ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) A. TUJUAN 1. Mengetahui kondisi optimum parameter operasi alat uji SSA milik STTNBATAN dalam menganalisis unsur Fe. 2. Menentukan sensitivitas, limit deteksi, akurasi dan presisi alat uji SSA Solaar S Series.
B. DASAR TEORI Suatu laboratorium perlu memiliki sertifikat penilaian hasil uji yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional atau BSN. Hasil uji suatu laboratorium dapat diakui kebenarannya jika laboratorium tersebut telah memiliki sertifikat penelitian hasil uji atau telah terakreditasi. Ketelitian hasil uji pada dasarnya didukung oleh sarana dan prasarana laboratorium yang terkalibrasi dan metode penelitian yang digunakan (Supriyanto dan Samin, 2005). Sertifikat sistem mutu laboratorium mempunyai tujuan untuk memberikan jaminan bahwa hasil uji yang dihasilkan mempunyai nilai ketepatan dan ketelitian yang baik. Berdasarkan SNI-19-17025-2000 data hasil uji dikatakan absah atau valid apabila data uji tersebut mempunyai presisi dan akurasi yang baik, serta mampu telusur. Untuk memperoleh keabsahan data hasil uji dengan metode nyala SSA, beberapa parameter yang perlu mendapatkan perhatian adalah validasi alat uji, dan validasi metode uji (Supriyanto dan Samin). Mengingat Sekolah Tinggi teknologi Nuklir – Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta mempunyai alat Spektrofotometer Serapan Atom
1 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
(SSA) Solaar S Series, maka perlu dilakukan penentuan kesalahankesalahan parameter analisis untuk menguji kebenaran pengukurannya. Jenis – jenis Kesalahan 1. Kesalahan Random Kesalahan random terjadi apabila hasil yang berbeda diperoleh setiap kali pengukuran diulangi. Kesalahan random dapat dikurangi dengan mengambil rata-rata dari pembacaan rendah dan tinggi. 2. Kesalahan Sistematika Kesalahan sistematika dapat ditimbulkan pada saat melakukan kalibrasi atau penggunaan metodenya yang salah. Kesalahan sistematika menyebabkan perbedaan yang mencolok antara nilai pengukuran dan nilai sebenarnya.
Kesalahan
sistematika
ini
dapat
dihindari
dengan
memodifikasikan kondisi percobaan (Eckschlager, 1972). Optimasi Parameter Operasi Parameter-parameter yang mempengaruhi ketelitian (presisi) dan sensitivitas antara lain bandpass, arus lampu, tinggi burner, aliran gas bakar, tipe nyala, dan impact bead adjustment. Sensitivitas analisis dapat diubah dengan cara alternative dan mengatur impact bead adjustment. Beberapa gangguan yang menghasilkan penurunan sensitvitas dapat diatasi dengan penggunaan buffer yang tepat (Steve, 2001). 1. Sensitivitas Unjuk kerja analisis SSA biasanya ditunjukkan dalam bentuk daftar parameter gabungan, yaitu sensitivitas dan limit deteksi. Dalam Spektrofotometer Serapan Atom, sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi unsur dalam ppm (g/mL atau mg/L), yang member absorbansi 0,0044 sebanding dengan penyerapan 1% radiasi yang diteruskan. Pengetahuan tentang besarnya nilai sensitivitas untuk partikel
2 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
tertentu sangat berguna, karena dari hal tersebut kisaran konsentrasi optimum unsur dapat dihitung (Steve, 2001). Dalam hal optimasi pembacaan alat, keakuratan analisis dibutuhkan kisaran absorbansi 0,1 – 0,8 A. pada pembacaan absorbansi rendah, keakuratan pembacaan terbatas. Namun pada absorbansi tinggi, faktor stary light (pembiasan cahaya) dapat menyebabkan penyimpangan yang besar dari hukum Beer. Sensitivitas dicek ulang dengan melakukan pembacaan absorbansi sekitar 0,1 (Steve, 2001). 2. Limit Deteksi Limit deteksi merupakan fungsi statistik yang diambil dalam hitungan, sensitivitas, dan perbandingan sinyal gangguan pada kondisi blanko. Limit deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi unsur dalam mg/L, yang memberikan pembacaan sebanding dengan 3 kali deviasi standar dari serapan yang diukur pada kondisi blanko. Dengan penggunaan fasilitas pelebaran skala dalam instrumen, sebuah sinyal kecil dapat diperbesar menjadi ukuran yang dapat terbaca. Limit deteksi merupakan pengukuran statistic konsentrasi. Efek ini akan terlihat meskipun instrumen mempunyai pengukur (meter) atau tampilan digital (Steve, 2001). 3. Akurasi dan Presisi Ketidakpastian hasil analisis suatu instrumen terkait langsung dengan akurasi dan presisi. Akurasi adalah ketepatan suatu hasil pengukuran atau seberapa dekat suatu pengukuran yang dihasilkan dengan nilai yang sebenarnya. Presisi (ketelitian) adalah pengukuran berulang kali yang memberi sejumlah rangkaian hasil, atau seberapa dekat hasilnya satu sama lain.
