POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 12 PADANG TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Kemenkes RI Padang
OLEH:
NOFRI YORIZAR 123110278
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES RI PADANG PRODI DIII KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKNIK KESEHATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Mei 2015 NOFRI YORIZAR Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Merokok Siswa di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015 ix+ 68 halaman+ 7 tabel+ 11 lampiran ABSTRAK Merokok merupakan perilaku yang merugikan kesehatan, seperti dapat menyebabkan penyakit paru, jantung, kanker kerongkongan, dan merusak otak. Bahkan tahun 2030 diperkirakan 80% kematian akibat rokok akan terjadi di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia. Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ketujuh dari sepuluh provinsi perokok terbesar di Indonesia. Persentase tertinggi berdasarkan usia pertama kali merokok di kota Padang terdapat pada usia remaja yaitu 15-19 tahun (46.3%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan tindakan merokok siswa di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analitik yang waktu penelitiannya Desember 2014 sampai Juni 2015. Populasinya adalah semua siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 12Padang yang berjumlah 211 siswa. Sampel dalam penelitian 68 siswa. Pengambilan sampel secara sistematik random sampling dengan alat ukur kuesioner. Pengolahan data dilakukan secara editing, coding, entridan cleaning.Analisa dilakukan secara univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian didapatkan (72,1%) siswa melakukan tindakan merokok. (45,6%) siswa berpengetahuan kurang tentang rokok. (54,4%) siswa bersikap negative terhadap tindakan merokok. (57,4%) siswa mempunyai teman sebaya perokok. Hasil uji statistic didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan merokok (p=0,024), sikap dengan tindakan merokok (p=0,000), teman sebaya dengan tindaka nmerokok (p=0,005). Diharapkan pihak sekolah untuk melakukan kerjasama dengan pihak kesehatan dan konseling dalam melakukan penyuluhan mengenai rokok. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan merokok yang lainnya seperti pengaruh lingkungan dan media massa. Kata kunci (key word) : Pengetahuan, Sikap, Teman sebaya, Merokok Daftar bacaan : 18 (2003-2012)
i
IEB4!4]44II4BiEI!]J!A!
ujuidd pobinbis (rr Prcsn
niilntirtBl,tr
IDANIAIIAN.EEIGIIAEIId.IINGI]JT
disMNgi12PdugTfu20'5
(s
tun hd
d rdd diujidu dipdd!,rD
did.Darim pdsji uii6
--\*,
I
n
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nofri Yorizar
NIM
: 123110278
Tempat/ TanggalLahir
: Sungai Sarik / 15 November 1993
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Orang Tua
: Ayah : Nafrizal Ibu : Afnidarwati
Alamat
: Jl. Raya Sungai Sarik, Lumpo, Kec. IV Jurai, Kab. Pesisir Selatan.
RiwayatPendidikan
:
No
Pendidikan
Institusi
Tahun
1
SD
SDN 31 Sungai Sarik
1999 - 2006
2
SMP
SMPN 1 IV Jurai
2006 - 2009
3
SMA
SMAN 1 Painan
2009 - 2012
4
D.III Keperawaratan
Poltekkes Kemenkes Padang
2012 - 2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan merokok siswa di SMAN 12 Padang tahun 2015.Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi D-III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang. Tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Terutama penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada : 1. Ibu Hj. Hasni Mastian,S.KM.M.Biomed selaku Pembimbing I, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan masukan dalam pembuatan karya Tulis Ilmiah ini. 2. Bapak Tasman,S,Kep,M.Kep.Sp,Kom selaku pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan masukan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 3. Bapak H.Sunardi,SKM,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang. 4. Ibu
Hj.Murniati
Muchtar,SKM.M.Biomed
selaku
Ketua
Jurusan
Keperawatan Politeknik Kementrian Kesehatan Padang 5. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep,M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Padang.
iv
6. Bapak, Ibu Dosen serta seluruh staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan pengetahuan dan pengalamannya selama perkuliahan. 7. Teristimewa kepada orangtua dan saudara tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat dinilai dengan apapun. 8. Rekan-Rekan seperjuangan Bp 2012 Keperawatan, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Padang,
Mei 2015
Penulis
Nofriyorizar
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................. PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI............................................ KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL……………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
i ii iii iv vi viii ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitian ..................................................................... D. Manfaat Penelitian ................................................................... E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................
1 7 7 8 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Remaja ........................................................................ 1. Pengertian ............................................................................. 2. Tahap– Tahap Remaja .......................................................... 3. Tugas Perkembangan Remaja............................................... 4. Tumbuh Kembang Remaja ................................................... B. KonsepRokok……………………. ........................................... 1. Pengertian Rokok…………………………………….......... 2. Zat Kimia Rokok……………………… .............................. 3. Dapak Negatif dari Rokok………………………… ............ 4. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Rokok ............ C. Kerangka Teori………………………………………………. D. Kerangka Konsep…………………………………………….. E. Hipotesis……………………………………………………... F. Devinisi Operasional………………………… ........................
9 9 10 13 14 15 15 16 18 21 29 30 31 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ..................................................................... B. Tempat dan Waktu ................................................................... C. Populasi dan Sampel ................................................................ D. Teknik Pengumpula Data ......................................................... 1. Data Primer......................................................................... 2. Data Sekunder……………………………………… ........ E. Teknik Pengolahan Data ..........................................................
34 34 34 36 36 36 37
vi
1. 2. 3. 4. 5.
Penyunting Data (Editing) .................................................. Pengkodean Data (Coding) ................................................ Pemasukan data (Entry)...................................................... Pembersihan data (cleaning)……………………………... Analisa Data .......................................................................
37 37 37 38 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasilpenelitian……………………………………………… 42 B. Pembahasan…………………………………………………. 46 BAB V Kesimpulan A. Kesimpulan………………………………………………….. 55 B. Saran………………………………………………………… 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL No Tabel
Judul
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Siswa Menurut Tindakan Merokok di SMA Negeri 12 Padang tahun 2015………………………………………..42
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Siswa Menurut Tingkat Pengetahuan Tentang Tindakan Merokok di SMA Negeri 12 Padang tahun 2015…………43
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Siswa Menurut Sikap Tentang Tindakan Merokok di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015………………...…43
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Siswa Menurut Teman Sebaya Perokok di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015………………………………...…….44
Tabel 4.5
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Merokok Pada Siswa Di SMAN 12 Padang Tahun 2015…………………………...44
Tabel 4.6
Hubungan Sikap dengan Tindakan Merokok pada Siswa di SMAN 12 Padang Tahun 2015………………………………………………….45
Tabel 4.7
Hubungan Teman Sebaya dengan Tindakan Merokok Pada Siswa di SMAN 12 Padang Tahun 2015……………………………………...46
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
: Format persetujuan
Lampiran B
: Format persetujuan menjadi responden
Lampiran C
: Kisi – kisi kuesioner
Lampiran D
: Kuesioner
Lampiran E
: Surat izin pengambilan data
Lampiran F
: Surat izin pengambilan data ke Dinas Pendidikan Kota Padang
Lampiran G
: Surat selesai penelitian
Lampiran H
: Jadwal kegiatan KTI
Lampiran I
: Populasi dan sampel
Lampiran J
: Lembar konsul pembimbing 1
Lampiran K
: Lembar konsul pembimbing 2
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa dimana seseorang anak mengalami transisi dari anak-anak menuju kedewasa baik dari segi fisik maupun psikologis. Masa transisi sering kali menghadapkan remaja pada situasi yang membingungkan, karena di satu pihak ia masih anak-anak dan di lain pihak harus bersikap dewasa. Sehingga dapat terjadi perubahan psikologis remaja yang dapat terlihat dari ketidakstabilan emosi ketika manghadapi sesuatu. Masa remaja juga mengalami perubahan fisik yang cepat termasuk perubahan hormone dan bentuk tubuh, yang dapat dilihat dari pertambahan tinggi, berat badan, dan juga kematangan seksual.10 Merokok adalah salah satu kebiasaan atau perilaku yang lazim ditemui dalm kehidupan sehari – hari. Gaya hidup atau life style ini menarik menjadi suatu masalah kesehatan yaitu sebagai faktor resiko dari berbagai macam penyakit.14 Rokok telah menjadi faktor risiko utama pada 6 dari 8 penyebab kematian di dunia yang mengancam miliyaran pria, wanita dan anak-anak. Saat ini diperkirakan 4,9 juta kematian setiap tahunnya akibat rokok di dunia, 70% diantaranya terjadi di Negara berkembang. World Health Organization (WHO) memprediksi di tahun 2020 penyakit akibat merokok akan menjadi masalah utama dunia dengan 8,4 juta kematian setiap tahun, separuhnya terjadi di Asia.
