RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL
Lampiran III Kep Danpusdikajen Nomor Kep / / / 2010 Tanggal 2010
KEPEMIMPINAN LAPANGAN BAB I PENDAHULUAN
Masalah kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting bagi 1. Umum. kita baik pada masa lalu, sekarang maupun pada masa yang akan datang. Karena kepemimpinanlah yang akan membawa bangsa dan negara kita kearah pencapaian tujuan perjuangan. Kapan dan bagaimana tujuan perjuangan itu dapat dicapai, akan banyak tergantung pada sifat, bentuk dan kualitas kepemimpinan yang ada. Perlu disadari bahwa masalah kepemimpinan merupakan masalah yang sangat rumit dan peka. Karena kepemimpinan selalu berhubungan dengan masalah manusia. Kepemimpinan memang dapat dipelajari dari buku, melalui pendidikan formal dan non formal ataupun melalui kursus dan seminar, tetapi seseorang tidak akan dapat menjadi pemimpin hanya dengan membaca buku atau mengikuti pendidikan, kursus dan seminar. Karena kepemimpinan merupakan produk dari sifat perangai, watak dan bakat seseorang yang telah dimantapkan dalam proses pengaruh timbal balik dengan lingkungannya selain itu kepemiminan tidak dapat” diciptakan” tetapi dapat “ ditimbulkan”. Oleh karena itu tidak mudah menjadi kepemimpinan yang sejati. Seperrti yang pernah dikatakan oleh seorang penulis asing, bahwa No men is leader until his appointmant is ratified in the minds and heards of his men (Command Performance, The Infantery Journal). 2.
Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran pada pendidikan Dikmaba PK Ajen. b.
Tujuan. Agar Basis mengerti tentang Kepemimpinan.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Departemen ini meliputi Konsep dasar kepemimpinan dan Kepemimpinan TNI dengan tata urut sebagai berikut : a.
Pendahuluan.
b.
Konsep dasar kepemimpinan
c.
Kepemimpinan TNI
d.
Evaluasi.
e.
Penutup.
RAHASIA
2
4. Pengertian-pengertian. Pengertian-pengertian diatas adalah mengenai kepemimpinan pada umumnya. Mengenai pengertian kepemimpinan secara khusus atau secara fungsional, yakni kepemimpinan militer atau tepatnya “Pengertian kepemimpinan TNI” dapat disebutkan sebagai berikut : “ Kepemimpinan adalah seni dan kecakapan dalam mempengaruhi dan membimbing orang bawahan, sehingga dari pihak yang dipimpin timbul kemauan, kepercayaan, hormat dan ketaatan yang diperlukan dalam penilaian tugas-tugas yang dipikulkan padanya, dengan menggunakan alat dan waktu, tetapi mengandung keserasian antara tujuan kelompok atau kesatuan dengan kebutuhan-kebutuhan atau tujuantujuan perorangan”. Dengan pengertian kepemimpinan TNI tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu selalu tidak akan terlepas dan bahkan akan merupakan pencerminan kepribadian atau identitas pemimpin, karena baik buruknya suatu tujuan dan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan itu dapat terlepas dari kepribadian pemimpin itu, kepribadian yang baik merupakan faktor yang paling utama bagi pembentukan kepemimpinan yang baik, sebaliknya kepemimpinan yang baik merupakan pencerminan kepribadian yang baik. Hal itu antara lain telah diteladankan oleh almarhum Jenderal Soedirman dan Almarhum Jenderal Oerip Soemohardjo. Antara “Kepemimpinan Militer (TNI)” dengan “Komando” mempunyai kaitan yang sangat erat, karena “ kepemimpinan “ adalah cara-cara yang dapat membangkitkan perhatian dan semangat pihak bawahan untuk mencapai tujuan bersama dengan berhasil dan berdaya guna, sedangkan “Komando” adalah pelaksanaan wewenang atas bawahannya. Definisi (batasan) Komando. ”Komando adalah suatu wewenang yang diberikan kepada seorang anggota militer dengan dan karena jabatan ia mempunyai wewenang formal atas perorangan dan kesatuan-kesatuan bawahannya”. Kepemimpinan yang baik membangkitkan ketaatan yang ikhlas terhadap Komando pengkomandoan yang didasarkan atas sifat-sifat dan azas-azas kepemimpinan senantiasa akan berhasil baik.
BAB II KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN
5.
Umum.
Nilai pemimpin tidak ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh,
tetapi ditentukan oleh kemampuan pemimpin itu. Untuk mencapai hasil tersebut dengan perantaraan orang lain, yaitu melalui penganut-penganutnya dan ditentukan oleh pengaruh yang dipancarkan oleh pemimpin terhadap pengikutnya.
3
6.
