PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN RUKUN TANI, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR
YURI DEVIANTI NOVITASARI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor adalah benar karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014
Yuri Devianti Novitasari H44100027
4
5
ABSTRAK YURI DEVIANTI NOVITASARI. Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh BONAR M. SINAGA dan HASTUTI. Kebutuhan terhadap cabai merah keriting semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan variasi menu masakan. Selain upaya peningkatan produksi, pemasaran cabai merah keriting yang efisien menjadi hal penting guna menghadapi peningkatan permintaan cabai merah keriting. Salah satu program pemerintah yang dibuat untuk membantu masalah produksi hingga pemasaran petani di desa adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan berprestasi di Indonesia yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan membandingkan karakteristik usahatani, pedagang, lembaga dan saluran pemasaran, fungsi pemasaran, efisiensi pemasaran, dan pendapatan usahatani cabai merah keriting petani anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani. Penelitian menggunakan data populasi dengan mengambil seluruhnya 8 usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan dan 11 usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan, serta menggunakan metode snowball sampling kepada 15 sampel pedagang cabai merah keriting. Pengumpulan data dengan metode wawancara langsung menggunakan kuesioner. Metode analisis untuk mengetahui efisiensi pemasaran cabai merah keriting menggunakan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Metode analisis untuk menegtahui efisiensi pendapatan usahatani cabai merah keriting menggunakan R/C ratio. Hasil dari analisis efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa saluran 2 pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan (petani langsung menjual kepada pedagang pengecer Bogor) merupakan saluran pemasaran yang paling efisien karena memiliki marjin pemasaran terendah, farmer’s share terbesar, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran terbesar. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih menguntungkan dibandingkan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan. Guna mendapatkan pemasaran cabai merah keriting yang efisien maka saluran 2 pemasaran non anggota Gapoktan disarankan untuk diterapkan. Kata kunci : cabai merah keriting, farmer’s share, efisiensi pemasaran, marjin, pendapatan usahatani
6
ABSTRACT YURI DEVIANTI NOVITASARI. Marketing and Income Farming of “Cabai Merah Keriting” on Gapoktan and Non Gapoktan Rukun Tani Members, Citapen Village, Ciawi, Bogor. Supervised by BONAR M. SINAGA and HASTUTI. The necessity of “cabai merah keriting” was increased due to population increases and food variety. This situation has to be followed by production enhancement and efficient marketing strategic. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) was one of goverment’s programs that made to solve farmer’s production and marketing problem. Gapoktan Rukun Tani was one of the excellent Gapoktan in Indonesia that located in Citapen Village, Ciawi, Bogor. This research identified and compared the characteristics, marketing efficiency, and income farming of “cabai merah keriting” on Gapoktan and non Gapoktan members. The interviews were conducted to all of “cabai merah keriting” farmers in Citapen Village which are 8 farmers of Gapoktan member, 11 farmers of non Gapoktan member, while the method of snowball sampling was conducted to 15 marketing institutions. “Cabai merah keriting” marketing efficiency analyzed through the marketing margin approach, farmer's share, and benefit-cost ratio. In the other hand, income farming analyzed through R/C ratio approach. The results showed that marketing channel 2 from non Gapoktan member (farmer to retailer in Bogor) was considered to be the most efficient than other channels. Gross income of cabai merah keriting farming from non Gapoktan members with the highest R/C ratio was more profitable than Gapoktan members. Marketing channel 2 from non Gapoktan members was suggested to apply because it would be attained the efficient marketing. Keywords: “cabai merah keriting”, farmer’s share, margin, marketing efficiency, income farming
7
PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN RUKUN TANI, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR
YURI DEVIANTI NOVITASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
8
Judul Skripsi:
Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah
Keriting
Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor Nama
Yuri Devianti Novitasari
NIM
H44100027
Disetujui oleh
�-
~
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA
Hastuti, SP, MP, MSi
Pembimbing I
Pembimbing li
Tanggal Lulus:
2 2 SEP 2014
10
11
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemasaran pertanian, dengan judul Pemasaran dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Penyelesaian skripsi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: Ayah (Atang), Ibu (Saribanon), dan Kakak (Yuli, Yuki, Yudi, Yudi, Saneng, Ayu, Aika) atas segala motivasi, perhatian, serta limpahan doa yang tak pernah putus; Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Ibu Hastuti, SP, MP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi ilmu dan arahan; Bapak Adi Hadianto, SP, MP, MSi dan Bapak Benny Osta Nababan, SPi, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan; Bapak H. Misbah selaku Ketua Gapoktan Rukun Tani, Bapak Jamil, para warga Desa Citapen, pedagang di Pasar Induk Kemang yang telah membantu selama pengumpulan data; para sahabat (Puteri, Sheanie, Sahda, Marisa, Assa, Ira, Eja, Dhana, Idoth), teman-teman satu bimbingan (Lina, Fadil, Ebes, Syinta, Teki, Syaepul) dan semua teman-teman ESL 47 atas kebersamaan, bantuan, motivasi, saran dan kritik, selama menjalani proses penyusunan skripsi hingga selesai. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga tulisan dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan datang.
Bogor, September 2014
Yuri Devianti Novitasari
12
13
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xix
I.
II.
III.
IV.
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1
1.2. Masalah Penelitian ......................................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ..............................
6
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
9
2.1. Cabai Merah Keriting..................................................................
9
2.2. Pemasaran Cabai Merah Keriting ...............................................
9
2.3. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) .......................................
11
2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................
12
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................
19
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................
19
3.1.1. Konsep Pemasaran ..........................................................
19
3.1.2. Saluran dan Lembaga Pemasaran....................................
20
3.1.3. Fungsi Pemasaran ...........................................................
21
3.1.4. Marjin Pemasaran............................................................
22
3.1.5. Farmer’s Share ...............................................................
23
3.1.6. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran ................
23
3.1.7. Pendapatan Usahatani .....................................................
24
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................
25
METODE PENELITIAN ..................................................................
29
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
29
14
29
4.3. Metode Pengambilan Sampel ......................................................
29
4.4. Metode Analisis Data ..................................................................
30
4.4.1. Analisis Karakteristik Usahatani, Pedagang, Lembaga dan Saluran Pemasaran, serta Fungsi Pemasaran ............
30
4.4.1.1. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran ..........................
31
4.4.1.2. Analisis Fungsi Pemasaran ....................................................
31
4.4.2. Analisis Efisiensi Pemasaran ...........................................
31
4.4.2.1. Analisis Marjin Pemasaran ...............................
32
4.4.2.2. Analisis Farmer’s Share ...................................
32
4.4.2.3. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran .........................................................
33
4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani ........................................
33
Definisi Operasional ....................................................................
37
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................
41
5.1. Keadaan Geografis Desa Citapen ................................................
41
5.2. Keadaan Penduduk Desa Citapen ................................................
41
5.3. Gambaran Umum Usahatani Cabai Merah Keriting ...................
43
KARAKTERISTIK USAHATANI, PEDAGANG, LEMBAGA DAN SALURAN PEMASARAN, SERTA FUNGSI PEMASARAN CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN........................................................
47
6.1. Deskripsi Peran Gapoktan Rukun Tani .......................................
47
6.2. Karakteristik Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan ...............................................................
48
6.2.1. Umur Petani Cabai Merah Keriting .................................
48
6.2.2. Pengalaman Bertani Cabai Merah Keriting .....................
49
6.2.3. Luas Lahan Usahatani Cabai Merah Keriting .................
49
6.2.4. Status Penguasaan Lahan.................................................
50
6.2.5. Pola Tanam Usahatani Cabai Merah Keriting .................
51
6.2.6. Input Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting ............
51
6.2.7. Output Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting ..........
53
6.2.8. Sumber Input Produksi ....................................................
53
6.2.9. Penjualan Hasil Panen .....................................................
54
4.5.
4.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................
V.
VI.
15
VII.
6.3. Karakteristik Pedagang Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan...............................................................
54
6.3.1. Umur Pedagang ...............................................................
54
6.3.2. Pengalaman Berdagang ...................................................
55
6.4. Lembaga dan Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan .........................................
56
6.4.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran Anggota Gapoktan ....
56
6.4.2. Lembaga dan Saluran Pemasaran Non Anggota Gapoktan .........................................................................
58
6.5. Fungsi Lembaga Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan ........................................................
59
6.5.1. Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani ...............................
59
6.5.2. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Grosir ..............
60
6.5.3. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer ..........
61
EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN ........................
63
7.1. Marjin Pemasaran........................................................................
63
7.1.1. Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan .........................................................................
63
7.1.2. Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan .........................................................................
65
7.2. Farmer’s Share ...........................................................................
67
7.2.1. Farmer’s Share Pemasaran cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan ..........................................................
67
7.2.2. Farmer’s Share Pemasaran cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan ..........................................................
68
7.3. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting .......................................................................................
68
7.3.1. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan ................................
68
7.3.2. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan ........................
70
16
VIII. PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN ........................
73
8.1. Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan .......................................................................
73
8.2. Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan ........
74
8.3. Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Skala Luas Lahan ....................
75
8.4. Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Pola Tanam .............................. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................
77 81
9.1. Simpulan ......................................................................................
81
9.2. Saran ............................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
83
LAMPIRAN ....................................................................................................
87
IX.
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... 108
17
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Kontribusi Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2010- 2013................................................................
1
Konsumsi Rata-rata per Kapita Cabai Besar di Indonesia Tahun 2008 Hingga Tahun 2013 ..............................................................................
2
Perkembangan Produksi, Cabai Merah Keriting di Jawa Barat, Tahun 2010-2012 .................................................................................
3
4.
Rangkuman Penelitian Terdahulu ........................................................
14
5.
Penggunaan Lahan di Desa Citapen Tahun 2013 ................................
41
6.
Distribusi dan Jumlah Penduduk di Desa Citapen Tahun 2013 ...........
42
7.
Mata Pencaharian Penduduk Desa Citapen Tahun 2013 .....................
42
8.
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Citapen Tahun 2013 ..................
43
9.
Sebaran Petani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Kategori Umur ................................................................
48
10. Sebaran Petani Berdasarkan di Desa Citapen Tahun 2014 Pengalaman Bertani Cabai Merah Keriting .........................................
49
11. Sebaran Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Luas Lahan .............................................................
50
12. Sebaran Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Status Penguasaan Lahan .......................................
50
13. Sebaran Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Pola Tanam ............................................................
51
14. Penggunaan Rata-rata Input Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 ...............
52
15. Rata-rata Output Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 ...........................................................
53
16. Sebaran Petani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Sumber Input Produksi Tahun 2014 ...............
53
17. Sebaran Petani Cabai Merah Keiritng Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 Berdasarkan Tujuan Penjualan Hasil Panen ....................................................................................................
54
18. Sebaran Pedagang Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 Berdasarkan Umur ...........................................
55
19. Sebaran Pedagang Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 Berdasarkan Pengalaman Berdagang ..............
55
2. 3.
18
20. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Petani Anggota Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen Bulan Mei 2014 .........................
64
21. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Petani Non Anggota Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen Bulan Mei 2014 ..........
66
22. Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan..................................................................
67
23. Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan ..........................................................
68
24. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan..................................................................
69
25. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan .........................................................
71
26. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 ....................................................
73
27. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Tahun 2014 ...........................................................................................
74
28. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Skala Lahan Tahun 2014 ..........
76
29. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Pola Tanam Tahun 2014 ...........
78
19
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia ..............................................................................................
21
2.
Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................
26
3.
Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen Tahun 2014........................................................
56
Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen Tahun 2014 ............................................
58
4.
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian Petani Cabai Merah Keriting .............................
89
2.
Kuesioner Penelitian Pedagang Cabai Merah Keriting ........................
94
3.
Fungsi Pemasaran pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan .................................................................
97
Fungsi Pemasaran pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan .........................................................
97
Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan........................................................................
98
4. 5. 6.
Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 Berdasarkan Tujuan Penjualan Hasil Panen .................................................................................................... 100
7.
Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Skala Luas Lahan Usahatani .............................................................................................. 102
8.
Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Pola Tanam .............................. 105
9.
Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 107
20
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi yang besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Nilai PDB Indonesia pada tahun 2012 sebesar Rp 1 193.45 triliun mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi Rp 1 311.04 triliun (Badan Pusat Statistik, 2014a). Data statistik pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 14.43 persen terhadap PDB Indonesia atau menduduki peringkat terbesar kedua sebagai penyumbang PDB Indonesia setelah sektor industri pengolahan. Kontribusi PDB Indonesia pada tahun 2010 hingga 2013 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kontribusi Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2010- 2013 (%) Lapangan Usaha 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih
2010
2011
2012
2013
15.29
14.71
14.50
14.43
11.16
11.82
11.80
11.24
24.80
24.34
23.97
23.70
0.76
0.75
0.76
0.77
5. Konstruksi
10.25
10.16
10.26
9.99
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
13.69
13.80
13.96
14.33
6.56
6.62
6.67
7.01
7.24
7.21
7.27
7.52
10.24
10.58
10.81
11.02
100.00
100.00
100.00
100.00
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Produk Domestik Bruto Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014b
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman berkhasiat obat, dan tanaman hias. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan berperan penting dalam keseimbangan pangan, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, aman konsumsi, harga yang terjangkau, serta dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010). Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat. Hampir seluruh menu masakan di Indonesia baik olahan masakan
2
tradisional maupun modern menggunakan cabai sebagai salah satu bahan bumbunya. Kebutuhan terhadap cabai semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan variasi menu masakan. Kebutuhan penduduk terhadap cabai besar terlihat pada konsumsi rata-rata per kapita cabai besar di Indonesia yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Konsumsi Rata-rata per Kapita Cabai Besar di Indonesia Tahun 2008 Hingga Tahun 2013 Tahun
Konsumsi per Kapita (Kg/Tahun)
2008
1.79
2009
1.75
2010
2.23
2011
2.20
2012
2.34
2013 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2014
2.03
Tabel 2 menunjukkan bahwa konsumsi rata-rata per kapita cabai besar di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 terjadi penurunan konsumsi per kapita sebesar 0.04 Kg dari tahun 2008, namun konsumsi per kapita kembali meningkat sebesar 0.48 Kg pada tahun 2010. Laju rata-rata perkembangan konsumsi per kapita cabai besar di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2013 sebesar 13.41 persen. Kondisi ini juga menunjukkan terjadinya fluktuasi konsumsi pada komoditas cabai merah keriting. Permintaan masyarakat Indonesia akan kebutuhan cabai merah keriting terus meningkat terutama saat menjelang bulan Ramadhan, Syawal, Natal, dan tahun baru. Untuk menghadapi permintaan yang cenderung meningkat maka harus didukung dengan peningkatan produksi dan pemasaran cabai merah keriting secara tepat. Salah satu sentra penghasil cabai di Indonesia yaitu Provinsi Jawa Barat (Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2013). Nilai produksi cabai merah keriting Provinsi Jawa Barat disajikan pada Tabel 3. Produksi cabai merah keriting di Jawa Barat setiap tahun cenderung meningkat. Produksi cabai merah keriting di Jawa Barat pada tahun 2013 sebesar 125 457 Ton meningkat sebesar 42 111.50 Ton (50.53 persen) dari tahun 2010. Dalam menghadapi peningkatan permintaan cabai merah keriting, peningkatan produksi harus diikuti dengan peningkatan kualitas cabai merah keriting. Untuk menghasilkan cabai merah keriting bermutu tinggi dengan harga dan keuntungan
3
yang layak, diperlukan penanganan yang baik mulai dari perencanaan tanam hingga pemasarannya ke konsumen (Penebar Swadaya, 2008). Tabel 3. Perkembangan Produksi Cabai Merah Keriting di Jawa Barat, Tahun 2010-2013 Tahun
Produksi (Ton)
2010
83 345.50
2011
97 691.50
2012
100 692.00
2013 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2014
125 457.00
Petani cabai merah keriting pada umumnya tidak menjual langsung hasil produksinya ke pasar-pasar di kota besar karena adanya keterbatasan petani pada alat transportasi, fasilitas penyimpanan, pengepakan, pengolahan, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pemasaran cabai merah keriting. Adanya keterbatasan tersebut mendorong para petani cabai merah keriting untuk menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Pemasaran cabai merah keriting menempatkan pedagang pengumpul pada posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan petani pada penentuan harga jual. Pada masa panen cabai merah keriting, petani menjual hasil panen kepada satu orang pedagang pengumpul dari awal panen hingga akhir panen. Kondisi ini telah membatasi petani dalam menjual cabai merah keriting kepada pengumpul lain pada saat panen berikutnya. Pemasaran cabai merah keriting selalu melibatkan berbagai lembaga pemasaran pada berbagai tingkat saluran distribusi. Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat menunjukkan bahwa sistem pemasaran yang terjadi tidak efisien dan farmer’s share yang diperoleh tidak sebanding dengan harga di tingkat konsumen akhir. Kementerian Pertanian menargetkan akan membentuk satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di setiap desa khusus untuk kegiatan yang berbasis pertanian. Pembentukan gapoktan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan kelembagaan usaha di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian guna meningkatkan pendapatan petani (Kementerian Pertanian, 2008). Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu Gapoktan yang terdapat di Kabupaten Bogor. Gapoktan Rukun Tani terletak di Desa Citapen, Kecamatan
4
Ciawi. Salah satu komoditas utama yang diproduksi gapoktan ini adalah komoditas cabai merah keriting. Gapoktan diharapkan berperan untuk meningkatkan kemandirian petani cabai merah keriting melalui fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran komoditas pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani. Gapoktan juga diharapkan untuk meningkatkan posisi tawar petani dalam saluran pemasaran cabai merah keriting serta meningkatkan pendapatan petani cabai merah keriting di Desa Citapen. Keberadaan Gapoktan Rukun Tani hanya memberikan manfaat bagi petani cabai merah keriting anggota Gapoktan. Penggunaan bantuan input produksi dari pemerintah seperti pupuk, benih, plastik mulsa, mobil untuk mengangkut hasil pertanian hanya dapat diterima oleh petani cabai merah keriting anggota Gapoktan, sementara petani cabai merah keriting non anggota Gapoktan tidak dapat menerima bantuan tersebut. Selain itu pemasaran cabai merah keriting dari petani non anggota Gapoktan masih sangat bergantung kepada satu orang pedagang pengumpul di Desa Citapen. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian terkait analisis pemasaran dan pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani penting untuk dilakukan.
1.2.
Masalah Penelitian
Usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Bantuan dari pemerintah hanya diperoleh oleh petani anggota Gapoktan. Lembaga dan saluran pemasaran yang dilalui petani untuk menjual cabai merah keriting juga memiliki perbedaan. Fungsi pemasaran yang dijalankan oleh masing-masing lembaga pemasaran baik anggota maupun non anggota Gapoktan juga berbeda. Bagaimana karakteristik usahatani, pedagang, lembaga dan saluran pemasaran, serta fungsi pemasaran cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor? Sehubungan dengan pola pemasaran cabai merah keriting di Desa Citapen, petani anggota Gapoktan menjual cabai merah keriting kepada Gapoktan sedangkan petani non anggota Gapoktan menjual cabai merah keriting kepada
5
pedagang pengumpul. Pada dasarnya pedagang pengumpul akan mengendalikan harga beli dari petani untuk meningkatkan keuntungannya. Hal ini menunjukkan posisi tawar petani cabai merah keriting rendah. Gapoktan Rukun Tani hanya membantu memasarkan cabai merah keriting dari petani anggota Gapoktan. Bagaimana efisiensi pemasaran cabai merah keriting dari anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani? Keberadaan Gapoktan Rukun Tani sebagai salah satu kelembagaan yang diandalkan pemerintah dalam sektor pertanian diharapkan mampu membantu meningkatkan pendapatan petani cabai merah keriting di Desa Citapen. Sumber pendapatan petani berasal dari hasil produksi cabai merah keriting yang di jual ke pasar. Permasalahan yang selalu dihadapi petani cabai merah keriting di Desa Citapen adalah fluktuasi harga. Berdasarkan informasi yang diperoleh di lokasi penelitian, harga jual rata-rata cabai merah keriting di tingkat petani yang menjual ke Gapoktan dan pedagang grosir pada bulan Maret hingga Juni tahun 2014 berkisar antara Rp 4 000 per Kg hingga Rp 5 500 per Kg. Selanjutnya pada akhir bulan Juli atau saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, harga mengalami peningkatan menjadi Rp 8 000 per Kg. Harga kembali menurun menjadi Rp 4 000 per Kg pada awal bulan Agustus. Hal ini menunjukkan terjadinya fluktuasi harga jual raa-rata cabai merah keriting tingkat petani di Desa Citapen. Fluktuasi harga jual cabai merah keriting mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani. Petani dapat menjadi sangat diuntungkan ketika harga jual cabai merah keriting di tingkat petani bernilai tinggi, namun dapat pula menjadi sangat dirugikan ketika harga jual bernilai rendah. Bagaimana pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian bertujuan untuk: 1.
Mengidentifikasi dan membandingkan karakteristik usahatani, pedagang, lembaga dan saluran pemasaran, serta fungsi pemasaran cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
6
2.
Membandingkan efisiensi pemasaran cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani.
3.
Membandingkan pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dalam beberapa hal, diantaranya adalah: 1.
Bagi petani, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk bergabung dengan Gapoktan Rukun Tani.
2.
Bagi Gapoktan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya.
3.
Bagi pemerintah atau instansi pengambil keputusan terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membuat keputusan terkait pemasaran cabai merah keriting guna meningkatkan pendapatan petani di Kabupaten Bogor.
4.
Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi dan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk membandingkan pemasaran dan pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Ruang lingkup penelitian adalah: 1.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah petani cabai merah keriting di Desa Citapen, pedagang grosir, dan pedagang pengecer yang membeli cabai merah keriting yang berasal dari usahatani di Desa Citapen.
2.
Populasi petani pada penelitian adalah petani pengusaha cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen karena hanya Gapoktan ini yang aktif beroperasi di wilayah penelitian.
7
3.
Data yang digunakan adalah data input dan biaya produksi, penerimaan, dan pemasaran usahatani cabai merah keriting Desa Citapen pada Desember tahun 2013 hingga Mei 2014.
4.
Analisis efisiensi pemasaran yang dilakukan meliputi analisis marjin pemasaran, analisis farmer’s share, dan analisis rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran.
5.
Analisis pendapatan dilakukan dengan pendekatan R/C ratio.
6.
Strata yang digunakan dalam analisis pendapatan adalah status keanggotaan petani dalam Gapoktan, status penguasaan lahan, luas lahan, dan penggunaan pola tanam petani cabai merah keriting. Keterbatasan dalam penelitian adalah analisis efisiensi pemasaran hanya
menggunakan analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sehingga tidak dapat diketahui pengaruh perubahan harga cabai merah keriting pada pasar acuan (harga di tingkat pedagang pengecer Bogor maupun Jakarta), terhadap perubahan harga pada pasar lokal (harga di tingkat petani Desa Citapen).
