ARTIKEL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA, BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN PENGAWASAN DENGAN KEPATUHAN KOASS GIGI DALAM MENERAPKAN STANDARD PRECAUTION DI RSGM PSPDG UNSRAT RELATIONSHIP BETWEEN WORK MOTIVATION, WORKLOAD, WORK STRESS AND SUPERVISION WITH TEETH KOASS IN IMPLEMENTING STANDARD PRECAUTION IN THE HOSPITAL PSPDG UNSRAT Happy Febriani*, A. J. M. Rattu**, J. M. L. Umboh** *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi dibidang kesehatan sangatlah pesat. Rumah sakit dituntut memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan transparan kepada masyarakat, khususnya bagi jaminan keselamatan pasien. Untuk hal tersebut rumah sakit perlu meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara motivasi kerja, beban kerja, stress kerja dan pengawasan dengan kepatuhan koass gigi dalam menerapkan Standard Precaution di RSGM PSPDG Unsrat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yang berjumlah 74 orang. Data diperoleh melalui kuesioner yang telah divalidasi. Data yang diperoleh ditabulasi dalam bentuk master tabel selanjutnya dilakukan editing, coding, processing dan cleaning untuk dianalisis. Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan program komputer. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kepatuhan koass gigi dalam menerapkan Standard Precaution, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kepatuhan koass gigi dalam menerapkan Standard Precaution, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kepatuhan koass gigi dalam menerapkan Standard Precaution, terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan kepatuhan koass gigi dalam menerapkan Standard Precaution. Analisis multivariat dengan metode regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan penerapan standard precaution oleh koass gigi yaitu variabel motivasi kerja. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dan pengawasan dengan kepatuhan koass gigi dalam menerapkan standard precaution dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dan stres kerja dengan kepatuhan koass gigi dalam menerapkan Standard Precaution. Kata Kunci: Motivasi Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja, Pengawasan, Kepatuhan Koass Gigi, Standard Precaution ABSTRACT The development of science and technology in the era of globalization in the field of health is very rapid. Hospitals are required provide quality health services and transparent to the public, especially to guarantee patient safety. To that hospitals need to improve the quality of services, especially in the prevention and control of infection. The purpose of this study to analyze the relationship between work motivation, workload, work stress and supervision with teeth koass in implementing Standard Precaution in the Hospital PSPDG Unsrat. This study is a quantitative study using cross sectional approach. The experiment was conducted at the Hospital PSPDG Unsrat in July-September 2016. The sampling using sampling techniques that amounted to a total of 74 people. Data obtained through questionnaires that have been validated. The data tabulated in the form of a master table is then performed editing, coding, processing and cleaning for analysis. Statistical calculations were performed using the computer program. These results indicate that there is a significant relationship between work motivation with teeth koass in implementing Standard Precaution, there is no significant correlation between workload with teeth koass in implementing Standard Precaution, there is no significant relationship between work stress with teeth koass in implementing Standard Precaution, there is a significant relationship between supervision with teeth koass with teeth koass in implementing Standard Precaution. Multivariate analysis with logistic regression showed that the most dominant variable
18
Febriani, Rattu dan Umboh, Hubungan antara Motivasi Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja dan Pengawasan dengan Kepatuhan Koass Gigi dalam Menerapkan Standard Precaution di RSGM PSPDG UNSRAT associated with the adoption of a standard precaution by teeth koass that work motivation. The conclusion there is a significant relationship between motivation and supervision with teeth koass with teeth koass in implementing Standard Precaution and there is no significant relationship between workload stress of working with teeth koass in implementing Standard Precaution. Key Words: Work Motivation, Workload, Work Stress, Supervision, Teeth Koass, Standard Precaution
PENDAHULUAN
setiap perawat gigi dan dokter gigi pasti
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
memiliki tujuan yang berbeda-beda.
teknologi pada era globalisasi dibidang
Segala usaha untuk mencapai tujuan
kesehatan sangatlah pesat. Rumah sakit
tertentu itulah yang disebut sebagai
dituntut
motivasi
memberikan
pelayanan
kesehatan yang bermutu dan transparan
(Sastrohadisuwiryo
dan
Siswanto, 2005).
