Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI CABAI MERAH KERITING (di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin)
1
GUSTI FITRIYANA, 2SRI RAHAYU ENDANG LESTARI, 3APRIYANI *)
Program Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang Jl. Kapten Marzuki No.2446 Kamboja Palembang 30129 *) e-mail :
[email protected]
RINGKASAN
APRIYANI. Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Cabai Merah Keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin (Dibimbing oleh GUSTI FITRIYANA dan SRI RAHAYU ENDANG LESTARI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten banyuasin. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode survey terhadap 35 orang petani contoh yang berusahatani cabai merah keriting, data yang diperoleh diolah secara tabulasi dan dijelaskan secara deskriptif. Nilai Gini Rasio distribusi pendapatan rumah tangga petani contoh sebesar 0,22764 berada diketimpangan rendah. Sedangkan distribusi pendapatan yang didekati dengan pendapatan petani contoh adalah sebesar 0,13088 berada diketimpangan rendah. Menurut klasifikasi tingkat ketimpangan Biro Pusat Statistik Tahun 2014 berada diantara 0 < RG ≤ 0.4. Jika dibandingkan nilai Gini Rasio melalui proksi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan melalui pendapatan usahatani cabai merah keriting sama-sama berada ditingkat ketimpangan rendah. Penghasilan petani contoh di Desa Tanjung Sari rata-rata sebesar Rp. 447,857.14 per kapita per bulan. Ini berarti bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga petani contoh berada diatas garis kemiskinan atau tergolong tidak miskin. 1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Pentingnya sektor pertanian terlihat dari sebagaian besar penggunaan lahan di Indonesia diperlukan sebagian lahan pertanian dan sekitar 50 persen dari total angkatan kerja masih menggantungkan hidupnya bekerja disektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi dilapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut
kesejahteraan bangsa (Siswono,YH. Et al, 2004). Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembanguan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja, kesempatan usaha, serta mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Melalui pertanian yang maju dan tangguh sehingga mampu meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi dalam menunjang pembangunan
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
wilayah yang merupakan bagian internal dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejateraah petani. Sektor pertanian merupakan salah satu basis yang sangat diharapkan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi baik pada saat ini maupun dimasa yang akan datang. untuk itu pembangunan disektor pertanian perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, mengingat bahwa hampir sebagian besar masyarakat Indonesia hidup dan bermata pencaharian sebagai petani. Kegiatan petanian khususnya bidang hortikultura yang meliputi tanaman bunga, buah, dan sayur banyak menarik perhatian berbagai kalangan. Disamping itu dapat dijadikan mata pencaharian yang menghasilkan keuntungan. Komoditas hortikultura terutama sayur seperti kol, kentang, tomat, wortel dan cabai, sejak lama telah dibudidayakan oleh petani karena produk ini di butuhkan oleh setiap masyarakat sebagai menu hidangan sehari-hari ( Imdad dalam Novi, 2001). Cabai merah keriting (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran penting. Buahnya dikenal sebagai bahan penyedap dan pelengkap berbagai menu masakan khas Indonesia. Kebutuhan akan cabai keriting dari hari kehari semakin meningkat dengan semakin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini,( Wahyudi 2004 ). Cabai memiliki banyak nama populer, Cabai atau cabai merah atau Lombok (bahasa jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung sebagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa masakan. Bagi masakan padang, cabai bahkan dianggap sebagai bahan makan pokok yang ketiga. Cabai merah keriting merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Cabai mengandung berbagai
macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia, cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah cabai hijau. Cabai juga mengandung lasparaginasi dan capsikin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006). Komoditi yang diusahakan petani di Indonesia terutama pertanaman rakyat meliputi tanaman pangan dan hortikultura, salah satu tanaman hortikultura yang banyak diusahakan petani adalah tanaman cabai merah keriting. Produksi cabai di Kabupaten Banyuasin berdasarkan data dan badan pusat statistik Kabupaten Banyuasin tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Luas panen dan produksi Tanaman Sayuran di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 No
Jenis Tanaman
Luas Panen(ha)
Produks (ton)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau Papaya Pisang Kacang Panjang Cabai Tomat Terong Ketimun Kangkung Bayam Buncis
225,00 213,00 193,00 33,20 283,00 597,00 989,00 213,00 407,00 261,00 389,00 428,00 241,00
316,00 317,00 256,00 124,00 1.448,30 1.566,80 1.711,00 514,00 957,00 896,00 430,00 396,00 189,00
Sumber : Badan Pusat Stastistik Kabupaten Banyuasin 2012 Tabel 1 diatas menjelaskan di kabupaten Banyuasin jenis tanaman yang diusahatani terluas adalah cabai yaitu 989 ha dengan produksi 1.711 ton. Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman cabai di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat dari Tabel berikut ini :
