Daftar isi 363
ISSN 0216 - 3128
Zainul Kamal, dkk.
IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN KADAR KALSIUM TERLARUT DALAM FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT DALAN DAUN KUMIS KUCING (Orthoshiphon Aristatus) DENGAN SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM Zainul Kamal, M. Yazid Puslitbang Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta
Suparmi dan Sumarmi Farmasi MIPA UII, Yogyakarta.
ABSTRAK IDENTIFIKASI
DAN PENENTUAN
KADAR KALSIUM
TERLARUT
DALAM
FRAKSI AIR DAN ETIL
ASETAT DALAN DAUN KUMIS KUCING (Orthoshiphon Aristatus) DENGAN SPEKTROMETRI SERAPAN A TOM. Penelitian ini dilakkan untuk mengetahui daya larut fraksi air dan fraksi etil asetat daun kumis kucing terhadap batu ginjal berkalsium secara in vitro. Dalam penelitian ini ekstraksi daun kumis kucing dilakukan dengan menggunakan cairall penyari 70%, selanjutnya hasil ekstraksi tersebut difraksinasi dengan air dan etil asetat, diuji secara kualitatif dengna Kromatografi Lapisan Tipis. Kemudian dari masing-masing fraksi tersebut dibuat variasi konsentrasi yaitu 10%. 25%. 45%. 75% dan 100% Dari konsentrasi tersebut diambil 10 ml yang dipergunakan untuk merendam batu ginjal kalsium (sebagi sumber kalsium) sebanyak 300 mg pada suhu 3~C selama 5 jam sambil di gojog. Dari masing-masing hasil perendaman diambil 0.5 ml kemudian dianalisis dengan spektrofotometri serapan atom. Hasil yang diperoleh menunjukkall banyak kemampuan fraksi air untuk melarutkan batu ginjal kalsium lebih besar dibandingfraksi etil asetat dan secara kualitatiffilavonoid terdapat di dalamfraksi etil asetat.
ABSTRACT THE INDENTIFICATION AND DETERMINATION OF CALCIUM SOBULITY IN WATER AND ETHYL ACETAT OF KUMIS KUCING LEA VES (Ordthoshiphon Aristatus) USING ATOMIC ABSORBTION SPECTROMETR Y. The study to know solubility of water fraction and ethyl acetat fraction from Kumis Kucing to calsium kidney stone in vitro. The study was performed by soaking calcium kidney stone (/50 mg) in 10 ml ofKumis Kucingfractioll in series of concentration (IO%. 25%. 45%. 75% dan 100%). The mixture were shaken. incubated at 3~C for 4 hours on water bath and then filtered. Calcium solubility was determined by atomic absorption spectrophtometer. The qualitatively analysis was used by Thin layers chromatography. The result indicated that solubuluty of calcium in water fraction highest than ethyl asetat fraction andflavonoid only wasfound ill etil asetatfraction.
PENDAHULUAN
kesehatan. Oleh karena itu periu dikembangkan pengobatan untuk menanggulangi masalah ini.
tradisional Obat budaya bangsamerupakan yang
Pemilihan pengobatan terhadap batu ginjal umunmya didasarkan pada cara yang mudah, murah dan mempunyai efek samping yang kecil. Pengobatan terhadap penyakit batu ginjal yang sudah dikenal di masyarakat Indonesia dapat ditangani dengan cara operasi mengeluarkan batu, penghancuran batu dengan sinar radiasi, dan pemakaian obat-obatan baik obat tradisional maupun obat modem.
salah satu periu digaliwarisan dan dikembangkan lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kasus penyakit batu ginjal merupakan penyebab kedua tersering yang memicu penyakit gaga I ginjal. Upaya pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, penggunaan ultravibrasi dan obatobatan baik tradisional maupun modem. Kumis kucing (Orthoshipon Aristatus) merupakan tanaman yang yang belum banyak dimanfaatkan, terutama untuk melarutkan batu ginjal berkalsium. yang
Batu ginjal merupakan salah satu penyakit menjadi masalah utama dalam bidang
Prosiding
Pertemuan
Karena kecenderungan masyarakat untuk kembali kepada alam (back to nature), maka obat tradisional merupakan cara pengobatan yang banyak dipilih masyarakat. Selain mudah pelaksnaaannya, murah, efek samping kecil, bahan juga mudah didapat di lingkungan sekitamya.