kepada masyarakat, khususnya bagi
Selain
faktor
motivasi,
faktor
jaminan keselamatan pasien. Untuk hal
kemampuan juga mempengaruhi kinerja
tersebut
perlu
pegawai, sesuai dengan pendapat Davis
pelayanan
(1964) dan Meilani dan Yasrizal (2009),
rumah
meningkatkan khususnya
mutu
dalam
pengendalian
sakit
pencegahan
infeksi
dan
yang
nosokomial
bahwa
kinerja
manusia yaitu kemampuan ditambahkan
(Depkes RI, 2010). Masalah
merumuskan
motivasi, motivasi sama dengan sikap
kesehatan
gigi
yang
ditambah situasi dan kemampuan yaitu
mempunyai prevalensi cukup tinggi di
pengetahuan
Indonesia adalah penyakit kelainan
pengalaman atau ketrampilan. Menurut
jaringan penyangga gigi (periodontal
Kementrian Kesehatan, kesehatan gigi
disease) dan karies gigi. Kedua penyakit
dapat mendukung percepatan tujuan
tersebut mempunyai dampak yang luas,
Millenium Development Goals (MDGs)
yaitu gangguan pada kualitas hidup
pada tahun 2015 World Oral Health Day
antara lain keterbatasan fungsi gigi,
press conference. Untuk menurunkan
disabilitas
ketidaknyamanan
peningkatan penyakit gigi dan mulut
psikis, dan disabilitas psikis. Hal ini
diperlukan peningkatan dan pemantapan
dapat mempengaruhi 2 komunikasi,
pelatihan pelayanan gigi dan mulut bagi
nutrisi, kegiatan belajar, dan aktivitas
petugas kesehatan. Hal tersebut dapat
anak lainnya yang diperlukan untuk
dicapai melalui pelayanan dokter gigi.
pertumbuhan
Keadaan yang dihadapi saat ini pada
normal
fisik,
dan
perkembangan
(Nurmala
Situmorang
setiap
Tampubolon, 2005: 13). Dalam
bekerja
secara
jenjang
ditambah
administratif
dengan
adalah
rendahnya kinerja organisasi kesehatan optimal,
termasuk Rumah Sakit dan institusi
19
Febriani, Rattu dan Umboh, Hubungan antara Motivasi Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja dan Pengawasan dengan Kepatuhan Koass Gigi dalam Menerapkan Standard Precaution di RSGM PSPDG UNSRAT
kesehatan lainnya. Rendahnya kinerja
pemulihan
organisasi dipengaruhi oleh banyak
pemerintah, pemerintah daerah dan
faktor. Menurut Gibson (1987) ada 3
masyarakat
variabel yang berpengaruh terhadap
terpadu,
kinerja:
berkesinambungan. Berdasarkan data
(1)
faktor
kemampuan,
individu
ketrampilan,
:
latar
kesehatan
yang
gigi
oleh
dilakukan
secara
terintegrasi
dan
Riskesdas (2007).
belakang (keluarga, tingkat sosial dan
Seorang dokter dalam menjalankan
pengalaman), dan demografis seseorang
tanggung
(umur, asal-usul, jenis kelamin) ; (2)
dibantu oleh paramedik, perawat, bidan,
faktor
sikap,
ahli farmasi, dan yang lainnya. Dari
kepribadian, pendidikan, belajar dan
keseluruhan yang membantu dokter
motivasi. Variabel ini menurut Gibson
tersebut terlebih dahulu harus melalui
banyak dipengaruhi oleh keluarga ,
pendidikan
formal
tingkat
terkait
cara
psikologis:
sosial
persepsi,
pengalaman
kerja
jawab
tata
profesinya
dapat
masing-masing penanganan
dan
sebelumnya dan variabel demografi; (3)
pelayanan kesehatan sesuai dengan
faktor
kompetensinya masing-masing. Hal ini
organisasi:sumber
daya,
kepemimpinan, imbalan, masa kerja,
diatur
struktur desain pekerjaan.gigi dan mulut
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
serta distribusi petugas kesehatan gigi
1419 / Menkes / Per / X / 2005 tentang
yang lebih lagi (Anonim, 2014).
