Produktivitas hijauan pakan untuk produksi sapi potong di Sulawesi Selatan Syamsu Bahar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
Abstract An assessment on productivity of some forage species for beef cattle production was conducted - at Tanete Riaja Sub District, Barru District, South Sulawesi Province . The study aimed to gain information and to compare the forage productivity and their acceptability by beef cattle . The study was conducted during the period of December 2005 to December 2007 . Species comparisons were based on the forage production and their acceptability by beef cattle anf farmer consideration . Results showed that grass of Paspalum at rat um can be used as one of forage source for beef cattle production . Key words : productivity, forage, beef cattle
Pendahuluan Hijauan pakan ternak berupa rumput dan leguminosa merupakan hal penting bagi produksi dan pengembangan temak sapi potong . Hijauan pakan ternak dapat dibagi menjadi dua kategori . Pertama hijauan liar yaitu hijauan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuh dengan sendirinya dan yang kedua yaitu hijauan introduksi atau hijauan yang sengaja ditanam dan dipelihara sebagaimana membudidayakan tanaman lainnya . Hijauan introduksi
yang
dibudidayakan hanya merupakan spesies rumput tertentu atau spesies leguminosa tertentu yang sengaja ditanam . Peranan pakan dalam usaha temak sapi potong sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak . Jenis pakan ternak yang terpenting adalah hijauan karena merupakan pakan utama temak ruminansia, 70% dari makanan temak ruminansia adalah hijauan (Nitis, et al, 1992), sehingga ketersediaan pakan baik dari segi kuantitas, kualitas dan secara berkesinambungan sepanjang tahun perlu diperhatikan . Beberapa jenis hijauan pakan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk menjamin ketersediaan hijauan pakan ternak baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas yang tinggi (ACIAR, 2008) Upaya peningkatan jumlah temak sapi potong yang semakin pesat terkendala dengan terbatasnya lahan menyebabkan petani harus menyediakan waktu lebih banyak untuk memberi pakan bagi temaknya, baik dengan cara menggembalakan maupun mencari pakan ke tempat-tempat yang lebih jauh dari pemukiman mereka . Banyak petani mengalami dilema, apakah mengurangi jumlah temaknya atau mencari sumber-sumber pakan baru . Budidaya hijauan pakan ternak dapat menjadii salah satu jalan keluar pemecahannya . Menurut Home
Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Palu, 24 November 2008
233
dan Stur (2003) bahwa keterlibatan petani memilih hijauan pakan untuk temaknya sangat diperlukan dalam proses introduksi dan pengembangan hijauan pakan ternak . Kajian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang jenis jenis hijauan dan produktivitas hijauannya yang memungkinkan untuk pengembangannya yang lebih luas sebagai sumber hijauan pakan untuk produksi ternak sapi potong . Metodologi
Kajian produkvitas hijauan pakan ternak ini dilakukan di Desa Lompotengah dan Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan wilayah Program Penelitian ACIAR No .AS2/2004/005 . Lokasi ini termasuk sentra pengembangan sapi potong utamanya jenis sapi Bali. Keadaan umum Kabupaten Barru adalah daerah ini memiliki agroekosistem lahan kering dataran rendah beriklim basah . Curah hujan 2.500-2.800 mm per tahun dengan curah hujan tertinggi bulan Januari dan Februari sedangkan terendah pada bulan September dan Oktober. Tipe iklim menurut Smith-Ferguson adalah termasuk Tipe Tipe B (basah) . Berbagai jenis hijauan pakan ternak berupa rumput dan leguminosa ditanam pada lahan yang diolah sempurna (dibajak dan digaru) . Semua jenis rumput dan leguminosa berasal dari Australia yang ditanam di lahan milik petani koperator rata-rata seluas 0,2 ha per jenis hijauan . Pengamatan produksi hijauan dilakukan dengan cara memotong (panen) antara 8 sampai 10 minggu sekali panen .. Bahan tanaman untuk rumput dan leguminosa berupa benih (seeds) yang ditebar secara larikan. Jarak antar larikan 50 cm dan panjang larikan disesuaikan dengan panjang petak percobaan . Umur pemotongan (panen) pertama dilakukan 3 bulan setelah tebar . Pengambilan sampel hijauan segar setiap jenis masing-masing pada luasan 0,5m x 0,5m kemudian dikeringkan untuk memperoleh produksi bahan keringnya, setelah itu dikonversi produksi bahan keringnya per hektar . Hasi l Rum put
Bothriochtoa insculpta
