PERENCANAAN PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN UNTUK SAPI POTONG DI KABUPATEN SUMBA TIMUR MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT
JUNITA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Penyediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kabupaten Sumba Timur Menggunakan Citra Landsat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013
Junita NIM D24090052
ABSTRAK JUNITA. Perencanaan Penyediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kabupaten Sumba Timur Menggunakan Citra Landsat. Dibimbing oleh LUKI ABDULLAH dan PANCA DEWI MHK Citra landsat merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh yang memberikan informasi mengenai tutupan lahan dan memberikan kemudahan dalam melakukan analisis perencanaan dan penyediaan hijauan di suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah merencanakan penyediaan hijauan pakan dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi potong dan menghitung potensi produksi lahan dan kapasitas tampung ternak di Kabupaten Sumba Timur. Penelitian ini menggunakan metode Nell and Rollinson (1974) untuk pengolahan data, data sekunder, data primer dan peta arahan citra landsat kemudian perencanaan penyediaan hijauan pakan dibuat berdasarkan arahan tanaman yang akan ditanam. Berdasarkan potensi hijauan pakan dalam peta arahan, pada Kecamatan Pandawai populasi sapi potong program cow calf operation (CCO) sebanyak 4 816.32 ST, village breeding center (VBC) sebanyak 71 ST dan village farming center (VFC) sebanyak 166 ST. Kecamatan Lewa dihasilkan CCO sebanyak 8 566.97 ST, VBC sebanyak 518 ST dan VFC sebanyak 1 210 ST. Kecamatan Ngaha Ori Angu dihasilkan CCO sebanyak 6 028 ST, VBC sebanyak 780 ST dan VFC sebanyak 1 820 ST. Kata kunci : CCO, citra landsat, hijauan, pembibitan, sapi potong
ABSTRACT JUNITA. Planning of Providing Forage for Breeding Cattle in East Sumba Using Citra Landsat. Supervised by LUKI ABDULLAH and PANCA DEWI MHK Citra Landsat is one of the remote sensing technology product that provides information on land cover and provide facilities of performs analyses planning and provision forage in one area. The development of the region can use the direction of land use in determination of provision forage fodder. The purpose this research is to plan the provision of forage using land use maps as a reference direction to fulfill the needs of cattle feed and calculate the potential production capacities of land and livestock in East Sumba. This study uses Nell and Rollinson (1974) for the processing of data, secondary data, primary data and Landsat image map direction then planning provision is made under the direction of forage crops to be grown. District Pandawai beef cattle population programs cow calf operation (CCO) by 4 816.32 AU, village breeding center (VBC) as much as 71 AU and village farming center (VFC) as much as 166 AU. District Lewa CCO generated by 8 566.97 AU, VBC and VFC as many as 518 AU and 1 210 AU. District Nggaha Ori Angu generated as much CCO 6 028 AU, VBC as much as 780 AU and VFC as much as 1 820 AU. Keywords : beef cattle, breeding, CCO, forage, landsat image
PERENCANAAN PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN UNTUK SAPI POTONG DI KABUPATEN SUMBA TIMUR MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT
JUNITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judu! Skripsi: Perencanaan Penyediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kabupaten Sumba Timur Menggunakan Citra Landsat Nama : Junita NIM : D24090052
Disetujui oleh
Ir Luki Abdullah, MSc Agr Pembimbing I
Tangga! Lulus: (
D.
Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Pembimbing II
Judul Skripsi: Perencanaan Penyediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kabupaten Sumba Timur Menggunakan Citra Landsat Nama : Junita NIM : D24090052
Disetujui oleh
Dr Ir Luki Abdullah, MSc Agr Pembimbing I
Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Idat Galih Permana, MSc Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Perencanaan Penyediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kabupaten Sumba Timur Menggunakan Citra Landsat” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak sapi potong yang didukung oleh sumber daya alam, sumber daya manusia dan peluang pasar yang memadai. Namun dalam pengembangan, peternakan rakyat tidak berjalan dengan mulus karena terdapat permasalahan pada ketersediaan sumberdaya pakan seperti ketersediaan rumput dan hijauan pakan ternak yang fluktuatif di sepanjang tahun yang berdampak pada performa sapi potong. Penelitian ini bertujuan merencanakan penyediaan hijauan pakan dengan menggunakan citra landsat sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi potong dan menghitung potensi produksi lahan serta kapasitas tampung ternak di Kabupaten Sumba Timur. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Bogor, Agustus 2013
Junita
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Bahan
2
Alat
3
Lokasi dan Waktu
3
Prosedur
3
Potensi produksi tanaman
3
Potensi produksi limbah tanaman
3
Kapasitas tampung program CCO
3
Kapasitas produksi ransum dan kapasitas tampung program
4
VBC dan VFC Rancangan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kecamatan Pandawai Desa Mubokul
5
Kecamatan Lewa Desa Rakawatu
8
Kecamatan Nggaha Ori Angu Desa Praipaha
11
Pembahasan Umum
13
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
RIWAYAT HIDUP
21
UCAPAN TERIMA KASIH
21
DAFTAR TABEL 1 Susunan ransum sapi potong program VBC dan VFC
4
2 Arahan pengembangan lahan Desa Moubokul Kecamatan Pandawai
5
3 Kapasitas tampung program VBC dan VFC Kecamatan Pandawai
6
4 Arahan pengembangan produksi Desa Moubokul Kecamatan Pandawai
7
untuk program CCO 5 Arahan pengembangan lahan Desa Rakawatu Kecamatan Lewa 6 Kapasitas tampung program VBC dan VFC Kecamatan Lewa
8 9
7 Arahan pengembangan produksi Desa Rakawatu Kecamatan Lewa untuk program CCO
10
8 Arahan pengembangan lahan Desa Praipaha Kecamatan Nggaha Ori Angu
11
9 Kapasitas tampung program VBC dan VFC Kecamatan Nggaha Ori Angu 11 10 Arahan pengembangan produksi Desa Praipaha Kecamatan Nggaha Ori
12
Angu untuk program CCO 11 Total kapasitas tampung program CCO, VBC, VBC
15
12 Total arahan pengembangan produksi Kabupaten Sumba Timur
15