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah
suatu
bentuk
dalam
Peraturan
Menteri
Dokter Gigi, Pasal 14 Ayat (1) bahwa:
pelayanan
Dokter
dan
dokter
gigi
profesional yang merupakan bagian
memberikan
integral dari pelayanan kesehatan yang
perawat atau tenaga kesehatan tertentu
ditujukan kepada masyarakat, keluarga
secara tertulis dalam melaksanakan
maupun perorangan baik yang sakit
tindakan kedokteran atau kedokteran
maupun
gigi.
yang
sehat
meliputi
peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyembuhan.
penyakit Pelayanan
gigi
kewenangan
dapat kepada
Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan
dan
berperan
dalam
pencegahan,
kesehatan
penatalaksanaan dan perawatan gigi
gigi dilakukan untuk memelihara dan
mulut bagi masyarakat yang hidup
meningkatkan
dengan
derajat
kesehatan
berbagai
tertular
Resiko
masyarakat dalam bentuk peningkatan
pekerjaan
kesehatan gigi, pencegahan penyakit
menular HIV, AIDS, tuberculosis dan
gigi, pengobatan penyakit gigi dan
lain-lain. Kurangnya kesadaran tenaga
20
seperti
penyakit.
penyakit
kesehatan
dan
rendahnya
pelaksanaan
sterilisasi
mutu
perhatian
dan
kinerja
seseorang
juga
(Noordiansah, 2010). Oleh sebab itu
prevalensi
stres pada dokter gigi sangat perlu
penyebaran penyakit infeksi. Untuk
diperhatikan, karena apabila seorang
mengatasi hal ini, International Labour
mengalami stres yang tinggi akan
Organization (ILO), Center for Disease
berdampak pada kualitas pelayanannya.
mengakibatkan
Control
tingginya
and
Occupational
Prevention Safety
and
(CDC),
Terdapat berbagai faktor penyebab
Health
dari stress. Faktor-faktor pekerjaan yang
Administration (OSHA), World Health
dapat
Organization
United
dikelompokkan dalam lima kategori
Acquired
besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam
(WHO)
Nations
dan
and
Immunodeficiency (UNAIDS) pedoman
Syndrome
menghasilkan internasional
baru
menimbulkan
pekerjaan,
peran
dalam
stress
organisasi,
garis
pengembangan karier, hubungan dalam
yang
pekerjaan serta struktur dan organisasi. kategori
–faktor
penting bagi tenaga kesehatan seperti
Pertama,
dokter, perawat, bidan, staf teknik,
intrinsik dalam pekerjaan adalah fisik
seperti apoteker dan laborat, manajer
dan
kesehatan, petugas kebersihan, dan
kebisingan,
tenaga kerja lainnya (Amoran, 2013).
mencakup beban kerja, kerja malam dan
tugas,
faktor
untuk panas
fisik
misalnya
sedangkan
tugas
Stres merupakan hal yang menjadi
penghayatan dari resiko dan bahaya.
bagian dari kehidupan manusia, di mana
Kedua, peran individu dalam organisasi
tubuh memberikan respon terhadap
artinya setiap tenaga kerja mempunyai
lingkungan yang dapat memproteksi
kelompok
diri kita yang juga merupakan bagian
dilakukan sesuai dengan peraturan yang
dari sistem pertahanan yang membuat
ada.
kita tetap hidup. Stres menurut Nasir
merupakan pembangkit stress potensial
dan
yang
Muhith
(2011)
merupakan
tugasnya
Ketiga,
yang
pengembangan
mencakup
karier
ketidakpastian
ketegangan yang disebabkan oleh fisik,
pekerjaan,
emosi, sosial, ekonomi, pekerjaan atau
promosi yang kurang. Seperti halnya
keadaan, peristiwa serta pengalaman
stress pada umumnya, stress pada
yang sulit untuk bertahan. Stres yang
perawat dapat disebabkan oleh berbagai
terlalu
kinerja
faktor, diantaranya adalah beban kerja.
seseorang menurun dan cenderung tidak
Beban kerja dapat berupa tuntutan tugas
produktif, tetapi stres yang sedikit akan
atau
membantu
lingkungan kerja (Munandar, 2001).
