POLA GRAMEEN SYARIAH UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS RUMAH TANGGA (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
Oleh:
RATIH RATNASARI NIM : 103046128239
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
POLA GRAMEEN SYARIAH UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS RUMAH TANGGA (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy) Oleh :
RATIH RATNASARI NIM. 103046128239
Pembimbing
DR. EUIS AMALIA, M. AG NIP. 197107011998032002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN Skripsi berjudul Pola Grameen Syariah Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Rumah Tangga (Studi Terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan Bagi Perempuan Miskin Oleh Koperasi Baitul Ikhtiar) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Jakarta, 16 September 2010 Dekan,
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua
: Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (..........................) NIP. 195505051982031012
Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 197407252001121001
(....................................)
Pembimbing : Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002
(....................................)
Penguji I
: Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan NIP. 150185438
(....................................)
Penguji II
: Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag. M.Si NIP. 197412132003121002
(....................................)
Abstrak Kemiskinan merupakan masalah nasional yang tidak hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah tetapi menjadi tanggungjawab bersama baik pemerintah, swasta, lembaga profesi, perguruan tinggi maupun masyarakat itu sendiri. Untuk itu, diperlukan alternatif-alternatif baru yang dapat menjamin agar seluruh anggota masyarakat menikmati manfaat dari pertumbuhan ekonomi berdasarkan pendekatan holistik pada setiap aspek pembangunan yang berupa pemberdayaan. Pemberdayaan itu sendiri merupakan upaya untuk membangun daya dengan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berusaha untuk mengembangkannya. Metode Grameen Bank merupakan program penyaluran kredit mikro yang ditujukan bagi golongan masyarakat miskin (terutama perempuan miskin) di pedesaan. Sejak diluncurkan pertama kali di Bangladesh, telah banyak memberikan dampak positif bagi pemanfaatnya, sehingga mengundang banyak negara untuk mengadopsi program ini termasuk Indonesia. Saat ini upaya penanggulangan kemiskinan telah banyak dilakukan baik oleh lembaga yang dibentuk pemerintah maupun swasta dengan cara memberikan pelayanan dalam bentuk bantuan kredit kepada golongan masyarakat miskin khususnya di pedesaan. Upaya pengentasan kemiskinan tidak akan berjalan optimal bila tidak disertai usaha penghapusan diskriminasi gender. Karena ada kecenderungan pembangunan selama ini terfokus pada laki-laki dan perempuan, tetapi jarang sekali yang melibatkan keduanya sekaligus. Sebagai lembaga keuangan mikro, Koperasi Baitul Ikhtiar dalam kegiatannya menerapkan metode Grameen Bank dalam menyalurkan bantuan kredit modal usaha kepada masyarakat kecil dan sektor informal, dengan menerapkan prinsip syariah dengan nama Grameen Syariah. Atas dasar hal tersebut penelitian ini memfokuskan permasalahan pada tiga hal yaitu; (1)Bagaimana pola Grameen Syariah pada Koperasi Baitul Ikhtiar, (2)Bagaimana dampak pola Grameen Syari’ah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin terutama kelompok perempuan. Dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan studi eksplorasi untuk mencari kejelasan terhadap subjek langsung. Sedangkan data akan diolah dengan membuat dan memasukan data ke dalam tabel frekuensi. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan langsung membuat presentase, sehingga akan langsung diketahui jumlahnya (sesuai proporsi jawaban sampel) dengan rumus: P = F/N x 100%. Wawancara dilakukan secara mendalam terhadap informan penelitian yang terdiri dari pihak Koperasi Baitul Ikhtiar sebagai pelaksana program, masyarakat sebagai peserta program (anggota majlis). Selain itu untuk lebih memperkuat informasi yang didapatkan dilakukan juga pengamatan terhadap proses pelaksanaan metode Grameen
Syariah di lapangan dan studi terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola Grameen Syariah yang dijalankan Koperasi Baitul Ikhtiar, pada dasarnya sama dengan apa yang ada pada Grameen Bank, namun yang membedakan adalah prinsip yang mendasarinya yaitu pelarangan riba dan pengembangan transaksi syariah. Dalam hal ini instrumen bunga yang dikembangkan dalam ekonomi konvensional sebagai satu-satunya parameter dalam sistem keuangannya merupakan hal yang bertolak belakang dengan sistem ekonomi Islam. Penerapan metode Grameen Syariah oleh kopersai Baitul Ikhtiar juga telah mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, baik manfaat secara ekonomi yakni adanya peningkatan usaha dan pendapatan anggota, maupun manfaat bagi kehidupan sosial masyarakat seperti adanya perubahan sikap para anggota khususnya dalam bentuk solidaritas antar sesama dan munculnya kebiasaan menabung di kalangan anggota, meningkatnya harga diri dan kepercayaan diri serta kemampuan dalam melakukan interaksi sosial Koperasi Baitul Ikhtiar perlu menambah materi pendampingan tentang kewirausahaan agar para anggota memiliki pemikiran yang kreatif dan inovatif. Dari sisi produk juga perlu ditingkatkan, tidak hanya simpan, pinjam dan pembiayaan, tetapi ditambah dengan adanya simpanan berjangka untuk melatih anggota agar dapat mengukur dan merencanakan kebutuhan keuangan untuk masa depan.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, atau merupakan hasil jiplakkan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, September 2010
Ratih Ratnasari
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh gelar sarjana pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mengingat keterbatasan dan kekurangan, penulis menyadari yang penulis sajikan
dengan
PEMBERDAYAAN
judul
:
POLA
EKONOMI
GRAMEEN
SYARIAH
UNTUK
MASYARAKAT
BERBASIS
RUMAH
TANGGA (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor) mungkin masih jauh dari sempurna, tetapi penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dari pengetahuan yang penulis miliki. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Euis Amalia, M. Ag selaku Ketua Jurusan Muamalat Perbakan Syariah Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Dr. Euis Amalia, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Titin Prasetyawati selaku manajer Koperasi Baitul Ikhtiar yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian. 5. Rekan-rekan Koperasi BAIK yang telah membantu memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna penyusunan skripsi ini. 6. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mahfud Hamdani & Ibu Titin Suhartini yang tak henti-hentinya berdoa dan memberikan kasih sayang dengan tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Suamiku R. Yudhi Kurnia Hidayat & Putraku tersayang Muhammad Wijdan Firdaus yang selalu menghadirkan semangat di kala penat mulai menghampiri. 8. Untuk seluruh keluargaku, kakak-kakakku A Darwis, Teh Ira, Teh Melva, Teh Maria, dan adik-adikku Soni, Indah, R. Yan serta keponakan-keponakanku yang lucu-lucu (Aa Rizal, Teh Naila, Neng Elsa, Aa Arkan, Ghinal, Nanda, Dwi, De Ibnu). Serta Mama (mertua), terimakasih atas doa dan pengertiannya untuk selalu menjaga Wijdan saat penulis disibukan untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Keluarga besar KBMT Khidmatul Ummah tempat penulis bekerja. Kepada Bapak Ir. Dudin Fahrudin (Manajer) dan Mba Erna Indriastuti,SE (Ka Oprs)
