadap variabel manajemen. Variabel manajemen sulit diduga dalam fungsi Cobb Douglas karena variabel ini erat hubungannya dengan penggunaan variabel lainnya yang apabila dimasukan, maka dapat menimbulkan masalah kolinearitas.
4.
Data yang digunakan dalam fungsi Cobb Douglas tidak boleh bernilai negatif atau nol.
5.
Penggunaan teknologi dianggap netral terhadap fungsi Cobb Douglas meskipun tingkat penggunaan teknologi pada masing-masing tempat berbeda. Secara matematis, fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut: =
aX1b1 X2b2 Xibi.... Xnbnei ................................................ (2.5)
Y
=
Variabel yang dijelaskan
X
=
Variabel yang menjelaskan
a,b
=
Besaran yang akan diduga
i
=
Kesalahan (disturbance term)
e
=
Bilangan natural (2,781)
Y dimana:
Dengan mentransformasikan fungsi Cobb-Douglas ke dalam bentuk regresi berganda, model tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Ln Y = Ln b0 + b1 LnX1 + bi LnXi +ei................................................... (2.6) dimana: Ln Y =
Produksi (ouput)
Xi
=
Input produksi (input)
b0
=
Konstanta
bi
=
Parameter variabel bebas
ei
=
error term
Hipotesa yang dibangun terhadap analisis faktor-faktor tersebut adalah: b1, b2…bi> 0
17
2.4 Evaluasi Kriteria Uji Statistik dan Ekonometrika 1.
Evaluasi Kriteria Uji Statistik Menurut Juanda (2009), setelah melakukan pendugaan koefisien regresi
maka dilanjutkan dengan pengujian terhadap asumsi dari pendugaan model tersebut. Hal yang dilakukan dalam pengujian model adalah sebagai berikut : a.
Uji Model Secara Keseluruhan (F-hitung). Nilai F-hitung menjelaskan apakah variabel bebas (X) secara bersama-
sama dapat menjelaskan keragaman data aktual variabel bebas. Penghitungan nilai f-hitung dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut: =
........................................................................ (2.7)
dimana: KTR
=
Kuadrat tengah regresi
KTS
=
Kuadrat tengah sisaan/error term
JKR
=
Jumlah kuadrat tengah regresi
JKS
=
Jumlah kuadrat tengah sisaan/ error term
n
=
Jumlah pengamatan
k
=
Jumlah variabel bebas
Kriteria keputusan menggunakan taraf nyata (α), dimana jika Fhit > Fα [(k-1), (n-k)] maka keragaman yang dijelaskan oleh model regresi tidak lebih besar dari keragaman sisa. Hal ini menunjukan bahwa dugaan model regresi tidak dapat menjelaskan keragaman Y. Sebaliknya jika Fhit < Fα [(k-1), (n-k)] maka keragaman yang dijelaskan oleh model regresi lebih besar dari keragaman sisa. Hal ini menunjukan bahwa dugaan model regresi dapat menjelaskan keragaman Y. b.
Uji model secara parsial (t-hitung) Nilai f-hitung digunakan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas yang digunakan dalam dugaan model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas jika variabel bebas lainnya tetap (ceteris paribus). Penghitungan nilai t-hitung dapat dilakukan dengan rumus berikut: Thit
=
̂ ̂
.................................................................................. (2.8)
18
Dimana: ̂ ̂
=
Nilai koefisien dugaan regresi
=
Simpangan baku dugaan koefisien
Kriteria keputusan menggunakan taraf nyata (α), dimana jika thit > t[α, (n-k)] maka variabel bebas yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya jika thit < t[α, (n-k)] maka variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel tidak bebas. c.
Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi adalah besaran yang dipakai untuk menjelaskan seberapa besar keragaman variabel tidak bebas dapat dijelaskan oleh dugaan model. Nilai R2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus; R2
=
= 1-
................................................................... (2.9)
Dimana: JKT
=
Jumlah kuadrat total
2
Evaluasi Uji Kriteria Ekonometrika
a.
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas atau kolineartitas ganda adalah terdapatnya hubungan
linear sempurna antar peubah bebas dalam satu model (Juanda, 2009). Jika ada dua peubah bebas yang berkolerasi seperti ini, dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS masih mungkin dapat diperoleh, tapi interpretasinya menjadi sulit. Koefisien regresi dari peubah bebas diinterpretasi untuk mengukur perubahan Y karen perubahan peubah bebas tersebut menggunakan asumsi nilai peubah bebasnya sama, ceteris paribus. Adanya multikolinearitas menyebabkan sangat sedikit data dalam sampel yang nilai peubah bebasnya sama. Kapan saja perubahan terjadi dengan suatu peubah bebas yang memiliki kolinearitas, maka pengamatan peubah bebas lainnya yang berpasangan kemungkinan akan berubah juga sesuai dengan arah kolinearitasnya. Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), multikolinearitas dapat diidentifikasi jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing peubah bebas lebih besar dari sepuluh.
19
b.
Uji Heteroskedastisitas Menurut Juanda (2009), heteroskedastisitas adalah jika ragam sisaan untuk
tiap pengamatan dari peubah bebas dalam model regresi tidak sama. Masalah heteroskedastisitas ini sering ditemui pada data cross section meskipun masalah ini dapat juga terjadi pada data time series. Heteroskedastisitas berakibat pada dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS tetap tidak bias dan konsisten tapi standar errornya bias ke bawah. Selain itu heteroskedastisitas juga berakibat pada pendugaan OLS yang tidak efisien lagi. Uji Glejser merupakan salah satu cara untuk menguji adanya heteroskedastisitas. Jika nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari taraf α yang digunakan, berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. c.
Uji Kenormalan Uji kenormalan menggunakan uji Jarque-Berra (Juanda, 2009). Uji ini
membandingkan antara Pvalue dengan taraf α yang digunakan. Jika nilai Pvalue lebih kecil dari taraf nyata, maka error term tidak terdistribusi normal atau terdapat masalah kenormalan. 2.5 Analisis Pendapatan Menurut Soekartawi (1986), pendapatan usahatani dibedakan atas pendapatan
kotor
dan
pendapatan
bersih.
Pendapatan
kotor
usahatani
didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani sendiri dapat dibedakanmenjadi dua jenis, yakni pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor tidak tunai. Pendapatan kotor tunai adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk hasil usahatani dan tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi. Adapun pendapatan kotor tidak tunai adalah pendapatan bukan dalam bentuk uang, namun seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan dalam usahatani lainnya untuk makanan ternak atau disimpan dalam gudang dan pembayaran dalam bentuk benda. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani
20
mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Menurut Daniel (2004), peningkatan keuntungan usahatani dapat dicapai oleh petani dengan melakuakn usahataninya secara efisien. Konsep ini meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis akan dapat tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Jika petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Menurut Hernanto (1989), penerimaan tunai dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Analisis produksi memerlukan empat unsur yaitu rata-rata inventaris, penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani dan penerimaan dari berbagai sumber. Keadaan rata-rata inventaris adalah jumlah nilai awal ditambah nilai inventaris dibagi dua. Menilai aset benda pada usahatani dapat dilaksanakan dengan melihat harga pembelian dikurangi dengan penyusutan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan usahatani adalah penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi nilai penjualan hasil usahatani dan penmbahan faktor produksi yang didapatkan. Pendapatan usahatani terbagi menjadi dua, yakni pendapatan tunai dan pendapatan non tunai. Pendapatan tunai adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran hasil usahatani. Pendapatan non tunai adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Adapun tujuan utama dari analisis pendapatan adalah sebagai indikator tingkat keberhasilan suatu usahatani dalam memanfaatkan faktor produksi seefisien mungkin. Penghitungan pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan rumus (Soekartawi, 1995): π
=
TR – TC ...................................................................... (2.10)
=
(PY.Y) – (FC+VC)........................................................ (2.11)
21
dimana: TR
=
Total penerimaan usahatani (Rp)
TC
=
Total biaya usahatani (Rp)
π
=
Pendapatan usahatani (Rp)
PY
=
Harga jual output (Rp)
Y
=
Total jumlah output (Kg)
FC
=
Biaya tetap (Rp)
VC
=
Biaya variabel (Rp)
Berdasarkan penghitungan di atas kita dapat melihat faktor penerimaan dan faktor pengeluaran dalam kegiatan usahatani. Penerimaan usahatani dapat diperoleh dari perkalian antara harga jual output dengan total jumlah input yang dijual. Biaya usahatani dapat diperoleh dari perkalian antara harga beli input dengan total jumlah input produksi yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani tersebut. Pendapatan petani padi ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan biaya tunai adalah pendapatan berdasarkan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dengan meperhitungkan input milik keluarga dan biaya penyusutan alat-alat produksi. Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: π total =
TR – TC ...................................................................... (2.12)
π total =
TR – (Bt + Bnt) ........................................................... (2.13)
π tunai =
TR – Bt ....................................................................... (2.14)
dimana: π total =
Pendapatan atas biaya total
π tunai =
Pendapatan atas biaya tunai
TR
=
Total penerimaan
BT
=
Biaya total
Bt
=
Biaya tunai
Bnt
=
Biaya non tunai
Berdasarkan perbedaan pendapatan biaya tunai dan biaya total, makan perbedaan antara pendapatan petani anggota kelompok tani dan petani non
22
anggota kelompok tani dapat dilihat dari perhitungan analisis Return Cost Ratio atau R/C Ratio. Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Perhitungan R/C Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: ⁄
.................................................. (2.15)
⁄
................................................... (2.16)
dimana: R/C > 1 : Usahatani menguntungkan untuk dijalankan R/C < 1 : Usahatani tidak menguntungkan untuk dijalankan. R/C = 1 : Usahatani masih menguntungkan untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan R/C Ratio ini dapat dilihat bahwa usahatani yang dijalankan dengan R/C Ratio yang semakin tinggi, maka usahatani tersebut semakin menguntungkan untuk dijalankan. Hal ini berlaku sebaliknya jika nilai R/C Ratio semakin kecil, maka usahatani tersebut semakin tidak menguntungkan untuk dijalankan. 2.6 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu terkait tujuan penelitian ini yang dapat dijadikan referensi antara lain penelitian Rifqie (2008), Amri (2011), Lestari (2010), Wulandari (2011), Suroso (2006), Septian (2010), Dalim (1990) dan Basmah (2013). Penjelasan terhadap penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain memiliki kesamaan metode dalam menganalisis fungsi produksi dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas sebagai alat analisis. Penggunaan fungsi produksi Cobb Douglas juga dapat terlihat pada penelitian Rifqie (2008), Amri (2011), Lestari (2010), Suroso (2006) dan Basmah (2013). Penelitian ini juga memiliki kesamaan dalam menganalisis pendapatan usahatani menggunakan R/C ratio dengan penelitian Rifqie (2008), Amri (2011), Lestari (2010), Wulandari (2011), Suroso (2006) dan Basmah (2013). Berdasarkan komoditi yang dijadikan komoditas penelitian, penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Wulandari (2011) dan Basmah (2013) dengan menggunakan padi sebagai komoditas yang dianalisis.
Tabel 8 Penelitian terdahulu No 1
Peneliti/Judul Tujuan Penelitian Ade Suryani Rifqie 1. Menganalisis (2008)/ Analisis pendapatan Faktor-Faktor Yang usahatani kubis di Mempengaruhi Desa Cimenyan Produksi Usahatani 2. Menganalisis Kubis (Studi Kasus: faktor-faktor yang Desa Cimenyan, mempengaruhi Kecamatan tingkat produksi Cimenyan, kubis di Desa Kabupaten Bandung) Cimenyan
2
Alfian Nur Amri (2011) / Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus: Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor)
1.
Menganalisis penerapan pedoman usahatani ubi kayu (POB) usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja 2. Menganalisis pendapatan petani dalam usatani ubi kayu di Desa Pasirlaja. 3. Menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor
Metode Penelitian Metode analisis pendapatan menggunatan R/C ratio dan efisiensi produksi menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas
Hasil Penelitian Usahatani kubis menguntungkan dilakukan pada dua periode tanam di musim hujan. Nilai R/C ratio yang didapat pada usahatani yang dilakukan di awal musim hujan lebih tinggi daripada dipertengahan musim hujan. 2. Usahatani kubis di awal musim hujan berada pada kondisi constant return to scale. Faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan dengan elastisitas positif adalah benih, pupuk kandang, pupuk imia dan pestisida padat. Faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan pada elastisitas negatif adalah tenaga kerja dan pestisida cair. Usahatani kubis di pertengahan musim hujan pun berada pada kondisi constant return to scale. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh signifikan dengan elastisitas positif adalah pupuk kandang, pupuk kimia dan pestisida padat. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan dengan elastisitas negatf adalah tingkat serangan hama dan penyakit. Benih dan pestisida cair tidak berpengaruh secara signifikan. Menggunakan metode analisis 1. Petani ubi kayu Desa Pasirlaja belum sepenuhnya menerapkan pendapatan R/C ratio dan dan pedoman usahatani ubi kayu. Hal ini ditunjukan oleh penggunaan analisis efisiensi produksi pupuk dan pola penanaman yang belum sesuai dengan pedoman menggunakan fungsi produksi usahatani ubi kayu. Cobb Douglas. 2. Usahatani ubi kayu Desa Pasirlaja memberikan keuntungan secara ekonomi bagi petani. Hal ini ditunjukan oleh ilai R/C rasio atas biaya tunai sebesar 2,80 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1,59. 3. Penggunaan input pada usahatani ubi kayu Desa Pasirlaja belum optimal. Hal ini ditunjukan oleh nilai rasio NPM-BKM yang tidak sama dengan satu. Selain itu terdapat ketidaksesuaian dengan literatur. Terjadi ketidaksesuaian dalam hal penggunaan input optimal untuk pupuk urea dan pupuk kandang. Hal ini ditunjukan oleh penggunaan optimal untuk pupuk urea dari hasil analisis sebesar 1.083 kg/ha, sedangkan dari hasil literatur sebesar 200 kg/ha. Begitu pula penggunaan optimal untuk pupuk kandang dari 1.