1
2
Di Indonesia, merokok meningkatkan resiko kematian 1,3- 8,2 kali diantara penderita penyakit kronik. Merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang yang berbeda di sekeliling perokok. Resiko yang akan ditanggung perokok pasif lebih berbahaya dari pada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah.6 Indonesia merupakan Negara terbesar ketiga dari lima Negara di dunia dengan prevalensi perokok : China (390 juta perokok atau 29% per penduduk), India (144 juta perokok atau 12,5 per penduduk), Indonesia 65 juta perokok atau 28% per penduduk), Rusia (61 juta perokok atau 43% per penduduk), dan yang terakhir Amerika serikat (58 juta perokok atau 19% per penduduk).6 Merokok merupakan salah satu fenomena pada masyarakat masa kini. Saat ini sudah begitu meluas dan semakin meningkat dari tahun ke tahun disemua kalangan baik laki-laki atau perempuan, dewasa atau remaja. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia memiliki jumlah perokok aktif terbanyak dengan prevalensi 67% laki-laki dan 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang) dan 85,4% masyarakat terpapar asap rokok di tempat umum yaitu restoran, 78,4% di rumah dan 51,3% terpapar asap rokok di tempat kerja. Hampir 80% dari perokok di Indonesia merokok di rumah masing-masing, dan Indonesia merupakan Negara dengan jumlah perokok laki-laki terbesar di dunia yaitu 14% sejak umur 17 tahun.19 Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyebutkan bahwa pada tahun 2000-2008 terdapat 24,4% remaja pria dan 4% remaja
3
wanita di Indonesia adalah perokok aktif. Dan pada tahun 2009, terjadi peningkatan sebesar 65,9% laki-laki dan 4,5% perempuan merupakan perokok. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa usia pertama kali merokok tiap hari yaitu usia 10–14 tahun sebanyak 9,6%, 15–19 tahun sebanyak 36,3%, 20–24 tahun 16,3%, 25–29 tahun sebanyak 4,4% dan ≥ 30 tahun sebanyak 3,2%. Riset ini dilakukan di 33 provinsi dan secara nasional persentase usia mulai merokok tiap hari yang menduduki tempat tertinggi adalah usia 15–16 tahun yaitu sebanyak 36,3%. Sumatera barat merupakan Provinsi terbanyak kelima di Indonesia dalam jumlah perokok yaitu 1.2 juta penduduk adalah perokok dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.17 Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan merokok terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, dalam hal ini yaitu faktor yang berasal dari diri remaja tersebut. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja. Faktor internal terdiri dari pengetahuan dan sikap siswa sedangkan faktor ekstenal terdiri dari pengaruh teman sebaya dan lingkungan tempat tinggal. Pengetahuan seseorang tentang rokok mempengaruhi perilaku merokok. Sedangkan sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Sikap seseorang dalam memberikan penilaian terhadap rokok, kemudian berperilaku untuk merokok, biasanya di pengaruhi oleh factor pengetahuan, teman sebaya perokok, tempat tinggal.13
4
Teman sebaya adalah sekelompok orang yang memiliki usia yang sama dengan kita, dan memiliki kelompok social yang sama pula, misalnya teman sekolah. Teman sebaya juga dapat diartikan sebagai kelompok yang mempunyai latar belakang, usia, pendidikan, dan status sosial yang sama, dan mereka biasanya dapat mempengaruhi perilaku dan keyakinan masing-masing anggotanya. Dalam kelompok teman sebaya biasanya mereka saling bercerita tentang kesenangan dan latar belakang anggotanya.29 Selain tingkat usia yang sama, teman sebaya juga memiliki tingkat kedewasaan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah sekelompok orang yang seumur, belatar belakang, berpendidikan, dan dalam status social yang sama, dimana dalam kelompok tersebut biasanya terjadi pertukaran informasi yang mungkin saja dapat mempengaruhi perilaku dan keyakinan anggota lainnya.30 Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan
5
untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai
suatu
penghayatan terhadap objek. 10 Hasil penelitian Afrida (2006) di SMAN 10 Padang ditemukan siswa laki-laki yang merokok hampir separuh lebih dari semua jumlah siswa lakilaki yaitu sebesar 51%.3 Hasil penelitian Ade Putra (2010) mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang tindakan merokok di SMAN 5 PADANG didapatkan data 61,5% siswa berpengetahuan rendah
tentang
merokok dan 42,3% mempunyai pandangan negatif tentang merokok.1 Berdasarkan penelitian Hedri Fadrizal (2013) mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan prilaku merokok siswa laki – laki di SMAN 12 Padang tahun 2013 terdapat 52.2% siswa laki-laki perokok, faktor orang tua siswa yang perokok sebanyak 68.56%, faktor pengaruh teman sebaya sebanyak 68.43%, faktor kepribadian dan sikap siswa sebanyak 68.44%, faktor iklan rokok sebanyak 71.30%. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Padang tahun 2014 tentang keadaan siswa di Kota Padang, dari 16 SMA Negeri yang ada di Kota Padang, SMA Negeri 12
Padang merupakan SMA Negeri Ketiga yang
memiliki banyak siswa yang tidak naik kelas, yaitu : SMAN 16 padang kelas X yang mengulang sebanyak 5 orang (1.8%) dan kelas XI sebanyak 9 orang (4.1%). SMAN 2 Padang siswa kelas X yang mengulang sebanyak 13 orang (4%) dan kelas XI sebanyak 1 orang (0.3%). SMAN 12 Padang siswa kelas X yang mengulang sebanyak 6 orang (1.8%) dan kelas XI sebanyak 5 orang (2.7%). SMAN 11 Padang siswa kelas X yang mengulang sebanyak 6 orang
6
(2.3%) dan kelas XI sebanyak 2 orang (0.9%). SMAN 7 Padang siswa kelas X yang mengulang sebanyak 4 orang (1.3%) dan kelas XI sebanyak 2 orang (0.7%) dan SMAN 15 Padang siswa kelas X yang mengulang sebanyak 5 orang (1.8%). Sedangkan data yang didapat dari Satpol PP Kota Padang, SMAN 12 termasuk SMAN yang memiliki siswa yang sering bolos, dan juga sering berkelahi sesama teman. Bahkan ada yang di tangkap oleh Satpol PP Kota Padang karena tidak masuk sekolah dan dibawa ke kantor Satpol PP Kota Padang untuk dibina dan diberi nasehat oleh petugas Satpol PP Kota Padang. Berdasarkan study pendahuluan yang di lakukan peneliti di SMAN 12 Padang, SMAN 12 Padang termasuk sekolah yang memiliki jumlah siswa perokok yang banyak dimana dari 10 siswa yang di wawancarai, didapatkan 6 siswa merupakan perokok. Dan 4 siswa tidak mengetahui zat-zat apa saja yang terkandung dalam rokok. Data yang berhasil di peroleh dari Guru Bimbingan Konseling jumlah siswa laki-laki di kelas 1 dan 2 sebanyak 211 siswa. Hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling didapatkan bahwa di lingkungan sekolah siswa jarang terlihat merokok, tetapi di luar lingkungan sekolah banyak siswa yang merokok. Dan juga hasil dari wawancara dengan satpam sekolah SMAN 12 Padang juga mengatakan pernyataan yang sama. Dari data tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa laki-laki di SMAN 12 Padang Tahun 2015.
7
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah peneliti ini adalah faktor- faktor apa yang berhubungan dengan tindakan merokok siswa di SMA Negeri 12 Padang C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang behubungan dengan tindakan merokok siswa di SMAN 12 PADANG 2. Tujuan khusus a.
Diketahui distribusi frekuensi tindakan merokok siswa di SMAN 12 Padang
b.
Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan siswa tentang merokok di SMAN 12 Padang
c.
Diketahui distribusi frekuensi sikap siswa tentang merokok di SMAN 12 Padang.
d.
Diketahui distribusi frekuensi teman sebaya yang perokok di SMAN 12 Padang.
e.
Diketahui hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan merokok di SMAN 12 Padang
f.
Diketahuinya hubungan sikap dengan tindakan merokok di SMAN 12 Padang
g.
Diketahuinya hubungan teman sebaya perokok dengan tindakan merokok di SMAN 12 Padang
8
D. Manfaat Penelitian 1. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah di peroleh dibangku perkuliahan dan menambah wawasan ilmiah dalam melakukan penelitian di bidang kesehatan khususnya perilaku merokok siswa. 2. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang tindakan merokok di SMAN 12 PADANG 3. Sebagai bahan masukan dan data dasar bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan tindakan merokok dikalangan siswa E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan merokok siswa di SMAN 12 PADANG tahun 2015, variable yang diteliti adalah variable independen yaitu pengetahuan, sikap, teman sebaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana, sedangkan varibel dependen adalah tindakan merokok siswa di SMAN 12 PADANG
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Remaja 1. Pengertian Remaja Masa
remaja
adalah
suatu
masa
peralihan
yang
sering
menimbulkan gejolak. Menurut Hurlock (2004) pada masa ini pula timbul banyak perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun psikologis, seiring dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja. Berkaitan dengan hubungan sosial, remaja harus menyesuaikan diri dengan orang di luar lingkungan keluarga, seperti meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya.15 Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.14 Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu:8
9
10
a. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun anak laki- laki. b. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. c. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. d. Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki. e. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. f. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun. 2. Tahap – tahap Perkembangan Remaja Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja : 26 a. Remaja awal (early adolescent). Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis,
11
dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebihlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa. b. Remaja madya (middle adolescent) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu : mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anakanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan. c. Remaja akhir (late adolescent) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: 1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
12
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum.21 Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu: a. Masa remaja awal (10-12 tahun) 1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2) Tampak dan merasa ingin bebas. 3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak). b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) 1) Tampak dan ingin mencari identitas diri. 2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. 3) Timbul perasaan cinta yang mendalam. c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) 1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri dalam mencari teman sebaya lebih selektif. 2) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
13
3) Dapat mewujudkan perasaan cinta. 4) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. 20 3. Tugas –tugas Perkembangan Remaja Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah sebagai berikut: a.
Mampu menerima keadaan fisiknya.
b.
Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c.
Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
d.
Mencapai kemandirian emosional.
e.
Mencapai kemandirian ekonomi.
f.
Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
g.
Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
h.
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
i.
Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j.
Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
14
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi danmelaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.22 Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.23 4. Tumbuh Kembang Remaja Tumbuh kembang remaja dapat dibagi menjadi dua yaitu : a. Perkembangan fisik Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahanperubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggidan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan
15
menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.23 b. Perkembangan Kognitif Menurut
Piaget
(dalam
Santrock,
2001),
seorang
remaja
termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka. Informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.23 B. Konsep Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 120 milimeter dengan diameter sekitar 10 milimeter yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.7 Rokok adalah suatu produk yang dihasilkan dengan memotong daundaun tembakau secara sempurna yang digulung atau diisi ke dalam suatu silinder yang disebut paper wrapped (secara umum kurang dari 120 mm
16
panjangnya dan 10 mm garis tengah). Rokok dinyalakan dari awal hingga akhir dan dibiarkan membara lalu dihisap hingga keluar asapnya. Pada umumnya rokok memakai penyaring atau filter. Rokok dihisap langsung melalui mulut, tetapi ada juga yang dinyalakan dengan suatu pipa rokok.11 Merokok adalah perilaku yang sangat mudah dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ini rokok bukan saja dikonsumsi oleh orang dewasa akan tetapi remaja bahkan anak-anak (Ariani, 2011). 2. Zat-Zat Kimia Rokok Asap dari rokok yang di bakar mengandung lebih dari 4.000 zat kimia. Ada yang berupa partikel padat, ada pula yang berupa gas. Walaupun kandungannya kecil, banyak yang berbahaya. Sekitar 200 diantaranya ialah zat beracun dan sekitar 43 lainnya bersifat karsinogik (penyebab kanker). Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam satu batang rokok:26 a.