viii
yang telah banyak memberikan pengertian dan keleluasaan izin bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Untuk teman-teman PS A angkatan 2003, terima kasih atas dukungan dan doa dari tema-teman semua. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta membalas segala amal kebaikannya yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi materi maupun sistematikanya yang jauh dari sempurna yang disebabkan oleh pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Ciputat, September 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR ISI ............................................................................................................. x DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 9 D. Perumusan Masalah ....................................................................... 9 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9 F. Metode Penelitian .......................................................................... 10 G. Review Kajian Terdahulu .............................................................. 14 H. Sistematika Penulisan .................................................................... 16
BAB II
KERANGKA TEORI ............................................................................. 18 A. Pemberdayaan Ekonomi................................................................ 18 1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi ....................................... 18 2. Paradigma dan Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin ........................................................................ 20 3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ........................ 24 4. Kemiskinan dan Klasifikasinya............................................... 29
x
B. Perempuan dalam Pemberdayaan Ekonomi .................................. 33 C. Kelompok Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ..................................................................................... 35 1. Pengertian Kelompok .............................................................. 36 2. Manfaat Kelompok Bagi Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ............................................................................... 36
BAB III GAMBARAN UMUM ...................................................................... 40 A. Gambaran Umum Grameen Bank ....................................................... 40 1. Sejarah Singkat Lahirnya Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin ‘Gramen Bank’ ........................................ 40 2. Pola Pinjaman Kelompok dalam Program Grameen Bank .... 45 3. Produk daan Layanan Keuangan Grameen Bank.................... 50 B. Gambaran Umum Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK)......................... 55 1. Profil Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) ..................................... 56 2. Laporan Kinerja Keuangan Koperasi Baitul Ikhtiar ................ 68 3. Laporan Tingkat Pengembalian Pembiayaan pada Anggota Koperasi BAIK / Kolektabilitas / PAR .......................... 70 C. Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syariah yang dijalankan Koperasi BAIK ........................................................... 71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 75 A. Deskripsi Data Responden ............................................................ 75 xi
1. Tingkat Pendidikan Responden .............................................. 75 2. Pendapatan Rumah Tangga ..................................................... 76 B. Pola Grameen Syariah sebagai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin ........................................................................ 77 1.
Rekrutment Anggota .............................................................. 77 a.
Assement Wilayah........................................................... 77
b.
Uji Kelayakan (UK) ........................................................ 79
c.
Latihan Wajib Kelompok (LWK) ................................... 79
2.
Pendampingan Kelompok ...................................................... 81
3.
Konsep Tanggung Renteng .................................................... 85
C. Dampak Pendampingan bagi Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar .... 86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 96 A. Kesimpulan ..................................................................................... 96 B. Saran ............................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 2. Tabel 3.1 3. Tabel 3.2 4. Tabel 3.3 5. 6. 7. 8. 9.
Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3
10. Tabel 4.4 11. Tabel 4.5 12. Tabel 4.6 13. Tabel 4.7 14. Tabel 4.8 15. Tabel 4.9
Data-Data Penelitian Tentang Grameen Bank ................................... 15 Suku Bunga Grameen Bank ............................................................... 45 Gambaran atas Produk Pinjaman dalam Sistem Klasik Versus Sistem Generalisasi ................................................................51 Tinjauan atas Produk Tabungan dalam Sistem klasik Versus Sistem Generalisasi ................................................................54 Pengategorian Doping ........................................................................ 66 Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syariah ......................... 72 Tingkat Pendidikan Responden .......................................................... 76 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Responden ................................ 77 Pengaruh Pembiayaan yang didapat terhadap Perkembangan Usaha ......................................................................... 87 Pengaruh Pembiayaan yang di dapat terhadap Peningkatan Pendapatan.......................................................................................... 88 Peningkatan Pendapatan Anggota ...................................................... 88 Insensitas Menabung dalam setiap Pertemuan Mingguan ................. 91 Besar Tabungan Anggota Perminggu ................................................. 92 Pengaruh Pendampingan terhadap Peningkatan Pengetahuan ........... 93 Pengaruh Pendampingan Terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri ................................................................................ 95