23
24
Tabel 8 Penelitian terdahulu (lanjutan)
3
Fuji Lestari (2010) / Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Kangkung Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani (Studi Kasus: Desa Bantarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor)
4
Indah Wulandari (2011) / Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik dengan Padi Anorganik (Studi Kasus: Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat)
produksi usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja. 1. Mengkaji keragaan usahatani kangkung anggota dan non anggota kelompok tani di Desa Bantarsari. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kangkung di Desa Bantarsari. 3. Membandingkan pendapatan petani kangkung anggota dan non anggota kelompok tani di Desa Bantarsari. 1. Membandingkan struktur biaya usahatani padi organik dan padi anorganik. 2. Membandingkan pendapatan usahatani padi organik dan padi anorganik.
hasil analisis sebesar 20.025 kg/ha, sedangkan dari literatur sebesar 5.000 kg/ha. Metode analisis deskriptif, 1. analisis pendapatan R/C ratio usahatani dan analisis regresi berganda fungsi Cobb Douglas untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kangkung 2.
Keragaan usahatani dilihat dari luas lahan dan status kepemilikan lahan sebagian besar 0.11-0.3 ha per usahatani dan memiliki lahan dan menyewa sebesar 40 persen petani sedangkan non anggota kelompok tani memiliki sebagian besar 0.01-0.1 ha dan status kepemilikan lahannya 50 persen petani milik lahan sendiri dan menyewa sebesar 40 persen. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani kangkung anggota kelompok tani didapat pada dua variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 5 persen, takni TKLK dan luas lahan. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kangkung non anggota kelompok tani yang berpengaruh nyata pada taraf 5 persen adalah benih dan luas lahan. 3. Pendapatan total usahatani yang diperoleh anggota kelompok tani sebesar Rp 5.708.863.82 per ha dan usahatani non anggota kelompok tani sebesar Rp 1.838.422.41 per ha.
Metode analsis pendapatan menggunakan R/C rasio dan uji beda pendapatan petani organik dan anorganik
1.
2.
Biaya total per hektar per musim tanam yang dikeluarkan petani penggarap usahatani padi organik dan anorganik lebih besar dibandingkan petani pemilik. Apabila dibedakan berdasarkan usahataninya, maka biaya total per hektar dan per kg output per musim tanam usahatani padi organik yang dikeluarkan petani penggarap lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik, sedangkan pada petani pemilik sebaliknya. Komponen biaya tunai petani penggarap usahatani padi organik dan padi anorganik yang memiliki nilai tertinggi adalah bagi hasil (sewa lahan), sedangkan untuk petani pemilik adalah biaya tenaga kerja luar keluarga untuk penanaman sampai pemanenan. Dilihat dari nilai R/C rasio, maka usahatani yang dijalankan petani
Tabel 8 Penelitian terdahulu (lanjutan) padi organik dan anorganik sama-sama menguntungkan. Nilai R/C rasio usahatani padi organik lebih besar dibandingkan usahatani pad anorganik. Apabila dibedakan antara petani penggarap dan pemilik,maka nilai R/C rasio petani pemilik lebih besar daripada petani penggarap. 5
Suroso (2006) / Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usahatani Jagung (Studi Kasus Desa Ukirsari Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah
1.
2.
3.
4.
Mengetahui usahatani jagung di desa penelitian. Menganalisis tingkat pendapatan petani dari usahatani jagung dan mengetahui perbandingan antara usahatani lahan luasdan lahan sempit. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara penggunaan faktor-faktor produksi dengan produksi yang dihasilkan. Mengetahui perbandingan efisiensi penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung lahanluas dan
Menggunakan metode analisis 1. pendapatan R/C ratio dan dan analisis efisiensi produksi menggunakan fungsi produksi 2. Cobb Douglas.
3. 4.
Usahatani jagung di Desa Ukirsari merupakan petani dengan skala kecil karena rata-rata luas lahan yang digunakan masih rendah dan sebagian besar petani mengusahakannya pada lahan sempit. Pendapatan usahatani berlahan luas lebih besar daripada usahatani berlahan sepit. R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total usahatani berlahan luas lebih besar dibandingkan dengan yang berlahan sempit. Lahan, benih, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi jagung. Penggunaan faktor produksi masih belum optimal. Penggunaan lahan, benih, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja perlu ditambah untuk mencapai tingkat yang lebih efisien.
25
26
Tabel 8 Penelitian terdahulu (lanjutan) 5.
6.
7.
Devy Septian (2010) / Peran Kelembagaan Kelompok Tani Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis Jawa Barat Yeniwarti Dalim (1990) / Pengaruh Faktor Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivitas Padi di Sumatera Barat
1.
2.
1.
2.
lahan sempit. Menganalisis efisiensi ekonomi dan menentukan kombinasi optimal penggunaan faktor produksi usahatani jagung. Menganalisis keragaan usahatani ganyong Menganalisis pengaruh peran kelompok tani terhadap produksi dan pendapatan petani ganyong
Mengetahui kelembagaan apa saja yang ikut menentukan produktivitas padi di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat, berikut peranan dari masing-masing faktor tersebut. Membahas dan menganalisa pengaruh faktor
Metode analisis deskriptif dan 1. menggunakan R/C rasio dalam menganalisis pendapatan usahatani serta menggunakan 2. fungsi Cobb-Douglas dalam analisis fungsi produksi
Kelompok tani memberikan pengaruh positif kepada petani anggotanya, namum manfaat ini kurang bisa dinikmati oleh petani non anggota kelompok tani Rasio R/C petani anggota kelompok tani lebih besar dari petaninon anggota kelompok tani
Metode deskripsi umum dan menggunakan estimasi regresi
1. 2.
3. 4. 5.
Besar luas garapan tidak menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas lahan. Tenaga kerja petani merupakan faktor penting sebagai penunjang usaha intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi. Kelembagaan hubungan kerja memiliki peranan yang sangat berarti terhadap peningkatan produktivitas usahatani padi Kelembagaan perkreditan mempunyai pengaruh sangat berarti terhadap peningkatan produktivitas usahatani padi. Kelembagaan penguasaan tanah mempunyai pengaruh yang berarti dalam peningkatan produktivitas usahatani padi.
Tabel 8 Penelitian terdahulu (lanjutan)
8
Sausan Basmah (2013)/ Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani (Studi Kasus: Kecamatan Gombong, Kabupaten Bogor)
1.
2.
yang mempengaruhi produktivitas padi. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi semiorganik dan organik. Membandingkan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam KKT-LK dan status penguasaan lahan
Metode analisis data mengunkan fungsi produksi Cobb Douglas dan analisis pendapatan
1. 2.
3. 4. 5.
6.
Produksi padi semiorganik dipengaruhi oleh julah benih, pupuk kompos, pupuk kandang dan pupuk NPK. Produksi usahatani padi anorganik dipengaruhi oleh jumlah benih, pupuk kompos, pupuk KCL dan pupuk NPK serta luas lahan. Pendapatan atas biaya total usahatani padi semiorganik lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik. Pendapatan atas biaya total usahatani padi petani anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan dengan anggota KKT-LK. Pendapatan atas biaya total usahatani padi petani penggarap penyewa lebih menguntungkan dibandingkan penggarap pemilik dan bagi hasil. Pendapatan atas baiaya total usahatani padi semiorganik dan anorganik serta berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan lainnya. Pendapatan atas biaya total usahatani padi semiroganik dan anorganik serta berdasarkan status penguasaan lahan menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi semiorganik penggarap penyewa lebih besar dibandingkan lainnya. Pendapatan atas biaya total usahatani padi semiorganik dan anorganik serta berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK dan status penguasaan lahan menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK penggarap penyewa lebih besar dibandingkan strata lainnya.
27
28
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini antara lain perbedaan komoditas, lokasi penelitian dan kriteria analisis produksi dan pendapatan. Penelitian ini menggunakan padi sebagai komoditas penelitian, sedangkan pada penelitian terdahulu, komoditas yang dianalisis adalah kubis (Rifqie, 2008); ubi kayu (Amri, 2011); kangkung (Lestari, 2010); Jagung (Suroso, 2006) dan ganyong (Septian, 2010). Perbedaan lokasi penelitian juga menjadi salah satu pembeda antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini berlokasi di Desa Kopo-Bogor, sedangkan penelitian terdahulu berlokasi di Desa Cimenyan-Bandung (Rifqie, 2008); Desa Pasirlaja-Bogor (Amri, 2011); Desa Bantarsari-Bogor (Lestari, 2010); Kelurahan Sindang Barang-Bogor (Wulandari, 2011); Desa Ukirsari-Purworejo (Suroso, 2006); Desa Sindanglaja-Ciamis (Septian, 2010); Sumatera Barat (Dalim, 1990) dan Kecamatan Gombong-Bogor (Basmah, 2013). Pada penelitian terdahulu, analisis faktor produksi mencakup hingga efisiensi penggunaan factor produksi sedangkan penelitian ini hanya menunjukkan pengaruh penggunaan faktor produksi terhadap besarnya tingkat produksi. Pada analisis fungsi produksi penelitian ini, terapat tiga kriteria dummy, yakni status keanggotaan kelompok tani, status kepemilikan lahan dan status pekerjaan usahatani. Pada analisis pendapatan, penelitian ini membagi analisis menjadi tiga kategori berdasarkan status keanggotaan kelompok tani, status kepemilikan lahan dan gabungan antara status keanggotaan kelompok tani serta status kepemilikan lahan. Hal yang berbeda terdapat pada penelitian sebelumnya yang membagi responden berdasarkan status keanggotaan kelompok tani (Lestari, 2010); sistem usahatani (Wulandari, 2011) dan sistem usahatani dan status keanggotaan koperasi (Basmah, 2013).
3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Operasional Usahatani padi merupakan salah satu jenis usahatani yang paling besar di Desa Kopo. Hal ini terlihat dari mayoritas petani Desa Kopo yang menjadikan padi sebagai komoditas usahataninya. Tingkat produksi padi Desa Kopo yang tinggi menjadikan pentingnya peran kelompok tani guna mengoptimalkan produksi dan pendapatan dari usahatani padi, namun tidak semua petani usahatani padi di Desa Kopo ikut tergabung dalam keanggotaan kelompok tani. Perbedaan keanggotaan ini merupakan salah satu faktor pembeda usahatani di Desa Kopo. Hal ini disebabkan antara lain oleh cara pandang petani dalam menjalankan usahanya, baik dari sisi teknis dan non teknis dalam menjalankan usahatani mereka. Perbedaan ini mengakibatkan adanya keuntungan yang didapatkan oleh petani anggota kelompok petani yang tidak didapat oleh petani non anggota kelompok tani. Keuntungan tersebut antara lain pelatihan dan penyuluhan, rendahnya harga input dan tingginya harga output. Perbedaan ini akan mengakibatkan perbedaan pada penggunaan faktor produksi dan besarnya pendapatan yang didapatkan oleh petani. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan untuk menganalisa pengaruh keanggotaan kelompok tani terhadap tingkat produksi dan pendapatan usahatani padi di Desa Kopo Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dianalisis menggunakan persamaan regresi berganda dan uji signifikansi dengan uji t-hitung, f-hitung dan R2. Pendeteksian pelanggaran metode Ordinary Least Squares dilakukan dengan uji kriteria ekonometrika. Analisis perbandingan pendapatan petani anggota kelompok tani dan non anggota kelompok tani dilakukan dengan analisis pendapatan dan perbandingan R/C ratio Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut diharapkan dapat menjadi bahan koreksi dan rekomendasi bagi kelembagaan kelompok tani, petani anggota kelompok tani dan petani non anggota kelompok tani Desa Kopo guna mengoptimalkan tingkat produksi dan pendapatan usahataninya. Alur Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 2.
30
Produksi padi Desa Kopo yang tinggi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor
Permasalahan perbedaan keanggotaan kelompok tani dalam usahatani padi dan pengaruhnya terhadap produksi dan pendapatan petani di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Petani usahatani padi di Desa Kopo
Tergabung dalam kelompok tani
Keragaan Usahatani (Analisis Deskriptif)
Tidak tergabung dalam kelompok tani
Faktor-faktor yang memperngaruhi produksi padi (Analisis Regresi Berganda)
Pendapatan usahatani (Analsis Pendapatan dan R/C ratio)
Rekomendasi Peningkatan Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian tersebut ditentukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan desa dengan tingkat produksi padi yang cukup tinggi di Kecamatan Cisarua dan terdapat permasalahan pada keanggotaan kelompok tani, dimana tidak semua petani padi Desa Kopo tergabung dalam keanggotaan kelompok tani Sasaran dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor produksi padi serta melihat perbedaan tingkat
31
pendapatan petani anggota dan non anggota kelompok tani dalam usahatani padi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara secara langsung kepada petani yang bersangkutan dengan menggunakan kuesioner. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Menurut Soekartawi (1995) metode purposive sampling ini dapat diartikan pengambilan sampel berdasarkan ciri atau sifat tertentu yang dipandang menpunyai hubungan dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya guna mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan jumlah populasi petani tanaman pangan yang berada di Desa Kopo yang berjumlah 517 orang, maka penelitian ini menggunakan 77 orang sampel yang terdiri dari 47 petani anggota kelompok tani dan 30 petani non anggota kelompok tani. Pembagian jumlah sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Tabel sampel petani padi Desa Kopo
Cijulang Asri 1 (Orang) 16
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Cijulang Asri 2 Lame (Orang) Lambada (Orang) 15 16
Non Anggota (Orang)
Total (Orang)
30
47
Sumber: Data Primer Diolah (2013)
Data sekunder diperoleh dari Kementerian Pertanian Indonesia, Badan Pusat Statistik, kantor desa dan instansi terkait lainnya. Selain itu, data juga diperoleh dari studi literatur dan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh suatu instansi dan lembaga yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. 3.4 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang mencakup pengolahan dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis deskriptif juga dapat digunakan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel dalam sampel. Analisis deskriptif kualitatif dapat digunakan untuk mengetahui keragaan usahatani padi anggota dan non anggota kelompok tani.
32
Analisis keragaan dilakukan dengan statistik deskriptif dengan menggunakan tabel-tabel analisis. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam produksi usahatani padi dan perbedaan tingkat pendapatan anggota dan non anggota kelompok tani. Berikut ini adalah matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian (Tabel 10). Tabel 10
Matriks keterkaitan tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data
No 1
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi keragan usahatani padi di Desa Kopo.
