Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM Bekerjasama dengan Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) Komisariat Fakultas Kedokteran UGM menyelenggarakan Seminar Nasional Pembangunan Kesehatan di Daerah Tertinggal dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional: Bagaimana Mengurangi Kesenjangan Geografis yang Semakin Besar?
Yogyakarta, Sabtu 13 Desember 2014 Gedung KPTU FK UGM, Lt 2, Ruang Senat Pukul 08.00 – 15.30 Latar belakang Pembangunan kesehatan daerah tertinggal merupakan tantangan nyata bagi pemerintah dan mitra terkait di Indonesia, terutama jika dikaitkan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Tantangan pembangunan kesehatan daerah tertinggal berkaitan dengan berbagai faktor, yang antara lain meliputi kondisi geografis dimana fasilitas pelayanan kesehatan tidak bisa diakses dengan mudah oleh penduduk di saat mereka memerlukannya, kondisi kemiskinan dan kekurangan sumber daya untuk membiayai pelayanan kesehatan, kondisi kelangkaan sumber daya manusia yang menjalankan pelayanan kesehatan, dan kondisi sosio kultural masyarakat yang menghambat mereka memanfaatkan pelayan kesehatan yang tersedia. Dalam program Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, daerah tertinggal dimasukkan dalam satu kelompok, yakni Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Beberapa program khusus yang telah dikembangkan di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam mendukung pelayanan kesehatan di DTPK meliputi: a. Pendayagunan Tenaga Kesehatan di DTPK berupa peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas sumberdaya manusia (SDM), b. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di DTPK misal : Rumah Sakit Bergerak, pelayanan dokter terbang, pelayanan perairan, c. Dukungan Pembiayaan Kesehatan seperti BPJS, BOK, dana alokasi khusus ( DAK ), TP dan Bantuan Sosial d. Dukungan Peningkatan Akses Pelayanan berupa pengadaan perbekalan, obat dan alat kesehatan e. Pemberdayaan masyarakat di DTPK melalui kegiatan Posyandu, Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga serta kegiatan PHBS. f. Kerjasama antar Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Lainnya g. dan berbagai program lainnya.1 Menurut Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal, saat ini masih terdapat 183 kabupaten yang masuk kategori Daerah Tertinggal. RPJMN 2010-2014 mengamanatkan, minimal 50 kabupaten tertinggal terentaskan pada akhir 20142. Ke depan, sebagian dari kabupaten yang akan terentaskan tersebut akan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pusat pertumbuhan ekonomi baru ini dihela oleh http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=225%3Apelayanan-kesehatandasar-di-daerah-tertinggal-perbatasan-dan-kepulauan&Itemid=138 1
2
http://www.kemenegpdt.go.id/berita/1263/evaluasi-dan-kinerja-kpdt-2014
aktivitas ekonomi komoditas unggulan kabupaten melalui program utama yaitu Program (PRUKAB) PRUKAB Produk Unggulan Kabupaten dan Bedah Desa. Program Prukab dijalankan melalui pola kemitraan antara masyarakat, swasta, dan pemerintah (Public, Private, People Partnership /P4). Selama dua tahun terakhir ini, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal telah mengupayakan percepatan lima (5) pilar kesehatan perdesaan, yakni3, (a) ketersediaan dan berfungsinya dokter Puskesmas, (b) ketersediaan dan berfungsinya bidan desa, (c) ketersediaan air bersih bagi setiap rumah tangga, (d) sanitasi bagi setiap rumah tangga, (e) ketersediaan gizi seimbang bagi ibu hamil, menyusui dan balita. Tenaga-tenaga relawan telah dilatih untuk melakukan promosi kesehatan di pedesaan. Pada kabinet JokowI, Kementerian yang mengurusi daerah tertinggal disebut sebagai Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Adanya Kementerian ini perlu dicermati dan diharapkan berbagai program, termasuk kesehatan dapat dipaparkan.
Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia dimulai sejak 1 Januari tahun 2014. JKN mempunyai tujuan yang terkait keadilan kesehatan. UU SJSN (2004) Pasal 2 menyatakan bahwa kebijakan ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Dengan sistem pembayaran klaim untuk pelayanan kesehatan rujukan dalam JKN, maka ada berbagai isu penting yang akan mengakibatkan terjadinya kegagalan penyeimbangan fasilitas dan SDM kesehatan. Dikhawatirkan tujuan JKN untuk pemberian pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia akan gagal tercapai. Pada tahun 2014, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM melakukan penelitian untuk monitoring awal pelaksanaan JKN. Penelitian ini merupakan awal dari penelitian monitoring yang akan berjalan dari tahun 2014 sampai dengan 2019. Ada beberapa pertanyaan kritis yang terkait dengan kebijakan JKN adalah: (1) apakah masyarakat di daerah dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan SDM dokter dan dokter spesialis yang belum memadai akan mendapatkan manfaat JKN seperti daerah lain yang lebih baik?; (2) dalam kondisi Indonesia yang sangat bervariasi apakah JKN yang mempunyai ciri sentralistis dengan peraturan yang relatif seragam dapat mencapai tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?; (3) apakah dana pemerintah yang dianggarkan untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) dapat mencapai sasarannya. Berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan di level propinsi pada bulan April 2014, propinsipropinsi ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian: (1) kelompok yang sudah maju dan (2) kelompok yang belum maju. Pembagian ini terutama pada masalah ketersediaan tenaga dokter dan dokter spesialis sebagai tulang punggung. Terjadi perbedaan yang ekstrim antara kedua kelompok tersebut. Secara ringkas, skenario optimis untuk pencapaian Universal Coverage di tahun 2019 dinyatakan oleh para peneliti di DKI, DIY,Sumatera Selatan, Sumatera Barat, sebagian Kabupaten/Kota di Jawa Barat, http://www.kemenegpdt.go.id/berita/1266/indonesia-diharapkan-terapkan-pembangunan-berwawasankesehatan 3
sebagian kabupaten/kota di Jawa Tengah dan sebagian di Sulawesi Selatan. Sementara itu, skenario pesimis ringan dan berat untuk tercapainya UHC melalui JKN pada tahun 2019 dinyatakan oleh peneliti di NTT, Kalimatan Timur, sebagian Kab/Kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, dan Sulawesi Tenggara. Hasil dari skenario yang ditulis pada awal berjalannya BPJS di atas menunjukkan bahwa kebijakan sistem pembiayaan (adanya UU SJSN dan UU BPJS, JKN) ini mempunyai kemungkinan tidak berhasil mencapai tujuan dalam kriteria keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan ada kemungkinan terjadi peningkatan kesenjangan. Masyarakat di daerah tertinggal/buruk tidak mempunyai manfaat yang sama, walaupun menjadi anggota BPJS. Portabilitas dapat memperburuk pemerataan, karena masyarakat daerah buruk yang dapat memperoleh manfaat di daerah lain cenderung adalah orang mampu.
Tujuan seminar Seminar ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi berbagai inisiatif dalam mengurangi kesenjangan antara daerah yang tertinggal dengan yang baik, khususnya dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Secara umum seminar bertujuan untuk meningkatkan upaya pembangunan kesehatan DTPK di era JKN. Secara khusus tujuannya mencakup: A. Memahami Situasi pembangunan kesehatan dan kebijakan di daerah tertinggal 1. Membahas situasi pelayanan kesehatan di daerah sulit dalam kabinet Presiden Jokowi; 2. Membahas situasi pelaksanaan kebijakan JKN dalam perspektif pemerataan pelayanan kesehatan dan pemerataan dokter di daerah tertinggal; 3. Membahas skenario pelaksanaan JKN di daerah tertinggal; B. Mencari kebijakan yang tepat 1. Kebijakan jangka menengah dan panjang: Mencari solusi untuk mempercepat pembangunan sektor kesehatan di daerah tertinggal dalam era JKN 2. Kebijakan jangka pendek: Membahas penggunaan dana Kompensasi BPJS dalam JKN untuk mengatasi masalah kesenjangan secara sementara. 3. Membahas prospek gerakan sosial untuk memeratakan SDM Kesehatan
Luaran 1. Rekomendasi jangka pendek untuk pemerintahan baru; 2. Rekomendasi jangka panjang untuk pemerintah pusat dan daerah.