banyak
membuat
seseorang
memusatkan
21
promosi
harus
pekerjaan,
berlebih
organisasi
atau
dan
Febriani, Rattu dan Umboh, Hubungan antara Motivasi Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja dan Pengawasan dengan Kepatuhan Koass Gigi dalam Menerapkan Standard Precaution di RSGM PSPDG UNSRAT
RSGM yang dikenal dengan Rumah
wajib
dilakukan
ketika
Sakit Gigi dan Mulut milik Universitas
tindakan
Sam Ratulangi merupakan satu-satunya
dengan darah, semua cairan tubuh,
rumah sakit gigi yang berada di
sekresi, ekskresi (kecuali keringat),
Sulawesi utara. Demi meningkatkan
kulit dengan luka terbuka dan mukosa.
kualitas, para dokter gigi muda harus
Standard Precaution dapat melindungi
mampu
petugas dari risiko terpapar oleh infeksi
menangani
dan
memberi
yang
melakukan
melibatkan
pelayanan yang baik pada setiap pasien
juga
yang dating. Motivasi kerja yang besar
pengunjung
juga sangat berpengaruh bagi kinerja
kecenderungan rentan terhadap segala
setiap dokter gigi dan harus mampu
infeksi yang mungkin terbawa oleh
mengatasi stres serta beban kerja,
petugas (Kurniawati dan Nursalam,
terutama dalam menerapkan Standard
2007).
Precaution, agar RSGM melahirkan
melindungi
kontak
pasien
yang
atau
mempunyai
Standard Precaution terdiri atas
para dokter-dokter gigi yang bergairah
beberapa
elemen
dan memiliki semangat dalam bekerja.
perlindungan.
pencegahan Dalam
dan
praktek
Prosedur penatalaksanaan infeksi
kedokteran gigi, Standard Precaution
silang yang umum digunakan adalah
meliputi enam bagian penting yaitu:
berdasarkan aturan yang dikeluarkan
evaluasi
oleh Centers for Disease Control and
pemrosesan
instrumen
(sterilisasi),
Prevention
asepsis
desinfeksi
permukaan,
(CDC).
Pada
awalnya,
pasien,
dan
perlindungan
diri,
aturan ini dikenal sebagai universal
penggunaan alat sekali pakai dan
precaution.
Sejalan
pembuangan sampah medis (Kohn dan
perkembangan
pengetahuan
dengan dalam
Collins, 2003).
bidang kedokteran dan kedokteran gigi, istilah universal precaution diganti
METODE PENELITIAN
menjadi Standard Precaution. Standard
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Precaution
dikembangkan
penelitian
Universal
Precaution
menggabungkan
dan
dari dengan
kuantitatif
menggunakan
menambah
dengan
pendekatan
sectional study.
cross
Penelitian ini
tahapan pencegahan yang dirancang
dilakukan di RSGM UNSRAT pada
untuk melindungi petugas kesehatan
bulan Juli - September 2016. Populasi
gigi dan pasien dari patogen yang dapat
dalam penelitian ini adalah Co-Assistant
menyebar melalui darah dan cairan
di
tubuh yang lain. Standard Precaution
UNSRAT.
22
Rumah
Sakit
Gigi dan
Penelitian
ini
Mulut
dilakukan
dengan simple random sampling dan
Nur (2007) dalam penelitiannya
dipilih 74 orang dari 277 coas yang
berjudul
“Faktor
masuk pada sampling frame. Penelitian
Mempengaruhi
ini menggunakan analisis univariat,
Dampaknya
bivariat dan multivariat.
Motivasi Dan Kinerja Karyawan Di PT
-
Faktor
Yang
Kompensasi
Dan
Terhadap
Peningkatan
Petrokimia Gresik” menemukan bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
motivasi
Hubungan Antara Motivasi Kerja
positif
Dengan
(probabilitas kausalnya 0,029 ≤ 0,10).