Dasar Kepemimpinan TNI. a. Sifat dan hakekat TNI. TNI lahir bersama-sama Proklamasi Kemerdekaan, oleh karena itu TNI adalah Tentara Pejuang, Tentara Rakyat dan Tentara Nasional. b. Watak TNI. TNI bukan prajurit sewaan, yang hendak menjual tenaganya demi sesuap nasi, yang mudah dibelokkan haluannya karena tipu dan nafsu kebendaan ; melainkan prajurit TNI yang karena keinsyafan dan atas panggilan Ibu Pertiwi bersedia membaktikan jiwa dan raganya bagi kehormatan dan keluhuran bangsa dan negara. c. Tekad TNI. Mempertahankan kesucian Proklamasi Kemerdekaan 17-8-1945 secara mati-matian, sebagaimana telah diamanatkan oleh Bapak TNI almarhum Jenderal Soedirman, panglima Besar Angkatan Perang R.I. pada tanggaal 16-101949, yang antara lain menulis sebagai berikut : “ Lebih baik hancur bersama-sama debunya kemerdekaan dari pada hidup subur dalam alam penjajahan “. Dengan bercerminnya pada sifat, hakekat, watak dan tekad TNI serta bertitik tolak dari kepribadian Bapak TNI, maka pada hakekatnya kepemimpinan itu bersendikan pada falsafah pancasila yang dalam penerapan kemudian berkembang menjadi kepemimpinan Sapta Marga.
d.
Hakekat pemimpin TNI. 1) Memiliki budi pekerti yang luhur. 2) Taat kepada peraturan-peraturan yang berlaku. 3) Taat kepada sumpah prajurit dan sapta marga. 4) Taat dan memperhatikan azas-azas kepemimpinan TNI, jadi hakekat kepemimpinan TNI ialah kepemimpinan Pancasila dan kepemimpinan Sapta Marga.
7.
Kepemimpinan Pancasila. Merupakan konsep kepemimpinan yang mendasarkan sendi-sendinya kepada: a. b. c. d. e.
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
8. Kepemimpinan Sapta Marga. Sapta Marga adalah pedoman hidup dan kepribadian TNI yang berlandaskan Pancasila, kepemimpinan Sapta Marga merupakan penerapan kepemimpinan Pancasila oleh TNI. Kepribadian Sapta Marga merupakan rangkaian Integrasi daripada sifat-sifat kerakyatan dan sifat-sifat keprajuritan dalam diri setiap anggota TNI. Marga kesatu sampai dengan Marga ke tiga mengandung jiwa/unsur-unsur kerakyatan, yakni jiwa kenegaraan dan kepemimpinan Indonesia “ Sedangkan Marga ke empat sampai dengan Marga ke tujuh mengandung jiwa ke Prajuritan.
4 9. Azas-azas Kepemimpinan TNI. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang merupakan ledakan semangat dan tekad untuk mendeka ditandai dengan tampilnya para pemimpin perjuangan dari berbagai strata masyarakat pada saat itu, yang masing-masing bersatu dengan pribadinya yang diwarnai sifat kebhinekaan, serta diikat oleh rasa persatuan dengan sasaran yang bulat untuk mencapai Indonesia Merdeka. Banyak pemimpin tampil didepan antara lain dalam kehidupan organisasi yang kemudian berkembang menjadi TNI sekarang ini. Diantaranya ialah Panglima Besar almarhum Jenderal Soedirman yang selanjutnya memberikan warna khas kepemimpinan TNI dalam pertumbuhannya dan dalam perjuangan TNI sampai masa kini. Sikap kepemimpinan almarhum Jenderal Soedirman dilengkapi dengan berbagai ajaran yang berkembang dalam sejarah TNI, baik yang berasal dari Panglima Besar sendiri maupun dari para pemimpin lainnya yang berasal dari berbagai daerah seluruh Indonesia. Berhasil dihimpun, kemudian diambil intinya untuk selanjutnya dirumuskan menjadi azas-azas kepemimpinan TNI, yang sekarang Azas Kepemimpinan TNI ini diimplementasikan pada setiap babakan perjuangan dan juga dalam sejarah perjuangan dan pengabdian TNI, demikian pula menghadapi dasa warsa 80-an dewasa ini. 10.
Rumusan 11 azas Kepemimpinan TNI. a. Taqwa. Ialah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, taat kepada-Nya. b. Ing Ngarsa Sung Tulada. Yaitu memberi suri tauladan dihadapan anak buahnya. c. Ing Madya Mangun Karsa. Yaitu ikut bergiat serta menggugah semangat ditengah – tengah anak buah. d. Tut Wuri Handayani. Yaitu mempengaruhi dan memberi dorongan kepada anak buah. e. Waspada Purba Wisesa. Yaitu selalu waspada mengawasi serta sanggup memberi koreksi kepada anak buah. f. Ambeg Parama Arta. Yaitu dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan. g. Prasaja. Yaitu tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan. h. Satya. Yaitu sikap loyal yang timbal balik dari atas terhadap bawahan, dan bawahan terhadap atasan dan kesamping. i. Gemi Nastiti. Yaitu kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan. j. Belaka. Yaitu keberanian dan kerelaan untuk mempertanggung jawabkan keputusan – keputusannya dan sanggup menerima koreksi – koreksi. k. Legawa. Yaitu kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukannya kepada generasi berikutnya.
11.
Evaluasi. a.
Jelaskan pengertian dari kepemimpinan !
b.
Sebutkan dasar kepemimpinan !
5 BAB III KEPEMIMPINAN TNI 12. Umum. Kepemimpinan yang tangguh merupakan landasan bagi keberhasilan pembinaan satuan dan juga merupakan kunci kenberhasilan satuan tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Pembinaan kepemimpinan lapangan secara intensif bagi setiap unsur pimpinan dari eselon terendah sampai yang tertinggi
13.
