Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja BisnisVisioner & Strategis Jurnal Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 9-17
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis Literature Review
The entrepreneur mean that doing a job. The entrepreneurship is the process in beginning a new bussiness, to organize the resorcess that consider risk dan return. The role of entrepreneur very important to grow up the UKM especially the their soft skill. The skill of human capital like training and learning increase the UKM success. Kilkeny (1999) discribe that research model like human capital to get success. He explain the level of training, the experience of business and total revenue have a positive relationship with the business success. (Dakhli & De Clercg, 2004). Forthemore, Bates (1995), identify that the the higher of level education has a positive relationship wiht bussiness succes. Beside the quality of human capital, many research said entreprenuer orientation also impact to business performance as like as Covin and Slevin (1991); Smart and Conant (1994); Wiklund (1999) discribe that the higher entreprenuer orientation would be increase the ability of firm to promote the produk to get the good performance.
Meutia
Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tirtayasa, Banten
Keywords: human capital, entrepreneur orientation, business performace
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Meutia
PENDAHULUAN Menurut Drucker istilah entrepreneur telah digunakan lebih dari 200 tahun. Entrepreneur berasal dari kata perancis “Entreprendre” yang artinya melaksanakan, mengerjakan sesuatu pekerjaan. Kewirausahaan adalah suatu proses memulai bisnis baru, mengorganisasi sumber daya yang diperlukan dengan mempertimbangkan risiko yang terkait dan balas jasa yang akan diterima. Banyak definisi kewirausahaan yang telah dibahas oleh peneliti diantaranya adalah kewirausahaan merupakan mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya untuk meningkatkan penghasilan. Jiwa entrepreneurship merupakan sikap dan watak yang dimiliki seseorang dalam melihat dan menilai kesempatan bisnis dan mengumpulan sumber daya guna mengambil keuntungan. Peranan entrepreneur sangat mempengaruhi perkembangan UKM terutama keterampilan dan keahlian yang dimiliki. Modal sumber daya manusia yang merupakan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki baik melalui pengalaman, pembelajaran maupun pelatihan akan meningkatkan keberhasilan UKM Teori modal sumberdaya manusia yang ditelaah oleh para peneliti berkembang kearah pengembangan kewirausahaaan (Chandler dan hanks, 1998: Davisson dan Honig, 2003; Rauch, 2005a). Hasil penelitian modal sumber daya manusia dalam sebuah model diprediksi mengarah kepada keberhasilan usaha. Sejumlah peneliti sudah menetapkan dan menggunakan sejumlah variabel yang memberikan indikasi terhadap modal sumber daya manusia seperti pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pegawai dan pengalaman awal saat mendirikan bisnis, pengalaman pemilik bisnis, latar belakang orang tua, keterampilan dan ilmu pengetahuan dan lainnya. Keberhasilan atau kegagalan usaha mikro sering tergantung pada sejumlah faktor seperti kurangnya sumber daya, keterampilan teknis dan bisnis yang tidak memadai, informasi yang tidak memadai tentang pasar dan pesaing, dan kurang pengetahuan tentang kebijakan peraturan pemerintah dan factor lainnya. Salah satu faktor 10
potensi yang mempengaruhi kinerja usaha mikro adalah modal sosial dari pengusaha mikro yang meliputi kemampuan sosial entrepreneur dalam menjalankan bisnisnya, modal sumber daya entrepreneur yang meliputi pelatihan, ketrampilan dan pengalaman akan menciptakan peluang. Faktor-faktor ini diduga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Selain modal sumber daya manusia, orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam keberhasilan bisnis. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh antara orientasi entrepreneur dengan keberhasilan bisnis UKM. Hal ini dikemukakan oleh banyak peneliti diantaranya Lee dan Tsang (2001) yang meneliti tentang dampak dari orientasi kewirausahaan terhadap ”venture growth” (Growth of Sales and Profit) dimana orientasi kewirausahaan terdiri atas unsur (1) need for achievement (2) internal locus of control (3) self reliance dan (4) extroversion. Steward et al (2003) juga meneliti aspek kewirausahaan dengan unsur (1) achievement (2) innovation dan (3) risk terhadap goal orientation dengan membandingkan antara sikap wirausaha di USA dibandingkan dengan sikap wirausaha di Rusia. Demikian pula Vitale, Giglierano dan Miles (2003) menguji pengaruh orientasi kewirausahaan yang terdiri atas unsur (1) innovating (2) acting proactively dan (3) managing risk terhadap performance atau growth. Zahra dan Covin ( 1995) mengemukakan bahwa dimensi orientasi kewirausahaan merupakan dimensi yang independen dan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Dalam kajian literature review ini akan melihat hubungan antara modal sumberdaya entrepreneur, orientasi entrepreneur dan keberhasilan UKM LITERATURE REVIEW Modal Sumber Daya Entrepreneur dan Kinerja Bisnis Becker (1964) mendefinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengalaman lainnya. Modal sumber daya entrepreneur adalah Jurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
ketrampilan dan ilmu pengertahuan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Definisi menurut Becker (1964) menjelaskan adanya perbedaan modal sumber daya manusia yang ada dengan dua konseptualisasi yang berbeda dalam hal atribut modal sumber daya manusia, investasi terhadap modal sumber daya manusia versus hasil akhir dan investasi terhadap modal sumber daya manusia dan hubungan antara tugas wirausaha dan modal sumber daya manusia versus modal sumber daya manusia yang tidak berhubungan dengan penyelesaian sebuah tugas kewirausahaan. Hasil akhir yang diperoleh dari investasi terhadap modal sumber daya manusia akan berimbas pada ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh individu tersebut. Hubungan antara modal sumber daya manusia dengan penyelesaian tugas kewirausahaan membahas apakah investasi terhadap modal sumber daya manusia dapat menjelaskan hasil akhir yang berhubungan dengan penyelesaian tugas tertentu atau tidak, seperti melaksanakan suatu usaha bisnis. Konsep mengenai modal sumber daya manusia berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu tertentu dan kemampuannya yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam tindakan dan pertumbuhan perekonomian (Coleman, 1988). Modal berupa sumber daya manusia akan dikembangkan melalui pelatihan formal dan pendidikan yang bertujuan untuk terus melakukan pembaharuan terhadap kemampuan seseorang dengan tujuan agar orang tersebut dapat bertindak dengan baik dalam lingkungan masyarakat. Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesifik bagi suatu industri akan berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang berasal dari pengalaman spesifik dalam sebuah lingkungan industri, dan beberapa peneliti sudah menelaah peranan dari pengalaman industri terhadap pertumbuhan dan kinerja ekonomis dari sebuah perusahaan yang bersifat kewirausahaan (Siegel, 1993) dan juga peranannya terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya (Kenney dan von Burg, 1999). Hasil penelitian menjelaskan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
bahwa modal sumber daya manusia yang bersifat spesifik bagi suatu industri memainkan peranan penting dalam menghasilkan aktivitas yang bersifat inovatif dalam suatu industri jika hal ini dikarakterisasikan sebagai bentuk transaksi atau pertukaran ilmu pengetahuan yang berkualitas tinggi antara para pemain utama dalam satu lingkungan industri (Bianchi, 2001). Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesifik secara individual mengacu pada bentuk ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan pada beragam cakupan perusahaan dan lingkungan industri yang sangat luas, hal ini juga meliputi sistem manajerial secara umum dan pelatihan keterampilan (Pennings, 1998). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tingkatan modal sumber daya manusia secara keseluruhan akan memberikan dampak atau pengaruh pada keberhasilan perekonomian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro. Sebagai contoh Kilkeny (1999) yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan, ia menjelaskan bahwa tingkatan pelatihan seseorang, pengalaman bisnis secara keseluruhan dan total pendapatan berhubungan positif dengan keberhasilan bisnis.