Sumber Data Data PrimerSekunder
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif
2
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi petani anggota kelompok tani Desa Kopo
Data Primer
OLS (Ordinary Least Square) dari fungsi produksi CobbDouglas
3
Menganalisis perbedaan tingkat pendapatan petani anggota dan non anggota kelompok tani usahatani padi di Desa Kopo
Data Primer
Analsis Pendapatan dan R/C Ratio
3.4.1 Analisis Keragaan Analisis usahatani yang akan dibahas adalah karakteristik usahatani secara kesuluruhan beserta faktor yang mempengaruhinya, yakni disebut analisis keragaan usahatani. Jenis data yang dibutuhkan dalam analisis keragaan usahatani padi di Desa Kopo adalah: 1. Identitas petani (umur, tingkat pendidikan, lama pengalaman bertani, lama keanggotaan kelompok tani, jumlah tanggungan keluarga dan status pekerjaan usahatani) 2. Luas lahan dan status kepemilikan lahan 3. Jumlah penggunaan input 4. Harga jual di tingkat petani 5. Biaya produksi 6. Jumlah produksi Lahan merupakan faktor penting dalam usahatani sehingga perlu dianalisis berapa luas penggunaan lahan oleh petani padi dan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi lahan tersebut. Status kepemilikan perlu dianalisis karena adanya
33
faktor perbedaan status kepemilikan lahan. Input produksi lainnya seperti pupuk, tenaga kerja dan modal. 3.4.2. Analisis Fungsi Produksi Melalui transformasi fungsi Cobb-Douglas ke dalam bentuk linier logaritmik, model tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Ln Y = Ln b0 + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4 LnX4 + b5 LnX5 +b6 LnX6 + b7 LnX7 + b8 LnX8 + b9 D1 + b10 D2 + b11 D3 + ei.. (3.1) dimana: Ln Y = Hasil produksi padi (Kg) X1
= Luas Lahan (Ha)
X2
= Benih (Kg)
X3
= Pupuk kandang (Kg)
X4
= Pupuk urea (Kg)
X5
= Tenaga kerja pria dalam keluarga (HOK)
X6
= Tenaga kerja wanita dalam keluarga (HOK)
X7
= Tenaga kerja pria luar keluarga (HOK)
X8
= Tenaga kerja wanita luar keluarga (HOK)
D1
= 1, untuk petani anggota dan 0 untuk petani non anggota
D2
= 1, untuk petani pemilik lahan dan 0 untuk petani penyewa Lahan
D3
= 1, untuk petani yang menjadikan usahatani sebagai
pekerjaan
utama dan 0 petani yang menjadikan usahatani sebagai pekerjaan sampingan b0
= Konstanta
bi
= Parameter variabel bebas
ei
= error term
Hipotesa yang dibangun terhadap analisis faktor-faktor tersebut adalah: b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9, b10, b11 > 0 Berdasarkan model yang telah diduga, dilakukan pengujian model yang baik berdasarkan karakteristik statistik dan ekonometrika: 1. Uji nilai R2. 2. Melakukan uji-t.
34
3. Model yang baik adalah model yang sederhana dan sesuai dengan teori goodness of fit. 4. Melakukan uji ekonometrika (Multikolinearitas, Heteroskedastisitas dan Kenormalan) 3.3.3 Analisis Pendapatan Petani Penghitungan pendapatan usahatani ini dilakukan dengan membandingkan pendapatan petani berdasarkan status keanggotaan kelompok tani, status kepemilikan lahan dan kombinasi antara status keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan. Penghitungan pendapatan dilakukan dengan rumus: π
=
TR–TC .......................................................................... (3.2)
TR
=
Py .Y …………...............................................................(3.3)
TC
=
(Px1 . X1) + (Px2 . X2) + (Px3 . X3) + (Px4 . X4) + (Px5 . X5) + (Px6 . X6) + (Px7) + (Px8 . X8) + (Px9 . X9) + (Px10) + (Px11) + (Px12 . X12) + (Px13 . X13) …...……….......…... (3.4)
Keterangan: π
=
Pendapatan (Rp)
TR =
Total revenue atau total penerimaan (Rp)
TC =
Total cost atau biaya total (Rp)
Y
Produksi yang diperoleh usahatani padi anggota atau non anggota
=
(Kg) Py =
Harga output padi anggota atau non anggota (Rp/Kg)
Px1 =
Harga tenaga kerja pria luar keluarga (Rp/HOK)
X1 =
Jumlah tenaga kerja pria luar keluarga yang digunakan (HOK)
Px1 =
Harga tenaga kerja wanita luar keluarga (Rp/HOK)
X2 =
Jumlah tenaga kerja wanita luar keluarga yang digunakan (HOK)
Px3 =
Harga benih yang digunakan (Rp/Kg)
X3 =
Jumlah benih yang digunakan (Kg)
Px4 =
Harga pupuk kandang (Rp/Kg)
X4 =
Jumlah pupuk kandang yang digunakan (Kg)
Px5 =
Harga pupuk urea (Rp/Kg)
X5 =
Jumlah pupuk urea yang digunakan (Kg)
Px6 =
Harga pupuk cair (Rp/Botol)
35
X6 =
Jumlah pupuk cair yang digunakan (Botol)
Px7 =
Harga sewa lahan/PBB (Rp)
Px8 =
Harga pestisida yang digunakan (Rp/Botol)
X8 =
Jumlah pestisida yang digunakan (Botol)
Px9 =
Harga ternak (Rp/Ekor/Hari)
X9 =
Jumlah ternak yang digunakan (Ekor/Hari)
Px10 =
Harga pengairan yang digunakan (Rp)
Px11 =
Harga penyusutan alat-alat (Rp)
Px12 =
Harga tenaga kerja pria dalam keluarga (Rp/HOK)
X12 =
Jumlah tenaga kerja pria dalam keluarga yang digunakan (HOK)
Px13 =
Harga tenaga kerja wanita dalam keluarga (RP/HOK)
X13 =
Jumlah tenaga kerja wanita dalam keluarga yang digunakan (HOK)
Berdasarkan perbedaan pendapatan biaya tunai dan biaya total, maka perbandingan antara pendapatan petani anggota kelompok tani dan petani non anggota kelompok tani dapat dilihat melalui analisis R/C Ratio. Perhitungan R/C Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995): ⁄
.................................................... (3.5)
⁄
.....................................................(3.6)
dimana: R/C > 1 : Usahatani tersebut menguntungkan untuk dijalankan R/C < 1 : Usahatani tersebut tidak menguntungkan untuk dijalankan. R/C = 1 : Usahatani tersebut masih menguntungkan untuk dijalankan.
4 GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sumberdaya Alam Desa Kopo merupakan Desa yang berada di kawasan Puncak Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor dengan ketinggian sekitar 872 mdpl. Curah hujan di wilayah ini lebih kurang 300 mm pertahun dengan rata-rata suhu udara 24-30o C. Desa Kopo dapat ditempuh dengan memakai kendaraan selama 10 menit dari kantor kecamatan. Jarak pusat pemerintahan desa dengan beberapa pusat pemerintahan lainnya yaitu: a.
Ibukota Kecamatan
: 2 Km
b.
Ibukota Kabupaten
: 80 Km
c.
Ibukota Provinsi
: 120 Km
d.
Ibukota Negara
: 85 Km
Wilayah secara administratif Desa Kopo terbagi atas 4 dusun, 12 rukun warga dan 47 rukun tetangga. Desa Kopo juga berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu: a.
Sebelah Utara
: Kali Ciliwung
b.
Sebelah Selatan
: Desa Leuwimalang
c.
SebelahTimur
: Desa Citeko
d.
Sebelah Barat
:Desa Kuta dan Desa Suka karya Kecamatan Megamendung
Luas wilayah Desa Kopo secara keseluruhan adalah 453 Ha dengan sebagian besar penggunaan wilayah desa digunakan untuk perumahan dan pemukiman. Secara keseluruhan, penggunaan lahan Desa Kopo dapat dilihat pada Tabel 11.
38
Tabel 11
No 1 2 3 4 5
Penggunaan lahan Desa Kopo Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor tahun 2011 (Ha)
Fungsi Lahan Sawah Rumah dan Pekarangan Ladang Empang dan Pemakaman Lainnya Total Wilayah
Luas Lahan 42 102 120 6 183 453
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2012
4.1.2 Sumberdaya Manusia Desa Kopo memiliki penduduk sebanyak 18 648 jiwa yang terdiri dari 9 088 orang laki-laki dan 9 560 orang perempuan. Jumlah penduduk menurut golongan usia dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar ada pada golongan umur angkatan kerja diatas 15 tahun. Gambaran ini menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Kopo berada pada usia produktif. Tabel 12
No 1 2 3 4 5
Komposisi penduduk berdasarkan golongan usia Desa Kopo tahun 2011 (Orang)
Golongan Umur 0-9 10-19 20-29 30-39 40+ Jumlah
Jumlah 3 535 3 589 3 514 2 948 5 062 18 648
Sumber: Balai Pusat Statistik Jawa Barat, 2012
Tingkat pendidikan mayoritas penduduk di Desa Kopo adalah SD seperti yang terlihat pada Tabel 13. Hal ini dikarenakan Desa Kopo belum menyediakan fasilitas pendidikan sehingga mengakibatkan biaya pendidikan menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh penduduk. Tabel 13
No 1 2 3 4 5
Komposisi penduduk bedasarkan tingkat pendidikan Desa Kopo tahun 2011 (Orang)
Tingkat Pendidikan Belum/TidakSekolah SD SLTP SLTA Akademi/DIII dan Perguruan Tinggi Jumlah Sumber:Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2012
Jumlah 3 840 11 188 4 240 240 185 19 693
39
4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Karakteristik Umum Petani Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani dan Status Kepemilikan Lahannya. 4.2.1.1 Umur Petani Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa mayoritas petani memiliki umur sekitar 41-50 tahun. Secara keseluruhan, petani anggota kelompok tani penyewa lahan menjadi petani terbanyak dengan golongan umur 41-50 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh responden petani padi Desa Kopo berada dalam umur produktif dan siap untuk berusahatani. Tingkatan umur ini juga berpengaruh dalam penggunaan faktor produksi dan pendapatan petani, dimana para petani memiliki kemampuan berpikir secara matang dalam penggunaan faktor produksi, tenaga yang cukup untuk berusahatani dan untuk meningkatkan pendapatan usahataninya. Berdasarkan asumsi tersebut, petani anggota kelompok tani penyewa lahan yang memiliki jumlah petani usia produktif terbanyak dan merata memiliki tingkat produksi dan pendapatnan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani karakteristik lainnya. Tabel 14
No 1 2 3 4 5 6
Umur petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
Selang Umur Petani (Tahun) 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 Total
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Total Non Anggota (Orang) Pemilik Penyewa Pemilik Penyewa (Orang) (Orang) (Orang) (Orang) 1 2 3 2 4 7 9 16 4 4 8 10 18 3 5 2 2 4 3 4 2 3 5 0 1 1 0 1 0 0 21 26 47 12 18
Total (Orang) 6 8 8 7 1 0 30
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.2 Tingkat Pendidikan Formal Petani Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa mayoritas petani memiliki tingkat pendidikan formal setara SD. Secara keseluruhan, petani anggota kelompok tani penyewa lahan memiliki jumlah petani dengan tingkat pendidikan SD terbanyak serta petani dengan tingkat pendidikan SMA terbanyak. Hal ini dapat diduga bahwa petani anggota kelompok tani penyewa lahan memiliki tingkat pengetahuan yang cukup jika dibandingkan dengan karakteristik petani lainnya
40
untuk menjalankan usahatani dan memiliki tingkat produksi dan pendapatan yang tinggi. Tabel 15
No
1 2 3 4
Tingkat pendidikan formal petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
Tingkat Pendidikan Petani Tidak Sekolah SD SMP SMA Total
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Total Non Anggota (Orang) Pemilik Penyewa Pemilik Penyewa Lahan Lahan Lahan Lahan (Orang) (Orang) (Orang) (Orang) 1 0 1 0 0 18 24 42 12 18 1 0 1 0 0 1 2 3 0 0 21 26 47 12 18
Total (Orang)
0 30 0 0 30
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.3 Lama Pengalaman Berusahatani Petani Padi Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa mayoritas petani memiliki lama pengalaman berusahatani sekitar 0-10 tahun. Secara keseluruhan, petani anggota kelompok tani penyewa lahan menjadi jumlah petani terbanyak dengan lama pengalaman bertani sekitar 0-10 tahun. Hal ini mengasumsikan bahwa dengan cukup banyak petani dengan berbagai macam selang lama pengalaman bertani yang cukup, petani anggota kelompok tani penyewa lahan, memiliki tingkat produksi dan pendapatan yang tinggi jika dibandingkan dengan karakteristik petani lainnya. Tabel 16
No
1 2 3 4
Lama pengalaman berusahatani petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
Lama Pengalaman (Tahun) 0-10 11-20 21-30 31-40 Total
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Total Non Anggota (Orang) Pemilik Penyewa Pemilik Penyewa Lahan Lahan Lahan Lahan (Orang) (Orang) (Orang) (Orang) 12 21 33 12 13 5 2 7 0 5 2 3 5 0 0 2 0 2 0 0 21 26 47 12 18
Total (Orang)
25 5 0 0 30
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.4 Lama Keanggotaan Kelompok Tani Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa mayoritas petani anggota kelompok tani pemilik dan penyewa lahan memiliki lama keanggotaan yang sama, yakni sekitar 1 tahun. Secara keseluruhan, petani penyewa lahan memiliki jumlah keanggotaan dan lama keanggotaan yang lebih besar dibandingkan petani pemilik
41
lahan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa petani penyewa lahan, lebih mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari kelompok tani guna meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya. Tabel 17 No 1 2 3 4 5 6
Lama keanggotaan kelompok tani petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
Lama Keanggotaan Kelompok Tani (Tahun) 0 1 2 3 4 5 Total
Pemilik Lahan (Orang) 0 8 5 2 2 4 21
Penyewa Lahan (Orang) 0 15 3 7 0 1 26
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa mayoritas petani memiliki jumlah tanggungan yang sama sebanyak 4 orang. Secara keseluruhan, jumlah petani anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan jumlah petani pada karakteristk lainnya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tanggungan petani anggota kelompok tani penyewa lahan lebih besar dibandingkan kriteria lainnya. Petani anggota kelompok tani penyewa lahan harus bisa mengoptimalisasikan tingkat produksi dan pendapatan usahataninya demi mencukupi kebutuhan anggota keluarga tanggungannya. Tabel 18
No
1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah tanggungan keluarga petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan Lahan
Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) 0 1 2 3 4 5 6 7 Total
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Total Non Anggota (Orang) Pemilik Penyewa Pemilik Penyewa Lahan Lahan Lahan Lahan (Orang) (Orang) (Orang) (Orang) 0 1 1 1 0 0 5 5 0 3 1 6 7 2 3 7 8 15 3 6 6 3 9 3 4 4 3 7 1 2 3 0 3 1 0 0 0 0 1 0 21 26 47 12 18
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Total (Orang)
1 3 5 9 7 3 1 1 30
42
4.2.1.6 Status Pekerjaan Petani Padi Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa berdasarkan status pekerjaan usahatani, petani anggota kelompok tani penyewa lahan memiliki jumlah petani sampingan yang paling tinggi dibandingkan petani dengan karakteristik lainnya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa petani anggota kelompok tani penyewa lahan harus mengoptimalkan usahataninya mengingat biaya usahatani yang cukup tinggi. Tabel 19
No
1 2
Status pekerjaan usahatani petani padi sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan
Status Pekerjaan Petani
Utama Sampingan Total
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Total Non Anggota (Orang) Pemilik Penyewa Pemilik Penyewa Lahan Lahan Lahan Lahan (Orang) (Orang) (Orang) (Orang) 3 0 3 3 0 18 26 44 9 18 21 26 47 12 18
Total (Orang)
3 27 30
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.2 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani 4.2.2.1 Input Produksi Padi Input produksi yang dipergunakan dalam usahatani padi ini adalah benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk cair, pestisida, serta penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Pengunaan rata-rata input produksi dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 memperlihatkan bahwa rata-rata penggunaan input produksi antara petani anggota dan non anggota kelompok tani sangat bervariasi. Penggunaan input produksi benih, tenaga kerja pria dalam keluarga dan tenaga kerja wanita luar keluarga pada petani anggota kelompok tani lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan input yang sama pada petani non anggota keompok tani. Hal yang berbeda ditemui pada rata-rata penggunaan input produksi pupuk kandang, pupuk urea, tenaga kerja wanita dalam keluarga dan penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada petani anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan dengan penggunaan input produksi yang sama pada petani non anggota kelompok tani.