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masyarakat miskin selama ini belum terjangkau oleh lembaga keuangan formal. Padahal, banyak usaha produktif pada usaha mikro yang digeluti oleh orang-orang miskin yang potensial untuk dibiayai. Kalau usaha-usaha tersebut mendapatkan pembiayaan sekaligus bantuan teknis berupa pendampingan, tentu akan terbuka peluang untuk lebih berkembang, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang akhirnya lepas dari jeratan kemiskinan. Secara nasional pemerintah berupaya melakukan berbagai tindakan dalam menanggulangi masalah kemiskinan di antaranya melalui program jaring pengaman sosial (JPS) atau social safety net (SSN) dan program kompensasi (CP) yang dipadu dengan Program Penanggulangan Kemiskinan atau Poverty Allevation (PA), Program Modal Awal dan Padanan (MAP) bagi UKMK serta P2KP dalam hal ini kaum miskin di perkotaan yang mempunyai usaha produktif, diberikan bantuan pembiayaan berupa dana bergulir, sekaligus diberikan pendampingan agar dana tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan usahanya. 1
1
Agus Hidayat, Program Dana Berguli, diakses pada tanggal 22 Juni 2008 dari http://www.sentrakukm.com
1
2
Pada upaya penanganan masalah kemiskinan di tahun 2009, pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) telah menjangkau 3.362 KK dengan guliran dana sebesar Rp 500.000,-/ KK atau meningkat 1.112 KK dari jumlah penerima di tahun 2008 sebanyak 2.150 KK. Total dana guliran pun meningkat sebesar Rp506.000.000,00
dari
Rp1.075.000.000,00
di
tahun
2008
menjadi
Rp1.681.000.000,00 di tahun 2009. Pelaksanaan KUBE pun telah berjalan relatif baik karena tingkat pengembalian dana guliran hampir mencapai 100 %. Selain itu, juga telah diselenggarakan serangkaian pelatihan bagi gakin yang menjadi sasaran program dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan, seperti potong rambut, sablon, menjahit, budi daya sayuran, dan pasca panen sayuran. Penyaluran beras gakin yang di tahun 2009 telah mencapai 7.936.785 kg atau sekitar 99 % dari target sebesar 8.017.200 kg dan telah disalurkan kepada 44.540 KK miskin yang terdiri dari 42.328 KK layak dan 2.212 KK tambahan. 2 Pada urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah (KUKM), ada beberapa indikator positif yang di antaranya tergambar dari peningkatan rata-rata omset KUKM sebesar 160,9% atau Rp 226.427.662,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp 140.871.525,00. Begitu pun dengan jumlah UKM yang
2
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5644&Itemid=62&limit= 1&limitstart=0
3
mencapai 32.256 unit, atau sekitar 139 % dari target jumlah UKM sebanyak 25.326 unit. 3 Pada saat yang sama, jumlah koperasi di tahun 2009 telah memenuhi target yaitu sebesar 100,01% atau 758 unit koperasi dari 757 koperasi yang ditargetkan. Namun dari jumlah tersebut, koperasi yang aktif hanya mencapai 32 % atau sekitar 243 koperasi. 4 Sedangkan dalam upaya pemberdayaan Koperasi Pembiayaan Ekonomi Kelurahan (KPEK) telah dilakukan diberikan bantuan permodalan kepada 9 KPEK sebesar Rp10.000.000,00 per KPEK. Jadi, sampai dengan tahun 2009, jumlah KPEK yang telah menerima bantuan sampai dengan tahun 2009, ada sebanyak 35 KPEK dari 68 KPEK se-Kota Bogor. 5 Keberhasilan Muhamad Yunus – seorang dosen Ekonomi di Universitas Chittagong, Banglades – melalui proyek percontohan Grameen Bank ’bank pemberdayaan kaum miskin’ memberikan banyak inspirasi bagi para pelaku ekonomi mikro serta lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat miskin di berbagai belahan dunia untuk mengadopsi program tersebut sebagai alternatif baru dalam pengembangan serta pemberdayaan keuangan mikro masyarakat
3
Ibid., 4 Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5644&Itemid=62&limit= 1&limitstart=0 5
Ibid.,
4
miskin untuk mengeluarkannya dari garis kemiskinan serta meningkatkan kualitas hidupnya. Menarik bahwa fokus ataupun objek yang menjadi sasaran dalam program ini adalah para perempuan-perempuan yang sebelumnya dianggap inferior dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang pada akhirnya mendapat kesempatan untuk turut berkiprah secara mandiri. Kaum perempuan pun masih menghadapi masalah dengan properti yang dapat dijadikan jaminan mendapatkan dana bagi usaha mereka. Pada umumnya properti yang dapat diterima bank sebagai jaminan adalah tanah, rumah, dan kendaraan yang terdaftar atas nama suami. Sehingga pihak istri tidak memiliki akses atas bukti kepemilikan properti tersebut. Persyaratan ini sungguh tidak menguntungkan perempuan karena mereka dengan sendirinya tidak mempunyai posisi tawar yang baik dalam keluarga, apalagi bila dia sudah hidup terpisah dari suami. Namun lain halnya di Grameen Bank, sebagaimana dikatakan Yunus bahwa dalam perbincangannya dengan manajer kantor cabang Janata Bank “Orang paling miskin diantara kaum miskin bekerja dua belas jam sehari. Mereka perlu menjual sesuatu guna memperoleh penghasilan buat dimakan. Mereka sangat punya alasan untuk membayar kembali, yakni untuk mendapat pinjman lagi dan bisa melanjutkan hidup esok harinya. Itu jaminan terbaik yang bisa anda
5
dapatkan: nyawa mereka”. 6 Pembayaran kembali pinjaman oleh para peminjam tanpa agunan ini terbukti jauh lebih baik ketimbang mereka yang pinjamannya dijamin oleh asset. Lebih dari 98 % pinjaman dilunasi. Kaum miskin tahu bahwa ini adalah satu-satunya peluang mereka untuk keluar dari kemiskinan. 7 Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya telah berhasil membuktikan bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa berjalan. Salah satu ciri unik Grameen Bank adalah pola pemberian kreditnya yang disandarkan pada pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu kelompok terdiri dari lima orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating ini. 8 Filsafat manusia yang menopang Grameen Bank cukup menarik yaitu bahwa kemiskinan menurut filosofi itu bukan disebabkan absennya keterampilan (skill), karena keterampilan tidak berbanding lurus dengan kualitas hidup seseorang. Dengan kata lain, keterampilan bukan ukuran posisi sosio-ekonomi seseorang. Filosof Rawls menyebutnya sebagai hasil lotre alam. Keterampilan pun memerlukan dana untuk menatanya. Sementara orang miskin tidak memiliki cukup dana untuk itu. Kalaupun ada, dana itu berupa sumbangan yang tidak menuntut pertanggungjawaban, bahkan menciptakan ketergantungan. Padahal, 6
Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, (Tangerang: Marjin Kiri, 2007) h. 53
7
Ibid., h. 57 8
Dono Widiatmoko”Nobel untuk Muhammad Yunus dan Grameen Bank” diakses pada 22 Juni 2008 dari http://donowidiatmoko.wordpress.com/2006/10/13/
6
menurut filosofi Grameen Bank, keluarnya seseorang dari kemiskinan menuntut inisiatif dan kreativitas. 9 Hal tersebut sejalan dengan firman Allah :
﴾١١ : ﴿اﻟﺮﻋﺪ Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’d : 11) Keberhasilan Grameen Bank di Bangladesh ini selayaknya menjadi bahan pembelajaran bagi kita. Selama ini yang menjadi fokus pembangunan adalah bagaimana menarik modal asing dan seakan melupakan potensi ekonomi kaum miskin pedesaan di Indonesia. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mereka tidak selayaknya menjadi kelompok yang dilupakan dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia. Sudah lama mereka dilupakan dan sudah saatnya mereka dibantu untuk bangun. Namun Islam sebagai suatu sistem hidup yang komprehersip dan kaffah mewajibkan para pemeluknya untuk menjadikannya sebagai sumber pedoman dan referensi utama dalam setiap aspek kehidupan dari mulai urusan Aqidah, Syariah, Sosial dan Ekonomi. Wahyu ilahi yang terwujud dalam al-Quran dan Sunnah menjadi sumber kajian ekonomi Islam yang syarat dengan nilai-nilai dan prinsip-
9
Donny Gahral Adian, Grameen Bank, Bank Kaum Miskin, artikel.