Amoniak Merupakan bahan untuk pembersih lantai
b.
Arsenik Di gunakan untuk racun tikus
c.
Aseton Merupakan bahan untuk peluntur cat kuku
d.
Asam Sulfurik Merupaka bahan untuk membuat pupuk
e.
Butana Merupakan bahan bakar korek api
17
f.
Methanol Merupakan bahan bakar roket
g.
Naptalen Merupakan bahan untuk kapur barus
h.
Toluna/Benzene Merupakan pelarut industry karet
i.
Polonium Merupakan bahan radio aktif
j.
Vinil klorida Merupakan bahan plastic yang terdapat pada kantung sampah
k.
DDT Digunakan untuk racun serangga
l.
Shellac Pelitur kayu
m. Formalin Merupakan bahan pengawet mayat n.
Karbon monoksida Karbon monoksida ini menghambat fungsi darah dalam tubuh. Gas beracun yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Sekitar 3-5% asa rokok terdiri atas gas ini. Didalam darah haemoglobin berfungsi mengikat oksigen, malah mengikat karbon monoksida. Kemampuan darah mengangkut oksigen jadi sangat berkurang dan ini sangat berbahaya.
18
o. Nikotin Nikotin dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. Zat ini merupakan racun bagi saraf. Nikotin adalah zat adiktif yang menyebabkan kecanduan. Sejak rokok dihisap nikotin hanya butuh waktu 8 s.d 10 detik untuk sampai ke otak. Nikotin merangsang susunan saraf pusat, meningkatkan denyut jantung, dan tekanan darah. p. Tar Tar adalah sekumpulan senyawa yang akan berkumpul di paru-paru. Tar juga menodai gigi dan jari-jari perokok. Tar sangat berperan dalam dalam merusak pau-paru perokok. 3. Dampak Negatif dari Rokok a.
Dampak Negatif bagi Perokok Aktif Menurut Hetty Restianti (2008) dampak negatif bagi perokok aktif adalah sebagai berikut : 24 1) Mata Katarak Semakin banyak merokok,semakin besar kemungkinan mata terkena katarak, katarak ini adalah masalah mata yang serius, bahkan bisa menyebabkan kebutaan. 2) Pembuluh Darah Perokok mengalami kerusakan lapisan sel pada dinding pembuluh darah. Lemak mudah tertimbun dan aliran darah terganggu. Karbon dioksida terabsorpsi (terserap) dalam darah, membuat transportasi (pengangkutan) oksigen dalam tubuh mengalami gangguan.
19
3) Paru-Paru Pada paru-paru perokok ada senyawa lengket yang di sebut TAR. Kapasitas paru-paru menurun. Perokok mudah terserang bronchitis (radang saluran pernafasan), sesak nafas dan asma serta emphysema
(pembengkakan
paru-paru).
Perokok
memiliki
kemungkinan meninggal karena kanker paru-paru 20 kali lebih besar dari pada bukan perokok. 4) Psiriasis Psiriasis adalah penyakit kulit menahun yang sangat gatal, ditandai oleh petak-petak kemerahan, kering dan mengelupas berupa serphan warna perak. Perokok memiliki kemungkinan terkena psiriasis dua kali lebih besar dar pada bukan perokok. 5) Luka Lambung Perokok lebih rentan untuk terkena luka lambung 6) Otak Nikotin dalam rokok adalah senyawa kimia yang sangat kuat sehingga dapat menyebabkan kecanduan dan mempengaruhi cara kerja otak. 7) Kulit Merokok menyebabkan aliran darah kekulit menjadi berkurang akibatnya kulit cepat keriput.
20
8) Mulut Gigi menjadi kuning bernoda. Napas menjadi bau. Indera perasa di lidah terganggu sehingga rasa makanan tidak enak. Besar kemungkinan perokok terkena kanker mulut, lidah dan binir. 9) Tenggorokan Saat asap rokok memasuki tenggorokan, senyawa kimia penyebab kanker yang terdapatdi asap terkumpul pada saat selaput mucous (selaput
lendir).
Perokok
kemungkinan
terserang
kanker
tenggorokan. 10) Jantung Merokok adalah penyebab utama serangan jantung. Sejak isapan pertama, jantung akan berdenyut lebi keras. Pembuluh darah menciut, tekanan darah naik dan jantung harus bekerja lebih keras. Perokok lebih mudah terkena strokedan serangan jantung. 11) Jari dan Kuku Kandungan tar pada tembakau membuat jari-jari perokok menguning dan kukunya bernoda hitam. b. Dampak Negatif bagi Perokok Pasif Zat kimia yang ada dalam rokok bukan hanya berbahaya bagi si perokok, melainkan juga bagi perokok pasif. Asap rokok yang di hisap oleh perokok aktif tidak semuanya di hisap.melainkan banay asap yang dikeluarkan shingga asap tersebut mealayang ke udara bebas. Asap yang melayang ke udara bebas disebut juga dengan asap samping. Asap yang di hisap perokok disebut asap utama.24
21
Campuran asap samping dan asap utama yang di keluarkan perokok disebut second hand smoke. Jika menghirup udara yang penuh asap rokok seperti itu, disebut perokok pasif.24 Asap samping mengandung konsentrasi racun yang lebih besar dari pada asap utama. Pada orang dewasa, bisa meneybabkan kanker paruparu dan penyakit jantung. Setiap tahun asap rokokmeneybabkan banyak kasus kanker paru-paru dan kematian dini pada bukan perokok.24 Pada anak-anak, bisa memicu penyakit asma, menyebabkan kematian berita mendadak (sunden death infancy syndrome), bronchitis, pneumonia, hingga infeksi telinga.24 4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok Teori Green (1980) dalam Notoadmodjo menyatakan bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :13 a.
Tingkat Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia
di
peroleh
melalui
mata
dan
telinga.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :13
22
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat penegetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan,
menyatakan
dan
sebagainya.
Contoh : dapat menyebutkan pengertian rokok dan keruguan dari merokok.13 2) Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu ojek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.13 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaa hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
23
dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungn-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.13 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemapuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.13 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagaian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemempuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi
yang
ada.
Misalnya,
dapat
menyusun,
dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.13 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
24
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.13 b. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. 13 Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni :13 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
25
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Artinya bagaimana penilian (terkandung didalam faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan :13 a) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b) Merespons (responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan,
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c)
Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
26
d)
Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sessuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditnyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.13 c.
Teman sebaya perokok Teman sebaya adalah sekelompok yang memiliki usia yang sama , dan memiliki kelompok sosial yang sama pula, seperti teman sekolah. Memasuki masa remaja individu akan mulai belajar tentang hubungan timbal balik yang akan didapatkan ketika mereka melakuakn interaksi dengan orang lain maupun dengan temannya sendiri. Selain itu mereka juga belajar untuk mengobsevasi dengan teliti mengenai minat dan pandangan temannya, ini dilakukan agar remaja mudah ketika ingin menyatu atau beradaptasi dengan temannya. Menurut
Harlianti
1998
(dalam
Mauluddin,
2005)
yang
mengatakan bahwa teman sebaya memberikan sumbangan yang efektif sebesar 33,48%. Teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk penolakkan kelompok teman sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting. Kelompok sebaya merupakan salah satu penentu penting perilaku merokok pada remaja. Berbagai studi baik secara longitudinal maupun krosseksional menunjukkan adanya hubungan antara permulaan merokok sebagai salah satu bentuk perilaku berisiko kesehatan pada
27
remaja dengan perilaku merokok pada teman sebaya (Astuti, 2004). Remaja 12-14 tahun yang memiliki teman dekat merokok memiliki 4 kali kemungkinan untuk merokok dari pada remaja yang teman dekatnya tidak merokok. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya terjadi karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebaya sebagai kelompok. Kelompok teman sebaya memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya disebut konformitas.27 Dalam hal ini sesuai dengan penelitian Goldstein, Davis-Kean, dan Eccles (2005) bahwa terdapat hubungan positif antara kelompok sebaya negatif dengan perilaku bermasalah pada remaja. Kelompok sebaya yang negatif berpengaruh langsung terhadap perilaku bermasalah penggunaan zat adiktif. Pengaruh lingkungan sosial ini dapat terjadi melalui mekanisme peniruan maupun pengaruh langsung. d. Perilaku orang tua perokok Anak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal.23 1.
Karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok
28
2.
Karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah,dengan kata lain saat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali
lebih banyak pada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orang tua yang tidak perokok. Hasil penelitian kurniawati (2003) mengenal perilaku merokok pada remaja di cimahi, menerangkan bahwa keluarga menjadi salah satu factor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja. Factor keluarga memberikan konstribusi terhadap perilaku merokok pada remaja sebesar 96,6%. Menurutnya perilakuku merokok yang ditampilkan keluarga menjadikan remaja meniru perilaku tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga.
