ii
i
DAFTAR ISI
RINGKASAN DISERTASI TRANSMISI IDEOLOGI GERAKAN ISLAM POLITIK TIMUR TENGAH TERHADAP GERAKAN ISLAM POLITIK DI YOGYAKARTA DAN SURAKARTA
diajukan oleh: Istadiyantha 08/276448/SMU/562
Halaman Judul .............................................................................................
i
Daftar Isi......................................................................................................
ii
Tim Penguji .................................................................................................
iii
Prakata .........................................................................................................
iv
Abstract .......................................................................................................
vii
1. Pendahuluan..........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................
2
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................
4
1.5 Kerangka Teori dan Metodologi.....................................................
5
2. Istilah dan Ideologi Islam Fundamentalisme dan Islam Politik ............
7
3. Genealogi GIP Timur Tengah...............................................................
18
4. Transmisi Gerakan Islam Politik Timur Tengah ke Indonesia .............
30
5. Simpulan/ Penutup ................................................................................
32
Daftar Pustaka .............................................................................................
34
Lampiran......................................................................................................
39
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
i
ii
iii
iv
PRAKATA Alhamdulillah, rasa syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah atas
TIM PENGUJI
pertolongan-Nya, sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw. beserta para
1. Prof. Ir. Suryo Purwono, M.A.Sc., Ph.D. (Ketua Sidang) 2. Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A. (Penguji) 3. Prof. Dr. Irwan Abdullah (Penguji) 4. Prof. Dr. M. Abdul Karim, M.A., M.A. (Ketua Tim Penilai) 5. Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A. (Anggota Tim Penilai) 6. Prof. Noorhaidi, M.A.,M.Phil., Ph.D. (Anggota Tim Penilai) 7. Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A.,M.Phil. (Promotor) 8. Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. (Ko-Promotor) 9. Dr. Siti Muti’ah Setiawati, M.A. (Ko-Promotor)
sahabat dan keluarganya, amin. Penulisan
disertasi
ini
melibatkan
banyak
pihak,
baik
yang
berhubungan dengan masalah keilmuan, material, dan spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta; Prof. Dr. Hartono, D.E.A., D.E.S.S. selaku mantan Direktur Sekolah Pascasarjana (periode 20102014); Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D. (Pjs. Direktur S.Ps. UGM 2014); Wakil Direktur Bidang Akademik, Pengembangan, dan Kerjasama Prof. Ir. Suryo Purwono, M.A.Sc., Ph.D. dan Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A. selaku ketua minat Kajian Timur Tengah pada Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan, motivasi, dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan studi S3 di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil. selaku promotor saya; Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. dan Dr. Siti Muti’ah Setiawati, M.A. selaku kopromotor saya yang selalu memberikan perhatian, bimbingan dengan teliti dan penuh kesabaran, serta juga tak henti-hentinya untuk memotivasi agar penulisan disertasi ini segera diselesaikan.
iii
iv
v
vi
3. Para Tim penilai dan sekaligus penguji Disertasi, yaitu: Prof. Dr. M. Abdul
Mujahidin, S.Ag., M.Ag. (Kajur Sastra Indonesia dan Kajur Sastra Arab);
Karim, M.A., M.A., Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A., Prof. Noorhaidi, M.A,
serta beberapa sahabat/ mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dan Arab yaitu
M.Phil., Ph.D., dan Prof. Dr. Irwan Abdullah yang telah meluangkan waktu
Farhana Aulia, S.S. (alumni, sekarang S2 UGM), Eko Nur Ihsanto, Dyah
untuk memberikan masukan-masukan yang amat berharga, saya ucapkan
Putri Puspitasari, Aisyah Qoriyani, Nurul Fathimah, Miranti Kencana
banyak terima kasih.
Wirawan yang membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan disertasi
4. Rektor Universitas Sebelas Maret; Pimpinan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
ini, baik sebagai informan maupun editor.
UNS; serta Pimpinan Jurusan Sastra Indonesia dan Jurusan Sastra Arab,
8. Keluarga saya, Hj. Diyah Setyo Winarni (isteri), Ika Qurrota A’yunin,
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS yang telah mengizinkan dan
S.Pd., M.A. dan Nur Hidayat, S.T. (puteri sulung dan menantu), Ulfa
memberikan dorongan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut S3, dan
Mubarika, S.Sos. dan Josep Yoga Widyatmoko, S.Sos. (puteri dan
juga memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
menantu), dan Rida Nurafiati (puteri bungsu), dan orang tua (H.
5. Para ustadz dan aktivis gerakan Islam politik yang saya temui atau saya
Muhammad Wardji dan Hj. Sudjirah, semua sudah almarhum), serta mertua
rujuk pendapatnya pada disertasi ini. Terutama sekali ketika penulis
saya H. Atmo Suwiryo dan Hj. Katemu, semua telah almarhum. Kepada
diterima dengan penuh persaudaraan pada saat Konggres MMI III di
beliau, semua saudara kandungku, ipar, dan keponakan, semua teman, serta
Yogyakarta, 9-10 Agustus 2008. Pertemuan bulan Ramadhan 2011 di
sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan doa, empati, dan dorongan
rumah Bapak Hardono Manahan Surakarta, saat bertemu dengan para
moral agar penulisan disertasi ini segera diselesaikan, maka hal itu amat
pimpinan agama Islam terutama tokoh FPIS, JAT, LUIS, dan sebagainya
berharga bagi saya, untuk itu saya ucapkan terima kasih.
saya rasakan besar manfaatnya.
Kepada semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu-persatu di sini,
6. Para staf perpustakaan, terutama Perpustakaan Pusat UNS; Perpustakaan
penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya.Semoga Allah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS; Perpustakaan UMS Surakarta;
memberikan balasan yang lebih baik.Harapan saya semoga disertasi ini
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Perpustakaan Islam di
bermanfaat.
Kartopuran Surakarta; Pondok Ngruki Sukoharjo; serta lembaga-lembaga lain yang banyak memberikan kontribusinya pada penulisan disertasi ini.
Yogyakarta, 21 Juli 2014
7. Para teman mahasiswa di S3 UGM, terutama Dr. Yoyo, M.A. dan Sidqon Maesur, Lc., M.A.; teman-teman dosen Jurusan Sastra Indonesia dan Sastra
Penulis,
Arab UNS, terutama Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. dan M. Farkhan
Istadiyantha
v
vi
vii 1. Pendahuluan ABSTRACT
1.1 Latar Belakang Gerakan Islam Politik (selanjutnya disingkat GIP) di Timur Tengah
Several countries have their important influences to the Islamic world. Those countries include Saudi Arabia, Egypt, Palestine, Iran, Afghanistan, Iraq, and Syria. Especially in Indonesia, Political Islamic Movement appears as the effect of the ideology transmission coming from the Middle East, either directly or indirectly. The ideology transmission of those movement in Indonesia has begun its rapid development since the 1980s or after the rise of the world oil prices and as numbers of Indonesian scholars went to the Middle East especially Saudi Arabia and Egypt for their study. The most effective transmission is shared through the reinforcements called mujahideen such as in the Arab – Israeli war, and Russian - Afghanistan war because the ideology struggled for is the establishment of the Islamic State (Khilafah Islamiyyah), the purification of Islamic law, and the Islamic solidarity. In 2013 and 2014, the ideology transmission from Iraq and Syria has widely spread in Indonesia. ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), a hardline Islamic movement, has become the ideology frequently discussed in the mass media. The radical views among Sunni, Syiah and Khawarij as distinguished ideologies bring their influence in shaping the characters of Islamic movements. The conflict between those three has been extremely sharp. As Muhammad bin Abdul Wahab (1701 - 1793) brought Wahabi (puritan Islam) under the school of Hanbali throughout the Arabian Peninsula, then came the movement of Islamic reformism commonly known as Salafism which has also been growing throughout the world. The pioneers are the critical thinkers and reformist-modernists such as Jamaluddin al-Afghani (18381935), Muhammad Abduh (1849-1905), and Muhammad Rasyid Rida (1865-1935). They argue that the rational thinking as the foundation of modernity, is already set in Islam. As a result, this movement contributes to the modern Islamic thought. Furthermore, the term Salafy and Salafism in Indonesia shifted in meanings, giving rise to multi-interpretations. This study aims at understanding how the Middle Eastern ideologies get transmitted to the political Islamic movements in Yogyakarta and Surakarta and knowing how the movements struggle for their ideologies. There are only five political Islamic movement in Yogyakarta and Surakarta analyzed: the MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), Laskar Jihad, JAT (Jamaah Ansharut Tauhid), Front Pemuda Islam Surakarta, and Laskar Umat Islam Indonesia. This research is expected to give its significance to the cultural studies, the sociology of religion, and political science. Practically, this research can be used as a new knowledge in Islamic studies, especially in the history of Islam, Islamic thought, and Islamic law. This insight, then, might be applied as a reference in creating better developments and structures of the upcoming Islamic organizations. In addition, this can be useful as a reference for the Indonesian policy makers in their efforts to maintain national stability and unity. The theory of diffusion is best applied in this research. The data was both deductively and inductively analyzed and was conducted simultaneously in accordance with the circumstances and needs of the data.. Keywords: Political Islamic Movement; The Purification of Islam; The Islamic State (Khilafah Islamiyah); Islamic Ideology Transmission.
amat berpengaruh terhadap Gerakan Islam Politik di seluruh dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Di antara banyak negara di Timur Tengah, ada 5 negara yang menjadi pusat transmisi bagi perkembangan Islam di dunia, terutama bagi gerakan Islam politik. Adapun 5 negara tersebut adalah Arab Saudi karena sebagai pusat peradaban dan peribadatan Islam; Mesir karena banyaknya mahasiswa yang belajar pengetahuan agama Islam di sana; Palestina dan Afganistan karena pihak yang terlibat langsung dalam peperangan, Palestina dan sebagian negara Arab terlibat perang sepanjang abad dengan Israel, dan Afganistan perang antara negara itu dengan Rusia dan Amerika; serta Iran yang berhasil melakukan revolusi Islam pada 1979. Sejumlah negara (5 negara) ini ada dua negara yang amat dominan pengaruhnya bagi GIP di Indonesia, yaitu Arab Saudi dan Mesir. Negara berikutnya yang juga berpengaruh bagi perkembangan GIP adalah Palestina, Afganistan, dan Iran (Bdk. Abegebriel, 2004: vii-xiv, 495-691. Dekmejian, 1995: 119-141; Mubarak, 2008: 6-8, 121, 125; Yunanto, dkk., 2003: 122-135). Sejak tahun 2013-2014 negara Irak dan Syria mendapat sorotan dunia, terutama pengaruh GIP Irak dan Syria yang dikenal dengan nama ISIS. Jadi (akhir-akhir ini) ada 7 negara yang amat penting pengaruhnya (langsung maupun tak langsung) bagi dunia Islam adalah: Saudi Arabia, Mesir, Palestina, Iran, Afganistan, Irak, dan Syria. GIP Timur Tengah, dari Irak dan Suriah begitu cepat menjalar ke Indonesia. Pada tahun 2013-2014 ramai diberitakan media massa tentang ISIS (Islamic State of Iraq and Syria (sekarang disebut dengan
vii
1
2
Islamic State saja, atau NIIS: Negara Islam Irak dan Suriah [Kompas. 2014: 8])
3
a.
Latar belakang ideology GIP Timur Tengah yang mewarnai berbagai GIP
atau Daisy, Daulah Islaamiyyah fii ‘Iraaqi wa Syaams), yang diketuai oleh
di dunia dan Indonesia, lebih khusus tentang kaitan antara gerakan yang
Abubakar Al-Baghdadi dari Irak.
ada di Yogyakarta dan Surakarta dengan gerakan–gerakan yang
1.2 Rumusan Masalah
sebelumnya ada di Timur Tengah seperti gerakan al-Ikhwan, Wahabi,
Permasalahan yang muncul dalam GIP meliputi masalah akidah,
Salafy, dan Hizbut Tahrir, sehingga GIP ini ada yang diorganisasi secara
ibadah, dan akhlak. Pada penelitian ini dibahas khusus permasalahan akidah
rapi, modern, mantap, dan mendunia, artinya memiliki dampak
atau ideologi. Adapun permasalahan ideologi GIP adalah sebagai berikut.
internasional yang amat luas.
