RENCANA STRATEGI (RENSTRA) TAHUN 2015-2019 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jl. Lapangan Banteng No. 2-4 Jakarta Pusat
Renstra 2015-2019 Deputi VI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah dan karunia-Nya, penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2015 – 2019 dapat diselesaikan. Renstra ini merupakan acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kedeputian sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015, yang juga merupakan rencana kegiatan lima tahun ke depan dari Agenda Prioritas Nawacita bidang ekonomi. Dalam tahap implementasi rencana strategis Kedeputian, tentu akan menghadapi situasi dan kondisi yang tidak selalu sejalan dengan yang kita inginkan, namun hendaknya kita tetap berupaya agar tata kelola tetap terjaga dan target yang telah ditetapkan dapat tercapai agar dapat memastikan kemandirian ekonomi yang lebih baik. Akhirnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan Renstra ini kami ucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya Renstra ini dapat memudahkan kegiatan Kedeputian dalam mengantarkan percepatan pembangunan perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan
Jakarta,
Desember 2015
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,
Luky Eko Wuryanto
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
i
Renstra 2015-2019 Deputi VI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 1.1
Kondisi Umum ......................................................................................................... 1 1.1.1
Hasil Yang Telah Dicapai Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur Dan Pengembangan Wilayah Pada Periode 2009 - 2014 ............................ 2
1.2
Potensi Dan Permasalahan ..................................................................................... 9 1.2.1
Potensi ....................................................................................................... 12
1.2.2
Permasalahan ............................................................................................ 15
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KINERJA .................................................. 19 2.1
Visi ........................................................................................................................ 19
2.2
Misi ........................................................................................................................ 20
2.3
Tujuan ................................................................................................................... 21
2.4
Sasaran strategis ................................................................................................... 22
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ............................................................................................................. 24 3.1
Arah Kebijakan Dan Strategi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ...... 24
3.2
Arah Kebijakan Dan Strategi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur Dan Pengembangan Wilayah ........................................................................................ 25
3.3
Kerangka Regulasi ................................................................................................ 34
3.4
Kerangka Kelembagaan ........................................................................................ 34
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ........................................ 37 4.1
Target Kinerja ........................................................................................................ 37
4.2
Kerangka Pendanaan ............................................................................................ 37
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 39
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
ii
Renstra 2015-2019 Deputi VI LAMPIRAN LAMPIRAN I
Manual Kinerja Yang Akan Dicapai Oleh Deputi Koordinasi Bidang Percepatan Infrastruktur Dan Pengembangan Wilayah
LAMPIRAN II
Manual Kinerja Yang Akan Dicapai Oleh Masing-Masing Asisten Deputi Di Kedeputian Koordinasi Percepatan Infrastruktur Dan Pengembangan Wilayah
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
iii
Renstra 2015-2019 Deputi VI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Daya Saing Global Pada Infrastruktur Transportasi .......................................... 7
Tabel 2.
Target Pembangunan Infrastruktur 2015-2019................................................ 10
Tabel 3.
Kebutuhan Investasi per Sektor Infrastruktur Tahun 2015 – 2019 ................... 11
Tabel 4.
Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah pada tahun 2015 – 2019.......................................... 22
Tabel 5.
Kinerja, Indikator, dan Target Yang Akan Dicapai Oleh Asisten Deputi di Lingkungan Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah .................................................................................. 27
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
iv
Renstra 2015-2019 Deputi VI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lansekap Ekonomi Indonesia ........................................................................... 1
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
v
Renstra 2015-2019 Deputi VI
BAB I : PENDAHULUAN 1.1.
Kondisi Umum Kebijakan bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah selama lima tahun terakhir diarahkan pada sasaran strategis untuk peningkatan percepatan pembangunan infrastruktur serta berkurangnya disparitas pembangunan antar wilayah guna menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peran infrastruktur dan pengembangan wilayah sangat penting dan saling terkait dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, karena infrastruktur yang terintegrasi dalam pengembangan wilayah akan memberikan daya angkat dan daya dorong bagi peningkatan daya saing sosial dan ekonomi.
Gambar 1. Lansekap Ekonomi Indonesia Lansekap Ekonomi Indonesia yang tersentralisasi di Pulau Jawa mengancam daya saing, efisiensi, dan pada akhirnya ketahanan ekonomi nasional, sehingga perlu adanya pusat-pusat perekonomian baru yang dapat berfungsi menjadi alternatif orientasi aktivitas koleksi dan distribusi ekonomi regional dan nasional, terutama di luar Pulau Jawa. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
1
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Untuk berkurangnya
mewujudkan
percepatan
disparitas
pembangunan
pembangunan antar
infrastruktur
wilayah,
maka
serta
prioritas
pembangunan ke depan adalah mendorong pembangunan pusat-pusat ekonomi baru, terutama di luar Pulau Jawa sesuai dengan potensi sumbersumber daya alam dan keunggulan lokasi yang strategis dan memperbaiki kualitas hidup dan efisiensi kegiatan ekonomi secara nasional, sesuai dengan kapasitas daya dukungnya. Kemajuan keberhasilan pembangunan infrastruktur menjadi ukuran daya saing suatu negara. Berdasarkan data The Global Competitiveness Report 2010-2014, diketahui bahwa indeks daya saing infrastruktur Indonesia pada tahun 2013–2014 mengalami peningkatan peringkat yang cukup signifikan, yaitu urutan ke-82 dari 148 negara. Sementara pada tahun 2010–2011 berada pada peringkat 90 dari 139 negara. Peningkatan kapasitas ketersediaan infrastruktur yang handal dan berkualitas menjadi prioritas pemerintah dalam mendorong tercapainya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Prioritas pembangunan infrastruktur ini tercermin dari tingginya target yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Hasil yang Telah Dicapai Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah pada Periode 2009-2014 Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah menyelenggarakan fungsi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan,
pelaksanaan,
dan
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang meliputi infrastruktur sumber daya air, telematika dan utilitas, sistem transportasi multimoda, penataan ruang dan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
2
Renstra 2015-2019 Deputi VI
kawasan
strategis
ekonomi,
perumahan,
pertanahan,
dan
pembiayaan
infrastruktur sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kegiatan
bidang infrastruktur
sumber daya
air