29
C. Kerangka teori Faktor predisposisi 1.Dukungan keluarga 2.Pengetahuan 3.Sikap 4.Persepsi / kepercayaan 5.Keyakinan 6.Nilai-nilai
Faktor pendukung Tindakan merokok
1.Lingkungan fisik 2.Ketersediaan sarana dan prasarana
Faktor pendukung 1.Keluarga 2.Tokoh masyarakat 3.Teman sebaya 4.Petugas kesehatan
Bagan 2.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi Tindakan merokok 13
30
D. Kerangka Konsep VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Tingkat pengetahuan
Sikap
Tindakan merokok
Teman sebaya perokok
Bagan 2.2 Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Merokok Pada Siswa di SMA Negeri 12 Padang
31
E. Hipotesis 1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan merokok siswa di SMAN 12 Padang 2. Ada hubungan antara sikap dengan tindakan merokok pada siswa di SMAN 12 Padang 3. Ada hubungan antara teman sebaya perokok dengan tindakan merokok pada siswa di SMAN 12 Padang
32
F. Defenisi Operasional Variable
Defenisi operasinal
Alat ukur
Tingkat Pengetahuan
Semua yang diketahui siswa SMAN 12 Padang tentang rokok yang meliputi : Pengertian rokok Zat-zat yang terkandung dalam rokok Dampak negatif dari rokok Merupakan reaksi tertutup berupa Pandangan siswa terhadap kegiatan merokok. pendapat siswa terhadap kegiatan merokok. Usaha siswa untuk selalu dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya dengan cara mengikuti peraturan yang ditetapkan kelompok baik dengan atau tanpa keterpaksaan, salah satunya dengan cara merokok.
Sikap
Teman sebaya
Skala ukur
Hasil ukur
Kuesioner
Cara ukur Angket
Ordinal
1. Pengetahuan tinggi (≥ 60%) 2. pengetahuan rendah (<59,9%) (Nursalam, 2013)
Kuesioner
Angket
Ordinal
1. Positif ,jika skor T > nilai mean 2. Negatif, jika skor T < nilai mean.
(Azwar,s 2011) Kuesioner
Angket
Nominal
1. Tidak 2. Ya
33
Tindakan merokok
Kegiatan merokok yang dilakukan oleh siswa laki-laki selama 3 bulan terakhir dan menghabiskan minimal satu batang rokok perharinya.
kuisioner
Angket
Ordinal
1. Tidak merokok dalam 3 bulan terakhir 2. Merokok minimal satu batang rokok perhari
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan “cross sectional study”. Penelitian “cross sectional study” adalah suatu penelitian mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. 12 B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 12 Padang. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2014 Sampai Juni 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 12 Padang tahun 2015 yang berjumlah 211 siswa. Dalam penelitian ini siswa kelas XII tidak diikut sertakan karena penilitian ini dilakukan pada bulan April bertepatan dengan waktu siswa kelas XII untuk Ujian Nasional.
34
35
2. Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel ditentukan menurut rumus Slovin (Notoadmodjo, 2010) sebagai berikut :
keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = tingkat kepercayaan (0,1)2
67,8 Jadi sampel yang akan diambil menjadi responden dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 12 Padang, kelas X dan XI sebanyak 68 orang. Setelah di peroleh jumlah sampel kemudian dilakukan pengembilan sampel dengan cara sistematic random sampling yaitu pengambilan sampel secara sistematis yaitu dengan cara :
36
1)
Menyusun kerangka sampling
2)
Menghitung jumlah sampel yang diinginkan
3)
Menentukan kelas interval (K) dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah sampel yang diinginkan.
4)
Menentukan nomor pertama (m) dari kelas interval pertama populasi yang akan dijadikan sebagai sampel, secara random dengan cara mengundi.
5)
Mengurutkan sampel berikutnya ditentukan dengan menjumlahkan nilai K dengan m sampai memenuhi jumlah sampel yang diinginkan. Kriteria sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bersedia
menjadi responden dan berada di tempat waktu diadakan penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari kuesioner yang diisi langsung oleh responden. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pengurus tata usaha sekolah, guru bimbingan konseling dan satpam SMA Negeri 12 Padang, data dari dinas pendidikan kota Padang dan data dari satpol PP kota Padang.
37
Adapun langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data saat penelitian sebagai berikut : a. Responden dikumpulkan pada satu kelas b. Peneliti menjelaskan tata cara pengisian kuesioner kepada responden c. Peneliti membagikan kuesioner kepada masing-masing responden d. Setelah kuesioner diisi lengkap responden, kuesioner dikumpulkan langsung kepada peneliti. E. Teknik Pengolahan Data Data yang dikumpulkan diolah secara manual dan komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010 :176) 1. Penyuntingan Data (Editing) Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing yang dilakukan adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner yang telah diisi oleh responden. 2. Pengkodean Data (coding) Memberikan kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada setiap pertanyaan dalam kuisioner untuk memudahkan dalam pengolahan data. 3. Pemasukan Data (entry) Data, yaitu jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam program computer .
38
4. Pembersihan Data (cleaning) Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,mperlu
dicek
kembali
untuk
melihat
kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. F. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis terhadap masing-masing variable penelitian dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu distibusi frekuensi dan persentase. Presentase untuk setiap variable dinilai secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan rumus.
Keterangan : P = persentase f = frekuensi n = jumlah responden Alternatif
jawaban responden dimasukan kedalam master table,
setelah itu data diolah dengan komputerisasi selanjutnya disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi, kemudian di deskripsikan.
39
Untuk menilai respon pada masing-masing variabel adalah : a.
Variabel tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibagi atas dua kategori : 1. Pengetahuan tinggi (≥ 60%) 2. pengetahuan rendah (<59,9%) Jika jawaban sangat benar maka nilai yang diberikan adalah 2, dan jika jawaban benar maka nilai yang diberikan adalah 1 dan jika jawaban salah maka nilai yang diberikan adalah 0.
b. Variabel sikap Sikap di ukur dengan skala Likert 4 gradiasi. Pernyataan positif sangat setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) diberi nilai 3, tidk setuju (TS) diberi nilai 2, dan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Untuk pernyataan negatif, sangat setuju (SS) diberi nilai 1, setuju (S) diberi nilai 2, tidak setuju (TS) diberi nilai 3, dan sangat tidak setuju (TS) diberi nilai 4. Setelah
dijumlahkan
dari
dikategorikan dalam 2 kategori yaitu : Positif : ≥ mean skor T Negatif : < mean skor T
skor
masing-masing
responden
40
c. Variable teman sebaya Teman sebaya perokok diukur dengan 2 kategori., dan jika tidak mempunyai teman sebaya perokok diberi nilai 1. Jika mempunyai teman sebaya perokok maka diberi nilai 2. d. Variabel tindakan merokok Tindakan merokok di ukur menggunakan 2 kategori., jika sampel tidak pernah merokok dalam 3 bulan terakhir diberi nilai 1. Jika sampel pernah merokok dalam 3 bulan terakhir dengan minimal satu batang rokok perhari diberi nilai 2. 2. Analisis Bivariat Setelah data dianalisis dengan univariat maka analisis dilanjutkan tingkat bivariat untuk melihat hubungan antara dua variable dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan derajat kemaknaan ὰ < 0,05 secara sistem komputerisasi. Untuk melihat kemaknaa perhitungan statistic digunakan besar kemaknaan 0,05 sehingga nilai p < 0,05 maka statistik itu bermakna, jika nilai p ≥ 0,05 maka hasil hitungan tidak bermakna. a.
Jika nilai p ≥ 0,05 maka hipotesis alternative (Ha) gagal diterima dan hipotesis nol (Ho) diterima, artinya tidak ada hubungan antara variable independen dengan variable dependen.
b.
Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) gagal diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai bulan Juni 2015 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan merokok siswa di SMAN 12 Padang dengan jumlah responden 68 orang yang sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan. Data telah diolah sebagai berikut : 1. Analisa univariat a. Tindakan merokok Table 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Merokok di SMA Negeri 12 Padang tahun 2015 Tindakan merokok
f
%
Merokok
49
72.1
Tidak merokok
19
27.9
Jumlah
68
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (72.1%) responden di SMA Negeri 12 Padang merokok.
42
43
b. Tingkat Pengetahuan Table 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Tindakan Merokok di SMA Negeri 12 Padang tahun 2015 Tingkat Pengetahuan
f
%
Tinggi
37
54.4
Rendah
31
45.6
Jumlah
68
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kurang dari separuh (45,6 %) responden di SMA Negeri 12 padang mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah tentang rokok c. Sikap Table 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Tindakan Merokok di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015 Sikap
f
%
Positif
31
45.6
Negatif
37
54.4
Jumlah
68
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (54.4%) responden di SMA Negeri padang mempunyai sikap yang negatif tentang merokok
44
d. Teman sebaya Table 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Teman Sebaya Perokok di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015 Teman Sebaya
f
%
Perokok
39
57.4
Tidak perokok
29
42.6
Jumlah
68
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (57.4%) responden di SMA Negeri 12 Padang mempunyai teman sebaya perokok 2. Analisa bivariat a. Hubungan pengetahuan dengan tindakan merokok Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Merokok Pada Siswa Di SMAN 12 Padang Tahun 2015 Tindakan merokok
P Value
Total Pengetahuan
Merokok f %
Tidak merokok f %
f
%
Tinggi
22
59.5
15
40.5
37
100
Rendah
27
87.1
4
12.9
31
100
Jumlah
49
72.1
19
27.9
68
100
0.024
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase tindakan merokok lebih banyak ditemukan pada responden dengan tingkat pengetahuan rendah (87.1%) dibandingkan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi (59.5%). Setelah
45
dilakukan uji statistic didapat p=0.024 pada α = 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan merokok. b. Hubungan sikap dengan tindakan merokok Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap dan Tindakan Merokok pada Siswa di SMAN 12 Padang Tahun 2015 Tindakan merokok Total Sikap
Merokok
P Value
Tidak merokok
f
%
f
%
f
%
Positif
13
44.8
16
55.2
29
100
Negatif
36
92.3
3
7.7
39
100
Jumlah
49
72.1
19
27.9
68
100
0.000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase tindakan merokok lebih banyak pada responden yang bersikap negatif (92.3%). Dibandingkan dengan responden yang bersikap positif (44.8%). Berdasarkan hasil uji statistic didapat p=0.000 pada α = 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan merokok.
46
c.