Rumput ini memiliki beberapa kultivar dan salah satu yang diintroduksi adalah kultivar "Hatch". Total produksi bahan kering hijauan adalah 24,52 t/ha/th, terdiri dari rumput Bothriochloa 21,32 t/ha (86,9 %) dan komponen gulma 3,2 t/ha (13,1 %). Pada pemotongan (panen) pertama dan kedua masih terdapat komponen gulma, namun setelah beberapa kali pemotongan maka komponen gulma tidak tumbuh lagi atau sudah tertekan dengan pertumbuhan rumput Bothriochloa yang sangat pesat . Brachiaria decumbens
Kultivar rumput yang ditanam adalah kultivar "Koringal ". Total produksi bahan kering hijauan adalah 27,44 t/ha/4h terdiri dari rumput Brachiaria 24,42 t/ha (89,0 %) dan komponen
234
Prosiding Seminar Nasionat Sapi Potong - Patu, 24 November 2008
gulma 3,02 tiha (11,0 %). Gulma mulai tertekan pertumbuhannya pada pemotongan (panen) yang ke tiga disebabkan rumput Brachiaria sudah mulai tumbuh dengan pesat . Hasil penelitian Bulo et. al. (1994) melaporkan bahwa produksi bahan kering hijauan rumput Brachiaria sekali panen adalah 5,8 t/ha . Rumput Brachiaria decumbens merupakan rumput yang potensil sebagai rumput penggembalaan sapi karena tahan renggutan dan tahan injakan . Brachiaria hybrid cv Mulato
Rumput ini disebut juga rumput "Mulato" yang merupakan persilangan antara rumput Brachiaria ruziziensis clone 44-06 dengan Brachiaria brizantha cv Marandu. Total produksi bahan kering hijauan dari 3 kali panen adalah 12,04 t/ha. Rumput Mulato ini sangat disukai ternak sapi, salah satu penyebabnya adalah batang dan daunnya yang lembut dan agak berbulu . Selain itu petani juga suka karena untuk potong-angkut tidak membuat tangan dan badan gatal-gatal . Hal yang perlu diperhatikan untuk tumbuh dan berkembangnya lebih baik rumput Mulato ini adalah masalah drainase. Pada lahan yang drainasenya buruk, rumput Mulato tidak dapat tumbuh dengan baik karena drainase yang buruk mengakibatkan buruknya pula kondisi aerasi tanah . Hal lain adalah pada daerah yang bercurah hujan tinggi sangat dimungkinkan rumput Mulato terserang oleh Rhizoctonia yaitu cendawan yang menyerang akar Paspalum atratum
Total produksi bahan kering hijauan rumput Paspalum dari 5 kali panen (setahun) adalah 156 t/ha. Rumput ini menghasilkan biomas yang tinggi setara dengan rumput gajah dan sangat disukai oleh ternak . Petani juga sangat menyukainya dan mudah memanennya karena rumput ini tumbuh tegak dan tidak berbulu . Rumput ini dapat tumbuh pada lahan yang terbuka maupun yang ternaungi . Setaria sphacelata
Kultivar yang diintroduksi adalah kultivar "Narok ". Total produksi bahan kering hijauan rumput Setaria dari 3 kali panen adalah 73,5 t/ha . Rumput ini sangat disukai oleh ternak dan petani juga sangat mudah memanennya karena rumput ini tumbuh tegak dan tidak berbulu . Rumput ini membutuhkan lahan yang terbuka tanpa naungan . Panicum maximum
Rumput ini memiliki banyak kultivar, salah satu yang diintroduksi adalah kultivar "Simuang" atau disebut juga "Purple guinea" . Total produksi bahan kering hijauan rumput Panicum dari 3 kali panen adalah 8,1 t/ha. Rumput ini pertumbuhannya lambat sehingga biomas yang dihasilkan dari 3 kali panen masih rendah . Namun dengan pemupukan yang baik dapat meningkatkan produksi hijauannya . Leguminosa Stylosanthes hamata
Stylo memiliki banyak kultivar dan salah satu yang diintroduksi adalah kultivar "Verano ". Leguminosa ini tumbuh agak lambat dan tidak tahan pemotongan (panen) dengan cara potong bawah tetapi menginginkan potong atas (potong pucuk) . Produksi bahan kering hijauan satu Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Palu, 24 November 2008
235
Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Palu, 24 November 2008
kali pemotongan adalah 7,34 t/ha/th, terdiri dari leguminosa Stylo 4,6 t/ha (62,2 %) dan komponen gulma 2,74 t/ha (37,4 %) . Leguminosa ini sangat sulit bersaing dengan gulma . Clitoria ternatea Leguminosa Clitoria ternatea yang diintroduksi adalah kultivar "Milgarra'" termasuk jenis leguminosa berumur "sedang" (semi perennial) sehingga hanya dapat dipanen beberapa kali saja atau sekitar 3 kali pemotongan saja yang produksinya tinggi dan setelah itu produksinya mulai berkurang pada pemotongan berikutnya . Total produksi bahan kering hijauan adalah 24,98 t/halth, terdiri dari leguminosa Clitoria 21,46 t/ha (86,9 %) dan komponen gulma 3,52 t/ha (14,1 %) . Centrosema pascuorum Kultivar yang diintroduksi adalah kultivar "Cavalcade" . Total produksi