Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
PELAKSANAAN KEMITRAAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BAGI PETANI PLASMA PADA PERUSAHAAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG THE IMPLEMENTATION OF FORAGE PARTNERSHIP FOR PLASMA FARMERS IN BEEF FATTENING COMPANY Sunaenah*, Lilis Nurlina**.dan M. Ali Mauludin** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21 Sumedang 45362
*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai pelakasanaan kemitraan hijauan pakan ternak bagi petani plasma pada perusahaan penggemukan sapi potong telah dilaksanakan dari tanggal 2 Desember 2015 sampai 20 Februari 2016 di PT. Kadila Lestari Jaya di Desa Srirahayu Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan kemitraan PIR antara PT. Kadila Lestari Jaya dengan petani anggota plasma dan menganalisis manfaat pelaksanaan kemitraan PIR bagi petani sebagai anggota plasma dalam kemitraan PIR tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dan pendekatan kualitatif dekriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara secara mendalam. Data diperoleh dari 17 informan yang terdiri dari 15 orang plasma dan 2 orang karyawan perusahaan. Tahapan analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan PIR di PT. Kadila Lestari Jaya masih belum sepenuhnya berjalan sesuai SOP kemitraan. Manfaat sosial kemitraan PIR yaitu berupa kesempatan kerja dan pengembangan diri dalam berkelompok tani, sedangkan manfaat ekonomi kemitraan PIR yaitu kepastian harga komoditas dan pendapatan petani plasma. Manfaat ekonomi berupa pendapatan masih belum maksimal dirasakan oleh petani plasma. Kata Kunci: Kemitraan, Penggemukan Sapi Potong, Manfaat Sosial Ekonomi ABSTRACT The implementation of forage partnership for plasma farmers in a beef cattle fattening company was done from February 2nd, 2015 until December 20th, 2016 at PT. Kadila Lestari Jaya in Srirahayu Village of Cikancung District of Bandung Regency. The objective of this research was to analyze the implementation of PIR partnership between PT. Kadila Lestari Jaya and the farmers of plasma members, and to analyze the benefit of the PIR partnership implementation for the farmers, as the plasma members in the PIR partnership. This research was done by using case study method and descriptive qualitative approach with the data collection technique through in-depth interview. The data were obtained from 17 informants which consisted of 15 plasa farmers and 2 company workers. The data analysis phases involved data reduction, data presentation, and conclusion. Result of the research was showed that the implementation of PIR partnership in PT. Kadila Lestari Jaya had not fully worked yet in accordance with the Standard Operational Procedure (SOP) of the partnership. The social benefit of the PIR partnership was in the form of employment opportunities and selfdevelopment in having a farmers’ group, while the economic benefit of the PIR partnership 1
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
was commodity price certainty and income for plasma farmers. The economic benefit in the form of income had not been maximally felt by the plasma farmers. Key Words: Partnership, Beef Cattle Fattening, Social-Economic Benefits
1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Kondisi alam tersebut memberikan peluang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian maupun yang berkaitan dengan pertanian.
Sektor pertanian merupakan penunjang
perkembangan perekonomian bangsa setelah sektor industri pengolahan.
Sebenarnya,
perkembangan sektor industri pengolahan juga sebagian besar bergantung pada sektor pertanian, karena beberapa hasil pertanian perlu diolah terlebih dahulu untuk kemudian menghasilkan pendapatan. Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian regional dan nasional. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari subsektor peternakan berangsur membaik dari tahun ke tahun setelah mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi global. Badan Pusat Statistik mencatat Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di sektor peternakan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama tahun 2011 hingga tahun 2015. Pada tahun 2011 PDB sektor peternakan memberikan kontribusi sebesar 4,8 % dan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2012 menjadi 4,97 %, meningkat pada tahun 2013 menjadi 5,08 % kemudian meningkat 5,44 % di tahun 2014 dan meningkat menjadi 8,64 % di tahun 2015 (BPS, 2015). Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki perekonomian bangsa salah satunya dari sektor pertanian dalam negeri yaitu dengan menciptakan swasembada pangan. Pemerintah mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) pada tahun 2014 sebagai upaya pemenuhan swasembada pangan dalam negeri. Program ini dilakukan karena mengingat kebutuhan daging sapi yang terus meningkat dari tahun ke tahun sementara tingkat produksi daging sapi masih belum bisa memenuhi tingkat konsumsi masyarakat sehingga kondisi tersebut mengharuskan pemerintah meningkatkan impor. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar dapat menekan angka impor daging sapi yaitu dengan mengembangkan usaha penggemukan sapi potong. Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
2
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
ketimpangan angka produksi dan konsumsi daging yang masih berlangsung hingga saat ini. Usaha penggemukan sapi potong dapat dilakukan oleh individu ataupun perusahaan. Sistem penggemukan menuntut perusahaan untuk senantiasa menjaga ketersediaan hijauan pakan ternak. Hijauan pakan ternak bisa disediakan secara terus menerus dengan biaya yang lebih efisien oleh perusahaan dengan cara memanfaatkan lahan yang dimiliki perusahaan untuk ditanami rumput raja (king grass).