Hubungan teman sebaya perokok dengan tindakan merokok Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Teman Sebaya dan Tindakan Merokok Pada Siswa di SMAN 12 Padang Tahun 2015 Tindakan merokok Total Merokok
Teman sebaya
P Value
Tidak merokok
f
%
f
%
f
%
Perokok
33
86.8
5
13.2
38
100
Tidak Perokok Jumlah
16
53.3
14
46.6
30
100
49
72.1
19
27.9
68
100
0.005
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase tindakan merokok lebih besar pada responden yang memilki teman sebaya perokok (86.8%). Dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki teman sebaya tidak perokok (53.3%). Berdasarkan hasil uji statistic didapat p=0.005 pada α = 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara teman sebaya dengan tindakan merokok. A. Pembahasan 1. Analisa Univariat a. Tindakan merokok Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (72.1%) siswa merokok. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Devidianti (2012) tentang faktor-faktor yang behubungan dengan
47
tindakan merokok siswa laki-laki di SMA Negeri 5 Padang. Dimana hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh (52,6%) siswa yang merokok. Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahayanya merokok. di tempat-tempat yang telah diberi tanda “dilarang merokok” sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok. Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan.26 Asap dari rokok yang di bakar mengandung lebih dari 4.000 zat kimia. Ada yang berupa partikel padat, ada pula yang berupa gas. Walaupun kandungannya kecil, banyak yang berbahaya. Sekitar 200 diantaranya adalah zat beracun dan sekitar 43 lainnya bersifat karsinogik (penyebab kanker). Dampak dari merokok dapat menyebabkan Bronkritis, batuk, penyakit Ulser Peptik, emfisima, semakin banyak dan lama merokok akan membuat otot menjadi lemah, jika terlalu sering menghisap rokok akan menderita penyakit gusi, kerusakan mata, rokok juga bisa menyebabkan kanker perut. kanker mulut, kanker esofogus, kanker tekak, kanker Pankreas, kanker paru-paru, kanker saluran pernafasan kronik, dapat menyebabkan stroke, tulang menjadi keropos, sudah tidak bisa di pungkiri lagi salah satu penyakit Jantung adalah akibat dari merokok, dan merokok juga dapat menyebabkan kemandulan atau tidak bisa punya anak.26
48
Dalam pembentukan suatu tindakan, pengetahuan dan sikap sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Pada dasarnya jika seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan dan sikap yang baik maka akan membentuk tindakan yang baik juga.13 Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan adanya siswa yang melakukan tindakan merokok disekitar sekolah,hal ini sesuai dengan data yang didapat 72,1% siswa yang melakukan tindakan merokok. Sekolah sebagai salah satu tempat remaja melakukan aktivitas disarankan untuk menjadikan sekolah sebagai kawasan bebas asap rokok dan melakukan razia terhadap tindakan merokok dengan waktu yang tidak ditentukan. b. Tingkat pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil (45.6 %) siswa berpengetahuan rendah. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Ade Saputra (2010) tentang Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang tindakan merokok di SMA Negeri 5 padang bahwa lebih dari separuh (61,5%) siswa berpengetahuan rendah tentang rokok. Pengetahuan yang kurang mengakibatkan siswa tidak mengetahui tentang rokok dan dampak negatif dari tindakan merokok, sehingga siswa akan mudah terpengaruh untuk melakukan tindakan merokok. Kurangnya tingkat pengetahuan siswa tentang rokok dapat dilihat dari pertanyaan No.2 mengenai komponen utama asap rokok. 75% responden
49
hanya mengetahui 1 atau 2 jenis komponen utama yang tekandung dalam asap rokok, 25% lainnya mengetahui lebih dari 2 zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Dalam pertanyaan No.3 didapatkan 5,9% responden tidak mengetahui kerugian dari zat nikotin dalam tubuh, 51,5% responden hanya mengetahui 1 kerugian dari zat nikotin, sedangkan 42,6% mengetahui kerugian dari zat nikotin. Dalam pertanyaan No.4 didapatkan 76,5% responden ada yang tidak mengetahui atau hanya mengetahui 1sampai 2 jenis zat berbahaya dalam rokok, sedangkan 23,5% responden mengetahui 3 sampai 4 zat berbahaya dalam rokok. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya ( mata, hidung, telinga dll). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Saat ini sudah banyak informasi tentang bahaya merokok yang bisa didapatkan melalui media cetak dan media elektronik.14 Terlebih lagi pada setiap pembungkus rokok terdapat pesan kesehatan yang bertuliskan bahwa Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan. Peringatan tersebut bukan tidak disadari oleh para siswa. Mereka menyadarinya tapi tidak begitu mempedulikannya. Karena memang dampak bahaya merokok tersebut tidak dapat dirasakan sekarang, jadi seakan-akan peringatan tentang bahaya
50
merokok hanya sebagai cerita fiktif (bohong) yang belum tentu kebenarannya. Seperti yang dikatakan oleh Mu’tadin (2007) Saat ini perilaku merokok merupakan suatu gejala yang dapat kita lihat setiap hari di segala tempat seperti di jalanan, tempat keramaian, bus kota, Rumah Sakit, sekolah dan lain sebagainya. Semua orang mengetahui akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari merokok, tetapi perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat.14 Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus menjadi “health promoting school” artinya “sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya”. Semua tercapai bila sekolah dan lingkungannya dibina dan dikembangkan melalui Usaha Kegiatan Sekolah (UKS). Kurangnya pengetahuan siswa tentang rokok dapat disebabkan oleh tidak terpaparnya informasi kesehatan terutama tentang rokok kepada siswa. UKS dapat berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan tentang rokok. Sesuai dengan pedoman UKS yang biasa disebut Trias UKS yaitu : pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan sekolah lingkungan sehat. Para Pembina UKS dapat membuat spanduk tentang rokok, dan spanduk tersebut dipasang dilingkungan sekolah agar semua siswa mengetahui tentang rokok, yang diperlukan siswa yang berpengetahuan kurang tentang konsep rokok adalah memotivasi siswa agar dapat memanfaatkan fasilitas yang ada disekolah agar tidak ketinggalan informasi.
51
c. Sikap Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh (54.4%) siswa bersikap negatif terhadap tindakan merokok. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ade Saputra (2010) tentang Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang tindakan merokok di SMA Negeri 5 padang bahwa lebih dari separuh (57,7%) siswa SMAN 5 Padang bersikap positif terhadap perilaku merokok. Sikap terhadap kesehatan adalah suatu bentuk reaksi perasaan seseorang terhadap sesuatu objek, baik perasaan mendukung (favorebel) atau tidak mendukung (unfavorebel), memihak atau tidak memihak, suka atau tidak suka sehingga menimbulkan pengaruh tertentu terhadap perilaku seseorang dan pada akhirnya seseorang tersebut merasa sejahtera secara fisik, mental, rohani dan sosial.21 Akan tetapi sikap seseorang terhadap objek tidak selalu sama apalagi dalam bidang kesehatan. Misalnya seseorang individu memilki sikap positif
terhadap
kesehatan
maka
individu
tersebut
akan
lebih
memperhatikan kondisi kesehatannya, dengan cara menghindari perilaku yang berakibat buruk terhadap kesehatan seperti menjaga pola hidup sehat dengan tidak merokok. Sebaliknya seseorang indiviu yang mempunyai perilaku yang buruk terhadap kesehatan, maka sikap mereka terhadap kesehatan cenderung negatif. Oleh karna itu, dengan adanya sikap terhadap kesehatan diharapkan dapat mencegah perilaku merokok.13
52
Sikap adalah respon tertutup seorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan juga emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Menurut Notoadmodjo (2010) sikap yang utuh tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja tetapi pikiran, keyakinan, dan juga emosi memegang peran penting. Sikap juga terbentuk berdasarkan pengalaman yang pernah dialami seseorang. Perilaku juga dipengaruhi oleh proses perubahan : pengetahuan, sikap, dan tindakan.14 Banyaknya responden yang memiliki sikap negatif dapat dilihat dari jawaban kuesioner No.15 bahwa 57,4% siswa setuju akan tetap merokok walaupun ada orang yang terganggu dengan asap rokok. Jawaban kuesioner No.16 bahwa 54,4% responden setuju merokok dapat menghilangkan stress. Dan jawaban kuesioner No 17 bahwa 58,8% responden setuju membiarkan temannya merokok karena merokok adala hak azazi manusia. Sikap yang negatif yang dimilki siswa harus diluruskan agar siswa mau peduli dengan lingkungannya, sebab dengan menegur teman merokok dan tidak melakukan tindakan merokok, berarti mereka sudah ikut dalam meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam merubah perilaku seorang itu dapat diawali dengan menegurnya terlebih dahulu dan tentunya juga diiringi dengan melakukan sikap positif terlebih dahulu terhadap diri sendiri.