Tipe Kepemimpinan. a. Kepemimpinan otoriter. Dalam hal ini pemimpin tidak bersifat membimbing, tetapi lebih bersifat memerintah dan mengendalikan bawahan agar mereka dengan disiplin yang keras dan rasa loyalitas yang tinggi, dapat mencapai misi atau tujuan yang dikehendaki oleh pemimpin itu. Kekuasaan penting bagi pemimpin yang demikiam itu karena tanpa kekuasaan ia akan kehilangan sarana untuk mencapai tujuan, pola kepemiminan otoriter baik atau buruk masih harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan yang ada. Dalam keadaan darurat atau sangat darurat terutama pada saat-saat bawahan tidak mempunyai lagi inisiatif dan semangat juang, pola kepemimpinan otoriter sering kali diperlukan, sebaliknya dalam kondisi bawahan cukup mempunyai inisiatif dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya, kepemimpinan yang demikian kiranya tidak perlu. b. Kepemimpinan Demokratis. Dalam hal pemimpin bersifat membimbing bawahan, ia menjelaskan kebijaksanaan umum kepada bawahan dengan pedomanpedoman yang tidak mengikat, bawahan diharapkan dapat memilih cara-cara yang dikehendaki dalam mencapai tujuan dan dengan demikian secara spontan timbul rasa kesadaran akan tanggung jawab bawahan terhadap pencapaian tujuan bersama, bawahan diharapkan bergerak sendiri, namun apabila ada penyimpangan barulah pemimpin memberikan pengarahan. c. Kepemimpinan Liberal. Pola kepemimpinan liberal memberikan kebebasan mutlak kepada para bawahannya untuk bertindak dalam mencapai tujuaan bersama. Pemimpin hanya akan memberikan nasehat apabila diminta oleh bawahan, inisiatif diserahkan sepenuhnya kepada bawahan, garis-garis umumnya saja yang ia jelaskan pada tingkat awal tugas. Apabila kepemimpinan Otoriter menitik beratkan inisiatif dan kemauan pada diri pemimpin sementara itu kepemimpinan demokratis menitik beratkan inisiatif dan kemampuan pada kelompok dan keseluruhannya, maka pada kepemimpinan liberal inisiatif dan kemampuan ada pada masing-masing individu, kebebasan individu menjadi pangkal tolak yang utama. d. Kepemimpinan Paternalistis. Pola kepemimpinan ini banyak terdapat dinegara negara asia, termasuk pula di Indonesia. Dalam kepemimpinan ini pemimpin dianggap juga sebagai seorang ayah yang harus melindungi bawahan seperti keluarga sendiri. Pemimpin sebagai pola seorang ayah harus dapat menjadi panutan, yaitu seorang yang dapat dianut, karena itu ia harus dapat memberikan tauladan kepada bawahannya.
6 14.
Ciri-ciri Kepemimpinan. a. Ada 4 (Empat) ciri-ciri kepemimpinan yang dapat diambil sebagai pegangan untuk mengetahui baik buruknya kepemimpinan, moril, disiplin, jiwa kesatuan dan kecakapan (ketrampilan) dari pada kesatuan atau organisasi yang dipimpin. 1)
Moril. a) Moril adalah keadaan jiwa (dan emosi) seseorang yang berhubungan dengan tugas khusus dan meliputi kemauan untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Moril adalah sesuatu yang subyektif, psikhis dan sukar ditangkap serta bertalian dengan perasaanperasaan seseorang tentang pekerjaan dan organisasi. b) Moril yang tinggi adalah keadaan alam pikiran seseorang prajurit yang membuatnya puas dalam lingkungannya, percaya kepada diri sendiri, kawan-kawan dan pemimpinannya serta berkeras hati untuk dapat melaksanakan segala tugasnya dengan seefisien-efisiennya. Oleh karena itu, seorang prajurit yang bermoril tinggi akan mempunyai kepercayaan yang teguh kepada organisasi, pimpinan dan tujuan dari pada organisasinya itu. c) Hasil yang dicapai, apakah itu sesuatu hasil yang gemilang ataukah merupakan suatu kegagalan banyak ditentukan oleh keadaan moril. Dua Kesatuan yang sama dalam perlengkapan, sama dalam disiplin dan dengan kepemimpinan yang relatif sama pula, tetapi yang satu memiliki keunggulan moril terhadap yang lain, maka kesatuan yang memiliki moril yang tinggi biasanya yang lebih berhasil. d)
Ciri-ciri adanya moril yang baik ditandai dengan : (1) Adanya perhatian yang besar. (2) Kegembiraan. (3) Perasaan taat yang mendalam. (4) Sungguh-sungguh melaksanakan kewajiban-kewajiban. (5) Perintah-perintah maupun petunjuk-petunjuk ditaat dengan baik. (6) Kerja sama dan kegiatan bekerja dengan ikhlas. (7) Dan lain-lain.
e)
Ciri-ciri adanya moril yang rendah menunjukan : (1) (2) (3) (4) (5) (6)
f)
Sikap yang masa bodoh. Tidak ada sifat berlomba. Rasa tidak adil. Sering terjadi pelanggaran. Kebencian yang aktif dan mendalam terhadap pimpinan. Dan lain-lain.
