RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR
KAMIL SARAGIH
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Kamil Saragih NIM H34100158
ii
ABSTRAK KAMIL SARAGIH. Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA. Rencana bisnis memuat informasi-informasi penting yang menunjukkan suatu bisnis akan dijalankan serta mengidentifikasi masalah potensial. Kencur merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi bisnis yang cerah. Perencanaan bisnis pengolahan kencur ini berbasis wirakoperasi dengan bekerjasama dengan petani sebagai penghasil bahan baku. Hasil produksi merupakan kencur segar yang kemudian diproses menjadi bubuk. Konsep ini memberikan pengaruh positif terhadap hasil produksi komoditas kencur serta sangat bermanfaat kepada petani kencur. Target pasar produk ini adalah pasar ekspor dengan tujuan Negara Jerman. Harga jual dari kencur bubuk adalah Rp252 000 atau USD 22.91. Pada perencanaan bisnis ini, dilakukan 2 analisis, yaitu analisis keuangan dan keuangan. Analisis keuangan mencakup NPV , Net B / C , IRR , dan Payback Period ( PP ). Sedangkan analisis non keuangan terdiri dari aspek pasar, aspek operasional , dan organisasi dan sumber daya manusia. Kata kunci: kencur, rencana bisnis, wirakoperasi
ABSTRACT KAMIL SARAGIH. Galanga Powder Business Plan with Cooperative Entrepreneur Aproaches in Bogor. Supervised by LUKMAN M. BAGA. Business plan contains the important informations that shows that a business will be operated and identifies the potential problems. Galanga is one of the algriculture commodity that has prospective business potency. Galanga processing business plan is based on the cooperative enterpreneur and cooperated with the local farmers as the sources suppliers. The product of this process is the fresh galanga which is then processed to be powder. This concept gives the positive influence to the galanga commodity products and is very beneficial for the galanga farmers. The targeted market for this product is the export market with Germany as the destination. The selling price of this galanga powder is Rp252.000 or USD 22.91. There are 2 analysis on this business plan, financial analysis and non-financial analysis. Financial analysis involves NPV, Net B/C, IRR, and Payback period (PP). Whereas the non-financial analysis consist of market aspect, operational aspect, and human resource and organitational. Keywords: business plan, cooperative entrepreneur, galanga
iii
RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR
KAMIL SARAGIH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
iv
vi
vii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah rencana bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Lukman M. Baga, MAEc selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, serta para petani dan pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, teman-teman atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Kamil Saragih
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
ix 1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
KERANGKA PEMIKIRAN
7
Kerangka Pemikiran Teoritis
7
Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur)
7
Rencana bisnis
8
Rencana Produk
8
Strategi dan Rencana Pemasaran
9
Rencana Operasional (Produksi)
9
Perencanaan Lokasi dan Tata Letak
10
Teknologi
10
Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia
10
Koperasi
10
Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
16 17
Waktu Lokasi Penelitian
17
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Pengumpulan Data
18
Metode Analisis Data
18
GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA
22
RENCANA BISNIS
22
Rencana Produk
22
viii
Rencana Pemasaran
23
Market Selection
23
Marketing Mix Development
23
Rencana Operasional
24
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
34
Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha
34
Struktur Organisasi
34
Rencana Kerjasama Kooperatif
38
Hasil Kajian Pendekatan Wirakoperasi
47
SIMPULAN DAN SARAN
49
Simpulan
49
Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
49
LAMPIRAN
51
ix
DAFTAR TABEL 1Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2008-2012 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas kencur di Indonesia tahun 2012 3 Kebutuhan bahan baku per bulan 4Standar mutu simplisia kencur menurut SNI 5 Penentuan gaji dan upah 6 Matriks hubungan antara pihak yang terkait 7 Rincian biaya investasi 8 Rincian biaya penyusutan 9 Tabel biaya operasional 10 Rincian biaya operasional tahun berikutnya 11 Modal awal usaha tahun pertama 12 Harga pokok produksi 13 Break even point tahun pertama 14 Break even point tahun berikutnya 15 Tabel perbedaan hasil pendekatan wirakoperasi dan tanpa wirakoperasi
2 2 29 33 38 39 42 42 44 44 45 45 46 46 48
DAFTAR GAMBAR 1 Alur tata cara ekspor 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian 3 Kencur bubuk dan label 4 Mesin perajang kencur 5 Mesin vacuum cabinet dryer 6 Mesin diskmill 7 Mesin vacuum packaging 8 Plastik kemasan vakum 9 Alat conveyor pendeteksi logam 10 Tata letak bangunan usaha 11 Diagram alir pengolahan kencur bubuk 12 Struktur organisasi koperasi kencur makmur
13 17 23 25 26 27 27 28 28 29 32 35
DAFTAR LAMPIRAN 1 Proses produksi 2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi 3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran 4 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur 5 Asumsi komponen biaya investasi 6 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap 7 Rincian biaya tetap komponen biaya utility 8 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran 9 Asumsi komponen biaya tetap
51 53 53 54 54 55 55 55 56
x
10 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama 11Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun berikutnya 12 Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin 13 Asumsi komponen biaya variabel 14 Penjualan perusahaan 15 Penerimaan petani/kg 16 Laporan arus kas proyeksi lima tahun (dalam Rp000) 17 Laporan laba rugi proyeksi lima tahun (dalam Rp000) 18 Laporan arus kas di tahun pertama (dalam Rp000) 19 Laporan laba rugi tahun pertama (dalam Rp000)
56 56 57 57 57 58 59 60 61 63
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Biofarmaka merupakan tanaman herbal yang berkhasiat obat. Berbagai macam tanaman obat dapat tumbuh di Indonesia yang sering digunakan untuk pengobatan alternatif. Tanaman biofarmaka memiliki prospek bisnis yang cerah baik di dalam maupun luar negeri. Peluang pengembangan biofarmaka cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor. Kebutuhan dalam negeri setiap tahunnya meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah industri biofarmaka di Indonesia. Tanaman biofarmaka yang memiliki potensi pengembangannya cukup besar adalah: kencur, jahe, lengkuas, dan kunyit, terutama untuk bahan minuman dan obat-obatan. Biofarmaka sebagai komoditas pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Perbedaan dari ketiga golongan obat dengan bahan alami tersebut terletak pada tingkat pembuktian khasiat produknya.Jamu (empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalambentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional (Lestari 2007). Obat herbal terstandar merupakan obat yang berbahan alami yang berbentuk ekstrak dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar. Obat jenis ini harus melawati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), batas kisaran dosis, famakodinamik (manfaat) dan teratogenik (keamanan terhadap janin). Fitofarmaka merupakan peningkatan kelas dari obat herbal terstandar dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar. Arah pengembangan tanaman obat ditujukan untuk pemenuhan industri dalam negeri, farmasi, kosmetika, industri rumah tangga, jamu gendong, dan ekspor. Pemenuhan permintaan harus di respon dengan baik melalui produksi kencur yang berkualitas dan berkelanjutan. Pengembangan tersebut juga memperhatikan peluang pasar, potensi areal pengembangan, teknologi yang tersedia, kondisi saat ini, dan permasalahan yang ada. Tanaman kencur salah satu sebagai tanaman obat mempunyai kegunaan tradisional dan sosial cukup luas dalam masyarakat Indonesia. Produk utama kencur adalah rimpangnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat nabati tradisional. Kencur memiliki manfaat sebagai obat radang lambung, radang anak telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, diare, menghilangkan darah kotor, memperlancar haid, mata pegal, keseleo, dan menghilangkan lelah. Sebagai jamu, masyarakat mengenalnya dengan nama beras kencur. Kencur berpotensi untuk dibudidayakan di Indonesia, karena tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sebagai tanaman obat, kencur sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif pengobatan. Kebutuhan akan kencur ini akan memberikan dampak terhadap permintaan dari konsumen. Tanaman kencur ini merupakan produk pertanian yang memiliki nilai ekonomi sehingga produksi akan terus dilakukan untuk
2
memenuhi kebutuhan dari masyarakat maupun industri. Produksi kencur dan tanaman biofarmaka lain dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 1 Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2008-2012 Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
(Kg)
Laos/ Lengkuas (Kg)
154 963 886 122 181 084 107 734 608 94 743 139 114 537 658
50 092 846 59 332 313 58 961 844 57 701 484 58 186 488
Jahe
Kencur
Kunyit
(Kg)
(Kg)
38 531 160 43 635 311 29 638 127 34 016 850 42 626 207
23 740 105 36 826 340 26 671 149 24 105 870 44 085 151
Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)1
Data diatas menunjukkan produksi kencur di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2008-2012. Dari tahun 2008 hingga 2009, produksi kencur mengalami peningkatan dan menurun lagi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010. Setelah mengalami penurunan yang cukup drastis, produksi kencur mengalami kenaikan hingga tahun 2012. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan luas panen di Indonesia komoditas kencur sebesar 2.2 ribu hektar. Luas panen yang paling tinggi berada di provinsi Jawa Barat dengan luas 577 hektar. setelah Jawa Barat, luas panen terbesar kedua berada di Jawa Tengah dengan luas 551 hektar. Sekalipun luas lahan di Jawa Barat lebih luas dibandingkan Jawa Tengah, produksi di Jawa Barat lebih rendah dibandingkan di Jawa Tengah. Hal ini disebabkan produkrivitas di Jawa Barat hanya 1.53 kg/m2, sedangkan di Jawa Tengah sebesar 2.11 kg/m2. Produktivitas yang paling tinggi berada di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 3.50 kg/m2. Tingginya produktivitas di Sumatera Selatan menjadikan provinsi tersebut memiliki produksi cukup tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi besar pengembangan komoditas kencur. Bogor sebagai salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan sebagai salah satu sentra usaha biofarmaka kencur. Data luas panen, produksi, dan produktivitas kencur disajikan pada Tabel .2 Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas kencur di Indonesia tahun 2012 Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi 1
Luas Panen (m2) 8 496 147 067 74 546 131 189 14 981 87 746
Produksi (kg) 29 882 267 084 176 899 235 390 22 381 155 091
Produktivitas (kg/m2) 1.91 1.75 2.34 1.51 1.38 1.51
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=25 (Diacu 2013 Oktober 10)
3
Provinsi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Luas Panen (m2) 658 951
Produksi (kg) 3 037 236
Produktivitas (kg/m2) 3.50
95 786
361 246
2.37
746 195 2 583 670 1 109 5 770 503 1 502 464 5 515 296 885 077 2 403 460 480 991 8 488 109 482 193 865 86 089 652 275 104 351 10 115 541 45 090 30 231 18 659 34 131 10 607 5 061 12 654 1 757 22 430 923
1 104 814 7021 002 6 287 9 024 266 1718 380 11 683 983 1653 552 3466 490 389 686 29 471 177 857 630 250 208 302 643 774 259 382 14 414 943 110 099 53306 32 587 46 243 8 006 18 383 36 282 3 239 42 626 207
1.44 2.62 2.48 1.53 1.11 2.11 1.86 1.37 0.81 2.18 1.40 2.89 2.07 0.85 1.99 1.42 0.86 2.27 1.65 1.12 1.34 0.74 1.90 2.12 1.84 1.82
Sumber: Badan Pusat Statistik2 Dari data tersebut, memberikan informasi bahwa di Jawa Barat memiliki potensi dilakukan pengembangan usaha biofarmaka kencur. Dengan luas panen yang sangat tinggi, seharusnya mampu menghasilkan produksi yang tinggi pula. Produktivitas harus ditingkatkan agar produksi yang didapatkan juga tinggi. Prospek pengembangan usaha tanaman kencur di Indonesia sangat baik. Sebab itu, salah satu arah pengembangan tanaman tanaman adalah untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas bahan baku serta peningkatan nilai tambah. Untuk menjalankan bisnis tersebut, dilakukan perencanaan bisnis yang tepat sehingga bisnis nantinya dapat dilakukan dengan matang. Pendekatan yang optimal dalam rencana bisnis ini adalah dengan cooperative entrepreneur yang bergerak bersama. Dilihat dari jumlah produksi kencur di tiap daerah yang cenderung sedikit namun lokasinya sangat banyak, wirakoperasi merupakan langkah yang paling tepat dilakukan. Wirausaha pada umumnya bangkit berusaha 2
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=30 (Diacu 2014 Mei 28)
4
dengan kekuatannnya sendiri, tapi wirakoperasi dapat bangkit dengan kekuatan bersama yang bersinergis. Misalnya skala usaha tertentu dapat dengan mudah dipenuhi secara bersama dibandingkan dengan individu. Demikian pula resiko usaha akan lebih ringan jika ditanggung bersama. Ciri khusus yang harus dimiliki secara cooperative entrepreneur adalah sikapnya yang lebih menghargai kebersamaan dari pada keberhasilan keuntungan individual. Seorang wirakoperasi diharapkan akan lebih termotivasi dan akan lebih kreatif bekerja dalam kebersamaan. Pada dasarnya setiap wirausaha koperasi, terutama anggota dan manajer mempunyai kewajiban moral dalam meningkatkan pertumbuhan koperasi dengan jalan mengusahakan agar koperasi mempunyai keunggulan dibanding pesaingnya. Keberhasilan suatu koperasi sangat ditentukan oleh kombinasi antara kemampuan, kemauan dan kebebasan bertindak para wirakoperasi ini.
Perumusan Masalah Biofarmaka sebagai salah satu produk agribisnis memiliki potensi yang sangat baik karena sangat banyak dibutuhkan oleh industri obat. Hampir semua jenis tanaman biofarmaka dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan obat tradisional/ jamu oleh berbagai industri obat tradisional Indonesia. Permintaan akan produk ini terus meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan permintaan ini seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia dan seluruh negara di dunia serta kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan memanfaatkan obat tradisional. Agribisnis biofarmaka tidak berkembang dengan baik dan merata di seluruh Indonesia. Penyebabnya adalah petani dan pelaku usaha kurang memahami kebutuhan pasar domestik dan ekspor yang menginginkan produk siap pakai yang telah diolah. Kurangnya pemahaman tersebut karena menjual biofarmaka memang tak semudah menjual tanaman hortikultura lainnya, seperti sayur- sayuran atau buah-buahan. Kencur sebagai produk biofarmaka yang umumnya digunakan untuk obat tradisional, masih belum mampu dioptimalkan. Pemenuhan permintaan yang terus meningkat masih belum diiringi dengan produksi yang besar dan normal. Berdasarkan data BPS (2013)3 produksi kencur mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2010 dari 2009 dan mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan 2012. Sekalipun mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan 2012, produksi tahun 2012 masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009. Untuk mengatasi masalah tersebut, pengembangan bisnis dengan basis cooperative entreupreneur dapat menjadi solusi. Adanya seorang wirakoperasi, petani dapat meningkatkan bargaining power sehingga harga jual produk yang diterima petani dapat meningkat. Para petani yang tergabung dalam sebuah sistem koperasi yang dijalankan oleh seorang wirakoperasi akan mendapat jaminan pasar untuk setiap produk yang mereka hasilkan, selain itu penerimaan yang diterima petani akan meningkat akibat harga jual yang lebih baik. Wirakoperasi 3
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=25 (Diacu 2013 Oktober 10)
5
menjalankan bisnis dengan berpegang pada prinsip-prinsip dasar koperasi secara konsisten. Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi tidak bekerja sendirian, melainkan melakukan kerjasama dengan dengan puluhan dan bahkan ribuan anggota koperasi. Seorang wirakoperasi merupakan seorang pemimpin dalam suatu usaha. Pemimpin yang diikuti anggotanya dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota. Seorang wirakoperasi sangat dibutuhkan untuk mengembangkan sistem agribisnis komoditas kencur. Melihat kondisi tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian kali ini, yaitu: 1 Bagaimana cara mengembangkan potensi biofarmaka khususnya tanaman kencur melalui pendekatan cooperative entrepreneur ? 2 Bagaimana peran wirakoperasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas biofarmaka?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1 Menganalisis potensi yang dimiliki kencur sebagai tanaman biofarmaka dengan pendekatan cooperative entrepreneur. 2 Merumuskan rencana bisnis yang harus dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas biofarmaka. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : Bagi petani, sebagai informasi untuk mengembangkan skala usaha budidaya kencur sebagai tanaman biofarmaka sehingga mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. 2 Bagi investor, sebagai informasi mengenai potensi dan prospek tanaman biofarmaka kencur sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.