-
Mitra yang diundang Kemenkes Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi BPJS Dewan SJSN Kemendagri Fakultas Kedokteran/Ikatan Alumni FK Propinsi/Kabupaten DKTP. Lembaga lembaga donor seperti Ausaid, Bank Dunia, USAID, WHO, dll CSO (civil society organization dan faith based organizations )
Agenda Yogyakarta, Sabtu 13 Desember 2014 Gedung KPTU FK UGM, Lt 2, Ruang Senat Pukul 08.00 – 15.30
Biaya Seminar 1. Tatap muka/ hadir langsung: Rp 300.000,00 2. Webinar: Gratis (Terbatas) 3. Video Streaming: Gratis
Rundown Kegiatan No Pukul 1 08.30 – 09.45 Wib
2
3
08.45 – 10.30 Wib
11.00 – 12.15 Wib
Sesi Pembukaan
Pembicara Dekan FK UGM Ketua Kagama Kedokteran
Sesi 1: Situasi terkini pelayanan kesehatan di daerah tertinggal Deskripsi: Para pembicara diharapkan memberikan gambaran mengenai kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah baru (kabinet Presiden Jokowi) dalam pembangunan kesehatan di daerah tertinggal. Diharapkan ada gambaran mengenai program kerja terbaru dan hubungan antara dua Kementerian. Dalam hal ini, pelaksanaan misi pemerintahan Presiden Jokowi diharapkan dapat disajikan oleh kedua pembicara. Bagaimana hubungan kerja dua Kementerian ini akan menjadi pokok bahasan dan bagaimana kebijakan jangka panjang dan pendek diharapkan dapat disajikan. Sesi 2: Pengalaman Empirik: Berasal dari Riset dan Kegiatan Konsultasi
Pembicara: 1. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: dr. Hanibal Hamidi, M.Kes. 2. Kementerian Kesehatan: Dr. R. Bambang Sardjono, MPH Pembahas: Budiono Santoso. Kagama Kedokteran: Kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. Moderator: Andre Meliala
Pembicara: Peneliti dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM
4 5
6
12.15-13.00 Wib 13.00 – 14.00 Wib
14.00 – 15.00 Wib.
PKMK FK UGM Pembicara: Tim Peneliti PKMK FKUGM Pelaksanaan JKN dan Potensi Melebarnya kesenjangan Geografis. Deskripsi: Sesi ini membahas hasil penelitian empirik mengenai enam bulan Pelaksanaan JKN dan Skenario Pelaksanaan di Daerah Tertinggal. Dalam agenda kegiatan ini, akan dibahas Situasi Distribusi SDM Spesialis dan Program Sister Hospital untuk mendistribusikan sumber daya manusia serta Pengembangan Rumah sakit di Indonesia dalam waktu tiga tahun terakhir dan prospeknya. Sesi ini akan membahas skenario masa depan Program JKN di daerah tertinggal dan bagaimana harapan ke depannya. ISHOMA Pengembangan ke depan: Kebijakan untuk mendukung penyebaran SDM kesehatan
Diskusi Panel: Gagasan ke depan: Pengembangan pengiriman tenaga medik ke daerah sulit. - Lesson-learnt dari Program Sister Hospital NTT. - Pencerah Nusantara sebagai sebuah Social Movement Diskusi: Kebijakan Jangka Pendek:
Pembahas: - Kemenkes: Dr. Achmad Subagio, MARS - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi : dr. Hanibal Hamidi, M.Kes. - Kagama Kedokteran : dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK. - Moderator: Mubasysyir Hasanbasri
-
Pembicara dari Kemenkes (Dr. Untung Suseno Sutardjo MKes, Sekjen Kemenkes): Kebijakan Pemerintah untuk mengatasi problem tidak meratanya SDM Kesehatan.
-
Pembicara: Direktur Operasional BPJS. Dana Kompensasi BPJS untuk mendanai pengiriman tenaga ke daerah tertinggal - Pembicara: dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes, SpOG(K) (RSUP dr Sardhjito), dr. Robertus Arian D. (RS Panti Rapih) dan Diah Saminarsih dari Pencerah Nusantara. Andre Meliala .Potensi Penggunaan RS di daerah perbatasan untuk pengembangan: - Pembicara: Kolonel Dr. Danurrendra SpB (Alumnus FK
7
15.00 Wib
Apakah dapat UGM yang membawahi RS mengandalkan Gerakan Militer di Atambua), dan – Sosial dalam memeratakan Telecomferance Direktur RS sumber daya manusia? Soe dan Ende NTT. Kebijakan Jangka Panjang: Moderator : Tiara Marthias Apakah akan menggunakan kekuatan memaksa oleh pemerintah untuk memeratakan sumber daya manusia kesehatan? Penutupan
Informasi Pendaftaran: Wisnu Firmansyah Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM Telp/Fax: 0274-549425 (hunting) Hp : 081215182789 Email:
[email protected]/
[email protected]