bahan kering hijauan ini adalah 14,42 t/halth, terdiri dari leguminosa Centro 9,24 t/ha_ (64,1 %) dan komponen gulma 5,18 t/ha (36,9 %) . Leguminosa ini sangat sulit bersaing dengan gulma. Sifat tanaman leguminosa ini berumur pendek (annual) sehingga hanya dapat dipanen beberapa kali saja atau sebanyak 3 kali pemotongan saja yang produksinya tinggi dan setelah itu produksinya mulai berkurang pada pemotongan berikutnya . Pertanaman campuran Brachiaria decumbens + Arachis pintoi Total produksi bahan kering hijauan campuran adalah 37,12 t/halth . Hijauan campuran ini terdiri dari rumput Brachiaria 30,56 t/ha (82,3 %) ; leguminosa Arachis 2,5 t/ha (6,7 %) dan Gulma 4,06 t/ha (10,9 %) . Rumput Brachiaria yang ditanarn bersama leguminosa Arachis lebih cocok ditanam bersama-sama dalam arti keduanya dapat tumbuh bersama (compatible) tanpa menekan pertumbuhan tanaman satu dengan lainnya . Hal yang sama dilaporkan Bahar et. al. (1993) menunjukkan bahwa kecocokan antara rumput Brachiaria dengan leguminosa Arachis yang ditanam bersama (campuran) . Brachiaria decumbens + Centrosema pascuorum Total produksi bahan kering hijauan campuran adalah 28,96 t/halth, terdiri dari rumput Brachiaria 20,24 t/ha (69,9 %) ; leguminosa Centro 3,74 t/ha (12,9 %) dan Gulma 4,98 t/ha (17,2 %) . Rumput Brachiaria yang ditanam bersama leguminosa Centro kurang sesuai kombinasinya karena rumput Brachiaria berumur panjang (perennial) sedangkan leguminosa Centro berumur pendek (annual) sehingga hanya bertahan sampai pemotongan/panen ke tiga, setelah itu tidak didapati lagi leguminosa Centro pada pemotongan berikutnya . Pembahasan Umum Berbagai jenis rumput dan leguminosa yang ditanam menunjukkan pertumbuhan yang baik dan sangat sesuai dengan kondisi lahan . Hal ini sangat mendukung produksi hijauannya dan untuk produksi sapi potong . Penanaman berbagai jenis hijauan pakan ternak ini di lahan petani selain untuk mengukur produktivitasnya juga untuk memberikan alternatif pilihan kepada petani untuk memilih jenis jenis yang disukai ternaknya . Jenis rumput Paspalum 236
atratum menjadi pilihan utama bagi petani karena selain produktivitasnya tinggi, juga sangat disukai temaknya dan bagi petani sendiri sangat mudah memanennya karena tanamannya tidak terlalu tinggi dan tidak gatal . Adapun jenis hijauan lainnya yang disukai petani dan "palatable" untuk ternaknya adalah rumput Brachiaria hybrid cv Mulato . Jenis ini disebut juga rumput "Mulato" yang merupakan hasil persilangan dan sangat "palatable" untuk sapi, namun dari segi produktivitasnya lebih rendah dibanding rumput Paspalum atratum .
Untuk meningkatkan kualitas hijauan pakan temak maka jenis jenis hijauan berupa rumput dapat dikombinasikan penanamannya dengan jenis jenis leguminosa . Pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa sangat baik dilakukan asalkan keduanya tidak saling menekan pertumbuhan masing-masing . Kesimpulan Dari hasil kajian diperoleh jenis rumput Paspalum atratum menunjukkan produkvivitas tertinggi dibanding jenis rumput lainnya. Berdasarkan pengamatan tingkat kesuakaan ternak , P. atratum menjadi pilihan petani . Oleh karena itu, P. atratum menjadi pilihan untuk dikembangkan secara luas sebagai sumber-hijauan pakan untuk produksi temak sapi potong . Daftar Pustaka ACIAR . 2008. Improving smallholder crop-livestock systems in eastern Indonesia . Project Final Report. Published ACIAR Project No . AS2/2004/005 . Bahar, S., R . Rachman ., D . Bulo dan R. Salam . 1993 . Produktivitas hijauan rumput Brachiaria decumbens cv Basilisk yang ditanam tunggal dan campuran dengan leguminosa herba . Titian Agronomi . Buletin Penelitian Agronomi . Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) Komisariat Sulawesi Selatan . No .5 :(47-50) . Bulo, D ., G . J. Blair, W. Stur and A . R . Till . 1994 . Yield and digestibility of forages in esat Indonesia . 1. Legumes . AJAS . Vol . 7 . N o. 3 . p . 325-333 . Home, P . M . and W. W . Stur. 2003 . Developing Agricultural Solutions with Smallholders Farmers . How to get stared with participatory approaches . Published by ACIAR and CIAT . ACIAR Monograph No . 99 . 120 pp . Nitis, I .M., K . Lana, LB . Sudana dan N .Sutji . 1992 . Pengaruh Klasifikasi wilayah terhadap komposisi botani hijauan yang diberikan pada kambing di Bali di waktu musim kemerau . Pro . Seminar Penelitian Peternakan, Bogor.
Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Palu, 24 November 2008
237