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012. No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Talang Kelapa Banyuasin I Banyuasin II Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Rantau Bayur Betung Tanjung Lago Muara telang Makarti Jaya Air Saleh Rambutan Muara Padang Mauara Sugihan Jumlah
Sumber:
Luas Panen (Ha) 122 120 12 619 11 27 71 441 2 11 6 62 20 6 34
Produksi (Ton) 20,8 996,5 5,7 654,0 23,7 8,8 7,1 232,4 8,4 41,4 4,0 51,4 21,7 15,3 948,5
Produkti vitas (Ton) 0,17 8,30 0,48 1,06 2,15 0,33 0,10 0,53 4,20 3,76 0,67 0,83 1,09 2,55 27,60
1.564
3.029,7
1,94
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Banyuasin Provinsi sumatera Selatan 2012
Tabel 2 diatas menunjukan bahwa luas panen yang tertinggi terdapat di Banyuasin III adalah sebesar 619 Ha, tetapi produktivitas tertinggi terdapat di Muara Sugihan sebesar 27,60 Ton. Luas panen dan produksi tanaman cabai di Kecamatan Talang Kelapa dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3. Luas Panen dan Produksi Cabai di Kecamatan Talang Kelapa Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Desa Tanjung Sari Talang Buluh Air Batu Sukamoro Sukajadi Sungai Rengit Tanah Mas Pangkalan Benteng Gasing Kenten Talang Keramat
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
25 30 3 2 2 5 2 15 3 10 15
31,8 40,0 12,6 8,4 7,9 4,7 8,3 24,3 9,5 19,3 25.0
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banyuasin 2012
Tabel 3 menjelaskan di Kecamatan Talang Kelapa tanaman cabai yang diusahatani di Desa Tanjung sari dengan luas panen 25 (Ha) dan produksi 31,8 (Ton). Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin merupakan daerah penghasil tanaman sayur terutama cabai merah keriting dan penduduknya dominan mengusahakan tanaman cabai sebagai pekerjaan pokok. Berkaitan dengan persoalan diatas, para petani cenderung berorientasi pada pendapatan yang didapat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan ingin mencapai suatu keadaan hidup yang lebih sejahtera. Tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari tingkat pendapatan, sehingga besar kecilnya pendapatan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan. Selain meningkatkan pendapatan yang lebih penting adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat yang merata. Berdasarkan keadaan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Cabai Merah Keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin”. B. Rumusan Masalah 1. Berapa besar pendapatan usahatani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin ? 2. Bagaimana distribusi pendapatan petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin ? 3. Bagaimana kesejahteraan rumah tangga petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin ? C. Tujuan Penelitian
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
1. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan usahatani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. 2. Untuk menganalisis distribusi pendapatan petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. 3. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. D. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan kajian ilmiah dan sumber informasi, serta bahan tambahan keperpustakaan untuk penelitian sejenis yang akan datang. 2. Sebagai bahan informasi pemerintah khususnya, instansi terkait dalam upaya memberikan binaan dan bantuan kepada petani cabai merah keriting II. KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Konsepsi Tanaman Cabai Merah Keriting Tanaman cabai menghendaki pengairan yang cukup tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang pertumbuhan jamur dan bakteri, jika kekurangan air tanaman cabai akan menjadi kurus, kerdil, layu dan mati. Cabai dipanen pada umur 85-90 hari setelah tanam dengan memetik buah warna kuning sampai warna merah. Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2-5 hari sekali tergantung dari luas penanaman, ketersediaan tenaga kerja dan kondisi pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah serta tangkainya dengan tujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama. Satu musim tanaman cabai dapat dipanen 15 – 20 kali tergantung kesehatan tanaman.
Cabe merah keriting pertumbuhan tanaman kuat dan tinggi tanaman terus menerus berbunga sehingga waktu panennya lama cocok untuk dataran rendah panjang buah 12,5cm dengan diameter 0,8cm berat buah 5-6 gram potensi hasil 0,8-1,2 kg per tanaman Umur panen 90 hst di dataran rendah dan 105 hst di dataran tinggi. Cabai (Capsicum Annum L.) Merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai juga dapat digunakan untuk keperluan industry diantaranya, industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu peningkatan produksi cabai guna memenuhi permintaan konsumen dan kenaikan pendapatan petani. Morfologi Tanaman Cabai menurut Sander et.Al. (1998) : 1. Daun Daun tanaman cabai bervariasi menurut spasies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus ada pula yang berkerut- kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3-11 C, dengan lebar antara 1-5 cm. 2. Batang