diarahkan untuk
mendukung ketahanan air nasional yang diharapkan dapat mendukung kedaulatan pangan untuk peningkatan produksi padi serta ketahanan energi nasional melalui pengembangan potensi PLTA pada waduk-waduk eksisting. Untuk mendukung ketahanan air dan ketahanan energi, pada periode tahun 2010-2014 telah dihasilkan peraturan perundang-undangan melalui koordinasi dan sinkronisasi Kementerian/Lembaga yaitu antara lain : PP Nomor 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, PP Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa, PP Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), PP Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, PP Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan. Selain peraturan perundang-undangan, koordinasi dalam pembangunan bidang infrastruktur sumber daya air juga telah mendorong dibangunnya 28 waduk dan 7 di antaranya telah selesai. Pencapaian ini telah menambah jumlah waduk yang berfungsi penuh sampai tahun 2014 menjadi sebanyak 211 buah. Sedangkan untuk embung/situ/bangunan penampung air lainnya sampai akhir tahun 2014 telah dibangun sebanyak 1.332 buah. Selain itu juga telah dilakukan upaya rehabilitasi pada 82 buah waduk dan 342 embung/situ/bangunan penampung air lainnya, operasi dan pemeliharaan dilakukan terhadap 1.207 waduk/embung/situ/bangunan
penampung
air
lainnya,
serta
konservasi
terhadap kawasan sumber air di 36 kawasan. Berbagai upaya tersebut telah meningkatkan kapasitas tampung sumber air sampai akhir tahun 2014 menjadi 12,61 milyar m³, serta memberikan dukungan bagi peningkatan ketersediaan air untuk irigasi yang bersumber dari waduk menjadi 761.542 ha. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
3
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Terkait penanganan banjir dan rob di wilayah ibukota Negara, telah disusun Dokumen Master Plan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/ Program Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN). Selanjutnya untuk mendukung pencapaian target MDG’s, yaitu peningkatan akses rumah tangga terhadap sumber air minum layak pada tahun 2015 sebesar 68,87%, untuk itu pada periode 2010-2014 telah dibangun prasarana dan sarana air baku dengan kapasitas mencapai 51,44 m³/detik, sehingga total kapasitas air baku yang tersedia selama periode tahun 2005-2014 sebanyak 64 m³/detik. Selain itu, pada periode 2010- 2014 juga telah dilakukan rehabilitasi prasarana air baku dengan kapasitas sebanyak 34,12 m³/detik serta operasi dan pemeliharaan untuk 47,47 m³/detik. Namun demikian, kapasitas IPA PDAM sampai akhir tahun 2013 hanya sebesar 36,83 m³/detik sehingga terdapat idle
capacity sebanyak 6,41 m³/detik. Untuk mendukung ketahanan pangan pada periode 2010-2014 telah dilakukan upaya koordinasi dan sinkronisasi khususnya dalam mendukung pembangunan, rehabilitasi, serta operasi dan pemeliharaan irigasi. Upaya pembangunan jaringan irigasi permukaan telah dilakukan seluas 429.739 ha, jaringan irigasi rawa seluas 202.386 ha, dan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) seluas 14.020 ha. Selain itu juga dengan upaya rehabilitasi irigasi permukaan seluas 2.021.439 ha, Jaringan irigasi rawa seluas 655.437 ha, dan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) seluas 42.131 ha. Sedangkan melalui operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi permukaan seluas 2.479.412,37 ha, jaringan irigasi rawa seluas 1.275.352 ha, dan JIAT seluas 43.840 ha. Kondisi jaringan permukaan yang menjadi kewenangan pusat sampai tahun 2014, yang dalam kondisi baik telah mencapai 77,46% dan yang dalam kondisi rusak sebesar 22,54%. Pada bidang telematika telah dihasilkan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019, yang menjadi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
4
Renstra 2015-2019 Deputi VI
panduan bagi semua pemangku kepentingan di sektor telematika yang meliputi empat pilar utama, yaitu Aspek Regulasi, Legislasi dan Kelembagaan, Aspek Pendanaan, Aspek Prasarana dan Keamanan, serta Aspek Adopsi dan Utilisasi Kreatif. Pemerataan akses telekomunikasi juga semakin membaik ditunjukkan dengan meningkatnya daerah yang terakses layanan telekomunikasi seperti desa dering sebanyak 33.185 desa, desa pintar atau desa punya internet berjumlah 1.330 desa. Program Palapa Ring telah mencapai 31 provinsi, hanya tersisa 3 provinsi yang belum tergelar tulang punggung kabel serat optik yaitu Provinsi Maluku, Papua, dan Papua Barat. Program tersebut diharapkan selesai pada tahun 2017. Pada bulan Mei 2015, telah diresmikan Sulawesi-Papua Cable
System, dengan harapan pembangunan dan percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat diwujudkan melalui pemerataan informasi dan komunikasi di seluruh pelosok yang terbentang dari barat hingga ke timur. Sementara pada bidang utilitas telah dihasilkan kajian untuk percepatan implementasi Kebijakan Sanitary Landfill, penetapan PP Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, serta penetapan PP Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pada bidang transportasi, untuk penguatan sistem konektivitas dan logistik di luar Jawa, telah dilakukan koordinasi dan sinkronisasi dalam pembangunan infrastruktur jaringan jalan/jalan tol, kereta api, bandara, dan pelabuhan. Beberapa contoh infrastruktur yang telah dan sedang dibangun antara lain: Jalan Tol Trans Sumatera; Bandara Internasional Kualanamu; Jalur Rel Ganda (Double Track) Medan–Bandara Kualanamu; Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung; Pelabuhan Tanjung Api-api, Sumatera Selatan; Pelabuhan Tanjung Sauh Batam; Jalur Kereta Api Batubara dan Terminal Terintegrasi di Sumatera Selatan; Jembatan Laut Penyeberangan Merak–Bakauheuni; Jalan Trans Kalimantan; Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
5
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Pelabuhan Internasional Maloy, Kalimantan Timur; Bandara Internasional Sepinggan; 3 Bandara di Wilayah Perbatasan Kalimantan Timur; Pelabuhan Makassar New Port; Jalan By Pass Palu-Parigi; Pelabuhan Hub International Bitung; Jalan Tol Manado-Bitung; Jalan KA Makassar–Parepare; Bandara International Lombok (BIL); Coastal Shipping Lintas Jawa-Bali-Nusa Tenggara; Pelabuhan Cruise Tanah Ampo Bali; Jalan Strategis Nasional Trans Papua (Jalan P4B) dan Trans Maluku; Pelabuhan Sorong di Seget; serta beberapa pelabuhan dan bandara di Papua dan Kepulauan Maluku. Indikator infrastruktur untuk masing-masing bidang transportasi yang dibangun menunjukkan peningkatan yang signifikan, antara lain untuk kualitas jalan meningkat menjadi peringkat 78 dari 148 negara pada tahun 2013-2014 dari sebelumnya peringkat 84 dari 139 negara (tahun 2010-2011). Untuk kualitas infrastruktur Kereta Api pada tahun 2013-2014 naik menjadi peringkat 44 dari 148 negara (sebelumnya peringkat 56 dari 139 negara di tahun 2010-2011). Kualitas infrastruktur pelabuhan naik pada tahun 2013-2014 menjadi peringkat 89 dari 148 negara (sebelumnya peringkat 96 dari 139 negara di tahun 20102011). Kualitas infrastruktur transportasi udara pada tahun 2013-2014 naik menjadi peringkat 68 dari 148 negara (sebelumnya peringkat 69 dari 139 negara di tahun 2010-2011).
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
6
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Tabel 1.
Daya Saing Global Pada Infrastruktur Transportasi
2010 – 2011
Indikator
2011-2012
Peringkat
Infrastruktu
Nilai
r
/ 139
2012-2013
Peringkat Nilai
negara
/ 142
2013-2014
Peringkat Nilai
negara
/ 144
Peringkat Nilai
negara
/ 148 negara
Kualitas Infrastruktur
NA
90
3,9
82
3,7
92
4,0
82
NA
84
3,5
83
3,4
90
3,7
78
NA
56
3,1
52
3,2
51
3,5
44
NA
96
3,6
103
3,6
104
3,9
89
NA
69
4,4
80
4,2
89
4,5
68
Keseluruhan Kualitas Jalan Kualitas Infrastruktur Kereta Api Kualitas Infrastruktur Pelabuhan Kualitas Infrastruktur Transportasi Udara
Sumber: The Global Competitiveness Report, WEF 2010 – 2014
Koordinasi dan sinkronisasi yang telah dilakukan pada bidang penataan ruang adalah percepatan penyelesaian RTRW Provinsi/Kota/Kabupaten dengan diterbitkannya Inpres Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan RTRW Kabupaten/Kota. Hingga saat ini telah ditetapkan sejumlah 27 Perda RTRW Provinsi (79.41%), 327 Perda RTRW Kabupaten (82.16%), dan 82 Perda RTRW
Kota
(88.17%).