Adanya pemanfaatan lahan untuk
hijauan pakan ternak memunculkan peluang kerja bagi masyarakat untuk merawat tanaman hijauan pakan ternak tersebut. Atas dasar ini terbentuklah kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat petani yang berada di sekitar perusahaan. Kerjasama yang terbentuk berupa kemitraan pola inti plasma yang dinamakan Kemitraan PIR (Perusahaan Inti Rakyat). Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk dapat mengetahui proses berlangsungnya kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat petani dan manfaat yang didapatkan petani plasma selama bermitra dengan perusahaan penggemukan sapi potong tersebut.
2. SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung sebagai plasma dalam kemitraan PIR (Perusahaan Inti Rakyat) yang berada di PT. Kadila Lestari Jaya Desa Srirahayu Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus melalui pendekatan kualitatif. Data studi kasus dapat diperoleh dari berbagai pihak yang bersangkutan, dengan kata lain studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003). Studi kasus juga didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang betujuan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan suatu kejadian tertentu (Paturochman, 2012). Variabel yang Diamati Variabel yang diamati adalah pelaksanaan kemitraan berupa kewajiban pihak pertama (perusahaan inti) dan kewajiban pihak kedua (petani plasma), serta manfaat sosial dan ekonomi kemitraan yang meliputi kesempatan kerja, manfaat berkelompok, kepastian harga dan perolehan pendapatan plasma.
3
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
Analisa Data Menurut Sugiyono (2008), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dengan cara mengorganisasikan kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, sehingga temuannya mudah dipahami dan dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisa data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap reduksi data atau proses pemilihan, abstraksi data atau penyederhanaan, transformasi data-data mentah dari catatan-catatan yang didapat di lapangan. Tahap penyajian data yaitu penyusunan data secara sistematis dari yang kompleks menjadi lebih sederhana. Tahap penarikan kesimpulan, yaitu peneliti mengemukakan kesimpulan dari data-data yang didapat melalui observasi, wawancara dan dokumentasi data.
3. Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Desa Srirahayu merupakan salah satu desa dari 9 desa yang ada di Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Jumlah penduduk Desa Srirahayu Tahun 2016 sebanyak 10.423 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki 5.262 jiwa dan perempuan 5.161 jiwa dari 2.606 KK. Desa Srirahayu mempunyai luas wilayah 696,12 ha. Desa Srirahayu berbatasan dengan Desa Ciluluk (Timur), Desa Cigentur (Barat), Desa Drawati (Selatan), Desa Sangiang (Utara). Pelaksanaan Kemitraan PIR Pelaksanaan kemitraan PIR pada PT. Kadila Lestari Jaya berlandaskan pada SOP. Pada SOP tersebut terdapat hak dan kewajiban, baik bagi pihak pertama (perusahaan inti) maupun bagi pihak kedua (petani plasma). Pelaksanaan kewajiban pihak pertama merupakan pemenuhan hak bagi pihak kedua, sebaliknya pelaksanaan kewajiban pihak kedua merupakan pemenuhan hak bagi pihak pertama. Apabila kedua hal tersebut terpenuhi maka akan tercapai tujuan didirikannya kemitraan sebagai bentuk kerjasama ini, bahwa kedua belah pihak harus memperoleh keuntungan dan manfaat (Mudikdjo dan Muladno, 1999). Kewajiban pihak pertama terdiri dari beberapa hal yang harus dipenuhi oleh perusahaan inti yaitu PT. Kadila Lestari Jaya, yaitu: 1)penyediaan lahan, 2)pengadaan bimbingan, 3)penyediaan pupuk kandang, 4)penyedia transportasi, 5)membeli hasil panen plasma dan 6)sebagai penyedia bibit tanaman keras untuk pelindung lahan. 4
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
Lahan usahatani sering diartikan sebagai tanah yang digunakan untuk kegiatan usahatani. Lahan tersebut dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah (Soekartawi, 1994). Lahan diberikan kepada plasma selama masa keanggotaan berlangsung untuk memproduksi rumput raja.