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banayak percabangan. Cabai merah keriting, panjang batang ketinggian dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. 3. Akar Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut saja. Biasanya diakar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Cabai tidak memiliki akar tunggal, namun ada beberapa akar tumbuh kearah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang. 4. Bunga Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas ateridae ( berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. pada satu tandan biasanya terdapat 2-3 bunga saja. 5. Buah dan biji Buah cabai merupakan tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu Serrano, cubanelle, cayenne, pimento, Anaheim chile, cherry, jalapeno, elogante bell, ancho, banana, blocky bell. 2. Konsepsi Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoodinasikan faktor-faktor seefektif dan efesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah,2006). Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Organisasi ini sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial baik terikat biologis, politis maupun teritorial sebagai pengolahannya (Hernanto, 1995). Usahatani di Indonesia sebagian besar merupakan uasahatani yang bersifat subsistem. Petani di Indonesia sebagian besar merupakan petani kecil yang memiliki luas lahan 0,10 hektar sampai 0,50 hektar atau sekitar 42,20 persen dari seluruh luasan lahan usahatani pertanian rakyat Indonesia (Siswono,YH.etel,2004). Analisis usahatani adalah suatu pemeriksaan terutama dibidang keuangan sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai. Masalah apa saja yang timbul dan peluang apa saja yang ada, serta alternatif atau tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan keuntungan dari produk pertanian. dari analisis yang dilakukan, pengusaha dapat menyimpulkan apakah usahatani layak untuk diteruskan atau tidak ( Suratiyah, 2006). 3. Konsepsi Pendapatan Berusahatani merupakan salah satu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, yang pada akhirnya dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh selisih keduanya merupakan pendapatan. Sejalan dengan pendapat Soeharjo (1973), bahwa yang dimaksud dengan pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran usahatani,
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
pendapatan yang diterima usahatani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan petani lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, jenis tanah, luas lahan, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Keadaan sosial ekonomi merupakan cermin taraf hidup masyarakat/ keluarga petani. Keadaan sosial ekonomi merupakan cermin taraf hidup keluarga petani. Para ahli mengukur taraf hidup ini dengan tingkat pendapatan yang merupakan faktor sangat mentukan kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya. Pendapatan rumah tangga dapat didekati dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga (makanan dan non makanan). Pendekatan pengeluaran ini telah digunakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Pendekatan ini digunakan untuk memperkecil biasnya data. Fungsi pendapatan bagi keluarga petani adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan ingin mencapai suatu keadaan hidup yang lebih baik dari sekarang. Pendapatan ini dapat digolongkan sebagai pendapatan berupa uang dan barang. Sumber pendapatan petani dibagi dua bagian yaitu pendapatan yang bersumber dari usahatani pengusahaan tanaman pangan, perkebunan serta penjualan berbagai ternak. Menurut Soekartawi (2002), pendapatan dari usahatani diperoleh dari total penerimaan (TR) dikurangi total biaya (TC). Total penerimaan usahatani adalah perkalian antara total hasil produksi dengan harga jualnya, yaitu biaya tetap. 4. Konsepsi Distribusi Pendapatan Menurut Hernanto (1995), Distribusi adalah pendapatan yang berasal dari berbagai sumber, baik yang berasal dari usahatani maupun yang berasal dari luar usahatani. Pada dasarnya sumber pendapatan petani dibagi dua bagian, yaitu pendapatan yang bersumber dari usahatani diperoleh dari pengusahaan tanaman pangan, perkebunan serta penjualan berbagai ternak. Pendapatan yang bersumber dari luar
bidang usahatani seperti buruh, dagang, dan lain-lain yang dapat memberikan kontribusi pada pendapatan keluarga. Menurut todaro (2000) dalam Sushasni (1998), bahwa tingkat penyebaran pendapatan dapat diukur dengan menggunakan rasio konsentrasi gini ( gini Ratio), yang mempunyai kisaran nilai 0 sampai nilai 1. Jika rasio gini petani semakin mendekati Nol (0), berati distribusi pendapatan petani semakin merata, dan bila semakin mendekati nilai satu (1) berari distribusi pendapatan petani semakin timpang. Menentukan berat ringannya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan adalah dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: apabila indeks gini lebih kecil dari 0,4 digolongkan tingkat ketimpangan ringan, sedangkan apabila indeks gini antara 0,4 sampai dengan 0,5 digolongkan ketimpangan sedang, dan apabila indeks gini lebih besar dari 0,5 ketimpangan digolongkan berat. Tabel 4. Ukuran Pemerataan Pendapatan Gini Rasio Tingkat ketimpangan (%) distribusi pendapatan rumah tangga 0 < RG ≤ 0.4 Ringan 0 < RG ≤ 0.5 Sedang RG ≥0.5 Tinggi Sumber :Biro Pusat Statistik, 2014
Menurut kriteria Bank Dunia, secara umum tingkat kesenjangan dalam distibusi pendapatan di Indonesia selama kurun waktu 1984-1993 tergolong rendah, baik didaerah pedesaan maupun daerah perkotaan yang ditunjukan oleh besarnya persentase pendapatan yang dinikmati oleh kelompok penduduk 40% berpenghasilan rendah. Bagi kelompok penduduk 20% berpendapatan tinggi, besar pendapatanya yang diterima justru mengalami penurunan. Penurunan pangsa pendapatan ini karena laju pertumbuhan pendapatan kelompok penduduk 40% berpendapat rendah dan 40% berpendapat menengah lebih besar dari pada laju pertumbuhan pendapatan kelompok penduduk 20% berpendapat tinggi.