(Dakhli & De Clercq, 2004). Selanjutnya Bates (1995) mengidentifikasi adanya hubungan positif yang terjadi antara tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan kecenderungan sebuah perusahaan untuk mencapai keberhasilan. Brewster et al. (2000) mengemukakan bahwa agar dapat diperoleh suatu keunggulan kompetitif yang kuat dan bertahan dalam jangka panjang, perusahaan harus memiliki suatu kelebihan dalam skill dan kapabilitas yang dimiliki oleh para karyawannya. Wright et al. (1998) mengemukakan pentingnya kapabilitas sumber daya manusia dalam mencapai keunggulan kompetitif. Kapabilitas sumber daya manusia berperan sebagai suatu pengetahuan kolektif dari anggota perusahaan (sulit ditiru), yang dikembangkan dalam suatu periode waktu tertentu (langka), dan sangat berharga karena rutinitas perusahaan dalam memanage karyawannya akan mengarahkan segala sikap dan bakat karyawannya dalam pembentukan nilai 11
Meutia
dan meraih suatu tujuan sehingga keunggulan kompetitif akan tercapai. Orientasi Entrepreneur dan Kinerja Bisnis Venkataraman (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur manajemen memberikan tiga landasan dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif (Matsuno, Mentzer dan Ozsomer, 2002). Sikap percaya diri sangat dibutuhkan oleh entrepreneur dimana keyakinan bahwa bisnisnya akan berhasil merupakan motivasi yang sangat kuat untuk keberhasilan usaha. Keyakinan dan sikap dalam memulai melihat peluang, memulai usaha, menjalankan dan mengambil resiko atas kegagalan usaha adalah harus dipersiapkan sedini mungkin. Seorang entrepreneur merupakan orang yang terlatih untuk selalu menjalankan usahanya dengan tekun, gigih, percaya diri, ulet, tekun, inisiatif, tekad yang kuat, orientasi pada proses dan hasil, selalu kreatif, mempetimbangkan resiko. Kreativitas yang dimiliki akan menjadikan bisnisnya akan bertahan untuk jangka panjang dibandingkan dengan competitornya. Dalam penelitian entrepreneurship sudah banyak dibahas dalam istilah yang berbeda seperti manajemen entrepreneur (Stevenson dan Jarillo, 1990) dan sekarang hasil penelitian yang sangat populer yaitu orientasi kewirausahaan yang diteliti oleh (Lumpkin dan Dess, 1996). Di dalam literatur penelitian yang ada, konsep orientasi wirausaha juga dikenal sebagai Entrepreneurial Posture (Miller, 1983), Entrepreneurial Behavior (Miller dan Friesen 1982, Covin dan Slevin 1986), Strategic Posture (Covin dan Slevin, 1989) dan Entrepreneurial Posture (Covin dan Slevin 1990, 12
1991). Lumpkin dan Dess (1996) dalam usahanya untuk mengklarifikasi kebingungan dalam istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara orientasi wirausaha Entrepreneurial Orientation dan kewirausahaan (entrepreneurship). Definisi orientasi kewirausahaan dimulai dari penelitian Minzberg (1973) kemudian Khandwalla (1977) dan Miller dan Friesen (1982). Perkembangan dimensi orientasi kewirausahaan juga terus bertambah seiring dengan banyaknya penelitian tentang orientasi entrepreneur. Pada awalnya dimensi orientasi entrepreneur sudah dikemukakan oleh Schumpeter (1934) dengan dimensi invention dan inovator, selanjutnya Mintzberg (1973) menambahkan dengan mencari peluang. Miller dan Friesen (1982) mengemukakan dimensi dari orientasi kewirausahaan adalah agressiveness, inovative new product, novel solutions, logistic inovation dan emphasis on research and development. Selanjutnya menurut Venkataraman (1989) dan Lumpkin and Dess (1996) mengemukakan dimensi yang hampir sama begitu juga Knight (2000). Krauss et al (2005) menambahkan dimensi baru orientasi kewirausahaan yaitu orientasi belajar, orientasi pestasi, orientasi otonom, agresif berkompetisi, orientasi inovasi, mengambil resiko, proaktif dalam mencari peluang dan inisiatif personal. Dari perkembangan orientasi kewirausahaan maka dimensi terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penelitian yang akan datang pun masih banyak dimensi –dimensi lain yang bisa diteliti. Sementara itu, menurut Gosselin (2005), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan. Orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha (Wiklund, 1999). Miller dan friesen (1982) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat akan lebih banyak melakukan inovasi produk, berani menjalankan perusahaan yang beresiko dan memulai tindakanJurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