1.2.1 Bagaimanakah transmisi ideologi GIP Timur Tengah terhadap GIP di
b.
Yogyakarta dan Surakarta? Bagaimanakah genealogi dan karakteristik
kunci dalam perjuangan GIP, yang hal ini amat perlu diketahui guna
GIP Timur Tengah serta apa pengaruhnya terhadap GIP di Yogyakarta
mengkaji corak gerakan lain yang muncul lebih kemudian terutama di
dan Surakarta?
Yogyakarta dan Surakarta.
1.2.2 Bagaimanakah pandangan dunia GIP Timur Tengah dan GIP Yogyakarta
c.
dan Surakarta tentang konsep hubungan negara dan agama?
pandangan dunia tentang hubungan agama dan negara?
Bagaimanakah transmisi dan pengaruh ideologi GIP Timur Tengah mengenai konsep hubungan antara negara dan agama, yang diserap oleh
1.2.3 Bagaimanakah cara GIP Yogyakarta dan Surakarta merealisasikan
1.3
Apakah ada ideologi yang menjadi kaidah-kaidah pokok yang menjadi
berbagai GIP di Indonesia, dan khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. d.
Bagaimanakah background dan corak berdirinya berbagai GIP di
Tujuan Penelitian
Yogyakarta dan Surakarta pada khususnya, serta di Indonesia pada
Tujuan Penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
umumnya, yang menurut sebagian sumber jumlah anggota dan simpatisan
1.3.1 Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan tentang
gerakan-gerakan itu masih relatif amat sedikit, dan tidak sebanding dengan
kaidah-kaidah pemikiran Islam yang dipakai oleh suatu GIP secara
organisasi Islam besar lain yang telah lama berkembang di Indonesia,
internasional khususnya di Timur Tengah dan Indonesia guna mengetahui
seperti NU dan Muhammadiyah.
gejala yang muncul sebagai awal terjadinya transformasi budaya maupun perubahan pada tingkat tatanan sosial. 1.3.2. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu hasil kajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai:
4
1.4 Manfaat Penelitian Ada dua manfaat dalam penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis
5
1.5 Kerangka Teori dan Metodologi 1.5.1 Kerangka teori Ketepatan penerapan suatu teori terhadap suatu penelitian tak selalu ditentukan oleh baru atau lamanya teori tersebut ditemukan, melainkan
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
ditentukan oleh sifat dan relevansi dari penelitian itu. Demikian pula
bidang ilmu budaya, sosial khususnya bidang sosiologi agama, dan ilmu
penggunaan teori difusi pada penelitian ini, walau teori difusi dapat dikatakan
politik. Perilaku keagamaan dan fenomena sosial budaya, serta politik
sebagai teori yang cukup tua usianya namun dipandang relevan untuk
yang dipaparkan pada penelitian ini diharapkan merupakan suatu temuan
digunakan pada penelitian ini.
yang bermanfaat, yang diharapkan menambah referensi dalam bidang ilmu pengetahuan. 1.4.2 Manfaat Praktis
Di bidang antropologi dikenal adanya teori difusi (difussion), yaitu ‘teori penyebaran unsur-unsur kompleks’ (Baal, 1987: 169-170). Baal juga mengatakan bahwa penyebaran itu sebagai hal biasa jika berasal dari suatu titik
Secara praktis penelitian ini dapat dipakai sebagai penambahan wawasan
sentrum tertentu. Diffusionism merupakan landasan pembentukan prinsip
dan pengetahuan dalam bidang agama Islam khususnya sejarah Islam,
determinisme budaya, diffusionism mencapai puncaknya pada masa Franz Boas
pemikiran Islam, dan syariat Islam, yang wawasan ini dapat diterapkan
(Bohannan dan Glazer dalam Saifuddin, 2004: 24).
sebagai acuan dalam pembinaan dan penataan suatu organisasi Islam pada
Konsep difusi pada dasarnya mengandung suatu pengertian bahwa bentuk
periode-periode selanjutnya agar lebih sempurna. Karena organisasi-
dan ide suatu kebudayaan dari satu daerah dapat berpengaruh pada daerah
organisasi pendahulu selalu ada saja kelebihan dan kekurangannya. Di
kebudayaan yang lain, bertemunya satu suku bangsa dengan yang lain dapat
pihak lain, juga bermanfaat sebagai referensi bagi para pengemban
saling bertukar pengaruh tentang bahasa, adat kebiasaan, pakaian, pandangan
kebijakan di negeri ini dalam upaya menjaga stabilitas nasional dan
dunia, dan nilai-nilai kehidupan mereka (Crapo, 2002: 15-16).
keutuhan negara RI.
Dikatakan
Ahimsa-Putra
bahwa
kebudayaan
dalam
diffusionism
diumpamakan seperti kolam yang dilempar batu di tengahnya, sehingga timbul gelombang-gelombang yang menyebar dari tengah ke pinggir.Dikatakan oleh Ahimsa-Putra bahwa teori difusi ini berkembang di Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat (Ahimsa-Putra, 2008: 14). Difusi merupakan proses bagaimana
6
suatu inovasi tersebar kepada suatu sistem sosial, dan kajian tentang difusi
7
2. Istilah dan Ideologi Islam Fundamentalisme dan Islam Politik
adalah telaah tentang pesan-pesan berupa gagasan baru (Hanafi, 1981: 23).
Istilah fundamentalisme pertama kali muncul di dunia Barat oleh
Penyebaran ideologi dari satu tempat ke tempat lain sering disebut dengan
gerakan Kristen Protestan Amerika.Mereka memerangi masyarakat sekuler
transmisi.
yang baik maupun yang buruk, mengisolasi diri dari kehidupan bermasyarakat,
Definisi “transmisi”, adalah ‘pemindahan’ (transmission, Ing.)(Wojowasito,
dan menolak hasil pemikiran ilmiah. Para peneliti Barat menyebutkan istilah
1982: 426). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, transmisi
ushūliyyah yang memiliki arti sama dengan fundamentalisme, ia juga
adalah: 1) pengiriman [penerusan] pesan dan sebagainya dari seseorang kepada
menggunakan kata al-ushūliyyūn yang diterjemahkan sebagai legalist
orang [benda] lain; “transmisi berita” = ‘jaringan berita’ 2) penularan,
fundamentalists (Dekmejian, 1997: 5).Kristen fundamentalis mulai dikenal
penyebaran,
=
(secara luas) pada akhir tahun 1970-an, ketika itu masyarakat Amerika Serikat
.’mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang [benda] kepada orang lain
dikenal karena paham keagamaannya yang konservatif. Gerakan yang berakar
[benda] (Departemen Pendidikan Nasional, 2014: 1485). Jadi transmisi di sini
dari Amerika itu berkeinginan mendirikan agama Kristen tradisional sebagai
dimaknai sebagai ”penyebaran suatu ide”. Transmisi ini ada yang sekali jadi
kekuatan dominan seluruh aspek sosial kemasyarakatan termasuk politik di
(adopsi), da nada yang mengalami suatu proses asimilasi (akulturasi).
Amerika. Tetapi Kristen protestan Amerika menyatakan tidak setuju dan
1.5.2 Metodologi
menolak bahkan mengatakan Kristen-Katolik adalah orang yang jumud. Imbas
1) Sumber Data: Ideologi GIP yang berkembang di Timur Tengah dan
dari itu adalah mereka kemudian memunculkan ideologi baru yaitu pemisahan
Indonesia pada umumnya, serta di Yogyakarta dan Surakarta pada
antara agama dan negara (paham sekuler). Sebagai reaksi balik untuk wacana
khususnya.
yang digulirkan Kristen-Protestan ini, kemudian muncul pergerakan besar dari
(penjangkitan
penyakit);
“mentransmisikan
pesan”
2) Data: Proses transmisi ideologiGIPdari Timur Tengah ke Yogyakarta dan Surakarta.
kalangan Kristen yaitu Kristen-Katolik yang menolak segala perkembangan yang terjadi. Slogan mereka yang terkenal adalah “Penjaga kitab suci”. Dari
3) Analisis Data: Analisis data dilakukan secara deduktif dan induktif,sesuai
sinilah muncul istilah fundamentalisme dengan nama gerakan persatuan
dengan situasi dan kondisi yang diperlukan. Data diperoleh dengan berbagai
(Dahlan: 2008).Meskipun mereka melihat masa lalu, namun mereka menjadikan
cara, seperti metode wawancara, survai, dan metode observasi.
masa lalu itu sebagai penuntun bagi masa depan. Mereka bukan orang-orang konservatif, namun mereka adalah orang-orang revolusioner (Idem; Bellah, 2000: 227-7).
8
9
Revolution:
bidang ideologi, misalnya Mu’tazilah, Asy’ariyah, tradisionalis, Wahabi,
Fundamentalism in the Arab World menyebut beberapa istilah yang sepadan
Akhbari, gerakan-puritanisme, dan fundamentalis Islam (lih. Ezzati, 1990: 12).
dengan al-Ushuuliyah al-Islaamiyyah(Islamic Fundamentalism) yaitu dengan:
Kecuali kata fundamental, dikenal pula istilah radikal dan militan dengan
al-Ba’thal-Islaami (Islamic Resurrection); ash-Shachwah al-Islaamiyyah
makna yang hampir sama, tetapi jika ditelusuri makna asalnya adalah sebagai
(Islamic Awakening); Ichya’ ad-Diin (religious revival); al-Charakah al-
berikut.
R.
Hrair
Dekmejian
dalam
bukunya
Islam
in
Islaamiyyah(Islamic Movement); at-Tayyaral-Islaami (Islamic Current); dan alIttijaah al-Islaami (Islamic tendency) (1995: 4; lihat juga Hanafy, 1989:7). Kecuali itu masih ada beberapa penyebutan bagi Islam fundamentalis, yaitu disebut dengan “restitutionist” dan ”restorationist”, sesuai dengan alasan berikut: Muslim fundamentalist have also been called “restitutionist” and restorationist because they constantly strive to recreat an Islamic state founded
Radical adalah ‘of or from the root or base (Hornby, 1987: 691); fundamental; (politics) favouring fundamental reforms; advanced in opinions and politics; (maths) relating to the root of a member or quantity’(Hornby, 1987: 350). Sedangkan millitant artinya ‘ready for fighting; actively engaged in or supporting the use of force or strong pressure’ (Hornby, 1987: 536). Ada dua tipe gerakan Islam radikal saat itu, pertama gerakan Islam radikal kritis; kedua gerakan Islam radikal fundamentalis (Ngatawi, 2002: 54).
on the same fundamental principles as the first Islamic state which was established in 622 AD by Prophet Muhammad in Medina (and then continued by the Khulafah-i Rashidin (Husain, 1997: 99). Di pihak lain al-Ushuuliyyah juga disebut sebagai skripturalis, legalis, dan literalis. Muslim fundamentalists constitute the largest and most conspicuous category of Islamic revivalists or Islamists. They are referred to as “scripturalists”, ”legalists”, and “literalists” because they advocate rigid adherence to the fundamentals of Islam, as literally interpreted from the Quranand the Sunna (Prophet Muhannad’s sayings and deeds). They often strive to establish an Islamic state based on the rigorous implementation of the shariah and insist that the five faraidh (duties) be scrupulously adhered to by all their co-religionists. (Lihat: Husain, 1997: 97-127). Istilahlainal-Ushuuliyyah adalah gerakan Islam radikal dan Islam politik. Gerakan Islam ada yang muncul disebabkan oleh orientasi Islam dalam
Kartodirdjo (1985) dan Azra (2001) kadang menyebut gerakan ini sebagai Gerakan radikal Islam. a. Gerakan Radikal Islam Kritis: gerakan ini terjadi karena ada tekanan sosial, kesewenang-wenangan, dan ketidak-adilan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial/penjajah. b. Gerakan Radikal Islam Fundamentalis: proses terjadinya gerakan ini sama seperti gerakan yang pertama tadi, hanya saja orientasi, misi, dan pendekatannya berbeda dengan gerakan Islam radikal kritis. Gerakan ini lebih bersifat sebagai suatu gerakan ideologis daripada gerakan sosial, gerakan ini lebih mementingkan tertanamnya ideologi keislaman dalam
struktur
sosial
daripada
mewujudkan
terjadinya
perubahan
10
11
sosial
tersebut; 2) Usaha aktif melakukan perubahan di dalam masyarakat secara
(Kartodirdjo dalam Ngatawi, 2002:60)1.
radikal, yang tidak selalu menggunakan kekerasan (Hasan, 2014:3).