43
Tabel 20
No 1 2 3 4 5 6
7
8
9
Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani
Input Produksi
Satuan
Benih Pupuk Kandang Pupuk Urea Pupuk Cair Pestisida Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga
Kg Kg Kg Botol Botol HOK
Anggota Kelompok Tani Harga Jumlah/Ha Satuan/Ha (Rp/Ha) 47.55 6 076.59 2343.14 100.00 526.55 2 576.59 7.74 29 588.24 14.09 21 000.00
Non Anggota Kelompok Tani Harga Jumlah/Ha Satuan/Ha (Rp/Ha) 49.64 6 260.00 1875.82 100.00 350.82 2 700.00 10.39 27 968.75 7.95 25 000.00
148.20
25 000.00
151.56
25 000.00
34.62
20 000.00
30.78
20 000.00
25.20
25 000.00
24.25
25 000.00
24.38
20 000.00
30.95
20 000.00
HOK
HOK
HOK
Sumber: Data Diolah (2013)
Perbedaan harga beli input produksi juga menjadi pembeda disamping penggunaan input produksi. Harga beli input produksi petani anggota kelompok tani lebih murah dibandingkan dengan harga yang harus dibayarkan oleh petani non anggota kelompok tani pada input produksi benih dan pupuk urea. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya keuntungan bagi petani anggota kelompok tani yang mendapatkan potongan harga beli input produksi di pasaran. 4.2.2.2 Luas Lahan Usahatani Padi Luas lahan dapat menjadi indikator produksi dan pendapatan seorang petani. Hal ini dapat diasumsikan dengan semakin luas lahan yang dipegunakan dalam suatu usahatani, maka semakin besar pula kapasitas produksi dan pendapatan yang dapat dimaksimalkan oleh petani. Berdasarkan Tabel 21, terlihat bahwa mayoritas petani padi anggota kelompok tani Desa Kopo memiliki luas lahan pada selang 0-1000 m2 dengan jumlah petani sebanyak 27 orang. Pada petani non anggota kelompok tani, mayoritas petani memiliki luas lahan pada selang 1001-2000 m2 dengan jumlah petani sebanyak 16 orang. Luas lahan responden dapat dilihat pada Tabel 21.
44
Tabel 21
No 1 2 3
Luas lahan usahatani padi petani sampel Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani 2
Luas Lahan (m ) 0-1000 1001-2000 2001-3000 Total
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Kelompok Tani Non Anggota Kelompok Tani Jumlah Persentase Persentase Jumlah (Orang) (Orang) (%) (%) 27 57.45 14 46.67 18 38.30 16 53.33 2 4.26 0 0.00 47 100.00 30 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.2.3 Output Usahatani Padi Padi yang dihasilkan oleh petani Desa Kopo baik petani anggota dan non anggota kelompok tani adalah berupa gabah basah. Tabel 22 menjelaskan rata-rata produksi dan harga jual gabah basah pada petani anggota dan nona nggota kelompok tani Desa Kopo. Tabel 22
Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani
No
Keanggotaan Kelompok Tani
Produksi/Ha (Kg)
Harga Output (Rp)
1
Anggota
7 255.24
2 776.60
2
Non Anggota
6 831.37
2 296.67
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan baik dari rata-rata produksi maupun harga output antara petani anggota kelompok tani dengan petani non anggota kelompok tani. Petani anggota kelompok tani memiliki tingkat produksi dan harga output yang lebih tinggi daripada petani non anggota kelompok tani. Perbedaan ini disebabkan oleh keuntungan yang diperoleh petani anggota kelmpok tani yang memiliki nilai tawar yang lebih baik kepada pembeli dibandingkan petani non anggota kelompok tani. Perbedaan tingkat produksi dan harga jual ini berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. 4.2.3 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan 4.2.3.1 Input Produksi Padi Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa penggunaan input produksi antara petani pemilik lahan dan penyewa lahan relatif berimbang. Petani pemilik lahan menggunakan input produksi benih, pupuk urea dan tenaga kerja pria dalam keluarga lebih besar dibandingkan dengan petani penyewa lahan sedangkan petani
45
penyewa lahan menggunakan input produksi pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja pria dalam keluarga dan tenaga kerja wanita luar keluarga yang lebih besar dibandingkan petani pemilik lahan. Perbedaan yang cukup besar terjadi pada perbedaan penggunaan pupuk kandang dan pupuk urea. Petani pemilik lahan cenderung lebih banyak menggunakan pupuk urea sedangkan petani penyewa lahan cenderung menggunakan pupuk kandang yang lebih banyak. Hal ini dapat diasumsikan adanya perbedaan efek penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik serta implikasinya terhadap tingkat produksi padi petani jika kita merujuk pada Tabel 33. Tabel 23
No 1 2 3 4 5 6
Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan
Input Produksi
Satuan
Benih Kg Pupuk Kandang Kg Pupuk Urea Kg Pupuk Cair Botol Pestisida Botol Tenaga Kerja HOK Pria Dalam Keluarga 7 Tenaga Kerja HOK Wanita Dalam Keluarga 8 Tenaga Kerja HOK Pria Luar Keluarga 9 Tenaga Kerja HOK Wanita Luar Keluarga Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Pemilik Lahan Harga Satuan Satuan/Ha (Rp) 49.23 6 106.06 2 054.59 100.00 531.35 2 578.77 13.12 30 100.00 16.86 22 700.00
Penyewa Lahan Harga Satuan Satuan/Ha (Rp) 47.71 6 180.83 2 240.92 100.00 403.14 2 659.08 4.96 29 254.00 7.03 23 400.00
166.43
25 000.00
136.83
25 000.00
31.68
20 000.00
34.21
20 000.00
23.02
25 000.00
26.20
25 000.00
25.36
20 000.00
28.13
20 000.00
4.2.3.2 Luas Lahan Usahatani Padi Berdasarkan Tabel 24 dapat terlihat bahwa mayoritas petani pemilik dan penyewa lahan memiliki luas lahan sebesar 0-1000 m2. Secara keseluruhan petani anggota penyewa lahan mendominasi status kepemilikan lahan. Hal ini terjadi karena rata-rata lahan yang ada di daerah tersebut adalah kepemilikan warga DKI Jakarta yang lalu disewakan kepada warga sekitar.
46
Tabel 24
No 1 2 3
Luas lahan usahatani padi petani sampel Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan 2
Luas Lahan (m ) 0-1000 1001-2000 2001-3000 Total
Status Kepemilikan Lahan Pemilik Lahan Penyewa Lahan Jumlah Persentase Persentase Jumlah (Orang) (Orang) (%) (%) 17 51.52 24 54.54 14 42.42 20 45.45 2 6.06 0 0.00 33 100.00 44 100.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.3.3 Output Usahatani Padi Tabel 25 menjelaskan rata-rata produksi dan harga jual gabah kering pada petani pemilik lahan dan penyewa lahan di Desa Kopo. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tingkat produksi padi petani pemilik lahan lebih tinggi dibandingkan dengan petani penyewa lahan, namun memiliki harga jual output yang lebih rendah dibandingkan petani penyewa lahan. Hal ini terjadi karena kemampuan penawaran petani penyewa lahan yang lebi baik dibandingkan petani pemilik lahan. Petani penyewa lahan menetapkan harga jual yang lebih tinggi karena petani ini lebih mementingkan dan menghitung besaran biaya dan estimasi pendapatan yang akan diterima. Tabel 25 Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan No
Status Kepemilikan Lahan
Produksi/Ha (Kg)
Harga Output (Rp)
1
Pemilik Lahan
7 108.10
2 587.88
2
Penyewa Lahan
7 076.59
2 590.91
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
4.2.4 Karakteristik Usahatani Padi Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani dan Status Kepemilikan Lahan 4.2.4.1 Input Produksi Padi Tabel 26 memperlihatkan bahwa berdasarkan penggunaan benih, pupuk urea, tenaga kerja pria dalam keluarga dan tenaga kerja wanita dalam keluarga, petani anggota kelompok tani pemilik lahan relatif lebih besar penggunaannya dibandingkan penggunaan input yang sama pada karakteristik petani lainnya. Besarnya penggunaan pupuk kandang pada karakteristik anggota kelompok tani menunjukan bahwa petani anggota kelompok tani sudah menyadari pentingnya penggunaan pupuk kandang dalam usahataninya. Besaran jumlah tenaga kerja pria
47
dalam keluarga dan penggunaan pupuk urea pada dua karaktertistik petani pemilik lahan yang lebih besar dibandingkan dua karakteristik petani penyewa lahan memperlihatkan bahwa ada penggunaan yang besar dan kurang memperhitungkan aspek ekonomis dari penggunaan input tersebut. Penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga yang besar pada petani penyewa lahan menunjukan bahwa usahatani mereka bersifat usaha sampingan. Tabel 26
Rata-rata penggunaan input produksi usahatani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan Keanggotaan Kelompok Tani
No
Input Produksi
Satuan
1 2 3 4 5 6
Benih Kg Pupuk Kandang Kg Pupuk Urea Kg Pupuk Cair Botol Pestisida Botol Tenaga Kerja HOK Pria Dalam Keluarga 7 Tenaga Kerja HOK Wanita Dalam Keluarga 8 Tenaga Kerja HOK Pria Luar Keluarga 9 Tenaga Kerja HOK Wanita Luar Keluarga Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Anggota Pemilik Penyewa Lahan Lahan 54.66 41.81 2 305.51 2 373.53 616.05 454.27 7.90 7.25 14.32 13.97
Non Anggota Pemilik Penyewa Lahan Lahan 39.74 56.25 1 615.47 2 049.38 383.11 329.29 9.52 8.46 8.25 7.63
168.02
132.19
163.63
143.52
34.83
34.46
26.16
33.86
25.61
24.87
18.48
28.14
22.58
25.83
30.21
31.44
4.2.4.2 Luas Lahan Berdasarkan Tabel 27 dapat terlihat bahwa sebagian besar petani memiliki luas lahan sebesar 0-1000 m2. Mayoritas lahan dengan luas 0-1000 m2 diberdayakan oleh petani penyewa lahan. Tabel 27 Luas lahan petani padi responden Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan No
1 2 3
Luas Lahan (m2)
0-1000 1001-2000 2001-3000 Total
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Non Anggota Pemilik Penyewa Pemilik Lahan Penyewa Lahan Lahan (Orang) Lahan (Orang) (Orang) (Orang) 11 16 6 8 8 10 6 10 2 0 0 0 21 26 12 18
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
48
4.2.4.3 Output Padi Tabel 28 menjelaskan rata-rata produksi dan harga jual gabah kering pada petani berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tingkat produksi padi petani anggota kelompok tani penyewa lahan lebih produktif dibandingkan dengan kakateristik lainnya. Petani anggota kelompok tani penyewa lahan mampu menjual padi dengan harga yang tinggi dengan tingkat produksi yang tidak terlalu besar. Tabel 28
Rata-rata produksi dan harga output padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan Status Keanggotaan Kelompok Tani Anggota
Non Anggota
Pemilik Lahan (Kg/Ha/MT)
7 570.89
6 298.21
Harga Satuan (Rp/Kg)
2 771.43
2 266.67
Penyewa Lahan (Kg/Ha/MT)
7 000.29
7 186.81
Harga Satuan (Rp/Kg)
2 780.77
2 316.67
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
5 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI Pendugaan pada fungsi produksi usahatani padi gabungan anggota dan non anggota kelompok tani ini menggunakan model fungsi Cobb-Douglas. Faktorfaktor produksi yang digunakan dalam model pendugaan fungsi produksi (Y) ini adalah Luas Lahan (X1) yang dipergunakan petani dalam usahataninya, jumlah benih (X2) yang dipergunakan per musim tanam, jumlah pupuk kandang (X3) yang dipergunakan per musim tanam, jumlah pupuk urea (X4) yang dipergunakan dalam satu kali musim tanam, jumlah penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang terbagi menjadi tenaga kerja pria dalam keluarga (X5) dan tenaga kerja wanita dalam keluarga (X6), jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang terbagi menjadi tenaga kerja pria luar keluarga (X7) dan tenaga kerja wanita luar keluarga (X8), variabel dummy untuk petani anggota kelompok tani dan nol untuk petani non anggota kelompok tani (D1), variable dummy untuk kepemilikan lahan dan nol untuk petani penyewa lahan (D2) dan variabel dummy untuk usahatani padi sebagai pekerjaan utama dan nol untuk usahatani sebagai pekerjaan sampingan. Hasil pengolahan data dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dilakukan dengan mengestimasi gabungan responden antara responden anggota kelompok tani dan responden non anggota kelompok tani. Tabel 29
Analisis sidik ragam fungsi produksi padi gabungan usahatani anggota dan non anggota kelompok tani
Sumber Regresi Standard Error Total
Derajat Bebas 11.00 65.00 76.00
Jumlah Kuadrat Tengah 3.05 0.66 3.71
MS
F-hitung
Peluang
0.28 0.01
27.34
0.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Hasil pada Tabel 29 menunjukan bahwa nilai F-hitung sebesar 27.34 nyata pada taraf 10 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa secara bersama-sama variable bebas luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk urea, tenaga kerja pria dalam keluarga, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja pria luar keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga, status keanggotaan kelompok tani, status kepemilikan lahan dan status pekerjaan usahatani berpengaruh nyata terhadap variable tidak bebas produksi padi pada taraf 10 persen. Selain itu, hal ini juga menunjukan bahwa secara bersama-sama variabel bebas memiliki
50
pengaruh yang besar terhadap variabel tidak bebas. Hasil pendugaan model fungsi produksi padi dapat dijabarkan sebagai berikut: Ln Y = 5.45 + 0.05 Ln X1 + 0.26 Ln X2 + 0.10 Ln X3 + 0.07 Ln X4 + 0.04 Ln X5 + 0.07 Ln X6 + 0.02 Ln X7 + 0.23 Ln X8 + 0.06 D1 + 0.04 D2 – 0.03 Pada Tabel 29 dijelaskan bahwa nilai R-Sq (koefisien determinasi) memiliki kriteria statistik yang baik sebesar 82 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa 82 persen variable peubah bebas dapat menjelaskan variabel tidak bebas pada taraf 10 persen, sedangkan 18 persen lainnya dijelaskan oleh faktor lain. Berdasarkan pendugaan fungsi produksi ini, selanjutnya kita melakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS dengan melihat masalah kenormalan, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Model fungsi ini tidak memiliki masalah multikolinearitas, dimana seluruh variabel bebas memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Melalui uji glejser dengan menggunakan software E-views, kita dapat melihat bahwa model ini tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas chi-square yang bernilai lebih besar dari α, yakni sebesar 0.63. Uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson yang menyatakan bahwa nilai statistik dw adalah 1.68, di mana dL bernilai 1.32 dan dU bernilai 1.96. Nilai dw berada di antara 1.32 dan 1.96 yang mengindikasikan bahwa masalah autokorelasi dapa fungsi produksi usahatani ini tidak dapat disimpulkan. Uji kenormalan dilakukan dengan uji Jarque-Berra yang menyatakan bahwa P-value uji normalitas sebesar 0.71 lebih besar dari α sebesar 10 persen. Hal ini menunjukan bahwa komponen sisaan menyebar normal. Nilai koefisien dari Tabel 30 memperlihatkan bahwa semua variabel selain status pekerjaan usahatani berpengaruh positif pada taraf 10 persen. Hal ini memiliki arti bahwa pengaruh variabel bebas terhadap turun naiknya produksi cukup besar. Berikut ini akan diuraikan pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap produksi padi dengan statistik uji t-hitung.