Sedangkan
untuk
Rencana
Tata
Ruang
(RTR)
Pulau/Kepulauan telah ditetapkan 4 Perpres dan untuk Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah ditetapkan 7 Perpres dari 76 KSN yang diamanahkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
7
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Wilayah. Penetapan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru berdampak pada berkurangnya disparitas pembangunan antar wilayah. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang ditetapkan antara lain Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), kawasan industri, dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) di luar Pulau Jawa. KEK yang telah ditetapkan ada di 7 lokasi yaitu KEK Sei Mangkei, KEK Tanjung Lesung, KEK Palu, KEK Bitung, KEK Tanjung Api-api, KEK Mandalika, dan KEK Morotai. Di bidang perumahan, hasil yang telah dicapai antara lain telah dilaksanakannya koordinasi kebijakan dan strategi pembangunan perumahan sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, koordinasi terkait Pembiayaan Perumahan/FLPP untuk meningkatkan akses sumber pembiayaan melalui Bank Pelaksana, koordinasi Pengembangan Kawasan Permukiman, melaksanakan program Small Town
Development untuk mengantisipasi disparitas antar wilayah khususnya antara kota besar dan kota kecil/sedang, dan koordinasi peningkatan pembiayaan perumahan
Masyarakat
Berpenghasilan
Rendah
(MBR)
melalui
inisiasi
pembentukan Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat). Hasil yang telah dicapai pada bidang pertanahan antara lain adanya jaminan kemudahan penyelesaian ketersediaan lahan dan kepastian waktu yang diperlukan untuk pengadaannya dengan diterbitkannya UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Di samping itu juga telah dilakukan sinkronisasi dalam penyusunan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 terkait pengadaan tanah skala kecil dari 1 ha menjadi 5 ha, dan Perubahan Kedua Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 terkait masa transisi.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
8
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Di bidang Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS), hasil yang dicapai antara lain perubahan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dengan ditetapkannya Perpres Nomor 13 Tahun 2010, Perpres Nomor 56 Tahun 2011, Perpres Nomor 66 Tahun 2013, dan pada tahun 2014 sedang dilakukan pembahasan Perpres pengganti. Selain itu, dilakukan pemantauan dan evaluasi tentang permasalahan Kerjasama Pemerintah-Swasta di bidang infrastruktur seperti Central Java Coal Fired Power Plant 2x1.000 MW (PLTU Batang), Kereta Api Bandara Soekarno Hatta, Proyek SPAM Umbulan, SPAM Lampung, dan SPAM Semarang Barat. Hasil kebutuhan
penting
lainnya
infrastruktur
guna
adalah
mendukung
Masterplan
percepatan
Percepatan
pemenuhan
dan
Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang diluncurkan pada tahun 2011 yang telah dapat merealisasikan proyek sebesar Rp838,9 triliun, baik untuk sektor infrastruktur maupun riil yang tersebar di seluruh koridor ekonomi, yaitu koridor Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Maluku. Selain itu, ada pula upaya untuk merevitalisasi Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) menjadi Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). Komite ini diharapkan ke depan akan mampu menjadi delivery unit di bidang infrastruktur yang akan terlibat sejak tahap persiapan hingga pelaksanaan proyek infrastruktur prioritas. 1.2.
Potensi dan Permasalahan Potensi
dan
permasalahan
bidang
percepatan
infrastruktur
dan
pengembangan wilayah digali berdasarkan tantangan yang ada pada tahun 2015-2019. Sesuai dengan RPJMN 2015-2019, target outcome pembangunan infrastruktur yang hendak dicapai di tahun 2019 antara lain pemenuhan akses air Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
9
Renstra 2015-2019 Deputi VI
minum layak 100%, akses sanitasi layak 100%, kawasan kumuh perkotaan 0 ha, kemantapan jalan nasional 98%, pengembangan 450 pelabuhan dan 252 bandara, pangsa angkutan umum 32%, kabupaten/kota yang dijangkau pitalebar 100%, kapasitas air baku 118,6 m3/detik dan pembangunan 49 waduk dengan rincian secara lengkap sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 2.
Target Pembangunan Infrastruktur 2015-2019 INDIKATOR
Kawasan permukiman kumuh perkotaan
Akses Air Minum Layak
Akses Sanitasi Layak
BASELINE
SASARAN
2014
2019
38.431 Ha
0 ha
70 %
100%
60,9 %
100%
Kondisi mantap jalan nasional
94 %
98%
Pengembangan jalan nasional
38.570 km
45.592 km
Pembangunan jalan baru (kumulatif 5 tahun)
1.028 km
2.650 km
Pengembangan jalan tol (kumulatif 5 tahun)
260 km
1.000 km
Panjang jalur kereta api
5.434 km
8.692 km
Pengembangan pelabuhan
278
450
Jumlah bandara
237
252
Kab/Kota yang dijangkau Broadband
82%
100%
Jumlah Dermaga Penyebrangan
210
270
Pangsa Pasar Angkutan Umum Perkotaan
23%
32%
Kapasitas Air Baku Nasional
41,44 m /detik
118,6 m /detik
Jumlah Waduk
21 waduk
49 waduk
3
3
Sumber : RPJMN 2015-2019
Dari
sisi
pembiayaan,
kebutuhan
anggaran
untuk
pembangunan
infrastruktur Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun ke depan membutuhkan Rp4.796 triliun untuk pembangunan infrastruktur dengan alokasi pembiayaan bersumber dari APBN sebesar 29,88%, APBD sebesar 11,37%, BUMN sebesar
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
10
Renstra 2015-2019 Deputi VI
22,23%, dan sisanya oleh swasta sebesar 36,52% sebagaimana tercantum dalam tabel 3 di bawah ini. Tabel 3.
Kebutuhan Investasi per Sektor Infrastruktur Tahun 2015 – 2019 APBN
APBD
BUMN
PPP
Total
Jalan
268
200
65
200
733
Kereta Api
93
0
11
122
226
Tranportasi Laut
260
0
238
93
591
Tranportasi Udara
64
5
50
25
144
Tranportasi Sungai dan Ferri
37
0
10
0
47
Tranportasi Perkotaan
61
15
5
5
86
Listrik
120
0
445
435
1000
Minyak dan gas
4.3
0
152
352
507
Teknologi Informasi dan
15
15
27
223
280
Sumber Daya Air
196
68
7
180
451
Air Minum dan Sanitasi
131
198
44
30
403
Perumahan
184
44
13
87
328
Total Funding needs
1.433.3
545
1.067
1.752
4.796
Allocation Percentage
29,88%
11,37%
22.23%
36.52%
100%
Komunikasi (ICT)
Sumber: RPJMN 2015-2019
Dengan memperhatikan tantangan yang ada sebagaimana tersebut di atas, serta untuk mencapai target yang diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019 maka peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah melakukan koordinasi
dan
sinkronisasi
percepatan
pelaksanaan
kebijakan
bidang
infrastruktur yang menjadi prioritas, agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
11
Renstra 2015-2019 Deputi VI
1.2.1. Potensi Beberapa
potensi
yang
menjadi
pendorong
untuk
mempercepat
pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah, antara lain: a. Tersedianya Regulasi Pendukung Pelaksanaan Koordinasi Kebijakan Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Adanya peraturan perundang-undangan dan turunannya dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah. Beberapa regulasi yang menjadi potensi dalam pelaksanaan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi yaitu adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah yang memberikan potensi peningkatan efektivitas kewenangan Pemerintah Daerah dalam pembangunan infrastruktur, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang menjadi payung dalam pelaksanaan kegiatan keairan, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menjadi dasar pengaturan di bidang penataan ruang dan kawasan strategis ekonomi, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang berpotensi meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembentukan bank sampah, Perpres Nomor 96 tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 yang memberikan acuan dalam pengembangan telematika ke depan sehingga membantu percepatan pembangunan
ekonomi
melalui
perluasan
jenis
lapangan
pekerjaan,
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, Peraturan
Presiden
Nomor
100
Tahun
2014
tentang
Percepatan
Pembangunan Jalan Tol di Sumatera, dan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2013 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
12
Renstra 2015-2019 Deputi VI
b. Tersedianya Sumber Daya Eksisting yang Mendukung Pengembangan Infrastruktur ke Depan Dari sisi sumber daya, pada periode bulan basah dan bulan kering Indonesia secara umum memiliki kecukupan air. Potensi tersebut dapat dioptimalkan pemanfaatannya guna mendukung ketahanan air, ketahanan pangan, dan ketahanan energi. Indonesia memiliki waduk dan irigasi eksisting yang masih berpotensi dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan dan ketahanan energi. Selain itu dalam bidang telematika, adanya Sulawesi
Maluku Papua Cable System dapat menjadi potensi bagi percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia bagian timur dan tingkat adopsi serta penetrasi penggunaan internet dan telepon seluler. c.