8
9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Cabai Merah Keriting
Cabai merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting dan banyak dibudidayakan di Pulau Jawa. Cabai pada umumnya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri makanan (Santika, 2001). Cabai terdiri dari beberapa jenis, namun jenis cabai yang paling banyak dibudidayakan oleh petani di antaranya adalah cabai rawit, paprika, cabai hias, dan cabai besar (Tjahjadi, 1991). Cabai besar dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Perbedaan antara kedua jenis cabai tersebut terdapat pada bentuk buah dan rasa pedas yang dimiliki. Cabai merah besar memiliki permukaan buah yang halus dan rasa pedas, sedangkan cabai merah keriting memiliki bentuk lebih ramping, berlekuk-lekuk, dan rasa sangat pedas. Cabai merah keriting umumnya memiliki tinggi tanaman 70 cm hingga 110 cm, panjang buah 9 cm hingga 15 cm, dan diameter buah 1 cm hingga 1.75 cm (Nawangsih, et al 1998; Maharijaya dan Syukur, 2014). Cabai merah keriting merupakan salah satu komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang baik. Cabai merah keriting memiliki kadar vitamin A, vitamin C, serta kalsium yang tinggi. Tanaman ini dapat dibudidayakan di dataran tinggi maupun di dataran rendah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2014). Cabai merah keriting memiliki banyak manfaat dalam berbagai hal, tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi pangan sehari-hari, namun juga berguna bagi kesehatan. Nilai ekonomis cabai merah keriting diperoleh dari penjualan di pasar sebagai sayuran segar, selain itu juga diperoleh dari penggunaan cabai merah keriting sebagai salah satu bahan baku industri makanan. Manfaat tersebut dapat dirasakan bagi petani, konsumen, pedagang, dan pengusaha makanan yang menggunakan cabai merah keriting.
2.2.
Pemasaran Cabai Merah Keriting
Cabai merah keriting dipasarkan dalam bentuk sayuran segar. Tempat pemasaran cabai merah keriting cukup banyak, seperti pasar induk, pasar lokal, pasar swalayan, konsumen lembaga (hotel, rumah makan, dan industri makanan),
10
dan lembaga pemasaran (tengkulak, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan sebagainya). Teknik pemasaran cabai merah keriting menjadi salah satu faktor penentu ukuran pendapatan atau keuntungan petani. Pemasaran dikatakan berhasil apabila memperoleh harga jual yang tinggi (Santika, 2001). Peluang bisnis cabai merah keriting cukup kuat karena banyak dibutuhkan oleh masyarakat, terutama sebagai sayuran dan bumbu penyedap masakan, serta bahan pengobatan (terapi). Dengan demikian kebutuhan masyarakat terhadap cabai merah keriting akan semakin meningkat sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan tingkat pendapatan, kenaikan tingkat pengetahuan dan pendidikan, serta kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan (Santika, 2001). Perkembangan industri makanan saat ini yang membutuhkan cabai merah sebagai salah satu bahan dasarnya seperti pabrik saus sambal, pedagang rujak, dan rumah makan Padang. Perkembangan industri makanan tersebut mengindikasikan bahwa serapan pasar terhadap cabai merah keriting juga semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan cabai merah keriting, dibutuhkan kontinuitas produksi agar pemasarannya tidak terhambat. Potensi pasar cabai merah keriting juga sangat tinggi, termasuk untuk pasar ekspor. Volume ekspor cabai merah Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 31 ton (Kementerian Pertanian, 2013). Indonesia mengekspor cabai merah keriting ke Eropa, Timur Tengah, dan Singapura baik untuk konsumsi segar, maupun untuk dikeringkan dan dibuat bubuk. Bagi petani dalam negeri, usahatani cabai merah keriting memiliki risiko tinggi karena memerlukan modal, keterampilan, ketelitian, dan ketekunan yang tinggi dalam proses budidayanya. Keuntungan yang besar dapat diperoleh petani apabila petani dapat mengurangi atau mengkatasi risiko kegagalan panen cabai merah keriting (Maharijaya dan Syukur, 2014). Pemasaran cabai merah keriting yang efisien dibutuhkan untuk memenuhi permintaan konsumen serta untuk mengatasi berbagai kendala pemasaran seperti posisi tawar petani yang rendah. Risiko tinggi yang ditanggung petani dan pedagang dalam pemasaran cabai merah keriting salah satunya disebabkan oleh sifat cabai merah keriting yang mudah rusak dan cepat busuk sehingga dapat
11
menimbulkan kerugian. Kerugian yang diterima petani dan pedagang ketika cabai merah keriting tidak habis terjual dan mengalami kerusakan menunjukkan bahwa cabai merah keriting memerlukan proses pemasaran yang cepat.
2.3.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Kementerian Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang berada pada suatu wilayah administrasi desa. Menurut Syahyuti (2005), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha pertanian. Gapoktan yang terdiri dari beberapa kelompok tani dibentuk untuk mengatasi masalah bersama dalam usahatani serta menmperkuat posisi tawar petani baik dalam pasar sarana maupun pasar komoditas pertanian. Gapoktan juga dibentuk untuk menghindari biaya transaksi tinggi yang harus dikeluarkan petani karena adanya masalah penumpang kepentingan (free rider), komitmen dan loyalitas yang berbeda, serta faktor eksternal (Hermanto, 2011). Terbentuknya Gapoktan dapat meningkatkan kerjasama antar individu petani. Kerjasama yang berbentuk lembaga Gapoktan mempermudah aktivitas persediaan input, modal, teknologi, dan pemasaran. Gapoktan merupakan salah satu lembaga sosial masyarakat di pedesaan yang diharapkan mampu menyediakan berbagai informasi pengembangan usahatani mulai dari persiapan, panen, hingga pemasaran hasil produksi (Elizabeth, 2007). Gapoktan merupakan sarana bagi petani untuk bekerjasama dan bermitra baik dengan sesama petani, lembaga penyedia input produksi, lembaga pemasaran, maupun pemerintah dalam segala kegiatan yang dapat mendukung usahatani sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan usahataninya.
12
2.4.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dapat dijadikan acuan pada penelitian ini diantaranya penelitian Nurasa dan Supriatna (2002) mengenai analisis pemasaran komoditi panili di Provinsi Sulawesi Utara dan penelitian Supriatna (2002) mengenai analisis sistem pemasaran gabah/beras di Sumatera Utara. Selanjutnya Suharyanto et al (2005) melakukan penelitian mengenai analisis pemasaran dan tataniaga anggur di Bali. Supriatna (2005) juga melakukan penelitian mengenai kinerja dan prosek pemasaran komoditas mangga di Provinsi Jawa Barat. Penelitian Sallatu (2006) menjelaskan tentang analisis pangsa pasar dan tataniaga kopi arabika di Kabupaten tana Toraja dan Enrekang, Sulawesi Selatan. Selanjutnya Zulham (2007) melakukan penelitian mengenai marjin pemasaran dan resiko pedagang rumput laut di Propinsi Gorontalo. Penelitian Asmayanti (2012) menjelaskan tentang sistem pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut. Kemudian penelitian Sumarni (2012) mengenai analisis pemasaran dan penentuan wilayah potensial untuk ekspansi pemasaran pepaya California di Desa Blendung, Kabupaten Subang. Hasil dari penelitian tersebut disajikan pada Tabel 4. Penelitian ini memiliki persamaan dan kebaruan dibandingkan penelitian sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nurasa dan Supriatna (2002), Supriatna (2002), Suharyanto et al (2005), Supriatna (2005), Sallatu (2006), Zulham (2007), Asmayanti (2012), dan Sumarni (2012) adalah penggunaan analisis deskriptif kualitatif dalam menjelaskan karakteristik sampel penelitian dan saluran pemasaran. Selain itu penggunaan salah satu metode dalam analisis efisiensi pemasarannya juga sama, yaitu marjin pemasaran. Perbedaan penelitian ini dengan kedelapan penelitian sebelumnya terletak pada komoditas, lokasi, metode penentuan sampel petani, dan metode dala menganalisis efisiensi pemasaran selain marjin pemasaran. Penelitian Nurasa dan Supriatna (2002), Supriatna (2002), Suharyanto et al (2005), Supriatna (2005), Sallatu (2006), Zulham (2007), Asmayanti (2012), dan Sumarni (2012) secara berurutan menggunakan komoditas panili, gabah/beras, anggur, manga, kopi, rumput laut, cabai rawit merah, dan pepaya California, sedangkan penelitian ini menggunakan komoditas cabai merah keriting. Lokasi penelitian ini juga berbeda
13
dengan kedelapan penelitian sebelumnya, yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Metode penentuan sampel petani dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Penelitian Nurasa (2002), Supriatna (2002), Suharyanto et al (2005), dan Zulham (2007) hanya menggunakan metode marjin pemasaran, penelitian Sallatu (2006) dan Supriatna (2005) menggunakan metode marjin pemasaran dan farmer’s share dalam analisis efisiensi pemasarannya, sementara penelitian ini sama dengan penelitian Asmayanti (2012) dan Sumarni (2012) menggunakan metode marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Penelitian Suharyanto et al (2005) dan Sallatu (2006) menggunakan metode integrasi pasar dan elastisitas transmisi harga. Selanjutnya penelitian Asmayanti (2012) dan Sumarni (2012) hanya melakukan analisis pada bidang pemasaran, sementara selain melakukan analisis pemasaran, penelitian ini juga melakukan analisis pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan. Penelitian Nurasa (2002) melakukan analisis kelayakan usahatani sedangkan penelitian ini tidak melakukan analisis tersebut. Kedelapan penelitian sebelumnya tidak melakukan analisis perbandingan, sementara dalam penelitian ini dilakukan perbandingan pemasaran dan pendapatan cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan. Penelitian ini menggunakan pembagian strata dalam analisis pendapatan usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen. Strata yang digunakan diperoleh dari keragaman yang terjadi dalam usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen di antaranya adalah status keanggotaan petani dalam Gapoktan, status penguasaan lahan, skala luas lahan, dan pola tanam cabai merah keriting. Status keanggotaan petani dalam Gapoktan membagi petani ke dalam dua strata yaitu petani anggota dan non anggota Gapoktan. Selanjutnya status penguasaan lahan membagi petani ke dalam dua strata, yaitu petani penggarap pemilik dan petani penggarap penyewa. Berdasarkan skala luas lahan petani terbagi ke dalam 3 strata, yaitu petani skala kecil (lebih kecil dari 0.30 Ha), petani skala menengah (0,30 Ha hingga 0.60 Ha), dan petani skala besar (lebih besar dari 0.60 Ha). Berdasarkan pola tanam petani terbagi ke dalam dua strata, yaitu petani monokultur dan petani tumpangsari.
14
No 1.
Nama/Tahun Nurasa T, Ade S/2002
Judul Analisis Pemasaran Komoditi Panili (Studi Kasus di Propinsi Sulawesi Utara)
1. 2.
3.
Tujuan Mengetahui kelayakan finansial usahatani panili. Menggambarkan saluran tataniaga dan marjin pemasaran pada setiap pelaku pasar. Mengetahui peranan atribut mutu produk terhadap harga panili.
Metode Analisis 1. Analisis input- 1. output 2. Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) 3. Analisis Net Present Value (NPV) 4. Analisis 2. Internal Rate of Return (IRR) 5. Analisis fungsi harga hedonik
3.
Hasil Dalam satu siklus produksi (10 tahun), usahatani panili membutuhkan biaya produksi sebanyak Rp 86.4 juta per hektar. Total penerimaan mencapai Rp 209.3 juta dan total pendapatan mencapai Rp 122.9 juta. Nilai efisiensi usahatani cukup tinggi, hasil uji efisiensi dengan tingkat suku bunga 24 dan 30 persen memberikan nilai B/C Ratio masing-masing 3.58 dan 2.45 dan nilai NPV sebesar Rp 35.03 juta dan Rp 26.07 juta. Nilai IRR menunjukkan bahwa usahatani akan mencapai titik impas apabila tingkat suku bunga mencapai 74.6 persen. Saluran tataniaga panili di Propinsi Sulawesi Utara masih sederhana, petani sebagai produsen panili paling banyak menjual ke pedagang pengumpul kecil (50%), pedagang pengumpul besar (40%), dan pedagang besar/eksportir (10%). Sebanyak 30 persen pedagang pengumpul kecil menjual panili langsung ke pedagang besar/eksportir. Marjin pemasaran tertinggi diperoleh pedagang besar/eksportir (Rp 7 000 /Kg), pedagang pengumpul besar (Rp 4 495 /Kg), dan pedagang pengumpul kecil (Rp 1 885 /Kg). Marjin pemasaran pedagang besar/eksportir paling tinggi karena banyaknya perlakuan yang dilakukan dan keunggulan dalam menaksir kecenderungan perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Harga jual panili di tingkat petani dipengaruhi oleh diameter buah, panjang buah, dan warna buah. Koefisien regresi menunjukkan bahwa panjang buah memberikan dugaan parameter terbesar, yaitu 0.67 yang berarti bahwa pertambahan panjang buah sebesar 10 persen akan meningkatkan harga jual panili di tingkat petani sebesar 6.7 persen.
14
Tabel 4. Rangkuman Penelitian Terdahulu
15
Tabel 4. Lanjutan No 2.
Nama/Tahun Supriatna A/2002
Judul Analisis Sistem Pemasaran Gabah/Beras (Studi Kasus Petani Padi di Sumatera Utara)
1.
2.
3.
3.
Suharyanto, Ida APP, Jemmy R/2005
Analisis Pemasaran dan Tataniaga Anggur di Bali
1.
2.
Tujuan Menggambarkan keragaan alur pemasaran gabah/beras. Menganalisis komponen biaya dan marjin pemasaran pada setiap pelaku pemasaran. Mengidentifikasi karakteristik dan permasalahan pada setiap pelaku pemasaran.
Mengidentifikasi saluran pemasaran anggur. Menganalisis efisiensi pemasaran anggur.
Metode Analisis Analisis 1. saluran pemasaran 2. Analisis biaya 2. dan marjin pemasaran 3. Analisis karakteristik dan permasalahan setiap pelaku pasar secara kualitatif 3. 1.
1. 2. 3.
Analisis marjin 1. pemasaran Analisis 2. integrasi pasar Analisis elastisitas transmisi harga
Hasil Ada dua struktur aliran tataniaga gabah/beras. 85 persen petani menempuh saluran pemasaran pertama, dan sisanya menempuh saluran pemasaran kedua. Jenis pengeluaran utama dari pedagang pengumpul, grosir, dan pedagang pengecer hampir sama meliputi biaya transportasi dan bongkar muat. Biaya pemasaran paling tinggi pada pedagang kilang yaitu Rp 127 /Kg beras. Marjin pemasaran paling tinggi berturut-turut yaitu pedagang kilang (7.6%), pedagang pengumpul (6.7%) pedagang grosir (1.2%) dan pengecer (1.8%). Marjin keuntungan di kilang mencapai Rp 89 /Kg. Pada saluran pemasaran II marjin pemasaran terbesar terjadi pada penggilingan desa (7.4%), pedagang pengumpul (2.5%), dan pengecer (1.8%). Permasalahan utama yang ditemukan di tingkat petani adalah kelemahan permodalan sehingga terjerat ke pihak pelepas uang. Di samping itu 95% petani menjual gabah langsung setelah panen sehingga harga jual gabah jatuh. Fasilitas pengolahan hasil milik penggilingan desa kurang menunjang sehingga produk mereka kalah bersaing dengan produk pedagang kilang. Pola pemasaran anggur di Kabupaten Buleleng terdapat 4 jenis pola saluran pemasaran. Fungsi pemasaran yang dilakukan pelaku pemasaran anggur meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas, dan belum terdapat labeling. Marjin pemasaran tertinggi terdapat pada pola 1 yaitu Rp 3 600 /Kg, diikuti pola 3 sebesar Rp 3 450 /Kg dan pola 2 sebesar Rp 3 350 /Kg anggur. Bagian yang diterima petani tertinggi pada pola pemasaran 3 yaitu 37.89%. Derajat integrasi pasar antara pasar di tingkat petani dengan pasar di tingkat konsumen rendah, dengan nilai koefisien korelasi 0.911 (lebih kecil
15
16
16
Tabel 4. Lanjutan No
Nama/Tahun
Judul
4.
Supriatna A/2005
Kinerja dan Prospek Pemasaran Komoditas Mangga (Studi Kasus Petani Mangga di Provinsi Jawa Barat)
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
Sallatu IA/2006
Analisis Pangsa Pasar dan Tataniaga Kopi Arabika di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang, Sulawesi Selatan
1.
2.
Metode Analisis
Mengidentifikasi karakteristik petani dan teknik budidaya mangga. Menganalisis kelayakan ekonomi usahatani mangga. Mempelajari saluran pemasaran dan perilaku lembaga pemasaran. Menganalisis marjin pemasaran dan farmer’s share.
1.
Menganalisis pangsa pasar kopi arabika di Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang. Menganalisis struktur, perilaku, dan kinerja lembaga tataniaga kopi
1.
2.
3. 4. 5.
2.
3.
Analisis pendapatan usahatani Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) Analisis marjin pemasaran Analisis farmer’s share Analisis perilaku lembaga pemasaran Analisis pangsa pasar Analisis lembaga dan fungsi pemasaran Analisis marjin pemasaran dan distribusi
1. 2. 3.
4.
1.
2.
Hasil dari satu). Sedangkan pergerakan harga konsumen dan harga petani, dilihat dari elastisitas transmisi harga sebesar 0.457% yang berarti bahwa perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan diikuti perubahan harga sebesar 0.457% di tingkat petani. Struktur pasar anggur mengarah pada pasar monopsoni. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sistem pemasaran anggur belum efisien. Petani mangga tidak memperoleh kepastian harga jual karena harga mangga yang berfluktuasi. Usahatani mangga layak secara ekonomi. Petani mangga menghadapi struktur pasar persaingan tidak sempurna, ditandai dengan jumlah penjual banyak, pembeli sedikit, informasi pasar petani yang lemah dan harga beli paling kuat ditetapkan oleh pedagang pengumpul. Pedagang agen selalu mendapatkan marjin keuntungan paling tinggi dibandingkan pelaku pemasaran lainnya.
Pangsa pasar terbesar kopi arabika di Sulawesi Selatan diraih oleh Kecamatan Rinding Allo, tetapi sebaran keseimbangan rantai Markov menyebabkan terjadinya dinamika sehingga Kecamatan Alla memiliki peluang untuk meraih posisi pangsa pasar terbesar. Bentuk struktur pasar kopi arabika di Sulawesi Selatan mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna karena banyaknya pelaku pasar yang terlibat dan hambatan keluar masuk pasar. Struktur dan perilaku pasar kopi arabika tidak
17
Tabel 4. Lanjutan No
Nama/Tahun
6.
Zulham A/2007
Judul
Marjin Pemasaran dan Resiko Pedagang: Kasus Pengembangan Rumput Laut di Propinsi Gorontalo
Tujuan arabika di Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang.
1.
2.
3.
7.
Asmayanti/2012
Menganalisis saluran pemasaran, fungsi pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar. Menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, serta
1.
2.
Hasil memberikan alternatif kepada petani untuk dapat memilih saluran pemasaran yang lebih efisien. Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna, perilaku pasar yang cenderung meningkatkan ketergantungan petani, transmisi harga yang inelastis, serta keterpaduan pasar yang mengukuhkan dominasi ekspotir dan pedagang besar, telah menyebabkan posisi tawar petani kopi arabika di Sulawesi Selatan semakin lemah. Perdagangan rumput laut di Gorontalo belum didukung oleh infrastruktur yang memadai. Asymetric informasi harga belum terjadi antar pelaku bisnis rumput laut. Marjin pemasaran rumput laut yang diterima oleh masingmasing pelaku bisnis rumput laut sangat rendah. Risiko yang dihadapi pedagang rumput laut ini cukup tinggi terkait dengan ketersediaan infrastruktur dan jaminan pembelian produk dari rantai berikutnya. Pedagang yang menjual rumput laut ke Manado risikonya lebih besar dibandingkan pedagang yang menjual rumput laut ke Surabaya. 3. Keikutsertaan pemerintah sebagai pelaku bisnis aktif rumput laut ini harus dipertimbangkan secara cermat. Pemerintah diharapkan membangun infrastruktur yang mendorong bisnis rumput laut ini Analisis 1. Terdapat lima saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa deskrpitif Cigedug. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masingkualitatif. maing lembaga pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi Analisis marjin fisik, dan fungsi fasilitas, namun fungsi penyimpanan yang pemasaran, termasuk dalam fungsi fisik hanya dilakukan oleh pedagang farmer’s share pengecer. Perilaku pasar yang terjadi di tingkat petani serta raio menggunakan sistem pembayaran tunai, di tingkat keuntungan dan pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer adalah biaya sistem
17
Sistem Pemasaran 1. Cabai Rawit Merah (Capsicum frustescens) di Desa Cigedug Kecamatan 2. Cigedug Kabupaten Garut
Menganalisis karakteristik perdagangan rumput laut. Menganalisis rantai pemasaran, marjin pemasaran, dan risiko pedagang rumput laut. Menganalisis alternatif rekomendasi kebijakan pemerintah dalam industri rumput laut.
Metode Analisis 4. Analisis farmer’s share 5. Analisis elastisitas tranmisi harga 6. Analisis keterpaduan pasar 1. Analisis marjin 1. pemasaran 2. Analisis risiko pedagang 2.
18
No
8.
Nama/Tahun
Sumarni R/2012
18
Tabel 4. Lanjutan Judul
Analisis Pemasaran dan Penentuan Wilayah Potensial untuk Ekspansi Pemasaran Pepaya California (Studi Kasus: Desa Blendung, Kabupaten Subang)
Tujuan keterpaduan pasar vertikal cabai rawit merah antara pasar di tingkat petani di Desa Cigedug sebagai pasar lokal dengan Pasar Induk Kramat Jati sebagai pasar acuan.
1.
2.
3.
Menganalisis saluran pemasaran dan lembaga, serta fungsi pemasaran dalam pemasaran pepaya california dari Desa Blendung. Mengetahui besarnya marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya dalam pemasaran pepaya California dari Desa Blendung. Menganalisis penentuan wilayah potensial untuk ekspansi pemasaran pepaya california dari Desa Blendung.
3.
1.
2.
3.