53
d. Teman sebaya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh (57.4%) siswa di SMA Negeri Padang mempunyai teman sebaya perokok. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Marissa (2007) dimana diperoleh lebih dari separuh (59.7%) siswa laki-laki SLTP Negeri 24 padang mempunyai teman sebaya perokok. Tingginya pengaruh dari teman sebaya yang merokok merupakan suatu bukti bahwa teman sangat berpengaruh bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindar penolakkan dari teman sebaya yang sangat sulit untuk dihindari. Remaja tidak ingin dirinya ditolak dan menghindari sebutan “banci” atau “pengecut”. Merokok bagi remaja merupakan simbolisasi kekuasaan atau kedewasaan.29 Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan masalah besarnya pengaruh teman sebaya perokok yang mengajak teman untuk merokok. Hal ini sesuai dengan data yang didapat 57,4% siswa yang merokok dipengaruhi oleh teman sebaya perokok. Teman memang penting bagi siswa terutama dalam belajar, akan tetapi dalam masalah merokok ini perlu ditekankan pada siswa bahwa dalam bergaul dengan teman merokok jangan sampai terbawa utuk merokok. Mengajak teman untuk meninggalkan kebiasaanya memang tidak mudah, hal inilah yang harus ditanamkan pada diri siswa itu sendiri yaitu dengan
54
pendekatan karena dengan tidak merokok dapat mengurangi beban pengeluaran orang tua dan mengajarkan kita untuk tidak boros (membakar uang dengan rokok). 2. Analisa Bivariat a. Hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan merokok Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa persentase siswa yang merokok dengan pengetahuan rendah (87,1%) lebih banyak dibandingkan dengan pengetahuan tinggi (59,5%). Hasil uji statistic didapat ada hubungan yang signifikan antara tindakan merokok dengan pengetahuan, dimana nilai p= 0.024 (α < 0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Novi (2013) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan tindakan merokok siswa laki-laki di SMAN 1 Banda Aceh tahun 2013. Dimana didapatkan persentase responden merokok yang memiliki pengetahuan rendah (89.2%). Dalam penelitian ini, hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tindakan merokok dengan tingkat pengetahuan, dimana p = 0,001 (α < 0,05). Dampak negatif dari rokok merupakan kerugian yang diakibatkan oleh rokok baik yang diketahui oleh subyek penelitian maupun yang dirasakannya sendiri. Sebagian besar subyek penelitian mengungkapkan bahwa dampak negatif dari rokok berupa penyakit, antara lain nafas menjadi pendek, sesak nafas dan merusak paru-paru dan jantung. Sebagian kecil subyek penelitian lain merasakan kerugian secara materi dari perilaku
55
merokok mereka seperti kehilangan uang jajan selain dampak negatif yang juga timbul. Setiap kali menghirup asap rokok, akan berdampak pada matinya beberapa kantong udara dalam paru- paru (alveoli). Padahal oksigen yang telah terhisap dan selanjutnya ditransfer ke darah, berada dalam kantong-kantong udara ini. Alveoli tidak dapat tumbuh kembali, artinya jika timbul kerusakan maka kerusakan tersebut bersifat pemanen. Dengan demikian seorang perokok semakin lama semakin sulit untuk bernapas secara lega seperti dulu. Apalagi untuk aktifitas berolahraga, akan menyebabkan cepat kehilangan nafas panjang.23 Selain itu, rokok juga meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, sehingga rneningkatkan resiko hipertensi dan penyumbatan arteri. Resiko kematian pada perokok akibat serangan jantung dua kali lebih besar dibanding orang-orang yang tidak merokok. Namun demikian, meski hampir semua subyek penelitian mengetahui dan bahkan merasakan berbagai kerugian yang dapat timbul akibat rokok baik dari aspek kesehatan maupun non kesehatan, akan tetapi mereka tetap memilih untuk merokok. Hal tersebut diakibatkan karena ketidakberdayaan subyek untuk melawan rasa kecanduan yang diakibatkan oleh nikotin dalam rokok serta minimnya pengetahuan responden tentang cara berhenti merokok yang efektif.23 Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif
56
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). 14 Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Lawrence Green sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan faktor predisposisi, termasuk diantaranya adalah pengetahuan. Sementara itu, WHO dalam Notoadmodjo (2003) menganalisis bahwa pengetahuan merupakan salah satu alasan pokok yang menyebabkan seseorang berperilaku. Dalam hal merokok, dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang cukup terkait rokok cenderung untuk tidak merokok, sebaliknya responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang merokok cenderung berperilaku merokok. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Amelia Adisti (2009) yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok terutama pada remaja. Hasil penelitian mereka memperlihatkan bahwa dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok maka perilaku merokok akan jarang dilakukan. Begitu pula sebaliknya. Nilai pvalue 0,001 (p = 0,05). Pada penelitian ini timbul masalah dimana masih terdapat 59.5% siswa yang berpengetahuan tinggi namun tetap merokok. Pada saat dilakukan penelitian, siswa tersebut mampu mengisi semua jawaban
57
dengan hasil yang baik namun ketika pertanyaan tentang perilaku merokok, mereka menjawab ya yang berarti mereka merokok dan setelah ditelusuri penyebab mereka merokok jawaban yang mereka lontarkan tidak logis seperti hanya iseng, coba-coba dll. Maka peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan para siswa hanya sampai pada batas memahami perilaku merokok saja tidak sampai mengaplikasikan pengetahuan mereka tentang perilaku merokok. Sedangkan responden lainnya merokok karenakan pengetahuan mereka yang kurang tentang perilaku merokok. Tindakan merokok pada siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah lebih banyak dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Tingkat pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan seorang siswa melakukan tindakan merokok, karena siswa yang mempunyai pengetahuan rendah tidak memahami atau tidak mengetahui dampak negatif apabila melakukan tindakan merokok dan juga sebaliknya tingkat pengetahuan yang tinggi tentang rokok, dapat menyebabkan seorang siswa menjauhi tindakan merokok karena siswa tersebut sudah mengetahui dampak apabila melakukan tindakan merokok. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada siswa. Banyaknya remaja yang merokok disebabkan kurangnya pengetahuan remaja tentang rokok. Oleh sebab itu pengetahuan tentang rokok dan bahaya-bahayanya harus ditanamkan pada siswa sejak dini, dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan kepada
58
siswa terutama tentang masalah rokok, agar siswa mengetahui bahwa rokok itu lebih banyak kerugiannya dari pada keuntungannya. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang rokok dapat dilakukan dengan membuat leafleat di sekolah dan leafleat tersebut ditempelkan di madding seokolah atau dibagikan langsung kepada siswa yang berada dilingkungan sekolah. b.
Hubungan sikap dengan tindakan merokok Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa persentase responden merokok dengan sikap negatif (92.3%) lebih banyak dibandingkan dengan yang bersikap positif (44.8%). Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tindakan merokok denga sikap, dimana nilai p = 0.000 (α < 0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dianti (2012) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan tindakan merokok siswa laki-laki di SMA Negeri 5 Padang. Dimana didapatkan persentase responden merokok yang bersikap negative (81,6%). Dalam penelitian ini, hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tindakan merokok dengan sikap, dimana p = 0,000 (α < 0,05). Sikap belum merupakan suatu suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.14
59
Sikap tidak selalu konsisten dengan perilaku karena antara sikap dan perilaku ada faktor penghubung yaitu niat, dan niat itu sendiri dipengaruhi banyak hal, baik dari dalam diri sendiri maupun karena faktor luar, misalnya tekanan sosial. Sikap juga dipengaruhi oleh kepercayaan. Apabila seseorang, dalam hal ini tidak percaya (baik dari hasil pengamatan ataupun informasi yang diterima) bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, maka kemungkinan remaja untuk berperilaku merokok adalah besar.14 Sikap dipengaruhi oleh keyakinan atau kepercayaan, emosi dan kehidupan sosial seseorang sehingga sikap akan berpengaruh terhadap tindakan seseorang. Jika seseorang menganggap dan percaya bahwa rokok tidak membahayakan, maka orang tersebut akan cenderung akan melakukan tindakan merokok dan upaya dalam pencegahan merokokpun berkurang karena dia merasa tidak dirugikan oleh rokok. Sebaliknya seseorang yang memiliki sikap positif akan menjauhi rokok dan pencegahan terhadap tindakan rokok akan baik pula.14 Dalam penelitian ini terdapat masalah yaitu terdapat 44.8% siswa yang bersikap positif terhadap rokok namun mereka juga perokok, hal tersebut sesuai dengan pernyataan mereka. Bahwa mereka sebenarnya tidak menyukai perokok karena asap rokok mereka yang ditimbulkan mengganggu orang lain, setalah ditanya kenapa mereka juga merokok. Mereka mengungkapkan ingin berhenti merokok namun belum bisa karena
60
kawannya yang lain perokok dan dengan rokok mereka bisa melupakan masalah yang ada. Berdasarkan uji statistic bivariat, hipotesis yang ada dapat diterima karena sikap negatif yang ditunjukkan responden terhadap tindakan merokok merupakan indikator yang sangat mempengaruhi tindakan merokok. Hal ini berarti sikap memberikan sumbangan yang berarti dalam tindakan merokok siswa. Apabila mempunyai teman yang merokok, sebaiknya menegur dan memberikan penjelasan kepada teman dampak dari merokok, dengan begitu kejadian merokok di SMAN 12 Padang akan menurun karena para siswanya mempunyai sikap positif yang peduli dengan temannya yang melakukan tindakan merokok. Upaya untuk mengatasi sikap negatif terhadap tindakan merokok dapat dilakukan dengan para siswa peduli dengan teman yang melakukan tindakan merokok, dengan cara menegur teman yang melakukan tindakan merokok agar tidak merokok, dan memberikan penjelasan bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan.