7
⌧
☺ ﴾٨: ﴿اﻟﻤﺎﺋﺪة
☺
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah: 8) Dari uraian tersebut maka penelitian ini ingin mengambarkan pola pemberdayaan masyarakat miskin serta dampaknya bagi kaum miskin dengan mengaplikasikan program ”Grameen Bank” bank pemberdayaan kaum miskin di Bangladesh namun dalam prakteknya tetap berada dalam jalur nilai-nilai dan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan tidak melanggar syariat.
8
Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk membahas permasalahan tersebut ke dalam suatu penelitian sebagai karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ”POLA GRAMEEN SYARIAH UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS RUMAH TANGGA (Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar di Bogor)”.
B. Identifikasi Masalah Sebelum dapat dirumuskan masalah penelitian perlu dibuat identifikasi masalah. Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang ada pada objek yang diteliti antara lain: 1. Banyak LKM / LKMS yang tidak dapat menjangkau dan melanyani lebih banyak orang miskin. 2. Bank tidak memberikan kredit maupun pembiayaan bagi mereka yang tidak memiliki agunan (collateral). 3. Keterbatasan akses masyarakat miskin untuk menjangkau lembaga keuangan. 4. Kultur ketergantungan yang masih menjadi habitus masyarakat yang menghalangi tertanamnya karakter kemandirian (self-reliance) dalam benak sosial masyarakat. 5. Semakin tinggi tingkat kebutuhan hidup dengan penghasilan yang masih belum bisa mencukupi, mengharuskan para perempuan untuk membantu
9
para suami untuk mencari sumber kehidupan / nafkah untuk membantu menunjang penghasilan para suami.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah maka penelitian ini dibatasi menjadi: 1. Gambaran pola Grameen Syariah melalui pendampingan kelompok pembiayaan bagi perempuan miskin pada Koperasi Baitul Ikhtiar. 2. Dampak pola Grameen Syariah melalui pendampingan kelompok terhadap kualitas hidup perempuan dalam rumah tangga.
D. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Agar penelitian lebih terarah maka diperlukan rumusan masalah untuk memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut. Perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pola Grameen Syariah pada Koperasi Baitul Ikhtiar? 2. Bagaimana dampak pola Grameen Syari’ah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin terutama kelompok perempuan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
10
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan yang ingin dicapai adalah agar hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam upaya memberdayaan masyarakat miskin sesuai nilai-nilai ekonomi Islam serta meningkatkan penghargaan terhadap posisi kaum perempuan dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan lingkungan sosial ekonomi sehingga tercipta rumah tangga yang sakinah, mawahdah, warahmah. Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis, yaitu sebagai tambahan pengetahuan tentang pendekatan program-program untuk pemberdayaan dengan pendekatan keuangan mikro syariah/Grameen Syari’ah. 2. Manfaat praktis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
tambahan
tentang
program-progran
pengembangan
serta
pemberdayaan masyarakat miskin melalui pendekatan Grameen Syari’ah. Lebih jauh, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dalam strategi pemberdayaan ekonomi perempuan bagi institusi pemerintah.
F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan studi eksplorasi untuk mencari kejelasan terhadap subjek langsung. 1. Lokasi Penelitian
11
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) yang beralamat di Jalan Gagak Blok EE Komplek Taman Pagelaran Ciomas Bogor.
2. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument peneliti sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Adapun intrumen lain yang dapat digunakan untuk melengkapi operasional penelitian yaitu buku catatan, alat perekam, dan camera. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. 3. Teknik pengambilan sampel Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, yaitu anggota yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari enam majlis di wilayah Ciaruteun. Informan yang dipilih merupakan anggota yang sudah mendapat
12
fasilitas pembiayaan dari koperasi BAIK sebanyak tiga kali (tiga tahun) dengan Jatuh tempo pada semester pertama di tahun 2010.