Tersedianya Alternatif-alternatif Pembiayaan di Luar Sumber Dana APBN/APBD Adanya alternatif pembiayaan investasi yang berasal dari perbankan, CSR, lembaga keuangan bank/non-bank, Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), peran serta masyarakat, dan alternatif skema pembiayaan investasi/skema creative financing lainnya merupakan potensi sumber dana yang dapat dimanfaatkan lebih optimal dalam pengembangan infrastruktur. Selain itu keringanan sistem pembiayaan perumahan melalui subsidi uang muka, kredit mikro perumahan swadaya, dan bantuan stimulan, menjadikan keunggulan untuk mendorong pencapaian target infrastruktur di Indonesia.
d. Adanya Penggabungan Beberapa Kementerian/Lembaga yang Memiliki Tugas dan Fungsi yang Sama Penggabungan beberapa Kementerian/Lembaga yang memiliki tugas dan fungsi yang sama berpotensi terhadap efektivitas koordinasi dan sinkronisasi ke depan dalam hal pencapaian target RPJMN 2015-2019. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
13
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan lintas Kementerian/Lembaga yang solid akan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang menjadi prioritas. e. Kemampuan BUMN yang Semakin Membaik Keberadaan BUMN mempunyai peran yang menentukan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya di bidang perekonomian. Keterlibatan BUMN yang didukung dengan kapasitas dan kemampuan yang semakin baik ke depan akan menjadi daya ungkit dalam percepatan pembangunan Indonesia, mengingat bahwa BUMN yang didirikan oleh pemerintah (berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003) melakukan
peran
dalam
kegiatan
usaha
hampir
di
seluruh
sektor
perekonomian, yaitu mengelola cabang-cabang produksi dan sumber kekayaan alam yang strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Sebagai contoh, PT. Dirgantara Indonesia, PT. Perusahaan Listrik Negara, PT. Kereta Api Indonesia, dan lain sebagainya akan semakin berperan untuk meningkatkan
kesejahteraan
mengendalikan
sektor-sektor
dan
kemakmuran
yang
strategis
rakyat, dan
serta yang
untuk kurang
menguntungkan. f. Tersedianya Berbagai Inovasi Teknologi Infrastruktur yang Dikuasai Tenaga Ahli Lokal Inovasi teknologi sangat penting dalam pembangunan infrastruktur Indonesia ke depan. Adanya berbagai terobosan inovasi di berbagai bidang misalnya keairan, jalan, dan jembatan serta permukiman berwawasan ramah lingkungan
dan
mendukung berkelanjutan.
mengedepankan
percepatan
nilai
pembangunan
sosial yang
menjadi
potensi
yang
efektif,
efisien,
dan
Secara kompetensi, kemampuan tenaga ahli lokal yang
menguasai teknologi juga menjadi kekuatan yang tidak diragukan lagi. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
14
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Sebagai contoh, penanganan jembatan dan pembangunan rumah tahan gempa yang ditangani secara komprehensif oleh para ahli lokal telah memberikan solusi rekomendasi jangka pendek, menengah dan panjang. 1.2.2. Permasalahan Dalam tahapan penyiapan dan pelaksanaan penyediaan infrastruktur, selain potensi yang menjadi pendorong dan penguat pelaksanaan pembangunan infrastruktur, juga terdapat sejumlah permasalahan yang menjadi tantangan realisasi infrastruktur di Indonesia. Adapun permasalahan yang dimaksud meliputi: a. Permasalahan dalam Pendistribusian Kewenangan dan Pengambilan Keputusan Pembagian tanggung jawab Pemerintah Daerah pada dasarnya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Baik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab untuk menentukan rencana pembangunan dan tata ruang, menyediakan fasilitas dan infrastruktur publik, dan memegang kendali atas dampak lingkungan. Ketika kebutuhan dasar infrastruktur tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah, pada dasarnya Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk memberikan hukuman dan sanksi kepada Pemerintah Daerah, namun tidak terdapat pedoman yang jelas bagi Pemerintah Pusat terutama bagi Kementerian untuk memberikan hukuman dan sanksi tersebut. Kondisi
ini
menyebabkan
penyiapan
dan
pelaksanaan
penyediaan
infrastruktur terhambat. Selain kendala pada Pemerintah Daerah, belum terciptanya koordinasi lintas Kementerian/Lembaga Pemerintah di tingkat pusat juga turut menghambat proses pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, penetapan skala Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
15
Renstra 2015-2019 Deputi VI
prioritas seringkali tidak dikoordinasikan antar Kementerian/Lembaga di tingkat
pusat
yang
mengakibatkan
pelaksanaan
proyek
mengalami
penundaan bahkan pembatalan karena tidak memperoleh dukungan dari seluruh instansi terkait. b. Ketidaksesuaian
Perencanaan
Pendanaan
dengan
Kebutuhan
Implementasi Hambatan
dalam
penyediaan
infrastruktur
juga
mencakup
pengalokasian dana untuk memenuhi kebutuhan implementasi proyek. Besarnya anggaran yang dibutuhkan seringkali membuat sebuah proyek infrastruktur memperoleh pendanaan dari beberapa sumber. Sebagai contoh, sebuah proyek menggunakan sumber pendanaan dari APBN, APBD, dan Badan Usaha. Tidak sinkronnya jadwal realisasi anggaran dalam setiap tahapan pelaksanaan proyek, misalnya dalam hal pengadaan tanah dan lelang badan usaha dapat mengakibatkan terhambatnya penyediaan proyek. Perencanaan yang baik terkait proyek dan sumber pendanaannya sangatlah penting agar APBN dan APBD dapat dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur
yang
kritikal,
sedangkan
infrastruktur
yang
terindikasi
menguntungkan dapat digunakan untuk menarik investasi swasta. c. Sulitnya Proses Pengadaan dan Pembebasan Lahan Pelaksanaan pengadaan dan pembebasan lahan hampir selalu menjadi salah satu permasalahan dalam penyediaan infrastruktur. Proses yang panjang
memberikan
kesempatan
bagi
para
spekulan
tanah
untuk
meningkatkan harga tanah sehingga dana yang telah disiapkan oleh Pemerintah seringkali tidak mencukupi saat pelaksanaan proses pembayaran uang ganti rugi. Kurang memadainya kapasitas personel dan ketersediaan teknologi
untuk
melakukan
pendataan
dan
pendaftaran
juga
turut
memperlambat proses pengadaan lahan proyek. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
16
Renstra 2015-2019 Deputi VI
d. Kurangnya Kapasitas Kementerian/Lembaga dan/atau Penanggung Jawab
Proyek
dalam
Penyediaan
Infrastruktur
terutama
yang
Dilaksanakan dengan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Kurangnya sumber daya manusia dan kapasitas yang kurang memadai dalam menyiapkan, melaksanakan, dan memelihara infrastruktur di daerah serta minimnya anggaran untuk infrastruktur seringkali menjadi hambatan dalam penyediaan infrastruktur di daerah. Hal ini semakin mengkhawatirkan mengingat tidak adanya keharusan Pemerintah Daerah mengalolasikan dananya
untuk
pembangunan
infrastruktur
yang
dibutuhkan
guna
mendukung perekonomian daerah. Permasalahan yang menghambat penyediaan infrastruktur di daerah tidak lepas dari lemahnya peran Pemerintah Pusat dalam memastikan peningkatan kapasitas dan sumber daya dari pusat ke daaerah sehingga terjadi inefisiensi dalam penyediaan infrastruktur. e. Lambatnya Proses Penyusunan Peraturan dan Keberadaan Peraturan yang Tumpang Tindih Sehingga Menghambat Investasi Kendala
dalam
penyusunan
dan
implementasi
kebijakan
dan
peraturan masih menjadi hambatan besar dalam penyediaan infrastruktur. Kurangnya koordinasi antar Kementerian/Lembaga dalam penyusunan peraturan seringkali menghambat proses penetapan suatu peraturan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Suatu proyek seringkali mundur dari jadwal yang telah ditetapkan karena belum terbitnya peraturan yang dijadikan landasan hukum pelaksanaan proyek. Selain itu, masih terdapat peraturan yang tumpang tindih atau bertentangan satu dengan yang lain sehingga mengakibatkan kebingungan pihak penanggung jawab. Proses penyusunan revisi peraturan yang akan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
17
Renstra 2015-2019 Deputi VI
mendukung pembangunan infrastruktur membutuhkan koordinasi dan pengendalian yang lebih baik.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
18
Renstra 2015-2019 Deputi VI
BAB II : VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS 2.1.