1
Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai perencanaan bisnis pengolahan rimpang kencur sebagai tanaman biofarmaka dengan pendekatan cooperative enterpreneur. Perencanaan bisnis yang akan dilakukan berupa pengolahan pasca panen yang disesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri. Analisa terhadap pola konsumsi negara tujuan ekspor tidak dibahas dalam perencanaan bisnis ini. Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, aspek keuangan, serta analisis risiko.
6
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang dilakukan oleh Baga (2003) mengenai Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pada Koperasi Susu mengemukakan bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi susu memiliki posisi tawar yang sangat lemah dalam hal menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan serta harga yang diperoleh. Sebagai Ketua Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Daman Danuwidjaja berusaha untuk memajukan koperasinya sendiri dan mendorong agar koperasi susu mampu meningkatkan kerja sama antara koperasi. Daman Danuwidjaja berperan sebagai wirakoperasi yang bertujuan untuk mengembangkan koperasi primer persusuan di tingkat pedesaan. Para peternak merasakan langsung manfaat bergabung dengan KPBS, yaitu berkembangnya usaha ternak yang relatif baik dengan penerapan teknologi peternakan modern. Penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) mengenai Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi didirikan oleh seorang yang memiliki jiwa wirakoperasi yang bernama Wahyudin. Hal yang dilakukan oleh Wahyudin ini adalah melakukan kerjasama dengan para petani yang tergabung dalam kelompok tani di wilayah Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Konsep wirakoperasi yang diterapkan oleh Wahyudin berupa penentuan ketetapan harga beli di bahan baku di tingkat petani yang berdasarkan hasil diskusi dengan para petani mitranya. Selain ketetapan harga yang didasarkan pada hasil diskusi dengan para petani, perusahaan ini juga memberikan pelatihan budidaya kepada para petani agar para petani dapat menghasilkan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas. Perusahaan ini juga memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan para petani yang bermitra, sehingga pengendalian usaha dilakukan berlandaskan kepentingan para petani. CV. Bunga Indah Farm didirikan tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun juga berorientasi pada kesejahteraan yang bermitra dengannya. Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm memiliki peran yang sangat besar terhadap peningkatan kesejahteraan petani skala kecil di Kabupaten Sukabumi. Hal tersebut terbukti dengan sembilan orang petani kecil yang bermitra dengannya mengaku memiliki pendapatan yang meningkat. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, perusahaan ini juga memiliki manfaat yang besar bagi para petani mitranya. Manfaat tersebut berupa terjaminnya pasar, keuntungan yang diperoleh lebih tinggi serta kemudahan dalam mendapatkan bantuan permodalan. Selain membina 2000 petani sebagai pemasok bahan baku, perusahaan ini juga mempekerjakan masyarakat sekitar usaha dengan latar belakang putus sekolah, janda dan ibu rumah tangga. Dapat dilihat bahwa selain berorientasi pada keuntungan, perusahaan ini juga berorientasi pada kesejahteraan para petani yang bermitra dengannya dan juga pada kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitar usaha. Kajian yang dilakukan oleh peneliti Pusat Studi Biofrmaka LPPM-IPB Sundawati dkk (2011) mengenai Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran Terpadu Biofarmaka dalam Tangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di
7
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat mengemukakan bahwa perlu adanya pengembangan model kelembagaan petani yang bertujuan untuk meningkatkan pemasaran biofarmaka khususnya komoditas rimpang. Pemasaran komoditas tanaman biofarmaka jenis ini belum memiliki ikatan kemitraan yang efektif antara petani dengan indsutri karena banyaknya kendala dan hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaannya. Perlunya ikatan kemitraan yang efektif ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran karena komoditas biofarmaka jenis rimpang banyak dibutuhkan oleh pasar dalam negeri dan luar negeri. Menurut Baga dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok, keberhasilan suatu wirakoperasi membutuhkan adanya seorang pemimpin yang berjiwa wirakoperasi sehingga mampu memberikan peningkatan terhadap pendapatan dan skala usaha yang dilakukan petani. Wirakoperasi berupaya agar usaha yang didirikan dapat berjalan dengan baik. Perencanaan bisnis yang dilakukan oleh wirakoperasi untuk mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan usaha yang akan dilakukan. Selain itu, perencanaan bisnis juga dapat mengurangi kegagalan pada pendirian suatu proyek bisnis. Menurut Pinson (2003) ada tiga tujuan menulis rencana bisnis, yaitu sebagai panduan yang dapat diikuti sepanjang usia bisnis, sebagai dokumentasi pendanaan, dan sebagai alat standart untuk mengevaluasi potensi bisnis keluar negeri.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur) Cooperative entreupreneur atau wirakoperasi merupakan bentuk khusus dari konsep wirausaha. Pada dasarnya cooperative entrepreneur adalah pengembangan organisasi petani dan bersama petani mengembangkan potensi yang ada. Setiap wirakoperasi merupakan seorang wirausaha. Wirakoperasi tidak memerlukan lahan, modal, maupun tenaga kerja karena usaha akan bergerak dengan sendirinya. Seorang wirakoperasi merupakan seorang penggerak dan katalis perubahan yang berpihak pada petani. Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Dalam peningkatan kesejahteraan petani seorang wirakoperasi dituntut untuk memecahkan permasalahan kekuatan tawar produk yang dihasilkan oleh petani. Seorang cooperative entrepreneur yakin bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan petani dapat diwujudkan dalam semangat membangun koperasi melalui koperasi Tugas utama seorang wirakoperasi adalah menciptakan inovasi yang dapat memberikan perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Keberhasilan inovasi sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan dari wirakoperasi tersebut. Tugas wirakoperasi akan berjalan dengan baik apabila seorang wirakoperasi memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang tinggi serta kebebasan dalam bertindak (sepanjang tidak merugikan orang lain) dari wirausaha (Fajrian 2013).
8
Seorang wirakoperasi dikatakan berhasil apabila dia mampu mengembangkan usahanya juga meningkatkan kesejahteraan petani atau anggotanya. Orientasi peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala usaha kecil menjadi skala usaha yang lebih besar bagi petani. Konsep wirakoperasi yang akan ditonjolkan sangat erat hubungannya dengan kemitraan atau kerjasama. Wirakoperasi ini dapat diterapkan pada suatu rancangan bisnis dengan melakukan kerjasama dengan petani untuk memasok bahan baku yang akan digunakan. Penerapan konsep ini akan menciptakan suatu multiplier effect bagi usaha yang dijalankan juga meningkatkan tingkat efisiensi rantai pasokan karena terintegrasinya rantai pasok mulai dari on-farm hingga off-farm.
Rencana bisnis Bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Selain itu bisnis juga dapat diartikan sebagai kegiatan mencari keuntungan yang diorganisasikan dan diarahkan untuk menyediakan barang dan jasa kepada para pelanggan. Perusahaan memproduksi dan memasarkan barang dan jasa dengan harapan akan mendapatkan keuntungan. Bisnis dapat juga diartikan sebagai sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business opportunities) yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan keunggulan bersaing (competitive advantage) usaha, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata (Solihin 2007). Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana, kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2005). Rencana Produk Perencanaan produk adalah proses penciptaan suatu produk hingga produk tersebut diperkenalkan di pasar. Proses perencanaan produk diawali dengan pengenalan terhadap kebutuhan pasar. Produk yang dijual dapat berupa fresh product, intermediate product, atau final product. Fresh product adalah produk segar yang belum dilakukan pemrosesan terlebih dahulu. Fresh product umumnya tidak menghasilkan margin yang tinggi bagi pelakunya karena tidak memiliki nilai tambah. Intermediate product adalah produk yang telah diproses namum memerlukan proses selanjutnya untuk kemudian dijual kepada industri yang membutuhkan. Intermediate product umumnya dipasarkan pada industri manufaktur produk akhir. Final product
9
adalah produk yang langsung dapat dikonsumsi atau digunakan langsung oleh konsumen akhir. Produk yang akan dihasilkan pada rencana bisnis ini adalah intermediate product yaitu berupa bubuk kencur. Produk dihasilkan dengan mengolah rimpang kencur segar menjadi bubuk kencur yang dapat meningkatkan umur simpan produk. Nilai tambah pada produk ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih bagi pelaku usaha. Strategi dan Rencana Pemasaran Aspek pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai dukungan pemasaran dari produk yang dihasilkan terhadap pengembangan usaha yang direncanakan. Baik tidaknya aspek pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat dilihat dari daya serap pasar, prospek pengembangannya di masa yang akan datang, kondisi pemasaran, dan tepat tidaknya program pemasaran dari hasil usaha yang direncanakan (Ibrahim 2003). Strategi pasar yang biasa digunakan adalah STP (Segmentation, Targeting, Posisioning). Segmentation yaitu membagi pasar kedalam kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang mungkin membutuhkan bauran pemasaran. Targeting yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan satu atau lebih segmen yang akan dimasuki. Positioning yaitu pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran dibandingkan dengan produk pesaing. Analisis lain yang digunakan dalam strategi pemasaran adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu produk (product), promosi (promotion), lokasi/distribusi (place), dan harga (price). Produk menyangkut keragaman, kualitas, desain, fitur yang dimiliki, merk, kemasan dan servis yang dimiliki suatu produk. Promosi terkait dengan iklan, penjualan langsung, promosi penjualan, dan humas dari produk. Lokasi/ distribusi terkait dengan saluran, cakupan, kombinasi, tempat, persediaan, transportasi, dan logistik dari suatu produk. Harga menyangkut daftar harga, diskon, pencadangan, periode, pembayaran atau persyaratan kredit dari sebuah produk. Rencana Operasional (Produksi) Setiap gagasan kewiraswastaan, produksi barang atau penyediaan jasa mempunyai aspek teknis yang harus dianalisis sebelum usaha implementasi gagasan dilaksanakan (Moerdiyanto 2008). Aspek teknis dan produksi merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha yang direncanakan telah menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian yang diperlukan dalam aspek teknis, antara lain lokasi proyek, luas produksi, dan proses produksi. Faktor-faktor yang perlu dinilai dari segi lokasi, antara lain daerah pemasaran, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas pengangkutan, dan fasilitas listrik dan air. Jumlah produksi dari suatu gagasan usaha tergantung pada permintaan pasar serta tingkat keuntungan yang optimal untuk diterima. Proses produksi perlu diketahui untuk menentukan jumlah peralatan yang diperlukan, bentuk dan luas bangunan, jumlah investasi, modal
10
kerja, biaya operasi, dan pemeliharaan dalam perhitungan analisis kriteria investasi (Ibrahim 2003). Perencanaan Lokasi dan Tata Letak Perencanaan lokasi dan tata letak harus dipersiapkan secara baik dan tepat agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Dalam menentukan lokasi usaha, didasarkan pada kedekatannya dengan bahan baku atau pasar potensial, tenaga kerja, serta ketersediaan infrastruktur yang baik yang dapat menunjang kegiatan usaha. Perancangan tata letak bangunan usaha terdiri dari ruang produksi, ruang penyimpanan atau gudang, ruang administrasi, serta ruangan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dibutuhkan. Teknologi Teknologi yang digunakan dalam bisnis pengolahan rimpang kencur ini adalah teknologi perajangan, pengeringan buatan, penggilingan, dan pengemasan vakum. Teknologi perjangan digunakan untuk menghasilkan kencur berbentuk simplisia. Teknologi yang digunakan pada proses pengeringan adalah vacuum cabinet dryer, sedangkan diskmill digunakan sebagai alat penggiling kering dengan hasil dari penggilingan ini adalah kencur berbentuk bubuk. Alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas produk rimpang kencur. Seluruh teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi jika dibandingkan dengan menggunakan teknologi pengeringan alami. Perencanaan Bahan Baku Bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam kegiatan usaha yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kembali. Perencaaan bahan baku meliputi: a. Jenis bahan baku b. Kuantitas bahan baku c. Kualitas bahan baku d. Persediaan bahan baku e. Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi : a. Persediaan bahan baku b. Kualitas bahan baku c. Harga bahan baku d. Transportasi bahan baku e. Jalur pengadaan bahan baku Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia Koperasi Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau kelompok dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi (UU No 12
11
Tahun 2012). Sebuah badan hukum yang disebut sebagai koperasi harus menjalankan prinsip-prinsip dasar koperasi. Menurut UU No 25 Tahun 1992 pasal 5 disebutkan tujuh prinsip koperasi sebagai berikut: 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka Untuk menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik, dan agama. Setiap warga negara yang telah mampu melaksanakan tindakan hukum dan telah memenuhi persyaratan sebagai anggota koperasi berhak menjadi anggota koperasi dan berpartisipasi aktif. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis Koperasi didirikan oleh para anggota yang memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan bersama. Dalam proses pengambilan keputusan, setiap anggota harus diperlakukan sama. Pengawasan terhadap kegiatan usaha koperasi dilakukan oleh anggota yang telah memenuhi syarat sebagai pengawas. 3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan mengawasinya secara demokratis. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Balas jasa terhadap modal diberikan secara terbatas. 4. Otonomi dan kemandirian Koperasi adalah organisasi yang otonom dan mandiri serta diawasi oleh anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari luar maka hal itu harus berdasarkan persyaratan yang tetap guna menjamin adanya upaya pengawasan yang demokratis dari anggotanya dan mempertahankan otonomi koperasi. 5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi Koperasi memberikan pelatihan dan pendidikan bagi anggota, pengurus, pengawas, manajer, dan karyawan. Tujuannya agar mereka dapat melaksanakan tugas lebih efektif dalam pengembangan koperasi. Koperasi memberikan informasi bagi orang-orang muda dan tokoh masyarakat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi. 6. Kerjasama antar koperasi Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional, maka gerakan koperasi dapat melayani anggotanya dengan lebih efektif dan dapat memperkuat gerakan koperasi. 7. Kepedulian terhadap masyarakat Koperasi melakukan kegiatan pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan, melalui kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota. Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha Untuk membentuk suatu usaha dagang, dalam hal ini perusahaan ekspor Indonesia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain (Kemendag, 2013): 1. Badan Hukum, dalam bentuk : a. CV (Commanditaire Vennotschap) b. Firma c. P.T (Perseroan Terbatas)
12
