RENCANA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAUN KUMIS KUCING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR
DANI YOGA NUGRAHA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogoradalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Dani Yoga Nugraha NIM H34100010
4
ABSTRAK DANI YOGA NUGRAHA. Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA. Rencana bisnis merupakan tahap awal dalam memulai suatu bisnis. Bisnis ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menigkatkan nilai jual komoditas kumis kucing dari segar menjadi bubuk. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wirakoperasi. Wirakoperasi dianggap sebagai pendekatan yang paling cocok untuk menjalankan rencana bisnis ini.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek non finansialdan aspek finansial yaitu NPV, Net B/C, IRR, Payback Period (PP), Break Event Point (BEP), Cash Flow serta Laporan Laba Rugi. Hasil dari pendekatan ini menigkatkan harga jual petani dari dua ribu rupiah menjadi delapan ribu rupiah. Manfaat bersih yang diterima adalah sebesar Rp79 577 pada tahun pertama dan Rp28 709 pada tahun berikutnya Kata kunci: kumis kucing, rencana bisnis, wirakoperasi
ABSTRACT DANI YOGA NUGRAHA. Kidney teaAgribusiness Development Planwith Cooperative Entrepreneur Approaches in Bogor. Supervised by LUKMAN M. BAGA. Business plan is the beginning stage of starting a business activity. The purposes of this business is to increase farmer welfare and the sale value of fresh Kidney tea comodities that processed into powder form. This research uses cooperative entrepreneurship approach because cooperative entrepreneurship regarded as an approach that suitable to operate this business. Financial and nonfinancial aspect are used as analysis method to collecting data. The financial aspect or tools which used in developing financial planning in the business operation are NPV, Net B/C, IRR< Payback Period (PP), Breakevent Point (BEP), report of Cashflow, and report of income (profit and loss).The resultsofthis approachis increases the farmersselling pricefromtwothousandrupiahto eightthousandrupiah. Netbenefitsreceivedis Rp79 577in the first yearandRp28 709in the next year Keywords: business plan, cooperative entrepreneur, kidney tea
5
RENCANA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAUN KUMIS KUCING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR
DANI YOGA NUGRAHA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
6
7
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah rencana bisnis, dengan judul Rencana Pengembangan Agribisnis Daun Kumis Kucing dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, dan staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia serta para petani yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga serta teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Dani Yoga Nugraha
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH BOGOR RENCANA BISNIS Asumsi Dasar Rencana Produk Rencana Operasional Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia Rencana kerjasama Kooperatif Rencana Keuangan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
ii ii iii 1 1 3 5 5 5 6 8 8 15 16 22 23 23 25 25 34 38 41 45 46 46 47
ii
DAFTAR TABEL
1Nilai bahan baku tanaman obat yang digunakan dalam industri jamu besar dan menengah 1 2 Serapan tanaman obat untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003. 2 3 Serapan tanaman obat untuk Industri Obat Tradisional (IKOT) di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003 2 4 Cash Flow 22 5 Kebutuhan bahan baku per bulan 29 33 6 Rincian tenaga kerja berdasarkan deskripsi kerja 33 7 standar mutu output (SNI) 8 upah dan gaji pegawai berdasarkan klasifikasi kerja 38 9 matriks hubungan kerjasama kooperatif 40 40 10 sesudah dan sebelum pendekatan wirakoperasi 11 Biaya rencana investasi 41 12 Rincian biaya penyusutan investasi 42 13 Biaya tetap 43 14 biaya variabel 43 15 Modal awal usaha tahun pertama 44 16 penjualan 44
DAFTAR GAMBAR
1 Alur tata cara ekspor 2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 3 Kumis kucing bubuk dalam kemasan 4 Mesin vacuum cabinet dryer 5Mesin diskmill 6 Mesin vacuum packaging 7 Plastik kemasan vakum 8 Mesin conveyor metal detector 9 Tata letak bangunan usaha 10 Bagan pembentukan lembaga koperasi 11 Struktur organisasi usaha
14 16 25 26 27 27 28 28 30 35 35
iii
LAMPIRAN
1 Asumsi komponen biaya investasi 2 Asumsi komponen biaya tetap 3 Asumsi komponen biaya variabel 4 Rincian biaya investasi (alat produksi) 5 Rincian biaya investasi (alat dan furnitur perkantoran) 6 Rincian biaya investasi (bangunan dan infrastruktur) 7 Rincian biaya tetap (tenaga kerja tetap) 8 Rincian biaya tetap (biaya utility) 9 Rincian biaya tetap (administrasi perkantoran) 10 Rincian biaya tetap (pemasaran) 11 Rincian biaya tetap (biaya jaminan mutu) 12 Rincian biaya variabel (biaya pengemasan) 13 Laporan arus kas 14Laporan Laba rugi 15 Laporan arus kas per bulan pada tahun pertama 16 Laporan laba rugi per bulan tahun pertama 17 Laporan penerimaan bagi hasil petani
49 49 50 51 51 52 52 52 53 53 53 54 55 57 58 60 61
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satu sumber dayaalam yang sangat potensial adalah tanaman biofarmaka. Biofarmaka merupakan tanaman yang dikenal oleh orang Indonesia sebagai tanaman obat atau herbal untuk mengobati berbagai macam penyakit. Diketahui sekitar 9 600 spesies berkhasiat obat, namun baru sekitar dua ratus spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional dan dari jumlah tersebut baru sekitar 4 persenyang telah dibudidayakan di Indonesia(Pribadi 2009). Dengan terdapat banyak jenis tanaman biofarmakayang dimiliki oleh Indonesia, seharusnya Indonesia dapat menjadi negara sentrabiofarmaka dunia. Dewasa ini, tidak hanya masyarakat Indonesia namun masyarakat duniapun mulai menyadari pentingnya tanaman-tanaman herbal dan mulai mewaspadai obat-obatan yang dibuat secara kimiawi. Atas dasar ini tingkat permintaan pasar untuk tanaman biofarmaka terus meningkat. Hasil-hasil industri tanaman obat asli Indonesia berupa bahan baku dalam bentuk simplisia dan minyak atsiri telah banyak dimanfaatkan, baik oleh Industri dalam negeri maupun luar negeri. Penggunaan biofarmaka untuk industri dalam negeri banyak digunakan untuk menghasilkan produk jamu. Adapaun penyerapan tanaman tanaman biofarmaka dalam industri jamu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel1Nilai bahan baku tanaman obat yang digunakan dalam industri jamu besar dan menengah no Tahun Nilai (milyar) 1 2001 77.57 2 2002 127.58 3 2003 63.55 4 2004 246.44 5 2005 76.65 Sumber : Pribadi (2009) Tanaman yang diketahui banyak manfaat salah satunya adalah kumis kucing. Kumis kucing diketahui memiliki manfaat untuk penyembuhan batuk, encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis(Sudarsono 1996). Oleh sebab itu tingkat penggunaan tanaman herbal ini cukup besar baik untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) maupun industri obat tradisional (IOT). Data penyerapan industri kecil obat tradisional dapat dilihat pada Tabel 2.
2
Tabel2Serapan tanaman obat untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) diJawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003. No
. Nama Dagang
Nama Latin
Bagian Yg Digunakan
1 2 3 4 5 6 7 8
Pulasari Daun ungu Poko Temulawak Temu hitam Jahe Kunyit Kencur
Alyxia reinwardti Graptophyllum pictum Mentha arvensis L Curcuma xanthorrhiza Curcuma aeruginosa Roxb Zingiber officinale Roxb Curcuma domestica Val Kaempferia L
Kulit Daun Daun Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang
9
Pegangan
Centella asiatica Urb
10
Kumis kucing
11 12 13
Rata-rata (kg/tahun) Simplisia 15 712 10 253 8 071 6 193 2 748 2 527 1 531 1 498
Terna 109 984 71 771 56 497 43 351 19 236 17 689 10 717 10 486
. 1 292
9 044
1 206
8 442
Brotowali Jarongan
Orthosiphon aristatus (BI) Miq Tinospora tuberculata Stachytarpeta cayannensis
Seluruh Tanaman Seluruh Tanaman Daun Daun
1 104 893
7 728 6 251
Cabe jawa
Piper retrofractum
Buah
21 154
148 078
Sumber : Pribadi (2009) Adapun data serapan tanaman biofarmaka untuk industri obet tradisional data dilihat pada Tabel 3. . Tabel3Serapan tanaman obat untuk Industri Obat Tradisional (IKOT) di Jawa,Bali dan Nusa Tenggara Barat tahun 2003 No.
Nama Dagang
1 2
Kedawung Temulawak
3 4
Jahe Lengkuas
5
Jati belanda
6 7 8 9
Kunyit Pegangan Cabe Jawa Kumis kucing
10
Lempuyang wangi Alba Joho keeling
11 12
Nama Latin
Bagian yang digunakan
Rata-rata (ton/tahun)
Parkia roxburghii G Donn Curcuma xanthorrhiza Roxb Zingiber officinale Languas galangal (L) Struntz Guazuma ulmifolia Lamk
Biji Rimpang
Simplisia 520 252
Terna 3 638 1 766
Rimpang Rimpang
145 491
1 018 3 440
Daun
97
682
Curcuma domestica Val Centella asiatica Urb Piper retrofractum Vahl Orthosiphon aristatus (BI) Miq Zingiiber aromaticum Vahl Physalis perivianum Terminalia arbereae F
Rimpang Seluruh tanaman Buah Seluruh tanaman
94 43 42 38
661 302 296 269
Rimpang
299
2 498
Bunga Buah
37 177
258 1 240
Sumber : Pribadi (2009)
3
Salah satu sentral tanaman kumis kucing adalah Jawa Barat. Sistem agribisnis tanaman kumis kucingjika dapat dimanfaatkan dengan baik maka dapat menjadi tanaman primadona yang memiliki peluang dan potensi bisnis yang besar.Di Indonesia daunkumis kucing yang kering (simplisia) dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untukmengobati rematik. Manfaat yang terdapat pada tanaman kumis kucing tersebut banyak pasar dalam dan luar negeri yang membutuhkan tanaman tersebut untuk menjadi tanaman industri yang berkhasiat. Tanaman biofarmaka merupakan tipe tanaman yang unik, segmenting dan kebutuhan pasarnya sangat spesial oleh karena itu daya saing dan potensi untuk industri tanaman ini sangat tingggi. Bisnis pengolahan biofarmaka kumis kucing dapat dikembangkan dengan pendekatan cooperaiveenterpreneur. Cooperaive enterpreneur atau yang lebih dikenal dengan wirakoperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif atau bersama dengan mengambil prakarsa inovatif yang secara berani mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip atau identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama (Hendar dan Kusnadi 1990). Bahasa yang lebih sederhana, wirakoperasi dapat diartikan sebagai seorang pengerak dalam bidang bisnis yang menerapkan prinsip-prinsip koperasi dalam menjalankan usaha.Wirakoperasi berbeda dengan pengusaha pada umumnya. Seorang pengusaha akan bangkit dengan kekuatannya sendiri, ia mempunyai sumberdaya yang mumpuni baik dari segi finansial dan non finansial untuk membangun sebuah bisnis. Berbeda dengan seorang wirakoperasi yang tidak dapat berdiri sendiri, ia membutuhkan kekuatan kelompok untuk secara bersamabangkit dan membangun sebuah bisnis yang didasarkan kekuatan bersama.Atas dasar inilah jika seorang wirakoperasi menjadi motor penggerak dalam lingkungan petani terutama petani kumis kucing,maka petani akan memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas yang akan meningkat. Negara Perancis merupakan pasar luar negeri untuk komoditas kumis kucing yang sangat besar. Negara ini memiliki pasar namun tidak memilki sumber bahan baku, sedangkan Indonesia memiliki bahan baku yang dibutuhkan yaitu kumis kucing itu sendiri. Hal tersebut mendorong seorang wirakoperasi menjadi mediatorbagi petani yang ingin mendapatkan harga luar negeri dengan komoditi dalam negeri. Jumlah permintaan kumis kucinguntuk Negara Perancis sendiri mencapai kurang lebih 14 ton/bulan1 dan diperkirakan semakin meningkat. Dari data ini maka potensi yang besar dan harus dikelola dengan baik adalah peran dari wirakoperasi. Salah satunya menyusun suatu rencana bisnis (business plan) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Kumis kucing yang sesuai dengan kriteria standar yang di butuhkan pasar ekspor.
Perumusan Masalah Manfaat yang dimiliki oleh tanaman kumis kucing menyebabkanindustri pangan membutuhkannya sebgai bahan baku terutama dari industri obat-obatan 1
http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=1763 ( diacu maret 27)
4
herbal sehingga pasar sangat terbuka lebar, namun kenyataanya yang terjadi di lapang adalah sistem agribisnis tanaman biofarmaka Kumis kucing belum dapat ditangani dengan baik. Dilihat dari segi produksi, belum ada sentralisasi komoditas kumis kucing sehingga belum memiliki ikatan yang kuat antar petani. Jika dilihat secara pendataan akan tercermin tingkat produktifitas yang kecil sehingga tidak memiliki daya tawar yang kuat, sedangkan potensi pasar sangat besar.Pasar domestik tanaman ini diminati oleh industri obat tradisional maupun modern. Untuk dalam negeri sendiri konsumsi obat-obatan tradisional seperti jamu gendong hingga industri sendiri cukup besar (pribadi 2009). Melihat dari kondisi ini diperlukannya penanganan yang tepat untuk komoditas tanaman obat seperti tanaman Kumis kucing. Sulitnya petani untuk memasuki skala industri adalah kerena tidak adanya kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan keinginan dan persyaratan dari perusahaan. Seorang wirakoperasi merupakan sosok yang memiliki kapabilitas dan potensi dalam menangani serta menjebatani sesuatu permasalahan di lingkungan bisnis dan sosial. Dalam hal ini seorang wirakoperasi juga memiliki suatu masalah dalam menjalankan bisnisnya yaitu tidak memiliki lahan untuk diusahakan, namun memiliki potensi sebagai mediator serta pemasaran yang baik. Oleh karena itu peran seorang wirakoperasi sangat diperlukan. Dengan adanya permasalahan dan keunggulan pada masing-masing pihak, jika potensi petani dan wirakoperasi digabungkan akan menjadi suatu solusi yang sangat potensial untuk menjalankan suatu bisnis. Dengan petani dapat memiliki daya tawar yang tinggi sekaligus mendapatkanpelatihan agar hasil tanamannya sesuai kualitas atau standar yang diterapkan pada skala industri perusahaan. Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya.Wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya. Oleh karenanya, seorang wirakoperasi adalah seorang pemimpin. Pemimpin yang diikuti anggotanya, dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota. Seorang wirakoperasi sangat dibutuhkan untuk mengembangkan sistem agribisnis komoditas kumis kucing untuk menjembatani antara petani-petani yang memiliki produksi kumis kucing yang kecil menjadi kelompok dan dikelola untuk mendapatkan harga jual yang lebih kompetitif dibandingkan dengan menjual secara individu. Peran seorang wirakoperasi dapat membuat komoditas kumis kucing menembus pasar ekspor dengan tata cara dan alur bisnis yang benar dan menguntungkan sehingga harga yang ditawarkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan menjual dalam pasar luar negeri. Hasil dari peningkatan harga akan membuat petani memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas akan tanaman kumis kucing yang semakin meningkat. Keadaan ini akan menimbulkan efek domino yang positif yaitu terciptanya rantai suplai (supply chain) antara pemasok, industri, dan pasar. Yang tidak akan terjadi jika para petani masih melakukan penjualan individu dan skala yang kecil. Hal ini berdampak pula pada tingkat kesejahteraan petani Kumis kucing itu sendiri. Dari penjelasan tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana menggembangkan potensi tanaman kumis kucing sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang layak bagi petani
5
2. Bagaimana rencana bisnis yang harus dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan agribisniskumis kucing?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menggali potensi biofarmaka yang dikembangkan bersama petani dengan pendekatan Cooperative Entrepreneur 2. Merumuskan rencana bisnis yang harus dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas kumis kucing
Manfaat Penelitian 1. Bagi petani Dengan adanya penelitian ini diharapkan petani dapat terbantu dari segi peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan dari komoditas Kumis kucing. 2. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi untuk dapat mengembangkan kreatifitas dalam bisnis di bidang tanaman biofarmaka. 3. Bagi akademis Penelitian ini diharapkan menjadi acuan atau rujukan suatu metode yang dapat dibandingkan dengan penelitian berikutnya. 4. Bagi investor Mendapatkan informasi mengenai potensi dan prospek tanaman biofarmaka Kumis kucing sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.