Moril sebagai keadaan jiwa seseorang dapat mudah berubahubah karena pengaruh keadaan yang berlaku dalam organisasi. Dalam hubungan ini, yang dapat mempengaruhi keadaan jiwa seseorang itu adalah antara lain :
7
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kepemimpinan. Kepercayaan. Penghargaan atas penyelesaian tugas. Solidaritas rombongan dan kebanggaan atas satuan. Latihan dan pelajaran. Kesejahteraan dan rekreasi. Kesempatan untuk mengembangkan bakat. Pengaruh-pengaruh dari luar. Struktur organisasi. Dan lain-lain.
Untuk dapat mememiliki moril yang tinggi, perlu kepemimpinan yang baik, dalam hal ini suatu kepemimpinan yang dapat menyatukan kepentingan-kepentingan organisasi dengan kepentingan anggota, dengan kata lain adanya keseimbangan yang timbal balik. 2)
Disiplin. a) Disiplin adalah ketaatan dengan tidak ragu-ragu dan tulus ikhlas kepada perintah-perintah atau petunjuk yang diberikan oleh atasan/pimpinan/komandan dengan mempergunakan pikirannya. Disiplin yang terbaik adalah disiplin pribadi, ialah disiplin yang timbul karena keinsafan, pengertian yang baik mengenai tujuan dan karena loyal kepada atasan/pimpinan ataupun tim. Pujian pimpinan kepada anggota bawahan, baik perorangan ataupun Kesatuan, terhadap sesuatu tugas yang telah diselesaikan dengan baik, dapat memperkuat ikatan disiplin dana memperkokoh kerja sama tim secara lebih lancar dan kompak. b) Musuh yang terbesar dari pada disiplin didalam kesatuan atau organisasi adalah ragu-ragu atau rasa takut yang biasanya timbul karena hal-hal yang belum diketahui. Oleh karena itu, peneranganpenerangan yang bersifat pengisian jiwa dan penerangan mengenai segala hal, sehingga tidak ada hal yang tidak mereka ketahui, akan merupakan usaha yang sangat baik untuk mengatasi perasaanperasaan tersebut. Disamping itu, dengan memberikan kegiatankegiatan yang kontinyu akan tumbuh pula rasa percaya pada dirinya, sehingga rasa ragu-ragu atau rasa takut itu setidak-tidaknya akan menjadi berkurang.
3)
Jiwa Kesatuan. a) Jiwa kesatuan adalah loyalitas, kebanggaan dan antusiasme yang tertanam pada anggota-anggota terhadap kesatuan atau corpsnya. Apabila moril merupakan jiwa perseorangan, maka jiwa kesatuan ini adalah jiwa yang dihasilkan dari kesatuan/korps ataupun badan/organisasi sebagai satu keseluruhan. b) Moril dan jiwa kesatuan mempunyai pengaruh yang timbal balik. Didalam kesatuan atau organisasi dengan jiwa kesatuan yang tinggi, ketidak puasan perseorangan dari beberapa anggota didalam kesatuan itu dapat padam oleh semangat kesatuan yang ada pada waktu itu. Apabila antara anggota dengan anggota ada kerja sama, saling
8 percaya dan perasaan saling terbuka, maka melalui suatau proses tertentu dalam waktu yang relatif tidak lama, moril kesatuan yang baik itu akan dapat menjelma menjadi jiwa kesatuan yang baik pula. c) Seperti halnya dengan moril atau disiplin, jiwa kesatuan dapat juga naik turun. Hal ini tergantung terutama kepada pimpinan, keadaan dan moril pada perorangan didalamnya. 4)
Kecakapan/ketangkasan. a) Kecakapan/ketangkasan adalah kepandaian menjalankan tugas dengan hasil yang baik : (1)
Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
(2) (3)
Dengan tenaga yang sedikit-dikitnya dan Dengan keributan yang sekecil-kecilnya.
b) Apabila moril, disiplin dan jiwa kesatuan adalah berhubungan dengan jiwa perorangan, maka jiwa tersebut harus diisi dan dilengkapi dengan ketangkasan, ialah kecakapan teknis, kecakapan taktis dan kecakapan fisik, sehingga pada akhirnya kesatuan, badan atau organisasi itu akan menjadi suatu tim yang kompak. Kecakapan/ketangkasan dari pada kesatuan, badan atau organisasi yang dapat dicapai melalui latihan-latihan, pelajaran-pelajaran, pembagian tugas yang sesuai, penempatan yang tepat dan lain sebagainya. b. Pada akhirnya, apabila ke-4 (empat) ciri-ciri kepemimpinan tersebut, ialah moril, disiplin, jiwa kesatuan dan kecakapan/ketangkasan itu dimiliki oleh suatu kesatuan, badan atau organisasi dengan baik, maka niscaya akan dicapai daya tempur atau daya mampu yang baik pula, maka niscaya akan dicapai daya tempur atau daya mampu yang baik pula, yang berarti terdapatnya suatu kepemimpinan yang baik. Justru sebagaimana disebutkan di dalam pengertian kepemimpinan, sasaran kepemimpinan adalah pemeliharaan dan pengembangan organisasi sedemikian, sehingga dapat menyelesaikan tugas secara efektif dan maksimal dalam jangka waktu dan dengan peralatan yang minimal.
