Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran UGM
Filosofi PBL Koheren dan terintegrasi: PBL merupakan cara yang efektif untuk menyelenggarakan pendidikan di perguruan tinggi secara koheren dan terintegrasi Adult learning
PBL memberi berbagai keuntungan dan nilai lebih bagi mahasiswa atas dasar adult learning theory
Filosofi PBL Motivasi PBL memotivasi dan mendorong mahasiswa untuk menyusun dan menetapkan tujuan belajar
Pengambilan keputusan PBL memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada proses pembelajaran mereka
Filosofi PBL PBL menekankan active & interactive studentlearning meningkatkan rtensi dan recall Mahasiswa ditantang untuk: menguji informasi baru mencari kejelasan informasi menyelidiki makna dan latar belakang informasi merefleksikan pengetahuan mhs sesuai dengan konteks yang sedang dihadapi memahami makna informasi ilmiah dan memahami ilmu dalam konteks yang relevan dengan profesi mereka di masa mendatang
Filosofi PBL Small group discussion (elaboration) mengembangkan keterkaitan gagasan dan konsep membantu perkembangan kerjasama (kolaborasi dan kooperasi, bukan kompetisi)
Filosofi PBL Student-centered learning pembelajaran dipusatkan pada mahasiswa (student centered) dan problem first learning dosen beralih fungsi – dari sumber utama informasi menjadi fasilitator dan mitra pembelajaran Small group discussion (elaboration) mengembangkan keterkaitan gagasan dan konsep membantu perkembangan kerjasama (kolaborasi dan kooperasi, bukan kompetisi) PBL bertujuan agar mahasiswa mampu memperoleh dan membangun pengetahuannya secara efisien dan terintegrasi
Definisi Neufeld & Barrows, 1974; Schmidt, 1993; Mennin & Majoor, 2002: 1. PBL merupakan suatu metoda pembelajaran:
mahasiswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah yang relevan dengan dunia profesi mereka kelak di kemudian hari
kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered (pembelajaran kolaboratif dan kooperatif serta belajar secara mandiri)
Definisi 2. PBL sebagai suatu strategi instruksional : mahasiswa mengidentifikasi pokok persoalan (issues) yang terdapat di dalam masalah yang khas pokok persoalan membantu & mendorong mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep yang mendasari masalah tadi serta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan
Pokok bahasan biasanya berupa masalah (skenario – pada umumnya tertulis) yang meliputi “phenomena that need explanation” Kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru melalui pembahasan masalah tadi yang dikenal sebagai “problem first learning”
Berbagai perubahan yang diperlukan dalam PBL Harsono, 2005: 1. Perubahan kurikulum 2. Dosen sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran 3. Peran dan posisi mahasiswa: sentral 4. Fasilitas 5. Diskusi kelompok kecil: seven jump 6. Sistem evaluasi 7. Anggaran 8. Commitment 9. Leadership
Kurikulum konvensional vs PBL (Snellen-Balendong, 1993) Aspek
Konvensional
PBL
horisontal
+/-
++
vertikal
+/-
+
horisontal
+
-
vertikal
-
+
++
-
beban studi tetap
+
-
relevansi content oleh institusi
+
-
jumlah jam tatap muka
++
-/+
+
-
Integrasi disiplin
Struktur unit dominan
Untuk tiap disiplin program tetap
alat belajar yg ditetapkan
Fasilitator Barrows & Tamblyn, 1980; Ross, 1991; Mayo et al, 1995: Dosen (expert, teacher-centered) berubah fungsi sebagai fasilitator Fasilitator: bukan orang yang otoriter harus cakap dalam fasilitasi kelompok (process expertise) dan bukan cakap dalam subject area (content expertise) mengaktifkan prior knowledge bersikap kolegial, bukan sikap paternalistik sebagai mitra pembelajaran
Mahasiswa Wood, 2003: Mahasiswa tidak lagi sebagai “anak didik” melainkan “peserta didik” Mahasiswa belajar dalam kelompok kecil Kecakapan mahasiswa: - kerjasama dalam kelompok - kerjasama antarmahasiswa - memimpin kelompok - mendengar pendapat kawan - mencatat hal-hal yang didiskusikan - menghargai pendapat kawan - bersikap kritis - belajar secara mandiri - trampil presentasi
Fasilitas Harsono, 2005: 1. Ruang kecil a. Nyaman untuk 8-10 orang b. Penerangan cukup c. Kedap suara 2. Perpustakaan a. Referensi terbaru b. Journal c. E- library 3. Outdoor facilities 4. Modul 5. Audio-visual