SOP terkait luas lahan rumput yang harus disediakan oleh
perusahaan untuk penggarapan adalah 1 hektar. Akan tetapi, luas lahan yang disediakan perusahaan untuk plasma di Desa Srirahayu tidaklah merata. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: pembagian lahan yang tidak sesuai oleh Kanit plasma terdahulu, pembuatan jalan yang memotong lahan, dan perluasan lahan oleh plasma tanpa seizin dan sepengetahuan pihak perusahaan. Bimbingan perlu diadakan mengingat pentingnya meningkatkan kemampuan petani dalam mengolah dan mengelola lahan rumput, baik berupa penyuluhan ataupun arahan dari Kanit plasma langsung. Hafsah (1999) mengatakan bahwa prinsip kemitraan bertujuan untuk saling memperkuat pihak yang bermitra, disamping itu juga kemitraan juga mengandung makna sebagai tanggung jawab moral. pengurus PIR biasanya memberikan bimbingan melalui pertemuan rutin yang dilakukan setiap selesai panen. Hal tersebut dilakukan guna mengevaluasi kinerja plasma dan memotivasi plasma untuk memperoleh produksi panen yang lebih tinggi. plasma tidak hanya membutuhkan bimbingan berupa pertemuan rutin, akan tetapi juga membutuhkan adanya penyuluhan. Menurut Soekartawi (1999) bahwa agen penyuluhan membantu petani dalam memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut. Kebutuhan pupuk untuk tanaman rumput raja cukup tinggi dibandingkan tanaman rumput jenis lain. Pemberian pupuk kandang sangat penting mengingat bahwa rumput raja harus tumbuh pada tanah yang gembur, subur dan cukup kandungan airnya. Perusahaan menyediakan pupuk kandang sebagai pupuk utama untuk diterapkan ke lahan yang digarap plasma, perusahaan memilih pupuk ini disebabkan pupuk kandang cukup efisien dan tidak banyak memakan waktu dalam pengolahan. Sarana transportasi menjadi salah satu komponen yang cukup berperan dalam keberlangsungan kegiatan produksi rumput raja. Sarana transportasi berfungsi untuk mendistribusikan pupuk kandang dan mengangkut hasil panen rumput. perusahaan menyediakan 3 mobil truk untuk memudahkan pengangkutan rumput dari lahan ke tempat penimbangan dan penyimpanan. Petani plasma tidak akan merasa khawatir ketika hasil panennya tidak terjual karena berdasarkan kesepakatan dalam kemitraan, perusahaan berkewajiban membeli hasil panen 5
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
tanpa kecuali. Rumput tersebut dibeli perusahaan dengan harga yang telah ditentukan dalam SOP Kemitraan PIR bagaimanapun kondisinya. perusahaan menetapkan harga rumput raja sebesar Rp. 85,-/kg. Harga ini dikurangi Rp. 15,- untuk tabungan kemarau dan Rp. 10,- untuk tabungan kesehatan. Akibat adanya pengurangan untuk tabungan, maka harga rumput yang diperoleh plasma sebesar Rp. 60,-/kg. Perusahaan juga mengadakan program penanaman berbagai jenis tanaman keras seperti nangka, jeruk, akasia, kiara, pinus dan lainnya, dengan tujuan sebagai pohon pelindung di lahan rumput. Fungsi tanaman keras saat ini telah berkembang ke ranah produksi, baik itu buahnya ataupun kayunya, untuk dijual sebagai pemasukan tambahan bagi perusahaan. Tanaman keras berada dibawah Divisi Tapos, sama halnya dengan rumput raja, hanya saja berbeda unit. Oleh karena itu, penanamannya pun dikelola oleh pihak lain, bukan oleh Kanit plasma. Akan tetapi, plasma pun diberi tanggung jawab oleh perusahaan untuk menjaga keberadaan tanaman keras tersebut. Terdapat pula kewajiban bagi pihak kedua, kewajiban pihak kedua merupakan beberapa hal yang harus dipenuhi oleh petani yang tergabung sebagai plasma dalam kemitraan PIR.