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta arahan penggunaan lahan Desa Moubokul Kecamatan Pandawai
18
2 Peta arahan penggunaan lahan Desa Rakawatu Kecamatan Lewa
19
3 Peta arahan penggunaan lahan Desa Praipaha Kecamatan Nggaha
20
Ori Angu
1
1
PENDAHULUAN Pengetahuan tentang penggunaan lahan dan penutup lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi. Citra landsat merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh yang memberikan informasi mengenai tutupan lahan dan memberikan kemudahan dalam melakukan analisis perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Penginderaan jauh digunakan untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan berbagai sensor tanpa kontak langsung dari jarak jauh. Sensor energi elektromagnetik dapat membantu dalam pemetaan dan pemantauan sumber daya alam dari wilayah yang akan diamati. Informasi yang didapat oleh citra landsat akan dianalisis dengan menggunakan alat interpretasi dan pengamatan. Adanya bantuan peta tanah dan data statistik tanaman dari wilayah tersebut dapat diambil informasi tentang jenis, bentang dan kondisi dari wilayah yang akan disajikan dalam bentuk peta, tabel atau laporan. Penelitian ini menggunakan citra landsat yang informasinya disajikan dalam bentuk peta arahan penggunaan lahan. Peta arahan dalam pengembangan sapi potong memiliki beberapa kelebihan diantaranya lebih akurat karena adanya arahan untuk komoditas pertanian yang ditanam, dapat melakukan perkiraan limbah pertanian yang dihasilkan berdasarkan interpretasi citra landsat dan dapat menyusun formulasi ransum berdasarkan arahan komoditas pertanian. Hijauan adalah sumber bahan pakan ternak yang besar peranannya terhadap ternak ruminansia baik untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Keberhasilan suatu peternakan bukan hanya didukung oleh manajemen teknis tetapi juga oleh ketersediaan pakan. Namun dalam pengembangannya, peternakan rakyat tidak berjalan dengan mulus karena terdapat permasalahan pada ketersediaan sumber daya pakan seperti ketersediaan rumput dan hijauan pakan ternak yang sangat fluktuatif di sepanjang tahun. Pada musim penghujan rumput dan hijauan pakan sangat melimpah, sedangkan di musim kemarau terjadi kekurangan, selain itu belum dimanfaatkannya jerami pertanian secara optimal sebagai bahan pakan. Kemudian masalah yang sering dihadapi oleh peternak adalah kurangnya air untuk dikonsumsi sehingga sapi kurang gizi, rentan terkena penyakit, produktivitas dan reproduktivitasnya rendah. Permasalahan ini perlu diatasi dengan suatu strategi perencanaan penyediaan dan pemanfaatan sumber daya pakan berdasarkan potensi yang ada di wilayah tersebut. Permasalahan lainnya yang masih dihadapi di Indonesia saat ini adalah kecenderungan terjadinya peningkatan import daging dan sapi potong yang disebabkan oleh peningkatan permintaan dalam negeri. Hal yang dapat dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan permintaan pasar adalah dengan usaha cow calf operation (CCO), village breeding center (VBC) dan village farming center (VFC). Usaha CCO bertujuan menghasilkan sapi bakalan untuk dipakai dalam usaha sapi pedaging yang dipelihara secara ekstensif dengan sumber pakan limbah tanaman pertanian. Usaha VBC bertujuan mengembangkan peternakan yang berbasis pada usaha pembibitan ternak rakyat dan pengembangbiakan sapi potong yang dipelihara secara intensif serta adanya tambahan pakan konsentrat. Usaha VFC merupakan program penggemukan yaitu memperbaiki kualitas karkas dengan pakan konsentrat. Usaha ini juga memelihara
2
sapi potong secara intensif agar produksinya lebih efisien dan memendekkan waktu produksi. Ketiga program ini akan membantu dalam peningkatan populasi ternak sapi potong secara optimal baik dari segi pertumbuhan, produksi maupun produktivitasnya. Penelitian dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan berdasarkan interpretasi citra landsat dilakukan di Kabupaten Sumba Timur. Kabupaten yang memiliki bulan kering lebih panjang dibandingkan bulan basah ini memiliki lahan kering yang cukup luas. Kabupaten Sumba Timur juga memiliki padang rumput yang luas sehingga memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha sapi potong yang didukung oleh sumber daya manusia, sumber daya alam dan peluang pasar yang memadai. Mengingat saat ini pemerintah sedang mencapai swasembada daging sapi nasional maka sudah selayaknya kabupaten ini dapat menjadi lokasi prioritas pengembangan peternakan sapi di Indonesia bagian timur. Mengatasi permasalahan yang ada di Kabupaten Sumba Timur dalam pengembangan sapi potong maka dilakukan suatu perencanaan penyediaan hijauan pakan agar tetap berkelanjutan di segala musim dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan dan dilakukannya sistem pemeliharaan dengan usaha CCO, VBC dan VFC. Peta arahan penggunaan lahan yang didapat dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional dengan adanya interpretasi citra landsat dapat mengarahkan pengembangan komoditas yang cocok untuk dikembangkan dengan memperhatikan kesesuaian lahan, syarat tumbuh tanaman dan topografi wilayah. Kabupaten Sumba Timur diarahkan untuk pengembangan komoditas pertanian seperti jagung, sorgum, padi dan kedelai. Selain itu, ada lahan yang dikhususkan untuk kawasan konservasi dan tanaman tahunan (mete). Penelitian ini bertujuan merencanakan penyediaan hijauan pakan dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi potong dan menghitung potensi produksi lahan dan kapasitas tampung ternak di Kabupaten Sumba Timur.
METODE Bahan Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peta arahan penggunaan lahan kawasan agropolitan pertanian terpadu Kabupaten Sumba Timur (pada Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3), data sekunder dan data primer. Peta yang digunakan adalah peta arahan penggunaan lahan, peta pewilayahan komoditas pertanian dan peta kesesuaian lahan tanaman kedelai dari Kecamatan Pandawai, Kecamatan Lewa dan Kecamatan Nggaha Ori Angu. Data sekunder yang digunakan adalah luas lahan pengembangan, potensi produksi tanaman utama dan limbahnya yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur dan Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Data primer yang digunakan adalah potensi produksi limbah jagung (Cihideung Ilir-Cibanteng Bogor) yang digunakan untuk menentukan asumsi produksi.