15.
Sifat-sifat Kepemimpinan. a.
Jujur. 1) Sifat jujur merupakan perpaduan daripada keteguhan watak, sehat dalam prinsip-prinsip moral, tabiat suka akan kebenaran, tulus hati dan perasaan halus mengenai etika keadilan dan kebenaran. 2) Sifat jujur sangat penting bagi seorang pemimpin atau komandan, agar ia terhindar dan bersih dari cela atau kemungkinan mendapat cela. 3) Tindakan-tindakan untuk mengembangkan dan menyempurnakan sifat jujur adalah antara lain :
9
a) Berlaku selalu jujur dan suka kepada kebenaran dan kenyataan (realitas) pada setiap saat. b) Berlaku seksama dan teliti serta benar dalam ucapan atau membuat pernyataan-pernyataan resmi maupun tidak resmi. c) Memegang teguh pendirian, apabila yakin bahwa pendirian tersebut berdasarkan dan berlandaskan kebenaran. d) Menjunjung dengan setinggi-tingginya kejujuran, rasa tanggung jawab akan tugas dan prinsip-prinsip moral diatas segala-galanya. b.
Berpengetahuan. 1) Berpengetahuan adalah totalitas dari kecerdasan dan pengertian luas yang diperoleh dengan jalan belajar yang terus menerus. 2) Pengetahuan yang dimiliki sangatlah berguna untuk : a) Memungkinkan pelaksanaan tugas dengan baik. b) Memungkinkan mempergunakan dan mengawasi anak buah secara efektif. c) Memungkinkan membuat rencana dengan baik. d) Memberikan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menyempurnakan pekerjaan-pekerjaan. 3) Tindakan-tindakan dan usaha untuk menambah dan mempertinggi pengetahuan antara lain dilakukan dengan : a) Menyelenggarakan perpustakaan kecil dokumen-dokumen/catatan-catatan yang penting.
dan
pengumpulan
b) Mempelajari buku-buku petunjuk dan buku-buku lainnya seperti peraturan-peraturan, petunjuk-petunjuk latihan, tulisan-tulisan tentang opersi militer, kampanye-kampanye militer dimasa-masa yang telah lalu. c) Membaca buku-buku dan majalah-majalah yang tercantum dalam daftar bacaan yang dikeluarkan TNI. Mencoba dan menilai berita-berita hangat dengan secara tidak berat sebelah. d) Buatlah kebiasaan percakapan yang sungguh-sungguh dan adakan penilaian terhadap pengalaman sendiri dan pengalamanpengalaman orang lain. e) Selalu waspada mendengarkan dan memperhatikan serta mengadakan penelitian terhadap soal-soal yang kurang dimengerti atau kurang paham. c.
Berani (fisik dan moril). 1) Keberanian merupakan suatu tingkatan mental yang mengakui adanya ketakutan atau kekhawatiran terhadap bahaya-bahaya atau kemungkinankemungkinan celaan. 2)
Berani sangat diperlukan untuk :
10 a) Mengembangkan dan meningkatkan menghadapi bahaya-bahaya fisik yang timbul.
ketabahan
dalam
b) Tabah mengakui dan membela kebenaran, sekalipun ada tantangan-tantangan. c) Lebih sanggup melakukan tindakan yang lebih baik apabila diperlukan. 3)
Tindakan untuk mengembangkan sifat berani adalah antara lain : a)
Mempelajari dan memahami rasa takut yang ada pada dirinya.
b) Mengendalikan rasa takut dengan mengembangkan disiplin pribadi dan ketenangan.
jalan
dan
cara
c) Berbicara dengan nada tenang, berfikir dengan secara teratur, tidak membesar-besarkan rasa takut fisik atau kemalangankemalangan. d) Paksakan menjalankannya.
diri
untuk
bisa
mengatasi
sampai
berhasil
e) Mendukung setiap kebenaran dan membela hal tersebut, sekalipun umum tidak sependapat. Perhatikan dan bersiaplah untuk mempertanggung jawabkannya. g) d.
Terima celaan, apabila telah berbuat kesalahan.
Mampu mengambil keputusan. 1) Kemampuan mengambil keputusan adalah kecakapan untuk memcahkan persoalan deengan cepat dan tepat serta menyatakan pendapatnya mengenai tindakan-tindakan yang harus dilaksanakannya secara tepat pula. 2)
Kemampuan mengambil keputusan sangat berguna untuk : a) Membangkitkan kepercayaan bawahan dan meniadakan keraguraguan. b) Membangkitakan kepatuhan terhadap perintah-perintah serta memupuk disiplin.
3) Tindakan dan usaha-usaha untuk mengembangkan sifat tersebut adalah antara lain : a) Belajar untuk selalu bertindak positif, tidak mengulur-ngulur waktu atau berputar lidah. b) Meneliti semua kenyataan yang ada, tentukan pendapat dan keluarkan perintah yang jelas dan tegas serta penuh keyakinan.