Menurut Sartono Kartodirdjo, radikalisme keagamaan adalah gerakan
Pendapat yang lain adalah istilah yang ditawarkan oleh Oliver Roy, ia
keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan politis atau tatanan
membedakan antara fundamentalisme dan neofundamentalisme. Selama tahun
sosial yang ada dengan menggunakan kekerasan (1985: 38). Di dalam The
1980-an terdapat pergeseran dari Islamisme politik ke neofundamentalisme.
American Heritage Dictionary of English Language disusun oleh William
Kaum militan yang dulunya berjuang untuk revolusi Islam, kini terlibat dalam
Morris bahwa gerakan keagamaan yang berciri militan atau radikal, aktivitasnya
proses re-Islamisasi dari bawah (Roy, 1996: 96-98). Dikatakan pula bahwa
selalu bersifat agresif, siap berjuang, bertempur, berkelai atau berperang,
mereka berkampanye prosyariat, melakukan gerakan secara intelektualterlibat
terutama untuk memperlihatkan pengabdian mereka secara total terhadap suatu
dalam politik, dan peran profesional mereka dalam masyarakat modern, gerakan
cita-cita (Morris, 1973: 832). Sebagai contoh dari salah satu karakteristik
demikian juga dilakukan oleh organisasinya Hasan al-Banna. Gerakan mereka
perjuangan yang total itu sering muncul semboyan yang tegas seakan tidak
mirip para mullah (syiah) tradisional, yang dari sedikit demi sedikit menemukan
dapat ditawar lagi, seperti semboyan gerakan Ikhwanul Muslimin (berdiri di
kembali inspirasi formalisme yang selalu hidup di kalangan pendirinya, yang
Mesir, 1928); ‘Isy kariiman au mut syahiidan, artinya ‘Hiduplah mulia, atau
merupakan perpaduan yang rapuh antara Islam dengan modernitas politik, pada
matilah syahid!’, dan ada pula semboyan dari gerakan revolusi Iran (1979): Nab
akhirnya tak pernah mengakar (Roy, 1996: 96). Pendapat Roy ini tidak
syarq, nab gharb, faqat jumhūri-i Islāmi, artinya ‘Bukan Timur dan bukan
sepenuhnya benar, hal ini juga dibantah oleh Bobby Sayyid, bahwa mungkin
Barat, hanyalah Republik Islam’ (Rais, 1990: 38).
saja orang Islam mendirikan Negara Islam melalui proses dari bawah (buttom
Islam radikal didefinisikan oleh Noorhaidi Hasan sebagai paham,
up) dengan terlebih dahulu mengislamkan masyarakat pada aras akar-rumput
wacana, dan aktivisme yang berupaya melakukan perubahan yang radikal
(Hasan, 2012: 4). Islam politik sebenarnya bukanlah Islam yang identik dengan
terhadap sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dikatakan selanjutnya
kekerasan, tetapi merupakan aktivisme yang berkomitmen mewujudkan agenda
bahwa radikalisme memiliki 2 dimensi terpenting: 1) kekerasan, dalam
politik tertentu dengan menggunakan simbol, doktrin, bahasa, gagasan, dan
pengertian menerima kekerasan sebagai cara yang sah untuk mengubah sistem
ideologi Islam.Agenda politik di sini memiliki pengertian yang luas, dari sekadar memperjuangkan aspirasi dan hak-hak politik sampai mengalahkan atau
1
A. Maftuh Abegebriel dan M. Ishom El-Shaha membagi kelompok Islam Fundamentalisme menjadi dua juga, yaitu: fundamentalisme-radikal dan fundamentalisme-puritan (Abegebriel dan El-Shaha, 2004: 241).
menjatuhkan rezim yang berkuasa (Hasan, 2012: 10).
12
13
Secara teologis, Islam adalah sistem nilai dan ajaran yang bersifat Ilahiyah,
Islamism takes Islam from religion to ideology,…Islamism grows: antimodern, antisecular, and anti-Western political ideology whose aims are to convert each Muslim into an observant believer, to transform a merely nominally Muslim society into a religious community organized around service to God, and to establishe God’s rule over the world. Although Islamism appears to be the dominant, or at least most visible, tendency in today’s Islam, it is a new phenomenon. It has evolved over the last view decades in reaction to globalizing modernization (Demant, 2006: 94, 180).
dan karena itu sekaligus bersifat transenden. Tetapi dari sudut sosiologis, ia merupakan fenomena peradaban, kultural, dan realitas sosial dalam kehidupan manusia. Islam dalam realitas sosial tidak sekedar sejumlah doktrin menzaman dan universal, tetapi juga mengejawantahkan diri dalam institusi-institusi sosial yang dipengaruhi oleh situasi, dan dinamika ruang serta waktu (Azra, 1996: i). Pada awalnya istilah Islamisme memiliki arti yang umum, sebagaimana Presiden Soekarno pernah memakai istilah ini, sudah barang tentu merupakan
Sekarang pada umumnya Islamisme masih dipakai secara peyoratif, yaitu
implementasi dari bacaan beliau yang luas terhadap literatur berbahasa Belanda
tetap
dipahami
dan Inggris, khususnya yang mulai menggunakan istilah Islamisme sejak abad
diimplementasikan individu-individu dan kelompok Muslim dalam upaya
18 (Azra: 2010). Voltaire adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah
mencapai agenda-agenda mereka, seperti pembentukan Negara Islam dan
Islamisme yang kemudian digantikan dengan istilah Mahomatisme. James
penegakan syariah. Padahal ada juga kelompok Muslimin yang memiliki
Piscatori, ahli tentang politik Islam amat hati-hati mengartikan Islamisme
komitmen pada “ideologi Islamisme” berusaha mencapai agenda Islam dengan
sebagai ideologi yang dipegang oleh kaum Muslimin yang memiliki komitmen
cara-cara damai melalui proses-proses politik demokratis konstitusional (Azra:
pada aksi politik untuk mengimplementasikan apa yang mereka pandang
2010). Istilah yang kemudian berkembang, adalah Post-Islamisme2, paham yang
sebagai agenda Islam. Donald Emmerson menambahkan, bahwa Islamisme
diperjuangkan oleh kelompok Muslim yang tak setuju dengan sekularisme,
adalah komitmen (terhadap, pen.) isi dari agenda Islam tersebut (Azra: 2010).
kekerasan, dan teokrasi.ideologi ini juga setuju dengan HAM (Panghegar 2011:
As’ad Said Ali menyampaikan definisi tentang Islamisme yang bersifat umum,
1-2).
Islamisme adalah ideologi yang terdiri dari pemikiran: 1) Islam Modernis; 2) Islam
Tradisionalis-Konservatif;
3)
Transformisme
Islam,
dan
Islam
sebagai
ideologi
kekerasan
yang
dipegang
dan
Penganjur dan pengikut Islam politik disebut Islamis, yaitu Muslim yang berkomitmen terhadap aksi politikuntuk menerapkan terhadap apa yang
Fundamentalis atau Islam Politik (Ali dalam NU Online: 2011). Pendapat terakhir ini (As’ad Ali) tak banyak diikuti oleh para ahli. Dikatakan oleh Peter R. Demant di dalam bukunya Islam vs. Islamism: The Dilemma of the Muslim World bahwa:
2
Artikel pada seminar “Post-islamisme: Islamisme yang Berdemokrasi” yang diselenggarakan di Auditorium Gedung I, kampus FIB UI, Depok (14 November 2011). Pembicara yang hadir adalah Muhammad Ali (Religious Studies Department, University of California), Ulil Abshar Abdalla (Jaringan Islam Liberal), dan Naupal Asmawi (Dosen Filsafat Islam, Departemen Filsafat UI Jakarta).
14
15
mereka anggap sebagai agenda Islam, pendapat Hasan ini sejalan dengan apa
sebagai teori politik dalam pandangan Islam, yaitu simbol-simbol dan nash-
yang dikemukakan oleh James Piscatori (Hasan, 2012: 11). Seorang Islamis
nash dari agama Islam yang berkisar pada ketertiban sosial, kekuasaan, dan
dapat berwatak demokrasi, dan sementara Islamis lannya bersifat otoriter.Tidak
otoritas. Dengan kata lain, Politik Islam merupakan bentuk politik identitas
semua Islamis teroris tetapi semua teroris (Muslim) adalah Islamis (Graham E.
yang memandang Islam sebagai din dan daulah (agama dan negara). Sedangkan
Fuller dalam Hasan, 2012: 11).Islamisme sudah cenderung dipersepsikan
Islam Politik adalah institusi politik yang orientasinya adalah mengusung Islam
memiliki citra negatif, sebagaimana dituduh sebagai Islam yang radikal, tidak
sebagai pedoman kehidupan masyarakat dan sistem politik negara dan berjuang
toleran dengan kemajemukan, anti demokrasi dan tidak mau menyesuaikan diri
untuk menerapkan syariat Islam dalam negara-negara bermayoritas Muslim atau
dengan perubahan zaman.Ali menjelaskan post-Islamisme muncul sebagai
mewujudkan sebuah negara Islam secara legal-formal maupun secara
upaya semantik untuk memberikan label baru pada Islamisme yang sudah mulai
substansial berdasarkan interpretasi terhadap Alquran, Sunnah, dan sejarah
menyuarakan isu demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan freedom of
Khilafah Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad. Berdasarkan itu, label Islam
choice.Ali menambahkan, post-Islamisme merupakan upaya untuk mengoreksi
Politik mencakup semua kekuatan-kekuatan politik yang memiliki orientasi dan
imej atau citra Islamisme yang lekat dengan stereotipe anti demokrasi
upaya agar agama Islam tidak dipisahkan dari sistem politik negara dan
(Panghegar, 2011: 3-4).
kehidupan masyarakat, bahkan tidak dipisahkan dari sistem politik di seluruh
Esposito mengajukan penggunaan istilah yang lebih umum, yaitu Islam
dunia Islam (negara-negara bermayoritas Muslim) (Hamzawi, 2012: 10).
Politik (Political Islam) dan Islamisme. Istilah yang diajukan oleh Esposito ini
Pendek kata, apa yang dilakukan oleh gerakan Islam politik seperti JAT, MMI,
dalam konteks Indonesia lebih cocok dilekatkan kepada gerakan-gerakan Islam
dan sebagainya termasuk “Islam politik”, tetapi yang dilakukan oleh arganisasi
yang mengusung nilai Islam dengan tujuan untuk mengubah norma yang
kepartaian, seperti “partai” PKS, PBB, dan sebagainya termasuk “politik
berlangsung dalam suatu masyarakat yang tidak oposisional terhadap
Islam”.
kekuasaan, tetapi memakai koridor perdamaian (Yunanto dkk., 2003: 18).