Ruang Lingkup Penelitian ini akan membahas mengenai potensi dan peluang bisnis kumis kucing sebagai tanaman biofarmaka dengan pendekatan perencanaan bisnis yang berbasis cooperative enterpreneur. Perencanaan bisnis yang akan dilakukan berupa pengolahan pasca panen yang disesuaikan dengan permintaan pasar Negara Perancis. Data dari potensi tanaman kumis kucing terbatas dari pengamatan lapang daerah bogor dan tidak mencakup skala nasional. Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek operasional, aspek kerjasama kooperatif, aspek risiko serta aspek keuangan.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Kumis kucing merupakan tanaman herbal yang banyak memiliki manfaat. Dari kandungan yang dimiliki oleh tanaman kumis kucing banyak negara luar yang menginginkannya sebagai bahan baku obat. Tanaman yang biasa di temui sebagai tanaman perdu ini untuk pasar Negara Perancis memerlukan pasokan yang cukup besar, hal ini dapat dimanfaatkan oleh PT. Poros Nusantara Utama untuk mengekspor tanaman ini dengan membuka jalur ekspor ke negara tersebut. PT.PNU bekerja sama dengan petani dengan sistem mitra dengan membeli hasil dari petani kemudian dijual langsung di pasar ekspor. Harga yang di terima petani per kilogram segar adalah Rp13 000 sedangkan untuk harga jual ekspor tanaman kumis kucing ini mencapai Rp32 000 per kg segar (Riyanto 2009) Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan banyak memberikan sumber informasi dalam memahami manfaat serta peran wirakoperasi dalam berbagai kegiatan. Hal ini dibuktikan dengan kajian yang telah dilakukan oleh peneliti Pusat Studi Biofrmaka LPPM-IPB Sundawati dkk (2011) mengenai Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran Terpadu Biofarmaka dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat yang dilakukan. Penelitian ini mengemukakan bahwa untuk meningkatkan pemasaran biofarmaka perlu adanya pengembangan model kelembagaan petani. Perlunya ikatan kemitraan yang efektif ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran karena komoditas biofarmaka banyak dibutuhkan oleh pasar dalam negeri dan luar negeri. Hal ini dikarenakan pemasaran komoditas tanaman biofarmaka belum memiliki ikatan kemitraan yang efektif antara petani dengan industri karena dalam pelaksanaannya di lapang banyak kendala dan hambatan yang dijumpai. Beberapa contoh permasalahan yang dihadapi dalam sektor budidaya adalah cara budidaya yang belum mengacu pada Standard Operating Procedure (SOP), belum menggunakan bibit/benih unggul sehingga produksi yag dihasilkan rendah, harga jual yang berfluktuatif, keterbatasan modal usaha, tidak adanya jaminan pasar serta terbatasnya informasi pasar yang dapat diakses. Hal tersebut dialami karena sebagian besar petani yang membudidayakan biofarmaka merupakan petani skala kecil. Pengembangan model pemasaran biofarmaka telah dibentuk oleh Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB sebagai lembaga pengembangan dan pendampingan, dalam model pengembangan tersebut tidak hanya dibangun dalam kerangka ikatan antar pengambil keputusan (stakeholder), tetapi dapat juga dalam ikatan pemegang saham (shareholder) seperti pengembangan kerjasama kemitraan. Manfaat dari adanya pembentukan kemitraan tersebut diharapkan dapat meningkatkan skala usaha dan kapasitas sumberdaya manusia serta meningkatkan efisiensi pemasaran. Selain itu dilakukan juga pendampingan terhadap kelembagaan petani yaitu Gapoktan untuk pembenahan dan penguatan kelembagaan berupa pendampingan untuk pembenahan basis data Gapoktan serta penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Kajian lainnya dilakukan oleh Baga (2003) mengenai Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pada Koperasi Susu.
7
Penelitian tersebut mengemukakan bahwa wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur) berperan menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) terbentuk akibat dari buruknya situasi sosial ekonomi dan politik pada tahun 1963 yang menyebabkan saluran tataniaga susu di Pangalengan dikuasi oleh para tengulak dan peternak kuat. Perkembangan produksi susu di koperasi ini berjalan sangat lambat, hal ini menimbulkan dampak koperasi susu mengalami permasalahan dalam hal pemasaran susu kepada Industri Pengolah Susu (IPS). Posisi tawar yang sangat lemah, waktu penjualan yang bermasalah serta harga jual yang diterima tidak sesuai menjadikan permasalahan dalam hal menentukan jumlah penjualan susu. Sebagai Ketua KPBS Pangalengan, Daman Danuwidjaja berperan sebagai wirakoperasi yang bertujuan untuk mengembangkan koperasi primer susu di tingkat pedesaan. Hal tersebut dilakukan dengan memajukan koperasinya dan mendorong agar koperasi susu dapat melakukan peningkatan kerja sama antara koperasi. Setelah bergabung dengan KPBS banyak manfaat yang dirasakan oleh para peternak yang tergabung dalam koperasi tersebut yaitu berkembangnya usaha ternak yang lebih baik dengan penerapan teknologi modern. Melalui koperasi ini, susu yang dihasilkan oleh para petani akan melalui tahap pengolahan paska panen yang berupa pengolahan pasteurisasi maupun Ultra High Temperature (UHT) sehingga dapat meningkatkan nilai tambah pada susu tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) membahas keterkaitan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi. Wirakoperasi pada kegiatan ini merupakan pelaku usaha bisnis yaitu Wahyudin. Wahyudin menciptakan kegiatan usaha berupa pembuatan produk inovasi tanaman hias dengan bahan baku tanaman pagar pekarangan rumah seperti tanaman bambu. Konsep wirakoperasi yang diterapkan oleh Wahyudin berupa kegiatan usaha yang bermitra dengan petani sekitar yang tergabung dalam kelompok tani Lampung. Perusahaan ini memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan para petani mitra, sehingga pengendalian usaha dilakukan atas kepentingan para petani. CV. Bunga Indah Farm didirikan dengan berorientasi pada keuntungan perusahaan dan juga berorientasi pada kesejahteraan petani yang bermitra. Kegiatan mitra usaha ini dilakukan dengan penentuan ketetapan harga beli bahan baku di tingkat petani, memberikan pelatihan budidaya kepada para petani agar para petani dapat menghasilkan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas. Sebagai pemilik usaha, Wahyudin memiliki peran yang sangat besar terhadap peningkatan kesejahteraan petani skala kecil di Kabupaten Sukabumi. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, perusahaan ini juga memiliki manfaat yang besar bagi para petani berupa terjaminnya pasar, keuntungan yang diperoleh lebih tinggi, serta kemudahan dalam mendapatkan bantuan permodalan. Selain membina dua ribu petani sebagai pemasok bahan baku, perusahaan ini juga mempekerjakan masyarakat sekitar usaha. Dapat dilihat bahwa selain berorientasi pada keuntungan, perusahaan ini juga berorientasi kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitar usaha.
8
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis Cooperative Entrepreneur (Wirakoperasi) Suatu koperasi akan sangat berguna atau memiliki kekuatan besar jika didalamkoperasi tersebut memiliki entrepreneuryang menjalankan prinsip koperasi. Seorangwirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Siapa saja yang memiliki semangat kooperatif dan ingin membangun masyarakat menuju kesejahteraan serta memiliki jiwa entrepreneur dapat menjadi seorang wiraoperasi. Dengan semangat seorang wirakoperasi Dalam penigkatan kesejahteraan petani seorang wirakoperasi dituntut untuk memecahkan permasalahan kekuatan tawar produk yang dihasilkan oleh petani. Dalam pelaksanaannya seorang cooperative entrepreneur yakin bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya memalui gerakan koperasi yang hasilnya nyata dapat diwujudkan.Hal ini akan sangat efektif dalam menyelesaikan permasalah pelik yang dihadapi petani dengan mengerjakannya secara kolektif atau kooperatif (Baga 2003)
Perencanaan bisnis Bisnisadalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Selain itu bisnis juga dapat diartikan sebagai kegiatan mencari keuntungan yang diorganisasikan dan diarahkan untuk menyediakan barang dan jasa kepada para pelanggan. Perusahaan bisnis memproduksi dan memasarkan barang dan jasa dengan harapan akan mendapatkan keuntungan. Selanjutnya, tokohlain mengemukakan bahwa bisnis sebuah sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Sehingga Business Planmerupakan suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang muemuaskan dan menarik bagi penyandang dana. Definisi yang lebih baik menyatakan bahwa business plan adalah sebuah selling document yang mengungkapkan daya tarik dan harapan sebuah bisnis kepada penyandang dana potensial.
Strategi dan Rencana Pemasaran Analisis Pasar Perencanaan bisnis yang baik harus menyertakan analisis pasar, aspek pasar merupakan aspek terpenting yang harus dianalisis terlebih dahulu untuk
9
menentukan pasar potensial bagi produk yang akan dihasilkan oleh usaha tersebut. Aspek pasar harus memperhatikan bagaimana permintaan dan penawaran daun kumis kucing dalam bentuk simplisia maupun bubuk serta melihat bagaimana peluang pasar, segmentasi pasar dan strategi pemasaran. Permintaan pasar pada dasarnya menunjukkan besarnya jumlah permintaan konsumen terhadap produk maupun jasa. Penawaran adalah produk maupun jasa yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Analisis yang dilakukan mengenai target pasar mencakup permintaan dan penawaran, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari Market Selection dan Marketing Mix Development. Strategi Market Selection terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Strategi Marketing Mix Development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi (Nurmalina et al. 2009). Pada analisis permintaan dan penawaran, jumlah permintaan dan jumlah penawaran pada periode tertentu akan menghasilkan selisih. Jika jumlah permintaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran maka akan terjadi kelebihan permintaan, sebaliknya jika jumlah penwaran lebih besar dibandingkan jumlah permintaan maka akan terjadi kelebihan penawaran. Peluang pasar akan muncul apabila jumlah permintaan lebih besar dibandingkan jumlah penawaraan yang akan mengakibatkan terjadinya kelebihan permintaan. Segmentasi pasar merupakan bagian penting dalam menentukan strategi pemasaran. Melakukan segmentasi pasar berarti konsumen potensial bagi produk yang akan ditawarkan dapat digolongkan atas dasar kebutuhan dan keinginan mereka secara umum. Analisis aspek pasar yang dilakukan hendaknya dapat menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah berupa pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, maupun pasar monopolistik agar dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Selain itu informasi mengenai siklus hidup produk (life cycle product) harus ditentukan serta informasi mengenai pangsa pasar (market share) untuk produk sejenis sebagai pesaing dari usaha yang akan didirikan (Umar 2003). Strategi Pemasaran Pasar merupakan tempat berkumpulnya pedagang dan pembeli, tidak hanya sebatas itu pasar yang lebih luas memiliki makna bertemunya tingkat permintaan (demand) dan tingkat penawaran (supply) sehingga terjadi kesepakatan harga suatu barang atau jasa. Analisis pasar sangat diperlukan karena terkait dengan tingkat harga yang ditawarkan. Suatu barang atau jasa dapat dikatakan potensial jika dapat dianalisis dengan baik pasar yang tersedia.Analisis pasar terkait dengan kekuatan produk, peluang, ancaman, ketersediaan pasar dan kapasitas produksi sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan. Analisis pasar juga terkait dengan jenis pasar yang dimasuki seperti pasar persaingan sempurna ataukah pasar monopoli. Alat analisis pasar yang biasa digunakan adalah STP (Segmenting, Targeting, Posisioning). Segmentingyaitu membagi pasar kedalam kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, kharakteristik atau perilaku yang mungkin membutuhkan bauran produk dan bauran pemasaran. Targeting yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan
10
satu atau lebih segmen yang akan dimasuki. Positioning yaitu pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran dibandingkan dengan produk pesaing. Analisis lain yang digunakan dalam analisis pasar adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu produk (product), promosi (promotion), lokasi atau distribusi (place), harga (price). Produk menyangkut keragaman, kualitas, desain, fitur yang dimiliki, merk, kemasan dan servis yang dimiliki suatu produk. Promosi terkait dengan iklan, penjualan langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat dari produk. Lokasi atau distribusi terkait dengan saluran, cakupan, kombinasi, tempat, persediaan,transportasi, dan logistik dari suatu produk. Harga menyangkut daftar harga, diskon, periode, pembayaran, atau persyaratan kredit dari sebuah produk. Rencana Pemasaran Perencanaan adalah proses menentukan dengan tepat apa yang dilakukanorganisasi untuk mencapai tujuannya, sedangkan pemasaran adalah seluruh sistem yang berhubungan dengan kegiatan untuk merencanakan dan mentukan harga hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli.Pengertian lain dari rencana pemasaranadalah proses menentukan dengan tepat untuk mempromosikan dan medistribusiakan barang dan jasa sampai mencapai tujuannya yaitu memuaskan kebutuhan pembeli.Tujuan dibuat rencana pemasaran sebelum memasarkan sebuah produk adalah agar apa yang dilakukan dalam memasarkan produk tesebut sesuai denagn tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan pemasaran harus menghasilkan win-win solution, artinya pelanggan ingin membeli produk jikaproduk tersebut sesuai dengan keinginannya,sebaliknya perusahaan dapat memperoleh profitdari produk yang dihasilkannya jika produk tersebut di beli oleh pelanggan. Berdasarkan profit tersebut, perusahaan dapat melanjutkan bisnisnya hingga ia dapat memenuhi keinginan pelanggan lebih besar di masa yang akan datang. Perusahaan selalu berpedoman atau berfokus kepada nilai-nilai yang terdapat dalam diri pelanggan, sehingga kegiatan pemasaran tersebut dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu untuk dapat mencapai semua itu membutuhkan yang namanya perencanaan pemasaran, agar apa yang akan dilakukan sesuai dengan tujuannya.Perencanaan pemasaran merupakan persyaratan inti bagi pemasar. Manfaat penyusunan sebuah rencana antara lain : mendorong pemikiran sistematik mengenai masa depan, meningkatkan koordinasi, menetapkan standar kinerja untuk mengukur tren, memberikan dasar logis bagi pembuatan keputusan, meningkatkan kemampuan untuk menangani perubahan, dan meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi peluang pasar. Rencana Operasional Rencana Jumlah Produksi Dalam aspek produksi, hal yang perlu dianalisis dalam kegiatan produksi adalah rencana jumlah produksi. Jumlah produksi akan berhubungan dengan beberapa hal dalam kegatan produksi, yaitu sebagai berikut:
11
1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat permintaan terhadap produk Kapasitas mesin Pasokan bahan baku Modal kerja Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya
Teknologi Penggunaan teknologi dalam proses produksi harus dipilih teknologi yang tepat, selain dapat meningkatkan efektifitas juga dapat memberikan keuntungan bagi usaha yang dijalankan. Selain penggunaan teknologi yang tepat, dukungan tenaga kerja terampil juga dibutuhkan. Hal ini menimbulkan adanya konsekuensi bagi perusahaan untuk melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi adalah teknologi pengeringan buatan serta teknologi pengemasan vakum. Alat yang digunakan dalam teknologi pengeringan buatan ini adalah vacuum cabinet dryer dengan output berupa simplisia, serta diskmill sebagai alat penggiling kering dengan outputKumis kucing bubuk. Alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas produk daun kumis kucing dalam bentuk simplisia dan bubuk. Teknologi pengeringan buatan dengan bantuan alat tersebut dipilih karena dapat meningkatkan efisiensi proses produksi jika dibandingkan dengan menggunakan teknologi pengeringan alami. Pada pengeringan buatan sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari listrik maupun gas, sedangkan pada pengeringan alami sumber panas yang digunakan bersumber dari sinar matahari. Teknologi penggilingan kering dengan mesin dipilih karena dapat meningkatkan efisiensi proses produksi karena memiliki tenaga yang bersumber dari solar. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang pada saat penyimpanan dan pendsitribusian. Prinsip kerja dari alat vacuum dryer tersebut adalah dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Prinsip kerja dari alat diskmill adalah dengan menggiling bahan baku kasar kering menjadi bentuk yang lebih kecil atau bubuk, dengan tingkat kehalusan yang dapat disesuaikan. Prinsip kerja alat vacuum packaging adalah dengan cara penghilangan udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian akan dilakukan penyegelan pada kemasan. Tenaga Kerja (Tenaga Teknis) Kebutuhan tenaga kerja yang terlibat dalam seluruh kegiatan usaha perlu direncanakan dengan baik dari segi jumlah, deskripsi pekerjaan, serta penetapan gaji dan upah. Perencanaan tenaga kerja perlu diidentifkasi berdasarkan kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kuantitas tenaga kerja yang dibutuhkan terkait dengan latar belakang dan lokasi perusahaan serta tingkat persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja teknis. Kualitas tenaga kerja menunjukkan keahlian yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang didukung dengan tingkat pendidikan. Perencanaan Bahan Baku
12
Bahan baku merupakan input kegiatan produksi untuk menghasilkan produk yang ditawarkan oleh suatu usaha. Agar menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, bahan baku harus diperhatikan dari semua faktor yang terkait. Perencaaan bahan baku meliputi: a. Jenis bahan baku b. Kuantitas bahan baku c. Kualitas bahan baku d. Persediaan bahan baku e. Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi : a. Ketersediaan bahan baku b. Kualitas bahan baku c. Harga bahan baku d. Transportasi bahan baku e. Jalur pengadaan bahan baku f. Faktor-faktor non ekonomis Perencanaan Lokasi dan Tata Letak Lokasi dan tata letak menrupakan hal awal yang harus dipertimbangkan karena pemilihan lokasi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Pemilihan lokasi dapat ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan bahan baku, pasar potensial, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, serta fasilitas transportasi. Perancangan tata letak bangunan usaha yang terdiri dari ruang produksi, ruang penyimpanan, ruang ruang administrasi, serta ruangan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dilakukan.
Rencana Organisasi Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Untuk mendirikan suatu usaha, perlu dilakukan pembentukan badan usaha serta melakukan pendaftaran izin usaha. Salah satu bentuk badan usaha dapat berupa koperasi. Setelah penentuan badan usaha, langkah selanjutnya adalah mengajukan permohonan Akta Pendirian untuk pembentukan badan usaha tersebut. Langkah selanjutnya adalah melengkapi pendaftaran dan perizinan badan usaha seperti domisili perusahaan, NPWP, SITU, SIUP atau izin usaha lainnya (Kemendag 2013). Struktur Organisasi Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan dituangkan dalam struktur organisasi perusahaan. Strutur organisasi terdiri dari nama orang yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masing-masing. Struktur organisasi mengGambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Deskripsi Kerja
13
Tugas dan tanggungjawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan dijalankan memiliki hak, kewajiban, maupun tugas yang harus dipenuhi agar kegiatan usaha menjadi lebih efektif. Upah dan gaji Gaji dan Upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masingmasing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang dibebankan. Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat disesuaikan dengan UMR yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh perusahaan. Langkah-langkah melakukan ekspor Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi eksportir adalah sebagai berikut (Kemendag 2013): 1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha 2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha yang berbadan hukum dengan klasifikasi eskportir produsen atau eksportir bukan produsen 3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari brosur/leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales contract, weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of subrogation, pemberitahuan ekspor barang (PEB), dan pemberitahuan ekspor barang tertentu 4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman keterangan produk dalam lembar profil produk 5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satu fasilitas yang ditawarkan berupa INTRADE. Untuk melakukan proses ekspor, tata cara atau prosedur yang harus dilakukan dapat dijelaskan pada gambar berikut :
14
D N
Eksportir
5 Produksi barang
1 4
Produksi barang
2 3
Correspondent/ Receiving Bank
1 0
6 Pelayaran/ Penerbangan
L N
1 Opening1 Bank
9
1 2
7 Bea dan cukai pelabuhanmuat
8
8 a
Instansi penerbit
SKA Pelabuhan tujuan
Pengapalan barang
Sumber : Kemendag (2013) Gambar1 Alur tata cara ekspor Keterangan: 1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi yang diakhiri dengan pembuatan Sales Contract 2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank luar negeri (Opening Bank) 3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada Corespondenti Bank untuk memberitahukan kepada eksportir 4. Corespondenti Bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice 5. Eksportir mempersiapkan barang 6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company 7. Eksportir mengurus formalitas ekspor dengan mengisi PEB dan pembayaran pajak ekspor, kemudian PEB difiat-muatkan 8. Pemuatan barang diatas kapal, shipping company memberikan bills of lading pada eskportir 8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen SKA (Surat Keterangan Asal), maka eskportir harus mengurus SKA tersebut ke instansi penerbit SKA 9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C, eskportir bernegosiasi kepada negotiation bank untuk mendapat pembayaran. 10. Pengiriman dokumen L/C dari negotiation bank ke opening bank 11. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir 12. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo 13. Pengiriman document L/C dari negotiation bank tersebut kepada importir
15
14. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir 15. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo
Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Kerangkan pemikiran operasional dimulai dari identifikasi masalah yang ada, yaitu ketidakmampuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kumis kucing dalam negeri maupun luar negeri, padahal pasar di dalam dan luar negeri cukup luas. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan petani ataupun pelaku usaha tentang kebutuhan pasar serta kualitas yang masih belum memenuhi standar. Fenomena tersebut menunjukkan adanya kontradiksi atau gap permasalahan dalam industri kumis kucing. Oleh karena itu, dibentuk sebuah model pengembangan sistem agribisnis kumis kucing berbasis cooperative entrepreneur. Untuk mengatasi potensi dan permasalahan terhadap tanaman kumis kucing tersebut dibutuhkannya seseorang yang menjembatani keduanya, dalam hal ini adalah seorang wirakoperasi. Wirakoperasi sebagai mediator dan penggerak petani memberikan arahan dan jalan untuk pengembangan kumis kucing menjadi suatu komoditi yang menguntungkan dari aspek finansial bagi petani. Seorang wirakoperasi bergerak bersama dengan para petani berskala kecil dan tersebar agar memiliki daya tawar yang tinggi. Seorang wirakoperasi juga merancang suatu nilai tambah yang akan meningkatkan harga dari tanaman kumis kucing dengan melakukan proses pengolahan daun kumis kucing menjadi bubuk serta bekerja sama dengan stake holder yang berpengaruh didalamnya. Ditinjau dari permasalahan yang ada, langkah awal yang dilakukan ialah analisis pasar dari industri kumis kucing. Analisis pasar berisi Gambaran tentang peluang bisnis dan prospeknya, posisi perusahaan dalam pasar, dan usaha-usaha pemasarannya. Kemudian menganalisis aspek teknis dan produksi, manajemen usaha, dan sosial ekonomi.Setelah seluruh seluruh aspek kualitatif tersebut telah diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis keuangan. Analisis keuangan mengkaji arus keuangan dalam usaha yang akan dilakukan. Berdasarkan informasi tersebut dapat dibangun sebuah pengembangan sistem agribisnis berbasis Cooperative Entrepeneur. Alur pemikiran kerangkan operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar2.
16
Kumis kucing memiliki berbagai kegunaan yang baik untuk kesehatan, permintaan akan pasokan kumis kucing yang tinggi baik dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri, banyaknya petani kumis kucing yang belum termanfaatkan, tingginya tingkat permintaan dalam bentuk simplisia kering dan bubuk
Kurangnya pengetahuan petani akan kebutuhan pasar kumis kucing, harga ditingkat petani yang rendah karena tidak adanya nilai tambah, skala usaha yang kecil dan lokasi tersebar, belum terpenuhinya permintaan pasar
Perlu pengembangan agribisnis kumis kucing
wirakoperasi
Membuat kerjasama /melakukan usaha kolektif dengan petani skala kecil
Meningkatkan nilai tambah produk
Rencana pengembangan agribisnis daun kumis kucing dengan pendekatan cooperative entrepreneur di Bogor
Gambar2 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (Balitro) Cimanggu Bogor, lahan Unit Konservasi Biofarmaka Bogor PT. Biofarindo (Biofarmaka Indonesia) dan petani yang mengembangkan tanaman Kumis kucing di wilayah Kabupaten Bogor (Tegal Waru, Cipaku, Rancabungur, dan Leuwi Liang, Gunung Letik, Cimanggu). Pemilihan lokasi dipilih secara sengaja atau purposive serta kegiatan penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Desember 2013 hingga Maret 2014.
17
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, pengamatan langsung, maupun informasi melalui kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui literatur, jurnal maupun laporan hasil penelitian, laporan hasil seminar, buku-buku, internet serta data dari instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) yaitu dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani yang berada di lokasi penelitian tersebut yang membudidayakan tanaman kumis kucing. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, serta budidaya yang dilakukan.RRA merupakan metode pengumpulan informasi yang melibatkan petani sebagai objek penelitian. Seorang wirakoperasi menggunakan pendekatan metode ini dengan tujuan untuk mendorong petani agar menggali potensi diri. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani terhadap potensi yang dimiliki oleh komoditas kumis kucing. Peningkatan pengetahuan petani terhadap potensi yang dimiliki komoditas kumis kucing akan mendorong petani untuk mengembangkan usaha yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya2.
Metode Analisis Data Data maupun informasi-informasi pendukung lainnya yang diperoleh dari penelitian diolah secara manual dan dianalisis dengan menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Pendekatan kuantitatif mengunakan analisis finansial untuk mengetahui NPV, IRR, Net B/C , BEP dan PP (Nurmalina et al. 2009) adalah sebagai berikut :
A. Analisis Non Finansial 1. Aspek Pasar Analisis aspek pasar menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah berupa Pasar Persaingan Sempurna, Pasar Monopoli, maupun Pasar Monopolistik agar dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Selain itu informasi mengenai siklus hidup produk , informasi mengenai pangsa pasar (market share). 2. Aspek Teknis dan Produksi 2
http://usaha-umkm.blog.com/2012/03/19/metode-rra-%E2%80%93-rapid-rural-appraisal-untukumkm. (Diacu pada 2014 Maret 15)
18
Pada aspek teknis dan produksi hal utama yang mendasari analisis pada aspek ini ialah lokasi bisnis, skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan mesin atau equipment, proses produksi dan layout perusahaan, serta jenis teknologi yang digunakan. Hal lain yang perlu diperhatikan pada aspek teknis dan produksi yakni karakteristik produk yang dihasilkan yang mencakup standar kualitas produk, ukuran, warna, trade mark, hak paten, syarat penyimpanan, packing, dan syarat pengiriman. Rencana bisnis yang akan dilakukan merupakan bisnis pengolahan pasca panen pada daun kumis kucing sehingga menghasilkan produk setengah jadi (intermediate product). Pengolahan tersebut berupa pengeringan dan penggilingan daun sehingga menghasilkan daun Kumis kucing dalam bentuk bubuk. Setelah dilakukan pengolahan pasca panen, produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan teknologi kemas vakum. 3. Manajemen Aspek manajemen dalam masa operasi mempelajari mengenai bagaimana bentuk organisasi atau badanusaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta penentuan anggota dan tenaga kerja inti. 4. Rencana Pemasaran Menganalisis target pasar, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari Market Selection dan Marketing Mix Development. Dalam strategi Market Selection terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Strategi Marketing Mix Development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. Menurut Kotler yang dikutip oleh Munandar (2012) dalam jurnalnya, analisis target pasar terdiri dari segmentasi pasar, penentuan target, dan posisi pasar.
a. Segmetasi Pasar Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan pasar yang bersifat heterogen ke dalam kelompok pasar yang bersifat homogen. Dalam prosesnya aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. b. Pasar Sasaran Setelah menganalisis segmentasi pasar, selanjutnya dilakukan pemilihan segmen pasar yang akan dijadikan pasar sasaran. Dalam penentuan pasar sasaran, kriteria yang harus diperhatikan adalah bahwa pasar sasaran harus responsif terhadap produk atau program pemasaran yang dikembangkan, produk yang ditawarkan memiliki potensi penjualan yang cukup luas, pasar memiliki pertumbuhan yang memadai, serta pasar sasaran dapat dijangkau oleh media pemasaran. c. Posisi Pasar Penetapan posisi pasar merupakan langkah terkahir dalam melakukan analisis target pasar. Dalam penetapan posisi pasar langkah yang harus dilakukan untuk membuat konsumen sebagai pasar tujuan dapat
19
membedakan produk yang akan ditawarkan dengan produk pesaing adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Keunggulan ini dapat berupa diferensiasi melalui inovasi yang dilakukan pada bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan produk pesaing. 2) Pilih keunggulan kompetitif yang dimiliki untuk kemudian dikomunikasikan dalam benak konsumen. Kriteria yang harus dipenuhi adalah dengan menawarkan barang atau jasa yang memiliki ciri khas atau dengan menggunakan strategi harga bersaing. 5. Rencana Operasional dan Produksi Aspek ini terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi, pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata letak ruang pengolahan, tenaga teknis produksi, serta perumusan standar mutu input dan output. 6. Rencana Organisasi Aspek ini mengkaji mengenai bentuk badan usaha, struktur organisasi, perizinan usaha, serta kepemilikan usaha. Selain itu juga mengkaji spesifikasi dan deskripsi keahlian dan tanggung jawab pekerja, jumlah tenaga kerja, serta penetapan gaji.