51
Tabel 30 Hasil pendugaan fungsi produksi padi gabungan usahatani anggota dan non anggota kelompok tani Prediktor Konstanta Luas Lahan (X1) Benih (X2) Pupuk Kandang (X3) Pupuk Urea (X4) Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga (X5) Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga (X6) Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga (X7) Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga (X8) Keanggotaan Kelompok Tani (D1) Kepemilikan Lahan (D2) Status Pekerjaan Usahatani (D3) R-sq = 0.82
Koefisien 5.45383 0.04546 0.26036 0.10206 0.06887
Standard Error 0.37841 0.04965 0.04018 0.04804 0.04749
t-hit 14.41250 0.91561 6.47989 2.49878 1.44999
P 0.00000 0.36330 0.00000* 0.01500* 0.15190
VIF 3.83 1.63 1.74 2.31
0.04359
0.09230
0.47232
0.63830
3.59
0.06570
0.02900
2.26514
0.02860*
3.46
0.02444
0.03495
0.69991
0.48700
3.11
0.22818
0.04279
5.33376
0.0000*
1.61
0.06377
0.03386
1.88305
0.06420*
2.07
0.03931
0.03607
1.28171
0.20450
1.75
-0.02662 R-sq (adj) = 0.79
0.4541 DurbinWatson = 1.68
-0.58621 F-hit = 27.34
0.559980 1.13 Prob (F-Stat) = 0.00
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
1.
Luas Lahan (X1) Luas lahan memiliki nilai koefisien positif dengan nilai koefisien regresi
produksi sebesar 0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input luas lahan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.05 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas (0 ≤ Ep ≤ 1), terlihat bahwa penggunaan lahan pada daerah rasional (daerah
II). Hal
ini
mengindikasikan bahwa semakin besar luas lahan yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji-t, luas lahan tidak berpengaruh secara nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Luas lahan yang dimanfaatkan oleh petani dalam menjalankan usahatani padinya secara rata-rata adalah 0.11 Ha. Kemungkinan petani untuk menambah input produksi luas lahan adalah kecil. Hal ini terjadi karena daerah desa Kopo yang telah padat oleh pemukiman warga dan area wisata. 2.
Benih (X2) Benih memiliki nilai koefisien positif dengan nilai koefisien regresi
produksi sebesar 0.26. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input benih sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.26 persen.
52
Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas (0 ≤ Ep ≤ 1), terlihat bahwa pemakaian benih pada daerah rasional (daerah II). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak benih yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan benih berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan benih adalah sebesar 48.59 Kg per Ha. Semua benih yang digunakan petani adalah benih padi jenis Ciherang. 3.
Pupuk Kandang (X3) Pupuk kandang memiliki nilai positif dengan nilai koefisien regresi
produksi sebesar 0.10. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input pupuk kandang sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.10 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas (0 ≤ Ep ≤ 1), terlihat bahwa penggunaan lahan pada daerah rasional (daerah
II). Hal
ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasrakan hasil uji-t, penggunaan pupuk kandang berpengaruh secara siginifkan terhadap funsgi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan pupuk kandang adalah sebesar 2 109.48 Kg per Ha. Pupuk kandang didapatkan dengan cara membeli kotoran ternak pada peternakan sekitar dan dalam Desa Kopo. 4.
Pupuk Urea (X4) Pupuk urea memiliki nilai postif dengan nilai koefisien regresi produksi
sebesar 0.07. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input pupuk urea sebesar satu persen belum tentu akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.07 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas (0 ≤ Ep ≤ 1), terlihat bahwa penggunaan pupuk urea pada daerah rasional (daerah II). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan pupuk urea adalah sebesar 438.68 Kg per Ha.
53
5.
Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TD)
a.
Pria (X5) Tenaga kerja dalam keluarga (pria) memiliki nilai yang dengan nilai
koefisien regresi produksi sebesar 0.04. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input tenaga kerja dalam keluarga (pria) sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.04 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas (0 ≤ Ep ≤ 1), terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja dalam keluarga (pria) pada daerah rasional (daerah II). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak tenaga kerja luar keluarga (pria) yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan input tenaga kerja dalam keluarga (pria) adalah sebesar 149.88 HOK per Ha. b.
Wanita (X6) Tenaga kerja dalam keluarga (wanita) memiliki nilai yang positif dengan
nilai koefisien regresi produksi sebesar 0.07. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input tenaga kerja dalam keluarga (wanita) sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.07 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas (0 ≤ Ep ≤ 1), terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja dalam keluarga (wanita) pada daerah rasional (daerah II). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak tenaga kerja luar keluarga (wanita) yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (wanita) adalah sebesar 32.7 HOK per Ha. 6.
Tenaga Kerja Luar Keluarga
a.
Pria (X7) Tenaga kerja luar keluarga (pria) memiliki nilai positif dengan nilai
koefisien regresi produksi sebesar 0.02. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap penambahan input tenaga kerja luar keluarga (pria) sebesar satu persen akan
54
meningkatkan produksi padi sebesar 0.02 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas (0 ≤ Ep ≤ 1), terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja luar keluarga (pria) pada daerah rasional (daerah II). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak tenaga kerja luar keluarga (pria) yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan input usahatani tenaga kerja luar keluarga (pria) adalah sebesar 24.72 HOK per Ha. b.
Wanita (X8) Tenaga kerja luar keluarga (wanita) memiliki nilai positif dengan nilai
koefisien regresi produksi sebesar 0.23. Hal ini memiliki arti bahwa setiap penambahan input tenaga kerja luar keluarga (wanita) sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.23 persen. Nilai koefisien regresi ini menunjukan elastisitas (0 ≤ Ep ≤ 1), terlihat bahwa pemakaian tenaga kerja luar keluarga (wanita) pada daerah rasional (daerah II). Hal ini mengindikasikanbahwa semakin banyak tenaga kerja luar keluarga (wanita) yang digunakan dalam usahatani, maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat. Berdasarkan hasil uji-t, penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga berpengaruh nyata terhadap funsgi produksi pada taraf 10 persen. Rata-rata penggunaan input usahatani tenaga kerja luar keluarga (wanita) adalah sebesar 27.66 HOK per Ha. 7.
Dummy Keanggotaan Kelompok Tani (D1) Variabel dummy keanggotaan kelompok tani memiliki nilai positif serta
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi dengan koefisien regresi 0.06. Hal ini memiliki arti bahwa keanggotaan petani dalam kelompok tani memiliki peran postif dalam produksi usahatani padi. Keanggotaan kelompok tani berpengaruh nyata dalam tingkat produksi padi suatu usahatani. Manfaat yang didapatkan jika seorang petani menjadi anggota kelompok tani antara lain adalah dapat mengikuti pelatihan-pelatihan tani yang diselenggarakan oleh kelompok tani maupun dinas pertanian setempat. Manfaat lainnya adalah mendapatkan input produksi denga harga yang lebih murah dibanding harga yang harus dibayarkan oleh petani non
55
anggota kelompok tani dengan jumlah pembelian yang sama. Petani anggota kelompok tani juga dapat menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan produk hasil petani anggota kelompok tani dapat langsung dipasarkan ke konsumen pertama. Sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya dapat memasarkan produknya kepada penadah dengan harga yang jauh dibawah harga pasar. 8.
Dummy Kepemilikan Lahan (D2) Variabel dummy kepemilikan lahan memiliki nilai yang positif terhadap
produksi dengan koefisien regresi 0.04 serta tidak berpengaruh nyata pada taraf 10 persen. Hal ini mengindikasikan kepemilikan lahan pada usahatani padi memiliki peran positif dalam peningkatan produksi padi. Petani dengan kepemilikan lahan sendiri akan dengan mudah mengoptimalisasi penggunaan lahan tersebut dalam usahataninya. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh petani penyewa lahan, dimana adanya perjanjian dengan pihak kedua dalam pemanfaatan lahan tersebut.. 9.
Dummy Status Pekerjaan Usahatani (D3) Variabel dummy status pekerjaan usahatani memiliki nilai yang negative
terhadap produksi dengan koefisien regresi -0.03 serta tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf 10 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa status pekerjaan usahatani sebagai pekerjaan sampingan memberi peran postif dalam peningkatan produksi padi. Petani dengan usahatani sebagai usaha sampingan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengefisiensikan penggunaan faktor-faktor produksi dan memaksimalkan pendapatan. Petani dengan usahatani sebagai pekerjaan utama lebih tidak memperhitungkan penggunaan input produksi dari aspek finansial dan keefektifan penggunaan input produksi.
6 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI Penghitungan pendapatan usahatani padi di Desa Kopo Cisarua Jawa Barat ini terbagi menjadi tiga, yakni petani pemilik lahan (anggota dan non anggota kelompok tani), petani penyewa lahan (anggota dan non anggota kelompok tani) dan petani dengan karakteristik gabungan antara keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan lahan (anggota dan non anggota). Pembagian kelompok petani berdasarkan kriteria ini adalah untuk melihat perbandingan pendapatan yang diterima petani sesuai karakteristik tersebut. Output padi yang dianalisis dalam perbandingan ini berupa gabah basah. 6.1. Analisis Pendapatan Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani Tabel 31 memperlihatkan bahwa tingkat produksi rata-rata petani anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan petani non anggota kelompok tani. Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa petani anggota kelompok tani menghasilkan rata-rata 7 255.24 Kg padi per Ha per musim tanam, hal ini lebih besar dari tingkat produksi rata-rata petani non anggota kelompok tani yang hanya sebesar 6 831.37 Kg padi per Ha per musim tanam. Perbedaan antara petani anggota dan non anggota kelompok tani Desa Kopo juga dapat terlihat pada perbedaan tingkat harga jual padi yang dapat terlihat pada Tabel 22. Petani padi anggota kelompok tani rata-rata dapat menjual padi dengan kisaran harga sebesar Rp 2 776.60 per Kg, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya dapat menjual padinya dengan kisaran harga Rp 2 296.67 per Kg. Perbedaan tingkat produksi dan harga jual antara petani anggota dan non anggota kelompok tani berpengaruh terhadap perbedaan tingkat penerimaan petani. Berdasarkan hasil penghitungan pada Tabel 31 didapat bahwa petani anggota kelompok tani dapat memiliki pendapatan sebesar Rp 20 144 866.69 per Ha per musim tanam, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya memiliki tingkat penerimaan rata-rata sebesar Rp 15 689 388.10 per Ha per musim tanam. Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga menjadi salah satu faktor pembanding antara petani anggota kelompok tani dan non anggota kelompok tani. Berdasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa petani
58
anggota kelompok tani rata-rata mengeluarkan sekitar Rp 4 981 158.36 untuk biaya tunai dan Rp 4 401 277.34 untuk biaya non tunai dalam satu musim tanam per Hektar. Petani non anggota kelompok tani rata-rata mengeluarkan sekitar Rp 4 414 138.03 untuk biaya tunai dan Rp 4 415 845.39 untuk biaya non tunai dalam satu musim tanam per Hektar. Tabel 31 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani No 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
Uraian Penerimaan Biaya Tunai Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga Benih Pupuk Kandang Pupuk Urea Pupuk Cair PBB Sewa Lahan Pestisida Ternak Pengairan Biaya Tunai Biaya Non Tunai Penyusutan Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga Biaya Non Tunai Biaya Total Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C Biaya Tunai R/C Biaya Total
Anggota (Rp/Ha/MT) 20 144 866.69 630 000 487 600 288 941.85
Keanggotaan Kelompok Tani Persentase Non Anggota (%) (Rp/Ha/MT) 15 689 388.10 6.71 5.20
606 250 619 000
Persentase (%) 6.86 7.01
3.08 2.50
310 746.4
1 356 703.46 229 092.75 373 181.13 956 371.02 295 911.59 106 702.13 22 340.43 4 981 158.36
14.46 2.44 3.97 10.19 3.15 1.14 0.24 53.09
947 214 290 651.97 401 670.63 709 961.33 198 895.03 119 500 22 666.67 4 414 138.03
10.73 3.29 4.55 8.04 2.25 1.35 0.26 49.99
3 877.34
0.04 39.49
7 845.39
0.09 42.91
234 314
3 705 000 692 400 4 401 277.34 9 382 435.7 15 163 708.33 10 762 430.99 4.04 2.15
7.38 46.91 100.00 -
187 582
3 789 000 619 000 4 415 845.39 8 829 983.42 11 275 250.07 6 859 404.68 3.55 1.77
3.52 2.12
7.01 50.01 100.00 -
Sumber: Data Primer Diolah (2013)
Tingginya biaya yang ditanggung oleh petani anggota kelompok tani dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah biaya tenaga kerja pria luar keluarga, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida, dan tenaga kerja wanita dalam keluarga yang lebih besar dibandingkan petani non anggota kelompok tani. Hal ini sesuai dengan besarnya penggunaan faktor produksi pada Tabel 20.