Menurut Gilles Kepel, Islam politik sebagai gejala sosial politik di
Tetapi di pihak lain telah disepakati oleh kalangan ahli politik Indonesia, bahwa
berbagai belahan dunia yang berkait dengan aktivitas sekelompok individu
yang dimaksud oleh Yunanto tadi adalah istilah “Politik Islam”, sedangkan
muslim yang melakukan gerakan dengan landasan ideologi yang diyakini
istilah yang merupakan padanan dari Islam Fundamentalisme atau Islam militan
bersama (Hasan, 2012: 2). Dalam definisi ini, Islam politik dikonseptualisasikan
adalah “Islam Politik” (bdk. Roy: 1996). Di pihak lain, Youssef Choueir
terutama bukan sebagai gejala keagamaan, tetapi lebih merupakan fenomena
mengatakan dalam Hamzawi (2012: 10) Politik Islam dapat didefinisikan
sosial – politik yang melibatkan sekelompok individu muslim yang aktif
16
17
melakukan gerakan didasari ideologi tertentu yang mereka yakini. Menurut
3) Melakukan aksi solidaritas terhadap kaum muslimin, melakukan aksi jihad
Noorhaidi Hasan (2012: 5) Nazih Ayubi merupakan salah satu sarjana paling
dalam melawan kemungkaran dan Barat
awal yang mempopulerkan istilah Islam politik. Ia menganggap Islam politik
4) Puritanisasi dan memperjuangkan aspirasi, serta hak-hak politik dengan
merupakan fenomena yang berkait dengan doktrin dan atau gerakan yang
cara damai maupun kekerasan (bdk.: Syarkhun dan Ghorara, 2004: 491-
meyakini Islam memiliki teori politik dan negara (a theory of politics and the
493; Yunanto, 2003: 69-83: Mubarak, 2008: 187-315; Hasan, 2012: 10-11).
State). Sebagai teori, Islam politik merupakan improvisasi modern yang
Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh gerakan Islam politik lebih
berkembang setelah Perang Dunia I, Ayubi menegaskan bahwa dimensinya
ditekankan terutama pada penanaman nilai-nilai aqidah dan ideologi yang
cukup luas mencakup teori dan kesejarahan Dunia Islam (Nazih Ayubi dalam
fundamental.Dakwahnya ada yang tidak dibatasi oleh wilayah teritorial tertentu,
Hasan, 2012: 5). Selanjutnya Ayubi mengatakan bahwa, dimensi-dimensi
tetapi ada pula yang dibatasi wilayahnya. Organisasi seperti FPIS dan LUIS
kesejarahan ini digunakan untuk melegitimasi tuntutan terjadinya perubahan
kegiatannya dibatasi untuk wilayah Surakarta saja, tetapi untuk MMI, JAT , dan
radikal terhadap sistem politik yang ada sebagai dampak dari kekuasaan Negara
HTI dalam melakukan aktivitas dakwah amar makruf nahi munkar sampai
yang terlampau kuat, di satu sisi, tetapi tidak berdaya memenuhi kebutuhan-
pada jangkauan wilayah yang amat luas, bukan hanya nasional tetapi
kebutuhan dan harapan masyarakat, di sisi lain. Aspek politik perlawanan
internasional.
(contentious politics) terhadap negara inilah menurut Ayubi unsur terpenting
Agenda politik GIP sangat luas, dari sekedar memperjuangkan aspirasi
dalam Islam politik. Walaupun sebenarnya, cara Islam politik mewujudkan
dan hak-hak politik sampai mengalahkan dan menjatuhkan rezim yang berkuasa
agenda politik amat beragam, dari aksi-aksi kolektif berkumpul menyampaikan
(Lih. Hasan, 2012: 10). Dikatakan oleh Noorhaidi Hasan bahwa caranya pun
pendapat, demonstrasi-demonstrasi, berpendapat dalam pemilihan umum,
amat beragam, dari aksi-aksi kolektif berkumpul menyampaikan pendapat,
sampai gerakan mobilisasi bawah tanah dan teror (bdk. Hasan, 2012: 10-11).
demonstrasi-demonstrasi massal, membentuk partai politik, berpartisipasi dalam
Adapun ideologi gerakan Islam politik meliputi 4 hal, yang setiap
pemilihan umum, sampai gerakan mobilisasi bawah tanah dan teror. Kekerasan
gerakan Islam politik di Timur Tengah maupun di Indonesia dapat dipastikan
dalam Islam politik (pen.Islamisme) kadangkala diabsahkan demi komitmen
memiliki ideologi tersebut, sekurang-kurangnya 2 atau 3 hal itu, yaitu:
mewujudkan agenda politik (Hasan, 2012: 10-11).
1) Mendirikan negara Islam atau berdasarkan atas syariat Islam 2) Menegakkan syariat Islam atau puritanisasi terhadap ajaran Islam
18
19
3. Genealogi GIP Timur Tengah
no. 3644; H.R. Muslim, II: 42 no. 1064). Maka karakter kelompok khawarij
3.1 Golongan Khawarij
adalah sebagai berikut:
Anggapan bahwa gerakan Islam Politik dipandang sebagai gerakan
1) Mereka juga mengaku sebagai kaum muslimin tetapi tak segan-segan
yang “suka mengobarkan kekerasan”, atau adanya pendapat ekstrim yang
mencela siapa saja termasuk Rasulullah dan Khulafa’ur-Rasyidin. Sehingga ada
mengatakan bahwa gerakan fundamentalis Islam identik dengan teroris, perlu
di antara mereka yang mengkritik Rasulullah dengan katanya, “Berbuat adillah,
dikaji dengan seksama. Padahal Islam adalah “rahmat” bagi alam semesta (QS
karena engkau tak berbuat adil” (al-Jauzi, 1947: 95).Sikap mereka dengan
21{al-Anbiya’}: 107).
membunuh salah satu Khulafaa’ur-Raasyidiin yaitu Ali Bin Abi Thalib;. 2)
Apa yang dilakukan oleh kelompok fundamentalisme Islam sebenarnya
Meyakini bahwa diri merekalah yang paling benar; 3) Suka mengkafirkan
merupakan upaya meneruskan cita-cita gerakan yang digagas oleh para tokoh
kepada orang Islam yang lain hanya untuk urusan kecil tetapi untuk kepentingan
terdahulu (Abegebriel, 2004: 235-236). Dalam ranah sejarah, munculnya
dirinya tak peduli melakukan hal yang syubhat (www.wahonot.wordpress.com,
gerakan fundamentalisme Islam merupakan kelanjutan dari gerakan Khawarij
2008: 14)
pada zaman Khalifah Ali Bin Thalib, gerakan ini sebagai gerakan yang
Pendapat di atas dikuatkan oleh Azyumardi Azra bahwa gerakan
memiliki karakteristik radikal dan fundamentalisme Islam klasik, yang
Khawarij merupakan Gerakan Fundamentalisme Islam klasik yang pada
mempengaruhi gerakan fundamentalisme di sepanjang sejarah (Syarkun dan
gilirannya mempengaruhi banyak gerakan fundamentalisme Islam sepanjang
Ghorara, 2004: 451).
sejarah. Gerakan Khawarij yang muncul dari pertikaian Khalifah Ali bin Abi
Kaum Khawarijdikenal bengis dan kasar, mereka sangat keras dan
Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, terkenal dengan prinsip-prinsip
bengis terhadap muslimin, bahkan kekasarannya sampai pada derajat tercela,
radikal dan ekstrim, bagi mereka ada prinsip bahwa tidak ada hukum kecuali
yaitu menghalalkan darah dan harta kaum muslimin serta kehormatannya,
hukum Allah (Azra, 1996: 111; Syarkun dan Ghorara, 2004: 451). Penulis
mereka juga membunuh dan menyebarkan ketakutan di tengah-tengah kaum
mencoba klarifikasi terhadap tokoh gerakan Islam politik JAT di Surakarta
muslimin. Adapun para musuh Islam murni dari kalangan penyembah berhala
(Ustad Muhammad Sholeh Ibrahim), Penulis tanyakan: “Ada yang mengatakan
dan lainnya, dibiarkan, diabaikan, serta mereka tak disakitinya (www.
bahwa gerakan Anda ini khawarij?” dia menjawab “Itu perkataan dari orang
wahonot.wordpress.com. 2008: 9-10). Maka Rasulullah telah mengisyaratkan
yang tak suka dengan kami” (wawancara, Ngruki, Sukoharjo: 26 April 2014).
dalam sebuah Hadis bahwa “Mereka (para kaum khawarij) ini suka membunuh orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala (H.R. Bukhari,VI: 376
20
21
Kelompok Khawarij yang dikategorikan sebagai sekte radikal adalah al-
pernah didirikan oleh Nabi Muhammad saw. merupakan suatu Negara
Muchakkimah, al-Azaariqah, an-Najdah, as-Sufriyyah, dan Murdariyyah
penduduknya terdiri dari percampuran berbagai suku bangsa Arab (Ramly,
(Abegebriel dan El-Saha, 2004: 242-250):
2006.268-269; Watt, 1969: 53). Ahmad Syafii Maarif mengatakan bahwa
Sebab tumbuhnya militan Islam atau Gerakan Islam Politik, pertama
Alquran mengarahkan manusia kepada hal-hal yang praktis, artinya bila diikuti
adalah refleksi dari hubungan Islam dan Barat.Sepanjang sejarah, hubungan ini
secara terpadu oleh amal yang baik dan konstruktif (1996: 10). Telah diketahui
kerap mengalami pasang surut. Baiknya hubungan di antara kedua peradaban
bahwa kecuali manusia itu sebagai makhluk sosial, juga sebagai makhluk
yang kontras ini dirintis oleh beberapa sarjana yang berupaya memadukan
politik, sebagaimana juga dikatakan oleh Aristoteles (Maarif, 1996: 13),
filsafat Barat (lebih tegasnya filsafat Eropa) dengan filsafat Islam. Upaya ini
sehingga kalau kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk politik
kelak melahirkan ilmu pengetahuan modern (Yunanto dkk., 2003:
25).
itu dihadapkan dengan kenyataan sejarah dipraktikkannya Alquran, akan
Selanjutnya dikatakan bahwa klimaks dari perpecahan Islam dengan Barat
didapatkan data historis sebagaimana Nabi Muhammad saw. menyikapi
terjadi akibat bangsa-bangsa Eropa melakukan kolonisasi terhadap Negara-
kehidupan sosial dan politik (Maarif, 1996:13)., pada amal perbuatan, bukan
negara di Asia dan Afrika yang sebagian di antaranya berpenduduk
hanya sekedar pada gagasan. Islam dan politik kerap digambarkan sebagai
Muslim.Kedua, hubungan Islam dan Kristen yang selalu mengalami ketegangan
sesuatu yang tidak terpisahkan.tetapi pertanyaan apakah Islam itu merupakan
pada masa lalu, karena Kristen dianut oleh sebagian besar orang Eropa, dan
agama dan sistem kekuasaan (diin wa-‘d-daulah) masih selalu diperdebatkan
konflik Islam dengan Kristen terjadi pada masa pengusiran orang-orang Islam
dengan hangat di kalangan para sarjana (Hasan, 2012: 13-14). Penerapan aturan
dari Spanyol dan tragedi Perang salib. Sebab ketiga adalah: Ideologisasi agama
Alquran dan Alhadis dalam pelaksanaan kekuasaan yang dilakukan oleh Nabi
akan melahirkan pemikiran perlunya mendirikan Negara Islam, dengan
Muhammad saw. dengan pusat pemerintahan di Madinah, dan diteruskan oleh
keyakinan politik yang berakhir dengan kesimpulan bahwa Nabi Muhammad
Khulafaa’u r-Raasyidiin, menuntut para sahabat untuk menentukan format dan
saw. tidak sekedar berkedudukan sebagai utusan Allah, tetapi juga
bangunan pemerintahan saat itu. Pada awal pemerintahan Khulafaa’u r-
berkedudukan sebagai kepala Negara dan pemimpin politik di zaman sekarang.