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini didasarkan pada kurva lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu. Misalnya pendapatan dengan distribusi seragam yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Untuk membentuk koefisien Gini, garafik persentase kumulatif penduduk (dari termiskin hingga terkaya) digambar pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan) digambar pada sumbu vertikal ini menghasilkan kurva Lorenz. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif yang sebenarnya antara persentase penerima pendapatan (populasi) dan persentase jumlah pendapatan yang mereka terima sebenarnya selama jangka waktu tertentu. Selanjutnya dari gambar 2 dapat dijelaskan bahwa semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal BD, semakin besar ketidak merataan distribusi pendapatan yang terlihat. Koefesien Gini memperlihatkan tingkat ketidak merataan distribusi pendapatan diukur dengan besarnya rasio daerah A dengan jumlah daerah BCD (E). Jadi koefien Gini (G) adalah: E-F G = A/E = = 1 – F/E E % Pendapatan D D A
E
e
B c
a c
b d
% populasi
Gambar 1. Kurva Lorenz yang mengukur c
d
distribusi pendapatan kumulatif F
Untuk kelompok penduduk ab dalam gambar tersebut diperoleh : Fab = (ac) (ab) + 1/2 (de) (ab) = (ac) (ab) + 1/2 (be – ac) (ab) = 1/2 (ab) (be + ac). Untuk koefisien Gini keseluruhan maka: k G = 1 - ∑ fi (Yi – Yi=1) i=1 dimana: GR = Rasio Gini fi = persentase atau proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas-i Yi = persentase atau proprsi kumulatif dari jumlah pendapatan rumah tangga sampai dengan kelas-i k = jumlah kelas. Pada konsep kemiskinan, setiap orang mendasarkan pemikirannya sendiri dengan menyatakan bahwa kebutuhannya tidak terpenuhi secara cukup walaupun secara absolut ataupun relatif sebenarnya tidak tergolong miskin. Pengertian kemiskinan adalah seseorang (keluarga) yang memilik pendapatan yang tidak mencukupi kebutuhan minimum untuk memelihara kondisi fisiknya secara efisien. Sajogyo (1978) mengukur batas kemiskinan dari tingkat penghasilan/pengeluaran rumah tangga setara beras per kapita per tahun yaitu 480 kg untuk kota dan 320 kg untuk desa. Suhardjo, 1997 melakukan stratifikasi kemiskinan dengan membagi golongan penduduk menjadi tiga strata yaitu paling miskin, miskin sekali dan miskin. Sementara untuk golongan tidak miskin dibedakan lagi menjadi dua strata yaitu golongan cukup dan kaya. Pembagian strata kemiskinan dimaksudkan agar dapat diketahui berat ringannya situasi kemiskinan, serta untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam mengatasi masalah kemiskinan dari waktu ke waktu. Termasuk strata penduduk paling miskin adalah yang pendapatannya setara beras
c Pendapatan dan d Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Distribusi Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
kurang dari 240 kg beras/kapita/tahun, miskin sekali 240-360 kg beras/kapita/tahun dan kelompok miskin 360-480 kg beras/kapita/tahun. Sementara kelompok kaya adalah mereka yang memiliki pendapatan sama atau lebih besar dari 960 kg/beras/kapita/tahun, sedangkan kelompok cukup antara 480 – 960 kg beras/kapita/tahun. Tingkat kemiskinan suatu masyarakat erat hubungannya dengan ketimpangan distribusi pendapatan. Namun demikian tingginya pendapatan per kapita tidak menjamin bahwa seluruh penduduk telah menikmati kemakmuran. Angka-angka pendapatan per kapita tidak menunjukkan bagaimana seluruh pendapatan tersebut dibagikan. Dengan meningkatnya pendapatan per kapita belum diketahui apakah keadaan sebagian besar penduduk yang berpenghasilan rendah telah membaik atau belum. Pendapatan per kapita hanya merupakan gambaran secara umum dari kesejahteraan penduduk (Darwis, 2001).
Pengamatan ukuran kesejahteraan dapat dilakukan dengan pendekatan relatif yang menunjukkan adanya perbedaan tingkat kesejahteraan dalam lapisan masyarakat. Indikator yang biasa digunakan adalah tingkat kemiskinan, proporsi pendapatan yang diterima golongan miskin (Widjaya,1992 dalam sushasni, 1998). Batas garis kemiskinan di Kota dan di Desa di Propinsi Sumatera Selatan, berdasarkan BPS tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 5. Batas garis kemiskinan menurut BPS untuk Daerah Perkotaan dan Perdesaan (ukuran waktu : September 2013-September 2014).
5. Konsepsi kesejahteraan Kesejahteraan menurut pengertian persatuan bangsa-bangsa adalah sebagai suatu keadaan atau kondisi yang baik jasmani, mental dan sosial tidak hanya terbatas pada kebutuhan sosial dan ekonomi. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial menyatakan bahwa suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial meteril maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk melakukan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Wijaya, Sudarma, 1992).
Garis kemiskinan dapat didekati dengan melihat besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Tingkat pengeluaran per kapita per bulan diukur dalam besaran rupiah dan selanjutnya dengan menggunakan kriteria BPS ditetapkan tingkat/garis kemiskinan yang setiap tahun besarannya disesuaikan dengan perubahan pengeluaran konsumsi (Darwis, 2001). Kesejahteraan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan. Perbedaan ini sangat ditekankan karena kemiskinan berkaitan erat dengan standar hidup yang absolut dari bagian masyarakat tertentu, sedangkan ketimpangan pendapatan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Pada tingkat ketimpangan yang maksimum, seluruh kekayaan hanya dimiliki oleh satu orang saja dan tingkat kemiskinan sangat tinggi (Setiadi, 2011).
Todaro dalam Sushasni (1998), mengemukaan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari bagaimana total dan pertumbuhan pendapatan masyarakat telah didistribusikan kepada anggota masyarakatnya.