59
Berdasarkan Tabel 31, terlihat bahwa rata-rata pendapatan petani anggota lebih besar daripada petani non anggota. Rata-rata dalam per Ha per musim tanam, petani anggota dapat mendapatkan Rp 15 163 708.33 pendapatan atas biaya tunai dan Rp 10 762 430.99 pendapatan atas biaya total, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya dapat menghasilkan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 11 275 250.07 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 6 859 404.68 per Ha per musim tanam. Perbedaan tingkat produksi dan harga jual ini menyebabkan terjadinya perbedaan pendapatan antara petani anggota dan non anggota kelompok tani yang dapat terlihat melalui tingkat R/C ratio. Nilai R/C ratio petani anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan dengan R/C ratio petani non anggota kelompok tani. Petani anggota kelompok tani memiliki nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 4.04 dan R/C ratio atas biaya total senilai 2.15, sedangkan petani non anggota kelompok tani hanya memiliki nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 3.55 dan R/C ratio atas biaya total senilai 1.77. Hal ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status keanggotaan kelompok tani, baik berdasarkan biaya tunai dan total, petani anggota memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi daripada petani non anggota kelompok tani. Hasil analisis pendapatan ini sesuai dengan hasil analisis fungsi produksi yang menjelaskan bahwa status keanggotaan kelompok tani berdampak positif pada produksi usahatani. 6.2 Analisis Pendapatan Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tabel 32 memperlihatkan bahwa tingkat produksi rata-rata petani pemilik lahan lebih tinggi dibandingkan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel 25 terlihat bahwa petani pemilik lahan menghasilkan rata-rata 7 108.10 Kg padi per Ha per musim tanam, sedangkan rata-rata petani penyewa lahan hanya dapat menghasilkan 7 076.59 Kg padi per ha per musim tanam. Perbedaan petani pemilik lahan dan penyewa lahan juga dapat dilihat dari perbedaan tingkat harga jual padi petani. Berdasarkan Tabel 25, petani pemilik lahan rata-rata menjual padi dengan tingkat harga Rp 2 587.88 per Kg, sedangkan rata-rata petani penyewa lahan sanggup menjual padi dengan tingkat harga Rp 2 590.91 per Kg. Petani penyewa lahan sanggup menjual produknya dengan tingkat harga yang
60
lebih tinggi dari petani pemilik lahan dikarenakan petani penyewa lahan lebih memperhitungkan sisi komersil dari usahatani tersebut. Perbedaan tingkat produksi dan tingkat harga jual ini berpengaruh terhadap penerimaan yang diterima oleh petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel 32, petani pemilik lahan menerima Rp 18 394 899.61 per Ha per musim tanam, sedangkan petani penyewa lahan hanya menerima Rp 18 334 814.22 per Ha per musim tanam. Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga menjadi salah satu faktor pembanding antara petani pemilik lahan dengan petani penyewa lahan. Berdasarkan Tabel 32, petani pemilik lahan
rata-rata
mengeluarkan sekitar Rp 4 236 435.04 untuk biaya tunai dan Rp 4 801 952.88 untuk biaya non tunai per Ha per musim tanam. Petani penyewa lahan rata-rata mengeluarkan sekitar Rp 4 123 062.79 untuk biaya tunai dan Rp 4 108 738.68 untuk biaya non tunai per Ha per musim tanam. Tingginya biaya yang ditanggung oleh petani pemilik lahan dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah biaya pupuk urea, pupuk cair, pestisida, penyusutan dan biaya tenaga kerja pria dalam keluarga yang lebih besar dibandingkan petani penyewa lahan. Hal ini sesuai dengan besarnya penggunaan faktor produksi tersebut pada Tabel 23. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan petani penyewa lahan lebih besar daripada petani pemilik lahan. Rata-rata dalam per Ha per musim tanam, petani penyewa lahan dapat mendapatkan Rp 14 211 751.43 pendapatan atas biaya tunai dan Rp 10 103012.75 pendapatan atas biaya total, sedangkan petani pemilik lahan hanya dapat menghasilkan Rp 14 158 464.57 pendapatan atas biaya tunai dan Rp 9 356 511.69 pendapatan atas biaya total. Selain itu, terdapat perbedaan antara R/C ratio atas biaya tunai petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan. Nilai R/C ratio atas biaya tunai petani penyewa lahan lebih besar dibandingkan dengan R/C ratio petani pemilik lahan. Petani penyewa lahan memiliki nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 4.45 dan nilai R/C ratio atas biaya total sebesar 2.22, sedangkan petani pemilik lahan hanya mendapatkan nilai R/C ratio atas biaya tunai sebesar 4.34 dan nilai R/C ratio atas biaya total sebesar 2.03. Hasil dari penghitungan R/C ratio ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status
61
kepemilikan lahannya dan perbandingan dengan biaya tunai dan biaya total, maka petani penyewa lahan lebih menguntungkan dibandingkan petani pemilik lahan. Tabel 32 Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani padi Desa Kopo berdasarkan status kepemilikan lahan No 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
Uraian Penerimaan (Rp) Biaya Tunai Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga Benih Pupuk Kandang Pupuk Urea Pupuk Cair PBB Sewa Lahan Pestisida Ternak Pengairan Biaya Tunai Biaya Non Tunai Penyusutan Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga Biaya Non Tunai Biaya Total Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C Biaya Tunai R/C Biaya Total
Pemilik (Rp/Ha/MT) 18 394 899.61 575 500 507 200
Kepemilikan Lahan Persentase Penyewa (%) (Rp/Ha/MT) 18 334 814.22 6.37 5.61
655 000 562 600
Persentase (%) 7.96 6.83
300 601.33 205 459 1 370 234.75 395 055.43 383 540.95 0 382 782.98 94 545.45 21 515.15 4 236 435.04
3.33 2.27 15.16 4.37 4.24 0 4.23 1.05 0.24 46.87
294 887.64 224 092 1 071 985.5 146 592.93 0 855 567.06 164 610.39 124 545.45 23 181.82 4 123 062.79
3.58 2.43 11.61 1.78 0 10.79 1.99 1.51 0.28 50.08
7 602.88
0.08 46.03
3 788.68
0.05 41.55
4 160 750 633 600 4 801 952.88 9 038 387.92 14 158 464.57 9 356 511.69 4.34 2.03
7.01 53.13 100 -
3 420 750 684 200 4 108 738.68
8.31 49.92
8 231 801.47 14 211 751.43 10 103 012.75 4.45 2.22
-
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
6.3 Analisis Pendapatan Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani dan Status Kepemilikan Lahan Tabel 33 memperlihatkan bahwa tingkat produksi petani anggota kelompok tani-pemilik lahan (AM) lebih tinggi dibandingkan tingkat produksi petani anggota kelompok tani-penyewa lahan (AS), petani non anggota kelompok tani-pemilik lahan (NM) dan petani non anggota kelompok tani-penyewa lahan (NS). Petani AM memiliki tingkat produksi yang paling tinggi, yakni sebesar 7
62
570 Kg per ha per musim tanam dibandingkan petani AS (7 000.29 Kg per Ha per musim tanam), petani NM (6 298.21 Kg per Ha per musim tanam) dan petani NS (7 186.81 Kg per Ha per musim tanam). Perbedaan antara empat karakteristik ini juga terjadi pada perbedaan tingkat harga jual produk. Berdasarkan Tabel 28, Petani AS memiliki tingkat harga yang paling tinggi dengan Rp 2 780.77 per Kg dibandingkan dengan tingkat harga petani AM (Rp 2 771.43 per Kg), petani NM (Rp 2 266.67 per Kg) dan petani NS sebesar Rp 2 316.67 per Kg. Perbedaan tingkat produksi dan harga tersebut mengakibatkan terjadinya perbedaan penerimaan oleh masing-masing karakteristik petani. Berdasarkan Tabel 33, Petani AM memiliki tingkat penerimaan paling tinggi dengan Rp 20 982 183 per musim tanam. Tabel 33
Rata-rata penerimaan dan biaya usahatani petani padi Desa Kopo berdasarkan keanggotaan kelompok tani dan status kepemilikan Lahan (Rp/Ha/MT)
Uraian Penerimaan (Rp) Biaya Tunai TPLK TWLK Benih Pupuk Kandang Pupuk Urea Pupuk Cair PBB Sewa Lahan Pestisida Ternak Pengairan Biaya Tunai Biaya Tidak Tunai Penyusutan TPDK TWLK Biaya Tidak Tunai Biaya Total Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C Biaya Tunai R/C Biaya Total
Keanggotaan Kelompok Tani Anggota Non Anggota Pemilik (AM) Penyewa (AS) Pemilik (NM) Penyewa (NS) 20 982 183 19 466 191 14 275 952 16 649 451 640 250 451 600 327 960 230 551 1 540 125 349 779.60 373 181.13 0 317380.35 96 428.57 21 904.76 4 349 160.41
621 500 516 600 256 649.01 237 352 1 198 573.22 131 614.90 0 956 371 278 571.43 115 000 22 692.31 4 334 923.87
461 750 604 200 250 030.96 161 547 1 040 783.44 474 288.14 401.670.63 0 497 237.57 91250 20 833.33 4 003 591.07
703 500 628 800 350 874.61 204 938 885 424.58 168 227.85 0 709 961.33 0 138 333.33 23 888.89 3 813 948.59
4 517.93 4 200 500 696 600 4 901 617.93 9 250 778.34
3 359.94 3 304 750 689 200 3 997 309.94 8 332 233.81
13 001.53 4 090 500 523 000 4 626 501.53 8 630 092.6
4 407.96 3 588 000 677 200 4 269 607.96 8 083 556.55
16 633 022.59
15 131 267.13
10 272 360.93
12 835 502.41
11 731 404.07
11 133 957.19 4.49 2.33
5 645 859.4 3.56 1.65
8 565 894.45 4.36 2.05
4.82 2.27
Sumber: Data Primer Diolah (2013)
Perbedaan dalam pengeluaran terhadap biaya tunai dan non tunai juga menjadi salah satu faktor pembeda antar empat karakteristik petani ini. Petani AM
63
memiliki biaya tunai dan non tunai paling besar. Berdasarkan Tabel 33, petani AM harus mengeluarkan biaya tunai sebesar Rp 4 349 160.41 dan biaya non tunai sebesar Rp 4 901 617.93 per musim tanam. Tingginya biaya tunai dan non tunai petani AM ini disebabkan oleh biaya pupuk urea dan biaya tenaga kerja pria dalam keluarga yang lebih tinggi dibandingkan biaya yang sama pada karakteristik petani lainnya. Hal ini sesuai dengan besarnya penggunaan faktor produksi tersebut pada Tabel 26. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 33, dapat dilihat bahwa petani AM memiliki tingkat pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total terbesar dengan tingkat pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 16 633 022.59 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 11 731 404.07. Hal yang sama kita dapat lihat pada nilai R/C ratio atas biaya tunai antar empat karakteristik ini. Pada nilai R/C ratio atas biaya tunai, petani AM menjadi yang paling tinggi dengan nilai sebesar 4.82. Namun hal yang berbeda kita temui pada nilai R/C ratio atas biaya total, dimana petani AS memiliki nilai R/C ratio yang paling tinggi dengan 2.33. Hal ini mengindikasikan bahwa petani AS lebih menguntungkan secara finansial dibadingkan tiga karakteristik lainnya. Hasil dari penghitungan R/C ratio ini mengindikasikan bahwa jika dilihat dari status keanggotaan kelompok tani, status kepemilikan lahan dan biaya tunai, maka petani AM lebih menguntungkan dibandingkan tiga jenis petani lainnya. Namun jika kita dilihat dari status keanggotaan kelompok tani, kepemilikan lahan dan biaya total, maka petani NS lebih menguntungkan dibandingkan dengan tiga jenis petani lainnya.
7. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi anggota dan non anggota kelompok tani terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata pada taraf α = 10 persen yaitu benih, pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga dan keanggotaan kelompok tani 2. Analisis pendapatan petani padi di Desa Kopo menunjukkan bahwa berdasarkan keanggotaan kelompok tani, petani anggota kelompok tani memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan petani non anggota kelompok tani. Berdasarkan status kepemilikan lahan usahatani, petani penyewa lahan memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan petani pemilik lahan. Berdasarkan keanggotaan dan status kepemilikan lahan usahatani, petani anggota kelompok tani dan penyewa lahan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan karakteristik responden lainnya. 7.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan dari usahatani padi yaitu sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan produksi padi di usahatani ini sebaiknya petani padi meningkatkan penggunaan benih, pupuk kandang, tenaga kerja wanita dalam keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga dan keanggotaan kelompok tani yang memiliki pengaruh nyata pada analisis faktor-faktor produksi. 2. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani, maka petani non anggota kelompok tani harus menjadi anggota kelompok tani. 3. Penelitian usahatani padi di Desa Kopo ini hanya membandingkan tingkat produksi dan pendapatan petani usahatani padi, maka perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui efisensi penggunaan faktor produksi padi.
DAFTAR PUSTAKA Amri AN 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus: Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2013. Indikator Ekonomi Indonesia 2013. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2012. Statistik Jawa Barat Tahun 2012. Badan Pusat Statistik, Jawa Barat _________________. 2013. Tanaman Pangan Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Kecamatan Cisarua Dalam Angka 2012. BPS, Jakarta. Basmah, Sausan. 2013. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik Serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Daniel M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta Dalim. 1990. Pengaruh Faktor Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivitas Padi di Sumatera Barat. Tesis Magister Sains. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Bogor. Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company, New York. Duchlun I, Arimong AR, Nilawati E. 2006. Analisis Usahatani Rambutan (Nepehelium lappaceum L) Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani. Jurnal Agrbisnis 2(1) Gujarati D. 2008. Basic Econometrics. McGraw-Hill, New York. Harvey AC. 1990. The Econometrics Analysis of Time Series 2nd ed. MIT Press, Cambridge Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor.