Raasyidiin pemerintahan dapat berlangsung baik, tetapi pada akhir masa
Jika ditelusuri lebih mendalam pandangan Islam politik bahwa Nabi
pemerintahan Khulafaa’u r-Raasyidiin timbul perpecahan, sehingga pada
Muhammad saw. juga berkedudukan sebagai kepala Negara yang membangun
akhirnya memunculkan sekte-sekte keagamaan seperti Sunni, Syiah, Khawarij,
Daulah Islamiyah bahwa (pandangan) itu datang dari kalangan orientalis Barat,
dan sekte-sekte yang lain.
seperti diungkapkan oleh W. Montgomery Watt mengenai Negara Islam yang
22
23
Sikap kekerasan dari perbedaan ideologi antara Sunni, Syiah, dan
penyatuan Islam dan ilmu pengetahuan modern ini pada gilirannya memberikan
Khawarij ini menular pada karakter gerakan Islam yang tumbuh di kemudian
dasar bagi modernisme di dalam Islam (Hasan, 2008: 34; Hasan, 2012: 33).
hari (saat ini).Walaupun sesama pemeluk Islam, pertentangan yang terjadi
Selanjutnya, istilah Salafy dan Salafisme di Indonesia mengalami pergeseran
antara mereka ini dipandang begitu tajam. Kecuali Syiah, kelompok yang besar
arti, sehingga menimbulkan banyak tafsir.
kontribusinya terhadap pertumbuhan gerakan Islam politik adalah Wahabi dan
Sebelum organisasi al-Ikhwan didirikan, sudah banyak gerakan/
Ikhwanul Muslimin. Pada masa kemesraan Ikhwanul Muslimin dengan Sadat
organisasi dakwah yang didirikan, dan banyak memberikan warna pada pola
Mesir mendapat kemenangan melawan Israel pada perang Oktober 1973, dalam
dakwah al-Ikhwan. Untuk itu, al-Ikhwan dapat mengambil pelajaran berharga
perang ini peran para sukarelawan Ikhwan sangat signifikan. Pasca perang 1973
dari
IM memperoleh berbagai konsesi antara lain dengan diizinkannya Jamaah
keberadaan gerakan-gerakan tersebut (kecuali al-Wahabiyyah) tak selalu
Islamiyah sebagai satu-sartunya organisasi yang boleh hidup di kampus.
berpengaruh langsung terhadap al-Ikhwan, tetapi dari perspektif gerakannya
Kemudian JI melakukan berbagai aksi penguatan gerakan Islam dengan
amat menginspirasi al-Ikhwan. Di antara berbagai organisasi terutama
menyelenggarakan berbagai forum
dakwah di bawah bimbingan Ikhwan
organisasi Islam yang amat berpengaruh terhadap berdirinya al-Ikhwan adalah:
(Rahmat, 2005:31). Gerakan Islam politik yang lain adalah Hamas di Palestina,
1) Gerakanal-Wahabiyyah; 2) Gerakanal-Mahdiyyah; 3) Gerakanas-Sanusiyyah
Hizbullah di Lebanon, Partai Refah di Turki, FIS: Front Islamique de Salut
(Dekmejian, 1995: 16; Abdul Aziz, 2005: 13).
(Front Penyelamatan Islam) di Aljazair, Jamaat al-Islami di Pakistan, al-
organisasi-organisasi
yang
mendahuluinya.walau secara
ideologis,
Gerakan Islam poltik di Timur Tengah banyak didominasi oleh gerakan
Jamaah Islamiyah di Mesir, dan al-Qaedah (Alfadlal dkk., 2003: 50-51).
Ikhwanul Muslimin dari Mesir yang menjadi inspirasi terhadap gerakan-gerakan
3.2 Inspirator bagi Gerakan Al-Ikhwan
Islam di negara lain, seperti Yordania, Lebanon, Aljazair, Sudan, dan Arab
Hampir satu abad setelah Muhammad bin Abdul Wahab menancapkan
Saudi dengan payung ideologi resmi Wahabi yang mempunyai gerakan oposisi
pengaruhnya di seluruh semenanjung Arabia, gerakan reformisme Islam, atau
memprotes otoritas kekuasaan turun-temurun keluarga Ibnu Saud. Konsep yang
lebih dikenal dengan salafisme berkembang. Pelopornya adalah pemikir-
dikembangkan oleh Ikhwanul Muslimin tampaknya menjadi blue print bagi
pemikir, reformis-modernis seperti Jamaluddin al-Afghani, (1838-1935),
gerakan-gerakan militant Islam sunni (Yunanto dkk., 2003: 101).Sebagaimana
Muhammad Abduh (1849-1905), dan Muhammad rasyid Ridha (1865-1935).
gerakan jihad, tarbiyyah, usrah banyak memberikan corak perkembangan
Mereka berpendapat bahwa pemikiran rasional gaya Barat (sebagai dasar dari
gerakan Islam di Indonesia.
kemajuan modern), sudah ada di dalam Islam. Argumen yang mendukung
24
3.3 Pertemuan Aktifis gerakan Islam politik di Afganistan
25
Pertemuan para aktivis jihad di Peshawar Pakistan, telah mengajarkan
Potensi Islam politik (kanan) Afganistan sudah ada sejak tahun 1950-
teologi radikal dan aksi-aksi militan kepada para aktivis jihad dari berbagai
an. Mereka aktif memerangi kekuatan progresif kiri dan sekuler di Kabul.
negara muslim yang menjadi relawan perang di Afganistan. Para Mujahidin ini
Hubungan Amerika Serikat dengan kaum Islam politik sudah berlangsung sejak
tetap mengabadikan semangat perjuangan untuk selalu mengumandangkan
tahun 1950-an juga. Dukungan Amerika terhadap kelompok Islam politik
revolusi jihad menentang segala aral yang melintang demi menegakkan Negara
(kanan) berlangsung sejak 1973-an (Dreyfuss, 2007: 330). Dikatakan oleh
Tuhan (Abegebriel, dkk. 2004: xi-xii). Dikatakan oleh Abegebriel, kalau
Dreyfuss selanjutnya bahwa, sekitar tahun 1950-1960 CIA belum memiliki
revolusi Iran 1979 tidak berhasil mengusung gaya revolusinya keluar negeri
pasukan yang hebat di Afganistan, tetapi mereka telah memberikan kontribusi
Iran, maka “Jihad Peshawar” telah berhasil mempengaruhi semangat jihad para
yang cukup signifikan melalui Asia Foundation yang beroperasi di Afganistan
aktivis jihad tersebut setelah kembali ke negerinya masing-masing.
terhadap Universitas Kabul dan beberapa proyek sederhana yang berhubungan dengan komunitas Muslim di Afganistan.
Raja Faisal seorang raja tercerdas yang pernah dimiliki oleh Kerajaan Saudi, ia mempunyai hubungan dekat dengan Dinasti bin Ladin. Kedekatan
Pakistan sudah menyiapkan instruksi hubungan dengan berbagai
Raja Faisal dengan bin Ladin inilah yang membuat Usamah bin Ladin pada
kedutaan di luar negeri untuk pemberian visa dengan mudah bagi mereka yang
awalnya sangat dekat dengan latar belakang historis dan politis sebagai
akan datang ke Pakistan untuk berjihad di Afganistan. Di kawasan Timur
penopangnya yang kemudian membuat Holding Company bin Ladin menjadi
Tengah, Liga Muslim Se-dunia yang berkantor di Saudi, Ikhwanul Muslimin di
satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk projek-projek kerajaan
Mesir dan sel-selnya, dan juga gerakan Islam politik dari Palestina telah
(Abegebriel, 2007: xvi). Dikatakan pula, bahwa hubungan Faisal bin Ladin ini
mempersiapkan rekruitmen para aktivis jihad untuk dikirim ke Pakistan
berlanjut pada generasi kedua yaitu antara Usamah bin Ladin dan Pangeran
(Abegebriel, 2004b: 566). Dikatakan pula, bahwa antara tahun 1982-1982 telah
Turki al-Faisal yang menjabat sebagai Kepala Lembaga Intelijen atau al-
direkrut sekitar 35.000 muslim militant dari 43 negara, baik dari Timur Tengah,
Istikhbaraat Arab Saudi.Kedekatan Pangeran Turki dengan Usamah ini
Afrika Utara dan Timur, Asia Tengah dan Asia Timur Jauh termasuk Indonesia.
mengakibatkan Usamah dengan mudah mendapatkan informasi-informasi yang
Akhirnya jumlah mujahidin mencapai 100.000 personil, yang mempinyai
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan Arab Saudi.
kontak langsung dengan Pakistan dan Afganistan, mereka mempunyai semangat tinggi melawan Atheism State, atau Communism State di mata Amerika Serikat.
Perang Afganistan berlangsung sejak Desember 1979, ketika Uni Soviet datang menginvasi Kabul untuk membela pemerintahan Marsis yang dipimpin Partai Demokrasi Rakyat Afganistan menghadapi aktivis jihad Afganistan yang
26
27
ingin menggulingkan pemerintahan itu. Selama ini, Amerika Serikat dipandang
gerakan dalam menerapkan ideologinya di tingkat nasional maupun
sebagai musuh bebuyutan bagi kaum Islamis, dengan berkobarnya perang
internasional. Mereka di sini menjalin jaringan internasional (Abegebriel, 2007:
Afganistan ini AS berhasil merubah dirinya dari poosisi lawan menjadi kawan
xxiii).
gerakan Islam politik (Hasan, 2012: 56).
Islam politik di dunia kontemporer banyak dipengaruhi oleh ideologi
Keterlibatan Usamah bun Ladin dalam konflik Afganistan yang pada
gerakan Islam puritan pada abad 18, yang dipelopori oleh Muhammad bin
akhirnya menjadi gerakan teroris internasional al-Qaeda, tidak dapat dilepaskan
Abdul Wahhab (1703-1792 M.). Gerakan ini memiliki kekuatan ketika
begitu saja dengan perkawanannya Usamah bin Ladin dengan Pangeran Turki
mendapat dukungan dari Muhammad ibnu Sa’ud (1747-1765 M.), seorang
Faisal, yang juga melibatkan intelijen Pakistan ISI (Inter-Services Intelligence,
pangeran lokal dari trah Nejad (Hasan, 2012: 31).Para pengikutnya berkhidmat
pen.) dengan Komandan Jenderal Radikal Hameed Gull, dan CIA (Central
membersihkan berbagai bentuk takhayul dan bid’ah dan mengkritik orang Islam
Intelegence Agency, pen.) dalam kendali William Casey. Perkawanan Usamah
yang bertingkah laku tidak Islami. Aliansi rahasia antara Muhammad bin Abdul
bin Ladin dengan CIA ternyata tidak terhenti pada kebijakan permukaan, akan
Wahhab dengan Muhammad ibnu Sa’ud melahirkan Negara Arab Saudi yang
tetapi sudahterlalu masuk ke dataran training militer finansial dan persenjataan.
umurnya tak lama karena mendapat serangan (1819) dari imperium Utsmani
Tahun 1994 kewarga-negaraan Usamah bin Ladin dicabut oleh pihak Kerajaan
dari Mesir (Hasan, 2012: 31).
Saudi dan projeknya di Sudan dicabut pihak Saudi lantaran Usamah sering
Ikhwanul Muslimun mengilhami lahirnya organisasi-organisai dan
mengkritik kerajaan Saudi yang informasinya dimuat di headline-headline
gerakan militant Islamis, seperti Hizbut Tahrir (lahir di Palestina, 1953),
media massa dan juga mengkritik ulama Saudi termasuk bin Baz yang
kelompok ini (HT) menyuarakan dengan lantang untuk kembalinya Khilafah
kritikannya termasuk pedas dan kebablasan. Program Peshawar Pakistan –
Islamiyah Turki yang tumbang tahun 1924.Taqiyuddin an-Nabhani, Jama’at
Afganistan merupakan media perkenalan dan pertemuan lebih intens antar
Takfiir wa-‘l-Hijrah atau Jama’at al-Muslimun (1960) pimpinan Syukri
gerakan Islam garis keras, mulai dari Ikhwanul Muslimun, Jama’ah al-Jihad,
Musthafa, gerakan ini menentang perjanjian damai Anwar Sadat dengan Israel,
Jama’ah al-Islamiyah, baik dari Mesir, Maroko, Tunisia, maupun Pakistan.
dan juga bertanggung-jawab terhadap pembunuhan Anwar Sadat (6 Oktober
Peserta pertemuan Peshawar juga berasal dari Hamas, Hizbut Tahrir, at-Takfir
1981) di Mesir (Hasan, 2012: 38-39). IM mengilhami juga lahirnya kelompok
wa ‘l-Hijrah, Jama’at al-Muslimunnya Syukri Musthafa, MILF Abu Sayyaf,
militan yang Islamis yang aktif melakukan perlawanan terhadap penguasa,
DI/TII Indonesia dan gerakan Islam politik lain (Abegebriel, 2007: xix).
contohnya Hamas di Palestina, Hizbullah di Lebanon, FIS di Aljazair, dan NII
Pertemuan para aktivis jihad di Peshawar merupakan upaya penyatuan visi misi
yang belakangan sebagian faksinya bertransformasi menjadi Jama’ah Islamiyah
28
29
(JI) di Indonesia (2012: 40). Perkembangan dan penyebaran ideologi gerakan
TV: 2014). Dikatakan oleh Nasaruddin Umar (Wakil Menteri Agama RI) bahwa
Islam politik begitu cepat meluas, hanya dengan hitungan hari saja pengaruh
ISIS berpotensi memecah-belah umat Islam (TV One: 2014). Ketua BNPT
Timur Tengah amat cepat berkembang ke seluruh Negara termasuk Indonesia,
(Badan Nasional Penanggulangan Teroris) Ansyaad Mbai berpendapat bahwa
sebagaimana ISIS di Irak dan Suriah.