Adapun kewajiban pihak kedua yaitu: 1) mengolah, menanam dan
memelihara rumput pada lahan yang ditentukan, 2)melaksanakan pengolahan tanah dan pemeliharaan rumput sesuai tatalaksana budidaya rumput, 3)melaksanakan pemupukan sesuai tatalaksana budidaya rumput, 4)melakukan proses pemanenan secara berkelompok sesuai jadwal yang ditentukan, 5)menjual hasil panen dengan harga yang telah ditentukan 6)melakukan penanaman bibit tanaman keras dan memeliharanya dan 7)menjaga keamanan sekitar kebun rumput. Perusahaan memfasilitasi plasma dengan menyediakan lahan untuk penanaman rumput raja dan plasma harus menanam rumput raja pada lahan yang telah ditentukan perusahaan, karena perusahaan sebagai inti dalam kemitraan berkewajiban melakukan penyediaan sarana produksi, sementara plasma melakukan fungsi produksi. Plasma yang melakukan pengolahan rumput hanya plasma yang menjadi anggota dari awal berdirinya Kemitraan PIR, sedangkan untuk plasma yang masuk dengan menggantikan anggota plasma yang keluar tidak melakukan pengolahan lahan.
Akan tetapi, plasma tersebut hanya
melanjutkan perawatan tanaman rumput saja. Plasma melakukan pengolahan tanah dengan cara mencangkulnya, tetapi tidak memperhitungkan kedalaman mencangkul. Akan tetapi plasma hanya mencangkul dan membolak-balikan
tanah
hingga
tanah
terlihat
gembur.
Setelah
plasma
selesai 6
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
menggemburkan tanah, kemudian plasma membuat bedengan dan saluran air di lahan bagiannya. Pengolahan tanah ini memakan waktu sekitar 1-2 bulan tergantung intensitas kerja plasma. Pekerjaan di lahan rumput tidak terikat oleh jam kerja, dengan demikian plasma dapat melakukan sesuai keinginannya. Oleh karena itu, jika curahan tenaga kerja plasma tinggi dalam sehari maka pengerjaannya lebih cepat atau sebaliknya, jika curahan tenaga kerja plasma rendah maka akan memakan waktu yang lama dalam penyelesaiannya. Penanaman rumput raja dilakukan setiap 5 tahun sekali sehingga plasma tidak perlu melakukan penanaman ulang setiap selesai panen.
Plasma melakukan penanaman awal
setelah pengolahan tanah dan pemupukan awal selesai. Setelah mengolah tanah, plasma membuat lubang atau parit dengan kedalaman kurang lebih 20 cm. Kemudian memasukkan bibit tanaman rumput kedalam lubang yang telah dibuat dan memupuknya. Pupuk yang diberikan berupa pupuk kandang dan urea. Pupuk kandang disuplai oleh perusahaan ke lahan dengan mobil truk. Setiap plasma mendapat kiriman pupuk kandang sebanyak 1 mobil truk dengan muatan 4,5 ton untuk 1000 m2 atau 4,5 kg/m2. Tanaman rumput diberi urea setelah berumur 2-3 minggu. Urea hanya diberikan sekali, sedangkan pemupukan berikutnya, perusahaan mengandalkan pupuk kandang. perusahaan memilih menggunakan
pupuk
kandang karena
beberapa
alasan,
yaitu:
kurangnya
tempat
penampungan, biaya operasional lebih murah, sedangkan daya serap N (Nitogen) masih cukup tinggi. Rumput raja merupakan salah satu hijauan pakan yang telah diteliti mempunyai produksi tinggi dan merupakan hijauan yang termasuk unggulan (Kushartono, 2001). Realita di lapangan, produksi rumput raja bergantung pada curah hujan pada tahun tersebut. Panen rumput dalam setahun tidak menentu, apabila curah hujannya tinggi maka rumput raja bisa dipanen hingga 6 kali panen. Akan tetapi, jika curah hujan rendah dalam setahun, maka rumput raja hanya berpeluang 4 kali panen. Produksi rumput saat musim hujan berada di kisaran 5-8 ton/1000m2 atau sekitar 200320 ton/ha/tahun. Produksi tersebut masih tergolong rendah, Kushartono (2001) mengatakan bahwa hasil produksi menurut pengamatan dilapangan mencapai 4-6 kg per rumpun atau ± 400 ton/ha/tahun pada lahan subur dengan irigasi yang baik. Produksi rumput menurun di saat kemarau, yaitu sekitar 3-4 ton/1000 m2. Hasil panen yang rendah ini bisa terjadi karena pemupukan yang kurang maksimal oleh plasma serta pengairan yang kurang disebabkan kemarau yang berkepanjangan pada tahun 2015. Perusahaan menetapkan harga rumput raja sebesar Rp. 85,-/kg. Harga ini dikurangi Rp. 15,- untuk tabungan kemarau dan Rp. 10,- untuk
7
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
tabungan kesehatan. Akibat adanya pengurangan untuk tabungan, maka harga rumput yang diperoleh plasma sebesar Rp. 60,-/kg. Perusahaan mengadakan program penanaman bibit tanaman keras sebagai upaya mencegah longsor pada lahan rumput karena lahan berada di daerah perbukitan. Menurut Abe dan Ziemer (1991) dalam Erfandi (2013)
akar tanaman dapat membantu menjaga
stabilitas lereng bukit melalui peningkatan kekuatan geser tanah. Pada SOP Kemitraan PIR, penanaman bibit tanaman keras merupakan kewajiban pihak 2, yaitu petani plasma. Akan tetapi, pada realitasnya penanaman tersebut dilakukan oleh Kanit Tanaman Keras. Unit Tanaman Keras merupakan salah satu unit yang berada didalam Divisi Tapos sama seperti Unit Plasma.