11 c) Meneliti kembali keputusan untuk menentukan apakah keputusan itu benar-benar sehat dan tepat. d) Meneliti kembali keputusan-keputusan yang dibuat orang lain dan apabila tidak sependapat dengan keputusan itu, teliti mengapa dan tentukan apakah alasan untuk tidak menyetujui keputusan yang sehat dan tepat itu. e) Perluas pandangan dengan mempelajari tindakan-tindakan orang lain. Ambil keuntungan-keuntungan dari pengalaman-pengalaman orang lain dengan mempelajari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. e.
Dapat dipercaya. 1) Dapat dipercaya merupakan kepastian pelaksanaan kewajiban dengan setepat-tepatnya. 2)
Sangat berguna untuk : (a) Dapat menjalankan kewajiban dengan baik, sekalipun tidak ada pengawasan, pada waktu-waktu menghadapi bahaya atau keadaankeadaan yang genting atau kemalangan. (b) Memupuk dan mempertebal kepercayaan bawahan terhadap pimpinan tentang kemampuan dan kesanggupannya. (c) Memupuk rasa hormat dan penghargaan dari pada atasan maupun bawahan.
3)
Tindakan-tindakan untuk mengembangkannya adalah antara lain : (a) Hindarkan diri sejauh mungkin untuk berbuat kesalahan atau berharap maaf dari orang lain. (b) Kerjakan dan laksanakan setiap tugas yang diterima dari atasan dengan mengarahkan seluruh daya kemampuan dan tidak usah memperdulikan orang-orang yang mempunyai keyakinan atau pendapat yang lain. (c)
Berlaku tepat dalam hal-hal yang kecil.
(d)
Biasakan diri untuk selalu berlaku teliti.
(e)
Taati perintah-perintah sebagaimana mestinya.
(f) Beri perhatian yang kesejahteraan anggota. f.
layak
terhadap
persoalan-persoalan
Berinisiatif. 1) Inisiatif adalah tindakan yang sehat dan tepat yang dilakukan atas dasar pemikiran sendiri pada waktu tidak ada perintah-perintah tentang bagaimana mengatasi kesukaran-kesukaran atau petunjuk-petunjuk dari atasan.
12 2)
Inisiatif berguna untuk : a) Segera memulai dengan sesuatu kegiatan, sekalipun tidak ada prioritas dan melanjutkannya dengan segala kesungguhan untuk mengatasi setiap macam kesukaran. b)
Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan baik.
c) Dapat memenuhi kebutuhan dan dapat memecahkan persoalanpersoalan yang belum atau tidak diatur oleh sesuatu prosedur atau lainnya. 3)
Cara-cara untuk mengembangkan antara lain : a)
Pelihara senantiasa kesiap siagaan mental dan fisik.
b) Latih diri untuk meneliti dan mengetahui tugas-tugas apa yang mungkin akan diletakan atau diberikan oleh atasan dan mengetahui sendiri pekerjaan-pekerjaan yang masih harus diselesaikan. c) Kerjakan sesuatu yang baik tanpa ragu-ragu tanpa harus disuruh atau diberitahukan. g.
Bijaksana. 1)
Kebijaksanaan merupakan tindakan dan sikap yang menggambarkan pengertian-pengertian yang sehat dan tepat mengenai jiwa seseorang.
2)
Tindakan bijaksana berguna untuk : a) Cakap menghadapi atasan, sesama, bawahan dan umum tanpa melukai hati atau perasaannya dan tanpa kedudukan sendiri maupun pihak yang dihadapi. b) Dapat memelihara kepercayaan atasan, sesama dan bawahan atas kemampuan-kemampuan serta kesanggupan memimpin. c) Agar orang lain suka dan bersedia memberikan bantuanbantuannya dan kerja sama yang ikhlas, gembira dan semangat menyempurnakan tugas.
3)
Cara-cara untuk mengembangkannya antara lain : a) Berlaku selalu ramah, sopan, gembira, sabar dan hati-hati terhadap orang lain. b) Mempelajari tindakan-tindakan perwira yang telah mencapai hasil-hasil yang gemilang dan perwira yang mempunyai reputasi karena ketrampilannya (Skill full) dalam hubungan antara sesama (pergaulan/Human Relation). c) Pelajari macam-macam kepribadian yang berbeda-beda dan berusaha untuk memiliki pengetahuan tentang tabiat-tabiat manusia.
13 d) Kembangkan kebiasaan berjiwa besar dan bertulus ikhlas, teliti diri sendiri mengenai toleransi apabila salah agar segera diperbaiki. e) Perlakukan orang lain diperlakukan oleh orang lain. h.
seperti
halnya
diri
sendiri
ingin
Tegas. 1) Ketegasan merupakan kemampuan mengambil keputusan atau tindakan yang didasarkan kepada keyakinan, bahwa keputusan atau tindakan itu akan membawa keuntungan dalam kepentingan atau pelaksanaan tugas. 2)
3)
Ketegasan sangat berguna untuk : a)
Memelihara dan menumbuhkan moral dan disiplin yang baik.
b)
Membiasakan bahwa tugas berada diatas segala-galanya.
c)
Dapat mempertebal kepercayaan bawahan pada pimpinan.