B. Analisis Finansial Aspek finansial yang perlu dianalisis untuk menyusun suatu perencanaan bisnis terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009). 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara total Present value penerimaan (benefit) dengan total Present Value pengeluaran (cost) atau jumlah Present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak atau dapat memberi keuntungan apabila nilai NPV lebih dari 0 (NPV>0). ∑ Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnist ( t = 0,1,2,3,........, n), tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya i = Discount rate (%)
20
2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang akan dicapainya. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari Discount Rate (DR) atau tingkat suku bunga yang berlaku.
Keterangan : i' = Nilai percobaan pertama untuk discount rate positif i” = Nilai percobaan kedua untuk discount rate negatif NPV' = Nilai percobaan pertama untuk NPV NPV” = Nilai percobaan kedua untuk NPV 3. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai Net B/C Rasio lebih besar dari 1 (Net B/C Rasio>1). Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada kerugian yang dialami. ∑ ∑ Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount Rate (%) t = Tahun 4. Payback Period (PP) Payback Period (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis finansial. Merode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat tingkat pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat pengembalian modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada bisnis tersebut.
Keterangan : I = besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
21
5. Break Event Point Perhitungan ini bertujuan untuk melihat berapa unit yang harus dijual atau berapa uang yang harus dihasilkan oleh perusahaan agar mencapai titik impas, dalam arti perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
6. Cash Flow Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Cash Flow terdiri dari dua aliran arus yaitu sebagai berikut: 1. Cash inflow Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari: 1) Hasil penjualan produk/jasa perusahaan 2) Penagihan piutang dari penjualan kredit 3) Penjualan aktiva tetap yang ada 4) Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas 5) Pinjaman/hutang dari pihak lain 6) Penerimaan sewa dan pendapatan lain 7) Nilai sisa 2.
Cash outflow Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari : 1) Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain 2) Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan 3) Pembelian aktiva tetap 4) Pembayaran hutang-hutang perusahaan 5) Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan
22
6) Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain Adapun bentuk dari tabel cash flow adalah sebagai berikut :
No I
II
III IV V
Tabel4Cash Flow 1
Uraian Komponen Inflow 1. Nilai Produksi 1. Pinjaman 2. Nilai Sewa 3. Grants 4. Salvage Value Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1 Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap 3. Pembayaran Bunga Pinjaman 4. Pajak 5. Biaya Lainnya Total Outflow Net Benefit Dengan i=DR (%) PV Net Benefit (NPV)=(III)(IV)
2
...
n
GAMBARAN UMUM DAERAH BOGOR
Bogor adalah salah satu kabupaten yang terletak di daerah Jawa Barat. Bogor terletak pada ketinggian 190 meter sampai 350 meter dari permukaan laut (mdpl). Bogor diapit oleh beberapa gunung besar antara lain Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Kota Bogor memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26ºC dan suhu udara terendah 21.8ºC, memiliki kelembaban udara kurang lebih 70 persen. Selain itu Bogor memiki curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3.500-4.000 mm per tahun (terutama pada bulan Desember sampai Januari). Kondisi topografi ini sangat cocok dengan syarat tumbuh kumis kucing. kumis kucing merupakan tanaman yang membutuhkan curah hujan tinggi untuk tumbuh yaitu 2.500-4000 mm per tahun. kumis kucing juga dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25ºC. Karakteristik topografi dan iklim yang dimiliki oleh Bogor menjadikan wilayah ini berpotensi untuk mengembangkan komoditas Kumis kucing di bidang budidaya. Pemerintah melalui dinas perhutanan memiliki berbagai program yang mendukung pengembangan tanaman biofarmaka termasuk kumis kucing. Potensi komoditas Kumis kucing tersebut juga didukung oleh keberadaan produsen jamu maupun obat herbal yang terletak di wilayah Bogor. Produsen jamu atau obat herbal tersebut merupakan pelaku usaha yang menggunakan daun kumis kucing
23
sebagai bahan baku maupun bahan tambahan pada produk yang dihasilkan. Produsen obat herbal maupun jamu khususnya yang terletak di wilayah Bogor antara lain ialah: 1. Kelompok tani ‘Tanaman Obat Keluarga’ Gunung Leutik 2. PT. Biofarindo 3. CV. Raja Wali Emas 4. CV. Mitra Niaga Sejahtera 5. Taman Sringganis
RENCANA BISNIS
Asumsi Dasar Dalam perencanaan bisnis pengolahan daun kumis kucing dirumuskan beberapa asumsi-asumsi dasar untuk melakukan perhitungan aspek produksi dan finansial. Pada aspek produksi jumlah input yang masuk sebesar 20 153 kg daun kumis kucing segar yang akan di ubah menjadi bubuk. Input daun kumis kucing berasal dari petani mitra koperasi dan warga yang menanam daun kumis kucing oleh karena itu sistem pengadaan input adalah plant bases, artinya inputtidak berdasarkan pada luas lahan yang dimiliki petani, namun dapat juga berdasarkan perkarangan rumah bahkan tanaman kumis kucing liar yang dapat diperoleh di manapun. Pada Tahun pertama kapasitas produksi 1.8 ton kering per bulan, di tahun kedua dan seterusnya produksi 2 ton per bulan. Hal tersebut dikarenakan jumlah penyusutan bahan baku masih tinggi yaitu sebesar 5 persen. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas bahan baku yang diperoleh dari petani belum sesuai dengan yang diinginkan. Dalam melakukan proses produksi perbandingan antara kumis kucing basah dan kering sebesar 10 persen, artinya setiap 10 kg kumis kucing segar dapat menghasilkan 1 kg kumis kucing kering, oleh sebab itu untuk memproduksi 2 ton kumis kucing bubuk diperlukan lebih dari 20 ton kumis kucing segar hal ini dikarenakan proses sortasi yang akan dilakukan sebelum produksi berlangsung. Pada proses produksi diperlukan mesin pengeringan dibutuhkan lima mesin, berkapasitas 230 kg dengan ketentuan satu kali pengeringan 8 jam dengan suhu antara 50 oC hingga 60 oC. Oleh sebab itu waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 2 ton kumis kucing bubuk adalah dua puluh hari. Dalam analisis keuangan dana bersumber dari investor, dengan jangka pengembalian pinjaman selama lima tahun. Discount rate yang digunakan dalam analisis finansial bersumber dari Bank Indonesia sebesar 7.5 persen. Pajak yang digunakan adalah 1 persen dari omset sesuai dengan peraturan pajak baru PP no. 46 tahun 2013 penghasilan kena pajak adalah 1% dari omzet dan tarif pajak pertambahan nilai atas ekspor barang kena pajak adalah 0 persen (nol persen) untuk komoditi biofarmaka sesuai dengan ketetapan Menteri Keuangan No 2369/KM.4/2013 tentang penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar, bahwa bea keluar hanya dikenakan pada CPO dan produk turunannya, karet dan
24
kulit. Harga jual untuk komoditi ini ditetapkan sebesar 14.12 USD. (berdasarkan data Market News Service International Trade Center, 2013)Rencana Pemasaran
Market Selection A. Analisis Pasar 1. Segmenting Segmentasi dari produk ini adalah perusahan industri pangan dan obat yang membutuhkan kumis kucing selaku bahan baku industrinya dan pengelompokan pasar berdasarkan aspek geografis yaitu negara-negara di Benua Eropa. 2. Targeting Target pasar dari kelompok pasar yang telah dipilih berdasarkan aspek geografis adalah perusahan industri pangan dan obat yang menggunakan daun kumis kucing dalam bentuk bubuk sebagai bahan baku produknya. Secara geografis target pasar adalahNegara Perancis. 3. Positioning Bubuk kumis kucing merupakan intermediate product yang di khususkan untuk perusahaan industri penghasil obat-obatan herbal dan pangan yang memerlukan khasiat dari tanaman biofarmaka kumis kucing
Marketing Mix Development 1. Product (produk) Produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan didirikan adalah berupa intermediate product dalam bentuk daun kumis kucing bubuk. Produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan plastik kemas vakum tanpa udara atau vakum dengan berat bersih 10kg per kemasan. Produk daun kumis kucing bubuk akan mencantumkan tanggal pengemasan dan kadaluarsa, nama produk, dan tempat pengemasan. 2. Price (harga) Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar Rp161 428 per kg atau 14.16 USD per kg. Harga ditetapkan berdasarkan rata-rata harga jual produk di pasar internasional (ITC, 2013) 3. Place (tempat) Tempat berlokasi di Jln. KH.Sholeh Iskandar (jalan Baru Bogor). Penjualan dari produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar luar negeri yaitu Negara Perancis yang membutuhkan daun kumis kucing bubuk. Pendistribusian produk dilakukan melalui portal ekspor yang terdapat di daerahTanjung Priokdengan sistem joincontainer dengan perusahaan lain dengan tujuan negara yang sama. Hal ini dikarenakan kuota per kontainer belum dapat terpenuhi dengan hanya pengiriman 2 ton perbulan untuk daun kumis kucing bubuk. 4. Promotion (promosi) Penjualan dari produk yang dihasilkan dilakukan dengan cara langsung (direct selling) kepada negara-negara importir daun Kumis kucing bubuk.
25
Pemasaran produk dilakukan menggunakan media internet berupa penawaran produk maupun penawaran kerjasama dengan industri serta kerja sama dengan kementerian perdagangan untuk membantu promosi produk dengan mitra di negara lain.
Rencana Produk Bisnis pengeringan daun kumis kucingini akan menghasikan intermediate product yang berupa daun kumis kucing bubuk. Teknologi yang digunakan adalah dengan pengeringan buatan, produk yang dihasilkan berbentuk daun kering, sedangkan untuk produk kumis kucing bubuk teknologi yang digunakan adalah penggilingan kering. Selain dilakukan pengeringan dan penggilingan, teknologi kemas vakum dipilih karena dapat memperpanjang umur simpan produk serta menghemat ruang pada saat penyimpanan maupun pendistribusian.
Gambar3Kumis kucing bubuk dalam kemasan
Rencana Operasional
Rencana Jumlah Produksi Kegiatan usaha pengolahan daun kumis kucing terdiri dari proses pengeringan, penggilingan kering, serta pengemasan. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk memasok industri biofarmaka luar negeri yang membutuhkan produk daun kumis kucing dalam bentuk bubuk. Rencana jumlah produksi dari usaha ini adalah masing-masing sebesar dua ton per bulan.
Teknologi Teknologi yang digunakan dalam usaha pengolahan yang akan didirikan ini adalah dengan menggunakan teknologi pengeringan buatan dengan mesin,
26
teknologi pengeringan kering dengan mesin, dan teknologi pengemasan vakum. Alat yang digunakan dalam teknologi pengeringan buatan ini adalah vacuum cabinet dryer dengan output berupa daun Kumis kucing, serta diskmill sebagai alat penggiling kering dengan outputkumis kucing bubuk. Alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas produk daun kumis kucing dalam bubuk.Teknologi yang digunakan akan meningkatkan efisiensi produksi baik dari segi jumlah dan waktu. Berikut mesin dan alat yang digunakan dalam proses produksi : 1. Vacuum Cabinet Dryer Daun Kumis kucing yang telah dicuci dan ditiriskan kemudian diletakkan di atas loyang sebelum dimasukkan ke dalam alat pengering. Prinsip kerja dari alat Vacuum Cabinet Dryer tersebut adalah dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari listrik maupun gas.
Sumber : www.kiosmesin.blogspot.com Gambar4 Mesin vacuum cabinet dryer
Spesifikasi Mesin vacuum cabinet dryer: 1. Mesin Oven Pengering 40 Rak (gas) 2. Kapasitas : 40 rak / loyang 3. Dimensi : 240x55x165 cm 4. Bahan : stainless stell 5. Listrik blower: 300 watt 6. Sumber panas : Gas LPG 2. Mesin Diskmill Daun kumis kucing kemudian digiling menggunakan mesin Diskmill untuk menghasilkan kumis kucing bubuk. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggiling bahan baku kasar menjadi bentuk yang lebih kecil atau bubuk, dengan tingkat kehalusan yang dapat disesuaikan.
27
Sumber : www.mesinpertanian.com
gambar 5Mesin diskmill Spesifikasi mesin diskmill: 1. Kapasitas: 33 hingga 300 Kg/jam 2. Motor power: 5,5 HP (Horse Power) atau Diesel 12 PK (Paard Krcht) dengan power bisa diturunkan sesuai anggaran dan jenis serta jumlah bahan yang diproses 3. Dimensi: 80x50x100 cm 4. Bahan: stainless steel 3. Vacuum packaging Produk kumis kucing bubuk kemudian dikemas dengan menggunakan mesin vacuum packaging. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara penghilangan udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian dilakukan penyegelan pada kemasan. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang pada saat penyimpanan dan pendsitribusian. Jenis plastik kemasan yang digunakan merupakan plastik kemasan vakum yang merupakan campuran dari bahan plastik LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene Terephthalate) dan Nylon. Plastik kemasan tersebut memiliki ketebalan dan kerapatan pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik kemasan biasa sehingga dapat berfungsi sebagai kemasan penyimpan kedap udara.