Kota
Desa
2013
2014
2013
2014
Rp. 328.335
Rp. 346.238
Rp. 270.166
Rp. 285.791
Sumber :Badan Pusat Statistik 2014.
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
B. Model Pendekatan Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan secara diagramatik sebagai berikut :
3.
4.
Petani Cabai
produksi
Harga Jual
5. Penerimaan
Biaya Produksi
6. Pendapatan Usahatani Pengeluaran Keluarga
Distibusi Pendapatan
Keterangan:
7.
8.
Hasil Gini Rasio < Standar BPS = miskin Hasil Gini Rasio > Standar BPS = Tidak Miskin Tingkat Kesejahteraan
: Mempengaruhi :melakukan usaha
9.
Gambar 1. Model pendekatan secara diagramatis C. Batasan-Batasan Batasan-batasan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Petani contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah petani cabai merah keriting yang berada di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang kelapa Kabupaten Banyuasin. 2. Penerimaan adalah jumlah produksi cabai yang dihasilkan satu kali musim tanam dikali harga jual (Rp/Lg/MT).
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan yang diterima oleh petani dikurang dengan biaya total (Rp/Lg/MT). Pengeluaran rumah tangga adalah besarnya seluruh biaya atau pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dll (Rp/bulan) Biaya produksi adalah semua biaya tunai yang dikeluarkan petani cabai, yang terdiri biaya pupuk, pestisida, alat pertanian dan tenaga kerja (Rp/Lg/MT). Analisis biaya hanya menghitung cash flow (aliran tunai) yang benar-benar dikeluarkan oleh petani contoh. Harga produksi adalah harga cabai pada tingkat petani di Desa Tanjung Sari (Rp/kg). Distribusi pendapatan adalah penyebaran pembagian pendapatan yang diterima oleh rumah tangga petani contoh diantara pendapatan petani cabai. Distribusi pendapatan dihitung yaitu dimana gini ratio apabila nilai gini ratio mendekati 0 berati distribusi pendapatan petani semakin merata, jika nilai 1 berati ditribusi pendapatan petani semakin timpang. Tingkat kesejahteraan petani cabai dalam penelitian ini dianalisa berdasarkan batas garis kemiskinan hasil survey sosial ekonomi nasional propinsi sumatera selatan tahun 2014. III. METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) dengan petimbangan bahwa sebagian besar penduduk di Desa ini bermata pencaharian pokok sebagai petani cabai merah keriting. Pelaksanaan penelitian ini pada bulan Agustus sampai September 2015.
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
B.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, pada rumah tangga petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. C.
Metode Penarikan Contoh Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode acak sederhana (sample Random Sampling). Proses pemilihan sampel (n) dari populasi (N) dilakukan secara random (acak). Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut: N n= N. d2 + 1 dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi 2 d = presisi yang ditetapkan (15%) Menurut rumus Slovin diatas maka jumlah sampel (n) yang diambil berdasarkan jumlah populasi petani cabai merah keriting (N) di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin yang berjumlah 115 petani cabai ditentukan sebagai berikut: 115 n= = 32,05 = 35 petani 115. (0,15) + 1 D.
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dari petani contoh yang menggunakan kuisioner. Data primer berupa identitas petani, luas lahan, jumlah produksi, harga jual, panen dan pasca panen, dan penggunaan tenaga kerja. Data sekunder sebagai data penunjang, diperoleh dari dinas dan instansi yang berwewenang dalam
penelitian ini berupa jumlah penduduk, dan keadaan umum Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. D. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk membahas permasalahan petani di Desa Tanjung Sari dalam mengatasi disribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang diterima oleh petani cabai merah keriting diukur dengan : Pendapatan petani dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pn = Y . Hy Pd = Pn - BT Dimana : Pn = Total Penerimaan (Rp) Y = Produksi (Rp) Hy = Harga Y (Rp) Pd = Pendapatan Petani (Rp) BT = Total Biaya (Rp) Distribusi pendapatan petani dihitung dengan rumus sebagai berikut : k
GR=1- ∑ fi (Xi=1 – Xi ) (Yi + Yi+1) i=1
GR : Angka Gini Ratio Xi :Proporsi jumlah rumah tangga komulatif dalam kelas i Fi :Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i Yi : Proporsi jumlah pendapatan rumah tangga komulatif dalam kelas i k : Jumlah Kelas Tingkat kesejahteraan petani menggunakan indikator tingkat kemiskinan penduduk sebagai berikut : Tingkat kemiskinan tersebut digunakan ukuran kemiskinan menurut BPS (2014) Propinsi Sumatera Selatan yaitu batas garis kemiskinan adalah 285,791,- per kapita per bulan ditingkat Desa. Ukuran batas garis kemiskinan tersebut adalah :
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
1. Miskin
: Apabila penghasilan per kapita per bulan adalah kurang atau sama dengan Rp.285,791,-. 2. Tidak miskin : Apabila penghasilan per kapita per bulan adalah lebih dari Rp.285,791,-. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Contoh Petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari yang diambil sebagai contoh dalam penelitian ini berumur 31 sampai 59 tahun dan memiliki jumlah anggota keluarga termasuk kepala keluarga 2 sampai 6 orang serta berpendidikan terendah Sekolah Dasar (SD) dan tertinggi Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah anggota keluarga usia kerja petani contoh rata-rata 3 orang setiap keluarga. Umur petani contoh rata-rata 35 tahun. Identitas petani secara rinci ditampilkan pada lampiran 2. Usahatani cabai dilakukan petani contoh di Desa Tanjung Sari merupakan berusahatani yang telah dilakukan sejak lama atau turun temurun dari keluarganya. Usahatani cabai yang dilakukan petani contoh merupakan berusahatani pokok. B. Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai Petani Contoh Faktor-faktor produksi yang digunakan pada petani contoh dalam kegiatan usahatani cabai merah keriting meliputi lahan, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan alat-alat petanian. Penggunaan faktor produksi tersebut lebih jelasnya mengenai faktor produksi dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 10. Penggunaan faktor produksi usahatani cabai petani contoh. No
Faktor produksi
1. 2. 3. 4 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12.