d. Persero (Perusahaan Perseroan) e. Perum (Perusahaan Umum) f. Perjan (Perusahaan Jawatan) g. Koperasi 2. Memiliki N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak) 3. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan pemerintah seperti : a. S.I.U.P (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Dinas Perdagangan b. Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian c. Izin Usaha P.M.D.N (Penanaman Modal Dalam Negeri) atau P.M.A (Penanaman Modal Asing) yang dikeluarkan oleh B.K.P.M (Badan Koordinasi Penanaman Modal) 4. Memiliki Angka Pengenal Ekspor (A.P.E) Pengurusan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan untuk koperasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Fotokopi Akta Pendirian Koperasi 2. Fotokopi KTP Pimpinan/Penanggung jawab koperasi 3. Fotokopi NPWP Koperasi 4. Neraca terakhir koperasi bermaterai Rp6 000 5. Susunan Pengurus 6. Surat keterangan domisili usaha dari kelurahan atau kantor desa, diketahui kecamatan 7. Pasfoto warna ukuran 4x6 dua lembar. Ijin usaha perdagangan ini masuk kedalam ijin usaha perdagangan dan berlaku selama 5 (lima) tahun dan setiap tahun dilakukan registrasi ulang. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi eksportir adalah sebagai berikut (Kemendag 2013): 1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha 2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha usaha yang berbadan hukum dengan klasifikasi eskprtir produsen atau eksportir bukan produsen 3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari brosur/leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales contract, weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of subrogation, pemberitahuan ekspor barang (PEB), dan pemberitahuan ekspor barang tertentu 4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman keterangan produk dalam lembar Profil Produk 5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satuu fasilitas yang ditawarkan berupa INTRADE. Untuk melakukan proses ekspor, tata cara atau prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut (Kemendag 2013):
13
D N
Esksportir 5
4
2 3
Correspondent/Rec eiving Bank
Produksi barang
N 1
L Produksi barang
1
Opening Bank
1 1
0
6 Pelayaran/ Penerbangan
9
1 2
7 Bea dan cukai pelabuhan muat 8
Instansipener 8bit SKA a Pelabuhan tujuan
barang
Gambar 1 Alur tata cara ekspor
Keterangan: 1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi yang diakhiri dengan pembuatan sales contract 2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank luar negeri (Opening Bank) 3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada Corespondenti Bank untuk memberitahukan kepada eksportir 4. Corespondenti Bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice 5. Eksportir mempersiapkan barang 6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company 7. Eksporir mengurus formalitas ekspor dengan mengisi PEB dan pembayaran pajak eskspor, kemudian PEB difiat-muatkan 8. Pemuatan barang diatas kapal, shipping company memberikan bills of lading pada eskportir 8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen SKA (Surat Keterangan Asal), maka eskportir harus mengurus SKA tersebut ke instansi penerbit SKA 9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C, eskportir bernegosiasi kepada negotiation bnk untuk mendapat pembayaran. 10. Pengiriman dokumen L/C dari negotiation bank ke opening bank 11. Opening Bank meneruskan dikumen tersebut kepada importir
14
12. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo 13. Pengiriman document L/C dari negotiation bank tersebut kepada importir 14. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir 15. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo Struktur Organisasi Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan dituangkan dalam struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari nama orang yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masing-masing. Dalam struktur organisasi ini mengGambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Deskripsi Kerja Tugas dan tanggungjawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan dijalankan memiliki hak, kewajiban, dan tugas yang harus dipenuhi agar kegiatan usaha menjadi lebih efektif. Gaji dan Upah Gaji dan upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masingmasing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang dibebankan. Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat disesuaikan dengan UMR yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh perusahaan. Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan tingkat ketidakpastian tentang laba perusahaan yang akan datang. Laba perusahaan dimasa yang akan datang tergantung pada penerimaan dan beban (pengeluarannya). Perusahaan dapat mengalami kerugian jika pengeluaran lebih banyak dari yang direncanakan (Madura 2001). Secara sederhana, risiko bisnis dapat diartikan suatu keadaan atau faktor yang mungkin memiliki dampak negatif pada operasi atau profitabilitas suatu perusahaan. Ada dua jenis risiko, yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang apabila terjadi menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa sengaja. Risiko murni ini umumnya bisa diasuransikan. Contoh risiko murni adalah terjadi kebakaran, bencana alam atau banjir. Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan peluang keuntungan kepadanya. Risiko ini umumnya tidak bisa diasuransikan.
15
Rencana Keuangan Aspek finansial yang perlu dianalisis untuk menyusun suatu perencanaan bisnis terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009). 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara total present value penerimaan (benefit) dengan total present value pengeluaran (cost) atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak atau dapat memberi keuntungan apabila nilai NPV lebih dari 0 (NPV>0). 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang akan dicapainya. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari discount rate (DR) atau tingkat suku bunga yang berlaku. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai net B/C Rasio lebih besar dari 1 (net B/C rasio>1). Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada kerugian yang dialami. 4. Payback Period (PP) Payback Period (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis finansial. Metode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat tingkat pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat pengembalian modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada bisnis tersebut. 5. Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan pada kondisi titik impas yang terjadi ketika penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan sehingga pada kondisi ini perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan (P = ATC minimum). Dengan kata lain pada kondisi ini kerugian dan keuntungan sama dengan nol. 6.Cash Flow Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan atau pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Cash flow terdiri dari dua aliran arus yaitu sebagai berikut: 1. Cash inflow
16
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari: a) Hasil penjualan produk/jasa perusahaan b) Penagihan piutang dari penjualan kredit c) Penjualan aktiva tetap yang ada d) Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas e) Pinjaman/hutang dari pihak lain f) Penerimaan sewa dan pendapatan lain 2. Cash outflow Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari: a) Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain b) Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan c) Pembelian aktiva tetap d) Pembayaran hutang-hutang perusahaan e) Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan f) Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga, dan pengeluaran lain-lain Kerangka Pemikiran Operasional Ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pasar luar dan dalam negeri harus direspon secara aktif agar kebutuhan akan komoditas ini dapat terpenuhi. Pengembangan komoditas agribisnis dapat dilakukan dengan model yang terarah dan konsep yang jelas. Oleh sebab itu, dibentuk sebuah model pengembangan sistem agribisnis kencur berbasis cooperative entrepreneur. Wirakoperasi atau cooperative entrepreneur merupakan penggerak pengembangan ekonomi masyarakat petani. Konsep ini memberikan manfaat yang sangat berarti bagi para petani biofarmaka yang sebagian besar merupakan petani kecil. Petani-petani kecil menjual hasil produksi melalui wirakoperasi. Hasil produksi tersebut akan diolah menjadi produk setengah jadi dan dijual ke luar negeri. Melalui rencana ini, petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan harga jual yang lebih tinggi. Usaha pengolahan kencur bubuk ini merupakan usaha pasca panen yang melalui proses pengolahan dan pengemasan. Usaha ini dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan melibatkan para petani kecil dan melakukan kerja kolektif. Cara pandang kolektif ini diterapkan agar meningkatkan nilai tambah produk dan posisi tawar. Alur pemikiran kerangkan operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.
17
Rimpang kencur memiliki potensi yang sangat baik dilihat dari tingginya permintaan di pasar luar negeri, manfaat bagi kesehatan, serta volume produksi yang cukup besar
Petani yang membudidayakan komoditas ini masih berupa petani kecil sehingga permintaan belum terpenuhi dan harga jual di tingkat petani masih rendah
Wirakoperasi
Komersialisasi pengembangan biofarmaka
Membuat kerjasama atau melakukan usaha kolektif bersama petani kecil
Meningkatkan nilai tambah produk
Rencana Bisnis Bubuk Kencur Berbasis Cooperative Entrepreneur di Bogor
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian
METODE PENELITIAN Waktu Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor yang terbagi dalam empat Kecamatan yaitu Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Cipaku, Kecamatan Cilebut, dan Kecamatan Tegal Waru. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purpossive sampling atau sengaja dengan pertimbangan petani-petani di daerah tersebut merupakan petani binaan Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat). Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013-Juni 2014.
18
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan kegiatan budidaya yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yg berkaitan dengan penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini, merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian serta wawancara dengan petani. Sedangkan data sekunder, diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, perpustakaan, penelitian atau riset yang telah dilakukan, serta penelusuran dari literatur yang relevan dengan penelitian. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) yaitu dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani tanaman kencur yang berada di keempat kecamatan tersebut. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, serta budidaya yang dilakukan. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur melalui buku ataupun melalui penelusuran internet.
Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Pendekatan kuantitatif mengunakan analisis finansial untuk mengetahui NPV, IRR, Net B/C dan PP (Nurmalina et al 2009) adalah sebagai berikut : A. Analisis Non Finansial 1. Analisis Aspek Teknis dan Operasi Aspek ini terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi, pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata letak ruang pengolahan, tenaga teknis produksi serta perumusan standar mutu input dan output. Aspek ini juga mengkaji mengenai bentuk badan usaha, perijinan usaha, serta kepemilikan usaha. 2. Analisis Aspek Organisasi Aspek ini terdiri dari kesesuaian spesifikasi dan deskripsi keahlian dan tanggung jawab bagi seluruh pekerja, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan penetapan gaji. 3. Rencana Pemasaran Menganalisis target pasar, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari market selection dan marketing mix development. Dalam strategi market selection
19
terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Sedangkan dalam strategi marketing mix development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. Menurut Kotler yang dikutip oleh Munandar (2012) dalam jurnalnya, analisis target pasar terdiri dari segmentasi pasar, penentuan target, dan posisi pasar. a. Segmentasi Pasar Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan pasar yang bersifat heterogen ke dalam kelompok pasar yang bersifat homogen. Dalam prosesnya aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. b. Pasar Sasaran Setelah menganalisis segmentasi pasar, selanjutnya dilakukan pemilihan segmen pasar yang akan dijadikan pasar sasaran. Dalam penentuan pasar sasaran, kriteria yang harus diperhatikan adalah bahwa pasar sasaran harus responsif terhadap produk atau program pemasaran yang dikembangkan, produk yang ditawarkan memiliki potensi penjualan yang cukup luas, pasar memiliki pertumbuhan yang memadai, serta pasar sasaran dapat dijangkau oleh media pemasaran. c. Posisi Pasar Penetapan posisi pasar merupakan langkah terkahir dalam melakukan analisis target pasar. Dalam penetapan posisi pasar langkah yang harus dilakukan untuk membuat konsumen sebagai pasar tujuan dapat membedakan produk yang akan ditawarkan dengan produk pesaing adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Keunggulan ini dapat berupa diferensiasi melalui inovasi yang dilakukan pada bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan produk pesaing. 2) Pilih keunggulan kompetitif yang dimiliki untuk kemudian dikomunikasikan dalam benak konsumen. Kriteria yang harus dipenuhi adalah dengan menawarkan barang atau jasa yang memiliki ciri khas atau dengan menggunakan strategi harga bersaing. 4. Rencana Operasional dan Produksi Aspek ini terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi, pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata letak ruang pengolahan, tenaga teknis produksi, serta perumusan standar mutu input dan output. 1.
Analisis Finansial
Menurut Umar (2001) dalam bukunya yang berjudul Studi Kelayakan Bisnis, ada beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengkaji kelayakan investasi, antara lain sebagai berikut. 1. Net Present Value (NPV)
20
Net Present Valuedigunakan untuk melihat nilai uang berdasarkan perubahan waktu. Selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.
Keterangan : Bt = Manfaatpadatahun t Ct = Biayapadatahun t t = Tahunkegiatanbisnist( t = 0,1,2,3,........, n), tahunawalbisatahun nol atautahun satu tergantungkarakteristikbisnisnya i = Discount rate (%) 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Returndigunaka untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.
Keterangan : i1 = Nilaipercobaanpertamauntuk discount rate positif i2 = Nilaipercobaankeduauntuk discount rate negatif NPV1 = Nilaipercobaanpertamauntuk NPV NPV2 = Nilaipercobaankeduauntuk NPV 3. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan
Keterangan : Bt Ct i t
= Manfaatpadatahun t = Biayapadatahun t = Discount Rate (%) = Tahun
4. Payback Period (PP) Payback Period adalah periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investai dengan menggunakan aliran kas
21
Keterangan : I = besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya 5. Break Event Poin Break Event Poinadalah keadaan di mana penerimaan pendapatan perusahaan (total revenue) adalah sama dengan biaya yang ditanggungnya (total cost).
6. Cash Flow Laporan perubahan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. No Uraian Komponen I Inflow Nilai Produksi Pinjaman Nilai Sewa Grants Salvage Value Total Inflow II Outflow Biaya Investasi Biaya Operasional 2.1 Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap Pembayaran Bunga Pinjaman Pajak Biaya Lainnya Total Outflow III Net Benefit IV Dengan i=DR (%) V PV Net Benefit (NPV)=(III)(IV)
1
2
... n
22
GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA
Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas 298 838 304 ha. Bogor terletak pada ketinggian 190 meter sampai 350 m dari permukaan laut (mdpl). Bogor diapit oleh beberapa gunung besar antara lain Gunung Salak, Gunung Pangrango, dan Gunung Gede. Kota Bogor memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26º C dan suhu udara terendah 21.8º C, dan memiliki kelembaban udara kurang lebih 70%. Bogor memiki curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3 500 hingga 4 000 mm per tahun (terutama pada bulan Desember sampai Januari). Karakteristik topografi dan iklim di Bogor menunjukkan bahwa wilayah ini berpotensi untuk mengembangkan komoditas kencur di bidang budidaya. Pemerintah melalui dinas perhutanan memiliki berbagai program yang mendukung pengembangan tanaman biofarmaka termasuk kencur. Potensi komoditas kencur tersebut juga didukung oleh keberadaan produsen jamu maupun obat herbal yang terletak di wilayah Bogor. Produsen jamu atau obat herbal tersebut merupakan pelaku usaha yang menggunakan rimpang kencur sebagai bahan baku maupun bahan tambahan pada produk yang dihasilkan
RENCANA BISNIS Rencana Produk Bisnis pengeringan rimpang kencur ini akan menghasikan intermediate product yang berupa kencur bubuk. Bubuk kencur sebagai bahan baku utama diperoleh melalui petani mitra kemudian masuk ke tahap proses pengolahan sehingga menghasilkan output produk dalam bentuk kering. Teknologi yang digunakan adalah dengan pengeringan buatan dan kemudian penggilingan kering untuk menghasilkan produk kencur bubuk. Selain dilakukan pengeringan dan penggilingan, teknologi kemas vakum dipilih karena dapat memperpanjang umur simpan produk serta menghemat ruang pada saat penyimpanan maupun pendistribusian. Metode pengemasan menggunakan mesin vacuum packaging dipilih karena dapat menciptakan nilai serta manfaat bagi produk, salah satunya ialah dapat memperpanjang umur produk dan menciptakan nilai tambah tersendiri bagi produk. Rendemen dari kencur bubuk sebesar 10%, sehingga membutuhkan sepuluh kilogram rimpang untuk menghasilkan satu kilogram kencur bubuk.