3
Alat Alat yang digunakan saat pengambilan data primer (panen jagung di Cihideung-Ilir Cibanteng Bogor) adalah nampan, pisau, timbangan digital, trashbag dan oven 60 oC. Program yang digunakan dalam penyusunan ransum adalah Aplikasi Winfeed dan pembuatan perencanaan menggunakan program aplikasi pengolah data. Lokasi dan Waktu Peta pewilayahan tiga kecamatan diambil berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Sumba Timur pengembangan kawasan dalam sektor peternakan dilakukan di Kecamatan Pandawai, Lewa dan Nggaha Ori Angu. Pengolahan data dilakukan di Kampus IPB Dramaga, Bogor dan berjalan selama bulan Januari sampai April 2013. Prosedur Peta arahan penggunaan lahan didapat melalui interpretasi citra landsat yang ditunjang dengan peta geologi yang dijadikan acuan untuk membuat suatu perencanaan penyediaan hijauan pakan ternak. Perencanaan penyediaan hijauan pakan dibuat berdasarkan arahan tanaman yang akan ditanam di daerah tersebut. Asumsi produksi dan limbah tanaman didapat dengan cara studi literatur (data sekunder) dan mengambil data primer. Perhitungan dilakukan dengan metode Nell and Rollinson (1974). Potensi produksi tanaman Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi tanaman yang akan ditanam dan dikembangkan di tiap kecamatan. Perhitungan potensi produksi tanaman dilakukan menggunakan rumus: Total produksi tanaman = asumsi produksi (ton BK ha-1) x luas lahan tanam Potensi produksi limbah tanaman Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi limbah tanaman yang akan dihasilkan di tiap kecamatan. Perhitungan potensi produksi limbah tanaman dilakukan menggunakan rumus: Total produksi limbah tanaman = asumsi produksi jerami (ton BK ha-1) x luas lahan tanam Kapasitas tampung program CCO Perhitungan kapasitas tampung ternak untuk program cow calf operation (CCO) berdasarkan potensi produksi limbah tanaman. Pakan yang digunakan untuk menghasilkan pedet atau sapi bakalan berupa rumput di padang penggembalaan, limbah tanaman pangan dan silvipastura. Perhitungan kapasitas tampung ternak CCO dihitung untuk mengetahui jumlah ternak yang dapat ditampung di tiap kecamatan dengan rumus: Kapasitas Tampung (KT) = (potensi produksi limbah x 1000) : (6.29 x 365)
4
Keterangan : 100 = konversi satuan ton ke kilogram BK 6.29 = kebutuhan bahan kering (BK) ternak per ekor hari-1 365 = jumlah hari dalam 1 tahun Adanya arahan pengembangan komoditas pertanian dapat dihitung potensi produksinya dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu : produksi jagung pipil 1.80 ton BK ha-1 (Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur 2011), jerami jagung 6.18 ton BK ha-1 (data primer Cihideung-Ilir Cibanteng), silase jagung 5.20 ton BK ha-1 (Hidayah 2012), produksi gabah kering 3.27 ton BK ha-1 (Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur 2011), jerami padi 2.28 ton BK ha-1 (Haerudin 2004), dedak padi 15% dari produksi gabah kering (Murni et al. 2008), produksi kedelai 0.70 ton BK ha-1 (Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur 2011), jerami kedelai 2.50 ton BK ha-1 (Murni et al. 2008), produksi biji sorgum 6.00 ton BK ha-1 (Murni et al. 2008), jerami sorgum 8.00 ton BK ha-1 (Supriyanto 2010), silase sorgum 16.00 ton BK ha-1 (Supriyanto 2010), kapasitas tampung padang penggembalaan 0.35 ST ha-1 (Whiteman 1980), hutan sekunder dan tanaman tahunan 2% luas hutan setara dengan 15 ton BK ha-1 (Nell and Rollinson 1974). Kapasitas produksi ransum dan kapasitas tampung program VBC dan VFC Penyusunan ransum untuk pakan ternak program VBC dan VFC menggunakan pakan yang disusun dari jagung, silase jagung, silase sorgum, dedak halus, sorgum dan kedelai. Asumsi yang digunakan untuk program VBC 30% karena sapi potong bertujuan untuk pembibitan dan nantinya akan dikembangkan menjadi ternak replacement sedangkan program VFC 70% karena akan digunakan untuk program penggemukan. Ransum yang disusun mencapai protein kasar (PK) 15%, total digestible nutrien (TDN) 65%, kalsium (Ca) 0.40% dan phosphor (P) 0.40%. Perhitungan kapasitas tampung : Jumlah kapasitas produksi ransum/(kebutuhan pakan harian x 365). Hasil dari kapasitas tampung berdasarkan produksi ransum dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah VBC dan VFC dengan rumus: Jumlah ternak VBC = Total kapasitas tampung berdasarkan ransum x 30% Jumlah ternak VFC = Total kapasitas tampung berdasarkan ransum x 70% Tabel 1 Susunan ransum sapi potong program VBC dan VFC Bahan Penggunaan (%) PK (%) TDN (%) Ca (%) Jagung 2.50 0.27 2.02 0.006 Kedelai 2.50 1.03 2.32 0.010 Dedak padi 5.50 0.71 3.73 0.005 Sorgum 3.50 0.45 1.98 0.031 Silase jagung 75.50 11.12 49.07 0.302 Silase sorgum 10.50 1.49 6.72 0.032 Total 100.00 15.08 65.85 0.400
P (%) 0.010 0.021 0.076 0.011 0.204 0.032 0.400
PK (protein kasar): 13-16% (Haryanto et al. 2002); TDN (total digestible nutrient): 56-72% (Parakassi 1999); Ca (kalsium): 0.35% dan P (phosphor): 0.25% (Kearl 1982); VBC: village breeding center; VFC: village farming center.