Sumber : www.anekamesin.com
Gambar6 Mesin vacuum packaging
28
Sumber : www.anekamesin.com
Gambar7 Plastik kemasan vakum Spesifikasi mesin vacuum packaging: 1. Material: besi, stainless steel 2. Lebar seal: 32 hingga 50 cm 3. Kekuatan vakum: 10 m3 hingga 20 m3 per jam 4. Daya listrik: 400 hingga 800 watt atau 220 V atau 50 hingga 60 Hz 4. Detektor logam Detektor logam berfungsi sebagai scanner untuk mendeteksi apakah terdapat logam berbahayayang membahayakan pada bubukkumis kucing yang telah di kemas
Sumber : www.indotrading.com Gambar8 Mesin conveyor metal detector Kumis kucing bubuk yang telah dikemas dengan plastik vakum kemudian akan dilakukan pengujian kandungan logam yang mungkin terdapat di dalam produk. Pengujian tersebut dilakukan menggunakan mesin conveyor metal detector dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas produk kumis kucing bubuk. Spesifikasi mesin conveyor metal detector3: a. Tipe : F500 b. Metode mendeteksi : Magnetic induksi c. Lebar pendeteksian : 600 mm 3
www.indotrading.com (Diacu 2014 Mei 16)
29
d. e. f. g. h. i.
Tinggi pendeteksian : 160 mm Kemampuan mendeteksi : Ф1.0 bola besi Metode alarm : Buzzer Kecepatan belt : 40 m/min Tegangan listrik : 230 V, 50-60 Hz Ukuran dimensi : 1 620 x 1 000 x 1 100 mm
Bahan Baku Bahan baku dari usaha pengolahan tanaman kumis kucing ini berupa daunnya yang diperoleh dari petani-petani skala kecil yang berada di wilayah Bogor. Petani-petani tersebut merupakan petani mitra yang bertugas sebagai pemasok dalam proses produksi daun kumis kucing bubuk. Untuk menghasilkan satu kilogaram daun Kumis kucing kering dibutuhkan 10 kgdaun basah (rendemen 10 persen). Disamping itu proses sortasi menyebabkan penyusutan bahan baku sebesar 5 persen. Sehingga kebutuhan bahan baku per bulan disajikan dalam Tabel berikut. Tabel5 Kebutuhan bahan baku per bulan Jumlah Satuan Input Daun Kumis kucing basah Penyusutan bahan baku (sortasi) Plastik kemasan Kemasan sekunder (kardus) Output Kumis kucing bubuk
21 053 1 053 200 40 2 000
kg kg Lembar Lembar kg
Perencanaan Tata Letak dan Lokasi Tata letak proses produksi direncanakan akan bertempat di jalan KH. Soleh Iskandar atau daerah jalan baru Kota Bogor. Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan akan mudahnya akses untuk menuju jalan tol dan letaknya yang mudah untuk dijangkau. Bangunan yang akan dibangun mempunyai luas berkisar dua ribu meter persegi yang terdiri antara 4 bagian besar yaitu area bongkar muat, area produksi, kantor, dan pergudangan. Adapun denah yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 9
30
Gambar9 Tata letak bangunan usaha Keterangan : 1 = Mesin Pengeringan (Vacuum Cabinet Drier) 2 = Mesin Penggilingan Kering (Diskmill) 3 = Mesin Pengemasan Vakum (Vacuum packaging)
Pemilihan lokasi produksi dan pergudangan yang untuk menjalankan bisnis ini adalah di sekitar Jln. KH.Sholeh Iskandar (jalan Baru)Bogor. Alasan memilih lokasi ini adalah letaknya yang strategis, akses yang mudah, terletak di jalan utama Bogor. Akses yang mudah ini, meningkatkan efisiensi waktu menuju Jakarta karena letaknya yang dekat dengan pintu Tol Sentul/ Jagorawi.
Proses Produksi Prosese produksi merupakan bagian terpenting dari pengolahan daun kumis kucing. Proses ini memberikan nilai tambah terhadap daun kumis kucing dengan cara merubah bentuk dari daun menjadi bubuk. Nilai tambah yang diperoleh akan meningkatkan harga jual daun kumis kucing dari dua ribu rupiah menjadi kurang lebih delapan ribu rupiah. Adapun proses produksi pengolahan daun kumis kucing dapat dilihat pada diagram alir berikut:
31
Penyiapan Air Bersih
Kumis kucing Segar
Penyortiran awal (segar)
Air Bersih
Pencucian & Penirisan
Penyiapan Peralatan
Busuk, tanah, kerikil, benda asing
Kotoran yang melekat
Pengeringan
Penggilingan
Penyortiran akhir
Benda asing selain bubuk Kumis kucing
Pengemasan & Pelabelan
Bubuk Kumis kucing
Gambar 9 Diagram alir pengolahan Kumis kucing bubuk
Keterangan : 1. Penyortiran awal (segar) Daun kumis kucing dari hasil panen secepatnya dilakukan penyortiran supaya mutunya tetap terjaga. Tanah atau kotoran, gulma yang menempel pada daun langsung dibersihkan, demikian juga bahan yang busuk dan rusak dengan yang baik harus segera dipisahkan.
32
2. Pencucian dan Penirisan Pencucian terhadap daun kumis kucing segera dilakukan untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan yang dapat mempengaruhi mutunya. Sumber air untuk mencuci diharapkan berasal dari mata air, sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai tidak dianjurkan untuk menghindari terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli ataupun patogen. Cara pencucian dapat dilakukan dengan penyemprotan bertekanan sedang dan dibantu dengan tangan. Penirisan/ pengeringan daun yang sudah dicuci bersih langsung ditiriskan menggunakan rak pengering dan ditempatkan dalam lapisan yang tipis. Rak pengering harus bersih, tidak berkarat dan tidak bereaksi dengan daun yang dijemur serta ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan cukup dengan cara diangin-anginkan dan dilakukan sampai airnya tidak tiris lagi. 3. Pengeringan Daun kumis kucing kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan alat vacuum cabinet dryer dengan suhu 50 hingga 60ºC selama satu hari. 4. Penggilingan kering Daun kumis kucing yang telah dikeringkan kemudian dilakukan penggilingan kering dengan menggunakan alat diskmill untuk menghasilkan bubuk kumis kucing dengan tingkat kehalusan yang seragam. 5. Penyortiran Akhir Bubuk daun kumis kucing yang dihasilkan kemudian di lakukan penyortiran untuk memisahkan dari benda asing yang mungkin terjadi selama proses penggilingan. Proses ini juga untuk memastikan kualitas daun Kumis kucing bubuk sesuai dengan standar mutu yang berlaku di pasar internasional. Setelah di sortasi kemudian ditimbang untuk dikemas. 6. Pengemasan dan Pelabelan Bubuk daun kumis kucing yang telah melalui tahap pengolahan berupa pengeringam dan penggilingan kering kemudian dikemas. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan alat vacuum packaging untuk menghasilkan produk dengan kemasan kedap udara. Produk yang telah dikemas kemudian diberi label yang berisi tentang informasi produk, merek dagang, kode produksi, tanggal kadaluarsa, dan nama produsen. 7. Uji metal detektor Produk kumis kucing bubuk yang telah dikemas kemudian dilakukan pengujian terhadap logam yang mungkin terdapat dalam produk 8. Penyimpanan Produk yang sudah dikemas dapat disimpan sebelum diolah lebih lanjut. Ruang tempat penyimpanan harus bersih bila perlu dilakukan fumigasi terlebih dahulu untuk membasmi hama/ serangga perusak daun. Selain itu sirkulasi udara melaui ventilasi cukup baik, kelembaban udara rendah (65%), cahaya cukup (suhu gudang penyimpanan maksimal tiga puluh ºC) dan tidak bocor. Diagram alir dapat dilihat pada Gambar 9
33
Tenaga Teknis Produksi Tenaga teknis produksi terdiri dari karyawan yang melakukan proses pengolahan berupa pengeringan dan penggilingan, serta proses pengemasan pada produk. Rincian tenaga kerja pada usaha ini adalah sebagai berikut: Tabel6 Rincian tenaga kerja berdasarkan deskripsi kerja Uraian
Jumlah (orang)
Manajer Usaha Staff administrasi Staff keuangan Staff produksi Tenaga kerja produksi
1 1 1 1 7
Jumlah tenaga kerja produksi yang diperlukan sebanyak tujuh orang dengan jenis pekerjaan yang terdiri dari pencucian, pengeringan, penggilingan, dan pengemasan vakum. Untuk staf usaha terdiri dari empat orang yang berperan sebagai manajer usaha, staf administrasi, staf keuangan, dan staf produksi
Perumusan Standar Mutu Input dan Output Perumusan standar mutu input dan output diperlukan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan oleh koperasi. Mutu input berupa spesifikasi dari seluruh bahan baku yang akan digunakan untuk menghasilkan produk. Mutu output berupa spesifikasi dari produk jadi yang disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh industri jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka sebagai pasar tujuan. Pengecekan standar mutu input bekerja sama dengan instansi terakreditasi seperti badan penelitian dan pengendalian mutu IPB. Adapaun standar mutu yang ditetapkan untuk produk kumis kucing adalah sebagai berikut: a. Standar mutu input Input yang digunakan adalah daun kumis kucing basah yang diperoleh dari petani pemasok. daun yang digunakan adalah sesuai dengan standar daun yang baik yaitu bau harum, rasa agak pahit, kadar air maksimal tiga belas persen, kotoran maksimal dua persen dan tidak mengandung serangga dan cendawan. b. Standar mutu output Tabel7 standar mutu output (SNI) Parameter Warna Kadar air (%) Kadar abu (%) Mikroorganisme Logam berar Sumber : (Pratiwi et al. 2010)
Syarat Abu-abu 6.76 0.57 Negatif Negatif
34
Bubuk Kumis kucing merupakan hasil pengolahan lanjutan dari daun Kumis kucing kering yang diperoleh melalui proses penggilingan. Kadar air pada daun kumis kucing bubuk adalah sebesar 6.76 persen dan kadar abu sebesar 0.57 persen serta tidak memiliki logam berat dan mickroorganisme yang terkandung didalamnya.
Perumusan Standard Operating Procedure (SOP) 1. Penyortiran dan grading dilakukan pada bahan baku berupa daun Kumis kucing basah dari petani pemasok. 2. Pencucian dan penirisan dilakukan pada daun Kumis kucing segar yang telah lulus penyortiran dan grading. 3. Daun Kumis kucing dikeringkan dengan suhu 50 hingga 60ºC selama lima hingga delapan jam menggunakan vacuum cabinet dryer sehingga menghasilkan kadar air lima hingga tujuh persen. 4. Daun kumis kucing yang telah dikeringkan kemudian dilakukan penggilingan dengan menggunakan diskmill untuk menghasilkan daun kumis kucing bubuk. 5. Daun kumis kucing bubuk dikemas vakum menggunakan vacuum packaging. 6. Produk yang telah dikemas kemudian disimpan dalam gudang sebelum didistribusikan. 7. Karyawan produksi harus tetap menjaga sanitasi peralatan produksi. 8. Seluruh karyawan harus menjaga kebersihan dan kenyaman tempat kerja.
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha Aspek legal dari badan usaha ini adalah koperasi.Koperasi dipilih sebagai bentuk usaha karena proses pendirian koperasi yang mudah dan tidak memakan biaya yang terlalu besar. koperasi juga mempunyai tujuan utama untuk menyejahterakan anggotanya sehingga akan tercipta lingkungan yang kondusif serta ikatan yang kuat dengan para anggotanya, dan menumbuhkan rasa memiliki anggota terhadap koperasi. Oleh sebab itu bentuk usaha ini sangat cocok digunakan oleh wirakoperasi dalam mengembangkan bisnisnya.
Struktur Organisasi Organisasi dalam bagan usaha ini adalah koperasi koperasi dibentuk berdasarkan hasil pendekatan antara GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) dengan seorang wirakoperasi yang dibantu oleh pemerintah daerah setempat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan desa. Bagan dari awal terbentuknya koperasi dapat dilihat pada Gambar 10.
35
Ide
Sosialisasi
GAPOKTAN
Koperasi
BAPPEDA
Gambar10 Bagan pembentukan lembaga koperasi Struktur organisasi kepengurusan usaha pengolahan daun Kumis kucing ini terdiri dari rapat umum anggota (RUA), pengurus (ketua, sekertaris, bendahara), pengawas, manajer usaha, staff keuangan, staff administrasi, supervisor produksi, operator mesin pengeringan, operator mesin penggilingan, operator mesin pengemasan, dan buruh kerja harian (pencucian dan sortasi). Susunan organisasi usaha ini sebagai berikut: RUA (Rapat Umum) Anggota)
Pengurus
Pengawas
Manajer Usaha
Staff Keuangan
Supervisor Produksi
Staff Administrasi
Tenaga Kerja Produksi
Gambar11 Struktur organisasi usaha Jumlah pengurus koperasi yang direncanakan terdiri dari empat orang yang terdiri dari seorang ketua, sekertaris, bendahara, dan pengawas. Karyawan yang direncanakan terdiri dari tujuh orang terdiri dari seorang manajer usaha, staff keuangan, supervisor produksi, staff administrasi, dan empat orang operator mesin yang bergerak di bidang produksi.
36
Deskripsi dan Spesifikasi Kerja 1.
Rapat Umum Anggota (RUA) Deskripsi : pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. 2. Pengurus (ketua, sekertaris, bendahara) 1) Deskripsi Kerja: memimpin organisasi dan perusahaan koperasi 2) Spesifikasi Kerja Ketua Koperasi: a. Mengendalikan seluruh kegiatan koperasi. b. Memimpin, mengkoordinir dan mengontrol jalannya aktivitas koperasi. c. Memimpin Rapat Umum Anggota tahunan dan menyampaikan pertanggungjawaban kepada anggota. d. Mengambil keputusan atas hal-hal yang dianggap penting bagi kelancaran kegiatan koperasi. 3) Spesifikasi Kerja Sekertaris Koperasi: a. Melakukan kegiatan korespondensi (surat-menyurat) dan ketatausahaan koperasi. b. Melakukan pencatatan tentang kemajuan yang terjadi pada koperasi. c. Membuat pendataan koperasi. 4) Spesifikasi Kerja Bendahara Koperasi: a. Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi. b. Memelihara semua harta kekayaan koperasi. c. Melakukan pembukuan transaksi koperasi. 3. Pengawas Koperasi 1) Deskripsi Kerja: melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi. 2) Spesifikasi Kerja: a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pengurus menyangkut pengelolaan koperasi, baik yang menyangkut aspek organisasi idiil maupun aspek usaha. b. Meneliti catatan yang ada pada koperasi. c. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan. 4. Manajer Usaha 1) Deskripsi Kerja: melakukan pengawasan terhadap kegiatan bidang usaha 2) Spesifikasi Kerja: a. Merancang perencanaan produksi, keuangan, penetapan, organisasi usaha serta melaksanakan pengawasan terhadap seluruh aktivitas usaha. b. Melaksanakan kegiatan perekrutan karyawan. 5. Staff Administrasi 1) Deskripsi Kerja: bertanggungjawab atas kegiatan administrasi perusahaan koperasi. 2) Spesifikasi Kerja: a. Merancang SOP (Standard Operating Procedure) rangkaian kegiatan produksi. b. Merancang sistem kemitraan dengan petani pemasok. c. Menyusun kontrak kerjasama dengan industri.