23
Gambar 3 Kencur bubuk dan label Rencana Pemasaran Market Selection 1. Segmenting Segmentasi pasar untuk produk olahan pegagan ini didasarkan pada dua aspek yaitu tingkat penggunaan dan juga tingkat geografis. Produk dipasarkan pada pasar yang potensial dan secara efektif dijangkau oleh konsumen. Secara geografis, produk ini dipasarkan ke luar negeri dengan kelompok industri di bidang pangan maupun biofarmaka. Industri ini merupakan industri yang membutuhkan produk kencur dalam bentuk kering dan bubuk sebagai kelanjutan usaha yang dijalankan. 2. Targeting Target pasar yang dipilih adalah industri yang membutuhkan kencur bubuk sebagai bahan baku. Target pemasaran ditujukan ke benua Eropa terutama di Negara Jerman. Di negara ini banyak perusahaan yang membutuhkan produk kencur yang merupakan bagian dari tanaman rempah-rempah. 3. Positioning Produk yang akan dihasilkan adalah kencur dengan penanganan teknologi pengeringan dan pengemasan yang modern. Hal ini memberikan dampak terhadap kualitas yang dihasilkan. Kencur memiliki kadar air yang rendah dengan pengeringan yang menggunakan alat pengering buatan serta daya tahan simpan yang lebih lama dengan kondisi kualitas baik melalui teknologi pengemasan.
Marketing Mix Development 1. Product (produk) Produk yang akan dihasilkan dalam rencana bisnis ini merupakan intermediate product. Produk dihasilkan melalui proses pengolahan dengan menghasilkan kencur dalam bentuk bubuk. Pengemasan menjadi penanganan terhadap produk yang dihasilkan dengan menggunakan sistem kedap udara/ vakum tanpa merk dan label, hanya mencantumkan kode produksi dan tanggal kadaluarsa. 2. Price (harga)
24
`Penetapan harga dilakukan dengan mempertimabangkan berbagai aspek sehingga bisa menghasilkan keuntungan yang optimal. Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar USD 22.91 atau sekitar Rp252 000 (dengan asumsi USD 1 sama dengan Rp11 000). 3. Place (tempat) Tempat atau distribusi terhadap produk yang dihasilkan dipilih di luar negeri. Perusahaan akan memasarkan produk kepada pelanggan luar negeri yang membutuhkan sehingga tersedianya produk diinginkan sesuai tempat, lokasi, maupun waktu. Pada proses pendistribusian, dilakukan kerjasama dengan perusahaan lain yang juga mengekspor produk kencur dengan sistem kerjasama joint container. Pendistribusian produk dilakukan melalui pelabuhan peti kemas Tanjung Priok, Jakarta. Lokasi untuk melakukan pengolahan rimapang kencur ini akan didirikan di Bogor 4. Promotion (promosi) Promosi dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi berbasis internet melalui situs web sehingga pemasaran online dapat dilakukan. Produk akan ditawarkan langsung kepada perusahaan yang membutuhkan produk kencur dalam bentuk kering dan bubuk dari berbagai negara.
Rencana Operasional
Rencana Jumlah Produksi Pada usaha pengolahan kencur akan dilakukan rangkaian proses yang dimulai datri proses pengeringan, penggilingan kering, serta pengemasan. Produk yang dihasilkan berupa rimpang kencur segar dan kencur bubuk ditujukan untuk memasok kebutuhan industri biofarmaka yang berbasis di luar negeri. Rencana jumlah produksi yang dihasilakan adalah 1.7 ton perbulan pada tahun pertama dan dua ton per bulan untuk tahun kedua sampai seterusnya. Kapasitas produksi dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 1 053 kg rimpang basah (penyusutan bahan baku sebesar 5%) untuk menghasilkan produk kencur bubuk sebesar 100 kg, sehingga dalam satu bulan akan menghasilkan dua ribu kg atau dua ton bubuk kencur.Pada tahun pertama usaha berjalan, produk yang dihasilkan hanya sebesar 1.7 ton setiap bulannya dengan jumlah bahan baku yang sama yaitu 1 053 Kg per hari. Hal tersebut dikarenakan jumlah penyusutan bahan baku masih tinggi yaitu sebesar 15%. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas bahan baku yang diperoleh dari petani belum sesuai dengan yang diinginkan. Teknologi Alat-alat yang digunakan dalam dalam perencanaan bisnis ini antara lain mesin perajang kencur, mesin pengeringan buatan (vacuum cabinet dryer) serta alat penggiling kering (diskmill) dengan output kencur bubuk. Sedangkan alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging
25
untuk mengemas produk rimpang kencur dalam bentuk kencur bubuk. Mesin conveyor pendeteksi logam juaga digunakan untuk memastikan produk tidak mengandung bahan yang membahayakan. Teknologi yang digunakan akan meningkatkan efisiensi produksi baik dari segi jumlah dan waktu. 1. Mesin Perajang Kencur
Gambar 4 Mesin perajang kencur www.rekatehnikindo.blogspot.com Bahan baku kencur segar yang didapatkan akan dicuci, ditiriskan, disortasi, dan dirajang menggunakan mesin perajang. Rimpang kencur yang dirajang dengan ketebalan tiga hingga lima. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses yang berikutnya, yaitu proses pengeringan. Perajangan rimpang kencur basah dilakukan menggunakan mesin perajang otomatis dengan kapasitas 150 kg per jam. Untuk merajang 1 053 kg rimpang basah dalam satu kali produksi dibutuhkan mesin perajang sebanyak dua unit yang masing-masing beroperasi selama 3.5 jam setiap harinya. Spesifikasi mesin perajang: 1. Dimensi : 40cm x 50cm x 125cm 2. Penggerak : Motor bensin 5.5 pk 3. Bahan frame : Besi profil siku 40 x 40 4. Transmisi : Pulley dan v belt 5. Inlet dan out let : Stainles ssteel 6. Kelengkapan : Roda 2 in 7. Kegunaan : Merajang menjadi bentuk tipis kencur, kunyit, temulawak,dll.
2. Vacuum Cabinet Dryer
26
Pengeringan akan dilakukan setelah rimpang kencur dirajang dengan mesin perajang. Pengeringan ini mengunnakan mesin vacuum cabinet dryer. pada mesin ini, terdapat beberapa loyang yang dijadikan tempat rimpang kencur yang akan dikeringkan. Prinsip kerja dari alat vacuum cabinet dryer tersebut adalah dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari istrik maupun gas. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan rimpang kencur basah dengan menggunakan alat vacuum cabinet dryer adalah delapan jam dengan suhu 50 hingga 55oC 4. Mesin pengeringan ini memiliki kapasitas 40 rak atau setara dengan 150 kg rimpang basah. Untuk mengeringkan 1 053 kg rimpang basah dalam satu kali produksi dibutuhkan alat pengering sebanyak 7 unit.
Gambar 5 Mesin vacuum cabinet dryer Spesifikasi Mesin Vacuum Cabinet Dryer: Mesin Oven Pengering 40 Rak (gas) Kapasitas : 40 rak / loyang Dimensi : 240x55x165 cm Bahan : stainless stell Listrik blower: 300 watt Sumber panas : Gas LPG 3. Mesin Diskmill Rimpang kencur yang sudah dirajang kemudian digiling dengan mesin penggiling atau mesin diskmill. Mesin ini akan menggiling dengan kapasistas 33 hingga 200 kg/jam dengan prinsip kerja menggiling simplisia menjadi ukuran yang sangat kecil dan bubuk.
4
Ofosi Harefa "TPL-IKM 2008" PTKI MEDAN (Desember 2010). (Diacu 2014 Maret 26)
27
Gambar 6 Mesin diskmill www.rekatehnikindo.blogspot.com Spesifikasi mesin diskmill: Kapasitas: 33 hingga 200 kg/jam Motor power: 5,5 HP (Horse Power) atau Diesel 12 PK (Paard Krcht) dengan power bisa diturunkan sesuai anggaran dan jenis serta jumlah bahan yang diproses Dimensi: 80x50x100 cm Bahan: stainless steel 4. Vacuum Packaging Produk kencur bubuk kemudian dikemas dengan menggunakan mesin vacuum packaging. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara penghilangan udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian dilakukan penyegelan pada kemasan. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang pada saat penyimpanan dan pendsitribusian. Jenis plastik kemasan yang digunakan merupakan plastik kemasan vakum yang merupakan campuran dari bahan plastik LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene Terephthalate) dan nylon. Plastik kemasan tersebut memiliki ketebalan dan kerapatan pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik kemasan biasa sehingga dapat berfungsi sebagai kemasan penyimpan kedap udara.
Gambar 7 Mesin vacuum packaging
28
www.anekamesin.com
Gambar 8 Plastik kemasan vakum www.chinatraderonline.com Spesifikasi mesin Vacuum Packaging: Material: besi, stainless steel Lebar seal: 32 hingga 50 cm Kekuatan vakum: 10 m3 hingga 20 m3 per jam Daya listrik: 400 hingga 800 watt atau 220 V atau 50 hingga 60 Hz 5. Alat conveyor pendeteksi logam
Gambar 9 Alat conveyor pendeteksi logam www.indotrading.com
Alat conveyor digunakan untuk mendeteksi kadar logam yang terdapat pada kencur bubuk. Kencur bubuk dalam kemasan harus melewati alat pendeteksi logam ini. Alat ini menjamin ambang batas kadar logam yang menjadi syarat ekspor kencur ke luar negeri. Mesin ini dapat mendeteksi logam besi dan stainless steel, seperti kawat atau timah, tembaga, alumunium, timah, dan logam lainnya. a. Spesifikasi mesin: b. Tipe : F500 c. Metode mendeteksi : Magnetic induksi
29
d. e. f. g. h. i. j.
Lebar pendeteksian : 600 mm Tinggi pendeteksian : 160 mm Kemampuan mendeteksi : Ф1.0 bola besi Metode alarm : Buzzer Kecepatan belt : 40 m/min Tegangan listrik : 230 V, 50-60 Hz Ukuran dimensi : 1 620 x 1 000 x 1 100 mm
Bahan Baku Bahan baku dari usaha pengolahan rimpang kencur ini berupa rimpang kencur segar yang diperoleh dari petani-petani skala kecil yang berada di wilayah Bogor. Petani-petani tersebut merupakan petani yang bermitra dengan usaha ini sebagai pemasok tetap bahan baku produksi. Tabel 3 Kebutuhan bahan baku per bulan Jumlah Input Rimpang kencur segar Penyusutan bahan baku (sortasi) Plastik kemasan Kemasan sekunder (kardus) Output Kencur bubuk
Satuan
21 530 1350
Kg Kg
170 34
Lembar Lembar
1 700
Kg
Perencanaan Tata Letak dan Lokasi
Gambar 10 Tata letak bangunan usaha
30
Keterangan : 1 = Mesin Perajang 2 = Mesin vacuum dryer 3 = Mesin Penggilingan 4 = Mesin vacuum packager 5 = Mesin conveyor pendeteksi logam Lokasi produksi dan penggudangan yang dipilih untuk menjalankan bisnis ini adalah di sekitar “Jalan Baru” Bogor. Alasan memilih lokasi ini adalah letaknya yang strategis, akses yang mudah, terletak di jalan utama Bogor. Akses yang mudah ini, meningkatkan efisiensi waktu menuju Jakarta karena letaknya yang dekat dengan pintu Tol Sentul/ Jagorawi.
Proses Produksi Proses produksi pengolahan rimpang kencur melalui tahapan sebagai berikut: 1. Penyortiran awal (segar) Penyortiran dilakukan untuk memisahkan rimpang kencur yang bagus dengan rimpang kencur yang busuk/rusak atau cemaran bahan asing lainnya. Rimpang kencur yang didapa . Tujuan sortasi adalah untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan, mencegah lecetnya permukaan kulit serta mempermudah pencucian. 2. Pencucian Pencucian dilakukan dengan sikat plastik secara hati-hati untuk menghilangkan kotoran dari hasil panen dan mengurangi mikroba yang menempel pada rimpang kencur. Pencucian dilakukan secara bertahap (dalam bak-bak pencucian bertingkat). Tempat pencucian diupayakan menggunakan air mengalir sehingga sisa pencucian langsung terbuang. Pencucian terhadap rimpang segera dilakukan untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan yang dapat mempengaruhi mutu rimpang. Sumber air untuk mencuci rimpang diharapkan berasal dari mata air, sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai tidak dianjurkan untuk menghindari terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli ataupun patogen. Rak pengering harus bersih, tidak berkarat dan tidak bereaksi dengan rimpang yang dijemur serta ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. 3. Sortasi dan Grading Rimpang yang telah dicuci bersih dan sudah ditiriskan dipisahkan sesuai dengan ukuran atau grade serta tujuan penggunaan. Untuk dipasarkan grading disesuaikan dengan mutu/ kualitas permintaan atau standar perdagangan. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang kencur segar kategorinya adalah sebagai berikut: 4. Perajangan rimpang Rimpang kencur yang telah bersih kemudian dirajang dengan ketebalan tiga hingga lima mm untuk mempercepat proses pengeringan. 5. Pengeringan
31
Rimpang kencur kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan alat vacuum cabinet dryer dengan suhu 50-55 °C selama 8 jam 6. Penggilingan kering Rimpang kencur yang telah dikeringkan kemudian dilakukan penggilingan kering dengan menggunakan alat diskmill untuk menghasilkan kencur bubuk dengan tingkat kehalusan yang seragam. Mesin penggiling kering diskmillyang digunakan berkapasitas 300 kg per jam. Untuk menggiling 100 Kg simplisia hingga menghasilkan kencur bubuk, dibutuhkan mesin penggiling sebanyak satu unit. 7. Penyortiran akhir Pada tahap ini, kencur kering yang sudah digiling menjadi bubuk akan disortir kembali. Tahap ini dilakukan untuk memisahkan kencur bubuk dari cemaran bahan asing. Setelah produk disortir, kemudian ditimbang kembali untuk menghitung rendemen hasil dari pemrosesan. 8. Pengemasan Bahan kemas / kantong diupayakan bersih dan tertutup rapat. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan alat Vacuum Packaging untuk menghasilkan produk dengan kemasan kedap udara. Hal ini untuk menjaga kerusakan baik selama pengangkutan kepasar ataupun selama penyimpanan. Isi kantong diusahakan tidak terlalu rapat/padat atau tidak ditekan. Kemasan kantong yang telah berisi simplisia kering, diusahakan jangan ditumpuk-tumpuk, atau harus ada sekat di antara setiap tumpukan. Plastik kemas vakum sebagai kemasan yang digunakan memiliki kapasitas sebesar sepuluh kg setiap kemasannya, sehingga dalam satu bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 200 kemasan. Kemasan sekunder produk adalah kardus dengan kapasitas 50 kg, sehingga dalam satu bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 34 kardus. 9.