5
Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental melalui studi kasus dengan satuan kasusnya adalah perencanaan penyediaan hijauan dalam mendukung subsektor peternakan di tiga kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur. Data dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan umum lokasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penyediaan hijauan pakan ternak untuk pengembangan kawasan peternakan pada wilayah ini menggunakan peta pewilayahan komoditas pertanian dan peta arahan penggunaan lahan pada 3 kecamatan yaitu Kecamatan Pandawai, Kecamatan Lewa dan Kecamatan Nggaha Ori Angu. Penanaman dilakukan dengan suatu rancangan perencanaan yang memperhatikan kondisi tanah, kesuburan tanah, lama panen tanaman selama satu tahun dan kegunaan untuk ternak sebagai sumber pakan. Kecamatan Pandawai Desa Moubokul Kecamatan Pandawai terletak di bagian utara Kabupaten Sumba Timur seluas 41 260 ha dengan kondisi datar dan berbatu-batu, rata-rata curah hujan 1 018 mm tahun-1 dengan lama hujan 84 hari dan distribusinya tidak merata (Pandawai dalam Angka 2011). Ketinggian wilayah ini 404 m dpl cocok ditanami tanaman yang lebih bervariasi baik tanaman pangan semusim maupun tanaman tahunan. Berdasarkan ketinggian tempat, Permentan No. 47/Permentan/OT.140/10/2006 (Deptan 2006) bahwa posisi lahan pertanian dibedakan menjadi lahan pegunungan dataran medium (ketinggian 350 m - 700 m dpl), lahan pegunungan dataran tinggi (ketinggian >700 m dpl) dan lahan bukan pegunungan dataran rendah (ketinggian <350 m dpl). Arahan pengembangan lahan Desa Moubokul untuk komoditas pertanian seluas 15 690 ha. Sebagian besar kawasan ini lahan yang baik digunakan sebagai padang rumput dengan luas 8 631 ha. Arahan pengembangan lahan disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Arahan pengembangan lahan Desa Moubokul Kecamatan Pandawai Luas Arahan pengembangan lahan Hektar (ha) Persen (%) Jagung/ sorgum 609 3.88 Padi/jagung/kedelai/sorgum 20 0.13 Padang rumput 8 631 55.01 Mete (tanaman tahunan) 815 5.19 Kawasan konservasi 5 615 35.79 Jumlah 15 690 100.00 Sumber : Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2013)
6
Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan yang bersumber dari Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2013) dapat diarahkan untuk penanaman padi, jagung, padang rumput, mete dan kawasan konservasi. Tanaman alternatifnya adalah kedelai dan sorgum. Pengembangan jagung dilakukan di lahan kering seluas 300 ha, seluas 150 ha memproduksi jagung pipil dan 150 ha untuk memproduksi silase jagung yang dilakukan pada akhir musim hujan. Meskipun jagung dapat tumbuh di wilayah iklim kering dengan curah hujan rendah. Namun distribusi hujan yang merata dan keadaan tanah juga dibutuhkan saat penanaman jagung (Hidayah 2012). Pengembangan padi dilakukan di lahan basah seluas 29 ha, biasanya lahan yang berpotensi untuk persawahan terdapat di dataran aluvial dan jalur aliran air sungai. Potensi pengembangan padi sawah dilakukan sekali setahun. Pengembangan sorgum dilakukan di lahan kering seluas 300 ha, seluas 150 ha untuk memproduksi biji sorgum dan 150 ha untuk memproduksi silase sorgum. Lahan seluas 8 631 ha merupakan lahan penggembalaan, seluas 815 ha merupakan lahan yang diarahkan untuk pengembangan tanaman tahunan seperti mete dan seluas 5 615 ha untuk pengembangan kawasan konservasi. Hasil potensi produksi dan kapasitas tampung pada wilayah ini disajikan pada Tabel 4. Ternak CCO yang dipelihara secara ekstensif untuk menghasilkan pedet atau sapi bakalan berjumlah 4 816.32 ST dengan menggunakan padang penggembalaan, limbah tanaman pangan dan silvipastura sebagai sumber pakan. Ternak sapi potong untuk program VBC dan VFC yang dipelihara secara intensif menggunakan jagung pipil, dedak padi, sorgum, silase sorgum dan silase jagung yang dibuat sebagai sumber pakan berjumlah 71 ST dan 166 ST. Kapasitas tampung program VBC dan VFC di kecamatan ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kapasitas tampung program VBC dan VFC Kapasitas Penggunaan Produksi KT VBC Bahan pakan produksi (%) (ton) (ST) (ST) ransum (ton) Jagung 6.45 270 67 Dedak padi 2.55 14 27 Sorgum 6.00 900 62 Silase jagung 75.00 780 780 Silase sorgum 10.00 2 400 104 Total 100.00 4 364 1 040 237 71
VFC (ST)
166
KT: kapasitas tampung; ST: satuan ternak; VBC: village breeding center; VFC: village farming center.
7
Tabel 4 Arahan pengembangan produksi Desa Moubokul Kecamatan Pandawai untuk program CCO Kondisi saat ini * Arahan pengembangan Asumsi produksi Komoditi Produksi Produksi (ton Utama (ton Limbah (ton KT (ST) Luas (ha) Luas (ha) -1 -1 (ton) BK tahun ) BK ha ) BK ha-1) Jagung pipil 518 1 393.00 150 270.00 1.80 Silase jagung 150 780.00 5.20 Jerami jagung 150 927.00 6.18 403.77 Padi 143 528.00 29 95.00 3.27 Jerami padi 29 66.12 2.28 28.80 Dedak padi 29 14.00 0.49 Sorgum 150 900.00 6.00 Silase sorgum 150 2 400.00 16.00 Jerami sorgum 150 1 200.00 8.00 522.68 Tanaman tahunan 109 6.30 815 244.50 106.50 Padang rumput 21 173 8 631 6 935.00 3 020.85 Kawasan konservasi 5 615 1 684.50 733.72 Total 4 816.32 - : data tidak tersedia; * : Sumba Timur dalam Angka (2011); KT: kapasitas tampung; ST: satuan ternak; BK: bahan kering.