Visi Visi
Deputi
Bidang
Koordinasi
Percepatan
Infrastruktur
dan
Pengembangan Wilayah adalah:
“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah yang efektif dan berkelanjutan” Visi
Deputi
Bidang
Koordinasi
Percepatan
Infrastruktur
dan
Pengembangan Wilayah ini mendukung Visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
yakni
“Terwujudnya
koordinasi,
sinkronisasi,
dan
pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan”. Visi tersebut disusun berdasarkan kristalisasi dari pernyataan komponen organisasi itu sendiri yang disepakati sebagai nilai-nilai dasar kepribadian organisasi yang profesional,
berintegritas,
bekerjasama,
inovatif,
dan
bertanggungjawab.
Keyakinan nilai-nilai dasar organisasi akan memberikan keyakinan kepada pegawai bahwa keinginan yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan dapat diwujudkan. Visi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tersebut mempunyai makna tentang koordinasi dan sinkronisasi, yaitu merupakan proses mengupayakan terjadinya kesamaan persepsi, pemikiran, dan tindakan dalam mewujudkan pencapaian tujuan. Sedangkan pengendalian merupakan bagian proses koordinasi dan sinkronisasi yang penekanannya pada setiap pusat-pusat pertanggungjawaban diupayakan dapat mewujudkan tujuan organisasi sesuai rencana dan dilakukan secara efektif dan efisien. Kata “efektif” mempunyai arti bahwa kinerja hasil koordinasi dan sinkronisasi memberikan manfaat dan dampak yang signifikan bagi upaya
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
19
Renstra 2015-2019 Deputi VI
pencapaian sasaran pembangunan di bidang ekonomi. Sedangkan kata “berkelanjutan” mempunyai arti bahwa koordinasi harus dilakukan secara terus menerus dan proaktif agar pelaksanaan pembangunan perekonomian yang dilakukan oleh sektor dan pelaku ekonomi dapat berjalan sinergis sehingga pembangunan ekonomi dapat berjalan secara berkesinambungan. 2.2.
Misi Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut di atas, dibutuhkan tindakan nyata dengan menetapkan Misi yang sesuai dengan peran Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, yaitu sebagai berikut:
“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah” Misi tersebut merupakan langkah peran fungsi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam mengupayakan/ memastikan
Misi
Kementerian
Koordinator
Bidang
Perekonomian,
yaitu
“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan
kebijakan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian”, yang pelaksanaannya diwujudkan melalui kinerja lintas sektor di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah. Untuk meningkatkan kinerja lintas sektor di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah tersebut dibutuhkan suatu usaha untuk menyatukan tindakan kebulatan pemikiran, kesatuan tindakan dari berbagai intansi terkait, agar pelaksanaan kinerja sektor dapat bersinergi dengan baik dan terlaksana sesuai rencana. Sejalan dengan strategi dan aktivitas yang dilakukan dalam
upaya
pencapaian
rencana
dimaksud,
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan/program secara intensif diupayakan untuk mengatasi permasalahan
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
20
Renstra 2015-2019 Deputi VI
yang timbul dalam proses pencapaian kinerja, sehingga progres kinerja dalam melaksanakan kebijakan/program di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah berjalan dengan optimal. 2.3.
Tujuan Berdasarkan Visi dan Misi tersebut di atas, dirumuskan tujuan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah yaitu:
“Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah”
Agar tujuan tersebut di atas dapat tercapai, pelaksana kebijakan/program sektor/lintas sektor di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kinerjanya secara optimal. Dengan mengupayakan optimalisasi kinerja sektor/bidang dimaksud, maka target sasaran kinerja di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019 dapat diwujudkan, sehingga pada akhirnya sasaran pembangunan di bidang
infrastruktur
dan
pengembangan
wilayah
demi
mewujudkan
kesejahteraan rakyat akan tercapai. Berdasarkan visi, misi, dan tujuan Deputi Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tersebut di atas, maka sasaran strategis yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 tahun ke depan (periode 2015-2019) disusun dengan mempertimbangkan kondisi potensi dan permasalahan, dan tantangan organisasi yang dihadapi ke depan atau dalam periode 2015-2019. Untuk mewujudkan keberhasilan tujuan tersebut akan diukur dengan sasaran strategis dan indikatornya.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
21
Renstra 2015-2019 Deputi VI
2.4.
Sasaran Strategis Sasaran strategis yang ingin dicapai Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah pada tahun 2015–2019 adalah sebagaimana tabel berikut. Tabel 4.
Sasaran
Strategis
Deputi
Bidang
Koordinasi
Percepatan
Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2015–2019 Sasaran Strategis/Indikator
Target 2015
2016
2017
2018
2019
4
4
4
4
4
80%
80%
80%
80%
85%
Sasaran Strategis (Outcome) 1: Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah Indikator Tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan sinkronisasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah Sasaran Strategis (Outcome) 2: Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah Indikator Persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan Sasaran Strategis (Outcome) 3:
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
22
Renstra 2015-2019 Deputi VI Sasaran Strategis/Indikator
Target
Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa Indikator: Jumlah kawasan strategis ekonomi baru (KEK,
4
3
7
3
3
6
7
10
12
13
kawasan industri) di luar Pulau Jawa Sasaran Strategis (Outcome) 4: Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan Indikator: Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
23
Renstra 2015-2019 Deputi VI
BAB III : ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1.
Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kebijakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam rangka mengemban tugas dan fungsi untuk melaksanakan arah kebijakan pembangunan nasional
maupun program–program prioritas nasional
dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas, dan berkelanjutan dilaksanakan melalui strategi koordinasi dan sinkronisasi, pengendalian, studi kebijakan/ kajian/ telaahan, dan sosialisasi. Strategi tersebut merupakan langkah-langkah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mendorong peningkatan kinerja sektor/ lintas sektor menjadi lebih optimal, efektif, dan efisien. Meningkatnya kinerja pengelolaan sektor/ lintas sektor dimaksud diharapkan dapat memberikan manfaat peningkatan produktivitas bagi sektor/ lintas sektor bidang perekonomian, sehingga pada akhirnya dengan tercapainya target-target sektor/ lintas sektor secara akumulatif memberikan kontribusi dampak terhadap keberhasilan akan terwujudnya sasaran pembangunan ekonomi yang mandiri dan berdaya saing sebagaimana tertuang pada RPJMN 2015-2019. Adapun
kebijakan
prioritas
Kementerian
Koordinator
Bidang
Perekonomian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang terkait dengan bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah adalah: 1. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Prioritas; dan 2. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Pengembangan KEK.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
24
Renstra 2015-2019 Deputi VI
3.2.
Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Dalam
rangka
mendorong
percepatan
pembangunan
infrastruktur
Indonesia yang berdaya saing untuk mencapai target yang diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019 dibutuhkan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan lintas sektor yang lebih efektif dan efisien. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai koordinasi dan sinkronisasi yang efektif di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah, maka arah kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air; 2. Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Telematika dan Utilitas; 3. Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Transportasi Multimoda; 4. Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Penataan Ruang ; 5. Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi; 6. Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perumahan ; 7. Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pertanahan; 8. Meningkatkan
Koordinasi
dan
Sinkronisasi
Kebijakan
Pembiayaan
Infrastruktur; dan 9. Meningkatkan Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. Arah-arah kebijakan tersebut akan dicapai melalui strategi sebagai berikut: 1. Mendahulukan dan fokus pada penanganan kebijakan infrastruktur prioritas dan berdampak luas;
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
25
Renstra 2015-2019 Deputi VI
2. Mendorong Kementerian/Lembaga untuk memenuhi target yang telah ditetapkan dalam RPJMN; 3. Menginisiasi penyusunan regulasi untuk mengatasi hambatan pelaksanaan kebijakan (debottlenecking). Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan dan sasaran program Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, maka sesuai tugas dan fungsinya unit kerja eselon I akan menetapkan keluarankeluaran, antara lain berupa koordinasi dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan program kerja/kegiatan lintas sektor/sektor serta meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan (sosialisasi kebijakan). Keluaran-keluaran ini diyakini akan dapat mengupayakan meningkatnya pengelolaan program kerja/kegiatan sektor/lintas secara efektif dan efisien bagi Kementerian/Lembaga yang dikoordinasikan (sebagai pelanggan). Keberhasilan kinerja unit eselon I yang berupa sasaran kegiatan yang disebut juga keluaran (outcome) akan diukur dengan indikator kinerja. Kinerja, indikator, dan target yang akan dicapai oleh masing-masing unit eselon II di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah adalah sebagai berikut:
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
26
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Tabel 5.
Kinerja, indikator, dan target yang akan dicapai oleh Asisten Deputi di Lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
Kinerja
Unit
Target
Program/Sasaran Kegiatan/Indikator
Organisasi 2015
2016
2017
2018
2019
Pelaksana
Koordinasi Kebijakan Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air
Asdep
Sasaran kegiatan (output) 1
Infrastruktur Sumber Daya
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan
Air
dalam rangka percepatan pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Indikator: Persentase (%) Koordinasi Kebijakan Urusan Kebijakan Urusan
85
85
85
90
90
85
85
85
90
90
85
85
85
85
85
Infrastruktur Sumber Daya Air yang ditindaklanjuti Persentase (%) Rekomendasi Pengendalian Urusan Infrastruktur Sumber Daya Air yang dilaksanakan Persentase (%) Pemahaman peserta terhadap materi Sosialisasi Kebijakan Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air Sasaran kegiatan (output) 2 Tersusunnya Rekomendasi kebijakan
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
27
Renstra 2015-2019 Deputi VI dalam rangka Peningkatan JWG Indonesia-Singapura untuk Pengembangan BBK (Batam-BintanKarimun) dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) lainnya di Indonesia Indikator: Persentase (%) Rekomendasi Kebijakan dalam rangka peningkatan JWG IndonesiaSingapura untuk Pengembangan
85
85
85
90
90
90
90
90
95
95
75
80
80
80
80
BBK (Batam-Bintan-Karimun) dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) lainnya di Indonesia yang ditindaklanjuti Persentase (%) Rekomendasi Pengendalian Kebijakan dalam rangka peningkatan JWG Indonesia-Singapura untuk Pengembangan BBK (Batam-BintanKarimun) dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) lainnya di Indonesia Sasaran kegiatan (output) 3 Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan dalam rangka Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Indonesia Indikator: Persentase (%) Rekomendasi hasil
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
28
Renstra 2015-2019 Deputi VI koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi Kebijakan Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Indonesia Persentase (%) Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Percepatan
75
80
80
80
80
85
85
85
85
85
Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Indonesia Persentase (%) Pemahaman peserta terhadap Materi Sosialisasi Kebijakan Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Indonesia
Koordinasi kebijakan bidang telematika dan utilitas
Asdep
Sasaran kegiatan (output) 1
Telematika dan Utilitas
Tersusunnya Rekomendasi kebijakan Telematika dan Utilitas yang ditindaklanjuti Indikator: Persentase (%) Rekomendasikebijakan Telematika
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
dan Utilitas yang ditindaklanjuti Persentase (%) Rekomendasi hasilPengendalian Pelaksanaan Kebijakan Telematika dan Utilitas
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
29
Renstra 2015-2019 Deputi VI yang ditindaklanjuti Persentase (%) Pemahaman peserta terhadap Materi Sosialisasi
75
75
75
75
75
Kebijakan Telematika dan Utilitas Koordinasi Kebijakan Sistem TransportasiMultimoda Sasaran kegiatan (output) 1
Asdep Transportasi
Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam Percepatan Pembangunan Transportasi Multimoda Indikator: Persentase (%) rekomendasi kebijakan Sistem Transportasi
85
80
85
85
85
85
80
85
85
85
85
80
85
85
85
85
80
85
85
85
Multimoda Persentase (%) Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan kebijakan Sistem TransportasiMultimoda Persentase (%) Pemahaman peserta terhadap Materi Sosialisasi kebijakan TransportasiMultimoda Sasaran kegiatan (output) 2 Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam percepatan Pengembangan Sistem Transportasi JABODETABEK Indikator: Persentase (%) Rekomendasi kebijakan Percepatan PengembanganSistem Transportasi JABODETABEK
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
30
Renstra 2015-2019 Deputi VI Persentase (%) RekomendasiPengendalian Pelaksanaan kebijakan Percepatan Pengembangan Sistem Transportasi JABODETABEK
85
80
85
85
85
Koordinasi Kebijakan Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi
Asdep
Sasaran kegiatan (output) 1
Penataan Ruang dan
Tersusunnya Rekomendasi kebijakan Penataan Ruang dan Kawasan Strategis
Kawasan
Ekonomi
Strategis
Indikator:
Ekonomi
JumlahRekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi kebijakan Bidang Penataan Ruang
9
9
9
10
10
8
8
8
8
8
80
80
80
85
85
dan Kawasan Strategis Ekonomi yang ditindaklanjuti JumlahRekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi Persentase (%) Pemahaman peserta terhadap materi sosialisasi Kebijakan Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
31
Renstra 2015-2019 Deputi VI Koordinasi Percepatan dan Perluasan
Asdep
Pembangunan Ekonomi Indonesia
Penataan
Sasaran kegiatan (output) 1
Ruang dan Kawasan
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Percepatan
Strategis
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Ekonomi
Indonesia Indikator: Persentase (%) Rekomendasi kebijakan MP3EI yang
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
ditindaklanjuti Persentase (%) Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Proyek-Proyek P3EI yang akan ditindaklanjuti Persentase (%) Pemahaman peserta terhadap Materi Sosialisasi /desiminasi kebijakan MP3EI Koordinasi Kebijakan Perumahan, Pertanahan, dan Pembiayaan
Asdep
Infrastruktur
Perumahan,
Sasaran kegiatan (output) 1
Pertanahan, dan
Tersusunnya Rekomendasi kebijakan Perumahan, Pertanahan &Pembiayaan
Pembiayaan
Infrastruktur yang ditindaklanjuti
Infrastruktur
Indikator: Persentase (%) Rekomendasi Kebijakan Perumahan, Pertanahan
80
85
90
90
90
dan Pembiayaan Infrastruktur
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
32
Renstra 2015-2019 Deputi VI ditindaklanjuti
Persentase (%) Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Perumahan, Pertanahan
80
85
90
90
90
80
85
90
90
90
dan Pembiayaan Infrastruktur ditindaklanjuti Persentase (%) Pemahaman peserta terhadap Materi Sosialisasi Kebijakan Perumahan, Pertanahan danPembiayaan Infrastruktur Koordinasi kebijakan percepatan penyediaan infrastruktur prioritas
Asdep
Sasaran kegiatan (output) 1
Perumahan, Pertanahan,
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan
dan
Penyediaan Infrastruktur Prioritas yang
Pembiayan
tindaklanjuti
Infrastruktur Indikator: Persentase (%) Rekomendasi Kebijakan Ekonomi Terkait
80
80
85
90
90
80
80
85
90
90
80
80
85
90
90
Penyediaan Infrastruktur Prioritas yang ditindaklanjuti Persentase (%) Pre FS/Revisi Pre FS Proyek Infrastruktur Prioritas yang ditindaklanjuti Persentase (%) Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Infrastruktur
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
33
Renstra 2015-2019 Deputi VI Prioritas yang ditindaklanjuti Persentase (%) Pemahaman peserta terhadap Materi Sosialisasi
80
Kebijakan Penyediaan Infrastruktur
80
85
90
90
Prioritas yang ditindaklanjuti
3.3.