Penyimpanan Penyimpanan dilakukan di ruang / gudang yang bersih dan sirkulasi udaranya baik dan tidak lembab, jauh dari bahan lain penyebab kontaminasi dan bebas dari hama gudang. Selain itu sirkulasi udara melaui ventilasi cukup baik, kelembaban udara rendah (65%), cahaya cukup (suhu gudang penyimpanan maksimal 30ºC) dan tidak bocor.
32
Penyiapan Air Bersih
Kencur Segar
Penyiapan Peralatan
Penyortiran awal (segar)
Air Bersih
Pencucian & Penirisan selama 1 hari
Busuk, tanah, kerikil, benda asing Kotoran yang melekat
Perajangan menggunakan mesin perajang selama 3.5 jam
Pengeringan menggunakan mesin vacuum cabinet dryer selama 8 jam
Penggilingan simplisia menggunakan mesin diskmill selama 0.3 jam
Penyortiran akhir
Kencur Bubuk
Pengemasan menggunakan mesin vacuum packager selama 2 jam
Deteksi kandungan logam menggunakan mesin conveyor pendeteksi logam
Kencur bubuk kemasan 10 kg
Gambar 11 Diagram alir pengolahan kencur bubuk
Benda asing selain bubuk kencur
33
Tenaga Teknis Produksi Dalam kegiatan produksi, dibutuhkan tenaga teknis yang melakukan proses pengolahan berupa pengeringan dan penggilingan, serta proses pengemasan pada produk. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sebanyak sebelas orang dengan jenis pekerjaan yang terdiri dari pencucian, perajangan, penggilingan, dan pengemasan. Tenaga kerja teknis dipimpin oleh satu orang supervisor produksi yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan produksi. Perumusan Standar Mutu Input dan Output a. Standar mutu input Input yang digunakan adalah rimpang kencur segar yang diperoleh dari petani pemasok. Standar mutu input yang ditetapkan untuk produk kencur bubuk adalah rimpang kencur yang berumur sekitar 12 bulan. Kencur yang diperoleh harus segar dengan kulit tampak halus/tidak keriput, kaku, dan mengkilat. b. Standar mutu output Output yang akan dihasilkan pada bisnis ini berupa kencur bubuk. Standar mutu output produk ini dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini: Tabel 4 Standar mutu simplisia kencur menurut SNI Parameter Warna
Syarat kuning kemerahan Kadar air (%) 8 – 10% Kadar abu (%) maksimum 8% Kadar minyak minimum 2.4% atsiri Kadar timbal negatif Kadar arsen negatif Sumber: Departemen Pertanian5
Simplisia kencur menjadi bahan dasar untuk menghasilkan kencur bubuk melalui proses penggilingan kering. Simplisia kencur yang digunakan sebagai bahan baku serbuk mengandung kadar air 8 hingga 10 persen. Ukuran partikel bubuk kencur adalah 50 hingga 60 mesh yang berarti dalam satu inch luas saringan terdapat 50 hingga 60 lubang.
Perumusan Standard Operating Procedure (SOP) 1. Penyortiran dan grading dilakukan pada bahan baku berupa rimpang kencur segar dari petani pemasok. 2. Pencucian dan penirisan dilakukan pada rimpang kencur segar yang telah lulus penyortiran dan grading. 5
http://pphp.deptan.go.id (Diacu 2014 Maret 14)
34
3. Rimpang kencur dirajang dengan ketebalan tiga hingga lima mm. 4. Rimpang kencur dikeringkan dengan suhu 45 hingga 50 oC selama lima hingga delapan jam menggunakan vacuum cabnet dryer sehingga menghasilkan kadar air sembilan hingga sepuluh persen. 5. Rimpang kencur yang telah dikeringkan kemudian dilakukan penggilingan dengan menggunakan diskmill untuk menghasilkan kencur bubuk. 6. Rimpang kering dan kencur bubuk dikemas vakum menggunakan vacuum packaging. 7. Produk yang telah dikemas kemudian disimpan dalam gudang sebelum didistribusikan. 8. Karyawan produksi harus tetap menjaga sanitasi peralatan produksi. 9. Seluruh karyawan harus menjaga kebersihan dan kenyaman tempat kerja.
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha Bentuk usaha yang dipilih dalam menjalankan bisinis ini adalah koperasi. Koperasi dipilih sebagai bentuk usaha karena proses pendirian koperasi yang tidak memerlukan biaya yang besar dalam pembentukannya. Selain itu, koperasi juga menciptakan ikatan yang kuat dengan para anggotanya, dan menumbuhkan rasa memiliki anggota terhadap koperasi. Tujuan pembentukan koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (UU No 25 Tahun 1992). Oleh sebab itu, bentuk usaha ini sangat cocok digunakan oleh wirakoperasi dalam mengembangkan bisnisnya.
Struktur Organisasi Struktur organisasi kepengurusan usaha pengolahan rimpang kencur ini terdiri dari rapat umum anggota (RUA), pengurus (ketua, sekertaris, bendahara), pengawas, manajer usaha, staff keuangan, staff administrasi, supervisor produksi, karyawan pengeringan, karyawan penggilingan, karyawan pengemasan. Susunan organisasi usaha ini sebagai berikut:
35
RUA (Rapat Umum Anggota)
Pengurus
Pengawas
Manajer Usaha
Staff Keuangan
Supervisor Produksi
Staff Administrasi
Karyawan Pengeringan
Karyawan Penggilingan
Karyawan Pengemasan
Gambar 12 Struktur Organisasi Koperasi Kencur Makmur Jumlah pengurus koperasi yang direncanakan terdiri dari empat orang terdiri dari seorang ketua, sekertaris, bendahara, dan pengawas. Karyawan direncanakan terdiri dari tujuh orang terdiri dari seorang manajer usaha, keuangan, supervisor produksi, staff administrasi, dan lima orang karyawan bergerak di bidang produksi.
yang yang staff yang
Deskripsi dan Spesifikasi Kerja 1. Rapat Umum Anggota (RUA) Deskripsi : pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. 2. Pengurus (ketua, sekertaris, bendahara) a. Deskripsi Kerja: memimpin organisasi dan perusahaan koperasi b. Spesifikasi Kerja Ketua Koperasi: 1) Mengendalikan seluruh kegiatan koperasi. 2) Memimpin, mengkoordinir dan mengontrol jalannya aktivitas koperasi. 3) Memimpin Rapat Umum Anggota tahunan dan menyampaikan pertanggungjawaban kepada anggota.
36
3.
4.
5.
6.
4) Mengambil keputusan atas hal-hal yang dianggap penting bagi kelancaran kegiatan koperasi. c. Spesifikasi Kerja Sekertaris Koperasi: 1) Melakukan kegiatan korespondensi (surat-menyurat) dan ketatausahaan koperasi. 2) Melakukan pencatatan tentang kemajuan yang terjadi pada koperasi. 3) Membuat pendataan koperasi. d. Spesifikasi Kerja Bendahara Koperasi: 1) Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi. 2) Memelihara semua harta kekayaan koperasi. 3) Melakukan pembukuan transaksi koperasi. Pengawas Koperasi a. Deskripsi Kerja: melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi. b. Spesifikasi Kerja: 1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pengurus menyangkut pengelolaan koperasi, baik yang menyangkut aspek organisasi idiil maupun aspek usaha. 2) Meneliti catatan yang ada pada koperasi. 3) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan. Manajer Usaha a. Deskripsi Kerja: melakukan pengawasan terhadap kegiatan bidang usaha b. Spesifikasi Kerja: 1) Melakukan perencanaan produksi, keuangan, penetapan organisasi usaha serta melaksanakan pengawasan terhadap seluruh aktivitas usaha. 2) Melaksanakan kegiatan perekrutan karyawan. Staf Administrasi a. Deskripsi Kerja: bertanggungjawab atas kegiatan administrasi perusahaan. b. Spesifikasi Kerja: 1) Merancang SOP (Standard Operating Procedure) rangkaian kegiatan produksi. 2) Merancang sistem kemitraan dengan petani pemasok. 3) Menyusun kontrak kerjasama dengan industri. 4) Melakukan pemasaran produk. 5) Menyusun dan mengurus perijinan usaha. 6) Menyusun kebutuhan perlengkapan perusahaan. 7) Melakukan kegiatan pendistribusian produk. Staf Keuangan a. Deskripsi Kerja: bertanggungjawab terhadap fungsi keuangan perusahaan. b. Spesifikasi Kerja: 1) Mengelola fungsi akuntasi dalam memproses data dan informasi keuangan perusahaan. 2) Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan pembayaran kewajiban pajak perusahaan.
37
3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol arus kas perusahaan terutama pengelolaan piutang dan hutang. 4) Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusun anggaran perusahaan. 5) Menyusun penetapan gaji dan upah bagi seluruh karyawan perusahaan. 7. Supervisor Produksi a. Deskripsi Kerja: bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan produksi b. Spesifikasi Kerja: 1) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penerimaan bahan baku. 2) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan. 3) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyimpanan produk. 4) Melakukan kegiatan pendistribusian produk 5) Melakukan kontrol berkaitan dengan suhu dan kondisi mesin selama proses pengeringan berlangsung. 8. Tenaga kerja bagian Pencucian, Sortasi, dan Perajangan a. Deskripsi kerja: melakukan proses pra penglohan rimpang kencur segar b. Spesifikasi kerja: 1) Melakukan sortasi awal rimpang kencur segar. 2) Melakukan pencucian rimpang kencur segar. 3) Melakukan sortasi spesifikasi persyaratan umum rimpang kencur segar. 4) Melakukan perajangan bahan baku rimpang kencur 5) Melakukan perawatan mesin secara berkala. 9. Tenaga kerja bagian pengeringan a. Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku berupa pengeringan b. Spesifikasi kerja: 1) Melakukan pengeringan bahan baku yang telah dirajang. 2) Melakukan persiapan mesin pengeringan sebelum digunakan. 3) Melakukan perawatan mesin secara berkala. 10. Tenaga kerja bagian penggilingan a. Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku berupa penggilingan b. Spesifikasi kerja: 1) Melakukan pengontrolan kualitas simplisia kencur. 2) Melakukan penggilingan hasil pengeringan. 3) Melakukan proses pengayakan dan penggilingan kembali terhadap kencur bubuk yang tidak sesuai standar. 4) Melakukan persiapan mesin penggilingan sebelum digunakan. 5) Melakukan perawatan mesin secara berkala. 11. Tenaga kerja bagian pengemasan a. Deskripsi kerja: melakukan pengemasan produk b. Spesifikasi kerja: 1) Melakukan penimbangan kencur bubuk sebesar sepuluh kilogram. 2) Melakukan pengemasan pada produk kencur bubuk dengan pengemas vakum. 3) Melakukan penyimpanan produk di dalam gudang sebelum didistribusikan.
38
12. Staf ahli operator mesin metal detector a. Deskripsi kerja: mengoperasikan mesin metal detector b. Spesifikasi kerja: 1) Melakukan persiapan mesin sebelum digunakan 2) Melakukan pemeriksaan produk akhir yang telah dikemas dengan menggunakan mesin metal detector. 3) Melakukan perawatan mesin secara berkala.