3 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
Validator rangkaian hasil tiruan serupa dapat diperoleh dengan pengukuran presisi atau satndar deviasi kelompok.
Keterangan : a. Presisi dan akurasi tinggi b. Presisi rendah, akurasi tinggi c. Presisi tinggi, akurasi rendah d. Presisi dan akurasi rendah Presisi rendah dapat ditunjukkan dengan standar deviasi yang lebar dan berkurangnya tingkat kepercayaan dalam keakuratan standar. Perhitungan presisi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Nilai 𝑥 dari serangkaian hasil serupa yang terdiri dari “n” pengukuran
dari setiap nilai 𝑥. 𝑥=
Σ𝑥 𝑛
b. Standar Deviasi diberikan dengan rumus sebagai berikut : 𝛿𝑠 =
Σ (𝑥 − 𝑥)2 𝑛−1
c. Deviasi standar relatif dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 4 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
𝑅𝑆𝐷 =
𝛿𝑠 × 100% 𝑥
4. Rambatan Ralat Dalam pengolahan data sering digunakan 2 standar deviasi sebagai pengukuran presisi. Hal ini menunjukkan bahwa 95% dari hasil, akan menghasilkan nilai 𝑥 − 2𝑠 atau 𝑥 + 2𝑠, artinya dari 20 hasil pengukuran, hanya satu yang berada di luar keadaan presisi. Pengolahan data seperti itu sering disebut dengan tingkat kepercayaan 95% (Steve, 2001). Nilai presisi mengacu pada sejumlah angka signifikan yang digunakan dan sebaran bacaan berulang pada alat ukur. Nilai akurat atau akurasi mengacu pada dekatnya nilai pendekatan yang dihasilkan dengan nilai acuan atau nilai eksak. Dari keadaan akurat dan presisi ini, akan muncul kesalahan atau yang biasa disebut error (Basuki dan Ramadijanti, 2005). 5. Quality Assurance dan Quality Control Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC) sangat penting dalam rangkaian prinsip operasi selama pengumpulan sampel dan anlisis yang menghasilkan data. Hal ini dikenal sebagai jaminan mutu dan memungkinkan analisis memiliki tingkat keakuratan tinggi yang meyakinkan. Pengendalian kualitas dan penilaian kualitas merupakan aspek penting dari jaminan mutu (Steve, 2001). Pengalaman dari para analisis menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencapai program keandalan dan kesesuaian pada data pengukuran adalah dengan Program Jaminan mutu dan hasil pengujian yang absah. Oleh sebab itu, proses pengukuran harus didesain untuk dijalankan dengan kendali statistik (Louhenapessy, 1996). SRM-NIST (Standard Referance Material National Institute of Standards and Technology) merupakan pembanding ideal yang sering 5 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
digunakan, dan CRM (Certificated Standard Material) memungkinkan sebagai standar kontrol laboratorium (Steve, 2001). C. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan : 1. Unit Spektrometri Serapan Atom (SSA) 2. Neraca analitik 3. Labu takar 4. Pipet tetes 5. Pipet gondok 6. Bulbpet 7. Buret 8. Statif 9. Gelas beker 10. Kertas timbang 11. Sendok sungu 12. Botol plastik Bahan yang digunakan : 1. Aquadest 2. (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O D. LANGKAH KERJA 1. Dibuat larutan standar Fe 1000 ppm sebanyak 100 ml dengan cara menimbang
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
sebanyak
0,7006
gram,
kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan dilarutkan dengan aquades serta ditandabataskan. 2. Larutan standar Fe 1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm sebanyak 250 ml.