68
Lestari F. 2010. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Kangkung Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Bantarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nasrul W. 2012. Pengembangan Kelembagaan Pertanian Untuk Peningkatan Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian. Jurnal Menara Ilmu, 3(29): 166-174. Nugraha H. 2010. Analisis Efisiensi Produksi Usahatani Brokoli di Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Sarjana. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nugroho HM. 2008. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI (Studi Kasus: Desa Beji Kecamatan Kedung Benteng Kabupaten Banyumas Jawa Tengah). Skripsi Sarjana. Departemen Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nur AA. 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu di Desa Pasirjaya Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahayu W, Riptanti EW. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Kedelai di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Caraka Tani, 25(1): 119-125. Rahim A, Hastuti D. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori dan Kasus). Penerbit Swadaya, Jakarta Rifqie AS. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis (Studi Kasus: Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung). Skripsi Sarjana. DepartemenEkonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Septian D. 2010. Peran Kelembagaan Kelompok Tani Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Skripsi Sarjana. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simatupang, JT. 2005. Analisis Ekonomi Usahatani dan Tingkat Efisiensi Pencurahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Melon. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian, 3(2): 9-13.
69
Sinaga BM. 2011. Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Perdagangan: Konsep, Model dan Metode. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor Sitepu RK , Sinaga BM. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika: Estimasi, Simulasi dan Peramalan Menggunakan Program SAS. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usahatani. Universitas Indonesia (UI-PRESS), Salemba, Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT Raja Grafindo, Jakarta. Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta Suroso. 2006. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Jagung (Studi Kasus Desa Ukirsari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Skripsi Sarjana. Departemen Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Windyastuti PW. 2000. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan FaktorFaktor Produksi Usahatani Jamur Tiram Putih (Studi Kasus: Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi Sarjana. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wulandari I. 2011. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik dengan Padi Anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat. Skripsi Sarjana. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
71
LAMPIRAN
72
73
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian (lanjutan) Besarnya pendapatan Rp .......................................... 5. Pengalaman bertani : .............tahun 6. Tergabung dalam kelompok tani: 1. Ya
2. Tidak
Jika ya, nama kelompok tani..........................., tergabung sejak tahun........ Peran dalam kelompok tani sebagai................................... 7. Luas lahan yang ditanami padi :
ha
8. Status kepemilikan lahan : 1. Pemilik
2. Non Pemilik
9. Status penguasaan lahan : 1. Milik 2. Sewa 3. Sakap/bagi hasil 4. Gadai Rp ........................... 10. Jenis lahan : 1. Irigasi
2. Tadah hujan
11. Pengelolaan : 1. Digarap sendiri
3. Tegalan 4. Lainnya ............. 2. Digarap orang lain
12. Modal usahatani dari : 1. Sendiri
2. Kelompok Tani
3.
Lainnya............... Besarnya modal Rp ................................. 13. Memperoleh input produksi dari: 1. Sendiri 2.Kelompok Tani 3.Lainnya........... Jika dari kelompok tani, input produksi yang didapatkan berupa: 14. Input produksi yang digunakan: Jenis Input
Satuan
Volume
A. Benih B. Pupuk 1. Pupuk kompos 2. Pupuk kandang 3. Urea 4. TSP 5. KCL C. Obat-obatan / Pestisida 1. Padat a............................ b............................ 2. Cair a............................ b............................ D. Irigasi/air Keterangan: 1. Input produksi modal sendiri
Harga Satuan (Rp)
Total Nilai (Rp)
Keterangan* 1
2
3
74
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian (lanjutan) 2. Input produksi yang didapatkan dari kelompok tani 3. Lainnya
15. Tenaga kerja yang digunakan No
1.
2.
3. 4.
5.
6.
Kegiatan
Waktu penyele saian (jamxha ri)
Jumla h TK Total (orang )
Jumlah TK dalam Keluar ga (orang) L P
Jumlah TK Luar Keluarg a (orang) L P
Upah (Rp/H OK)
Biaya Sewa (Rp)
L
Tra ktor
P
Persiapan Lahan Pembersihan lahan Pengolahan lahan Persemaian Penanaman benih Pemupukan Pembuatan bedengan Penanaman Pemeliharaan Penyiangan 1 Penyiangan 2 Penyiangan 3 Pemupukan 1 Pemupukan 2 Pemupukan 3 Penyemprotan 1 Penyemprotan 2 Penyemprotan 3 Pemanenan Panen Pengangkutan Total
16. Biaya usahatani lainnya Jenis Pengeluaran
Jumlah
1. Biaya Pengairan
1 MT
2. Pajak (PBB)
1 MT
3. Bunga Pinjaman 4. Biaya Sewa Lahan
1 MT
Biaya (Rp)
Ter nak
75
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian (lanjutan) 5. .............................. 6. .............................. 17. Penyusutan peralatan yang digunakan: No
Jenis Alat
Jumlah (buah)
Nilai Pembeli an (Rp)
Waktu Pembeli an (tahun)
Estimasi Umur Ekonomi s (tahun)
Biaya Penyusut an (Rp)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Total Penyusutan 18. Penanganan hasil panen dan Pascapanen: Uraian
Satuan
Volume
Persentae (%)
Harga (Rp/kg)
Nilai (Rp)
Total Produksi Padi - Dijual: 1.Pedagang Pengumpul 2.Pabrik Pengolahan 3.KUD 4.Gapoktan 5.Pasar 6.Lainnya........................ - Disimpan untuk konsumsi -Lainnya....................... Total Produksi Lainlain 1. Kadelai 2. Kacang panjang 3.Sekam 4.Bekatul 5.Jerami 6. Lainnya.......................
19. Sumber modal usahatani selama setahun terakhir No. 1. 2. 3. 4. 5.
Sumber Modal Sendiri Pinjaman dari bank komersial Kredit program Pinjaman dari pedagang input Pedagang pengumpul
Jumlah (Rp)
Share (%)
Alasan
76
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian (lanjutan) 6. 7. 8. 9.
Pelepas uang (rentenir) Saudara Hibah dari pemerintah/swasta Lainnya .......................
20. Permasalahan yang dihadapi selama ini : a. Masalah pengadaan input (ketersediaan, harga, cara mendapatkan,dll): ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... b.Masalah
teknik
budidaya
usahatani
(ketersediaan
air,
hama/penyakit,bencana alam): ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... c. Masalah pasca panen : ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... d. Masalah pemasaran (harga, kesulitan pemasaran, daya tawar, dll) : ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... e. Masalah pemodalan : ...................................................................................................................... ......................................................................................................................
77
Lampiran 2 Daftar responden berdasarkan keanggotaan kelompok tani Nama
Keanggotaan
Nama
Keanggotaan
Mumuh
Anggota Kelompok Tani
Pak Jajat
Non anggota Kelompok Tani
Pak Uyeh
Anggota Kelompok Tani
Rojak
Non anggota Kelompok Tani
Epul
Anggota Kelompok Tani
Ganda
Non anggota Kelompok Tani
Muslih
Anggota Kelompok Tani
Adih
Non anggota Kelompok Tani
Aef
Anggota Kelompok Tani
Eman
Non anggota Kelompok Tani
Abun
Anggota Kelompok Tani
Nurdin
Non anggota Kelompok Tani
Saepuloh
Anggota Kelompok Tani
Ujang
Non anggota Kelompok Tani
Omay
Anggota Kelompok Tani
Puloh
Non anggota Kelompok Tani
Bli
Anggota Kelompok Tani
Apud
Non anggota Kelompok Tani
Badri
Anggota Kelompok Tani
Pahru
Non anggota Kelompok Tani
Rahman
Anggota Kelompok Tani
Asep
Non anggota Kelompok Tani
Haji Udin
Anggota Kelompok Tani
Adun
Non anggota Kelompok Tani
M.Kamal
Anggota Kelompok Tani
kiki
Non anggota Kelompok Tani
Didih
Anggota Kelompok Tani
Jalal
Non anggota Kelompok Tani
Ujang Falah
Anggota Kelompok Tani
Junaidi
Non anggota Kelompok Tani
Anggota Kelompok Tani
Abun
Non anggota Kelompok Tani
Madripah
Anggota Kelompok Tani
Apud
Non anggota Kelompok Tani
Zaenal
Anggota Kelompok Tani
Adang
Non anggota Kelompok Tani
Sugandi
Anggota Kelompok Tani
Alim
Non anggota Kelompok Tani
Yudi
Anggota Kelompok Tani
Sadi
Non anggota Kelompok Tani
Solihin
Anggota Kelompok Tani
Samsudin
Non anggota Kelompok Tani
M. Hasanudin
Anggota Kelompok Tani
H. Badru
Non anggota Kelompok Tani
Suheng
Anggota Kelompok Tani
Sai
Non anggota Kelompok Tani
Usman
Anggota Kelompok Tani
Wira
Non anggota Kelompok Tani
Sutisna
Anggota Kelompok Tani
H. Tholib
Non anggota Kelompok Tani
Dede
Anggota Kelompok Tani
Jalat
Non anggota Kelompok Tani
Haris Burhanudin
Anggota Kelompok Tani
Atang
Non anggota Kelompok Tani
Jamil
Anggota Kelompok Tani
Adang
Non anggota Kelompok Tani
Sanen
Anggota Kelompok Tani
Suminto
Non anggota Kelompok Tani
Hidayat Dai
Anggota Kelompok Tani
Kasmudin
Non anggota Kelompok Tani
Sidin
Anggota Kelompok Tani
H. Akub
Anggota Kelompok Tani
Memed
Anggota Kelompok Tani
Burhanuddin
Anggota Kelompok Tani
Usep
Anggota Kelompok Tani
Fahruzi
Anggota Kelompok Tani
Aep
Anggota Kelompok Tani
Ayub
Anggota Kelompok Tani
Ujang Subarna
Anggota Kelompok Tani
Dumyati
Anggota Kelompok Tani
78
Lampiran 2 Daftar responden berdasarkan keanggotaan kelompok tani (Lanjutan) Nama
Keanggotaan
Bobon
Anggota Kelompok Tani
Agus
Anggota Kelompok Tani
Majmun
Anggota Kelompok Tani
Dudu
Anggota Kelompok Tani
Tatang
Anggota Kelompok Tani
Duki
Anggota Kelompok Tani
Pandi
Anggota Kelompok Tani
Nama
Keanggotaan
79
Lampiran 3 Daftar responden berdasarkan status kepemilikan lahan usahatani Nama
Status Kepemilikan Lahan
Nama
Status Kepemilikan Lahan
Mumuh
Pemilik Lahan
Yudi
Penyewa Lahan
Uyeh
Pemilik Lahan
Solihin
Penyewa Lahan
Epul
Pemilik Lahan
M. Hasanudin
Penyewa Lahan
Muslih
Pemilik Lahan
Suheng
Penyewa Lahan
Aef
Pemilik Lahan
Usman
Penyewa Lahan
Abun
Pemilik Lahan
Sutisna
Penyewa Lahan
Saefuloh
Pemilik Lahan
Jamil
Penyewa Lahan
Omay
Pemilik Lahan
Sanen
Penyewa Lahan
Bli
Pemilik Lahan
Hidayat Dai
Penyewa Lahan
Badri
Pemilik Lahan
Sidin
Penyewa Lahan
Rahman
Pemilik Lahan
H. Akub
Penyewa Lahan
Udin
Pemilik Lahan
Memed
Penyewa Lahan
Kamal
Pemilik Lahan
Burhanuddin
Penyewa Lahan
Didih
Pemilik Lahan
Usep
Penyewa Lahan
Ujang
Pemilik Lahan
Fahruzi
Penyewa Lahan
Falah
Pemilik Lahan
Aep
Penyewa Lahan
Madripah
Pemilik Lahan
Ayub
Penyewa Lahan
Zaenal
Pemilik Lahan
Ujang Subarna
Penyewa Lahan
Sugandi
Pemilik Lahan
Dumyati
Penyewa Lahan
Dede
Pemilik Lahan
Bobon
Penyewa Lahan
Haris Burhanudin
Pemilik Lahan
Agus
Penyewa Lahan
Pak Jajat
Pemilik Lahan
Majmun
Penyewa Lahan
Rojak
Pemilik Lahan
Dudu
Penyewa Lahan
Ganda
Pemilik Lahan
Tatang