ISIS ini telah menyebar (cepat) ke Indonesia, dan aktivitasnya dalam bidang
GIPTimur Tengah, dari Irak dan Suriah begitu cepat menjalar ke
jihad di Irak dan Suriah, orang yang berangkat ke Timur Tengah adalah mereka
Indonesia. Pada tahun 2013-2014 ramai diberitakan media massa tentang ISIS
yang pernah terkena kasus teror. Menurut Ansyaad, ISIS dipandang lebih
(Islamic State of Iraq and Syria atau Daisy, Daulah Islaamiyyah fii ‘Iraaqi wa
berbahaya daripada al-Qaeda (TV One: 2014).
3
Syaams), yang diketuai oleh Abubakar Al-Baghdadi dari Iraq, Abubakar
ISIS bermula dari dibentuknya AQI (Al-Qaa’idah ‘Iraaq) di bawah
sebelumnya menjabat sebagai Ketua Al-Qaeda cabang Irak (ia anak buah
kepemimpinan Abu Mushab Al-Zarqawi, setelah tumbangnya pemerintahan
Osamah bin Ladin), yang akhirnya mendirikan ISIS pada 9 April 2013 di Irak.
Saddam Hussein di Irak oleh invasi AS dan sekutunya.Misi utamanya adalah
Tindakan ISIS ini dipandang amat brutal mirip teroris, demikian diberitakan di
melawan penjajahan Amerika di Irak. Sehubungan dengan ini, sejak tahun 2006
Trans TV, pada rubrik “Berita Islam Masa Kini”, dikatakan bahwa karakter
muncullah ISI (Islamic State of Iraq/ Daulah Islaamiyyah ‘Iraaq) atau Negara
ISIS ini mirip golongan Khawarij pada zaman Khulafaaur Raasyidiin (Trans
Islam Irak. Dakwah ISIS di Indonesia menjadi perhatian besar dari para petinggi negara, aparat keamanan, dan tokoh agama setelah ditayangkannya informasi
3 Abu Bakr al-Husseini al-Qurashi al-Baghdadi.Emir of the Islamic State in Iraq and the Levant. Abu Du'a, or Ibrahim bin Awwad bin Ibrahim al-Badri al-Radhwi al-Husseini alSamarrai, is his name. He descended from the honorable tribes of the Badriyeen (al-Bobadri) that are Radhawiyyah, Husseiniyyah, Hashimite, Qurashiyah, Nazariyah, 'Adnaniyah. Marital status: Married. A professor, teacher, former educator, recognized preacher, and a graduate of the Islamic University in Baghdad, where he finished his academic studies (B.A., M.A., and Ph.D.). He is known as a preacher and a person of knowledge in Islamic culture, Shariah knowledge, and jurisprudence, and possessing vast knowledge of history and lineage. He had extensive relationships and a clear influence on members of his tribe in Diyala and Samarra, to the extent that they declared, by their own free will and their total certainty, their pledge allegiance to the Islamic State of Iraq and its first emir, Abu Omar al-Baghdadi al-Qurashi. They pledged allegiance to the Emir and his State when it was first created and appeared on the jihadi battlefield in Iraq in the official declaration of the State in the last ten days of Ramadan 2006. Afterwards, Dr. Ibrahim Awwad was recognized as one of the most prominent figures of Salafist Jihadism and its most recognized proponent in Diyala and in the city of Samarra through the Mosque of Imam Ahmad bin Hanbal (http://news. siteintelgroup.com/ blog/index.php/entry/226the-story-behind-abu-bakr-al-baghdadi, 2014).
via You tube yang memuat propaganda ISIS. Ansyaad Mbaai sebagai Ketua BNPT mengatakan bahwa orang Indonesia yang bersumpah atau berbaiat untuk negara lain terancam pidana sebagaimana tertuang dalam Undang Undang Terorisme tahun 2006 (The New York Times, 13 Juni 2014; TV One: 3 Agustus 2014; Sabiliku, 2014: 14-15). ISI atau Daulah Islam Irak (bukan ISIS, pen.) muncul tahun 2006 dengan pimpinan Abu Mushab Al-Zarqawi, setelah ia meninggal dunia digantikan oleh Abu Umar Al-Baghdadi, dan setelah wafat digantikan oleh Abubakar Al-Baghdadi, yaitu pimpinan ISIS sekarang. Abubakar Al-Baghdadi nama aslinya adalah Abdullah Ibrahim, seorang mantan perwira polisi pada masa pemerintahan Saddam Hussein. Pada masa krisis
30
31
Suriah, Abubakar Al-Baghdadi membentuk Jabhah Nuhsrah untuk melawan
amat penting di Nusantara (1994: 36-40). Sejauh ini menurut Azra belum ada
rezim Bashar Asad (dari kelompok Syiah), akhirnya tahun 2013 Abubakar
kajian tentang jaringan ulama Timur Tengah secara komprehensif. Jaringan ulama
meluaskan ISI (Islamic State of Irak) menjadi ISIS (Islamic State of Irak and
di Haramayn memberikan dasar bagi semangat pembaru dalam berbagai
Syam) (Sabiliku, 2014: 15-16).
masyarakat muslim di Nusantara terutama pada abad 17 dan 18. Meski terdapat kajian-kajian penting tentang beberapa tokoh ulama Melayu Indonesia pada abad
4. Transmisi Gerakan Islam Politik Timur Tengah ke Indonesia
ke-17 dan 18, tapi tak banyak dilakukan kajian secara kritis tentang sumber-
Ada dua pola masuknya Islam ke Indonesia. Pertama, pola dagang dan sufi.
sumber pemikiran mereka; dan khususnya tentang bagaimana gagasan dan
Dalam pola ini Islam masuk melalui interaksi sosial dengan media perdagangan
pemikiran Islam yang mereka transmisikan dari jaringan ulama yang ada; serta
dan pengajaran keagamaan melalui ritus mistis tasawuf.Keduanya sama-sama
tentang bagaimana gagasan yang mereka transmisikan itu mempengaruhi
menggunakan tipe kultural, maksudnya menjadikan elemen-elemen budaya dan
perjalanan historis Islam di Nusantara (Idem: 18). Sehubungan dengan apa yang
tradisi sebagai media penyebaran (Denys, 1996; Ngatawi, 2002: 50). Pola kedua,
dikemukakan oleh Azra tsb. di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kajian
adalah gerakan politik yang radikal-fundamentalis, gerakan ini cenderung
terhadap transmisi pemikiran ulama Timur Tengah terhadap aktivitas ulama
melakukan tindak kekerasan dalam pusat kekuasaan, penanaman nilai-nilai Islam
Indonesia masih terbuka lebar untuk dilakukan.
dilakukan secara paksa dengan mengabaikan faktor kultural (lihat: Ngatawi, 2002: 50). Dua pola gerakan ini yang menjadi dasar bagi gerakan selanjutnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, dengan meningkatnya jumlah pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Timur Tengah, menjadikan hubungan antara
Menurut Azra dalam The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia:
Indonesia dengan Timur Tengah semakin dekat dalam banyak hal. Pada periode
Networks of Middle Eastern and Malay-Indonesian Ulama in the Seventeenth and
1980-an mahasiswa Indonesia di Mesir banyak yang menyerap gagasan Islam
Eighteen Centuries. Disertasi (1992), New York: Columbia University, yang
fundamentalisme seperti Ikhwanul Muslimin, dan juga pemikir Iran seperti Imam
selanjutnya ditebitkan menjadi buku dengan judul Jaringan Ulama (1994 dan
Khomeini dan Ali Syari’ati. Padahal periode sebelumnya, mereka banyak
[2004]) dikatakan bahwa, pada mulanya hubungan awal antara Timur Tengah
menyerap pengetahuan dari Barat (Rahmat, 2005: xiii). Para mahasiswa Indonesia
dengan Nusantara didasarkan pada sumber-sumber China dan Arab. Azra
juga menjalin hubungan intensif pada 1980-an dengan para aktivis Ikhwanul
mengatakan bahwa hubungan antara Timur Tengah sudah berlangsung sejak
Muslimin di Mesir dan Arab Saudi (Rahmat, 2002: 88-95). Bahkan, waktu jauh
lama, yaitu sejak zaman Sriwijaya (293 – 904 M.), sumber China mengatakan
sebelum ini, ada hubungan antara Muhammad Rasyidi dan Kahar Muzakkir
bahwa ketika itu Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat keilmuan Budha yang
(salah satu penandatangan Piagam Jakarta) juga pernah menjalin hubungan
32
33
dengan Sayyid Quthub Mesir, tokoh Ikhwanul Muslimin (Rahmat, 2005: 90).
Sanusiyah, dan Mahdiyah. Gerakan Islam garis keras pra-modern pertama, yang
Muhammad Natsir secara lebih luas juga menjalin hubungan dengan berbagai
selanjutnya menjadi prototipe banyak gerakan fundamentalis Islam muncul di
Negara Islam (Rahmat, 2005: 86).
Semenanjung Arabia, di bawah pimpinan Muhammad bin Abdul Wahhab
Perkembangan GIP di Indonesia pesat perkembangannya sejak tahun
(1793-1792),
banyak dipengaruhi gagasan-gagasan pembaharuan Ibnu
1970-1980-an. Hubungan lebih intensif lagi ketika tahun 1970-1980-an (saat
Taimiyah. Ibnu Abdul Wahhab dalam melancarkan gerakannya melakukan
terjadi Booming harga minyak dunia yang mengakibatkan negara-negara
korporasi dengan Ibnu Sa’ud. Gerakan yang kemudian dikenal dengan nama
penghasil minyak seperti di Arab Saudi banyak memberikan fasilitas pelajar
“Gerakan Wahabi” ini lahir dari kekecewaan Muhammad bin Abdul Wahab
untuk mendapatkan beasiswa dan melanjutkan studi di Arab. Sejak tahun 1975-an
kepada Kesultanan Turki Utsmaniyyah di Istambul yang dianggap menyimpang
DDI memegang posisi sentral utuk menjadi mediator dalam penyaluran dana dari
dari Islam, dan karenanya patut divonis “kafir”. Demikian pula gerakan
Rabithah Alam Islami Saudi Arabia ke Indonesia. Dana itu untuk disalurkan
Wahabiyah, ia bukan tiba-tiba muncul sebagai ajaran baru, tetapi merupakan
kepada berbagai organisdasi Islam seperti NU, Muhammadiyah, dan al-Irsyad
upaya penguatan terhadap ideologi yang sebelumnya ada dari mazhab
guna membeayai pelajar yang akan studi ke Timur Tengah (Hasan, 2008: 51). Di
Hanbaliyyah.
bawah Natsir, Partai Masyumi mengelola pengiriman mahasiswa Indonesia ke
Rekomendasi:
Mesir pada tahun 1957 sejumlah 90 orang (Rahmat, 2002: 89). Sekarang (data
Sebagaimana sifat suatu ilmu pengetahuan adalah bersifat objektik,
2009) mahasiswa dan pelajar Indonesia yang studi di Mesir ada 4044 orang
maka penelitian ini diharapakan menambah khazanah ilmu pengetahuan yang
(Sangidu,
bermanfaat secara luas.Secara praktis penelitian ini dapat dipakai sebagai
dkk.,
2009:
100).