Metode Analisis Pendekatan regresi sederhana (OLS)
Analisis deskriptif kualitatif Analisis marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya Analisis diskriminan
Hasil pembayaran tunai, sedangkan di tingkat pedagang besar adalah sistem pembayaran kemudian (satu hingga tiga hari ke depan). 2. Marjin pemasaran terkecil terdapat pada saluran II yaitu 55 persen. Farmer’s share terbesar pada saluran II sebesar 45 persen, dan rasio keuntungan dan biaya terbesar terdapat pada saluran IV sebesar 3.251. Analisis keterpaduan pasar menunjukkan nilai IMC > 1, yaitu sebesar 4.2 artinya tidak terdapat keterpaduan jangka pendek dan nilai koefisien b2 memiliki nilai < 1, yaitu sebesar 0.493 menunjukkan tidak ada keterpaduan jangka panjang. Hal ini menunjukkan tidak lancarnya arus informasi dan komunikasi antara Pasar Induk Kramat Jati dan petani. 1. Terdapat tiga saluran pemasaran papaya California dari Desa Blendung, yaitu: (1) Petani – Suplier – Swalayan – Konsumen; (2) Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen; dan (3) Petani – Suplier – Pedagang Pengecer – Konsumen. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran yang berdeba-beda, meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Hanya pedagang pengecer pada saluran tiga melakukan semua fungsi pemasaran. 2. Berdasarkan analisis marjin pemasaran dan farmer’s share, saluran yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua karena memiliki total marjin pemasaran terkecil sebesar Rp 3000 /Kg (60 persen) dan farmer’s share terbesar (40 persen). Namun, saluran pemasaran satu merupakan saluran yang paling menguntungkan bagi petani karena karena menghasilkan pendapatan terbesar bagi petani. 3. Wilayah rencana pemasaran yang potensial adalah Kabupaten Sumedang dan Kota Bekasi.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial bagi individu dan kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk dan jasa yang memiliki rnilai dengan pihak lain. Purcell (1979) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses atau sistem yang menghubungkan antara apa yang diproduksi dan apa yang diinginkan konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan dalam perekonomian yang berperan dalam menciptakan nilai ekonomi suatu barang atau jasa. Nilai ekonomi berpengaruh terhadap harga barang atau jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai ekonomi adalah produksi, pemasaran, dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi (Purcell, 1979). Asmarantaka (2012) mendefinisikan pemasaran sebagai serangkaian kegiatan dalam mengalirkan produk mulai dari petani (produsen primer) hingga konsumen akhir. Kebutuhan manusia merupakan konsep paling dasar yang melandasi pemasaran. Konsumen membayarkan sejumlah nilai ysng ditawarkan produsen agar mendapatkan suatu produk baik barang maupun jasa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya. Suatu produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mememenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Pemasaran secara umum merupakan kegiatan penyaluran produk dari petani hingga konsumen akhir yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan penyaluran produk tersebut memberikan manfaat bagi para pelaku pemasaran karena di dalam kegiatan penyaluran produk terdapat proses pertukaran sejumlah uang dengan produk baik berupa barang atau jasa yang disalurkan. Limbong dan Sitorus (1987) menjelaskan bahwa terdapat empat pendekatan dalam pemasaran, yaitu pendekatan serba fungsi, pendekatan serba lembaga, pendekatan serba barang, dan pendekatan serba sistem. Pendekatan serba fungsi mengkaji pemasaran berdasarkan jasa, aktivitas, dan perlakuan atau
20
biasa disebut dengan fungsi yang dilakukan dalam menyalurkan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Pendekatan serba lembaga mengkaji pemasaran berdasarkan organisasi atau lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Pendekatan serba barang mengkaji pemasaran berdasarkan kegiatan yang dilakukan terhadap barang atau jasa selama proses penyaluran dari produsen kepada konsumen. Pendekatan serba sistem mengkaji pemasaran berdasarkan proses ekonomi yang berlangsung, lembaga yang mengambil keputusan, dan integrasi dari aktivitas yang sedang terjadi dalam sistem. 3.1.2. Saluran dan Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran yang menggerakan barang-barang dari produsen hingga konsumen (Hanafiah dan Saefuddin, 2006). Menurut Sudiyono (2001), berdasarkan penguasaan terhadap komoditas yang diperjualbelikan, lembaga pemasaran dapat dibedakan atas tiga, yaitu: 1.
Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti perantara dan makelar.
2.
Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditas pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir.
3.
Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditaskomoditas yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan penyedia fasilitas-fasilitas, transportasi, asuransi pemasaran, dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian. Lembaga pemasaran berperan dalam menentukan bentuk saluran
pemasaran. Saluran pemasaran adalah sekumpulan organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses pembuatan produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran merupakan saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen (Soekartawi,1989; Kotler, 2002). Saluran pemasaran dari suatu komoditas perlu diketahui agar dapat menentukan jalur mana yang efisien serta dapat mempermudah dalam mencari
21
besarnya marjin pemasaran yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Menurut Firmansyah (1998), mata rantai saluran pemasaran dan lembaga lembaga yang terkait di dalamnya harus diketahui agar penyaluran produk yang dihasilkan oleh petani kepada konsumen melalui perantara mampu memberikan pembagian keuntungan yang adil terhadap semua pelaku pemasaran. Dalam sistem pemasaran, terdapat lembaga-lembaga yang cukup penting yaitu: 1.
Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli atau mengumpulkan barang-barang hasil pertanian dari produsen kemudian memasarkan dalam partai besar kepada pedagang lain. Dalam hal ini pedagang pengumpul biasanya ada di setiap desa.
2.
Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli dari pedagang pengumpul dalam partai besar dan mendistribusikan ke setiap pedagang pengecer ataupun pasar.
3.
Koperasi yaitu badan usaha berbadan hukum yang selain membantu petani dalam permodalan juga membantu petani menyalurkan hasil panennnya.
4.
Pengecer yaitu pedagang yang membeli barang dari pedagang besar dan mendistribusikan barang secara langsung ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran membentuk pola pemasaran yang biasa disebut
saluran pemasaran. Pola umum saluran pemasaran produk-produk pertanian di Indonesia disajikan pada Gambar 1. Tengkulak
Ped. Besar Perantara
Pabrik/Eksportir
Pengecer
Konsumen Akhir Domestik
Petani/ Produsen Koperasi/KUD Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987
Gambar 1. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia 3.1.3. Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik aktivitas proses fisik maupun jasa, yang ditujukan untuk memberi kepuasan kepada
22
konsumen sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya melalui penciptaan atau penambahan kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan terhadap suatu produk (Gumbira dan Harizt, 2001). Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), fungsi pemasaran dikelompokkan atas tiga fungsi utama, yaitu: 1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. 2. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini terdiri dari fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan dan fungsi pengolahan. 3. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. 3.1.4. Marjin Pemasaran Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang didapat konsumen dengan harga yang diterima produsen, yang terdiri dari biaya dan keuntungan pemasaran. Marjin pemasaran umumnya dianalisis pada komoditas yang sama, jumlah yang sama, dan pada pola pasar persaingan sempurna Kohls dan Downey (1955) mendefinisikan marjin pemasaran sebagai selisih jumlah yang dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk dengan jumlah yang diterima produsen atau petani. Rumus marjin pemasaran adalah (Asmarantaka, 2012): Mmt
= Pr – Pf ................................................................................. (3.1)
Mmi
= Psi - Pbi .............................................................................. (3.2)
Mmi
= Ci + πi ............................................................................... (3.3)
dimana: Mmt
= Total marjin pemasaran produk (Rp)
Mmi
= Marjin pemasaran produk pada lembaga pemasaran tingkat ke-i (Rp)
23
Pr
= Harga produk di tingkat konsumen akhir (Rp)
Pf
= Harga produk di tingkat petani (Rp)
Psi
= Harga jual produk pada setiap tingkat lembaga pemasaran (Rp)
Pbi
= Harga beli produk pada setiap tingkat lembaga pemasaran (Rp)
Ci
= Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i (Rp)
πi
= Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i (Rp)
3.1.5. Farmer’s Share Farmer’s share adalah persentase harga yang diterima petani sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilaksanakannya dalam menghasilkan produk (Kohls dan Uhl, 1985). Menurut Limbong dan Sitorus (1987), selain marjin pemasaran indikator lain yang menentukan efisiensi pemasaran suatu komoditas adalah farmer’s share. Farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan marjin pemasaran, sehingga semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah. Secara matematis, rumus farmer’s share adalah: Fs
=
............................................................................. (3.4)
dimana: Fs
= Bagian harga produk yang diterima petani (%)
Pf
= Harga produk di tingkat petani (Rp)
Pr
= Harga produk di tingkat konsumen akhir (Rp)
3.1.6. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Menurut Asmarantaka (2012), efisiensi operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan output-input pemasaran. Ukuran frekuensi produktivitas dari biaya total pemasaran dengan keuntungan dari lembaga-lembaga pemasaran dapat digunakan untuk menetahui efisiensi operasional dalam pemasaran. Efisiensi operasional lebih tepat dianalisis menggunakan rasio antara keuntungan dengan biaya karena pembanding opportunity cost dari biaya adalah keuntungan, sehingga indikator nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran harus positif (lebih besar dari nol). Menurut Limbong dan Sitorus (1987), tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap
24
biaya pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Rumus rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran adalah: Rasio =
......................................................................................... (3.5)
dimana: πi
= Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i (Rp)
Ci
= Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i (Rp)
3.1.7. Pendapatan Usahatani Menurut Debertin (1986), pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu untuk menghitung pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Penerimaan usahatani dapat diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual output. Secara matematis, rumus penerimaan usahatani adalah: TR
= PY
Y ................................................................................ (3.6)
dimana: TR
= Total revenue (Rp)
PY
= Harga output (Rp/Kg)
Y
= Output yang dihasilkan (Kg)
Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan faktorfaktor produksi (Debertin, 1986). Biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya non tunai atau biaya yang diperhitungkan (Doll dan Orazem, 1984). Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi, misalnya biaya benih, pupuk, upah, bahan bakar, upah tenaga kerja, dan lain-lain. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya depresiasi, pembayaran sumberdaya yang dimiliki oleh petani, dan upah tenaga kerja dalam keluarga. Pendapatan yang diterima petani merupakan pengurangan antara penerimaan dengan biaya total atau dirumuskan pada persamaan (3.7). = TR – TC ............................................................................. (3.7) dimana: π
= Pendapatan (Rp)
TR
= Penerimaan Total (Rp)
25
TC
= Biaya total (Rp)
Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu, analisis pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi dan kelayakan usahatani adalah perbandingan penerimaan dan biaya (R/C ratio) (Soekartawi, 1995). Perhitungan R/C ratio dilakukan atas biaya tunai dan biaya total. Rumus R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total adalah: R/C ratio atas biaya tunai = TR / TCtunai .........................................
(3.8)
R/C ratio atas biaya total = TR / TC ..............................................
(3.9)
Jika R/C ratio atas biaya tunai > 1, maka biaya tunai yang dikeluarkan lebih kecil dari penerimaan atau secara finansial usahatani menguntungkan. Jika R/C ratio atas biaya tunai < 1, maka secara finansial usahatani tersebut tidak menguntungkan karena total biaya tunai yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan penerimaan. Jika R/C ratio atas biaya tunai = 1, maka biaya tunai sama dengan penerimaan. Jika R/C ratio atas biaya total > 1, maka biaya total yang dikeluarkan lebih kecil dari penerimaan atau secara ekonomi usahatani menguntungkan. Jika R/C ratio atas biaya total < 1, maka secara ekonomi usahatani tersebut tidak menguntungkan karena biaya total yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan penerimaan. Jika R/C ratio atas biaya total = 1, maka biaya total yang dikeluarkan sama dengan penerimaan.
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional
Gambaran dari penelitian ini secara umum disajikan pada Gambar 2. Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Kebutuhan akan cabai termasuk cabai merah keriting terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan variasi menu masakan. Selain upaya peningkatan produksi, pemasaran cabai merah keriting yang efisien menjadi hal penting guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, cabai tidak dapat disubstitusi oleh komoditas lain, sehingga jika terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan serapan pasar
26
mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga. Fluktuasi harga mempengaruhi pendapatan yang diperoleh petani cabai merah keriting. 1.
2.
Adanya ketergantungan petani cabai merah keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor kepada pengumpul sehingga posisi tawar petani rendah Harga jual cabai merah keriting rendah di tingkat petani menyebabkan pendapatan yang diterima petani rendah
Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen
Petani Anggota Gapoktan
Analisis Efisiensi Pemasaran
Analisis Pendapatan
1. Analisis R/C Ratio
Petani Non Anggota Gapoktan
2. 3.
Analisis Marjin Pemasaran Analisis Farmer’s Share Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran
Analisis Karakteristik Usahatani, Lembaga dan Saluran Pemasaran, Fungsi Pemasaran Cabai Merah Keriting
Analisis Deskriptif
Hasil Penelitian
Rekomendasi alternatif pengambilan keputusan bagi petani cabai merah keriting di Desa Citapen
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Desa Citapen merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor yang memproduksi cabai merah keriting. Terjadinya fluktuasi harga cabai merah keriting di Kecamatan Ciawi menyebabkan pendapatan yang diperoleh petani
27
cabai merah keriting di Desa Citapen juga menjadi fluktuatif. Selain itu masalah lain yang dihadapi petani cabai merah keriting di Desa Citapen adalah masih adanya petani yang bergantung kepada pengumpul sehingga posisi tawar petani menjadi rendah. Desa Citapen memiliki sebuah Gapoktan bernama Gapoktan Rukun Tani. Gapoktan Rukun Tani dibentuk pada tahun 2007. Tujuannya untuk mendorong dan menumbuhkan usahatani anggota dalam rangka meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan, memperkokoh dan memperkuat perekonomian di tingkat pedesaan, serta mencari kemudahan dalam mengakses pasar, permodalan, dan jaringan dalam rangka mengembangkan usaha agribisnis berbasis pedesaan. Pembentukan Gapoktan ini tidak sepenuhnya menarik para petani cabai merah keriting di Desa Citapen untuk bergabung menjadi anggota sehingga terdapat perbedaan karakteristik usahatani, lembaga dan saluran pemasaran, fungsi pemasaran, efisiensi pemasaran, serta pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan. Penelitian ini menganalisis pemasaran dan pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani. Identifikasi karakteristik usahatani, pedagang, lembaga dan saluran pemasaran, serta fungsi pemasaran cabai merah keriting petani anggota dan non anggota Gapoktan menggunakan analisis deskriptif tabulasi. Analisis efisiensi pemasaran dilakukan dengan menghitung marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Melalui metode ini diduga pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan lebih efisien dibandingkan pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan. Selanjutnya analisis pendapatan dilakukan dengan menghitung penerimaan dikurangi dengan biaya usahatani, serta menggunakaan analisis R/C ratio. Melalui metode ini diduga pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan lebih besar dibandingkan pendapatan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan. Hasil dari analisis efisiensi pemasaran dan pendapatan usahatani cabai merah keriting dapat memberikan informasi bagi petani untuk memilih alternatif pengambilan keputusan yang tepat dalam melakukan pemasaran cabai merah keriting yang efisien dan meningkatkan pendapatan usahatani.
28
29
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) karena Desa Citapen merupakan salah satu daerah pengasil cabai merah keriting di Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan Desa Citapen karena terdapat Gapoktan Rukun Tani yang merupakan Gapoktan yang terdiri dari beberapa kelompok tani di Desa Citapen dengan produksi yang beraneka ragam, salah satunya adalah komoditas cabai merah keriting. Gapoktan berperan dalam menyalurkan cabai merah keriting dari petani kepada konsumen akhir yang dapat mempengaruhi efisiensi pemasaran petani anggota Gapoktan. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2014.
4.2.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data primer menggunakan wawancara langsung dengan petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan, ketua Gapoktan, pedagang grosir, dan pedagang pengecer cabai merah keriting. Teknik wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, dan Badan Pusat Statistik Nasional.
4.3.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel petani menggunakan sensus dan semua petani cabai merah keriting menjadi sampel penelitian. Populasi petani dikelompokkan dalam dua strata berdasarkan status keanggotaan dalam Gapoktan, yaitu petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan. Populasi petani cabai merah keriting di Desa Citapen sebanyak 19 orang petani yang terdiri dari delapan orang petani anggota Gapoktan dan 11 orang petani non anggota Gapoktan. Metode pengambilan sampel pedagang grosir menggunakan sensus dan
30
semua pedagang grosir menjadi sampel penelitian sebanyak tiga orang. Metode pengambilan sampel pedagang pengecer menggunakan metode snowball sampling dengan cara mengikuti alur pemasaran cabai merah keriting dimulai dari petani anggota dan non anggota Gapoktan di Desa Citapen hingga pedagang pengecer. Sampel pedagang pengecer sebanyak 12 pedagang pengecer.
4.4.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik usahatani, pedagang, lembaga dan saluran pemasaran, serta fungsi pemasaran cabai merah keriting petani anggota dan non anggota Gapoktan adalah analisis deskriptif tabulasi. Selanjutnya analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran digunakan untuk mengetahui dan membandingkan efisiensi pemasaran usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan. Analisis pendapatan dan R/C ratio digunakan untuk mengetahui dan membandingkan pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan. 4.4.1. Analisis Karakteristik Usahatani, Pedagang, Lembaga dan Saluran Pemasaran, serta Fungsi Pemasaran Analisis karakteristik usahatani, pedagang,
lembaga dan saluran
pemasaran, serta fungsi pemasaran menggunakan analisis deskriptif tabulasi untuk membandingkan perbedaan karakteristik yang terjadi pada usahatani dan pemasaran cabai merah keriting petani anggota dan non anggota Gapoktan. Jenis data yang digunakan dalam analisis karakteristik usahatani, pedagang, lembaga dan saluran pemasaran, serta fungsi pemasaran cabai merah keriting di Desa Citapen adalah: 1. Identitas petani dan pedagang cabai merah keriting 2. Luas lahan dan status kepemilikan lahan 3. Jumlah penggunaan input produksi 4. Jumlah produksi cabai merah keriting 5. Harga jual cabai merah keriting di tingkat petani 6. Sumber modal usahatani yang digunakan 7. Tujuan penjualan cabai merah keriting 8. Lembaga dan saluran pemasaran cabai merah keriting
31
9. Fungsi pemasaran cabai merah keriting 4.4.1.1. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran Saluran pemasaran cabai merah keriting diamati mulai dari petani cabai merah keriting dengan menghitung persentase pasokan jumlah cabai merah keriting dari petani sampai ke konsumen akhir. Jalur pemasaran tersebut akan menggambarkan peta saluran pemasaran. Analisis saluran pemasaran cabai merah keriting dari Desa Citapen dilakukan dengan mengidentifikasi lembaga-lembaga pemasaran yang membentuk saluran pemasaran tersebut. Lembaga pemasaran berperan dalam proses penyaluran cabai merah keriting dari petani hingga konsumen akhir. 4.4.1.2. Analisis Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran dilihat berdasarkan masing-masing fungsi yang dilakukan dalam lembaga pemasaran dalam proses penyaluran cabai merah keriting dari petani hingga ke konsumen akhir. Fungsi pemasaran cabai merah keriting petani anggota dan non anggota Gapoktan Rukun Tani terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dianalisis berupa fungsi pembelian dan fungsi penjualan cabai merah keriting. Fungsi fisik yang dianalisis berupa fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi pengolahan cabai merah keriting. Fungsi fasilitas yang dianalisis berupa fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar cabai merah keriting. 4.4.2. Analisis Efisiensi Pemasaran Menurut Mubyarto (1989) sistem pemasaran dikatakan efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan mampu mengadakan pembagian yang adil bagi seluruh harga yang dibayarkan konsumen terakhir dalam kegiatan produksi. Efisiensi pemasaran dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu efisiensi operasional (teknologi) dan efisiensi ekonomi (harga). Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi operasional pada proses pemasaran suatu produk yaitu analisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran.
32
4.4.2.1. Analisis Marjin Pemasaran Menurut Tomek dan Robinson (1972), marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan konsumen. Untuk menganalisis marjin pemasaran dalam penelitian ini, data harga yang digunakan adalah harga di tingkat petani dan harga di tingkat konsumen akhir, sehingga dalam perhitungan marjin pemasaran cabai merah keriting digunakan rumus: Mmt
= Pr – Pf ................................................................................. (4.1)
Mmi
= Psi - Pbi .............................................................................. (4.2)
Mmi
= Ci + πi ............................................................................... (4.3)
dimana: Mmt
= Total marjin pemasaran cabai merah keriting (Rp)
Mmi
= Marjin pemasaran cabai merah keriting lembaga pemasaran tingkat ke-i (Rp)
Pr
= Harga cabai merah keriting di tingkat konsumen akhir (Rp)
Pf
= Harga cabai merah keriting di tingkat petani (Rp)
Ci
= Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i (Rp)
πi
= Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i (Rp)
Psi
= Harga jual cabai merah keriting pada setiap tingkat lembaga pemasaran (Rp)
Pbi
= Harga beli cabai merah keriting pada setiap tingkat lembaga pemasaran (Rp)
4.4.2.2. Analisis Farmer’s Share Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi pemasaran adalah dengan membandingkan farmer’s share atau bagian yang diterima petani terhadap harga yang dibayarkan konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga pemasaran sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani (farmer’s share) semakin rendah. Secara matematis, rumus farmer’s share dalam pemasaran usahatani cabai merah keriting adalah:
33
Fs
=
............................................................................ (4.4)
dimana: Fs
= Bagian harga yang diterima petani cabai merah keriting (%)
Pf
= Harga cabai merah keriting di tingkat petani (Rp)
Pr
= Harga cabai merah keriting di tingkat konsumen akhir (Rp)
4.4.2.3. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Tingkat efisiensi pemasaran dapat juga diukur melalui analisis rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Analisis ini digunakan mengetahui penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Semakin meratanya keuntungan dan biaya pemasaran, maka secara teknis (operasional) sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Rumus rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran cabai merah keriting adalah: Rasio =
......................................................................................... (4.5)
dimana: πi
= Keuntungan lembaga pemasaran cabai merah keriting tingkat ke-i (Rp)
Ci
= Biaya lembaga pemasaran cabai merah keriting tingkat ke-i (Rp)
4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani cabai merah keriting merupakan hasil pengurangan antara penerimaan total (Total Revenue) dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani cabai merah keriting. Penerimaan usahatani merupakan nilai dari penjualan produk total. Secara matematis, rumus pemerimaan usahatani cabai merah keriting adalah: TR
= PY x Y ...............................................................................
(4.6)
dimana: TR
= Penerimaan total usahatani cabai merah keriting (Rp)
PY
= Harga cabai merah keriting (Rp/Kg)
Y
= Jumlah cabai merah keriting (Kg)
Biaya usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya yang dikeluarkan petani cabai merah keriting untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, polybag, biaya sewa lahan dan lain-lain. Sedangkan biaya yang diperhitungkan meliputi
34
biaya sewa lahan bagi pemilik lahan, biaya penyusutan alat, dan upah tenaga kerja dalam keluarga. Penjumlahan atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan disebut dengan biaya total. Secara matematis, rumua biaya usahatani cabai merah keriting adalah: 1.
Biaya tunai Ctunai
= {(PBN x BN) + (PKDG x KDG) + (PTSP x TSP) + (PKCL x KCL) + (PZA x ZA) + (PNPK x NPK) + (PMTR x MTR) + (PURE x URE) + (PPTR x PTR) + (PKPR x KPR) + (PGD x GD) + (PGB x GB) + (PSGD x SGD) + (PSGB x SGB) + (PATN x ATN) + (PAK x AK) + (PNK x NK) + (PAGR x AGR) + (PFRD x FRD) + (PCFD x CFD) + (PAGC x AGC) + (PLNT x LNT) + (PDTN x DTN) + (PWDR x WDR) + (PCRC x CRC) + (PATK x ATK) + (PDCS X DCS) + (PPB x PB) + (PTR x TR) + BTKLK + BSL} ....................................................................
dimana: Ctunai
= Biaya tunai (Rp)
PBN
= Harga benih (Rp/Kg)
BN
= Jumlah benih (Kg)
PKDG
= Harga pupuk kandang (Rp)/Kg)
KDG
= Jumlah pupuk kandang (Kg)
PTSP
= Harga TSP (Rp/Kg)
TSP
= Jumlah TSP (Kg)
PKCL
= Harga KCL (Rp/Kg)
KCL
= Jumlah KCL (Kg)
PZA
= Harga ZA (Rp/Kg)
ZA
= Jumlah ZA (Kg)
PNPK
= Harga NPK (Rp/Kg)
NPK
= Jumlah NPK (Kg)
PMTR
= Harga pupuk Mutiara (Rp/Kg)
MTR
= Jumlah pupuk Mutiara (Kg)
PPTR
= Harga pupuk petroganik (Rp/Kg)
PTR
= Jumlah pupuk petroganik (Kg)
PKPR
= Harga kapur (Rp/Kg)
(4.8)
35
KPR
= Jumlah kapur (Kg)
PGD
= Harga Gandasil Daun (Rp/Kg)
GD
= Jumlah Gandasil Daun (Kg)
PGB
= Harga Gandasil Buah (Rp/Kg)
GB
= Jumlah Gandasil Buah (Kg)
PSGD
= Harga Supergro Daun (Rp/L)
SGD
= Supergro Daun (L)
PSGB
= Harga Supergro Buah (Rp/L)
SGB
= Jumlah Supergro Buah (L)
PATN
= Harga Atonik (Rp/L)
ATN
= Jumlah Atonik (L)
PAK
= Harga Auksin (Rp/L)
AK
= Jumlah Auksin (L)
PNK
= Harga Nutrisi Kalsium (Rp/Kg)
NK
= Jumlah Nutrisi Kalsium (Kg)
PAGR
= Harga pelengket Agristik (Rp/L)
AGR
= Jumlah pelengket Agristik (L)
PFRD
= Harga Furadan (Rp/Kg)
FRD
= Jumlah Furadan (Kg)
PCFD
= Harga Confidor (Rp/L)
CFD
= Jumlah Confidor (L)
PAGC
= Harga Agrimec (Rp/L)
AGC
= Jumlah Agrimec (L)
PLNT
= Harga Lannate (Rp/Kg)
LNT
= Jumlah Lannate (Kg)
PDTN
= Harga Dithanne (Rp/Kg)
DTN
= Jumlah Dithanne (Kg)
PWDR
= Harga Winder (Rp/L)
WDR
= Jumlah Winder (L)
PCRC
= Harga Curacron (Rp/L)
CRC
= Jumlah Curacron (L)
PATK
= Harga Antracol (Rp/L)
36
2.