37
d. Melakukan pemasaran produk. e. Menyusun dan mengurus perijinan usaha. f. Menyusun kebutuhan perlengkapan perusahaan koperasi. g. Melakukan kegiatan pendistribusian produk. 6. Staff Keuangan 1) Deskripsi Kerja: bertanggungjawab terhadap fungsi keuangan perusahaan koperasi. 2) Spesifikasi Kerja: a. Mengelola fungsi akuntasi dalam memproses data dan informasi keuangan perusahaan koperasi. b. Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan pembayaran kewajiban pajak perusahaan koperasi. c. Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol arus kas perusahaan koperasi terutama pengelolaan piutang dan hutang. d. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusun anggaran perusahaan koperasi. e. Menyusun penetapan gaji dan upah bagi seluruh karyawan perusahaan koperasi. 7. Supervisor Produksi 1) Deskripsi Kerja: bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan produksi 2) Spesifikasi Kerja: a. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penerimaan bahan baku. b. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan. c. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyimpanan produk. d. Melakukan kegiatan pendistribusian produk 8. Tenaga kerja produksi (bagian sortasi dan pencucian) 1) Deskripsi kerja: melakukan proses pra penglohan bahan baku daun Kumis kucing 2) Spesifikasi kerja: a. Melakukan sortasi awal bahan baku daun Kumis kucing. b. Melakukan pencucian bahan baku daun Kumis kucing. c. Melakukan sortasi spesifikasi persyaratan umum bahan baku daun Kumis kucing. 9. Tenaga kerja produksi (bagian pengeringan) 1) Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku berupa pengeringan 2) Spesifikasi kerja: a. Melakukan pengeringan bahan baku. b. Melakukan kontrol berkaitan dengan suhu dan kondisi mesin selama proses pengeringan berlangsung. c. Melakukan kontrol dan terhadap kondisi mesin pengeringan sebelum dan setelah digunakan. 10. Tenaga kerja produksi (bagian penggilingan) 1) Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku berupa penggilingan 2) Spesifikasi kerja: a. Melakukan pengontrolan kualitas daun Kumis kucingkering. b. Melakukan penggilingan hasil pengeringan. c. Melakukan proses pengayakan dan penggilingan kembali terhadap bubuk Kumis kucing yang tidak sesuai standar.
38
d. Melakukan kontrol dan terhadap kondisi mesin penggilingan sebelum dan setelah digunakan. 11. Tenaga kerja produksi (bagian pengemasan) 1) Deskripsi kerja: melakukan pengemasan produk 2) Spesifikasi kerja: a. Melakukan pengemasan pada produk daun Kumis kucing bubuk. b. Melakukan penyimpanan produk di dalam gudang sebelum didistribusikan. 12. Tenaga kerja propesional a. Deskripsi kerja : spesialisasi kerja b. Spesifikasi kerja : a. Melakukan pengecekan kualitas bubuk daun Kumis Kucing yang telah dihasilkan. b. Melakukan penyuluhan dan pelatihan masyarakat desa
Upah dan Gaji Upah dan gaji merupakan bentuk insentif yang diterima oleh pekerja. Besaran insentif yang diterima berbeda-beda sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing pekerja. Berikut jumlah insentif pekerja dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel8 upah dan gaji pegawai berdasarkan klasifikasi kerja Uraian Rp (000) Manajer Usaha Staff administrasi Staff keuangan Staff produksi Tenaga kerja produksi Tenaga kerja profesional
3 100 2 700 2 700 2 850 1 000 3 850
Rencana kerjasama Kooperatif Usaha yang akan didirikan akan menjalin kerjasama dengan petani daun kumis kucingwilayah Bogor sebagai petani pemasok. Bentuk kerjasama yang akan dilakukan berupa kerjasama vertikal ke belakang dalam hal pasokan bahan baku. Usaha yang akan didirikan ini akan menjadikan petani Kumis kucing yang berada di wilayah Bogor sebagai pemasok bahan baku berupa daun kumis kucingsegar. Petani akan memasok daun kumis kucinguntuk kemudian diolah dengan menggunakan teknologi pengeringan dan penggilingan kering. Produk yang dihasilkan oleh usaha ini berupa intermediate product dalam bentuk daun kumis kucing bubuk. Produk tersebut kemudian akan dikemas menggunakan plastik kemas vakum sebelum disimpan dan didistribusikan. Kerjasama ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin kontinuitas bahan baku usaha pengolahan daun kumis kucing. Selain itu, tujuan lain dari penerapan kerjasama ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani kumis kucing yang
39
tergabung dalam usaha yang akan didirikan. Konsep kerjasama yang akan dilakukan berupa penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan atau hasil usaha (HU) atas penjualan produk sesuai dengan kinerja koperasi. Ketetapan tersebut diambil berdasarkan hasil diskusi dengan para petani yang tergabung dalam usaha yang akan didirikan. Selain itu, perusahaan koperasi akan memberikan pelatihan budidaya yang baik agar para petani dapat menghasilkan daun kumis kucing dengan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas. Usaha yang akan didirikan ini tidak hanya berorientasi pada keuntungan usaha semata, namun juga pada kesejahteraan para petani mitra. Kerjasama yang dibangun merupakan kerjasama kooperatif yang diikat oleh sistem keanggotaan koperasi. Sebagai sebuah badan usaha, koperasi memiliki hak dan kewajiban terhadap anggotanya, demikian pula setiap anggota kopersi memiliki hak dan kewajiban. Pengaturan hak dan kewajiban ini menjadi pengikat antara kedua belah pihak, masing-masing pihak harus menjalankan hak dan kewajibannya sebaik mungkin demi memajukan usaha bersama. Adapun hak dan kewajiban anggota koperasi adalah sebagai berikut: Kewajiban Anggota Koperasi 1. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga 2. Berpartisipasi dalam kegiata usaha koperasi 3. Membayar simpanan pokok dan simpanan wajib 4. Memelihara dan mengembangkan kebersamaan atas asas kekeluargaan 5. Mematuhi dan melaksanakan keputusan rapat anggota maupun rapat pengurus Hak Anggota Koperasi 1. Hak untuk menghadiri, menyatakan pendapat,dan memberikan suara dalam RA 2. Memilih dan atau dipilih menjadi pengurus 3. Meminta diadakan RA menurut ketentuan-ketentuan dalam AD 4. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar RA, baik diminta maupun tidak diminta 5. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama di antara sesama anggota 6. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam AD Dampak finansial yang diterima petani dari koperasi adalah bagi hasil dari penjualan koperasi akan produk yang telah dihasilkan. Bagi hasil ditetapkan oleh koperasi sebagai timbal balik dari peran anggota sebagai pemenuhan input produksi. Besaran bagi hasil untuk petani adalah 89 persen pada tahun pertama dan 80 persen pada tahun berikutnya. Sistem bagi hasil usaha diterapkan karena dinilai baik untuk kelangsungan usaha dibandingkan dengan sistem gaji atau upah untuk semua pihak pihak yang terkait dalam menjalankan bisnis ini. Pihak-pihak yang turut serta dalam bekerjasama melaksanakan bisnis ini adalah petani, wirakoperasi, koperasi, pihak desa, dan industri atau pasar. Adapun hubungan timbal balik dari kerjasama kooperasi dijelaskan pada Tabel 9.
40
Tabel9 matriks hubungan kerjasama kooperatif Petani Petani
CE
CE Sebagai mitra kerja (membentuk) kepercayaan
Penyedia jasa, pengedukasi dan sebagai motor penggerak petani (pelatihan, pendidikan, pengawasan seta pengontrolan) Pengolah bahan baku untuk meningkatkan nilai tambah
Penyedia sarana CE bekerja dan membuat lapangan pekerjaan
Desa
Pendukung sarana dan prasarana program yang akan dijalankan
Membantu untuk mensosialisasikan program dan pendukung tempat berlangsungnya program
Industri
Penentu harga yang ditawarkan atas produk terkait dan pasar akhir bagi pertani
Kerjasama bisnis dan membentuk kepercayaan
Koperasi
Koperasi Sebagai pemasok bahan baku segar Sebagai tenaga ahli atas program yang dijalankan
Penyedia sarana dan prasarana berdirinya koperasi Sebagai mitra usaha (hasil penjualan produk)
Desa
Industri
Pelopor penyedia dana dan ide bisnis untuk pembangunan desa
Pembuka pasar dari petani langsung ke industri dan mencipatakan kepercayaan
Dana Pembangunan desa
Badan yang menyuplai bahan baku setengah jadi ke industri Sentra pengiriman bahan baku
Dari hasil kerjasama kooperatif tersebut dapat menghasilkan suatu perubahan yang cukup signifikan yang diterima oleh desa dan para petani kumis kucing. Adapun manfaat atau hasil Sesudah dan sebelum dilakukannya pendekatan wirakoperasi pada komoditas kumis kucing dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel10Sesudah dan sebelum pendekatan wirakoperasi No Uraian Sebelum Sesudah 1 Harga per Kg basah Rp2 000 Rp8057 2 Sistem jual Langsung dan Melalui koperasi tengkulak 3 Pelatihan Belum intensif Intensif 4 Pengawasan Tidak ada Ada 5 Dana pengembangan desa Tidak ada Ada (mandiri) Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dibutuhkan oleh petani adalah harga yang layak sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. Harga kumis kucing segar berkisar dua ribu rupiah sebelum dilakukan pendekatan wirakoperasi menjadi enam Rp8057 per kg segar. Selain itu petani juga mendapatkan pelatihan dan pengawasan budidaya yang lebih intensif dari sebelumnya. Manfaat dari pendekatan ini juga diterima oleh desa yaitu mendapat dana pembangunan desa yang bersumber secara mandiri dari hasil pengelolaan bisnis yang dijalankan oleh koperasi desa.
41
Rencana Keuangan
Rencana Investasi Asumsi dasar pada pada rencana investasi adalah semua komponen biaya adalah membeli dan membangun tidak sewa, sehingga asset perusahaan dimiliki oleh koperasi, pada komponen bangunan dan infrastuktur sudar termasuk pembelian tanah dan pendirian bangunan, biaya sertifikasi mencakup ISO 22000,HACCP,MUI,BPPOM, dan surat-surat pendirian bangunan dan usaha seperti SIUP dan IMB serta kriteria investasi akan dibuat dalam proyeksi lima tahun.Dana investasi awal yang dikeluarkan adalah sebesar Rp1 998 960 000. Barang investasi awal berupa mesin-mesin produksi seperti mesin pengering, mesin penggiling, mesin pengemas, alat &furniture kantor (meja, kursi, papan tulis, printer), alat produksi (keranjang, tampah, baskom, selang, pompa steam), biaya pengadaan petani,dan Sertifikasi. Berikut Tabel rincian biaya investasi awal: Tabel11Biaya rencana investasi No. 1 2 3 4 5 6
Komponen Biaya
Satuan
Alat Produksi unit Alat dan Furnitur Perkantoran Set Bangunan dan infrasturktur unit Kendaraan (mobil pick up) unit Biaya promosi (pengadaan petani) Biaya sertifikasi Total Investasi
Jumlah
1
Biaya (Rp 000) Harga Persatuan Jumlah Biaya 369 600 33 360 1 456 000 105 000 105 000 5 000 5 000 30 000 30 000 1 998 960
Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Penyusutan tersebut dipengaruhi oleh umur teknis dari setiap barang investasi. Mesin-mesin yang digunakan untuk produksi memiliki umur ekonomis yang berbeda-beda, mesin pengering dan mesin penggiling memiliki umur ekonomis sepuluh tahun, sedangkan mesin kemas vakum dan furniture kantor memiliki umur ekonomis lima tahun. Setelah umur teknis suatu barang telah habis maka harus dilakukan reinvestasi dengan biaya yang dikeluarkan pada tahun setelah pemakaian berakhir. Untuk menghitung penyusutan tersebut digunakan metode garis lurus. Metode garis lurus dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi dengan umur teknis, nilai sisa ditentukan dengan proporsi lima persen dari nilai awal pembelian barang. Setiap nilai aset dari suatu barang akan memiliki nilai yang berbeda karena ditentukan dari tiga faktor yang masuk kedalam unsur perhitungan nilai penyusutan tersebut yakni nilai awal, nilai sisa dan umur teknis. Nilai sisa merupakan salah satu komponen dari perhitungan laba rugi dan nilai sisa merupakan salah satu komponen penerimaan kegiatan proyek. Total nilai penyusutan dari barang-barang modal dalam usaha pengolahan daun kumis kucingini adalah Rp92310000 per tahun. Rincian perhitungan nilai peyusutan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
42
Tabel12 Rincian biaya penyusutan investasi No 1
2
3
4
Komponen Biaya Alat Produksi a. Mesin pengering b. Mesin pengemas vakum c. Mesin penggilingan d. Pompa steam e. Timbangan duduk digital f. Timbangan mekanik gantung g. Selang dan regulator h. Tampah i. Baskom j. Tempat sampah k. Sepatu boots l. Sarung tangan kain m. Mesin pendeteksi logam n. Kipas blower Alat dan Furnitur Perkantoran a. Meja komputer b. Kursi kantor c. Sofa kantor d. Papan tulis (90x120 cm) e. Komputer PC f. Printer (Print, Scan, Copy) g. Lemari besi arsip h. Laci besi arsip (4 laci) i. Faximile j. Telepon k. Lampu l. Air conditioner m. Kursi tamu Bangunan dan infrasturktur a. Rak besi pengeringan b. Kanopi c. Bangunan Kendaraan (mobil pick up)
Jumlah Fisik
Umur Ekonomis (tahun)
Jumlah Biaya
Nilai Sisa tahun ke 5 (Rp 000)
Biaya Penyusutan (Rp 000)
5
10
225000
112500
11250
1
5
34000
0
6800
1 1
10 5
14500 1800
7250 0
725 360
1
5
2000
0
400
1
10
5000
2500
250
5 100 20 1 8
5 1 5 5 5
1000 2500 700 1500 560
0 0 0 0 0
200 2500 140 300 112
8
1
240
0
240
1 2
10 5
74800 2600
37400 0
3740 520
0 1 1 1
0 10 10 10
0 1200 1000 8300
0 600 500 4150
0 60 50 415
1 1
5 5
300 6000
0 0
60 1200
1
5
1400
0
280
1
10
2800
1400
140
2 1 1 10 1 5
10 5 10 10 10 5
4000 1800 310 1000 4000 1250
2000 0 155 500 2000 0
200 360 15 50 200 250
1
0
0
0
0
1 1 1
10 5 20
5000 10000 1440000
2500 0 360000
250 2000 54000
1 Total
10
105000
52500 585955
5250 92317
Biaya Operasional per Bulan per Produksi Biaya operasional sebuah bisnis dibagi menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah tergantung jumlah produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tetap tidak berubah berapapun produksi yang dihasilkan. Untuk biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja, sewa host, biaya utility, biaya pemasaran, biaya administrasi perkantoran, jasa
43