4. Teknik Pengumpulan Data Data dan informasi dalam penelitian ini adalah data primer sebagian data utama dan data-data sekunder sebagai data penunjang. Data primer tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. a. Observasi Dengan cara melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematis terhadap semua yang dibutuhkan nantinya dalam membahas dan mengolah data. Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi proses rekrutmen anggota (CHI, LWK, UK), kegiatan pertemuan mingguan, meliputi aktivitas yang dilakukan dalam peretemuan mingguan dan isi dari kegiatan pendampingan. Termasuk di dalamnya penelitian terhadap dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan maksud dan tujuan penelitian berupa data awal anggota kelompok (mencakup informasi tentang profil keluarga dan keuangan rumah tangga anggota). Observasi yang digunakan yaitu observasi nonpartisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya
13
mengamati dengan mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan dari aktivitas orang-orang yang sedang diamati. 10
b. Wawancara (Interview) Yaitu mengadakan wawancara dengan pihak yang berperan dalam lembaga yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara terstruktur, berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Teknik wawancara terstruktur digunakan pada informan yang menjadi objek penelitian. Sedangkan wawancara tidak terstruktur diberikan kepada praktisi atau pihak lembaga. c. Studi Dokumentasi Mengadakan studi kepustakaan melalui pengkajian buku, majalah, surat kabar,
jurnal
dan
bahan-bahan
lain
yang
berhubungan
dengan
permasalahan yang diteliti. 5. Teknik Analisis Data Selanjutnya adalah analisa data yang merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahanbahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-
10
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitratif dan R & D, (Bandung: Alfabeta 2008), h. 145
14
bahan tersebut agar dapat dipresentasikan kepada orang lain. Dalam penelitian kualitatif ini, analisis dilakukan sebelum di lapangan, selama di lapangan, saat pengumpulan data, dan setelah selesai pengumpulan data. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis statistik Deskriptif
dengan
menggunakan
distribusi
frekuensi
kemudian
ditarik
kesimpulan. Data akan diolah dengan membuat dan memasukan data ke dalam tabel frekuensi. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan langsung membuat presentase, sehingga akan langsung diketahui jumlahnya (sesuai proporsi jawaban sampel) dengan rumus: P = F/N x 100 % Dimana : P = Presentase F = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya N = Number of case (banyaknya sampel)
G. Review Kajian Terdahulu Kajian penelitian tentang Grameen Bank telah banyak dilakukan, diantaranya
penelitian
dengan
judul
”Grameen
Bank
Sebagai
Upaya
Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah, kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi)” 11 . Dalam penelitian yang ditulis oleh Rahman Nidi Burhan, objek yang 11
Rahman Nidi Burhan. ” Grameen Bank Sebagai Upaya Penanggulanga Kemiskinan (Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah,
15
di teliti lebih kepada bagaimana penerapan methode Grameen Bank serta manfaat yang dirasakan oleh para anggotanya. Lebih jauh, penelitian yang dilakukan di desa cibarusah ini dilengkapi dengan kendala-kendala yang dihadapinya.
Tabel 1.1 Data-Data Penelitian Tentang Grameen Bank No 1
2
Judul Penelitian Grameen Bank Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah, kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi Analisa pemanfaatan dana proyek pola grameen bank terhadap masyarakat miskin di pedesaan (Di Desa Bangoan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulung Agung)
Penulis Rahman Nidi Burhan
Endah Purwanti/2002
Pada dasarnya penelitian tersebut hampir sama dengan kajian yang penulis angkat. Adapun yang membedakan yaitu bagaimana penerapan nilai-nilai ekonomi Islam pada methode Grameen Bank. Endah Purwanti, “Analisa pemanfaatan dana proyek pola Grameen Bank terhadap masyarakat miskin di pedesaan”. 12 Penelitian yang dilakukan Endah Purwanti merupakan penerapan dari jenis penelitian survei melalui observasi yang dilakukan pada P2KP Pola Grameen Bank. Adapun tujuan yang ingin dicapai
kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi)” diakses pada 22 Juni 2008 dari http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/abstrak.jsp?id=80030&lokasi=lokal 12 Endah Purwanti, “Analisa Pemanfaatan dana proyek pola Grameen Gank terhadap masyarakat miskin di pedesaan” diakses tanggal 29 Oktober 2008 dari http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-endah-8779grameen_ba&q=Desa
16
pada penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan pada objek penelitian, ditinjau dari faktor: permodalan dan faktor rentabilitas. Sedangkan untuk mengetahui perubahan pendapatan anggota binaan (nasabah) P2KP Pola Grameen Bank, teknik yang digunakan adalah wawancara dan quisioner pada responden. Alat analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik analisa statistik Uji-t untuk didapat kesimpulan apakah menerima hipotesis atau menolak hipotesis.
H. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skipsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007. Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini, penyusun menguraikan secara singkat sebagai berikut. BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan antara lain latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, tinjauan kajian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II
KERANGKA TEORI
17
Pada bab ini diuraikan definisi pemberdayaan ekonomi, perempuan dalam pemberdayaan ekonomi serta kelompok sebagai upaya pemberdayaan ekonomi perempuan. BAB III
GAMBARAN UMUM Pada bab ini mengemukakan gambaran umum Grameen Bank dan Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) dengan praktek Grameen Syariahnya serta Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syari’ah yang dijalankan Koperasi BAIK.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan deskripsi data responden, pola Grameen Syariah sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, dampak pendampingan bagi anggota Koperasi Baitul Ikhtiar.
BAB V
PENUTUP Pada bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran yang dikemukakan dari pembahasan.
18
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pemberdayaan Ekonomi 1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber
kreativitas.
Dalam
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia
kata
pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. 13 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat, untuk memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan. 14
13
Lili Bariadi, Muhamad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Cet 1 Jakarta: CED, 2005,
14
Ibid., h. 53-54.
h.53
19
Kata pemberdayaan (empowerment) mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh atau kuat. Menurut Rappaport (1985), praktek dan kegiatan yang berbasiskan pemberdayaan adalah bahasa pertolongan yang diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut kemudian mengkomunikasikan kekuatan yang tangguh untuk mengubah hal-hal yang terkandung dalam diri kita (inner space), orang-orang lain yang kita anggap penting, serta masyarakat yang di sekitar kita. Elaborasi dari pemikiran tersebut, secara keseluruhan, akan dapat memperkaya dan menjiwai pemahaman global mengenai pemberdayaan sehingga akan membawa dampak yang sangat luas baik terhadap kecenderungan primer maupun sekunder dari makna pemberdayaan. 15 Proses
pemberdayaan
mengandung
dua
kecenderungan,
yaitu
kecenderungan primer dan kecenderungan sekunder. 16 a. Kecenderungan primer; merupakan proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun asset
15
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat,(Bandung : Humaniora Utama Press), Cet. Kedua, h.43. 16
Ibid., h. 43-44.