ATK
= Jumlah Antracol (L)
PDCS
= Harga Decis (Rp/Kg)
DCS
= Jumlah Decis (Kg)
PPB
= Harga polybag (Rp/Kg)
PB
= Jumlah polybag (Kg)
PTR
= Harga tali rafia (Rp/Roll)
TR
= Jumlah tali rafia (Roll)
BTKLK
= Biaya tenaga kerja luar keluarga (Rp)
BSL
= Biaya sewa lahan (Rp)
Biaya diperhitungkan Cdiperhitungkan
3.
= BSLM + BPA + BTKDK ...................................
(4.9)
Biaya total Ctotal
= Ctunai + Cdiperhitungkan ............................................. (4.10)
dimana: Cdiperhitungkan
= Biaya diperhitungkan (Rp)
Ctotal
= Biaya total (Rp)
BSLM
= Biaya sewa lahan untuk pemilik (Rp)
BPA
= Biaya penyusutan alat (Rp)
BTKDK
= Biaya tenaga kerja dalam keluarga (Rp)
Pendapatan usahatani cabai merah keriting terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Secara matematis, rumus pendapatan usahatani cabai merah keriting adalah: 1.
2.
Pendapatan atas biaya tunai πtunai
= TR – Ctunai .................................................................. (4.11)
πtunai
= (PY x Y) – Ctunai .......................................................... (4.12)
Pendapatan atas biaya total π total
= TR - Ctotal ................................................................... (4.13)
π total
= (PY x Y) – (Ctunai + Cdiperhitungkan) ............................... (4.14)
dimana: πtunai
= Pendapatan petani cabai merah keriting atas biaya tunai (Rp)
πtotal
= Pendapatan petani cabai merah keriting atas biaya total (Rp)
37
Analisis pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan dilakukan terhadap beberapa strata yang diperoleh dalam penelitian, di antaranya adalah perbedaan status penguasaan lahan (pemilik dan penyewa), skala luas lahan (skala kecil, menengah, dan besar), serta pola tanam (monokultur dan tumpangsari). Analisis pendapatan dari setiap strata dilakukan untuk mengetahui pendapatan yang paling menguntungkan. Pengukuran efisiensi pendapatan usahatani cabai merah keriting menggunakan pendekatan R/C ratio. Perhitungan R/C ratio dilakukan karena pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Perhitungan R/C ratio dilakukan atas biaya tunai dan biaya total usahatani cabai merah keriting. Rumus R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total adalah: R/C ratio atas biaya tunai = TR / TCtunai ......................................... (4.15) R/C ratio atas biaya total = TR / TC .............................................. (4.16) Jika R/C ratio atas biaya tunai > 1, maka biaya tunai yang dikeluarkan lebih kecil dari penerimaan atau secara finansial usahatani cabai merah keriting menguntungkan. Jika R/C ratio atas biaya tunai < 1, maka secara finansial usahatani tersebut tidak menguntungkan karena total biaya tunai yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan penerimaan. Jika R/C ratio atas biaya tunai = 1, maka biaya tunai sama dengan penerimaan. Jika R/C ratio atas biaya total > 1, maka biaya total yang dikeluarkan lebih kecil dari penerimaan atau secara ekonomi usahatani cabai merah keriting menguntungkan. Jika R/C ratio atas biaya total < 1, maka secara ekonomi usahatani tersebut tidak menguntungkan karena biaya total yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan penerimaan. Jika R/C ratio atas biaya total = 1, maka biaya total yang dikeluarkan sama dengan penerimaan.
4.5. 1.
Definisi Operasional
Pemasaran cabai merah keriting adalah proses penyaluran cabai merah keriting dari Desa Citapen hingga ke konsumen akhir.
2.
Lembaga pemasaran cabai merah keriting adalah pelaku yang terlibat dan memiliki peran serta fungsi dalam proses penyaluran cabai merah keriting.
38
3.
Saluran pemasaran adalah pola yang terbentuk dari sekumpulan lembaga pemasaran yang terlibat dan saling bergantung dalam proses penyaluran cabai merah keriting.
4.
Fungsi pemasaran adalah segala kegiatan dan perlakuan yang dilakukan lembaga pemasaran dalam proses penyaluran cabai merah keriting.
5.
Petani cabai merah keriting merupakan pemilik tanaman cabai merah keriting yang berada di Desa Citapen.
6.
Gapoktan adalah pedagang yang melakukan pembelian cabai merah keriting dari petani anggota Gapoktan dan menyalurkan baik kepada pedagang grosir maupun pedagang pengecer di Pasar Induk Kemang Kota Bogor.
7.
Pedagang grosir adalah pedagang yang melakukan pembelian cabai merah keriting dari petani langsung maupun Gapoktan dan menyalurkan kepada pedagang pengecer.
8.
Pedagang pengecer adalah pedagang yang melakukan pembelian dari Gapoktan maupun pedagang grosir dan biasanya dalam jumlah tidak terlalu besar, karena cabai merah keriting ini disalurkan langsung kepada konsumen akhir.
9.
Harga di tingkat petani adalah harga yang diterima oleh petani dalam menjual cabai merah keriting dinyatakan dalam Rp/Kg.
10.
Harga di tingkat konsumen adalah harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam membeli cabai merah keriting dinyatakan dalam Rp/Kg.
11.
Biaya pemasaran adalah biaya yang dibayarkan dalam mendistribusikan cabai merah keriting dari Desa Citapen sampai ke konsumen akhir dinyatakan dalam Rp/Kg.
12.
Marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani yang dinyatakan dalam Rp/Kg.
13.
Keuntungan pemasaran adalah selisih antara marjin pemasaran dengan biaya pemasaran yang dinyatakan dalam Rp/Kg.
14.
Farmer’s share adalah bagian yang diterima petani dari harga yang dibayarkan konsumen akhir dinyatakan dalam persentase (%).
39
15.
Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran adalah perbandingan keuntungan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari pemasaran cabai merah keriting.
16.
Total penerimaan usahatani adalah jumlah yang diterima petani dari hasil penjualan cabai merah keriting dinyatakan dalam satuan satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).
17.
Biaya usahatani adalah biaya yang dibayarkan petani dalam mengusahakan cabai merah keriting dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).
18.
Pendapatan usahatani adalah selisih dari penerimaan usahatani cabai merah keriting dengan biaya usahatani dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).
19.
R/C ratio adalah ukuran efisiensi pendapatan yang dilihat dari nilai perbandingan antara penerimaan total dengan biaya usahatani.
40
41
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Keadaan Geografis Desa Citapen Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Citapen terletak di bawah kaki Gunung Pangrango dengan luas wilayah 286 660 Ha. Desa Citapen berada pada ketinggian antara 450 M DPL hingga 800 M DPL (dataran tinggi) dengan suhu rata-rata antara 20°C hingga 32°C. Letak dan suhu di Desa Citapen ini mendukung bagi pertanian cabai merah keriting karena cabai merah keriting dapat ditanam di dataran tinggi pada suhu antara 24°C hingga 27°C. Luas lahan yang dimiliki Desa Citapen digunakan untuk berbagai fungsi. Penggunaan lahan di Desa Citapen pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 5. Penggunaan lahan untuk perkebunan dan sawah memiliki proporsi terbesar dalam penggunaan lahan di Desa Citapen. Tabel 5. Penggunaan Lahan di Desa Citapen Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penggunan Lahan Perumahan/pemukiman Tanah Darat Sawah Perkebunan Jalan Pemakaman/kuburan Perkantoran Lapangan olahraga Tanah bangunan pendidikan Tanah bangunan peribadatan Tanah pengangonan
Luas (Ha) 56.01 56.00 56.00 84.00 5.00 4.50 0.05 1.10 1.50 4.50 3.60
Sumber: Profil Desa Citapen, 2014
5.2. Keadaan Penduduk Desa Citapen Berdasarkan kondisi sosial demografi, Desa Citapen memiliki jumlah penduduk sampai pada akhir bulan Desember 2013 sebanyak 8 838 jiwa. Jumlah ini terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 4 554 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4 284 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2 411 KK. Dilihat dari jumlah penduduk dewasa, mayoritas penduduk Desa Citapen berada pada usia produktif. Kondisi tersebut menguntungkan Desa Citapen karena jumlah penduduk angkatan kerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang
42
menjadi tanggungan. Akan tetapi, meskipun mayoritas penduduk Desa Citapen berada pada usia produktif, di Desa ini masih banyak penduduk yang dikategorikan penduduk miskin. Tercatat ada sebanyak 476 KK miskin atau sekitar 19.74 persen KK miskin dari jumlah total KK yaitu 2 411 KK. Secara lebih lengkap informasi mengenai kondisi sosial secara umum Desa Citapen disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi dan Jumlah Penduduk di Desa Citapen Tahun 2013 Karakteristik Penduduk
Jumlah
Jumlah penduduk (Jiwa)
8 838
Jumlah penduduk laki-laki (Jiwa)
4 554
Jumlah penduduk perempuan (Jiwa)
4 284
Jumlah KK (KK)
2 411
Jumlah KK miskin (KK) Sumber: Profil Desa Citapen, 2014
476
Mata pencaharian penduduk di Desa Citapen yang paling dominan adalah buruh pabrik, diikuti dengan pengrajin/penjahit/jasa dan pedagang. Secara lebih lengkap data mata pencaharian penduduk Desa Citapen disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Desa Citapen Tahun 2013 No
Jenis Mata Pencaharian
1
Petani
2
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
98
3.64
Buruh Tani
145
5.11
3
Pedagang
300
11.14
4
Pegawai Negeri
291
10.81
5
TNI/POLRI
1
0.04
6
Pensiunan/Purnawirawan
4
0.15
7
Pegawai Swasta
311
11.55
8
Buruh Pabrik
1147
42.61
9
Pengrajin/Penjahit/Jasa
490
18.20
10
Bengkel
50
1.86
2692
100.00
Jumlah Sumber: Profil Desa Citapen, 2013
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah buruh tani di Desa Citapen lebih banyak dibandingkan petani pemilik. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh tani adalah sebanyak 145 orang atau sebesar 5.11 persen dari total angkatan kerja, petani milik sebanyak 95 orang atau sebesar 3.64 persen dari total angkatan kerja. Jumlah buruh tani yang masih banyak menunjukkan
43
bahwa kepemilikan lahan sawah di Desa Citapen tidak tersebar merata, dengan kata lain kepemilikan lahan hanya dimiliki sebagian kecil penduduk. Salah satu permasalahan ekonomi yang terjadi di Desa Citapen adalah rendahnya pendapatan yang diperoleh warga dan pengangguran. Hal ini dikarenakan sedikitnya lapangan kerja, kurangnya keterampilan atau pendidikan dan permodalan. Kondisi ini juga disadari sebagai akibat dari tingkat pendidikan warga yang masih rendah. Secara lebih lengkap data tingkat pendidikan penduduk Desa Citapen disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Citapen Tahun 2013 No
Tingkat Pendidikan
1
Tidak tamat SD
2
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
125
1.78
Tamat SD/Sederajat
1825
25.98
3
Tamat SMP/Sederajat
1130
16.09
4
Tamat SMA/Sederajat
1008
14.35
5
Tamat Akademi (D1/D2/D3)
23
0.33
6
Tamat Perguruan Tinggi (S1)
27
0.38
Jumlah Sumber: Profil Desa Citapen, 2014
7025
160.67
5.3. Gambaran Umum Usahatani Cabai Merah Keriting Produksi cabai merah keriting di Desa Citapen melalui beberapa tahap. Tahap-tahap produksi terdiri dari penyiapan lahan, penyemaian benih dan pembibitan, penanaman, pemeliharan, hingga pemanenan dan pasca panen. 1.
Persiapan Lahan Tahap pertama yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari sisa-sisa
tanaman sebelumnya, plastik mulsa, dan sampah lainnya. Setelah itu tanah dibajak dengan menggunakan alat cangkul dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah agar tetap gembur. Kedalaman tanah yang dicangkul berkisar antara 30 cm hingga 40 cm agar akar tanaman dapat dengan leluasa memperoleh zat hara yang ada di dalam tanah. Setelah tanah gembur, dibentuk bedengan setinggi 30 cm, dengan lebar bedengan 120 cm serta panjang yang disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani. Jarak antar bedengan 30 cm hingga 40 cm dengan tujuan agar jarak antar tanaman tidak terlalu rapat dan dapat dilalui petani. Selanjutnya tanah gembur
44
dicampur dengan kapur (dolomit) dengan tujuan memperoleh tanah dengan kisaran PH 5.6 – 6.8. Pemupukan dasar juga dilakukan pada bedengan yang telah terbentuk dengan memasukkan pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan jumlah organisme tanah yang berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman. Jumlah pupuk kandang yang diberikan sebanyak 6.7 Ton per Ha. Tanah bedengan diaduk secara merata dan dibiarkan selama dua minggu. Persiapan lahan ini biasanya menggunakan tenaga kerja pria sebanyak dua orang hingga tiga orang pada lahan di bawah satu hektar. 2.
Penyemaian Benih dan Pembibitan Penyemainan benih cabai merah keriting dilakukan lebih awal dari proses
persiapan lahan. Benih cabai merah keriting disemai di dalam polybag yang sebelumnya telah diisi dengan campuran tanah, pupuk kandang, pupuuk NPK, serta furadan. Polybag berisi benih cabai merah keriting disimpan dalam tempat persemaian tersendiri yang bagian atasnya diberi naungan bambu yang ditutupi plastik transparan. Untuk mendapatkan bibit yang siap tanam, dilakukan perawatan pada semaian di antaranya adalah penyiraman serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore jika cuaca sangat panas. Jika cuaca baik atau turun hujan, maka penyiraman dilakukan satu kali di pagi hari. Saat bibit berumur 10 hingga 15 hari dilakukan penyemprotan pupuk daun dengan dosis rendah sebanyak 0.5 gram/liter air. Selain itu penyemprotan pestisida dilakukan dengan konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit. Saat umur bibit sudah mencapai 20 hari, maka bibit sudah siap dipindahkan ke lahan untuk ditanam. 3.
Penanaman Bibit cabai merah keriting ditempatkan di tengah lubang tanam.
Selanjutnya dimasukkan dan ditimbun media tanam hingga padat. Hal ini bertujuan untuk membuat tanaman menjadi lebih kokoh. Waktu penanaman yang baik dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00–09.00 WIB atau sore hari setelah pukul 15.00 WIB. Setelah bibit ditanam, penyiraman dapat langsung
45
dilakukan. Tenaga kerja yang digunakan biasanya lima orang dalam waktu satu hari. 4.
Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan selama masa proses produksi cabai merah keriting
berlangsung. Kegiatan pemeliharaan tanaman cabai merah keriting meliputi pemasangan ajir, penyiraman, perempelan tunas dan bunga pertama, pemupukan susulan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemasangan ajir bertujuan untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh. Pemasangan ajir dilakukan saat umur cabai merah keriting mencapai empat minggu. Penyiraman dilakukan pada awal pertumbuhan saat cabai merah keriting menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Pada awal pertumbuhan, penyiraman dilakukan setiap hari, terutama pada musim kemarau, namun setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, penyiraman berikutnya dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca. Perempelan tunas dan bunga pertama dilakukan pada saat tanaman berumur tujuh hingga 20 hari untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah. Sepuluh hari setelah penanaman, dapat dilakukan pemupukan susulan pada tanaman cabai merah keriting. Pemupukan susulan dilakukan untuk menyuburkan tanaman agar tumbuh dengan baik. Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan daun dan tunas adalah pupuk dengan kadar Nitrogen yang tinggi, sedangkan pada saat pertumbuhan bunga dan buah digunakan pupuk daun yang memiliki kadar Phospor dan Kalium yang tinggi. Proses pemupukan dilakukan dengan teknik ‘kocoran’ larutan hasil campuran pupuk dengan air pada dosis tertentu. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan obat-obatan dan penyiangan gulma. Untuk menghadapi penyakit pada tanaman cabai merah keriting seperti serangan penyakit busuk buah, bercak daun, cendawan tepung dilakukan penyemprotan obat-obatan yang terdiri dari insektisida dan fungisida sebanyak dua minggu sekali. Jika serangan hama dan penyakit lebih banyak dari biasanya, maka penyemprotan dilakukan satu hingga dua kali dalam seminggu. Jenis obat-obatan yang biasa digunakan oleh petani
46
cabai merah keriting di Desa Citapen antara lain Furadan, Confidor, Curacron, Decis, Antracol, Supergro, Gandasil, dan obat sejenis lainnya. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma yang dapat mengambil makanan yang seharusnya hanya diserap oleh tanaman cabai merah keriting saja. Penyiangan dilakukan sebanyak dua hingga tiga kali dalam masa proses produksi cabai merah keriting. Tenaga kerja yang digunakan pada proses pemeliharan tanaman cabai merah keriting biasanya dilakukan sendiri dengan bantuan tiga hingga empat orang tenaga kerja. 5.
Panen dan Pasca Panen Panen cabai merah keriting dapat dimulai pada saat tanaman berumur
seratus hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dapat dilakukan selang enam hingga sepuluh hari sekali. Rata-rata cabai merah keriting dapat dipanen hingga 34 kali pemetikan. Produksi cabai merah keriting setiap panen hasilnya tidak selalu sama. Pada awal hingga panen ke-7, hasil panen belum optimal. Pada panen ke-8 akan menunjukkan kenaikan produksi hingga panen ke-12 yang akan mencapai produksi optimal. Kemudian jumlah produksi akan stabil hingga panen ke-20, dan akan menurun dengan lambat sampai habis masa produksinya. Panen biasanya dilakukan pada pagi hari dan tenaga kerja yang digunakan untuk memetik adalah tenaga kerja wanita. Setelah cabai merah keriting dipeti, dilakukan penyortiran dengan memisahkan cabai merah keriting yang busuk atau patek, kemudian cabai merah keriting yang sudah disortir dikemas ke dalam karung plastik berukuran 50 Kg.
47
VI. KARAKTERISTIK USAHATANI, PEDAGANG, LEMBAGA DAN SALURAN PEMASARAN, SERTA FUNGSI PEMASARAN CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN 6.1.
Deskripsi Peran Gapoktan Rukun Tani
Petani yang bergabung dengan Gapoktan pada awalnya mengeluarkan biaya untuk Simpanan Pokok sebesar Rp 50 000.00 serta membayar Simpanan Wajib sebesar Rp 5 000.00 per bulan. Petani yang telah bergabung dengan Gapoktan dapat menikmati peran yang diberikan oleh Gapoktan. Gapoktan berperan memberikan beberapa fasilitas bagi para anggota. Fasilitas yang paling dirasakan oleh petani anggota secara berturut-turut adalah informasi harga cabai merah keriting di tingkat petani yang transparan dan jelas. Petani diberi informasi mengenai harga jual yang sedang berlaku di Pasar Induk Kemang, Kota Bogor. Peran lainnya adalah pembayaran hasil panen cabai merah keriting yang lancar. Pembayaran yang dilakukan Gapoktan adalah secara tunai satu hari setelah cabai merah keriting dijual ke pasar. Adanya bantuan pinjaman modal usahatani juga merupakan salah satu peran yang diberikan Gapoktan bagi para anggotanya. Dalam pengembalian modal hasil peminjaman terhadap Gapoktan, petani anggota Gapoktan dikenakan tambahan biaya jasa sebesar 1.8 persen dari modal yang dipinjam, namun pada penelitian ini tidak ada petani yang meminjam modal kepada Gapoktan. Peran lainnya adalah Gapoktan selalu menyediakan fasilitas pengangkutan hasil panen, berupa mobil pick up, serta adanya kemudahan memperoleh input produksi dari Gapoktan. Petani dapat membeli input produksi tertentu di Gapoktan, seperti benih dan pupuk namun petani anggota lebih memilih membeli input di luar Gapoktan karena sistem pembayaran pembelian input di Gapoktan adalah dengan mengurangi jumlah pembayaran hasil panen petani yang akan dipasarkan oleh Gapoktan. Gapoktan juga memberikan keuntungan kepada anggotanya melalui pembagian dana Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar 50 persen dari total dana SHU yang dimiliki oleh Gapoktan. Dana SHU yang dibagikan pada setiap akhir tahun ini tidak memberikan manfaat bagi kegiatan usahatani anggota Gapoktan karena biasanya Gapoktan memberikannya dalam bentuk bingkisan sembako yang terdiri
48
dari beras, sirup, kue kering, dan sejumlah uang yang nominalnya tidak besar sehingga langsung digunakan petani untuk kebutuhan rumah tangganya.
6.2.