7
8
Kecamatan Lewa Desa Rakawatu Kecamatan Lewa terletak di bagian barat Kabupaten Sumba Timur seluas 28 110 ha, rata-rata curah hujan 2 575 mm tahun-1 dengan lama hujan 49 hari dan memiliki ketinggian 543 m dpl (Lewa dalam Angka 2011). Kecamatan ini memiliki bendungan Mataiang yang dapat mengairi sawah dengan baik saat musim kemarau, bendungan ini sering digunakan oleh penduduk disana baik untuk dikonsumsi manusia maupun ternak. Secara topografi padang pengembalaan Kecamatan Lewa jauh lebih subur dan suhu udaranya juga lebih dingin dibandingkan Kecamatan Pandawai. Arahan pengembangan lahan Desa Rakawatu untuk komoditas pertanian seluas 7 402 ha. Sebagian besar kawasan ini lahan yang baik digunakan untuk pengembangan tanaman tahunan seluas 3 658 ha. Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan yang bersumber dari Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2013), wilayah ini diarahkan untuk penanaman padi, jagung, padang rumput, kawasan konservasi dan mete (tanaman tahunan). Tanaman alternatif yang diarahkan adalah kedelai, sorgum dan rumput. Arahan pengembangan lahan disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Arahan pengembangan lahan Desa Rakawatu Kecamatan Lewa Luas Arahan pengembangan lahan Hektar (ha) Persen (%) Padi/jagung/kedelai/sorgum 610 8.24 Jagung/sorgum 755 10.20 Jagung/rumput 1 099 14.85 Jagung/kedelai/sorgum 600 8.10 Padang rumput 415 5.61 Mete (tanaman tahunan) 3 658 49.42 Kawasan konservasi 265 3.58 Jumlah 7 402 100.00 Sumber : Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2013)
Pengembangan padi dilakukan dua kali setahun di lahan basah seluas 488 ha dan pengembangan kedelai dilakukan sekali setahun di lahan seluas 122 ha. Pembagian lahan ini berdasarkan kebutuhan dan potensi pengembangan tanaman tersebut. Mengingat beras merupakan makanan pokok warga setempat dan Kecamatan Lewa ini merupakan salah satu penghasil beras terbesar di Kabupaten Sumba Timur yang mana masyarakatnya sangat tergantung pada pertanian maka untuk pengembangan padi sangat potensial di wilayah ini selain itu pengembangan padi diharapkan lebih optimal dibandingkan kedelai. Data terakhir produksi padi Kecamatan Lewa lebih tinggi dibandingkan kedelai yaitu 43 062 ton sedangkan kedelai hanya 33 ton (Lewa dalam Angka 2012). Lahan seluas 755 ha yang termasuk lahan kering diarahkan untuk pengembangan tanaman sorgum dua kali setahun. Menurut Sirappa (2003) sorgum mampu
9
beradaptasi, tahan terhadap kekeringan, hama dan penyakit. Lahan seluas 1 099 ha dilakukan pengembangan jagung dua kali setahun. Panen pertama untuk memproduksi jagung pipil dan panen kedua untuk memproduksi silase jagung. Lahan seluas 600 ha dibagi untuk pengembangan jagung seluas 480 ha dan seluas 120 ha pengembangan kedelai. Pembagian lahan ini berdasarkan Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2013) bahwa lahan seluas 600 ha merupakan lahan kering yang diarahkan untuk tanaman pangan sehingga cocok untuk pengembangan jagung dilihat dari syarat tumbuh tanamnya, selain itu kebutuhan jagung juga lebih tinggi dibandingkan kebutuhan kedelai. Jagung dibutuhkan baik oleh manusia, ternak monogastrik dan ruminansia. Hasil potensi produksi dan kapasitas tampung pada wilayah ini disajikan pada Tabel 7. Ternak untuk program CCO yang dihasilkan pada kecamatan ini dipelihara secara ekstensif berjumlah 8 567 ST dengan menggunakan padang penggembalaan, limbah tanaman pangan (jerami padi, jerami jagung, jerami sorgum dan jerami kedelai) dan silvipastura sebagai sumber pakan. Ternak program VBC dan VFC yang dipelihara secara intensif untuk menghasilkan bibit unggul dan program penggemukan menggunakan jagung pipil, padi, sorgum, kedelai, silase jagung dan silase sorgum sebagai sumber pakan pada kawasan ini berjumlah 518 ST dan 1 210 ST. Kapasitas tampung untuk program VBC dan VFC untuk kecamatan ini disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Kapasitas tampung program VBC dan VFC Kapasitas Penggunaan Produksi KT Bahan pakan produksi ransum (%) (ton) (ST) (ton) Jagung 2.50 2 842 189 Kedelai 2.50 505 189 Dedak padi 5.50 479 416 Sorgum 3.50 4 530 265 Silase jagung 75.50 5 715 5 715 Silase sorgum 10.50 12 080 795 Total 100.00 26 151 7 569 1 728
VBC VFC (ST) (ST)
518
1 210
VBC: village breeding center; VFC: village farming center; KT: kapasitas tampung; ST: satuan ternak.
10
10
Tabel 7 Arahan pengembangan produksi Desa Rakawatu Kecamatan Lewa untuk program CCO Kondisi saat ini * Arahan pengembangan Asumsi produksi Komoditi KT (ST) Produksi Produksi (ton Utama (ton Limbah (ton Luas (ha) Luas (ha) (ton) BK tahun-1) BK ha-1) BK ha-1) Jagung pipil** 407 1 094.00 1 579 2 842.00 1.80 Silase jagung 1 099 5 715.00 5.20 Jerami jagung 1 579 9 288.00 6.18 4 045.48 Padi** 576 2 153.00 488 3 192.00 3.27 Jerami padi 488 2 225.00 2.28 969.26 Dedak padi 488 479.00 0.49 Sorgum** 755 4 530.00 6.00 Silase sorgum 755 12 080.00 16.00 Jerami sorgum 755 6 040.00 8.00 2 630.83 Kedelai** 0 0 242 505.00 0.70 Jerami kedelai 242 605.00 2.50 263.52 Tanaman tahunan 942 113.52 3 658 1 097.40 477.99 Padang rumput 2 430 415 333.00 145.25 Kawasan konservasi 265 79.50 34.63 Total 8 566.97 - : data tidak tersedia; * : Sumba Timur dalam Angka (2011); ** : panen 2 kali; KT: kapasitas tampung; ST: satuan ternak.