6 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
3. Larutan standar Fe 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya kemudian diencerkan kembali sehingga diperoleh 8 variasi konsentrasi larutan, yaitu 2 ppm, 4 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, dan 60 ppm. Masing-masing larutan dibuat sebanyak 50 ml. Larutan ini digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. 4. Unit AAS diaktifkan kemudian dilakukan pengukuran absorbansi blanko dengan 3 kali penyedotan. 5. Langkah (4) diulangi untuk 8 variasi larutan standar yang ada pada langkah (3). 6. Data yang diperoleh disimpan sesuai dengan nama kelompok. 7. Dicatat ketelitian masing-masing alat yang digunakan. E. DATA PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar Massa (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O = 0,7006 gram Konsentrasi larutan awal
= 1000 ppm
Volume awal
= 250 ml
Tabel 1. Pengenceran Larutan Standar 1000 ppm Konsentrasi Awal (ppm) 1000
Volume Awal (ml) 25
Konsentrasi Akhir (ppm) 100
Volume Akhir (ml) 250
Tabel 2. Pengenceran Larutan Standar 100 ppm No. 1 2 3 4 5 6 7
Konsentrasi Awal (ppm) 100 100 100 100 100 100 100
Volume Awal (ml) 1 2 5 10 15 20 25
Konsentrasi Akhir (ppm) 2 4 10 20 30 40 50
7 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
Volume Akhir (ml) 50 50 50 50 50 50 50
8
100
30
60
50
Spectrometer Parameters Element
= Fe
Wave length
= 248,3
Bandpass
= 0,2
Lamp Current
= 75%
Number of resamples = 3 Background correction = Measurements time
D2
= 4 secs
Flame Parameters Flame Type
= Air – C2H2
Fule Flow
= 0,9 L/min
Burner Height
= 3 mm
Tabel 3. Pengukuran Absorbansi Blanko Konsentrasi Larutan (ppm) 0
Absorbansi (A) 1 2 0.001 0
3 0
Ā 0
Tabel 4. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi Larutan (ppm) 2 4 10 20 30 40 50 60
Absorbansi (A) 1 2 3 0.022 0.022 0.023 0.044 0.044 0.006 0.113 0.113 0.113 0.224 0.224 0.224 0.301 0.299 0.299 0.376 0.376 0.376 0.452 0.453 0.451 0.503 0.501 0.5
Ā 0.022 0.031 0.113 0.224 0.3 0.376 0.452 0.501
Tabel 5. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Pembanding (Fe) Konsentrasi Larutan
Absorbansi (A)
8 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
Ā
(ppm) 10
1 0.097
2 0.095
3 0.095
0.096
Tabel 6. Nilai Koreksi atau Ralat (R) Alat yang Digunakan No. Nama Alat 1 Buret 2 Pipet gondok 3
Volume (ml) 25 25 50 100 250
Labu takar
Koreksi atau R 0,05 ml 0,03 ml 0,06 ml 0,1 ml 0,15 ml
F. PERHITUNGAN 1. Pembuatan Larutan Standar Volume Larutan
= 100 ml = 0,1 L
Konsentrasi larutan
= 1000 ppm = 1000 mg/L = 100 𝑚𝑔 0,1 𝐿 𝑀𝑟 (NH4 )2 Fe(SO4 )2 . 6H2 O × 100 𝑚𝑔 𝐴𝑟 𝐹𝑒
Massa (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O = =
392,14 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 × 100 𝑚𝑔 56 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
= 700,25 mg = 0,70025 gram ∴Untuk membuat larutan standar Fe 1000 ppm sebanyak 200 ml dibutuhkan (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O sebanyak 0,70025 gram, kemudian dilarutkan dan ditandabataskan hingga 100 ml. 2. Penentuan Limit Deteksi (S) Standar Deviasi Blanko (𝛿𝑠 ) 9 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
Tabel 7. Penentuan Standar Deviasi Blanko Absorbansi Ā (A) 0.001 0 0 0 JUMLAH (Σ)
No. 1 2 3
𝛿𝑠 =
=
A-Ā
(A - Ā)2
0.001 0 0
10-6 0 0 10−6
Σ (𝐴 − Ā)2 𝑛−1 10−6 3−1
= 5 × 10−7 = 0,0007