Data
akhir
2013
ada
3995
orang
(http://www.atdikcairoorg/data-pendidikan/49-cek-data-s2-dan-s3-/186-data-
penambahan wawasan dan pengetahuan dalam bidang agama Islam khususnya
lapor-pendidikan.html: 2013).
sejarah Islam, pemikiran Islam, dan syariat Islam, yang wawasan ini dapat diterapkan sebagai acuan dalam pembinaan dan penataan suatu organisasi Islam
5. Simpulan/ Penutup
pada periode-periode selanjutnya lebih sempurna. Karena organisasi-organisasi
Transmisi GIP di Yogyakarta dan Surakarta berlangsung dari Gerakan
pendahulu selalu ada saja kelebihan dan kekurangannya. Di pihak lain, juga
Salafiyah dan al-Ikhwan.Al-Ikhwan pada mulanya bukan merupakan gerakan
bermanfaat sebagai referensi bagi para pengemban kebijakan di negeri ini
baru, karena merupakan hasil penyempurnaan (terinspirasi) dari gerakan-
dalam upaya menjaga stabilitas nasional dan keutuhan Negara RI.
gerakan yang sebelumnya muncul di Timur Tengah seperti Wahabiyah,
34
DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz, Jum’ah Amin. 2005. Auraaq min Taariikh Al-Ikhwaan AlMuslimuun: Dhuruuf An-Nasy’ah wa Syakhshiyah Al-Imaam Al-Mu’assis. (diterjemahkan oleh Bobby Herwibowo dengan judul: Masa Pertumbuhan dan Profil Sang Pendiri: Imam Syahid Hasan Al-Banna, Solo: Intermedia. Abegebriel, A. Maftuh, 2004. “Ada Apa dengan Dokumen JI”, dalam Negara Tuhan: The Thematic Encyclopaedia. Yogyakarta: SR-Ins Publishing. -----------, dan El-Saha M. Ishom, 2004. “Survai Historis dan Doktrinal Fundamentalisme Islamdi Era Khilafah”, dalam Negara Tuhan: The Thematic Encyclopaedia. Yogyakarta: SR-Ins Publishing. ----------- dan Syitaba, Ibida 2004. “Fundamentalis Islam: Akar Teologis dan Politis”, dalam Negara Tuhan: The Thematic Encyclopaedia. Yogyakarta: SR-Ins Publishing. Abegebriel, A. Maftuh, 2007. “Jihad, G-Wot, dan Humanisme”.dalam Robert Dreyfuss, Devil’s Game Orchestra Iblis: 60 Tahun Perselingkuhan Amerika- Religious Extremist. Jakarta: SR-Ins Publishing. Ahimsa-Putra, Heddy Shri, 2000. Diffusionisme: Teori-teori Penyebaran Kebudayaan dalam Antropologi.Yogyakarta: Antropologi Budaya, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. -------------, 2008.Paradigma dan Revolusi Ilmu dalam Antropologi Budaya: Sketsa Beberapa Episode. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Alfadlal, dkk. 2003. Gerakan Radikal di Indonesia dalam Konteks Terorisme Internasional: Pemetaan Ideologi Gerakan Radikal Islam Indonesia, Projek Penelitian Pengembangan Riset Unggulan Terpadu, Jakarta: LIPI. (al)-Jauzi, Imam Jamaluddin Abdul Farj Abdurrahman, 1947. Talbisu Iblis. Cetakan II. Neirut: Daarul Kutub Al-Ilmiyyah. Azra, Azyumardi, 1994, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta, Mizan.
35
------------, 2001. “Globalization of Indonesian Muslim Discourse: Contemporary Religio-Intelectual Connetions Between Indonesia and the Middle East”, dalam Johan Meuleman (ed.) Islam in the Era of Globalization: Muslim Attitudes Towards Modernity and Identity, Seri Inis XXXVIII, Jakarta: INIS. ---------------, 2010. “Islamisme” ,Republika. Kamis 4 November 2010: Jakarta. Baal, J. van, 1987.Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970). Jilid I. Jakarta: Gramedia. Bellah, Robert N. 2000, Beyond Belief; Esai-Esai tentang Agama di Dunia Modern, terjemahan. Jakarta: Paramadina. Crapo, Richley H. 2002. Cultural Anthropology: Understanding Ourselves & Others.5yh edition. New York: McGraw-Hill. Dahlan, Mardiana, 2008. “Fundamentalisme dalam Perspektif Barat dan Islam”. Resensi Buku. Muhammad Imarah. Al-Ushūliyyah baina ‘l-Gharbi wa-‘lIslām. Mesir: Dāru ‘sy-Syurūq. Dekmejian, R. Hrair, 1997. “Mulrtiple Faces of Islam” dalam Anders Jerichow dan Jørgen Bæk Simonsen (ed.),Islam in a Changing World: Europe and The Middle East, Great Britain: Curzon Press. Demant Peter R. 2006. Islam vs. Islamism: The Dilemma of the Muslim Word. London: Praeger. Departemen Pendidikan Nasional, 2014.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. (Ketua editor: Dendy Sugono). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Denys, Lombard. 1996. Nusa Jawa Silang Budaya. Jilid 1-3. Jakarta: Gramedia. Dreyfuss, Robert. 2007. Devil’s Game Orchestra Iblis: 60 Tahun Perselingkuhan Amerika- Religious Extremist. Jakarta: SR-Ins Publishing. Ezzatti, A. 1990, Gerakan Islam: Sebuah Analisis. Judul Asli The Revolutionary Islam, (terj. Agung Sulistyadi ), Jakarta: Pustaka Hidayah.
36
Hamzawi, Mahmud. 2012. Kebijakan Rezim Otoriter Terhadap Islam Politik (Studi Kasus Rezim Soeharto dan Anwar Sadat (Disertasi)> Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hanafi, Abdillah, 1981. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. (Review dari Buku Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker). Surabaya: Usaha Nasional. Hanafi, Hasan, 1989. Al-Ushǖliyyah Al-Islāmiyyah dalam Ad-Dīn wa ‘tsTsaurah. Jilid 6. Kairo: Maktabah Madbuli.
37
Morris, William, 1973. The American Heritage Dictionary of English Language, Boston: Houghton Mifflin Co. Mubarak. Zaki, 2008, Genealogi Islam Radikal di Indonesdia: Gerakan, Pemikiran, dan Prospek Demokrasi, Jakarta: LP3ES. Ngatawi, 2002. Radikalisasi Gerakan Islam Simbolik FPI (Tesis Ilmu Sosial dan Politik). Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Hasan, Noorhaidi. 2008. Laskar Jihad: Islam, Militansi, dan Pencarian Identitas di Indonesia Pasca-Orde Baru.Jakarta: LP3ES dan KITLV.
Panghegar, Fariz, 2011. “Post-Islamisme: Islamisme yang Berdemokrasi”. (Reportase Diskusi Kampus UI Depok oleh:Ulil Abshar Abdalla, Naupal Asmawi, Muhammad Ali). Jakarta: FIB UI.
-----------, 2012.Islam Politik di Dunia Kontemporer: Konsep, Genealogi, dan Teori. 2012: Suka-Press UIN Sunan Kalijaga.
Rahmat, M. Imdadun, 2005, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
----------, 2014. “Orientasi-orientasi Politik Radikalisme Keagamaan”, dalam seminar di Balai Kota Solo Pembangunan Perdamaian Antar Umat di Indonesiadalam Konteks Ancaman bagi NKRIRefleksi 69 Tahun Indonesia Merdeka, 2 September 2014. Solo: Lembaga Perdamaian Lintas Agama dan Golongan (LPLAG).
Rais, M. Amin, 1990. “Gerakan-gerakan Islam Internasional dan Pengaruhnya bagi Gerakan Islam Indonesia” dalam Percikan Pemikiran Fisipol UGM tentang Pembangunan, Yogyakarta: Fisipol UGM. Ramly, Andi Muawiyah, dkk. 2006. Demi Ayat Tuhan: Upaya KPPSI Menegakkan Syariat Islam. Jakarta: Opsi (Open Society Institute).
Hornby, AS et.al. 1987. Oxford Advance Leanner’s Dictionary of Current English (revised and updated), New York, Toronto: Oxford University Press.
Rogers, Everett M. 1962. Diffusion of Innovations. New York: The Free Press of Glencoe.Londin: Macmillan New York.
Husain, Mir Zohair, 1997. “The Ideologization of Islam: meaning, manifestations and causes” dalam Anders Jerichow dan Jørgen Bæk Simonsen (ed.), Islam in Changing World: Europe and Middle East, Great Britain: Curzon Press.
Roy, Oliver . 1996. Gagalnya Politik Islam. (edisi dalam bahasa Prancis berjudul: L’échec de l’islam politique,Edition du Seuil, 1992; dan edisi berbahasa Inggris berjuduL The Failure of the Political Islam,Harvard University Press, cet. 1. Jakarta: Serambi.
Kartodirdjo, Sartono, 1985. Ratu Adil. Jakarta: Sinar Harapan.
Sabiliku, 2014.“Pandangan Ulama Dunia terhadap Deklarasi Khilafah”, Sabiliku, edisi 3 tahun 1, Agustus 2014. Jakarta: Sabiliku Bangkit.
Kompas, 2014. “AS Bidik NIIS di Suriah”, 27 Agustus 2014. Jakarta. Maarif, Ahmad Syafii 1996. Studi tentang Percaturan dalam Konstituante: Islam dan Masalah Kenegaraan. Jakarta: LP3ES.
----------, 2014.“Menyingkap Tabir Isis dari Takfir sampai Khilafah”, Bahasan Utama, Majalah Sabiliku, edisi 3/Th.01/Agustus 2014. Saifuddin. Achmad Fedyani, 2004. Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana.
38
Syarkun, Mukhlas dan Ghorara, W. 2004. “Dunia Islam dalam Benturan Kepentingan dan Peradaban”, dalam Negara Tuhan: The Thematic Encyclopaedia, Yogyakarta: SR-Ins Publishing.
39
LAMPIRAN SKEMA TRANSMISI GERAKAN ISLAM POLITIK DARI TIMUR TENGAH KE INDONESIA
The New York Times, 2014.13 Juni 2014. Trans TV, 2014. “Berita Islam Masa Kini”, 7 Agustus 2014, pukul 17.00. Tv One, “Isis Bidik Indonesia?”, 3 Agustus 2014, pukul 20.15 Watt, William Montgomery, 1969. Muhammad, Prophet and Statesman, Oxford: Oxford University Press. Wojowasito, S. 1982. Kamus Umum: Inggis Indonesia, Indonesia Inggis. Bandung: Pengarang. Yunanto S. dkk. 2003. Gerakan Militan Islam: di Indonesia dan di Asia Tenggara. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) dan The Ridep Institute. Referensi dari Website: http://news. siteintelgroup.com/ blog/index.php/entry/226-the-story-behind-abubakr-al-baghdadi, 2014, diakses 12 Juli 2014. http://www.atdikcairoorg/data-pendidikan/49-cek-data-s2-dan-s3-/186-datalapor-pendidikan.html: 2013, diakses 17 Juli 2014 www.wahonot.wordpress.com, 2008: 14, diakses 24 Maret 2013.
al-Hanbali (780–855)
WAHABI Muhammad bin Abdul Wahhab (1703 – 1792)
SALAFY al-Afghani (1839 – 1897); Abduh (1849 - 1905; ar-Ridha (1865 – 1935) asy-Syafi’i (767 – 854)
al-Mahdiyyah Sudan (al-Mahdi 1787 – 1859) inspiratoral-Ikhwan
AL-IKHWAN (1929), al-Banna (1906 -1949)
as-Sanusiyyah Libia (as-Sanusi
1878 – 1898) inspirator al-Ikhwan Kontak Delegasi NII dengan Al-Qaeda dan JI 1980-an: 1) Perang Rusia – Afganistan& Barat – Afganistan 2) Akademi Militer di Peshawar Pakistan 3) Kontak SalafyYaman – Indonesia di Peshawar
1) Jalur jamaah haji Indonesia bersinggungan dengan aktivisWahabi – Salafy di Arab Saudi 2) Bantuan personil dari Indonesia dalam perang Arab – Israel 3) Jalur Pendidikan: Pelajar Indonesia di Mesir dan Saudi Arabia (1970an – skrg.) bersinggungan dengan Wahabi – Salafy, HT, dan IM (DDI amat berperan)
Abdullah Sungkar di pengasingan; & kontak Jl Indonesia, Malaysia, & Filipina
Hadis: Hadis Riwayat Bukhari,VI: 376 no. 3644; Hadis Riwayat Muslim, II: 42 no. 1064.