11
11
Kecamatan Nggaha Ori Angu Desa Praipaha Kecamatan ini terletak di bagian barat Kabupaten Sumba Timur seluas 28 640 ha, memiliki ketinggian 531 m dpl, rata-rata curah hujan 2 532 mm tahun-1 dengan hari hujan 98 hari (Nggoa dalam Angka 2011). Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan desa ini dapat diarahkan untuk penanaman padi, jagung, padang rumput, kawasan konservasi dan mete. Tanaman alternatif adalah kedelai, sorgum dan rumput. Arahan pengembangan lahan disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Arahan pengembangan lahan Desa Praipaha Kecamatan Nggaha Ori Angu Luas Arahan pengembangan lahan Hektar (ha) Persen (%) Padi/jagung/kedelai/sorgum 366 0.13 Jagung/sorgum 126 3.03 Jagung/rumput 1 653 39.65 Padang rumput 616 14.76 Mete (tanaman tahunan) 1 398 33.53 Badan air/danau 11 0.26 Jumlah 4 170 100.00 Sumber : Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2013)
Lahan seluas 366 ha merupakan lahan basah yang akan dikembangkan padi dan kedelai dengan potensi pengembangan dua kali setahun. Lahan seluas 126 ha akan dilakukan pengembangan sorgum dan seluas 1 653 ha pengembangan jagung dua kali setahun. Hasil potensi produksi dan kapasitas tampung pada wilayah ini disajikan pada Tabel 10. Ternak CCO yang dihasilkan pada kawasan ini berjumlah 6 028 ST. Ternak untuk program VBC dan VFC yang dipelihara secara intensif berjumlah 780 ST dan 1 820 ST.
Bahan pakan Jagung Kedelai Sorgum Dedak padi Silase jagung Silase sorgum Total
Tabel 9 Kapasitas tampung program VBC dan VFC Kapasitas Penggunaan Produksi KT VBC produksi (%) (ton) (ST) (ST) ransum (ton) 2.50 2 975 285 2.50 102 285 5.50 756 626 3.50 287 398 75.50 8 596 8 596 10.50 2 016 1 195 100.00 14 732 11 385 2 599 780
VFC (ST)
1 820
KT: kapasitas tampung; ST: satuan ternak; VBC: village breeding center; VFC: village farming center.
12
12
Tabel 10 Arahan pengembangan produksi Desa Praipaha Kecamatan Nggaha Ori Angu untuk program CCO Kondisi saat ini * Arahan pengembangan Asumsi produksi Komoditi Produksi (ton Utama (ton Limbah (ton KT (ST) Luas (ha) Produksi (ton) Luas (ha) BK tahun-1) BK ha-1) BK ha-1) Jagung pipil** 448 1 204.00 1 653 2 975.00 1.80 Silase jagung 1 653 8 596.00 5.20 Jerami jagung 1 653 8 596.00 6.18 450 Padi** 181 676.00 293 1 915.00 3.27 Jerami padi 293 1 335.00 2.28 582 Dedak padi 293 287.00 0.49 Sorgum** 126 756.00 6.00 Silase sorgum 126 2 016.00 16.00 Jerami sorgum 126 1 008.00 8.00 439 Kedelai** 0 0 73 102.00 0.70 Jerami kedelai 73 366.00 2.50 159 Tanaman tahunan 181 18.80 1 398 419.40 183 Padang rumput 5 948 616 495.00 216 Total 6 028 - : data tidak tersedia; * : Sumba Timur dalam Angka (2011); ** : 2 kali panen; KT: kapasitas tampung; ST: satuan ternak.
13
13
Pembahasan Umum Peta arahan dalam pengembangan sapi potong memiliki beberapa kelebihan diantaranya lebih akurat karena adanya arahan untuk komoditas pertanian yang ditanam, dapat melakukan perkiraan limbah pertanian yang dihasilkan berdasarkan interpretasi citra landsat, dapat menyusun formulasi ransum berdasarkan arahan komoditas pertanian. Kabupaten Sumba Timur terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas 700 050 ha yang terdiri dari 22 kecamatan yang meliputi 16 kelurahan dan 140 desa dengan jumlah penduduk 234 642 jiwa. Kabupaten ini merupakan lahan kering beriklim kering dengan curah hujan 1 000 – 2 000 mm tahun-1, bulan basah yang dimiliki sekitar 3 – 4 bulan dan bulan kering 7 - 8 bulan, suhu sekitar 21.8 oC – 32.8 oC (Kabupaten Sumba Timur dalam Angka 2011). Kabupaten ini memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak sapi potong karena didukung oleh sumber daya alam, sumber daya manusia dan peluang pasar yang memadai. Hal ini terbukti dari populasi ternak sapi potong yang terus meningkat hingga akhir tahun 2011 mencapai 53 051 ekor (Sumba Timur dalam Angka 2011). Apalagi dengan potensi lahan padang rumput yang sangat luas mencapai 477 157 ha atau 68.18% dari luas wilayah maka wilayah ini sudah selayaknya dijadikan sentra produksi sapi. Berdasarkan perhitungan dari ketiga kecamatan tersebut, Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi dalam membantu mengembangkan peternakan sapi potong di Indonesia. Kecamatan Pandawai dapat memproduksi berbagai macam tanaman diantaranya padi, jagung, sorgum dan mete. Secara umum, Desa Moubokul menunjukkan karakteristik lahan kering, distribusi curah hujan yang tidak merata dengan sumber air yang terbatas sehingga dalam pengembangan komoditas pertanian dan bagi ternak merupakan faktor kritikal. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya manajemen air seperti menampung air hujan saat musim penghujan agar dapat dipergunakan saat musim kemarau. Menurut Eddy (1998), lahan kering dengan pembuatan embung berfungsi sebagai penyediaan air untuk pengairan tanaman di musim kemarau. Kecamatan Lewa dan Nggaha Ori Angu dapat memproduksi berbagai macam tanaman diantaranya padi, jagung, sorgum, kedelai dan mete. Kecamatan Lewa dan Nggaha Ori Angu merupakan lahan yang tidak terlalu kering jika dibandingkan dengan kawasan penggembalaan Kecamatan Pandawai. Sumber air dapat diperoleh melalui sungai besar dan kecil selain itu wilayah ini memiliki curah hujan lebih banyak dan distribusinya merata dibandingkan Kecamatan Pandawai. Pengembangan tanaman yang tahan kering seperti jagung dan sorgum dapat dilakukan di akhir musim hujan. Pengembangan padi sawah dilakukan di lahan basah dan padi gogo di lahan kering sesuai dengan arahan pengembangan. Pengembangan kedelai dilakukan di lahan kering maupun basah dengan memperhatikan syarat tumbuh kedelai seperti curah hujan 100-400 mm bulan-1 dengan distribusi yang merata, pada masa pertumbuhan kedelai membutuhkan curah hujan sekitar 350 mm bulan-1 dan penanaman pada bulan agak kering memerlukan air tanah yang cukup tersedia dan beberapa faktor pembatasnya. Kecamatan Pandawai kurang berpotensi untuk ditanami kedelai melihat kondisi topografi yang tidak memungkinkan pada lahan tersebut. Selain itu, perlu adanya penanaman leguminosa seperti lamtoro (Leucaena sp.) dan gamal (Gliricidia sepium) karena selain dapat tumbuh di lahan kering, curah hujan