∴ Standar Deviasi Blanko 𝛿𝑠 adalah 0,0007 Limit Deteksi (S) 𝑆 = 3 × 𝛿𝑠 𝑆 = 3 × 0,0007 = 0,0021 Limit deteksi atau S menunjukkan absorbansi minimum yang dapat dideteksi oleh alat SSA. Maka absorbansi minimum yang dapat dideteksi oleh SSA dalam percobaan ini adalah sebesar 0,0021. Pembuatan Kurva Kalibrasi Tabel 8. Penentuan Kurva Kalibrasi No. Konsentrasi Larutan Fe (ppm) 1 0 2 2 3 4
Ā 0 0,022 0,031
10 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
4 5 6 7 8 9
10 20 30 40 50 60
0,113 0,224 0,3 0,376 0,452 0,501
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi (ppm) dengan Absorbansi (A)
Grafik Konsentrasi (ppm) vs Absobansi (A) 0.6
Absorbansi (A)
0.5 0.4 0.3 0.2 0.1
y = 0.008x + 0.016 R² = 0.986
0 0
10
20
30
40
50
60
70
Konsentrasi (ppm)
Dari grafik tersebut diperoleh persamaan garisnya adalah : y = 0,008x + 0,016 dengan R2 = 0,986 atau R = 0,993 dimana : x : konsentrasi larutan (ppm) y : absorbansi (A) 3. Penentuan Sensitivitas () Sensitivitas () Dari grafik hubungan antara Konsentrasi (ppm) dengan Absorbansi (A), dapat diketahui bahwa y = 0,008x + 0,016 11 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
Maka ; Slope atau gradient (m)
= 0,008
Standar deviasi blanko (𝛿𝑠 ) = 0,0007 Jadi ; =
𝑚 𝛿𝑠
=
0,008 0,0007
= 11,428 Sensitivitas () untuk absorbansi (A) = 0,0044 Dari persamaan garis pada kurva kalibrasi diperoleh : 𝑦 = 0,0044
𝑦 = 0,008𝑥 + 0,016 𝑥=
𝑦 − 0,016 0.008
𝑥=
0,0044 − 0,016 0.008
𝑥 = −1,45 𝑝𝑝𝑚
Range Kerja SSA Dari hasil perhitungan sebelumnya, dapat diketahui bahwa SSA bekerja optimal pada range kerja (Absorbansi) antara 0,0021 sampai dengan 0,501. 4. Penentuan Akurasi Alat Dari data pada Tabel 5. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Pembanding (Fe), dengan Cp = 10 ppm. Konsentrasi Larutan (ppm) 10
Absorbansi (A) 1 2 3 0.097 0.095 0.095
12 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
Ā 0.096
Ā = 0,096 Dari persamaan garis pada kurva kalibrasi diperoleh : 𝑦 = 0,096
𝑦 = 0,008𝑥 + 0,016 𝑥=
𝑦 − 0,016 0.008
𝑥=
0,096 − 0,016 0.008
𝑥 = 10 𝑝𝑝𝑚
Dari perhitungan tersebut diketahui konsentrasi hasil perhitungan (Cs) adalah sebesar 10 ppm. Jadi, ketidak akuratan (error) adalah : 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 =
𝐶𝑠 − 𝐶𝑝 × 100% 𝐶𝑝
=
10 − 10 × 100% 10
= 0% 𝐾𝑒𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 = 100% − 0% = 100%
∴ Dari hasil perhitungan diketahui bahwa error ≤ 1 %, maka SSA dapat dikatakan akurat. 5. Penentuan Presisi Alat (RSD) Tabel 11. Pengukuran Absorbansi pada Larutan Standar Fe 2 ppm. Konsentrasi Larutan (ppm) 2
Absorbansi (A) 1 2 3 0.022 0.022 0.023
Tabel 12. Penentuan Standar Deviasi (𝛿𝑐 ) 13 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
Ā 0.022
No. 1 2 3
Absorbansi (A) Ā 0.022 0.022 0,022 0.023 JUMLAH Σ 𝐴−𝐴 𝑛−1
𝛿𝑐 =
(A - Ā)2 0 0 10−6 10−6
A-Ā 0 0 0.001
2
10−6 3−1
=
= 0,0007
Jadi,
𝛿𝑐 × 100% 𝐴
𝑅𝑆𝐷 = =
0,0007 × 100% 0,022
= 3,18 %
Dengan cara yang sama untuk data yang berbeda, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 13. Hasil Penentuan RSD pada Larutan Standar Fe No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsentrasi Larutan (ppm) 2 4 10 20 30 40 50 60
Absorbansi (A) 1
2
3
0.022 0.044 0.113 0.224 0.301 0.376 0.452 0.503
0.022 0.044 0.113 0.224 0.299 0.376 0.453 0.501
0.023 0.006 0.113 0.224 0.299 0.376 0.451 0.5
Ā
RSD (%)
0.022 0.031 0.113 0.224 0.3 0.376 0.452 0.501
3,18 70,78 0 0 0,41 0 0,22 0,31
∴ Dari hasil perhitungan diketahui bahwa untuk data larutan standar no. 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 nilai RSD ≤ 5%, maka dapat dikatakan SSA yang 14 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