tindakan yang proaktif untuk meningkatkan kinerja bisnis. Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko, bertindak secara proaktif dan selalu inovatif (Lumpkin dan Dess, 1996). Namun dari kesekian banyaknya dimensi orientasi kewirausahaan keberanian mengambil resiko (risk taking), kecendrungan mencari peluang (proactiveness), dan dukungan menemukan inovasi (innovativeness) paling sering digunakan oleh para peneliti. Keberanian mengambil Resiko Konsep risk taking telah lama dihubungkan dengan kewirausahaan (Kreiset, 2001). Dimensi ini mencerminkan kemauan aktif perusahaan untuk mengejar peluang meskipun peluang tersebut mengandung risiko dan hasilnya tidak pasti. Dimensi ini menangkap tingkat pengambilan risiko dalam berbagai keputusan alokasi sumber daya seperti halnya pilihan produk dan pasar (Venkatraman, 1989). Menurut Lumpkin dan Dess (1996) berani mengambil resiko mencerminkan kecenderungan untuk mengerahkan sumberdaya dalam kegiatan atau proyek yang memiliki prospek kegagalan yang besar namun jika berhasil maka keuntungan juga besar. Semakin besar resiko yang dihadapi maka kecenderunga hasil yang diperoleh juga semakin besar. Keberanian mengambil resiko termasuk resiko memilih usaha, kegiatan usaha, tempat usaha dan resiko kegagalan yang akan dihadapi. Sesuai dengan pengertiannya bahwa seorang entrepreneur adalah seseorang yang suka dengan usaha yang lebih menantang. Semakin menantang maka semakin semangat untuk menghadapi tantangan tersebut. Biasanya entrepreneur akan sangat berani mengambil resiko jika sudah mengetahui jenis kegiatan usaha yang dilakukan. Tetapi pada umumnya pengusaha memiliki sikap yang sangat tidak berani mengambil resiko jika tidak memiliki keahlian atau belum dikuasai sebelumnya. Begley dan Boyd (1987) dalam Kreser, Marino dan Weaver (2002) menemukan
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
bahwa kecenderungan perusahaan untuk berani mengambil risiko (risk talking) memiliki pengaruh positif pada kinerja perusahaan. Kecenderungan sikap risk taking berhubungan secara positif dengan sukses perusahaan karena manajer ataupun pemilik perusahaan dapat membuat perjanjian yang menguntungkan bagi perusahaannya (Fresee, Brantjes dan Horn, 2002). Kecenderungan Mencari Peluang Sifat lain yang dimiliki oleh entrepreneur adalah kecendrungan mencari peluang untuk perluasan maupun proses deversifikasi bisnisnya. Kecenderungan mencari peluang bisa dilihat dari berbagai keadaan misalnya dari kebutuhan konsumen dan kebutuhan pasar secara keseluruhan. Sikap proaktif dalam mencari peluang pasar merupakan sikap untuk melihat kebutuhan jauh kedepan dan selalu berusaha untuk mengejar peluang tersebut. Miller (1983) menyatakan sikap mencari peluang adalah perusahaan agresif dalam mengejar priorits dan tujuan dibandingkan dengan pesaingnya. Yeoh dan Joeng (1995 dalam Kreser, 2002) yang mendefinisikan proaktif untuk bersaingan dengan pesaingnya. Perusahaan proaktif cenderung menjadi pemimpin daripada pengikut, karena memiliki keinginan dan pandangan ke depan untuk menangkap peluang baru sekalipun tidak selalu menjadi yang pertama melakukan hal tersebut. Lumpkin dan Dess (1996) menyatakan sikap mencari peluang dilakukan sebagai antisipasi keinginan dan kebutuhan masa mendatang di pasar serta menciptakan keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mencari peluang merupakan factor penting yang menentukan kinerja perusahaan. Kecenderungan mencari peluang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan kecil dan menengah seperti penelitian Krauss et al (2006). Semakin tinggi kemampuan peengusaha untuk mencari peluang usaha maka semakin tinggi tingkat keberhasilan bisnis yang akan dicapai dan semakin tinggi tingkat keunggulan bersaing dibandingkan dengan pesaingnya.