Oleh karena itu, Kanit Tanaman Keras
yang mangatur penanaman tersebut. Meskipun demikian, plasma mendapat tanggung jawab untuk menjaga keberadaan tanaman keras. Plasma tidak diperbolehkan menebang tanaman keras meskipun pohon tersebut berada di sekitar lahannya. Perusahaan pernah mengalami pencurian rumput di tahun awal mula perusahaan baru berdiri dan luas lahan rumput masih sedikit.
Oleh karena itu perusahaan membentuk
kemitraan dengan masyarakat petani setelah memiliki lahan yang luas, dengan demikian lahan perusahaan bisa lebih aman karena adanya penjagaan dari plasma. Hal tersebut seperti yang diatur dalam Perda No.3 Pasal 15 Tahun 2008 tentang kemitraan pembangunan perkebunan bahwa petani peserta program kemitraan perkebunan berkewajiban menjaga ketertiban, keamanan dan memelihara fasilitas yang dibangun dalam areal perkebunan. Manfaat Kemitraan PIR Kemitraan yang terbentuk antara PT. Kadila Lestari Jaya dan masyarakat petani akan menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak apabila berjalan sesuai dengan SOP Kemitraan PIR yang telah disepakati bersama. Manfaat kemitraan PIR dari aspek sosial yaitu dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia adalah dengan membuka lapangan kerja sebesar-besarnya. Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah dalam memperluas lapangan kerja adalah dengan memberikan peluang bagi pengusaha besar dan pengusaha kecil untuk melakukan kerjasama dalam bentuk kemitraan (Supeno, 1999). Manfaat sosial kemitraan PIR juga didapat dari pembentukan kelompok tani. Pembentukan kelompok tersebut sebagai sarana pengembangan potensi diri bagi petani plasma. Pengembangan kelompok tani perlu dilaksanakan dengan nuansa partisipatif sehingga prinsip kesetaraan, transparansi, tanggung jawab serta kerjasama menjadi muatan-muatan 8
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
baru dalam perberdayaan petani. panen rumput yang dilakukan plasma terjadwal secara bergiliran antara satu anggota dengan anggota lain dalam satu kelompok. Plasma yang mendapat giliran panen biasanya dibantu oleh teman sekelompok dan anggota keluarga. Banyaknya tenaga bantuan saat memanen berbanding lurus dengan banyaknya hasil panen rumput.
Selain itu, panen
yang dilakukan secara berkelompok dapat memupuk rasa
kebersamaan antar anggota kelompok tersebut. Manfaat ekonomi yang didapat oleh petani plasma dari kemitraan PIR yaitu terjaminnya penjualan hijauan hasil panen. Hasil panen rumput yang didapat plasma akan selalu dibeli oleh perusahaan tanpa melihat kualitas dari hijauan tersebut. Berbeda dengan petani non mitra, petani kecil yang memiliki keterbatasan modal dan memiliki tingkat pendidikan serta pengetahuan yang rendah.