Ketetapan upah Penentuan gaji dan upah bagi seluruh karyawan disesuaikan dengan jabatan beserta tanggungjawab yang dibebankan. Penentuan gaji dan upah bagi karyawan tetap sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang UMK 2014 Nomor 561/Kep.1636-Bangsos-2014. Rincian upah dan gaji bagi karjawan tetap maupun tenaga kerja langsung dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini: Tabel 5 Penentuan gaji dan upah Uraian Manajer Usaha -Gaji Pokok -Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) -Uang transport (Rp25 000 x 20 hari) Staff keuangan -Gaji Pokok -Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) -Uang transport (Rp25 000 x 20 hari) Staff administrasi -Gaji Pokok -Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) -Uang transport (Rp25 000 x 20 hari) Supervisor Produksi Gaji Pokok -Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) -Uang transport (Rp25 000 x 20 hari) Tenaga Kerja Produksi Upah per hari Rp50.000
Rincian (Rp)
Gaji per Bulan (Rp)
2 700 000 500 000 500 000
3 700 000
1 700 000 500 000 400 000
2 700 000
1.700.000 500.000 400.000
2 700 000
1.850.000 500.000 400.000
1 850 000
1.000.000
1 000 000
Rencana Kerjasama Kooperatif Usaha yang akan didirikan akan menjalin kerjasama dengan petani kencur wilayah Bogor sebagai petani pemasok. Bentuk kerjasama yang akan dilakukan berupa kerjasama vertikal ke belakang dalam hal pasokan bahan baku. Usaha yang akan didirikan ini akan menjadikan petani kencur yang berada di wilayah Bogor sebagai pemasok bahan baku berupa rimpang kencur segar. Petani akan memasok rimpang kencur segar untuk kemudian diolah dengan menggunakan teknologi pengeringan dan penggilingan kering. Produk yang dihasilkan oleh usaha ini berupa intermediate product dalam bentuk kencur bubuk. Produk tersebut kemudian akan dikemas menggunakan plastik kemas vakum sebelum disimpan dan didistribusikan. Kerjasama ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin kontinuitas bahan baku usaha pengolahan rimpang kencur. Selain itu, tujuan lain dari penerapan kerjasama ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani kencur yang
39
tergabung dalam usaha yang akan didirikan. Konsep kerjasama yang akan dilakukan berupa penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh perusahaan atas penjualan produk. Ketetapan tersebut diambil berdasarkan hasil diskusi dengan para petani yang tergabung dalam usaha yang akan didirikan. Selain itu, perusahaan akan memberikan pelatihan budidaya yang baik agar para petani dapat menghasilkan rimpang kencur dengan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas. Usaha yang akan didirikan ini tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun juga pada kesejahteraan para petani mitra. Bentuk kerjasama yang dibangun dengan petani merupakan kerjasama yang terikat dengan sistem keanggotaan koperasi. Koperasi sebagai badan usaha memiliki hak dan kewajiban terhadap anggotanya, demikian pula dengan anggota yang tergabung di dalamnya. Penentuan hak dan kewajiban tersebut menjadi pengikat antara kedua pihak demi kemajuan bersama, baik bagi koperasi itu sendiri maupun bagi para petani sebagai anggotanya. Koperasi memiliki kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya seperti pemberian penyuluhan maupun pelatihan kepada para petani. Program penyuluhan atau pelatihan tersebut dapat dijadikan untuk menarik anggota baru maupun untuk membantu pengembangan skala usaha budidaya bagi petani anggota lama. Selain peningkatan skala usaha budidaya, penentuan bagi hasil antara seorang wirakoperasi dengan petani akan memberikan keuntungan bagi kedua pihak Tabel 6 Matriks hubungan antara pihak yang terkait Petani
CE Koperasi Petani Mitra kerja dan Pemasok bahan membentuk baku kepercayaan CE Penyedia jasa, Tenaga ahli atas pengedukasi, program yang dan sebagai akan motor dilaksanakan penggerak bagi petani (pelatihan, pendidikan, pengawasan serta pengontrolan Koperasi Pengolah Penyedia sarana bahan baku bagi CE untuk untuk bekerja dan meningkatkan menciptakan nilai tambah lapangan pada produk pekerjaan Desa
Pendukung program yang akan dilaksanakan dalam hal sarana dan prasarana
Tempat berlangsungnya program dan membantu melakukan sosialisasi program kepada
Penyedia lokasi berdirinya badan usaha koperasi, memfasilitasi perijinan usaha, serta sebagai
Desa
Industri
Pelopor Pembuka penyedia dana peluang pasar dan ide bisnis bagi petani untuk pembangunan desa
Unit usaha yang dimiliki desa serta memberikan dana pembangunan bagi desa
Pemasok bahan baku setengah jadi bagi industri yang membutuhkan
40
Petani
Industri
CE
Koperasi petani daerah sumber bahan baku Kerjasama bisnis Mitra usaha dari dan membangun hasil penjualan kepercayaan produk
Desa
Industri
Analisis Risiko 1.Risiko Teknis (produksi) Pada bisnis ini terdapat beberapa peluang terjadinya risiko yaitu: a. Biaya produksi yang tinggi (inefisien). Risiko yang bisa timbul pada kegiatan produksi adalah terjadinya inefisiensi biaya produksi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara menerapkan metode penurunan biaya produksi (efisien), seperti menambah pengetahuan keterampilan teknis dengan menggunakan teknologi tepat guna/modern serta meningkatkan keterampilan organisasi. b. Pemakaian sumber-sumber daya yang tidak seimbang (kelebihan tenaga kerja) Risiko pemakaian sumber-sumber daya yang tidak seimbang dapat diantisipasi dengan melakukan strategi manajemen sumberdaya yang tepat. Manajemen sumberdaya ini meliputi strategi produksi, strategi keuangan, strategi SDM, strategi operasional, strategi pemasaran, strategi penelitian dan pengembangan. c. Terjadinya pencurian Pada aktivitas produksi ada kemungkinan terjadinya pencurian. Pelaku usaha harus mampu mengantisipasi kemungkinan terjadinya pencurian. Kasus ini dapat ditanggulangi dengan meningkatkan keamanan di area perkantoran dan gudang. d. Pasokan bahan baku terhambat Dalam melakukan usaha pengolahan rimpang kencur, bisa terjadi pasokan bahan baku yang dibutuhkan terhambat datang. Kejadian ini dapat menimbulkan risiko pada proses produksi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan membuat penyediaan bahan baku harus lebih banyak (petani mitra diperbanyak) dan meningkatkan manajemen transportasi pengangkutan bahan baku (armada pengangkutan). e. Produk di reject Produk bubuk kencur yang dihasilkan memiliki kemungkinan untuk ditolak atau dikembalikan karena tidak sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan mengolah produk menjadi produk akhir (jadi), menjual ke industri jamu dalam negara skala kecil, dan pelelangan.
41
f. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas input Dalam kegiatan pengolahan, ada kemungkinan terjadi kualitas yang tidak seragam, jumlah yang tidak cukup, dan kontinuitas input yang tidak berjalan dengan lancar. Wirakoperasi dapat menanggulangi dengan memberikan pelatiahn dan pembinaan pada petani pemasok. 2. Risiko nilai tukar mata uang (valas) Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lainnya. Masalah ini dapat diselesaikan dengan cara melakukan tindakan mengantisipasi atau meminimalisir risiko dengan melakukan hedging. 3. Risiko Pasar Risiko pasar dapat terjadi pada pemutusan kontrak pembelian yang dapat ditanggulangi dengan membuat tujuan pasar lebih dari satu dan membuat kontrak berjangka waktu. Selain itu, risiko menurunnya permintaan akibat terjadinya inflasi di negara tujuan ekspor juga menjadi bagian dari risiko pasar. Hal ini dapat diselesaikan dengan mencari alternatif pasar di berbagai negara untuk menghindari menurunnya daya beli perusahaan di negara tujuan ekspor. 4. Risiko Harga Risiko yang terjadi pada harga adalah fluktuasi harga jual. Fluktuasi harga jual ini dapat menimbulkan kerugian pada usaha yang dilakukan. Untuk menanggulangi fluktuasi harga jual, dapat dilakukan dengan cara membuat kontrak harga dengan perusahaan sehingga fluktuasi harga sudah tidak menjadi kendala lagi. 5. Risiko Keuangan dan Permodalan Kemungkinan risiko terbesar keuangan dan permodalan adalah tidak mendapat investor. Untuk mengantisipasi hal ini, perusahaan harus mencari sumber pendanaan melalui kelembagaan pendanaan syariah, menyesuaikan besar modal usaha dengan risiko usaha
Rencana Keuangan
Rencana Investasi Dana investasi bersumber dari investasi dari investor yang ingin bekerjasama merealisasikan rencana bisnis ini. Dana investasi awal yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2 065 470 000. Barang investasi awal berupa mesin-mesin produksi seperti mesin pengering, mesin penggiling, mesin pengemas, mesin perajang, alat & furniture kantor (meja, kursi, papan tulis, ATK, printer), alat produksi (keranjang, tampah, baskom, selang, pompa steam), layout manufaktur, rak pengering, kanopi, dll. Berikut tabel rincian biaya investasi awal:
42
Tabel 7 Rincian biaya investasi Jumlah Biaya (Rp000) 470 510 32 360 1 400 000 105 000 5 000 30 000 6 600 2 065 470
No Komponen Biaya 1 Alat produksi Alat dan furniture perkantoran 2 Bangunan dan infrastruktur 3 Kemdaraan (mobil pick up) 4 5 Biaya promosi (pengadaan petani) 6 Biaya sertifikasi 7 Biaya pendirian badan usaha Total Biaya Investasi
Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Penyusutan tersebut dipengaruhi oleh umur teknis dari setiap barang investasi. Mesin-mesin yang digunakan untuk produksi memiliki umur ekonomis yang berbeda-beda, mesin pengering dan mesin penggiling memiliki umur ekonomis sepuluh tahun, sedangkan mesin kemas vakum, mesin perajang, dan furniture kantor memiliki umur ekonomis lima tahun. Setelah umur teknis suatu barang telah habis maka harus dilakukan reinvestasi dengan biaya yang dikeluarkan pada tahun setelah pemakaian berakhir. Untuk menghitung penyusutan tersebut digunakan metode garis lurus. Metode garis lurus dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi dengan umur teknis, nilai sisa ditentukan dengan proporsi lima persen dari nilai awal pembelian barang. Setiap nilai aset dari suatu barang akan memiliki nilai yang berbeda karena ditentukan dari tiga faktor yang masuk kedalam unsur perhitungan nilai penyusutan tersebut yakni nilai awal, nilai sisa dan umur teknis. Nilai sisa merupakan salah satu komponen dari perhitungan laba rugi dan nilai sisa merupakan salah satu komponen penerimaan kegiatan proyek. Total nilai penyusutan dari barang-barang modal dalam usaha pengolahan rimpang kencur ini adalah Rp44 940 000 per tahun. Rincian perhitungan nilai peyusutan dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini: Tabel 8 Rincian biaya penyusutan Komponen Biaya
Jumlah
Umur ekonomis (tahun)
Total Biaya (Rp 000)
Nilai sisa
Biaya Penyusutan (Rp 000)
157 500
15 750
Alat produksi a. mesin pengering
7
10
315 000
b. mesin pengemas vakum
1
5
34 000
c. mesin penggilingan
1
10
14 500
d. mesin perajang
2
5
10 000
2 000
e. pompa steam
1
5
1 800
360
f. Regulator dan selang
7
5
1 400
280
g. timbangan digital
1
5
2 000
400
6 800 7 250
725
43
1
Umur ekonomis (tahun) 10
Total Biaya (Rp 000) 5 000
100
1
2 500
2 500
j. sikat
11
1
110
110
k. baskom
20
5
700
140
l. tempat sampah
1
5
1 500
300
m. sepatu boots
11
5
770
154
n. sarung tangan kain
11
1
330
330
o. Mesin metal detector
1
10
7800
p. kipas blower
2
5
2 600
a. Meja Komputer
1
10
1 200
b. Kursi Kantor
1
10
1 000
500
50
c. Sofa kantor
1
10
8 300
4 150
415
d. Papan tulis (90x120 cm)
1
5
300
60
e. Komputer PC
1
5
5 000
1 000
f. Printer (Print, Scan, Copy)
1
5
1 400
g. Lemari besi arsip
1
10
2 800
1 400
140
h. Laci besi arsip (4 laci)
2
10
4 000
2 000
200
i. Faximile
1
5
1 800
Komponen Biaya h. timbangan mekanik gantung i. tampah
Jumlah
Nilai sisa 2 500
37 400
Biaya Penyusutan (Rp 000) 250
3 740 520
Alat dan furniture perkantoran 600
60
280
360
1
10
310
155
16
10
10
1 000
500
50
m. Air Conditioner
1
10
4 000
2 000
200
n. Kursi Tamu
5
5
1 250
a. rak besi pengeringan
1
10
5 000
b. Kanopi
1
5
10 000
Kendaraan (mobil pick up)
1
10
105 000
52 500
5 250
Total Penyusutan
270 955
44 940
k. Pesawat telepon l. Lampu
250
Bangunan dan infrastruktur 2 500
250 2 000
Biaya Operasional per bulan per Produksi Biaya operasional sebuah bisnis dibagi menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah tergantung jumlah produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tetap tidak berubah berapapun produksi yang dihasilkan. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
44
Tabel 9 Tabel biaya operasional No
Komponen Biaya
Satuan
Jumlah
Biaya (Rp000) Per Per Bulan Tahun
Satuan
BIAYA VARIABEL 1
Biaya tenaga supir dan kuli angkut
Orang
2
Biaya pengemasan
1 598
19 176
3
Biaya solar mesin
6 380
76 560
4
Biaya gas
130
4 550
54 600
5
Biaya transportasi (Rp 200000/hari)
200
4 000
48 000
6
Biaya rupa-rupa
1 000
12 000
7
Biaya tenaga kerja produksi
11 000
132 000
30 528
366 336
14 800
177 660
8
100
5 800
69 600
2 500
30 000
500
6 000
1 000
12 000
tabung
orang
2
35
11
50
50
Total Biaya Variabel
2 000
24 000
BIAYA TETAP 1
Tenaga Kerja:
2
Sewa host website
3
Biaya utility
4
Biaya pemasaran
5
Biaya pemeliharaan dan perawatan
6
Insentif tempat pengumpulan
7
Administrasi perkantoran
8
Jasa professional
9
Transportasi (sewa angkutan)
10 11
orang 1 1 unit
1 050
1
260
3 120
1 000
12 000
900
900
10 800
Biaya pelatihan karyawan
500
500
6 000
Uang keamanan dan kebersihan
100
unit
1
100
1 200
Total Biaya Tetap
28 458
341 500
Total Biaya Operasi
58 986
707 836
Tabel 10 Rincian biaya operasional tahun berikutnya No
Komponen Biaya
Satuan
Jumlah
orang
2
Satuan
Biaya (Rp000) Per Bulan Per Tahun
BIAYA VARIABEL 1
Biaya tenaga supir dan kuli angkut
2 3 4
Biaya gas
2 000
24 000
Biaya pengemasan
1 880
22 560
Biaya solar mesin
6 380
76 560
130
4 550
54 600
5
Biaya transportasi (Rp 200000/hari)
200
4 000
48 000
6
Biaya rupa-rupa
7
Biaya tenaga kerja produksi
1 000
12 000
50
11 000
132 000
30 810
369 720
14 800
177 660
8
100
tabung
orang
35
11
Total Biaya Variabel BIAYA TETAP 1
Tenaga Kerja:
2
Sewa host website
orang 1
50
45
No
Komponen Biaya
Satuan
3
Biaya utility
4
Biaya pemasaran
5
Biaya pemeliharaan dan perawatan
6
Insentif Tempat Pengumpulan
7
Administrasi perkantoran
8
Jasa professional
9
Transportasi (sewa angkutan)
10 11
Jumlah
1 unit
Satuan
1 050
1
Biaya (Rp000) Per Bulan Per Tahun 5 800
69 600
2 500
30 000
500
6 000
1 000
12 000
260
3 120
1 000
12 000
900
900
10 800
Biaya pelatihan karyawan
500
500
6 000
Uang keamanan dan kebersihan
100
100
1 200
Total Biaya Tetap
28 458
341 500
Total Biaya Operasional
59 268
711 220
unit
1
Modal Awal Modal awal yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha pengolahan kencur terdiri dari biaya investasi awal tahun ke nol, biaya tetap & biaya variabel tahun pertama. Modal awal yang diperlukan untuk menjalankan bisnis pengolahan rimpang kencur ini sebesar Rp 1 374 886 000 Tabel 11 Modal awal usaha tahun pertama Uraian Biaya Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel (tahun pertama) Total
Jumlah Rp2 065 470 000 Rp28 458 000 Rp30 528 000 Rp2 124 456 000
Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi dari produk yang akan dijual diperoleh dengan cara membagi biaya total dengan jumlah produksi. HPP = Tabel 12 Harga pokok produksi Uraian Jumlah Biaya modal kerja Rp333 122 000 Jumlah produksi (kg) 2 000 HPP (kg) Rp166 561 HPP /10kg Rp1 665 610 Harga pokok produksi produk kencur bubuk ini adalah sebesar Rp166 561 (15.14 USD) per kg atau Rp1 665 610 (151.42 USD) per kemasan 10 Kg.