13
Meutia
Innovativeness Para peneliti menganggap inovasi sebagai jantung dari kewirausahaan (Covin dan Miles, 1999 Jennings dan Young, 1990, Schollhammer, 1982, Shcumpeter, 1934, 1942 dalam Kreiser, 2001). Dimensi innovatiness mencerminkan kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-ide baru, eksperimen dan proses kreatif yang mungkin berhasil dalam memperkenalkan produk atau jasa baru dalam proses teknologi (Lumpkin dan Dess, 1996). Sikap inovasi akan mencerminkan kecenderungan untuk mendukung dan terlibat dalam ide-ide baru, proses-proses kreatif yang menyimpang dari praktek dan teknologi yang ada. Seorang entrepreneur cenderung selalu kreatif dalam usaha menemukan sesuatu yang baru baik dari pengalaman maupun dari eksperimen. Hasil pengalaman dan eksperimen akan ditemukan inovasi baru seperti inovasi proses, inovasi produk, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan dan lain sebagainya. Hodgson (1998) melihat inovasi sebagai proses pembelajaran yang diperlukan dalam sebuah konteks sosioekonomis yang bersifat dinamis. Proses ini memastikan dihasilkannya dan tercapainya transmisi ilmu pengetahuan dan inovasi dengan dua komponen pembentuk yaitu inovasi yang bersifat adaptif dan inovasi yang bersifat kreatif. Inovasi dilihat sebagai sebuah perubahan material dalam tehnologi produksi dan sebagai perubahan kapasitas seseorang untuk mengeksploitasi peluang dalam pasar terbaru. Banyak hasil penelitian yang menjelaskan bahwa inovasi akan berdampak positif terhadap kinerja bisnis baik perusahaan yang baru (Lumpkin et al, 2006) maupun perusahaan yang sudah lama berdiri. Hasil penelitian Frese, Brantjes dan Hoorn (2002) kecenderungan perusahaan untuk bermotivasi (innovativeness) secara positif berhubungan dengan sukses perusahaan karena dengan ide baru, perusahaan dapat menangkap segmen penting dalam pasar. Akan tetapi yang harus diperhatikan inovasi membutuhkan biaya yang tinggi sehingga untuk perusahaan yang sudah lama berdiri sering mengabaikan inovasi karena merasa sudah punya pasar dan sudah dikenal oleh konsumen. 14
KESIMPULAN 1. Becker (1964) mendefinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengalaman lainnya. Modal sumber daya entrepreneur adalah ketrampilan dan ilmu pengertahuan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Penelitian terdahulu sudah menunjukkan bahwa tingkatan modal sumber daya manusia secara keseluruhan akan memberikan dampak atau pengaruh pada keberhasilan perekonomian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro. Sebagai contoh Kilkeny (1999) yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan 2. Venkataraman (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Di dalam literatur penelitian yang ada, konsep orientasi wirausaha juga dikenal sebagai Entrepreneurial Posture (Miller, 1983), Entrepreneurial Behavior (Miller dan Friesen 1982; Covin dan Slevin 1986), Strategic Posture (Covin dan Slevin 1989) dan Entrepreneurial Posture (Covin dan Slevin 1990, 1991). Lumpkin dan Dess (1996) dalam usahanya untuk mengklarifikasi kebingungan dalam istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara orientasi wirausaha Entrepreneurial Orientation dan kewirausahaan (entrepreneurship).
Jurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
Referensi Bates. T.,1995,”Analysis of survival rates among franchise and independent small business star-up. Journal of business management 33 (2). 26-36. Becker, G.S., 1964,” Human Capital”, Columbia University Press, New York. Begley, T.M.& Boyd,D.B. 1987,” Psycological characteristics associated with performance in entrepreneurial firm and small business,” Journal of Business venturing 2(1), 79-93 Bianchi, T. 2001,” With and without co-operation: two alternative strategies in the food-processing industry in the Italian South”, Entrepreneurship & Regional Development, 13: 117–145. Brewster, C; Dowling, P; Grobler, P; Holland, P dan Warnich, S. 2000,”Contemporary Issues in HRM: Gaining a Competitive Advantage. Oxford Uniersity Press: Southern Africa. Chandler, G.N., Hanks, S., 1998,” An examination of the substitutability of founders’ human and financial capital in emerging business venture”. Journal of BusinessVenturing 13, 353–369. Coleman, J. S. 1988,” Social capital in the creation of human capital.” American Journal of Sociology, 94, 95-120. Covin J.G and D. Slevin, 1989.” Strategic management of small firm in hostile and begin environment”, Strategic Management Journal, 10 (1) pp 75-87. Covin, J.& Slevin,D.1991,” A Conceptual Model Of Entrepreneurship as Firm Behaviour Entrepreneurship,” Theory and Practice,16(1),7-25. Covin, J. G dan T. Covin., 1990. “Competitive Aggresiveness, environmental context, and small firm performance”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, Vol. 14 (4), 35-50 Dakhli, Mourad and Clercq., Dirk De, 2004,” Human Capital, Social Capital and Innovation: A Multicountry Study p. 107–128 Davidsson, P., Honig, B., 2003.” The role of social and human capital among nascent entrepreneurs.” Journal of Business Venturing 18, 301–331. Freese,M., Brantjes,A.& Hoorn,R. 2002,” Psycological success factor of small scale businesses in Namimbia: The Roles Of Strategy process, Entrepreneurial Orientation and The Environment,” Journal Of Development Entrepreneurship 7(3) Gosselin Maurice, 2005,” An Empirical Study of Performance Measurement in Manufacturing Firm, International Journal of Productivity and Performance Management, Vol. 54 No.5/6.pp.419- 437 Hodgson, G. ,1998,” Competence and contract in the theory of the firm. Journal of Economic Behavior, 35, 179–201. Kenney, M. and von Burg, U. 1999,” Technology, entrepreneurship and path dependence: industrial clustering in Silicon Valley and Route 128, Industrial and Corporate Change, 8: 67–103. Khandawalla, P.N.1977.”The Design of Organization” New York:Harcout brace Jovanovich Kilkenny, M., Nalbarte, L. and Besser, T. 1999,” Reciprocated community support and small townsmall business success”, Entrepreneurship & Regional Development, 11: 231–246. Knight, Gary.2000.” Entrepreneurship and marketing strategy: The SME under globalization.” Journal of international marketing,8,(2), pp.12-21 Krauss, Stetanie I,& Michale Frese et.al,2005.” Entrepreneurial orientation: A phycological Model Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
15
Meutia