14
rendah pada tanah yang kurang subur, leguminosa juga memiliki sistem perakaran yang dalam dan dapat meningkatkan kesuburan tanah. Program untuk produksi sapi potong diantaranya cow calf operation (CCO), village breeding center (VBC) dan village farming center (VFC). Sapi yang akan dikembangkan adalah sapi Sumba Ongole dan sapi Bali yang memiliki ciri-ciri tahan panas, tahan lapar, dapat menyesuaikan dengan pakan yang sederhana, jantannya memiliki kualitas semen yang baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan, dapat hidup di lahan kritis, mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan, memperlihatkan kemampuan tumbuh yang baik dengan pakan yang bernilai gizi rendah (Siregar 2007). Program CCO merupakan usaha peternakan sapi untuk menghasilkan anak (pedet) atau menghasilkan sapi bakalan yang akan digunakan dalam penggemukan. Jenis sapi yang dipelihara adalah betina bunting yang akan menghasilkan anakan atau induk yang siap kawin untuk memproduksi pedet yang nantinya akan digunakan untuk tujuan produksi sapi potong baik pembesaran maupun penggemukan. Sumber pakan yang digunakan pada pemeliharaan ekstensif ini adalah limbah pertanian, padang penggembalaan dan silvipastura. Menurut Parakkasi (1999), ternak CCO tidak membutuhkan kualitas makanan yang baik, cukup dengan pastura berkapasitas tampung rendah. Program VBC merupakan program untuk perbanyakan atau menghasilkan bibit yang unggul dengan adanya penyeleksian. Jenis sapi yang dipelihara adalah sapi betina untuk menghasilkan bibit sehingga perlu adanya seleksi dara sebagai induk dan seleksi pejantan. Program VFC merupakan program penggemukan yang menggunakan jenis sapi jantan muda umur 1-2 tahun dengan kondisi tubuh kurus tapi sehat. Basis pakan yang digunakan adalah rumput potong atau leguminosa dan arahan konsentrat yang dibuat. Penanggulan pakan yang berfluktuatif dengan penggunaan teknologi pengolahan pakan seperti amoniasi dan fermentasi, menyimpan hijauan yang dihasilkan pada musim hujan dalam bentuk silase. Pengolahan pakan yang diarahkan untuk Kabupaten Sumba Timur adalah dengan silase karena pengolahan ini tidak bergantung terhadap musim, tidak membutuhkan biaya yang besar dan mampu memenuhi ketersediaan pakan di segala musim. Silase jagung yang digunakan adalah jagung muda dengan menggunakan seluruh bagian tanaman yang menjadi basis untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi sapi potong. Tanaman jagung bila dimanfaatkan seluruh bagiannya akan menyumbang kandungan karbohidrat mudah larut yang mencukupi untuk pertumbuhan bakteri pada proses ensilase. Mengacu pada penelitian Hidayah (2012) bahwa silase jagung muda memiliki kandungan PK yang tinggi sekitar 13.72%-9.52%. Menurut Keady (2005), silase jagung muda dapat meningkatkan performa dari ruminansia baik sapi penggemukan (Williamson dan Payne 1993) maupun sapi perah. Konsentrat yang disusun memiliki kandungan PK 15.08%, TDN 65.85%, Ca 0.40% dan P 0.40%. Kebutuhan nutrisi ternak sapi potong untuk periode pembibitan dan penggemukan dapat mencapai PK 13-16% (Ari 2010), TDN 56-72% (Parakassi 1999), Ca 0.35% dan P 0.25% (Kearl 1982). Data terakhir mengenai populasi sapi potong di Kecamatan Pandawai sebanyak 7 826 ekor, Kecamatan Lewa sebanyak 1 787 ekor dan Kecamatan Nggaha Ori Angu sebanyak 2 468 ekor (Kabupaten Sumba Timur dalam Angka 2012). Setelah adanya arahan pengembangan untuk Kecamatan Pandawai mampu menampung ternak sebanyak 5 054 ST, Kecamatan Lewa sebanyak 10 295 ST dan Kecamatan Nggaha Ori Angu sebanyak 8 627 ST.
15
Hal ini menunjukkan bahwa untuk Kecamatan Pandawai jumlah populasi sapi potong perlu dikurangi agar ketersediaan pakannya mencukupi dan menghasilkan ternak yang memiliki performa optimal sedangkan Kecamatan Lewa dan Nggaha Ori Angu jumlah populasi sapi potong masih dapat ditingkatkan karena masih adanya ketersediaan pakan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi potong. Secara keseluruhan pengembangan peternakan sapi potong pada tiga kecamatan ini untuk program CCO sebanyak 19 411.15 ST, VBC sebanyak 1 369.46 ST dan VFC sebanyak 3 195.41 ST. Total kapasitas tampung program CCO, VBC, VFC Kabupaten Sumba Timur disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Total kapasitas tampung program CCO, VBC, VFC Kabupaten Sumba Timur Kecamatan CCO (ST) VBC (ST) VFC (ST) Total Pandawai 4 816 71 166 5 054 Lewa 8 567 518 1 210 10 295 Nggaha Ori Angu 6 028 780 1 820 8 627 Total 19 411 1 369 3 195 23 976 CCO: cow calf operation; VBC: village breeding center; VFC: village farming center; ST: satuan ternak.
Total potensi produksi kawasan peternakan dari tiga kecamatan di Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada Tabel 12. Potensi produksi tersebut digunakan untuk ternak sapi baik untuk produksi di CCO, VBC dan VFC.