61
c. Hubungan teman sebaya perokok dengan tindakan merokok Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa persentase responden merokok dengan teman sebaya yang perokok (86.8%) lebih banyak dibandingkan dengan teman sebaya yang bukan perokok (53.3%). Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tindakan merokok dengan teman sebaya, dimana nilai p = 0.005 (α = < 0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri Hartati (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan teman sebaya terhadap perilaku merokok pada remaja di SMAN 97 Jakarta tahun 2013. Dimana didapatkan persentase responden merokok yang memiliki teman sebaya perokok (72.6%). Dalam penelitian ini, hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tindakan merokok dengan teman sebaya perokok, dimana p = 0,021 (α < 0,05). Teman sebaya yang merokok dapat memberikan pengaruh kepada siswa untuk merokok. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang ada, dimana tindakan merokok lebih tinggi pada teman sebaya yang merokok dibandingkan teman sebaya yang tidak merokok. Gejala merokok di kalangan remaja disebabkan oleh rasa ingin tahu atau mencoba-coba pengalaman baru, mencoba menghilangkan kejenuhan ingin dianggap lebih jantan, ingin diterima di kelompoknya atau pengaruh panutannya, misal orang tua atau kakaknya yang merokok, dimana hal tersebut ditunjang oleh mudahnya rokok didapatkan baik penjualan maupun harganya.Beberapa studi mengungkapkan seseorang mulai
62
merokok akibat pengaruh lingkungan seperti teman-teman, kawan-kawan sebaya, orang tua, saudara dan media.20 Teman sebaya adalah sekelompok yang memiliki usia yang sama , dan memiliki kelompok sosial yang sama pula, seperti teman sekolah. Memasuki masa remaja individu akan mulai belajar tentang hubungan timbal balik yang akan didapatkan ketika mereka melakuakn interaksi dengan orang lain maupun dengan temannya sendiri. Selain itu mereka juga belajar untuk mengobsevasi dengan teliti mengenai minat dan pandangan temannya, ini dilakukan agar remaja mudah ketika ingin menyatu atau beradaptasi dengan temannya.29 Alasan untuk remaja merokok pertama kali yang beragam, mulai dari mengikuti teman-temannya, perasaan gengsi yang timbul diantara teman serta dalih ingin menghargai teman, merupakan fakta yang ditemukan pada penelitian ini. Satu subyek penelitian mengaku pertama kali tertarik dengan rokok karena tertarik dengan efek yang dapat diberikan oleh rokok yakni persepsi bahwa teman yang merokok memiliki fisik yang hebat. 8 Teman sebaya dapat memberikan pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan remaja. Teman sebaya dapat memberikan pengaruh positif dan negatif. Agar dapat berpengaruh positif, maka perlu ada teman sebaya yang menjadi role model atau panutan dalam memberikan pengaruh positif tersebut yang mampu memberikan wawasan yang lebih luas kearah positif yang diharapkan. Sebagai seorang perawat terutama bagi perawat komunitas diharapkan dapat melakukan pendekatan pada mereka dengan
63
memberikan
penjelasan bahwa mencontoh perilaku teman sebaya itu
adalah perilakunya yang baik dan tidak merugikan kesehatan seperti merokok. Upaya untuk mengatasi agar tidak terpengaruh oleh teman sebaya yang perokok bias dilakukan dengan memberikan penjelasan kepada siswa yang mempunyai teman sebaya yang perokok agar mencontoh perilaku yang baik dari temannya bukannya mencontoh perilaku yang dapat merugikan diri sendiri.s
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Merokok Siswa di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015 ini didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Lebih dari separuh siswa di SMA Negeri 12 Padang melakukan tindakan merokok. 2. Kurang dari separuh siswa di SMA Negeri 12 padang berpengetahuan kurang tentang rokok. 3. Lebih dari separuh siswa di SMA Negeri padang bersikap negatif terhadap tindakan merokok 4. Lebih dari separuh siswa di SMA Negeri 12 Padang mempunyai teman sebaya perokok 5. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan merokok siswa di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015. 6. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan merokok siswa di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015. 7. Ada hubungan yang bermakna antara teman sebaya perokok dengan tindakan merokok siswa di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015
64
65
B. Saran Saran yang dapat peneliti berikan pada penelitian ini adalah 1. Kepada kepala sekolah SMAN 12 Padang. Melalui guru BK atau guru BP, agar dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang rokok, dengan cara pihak sekolah membuat leafleat tentang tindakan merokok atau spanduk tentang bahaya merokok dan dipasang di mading sekolah atau dibagikan langsung ke siswa dilingkungan sekolah, dan apabila kedapatan siswa yang merokok di perkarangan sekolah di beri sanksi atau denda sehingga siswa tidak akan melakukan tindakan merokok karena sudah ada peraturan sekolah dan jumlah perokok di SMA Negeri 12 Padang dapat dikurangi. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapakan untuk meneliti faktor-faktor yang lain
yang
dapat
mempengaruhi
tindakan
merokok
ini
dengan
menggunakan alat ukur yang lainnya seperti pengaruh lingkungan, pengaruh orang tua, media massa agar dapat mendukung hipotesis yang telah di teliti.
DAFTAR PUSTAKA 1. Saputra, Ade. 2010. Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa tentang tindakan merokok di SMA N 5 Padang Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah pada jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
2. Yohanes R. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Merokok Remaja Putra Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2005 [Skripsi]. Padang: PSIKM FK UNAND; 2005.
3. Afrida. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Merokok Siswa Laki-Laki SMU 10 Padang Tahun 2006 [Skripsi]. Padang: PSIKM FK UNAND; 2006. 4. Irene. 2012. Perkembangan di sumatera barat. http://www.slideshare.net.Diakses 15 Januari 2012 5. Notoadmodjo, soekidjo. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 6. WHO, 2008. Dalam :Pakaya, Siska. Hubungan pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa smp negeri 1 bulawa. 2013 7. Trim, 2006. Dalam :Pakaya, Siska. Hubungan pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa smp negeri 1 bulawa. 2013 8. Soetjiningsih, 2004. Dalam Agustini, Ni Nyoman Mestri & Arsani, Ni Luh Kadek Alit. Jurnal Kesehatan masyarakat :Remaja Sehat Melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Tingkat Puskesmas. 9. Kementrian Kesehatan.2010.Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. [ diakses tanggal 05 januari 2015]. http://www.depkes.go.id/HasilRiskesdas2010.pdf 10. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan :teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta
11. Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : gramedia 12. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 13. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 14. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta 15. Bustan, M.N., (2000).Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta :Rineka. Cipta 16. Hurlock, E. (2004).Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Gramedia 17. Kementrian Kesehatan.2013.Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. [ diakses tanggal 05 januari 2015]. http://www.depkes.go.id/HasilRiskesdas2013.pdf 18. Kemenkes RI.2012.Profl Kesehatan Indonesia.2012.Jakarta: Ditjen PP-PL 19. Widyastuti.2009.kesehatan reproduksi.yogyakarta: Fitra Maya 20. Sarwono.2010.psikologi remaja. Jakarta : Pt.Raja Gravid Persada 21. Ali& asrori.2009.Psikologi Remaja Pengmbangan Peserta Didik. Edisi 6.Jakarta :Pt Bumi Aksara 22. Hurlock,Elizabeth.2001.Psikologi Perkembangan Edisi ke Lima. Jakarta : Erlangga 23. Nainggolan.2009.Anda Mau Berhenti Merokok?.bandung:IPH 24. Restianty,Hetti.2008.Awas Narkoba.Jakata: Eureka Dwi Raga 25. Sofyan,Ahmad.2007.Narkoba Mengincar Anak Anda.Jakarta : Prestasi Pustaka 26. Anandita.2008.Asal Mula Rokok Dan Bahayanya.Jakarta: Eureka Dwi Raga
27. Monks.FJ.Knoer.AMP & Hadianto.2002.Pisikologi Perkembangan Dan Pengantar Dalam Berbagai Bidang.Yogyakarta.Gadjah Mada University Press
28. Nursalam. 2013.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Jakarta. Salemba Medika 29. Muta’adin, 2000. Dalam. Pakaya, Siska. Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya Terhadap Tipe Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki Usia Pertengahan Di SMAN 97 Jakarta : 2013 30. Asmani, 2012. Dalam. Pakaya, Siska. Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya Terhadap Tipe Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki Usia Pertengahan Di SMAN 97 Jakarta : 2013
LEMBAR PERSETUJUAN (infom consent)
Setelah membaca dan mendengar penjelasan tentang maksud dan tujuan peneliti : Judul
: Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan merokok Siswa di SMA N 12 Padang Tahun 2015
Oleh
: NOFRI YORIZAR
NIM
: 123110278
Status
: Mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang
Dengan ini saya menyatakan kesediaan menjadi responden dalam penelitian Tersebut. Demikian persetujuan ini saya menyatakan tanpa paksaan dari siapapun. Padang,
April 2015
Responden
(
)
PERMOHONAN KEPADA CALON RESPONDEN Kepada yth : Responden Di SMA N 12 Padang
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: NOFRI YORIZAR
NIM
: 123110278
Status
: Mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang
Semester
: VI (Enam)
Akan melakukan penelitian dengan judul : “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan merokok Siswa di SMA Negeri 12 Padang Tahun 2015 Untuk kelancaran penelitian kami mohon kesediaan sebagai responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian, serta tidak menimbulkan kerugian bagi responden.
Peneliti
NOFRI YORIZAR
KISI-KISI KUESIONER Tujuan
Variabel
Item
Nomor item pertanyaan
Untuk mengetahui
Pengetahuan
14
faktor-faktor yang
1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10,11,12,13,14
berhubungan dengan tindakan
Sikap
10
merokok siswa di
15,16,17,18,19, 20,21,22,23,24
SMAN 12 Padang Tahun 2015
Teman sebaya
1
25
1
26
perokok
Tindakan merokok
kd.-d
f m
1 Bsndb&1 1tu(.J)ldaiav6ba 3,fuioi(ydgtbdsib4d66Jildldlpdid 4 rk dpdqFb
nqslfu3
ytugLll4 diEqsd tu ruBsr4 3rdn.j!h
ifroh dh k u! hu
a@F&'nnfutd
bbtu
kayj|e6d'n
ldbF
12)
si 0Bqh& dd
r&[ d
sb]
b. rqdbFFh&k'tuM
r€ded Masi ar &6dq! di do
lokok&rdr6
: (jambu brd
o)
tutu,(lrtubd*
L rajddr
r@ldhrdbdd
c. rlndiF
brki!i!m
6 Arib lj
M4
r. rdsjd
dd Pds&
ob*pd! n'sseFdbM
! rsjdiirrdye!
j&s4
Frhk d4d dde
d6:
or@dftidePlfuLsir
o4
Fg lsebq
dr
ry $ndn@ nr.k
rdd
(iadub4
!
otu3 yrs n4hj!4
'$p b'ofu3yfgh4bj!4@bk
sutn@ obk
dqr emkk &d;id pdp@h*
aM4ghdfulsddtrbde3nbrpfu ,6 ' M 4 b f u ' 1 1 @ b k P g 6
u'Bfuya@kotpeddqdfudd:
(r)
l4'hydil+trFulFgd6h'nkridhftrckok:d.]!h:
s. Md@84td
du hr'mihi
h. k.h(elfu)...--
bgusu6FA+dolsF hgfuo@ldd+jns8hih3rbfts
$F btu
$F tu
trErehk d6u
ifthrj*i
e
$ji 5F 3r.
bo
yflg EflaBre
Jir.d.Fitddhld6{E!fu*drsFfu n4d!!
kdw
cdb dd e4s
u6r
C) p1
,6AFldd@9dndkokddmrbduffi'',l
NomorI DMrr.o4/07s357/ 201s
nB lrJh slmhd hp6ar
(ary
i @hoo klpada Bapak/rbr uDbk
adhd,ik*€db,DB,p.l,?lbukd
entsIhr ueFn edna krh.
r&-
PEMERTNTAIIKOTA PAI'ANG
DINAS PENDIDIKAN
Iserarcarae
eb
t!