dan Presentasilimiah Penelitlan Dasar IImu Pengetahuan P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
dan Teknologl
Nuklir
364
ISSN 0216 - 3128
Banyak tanaman yang ada di Indonesia yang sudah diketahui kandungan zat aktifnya, tetapi belum semua tanaman ini diteliti seberapa kemampuan kandungan zat aktifnya dalam hal mengobati penyakit. Seperti halnya tanaman Kumis Kucing yang berkhasiat sebagai peluruh batu ginjal,(l) namun sebarapa kemampuan dalam melarutkan batu ginjal belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap tumbuhan tersebut dalam hal kemampuan melarutkan batu ginjal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan pada dunia pengobatan. Cahyono A.T. (1990) telah meneliti bahwa pada kadar infus 0,5%, 7,5% dan 10%, kadar kalsium batu ginjal yang terlarut dalam infus daun kumis kucing lebih baik dari pada infus daun tempuyung. Berdasarkan penelitian terse but terlihat bahwa penelitian tentang penggunaan fraksi air dan etil asetat dari ekstrak daun kumis kucing untuk melarutkan batu ginjal belum dilakukan. Oleh karena itu penelitian tentang penggunaan fraksi air dan etil asetat dari daun kumis kucing sekaligus mengukur kemampuannya dalam hal melarutkan batu ginjal kalsium secara in vitro layak untuk dilakukan. Dengan mengetahui khasiat kandungan kimia daun kumis kucing sebagai sumber senyawa aktif yang berguna dalam pengobatan suatu penyakit, maka diharapkan akan memperluas pemanfaatannya sebagai obat tradisional. Selain itu juga dapat memberikan kegiatan ekonomi dalammasyarakat dengan memanfaatkan tanaman yang ada di lingkungan sekitarnya.
METODOLOGI PENELITIAN Balian yang digunakan Bahan yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah meliputi daun kumis kucing yang diserbuk, batu ginjal yang telah diserbuk, pelarut-pelarut untuk ekstraksi antara lain Petroleum eter p.a, etanol 70% p.a, aquadest, etil asetat. Kemudianbahan-bahan untk identifikasi (KL T) adalah fase diam berupa silika gel GF 254, fase gerak toluene, etil asetat, methanol.
Alat yang digunakan Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat untuk ekstraksi, seperangkat alat untuk identifikasi dan seperangkat alat untuk
Zainul Kamal, dkk.
pengatoman yaitu spektrofotometri (Hitachi plarized Zeeman 8000).
serapan atom
Cara Kerja Daun Kumis kucing dikeringkan dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam kemudian diserbuk dengan menggunakan blender yang selanjutnya diayak sampai diperoleh serbuk dengan derajat kehalusan (5/8).
Pembuatan dan analisis serbuk batu ginjal Batu ginjal digerus dalam mortir sampai halus, ditimbang 1-3 flg, ditambah 300 mg KBr, diaduk sampai halus dan homo gen. Campuran dibuat tablet dengan tekanan lebihkurang 10.000 Psi selama 10 menit, sehingga diperoleh tablet yang transparan dan siap dianalisis. Spektogram yang didapat dibandigkan dengan spektogram dari standart "Analyse des CaIculs par Spectrophotometrie Infraronge advantages et Limites de la Methode"
Penyarian serbuk daun kumis kucing Serbuk daun kumis kucing diambil sebanyak 30 gram di bungkus dengan kertas saring yang rapat lalu dimasukkan ke dalam Soxhlet. Selanjutnya diekstraksi menggunakan Petroleum eter dengan (tujuan untuk menghilangkan zat wama hijau daun) dengan volume sebanyak 300 ml pada suhu 40-60° C dimana volume tersebut dapat digunakan minimal dua kali sirkulasi. Kemudian residu yang diperoleh dikeringkan dalam inkubator pada suhu 37° C selama 2 jam. Residu yang telah dikeringkan kemudian diekstraksi dengan cara maserasi dengan etanol 70% sebanyak 600 rnl dengan menggunakan pengaduk magnit selama 2 jam yang selanjutnya direndam selama 24 jam. Setelah selesai perendaman, dilanjutkan dengan memisahkan antara fitrat dengan residu dengan jalan difiltrasi yang kemudian filtrat yang diperoleh diuapkan (evaporasi) dengna menggunakan Rotary evaporator dengan subu 40° C hingga diperoleh hasil akhir berupa ekstrak airY
Fraksinasi Ekstraksi cair yang diperoleh dengan cara ekstraksi dengan menggunakan Liquid-Liquid Extraction System (LLES) selama 6 jam dengan menggunakan pelarut Etil Asetat sebanyak 150 ml sehingga didapatkan dua fraksi yaitu fraksi air dan fraksi eti I aseta 1. (3,4)
Prosiding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelitlan Casar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Jull 2003
365
ISSN 0216 - 3128
Za;nul Kamal, dkk.