20
material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi (Oakley dan Marsden, 1984). b. Kecenderungan sekunder; menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog sesungguhnya di antara kedua proses tersebut. Jadi pemberdayaan ekonomi masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi menuntut adanya dinamika masyarakat dalam meningkatkan income per capita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi ekonomi di masa mendatang.
2. Paradigma dan Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Menurut Departemen Sosial RI, terdapat perbedaan paradigma pemberdayaan fakir miskin masa lalu dan masa kini, di antaranya sebagai berikut. 17 a. Pembangunan menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan yang memposisikan fakir miskin sebagai pelaku aktif dan memberikan apresiasi yang layak terhadap potensi dan sumber yang dimilikinya. Paradigma
17
Departemen Sosial RI, Panduan Umum Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Departemen Sosial RI, 2005), hal 34-36.
21
pembangunan pada masa lalu menempatkan fakir miskin sebagai objek pembangunan yang memposisikan fakir miskin sebagai penerima bantuan sosial yang pasif dan diberikan atas dasar belas kasihan (charity). b. Hasil pembangunan selayaknya dinikmati oleh seluruh masyarakat sehingga rakyat miskin mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk dapat akses terhadap sumber daya pembangunan. Paradigma pembangunan pada masa lalu, hasil-hasil pembangunan lebih dinikmati oleh sebagian kecil kelompok masyarakat yang mampu. c. Pembangunan mengaktualisasikan potensi dan budaya lokal sehingga nilai-nilai sosial budaya, seperti kesetiakawanan sosial dan gotong royong, dioptimalkan sebagai modal dasar dalam menciptakan tanggung jawab sosial.
Paradigma
pembangunan
pada
masa
lalu
cenderung
menyeragamkan model pembangunan dan mengabaikan potensi dan budaya lokal, sehingga beresiko ketergantungan fakir miskin terhadap bantuan-bantuan yang datang dari luar dan pengabaian potensi sosial ekonomi yang dimiliki. d. Pelayanan sosial dasar disediakan untuk semua warga negara sehingga aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar seharusnya terbuka bagi semua pihak (universal approach), termasuk fakir miskin yang selama ini termarginalkan. Paradigma pembangunan pada masa lalu, pelayanan sosial dasar relatif hanya bisa dijangkau oleh masyarakat yang mampu atau masyarakat miskin yang terseleksi (narrow targeting approach).
22
e. Pemberdayaan fakir miskin menjadi komitmen bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, maka kebijakan, strategi dan program pemberdayaan fakir miskin menjadi kewenangan bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, serta adanya pembagian peran yang jelas. Paradigma pembangunan pada masa lalu, terutama pada masa
sentralistik,
penanganan
kemiskinan
menjadi
kewenangan
pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah cenderung sebagai pelaksana. f. Pendekatan pemberdayaan fakir miskin dilakukan secara individual, keluarga, kelompok, dan komunitas secara terpadu dengan variasi fasilitas yang diberikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan fakir miskin, termasuk memberikan akses pada sumber modal usaha dalam wujud uang. Paradigma pembangunan pada masa lalu, penanganan fakir miskin lebih ditekankan pada pendekatan kelompok. Jenis bantuannya seragam dan berwujud barang/peralatan. Dalam melaksanakan pemberdayaan tentu banyak konsep dan cara dengan berbagai bentuk pendekatan yang dilakukan. Korten Carner (1993) menyatakan: “ konsep pembangunan berpusat pada rakyat memandang inisiatif, kreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang paling
23
utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan”. 18 Oleh
karena
itu
menurut
Erik
Syehabudin,
dalam
konsep
pemberdayaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.19 a. Kepercayaan (trust) dari masyarakat diyakini secara benar (objektif) dan tidak bersifat semu (kamuplase) pada pelaku-pelaku pemberdayaan. Sehingga terbentuk suatu image positif dalam setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan. b. Substansi program atau kegiatan selalu mengedepankan kebutuhan masyarakat dengan cara bottom-up (usulan dari bawah) dengan realisasi kegiatan bertahap sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki. c. Koordinasi sektor dan lintas sektor artinya bahwa suatu program yang akan dilaksanakan idealnya dapat diterima oleh semua pihak dan adanya rasa memiliki yang utuh dan tidak ada lagi istilah egosektoral yang hanya melakukan koordinasi dengan pihak-pihak tertentu yang dianggap lebih menguntungkan (profit oriented) secara sepihak. Secara harfiah koordinasi lebih luas daripada kebersamaan dan tidak setiap kebersamaan adalah koordinasi.
18
Erik Syehabudin, “Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan”, Artikel diakses pada 29 oktober 2008 dari http://www.radarbanten.com 19
Ibid.,
24
d. Penilaian awal dan akhir kegiatan, maksudnya di awal (pra kegiatan) harus dapat mempersiapkan dengan matang segala hal yang dibutuhkan, sedangkan di akhir kegiatan yakni melaksanakan evaluasi secara menyeluruh perihal tepat-tidaknya kegiatan tersebut pada sasaran yang direncanakan. e. Pembinaan lanjutan (pasca kegiatan) dengan selalu dilakukan jadwal pembinaan rutin. Sehingga pekerjaan tersebut dapat diukur tingkat keberhasilannya serta efektivitas capaian kegiatan tidak sekedar melakasanakan kegiatan saja.