46
Penerimaan dan Hasil Produksi Manfaat yang diperoleh dari hasil penjualan pada tahun pertama sebesar Rp5 140 800 000. Jumlah ini terdiri dari penerimaan 12 bulan produksi dengan jumlah penjualan dibawah target penjualan. Hal ini diasumsikan karena usaha pengolahan rimpang kencur ini masih dalam proses pengenalan serta kualitas bahan baku yang belum seragam. Penerimaan yang diperoleh usaha ini tahuntahun berikutnya adalah sebesar Rp6 048 000 000 yang terdiri dari penerimaan 12 bulan produksi dengan jumlah penjualan sesuai target yaitu 2 ton per bulan. Break Event Point Tabel 13 Break even point tahun pertama Uraian biaya tetap biaya variabel per Kg jumlah produksi (Kg) harga jual Penerimaan BEP Unit BEP Rupiah
Jumlah Rp341 500 000 Rp 18 000 20 400 Rp 252 000 Rp5 140 800 000 3 957 Rp997 166 000
Tabel 14 Break even point tahun berikutnya Uraian biaya tetap biaya variabel Jumlah produksi (Kg) harga jual Penerimaan BEP Unit BEP Rupiah
Jumlah Rp341 500 000 Rp15 000 24 000 Rp252 000 Rp6 048 000 000 5 296 Rp1 334 530 000
Pada tahun pertama, BEP unit dari produk kencur bubuk ini bernilai 3 957 dengan BEP Rupiah sebesar Rp997 166 000. Angka tersebut memiliki arti bahwa usaha pengolahan rimpang kencur ini akan mencapai titik impas di tahun pertama bila terjual sebanyak 3 957 Kg kencur bubuk atau memperoleh penerimaan sebesar Rp5 140 800 000. Pada tahun selanjutnya, BEP unit dari produk ini adalah sebesar 5 296 dengan BEP Rupiah sebesar Rp1 334 530 000. Angka tersebut memiliki arti bahwa usaha pengolahan rimpang kencur ini akan mencapai titik impas di tahun berikutnya bila terjual sebanyak 5 296 Kg kencur bubuk atau memperoleh penerimaan sebesar Rp6 048 000 000.
47
Proyeksi Kriteria Investasi Pada usaha pengolahan rimpang kencur yang akan didirikan ini, modal yang dikeluarkan untuk usaha akan kembali dalam jangka waktu 0.44 tahun. Pada proyeksi cash flow diperoleh NPV sebesar Rp4 879 328 000, nilai Net B/C sebesar 1.13 yang memiliki arti bahwa setiap Rp1 yang dikelurakan akan mendapatkan manfaat bersih sebesar Rp1.13, nilai IRR sebesar 120.06 persen yang memiliki arti bahwa tingkat pengembalian terhadapt investasi adalah sebesar 120.06 persen. Proyeksi Laba Rugi Proyeksi laporan keuangan usaha pengolahan rimpang kencur ini dibuat dalam bentuk laporan arus kas dan laporan laba rugi. Pada proyeksi laba rugi, usaha ini sudah mengalami keuntungan di tahun pertama yaitu sebesar Rp3 325 796 000. Pada tahun kedua, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp4 229 612 000 dan di tahun berikutnya keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 5 291841 Keuntungan dibagi kepada petani, desa, wirakoperasi dan investor dengan persentase masing masing 70 persen, 1 persen, 4 persen, dan 10 persen. Keuntungan yang diperoleh masing-masing per tahun adalah Rp2 328 057 000, Rp33 258 000, Rp133 032 000, Rp332 580 000 dan per bulannya sebesar Rp180 147 000, Rp2 771 000, Rp11 086 000, dan Rp27 715 000. Dari pembagian keuntungan tersebut maka keuntungan bersih per tahun yang diterima koperasi sebesar Rp498 869 000. Pada tahun kedua, persentase pembagian hasil adalah 75 persen untuk petani, lima persen untuk desa dan wirakoperasi, serta 10 persen untuk investor. Keuntungan per tahun yang diperoleh masing-masing adalah Rp3 334 209 000, Rp222 281 000, Rp222 281 000, dan Rp 444 561 000. Setelah dilakukan pembagian hasil tersebut, maka keuntungan bersih yang diterima Koperasi adalah sebesar Rp222 281 000 per tahun. Perhitungan Laporan Laba Rugi dapat dilihat pada Lampiran 17 Hasil Kajian Pendekatan Wirakoperasi Melalui pendekatan wirakoperasi, terdapat beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional yang telah umum dilakukan oleh petani maupun pelaku usaha. Petani akan mendapatkan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan biasanya karena dengan sistem bagi hasil. Jika petani menjual hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan usaha pengolahan rimpang kencur yaitu 17 894 kg/ bulan pada tahun pertama dan 20 053 kg/ bulan pada tahun kedua, petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp2 328 057 000 pada tahun pertama dan Rp3 172 209 000 pada tahun kedua. Dengan penerimaan tersebut, harga jual yang diperoleh oleh petani adalah Rp11 000/Kg pada tahun pertama dan Rp13 000/ Kg pada tahun kedua. Selain harga jual rimpang kencur, kelebihan yang diperoleh dari hasil pendekatan ini dapat terlihat pada sistem jual, sistem budidaya, kualitas, kuantitas dan kontinuitas bahan baku, pelatihan dan pengawasan terhadap kegiatan budidaya petani, kepastian pasar bagi petani, serta
48
pengalokasian dana baagi pengembangan desa. Rincian perbedaan hasil dengan pendekatan wirakoperasi dan pendekatan konvensional dapat dilihat pada Tabel 7 berikut: Tabel 15 Tabel perbedaan hasil pendekatan wirakoperasi dan tanpa wirakoperasi Uraian
Tanpa Wirakoperasi Petani menjual rimpang basah kepada tengkulak
Sistem Jual
Sistem budidaya
Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas bahan baku
Pelatihan dan pengawasan
Pasar
Harga kencur segar di tingkat petani Dana pengembangan desa
Dengan Wirakoperasi Petani menjual rimpang basah melalui koperasi dengan tujuan pasar luar negeri khususnya industri biofarmaka
Umumnya dilakukan Penerapan sistem budidaya dengan sistem budidaya sesuai dengan Good konvensional tanpa Agriculture Practices penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dan tidak banyak petani yang melakukan budidaya Kualitas rimpang kencur tidak seragam dengan kuantitas yang berfluktuasi serta kontinuitas pasokan yang tersendat
Seragam, sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan, jumlah pasokan sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan serta pasokan yang kontinyu.
Tidak ada pelatihan dan Ada pelatihan dan pengawasan terhadap sistem pengawasan terhadap budidaya petani sistem budidaya petani Tidak ada kepastian pasar, karena tidak ada kontrak antar petani dengan industri pasar tujuan
Ada kepastian pasar, karena ada kontrak antar koperasi dengan industri pasar tujuan
Rp5 000 hingga Rp7 000
Rp11 000 di tahun pertama dan Rp13 000 di tahun berikutnya
Tidak ada dana yang Ada dana yang dialokasikan untuk dialokasikan untuk pengembangan desa pembangunan desa.
49
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kencur sebagai komoditas biofarmaka memiliki potensi bisnis yang sangat baik. Harga yang diterima oleh petani kencur dapat meningkat dengan menciptakan nilai tambah pada produk tersebut. Nilai tambah dapat diciptakan dengan melakukan pengolahan terhadap komoditas kencur. Pendekatan yang dilakukan adalah cooperative entrepreneur atau wirakoperasi. Melalui pendekatan ini, penerimaan yang didapatkan akan meningkat harena harga yang diterima petani sekitar Rp11 000 hingga Rp13 000. Aktifitas bisnis pengolahan rimpang kencur yang akan didirikan ini merupakan sebuah bisnis yang prospektif. Untuk melakukan bisnis ini, dilakukan perencanaan yang matang agar bisnis yang ingin dijalankan dapat terealisasi dengan baik. Rencana bisnis pengolahan bubuk kencur ini memiliki waktu pengembalian biaya investasi yang cepat, dan tingkat pengembalian modal yang tinggi. Hal ini menjadi bukti potensi industrialisasi komoditas biofarmaka terutama kencur. Pendekatan wirakoperasi mampu menjadi garda utama dalam penggerak ekonomi pedesaan. Para petani merasakan manfaat dengan semakin meningkatnya pendapatan mereka. Hal ini terlihat dari harga yang diterima petani lebih tinggi. Saran Konsep wirakoperasi diterapkan oleh pelaku bisnis dengan kerjasama para petani. Para petani akan diuntungkan karena akan mendapat penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan menjual hasil produksi rimpang kencur ke tengkulak. Oleh sebab itu, petani akan lebih sejahtera dan pertanian biofarmaka akan lebih berkembang. Melalui konsep ini, petani sebagai pemasok bahan baku bisnis pengolahan rimpang kencur diharapkan termotivasi dalam melakukan produksi kencur.
DAFTAR PUSTAKA Baga, LM. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis. Makalah Seminar [Internet]. [Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Frankfurt am Main, 5 Juli 2003]. Bogor(ID): FEM. hlm 8-22; [diacu 2013 Oktober 4]. Tersedia pada: http://www.geocities.ws/mma5ugm/PeranWirakoperasiDlmAgribisnis.pdf. Baga LM dan M. Firdaus. 2009. Peran Co-operative Entrepreneur Dalam Pengembangan Program OVOP dan Pembiayaan Pertanian Berbasis Tanaman, Kasus Belimbing di Kota Depok, di dalam Baga LM, Fariyanti A,
50
Jahri S. Kewirausahaan dan Daya Saing Agribisnis. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor [BPS]. 2012. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kencur di Indonesia Tahun 2012 (terhubung berkala) http:\\bps.go.id (diakses 28 Mei 2014) [BPS]. 2012. Produksi Tanaman Biofarmaka di Indonesia Tahun 2008-2012 (terhubung berkala) http:\\bps.go.id (diakses 10 Oktober 2013) Fajrian, H. 2013. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertania Bogor. Ibrahim, Yakob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Rineka Cipta [KEMENDAG] Kementerian Perdagangan. 2013. Panduan Menjadi Eksportir. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Lestari, E.D. 2007. Analisis Daya Saing, Strategi dan Prospek Indsutri Jamu di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajeman Institut Pertanian Bogor. Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis. Jakarta (ID): Salemba Empat. Moerdiyanto.2008. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta (ID): Program Studi Manajemen Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Nurmalina R, Sariati T, Karyadi, A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Pinson, L. 2003. Anatomy Of A Business Plan. Jakarta (ID): Canary Rangkuti F. 2005. Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama Solihin I. 2007. Memahami Business Plan. Jakarta (ID): Salemba Empat Sundawati L, Purnaningsih N, Purwakusumah ED. 2011. Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran Terpadu Biofarmaka dalam Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat [terhubung berkala]. [Diunduh pada 6 Februari 2014]. Tersedia pada http://biofarmaka.ipb.ac.id Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012. Perkoperasian. Jakarta (ID): Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992. Perkoperasian. Jakarta (ID): Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992.
51
LAMPIRAN Lampiran 1 Proses produksi Hari 1 2 3
Waktu pagi – siang pagi – siang siang –sore pagi – siang
4
siang – sore pagi – siang siang – sore
5
pagi – siang siang – sore
6
pagi – siang siang – sore
7
pagi – siang siang – sore
8
pagi – siang siang – sore
9
pagi – siang siang – sore
10
pagi – siang siang – sore
11
pagi – siang siang – sore
Proses Produksi bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan perajang bahan baku hari 1 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 1 perajangan bahan baku hari 2 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 2 perajangan bahan baku hari 3 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 1 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 3 perajangan bahan baku hari 4 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 2 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 4 perajangan bahan baku hari 5 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 3 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 5 perajangan bahan baku hari 6 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 4 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 6 perajangan bahan baku hari 7 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 5 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 7 perajangan bahan baku hari 8 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 6 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 8 perajangan bahan baku hari 9 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 7 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 9 perajangan bahan baku hari 10 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 8
52
Hari 12
Waktu pagi – siang siang – sore
13
pagi – siang siang – sore
14
pagi – siang siang – sore
15
pagi – siang siang – sore
16
pagi – siang siang – sore
17
pagi – siang siang – sore
18
pagi – siang siang – sore
19
pagi – siang siang – sore
20
pagi – siang siang – sore
Proses Produksi bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 10 perajangan bahan baku hari 11 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 9 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 11 perajangan bahan baku hari 12 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 10 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 12 perajangan bahan baku hari 13 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 11 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 13 perajangan bahan baku hari 14 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 12 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 14 perajangan bahan baku hari 15 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 13 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 15 perajangan bahan baku hari 16 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 14 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 16 perajangan bahan baku hari 17 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 15 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 17 perajangan bahan baku hari 18 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 16 bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan pengeringan bahan baku hari 18 perajangan bahan baku hari 19 penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 17
53
Lampiran 2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi Komponen Biaya a. mesin pengering b. mesin pengemas vakum c. mesin penggilingan d. mesin perajang e. pompa steam f. timbangan duduk digital g. Timbangan mekanik gantung h. Tabung gas i. Selang dan regulator j. Tampah k. Sikat l. Baskom m. Tempat sampah n. Sepatu boots o. Sarung tangan kain p. Mesin pendeteksi logam q. Kipas blower (untuk ruang produksi) Total
Satuan
Jumlah
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit unit
7 1 1 2 1 1 1 7 7 100 7 20 1 11 11 1
unit
2