Tabel 12 Total arahan pengembangan produksi Kabupaten Sumba Timur Komoditi Produksi (ton tahun-1) Luas (ha) Jagung pipil 6 088 3 382.00 Kedele 608 795.20 Silase jagung 15 090 2 902.00 Dedak halus 780 809.80 Padi 5 201 809.80 Padang rumput 7 764 9 662.00 Jerami jagung 18 810 1 855.00 Jerami kedele 971 315.20 Jerami padi 5 201 809.80 Jerami sorgum 8 248 1 031.00 Sorgum 6 186 1 031.00 Silase sorgum 16 496 1 031.00
16
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Komoditi dan limbah pertanian yang dapat diproduksi di Kabupaten Sumba Timur diantaranya jagung, padi, kedelai, sorgum, jerami jagung, jerami padi, jerami kedelai, jerami sorgum, kawasan konservasi, tanaman tahunan dan padang penggembalaan. Berdasarkan potensi hijauan pakan dalam peta arahan populasi sapi potong meningkat hingga 5 054 ST di Kecamatan Pandawai, 10 295 ST di Kecamatan Lewa dan 8 627 ST di Kecamatan Nggaha Ori Angu. Dapat ditingkatkan populasinya untuk Kecamatan Lewa dan Nggaha Ori Angu berkaitan dengan lahan yang berpotensi untuk penyediaan hijauan pakan ternak. Saran Perlu kajian dan arahan teknis dalam pengembangan wilayah ini seperti manajemen air, manajemen perkandangan, manajemen penggunaan limbah pangan dan manajemen sumber daya manusia. Berdasarkan kondisi saat ini untuk kedepannya Kabupaten Sumba Timur dapat meningkatkan populasi ternak sapi potong dengan adanya arahan pengembangan. Perlu dilakukan implementasi dari perencanaan penyediaan hijauan pakan ternak yang telah dirancang agar dapat diketahui hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto T. 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Bogor (ID) : Penebar Swadaya. Ari AR. 2010. Potensi Limbah Pertanian sebagai Pakan Sapi di Provinsi Gorontalo. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner ; Gorontalo, Indonesia. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Gorontalo (ID) : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. hlm 235 – 242. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. 2012. Kecamatan Lewa dalam Angka 2011 [Internet]. Sumba (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. [diunduh 22 Januari 2013]. Tersedia pada : http://sumbatimurkab.bps.go.id/publikasi/statcamlewa [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. 2012. Kecamatan Nggaha Ori Angu dalam Angka 2011 [Internet]. Sumba (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. [diunduh 22 Januari 2013]. Tersedia pada : http://sumbatimurkab.bps.go.id/publikasi/statcamngoa [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. 2012. Kecamatan Pandawai dalam Angka 2011 [Internet]. Sumba (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. [diunduh 22 Januari 2013]. Tersedia pada : http://sumbatimurkab.bps.go.id/publikasi/statcampandawai
17
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. 2012. Sumba Timur dalam Angka 2011 [Internet]. Sumba (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur. [diunduh 22 Januari 2013]. Tersedia pada : http://sumbatimurkab.bps.go.id [Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Budi Daya Pertanian pada Lahan Pegunungan. Jakarta (ID): Peraturan Menteri Pertanian No.47/ Permentan/ OT.140/10/2006. Eddy P. 1998. Embung Kolam Penampung Air. Surabaya (ID) : IPPTP Wonocolo. Haerudin. 2004. Potensi dan daya dukung limbah pertanian sebagai pakan sapi potong di Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Hidayah P. 2012. Kualitas silase tanaman jagung pada berbagai umur pemanenan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Keady TWJ. 2005. Ensiled maize and whole crop wheat forages for beef and dairy cattle: Effects on animal performance. Di dalam: Silage Production and Utilization. Park RS, Stronge MD, editor. Netherland (NL): Wageningen Academic. hlm 65 – 82. Kearl L. 1982. Nutrient Requirements of Ruminant in Developing Countries. Utah (US): Utah State University. Murni R, Suparjo, Akmal, Ginting BL. 2008. Potensi dan Faktor Pembatas Pemanfaatan Limbah Sebagai Pakan Ternak. Jambi (ID): Universitas Jambi. Nell AJ, Rollinson DHL. 1974. The Requirements and Availability of Livestock Feed in Indonesia. Jakarta (ID): UNDP. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia. Sirappa. 2003. Prospek pengembangan sorgum di indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. J Litbang Pertanian. 22(4):1-4. Siregar SB. 2007. Penggemukan Sapi. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Supriyanto. 2010. Pengembangan sorgum di lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, energi dan industri. Simposium Nasional Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif ; Bogor, Indonesia. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID) : Seameo Biotrop. hlm. 45-51. Whiteman. 1980. Tropical Pasture Science. Oxford (GB): Oxford Univ Pr. Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan Daerah Tropis. Darmadja SGND, penerjemah. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada Univ Pr.
18
LAMPIRAN
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 1 Peta arahan penggunaan lahan Desa Moubokul Kecamatan Pandawai
19
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 2 Peta arahan penggunaan lahan Desa Rakawatu Kecamatan Lewa
20
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 3 Peta arahan penggunaan lahan desa Praipaha kecamatan Nggaha Ori Angu
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 22 Juni 1991. Penulis adalah anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bindu P. dan Riana M. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Bogor dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama menjalankan studinya di IPB, penulis aktif dalam keanggotaan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan Komisi Pengurus Anak (KPA). Penulis juga sering tergabung dalam kepanitian acara-acara yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi Ternak (HIMASITER) diantaranya Fapet Golden Week (FGW), Nutrisi In Action dan International Feed Seminar (IFS). Selama kuliah penulis juga bekerja sebagai privat teacher SD, SMP maupun SMA dan bekerja di Primagama Quantum Kids hingga saat ini. Penulis pernah mendapatkan INTP Award sebagai mahasiswa berprestasi Peringkat II IP Semester Genap Fakultas Peternakan INTP tahun ajaran 20112012. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Mikrobiologi Nutrisi. Penulis merupakan salah satu mahasiswa penerima beasiswa BBM pada tahun 2010-2013.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Luki Abdullah, MSc Agr dan Ibu Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi selaku pembimbing skripsi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS, MSc dan Bapak Bramada Winiar Putra SPt, MSi selaku dosen penguji sidang serta Ibu Dilla Mareistia Fassah SPt, MSc selaku panitia sidang juga kepada Bapak Dr Iwan Prihantoro SPt, MSi yang telah banyak memberi saran dan motivasi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mama, Paman, Tante, Mona, Ani, Uli dan Jogi yang selalu mendukung, memberi semangat kepada penulis serta atas segala doanya. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk kedua sahabat penulis yaitu Retno Palupy dan Dian Purwanti yang selalu membantu penulis. Tidak lupa kepada teman-teman Nutritiousz 46, sahabat Satis dan teman-teman di Primagama Quantum Kids yang selalu memberi dukungan dalam pembuatan skripsi ini.