of success among southern African Small Business Owners”, Europian journal of work and organizational psychology, Vol 14, No. 3, pp.315-344 Kreiser, P. M. 2001. “Entrepreneurial Organization or Family Firm? A strategic Analysis of Gulf States Paper Corporation”, EBHA Conference : Business dan Knowledge, July, The University of Alabama, USA. Kreiser, P. M., Marino L. D., dan Weaver, K. M. 2002.“Assessing the Psychometric Properties of the Entrepreneurial Orientation Scale: A Multicountry Analysis”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, 71-93. Lee, D.Y.& Tsang, E.W.K.2001.” The Effect Of Entrepreneurial Personality, Background and Network Activities on Ventures Growth,” Journal Of Management Studies 38(4) 583-602. Lumpkin, G.T., & Dess, G.G.1996.” Clarifying the entrepreneurial orientation construct and linking it to performance. “Academy of management Review,21(1), 135-172. Lumpkin et al.2006.” Entrepreneurial Orientation Effects and New Venture Performance : The Moderating Role of Venture Age.” Academy of Management Best Conference Paper, 2006. Matsuno at al. 2002.” The Effect of Entrepreneurial Proclivity and Market Orientation on Markides C and P.J. Williamson,1994: Related diversifikasi, core competence and corporate performance. Strategi Manajemen Journal Vol.15 Miller, D. dan Friesen, Peter H.1982.”Innovation in conservative and entrepreneurial firm: Two Model of Strategic Momentum”, Strategic Management Journal, 3 (1) pp.1-25 Miller D.1983.” The Correlates of Entrepreneurship in three type of firms,”Management Science,29,pp. 770-791 Mintzberg, H. 1973.” Strategy Making in Three Models”, California Management Review. 16:44-53 Pennings, J. M., Lee, K. & van Witteloostuijn, A.1998,” Human capital, social capital, and firm dissolution. Academy of Management Journal, 41, 425-440. Rauch, A., Unger, J., Skalicky, B., Frese, M., 2005b.” The effect of business owners’ cognitive ability, human capital, knowledge and experience on business success: acomparison of three different perspectives. “Poster Presented at the 2005 Babson Kaufman Entrepreneurship Research Conference, June 9 11, Babson. Schumpeter, Joseph. 1934,” The Theory of Economic Development. Cambridge, Mass.: Harvard University Press. Siegel, R., Siegel., E. and MacMillan, I. C. 1993,” Characteristics distinguishing high-growth ventures”, Journal of Business Venturing, 8: 169–180. Smart, D. T. and Conant, J. S. (1994) ‘Entrepreneurial Orientation, Distinctive Marketing Competencies and Organizational Performance’, Journal of Applied Business Research 10(3): 28–38. Stewart Jr W H, Carland J C, Carland J.W, Watson W E and Sweo R, 2003, Entrepreneurial Dispositions and Goal Orientations: A Compative Exploration of United States and Russian Entrepreneurs, Journal of Small Business Management 41-1 pp. 27-46 Stevenson, H. H. and J. C. Jarillo (1990). ‘A paradigm of entrepreneurship: Entrepreneurial management’, Strategic Management Journal, 11, pp. 17-27. Venkatraman, N. (1989). “Strategic Orientation of Business Enterprises: The Construct, Dimensionality and Measurement:, Management Science, Vol. 35. No.8. p. 942-962. Venkatraman, S., 1997. “The distinctiveness domain of entrepreneurship research: an editor’s 16
Jurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
perspective.” In: Katz, J., Brockhaus, R. (Eds.), Advances in Entrepreneurship, Firm Emergence, and Growth. JAI Press, Greenwich, CT, pp. 119 138. Vitale R, Giglierano J, and Miles M, 2003,” Entrepreneurial Orientation, Market Orientation, and Performance in Estableshed and Startup Firms, http://www.uic.edu/cba/ies/2003papers Wiklund, J. 1999.“The sustainability of the entrepreneurial orientation- performance relationship.” Entrepreneurship: Theory & Practice, 24 (1), 37-49. Wright, P; McMahan, G; McCormick, B dan Sherman, S. 1998. “Strategy, core competence, and Human Resource involvement as determinants of HR effectiveness and refinery performance”. Human Resource Management, Vol. 36, pp. 17-29.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
17
Meutia
18
Jurnal Visioner & Strategis