Diskusi kelompok (Tutorial) Dolmans & Snellen-Balendong, 2000; Ledingham & Crosby, 2001; Harsono, 2005: Diskusi kelompok / tutorial merupakan pusat kegiatan PBL Merupakan pergeseran dari teacher-centered approach ke arah student-centered approach Dicirikan oleh partisipasi aktif dan interaksi mahasiswa Dipimpin oleh ketua, dibantu sekretaris, dipandu oleh fasilitator Diskusi dikemas dalam struktur seven jump (collaborative & cooperative learning)
Seven jump Wood, 2003: Step-1: identify and clarify unfamiliar terms presented in the scenario scribe lists those that remain unexplained after discussion Step-2: define the problem or problems to be discussed student may have different views on the issues, but all should be considered scribe records a list of agreed problems
Seven jump Step-3: brainstorming session to discuss the problem(s), suggesting possible explanations on basis prior knowledge students draw on each other’s knowledge and identify areas of incomplete knowledge scribe records all discussion Step-4: review step-2 and step-3 and arrange explanations into tentative solutions scribe organizes the explanations and restructures if necessary
Seven jump Step-5: formulate learning objectives; group reaches consensus on the learning objectives tutor ensures learning objectives are focused, achievable, comprehensive, and appropriate Step-6: private study (all students gather information related to each learning objective Step-7: group shares result of private study (students identify their learning resources and share their results) tutor checks learning and may assess the group
Trigger material for PBL scenarios Wood, 2003: Paper-based clinical scenarios Experimental or clinical laboratory data Photographs Video clips News paper articles All or part of and article from a scientific journal A real or simulated patient A family tree showing an inherited disorder
Creating effective PBL scenarios Wood, 2003: LO likely to be defined by the students after studying the scenario should be consistent with the faculty LO Problem should be appropriate to the stage of the curriculum and the level of the students’ understanding Scenarios should have sufficient intrinsic interest for the students or relevance to future practice
Creating effective PBL scenario Wood, 2003: Basic science should be presented in the context of clinical scenario to encourage integration of knowledge Scenarios should contain cues to stimulate discussion and encourage students to seek explanations for the issues presented
Creating effective PBL scenario Wood, 2003: The problem should be sufficiently open, so that discussion is not curtailed too early in the process Scenarios should promote participation by the students in seeking information from various learning resources
Karakteristika PBL Kaufman, 2003: Adult learning:
Orang dewasa: independent & self directing Pengalaman yang luas dan kaya akan sumber belajar Pembelajaran adalah suatu hal yang terintegrasi dengan kebutuhan/tuntutan kehidupan Lebih tertarik pada problem centered approach daripada subject centered Lebih termotivasi untuk belajar melalui dorongan internal daripada dorongan dari luar
Karakteristika PBL Kaufman, 2003: Self-directed learning: Suatu metoda pengorganisasian pengajaran dan pembelajaran di mana tugas-tugas belajar dikontrol sepenuhnya oleh mahasiswa
Kemampuan seseorang dalam hal: - metodik dan disiplin - logika dan analitik - kolaboratif dan interdependen - sifat ingin tahu dan terbuka - kreatif - termotivasi - bertanggung jawab - percaya diri dan mampu untuk belajar - reflektif dan “sadar diri”
Karakteristika PBL: Student-centered learning (Harsono. 2007) Mahasiswa memiliki peluang dan / atau keleluasaan untuk mengembangkan segenap kapasitas dan kemampuannya (prior knowledge & experience) sebagai pembelajar sepanjang hayat (ngangsu kawruh: cipta, karsa, rasa dan karya), melalui aktivitas: mengeksplorasi bidang yang diminatinya membangun (konstruksi) pengetahuan serta mencapai kompetensinya secara aktif, interaktif, mandiri dan bertanggung jawab, pembelajaran yang bersifat kolaboratif, kooperatif dan kontekstual, belajar “beyond the classroom” dan “think out the box” serta difasilitasi dan dibimbing oleh dosen (sebagai mitra pembelajaran) yang menerapkan “Patrap Tri Loka” secara utuh.