Biaya (Rp 000) Harga Per Jumlah satuan Biaya 45 000 315 000 34 000 34 000 14 500 14 500 5 000 10 000 1 800 1 800 2 000 2 000 5 000 5 000 500 3 500 200 1 400 25 2 500 10 70 35 700 1 500 1 500 70 770 30 330 74 800 74 800 1 300
2 600 470 470
Lampiran 3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran Komponen Biaya
Satuan
a. Meja Komputer b. Kursi Kantor c. Sofa kantor d. Papan tulis (90x120 cm) e. Komputer PC f. Printer (Print, Scan, Copy) g. Lemari besi arsip h. Laci besi arsip (4 laci) i. Faximile j. Telepon k. Lampu l. Air Conditioner m. Kursi Tamu
unit unit set unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 10 1 5
Biaya (Rp 000) Harga Per Jumlah Satuan Biaya 1 200 1 200 1 000 1 000 8 300 8 300 300 300 5 000 5 000 1 400 1 400 2 800 2 800 2 000 4 000 1 800 1 800 310 310 100 1000 4 000 4 000 250 1 250 32 360 Total
54
Lampiran 4 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur Komponen Biaya a. Layout manufaktur b. Rak Besi Pengeringan c. Kanopi Total
Satuan
Jumlah
set set
1 1 1
Biaya (Rp 000) Harga Per Jumlah Satuan Biaya 1 000 1 000 5 000 5 000 10 000 10 000 16 000
Lampiran 5 Asumsi komponen biaya investasi Asumsi Mesin pengeringan kapasitas 150 kg terdiri dari 40 rak/tray, tipe cabinet dengan blower bertenaga utama listrik dan sumber panas LPG, lama pengeringan 8 jam Kapasitas mesin penggilingan 300kg/jam, dengan tenaga utama solar Kapasitas mesin perajang 150kg/jam, dengan tenaga utama solar Kapasitas timbangan digital 50 Kg Kapasitas timbangan mekanik gantung 500 Kg Pembelian tabung gas LPG ukuran 12 Kg Kapasitas tampah 20 Kg Kapasitas baskom 100 Kg Pembelian bak sampah ukuran 1 100 liter bahan PVC Kapasitas mobil pick up 2 Ton Kapasitas timbangan digital 15 Kg Kapasitas timbangan mekanik gantung 500 Kg Pembelian sofa kantor satu set dengan meja Pembelian jenis besi arsip dengan pintu kaca geser Pembelian lampu neon panjang 40 watt beserta rumah lampu Pembelian AC ukuran 1 PK Pembelian kursi lipat merk Chitose Biaya sertifikasi terdiri dari sertifikasi ISO 22000 Biaya pendirian badan usaha terdiri dari modal minimal koperasi sebesar Rp5 000 000, retribusi pengesahan akta sebesar Rp100 000, dan izin SIUP kecil sebesar Rp1 500 000
55
Lampiran 6 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap Komponen Biaya a. Manager usaha b. Staf Keuangan c. Staf Administrasi d. Supervisor Produksi e. Staf Ahli (operator mesin metal detector) Total
Satuan Jumlah Orang Orang Orang Orang
1 1 1 1
Orang
1
Jumlah Biaya (Rp 000) Satuan Per Bulan Per Tahun 3 700 3 700 44 400 2 700 2 700 32 400 2 700 2 700 32 400 2 850 2 850 34 200 2 850
2 850
34 200
14 800
14 800
177 600
Lampiran 7 Rincian biaya tetap komponen biaya utility Komponen Biaya
Satuan Jumlah
a. biaya listrik b. biaya air bersih c. Biaya telepon d. Biaya internet Total
1 1
Jumlah Biaya (Rp 000) Satuan Per Bulan Per Tahun 5 000 60 000 800 9 600 500 500 6 000 500 500 6 000 5 800 69 600
Lampiran 8 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran Komponen Biaya a. Biaya telepon b. Paket internet c. Kertas d. Tinta printer (infus) e. Alat tulis Total
Satuan
Rim Unit Set
Jumlah 1 1 3 2 1
Jumlah Biaya (Rp 000) Satuan Per Bulan Per Tahun 500 500 6 000 500 500 6 000 30 90 1 080 37.5 75 900 100 1 200 1 265 15 180
56
Lampiran 9 Asumsi komponen biaya tetap Asumsi Tarif listrik prabayar untuk pemakaian diatas 3 500 VA dikenakan biaya Rp 1 145/Kwh. Kebutuhan listrik mesin blower pengering: 300 watt x 7 unit x 8 jam x 18 hari kerja = 302.4 Kwh Kebutuhan listrik mesin pengemas: 400 watt x 1 unit x 10 jam x 17 hari kerja = 68 Kwh Kebutuhan listrik lampu: 50 watt x 10 buah x 10 jam x 20 hari kerja = 100 Kwh Kebutuhan listrik kipas blower: 140 watt x 2 unit x 20 hari kerja = 96 Kwh Biaya pemasaran ekspor ke negara tujuan, asumsi produksi 2 ton/bulan dengan harga Rp12 600 000 Bangunan terdiri dari ruang produksi, gudang penyimpanan, dan ruang kantor dengan luas bangunan 3.000 m2 Biaya jasa profesional terdiri dari jasa penyuluh pertanian, notaris, analis atau laboran penngujian produk Biaya transportasi terdiri dari biaya sewa mobil box untuk keperluan pengangkutan produk dari tempat produksi menuju pelabuhan peti kemas Tanjung Priok Lampiran 10 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama
Komponen Biaya
Satuan
Jumlah
a. Kemasan primer (plastik 10 Kg) b. Kemasan sekunder (kardus 50 Kg) c. Label Total
lembar lembar lembar
170 34 204
Jumlah Biaya (Rp 000) Per Per Satuan Bulan Tahun 4 680 8 160 15 510 6 120 2 408 4 896 1 598 19 176
Lampiran 11Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun berikutnya
Komponen Biaya
Satuan
Jumlah
a. Kemasan primer (plastik 10 Kg) b. Kemasan sekunder (kardus 50 Kg) c. Label Total
lembar lembar lembar
200 40 240
Jumlah Biaya (Rp 000) Per Per Satuan Bulan Tahun 4 800 9 600 15 600 7 200 2 480 5 760 1 880 22 560
57
Lampiran 12 Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin
Komponen Biaya
Satuan
a. Mesin perajang (2 unit) b. Mesin penggiling (1 unit) Total
liter liter
Jumlah 280 300
Jumlah Biaya (Rp 000) Per Per Satuan Bulan Tahun 11 3 080 36 960 11 3 300 39 600 6 380 76 560
Lampiran 13 Asumsi komponen biaya variabel Asumsi Biaya tenaga supir dan kuli angkut terdiri dari biaya tenaga kerja untuk mengambil dan mengangkut bahan baku dari petani ke tempat produksi Biaya kemasan primer (plastik vakum) kapasitas 10 Kg dgn harga Rp4 000 per lembar [sumber: kaskus] Biaya kemasan sekunder (kardus) kapasitas 50 Kg dgn harga Rp15 000 per lembar [sumber: toko] Mesin perajang 5,5 PK membutuhkan 0,7 liter solar per jam, diasumsikan penggunaan 2 mesin per hari 10 jam selama 20 hari adalah 280 liter (harga solar per liter Rp11 000) Mesin penggiling 12 pk membutukan 1,5 liter per jam, diasumsikan penggunaan 1 mesin per hari 10 jam selama 20 hari adalah 300 liter (harga solar per liter Rp11 000) Asumsi tiap mesin pengering membutuhkan 3 Kg gas per hari, sehingga kebutuhkan tiap mesin per bulan adalah 5 tabung ukuran 12kg Biaya transportasi meliputi: bensin, tol, pak ogah, pungli, parkir Biaya rupa-rupa terdiri dari biaya cadangan yang digunaka jika terdapat kekurangan biaya variabel tiap bulan Tenaga kerja produksi terdiri dari tenaga kerja langsung untuk melakukan proses produksi selama dua hari yang terdiri dari pencucian, perajangan, pengeringan, penggilingan, dan pengemasan per volume produksi
Lampiran 14 Penjualan perusahaan Harga Jual/ Kg (Rp 000)
Tahun ke-
Jumlah per bulan (Kg)
252
1 2–5
1 700 2000
Jumlah per tahun (Kg) 20 400 24 000
Penerimaan per bulan (Rp 000) 428 400 504 000
Penerimaan per tahun (Rp 000) 5 140 000 6 048 800
58
Lampiran 15 Penerimaan petani/kg Tahun 1 2-5
Uraian Bagi hasil petani Harga bahan baku/ kg Bagi hasil petani Harga bahan baku/ kg
Jumlah Bahan baku per bulan (kg) 17 894 21 053
Jumlah (Rp 000) 2 328 057 11 3 172 209 13
59
Lampiran 16 Laporan arus kas proyeksi lima tahun (dalam Rp000) Tahun No
Uraian Komponen 0
1
2
3
4
5
-
5 140 800 2 124 456 -
6 048 000 -
6 048 000 -
6 048 000 -
6 048 000 270 955
718 538
7 265 256
6 264 000
6 264 000
6 264 000
6 534 955
1. Biaya Investasi
2 065 470
2 940
2 940
2 940
2 940
2 940
Total Biaya Investasi
2 065 470
2 940
2 940
330
2 940
2 940
Biaya Tetap
341 500
341 500
341 500
341 500
341 500
Biaya Variabel
366 336
366 336
366 336
366 336
366 336
711 220
711 220
711 220
IInflow 1. Penjualan 2. Investor 3. Nilai sisa
I
Total Inflow I Outflow
2. Biaya Operasional
Total Biaya Operasional
707 836
711 220
3. Biaya Non Operasional
1 062 228
1 062 228
Total Biaya Non Operasional
1 062 228
1 062 228
2 328 057
3 172 209
3 172 209
3 172 209
3 172 209
133 032
211 481
264 592
264 592
264 592
Desa (1%, 5%)
33 258
211 481
264 592
264 592
264 592
Total bagi hasil
2 826 927
4 018 132
4 230 577
4 230 577
4 230 577
4. Bagi Hasil Petani (70%, 75%) Wirakoperasi (4%, 5%)
5. Pajak (25%)
II
124 717
52 780
52 780
52 780
52 780
total outflow I Saldo Usaha Koperasi
2 065 470
4 724 648
5 847 390
4 997 608
4 997 608
4 997 608
(2 065 470)
633 408
904 363
(2 065 470)
633 408 (2 065 470)
633 408
Arus kas non operasional
2 302 869 (2 065 470) 475 138
675 748
1 726 140
2 776 533
4 023 360
1
0.930
0.865
0.805
0.749
0.697
(2 065 470)
3 351 475
1 092 775
845 525
786 534
868 488
0
6 758 378
5 233 532
4 868 402
4 528 746
4 401 523
658 870
4 395 022
5 059 937
4 022 877
3 742 211
3 533 034
Akumulasi Saldo discount factor 7.5% PV net benefit PV Benefit untuk Gross B/C PV Biaya untuk Gross B/C
V
I II III X
pv positif
6 944 798
pv negative I NPV
(2065470)
V gross B/C V net B/C V IRR V pay back period (PP) I Break Even Point (unit)
1.13
X Break Even Point (Rp)
997 166
4 879 328
3.36 120.06 0.44 3 957
60
Lampiran 17 Laporan laba rugi proyeksi lima tahun (dalam Rp000)
No
Tahun
Uraian Komponen 1
I
III
2
3
4
5
Penerimaan 1. Penjualan
514 0800
6 048 000
6 048 000
6048000
6 048000
Total Inflow
514 0800
6 048 000
6 048 000
6048000
6 048000
Biaya Tetap
341 500
341 500
341 500
341500
341 500
Biaya Variabel
366 336
369 720
369 720
369720
369 720
44 940
44 940
44 940
44940
44 940
752 776
756 160
756 160
756160
756 160
Outflow 2. Biaya Operasional
3. Biaya Penyusutan Total Biaya Operasional Biaya Non Operasional
1 062 228
1 062 228
III
Laba Sebelum Bagi Hasil
3 325 796
4 229 612
5 291 841
5 291841
5 291 841
IV
Bagi Hasil Petani (70%,75%)
2 328 057
3 172 209
3 172 209
3172209
3 172 209
Wirakoperasi (5%)
133 032
211 481
264 592
264592
264 592
Desa (5%)
33 258
211 481
264 592
264592
264 592
Koperasi (10%, 5%)
498 869
211 481
264 592
264592
264 592
Investor (10%, 15%)
332580
422 961
529 184
529184
529 184
V
Laba Sebelum Pajak (EBT)
498 869
211 481
264 592
264592
264 592
VI
Pajak Penghasilan (25%)
124 717
52 870
66 148
66148
66 148
PPn (0%) VII
Laba bersih (EAT)
0
0
0
0
0
374 152
158 610
198 444
198444
198 444
61
Lampiran 18 Laporan arus kas di tahun pertama (dalam Rp000) Bulan Uraian Komponen 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Inflow 1. Penjualan
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
2. Dana Hibah 3. Dana Investor
2 124 456
4. Nilai sisa Total Inflow
2 552 856
Outflow 1. Biaya Investasi
2 065 470
2 940
Total Biaya Investasi
2 065 470
2 940
2. Biaya Operasional Biaya Tetap
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
Biaya Variabel
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
Total Biaya Operasional
58 986
58 986
58986
58 986
58 986
58 986
58 986
58 986
58 986
58 986
58 986
58 986
3. Cicilan Pinjaman
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
Total Biaya Non Operasional
88 519
88 519
88 519
88519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
Pajak Penghasilan 25%
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27715
27 715
27 715
27 715
4. Bagi Hasil Petani Wirakoperasi Desa Investor
62
Total Bagi Hasil Total Outflow Saldo Usaha (net benefit) Arus kas non operasional Akumulasi Saldo Discount Factor (i = 7.5%) PV Net Benefit PV Benefit untuk Gross B/C PV Biaya untuk Gross B/C
235 577
235 577
235 577
235 577
235 577
235 577
235 577
235577
235 577
235 577
235 577
235 577
2065470
393 476
393 476
393 476
393 476
393 476
393 476
393 476
393 476
393 476
393 476
393 476
396 416
-2065470
2247 900
123 443
123 443
123 443
123 443
123 443
123 443
123 443
123 443
123 443
123 443
120 503
-2065470
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
-88 519
93 911
128 835
163 759
198 684
233 608
268 532
303 456
338 381
373 305
408 229
443 154
475 138
0.930
0.865
0.805
0.749
0.697
0.648
0.603
0.561
0.522
0.485
0.451
0.420
-2065470
2091 069
106 820
99 367
92 434
85 986
79 987
74 406
69 215
64 386
59 894
55 715
5 0594
0
2374 750
370 708
344 845
320 786
298406
277 587
258 220
240 205
223 446
207 857
193 355
179 866
2065470
366 024
340 487
316 732
294 635
274 079
254 957
237 169
220 623
205 230
190 912
177 593
166 437
1
63
Lampiran 19 Laporan laba rugi tahun pertama (dalam Rp000) No
Bulan
Uraian Komponen 1
I
II
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Penerimaan 1. Kencur bubuk
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
42 8400
Total Penerimaan
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
428 400
42 8400
Biaya Variabel
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
30 528
Biaya Tetap
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28 458
28458
3 745
3 745
3 745
3 745
3 745
3 745
3 745
3 745
3 745
3 745
3 745
3 745
62 731
62 731
62 731
62 731
62 731
62 731
62 731
62 731
62 731
62 731
62 731
62 731
Biaya Operasional 2. Biaya Operasional
3. Biaya Penyusutan Total Biaya Operasional Biaya Non Operasional
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88 519
88519
88 519
88 519
88 519
88 519
III
Laba sebelum bagi hasil
277 150
277 150
277 150
277 150
277 150
277 150
277 150
277 150
277 150
277 150
277 150
277150
IV
Bagi hasil 194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
194 005
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11 086
11086
11 086
11 086
11 086
11 086
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
2 771
Koperasi (10%)
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41572
Investor (10%)
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
27 715
Petani (70%) Wirakoperasi (5%) Desa (5%)
V
Laba Sebelum Pajak (EBT)
41572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
41 572
VI
Pajak Penghasilan 25%
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
10 393
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
31 179
31 179
31 179
31 179
31 179
31 179
31 179
31 179
31 179
31 179
31 179
31 179
Pajak 0% (PPn) VII
Laba Bersih (EAT)
64
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talun Kondot pada 19 Februari 1993. Penulis adalah putra dari Tazim Saragih dan Lenni Sinaga. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dengan kakak bernama Abdur Rahman Saragih dan Nurdin Saragih, serta adik bernama Riahni Saragih. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1998 di SD 125558 Pematang Siantar hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 hingga tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Pematang Siantar. Tahun 2007 hingga tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Swasta Teladan Pematang Siantar. Pada tahun 2010 hingga sekarang penulis melanjutkan studi sebagai mahasiswa Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya (IKANMASS).Selain itu, Penulis juga aktif dalam organisasi Senior Resident (SR) Asrama Mahasiswa TPB IPB untuk angkatan 49 dan 50.