3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Secara umum, pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dibagi menjadi empat strategi, yaitu sebagai berikut. 20 a. The Growth Strategy: Penerapan strategi pertumbuhan ekonomi masyarakat pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan pendapatan yang cepat dalam nilai ekonomis melalui peningkatan pendapatan per kapita penduduk, produktivitas, sektor pertanian, permodalan dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat, terutama di pedesaan. Pada awalnya strategi itu di anggap efektif. Tetapi karena economic oriented sementara kaidah-kaidah
20
Lili Bariadi, Muhamad Zen, M. Hudri., Zakat dan Wirausaha, h.58-59
25
b. The welfare strategy: Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Tetapi karena tidak dibarengi dengan pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam diri masyarakat, maka yang terjadi adalah tingginya sikap ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. c. The responsive strategy: Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan. Namun, hal itu tidak diimbangi
dengan
kesiapan
masyarakat
dalam
menerima
dan
mengfungsikan teknologi itu sendiri, akibatnya teknologi yang dipakai dalam penerapan strategi ini menjadi disfungsional. d. The Integrated or Holistic Strategy: Dalam strategi ini, terdapat tiga prinsip dasar sebagai konsep kombinasi dari unsur-unsur pokok ketiga strategis di atas, yaitu : 1) Persamaan, keadilan, pemerataan dan partisipasi merupakan bantuan yang secara eksplisit harus ada dari strategi menyeluruh, maka badan publik yang ditugasi untuk melaksanakan harus; a) Memahami dinamika sosial masyarakat sebagai intervensinya. b) Intervensi dilakukan untuk memperkokoh kemampuan masyarakat sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, serta untuk
26
mengambil langkah-langkah instrumental yang membutuhkan kemampuan aparatur untuk melakukan intervensi sosial. 2) Memerlukan perubahan-perubahan mendasar, baik dalam komitmen maupun dalam gaya dan cara bekerja, maka badan publik yang belum memiliki kemampuan intervensi sosial akan memerlukan pemimpin yang kuat komitmen pribadinya terhadap tercapainya tujuan dari strategi holistik tersebut yakni untuk: a) Menentukan arah nilai organisasi, energi dan proses menuju strategi. b) Memelihara integritas organisasi yang didukung oleh institusional leadership. 3) Keterlibatan badan publik dan organisasi sosial secara terpadu, maka memerlukan suatu pedoman untuk memfungsikan organisasi yang bertugas antara lain: a) Membangun dan memelihara perspektif menyeluruh b) Melaksanakan
rekrutmen
dan
pengembangan
pimpinan
kelembagaan, dan c) Membuat mekanisme kontrol untuk mengatur saling keterkaitan (interdependensi) antara organisasi formal dan informal melalui system management strategis.
27
Sedangkan pendekatan yang digunakan Islam dalam pemberdayaan masyarakat miskin secara garis besar ada tiga, yaitu sebagai berikut. 21 a. Pendekatan parsial kontinu, yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat miskin yang dilakukan secara langsung hal ini diberikan terutama kepada yang tak sanggup untuk bekerja sendiri misalnya orang cacat abadi, lansia, orang buta dan lain-lain. b. Pendekatan struktural yaitu pemberian pertolongan secara kontinu agar masyarakat dapat mengatasi kelemahannya. Bahkan dari yang dibantu diharapkan dapat turut membantu. Terutama diberikan kepada mereka status melalui perwujudan dan komitmen kemitraan yang memiliki potensi skill untuk dikembangkan. Pendekatan pertama dan kedua ini baru berada pada tahap inisial. Dimana diharapkan akan melahirkan perubahan sikap masyarakat yang sadar dan bersemangat memacu diri untuk tidak terbenam dalam kondisi kemiskinannya dan adanya perubahan tingkah laku melalui pendidikan ketrampilan, stimulan, informasi, pengetahuan, dan keteladanan. c. Mengupayakan perubahan dan suntikan dana (zakat, infak dan shadaqah) secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam megembangkan usaha baik skala kecil dan menengah. Pemberdayaan pada level ini telah mencapai tahap partisipasipatoris.
21
Ibid., h. 62.
28
Kemudian
ketiga
pendekatan
tersebut
diharapkan
dapat
menghantarkan pada tahap emansipatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas dan penyantun sesama. Adapun pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut. 22 a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai. b. Mempunyai wadah kegiatan yang teroganisir. c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat. d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait. e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan. f. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi khususnya dalam wirausaha. g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan khususnya masyakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit dicapai. h. Akan lebih efektif jika program pengembangan masyarakat pada awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu sumber-sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah harus dimanfaatkan.
22
Ibid., h.55
29
4. Kemiskinan dan Klasifikasinya Departemen Sosial RI membagi kemiskinan dalam dua kategori, yaitu: a. Kemiskinan kronis (chronic poverty) adalah kemiskinan yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, turun temurun, atau disebut juga sebagai kemiskinan struktural. b. Kemiskinan sementara (transient poverty) adalah kemiskinan yang ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan anggota masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis, bencana alam dan bencana sosial, seperti korban konflik sosial, korban gempa bumi, korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kemiskinan sementara jika tidak ditangani serius dapat menjadi kemiskinan kronis. Menurut
para
pemerhati
kemiskinan,
kemiskinan
dapat
dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu: 23 a. Kemiskinan absolut yaitu tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum (pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan); b. Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat
23
sekitarnya.
Seseorang
yang
tergolong
Erik Syehabudin, “Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan”.