Karakteristik Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Karakteristik umum usahatani cabai merah keriting anggota dan non
anggota diklasifikasikan menurut umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan status penguasaan lahan. Karakteristik petani akan mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan aktivitas usahatani dan mempengaruhi pendapatan petani. Karakteristik pedagang yang membeli cabai merah keriting dari Desa Citapen diklasifikasikan menurut umur dan pengalaman berdagang pedagang. Karakteristik pedagang akan mempengaruhi keputusan pedagang dalam melakukan aktivitas berdagang dan keuntungan yang diterimanya. 6.2.1. Umur Petani Cabai Merah Keriting Menurut Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas), umur petani dapat diklasifikasikan berdasarkan umur produktif yang terbagi menjadi empat kelompok, di antaranya adalah usia muda (10 Tahun hingga 29 Tahun), usia dewasa (30 Tahun hingga 44 Tahun), usia tua (45 Tahun hingga 59 Tahun), dan usia lanjut (lebih dari 60 Tahun). Usia muda menandakan usia belum produktif, usia dewasa menandakan usia produktif, serta usia tua dan lanjut menandakan usia tidak produktif. Sebaran umur petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Petani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Kategori Umur
No
Umur Petani (Tahun)
Anggota Gapoktan
Non Anggota Gapoktan
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
1
10-29
0
0.00
0
0.00
2
30-44
6
75.00
8
72.73
3
45-59
1
12.50
2
18.18
4
≥ 59
1
12.50
1
9.09
8
100.00
11
100.00
Total Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa lebih dari 70 persen kelompok umur petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan didominasi oleh
49
petani pada kisaran umur 30 Tahun hingga 44 Tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berada pada usia produktif untuk bekerja, sehingga memungkinkan petani untuk terus meningkatkan produktivitas dan produksi outputnya. 6.2.2. Pengalaman Bertani Cabai Merah Keriting Pengalaman bertani petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan disajikan pada Tabel 10. Pengalaman bertani petani cabai merah keriting anggota Gapoktan mayoritas berada pada skala 6 Tahun hingga 10 Tahun dan 11 Tahun hingga 15 Tahun dengan persentase yang sama yaitu sebesar 37.5 persen. Sementara pengalaman bertani petani cabai merah keriting non anggota Gapoktan mayoritas berada pada skala 6 Tahun hingga 10 Tahun sebesar 45.45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani anggota maupun non anggota Gapoktan memiliki pengalaman yang relatif lama. Pengalaman yang lebih lama akan membantu petani melakukan usahatani yang lebih baik, sehingga produksi meningkat. Tabel 10. Sebaran Petani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Pengalaman Bertani Cabai Merah Keriting No
Pengalaman Bertani Cabai Merah Keriting (Tahun)
≤5 6-10 11-15 ≥ 16 Total Sumber: Data Primer, 2014 1 2 3 4
Anggota Gapoktan Jumlah (Orang) 0 3 3 2 8
Persentase (%) 0.00 37.50 37.50 25.00 100.00
Non Anggota Gapoktan Jumlah (Orang) 2 5 4 0 11
Persentase (%) 18.18 45.45 36.36 0.00 100.00
6.2.3. Luas Lahan Usahatani Cabai Merah Keriting Luas lahan usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen tersebar ke dalam tiga strata luas lahan yaitu luas lahan yang kurang dari 0.3 Ha, luas lahan antara 0.3 Ha hingga 0.6 Ha, dan luas lahan yang lebih dari 0.6 Ha. Sebaran usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen tahun 2014 berdasarkan luas lahan disajikan pada Tabel 11. Luas lahan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan lebih banyak pada skala kurang dari 0.3 Ha dan skala 0.3 Ha hingga 0.6 Ha, sementara luas lahan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih banyak berada
50
pada skala 0.3 Ha hingga 0.6 Ha dan skala lebih dari 0.6 Ha. Hal ini berarti bahwa luas lahan usahatani non anggota Gapoktan lebih besar dibandingkan anggota Gapoktan. Petani dengan lahan sempit akan berdampak pada produksi yang rendah, sehingga pendapatan yang diterima petani rendah. Tabel 11. Sebaran Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Luas Lahan Anggota Gapoktan No
Luas Lahan (Ha)
1 2 3
< 0.3 0.3-0.6 > 0.6 Total Sumber: Data Primer, 2014
Jumlah (Orang) 3 3 2 8
Persentase (%) 37.50 37.50 25.00 100.00
Non Anggota Gapoktan Jumlah (Orang) 3 4 4 11
Persentase (%) 27.27 36.36 36.36 100.00
6.2.4. Status Penguasaan Lahan Status penguasaan lahan usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen terdiri dari penggarap pemilik dan penggarap penyewa. Sebaran usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen tahun 2014 berdasarkan status penguasaan lahan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Anggota Gapoktan No 1 2
Status Penguasaan Lahan
Milik Sendiri Sewa Total Sumber: Data Primer, 2014
Jumlah (Orang) 2 6 8
Persentase (%) 25.00 75.00 100.00
Non Anggota Gapoktan Jumlah (Orang) 3 8 11
Persentase (%) 27.27 72.73 100.00
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa lebih dari 70 persen petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan memiliki status sebagai penyewa dalam penguasaan lahannya. Petani dengan status penguasaan lahan sewa mengindikasikan bahwa biaya usahatani cabai merah keriting masih tinggi karena petani harus mengeluarkan biaya sewa lahan. Petani juga harus bisa memanfaatkan lahan sebaik-baiknya dalam batas waktu penyewaan lahan.
51
6.2.5. Pola Tanam Usahatani Cabai Merah Keriting Pola tanam usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen terdiri dari pola tanam monokultur dan tumpangsari. sebaran usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen tahun 2014 berdasarkan pola tanam disajikan pada Tabel 13. Pola tanam mayoritas usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan adalah monokultur dengan persentase masing-masing sebesar 75.00 persen dan 90.91 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih memiliki keterbatasan modal sehingga lebih memilih pola tanam monokultur karena tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk produksi tanaman lainnya. Tabel 13. Sebaran Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Tahun 2014 Berdasarkan Pola Tanam Anggota Gapoktan No
Non Anggota Gapoktan
Pola Tanam Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
1
Monokultur
6
75.00
10
90.91
2
Tumpangsari
2
25.00
1
9.09
Total Sumber: Data Primer, 2014
8
100.00
11
100.00
6.2.6. Input Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting Input produksi yang digunakan dalam usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan disajikan pada Tabel 14. Input yang digunakan di antaranya adalah benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Pupuk yang digunakan dalam usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen terdiri dari pupuk kandang, pupuk TSP, pupuk KCL, pupuk ZA, pupuk NPK, pupuk Mutiara, pupuk Urea, dan pupuk Petroganik. Obat-obatan yang digunakan dalam usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen terdiri dari Gandasil Daun, Gandasil Buah, Supergro Daun, Supergro Buah, Atonik, Auksin, Nutrisi Kalsium, Furadan, Confidor, Agrimec, Lannate, Dithanne, Winder, Curacron, Antrakol, Decis, dan Pelengket Agristik. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). TKLK dan TKDK yang digunakan masing-masing terdiri dari TKLK Laki-laki, TKLK Perempuan, TKDK Laki-laki, dan TKDK Perempuan. Input lainnya yang digunakan adalah Polybag dan Tali Rafia.
52
Tabel 14. Penggunaan Rata-rata Input Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 No
Uraian
1
Benih (Kg)
2
Pupuk Kandang (Kg)
3
Pupuk TSP (Kg)
4
Pupuk KCL (Kg)
5
Anggota Gapoktan
Non Anggota Gapoktan
0.10
0.11
6672.62
5557.58
135.12
88.64
59.38
33.48
Pupuk ZA (Kg)
258.94
278.03
6
Pupuk NPK (Kg)
420.41
494.09
7
Pupuk Mutiara (Kg)
8.13
85.00
8
Pupuk Urea (Kg)
77.39
9.09
9
Pupuk Petroganik (Kg)
250.00
0.00
10
Kapur (Kg)
976.37
804.55
11
Gandasil Daun (Kg)
1.28
1.68
12
Gandasil Buah (Kg)
1.78
1.82
13
Supergro Daun (L)
1.63
1.55
14
Supergro Buah (L)
2.84
0.82
15
Atonik (L)
1.53
2.70
16
Auksin (L)
0.00
0.12
17
Nutrisi Kalsium (Kg)
0.00
0.91
18
Furadan (Kg)
5.27
6.00
19
Confidor (L)
0.10
0.16
20
Agrimec (L)
0.52
0.65
21
Lannate (Kg)
1.67
0.84
22
Dithanne (Kg)
4.30
10.00
23
Winder (L)
0.88
1.32
24
Curacron (L)
1.10
0.05
25
Antrakol (Kg)
2.17
5.14
26
Decis (L)
0.53
2.85
27
Pelengket Agristik (L)
2.89
6.82
28
Polybag (Kg)
18.72
10.52
29
Tali Rafia (Roll)
4.95
10.15
30
TKLK Laki-laki (HOK)
378.22
286.14
31
TKLK Perempuan (HOK)
390.63
436.56
32
TKDK Laki-laki (HOK)
149.62
155.26
21.12
19.56
33 TKDK Perempuan (HOK) Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa penggunaan input pada masingmasing strata berbeda. Sebagian besar input yang digunakan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih banyak dibandingkan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan. Penggunaan input produksi yang lebih banyak
53
pada usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan akan berpengaruh terhadap biaya, jumlah produksi, dan pendapatan usahatani. 6.2.7. Output Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting Rata-rata output usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan disajikan pada Tabel 15. Rata-rata output dan rata-rata harga cabai merah keriting pada usahatani non anggota Gapoktan lebih tinggi dibandingkan anggota Gapoktan. Harga output dan jumlah output yang dihasilkan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Harga dan jumlah output yang dihasilkan petani non anggota Gapoktan lebih tinggi sehingga penerimaannya meningkat. Tabel 15. Rata-rata Output Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 Uraian
Anggota
Output (Kg) Harga Output (Rp/Kg) Sumber: Data Primer, 2014
Non Anggota
5705.95
6651.52
14340.48
16848.48
6.2.8. Sumber Input Produksi Petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan di lokasi penelitian mendapatkan input produksi dari berbagai sumber diantaranya adalah Gapoktan, pedagang grosir, dan toko. Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa sebesar 25.00 persen petani cabai merah keriting anggota Gapoktan mendapatkan input produksi dari Gapoktan. Sebesar 75.00 persen sisanya mendapatkan input produksi hasil membeli dari toko. Petani. Sebesar 9.09 persen petani cabai merah keriting non anggota Gapoktan mendapatkan input produksi dari pedagang grosir. Sebesar 90.91 persen sisanya mendapatkan input produksi hasil membeli dari toko. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih memilih membeli input produksi di toko karena lebih mudah untuk mendapatkannya. Tabel 16.
Sebaran Petani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Sumber Input Produksi Tahun 2014
Sumber Input
Anggota Jumlah (Orang)
Non Anggota
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Gapoktan
2
25.00
0
0.00
Pedagang Grosir
0
0.00
1
9.09
Toko
6
75.00
10
90.91
8
100.00
11
100.00
Total Sumber: Data Primer, 2014
54
6.2.9. Penjualan Hasil Panen Petani cabai merah keriting di Desa Citapen memiliki dua sumber tujuan penjualan cabai merah keriting, yaitu Gapoktan dan pedagang grosir di Desa Citapen. Seluruh petani anggota Gapoktan menjual outputnya kepada Gapoktan. Sebesar 90.91 persen petani non anggota Gapoktan menjual outputnya kepada pedagang grosir, sedangkan sebebesar 9.09 persen sisanya menjual langsung ke pedagang pengecer. Hal ini mengindikasikan bahwa Gapoktan dan pedagang grosir membantu petani dalam penjualan hasil output. Sebaran petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berdasarkan tujuan penjualan hasil panen disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Sebaran Petani Cabai Merah Keiritng Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 Berdasarkan Tujuan Penjualan Hasil Panen Sumber Input
Anggota Jumlah (Orang)
Non Anggota
Persentase (%)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Gapoktan
8
100.00
0
0.00
Pedagang Grosir
0
0.00
10
90.91
Pedagang Pengecer
0
0.00
1
9.09
8
100.00
11
100.00
Total Sumber: Data Primer, 2014
6.3.
Karakteristik Pedagang Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Pedagang cabai merah keriting yang terlibat dalam penelitian ini terdiri
dari satu Gapoktan, dua orang pedagang grosir, delapan orang pedagang pengecer Bogor, dan empat orang pedagang pengecer Jakarta. Gapoktan merupakan lembaga yang membeli cabai merah keriting dari petani. Sedangkan pedagang grosir dan pedagang pengecer umumnya berada di luar Kecamatan Ciawi. Dari setiap lembaga pemasaran memiliki berbagai karakter yang berpengaruh terhadap kinerja dan usaha yang dilakukan dalam menjalankan usahanya, di antaranya adalah umur pedagang dan pengalaman berdagang. 6.3.1. Umur Pedagang Umur pedagang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya kinerja berdagang. Rata-rata umur pedagang cabai merah keriting baik anggota maupun non anggota Gapoktan menyebar pada skala umur tiga puluh satu Tahun hingga lima puluh Tahun. Umur pedagang pada skala ini tergolong
55
produktif sehingga kinerja berdagang baik. Pedagang pada skala umur lebih dari lima puluh Tahun hanya menjalankan proses pembelian di pasar induk, untuk penjualannya diserahkan kepada tenaga kerja yang dipekerjakannya. Sebaran petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berdasarkan tujuan penjualan hasil panen disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Pedagang Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 Berdasarkan Umur Anggota Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 21-30 0 0.00 31-40 2 25.00 41-50 4 50.00 > 50 2 25.00 Total 8 100.00 Sumber: Data Primer, 2014
Non Anggota Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 14.29 3 42.86 3 42.86 0 0.00 7 100.00
6.3.2. Pengalaman Berdagang Pengalaman berdagang dapat mempengaruhi cara dan keahlian berdagang cabai merah keriting, misalnya dalam menentukan volume penjualan, kerjasama dengan dengan petani dan antar pedagang serta kecepatan memperoleh informasi pasar. Sebaran pedagang cabai merah keriting anggota dan non anggota gapoktan berdasarkan pengalaman berdagang disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Sebaran Pedagang Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 Berdasarkan Pengalaman Berdagang Anggota Pengalaman Berdagang (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 6-10 2 22.22 11-15 3 33.33 > 15 4 44.44 Total 8 100.00 Sumber: Data Primer, 2014
Non Anggota Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 14.29 3 42.86 3 42.86 7 100.00
Pengalaman berdagang pedagang cabai merah keriting baik yang membeli cabai merah keriting dari petani anggota maupun petani non anggota Gapoktan dapat dikatakan sudah cukup berpengalaman. Jumlah pedagang cabai merah keriting yang membeli dari petani anggota Gapoktan paling banyak memiliki pengalaman berdagang lebih dari lima belas Tahun. Jumlah pedagang cabai merah keriting yang membeli dari petani non anggota Gapoktan paling banyak memiliki pengalaman berdagang sebelas Tahun hingga lebih dari lima belas Tahun. Pedagang dengan waktu pengalaman panjang pada umumnya sudah memiliki pembeli tetap (langganan) yang membeli cabai merah keriting setiap harinya.
56
6.4.
Lembaga dan Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan
6.4.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan adalah (1) petani anggota Gapoktan sebagai produsen cabai merah keriting, (2) Gapoktan berperan sebagai pedagang grosir 1 yang memasarkan cabai merah keriting dari petani di Pasar Induk Kemang, Kota Bogor, (3) pedagang grosir 2 sebagai lembaga yang memasarkan cabai merah keriting dari Pasar Induk Kemang Kota Bogor ke pedagang pengecer Jakarta, (4) pedagang pengecer Bogor sebagai lembaga yang memasarkan cabai merah keriting ke konsumen Bogor, (5) pedagang pengecer Jakarta sebagai lembaga yang memasarkan cabai merah keriting ke konsumen Jakarta. Terdapat tiga saluran pemasaran cabai merah keriting yang terbentuk dari usahatani anggota Gapoktan, yaitu: 1.
Saluran Pemasaran 1
: Petani Gapoktan Pedagang Pengecer Bogor
2.
Saluran Pemasaran 2
: Petani Gapoktan Pedagang Pengecer Jakarta
3.
Saluran Pemasaran 3
: Petani Gapoktan Pedagang Grosir 2 Pedagang Pengecer Jakarta
Saluran pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan secara rinci disajikan pada Gambar 3. Ketiga saluran pemasaran tersebut adalah: Saluran 1 Pedagang Pengecer Bogor Saluran 2 Petani 48 750 Kg (100%)
Gapoktan (Pedagang Grosir 1) Saluran 3
Pedagang Pengecer Jakarta
Pedagang Grosir 2
Gambar 3. Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen Tahun 2014
57
1.
Saluran Pemasaran 1 Pada saluran pemasaran 1, 2, dan 3, seluruh petani cabai merah keriting
anggota Gapoktan sebanyak delapan orang menjual cabai merah keriting langsung kepada Gapoktan dengan harga rata-rata Rp 4 000 per Kg dan pangsa pemasaran 100 persen. Gapoktan mengangkut cabai merah keriting yang dijual petani menggunakaan mobil pick up. Selanjutnya Gapoktan melakukan penimbangan dan pengemasan ulang. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karung plastik. Gapoktan kemudian membawa cabai merah keriting beserta sayuran lainnya ke Pasar Induk Kemang, Kota Bogor untuk dijual. Pada saluran 1, Gapoktan menjual cabai merah keriting kepada dua orang pedagang pengecer Bogor dengan harga rata-rata Rp 5 000 per Kg. Pedagang pengecer Bogor menjual cabai merah keriting kepada konsumen akhir dengan harga rata-rata Rp 9 000 per Kg. 2.
Saluran Pemasaran 2 Sama seperti saluran 1, sebanyak delapan orang petani dari saluran 1, 2,
dan 3 menjual cabai merah keritingnya langsung kepada Gapoktan dengan harga rata-rata Rp 4 000 per Kg. Hal yang sama dilakukan petani dan Gapoktan seperti pada saluran 1, namun pada saluran 2 Gapoktan tidak menjual cabai merah keriting kepada pedagang pengecer Bogor, melainkan kepada dua orang pedagang pengecer Jakarta dengan harga rata-rata Rp 5 000 per Kg. Pedagang pengecer Jakarta menjual cabai merah keriting kepada konsumen akhir Jakarta dengan harga rata-rata Rp 10 500 per Kg. 3.
Saluran Pemasaran 3 Saluran 3 merupakan saluran terpanjang dilihat dari jumlah pelaku
pemasaran yang terlibat pada pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan. Pada saluran 3, setelah Gapoktan membeli cabai merah keriting dari petani anggota Gapoktan dengan harga rata-rata Rp 4 000 per Kg, kemudian Gapoktan menjual kepada satu orang pedagang grosir Jakarta dengan harga rata-rata Rp 5 000 per Kg. Kemudian pedagang grosir Jakarta menjual cabai merah keritingnya kepada dua orang pedagang pengecer Jakarta yang salah satunya merupakan pemilik warung sayuran dengan harga rata-rata Rp 9 000 per Kg. Pedagang pengecer Jakarta kemudian menjual dengan harga rata-rata Rp 14 000 per Kg.
58
6.4.2. Lembaga dan Saluran Pemasaran Usahatani Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan adalah (1) petani non anggota Gapoktan sebagai produsen cabai merah keriting, (2) pedagang grosir sebagai lembaga yang memasarkan cabai merah keriting dari petani di Pasar Induk Kemang Kota Bogor, (3) pedagang pengecer Bogor sebagai lembaga yang memasarkan cabai merah keriting ke konsumen Bogor. Saluran pemasaran cabai merah keriting yang terbentuk dari usahatani non anggota Gapoktan sebanyak dua pola saluran pemasaran, yaitu: 1.
Saluran Pemasaran 1
: Petani
Pedagang
Grosir
Pedagang
Pengecer Bogor 2.
Saluran Pemasaran 2
: Petani Pedagang Pengecer Bogor
Saluran pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan disajikan pada Gambar 4. Kedua saluran pemasaran tersebut adalah:
Petani 47 800 Kg (100%)
Saluran 1 43 800 Kg (91.63 %) Pedagang Grosir
Pedagang Pengecer Bogor
Saluran 2 4 000 Kg (8.37 %)
Gambar 4. Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen 2013 1.
Saluran Pemasaran 1 Pada saluran pemasaran 1, terdapat sepuluh orang petani yang menjual
cabai merah keriting kepada satu orang pedagang grosir di Desa Citapen dengan harga Rp 3 000 per Kg dan pangsa pemasaran 91.63 persen. Pedagang grosir mengangkut cabai merah keriting yang dijual petani langsung dari lahan. Pedagang grosir kemudian langsung membawa cabai merah keriting ke pasar induk untuk kemudian dijual kepada lima pedagang pengecer Bogor dengan harga rata-rata Rp 5 000 per Kg. Pedagang pengecer Bogor menjual kepada konsumen akhir dengan harga rata-rata Rp 7 800 per Kg.
59
2.
Saluran Pemasaran 2 Saluran 2 merupakan saluran terpendek dilihat dari jumlah pelaku
pemasaran yang terlibat pada pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan. Saluran 2 terdiri dari satu orang petani. Kemudian petani langsung menjual cabai merah keriting kepada pedagang satu orang pedagang pengecer di Pasar Bogor dengan harga Rp 8 000 per Kg dan pangsa pemasaran 8.37 persen. Petani melakukan pengangkutan sendiri ke Pasar Bogor untuk dapat langsung menjual kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer menjual kepada konsumen akhir dengan harga Rp 12 000 per Kg.
6.5.
Fungsi Lembaga Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran cabai merah
keriting anggota dan non anggota Gapoktan hampir sama. Perbedaan yang terjadi hanya pada fungsi pemasaran di tingkat petani. Fungsi pemasaran cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Fungsi pemasaran cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan dijelaskan ke dalam beberapa tingkat lembaga pemasaran, yaitu fungsi pemasaran di tingkat petani, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. 6.5.1. Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani Petani anggota dan non anggota Gapoktan pada umumnya melakukan fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan kepada Gapoktan dan pedagang grosir. Selain fungsi pertukaran, petani juga melakukan fungsi fisik yaitu fungsi pengemasan. Pengemasan cabai merah keriting menggunakan karung plastik. Setiap karung berisi 50 kg cabai merah keriting. Fungsi fasilitas yang dilakukan petani yaitu fungsi sortasi, fungsi pembiayaan, dan informasi pasar. Fungsi sortasi dilakukan oleh petani dan tenaga kerjanya langsung di lahan panen. Pada saat cabai merah keriting hasil panen telah terkumpul, petani akan memisahkan cabai merah keriting yang kualitasnya rendah seperti busuk, patek, dan sebagainya. Cabai merah keriting berkualitas rendah tidak dijual melainkan digunakan untuk konsumsi sehari-hari maupun dibagikan kepada tenaga kerja dan tetangga.
60
Fungsi pembiayaan dilakukan petani dalam membayar upah bagi para pekerja yang melakukan pemanenan sekaligus penyortiran cabai merah keriting. Fungsi informasi pasar dilakukan petani dengan mengecek langsung harga cabai merah keriting di pasar atau cukup dengan menerima informasi dari Gapoktan dan pedagang grosir yang telah membeli cabai merah keriting dari petani. Fungsi pengangkutan, fungsi penanggungan risiko hanya dilakukan oleh satu petani non anggota Gapoktan pada saluran 2. Petani non Gapoktan pada saluran 2 ini mengangkut sendiri cabai merah keriting hasil panennya ke pedagang pengecer di Pasar Bogor dengan menggunakan sepeda motor. Petani menanggung risiko harga akibat dari pengangkutan langsung tersbut sehingga petani dapat meningkatkan harga jualnya. 6.5.2. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Grosir Pedagang grosir yang terlibat dalam saluran pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan terdiri dari dua macam yaitu Gapoktan (pedagang grosir 1) dan pedagang grosir 2. Sedangkan dalam saluran pemasaran non anggota Gapoktan hanya ada satu pedagang grosir yang terlibat. Pedagang grosir baik dalam saluran pemasaran anggota maupun non anggota Gapoktan umumnya melakukan fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang grosir dalam hal ini Gapoktan dan pedagang grosir dalam saluran pemasaran non anggota Gapoktan membeli cabai merah keriting hasil panen petani di Desa Citapen kemudian dijual di Pasar Induk Kemang, Kota Bogor. Pedagang grosir 2 dalam saluran pemasaran anggota Gapoktan melakukan fungsi pembelian cabai merah keriting di Pasar Induk Kemang, untuk kemudian menjualnya ke pedagang pengecer Jakarta. Gapoktan, pedagang grosir 2, dan pedagang grosir non anggota Gapoktan juga melakukan fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi pengemasan. Fungsi pengangkutan dilakukan oleh Gapoktan dengan cara mendatangi kebun petani cabai merah keriting yang sedang panen ke tempat Gapoktan untuk kemudian ditimbang. Setelah selesai dilakukan penimbangan cabai merah keriting diangkut ke pasar. Fungsi pengemasan dilakukan pedagang grosir dengan cara mengemas ulang cabai merah keriting yang dibeli dari petani dengan karung plastik. Fungsi fasilitas berupa fungsi sortasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Fungsi
61
penanggungan risiko dilakukan dengan cara menambahkan beban biaya penyusutan cabai merah keriting ke dalam harga jual. Fungsi pembiayaan dilakukan pedagang grosir meliputi biaya sewa kios, biaya tenaga kerja, biaya bongkar muat, iuran listrik, dan retribusi. Fungsi informasi harga dilakukan pedagang grosir dengan cara menjalin komunikasi dengan petani dan antar pedagang. Biaya yang dikeluarkan berupa biaya pulsa. 6.5.3. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer Pedagang pengecer juga melakukan fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang pengecer baik Bogor maupun Jakarta membeli cabai keriting dari Pasar Induk Kemang kemudian menjualnya di pasar lokal daerah masing-masing. Pedagang pengecer melakukan fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi pengemasan. Fungsi pengangkutan dilakukan mulai dari kios tempat membeli cabai merah keriting menuju tempat parkir dengan menggunakan jasa kuli angkut di pasar (muat), kemudian pengangkutan dilanjutkan menggunakan mobil pick up menuju pasar lokal. Di pasar lokal dilakukan pengangkutan dari mobil pick up menuju kios pedagang pengecer (bongkar). Fungsi pengemasan dilakukan dengan plastik kresek. Pedagang grosir dan pedagang pengecer juga melakukan fungsi fasilitas berupa fungsi sortasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.