Bantuan personil Irak & Syria (ISIS) 2011-2014
Booming harga Minyak (1970-an)
DI /TII/ NII (1949)
? Gerakan Islam Politik radikal puritanisme: Laskar Jihad, FPIS, LUIS 1999 - 2014
JAT dan MMI
40
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Identitas Diri Nama : Istadiyantha; NIP: 195410151982111001 Tempat / Tanggal Lahir : Boyolali, 15 Oktober 1954 (60 tahun) Pangkat / Golongan : Pembina tk. I / IVb (TMT 1 Okt. 2004; No.39120/A2.7/KP/2004) Jabatan Akademik : Lektor Kepala (TMT 1 Januari 2001; No. 24894/A2.III.1/KP/2001) Alamat : Tohudan Kulon RT 02/ RW 03, Tohudan, Colomadu, Karanganyar, Surakarta (57173). E-mail :
[email protected]; Website : www.istadiyantha.com Isteri : Hj. Diyah Setyo Winarni (Anggota Pengelola Baitul Maal Ahlul Khair BMT Colomadu Sejahtera). Anak dan menantu : 1) Ika Qurrota A’yunin, S.Pd., M.A. (pernah mengajar di Uniba, UMS, Poltekes Surakarta, dan pernah menjadi guru bhs. Inggris di SIC Mesir), sekarang wiraswasta. Menantu: Nur Hidayat, S.T., wiraswasta, domisili di Surakarta. 2) Ulfa Mubarika, S.Sos. (Menantu: Yosep Yogo Widhiyatmoko, S.Sos. bekerja di BUMN PT Perkebunan Nusantara VII, Lampung). 3) Rida Nurafiati (Jur. Akuntasi FEB) UGM; Mapres juara 2 UGM 2014; Duta Lingkungan PBB (UNEP: United Nations Environtment Programme) sejak 2013; alumni SUSI (The Study of U.S.Insitute, 2013); Pernah berkunjung ke USA, Thailand, Cina, Singapura, Malaysia, Jepang, Hawai, dsb. 2. Riwayat Pendidikan 1) Th. 1980, lulus Jur. Sastra Arab, Fak. Sastra dan Kebudayaan UGM. 2) Th. 1989, lulus S2 Jur. Ilmu-ilmu Humaniora; Sastra Indonesia dan Jawa minat Filologi pada Sekolah Pascasarjana UGM.
41
3) Th. 2014 S3 Prodi Agama dan Lintas Budaya, minat Kajian Timur Tengah UGM ujian tertutup 21 Juli 2014 dan ujian terbuka 12 Desember 2014. 3. Aktivitas semasa Mahasiswa S1 1) 1974 – 1976, Humas Komisariat Dewan Mahasiswa Fak. Sastra dan Kebudayaan UGM 2) 1975 – 1977, Pemimpin Redaksi dan Penanggungjwab Majalah Agastya Penerbitan Komisariat Dewan Mahasiswa Fak. Sastra dan Kebudayaan UGM. 3) 1975 – 1977, Reporter dan Bag. Dokumentasi Surat Kabar Gelora Mahasiswa Penerbitan Dewan Mahasiswa UGM 4) 1977, reporter Surat Kabar Harian Pelopor Yogya di Yogyakarta. 5) 1977 – 1979, Ketua Umum IMAGRA (Ikatan Muda-mudi Pogung Raya) Yogyakarta 6) 1977-1980, Asisten Dosen Pendidikan Agama Islam di Fak. Farmasi, Fisip, Kedokteran Hewan,PeternakanUGM. 4. Riwayat Pekerjaan dan jabatan 1) Th. 1982 sbg. CPNS (PNS 1984) Dosen Bahasa Arab pada Jur. Sastra Indonesia FSSR: Fak. Sastra dan Seni Rupa UNS (selanjutnya jg. mengajar di S. Daerah). 2) Th.1990-1996 sbg. Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS. 3) Th. 1997-1999 sbg. Ketua Jurusan Sastra Indonesuia FSSR UNS. 4) Th. 1999-2003 sbg. Pembantu Dekan III pd. FSSR UNS. 5) Th. 2003-2007 sbg. Pembantu Dekan II FSSR UNS. 6) Th. 2003-2007 sbg. anggota Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) UNS. 7) Th. 2008-2009 sbg. anggota Senat Komisi D UNS. 8) Th. 2009-20011 sbg. anggota Binap (Pembinaan Aparatur Pemerintah) UNS.
42
9) Th. 2009-2014 sbg. Ketua Pusat Studi Timur Tengah di FSSR UNS. 10) Th. 2009-2014 sbg. Pemimpin Redaksi Jurnal CMES (Center of Middle Eastern Studies) jur. Sastra Arab FSSR UNS. 11) Th. 2009-2010sbg. Ketua Tim Pendiri dan Th. 2010-2011 (1 semester) Pjs. Ketua Jurusan Sastra Arab FSSR UNS. 12) Th. 2011-2014 Ketua Tim Pengembangan Jur. Sastra Arab FSSR UNS. 13) Th. 2006-2014 Dewan Pendiri dan Pengawas Syariah BMT Kube Colomadu Sejahtera di Surakarta. 14) Th. 2007-2012 sbg. anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa); 20122018 sebagai Wakil Ketua BPD. Tohudan, Colomadu, Karanganyar, Surakarta. 5. Karya Tulis dan Kegiatan Ilmiah 1) Menulis buku berjudul: Suntingan Teks dan Analisis Fungsi Tarekat Syattariyah, 2007. Solo: Bina Insani Press. 2) Menulis buku berjudul: Hikmah Busana Muslimat dalam Pembinaan Akhlak, (cetak ulang tujuh kali, 2008). Solo: Ramadhani. 3) Menulis artikel: “Java Sufi Literature and Mystical Literature in Indonesia’. Nuansa Indonesia, volume XIII/ nomor 1 Februari 2007. Jurnal Ilmu Bahasa, Sastra, dan Filologi. Surakarta. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. 4) Pembicara Seminar Internasional: “Sastra Indonesia dan Jawa Islam: Pencerahan dan Penyesatan”, di FIB UGM (Kerjasama Tiga Serangkai UGM Yogyakarta, UKM Malaysia, dan UNS Surakarta), 16-17 Juli 2008. 5) Menulis artikel: “Ideologi Gerakan Ikhwanul Muslimin: Pimpinan Imam Hasan Al-Banna di Mesir dan Indonesia”, Cmes, Jurnal Pusat Studi Timur Tengah, volume 1 nomor 1 Januari-Juni 2009. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. 6) Pembicara pada Diskusi Jurusan, “Edisi Teks dan Pengembangan Penelitian Filologi”, 3 Agustus 2009, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
43
7) Menulis artikel: “Permasalahan Istilah Timur Tengah”, Cmes, Jurnal Pusat Studi Timur Tengah, volume 1 nomor 2 Januari-Juni 2010. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. 8) Menulis artikel:“Pengaruh Pemikiran Ulama Timur Tengah terhadap Gerakan Islam Fundamentalisme di Yogyakarta dan Surakarta”, Cmes, Jurnal Pusat Studi Timur Tengah, volume 1 nomor 2 Juli-Desember 2010. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. 9) Penelitian Hibah Disertasi Doktor dengan judul: Pengaruh Pemikiran Ulama Timur Tengah terhadap Gerakan Islam Fundamentalisme di Yogyakarta dan Surakarta, tahun anggaran 2010, (Ketua Peneliti). Dana DP3M Dikti Jakarta. 10) Menulis artikel: “Problematika Penelitian Filologi: Tinjauan dari Perspektif Edisi Teks dan Kajian teks”. Jurnal Manuskripta, volume I, nomor 2, 2011. Jakarta: Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). 11) Penelitian Pelayanan Haji Ditinjau dari Perspektif Manajemen Pemasaran Syariah sebagai Anggota (Dipa LPPM UNS, 2011). 12) Penelitian Hibah Fundamental: “Perilaku Keagamaan dan Integrasi bangsa: Kajian terhadap Gerakan Islam Fundamentalis di Surakarta (Ketua Peneliti), Dana BLU UNS, 2012. 13) Penelitian Hibah Unggulan Madya: “Gerakan Islam Radikal dan Terorisme di Indonesia: Kajian terhadap Upaya Integrasi Bangsa”. (Ketua Peneliti). Dana LPPM UNS, 2013. 14) Seminar Internasional, “Indonesian and Javanese Islam Literatures: Enlightenment and Misleading”, Tema Seminar Pengembangan Peran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Mewujudkan Generasi Berkarakter, PIBSI XXXV, 28-29 September 2013, Hotel Orange, Surakarta. 15) Menulis buku berjudul: Kapita Selekta Bahasa Arab, 2014 (Buku Ajar untuk Jurusan Sastra Indonesia, Sastra Daerah, dan umum) (Proses Cetak 2014). Solo: UNS Press.
44
6. Pelatihan 1) Penataran P4 oleh BP7 Pusat Tingkat Nasional Bagi Pemuka Agama tanggal 6 – 21 Desember 1984, sertifikat nomor 8571/BP-7/LII/1984, ditandatangani oleh Sarwo Edhi Wibowo. 2) Peserta Pelatihan Metodologi Penelitian Bidang Sosial Keagamaan Angkatan V / 2003 diselenggarakanoleh Direktorat Pembinaan Penelitian dan Perngabdian kepada Masyarakat, Dirjen Dikti, Depdiknas, Jakarta. 7. Kunjungan ke Luar Negeri 1) Pemakalah Seminar di Universiti Kebangsaan Malaysia dengan Judul Makalah: Java Sufi Literature in the Frame of Archipelago Sufi Literature, 26 April 2006. 2) Nara Sumber pada “Penataran bagi Para Calon Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing”, tanggal 14-17 Oktober 2009, di Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin) Sekolah Indonesia Cairo (SIC), Kairo, Mesir. 3) Pembicara pada Acara Sharing dengan Home Staff KBRI Kairo Mesir, “Pengaruh Pemikiran Ulama Timur Tengah terhadap Gerakan Islam Fundamentalisme di Yogyakarta dan Surakarta”, 23 Oktober 2009, di rumah dinas/ kantor Atase Sosial dan Politik KBRI Kairo, Mesir. 8. Piagam Penghargaan 1) Piagam Bintang Satya Lancana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI, nomor 2229/2005, tanggal 2 Agustus 2005 Keppres RI nomor 050/TK.tahun 2005: (Masa kerja sekarang 32). 2) Dosen Teladan I pada Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS tahun 1991 dan 1992 3) Dosen Teladan II pada Universitas Sebelas Maret Surakarta nomor 5249/PT.40.KI/I/92 4) Dosen bersertifikasi sejak 25-11-2008; No. 08102705119.
45
9. Mata Kuliah yang diampu 1) Bahasa Arab untuk Jur. Sastra Indonesia dan Daerah FSSR UNS 2) Pendidikan Agama Islam di FKIP, FSSR, dan FISIP Universitas Sebelas Maret 3) Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di Sastra Indonesia FSSR UNS 4) Pengantar Filologi; Kritik Teks; dan Kodikologi di Sastra Indonesia FSSR UNS 5) Kebudayaan Timur Tengah di Jur. Sastra Arab FSSR UNS 6) Kajian Lintas Budaya di Jur. Sastra Arab FSSR UNS 7) Pengantar Ekonomi Syariah di Jur. Sastra Arab FSSR UNS 8) Etika Diplomasi di Jur. Sastra Arab FSSR UNS 9) Jurnalistik di Jur. Sastra Arab FSSR UNS 10) Fikih Muammalah di MM UNS