Lahan (Ha) Pupuk kandang (Kg) Pupuk Urea (Kg) Pupuk KCl (Kg) Pupuk TSP (Kg) Pupuk Mutiara (Kg) Pestisida (Kg) Bibit (batang) T.K dalam keluarga (HOK) T.K luar keluarga (HOK) Karung Ember
Rata-rata penggunaan faktor produksi Per luas Per garapan hektar 0,46 1 157,14 341 82,86 180 65,71 142 91,43 198 100 217 18,29 39,76 6.240 13,56 362.72 788 21.28 46,26 48 104 3 7
Tabel 10. Menjelaskan bahwa Lahan yang digunakan petani contoh rata-rata 0,46 hektar, dengan luas garapan yang paling sempit 0,25 hektar dan paling luas 2 hektar. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan petani contoh adalah 384,03 HOK yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga 362.75 HOK dan tenaga kerja luar keluarga 21.28 HOK. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga pada dasarnya hanya digunakan pada saat panen saja dikarenakan kekurangan tenaga kerja yang tersedia didalam keluarga, tetapi ada sebagian petani contoh yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam kegiatan pemeliharaan. Alat-alat pertanian yang digunakan petani contoh di Desa Tanjung Sari dalam melakukan kegiatan usahatani cabai terdiri dari parang, cangkul, sengkuit, ember, karung dan hands prayer. Sedangkan ember dan karung dibeli pada saat panen saja, maka ember dan karung termasuk faktor produksi.
H. Produksi Musim tanam yang dilakukan petani contoh sebanyak 1 kali dalam 1 tahun mulai tanam bulan September dan awal panen bulan Februari. Produksi yang dihasilkan tidak konstan tetapi mengalami perubahan turun naik. Produksi usahatani cabai yang dihasilkan di Desa Tanjung Sari rata-rata 1,582.86 kg/Lg.
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
Dengan produksi terendah sebanyak 700,00 kg/Lg dan produksi tertinggi sebanyak 3,700.00 kg/Lg. Produksi ini masih bisa ditingkatkan dengan meningkatkan penggunaaan pupuk baik pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL dan pestisida yang sesuai dengan anjuran, sehingga produksi ini masih bisa untuk ditingkatkan dengan meningkatkan penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. I.
Biaya Produksi Faktor-faktor produksi yang digunakan petani contoh usahatani cabai merah keriting diperoleh dengan cara membeli di Kios terdekat. Alasan mereka membeli di Kios terdekat karena mudah untuk mendapatakannya dan hemat biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi usahatani cabai merah keriting yang dikeluarkan petani contoh berupa pembelian pupuk, pestisida, alat-alat pertanian dan biaya tenaga kerja. J.
Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting 1. Penerimaan Penerimaan usahatani cabai merah keriting petani cintoh di Desa Tanjung Sari Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin adalah rata-rata total produksi usahatani cabai sebesar Rp. 1,582.86 kg/Lg dengan rata-rata harga Rp. 20,000.00. Maka penerimaan usahatani cabai merah keriting Rp. 5,005,714.29 per bulan. 2.
Pendapatan
Pendapatan usahatani cabai merah keriting petani contoh di Desa Tanjung Sari adalah penerimaan dikurangi biaya produksi, rata-rata pendapatan usahatani petani contoh sebesar Rp. 3,956,726.43 per bulan. Produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani cabai merah keriting masing-masing petani contoh ditampilkan dilampiran 10.
K. Konsumsi Rumah Tangga Petani Contoh Jumlah konsumsi rumah tangga dalam penelitian ini digunakan sebagai pendekatan terhadap pendapatan rumah tangga. Hali ini mengacu pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan oleh BPS. Keadaan ekonomi khususnya pendapatan merupakan cermin hidup dari pada masyarakat. Masyarakat khususnya dipedesaan menggantungkan penggunaan konsumsi rumah tangga dari pendapatan yang berasal dari usaha pokok, hal ini dikarenakan tingkat pendapatan merupakan faktor yang sangat menentukan kemampuan rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga didekati dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang berupa makanan dan berupa bukan makanan. 1.