Dalam
Kepatuhan
Koass
Menerapkan
Gigi
berpengaruh signifikan dan terhadap
Kinerja
Karyawan
Standard
Precaution Di RSGM Unsrat Manado
Hubungan
Hasil penelitian menunjukkan antara
Dengan
motivasi dengan kepatuhan koass gigi
Dalam
dalam menerapkan Standard Precaution
Precaution Di RSGM PSPDG Unsrat
di RSGM PSPDG Unsrat, diperoleh data
Hasil penelitian menununjukkan antara
bahwa
beban kerja dengan kepatuhan koass
jumlah
responden
yang
Antara
Beban
Kepatuhan
Koass
Menerapkan
Gigi
Standard
menjawab motivasi baik sebanyak 35
gigi
responden (47,3%) dengan Standard
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat,
Precaution yang patuh sebanyak 27
diperoleh data bahwa jumlah responden
responden (36,5%) dan yang tidak patuh
yang
sebanyak
8
sebanyak 27 responden (36,5%) dengan
sedangkan
jumlah
menjawab
motivasi
responden
(10,8%);
dalam
Kerja
menerapkan
menjawab
beban
kerja
yang
Standard
kurang
baik
sebanyak 19 responden (25,7%) dan
sebanyak 39 responden (52,7%) dengan
yang tidak patuh sebanyak 8 responden
Standard
patuh
(10,8%); sedangkan jumlah responden
sebanyak 20 responden (42,6%) dan
yang menjawab beban kerja kurang baik
yang tidak patuh sebanyak 19 responden
sebanyak 41 responden (63,5%) dengan
(25,7%). Berdasarkan hasil analisis uji
Standard
chi-square didapatkan hasil dengan nilai
sebanyak 28 responden (37,8%) dan
p=0,021<α=0,05
yang tidak patuh sebanyak 19 responden
terdapat
yang
hubungan
yang
menunjukkan
yang
patuh
patuh
bermakna
(25,7%). Berdasarkan hasil analisis uji
antara motivasi dengan kepatuhan koass
chi-square didapatkan hasil dengan nilai
gigi
p=0,0353>α=0,05 yang menunjukkan
dalam
yang
Precaution
yang
baik
responden
Precaution
Precaution
Standard
menerapkan
Standard
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat.
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kepatuhan
23
Febriani, Rattu dan Umboh, Hubungan antara Motivasi Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja dan Pengawasan dengan Kepatuhan Koass Gigi dalam Menerapkan Standard Precaution di RSGM PSPDG UNSRAT
koass gigi dalam menerapkan Standard
terhadap kinerja karyawan PT. Merapi
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat.
Agung Lestari dengan nilai (β) sebesar
Hasil ini mirip dengan penelitian
0,427 (p<0.01; p=0,000),
yang dilakukan oleh Budiawan (2015) dengan judul “:Hubungan Kompetensi,
Hubungan
Motivasi Dan Beban Kerja Perawat
Dengan
Pelaksana Dengan Kinerja Perawat Di
Dalam
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Precaution Di RSGM PSPDG Unsrat
Propinsi Bali” terhadap 111 perawat
Hasil penelitian menununjukkan antara
pelaksana di ruang rawat inap yang
stress kerja dengan kepatuhan koass
diambil dengan menggunakan teknik
gigi
total
penelitian
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat,
hubungan
diperoleh data bahwa jumlah responden
sampling.
menunjukkan
Hasil
tidak
ada
Antara
Stress
Kepatuhan
Koass
Menerapkan
dalam
stress
Gigi
Standard
menerapkan
menjawab
Kerja
Standard
bermakna antara beban kerja dengan
yang
kinerja perawat pelaksana di ruang
sebanyak 25 responden (33,8%) dengan
rawat inap (p = 0,94).
Standard
Srecaution
kerja
baik
yang
patuh
Hasil ini berbeda dengan hasil
sebanyak 16 responden (21,6%) dan
penelitian Muslimah (2015) dengan
yang tidak patuh sebanyak 9 responden
judul penelitian “Hubungan Beban Kerja
(12,2%); sedangkan jumlah responden
dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat
yang menjawab stress kerja kurang baik
Inap
RSUD
Penelitian
dr.
yang
Rasidin
Padang”.