Cara-cara untuk dapat mengembangkannya adalah antara lain : a)
Membiasakan diri untuk berlaku dan bertindak tepat dan teliti.
b) Membiasakan diri untuk mengutamakan penyelesaian tugas daripada kepentingan yang lain.
kepentingan
c) Membiasakan diri untuk berani mengorbankan sesuatu demi kepentingan yang lebih besar dan mulia. i.
Adil. 1) Sifat adil adalah kualitas keadaan tidak berat sebelah dan keteguhan dalam pelaksanaan pimpinan. 2)
Keadilan sangat penting untuk : a)
Dapat memberikan apa yang menjadi hak setiap orang.
b)
Dapat membangun dan membina moral dan disiplin.
c) Dapat mendorong bawahan kearah usaha yang lebih besar dan prestasi kerja yang lebih tinggi. d) Dapat memberikan dan membangkitkan rasa keseimbangan dan ketetapan serta ketenangan hati. 3)
Cara-cara pengembangannya adalah antara lain : a) Bersikap “ tidak sok kuasa” dan tidak memihak, apabila menjatuhkan hukuman.
14
b) Bersikap tidak memihak, tidak pilih kasih dan jujur terhadap diri sendiri. c) Teliti kembali sikap mental, apakah diri kita bersih, dari prasangka-prasangkanya. Apabila tidak bersih, usahakan untuk menghilangkan hal itu. d) Perhatikan nasehat-nasehat atau pendapat para perwira yang memiliki nama baik atau reputasi dalam hal keadilan. e) Letakkan sorotan-sorotan yang ditujukan terhadap diri kita pada proporsi yang sebenarnya. f) Berikan penghargaan atau pujian kepada mereka yang patut mendapatkannya. j.
Menjadi Tauladan. 2) Tauladan merupakan sifat yang paling utama dalam kepemimpinan. Tauladan berarti dapat menunjukan sikap dan perilaku yang baik sesuai norma-norma kepribadian TNI pada khususnya, kepribadian bangsa Indonesia pada umumnya. 3)
Sangat berguna bagi seorang pemimpin atau komandan, karena : a) Pemimpin merupakan pusat perhatian anak buahnya, kepada siapa mereka akan meminta petunjuk atau nasehat. b) Dengan tauladan yang baik akan memungkinkan untuk memberikan contoh yang baik dalam bentuk lahir dan kelakuan kepada bawahan. c) Dengan tauladan yang baik, seorang pemimpin / komandan akan mendapatkan sambutan dan penghargaan serta kepercayaan yang penuh dari yang dipimpin.
3) Untuk mengembangkan sifat tauladan diperlukan usaha-usaha antara lain : a) Senantiasa menampilkan diri dalam sikap dan tingkah laku yang bermutu tinggi. b) Membiasakan diri untuk tidak sombong, tetapi selalu memlihara kelakuan sebagai orang yang terhormat. c) Memahami dan mentaati peraturan-peraturan mengenai caracara berpakaian dan tingkah laku. d)
Hindarkan diri menggunakan kata-kata kotor dan berlaku kasar.
15 e) Ketahui kapan harus muncul, memperlihatkan diri, baik resmi maupun tidak resmi, ketahui kapan kehadiran atau ketidak hadiran itu akan menyusahkan orang lain. k.
Tahan Uji (ulet). 1) Tahan uji adalah stamina mental dan fisik diukur dari kemampuan seseorang untuk bertahan terhadap sakit, lelah, putus asa dan kesukaran atau kemalangan. 2) Sifat tahan uji diperlukan untuk dapat menperoleh kesanggupan bertahap terhadap segala macam ujian, penderitaan dan tantangan jsamaniah maupun rokhaniah. 3)
Cara-cara untuk mengembangkan sifat tahan uji adalah antara lain a) Hindarkan diri dari kegiatan-kegiatan yang tidak penting yang dapat mengurangi stamina. b) Membiasakan diri untuk tahan terhadap segala macam ujian, derita dan tantangan dengan jalan melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat-berat. c) Membiasakan mengadakan latihan-latihan yang dapat menambah kekuatan badan dan uji daya tahan dengan latihan-latihan fisik dan mental yang luar biasa. d) Membiasakan diri untuk menyelesaikan setiap pekerjaan sejauh kemampuan yang dimiliki. e)
l.
Ingat selalu kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Loyalitas. 1) Loyalitas adalah kualitas kesetiaan seseorang terhadap negara, Bangsa dan tanah air, terhadap tugas, TNI, Kesatuan, atasan dan bawahan. 2) Loyalitas diperlukan untuk dapat mengembangkan kwalitas kesetiaan terhadap Negara, bangsa, tanah air, tugas, TNI, Kesatuan, atasan dan bawahan. 3)
Cara-cara untuk mengembangkan, loyalitas adalah antara lain : a) Amankan dengan tepat kesatuan kemungkinan-kemungkinan celaan dan cercaan.
bawahan
terhadap
b) Biasakan menyelesaikan setiap tugas sejauh kemampuan yang ada dan biasakan untuk membantu secara tulus ikhlas setiap keputusan yang diambil oleh atasan. c) Jangan menunjukkan sedikitpun akan adanya ketidak cocokan atau ketidak sesuaian terhadap pendapat atasan pada saat mengeluarkan perintah-perintah kepada bawahan.