Pengeluaran Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan atau pengeluaran makanan oleh rumah tangga petani contoh di Desa Tanjung Sari, berdasarkan hasil penelitian berupa: padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, bumbu-bumbuan, bahan minuman, rokok dan lain-lain. Konsumsi makanan keluarga petani contoh yang terbesar adalah konsumsi padipadian yaitu sebesar Rp. 210,000.00. Hal ini dikarenakan konsumsi pokok rumah tangga petani contoh adalah beras. Konsumsi yang terkecil adalah konsumsi umbi-umbian sebesar Rp. 30,000.00. Rata-rata pengeluaran konsumsi makanan petani contoh sebesar Rp. 880,000.00 per bulan. 2.
Pengeluaran Konsumsi Bukan Makanan
Pengeluaran konsumsi bukan makanan petani contoh di Desa Tanjung Sari berdasarkan hasil penelitian berupa: fasilitas rumah, aneka barang, biaya pendidikan, biaya kesehatan, pakaian, keperluan pesta.
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
Rata-rata pengeluaran konsumsi bukan makanan petani contoh adalah sebesar Rp. 588,571.43 per bulan dan pengeluaran konsumsi makanan sebesar Rp.880,000.00 per bulan. Rata-rata jumlah pengeluaran makanan dan bukan makanan adalah sebesar Rp. 1,468.571.43 per bulan dan rata-rata pendapatan bersih sebesar Rp. 3,750,260.71 per bulan. Distribusi Pendapatan Petani Contoh Distribusi pendapatan rumah tangga petani contoh dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan koefisien gini rasio dengan klasifikasi tingkat ketimpangan menurut Biro Pusat Statistik (2014). Pada penelitian ini distribusi pendapatan rumah tangga petani contoh didekati dengan pengeluaran konsumsi makanan dan bukan makanan, dan pendapatan petani contoh yang berasal dari usahatani cabai merah keriting.
Hasil pengukuran distribusi pendapatan rumah tangga petani contoh di Desa Tanjung Sari berdasarkan persentase pendapatan kumulatif dan kurva Lorenz Untuk mengenai grafik kurva Lorenz didaerah penelitian dapat dilihat pada grafik kurva Lorenz berikut ini:
L.
1.
Gini Rasio Melalui Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Hasil penelitian menunjukkan angka gini rasio sebesar 0,22764, lebih jelasnya dilihat pada lampiran 13 sampai 15 dan tabel 16, maka diketahui bahwa distribusi pendapatan rumah tangga petani contoh berada pada tingkat ketimpangan ringan. Selanjutnya koefisien Gini dapat pula dijelaskan melalui grafik kurva Lorenz yang terbagi atas 2 sumbu dimana sumbu horizontal menggambarkan % kumulatif petani sampel, sedangkan sumbu vertikal menyatakan % kumulatif dari total pendapatan yang diterima petani sampel. Disamping itu, grafik kurva Lorenz juga memiliki garis linear yang disebut dengan garis pemerataann Tabel 15. Ukuran Pemerataan Pendapatan Gini Rasio Tingkat ketimpangan (%) distribusi pendapatan rumah tangga 0 < RG ≤ 0.4 Ringan 0 < RG ≤ 0.5 Sedang RG ≥0.5 Tinggi Sumber :Biro Pusat Statistik, 2014
Gambar 3. Kurva Lorenz Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Contoh Melalui Proksi Pengeluaran di Desa Tanjung Sari, Tahun 2015 . Kurva Lorenz yang ditunjukkan pada gambar 3 diatas memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara prosentase kumulatif petani sampel dengan prosentase kumulatif pendapatan yang benar-benar mereka terima selama tahun 2015. Dari kurva Lorenz tersebut dapat diketahui bahwa sekitar 20% dari jumlah petani sampel yang memiliki pendapatan terendah hanya menerima 11.02% bagian dari keseluruhan total pendapatan. Selanjutnya 40% petani sampel yang juga memiliki pendapatan terendah menerima 24.32% bagian dari keseluruhan total pendapatan. 2.