62
63
VII. EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN 7.1.
Marjin Pemasaran
Komponen dari pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran dalam hal ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam memasarkan cabai merah keriting dari Desa Citapen hingga ke pedagang pengecer. Biaya pemasaran tersebut meliputi biaya tenaga kerja (untuk pemanenan, sortasi dan grading, pengemasan dan pengangkutan), penyusutan, transportasi, komunikasi, restribusi pasar, dan biaya sewa kios. Keuntungan pemasaran merupakan selisih antara harga jual dikurangi dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat. 7.1.1. Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Harga jual cabai merah keriting petani anggota Gapoktan di Desa Citapen sama untuk setiap saluran pemasaran. Hal ini terjadi karena sumber informasi dan kesepakatan harga yang didapat petani adalah sama, yaitu berasal dari Gapoktan. Selain itu persamaan harga jual juga terjadi karena fungsi-fungsi pemasaran yang dijalankan oleh petani angggota Gapoktan sama. Seluruh kegiatan panen dan pasca panen cabai merah keriting dilakukan oleh petani pada pola saluran 1 sampai dengan 3, sehingga petani harus mengeluarkan biaya untuk melakukan fungsi pemasaran tersebut. Tabel 20 menunjukkan bahwa saluran 1 memiliki total marjin pemasaran terendah sebesar Rp 5 000.00 per Kg. Total marjin terkecil diperoleh karena saluran 1 memiliki biaya pemasaran rendah sebesar Rp 2 237.74 per Kg. Hal ini terjadi karena tujuan pemasaran cabai merah keriting saluran 1 adalah untuk wilayah Bogor sehingga biaya transportasi sebagai salah satu komponen biaya pemasaran yang dikeluarkan kecil. Marjin rata-rata tiap lembaga pemasaran pada saluran 1 adalah Rp 2 500 per Kg. Marjin pemasaran terbesar pada saluran ini terdapat pada lembaga pedagang pengecer Bogor sebesar Rp 4 000 per Kg. Hal ini terjadi karena pedagang pengecer menanggung biaya sewa kios, biaya penyusutan produk, dan biaya bongkar muat yang tinggi.
64
Petani a. Biaya Pemasaran
64
Tabel 20. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Petani Anggota Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen Bulan Mei 2014 Saluran 1
Persentase
Saluran 2
Persentase
Saluran 3
Persentase
(Rp/Kg)
(%)
(Rp/Kg)
(%)
(Rp/Kg)
(%)
917.84
10.20
917.84
8.74
917.84
6.56
b. Harga Jual
4 000.00
44.44
4 000.00
38.10
4 000.00
28.57
Gapoktan a. Harga Beli
4 000.00
44.44
4 000.00
38.10
4 000.00
28.57
b. Biaya Pemasaran
664.90
7.39
664.90
6.33
664.90
4.75
c. Keuntungan
335.10
3.72
335.10
3.19
335.10
2.39
d. Marjin
1 000.00
11.11
1 000.00
9.52
1 000.00
7.14
e. Harga jual
5 000.00
55.56
5 000.00
47.62
5 000.00
35.71
Pedagang Grosir a. Harga Beli
-
-
-
-
5 000.00
35.71
b. Biaya Pemasaran
-
-
-
-
758.81
5.42
c. Keuntungan
-
-
-
-
4 241.19
30.29
d. Marjin
-
-
-
-
5 000.00
35.71
e. Harga jual
-
-
-
-
9 000.00
64.29
5 000.00
55.56
5 000.00
47.62
9 000.00
64.29
655.00
7.28
579.00
5.51
132.23
0.94
c. Keuntungan
3 345.00
37.17
4 921.00
46.87
4 867.77
34.77
d. Marjin
4 000.00
44.44
5 500.00
52.38
5 000.00
35.71
e. Harga jual
9 000.00
100.00
10 500.00
100.00
14 000.00
100.00
Total Biaya Pemasaran
2 237.74
24.86
2 161.74
20.59
2 473.78
17.67
Total Keuntungan
2 762.26
30.69
4 338.26
41.32
7 536.22
53.76
Total Marjin Pemasaran
5 000.00
55.56
6 500.00
61.90
10 000.00
71.43
Marjin Rata-rata
2 500.00
Pedagang Pengecer (Bogor/Jakarta) a. Harga Beli b. Biaya Pemasaran
3 250.00
3 333.33
65
Total marjin pemasaran saluran 2 sebesar Rp 6 500 per Kg. Total biaya yang dikeluarkan untuk saluran 2 adalah sebesar Rp 2 161.74 per Kg. Marjin pemasaran tertinggi pada saluran ini terdapat pada lembaga pedagang pengecer Jakarta sebesar Rp 5 500 per Kg. Hal ini terjadi karena pedagang pengecer menanggung biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan yang tinggi. Saluran 3 memiliki total marjin Rp 10 000.00 per Kg yang merupakan nilai total marjin tertinggi dari ketiga pola saluran pemasaran cabai merah keriting usahatani anggota Gapoktan. Total marjin tertinggi diperoleh karena saluran 3 melibatkan lebih banyak lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran dibandingkan saluran 1 dan 2 sehingga memiliki biaya pemasaran yang tinggi Rp 2 473.78 per Kg. Selain itu daerah tujuan pemasaran saluran ini jauh dari lokasi produksi cabai merah keriting. Marjin rata-rata tiap lembaga pemasaran pada saluran 3 adalah Rp 3 333.33 per Kg. Marjin pemasaran cabai merah keriting tertinggi pada saluran ini terdapat pada pedagang grosir dan pedagang pengecer Jakarta sebesar Rp 5 000.00 per Kg. Perbedaan biaya pemasaran pada saluran 1, 2, dan 3 ini adalah perbedaan biaya pemasaran pada tingkat pedagang grosir dan pedagang pengecer. Hal ini dikarenakan masing-masing daerah pemasaran cabai merah keriting pada ketiga saluran ini memiliki biaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya sewa kios, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bongkar muat, biaya retribusi, biaya listrik, dan biaya komunikasi yang berbeda-beda. 7.1.2. Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan Terdapat dua saluran pemasaran pada usahatani non anggota Gapoktan yang seluruhnya berakhir pada lembaga pedagang pengecer. Saluran 1 memiliki total marjin tertinggi dari kedua pola saluran pemasaran cabai merah keriting usahatani non anggota Gapoktan sebesar Rp 4 800.00 per Kg. Total marjin tertinggi diperoleh karena saluran 1 melibatkan lebih banyak lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran dibandingkan saluran 2 sehingga memiliki biaya pemasaran tinggi sebesar Rp 1 554.70 per Kg. Marjin rata-rata tiap lembaga pemasaran pada saluran 1 adalah Rp 2 400.00 per Kg. Marjin pemasaran tertinggi pada saluran ini terdapat pada lembaga pedagang pengecer Bogor sebesar Rp 2 800.00 per Kg.
66
Saluran 2 memiliki total marjin pemasaran terendah sebesar Rp 4 000.00 per Kg. Total marjin terendah diperoleh karena harga jual cabai merah keriting di tingkat petani pada saluran 2 lebih tinggi, selain itu petani langsung menjual produknya kepada pedagang pengecer Bogor sehingga lembaga pemasaran yang terlibat menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan saluran 1 dan mengakibatkan biaya pemasaran saluran ini rendah sebesar Rp 1 422.83 per Kg. Marjin rata-rata tiap lembaga pemasaran pada saluran 1 adalah Rp 4 000.00 per Kg. Marjin pemasaran tertinggi pada saluran ini terdapat pada lembaga pedagang pengecer Bogor sebesar Rp 4 000 per Kg. Perbedaan biaya pemasaran pada saluran 1, dan 2 ini adalah perbedaan biaya pemasaran pada tingkat petani, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Hal ini dikarenakan masing-masing daerah pemasaran cabai merah keriting pada ketiga saluran ini memiliki biaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya sewa kios, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bongkar muat, biaya retribusi, biaya listrik,
dan biaya komunikasi yang berbeda-beda. Hasil dari analisis marjin
pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Merah Keriting Petani Non Anggota Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen Bulan Mei 2014 Uraian Petani a. Biaya Pemasaran
Saluran 1 (Rp/Kg)
Persentase (%)
Saluran 2 (Rp/Kg)
Persentase (%)
594.15
7.62
1 217.14
10.14
b. Harga Jual
3 000.00
38.46
8 000.00
66.67
Pedagang Grosir a. Harga Beli
3 000.00
38.46
-
-
327.73
4.20
-
-
c. Keuntungan
1 672.27
21.44
-
-
d. Marjin
2 000.00
25.64
-
-
e. Harga jual
5 000.00
64.10
-
-
Pedagang Pengecer Bogor a. Harga Beli
5 000.00
64.10
8 000.00
66.67
632.82
8.11
205.69
1.71
c. Keuntungan
2 167.18
27.78
3 794.31
31.62
d. Marjin
2 800.00
35.90
4 000.00
33.33
e. Harga jual Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Marjin Pemasaran Marjin Rata-rata
7 800.00 1 554.70 3 245.30 4 800.00 2 400.00
100.00 19.93 41.61 61.54
12 000.00 1 422.83 2 577.17 4 000.00 4 000.00
100.00 11.86 21.48 33.33
b. Biaya Pemasaran
b. Biaya Pemasaran
67
7.2.
Farmer’s Share
Farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani cabai merah keriting di Desa Citapen dengan harga yang dibayar konsumen. Farmer’s share dinyatakan dalam persentase. 7.2.1. Farmer’s Share Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan saluran 1 memiliki farmer’s share tertinggi yaitu 44.44 persen, artinya bagian yang diterima petani cabai merah anggota Gapoktan pada saluran 1 adalah sebesar 44.44 persen dari harga yang dibayar konsumen. Tingginya nilai farmer’s share pada saluran ini karena perbedaan harga cabai merah keriting di tingkat petani dan konsumen paling rendah dibandingkan saluran 2 dan 3 yaitu Rp 5 000.00 per Kg, selain itu karena lembaga pemasaran yang dilalui lebih sedikit dibandingkan saluran 2 dan 3 dan daerah tujuan pemasaran cabai merah keriting yang dekat dengan lokasi produksi sehingga harga beli konsumen tidak begitu tinggi. Petani menjual produk kepada Gapoktan, kemudian Gapoktan memasarkannya ke pedagang pengecer Bogor. Sedangkan persentase farmer’s share saluran 2 dan 3 masing-masing adalah 38.10 persen dan 28.57 persen, artinya bagian yang diterima petani cabai merah non anggota Gapoktan pada saluran 2 dan 3 masing-masing adalah sebesar 38.10 persen dan 28.57 persen dari harga yang dibayar konsumen. Nilai farmer’s share terendah terdapat pada saluran 3 karena perbedaan harga cabai merah keriting di tingkat petani dan konsumen paling tinggi yaitu sebesar Rp 10 000.00 per Kg. Harga jual yang tinggi dikarenakan pada saluran 3 terdapat pedagang pengecer yang merupakan pemilik usaha warung sayuran di lingkungan perumahan warga yang pada umumnya membeli cabai merah keriting dalam jumlah sedikit. Sehingga pemilik warung mendapatkan keuntungan yang tinggi dari harga jual ecerannya. Hasil analisis farmer’s share disajikan pada Tabel 22. Tabel 22.
Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan
Saluran Pemasaran
Harga di tingkat petani (Rp/Kg)
Harga di tingkat konsumen (Rp/Kg)
Farmer's Share (%)
Saluran 1
4 000.00
9 000.00
44.44
Saluran 2
4 000.00
10 500.00
38.10
Saluran 3
4 000.00
14 000.00
28.57
68
7.2.2. Farmer’s Share Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan Saluran 1 pada pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan memiliki nilai farmer’s share lebih rendah dibandingkan saluran 2. Nilai farmer’s share saluran 1 adalah 38.46 persen, artinya bagian yang diterima petani cabai merah non anggota Gapoktan pada saluran 1 adalah sebesar 38.46 persen dari harga yang dibayar konsumen. Saluran 2 pada pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan memiliki farmer’s share tertinggi yaitu 66.67 persen, artinya bagian yang diterima petani cabai merah non anggota Gapoktan pada saluran 2 adalah sebesar 66.67 persen dari harga yang dibayar konsumen. Nilai farmer’s share yang tinggi karena perbedaan harga cabai merah keriting di tingkat petani dan konsumen paling rendah dibandingkan saluran 1 yaitu Rp 4 000.00 per Kg, selain itu karena lembaga pemasaran yang dilalui lebih sedikit dibandingkan saluran 1. Petani menjual produk langsung ke pedagang pengecer Bogor. Biaya pemasaran ditanggung sendiri oleh petani namun keuntungan pun diperoleh langsung oleh petani. Hasil analisis farmer’s share disajikan pada Tabel 23. Tabel 23.
Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan
Saluran Pemasaran
Harga di tingkat petani (Rp/Kg)
Harga di tingkat konsumen (Rp/Kg)
Farmer's Share (%)
Saluran 1
3000.00
7800.00
38.46
Saluran 2
8000.00
12000.00
66.67
7.3.
Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Efisisensi pemasaran cabai merah keriting di Desa Citapen dapat
ditentukan dari indikator lain, yaitu rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam setiap saluran pemasaran. 7.3.1. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Hasil analisis rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan disajikan pada Tabel 24. Pada saluran 1, diketahui bahwa biaya pemasaran cabai merah keriting yang dikeluarkan sebesar Rp 1
69
319.90 per Kg. Biaya tertinggi ditanggung oleh pedagang pengecer sebesar Rp 655.00 per Kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh saluran 2 sebesar Rp 1 243.90 per Kg. Biaya terbesar ditanggung oleh Gapoktan yaitu sebesar Rp 664.90 per Kg. Saluran 3 menanggung biaya pemasaran paling tinggi dibandingkan dengan saluran 1 dan 2 yaitu sebesar Rp 1 555.95 per Kg. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang grosir yaitu sebesar Rp 758.81 per Kg. Tabel 24. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Lembaga Pemasaran
Saluran 1 (Rp/Kg)
Saluran 2 (Rp/Kg)
Saluran 3 (Rp/Kg)
GAPOKTAN a. Biaya (C)
664.90
664.90
664.90
b. Keuntungan (π)
335.10
335.10
335.10
0.50
0.50
0.50
c. Rasio π/C Pedagang Grosir a. Biaya (C)
-
-
758.81
b. Keuntungan (π)
-
-
4 241.19
c. Rasio π/C
-
-
5.59
Pedagang Pengecer a. Biaya (C)
655.00
579.00
132.23
3 345.00
4 921.00
4 867.77
5.11
8.50
36.81
a. Biaya (C)
1 319.90
1 243.90
1 555.95
b. Keuntungan (π)
3 680.10
5 256.10
8 444.05
2.79
4.23
5.43
b. Keuntungan (π) c. Rasio π/C Total
c. Rasio π/C
Peninjauan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran suatu saluran menjelaskan apabila keuntungan dan biaya pemasaran setiap lembaga pemasaran semakin merata, maka secara teknis (operasional) sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Artinya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan yang tidak jauh beda dengan lembaga pemasaran lainnya yang terdapat pada saluran tersebut. Dari hasil analisis tidak didapatkan nilai keuntungan dan biaya yang merata, nilai total rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan tertinggi terdapat pada saluran 3 sebesar 5.43. Maka untuk setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan
70
sebesar Rp 5.43. Hal ini terjadi karena pada saluran 3 diperoleh total keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan saluran lainnya. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tertinggi di tingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang pengecer Jakarta pada saluran 3 sebesar 36.81, artinya setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 36.81. Hal ini terjadi karena pedagang pengecer Jakarta pada saluran 3 memperoleh keuntungan tertinggi dan mengeluarkan biaya pemasaran terendah dibandingkan keuntungan dan biaya pemasaran lembaga pemasaran lainnya. Rasio terendah terdapat pada anggota Gapoktan untuk semua saluran, yaitu sebesar 0,50, artinya setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan Rp 0.50. Hal ini terjadi karena Gapoktan memperoleh keuntungan terendah dibandingkan keuntungan lembaga pemasaran lainnya. 7.3.2. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Angota Gapoktan Berdasarkan Tabel 25, pada saluran 1 diketahui bahwa biaya pemasaran cabai merah keriting yang dikeluarkan sebesar Rp 960.55 per Kg. Biaya tertinggi dikeluarkan oleh pedagang pengecer sebesar Rp 632.82 per Kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan saluran 2 sebesar Rp 205.69 per Kg. Biaya pemasaran pada saluran 2 merupakan biaya yang hanya dikeluarkan oleh pedagang pengecer. Pedagang pengecer pada saluran 2 mengeluarkan biaya pemasaran yang tinggi karena banyaknya perlakuan pembiayaaan yang dilakukan oleh pedagang ini, seperti biaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya sewa kios, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bongkar muat, biaya retribusi, biaya listrik, dan biaya komunikasi. Jumlah cabai merah keriting yang dijual pedagang pengecer lebih sedikit dibandingkan pedagang grosir sehingga biaya pemasaran menjadi lebih tinggi. Hasil analisis tidak menunjukkan nilai keuntungan dan biaya yang merata, asio keuntungan terhadap biaya pemasaran terendah terdapat pada pedagang pengecer Bogor pada saluran 1 sebesar 3.42, artinya untuk setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 3.42. Hal ini terjadi karena pedagang pengecer Bogor pada saluran 1
71
mengeluarkan biaya pemasaran tertinggi dibandingkan keuntungan lembaga pemasaran lainnya. Tabel 25. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan Lembaga Pemasaran
Saluran 1 (Rp/Kg)
Saluran 2 (Rp/Kg)
Pedagang Grosir a. Biaya (C) b. Keuntungan (π) c. Rasio π/C
327.73
-
1 672.27
-
5.10
-
Pedagang Pengecer Bogor a. Biaya (C) b. Keuntungan (π) c. Rasio π/C
632.82
205.69
2 167.18
3794.31
3.42
18.45
960.55
205.69
3 839.45
3794.31
4.00
18.45
Total a. Biaya (C) b. Keuntungan (π) c. Rasio π/C
Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tertinggi di tingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang pengecer Bogor pada saluran 2 sebesar 18.45, artinya untuk setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 18.45. Hal ini terjadi karena pedagang pengecer Bogor pada saluran 2 memperoleh keuntungan tertinggi dan mengeluarkan biaya pemasaran terendah dibandingkan keuntungan dan biaya pemasaran lembaga pemasaran lainnya.
72
73
VIII. PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN 8.1.
Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota
Gapoktan bertujuan untuk membandingkan besarnya pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan. Rata-rata pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 26 dan Lampiran 5. Tabel 26. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Tahun 2014 (Rp/Ha/MT) Anggota
Non Anggota
Penerimaan
81 826 107.56
112 067 952.25
Biaya Tunai
28 245 544.66
28 505 700.01
6 529 930.31
7 938 070.81
Biaya Total
34 775 474.97
36 443 770.81
Pendapatan atas Biaya Tunai
53 580 562.90
83 562 252.24
Pendapatan atas Biaya Total
47 050 632.59
75 624 181.44
R/C Ratio atas Biaya Tunai
2.90
3.93
R/C Ratio atas Biaya Total Sumber: Data Diolah (2014)
2.35
3.08
Uraian
Biaya Diperhitungkan
Pendapatan atas biaya tunai baik usahatani cabai merah keriting anggota maupun non anggota Gapoktan menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya tunai. R/C ratio atas biaya tunai menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, artinya secara finansial usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan menguntungkan. Pendapatan atas biaya total usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya total. R/C ratio atas biaya total menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, artinya secara ekonomi usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan menguntungkan. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih besar dibandingkan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan. Hal ini dikarenakan harga jual cabai merah keriting usahatani non anggota Gapoktan lebih tinggi dibandingkan harga jual cabai merah keriting usahatani anggota
74
Gapoktan sehingga penerimaan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih besar. 8.2.
Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Status penguasaan lahan di lokasi penelitian pada usahatani cabai merah
keriting usahatani anggota dan non anggota Gapoktan dibedakan menjadi pemilik dan penyewa. Pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berdasarkan status penguasaan lahan bertujuan untuk membandingkan besarnya pendapatan usahatani cabai merah keriting pemilik dan penyewa lahan pada anggota dan non anggota Gapoktan. Terdapat empat strata dalam analisis pendapatan ini, yaitu (1) usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan penggarap pemilik, (2) usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan penggarap penyewa, (3) usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan penggarap pemilik, dan (4) usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan penggarap penyewa. Rata-rata pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berdasarkan status penguasaan lahan per musim tanam disajikan pada Tabel 27 dan Lampiran 6. Tabel 27. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Tahun 2014 (Rp/Ha/MT) Uraian Penerimaan Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Biaya Total Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C Ratio atas Biaya Tunai R/C Ratio atas Biaya Total Sumber: Data Diolah (2014)
Anggota
Non Anggota
Millik 90 823 052.83
Sewa 78 827 125.80
Millik 109 515 151.52
Sewa 113 025 252.53
16 583 333.33
32 121 174.39
18 108 777.78
32 141 783.53
8 029 243.31
5 726 347.08
6 513 232.07
8 409 324.97
24 612 576.65
37 847 521.47
24 622 009.85
40 551 108.50
74 239 719.50
4 670 5951.42
91 406 373.74
80 883 468.99
66 210 476.19
40 979 604.34
84 893 141.66
72 474 144.02
5.48
2.45
6.05
3.52
3.69
2.08
4.45
2.79
Pendapatan atas biaya tunai usahatani cabai merah keriting dari keempat strata menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya tunai. R/C
75
ratio atas biaya tunai menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara finansial usahatani cabai merah keriting berdasarkan status penguasaan lahan menguntungkan. Pendapatan atas biaya total usahatani cabai merah keriting menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya total. R/C ratio atas biaya total menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara ekonomi usahatani
cabai
merah
keriting
berdasarkan
status
penguasaan
lahan
menguntungkan. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting baik anggota maupun non anggota yang berstatus sebagai penggarap pemilik lebih menguntungkan dibandingkan penggarap penyewa. Hal ini dikarenakan usahatani penggarap pemilik mengeluarkan biaya yang lebih kecil daripada penggarap penyewa. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan penggarap pemilik lebih menguntungkan dibandingkan strata lainnya. Hal ini dikarenakan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan penggarap pemilik memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga jual usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan. Selain itu usahatani cabai merah keriting non angggota Gapoktan penggarap pemilik menggunakan jumlah tenaga kerja luar keluarga dan penggunaan pupuk yang lebih sedikit sehingga biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya pupuk menjadi lebih rendah. 8.3.
Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Skala Luas Lahan Skala luas lahan usahatani di lokasi penelitian pada usahatani cabai merah
keriting usahatani anggota dan non anggota Gapoktan dibedakan menjadi skala kecil (lebih kecil dari 0.30 Ha), skala menengah (0,30 Ha hingga 0.60 Ha), dan skala besar (lebih besar dari 0.60 Ha). Pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berdasarkan skala lahan bertujuan untuk membandingkan besarnya pendapatan usahatani cabai merah keriting skala lahan kecil, menengah, dan besar pada anggota dan non anggota Gapoktan. Terdapat enam strata dalam analisis pendapatan ini, yaitu (1) usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan skala kecil, (2) usahatani cabai merah keriting anggota
76
Gapoktan skala menengah, (3) usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan skala besar, dan (4) usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan skala kecil, (5) usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan skala menengah, dan (6) usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan skala besar. Ratarata pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan berdasarkan skala lahan per musim tanam disajikan pada Tabel 28 dan Lampiran 7. Tabel 28. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Skala Luas Lahan Tahun 2014 (Rp juta/Ha/MT) Uraian
Skala Kecil
Penerimaan 65.01 Total Biaya 29.96 Tunai Total Biaya 6.78 Diperhitungkan Biaya Total 36.74 Pendapatan atas 35.05 Biaya Tunai Pendapatan atas 28.26 Biaya Total R/C Ratio atas 2.17 Biaya Tunai R/C Ratio atas 1.77 Biaya Total Sumber: Data Diolah (2014)
Anggota Skala Menengah 92.42
Non Anggota Skala Skala Kecil Menengah 92.67 109.51
Skala Besar 91.16
21.83
35.19
27.90
25.06
32.07
7.82
4.24
16.23
6.58
2.61
29.65
39.43
44.13
31.63
34.68
70.58
55.97
64.76
84.45
97.10
62.76
51.73
48.53
77.88
94.49
4.23
2.59
3.32
4.37
4.03
3.12
2.31
2.10
3.46
3.72
Skala Besar 129.17
Pendapatan atas biaya tunai usahatani cabai merah keriting dari keenam strata menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya tunai. R/C ratio atas biaya tunai menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara finansial usahatani cabai merah keriting berdasarkan skala luas lahan menguntungkan. Pendapatan atas biaya total usahatani cabai merah keriting menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya total. R/C ratio atas biaya total menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara ekonomi usahatani cabai merah keriting berdasarkan skala luas lahan menguntungkan. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan skala menengah lebih menguntungkan dibandingkan skala kecil dan skala besar karena meskipun mengeluarkan biaya
77
tunai dan biaya total yang kecil, usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan skala menengah dapat memperoleh penerimaan terbesar. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan skala besar lebih menguntungkan dibandingkan strata lainnya. Hal ini dikarenakan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan skala besar memiliki jumlah produksi terbesar dengan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga jual cabai merah keriting usahatani anggota Gapoktan sehingga penerimaannya menjadi paling besar. Berdasarkan R/C ratio atas biaya tunai, usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan skala besar tidak lebih menguntungkan dibandingkan strata lainnya karena terdapat pengeluaran biaya tenaga kerja luar keluarga yang sangat besar. Sementara usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan skala menengah lebih menguntungkan karena pengeluaran biaya tenaga kerja luar keluarga sangat kecil tetapi digantikan oleh besarnya biaya yang diperhitungkan untuk tenaga kerja dalam keluarga.
8.4.
Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Pola Tanam Pola tanam usahatani di lokasi penelitian pada usahatani cabai merah
keriting usahatani anggota dan non anggota Gapoktan dibedakan menjadi monokultur dan tumpangsari. Terdapat empat strata dalam analisis pendapatan ini, yaitu (1) usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan pola tanam monokultur, (2) usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan pola tanam tumpangsari, (3) usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam monokultur, dan (4) usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam tumpangsari. Rata-rata pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota gapoktan berdasarkan pola tanam
tahun 2014
disajikan pada Tabel 29 dan
Lampiran 8. Pendapatan atas biaya tunai usahatani cabai merah keriting dari keempat strata menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya tunai. R/C ratio atas biaya tunai menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara finansial usahatani cabai merah keriting berdasarkan pola tanam menguntungkan.
78
Pendapatan atas biaya total usahatani cabai merah keriting menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya total. R/C ratio atas biaya total menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara ekonomi usahatani cabai merah keriting berdasarkan pola tanam menguntungkan. Tabel 29. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Pola Tanam Tahun 2014 (Rp/Ha/MT) Anggota
Uraian Penerimaan Cabe Penerimaan Caisin Total Penerimaan Biaya Tunai Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C Ratio atas Biaya Tunai R/C Ratio atas Biaya Total
Non Anggota
Monokultur 82 810 593.03 0.00 82 810 593.03 28 766 187.01
Tumpangsari 78 872 651.14 13 058 823.53 91 931 474.67 31 078 641.10
Monokultur 115 692 929.29 0.00 115 692 929.29 30 041 171.83
Tumpangsari 75 818 181.82 15 000 000.00 90 818 181.82 17 817 500.00
7 050 215.03
4 557 224.59
7 878 919.52
8 629 354.21
35 816 402.04
35 635 865.68
37 920 091.35
26 446 854.21
54 044 406.03
60 852 833.58
85 651 757.47
73 000 681.82
46 994 191.00
56 295 608.99
77 772 837.95
64 371 327.61
2.88
2.96
3.85
5.10
2.31
2.58
3.05
3.43
Sumber: Data Diolah (2014)
Pendapatan atas biaya tunai usahatani cabai merah keriting dari keempat strata menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya tunai. R/C ratio atas biaya tunai menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara finansial usahatani cabai merah keriting berdasarkan pola tanam menguntungkan. Pendapatan atas biaya total usahatani cabai merah keriting menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya total. R/C ratio atas biaya total menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara ekonomi usahatani cabai merah keriting berdasarkan pola tanam menguntungkan. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai serta pendapatan dan R/C ratio atas biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan pola tanam tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan pola tanam monokultur. Hal ini dikarenakan penerimaan usahatani pola tanam tumpangsari meningkat dengan adanya tambahan penerimaan dari hasil penjualan caisin.
79
R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam monokultur, meskipun pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani cabai merah keriting non anggota pola tanam monokultur bernilai lebih besar. Hal ini terjadi karena pada usahatani cabai merah keriting non anggota pola tanam tumpangsari menggunakan input seperti pupuk dan obatobatan lebih sedikit dibandingkan pola tanam monokultur sehingga biaya lebih kecil dan hasil produksinya juga lebih sedikit. Keadaan ini mengakibatkan perbandingan antara penerimaan dengan biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan usahatani cabai merah keriting non anggota pola tanam monokultur lebih besar dibandingkan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam monokultur. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan strata lainnya. Hal ini dikarenakan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam tumpangsari lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sehingga penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih sedikit. Penggunaan input lainnya seperti pupuk dan obat-obatan juga sedikit sehingga biaya tunai yang dikeluarkan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam tumpangsari bernilai paling rendah dibandingkan strata lainnya.
80
81
IX. SIMPULAN DAN SARAN
9.1.
Simpulan
1. Karakteristik usahatani, lembaga dan saluran pemasaran, serta fungsi pemasaran cabai merah keriting petani anggota dan non anggota Gapoktan menunjukkan bahwa: a. Umur petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan masih tergolong produktif. b. Pengalaman bertani petani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan mayoritas berada pada skala 6-15 Tahun. c. Luas lahan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan lebih banyak pada skala < 0.3 Ha dan skala 0.3-0.6 Ha, sementara luas lahan usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih banyak berada pada skala 0.3-0.6 Ha dan skala > 0.6 Ha. d. Status penguasaan lahan usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan mayoritas merupakan lahan sewa. e. Pola tanam usahatani cabai merah keriting anggota dan non anggota Gapoktan mayoritas merupakan monokultur. f. Pedagang cabai merah keriting yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari Gapoktan, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. g. Umur pedagang cabai merah keriting masih tergolong produktif dengan pengalaman berdagang yang cukup lama. h. Pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan terdiri dari 3 saluran sedangkan pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan terdiri dari 2 saluran. i. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran baik anggota maupun non anggota relatif sama yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. 2. Pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih efisien dibandingkan pemasaran cabai merah keriting anggota Gapoktan. Saluran pemasaran cabai merah keriting yang memperoleh nilai total marjin pemasaran terendah, farmer’s share tertinggi, serta rasio keuntungan terhadap
82
biaya pemasaran tertinggi adalah saluran 2 pada pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan. 3. Pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total menunjukkan bahwa: a. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan lebih menguntungkan dibandingkan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan. b. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan penggarap pemilik lebih menguntungkan dibandingkan strata lainnya. c. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan skala besar lebih menguntungkan dibandingkan strata lainnya. d. Pendapatan dan R/C ratio atas biaya tunai dan biaya total menunjukkan bahwa usahatani cabai merah keriting non anggota Gapoktan pola tanam tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan. 9.2.
Saran
1. Guna mencapai dan meningkatkan efisiensi pemasaran cabai merah keriting berdasarkan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran, petani disarankan memilih saluran 2 pemasaran cabai merah keriting non anggota Gapoktan (cabai merah keriting langsung dijual kepada pedagang pengecer atau konsumen akhir). Gapoktan harus meningkatkan perannya dalam pemasaran cabai merah keriting seperti menentukan pasar yang lebih baik dengan menjalin kemitraan dengan supermarket dan restoran. 2. Guna meningkatkan pendapatan usahatani cabai merah keriting anggota Gapoktan, Gapoktan harus meningkatkan peran dan fungsinya dalam membantu petani anggota untuk meningkatkan harga jual cabai merah keriting. 3. Pada penelitian lanjutan efisiensi pemasaran cabai merah keriting, disarankan agar menggunakan analisis integrasi pasar untuk mengetahui pengaruh perubahan harga cabai merah keriting di tingkat pedagang pengecer terhadap perubahan harga di tingkat petani.
83
DAFTAR PUSTAKA Asmarantaka RN. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Asmayanti. 2012. Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistik (ID). 2014a. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2000-2013 [Internet]. [diunduh 2014 Apr 20]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/. Badan Pusat Statistik (ID). 2014b. Distribusi Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2000-2014 (Persen) [Internet]. [diunduh 2014 Apr 20]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (ID). 2013. Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit, dan Bawang Merah Tahun 2012. Berita Resmi Statistik No. 39/08/32. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. New York (US): Macmillan Publishing Company. Desa Citapen. 2014. Profil Desa Citapen Tahun 2013. Bogor (ID): Desa Citapen. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat . Budidaya Cabai Merah [Internet]. [diunduh 2014 Feb 13]. Tersedia pada http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1177. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura Tahun 2010. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Hortikultura. Kementerian Pertanian Indonesia. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014. Luas Panen Habis, Luas Panen Belum Habis Bulan 12, Luas Panen Setahun, Produksi, dan Produktiivtas Sayur per Provinsi Tahun 2010 Hingga 2013. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Indonesia. Doll JP, Orazem F. 1984. Production Economics Theory With Applications. Second Edition. New York (US): John Wiley & Sons Inc. Elizabeth R. 2007. Penguatan dan Pemberdayaan Kelembagaan Petani Mendukung Pengembangan Agribisnis Kedelai. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. hlm 1-13; [diunduh 2014 Sept 9]. Tersedia pada: http://pse.litbang.deptan.go.id/.
84
Firmansyah E. 1998. Analisis Usahatani dan Pemasaran Bawang Daun di Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, abupaten Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gumbira-Said E, Harizt IA. 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Hanafiah AM, Saefuddin AM. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. Hermanto, Swastika DKS. 2011. Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 9(4): 371-390. Kementerian Pertanian (ID). 2012. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian. Kohls RL, Downey WD. 1955. Marketing of Agricultural Products. Fourth Edition. New York (US): Macmillan Publishing Company. Kohls RL, Uhl JN. 1985. Marketing of Agricultural Products. Sixth Edition. New York (US): Macmillan Publishing Company. Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid Kesatu. Edisi Kesepuluh. Jakarta (ID): PT Prenhalindo. Limbong WH, Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan kuliah Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press. Maharijaya A, Syukur M. 2014. Menghasilkan Cabai Keriting Kualitas Premium. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Nawangsih AA, Heri PI, Agung W. Cabai Hot Beauty. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Nurasa T, Ade S. 2002. Analisis Pemasaran Komoditi Panili (Studi Kasus di Propinsi Sulawesi Utara). Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 5(3): 277-282. Penebar Swadaya. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Purcell WD. 1979. Agriculture Marketing System, Coordination. Cash and Future Prices. Reston (US): Reston Publishing Company.Inc.
85
Sallatu IA. 2006. Analisis Pangsa Pasar dan Tataniaga Kopi Arabika di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang, Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Santika A. 2001. Agribisnis Cabai. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Soekartawi. 1989. Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Teori dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Rajawali Press. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. Sudiyono A. 2001. Pemasaran Muhammadiyah Malang.
Pertanian.
Malang
(ID):
Universitas
Suharyanto, Ida APP, Jemmy R. 2005. Analisis Pemasaran dan Tataniaga Anggur di Bali. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 8(1): 12-19. Sumarni R. 2012. Analisis Pemasaran dan Penentuan Wilayah Potensial untuk Ekspansi Pemasaran Pepaya California (Studi Kasus: Desa Blendung, Kabupaten Subang) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Supriatna A. 2002. Analisis Sistem Pemasaran Gabah/Beras (Studi Kasus Petani Padi di Sumatera Utara). Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 5(1): 21-27. Supriatna A. 2005. Kinerja dan Prospek Pemasaran Komoditas Mangga (Studi Kasus Petani Mangga di Provinsi Jawa Barat). Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 8(1): 12-27. Survei Sosial Ekonomi Nasional (ID). 2014 Konsumsi Rata-Rata Perkapita Beberapa Bahan Makanan di Indonesia, 2008-2013. Jakarta (ID): Survei Sosial Ekonomi Nasional. Tjahjadi N. 1991. Cabai. Yogyakarta (ID): Kanisius. Tomek WG, Robinson KL. 1990. Agricultural Product Prices. London (UK): Cornell University Press. Widianingsih A. 2008. Analisis Usahatani dan Pemasaran Pepaya California Berdasarkan Standar Prosedur Operasional (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zulham A. 2007. Marjin Pemasaran dan Resiko Pedagang: Kasus Pengembangan Rumput Laut di Propinsi Gorontalo. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 8(1): 36-42.
86
87
LAMPIRAN
88
89
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Petani Cabai Merah Keriting KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN RUKUN TANI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh Yuri Devianti Novitasari (H44100027) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor KUESIONER PENELITIAN PETANI CABAI MERAH KERITING Hari/Tanggal Wawancara No. Sampel Nama Petani Nama Responden Alamat Rumah Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi No. Telepon/HP
Citapen Ciawi Bogor Jawa Barat
*) coret yang tidak perlu A. Karakteristik Petani Cabai Merah Keriting 1. Jenis Kelamin : L/ P* 2. Umur : Tahun 3. Pendidikan formal terakhir : SD/ SLTP/ SLTA/ Perguruan Tinggi/ lainnya*: ……………. (…. Tahun) 4. Pendidikan non formal yang terkait dengan pertanian : No. Jenis Pendidikan Lama (Bulan)
5. Status pernikahan 6. Jumlah tanggungan keluarga 7. Pengalaman bertani
: Menikah/ Belum menikah* : ……. orang : ……. Tahun
B. Karakteristik Usahatani 1. Tergabung dalam Gapoktan: Ya/Tidak* Jika ya,tergabung sejak tahun… Peran di Gapoktan sebagai……………………….. 2. Luas lahan yang diusahakan : Ha 3. Status pengusahaan lahan : pemilik/ penggarap/…………………
90
Lampiran 1. Lanjutan 4. Jenis lahan lainnya…………* 5. Pola bertanam
: irigasi/ tadah hujan/ tegalan/ : monokultur/ tumpangsari dengan ….. ………………………………………* : sendiri/ Gapoktan/ pinjam ke bank/lainnya (………………………………)*
6. Sumber modal usahatani
C. Kegiatan Produksi Usahatani 1. Waktu pemanenan cabai merah keriting ........hari 2. Memperoleh input produksi dari : sendiri/ bantuan pemerintah/ lainnya…………* Jika dari bantuan pemerintah, yang didapatkan berupa: No. Input Produksi Satuan Jumlah Nilai (Rp)
3. Biaya Investasi Usahatani Cabai Merah Keriting No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Komponen Biaya
Satuan
Jumlah
Status
Harga Beli/Sewa per satuan (Rp)
Nilai Total (Rp)
Lahan Cangkul Semprotan Mulsa Ajir bambu Plastik Ember Bambu Lainnya:
4. Biaya Operasional Usahatani Cabai Merah Keriting Satu Kali Musim Tanam Harga per Uraian Satuan Jumlah Nilai (Rp) Keterangan Satuan A. Benih Kg B. Pupuk 1. Pupuk kandang 2. Pupuk kompos 3. Pupuk daun 4. TSP 5. KCL 6. NPK
91
Lampiran 1. Lanjutan Uraian 7. ZA C. Obat-obatan 1. Larutan Fungisida 2. Kapur (Dolomit) 3. Nutrisi (Granka) 4. Pestisida Lainnya: 1. Polybag 2. Tali rafia 3. 4. 5.
Satuan
Jumlah
Harga per Satuan
Nilai (Rp)
Keterangan
Liter
5. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Cabai Merah Keriting Satu Kali Musim Tanam Dalam Luar Upah Waktu TK Keluarga Keluarga Nilai (Rp/HOK) No. Kegiatan Penyelesaian Total (Org) (Org) (Rp) (Hari) (Org) L P L P L P 1. Persiapan lahan Pengolahan lahan Pemasangan mulsa 2. Penyemaian 3. Penanaman 4. Pemeliharaan Pemupukan Pemasangan ajir Pemangkasan Penyiangan gulma Penyemprotan 5. Pemanenan Panen Total
92
Lampiran 1. Lanjutan 6. Penyusutan peralatan yang digunakan : Estimasi Nilai Biaya Waktu Nilai Beli Umur Jual Penyusutan No Alat Jumlah Pembelian Sekarang Ekonomis Sekarang (Rp) (Tahun) (Rp) (Tahun) (Rp) 1. 2. 3. 4. 5.
7. Biaya Usahatani Lainnya No. Jenis Pengeluaran 1. Biaya Pengairan 2. Pajak (PBB) 3. Bunga Pinjaman 4. Biaya Sewa Lahan 5. 6. *) 1 MT : Satu kali musim tanam
Jumlah 1 MT 1 MT
Biaya (Rp)
1 MT
D. Hasil Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting Satu Kali Musim Tanam Jumlah Hasil Panen Harga Jual (Rp/Kg) Nilai Total (Rp) (Kg)
E. Kegiatan Pemasaran/Penjualan 1. Hasil panen selanjutnya : Dijual langsung/disimpan 2. Penjualan hasil panen : Jumlah Harga Lembaga Penjualan Jual Nilai (Rp) Pemasaran (Kg) (Rp/Kg)
Sistem Pembayaran
Pasar yang Dituju
3. Apakah terdapat keterikatan dengan lembaga tersebut dalam penjualan hasil panen? Jika Ya, dalam hal apa? 4. Bagaimana menentukan harga jual? ………………………………………………………………………………….. 5. Darimana informasi harga diperoleh?
93
Lampiran 1. Lanjutan 6. Sebelum dijual apakah dilakukan kegiatan penyortiran? Ya/Tidak* 7. Apakah Anda memberikan nilai tambah (melakukan pengolahan) pada komoditas yang dijual? ……………………………………………………………………. 8. Apakah lembaga pemasaran yang menerima hasil panen dari Anda menetapkan standarisasi? Sebutkan: ………………………………………………………………………. 9. Apakah Anda melakukan kegiatan penyimpanan? Jika Ya, a. Jumlah komoditas yang disimpan …………………………..kg b. Lokasi penyimpanan ……………………………………….. c. Lama penyimpanan ………………………………………… d. Cara penyimpanan …………………………………………. 10. Adakah kerjasama antar petani dengan pedagang atau pihak lain? Jika Ya, a. Dengan siapa ………………………………………………. b. Kerjasama yang dilakukan dalam hal …………………………… c. Sudah berapa lama kerjasama dilakukan ……………………….. 11. Sumber modal dalam kegiatan pemasaran: Modal sendiri/mendapat bantuan* a. Besarnya modal : ………………………………………………………. b. Jika mendapat bantuan, dari mana …………………………………………. c. Dalam bentuk ……………………………………………. dengan jangka waktu …………………….. tahun d. Apakah terdapat keterkaitan dengan pemilik modal? Ya/Tidak* e Jika Ya, apakah petani harus menjual hasil panen ke lembaga tersebut? ……………………………………………….. 12. Apakah Anda mendapat bantuan langsung dari pemerintah? Ya/Tidak* Jika Ya, bantuan tersebut dalam bentuk apa? ………………………………….. ………………………………………………………………………………….. 13. Biaya pemasaran lainnya yang dikeluarkan: No. Jenis Kegiatan Biaya (Rp/Kg) 1. Pengangkutan/transportasi 2. Pengemasan 3. Penyimpanan 4. Bongkar muat 5. Sortasi 6. Panen 7. 8. 9. 10.