profesional, transportasi, biaya keamanan dan kebersihan, dan biaya jaminan mutu. pada komponen biaya tenaga kerja, pegawai merupakan pekerja tetap yang terdiri dari manajer usaha, staf keuangan, staf administrasi, production supervisor, dan staf ahli mesin. Pada komponen biaya utility, biaya terdiri dari listrik, air bersih, telepon dan internet. Komponen biaya pemasaran terdiri dari biaya FOB , karantina pelabuhan, dan biaya lain-lain. Komponen biaya jamina mutu terdiri dari uji SNI, biaya penyimpanan, biaya pelatihan pegawai, biaya jaminan pengiriman, serta biya perawatan dan pemeliharaan. Rincian biaya tetapTabel13 berikut ini : Tabel13 Biaya tetap No
Komponen Biaya
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tenaga kerja Online (sewa host) Biaya utility Biaya pemasaran Administrasi perkantoran Jasa profesional Transportasi (sewa angkutan) Biaya keamanan dan kebersihan Biaya jaminan mutu Total
Jumlah
Jumlah Biaya (Rp 000) Satuan Per Bulan Per Tahun
0
unit
0 900 0
1
14 200 8 6 800 2 533 265 1 000 900 100 9 000 34 806
170 400 100 81 600 30 396 3 180 12 000 10 800 1 200 108 000 417 676
Biaya tetap untuk melakukan produksi setiap bulannya yaitu Rp34806 000 sedangkan untuk setiap tahunnya berjumlah Rp417676 000. Biaya variabel terdiri dari biaya supir dan kuli angkut, biaya pengemasan, biaya gas, biaya transportasi, biaya solar mesin, biaya tenaga kerja produksi danbiaya rupa-rupa. Untuk biaya variabel produksi setiap bulannya berjumlah Rp22442000 dan untuk biaya pertahunnya berjumlah Rp269 304 000. Rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini : Tabel14Biaya variabel Jumlah Biaya Variabel
Satu an
1
Biaya tenaga supir dan kuli angkut
oran g
2
Biaya pengemasan
No
3
Biaya gas
4
Biaya transportasi (@Rp 200 000/hari)
5
Biaya solar mesin
6
Biaya rupa-rupa
7
Tenaga kerja produksi Total Biaya Variabel
tabu ng
Bulan Tahun Pertama
Bulan Tahun Selanjut nya
2
2
25
15
oran g
Biaya (Rp 000)
8
25
15
8
Bulan Tahun Pertama
Bulan Tahun Selanjut nya
Tahun Pertama
Tahun Selanjut nya
2 000
2000
24 000
24 000
1 692
1 880
20 304
22 560
130
3 250
3 250
39 000
39 000
200
4 000
4 000
48 000
48000
11
3 300
3 300
39 600
39 600
200
200
2 400
2 400
8000
8000
96000
96000
22442
22630
269304
271560
Per Satuan
50
50
44
Modal Awal Modal awal yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha pengolahan Kumis kucing terdiri dari biaya investasi awal tahun ke nol, biaya tetap dan biaya variabel tahun pertama. Modal awal yang diperlukan untuk menjalankan bisnis pengolahan daun Kumis kucing ini sebesar Rp2 684 940 Tabel15 Modal awal usaha tahun pertama Uraian Jumlah (Rp 000) Biaya Investasi 1 998 960 Biaya Tetap 417 676 Biaya Variabel 268304 Total 2 684 940
Penjualan Asumsi dasar penjualan yaitu penjualan dilakukan selama proyeksi lima tahun yang terdiri dari tahun pertama dan tahun kedua dan seterusnya. Pada awalnya penjualan bubuk kumis kucing hanya mencapai 1 800 kg per bulan atau 1.8 ton per bulan dari target penjualan dua ribu ton per bulan atau dua ton per bulan dengan harga kumis kucing bubu sebesar Rp161 428 per kg atau 14.16 USD (ITC 2013). Hal ini disebabkan oleh banyaknya input yang tidak terpilih hasil sortasi awal yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga penjualan awal tahun hanya berkisar Rp289 800 000 per bulan atau Rp3 477 600 000 per tahun. Pada tahun kedua dan berikutnya penjualan per bulan telah mencapai target sehingga pendapatan perbulan berkisar Rp322 600 000 atau Rp3 864 000 000 per tahunnya. Rincian dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel16 penjualan
No. 1
Jenis Product Bubuk kumis kucing
Harga Jual per kg (Rp 000)
Pendapatan (Rp 000) Jumlah per bulan (kg)
Perbulan
Pertahun
161
2 000
322 600
3 864 000
161
1 800
289 800
3 477 600
Proyeksi Kriteria Investasi Hasil yang diperoleh dari kriteria investasi pada usaha pengolahan daun kumis kucing yaitu modal yang dikeluarkan untuk usaha akan kembali dalam jangka waktu 0.67 tahun atau sekitar delapan bulan. Pada proyeksi cash flow diperoleh NPV sebesar Rp3 082552 000, nilai Net B/C sebesar 2.54 yang memiliki arti bahwa setiap Rp1 yang dikeluarkan akan mendapatkan manfaat
45
bersih sebesar Rp2.54, nilai IRR sebesar 76.99 persenyang memiliki arti bahwa tingkat pengembalian terhadapt investasi adalah sebesar 76.99 persen. Tabel rincian arus kas dapat dilihat pada. Tabel rincian arus kas dapat dilihat pada Lampiran13. Proyeksi Kriteria Laba Rugi Proyeksi laporan keuangan usaha pengolahan daun Kumis kucing ini dibuat dalam bentuk laporan arus kas dan laporan laba rugi. Pada proyeksi laba rugi, usaha ini mendapatkan keuntungan di tahun pertama yaitu sebesar Rp2 287061 000. Pada tahun kedua dan seterusnya, keuntungan yang diperoleh adalah sebesarRp2 673 461 000. Keuntungan tersebut kemudian dilakukan pembagian dengan persentase 89 persen(Rp2 035 484 000) pada tahun pertama dan 80 persen (Rp2 138 769 000) tahun berikutnya untuk petani dan 5 persen (Rp114 353 000) pada tahun pertama dan 10 persen (Rp267 346 000) pada tahun berikutnya untuk Koperasi. Ratio bagi hasil untuk wirakoperasi tahun pertama sebesar 3 persen (Rp68 612 000) dan tahun berikutnya sebesar 3persen (Rp80 204 000). Pembagian hasil untuk pembangunan desa tahun pertama sebesar 2 persen (Rp45 741 000) dan tahun berikutnya sebesar 2 persen (Rp53 469 000). Pembagian hasil untuk investor sebesar 1 persen (Rp22 871) pada pertama dan 5 persen (Rp133 673) pada tahun berikutnya. Tabel rincian laba rugi dapat dilihat pada Lampiran14 Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa komoditas kumis kucing merupakan tanaman biofarmaka yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dengan memadukan potensi yang dimiliki oleh wirakoperasi dan kemampuan yang ada pada petani maka tercipta suatu kekuatan yang dapat mengatasi permasalahan pelik petani dan wirakoperasi sebagai seorang entrepreneur. Dengan melakukan pendekatan cooperative entrepreneur manfaat dihasilkan tidak hanya peningkatan penerimaan petani dua ribu rupiah per kilogram segar menjadi sekitar delapan ribu per kilogram segar, akan tetapi semua kompenen yang turut serta didalamnya mendapatkan manfaat. Secara finansial seorang petani mendapatkan keuntungan dari bisnis berbasis cooperative entrepreneur, desa juga mendapat bagi hasil dari unit usaha ini setiap tahunnya, serta koperasi sebagai lembaga resmi unit usaha mendapatkan keuntung finansial bersih yang baik yaitu sebesar Rp114 353 000 pada tahun pertama dan Rp267 346 000 pada tahun berikutnya yang dapt digunakan sebagai modal sendiri dalam pengembangan koperasi kedepannya.
46
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 1. Dengan menggunakan pendekatan cooperatif entrepreneur terbukti bahwa tanaman biofarmaka kumis kucing memiliki potensi yang tinggi, diantaranya yaitu memiliki nilai ekonomis yang baik di pasar internasional. Pasar internasional yang memerlukan tanaman kumis kucing sebagai bahan baku adalah Negara Perancis. Negara ini membutuhkan pasokan sebesar 14 ton perbulan dengan harga yang tinggi mencapai Rp161 428 000 per kg bubuk. Berkaitan dengan hal tersebut dapat menyadarkan petani bahwa kumis kucing memiliki pasar yang luas harga yang lebih baik dibandingkan harga di pasar dalam negeri. 2. Bisnis pengolahan daun kumis kucing ini merupakan bisnis yang prospektif. Dengan melakukan pengolahan dari daun kumis kucing dan memberikan nilai tambah pada produknya, manfaat dari bisnis ini dapat dirasakan semua pihak yang terkait baik itu petani, desa serta wirakoperasi itu sendiri. Hal ini terbukti dari tingkat pengembaian yang sangat cepat yaitu0.67 tahun atau sekitar 8 bulandan manfaat yang diterima pada tahun pertama sebesar Rp2 287 061 000 . Penerimaan petani pun meningkat dari dua ribu rupiah per kg segar menjadi Rp8 057 per kg segar.
Saran 1. 2.
Dibutuhkan data sekunder penelitian untuk analisis potensi tanaman kumis kucing baik skala nasional maupun provinsi Sebaiknya proyeksi pembuatan bisnis pengolahan daun kumis kucing dalam hal pembuatan pabrik dan oprasional lebih matang dan sesuai dengan ISO:22000
47
DAFTAR PUSTAKA
Anindhita, M. A., 2007, Efek Antiinflamasi Infusa Herba Kumis kucing (Orthosiphon spicatus B.B.S) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Baga L. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Kajian Terhadap Pengembangan Agribisnis Persusuan di Indonesia. Makalah pada Seminar Dwibulanan ISTECS Eropa di Pusat Studi Asia Tenggara di Universitas Frankfurt. Jerman. [DEPTAN] Deperatemen Pertanian, 2011, budidaya Kumis kucing, [internet] http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-kumis-kucing-1617 [diakses pada 27 oktober 2013] Fajrian, H. 2013. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertania Bogor. [ITC] International Trade Center. 2013. Market News Service Report: Natural Ingredients & Finish Product [buletin]. [diacu pada 2014 Maret 27]. Tersedia pada : http://www.intracen.org [KEMENDAG] Kementerian Perdagangan. 2013. Panduan Menjadi Eksportir. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Munandar, D. 2012. Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home Care di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Majalah Ilmiah UNIKOM[Internet]. [Diunduh 2013 Oktober 28]. Tersedia pada: http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/v06-n02/vol-6-artikel-12.pdf/pdf/vol-6artikel-12.pdf.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi, A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Pratiwi ,P., Surezy ,M., Cahyono ,B. 2010. Total Flenot dan Flanoid dari Ekstrak dan Fraksi Daun Kumis Kucing (Othorsphon stamineus) Jawa Tengah Serta Aktivitas Antioksidannya. Semarang Pribadi , Ekwasita Rini , 2009, Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian dan Pengembangannya, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Riyanto, Selamet. 2009. Agrinia – Inspirasi Agribisnis Indonesia [Internet] [Diunduh pada 2014 maret 26]. Tersedia pada : http://www.agrinaonline.com/show_article.php?rid=10&aid=1956 Sudarsono, Pudjoarinto,A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, A.L., Purnomo, Dradjad, M.,Wibowo, S., Ngatijan, 1996, Tumbuhan Obat, PPTO UGM, Yogyakarta. Sundawati L, Purnaningsih N, Purwakusumah ED. 2011. Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran Terpadu Biofarmaka dalam Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat [Internet]. [Diunduh pada 2014 Februari 6]. Tersedia pada: http://biofarmaka.ipb.ac.id/phocadownloadpap/2012/2012%20-
48
%20Full%20Paper%20National%20Seminar%20of%20Expose%20of%20R esearch%20Incentive%20Result%20LS.pdf. Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. .
LAMPIRAN Lampiran1 Asumsi komponen biaya investasi
1 2 3 4 5 6 7
Asumsi Mesin pengeringan kapasitas 230 kg terdiri dari 40 rak/tray, tipe cabinet dengan blower bertenaga utama listrik dan sumber panas LPG, lama pengeringan 8 jam Kapasitas mesin penggilingan 300kg/jam, dengan tenaga utama solar Kapasitas 150kg/jam, dengan tenaga utama bensin Pembelian tabung gas LPG ukuran 12 kilogram Kapasitas mobil pick up 2 ton Kapasitas timbangan digital 15 Kg Kapasitas timbangan mekanik gantung 500 Kg
Lampiran2 Asumsi komponen biaya tetap
1
2 3 4
Asumsi Tarif listrik prabayar untuk pemakaian diatas 3 500 VA dikenakan biaya Rp 1 145/Kwh. Kebutuhan listrik mesin blower pengering: 300 watt x 7 unit x 8 jam x 18 hari kerja = 302.4 Kwh Kebutuhan listrik mesin pengemas: 400 watt x 1 unit x 10 jam x 17 hari kerja = 68 Kwh Kebutuhan listrik lampu: 50 watt x 4 buah x 10 jam x 20 hari kerja = 40 Kwh Kebutuhan listrik kipas blower: 140 watt x 2 unit x 20 hari kerja = 96 Kwh Biaya pemasaran ekspor ke negara tujuan dengan asumsi produksi 1.7 ton/bulan. Kapasitas 25 ton per kontainer dengan harga Rp 12.600.000 Bangunan terdiri dari ruang produksi, gudang penyimpanan, dan ruang kantor dengan luas bangunan 3.000 m2
50
Lampiran3 Asumsi komponen biaya variabel No 1
2
3
4 5 6 7
Asumsi biaya variabel Kebutuhan tenaga kerja untuk mengambil dan mengangkut bahan baku dari petani ke tempat produksi Biaya kemasan primer (plastik vakum) kapasitas 10 Kg dgn harga Rp 4 000/lembar [sumber: kaskus] Biaya kemasan sekunder (kardus) kapasitas 50 Kg dgn harga Rp 15 000/lembar [sumber: toko] Mesin perajang 5,5 pk membutuhkan 0,68 l/jam, diasumsikan penggunaan 2 mesin per hari 10 jam selama 20 hari adalah 272 liter (harga solar per liter Rp 6500) Mesin penggiling 12 pk membutukan 1,5l/jam, diasumsikan penggunaan 1 mesin per hari 10 jam selama 20 hari adalah 300 liter (harga solar per liter Rp 6500) Asumsi tiap mesin pengering membutuhkan 3kg gas/hari, sehingga kebutuhkan tiap mesin per bulan adalah 5 tabung ukuran 12kg Biaya meliputi: bensin, tol, pak ogah, pungli, parkir (200rbx20hr) Biaya cadangan yang digunaka jika terdapat kekurangan biaya variabel tiap bulan Tenaga kerja langsung untuk melakukan proses produksi selama dua hari yang terdiri dari pencucian, perajangan, pengeringan, penggilingan, dan pengemasan per volume produksi
51
Lampiran4 Rincian biaya investasi (alat produksi) Komponen Biaya
Satuan
Alat Produksi a. Mesin pengering b. Mesin pengemas vakum c. Mesin penggilingan d. Pompa steam e. Timbangan duduk digital f. Timbangan mekanik gantung g. Tabung gas h. Selang dan regulator i. Tampah j. Baskom k. Tempat sampah l. Sepatu boots m. Sarung tangan kain n. Mesin pendeteksi logam o. Kipas bower p. Keranjang cuci
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit unit
Jumlah
Biaya (Rp 000) Harga Persatuan Jumlah Biaya
5 1 1 1 1 1 5 5 100 20 1 8 8 1 2 30
45 000 34 000 14 500 1 800 2 000 5 000 500 200 25 35 1 500 70 30 74 800 1300 30
Total
225 000 34 000 14 500 1 800 2 000 5 000 2 500 1 000 2 500 700 1 500 560 240 74 800 2 600 900 369 600
Lampiran5 Rincian biaya investasi (alat dan furnitur perkantoran)
Komponen Biaya
Satuan
Jumlah
Biaya (Rp 000) Harga Jumlah Biaya Persatuan
Alat dan Furnitur Perkantoran a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.