Identifikasi kandungan kumis kucing
aktif
ekstrak
daun
Rf
Filtrat dari masing-masing fraksi ditotolkan pada fase diam silika gel GF254 kemudian dielusi dengan fase gerak Toluen - Etil asetat - Methanol (85 : 10 : 5). Penampakan bercak dengan cara disemprot uap amonia dan silihat dari sinar UV.
C) C)
Penentuan
kalsium yang terlarut
Setelah batu ginjal direndam kemudian dianalisis dengan spektrofometri serapan atom, untuk mengetahui berapa banyak kalsium yang terlarut dalam fraksi air dan fraksi etil asetat. Untuk menentukan kalsium yang terlarut dalam fraksi dengan variasi kadar yang berbeda dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Y = bx + a. Rumus ini diperoleh dari persamaan kurva baku hasil analisis, yang akan digunakan untuk menghitung kadar pada masing-masing fraksi, baik fraksi air maupun fraksi etil asetat.
C) C)
9cm
Perendaman batu ginjal kalsium dengan larutan fraksi air dan fraksi etil asetat Variasi kadar dibuat dengan cara mengambil larutan dari masing-masing fraksi i sebanyak 1 mI, 2,5 mI, 4,5 mI, 7,5 mI dan 10 mI yang kemudian ditambahkan pelarut yang sesuai dengan masingmasing fraksi sampai 10 mI. Sedangkan untuk perendaman dilakukan dengan cara mengambil serbuk batu ginjal sebanyak 300 mg yang kemudian dilarutkan ke dalam larutan fraksi dengan varia bel kadar yang telah dibuat, selanjutnya direndam pada suhu 37°C dan dengan penggojogan selama 5 jam.
= 3/9 = 0,33
Bercak
Ber~
berwarna kuning
berwama redam eleu
dengan IIH3
lidal< jelas
Fraksi etil asetat
Gambar
9cm
Fraksi air
1. Kromatogram fraksi air dan fraksi etil asetat ekstrak daun kumis kucing.
Allalisis kualitatif batu gilljal Analisis Batu Ginjal dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri infra merah menghasilkan spektogram dengan puncak-pucak yang khas untuk masing-masing jenis batu ginjal (gambar 2). Spektogram dapat menunjukkan jenisjenis gugus fungsional penyusun cari batu ginjal. Hasil terse but kemudian dibandingkan dengan spektogram standart yang terdapat dalam Analyse des Calculs par Spectrophotometrie Infraronge advantages et Limites de la Methode. Setelah dibandingkan bentuk spektogramnya kemudian dianalisis gugus-gugus yang terdapat pada spektogram hasil identifikasi. Adapun hasil identifikasi kandungan batu ginjal tersebut adalah sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kromatografi Lapis Tipis Identifikasi kandungan flavonoid dengan kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa kandungan flavonoid terlihat dengan jelas pada fraksi etil asetat sedangkan pada fraksi air daun kumis kucing menunjukkan bercak panjang dengan warna tidak jelas atau redam setelah diuapi amonia. Hasil identifikasi dapat dilihat pada gambar 1. Pada fraksi etil asetat daun kumis kucing penampakan bercak hanya secara umum berdasarkan wama spesifik dari senyawa flavonoid pada lembeng silikagel dan setelah diuapi anomia nampak bercak wama kuning dilihat di bawah sinar UV visble. Hal ini kemungkinan disebabkan karena senyawa flavonoidnya sangat kecil pad a fraksi air sehingga bercaknya tidak nampak. Prosiding
Pertemuan
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
1 em-'
Gambar 2. Spektrogram standar batu ginjal
%T
3500
])00
2500
2000
1500
1000
500
Gambar 3. Spektrum batu gifljal kode A
dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juri 2003
dan Teknologi
Nuklir
1I em"
asi Vibrasi Tipe
si ipe Vibrasi Ulur (sim)
ISSN 0216 - 3128
366
Tabell.
oksalat (COOh 2H20) (COO)2 H2O)
Zainul Kamal, dkk.