94
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Pedagang Cabai Merah Keriting KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING ANGGOTA DAN NON ANGGOTA GAPOKTAN RUKUN TANI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh Yuri Devianti Novitasari (H44100027) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor KUESIONER PENELITIAN PEDAGANG CABAI MERAH KERITING Hari/Tanggal Wawancara No. Sampel Nama Pedagang Nama Responden Alamat Rumah Pedagang Desa/ Kelurahan Kecamatan Kota/Kabupaten Provinsi No. Telepon/HP *) coret yang tidak perlu A. Karakteristik Pedagang Cabai Merah Keriting 1. Jenis Kelamin : L/ P* 2. Umur : tahun 3. Pendidikan terakhir : SD/ SLTP/ SLTA/ Perguruan Tinggi/ lainnya*: …………….(…. Tahun) 4. Status pernikahan : Menikah/ Belum menikah* 5. Pekerjaan Utama : 6. Pekerjaan Sampingan : 1. Klasifikasi Pedagang : a. Pedagang pengumpul b. Pedagang pengecer c. …………………….. 2. Tahun mulai beroperasi : 3. Apakah Anda menjual jenis komoditas lainnya? Ya/ Tidak* 4. Apakah Anda melakukan kegiatan pembelian? Ya/ Tidak* Jika Ya,
95
Lampiran 2. Lanjutan Sumber Pembelian
Jumlah Pembelian (Kg)
Harga Beli (Rp/Kg)
Nilai (Rp)
Sistem Pembayaran
Ket. Pembayaran
Cara Pembelian
5. Kegiatan pembelian dilakukan setiap : …… hari/minggu/bulan sekali 6. Apakah Anda memiliki standarisasi dalam membeli cabai merah keriting dari petani? Ya/Tidak* Jika Ya, terdiri dari berapa kelas produk? 7. Bagaimana sifat pembelian produk yang dilakukan? Borongan/Bertahap* 8. Adakah biaya resiko yang Anda tanggung dalam kegiatan pembelian? Ya/Tidak* Jika Ya, berapa besarnya …………………………………… 9. Apakah Anda memberikan bantuan kredit kepada petani? Ya/Tidak* Jika Ya, bantuan kredit dalam bentuk ? Uang/Barang/Uang dan barang* dengan jangka waktu …… bulan/tahun 10. Jumlah tenaga kerja Upah tenaga kerja: a. Wanita = Rp /hari/orang b. Pria = Rp /hari/orang 11. Kegiatan apa saja yang Anda lakukan? a. Pembelian f. Grading b. Penjualan g. Bongkar muat c. Pengangkutan h. Sortir d. Pengemasan i. Penanggungan resiko e. Penyimpanan j. Retribusi 12. Apakah Anda melakukan kegiatan penjualan? Ya/Tidak* Jika Ya: a. Berapa waktu yang diperlukan sampai cabai merah keriting terjual habis? b. Apakah Anda memiliki tempat tersendiri untuk menjual? Ya/Tidak* Jika Ya, tempat milik? Sendiri/Sewa* Jika sewa, berapa biayanya? Rp ………………………../tahun/ha 13. Apakah Anda melakukan kegiatan penyimpanan? Jika Ya: a. Berapa jumlah cabai merah keriting yang disimpan ……...kg b. Dimana lokasi penyimpanan cabai merah keriting………………. c. Berapa lama waktu penyimpanan………………………………... d. Bagaimana cara penyimpanan…………………………………... ………………………………………………………………….... e. Berapa biaya penyimpanan yang dikeluarkan Rp ………………. 14. Biaya pemasaran 1. Biaya tenaga kerja = Rp …………………………………… 2. Biaya pengangkutan = Rp ………………………………. 3. Biaya pengemasan = Rp ………………………………. 4. Biaya penyimpanan = Rp ………………………………. 5. Biaya penyusutan = Rp ………………………………. 6. Biaya bongkar muat = Rp ………………………………. 7. Biaya sortir = Rp ……………………………….
96
Lampiran 2. Lanjutan 8. Retribusi = Rp ………………………………. 9. Biaya lain-lain = Rp ………………………………. 15. Adakah biaya resiko yang Anda tanggung dalam kegiatan penjualan? Ya/Tidak* Jika Ya, berapa besarnya …………………………….. 16. Siapa yang menentukan harga beli di petani? 17. Bagaimana menentukan harga jual? 18. Darimana Anda memperoleh informasi harga cabai merah keriting? 19. Sumber modal : Sendiri/Bantuan/Pinjaman* 20. Apakah terdapat kesulitan dalam pembelian cabai merah keriting? Ya/Tidak* Jika Ya, sebutkan………………………………………………………………… 21. Apakah terdapat kesulitan dalam penjualan cabai merah keriting? Ya/Tidak* Jika Ya, sebutkan…………………………………………………………………
97
Lampiran 3. Fungsi Pemasaran pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Anggota Gapoktan Saluran dan Lembaga Pemasaran
Fungsi Pemasaran Pertukaran Beli
Saluran 1 Petani
Jual
Fisik Angkut
-
Kemas
-
Fasilitas Simpan
-
Pedagang Pengecer Bogor
-
-
-
Pedagang Pengecer Jakarta
-
-
-
Pedagang Grosir
-
Pedagang Pengecer Jakarta
-
Lampiran 4.
Informasi Pasar
-
-
Gapoktan
Biaya
-
-
Gapoktan Saluran 3 Petani
Risiko
-
Gapoktan Saluran 2 Petani
Sortasi
-
Fungsi Pemasaran pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting Non Anggota Gapoktan
Saluran dan Lembaga Pemasaran Saluran 1 Petani
Fungsi Pemasaran Pertukaran Beli -
Jual
Fisik Angkut -
Kemas
Fasilitas Simpan
Sortasi
Risiko
-
-
-
Pedagang Grosir
-
Pedagang Pengecer Bogor
-
Saluran 2 Petani Pedagang Pengecer Bogor
-
-
Biaya
Informasi Pasar
98
Lampiran 5. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan (Rp/Ha/MT) No
Uraian
Anggota
Non Anggota
81 826 107.56
112 067 952.25
a. Benih
1 152 809.00
1 387 314.05
b. Pupuk Kandang
2 001 785.71
1 667 272.73
c. Pupuk TSP
302 328.87
354 545.45
d. Pupuk KCL
178 125.00
97 106.06
1
Penerimaan
2
Biaya Tunai
e. Pupuk ZA f. Pupuk NPK g. Pupuk Mutiara h. Pupuk Urea i. Pupuk Petroganik j. Kapur
378 695.84
427 155.65
1 024 757.09
1 257 685.95
81 250.00
837 636.36
139 301.47
16 363.64
1 000 000.00
0.00
363 696.17
315 966.94
k. ZPT 1.
Gandasil Daun
74 928.88
67 272.73
2.
Gandasil Buah
104 396.45
89 256.20
3.
Supergro Daun
65 238.10
44 958.68
4.
Supergro Buah
89 792.41
20 454.55
5.
Atonik
214 803.92
380 027.55
6.
Auksin
0.00
48 347.11
7.
Nutrisi Kalsium
0.00
13 636.36
79 086.13
90 000.00
l. Obat-obatan 1.
Furadan
2.
Confidor
93 214.29
143 181.82
3.
Agrimec
696 743.70
902 369.15
4.
Lannate
243 767.86
121 090.91
5.
Dithanne
429 796.92
1 000 000.00
6.
Winder
279 983.37
369 090.91
7.
Curacron
242 261.90
10 000.00
8.
Antrakol
249 166.67
616 363.64
9.
Decis
47 812.50
419 504.13
10. Pelengket Agristik m. Polybag n. Tali Rafia
72 286.41
170 454.55
343 939.34
215 082.64
73 006.30
154 118.46
10 315 834.43
8 461 618.46
6 721 919.56
7 612 308.54
1 184 816.39
1 195 516.81
28 245 544.66
28 505 700.01
342 465.75
373 599.00
o. Tenaga Kerja Luar Keluarga 1.
TK Laki-laki
2.
TK Perempuan
p. Sewa Lahan Total Biaya Tunai 3
Biaya Diperhitungkan a. Sewa Lahan
99
Lampiran 5. Lanjutan (Rp/Ha/MT) No
Uraian
Anggota
Non Anggota
Nilai
Nilai
(Rp) b. Penyusutan Peralatan
(Rp)
1 831 751.89
2 643 555.83
3 989 310.88
4 544 298.90
c. Tenaga Kerja Dalam Keluarga 1.
TK Laki-laki
2.
TK Perempuan
Total Biaya Diperhitungkan
366 401.79
376 617.08
6 529 930.31
7 938 070.81
4
Biaya Total (2+3)
34 775 474.97
36 443 770.81
5
Pendapatan atas Biaya Tunai (1-2)
53 580 562.90
83 562 252.24
6
Pendapatan atas Biaya Total (1-4)
47 050 632.59
75 624 181.44
7
R/C Ratio atas Biaya Tunai
2.90
3.93
8
R/C Ratio atas Biaya Total
2.35
3.08
100
Lampiran 6.
Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan (Rp/Ha/MT)
No
Anggota
Uraian
1
Penerimaan
2
Biaya Tunai a. Benih
Non Anggota
Millik
Sewa
Millik
Sewa
90 823 052.83
78 827 125.80
109 515 151.52
113 025 252.53
979 166.67
1 212 647.06
1 068 888.89
1 510 807.29
1 600 000.00
2 135 714.29
860 000.00
1 970 000.00
c. Pupuk TSP
191 666.67
337 777.78
333 333.33
362 500.00
d. Pupuk KCL
150 000.00
187 500.00
60 000.00
110 325.52
e. Pupuk ZA
256 666.67
421 472.34
225 000.00
505 364.58
f. Pupuk NPK
708 333.33
1 126 423.90
1 178 666.67
1 286 171.88
g. Pupuk Mutiara
200 000.00
41 666.67
533 333.33
949 375.00
0.00
185 735.29
60 000.00
0.00
b. Pupuk Kandang
h. Pupuk Urea i. Pupuk Petroganik j. Kapur
0.00
1 333 333.33
0.00
0.00
240 000.00
400 328.20
220 000.00
351 000.00
0.00
99 196.62
46 666.67
75 000.00
k. ZPT 1.
Gandasil Daun
2.
Gandasil Buah
0.00
142 156.86
41 666.67
106 640.63
3.
Supergro Daun
146 666.67
38 095.24
62 222.22
37 500.00
4.
Supergro Buah
140 000.00
71 736.77
58 333.33
6 250.00
5.
Atonik
233 333.33
208 627.45
490 000.00
338 411.46
6.
Auksin
0.00
0.00
0.00
67 031.25
7.
Nutrisi Kalsium
0.00
0.00
0.00
18 750.00
80 000.00
78 781.51
60 000.00
101 250.00
l. Obat-obatan 1.
Furadan
2.
Confidor
0.00
124 285.71
450 000.00
28 125.00
3.
Agrimec
405 000.00
793 991.60
793 333.33
942 447.92
4.
Lannate
0.00
326 507.94
168 000.00
103 500.00
5.
Dithanne
443 333.33
424 465.45
833 333.33
1 062 500.00
6.
Winder
293 333.33
275 577.96
280 000.00
402 500.00
7.
Curacron
183 333.33
261 904.76
0.00
13 750.00
8.
Antrakol
421 666.67
191 666.67
340 000.00
720 000.00
9.
Decis
180 000.00
3 750.00
200 000.00
499 687.50
10. Pelengket Agristik m. Polybag n. Tali Rafia
70 833.33
72 770.77
75 000.00
206 250.00
311 666.67
354 931.84
173 333.33
231 171.88
55 000.00
78 865.86
120 000.00
167 114.58
o. Tenaga Kerja Luar Keluarga 1.
TK Laki-laki
4 702 500.00
12 163 440.09
4 804 444.44
9 800 039.06
2.
TK Perempuan
4 590 833.33
7 448 067.23
4 573 222.22
8 524 484.38
0.00
1 579 755.19
0.00
1 643 835.62
16 583 333.33
32 121 174.39
18 108 777.78
32 141 783.53
p. Sewa Lahan Total Biaya Tunai
101
Lampiran 6. Lanjutan (Rp/Ha/MT) 3
Biaya Diperhitungkan a. Sewa Lahan
1 369 863.01
0.00
1 369 863.01
0.00
b. Penyusutan Peralatan
2 417 713.63
1 658 897.66
1 773 257.95
2 942 468.20
4 171 666.67
3 933 216.62
3 370 111.11
4 974 835.94
c. Tenaga Kerja Dalam Keluarga 1.
TK Laki-laki
2.
TK Perempuan
Total Biaya Diperhitungkan
70 000.00
134 232.80
0.00
492 020.83
8 029 243.31
5 726 347.08
6 513 232.07
8 409 324.97
4
Biaya Total (2+3)
24 612 576.65
37 847 521.47
24 622 009.85
40 551 108.50
5
Pendapatan atas Biaya Tunai (1-2)
74 239 719.50
4 670 5951.42
91 406 373.74
80 883 468.99
6
Pendapatan atas Biaya Total (1-4)
66 210 476.19
40979604.34
84 893 141.66
72 474 144.02
7
R/C Ratio atas Biaya Tunai
5.48
2.45
6.05
3.52
8
R/C Ratio atas Biaya Total
3.69
2.08
4.45
2.79
102
No
Anggota
Uraian Skala Kecil
1
Penerimaan
2
Biaya Tunai
Non Anggota
Skala Menengah
Skala Besar
Skala Kecil
Skala Menengah
Skala Besar
65 010 185.19
92 416 439.72
91 164 492.88
92 666 666.67
109 515 151.52
129 171 717.17
a. Benih
1 284 313.73
1 066 666.67
1 091 071.43
1 233 333.33
1 370 625.00
1 523 541.67
b. Pupuk Kandang
1 200 000.00
2066 666.67
3 107 142.86
2 150 000.00
1 110 000.00
1 862 500.00
c. Pupuk TSP
330 000.00
127 777.78
510 714.29
500 000.00
350 000.00
250 000.00
d. Pupuk KCL
325 000.00
100 000.00
75 000.00
0.00
120 000.00
141 927.08
e. Pupuk ZA f. Pupuk NPK g. Pupuk Mutiara h. Pupuk Urea i. Pupuk Petroganik j. Kapur
295 800.65
414 074.07
453 928.57
522 222.22
387 500.00
396 875.00
1 011 633.99
1 305 555.56
630 000.00
1 688 888.89
994 500.00
1 195 312.50
83 333.33
133 333.33
0.00
166 666.67
1 127 000.00
1 041 250.00
371 470.59
0.00
0.00
0.00
45 000.00
0.00
2 666 666.67
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
396 026.14
293 333.33
400 714.29
354 444.44
302 250.00
300 000.00
42 857.14
166 666.67
10 000.00
50 000.00
k. ZPT 1.
Gandasil Daun
108 823.53
62 962.96
2.
Gandasil Buah
207 647.06
62 962.96
15 000.00
233 333.33
0.00
62 500.00
3.
Supergro Daun
0.00
97 777.78
114 285.71
94 444.44
14 375.00
37 500.00
4.
Supergro Buah
0.00
160 000.00
122 535.71
41 666.67
12 500.00
12 500.00
5.
Atonik
393 921.57
155 555.56
35 000.00
358 333.33
367 500.00
408 333.33
6.
Auksin
0.00
0.00
0.00
0.00
85 000.00
50 000.00
7.
Nutrisi Kalsium
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
37 500.00
l. Obat-obatan
102
Lampiran 7. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Skala Luas Lahan Usahatani (Rp/Ha/MT)
103
Lampiran 7. Lanjutan (Rp/Ha/MT) No
Anggota
Uraian Skala Kecil
Non Anggota
Skala Menengah
Skala Besar
Skala Kecil
Skala Menengah
Skala Besar
1.
Furadan
94 705.88
53 333.33
94 285.71
150 000.00
67 500.00
67 500.00
2.
Confidor
120 000.00
0.00
192 857.14
300 000.00
112 500.00
56 250.00
3.
Agrimec
1 159 411.76
570 000.00
192 857.14
683 333.33
687 500.00
1 289 166.67
4.
Lannate
120 000.00
0.00
825 142.86
180 000.00
126 000.00
72 000.00
5.
Dithanne
458 823.53
453 888.89
337 857.14
333 333.33
1 250 000.00
1 250 000.00
6.
Winder
261 333.33
282 074.07
304 714.29
0.00
385 000.00
630 000.00
7.
Curacron
330 000.00
122 222.22
290 714.29
0.00
0.00
27 500.00
8.
Antrakol
383 333.33
281 111.11
0.00
700 000.00
420 000.00
750 000.00
9.
Decis
10. Pelengket Agristik m. Polybag n. Tali Rafia
0.00
120 000.00
11 250.00
244 444.44
479 375.00
491 666.67
82 843.14
61 111.11
73 214.29
83 333.33
137 500.00
268 750.00
349 333.33
340 000.00
330 000.00
233 333.33
170 000.00
247 916.67
71 104.58
70 000.00
80 357.14
240 000.00
118 000.00
130 000.00
12 245 490.20
8 213 333.33
10 589 535.71
6 819 444.44
7 556 875.00
10 484 947.92
4 157 908.50
4 763 703.70
13 393 071.43
9 510 555.56
6 568 000.00
7 015 604.17
1 450 443.19
456 621.00
1 878 669.28
913 242.01
684 931.51
1 917 808.22
29 959 368.03
21 834 065.45
35 192 776.42
27 901 019.79
25 059 431.51
32 068 849.89
0.00
913 242.01
0.00
456 621.00
684 931.51
0.00
1 465 870.20
2 436 044.07
1 535 607.73
3 459 708.63
2 231 597.03
2 124 369.29
4 653 137.25
4 307 407.41
2 473 928.57
11 591 666.67
3 285 375.00
463 614.58
o. Tenaga Kerja Luar Keluarga 1.
TK Laki-laki
2.
TK Perempuan
p. Sewa Lahan Total Biaya Tunai 3
Biaya Diperhitungkan a. Sewa Lahan b. Penyusutan Peralatan 1.
TK Laki-laki
103
c. Tenaga Kerja Dalam Keluarga
104
(Rp/Ha/MT) Anggota
Uraian Skala Kecil 1.
TK Perempuan
Total Biaya Diperhitungkan
Non Anggota
Skala Menengah
Skala Besar
Skala Kecil
Skala Menengah
Skala Besar
666 666.67
164 444.44
230 714.29
725 000.00
372 500.00
23 958.33
6 785 674.12
7 821 137.93
4 240 250.58
16 232 996.30
6 574 403.53
2 611 942.21
4
Biaya Total (2+3)
36 745 042.15
29 655 203.38
39 433 027.00
44 134 016.09
31 633 835.04
34 680 792.09
5
Pendapatan atas Biaya Tunai (1-2)
35 050 817.16
70 582 374.28
55 971 716.46
64 765 646.88
84 455 720.01
97102867.29
6
Pendapatan atas Biaya Total (1-4)
28 265 143.03
62 761 236.35
51 731 465.88
48 532 650.58
77 881 316.47
94490925.08
7
R/C Ratio atas Biaya Tunai
2.17
4.23
2.59
3.32
4.37
4.03
8
R/C Ratio atas Biaya Total
1.77
3.12
2.31
2.10
3.46
3.72
104
Lampiran 7. Lanjutan
105
Lampiran 8. Rata-rata Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting Anggota dan Non Anggota Gapoktan Berdasarkan Pola Tanam (Rp/Ha/MT) No 1
Uraian
Non Anggota
Monokultur
Tumpangsari
Monokultur
Tumpangsari
82 810 593.03
78 872 651.14
115 692 929.29
75 818 181.82
0.00
13 058 823.53
0.00
15000000.00
82 810 593.03
91 931 474.67
115 692 929.29
90 818 181.82
a. Benih
1 176 560.85
1 082 352.94
1 412 266.67
1 150 000.00
b. Pupuk Kandang
1 969 047.62
2 100 000.00
1 744 000.00
900 000.00
Penerimaan Cabe Penerimaan Caisin Total Penerimaan
2
Anggota
Biaya Tunai
c. Pupuk TSP
399 351.85
0.00
390 000.00
0.00
d. Pupuk KCL
187 500.00
150 000.00
106 448.33
0.00
e. Pupuk ZA
389 963.62
345 882.35
432 483.33
375 000.00
f. Pupuk NPK
849 722.22
1 538 823.53
1 253 490.00
1 300 000.00
g. Pupuk Mutiara
58 333.33
150 000.00
920 040.00
0.00
h. Pupuk Urea
97 500.00
264 705.88
18 000.00
0.00
1 333 333.33
0.00
0.00
0.00
377 174.60
316 470.59
317 520.00
300 000.00
i. Pupuk Petroganik j. Kapur k. ZPT 1.
Gandasil Daun
70 601.85
88 235.29
64 000.00
100 000.00
2.
Gandasil Buah
81 018.52
176 470.59
85 750.00
125 000.00
3.
Supergro Daun
60 317.46
80 000.00
35 400.00
125 000.00
4.
Supergro Buah
89 607.14
90 000.00
10 000.00
125 000.00
5.
Atonik
217 777.78
205 882.35
383 050.00
350 000.00
6.
Auksin
0.00
0.00
53 300.00
0.00
7.
Nutrisi Kalsium
0.00
0.00
15 000.00
0.00
l. Obat-obatan 1.
Furadan
88 095.24
52 058.82
84 000.00
150 000.00
2.
Confidor
124 285.71
0.00
67 500.00
900 000.00
3.
Agrimec
529 285.71
1 199 117.65
922 300.00
700 000.00
4.
Lannate
326 507.94
0.00
133 200.00
0.00
5.
Dithanne
281 600.53
843 823.53
1 050 000.00
500 000.00
6.
Winder
243 037.04
390 352.94
406 000.00
0.00
7.
Curacron
323 015.87
0.00
11 000.00
0.00
8.
Antrakol
255 555.56
230 000.00
648 000.00
300 000.00
9.
Decis
3 750.00
180 000.00
460 600.00
0.00
67 460.32
86 764.71
175 000.00
125 000.00
351 854.50
320 000.00
216 616.67
200 000.00
72 634.92
74 117.65
154 533.33
150 000.00
10 177 321.43
10 702 941.18
9 108 100.00
1 800 000.00
7 252 817.46
4 315 882.35
8 048 505.00
2 530 000.00
1 311 154.60
805 801.77
1 315 068.49
0.00
10. Pelengket Agristik m. Polybag n. Tali Rafia o. Tenaga Kerja Luar Keluarga 1. TK Laki-laki 2.
TK Perempuan
p. Sewa Lahan
106
Lampiran 8. Lanjutan (Rp/Ha/MT) No
Uraian
Anggota Monokultur
q. Biaya Tumpangsari Total Biaya Tunai 3
Non Anggota
Tumpangsari
Monokultur
Tumpangsari
0.00
5 288 956.97
0.00
5 612 500.00
28 766 187.01
31 078 641.10
30 041 171.83
17 817 500.00
228 310.50
684 931.51
273 972.60
1 369 863.01
1 826 950.83
1 844 646.02
2 744 188.59
1 759 491.19
4 562 096.56
1 937 647.06
4 450 723.33
5 500 000.00
432 857.14
90 000.00
410 035.00
0.00
Biaya Diperhitungkan a. Sewa Lahan b. Penyusutan Peralatan c. Tenaga Kerja Dalam Keluarga 1.
TK Laki-laki
2.
TK Perempuan
7 050 215.03
4 557 224.59
7 878 919.52
8 629 354.21
4
Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total (2+3)
35 816 402.04
35 635 865.68
37 920 091.35
26 446 854.21
5
Pendapatan atas Biaya Tunai (1-2)
54 044 406.03
60 852 833.58
85 651 757.47
73 000 681.82
6
Pendapatan atas Biaya Total (1-4)
46 994 191.00
56 295 608.99
77 772 837.95
64 371 327.61
7
R/C Ratio atas Biaya Tunai
2.88
2.96
3.85
5.10
8
R/C Ratio atas Biaya Total
2.31
2.58
3.05
3.43
107
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
a) Kondisi Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen
b) Proses Penimbangan dan Pengangkutan Cabai Merah Keriting di Gapoktan Rukun Tani
c) Lokasi Penelitian di Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Kabupaten Bogor dan Pasar Induk Kemang, Kota Bogor
108
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 November 1992. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Atang dan Saribanon. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 4 Kotabatu, lulus pada tahun 2004. Setelah itu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bogor, lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bogor dan lulus tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti Pekan Kreatifitas Mahasiswa-Penelitian (PKM-P) dengan judul Dampak Kenaikan Harga Kedelai dan Kebijakan Pemerintah terhadap Suplai Kedelai di Indonesia dan Produksi Tempe di Bogor. Selain itu penulis aktif di berbagai kepanitiaan kegiatan mahasiswa dan peserta berbagai kegiatan seminar terkait bidang ilmu maupun di luar bidang ilmu penulis.