Ketrampilan dan sikap umum Wood, 2003: Teamwork Memimpin kelompok Mendengarkan secar a aktif Mencatat Kooperasi Menghargai pandangan kawan Bersifat kritis terhadap literatur Self-directed learning Mampu menggunakan sumber belajar Presentasi
Kelebihan PBL Davis & Harden, 1999; McCombs, 2002: 1.Student centered: PBL mendorong active learning, memperbaiki pemahaman, retensi, dan pengembangan lifelong learning skills 2.Generic competencies: PBL memberi kesempatan kepada mahasiswa utk mengembangkan generic skills dan attitudes yang diperlukan dalam praktek mereka dikemudian hari
Kelebihan PBL 3. Integration: PBL memberi fasilitasi tersusunnya integrated core curriculum
4. Motivation: PBL cukup menyenangkan bagi mahasiswa dan tutor; prosesnya membutuhkan partisipasi seluruh mahasiswa; lingkungan belajar memberi stimulasi untuk meningkatkan motivasi
Kelebihan PBL 5. Deep learning: PBL mendorong pembelajaran yang lebih mendalam (berinteraksi dengan materi belajar, menghubungkan konsep-konsep dengan aktivitas keseharian, meningkatkan pemahaman) 6. Constructivist approach: Mahasiswa mengaktifkan prior knowledge dan mengembangkannya pada kerangka pengetahuan konseptual yang sedang dihadapi
Kekurangan PBL Wood, 2003: A. Tutors who can’t “teach”: Tutor yang hanya “menyenangi” disiplin ilmunya sendiri akan sulit bertindak sebagai fasilitator, akhirnya frustrasi B. Human resources: Jumlah pengajar yang diperlukan dalam proses tutorial lebih banyak daripada sistem konvensional
Kekurangan PBL C. Other resources: Banyak mahasiswa yang ingin mengakses perpustakaan dan komputer dalam waktu yang bersamaan D. Role models: Mahasiswa dapat terbawa ke dalam situasi konvensional di mana tutor berubah fungsi menjadi pemberi kuliah
Kekurangan PBL E. Information overload: Mahasiswa dapat mengalami kegamangan sampai seberapa jauh mereka harus melakukan self directed study dan informasi apa saja yang sekiranya relevan dan bermanfaat bagi mereka
Tantangan dalam penyelenggaraan PBL McCombs, 2002: 1. Dosen ditantang untuk berpikir ulang tentang peran mereka dalam proses pembelajaran, sementara mereka masih berpikir bagaimana caranya mempertahankan high retention rates para mahasiswa
2.
Administrator pendidikan dihadapkan restrukturisasi kurikulum dan sumber dana
pada
3.
Dosen perlu membuat struktur pengajaran baru agar dapat menyediakan masalah dan situasi yang sebenarnya
4.
Dosen harus menyiapkan diri untuk mengubah peran
5.
Mahasiswa dapat mengalami stress dan frustrasi
Conventional system: one-way communication Dosen / pengajar: pembicara
Mahasiswa:
Mahasiswa:
pendengar
pendengar
A problem-based group Fasilitator: pengamat dan pendengar Problem
Kelompok mahasiswa: pembicara dan pendengar