.de&&rJ
3X^
lEc*Lr
rt
!^D^atp
Td4|IAFi|16lohg'h@|i6&bnE4bFo4biufu!fu*foF5#i m'dhshix4d'sMAxDPdgnfl€dgbMu:
Dlsgh@|lM liJd3Mlja6d@
&d4ldi@|fus@hu!4nhy!h
HASIL PENGOLAHAN DATA A. ANALISA UNIVARIAT 1. Tindakan merokok TM Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak merokok
19
27.9
27.9
27.9
merokok
49
72.1
72.1
100.0
Total
68
100.0
100.0
2. Tingkat pengetahuan katpengetahuan2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
pengetahuan tinggi
37
54.4
54.4
54.4
pengetahuan rendah
31
45.6
45.6
100.0
Total
68
100.0
100.0
a. Pertanyaan pengetahuan p1 Cumulative Frequency Valid
Percent
Percent
Valid Percent
Percent
1
27
39.7
39.7
39.7
2
41
60.3
60.3
100.0
Total
68
100.0
100.0
b. Pertanyaan pengetahuan p2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
12
17.6
17.6
17.6
2
34
50.0
50.0
67.6
3
12
17.6
17.6
85.3
4
10
14.7
14.7
100.0
Total
68
100.0
100.0
c. Pertanyaan pengetahuan p3 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
3
4.4
4.4
4.4
1
32
47.1
47.1
51.5
2
33
48.5
48.5
100.0
Total
68
100.0
100.0
d. Pertanyaan pengetahuan p4 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
3
4.4
4.4
4.4
1
14
20.6
20.6
25.0
2
31
45.6
45.6
70.6
3
18
26.5
26.5
97.1
4
2
2.9
2.9
100.0
68
100.0
100.0
Total
e. Pertanyaan pengetahuan p5 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
2
2.9
2.9
2.9
1
27
39.7
39.7
42.6
2
28
41.2
41.2
83.8
3
11
16.2
16.2
100.0
Total
68
100.0
100.0
f. Pertanyaan pengetahuan p6 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
3
4.4
4.4
4.4
1
29
42.6
42.6
47.1
2
32
47.1
47.1
94.1
3
4
5.9
5.9
100.0
68
100.0
100.0
Total
g. Pertanyaan pengetahuan p7 Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
0
4
5.9
6.0
6.0
1
20
29.4
29.9
35.8
2
43
63.2
64.2
100.0
Total
67
98.5
100.0
1
1.5
68
100.0
System
h. Pertanyaan pengetahuan p8 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
15
22.1
22.1
22.1
1
52
76.5
76.5
98.5
2
1
1.5
1.5
100.0
68
100.0
100.0
Total
i. Pertanyaan pengetahuan p9 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
24
35.3
35.3
35.3
1
44
64.7
64.7
100.0
Total
68
100.0
100.0
j. Pertanyaan pengetahuan p10 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
24
35.3
35.3
35.3
1
44
64.7
64.7
100.0
Total
68
100.0
100.0
k. Pertanyaan pengetahuan p11 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
21
30.9
30.9
30.9
1
47
69.1
69.1
100.0
Total
68
100.0
100.0
l. Pertanyaan pengetahuan p12 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
17
25.0
25.0
25.0
1
51
75.0
75.0
100.0
Total
68
100.0
100.0
m. Pertanyaan pengetahuan p13 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
8
11.8
11.8
11.8
1
25
36.8
36.8
48.5
2
35
51.5
51.5
100.0
Total
68
100.0
100.0
n. Pertanyaan pengetahuan p14 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
5
7.4
7.4
7.4
2
20
29.4
29.4
36.8
3
20
29.4
29.4
66.2
4
17
25.0
25.0
91.2
5
4
5.9
5.9
97.1
6
1
1.5
1.5
98.5
7
1
1.5
1.5
100.0
68
100.0
100.0
Total
3. Sikap katsikapp Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
positif
31
45.6
45.6
45.6
negatif
37
54.4
54.4
100.0
Total
68
100.0
100.0
a. Pertanyaan sikap s15 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
22
32.4
32.4
32.4
2
17
25.0
25.0
57.4
3
11
16.2
16.2
73.5
4
18
26.5
26.5
100.0
Total
68
100.0
100.0
b. Pertanyaan sikap s16 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
12
17.6
17.6
17.6
2
25
36.8
36.8
54.4
3
25
36.8
36.8
91.2
4
6
8.8
8.8
100.0
68
100.0
100.0
Total
c. Pertanyaan Sikap s17 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
3
4.4
4.4
4.4
2
37
54.4
54.4
58.8
3
19
27.9
27.9
86.8
4
9
13.2
13.2
100.0
68
100.0
100.0
Total
d. Pertanyaan Sikap s18 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
11
16.2
16.2
16.2
2
21
30.9
30.9
47.1
3
25
36.8
36.8
83.8
4
11
16.2
16.2
100.0
Total
68
100.0
100.0
e. Pertanyaan Sikap s19 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
12
17.6
17.6
17.6
2
23
33.8
33.8
51.5
3
22
32.4
32.4
83.8
4
11
16.2
16.2
100.0
Total
68
100.0
100.0
f. Pertanyaan Sikap s20 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
3
4.4
4.4
4.4
2
24
35.3
35.3
39.7
3
30
44.1
44.1
83.8
4
11
16.2
16.2
100.0
Total
68
100.0
100.0
g. Pertanyaan Sikap s21 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
1
1.5
1.5
1.5
2
15
22.1
22.1
23.5
3
32
47.1
47.1
70.6
4
20
29.4
29.4
100.0
Total
68
100.0
100.0
h. Pertanyaan Sikap s22 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
2
2.9
2.9
2.9
2
16
23.5
23.5
26.5
3
32
47.1
47.1
73.5
4
18
26.5
26.5
100.0
Total
68
100.0
100.0
i. Pertanyaan Sikap s23 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
9
13.2
13.2
13.2
2
29
42.6
42.6
55.9
3
21
30.9
30.9
86.8
4
9
13.2
13.2
100.0
68
100.0
100.0
Total
j. Pertanyaan Sikap s24 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
5
7.4
7.4
7.4
2
6
8.8
8.8
16.2
3
43
63.2
63.2
79.4
4
14
20.6
20.6
100.0
Total
68
100.0
100.0
4. Teman Sebaya TS Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak merokok
28
41.2
41.2
41.2
merokok
40
58.8
58.8
100.0
Total
68
100.0
100.0
B. ANALISA BIVARIAT 1. Hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan merokok katpengetahuan2 * TM Crosstabulation TM tidak merokok katpengetahuan2
pengetahuan tinggi
Count % within katpengetahuan2
pengetahuan rendah
Total
22
37
40.5%
59.5%
100.0%
4
27
31
12.9%
87.1%
100.0%
19
49
68
27.9%
72.1%
100.0%
Count % within katpengetahuan2
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.011
5.100
1
.024
6.764
1
.009
6.399
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.015 6.305
1
.012
68
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.66.
Total
15
Count % within katpengetahuan2
merokok
.011
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for katpengetahuan2 (pengetahuan tinggi /
4.602
1.334
15.876
3.142
1.162
8.492
.683
.506
.920
pengetahuan rendah) For cohort TM = tidak merokok For cohort TM = merokok N of Valid Cases
68
2. Hubungan sikap dengan tindakan merokok katsikapp * TM Crosstabulation TM tidak merokok katsikapp
positif
Count % within katsikapp
negatif
Count % within katsikapp
Total
Count % within katsikapp
merokok
Total
19
12
31
61.3%
38.7%
100.0%
0
37
37
.0%
100.0%
100.0%
19
49
68
27.9%
72.1%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
28.500
1
.000
39.185
1
.000
31.471 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
31.008
b
N of Valid Cases
1
.000
68
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.66. b. Computed only for a 2x2 table
3. Hubungan teman sebaya dengan tindakan merokok TS * TM Crosstabulation TM tidak merokok TS
tidak merokok
Count % within TS
merokok
Count % within TS
Total
Count % within TS
merokok
Total
3
25
28
10.7%
89.3%
100.0%
16
24
40
40.0%
60.0%
100.0%
19
49
68
27.9%
72.1%
100.0%
.000
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.008
5.637
1
.018
7.657
1
.006
7.016 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.012
Linear-by-Linear Association
6.913
b
N of Valid Cases
1
.009
68
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.82. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for TS (tidak merokok / merokok) For cohort TM = tidak merokok For cohort TM = merokok N of Valid Cases
Lower
Upper
.180
.046
.697
.268
.086
.833
1.488
1.121
1.976
68
.007
Hj. Hd
6'i4stu.M
Bhftd
FeGFeY4BdlhqbDfrsTd,6Mdlok
a/.,I
Wt9A'tt-W. rt4"1-
i/r - oi/r ',r
l.ritr::
j 14---4-*
\J/?*
<:.ih:*
--n-
ffi,,71^**
i Tdi s 6&F iDh 4 T d u D| 5
6o\
O
:s!$r
a
6s
q
q.r'
a
Gd^ !a -.5 r
\q\sa!
ry
A\5s\c'rs.
\$rr':\Dy\
,
i..dh8 *eFi srd h
H
tr
srd Fntu
(;*ttu")