Gini Rasio Melalui Pendapatan Usahatani Cabai Merah Keriting
Perhitungan Gini Rasio berdasarkan pendapatan usahatani cabai merah keriting didapat nilai Gini Rasio sebesar 0,13088, lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16 sampai 18. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
distribusi pendapatan rumah tangga petani contoh berada pada tingkat ketimpangan ringan. Hasil pengukuran distribusi pendapatan rumah tangga petani contoh di Desa Tanjung Sari berdasarkan persentase pendapatan kumulatif dan kurva Lorenz Hasil pengukuran distribusi pendapatan melalui proksi pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 0,22764, sedangkan distribusi pendapatan yang didekati dengan pendapatan usahatani cabai merah keriting sebesar 0,13088. Berdasarkan perhitungan Gini Rasio baik melalui proksi pengeluaran rumah tangga dan pendapatan uasahatani cabai merah keriting maka kedua pendekatan tersebut berada diketimpangan yang sama. Tetapi distribusi pendapatan melalui proksi pengeluaran lebih merata jika dibandingkan dengan melalui pendapatan usahatani cabai merah keriting, ini berarti penyebaran distribusi pendapatan melalui proksi pengeluaran yang digunakan oleh petani contoh relatif merata, sedangkan melalui pendapatan usahatani cabai merah keriting persebarannya relatif beragam. M. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Contoh Tingkat kejahteraan masyarakat dapat dilihat dari bagaimana total dan pendapatan masyarakat telah didistribusikan kepada anggota masyarakat. Pengamatan ukuran kesejahteraan dapat dilakukan dengan pendekatan relatif yang dapat menunjukan adanya perbedaan tingkat kesejahteraan dalam masyarakat. Indikator yang biasa digunakan adalah tingkat kemiskinan, proporsi pendapatan yang diterima golongan miskin ( widjaya, 1992). Pada penelitian ini, tingkat kesejahteraan petani contoh digunakan indikator tingkat kemiskinan penduduk. Batas tingkat kemiskinan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014, adalah Rp 285,791 per kapita per bulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangga petani contoh adalah sebesar Rp. 1,468,571.43 per bulan , sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 4 orang per keluarga. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa penghasilan per kapita per bulan petani contoh adalah sebesar Rp. 447,857.14. Bila dibandingkan batas garis kemiskinan per kapita per bulan ditingkat desa yaitu sebesar Rp. 285.791,00 maka tingkat kesejahteraan rumah tangga petani contoh berada diatas garis kemiskinan atau tergolong tidak miskin. VI . KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Rata-rata pendapatan usahatani cabai merah keriting adalah sebesar Rp. 3,956,726.43 per bulan. 2. Berdasarkan perhitungan Gini Rasio baik melalui proksi pengeluaran rumah tangga dan pendapatan uasahatani cabai merah keriting maka kedua pendekatan tersebut berada diketimpangan yang sama, dimana distribusi pendapatan melalui proksi pengeluaran rumah tangga sebesar 0,22764 sedangkan melalui pendapatan usahatani cabai merah keriting sebesar 0,13088. 3. Rata - rata penghsilan petani contoh di Desa Tanjung Sari sebesar Rp.447,857.43 per kapita. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani contoh cabai merah keriting berada diatas garis kemiskinan dan tergolong tidak miskin B. Saran 1. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani cabai merah keriting sebaiknya melakukan usahatani sesuai anjuran, tetapi ada sebagian petani yang pendapatannya lebih besar dari
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang – Indonesia
pengeluaran maka sebaiknya petani contoh melakukan usaha sampingan. 2. Kesejahteraan petani cabai merah keriting di Desa Tanjung Sari perlu ditingkatkan lagi dengan cara memperluas lahan serta mengoptimalkan usahataninya. DAFTAR PUSTAKA Ala Andre bayo,2009. Konsep Distribusi pendapatan. Diakses dari http:/distribusi.blogspot.com/2016/01dis tribusi-pendapatan html. pada tanggal 6 januari 2016. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Selatan,2012. Harga produksi Cabai di Kabupaten Banyuasin 2012. Darwis, 2001. Pengertian kemiskinan dan kesejahteraan. Diakses dari http:/kemiskinan.blogspot.com/2016kim iskinan-kesejahteraan html. Pada tanggal 25 februari 2016.
Siswono,YH. Et al, 2004. Mengenal Tanaman Hortikultura, Swadaya. Jakarta Soeharjo. 1973. Distribusi Pendapatan. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi, 2002. Distribusi Pendapatan. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi, A. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta Yuniarti, 1992. Analisis Pendapatan pembibitan Cabai. Diakses dari http://analisis.blogspot.com/2015/20anal isis-pendapatan-pembibitan-cabai.html pada tanggal 1 April 2015. Wijaya. 1992. Pendekatan Pembangunan Dalam Pertanian dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Masyrakat, Bogor. Winardi, 2000. Konsep Kekayaan dan Kemiskinan. Diakses dari http://kekayaan.blogspot.com/2016konsep -kemiskinan-pendapatan.html pada tanggal 15 januari 2016.
Ferryanto, 2011. Konsep Penerimaan dan Pendapatan. Diakses dari http:// penerimaan. blogspot. Com /2014/12konsep-penerimaanpendapatan.html pada tanggal 14 Mei 2015. Hernanto, F.1995 Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya.jakarta. Kilham.2006. Biaya dan Pendapatan didalam Usahatani. Departemen Ekonomi Pertanian Fakultas pertanian UGM. Yogyakarta. Setiadi, 2011. Teori kemiskinan, penebar Swadaya. Jakarta. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani, penebar Swadaya. Jakarta. Sushasni. 1998. Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Karet. Universitas Tridinanti, Palembang.
Distribusi Pendapatan dan Tingkat kesejahteraan Petani Cabi Merah Keriting di Desa Tanjung sari, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
Filename: jurnal apriyani_1FE2C Directory: C:\Users\Aspire E 14\AppData\Local\Temp Template: C:\Users\Aspire E 14\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title: Subject: Author: Cahyadi Keywords: Comments: Creation Date: 21/04/2016 22:09:00 Change Number: 4 Last Saved On: 22/04/2016 12:25:00 Last Saved By: AO 756 Total Editing Time: 6 Minutes Last Printed On: 23/04/2016 7:10:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 15 Number of Words: 6.011 (approx.) Number of Characters: 38.474 (approx.)