Interpretasi Spektrum Batu Ginjal Kode A
Posisi Bilangan bersesuaian 1625 Whewelite Cholesterol dihidrat dihidrat Ca Ca fungsional -COO Alkohol 3450 1320 {kalsium Ulur Gugus (asim) Gelombang iksalat (em-i) Molekul yang Ikatan yang Weddelite
lenT' 3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
Tabel 2. Interpretasi Spektrum Batu Ginjal Kodel B
Posisi Bilangan bersesuaian -COO Ulur Cholesterol Whewelite Weddelite 3500 Alkohol 1625 fungsional Gugus Gelombang Ulur (asim) 1325 (em-i) Molekul yang Ikatan yang
Dari kedua jenis batu ginjal terse but merniliki kandungan kalsium yang terdapat dalam molekul Weddelite dan Brushite, di mana kedua molekul tersebut merniliki kandungan kalsium di dalamnya (keterangan terlampir). Dari informasi tersebut dapat dipastikan bahwa batu ginjal yang dipergunakan untuk penelitian ini merniliki kandungan kalsium.
Seperti sudah dijelaskan bahwa mekanisme kelarutan kalsium batu ginjal oleh larutan fraksi, baik fraksi air maupun fraksi etil asetat dan daun kurnis kucing (Orthoshiphn Aristatus) diduga melalui pembentukan komplek antara senyawa aktif yang dikandung dengan kalsium batu ginjal yang bersifat lebih polar sehingga mudah larut dalam air.
Meskipun hasil identifikasi kromatografi lapis tipis pada fraksi air daun kurnis kucing (Orthoshiphon Aristatus) tidak terlihat adanya kandungan flavonoid, akan tetapi fraksi air mempunyai kemampuan melarutkan kalsium batu ginjal lebih baik dari pada fraksi etil asetat, hal ini disebabkan kalsium mempunyai sifat kelarutan yang tinggi pada air, selain itu pada fraksi air juga terlarut senyawa-senyawa organik lain yang kemungkinan bisa berikatan dengan kalsium, sehigga senyawa terscbut mempunyai aktifitas menambah kelarutan kalsium, sehingga senyawa tersebut mempunyai aktifitas menambah kelarutan kalsium batu ginjal.
Perendaman Batu Ginjal dan Pengukuran Kalsium Fraksi air dan fraksi etil asetat daun kurnis kucing (Orthoshiphon Aristatus) diencerkan dengan aquadest hingga 10,0 ml dan dibuat dalam berbagai larutan kadar, masing-masing dengan kadar 10%; 25%; 45%; 75% dan 100% v/v yang kemudian digunakanuntuk mercndam 300.0 mg. batu ginjal kalsium selama 5 jam pada suhu 37°C. Kadar kalsium yang tcrlarut dalam fraksi air dan fraksi etil asetat diukur dengan spektrofotometri serapan atom (Hitachi polarized Zeeman 8000).
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
Zaillul Kamal, dkk.
ISSN 0216 - 3128
367
Tabel 2. Kadar ka/sium batu ginja/ yang ter/arut da/am fraksi air dan fraksi eti/ asetat sete/ah perencaman X+SD X+SD Kadar kalsium Kadar kalsium terlarut dalam 181,584 137,530 69,517 194,626 +++0,052 0,190 0,116 0,158 0,316 0,0547 0,3550 0,2192 ++ 0,040 0,025 0,056 37,728 dalam fraksi airterlarut (ppm) fraksi etil asetat (ppm) 0,7505 <0,1 ppm 0,087 Kadar
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan kenaikan kadar fraksi maka kadar kalsium yang terlarut juga meningkat. Hubungan kadar kalsium yang terlarut dalam kedua fraksi dengan kadar fraksi dapat dilihat pada gambar berikut ini:
-
~ "C ~.! .••• u ~ 2 •• Co Co
E
80 180 160 200 75 45 140 100 25 40 60 20 100 120 10 0
CKadar .kadar
Gambar
kadar Fraksi (% Ca terlarut dim air Ca terlarut dim fraksi elil Asetat
5. Histogram hubungankadar ka/sium yang ter/arut da/am kedua framsi dengan kadar fraksi.
Dari grafik diperoleh slope untuk fraksi air daun kumis kucing lebih besar dibandingkan slope fraksi etil asetat, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan melarutkan kalsium batu ginjal dari fraksi air lebih baik dari pada fraksi etil asetat. Kelarutan kalsium tertinggi pada fraksi air terdapat pada kadar 100%, sedangkan kadar kalsium terlarut yang terendah terdapat pada fraksi air dengan konsentrasi 10% demikian pula pada fraksi etil asetat, kadar kalsium tertinggi pada kadar 100%. Sedangkan pada kalsium terlarut yang terendah pada kadar 10%. Dari hasil tersebut, baik fraksi air maupun fraksi etil asetat ekstrak daun kumis kucing memiliki kemampuan untuk melarutkan kalsium batu ginjal dari beberapa variasi kadar yaitu kadar 10%, 25%, 45%, dan 100%. Semakin tinggi konsentrasi variasi kadar
yang dibuat maka kadar" kalsium yang terlarut semakin banyak. Dari hasil analisis kualitatif, kandungan dari fraksi air dan fraksi etil asetat daun kumis kucing menggunakan uji kromatografi lapis tipis, pad akromatogram yang dihasilkan, menunjukkan bahwa pada fraksi etilasetat terkandung flavonoid yang terlihat jelas setelah diuapi amoniak dan dilihat di bawah sinar UV. Sedangkan pad afraksi air hasil identifikasi dengan kromatografi lapis tipis bertanda negatif ditandai denga ebrcak yang berwama tidak tampak jelas atua rendam. Kemungkinan flavonoid yang terkandung sangat kecil atau tertutupi dengan senyawa aktif lain yang jumlah lebih besar sehingga bercak flavonoidnya tidak tampak. Meskipun hasil identifikasi kromatografi lapis pada fraksi kumis kucing (Orthoshiphon aristatus) tidak didapatkan adanya kandungan flavonoid, akan tetapi pada fraksi etil asetat, hal ini disebabkan kalsium mempunyai sifat kelarutan yang tinggi pada air, selain itu pada fraksi air terdapat senyawa - senyawa tersebut mempunyai aktifitas melarutkan kalsium batu ginjal. Seperti telah dijelaskan bahwa mekanisme kelarutan kalsium batu ginjal oleh larutan fraksi, baik itu fraksi air maupun fraksi etil asetat dari daun kumis kucing (Orthoshiphon Aristatus) diduga melalui pembentukan kompleks antar senyawa aktif yang dikandung dengan kalsium batu ginjal, yang bersifat lebih polar sehingga lebih mudah larut dalam air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun kumis kucing mempunyai aktifitas yang tinggi dalam melarutkan kalsium batu ginjal, terutama flavonoid dan masih terdapat senyawa aktif lain selain flavonoid antara lain alkaloid dan saponin yang memiliki khasiat sebagai peluruh batu ginjal maupun sebagai diuretika . Karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi kandungan aktif yang terdapat dalam fraksi air daun kumis kucing (Orthoshiphon Aristatus).
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003
368
ISSN 0216 - 3128
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun kumis kucing mempunyai aktifitas yang tinggi dalam melarutkan kalsium batu ginjal terutama flavonoid dan masih terdapat senyawa aktiLlain_ selain flavonoid antara lain alkaloid dan sapo~n yang memiliki khasiat sebagai peluruh bak-ginjal maupun sebagai diuretika.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian kesirnpulan sebagai berikut :
ini,
dapat
ditarik
1. I.Fraksi air daun kumis kucing berkeI1!'lmpuan lebih baik dibanding fraksietil asetatnya dalam melarutkan batu ginjal kalsium. 2. 2. Kemampuan melarutkan batu ginjal kalsium oleh kedua fraksi berbanding lurus dengan kenaikan kadar fraksi. 3. 3. Hasil analisa kualitatif flavonoid, diperoleh informasi bahwa ada senyawa lain antara lain alkaloid dan saponin yang terkandung dalam daun kumis kucing selain flavonoid yang dapat melarutkan atau berfungsi untuk peluruh batu ginj a1.
Zainul Kamal, dkk.
2. GRITTER, R. J. BABBIT, J.M. SCHWARTING, A.F., pengantar Kromatografi, Diterjemahkan oleh Kosasih padmawinata, Ed II, Penerbit ITB, Bandung, 1991, ha1. 107 - 159. 3. MARKHAM, Cara Identifikasi Flafonoid, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, penerbit ITB, Baridung, 1988, ha1. 1 - 3.. 4. SASTROAMIDJOJO, H, Kromatografi, Ed. II, Cetakan I, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1991, ha1. 1 - 36.
TANYAJAWAB Sukirno Apa yang menyebabkan fraksi air untuk melarutkan batu ginjal kalsium lebih besar dari pada fraksi etil asetat, padahal etil asetat bisa dikatakan sebagai pelarut organik Kadar berapa Ca nya maksimum terkena penyakit batu ginjal
orang itu
Zainul Kamal
DAFT AR PUST AKA 1. AGUS TRI CAHYONO, Pengaruh Infus Daun Tempuyung dan Infus Daun -Kumis Kucing terhadap Kelarutan Kalsium Batu Ginjal secara Invitro, Skripsi fakultas farmasi UGM Yogyakarta, 1990.
Karena da/am fraksi air mengandung flavonoid yang dapat mempermudah ke/arutan ka/sium Be/l/m diketahui
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003