16 d) Jangan bicarakan persoalan-persoalan pribadi dari pada kawankawan dan orang-orang lain. e) Mempertahankan dan membela nama serta kehormatan negara, kawan, TNI dan Kesatuan, terhadap celaan yang tidak pada tempatnya. f) Jangan suka mencela atasan di hadapan bawahan dan jangan beri kesempatan bawahan untuk mencela atasan. m.
Tidak mementingkan diri sendiri. 1) Tidak mementingkan diri sendiri adalah menghindarkan diri dari pada terpenuhinya kebutuhan dan kemajuan serta kesenangan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. 2) Sifat tidak mementingkan diri sendiri ini sangat membangkitkan respek dan kerja sama dari pada bawahan. 3)
perlu
untuk
Cara-cara untuk mengembangkannya adalah antara lain : a) Tidak menggunakan pangkat atau jabatan untuk memperbesar keuntungan, keamanan dan kesenangan pribadi. b) Selalu memperhatikan persoalan-persoalan atau problem yang dihadapi oleh bawahan (dinas atau pribadi).
problem-
c) Berikan penghargaan terhadap pekerjaan dan hasil karya bawahan yang baik. d) Biasakah selalu untuk mengadakan kerja bakti secara bergotongroyong. n.
Antusias (kegembiraan). 1) Antusias adalah cara menunjukkan dan memperlihatkan perhatian yang tulus ikhlas dan mengembirakan serta semangat berkobar-kobar dalam pelaksanaan kewajiban. 2)
Sifat antusias sangat penting untuk : a) Membangkitkan minat yang besar pada diri sendiri dan orang lain dalam hal penyelesaian tugas. b) Membangkitkan optimisme dan keyakinan akan kemenangan dan sukses yang gemilang pada akhirnya.
3)
Cara-cara untuk mengembangkan sifat antusias adalah antara lain : a) Paham dan percaya kepada tugas yang dilakukan. b) Selalu berbesar hati dan optimistis. c) Jelaskan kepada bawahan “Mengapanya“ daripada pekerjaan terutama pada bagian-bagian pekerjaan yang tidak menarik dan menjemukan.
17 d)
Gunakan sukses yang pernah dicapai untuk membangkitkan
antusiasme. e)
Jaga diri agar tidak merasa bosan, ambil suatu waktu tertentu
untuk melepaskan diri dari persoalan-persoalan kedinasan guna beristirahat. o.
Simpatik. 1) Simpatik berarti mampu menunjukan sikap dan perilaku yang sopan serta dapat menghargai setiap anggota bawahannya. 2) Sifat simpatik diperlukan agar supaya tidak ditakuti oleh anggota bawahannya, melainkan disegani, karena rasa cinta yang timbul karena kepercayaannya. 3)
Cara-cara untuk mengembangkan sifat simpatik adalah antara lain : a) Selalu bersikap ramah kepada siapapun. b) Selalu dapat menghargai pendapat orang lain. c) Menyertai anggota bawahan dalam usaha / kegiatan yang menjadi kesenangannya.
p.
Rendah hati. 1) Rendah hati adalah menunjukan sikap yang menghargai kepada setiap orang yang dihadapi, tanpa menghilangkan/merendahkan kedudukan yang dimiliki. 2)
Sifat rendah hati diperlukan untuk : a) b) c)
3)
Bisa membimbing anggota kearah tindak sopan santun (etika). Tidak menimbulkan rasa takut dikalangan anak buah. Menghindarkan diri dari rasa sombong dan angkuh.
Cara-cara untuk mengembangkannya antara lain dengan : a)
Selalu bersikap sopan santun terhadap siapa saja.
b) Selalu dapat menghargai orang lain, baik dalam hal pendapat, buah pikiran ataupun karya. c) Selalu bersikap sederhana dalam tutur kata, tindak tanduk maupun kehidupan sehari-hari, dan sifat-sifat lainnya yang mungkin masih dapat ditambahkan sepanjang hal itu dapat membantu kepada terwujudnya kepemimpinan yang sehat dan menghasilkan. 16.
Evaluasi. a.
Sebutkan ciri-ciri pemimpin !
b.
Sebutkan sifat-sifat pemimpin !
RAHASIA 18
BAB IV EVALUASI AKHIR PELAJARAN ( Bukan naskah ujian ) 17
Evaluasi Akhir. a.
Jelaskan yang dimaksud dengan kepemimpinan !
b.
Sebutkan dan jelaskan dasar kepemimpinan TNI !
c.
Sebutkan dan jelaskan tipe kepemimpinan !
d.
Sebutkan cirri-ciri kepemimpinan !
e.
Jelaskan sifat-sifat kepemimpinan menjadi tauladan !
f.
Jelaskan sifat-sifat kepemimpinan tidak mementingkan diri sendiri !
BAB V PENUTUP
18. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk pedoman bagi Gadik dan Basis dalam proses belajar mengajar pelajaran Kepemimpinan Lapangan pada pendidikan Dikmaba PK Ajen.
Komandan Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal
Didik Hartanto, S.IP. Kolonel Caj NRP 28879
RAHASIA