Kerangka Regulasi Dalam rangka pelaksanaan fungsi koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan,
dan
pelaksanaan
serta
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah memerlukan tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perlu ditunjang dengan adanya regulasi
atau
peraturan
perundang-undangan
yang
kuat
yang
bersifat
administratif dan strategis. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam hal ini berfungsi sebagai koordinator dalam penyusunan regulasi untuk menghindari tumpang tindihnya regulasi yang ditetapkan oleh sektor dan memastikan kebijakan yang telah diputuskan dapat diakomodir dalam suatu regulasi. Untuk itu dibutuhkan langkah-langkah yang strategis yang mendorong partisipasi dan keterlibatan yang sehat dari pemangku kepentingan dan dunia usaha yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah. 3.4.
Kerangka Kelembagaan Berdasarkan Kementerian
Peraturan
Koordinator
Presiden
Bidang
Nomor
Perekonomian
8
Tahun dan
2015
tentang
Peraturan
Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
34
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, disebutkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan,
dan
pelaksanaan
serta
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Kooordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dihadapkan dengan berbagai dinamika permasalahan dan tantangan yang terus berkembang di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah. Untuk itu, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dituntut untuk terus melakukan peningkatan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian untuk mengharmonisasikan kebijakan pemerintah lintas Kementerian/Lembaga. Dengan kemampuan kinerja kelembagaan, maka banyak permasalahan dan ketidakpastian yang muncul lintas sektoral dapat segera dikelola dengan baik. Dalam hal proses pembelajaran kelembagaan, maka penataan organisasi dan tata kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah diupayakan untuk mencapai struktur kelembagaan yang tepat ukuran dan tepat fungsi (right size and right function). Dengan organisasi yang ideal, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah diarahkan menjadi birokrasi yang bersih, akuntabel, dan transparan. Upaya untuk membentuk organisasi yang ideal dilakukan dengan penataan struktur organisasi dan tata kerja. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan memperlancar tugas operasional organisasi. Hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan penataan tata laksana ke depan, yaitu sebagai berikut: Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
35
Renstra 2015-2019 Deputi VI
1.
Melakukan evaluasi atas proses bisnis untuk seluruh kegiatan utama yang sesuai dengan perkembangan organisasi dan tata kerja yang baru;
2.
Penyempurnaan dan penambahan SOP sesuai dengan evaluasi atas implementasi SOP dalam proses bisnis;
3.
Penerapan secara konsisten atas SOP yang telah ditetapkan dalam semua proses bisnis;
4.
Meningkatkan implementasi e-government secara terintegrasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada stakeholder; dan
5.
Otomatisasi proses pelaporan dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
36
Renstra 2015-2019 Deputi VI
BAB IV : TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1.
Target Kinerja Kinerja Pengembangan
Deputi
Bidang
Wilayah
Koordinasi
ditunjukkan
Percepatan
dengan
Infrastruktur
meningkatnya
dan
pengelolaan
program kerja sektor/lintas sektor di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah secara optimal. Meningkatnya pengelolaan program kerja tersebut merupakan indikasi dari berfungsinya rekomendasi yang disampaikan oleh unit eselon I di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada Lementerian/Lembaga,
sehingga
memacu
aktivitas
Kementerian/Lembaga
tersebut, untuk mendorong peningkatan produktivitas di sektor/lintas sektor. Oleh karena itu, rekomendasi yang ditetapkan unit eselon I merupakan identifikasi dan analisis kebutuhan pelanggan (customers) baik dari segi jumlah keluaran maupun jenis keluarannya. Untuk mewujudkan keluaran (output) dimaksud, unit eselon I menugaskan unit eselon II sebagai penanggung jawab pelaksana pembuatan keluaran. Unit eselon II mengupayakan pembuatan keluaran tersebut dengan menentukan tahapan proses kegiatan pelaksanaannya sesuai dengan waktu yang diharapkan. 4.2.