Meja Komputer Kursi Kantor Sofa kantor Papan tulis (90x120 cm) Komputer PC Printer (Print, Scan, Copy) Lemari besi arsip Laci besi arsip (4 laci) Faximile Telepon Lampu Air Conditioner Kursi Tamu
Unit Unit Set Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Total
1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 10 1 5
1 200 1 000 8 300 300 6 000 1 400 2 800 2 000 1 800 310 100 4000 250
1200 1 000 8 300 300 6 000 1 400 2 800 4 000 1 800 310 1 000 4 000 1 250 33 360
52
Lampiran6 Rincian biaya investasi (bangunan dan infrastruktur) Komponen Biaya
Biaya (Rp 000) Harga Persatuan Jumlah Biaya
Satuan Jumlah
Bangunan dan Infrastruktur a. Layout manufaktur b. Rak Besi Pengeringan c. Kanopi d. Bangunan produksi
1 1 1
set set
1.000 5.000 10.000 1.440.000
Total
1.000 5.000 10000 1.440.000 1.456.000
Lampiran7 Rincian biaya tetap (tenaga kerja tetap) Komponen Biaya
Jumlah Biaya (Rp 000) Satuan Per Bulan Per Tahun
Satuan
Jumlah
orang orang orang orang
1 1 1 1
3 100 2 700 2 700 2 850
3 100 2 700 2 700 2 850
37 200 32 400 32 400 34 200
orang
1
2 850
2 850
34 200
14 200
14 200
170400
Tenaga Kerja Tetap: a. Manager usaha b. Staf Keuangan c. Staf Administrasi d. Supervisor Produksi e. Staf Ahli (operator mesin metal detector) Total
Lampiran8 Rincian biaya tetap (biaya utility) Komponen Biaya biaya Utility : a. biaya listrik b. biaya air bersih c. Biaya telepon d. Biaya internet
Satuan
Jumlah
1 1 total
Jumlah Biaya (Rp 000) Satuan Per Bulan Per Tahun
500 500
5000 800 500 500 6 800
60 000 9 600 6 000 6 000 81 600
53
Lampiran9 Rincian biaya tetap (administrasi perkantoran)
Komponen Biaya
Satuan
administrasi perkantoran a. Kertas b. Tinta printer (infus) c. Alat tulis
Jumlah
rim unit set
Jumlah Biaya (Rp 000) Per Satuan Per Bulan Tahun
3 2 1
30 37.5
90 75 100 265
Total
1 080 900 1 200 3 180
Lampiran 10 Rincian biaya tetap (pemasaran) Komponen Biaya
Satuan
biaya pemasaran a. FOB b. Biaya karantina c. Biaya lain-lain
Jumlah
9 1
Jumlah Biaya (Rp 000) Satuan Per Bulan Per Tahun 1 050 96 -
total
1 050 864 619 2 533
12 600 10 368 7 428 30 396
Lampiran 11 Rincian biaya tetap (biaya jaminan mutu) Komponen Biaya a. b. c. d. e. f.
Satuan
Biaya jaminan mutu Uji SNI Biaya penyimpanan Biaya pelatihan pegawai Biaya jaminan pengiriman Biaya pemeliharaan dan perawatan
Jumlah
20
Total
Jumlah Biaya (Rp 000) Satuan Per Bulan Per Tahun
100 0
500 2 000 5 000 1 000
6 000 24 000 60 000 12 000
500
6 000
9 000
108 000
54
Lampiran12 Rincian biaya variabel (biaya pengemasan) Jumlah Komponen Biaya
Biaya pengemasan a. Kemasan primer (plastik 10 Kg) b. Kemasan sekunder (kardus 50 Kg) c. Label
Biaya (Rp 000)
Satuan
Bulan Tahun Pertama
Bulan Tahun Selanjutnya
Per Satuan
Bulan Tahun Pertama
Bulan Tahun Selanjutnya
Tahun Pertama
Tahun Selanjutnya
lembar
180
200
4
720
800
8 640
9 600
lembar
36
40
15
540
600
6 480
7 200
lembar
216
240
2
432
480
5 184
5 760
1 692
1.880
20 304
22 560
Total
Lampiran13 Laporan arus kas No I
II
III
Uraian Komponen Inflow 1. Penjualan 3. Investor 4. Nilai sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya investasi Total Biaya Investasi 2. Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya Operasional 3. Cicilan pinjaman Total Biaya Non Operasionall 4. Bagi Hasil Petani (89%, 80%) Wirakoperasi (3%) Desa (2%) Investor (1%, 5%) Total Bagi Hasill 5. pajak (1%) Total Outflow Saldo usaha Koperasi
Tahun 0
1
2
3
4
5
3864000
3864000
3864000
3864000
0 0
3477600 2056208 0 5533808
0 3864000
0 3864000
0 3864000
585955 4449955
1998960 1998960
2740 2740
2740 2740
2740 2740
2740 2740
67650 67650
417676 269304 686980 411242
417676 271560 689236 411242
417676 271560 689236 411242
417676 271560 689236 411242
417676 271560 689236 411242
411242
411242
411242
411242
411242
2035484 68612 45741 22871 2172708 34776 3308445 2636605
2138769 80204 53469 133673 2406115 38640 3547972 727269
2138769 80204 53469 133673 2406115 38640 3547972 727269
2138769 80204 53469 133673 2406115 38640 3547972 727269
2138769 80204 53469 133673 2406115 38640 3612882 1248314
0
1998960 (1998960)
56
No
Uraian Komponen Arus kas non operasional Akumulasi Saldo
IV V VI VII VII I IX X
Discount Factor 7.5% PV Net Benefit PV Benefit untuk Gross B/C PV Biaya untuk Gross B/C PV (+) PV (-) NPV Gross B/C Net B/C IRR Payback Period Break Even Point (Unit) Break Even Point (Rp)
Tahun 0 (1998960)
1 (411242) 226403
2 (411242) 542430
3 (411242) 858458
4 (411242) 1174486
5 (411242) 2011558
1 (1998960) 0 1998960 5081512 (1998960) 3 082 552 1.09 2.54 76.99%
0.930 2452655 5147729 3077624
0.865 629330 3343645 3070176
0.805 585423 3110368 2855978
0.749 544580 2893365 2656724
0.697 869524 3099655 2516584
2789 448967
2789 448967
2789 448967
2789 448967
2789 448967
0.67 2814 453054
57
Lampiran14Laporan Laba rugi No I
III
III IV
V VI VII
Uraian Komponen Penerimaan 1. Penjualan Total Inflow Outflow 2. Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya Variabel 3. Biaya Penyusutan Total Biaya Operasional Biaya Non Operasional Laba Sebelum Bagi Hasil Bagi Hasil Petani (89%,80%) Wirakoperasi (3%) Desa (2%) Koperasi (5%, 10%) Investor (1%, 5%) saldo usaha koperasi Pajak Penghasilan (1%) PPn (0%) Laba bersih (EAT)
1
2
3477600 3477600
3864000 3864000
417676 269304 92317 779298 411242 2287061 2035484 68612 45741 114353 22871 114353 34776 0 79577
Tahun 3
4
5
3864000 3864000
3864000 3864000
3864000 3864000
417676 271560 92317 779298 411242 2673461
417676 271560 92317 779298 411242 2673461
417676 271560 92317 779298 411242 2673461
417676 271560 92317 779298 411242 2673461
2138769 80204 53469 267346 133673 267346 38640 0 228706
2138769 80204 53469 267346 133673 267346 38640 0 228706
2138769 80204 53469 267346 133673 267346 38640 0 228706
2138769 80204 53469 267346 133673 267346 38640 0 228706
58
Lampiran 15 Laporan arus kas per bulan pada tahun pertama Bulan No
Uraian Komponen 0
I
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
Inflow 1. Penjualan
0
3. Investor
II
2
289 800 2 056 208
4. Nilai sisa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total Inflow
0
2 346 008
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
289 800
1. Biaya Investasi
1 998 960
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2 740
Total Biaya Investasi
1 998 960
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2 740
Biaya Tetap
0
34 806
34 806
34 806
34 806
34 806
34 806
34 806
34 806
34 806
34 806
34 806
34 806
Biaya Variabel
0
22 442
22 442
22 442
22 442
22 442
22 442
22 442
22 442
22 442
22 442
22 442
22 442
Total Biaya Operasional
0
57 248
57 248
57 248
57 248
57 248
57 248
57 248
57 248
57 248
57 248
57 248
57 248
3. Cicilan Pinjaman
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
Total Biaya Non Operasional
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
34 270
Outflow
2. Biaya Operasional
4. Bagi Hasil Petani
0
169 624
169 624
169 624
169 624
169 624
169 624
169 624
169 624
169 624
169 624
169 624
169 624
Wirakoperasi
0
5 718
5 718
5 718
5 718
5 718
5 718
5 718
5 718
5 718
5 718
5 718
5 718
Desa
0
3 812
3 812
3 812
3 812
3 812
3 812
3 812
3 812
3 812
3 812
3 812
3 812
Investor
0
1 906
1 906
1 906
1 906
1 906
1 906
1 906
1 906
1 906
1 906
1 906
1 906
0
181 059
181 059
181 059
181 059
181 059
181 059
181 059
181 059
181 059
181 059
181 059
181 059
2 898
2 898
2 898
2 898
2 898
2 898
2 898
2 898
2 898
2 898
2 898
2 898
Total Bagi Hasil 5. pajak 1% Total Outflow III
Saldo usaha Koperasi Arus kas non operasional
1 998 960
275 475
275 475
275 475
275 475
275 475
275 475
275 475
275 475
275 475
275 475
275 475
278 215
(1 998 960)
2 104 803
48 595
48 595
48 595
48 595
48 595
48 595
48 595
48 595
48 595
48 595
45 855
(1998960)
(34270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
(34 270)
59
Bulan No
Uraian Komponen 0 Akumulasi Saldo
1 71573
2 85 897
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
100222
114547
128871
143196
157520
171845
186169
200494
214818
226403
60
Lampiran 16 Laporan laba rugi per bulan tahun pertama
No
Uraian Komponen
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1. penjualan
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
Total Penerimaan
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
289800
Biaya Variabel
22442
22442
22442
22442
22442
22442
22442
22442
22442
22442
22442
22442
Biaya Tetap
34806
34806
34806
34806
34806
34806
34806
34806
34806
34806
34806
34806
7693
7693
7693
7693
7693
7693
7693
7693
7693
7693
7693
7693
Total Biaya Operasional
64941
64941
64941
64941
64941
64941
64941
64941
64941
64941
64941
64941
Biaya Non Operasional
34270
34270
34270
34270
34270
34270
34270
34270
34270
34270
34270
34270
III
Laba sebelum bagi hasil
190588
190588
190588
190588
190588
190588
190588
190588
190588
190588
190588
190588
IV
Bagi hasil 169624
169624
169624
169624
169624
169624
169624
169624
169624
169624
169624
169624
Wirakoperasi
5718
5718
5718
5718
5718
5718
5718
5718
5718
5718
5718
5718
Desa
3812
3812
3812
3812
3812
3812
3812
3812
3812
3812
3812
3812
Koperasi
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
Investor
1906
1906
1906
1906
1906
1906
1906
1906
1906
1906
1906
1906
I
II
Penerimaan
Biaya Operasional 2. Biaya Operasional
3. Biaya Penyusutan
Petani
V
saldo usaha koperasi
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
9529
VI
Pajak 1%
2898
2898
2898
2898
2898
2898
2898
2898
2898
2898
2898
2898
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6631
6631
6631
6631
6631
6631
6631
6631
6631
6631
6631
6631
pajak 0% (PPn) VII
Laba Bersih (EAT)
Lampiran17 Laporan penerimaan bagi hasil petani tahun pertama Uraian bagi hasil jumlah bahan baku (kg) harga bahan baku per kg
tahun berikutnya Rp (000) 2 035 484 21 053 8
Uraian bagi hasil jumlah bahan baku (kg) harga bahan baku per kg
Rp (000) 2 138 769 21 053 8.4
62
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magelang pada 21Agustus 1992. Penulis adalah putra dari Soetrisno dan Sita Wardani, dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara dengan adik bernama Yanuar Rizki Trisna Ningrum. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1999 di SD YSPP Pusri 1 Palembang hingga tahun 2005. Pada tahun 2005 hingga tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 11 Palembang. Tahun 2007 hingga tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3Kayu Agung. Pada tahun 2010 hingga sekarang penulis melanjutkan studi sebagai mahasiswa di Program Sarjana Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur PMDK (Penerimaan Berdasarkan Minat dan Kemampuan).. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis berpartisipasi dalam kegiatan intra kampus sebagai pengurus dari Himpunan pPofesi Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) dan menjabat sebagai ketua Departemen Seni dan Budaya Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Sumatera Selatan.