Kelangsungan hidup petani tersebut sering
tergantung pada orang lain dan pengaruh iklim yang jelek atau harga yang rendah. Hal tersebut akan dapat membawa bencana bagi keluarga (Soekartawi, 1994). Perusahaan selalu membeli hasil panen dari plasma meskipun kualitasnya tidak bagus karena hal itu merupakan kewajiban dari perusahaan sebagai inti dalam kemitraan. Perusahaan inti wajib membeli hijauan rumput hasil panen plasma tanpa terkecuali faktor musim seperti yang tertera dalam SOP kemitraan PIR. Rumput yang dijual ke perusahaan dengan harga tetap, dengan kata lain tidak akan terjadi fluktuatif harga rumput pada kemitraan ini. Petani plasma tidak akan merasa khawatir terjadi fluktuasi harga seperti yang seringkali terjadi di pasar. Manfaat ekonomi lainnya dari kemitraan PIR yaitu pendapatan bagi plasma PIR. Penelitian Sulistyo (2004) dan Rahman (2008) menunjukkan bahwa pendapatan usahatani yang diperoleh petani lebih besar jika mengikuti kemitraan dan petani akan mendapat keuntungan dari kegiatan kemitraan. Pendapatan yang diperoleh petani dari kemitraan PIR masih rendah dan hanya mencukupi untuk satu orang, sedangkan bagi plasma yang memiliki keluarga, pendapatan yang diperoleh masih belum mencukupi. Akan tetapi, plasma mengusahakan agar pendapatan tersebut dapat mencukupi pengeluarannya. Kemitraan PIR ini memang memberikan manfaat secara ekonomi berupa penghasilan yang didapat saat panen hijauan. Akan tetapi, manfaat tersebut hanya dapat dirasakan sebagai pemasukan tambahan, bukan sebagai sumber penghasilan utama. Petani yang tergabung sebagai plasma sebaiknya memiliki sumber pemasukan lain karena penghasilan dari kemitraan hanya diperoleh saat panen saja.
Begitupun terkait jam kerja plasma, petani
memiliki banyak waktu luang saat jadwal panen belum berlangsung. 9
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Pelaksanaan kemitraan antara PT. Kadila Lestari Jaya dengan petani plasma telah dilakukan berdasarkan SOP Kemitraan, meskipun masih belum optimal pelaksanaannya, seperti halnya dalam pembagian lahan, pembagian lahan garapan untuk plasma masih belum merata dan pembinaan yang diberikan perusahaan inti kepada petani plasma masih belum intensif. 2. Program Kemitraan PIR memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi petani plasma. Manfaat ekonomi berupa pendapatan dan kepastian harga komoditas bagi anggota plasma. Manfaat sosial berupa kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar perusahaan dan pengembangan diri dalam berkelompok bagi masyarakat petani anggota plasma. Akan tetapi, manfaat pendapatan dari kemitraan lebih tepat dijadikan sebagai pendapatan tambahan, karena pendapatan yang diperoleh belum mampu memenuhi kebutuhan apabila pendapatan dari kemitraan dijadikan sebagai pendapatan utama. Saran 1. Pelaksanaan kemitraan seyogyanya sesuai dengan SOP, terutama dalam pembagian lahan garapan dan pemberian bimbingan terkait tatalaksana budidaya rumput raja. 2. Perusahaan seyogyanya memperbaiki pelaksanaan kemitraan PIR agar visi kemitraan yang dibentuk perusahaan dapat tercapai, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tergabung sebagai petani plasma dan dapat menjamin ketersediaan HPT sepanjang tahun serta memberikan jaminan keamanan pemanfaatan lahan bagi perusahaan. 5. Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi dan Kebutuhan Bahan Pangan Indonesia Tahun 2015. http://www.bps.go.id/ 14agus15.pdf. Diakses 24 Juni 2015. Pukul 11.18 WIB. Hafsah, M. Jafar. 1999. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Departemen Pertanian. Jakarta. Mudikdjo dan Muladno. 1999. Pembangunan Industri Sapi Potong Pada Era Pasca Krisis. Prosiding Seminar Nasional Petemakan Dan Veteriner. Bogor, 1 – 2 Desember 1998 . Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Nawawi, H. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 10
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel Untuk Penelitian Sosial Ekonomi. Unpad press. Bandung. Soekartawi. 1994. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta. ________. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta. Bandung.
11
Kemitraan Hijauan Pakan Ternak ............................................................................................. Sunaenah
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama
: Sunaenah
NPM
: 200110110224
JUDUL SKRIPSI
: Pelaksanaan Hijauan Pakan Ternak Bagi Petani Plasma pada Perusahaan Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus pada PT. Kadila Lestari Jaya di Desa Srirahayu Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung)
Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyataan ini.
Dibuat di Jatinangor, Tanggal 20 Oktober 2016 Penulis,
(Sunaenah)
Mengetahui, Pembimbing Utama,
(Dr. Ir. Hj. Lilis Nurlina, M.Si) 12