Kerangka Pendanaan Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja berorientasi pada keluaran dan hasil, dengan mempertimbangkan sistem pembiayaan secara proporsional yang diilustrasikan dalam kerangka pengeluaran jangka menengah. Pengalokasian tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan fungsi, outcome, output, hingga komponen. Perhitungan prediksi dilakukan berdasarkan asumsi kegiatan rutinitas/tetap selama waktu 4 tahun ke depan (baseline budget)
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
37
Renstra 2015-2019 Deputi VI
dengan memperhitungkan asumsi inflasi serta dengan menggunakan
tahun
anggaran berjalan sebagai indeksnya. Kebijakan kerangka pengeluaran jangka menengah dimaksud merupakan antisipasi kebutuhan pembiayaan anggaran tahunan yang bersifat indikatif. Adapun kerangka pengeluaran jangka menengah Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
2015-2019 adalah
sebagaimana tersebut dalam Lampiran.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
38
Renstra 2015-2019 Deputi VI
BAB V : PENUTUP Rencana Strategi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah untuk periode 5 (lima) tahun, yang disusun selaras dengan RPJMN Tahun 2015-2019, dengan memperhatikan
faktor-faktor
internal
dan
eksternal
yang
diperkirakan
akan
berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Dokumen ini telah memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, dan target kinerja yang diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, beserta arah kebijakan dan strategi yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Rencana program dan kegiatan tahun 2015-2019 tersebut disusun dengan memperhatikan kondisi kelembagaan dan sumber daya yang dimiliki setiap unit organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, dengan harapan dapat mendukung upaya pencapaian rencana yang telah ditetapkan secara optimal. Keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 20152019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan sumber pendanaannya serta komitmen semua pimpinan dan staf Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Oleh karena itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019, akan dilakukan evaluasi secara periodik setiap akhir tahun anggaran. Dengan tersusunnya Renstra Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2015-2019, diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi pada setiap unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, sehingga dapat
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
39
Renstra 2015-2019 Deputi VI
memaksimalkan peran Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam upaya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
40
Renstra 2015-2019 Deputi VI
LAMPIRAN
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Lampiran I
MANUAL KINERJA YANG AKAN DICAPAI OLEH DEPUTI KOORDINASI BIDANG PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH Sasaran Strategis/Indikator
Target 2015
2016
2017
2018
2019
4
4
4
4
4
4
4
4
4
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
Sasaran Strategis (Outcome) 1: Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah Indikator Tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan sinkronisasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah Sasaran Strategis (Outcome) 2: Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah Indikator rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan
3 rekomendasi
Renstra 2015-2019 Deputi VI Sasaran Strategis/Indikator
Target
Sasaran Strategis (Outcome) 3: Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa Indikator: Jumlah kawasan strategis ekonomi baru (KEK, kawasan
4
3
7
3
3
6
7
10
12
13
industri) di luar Pulau Jawa Sasaran Strategis (Outcome) 4: Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan Indikator: Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP)
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Lampiran II MANUAL KINERJA YANG AKAN DICAPAI OLEH MASING-MASING ASISTEN DEPUTI DI DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Unit Target
Program/Kegiatan Sasaran Program/Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja
2015
2016
2017
Organisas 2018
2019
i Pelaksana
Koordinasi Kebijakan Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air Sasaran kegiatan (output) 1
Asdep
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Percepatan
Infrastrukt
Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Indikator:
Rekomendasi Hasil Koordinasi Kebijakan Urusan Infrastruktur Sumber Daya Air
Rekomendasi Pengendalian Urusan Infrastruktur Sumber Daya Air
Laporan Hasil pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air
Sasaran kegiatan (output) 2 Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka
ur Sumber 4
4
4
4
4
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
4
4
4
4
4
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
4 laporan
4 laporan
4 laporan
4 laporan
4 laporan
Daya Air
Renstra 2015-2019 Deputi VI Peningkatan JWG Indonesia-Singapura Untuk Pengembangan BBK (Batam-Bintan-Karimun) Dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Lainnya Di Indonesia Indikator:
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan JWG Indonesia-Singapura Untuk Pengembangan BBK (Batam-Bintan-Karimun) Dan KEK (Kawasan Ekonomi
4
2
2
2
2
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
4
4
4
4
4
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
5
5
5
5
5
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
4
4
4
4
4
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
Khusus) Lainnya Di Indonesia
Rekomendasi Pengendalian Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan JWG Indonesia-Singapura Untuk Pengembangan BBK (Batam-Bintan-Karimun) Dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Lainnya Di Indonesia
Sasaran kegiatan (output) 3 Tersusunnya
Rekomendasi
Kebijakan
Dalam
Rangka
Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Indonesia (ngambil dari renja 2015 revisi)
Rekomendasi Hasil Koordinasi, Sinkronisasi dan Harmonisasi Kebijakan Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Indonesia
Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Indonesia
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Laporan Hasil Pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota
2 laporan
2 laporan
2 laporan
2 laporan
2 laporan
Negara Indonesia Koordinasi Kebijakan Bidang Telematika Dan Utilitas Sasaran kegiatan (output) 1
Asdep
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Telematika Dan Utilitas Indikator:
Rekomendasi Hasil Kebijakan Telematika Dan Utilitas
Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Telematika Dan Utilitas
Laporan Hasil Sosialisasi Kebijakan Telematika Dan Utilitas
Telematika 2
8
8
8
8
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
2
5
5
5
5
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
2 laporan
2 laporan
2 laporan
2 laporan
2 laporan
dan Utilitas
Koordinasi Kebijakan Sistem Transportasi Multimoda Sasaran kegiatan (output) 1
Asdep
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Percepatan
Transporta
Pembangunan Transportasi Nasional Indikator:
Rekomendasi Kebijakan Sistem Transportasi Multimoda
Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Sistem Transportasi Multimoda
Laporan Hasil Pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Sistem Transportasi Multimoda
si 4
4
4
4
4
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
2
2
2
2
2
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendas
2 Laporan
2 Laporan
2 Laporan
2 Laporan
2 Laporan
Sasaran kegiatan (output) 2 Catatan : Sasaran Kegiatan (output) Koordinasi Kebijakan Infrastruktur Sumber Daya Air mengalami perubahan di tahun 2016. Pada tahun 2015 sasaran Kegiatan “Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Indonesia” merupakan sasaran kegiatan (output) tersendiri sedangkan pada tahun 2016 sasaran kegiatan (output) tersebut menjadi satu dalam
sasarankegiatan “Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air” dansasaran kegiatan “Tersusunnya Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air”
Renstra 2015-2019 Deputi VI Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Percepatan Pengembangan Sistem Transportasi JABODETABEK Indikator:
Rekomendasi Kebijakan Percepatan Pengembangan Sistem Transportasi JABODETABEK
Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sistem Transportasi JABODETABEK
2
2
2
2
2
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
1
1
1
1
1
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
Koordinasi Kebijakan Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi
Asdep
Sasaran kegiatan (output) 1
Penataan
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Bidang Penataan
Ruang dan
Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi
Kawasan
Indikator:
Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi
9
9
9
10
10
kebijakan Bidang Penataan Ruang dan Kawasan
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
8
8
8
8
8
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
8laporan
8laporan
8laporan
8laporan
8laporan
Strategis Ekonomi
Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi
Laporan sosialisasi Kebijakan Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi(sesuai renja revisi
Strategis Ekonomi
Renstra 2015-2019 Deputi VI Asdep
Koordinasi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Penataan
Sasaran kegiatan (output) 1
Ruang dan
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka
Kawasan
Mendorong Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Strategis
Ekonomi Indonesia Indikator:
Rekomendasi Kebijakan MP3EI
Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Proyek-Proyek P3EI Yang Akan Ditindaklanjuti
Laporan Sosialisasi /desiminasi Kebijakan MP3EI
5
6
6
6
6
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
2
6
6
6
6
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
2laporan
2laporan
2laporan
2laporan
2laporan
Ekonomi
Koordinasi Kebijakan Bidang Perumahan, Pertanahan, dan Pembiayaan Infrastruktur
Asdep
Sasaran kegiatan (output) 1
Perumaha
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Perumahan,
n,
Pertanahan & Pembiayaan Infrastruktur Indikator:
Rekomendasi Kebijakan Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan Infrastruktur
Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan Infrastruktur
Pertanaha 4
4
5
5
5
n, dan
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
Pembiayaa
4
4
5
5
5
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
n Infrastrukt
Renstra 2015-2019 Deputi VI
Laporan Hasil Sosialisasi Kebijakan Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan Infrastruktur
2 laporan
2 laporan
3 laporan
3 laporan
3 laporan
ur
Koordinasi kebijakan percepatan penyediaan infrastruktur prioritas
Asdep Perumahan,
Sasaran kegiatan (output) 1
Pertanahan,
Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Penyediaan
dan
Infrastruktur Prioritas Yang Tindaklanjuti Indikator:
Rekomendasi Kebijakan Ekonomi Terkait Penyediaan Infrastruktur Prioritas
Rekomendasi Hasil Pre FS/Revisi Pre FS Proyek Infrastruktur Prioritas
Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
Laporan Sosialisasi Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
9
7
9
9
9
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
11
7
9
10
10
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
1
1
1
1
1
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
rekomendasi
1laporan
1 laporan
1 laporan
1 laporan
1 laporan
Pembiayan Infrastruktu r