digunakan sangat presisi. Sedangkan untuk data larutan standar no. 2 nilai RSD ≥ 5%, maka dapat dikatakan SSA tidak presisi untuk pengukuran larutan standar no. 2. 6. Penentuan Rambatan Ralat (RR) Dari data pada Tabel 5. Nilai Ralat Koreksi atau Ralat (R) Alat yang digunakan, maka jika dibuat ke dalam prosentase menjadi : 𝑅% =
𝑅 × 100% 𝑉
Tabel 14. Perhitungan 𝑅% pada Alat yang Digunakan No. Nama Alat 1 Pipet Gondok 2 Buret 3
Labu takar
𝑅𝑅 = Σ 𝑅% =
Volume (ml) 25 25 50 100 250 Jumlah (Σ)
R (ml) 𝑅% (%) 0,03 0,12 0,05 0,2 0,06 0,12 0,1 0,1 0,15 0,06
𝑅% 2 = %2 0,0144 0,04 0,0144 0,01 0,0036 0,0824
2
0,0824 %2
= 0,287 %
∴ Jadi, besarnya nilai Rambatan Ralat (RR) dari alat-alat yang digunakan adalah sebesar 0,287%. G. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum operasi uji alat Spektrometri Serapan Atom atau SSA milik STTN-BATAN dalam menganalisis unsure Fe serta menentukan sensitivitas, limit deteksi, akurasi, dan presisi alat uji SSA Solaar S Series. Inti dari praktikum ini adalah untuk 15 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
melakukan pengujian kelayakan alat SSA milik STTN-BATAN pada analisis suatu unsur logam, khususnya logam Fe. Pada pelaksanaannya, digunakan larutan standar Fe dengan konsentrasi awal 1000 ppm sebanyak 100 ml yang dibuat dari padatan (NH 4)2Fe(SO4)2.6H2O dengan cara menimbang padatan (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O sebanyak 0,7006 gram lalu melarutkannya dengan aquades sebanyak 100 ml di dalam labu takar. Akan tetapi, dalam praktikum ini larutan standar Fe yang telah dibuat dengan konsentrasi 1000 ppm perlu diencerkan terlebih dahulu menjadi 100 ppm sebelum digunakan. Kemudian dari larutan standar Fe 100 ppm ini diencerkan menjadi seri larutan standar Fe yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kurva kalibrasi. Pertama adalah penentuan limit deteksi alat SSA milik STTN-BATAN. Limit deteksi didefinisikan sebagai jumlah terkecil pengukuran yang masih terdeteksi oleh alat. Limit deteksi sama dengan sinyal yang dihasilkan oleh 3 kali standar deviasi blanko atau latar dari suatu sinyal. Dari hasil perhitungan diperoleh limit deteksi alat adalah sebesar 0,0021. Artinya, alat SSA memiliki batas pengukuran absorbansi terkecil sebesar 0,0021 dan untuk absorbansi di bawah nilai tersebut tidak dapat terdeteksi oleh alat. Limit deteksi ini merupakan batasan pengukuran terendah dari alat. Sedangkan untuk mengetahui batasan pengukuran tertinggi dapat diketahui dengan membuat kurva kalibrasi. Dari kurva kalibrasi tersebut diperoleh persamaan y = 0,008x + 0,016 dengan R = 0,993. Nilai R menunjukkan linieritas data yang diperoleh. Nilai R semakin mendekati 1, maka data tersebut akan semakin linier. Daerah yang linier ini menunjukkan daerah kerja atau range kerja. Dari hasil percobaan diperoleh range kerja SSA adalah pada absorbansi antara 0,0021 sampai dengan 0,501 dengan batasan pengukuran absorbansi tertinggi adalah sebesar 0,501 untuk konsentrasi larutan standar Fe 60 ppm. Selanjutnya adalah penentuan sensitivitas alat. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai sensitivitas alat adalah sebesar 11,428. Sensitivitas didefinisikan 16 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