sebanyak 49 responden (66,2%) dengan
bersifat
deskriptif
Standard
Precaution
yang
patuh
analitik, menggunakan desain cross
sebanyak 31 responden (41,9%) dan
sectional study, menggunakan 46 orang
yang
perawat ini menunjukkan bahwa 67.4%
responden (24,3%). Berdasarkan hasil
responden memiliki kinerja kurang dan
analisis uji chi-square didapatkan hasil
65.2%
dengan nilai p=0,950>α=0,05 yang
beban
responden kerja
berat,
mempersepsikan dan
terdapat
tidak
patuh
sebanyak
18
menunjukkan tidak terdapat hubungan
hubungan antara beban kerja dengan
yang bermakna
kinerja perawat. Demikian juga Artadi
dengan kepatuhan koass gigi dalam
(2015) yang meneliti pengaruh kepuasan
menerapkan Standard Precaution di
kerja dan beban kerja terhadap kinerja
RSGM PSPDG Unsrat.
karyawan pada PT. Merapi Agung
antara stres
kerja
Stres kerja disebabkan banyak faktor
Lestari. Hasil penelitian menunjukkan
antara
bahwa beban kerja berpengaruh positif
Almasitoh (2011) meneliti Stres Kerja
24
lain
konflik
peran
ganda.
Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan
jumlah
Dukungan
Sosial
Perawat.
pengawasan kurang baik sebanyak 42
Penelitian
ini
untuk
responden (56,8%) dengan Standard
mengetahui hubungan skonflik peran
Precaution yang patuh sebanyak 15
ganda dan dukungan sosial dengan stres
responden (20,3%) dan yang tidak
kerja pada perawat. Subjek penelitian ini
patuh sebanyak 27 responden (36,5%).
adalah 120 perawat salah satu rumah
Berdasarkan hasil analisis uji chi-square
sakit swasta di Yogyakarta yang bekerja
didapatkan
pada ruang inap. Metode dan alat
p=0,000<α=0,05
pengumpulan
terdapat
pada bertujuan
data
menggunakan
penelitian
wawancara
ini
responden
yang
hasil
dengan
yang
hubungan
menjawab
nilai
menunjukkan
yang
bermakna
semi
antara pengawasan dengan kepatuhan
terstruktur, angket dan skala. Analisa
koass gigi dalam menerapkan Standard
data menggunakan uji regresi ganda
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat.
dengan metode enter. Hasil pengolahan
Penelitian yang dilakukan Sukriani
data yang menunjukkan sumbangan
(2013) menunjukkan Hasil uji statistik
efektif
dan
dengan menggunakan uji chi-square
dukungan sosial terhadap stres kerja
diperoleh nilai p = 0,042, karena nilai p
sebesar
60%
< 0,05 maka Ho di tolak dan Ha
dipengaruhi variabel lain yang tidak
diterima dan Ҩ = 0,199. Dengan
menjadi fokus penelitian ini.
demikian terdapat hubungan signifikan
konflik
40%
peran
dan
ganda
sisanya
antara supervisi dengan pelaksanaan Hubungan Dengan
Antara
Kepatuhan
kewaspadaan universal oleh perawat di
Pengawasan Koass
DalamMenerapkan
rawat
Gigi
inap
RSUP.
DR.
Wahidin
Sudirohusodo Makassar tahun 2013.
Standard
Precaution Di RSGM PSPDG Unsrat
Supervisi dimaksudkan disini adalah
Hasil penelitian menunjukkan antara
kegiatan mengarahkan, membimbing,
pengawasan dengan kepatuhan koass
mendorong dan memotivasi perawat
gigi
Standard
untuk dapat melaksanakan kewaspadaan
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat,
universal. Penelitian ini didukung oleh
diperoleh data bahwa jumlah responden
penelitian
yang
baik
menyatakan ada hubungan pengawasan
sebanyak 32 responden (43,2%) dengan
dengan kinerja perawat dalam penerapan
Standard
MPKP di RSJD Surakarta (p=0,024).
dalam
menerapkan
menjawab
pengawasan
Precaution
yang
patuh
sebanyak 32 responden (43,2%) dan tidak ada yang tidak patuh; sedangkan
25
Jayanti
(2010)
yang
Febriani, Rattu dan Umboh, Hubungan antara Motivasi Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja dan Pengawasan dengan Kepatuhan Koass Gigi dalam Menerapkan Standard Precaution di RSGM PSPDG UNSRAT
KESIMPULAN
koass gigi di tingkatkan dalam
1. Terdapat hubungan antara motivasi
hal
kerja dengan kepatuhan koass gigi dalam
menerapkan
penerapan
Standard
Precaution.