Penyewa Lahan
Adih
Pemilik Lahan
Duki
Penyewa Lahan
Eman
Pemilik Lahan
Pandi
Penyewa Lahan
Nurdin
Pemilik Lahan
Asep
Penyewa Lahan
Ujang
Pemilik Lahan
Adun
Penyewa Lahan
Puloh
Pemilik Lahan
kiki
Penyewa Lahan
Apud
Pemilik Lahan
Junaidi
Penyewa Lahan
Pahru
Pemilik Lahan
Abun
Penyewa Lahan
Jalal
Pemilik Lahan
Apud
Penyewa Lahan
Kasmudin
Pemilik Lahan
Adang
Penyewa Lahan
Alim
Penyewa Lahan
Sadi
Penyewa Lahan
Samsudin
Penyewa Lahan
H. Badru
Penyewa Lahan
Sai
Penyewa Lahan
Wira
Penyewa Lahan
H. Tholib
Penyewa Lahan
80
Lampiran 3 Daftar responden berdasarkan status kepemilikan lahan usahatani (Lanjutan) Nama
Status Kepemilikan Lahan
Nama
Status Kepemilikan Lahan
Jalat
Penyewa Lahan
Atang
Penyewa Lahan
Adang
Penyewa Lahan
Suminto
Penyewa Lahan
81
Lampiran 4 Daftar responden berdasarkan status pekerjaan usahatani Nama
Status Pekerjaan Usahatani
Nama
Status Pekerjaan Usahatani
Abun
Pekerjaan Sampingan
Adih
Pekerjaan Utama
Abun
Pekerjaan Sampingan
Akub
Pekerjaan Utama
Adang
Pekerjaan Sampingan
Dede
Pekerjaan Utama
Adang
Pekerjaan Sampingan
Pahru
Pekerjaan Utama
Adun
Pekerjaan Sampingan
Ujang
Pekerjaan Utama
Aef
Pekerjaan Sampingan
Usman
Pekerjaan Utama
Aep
Pekerjaan Sampingan
Agus
Pekerjaan Sampingan
Alim
Pekerjaan Sampingan
Apud
Pekerjaan Sampingan
Apud
Pekerjaan Sampingan
Asep
Pekerjaan Sampingan
Atang
Pekerjaan Sampingan
Ayub
Pekerjaan Sampingan
Badri
Pekerjaan Sampingan
Bli
Pekerjaan Sampingan
Bobon
Pekerjaan Sampingan
Burhanuddin
Pekerjaan Sampingan
Didih
Pekerjaan Sampingan
Dudu
Pekerjaan Sampingan
Duki
Pekerjaan Sampingan
Dumyati
Pekerjaan Sampingan
Eman
Pekerjaan Sampingan
Epul
Pekerjaan Sampingan
Fahrozi
Pekerjaan Sampingan
Falah
Pekerjaan Sampingan
Garda
Pekerjaan Sampingan
H. Badru
Pekerjaan Sampingan
H. Tholib
Pekerjaan Sampingan
Haris Burhanudin
Pekerjaan Sampingan
Hidayat Dwi
Pekerjaan Sampingan
Jajat
Pekerjaan Sampingan
Jalal
Pekerjaan Sampingan
Jalat
Pekerjaan Sampingan
Jamil
Pekerjaan Sampingan
Junaidi
Pekerjaan Sampingan
Kamal
Pekerjaan Sampingan
Kasmudin
Pekerjaan Sampingan
Kiki
Pekerjaan Sampingan
M. Hasanudin
Pekerjaan Sampingan
82
Lampiran 4 Daftar responden berdasarkan status pekerjaan usahatani (lanjutan) Nama
Status Pekerjaan Usahatani
Madripah
Pekerjaan Sampingan
Mamun
Pekerjaan Sampingan
Memed
Pekerjaan Sampingan
Mumuh
Pekerjaan Sampingan
Muslih
Pekerjaan Sampingan
Nurdin
Pekerjaan Sampingan
Omay
Pekerjaan Sampingan
pandi
Pekerjaan Sampingan
Puloh
Pekerjaan Sampingan
Rahman
Pekerjaan Sampingan
Rojak
Pekerjaan Sampingan
Sadi
Pekerjaan Sampingan
Saefuloh
Pekerjaan Sampingan
Sai
Pekerjaan Sampingan
Samsudin
Pekerjaan Sampingan
Sanen
Pekerjaan Sampingan
Sidin
Pekerjaan Sampingan
Solihin
Pekerjaan Sampingan
Sugandi
Pekerjaan Sampingan
Suheng
Pekerjaan Sampingan
Suminto
Pekerjaan Sampingan
Sutisna
Pekerjaan Sampingan
Tatang
Pekerjaan Sampingan
Udin
Pekerjaan Sampingan
Ujang
Pekerjaan Sampingan
Ujang
Pekerjaan Sampingan
Usep
Pekerjaan Sampingan
Uyeh
Pekerjaan Sampingan
Wira
Pekerjaan Sampingan
Yudi
Pekerjaan Sampingan
Zaenal
Pekerjaan Sampingan
Nama
Status Pekerjaan Usahatani
83
Lampiran 5 Daftar responden berdasarkan penggunaan faktor produksi Nama
Benih (Kg/Ha)
Harga Satuan (Rp)
Pupuk Kandang (Kg/Ha)
Harga Satuan (Rp)
Pupuk Urea (Kg/Ha)
Harga Satuan (Rp)
Mumuh
50.00
6000
1875.00
100
625.00
2500
Pak Uyeh
54.55
6000
3181.82
100
636.36
2500
Epul
40.00
6000
1800.00
100
600.00
2500
Muslih
28.57
6000
1000.00
100
285.71
2500
Aef
50.00
6000
2000.00
100
600.00
2500
Abun
40.00
6000
1500.00
100
400.00
2500
Saepuloh
41.67
6000
1666.67
100
583.33
2500
Omay
41.67
6000
1250.00
100
416.67
2500
Bli
50.00
6000
1666.67
100
666.67
2500
Badri
100.00
6000
1666.67
100
750.00
2500
Rahman
28.57
6000
2571.43
100
357.14
2500
Haji Udin
40.00
6000
2000.00
100
800.00
2500
M.Kamal
42.86
6000
1428.57
100
714.29
2500
Didih
55.56
6000
1888.89
100
555.56
2500
Ujang Falah
60.00
6000
1500.00
100
600.00
2500
50.00
6000
2166.67
100
666.67
2500
Madripah
40.00
6000
4000.00
100
900.00
2500
Zaenal
40.00
6000
1800.00
100
800.00
2500
Sugandi
171.43
6000
9285.71
100
1285.71
2500
Yudi
40.00
6000
2500.00
100
600.00
2500
Solihin M. Hasanudin
30.77
6000
1923.08
100
423.08
2500
32.00
6000
1200.00
100
400.00
2500
Suheng
34.78
6000
2173.91
100
434.78
2500
Usman
40.00
6000
5000.00
100
750.00
2500
Sutisna
40.00
6000
3500.00
100
750.00
2500
Dede Haris Burhanudin
57.89
6000
1842.11
100
368.42
2500
65.12
6000
2325.58
100
325.58
2500
Jamil
40.00
6000
2500.00
100
800.00
2500
Sanen
33.33
6000
2083.33
100
416.67
2500
Hidayat Dai
40.00
6200
4000.00
100
400.00
2700
Sidin
40.00
6200
3000.00
100
600.00
2700
H. Akub
53.33
6200
2000.00
100
400.00
2700
Memed
37.50
6200
1875.00
100
500.00
2700
Burhanuddin
60.00
6200
2250.00
100
425.00
2700
Usep
38.10
6200
1904.76
100
380.95
2700
Fahruzi
40.00
6200
2000.00
100
300.00
2700
Aep
55.00
6200
2000.00
100
375.00
2700
Ayub
64.00
6200
1200.00
100
640.00
2700
84
Lampiran 5 Daftar responden berdasarkan penggunaan faktor produksi (lanjutan) Nama
Benih (Kg/Ha)
Harga Satuan (Rp)
Pupuk Kandang (Kg/Ha)
Harga Satuan (Rp)
Pupuk Urea (Kg/Ha)
Harga Satuan (Rp)
Ujang Subarna
44.44
6200
2444.44
100
388.89
2700
Dumyati
42.11
6200
3684.21
100
421.05
2700
Bobon
80.00
6200
2500.00
100
400.00
2700
Agus
30.77
6200
1538.46
100
307.69
2700
Majmun
40.00
6200
2000.00
100
400.00
2700
Dudu
21.43
6200
2142.86
100
250.00
2700
Tatang
37.50
6200
2187.50
100
500.00
2700
Duki
18.75
6200
1437.50
100
281.25
2700
Pandi
53.33
6200
2666.67
100
266.67
2700
Pak Jajat
33.33
6200
666.67
100
333.33
2700
Rojak
20.00
6300
1800.00
100
400.00
2600
Ganda
60.00
6200
1600.00
100
540.00
2800
Adih
66.67
6400
2500.00
100
333.33
2600
Eman
40.00
6200
2000.00
100
600.00
2700
Nurdin
28.57
6400
1285.71
100
285.71
2900
Ujang
25.00
6500
1000.00
100
375.00
2700
Puloh
40.00
6100
1200.00
100
300.00
2800
Apud
40.00
6300
2000.00
100
400.00
2700
Pahru
50.00
6200
1666.67
100
416.67
2800
Asep
33.33
6000
2500.00
100
458.33
2500
Adun
90.91
6000
2727.27
100
363.64
2500
kiki
41.67
6000
2916.67
100
250.00
2500
Jalal
40.00
6000
2000.00
100
280.00
2500
Junaidi
50.00
6000
3000.00
100
300.00
2500
Abun
45.45
6000
2272.73
100
272.73
2500
Apud
70.00
6000
2000.00
100
250.00
2500
Adang
85.00
6000
2000.00
100
225.00
2500
Alim
61.54
6000
1538.46
100
230.77
2500
Sadi
75.00
6000
1666.67
100
333.33
2500
Samsudin
50.00
6300
1875.00
100
375.00
2800
H. Badru
60.00
6500
2000.00
100
266.67
2900
Sai
70.00
6400
2000.00
100
300.00
3000
Wira
37.50
6600
1875.00
100
375.00
2700
H. Tholib
75.00
6300
1750.00
100
500.00
2900
Jalat
38.46
6200
1538.46
100
307.69
3000
Atang
40.00
6700
1800.00
100
400.00
3000
Adang
60.00
6600
2000.00
100
433.33
2800
Suminto
28.57
6700
1428.57
100
285.71
2800
Kasmudin
33.33
6700
1666.67
100
333.33
2800
85
Lampiran 6 Daftar responden berdasarkan produksi padi Nama
Produksi (Kg/Ha)
Harga Satuan (Rp)
Mumuh
6250.00
2800
Uyeh
7272.73
2600
Epul
6000.00
2900
Muslih
5000.00
3000
Aef
9000.00
2500
Abun
7500.00
2700
Saefuloh
5833.33
2800
Omay
5833.33
2600
Bli
7500.00
2800
Badri
6666.67
2900
Rahman
5714.29
3000
Udin
7000.00
3000
Kamal
7142.86
3000
Didih
7777.78
2800
Ujang
8000.00
2700
Falah
7500.00
2800
Madripah
5000.00
2900
Zaenal
7000.00
2600
Sugandi
21428.57
2500
Yudi
7700.00
2700
Solihin
6153.85
2600
M. Hasanudin
6240.00
2700
Suheng
6695.65
2800
Usman
7700.00
2700
Sutisna
7750.00
2900
Dede
7894.74
2800
Haris Burhanudin
7674.42
2800
Jamil
8000.00
2800
Sanen
6250.00
2700
Hidayat Dwi
8000.00
2600
Sidin
6000.00
2500
Akub
6666.67
2900
Memed
8125.00
3000
Burhanuddin
7500.00
3000
Usep
7619.05
3000
Fahrozi
6000.00
2800
Aep
7500.00
3000
Ayub
7200.00
3000
Ujang
8333.33
3000
Dumyati
7894.74
2800
86
Lampiran 6 Daftar responden berdasarkan produksi padi (lanjutan) Nama
Produksi (Kg/Ha)
Harga Satuan (Rp)
Bobon
7000.00
2700
Agus
5384.62
2600
Mamun
8000.00
2700
Dudu
5357.14
2600
Tatang
6250.00
2800
Duki
4687.50
2600
Pandi
8000.00
2500
Jajat
5000.00
2200
Rojak
4000.00
2100
Garda
7000.00
2000
Adih
8333.33
2400
Eman
7500.00
2300
Nurdin
6428.57
2400
Ujang
5000.00
2500
Puloh
7000.00
2500
Apud
6000.00
2300
Pahru
6666.67
2400
Asep
6666.67
2100
Adun
12727.27
2000
Kiki
6250.00
2500
Jalal
6400.00
2400
Junaidi
8000.00
2300
Abun
7272.73
2500
Apud
7500.00
2400
Adang
8500.00
2400
Alim
6923.08
2500
Sadi
7500.00
2300
Samsudin
7500.00
2200
H. Badru
6666.67
2400
Sai
7000.00
2100
Wira
6250.00
2300
H. Tholib
7500.00
2200
Jalat
6153.85
2000
Atang
6000.00
2300
Adang
6666.67
2200
Suminto
4285.71
2400
Kasmudin
6250.00
2300
87
Lampiran 7 Hasil pengolahan data fungsi produksi Dependent Variable: PRO Method: Least Squares Date: 06/16/13 Time: 08:59 Sample (adjusted): 1 77 Included observations: 77 after adjustments
Variable
Std. Coefficient Error
Luas Lahan Benih Pupuk Kandang PupukUrea Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga Keanggotaan Kel. Tani Status Kepemilikan Lahan Status Pekerjaan Usahatani C R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.822265 0.792187 0.100697 0.659094 74.02848 27.33753 0
t-Statistic
Prob.
0.04546 0.26036 0.10206 0.06887
0.04965 0.04018 0.04804 0.04749
0.91561 6.47989 2.49878 1.44999
0.36330 0.00000 0.01500 0.15190
0.04359
0.09230
0.47232
0.63830
0.06570
0.02900
2.26514
0.02860
0.02444
0.03495
0.69991
0.48700
0.22818 0.06377 0.03931 -0.02662 5.45383
0.04279 0.03386 0.03607 0.4541 0.37841
5.33376 1.88305 1.28171 -0.58621 14.41250
0.00000 0.06420 0.20450 0.559980 0.00000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.83873 0.220892 -1.61113 -1.24586 -1.46503 1.685804
88
Lampiran 8 Uji statistik Uji Heteroskedastistias Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic
1.966878
Obs*R-squared Scaled explained SS
Prob. F(11,65) Prob. Chi19.22933 Square(11) Prob. Chi18.86545 Square(11)
Uji VIF Variance Inflation Factors Date: 06/16/13 Time: 08:59 Sample: 1 90 Included observations: 77
Variable LL BEN KDG UREA DP DW LP LW DM DL DS C
Coefficient Variance 0.002465 0.001614 0.001668 0.002256 0.008519 0.000841 0.001222 0.00183 0.001147 0.000941 0.002062 0.143194
Uncentered VIF 103.2743 179.3035 733.4587 630.4342 1607.908 75.78516 92.84631 146.9756 5.315091 3.061713 1.22022 1087.379
Centered VIF 3.83 1.63 1.74 2.31 3.59 3.46 3.11 1.61 2.07 1.75 1.13 NA
0.4658 0.5714 0.6363
89
Lampiran 8 Uji statistik (lanjutan) Uji Kenormalan 12
Series: Residuals Sample 1 77 Observations 77
10
8
6
4
2
0 -0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-2.93e-15 0.000715 0.259986 -0.208245 0.093125 0.168546 3.310024
Jarque-Bera Probability
0.672938 0.714288
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta, 14 Juli 1990 dari pasangan Drs H Achmad Soegiri dan Anida Erlina. Penulis memiliki seorang adik bernama Anjani Harum Utami. Penulis menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 68 Jakarta dan melanjutkannya ke jenjang kuliah di Departemen Sumberdaya dan Lingkungan pada tahun 2008. Selain kegiatan akademik, penulis juga aktif di kegiatan non akademik, penulis pernah terlibat dalam beberapa kegiatan non akademik seperti Kepala Divisi Sponsorship Greenbase 2010 dan staff sponsorship Bina Desa FEM 2010.