sebagai konsentrasi unsur dalam larutan air yang dinyatakan dalam ppm yang memberi absorbansi sebesar 0,0044 sebanding dengan penyerapan 1% radiasi yang diteruskan sehingga untuk membuktikannya dilakukan perhitungan untuk mencari besarnya konsentrasi untuk nilai absorbansi tersebut. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa besarnya konsentrasi untuk absorbansi 0,0044 adalah sebesar -1,45 ppm. Tanda minus (-) menunjukkan bahwa untuk absorban sebesar 0,0044 tidak terdeteksi oleh alat. Setelah sensitivitas diketahui, kemudian penentuan akurasi alat. Dalam penentuannya digunakan larutan standar Fe 10 ppm sebagai pembanding. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa besarnya konsentrasi dalam praktek dengan konsentrasi hasil perhitungan memiliki nilai yang sama, yaitu 10 ppm. Dari hasil tersebut kemudian dapat diketahui bahwa besarnya error atau ketidakakuratan alat adalah 0% dan keakuratannya sebesar 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat SSA yang digunakan sangat akurat. Berikutnya adalah penentuan presisi alat. Presisi diartikan sebagai kedapatulangan dari sejumlah tertentu hasil pengukuran. Kepresisian hasil pengukuran dapat dilihat dari besarnya nilai deviasi standar relatif atau RSD yang dinyatakan dalam prosentase (%). Suatu hasil pengukuran dikatakan presisi apabila besarnya nilai RSD 5%. Dari hasil percobaan diketahui bahwa nilai RSD pada pengukuran absorbansi larutan standar 2, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm adalah 5% sehingga hasil pengukuran tersebut sangat presisi. Sedangkan untuk pengukuran larutan standar 4 ppm memiliki nilai RSD 5%, yakni 70,78%. Karena nilai RSD 5%, maka hasil pengukuran pada larutan standar 4 ppm tidak presisi. Terakhir adalah pengukuran rambatan ralat (RR) dari alat-alat yang digunakan. Perhitungan ini digunakan untuk menganalisa seberapa besar kesalahan dari alat yang digunakan selama melakukan percobaan. Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya rambatan ralat dalam percobaan ini adalah sebesar 0,287%. Meskipun rambatan ralat yang ditimbulkan tidak terlalu besar, 17 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
akan tetapi untuk praktikum selanjutnya akan lebih baik lagi apabila dilakukan pemilihan alat gelas dengan nilai ralat yang sekecil-kecilnya sebelum digunakan untuk melakukan suatu analisa yang membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan besarnya rambatan ralat akan mempengaruhi keakuratan dan kepresisian alat SSA yang digunakan.
H. KESIMPULAN 1. SSA di Laboratorium Instrumentasi Kimia STTN-BATAN bekerja optimal pada range kerja (absorbansi) antara 0,0021 sampai sengan 0,501. 2. Limit deteksi SSA di Laboratorium Instrumentasi Kimia STTN-BATAN adalah sebesar 0,0021. 3. Sensitivitas alat SSA di Laboratorium Instrumentasi Kimia STTN-BATAN adalah sebesar 11,428. 4. Ketidakakuratan (error) alat SSA di Laboratorium Instrumentasi Kimia STTN-BATAN adalah 0% dan keakuratannya sebesar 100%. 5. Keseluruhan hasil pengukuran absorbansi larutan standar sangat presisi, kecuali pada larutan standar dengan konsentrasi 4 ppm. 6. Besarnya rambatan ralat dari alat-alat yang digunakan adalah sebesar 0,287%. I. DAFTAR PUSTAKA Christina P, Maria. 2006. Instrumentasi Kimia I. Yogyakarta : STTN-BATAN. Christina P, Maria. 2006. Petunjuk Praktikum Instrumentasi Kimia “Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom”. Yogyakarta : STTNBATAN. http://www.labdasar.ee.itb.ac.id/lab/EL2193/0809/Apendiks.pdf 18 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)
Asisten,
Yogyakarta, 14 Januari 2009 Praktikan,
Maria Christina P, S.ST
Dyah Kumala Sari
19 Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom Dyah Kumala Sari (010800215)