Standard
d. Secara umum perlu diadakan
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat
studi banding di beberapa rumah
2. Tidak terdapat hubungan antara
sakit
rujukan
yang
memiliki
beban kerja dengan kepatuhan koass
Standard Precaution yang lebih
gigi dalam menerapkan Standard
baik.
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat
2. Bagi peneliti selanjutnya
3. Tidak terdapat hubungan antara
Dapat dilakukan penelitian lebih
stress kerja dengan kepatuhan koass
lanjut dengan menambah variabel-
gigi dalam menerapkan Standard
variabel
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat
berhubungan
dengan
koass
dalam
4. Terdapat
hubungan
antara
lain
gigi
yang
diduga kepatuhan
menerapkan
pengawasan dengan kepatuhan koass
Standard Precaution yang belum
gigi dalam menerapkan Standard
diteliti pada penelitian ini. Seperti:
Precaution di RSGM PSPDG Unsrat
variabel
5. Variabel motivasi menjadi variabel yang
paling
kepatuhan
dominan
koass
gigi
pengetahuan,
kebijakan/aturan
dengan
dan
disiplin,
ketersediaan
sarana rumah sakit.
dalam
menerapkan Standard Precaution di
DAFTAR PUSTAKA
RSGM PSPDG Unsrat
Almasitoh, U. H. 2011. Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran
SARAN
Ganda dan Dukungan Sosial
1. Bagi Rumah Sakit
pada Perawat. Psiko islamika –
a. Penerapan Standard Precaution dapat
ditingkatkan
pelatihan
dan
Jurnal Psikologi Islam. No. 8
melalui
Vol.1,
keikutsertaan
82.Klaten
:
Universitas Widya Dharma.
dalam seminar tentang patient
Amoran O. E. and Onwube O. O. 2013.
safety.
Infection control and practice of
b. Beban kerja dan waktu kerja harus
63
disesuaikan
standard
dalam
precaution
among
healthcare workers in northern
mendukung penerapan Standard
Nigeria.
Precaution.
infectious diseases 2013; 5(4):
c. Pengawasan
instruktur
pada
156-63.
26
Jurnal
of
global
Anonimous, 2014. World Oral Health
kesehatan RI: 9-19.
Report: almost 100 percent af
Munandar, A.S. 2001. “Stress dan
adults suffer from dental caries.
Keselamatan Kerja “Psikologi
Dental
Industri
Tribune.
http://www.dentaltribune.com/ar
dan
Penerbit Universitas Indonesia.
ticles/news/europe/17527_world
Sukriani, I. Kapalawi, dan S. A.
_oral_healthreport_almost_100_
Pasinringi.
per_cent_of_adults_suffer_from
Faktor
_dental_caries.html.
Pelaksanaan
Budiawan,
I.
N.
2015.
Kompetensi, Beban
Hubungan
Motivasi Kerja
Pelaksana
Universal
Dan
Kinerja
Pascasarjana
Guideline for infection
control in dental health-care settings. MMWR: 52(17): 1-48. Kesehatan
Pedoman
RI.
2010.
pelaksanaan
kewaspadaan
universal
dipelayanan kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Gibson, J., M.I. John dan H.D. James. 2001.
Organisasi
dan
Manajemen : Perilaku, Struktur Proses.
Edisi
4,
Oleh
Dengan
Kewaspadaan Perawat
UNHAS, Makassar.
Universitas Udayana Denpasar.
Departemen
Organisasi
di
Makassar.
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali.
CDC. 2003.
Hubungan
Sudirohusodo
Perawat Di Ruang Rawat Inap
Program
2013.
Rawat Inap RSUP. Dr. Wahidin
Perawat
Dengan
Organisasi.
Penerbit
Erlangga, Jakarta. Kementrian kesehatan RI. 2012. Standar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan. Jakarta: Kementrian
27