miskin
relatif
30
sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya; c. Kemiskinan struktural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan; d. Kemiskinan kultural adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembagalembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang selalu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. 24 Selain itu kemiskinan perempuan disebabkan banyak faktor yang cukup komplek. Tetapi ia dapat ditelaah dalam dua hal. Pertama, perspektif 24
Dave Akhbarshah Fikarno, “Memahami Kemiskinan” diakses pada tanggal 29 Oktober 2008 dari http://daveakbarshahfikarno.wordpress.com/2009/01/27/memahami-kemiskinan/
31
ekonomi. Secara gamblang kemiskinan dan pemiskinan perempuan ini terlihat dalam sektor ekonomi. Seorang perempuan yang ikut mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari kelompok miskin, lebih miskin dari laki-laki dari kategori yang sama. Perempuan yang tidak memiliki penghasilan, jauh lebih buruk situasinya dibanding perempuan yang mempunyai penghasilan dalam keluarga dengan tingkat ekonomi subsisten. 25 Namun ketika perempuan ikut mencari peghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sebagian penghasilannya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan lebih meningkatkan kebutuhan dasar keluarganya dibanding laki-laki. 26 Kedua, perspektif politik. Dalam dimensi ini, perempuan tidak terwakili secara proporsional diantara kelompok miskin dan tidak punya kekuasaan. Kemiskinan perempuan ini antara lain kerentanan hidup (vulnerability), kesempatan dan suara (voicelessnessa and powerlessness), serta didukung pemerintah yang sangat bias gender (male-biased governance system). Dimensi kemiskinan gender, bias gender juga mudah ditemui dalam kebijakan struktural, perbedaan efek kebijakan dan dana yang tidak memadai
25
Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan (Poperty has a Women Face)”, Jurnal Perempuan, no. 42 (Juli 2005): h. 11 26
Ibid., h. 12
32
untuk mendukung kebijakan yang memihak kaum perempuan. Jadi, diskriminasi terhadap perempuan sangat kental.27 Menurut Marguiret Robinson, pinjaman dalam bentuk micro kredit merupakan salah satu upaya ampuh dalam mengatasi kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin, sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat sangat miskin (the extrim poor), yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif. Kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin tetapi memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor). Ketiga, masyarakat berpenghasilan rendah (lower income), yakni mereka yang memiliki pengahsilan meskipun tidak banyak. Pendekatan yang dipakai dalam rangka pengentasan kemiskinan tentu berbeda-beda untuk ketiga kelompok masyarakat tersebut. Kelompok pertama akan lebih tepat jika digunakan pendekatan langsung berupa program pangan, subsidi, atau penciptaan lapangan kerja sedangkan bagi kelompok kedua dan ketiga, lebih efektif jika digunakan pendekatan tidak langsung, misalnya penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan UKM, pengembangan berbagai jenis pinjaman mikro atau mensinergikan UKM dengan para pelaku usaha menengah maupun besar. 28
27
Ibid., h. 13 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.53 28
33
Namun menurut Muhammad Yunus dalam bukunya Bank Kaum Miskin ”kemiskinan tidak diciptakan oleh kaum miskin. Kemiskinan diciptakan oleh struktur masyarakat dan kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh masyarakat”. Pengalaman Grameen menunjukan bahwa sekecil apapun dukungan modal keuangan yang diberikan, kaum miskin sepenuhnya mampu meningkatkan kehidupan mereka. 29
B. Perempuan dalam Pemberdayaan Ekonomi Program pendampingan yang mengarah pada penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Grameen Bank mengutamakan kelompok kaum perempuan (dalam keluarga) miskin sebagai “kelompok sasaran” (target grup). Hal ini sesuai kenyataan bahwa: 30 1. Dari segi ketenaga-kerjaan, umumnya perempuan dipandang bukan sebagai produktif, sehingga dengan bantuan kredit dan tabungan, mereka dapat melakukan usaha produktif di sela-sela kegiatan mengurus rumah tangga sehari-hari, sebagai ibu rumah tangga. 2. Secara kultural, perempuan telah terbiasa mengurus rumah tangga, karena merekalah yang secara langsung bertanggungjawab terhadap konsumsi keluarga. 29
Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, (Tangerang: Marjin Kiri, 2007) h.
198 30
M. Amin Azis, Ibnu Supanta, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pokusma & BMT, Jakarta: Pinbuk Press, 2004. h.12-13.
34
3. Secara emosional, dalam praktek kehidupan perempuan (ibu) lebih dekat dengan anak-anak. Oleh karena itu, perempuan menjadi kunci penentu terhadap pembentukan kualitas Sumber Daya Insani anak-anak bangsa sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di masa depan, baik dalam hal perbaikan nutrisi, kesehatan maupun pendidikan. Maka tidak berlebihan jika perempuan perlu di berdayakan, dengan perbaikan kualitas anak-anaknya pun secara langsung dapat ditingkatkan. 4. Akses kredit untuk kaum perempuan merupakan jembatan emas menuju kesetaraan hak-hak (perbaikan ketimpangan Gender). Sasaran kepada kelompok kaum perempuan yang merupakan golongan masyarakat paling menderita sebagai akibat dari kejamnya keadaan kemiskinan, terutama ketika terjadi kerawanan ekonomi dalam keluarga. Kemiskinan dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan keluarga dapat menjadi salah satu cara laki-laki melepaskan tanggungjawab atas keluarganya dan menceraikan istrinya. Dalam berbagai kasus perceraian, perempuan cendenrung mengambil beban terbesar dalam untuk membesarkan anak-anak, dengan atau tanpa sumbangan mantan suami. 31 Dalam keadaan ini seorang ibu akan berjuang hingga detik terakhir untuk mempertahankan kelangsungan hidup dirinya dan demi mempertahankan hidup anak-anaknya.
31
Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan (Poperty has a Women Face)”, Jurnal Perempuan, no. 42 (Juli 2005): h. 13
35
Seperti dikatakan oleh Muhammad Yunus dalam bukunya “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan” bahwa meminjamkan uang kepada perempuan bermanfaat lebih banyak kepada keluarga ketimbang lelaki. Bila uang dipinjamkan kepada lelaki, mereka cenderung menggunakan untuk diri sendiri. Namun, bila dipinjamkan kepada perempuan, uang itu diinvestasikan untuk membuat usaha yang bermanfaat bagi seluruh keluarga. Dengan begitu, meminjamkan kepada perempuan menciptakan efek air terjun (cascading effect) yang bermanfaat bagi seluruh keluarga dan akhirnya kepada seluruh komunitas. 32
C. Kelompok Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Sebagai makhluk sosial, seseorang mustahil dapat berkembang menjadi pribadi yang berbudaya jika hidup sendiri. Sejak lahir, seseorang disayangi, dididik dan dikembangkan dalam (kelompok) keluarga. Kemudian, dilanjutkan dalam (kelompok) sekolah, (kelompok) pergaulan dan (kelompok) pekerjaan. Sepanjang hidupnya seseorang tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan akan hubungan antarmanusia dalam lingkungan keluarga, masyarakat, pekerjaan atau organisasi.
32
Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan: Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 60-61.
36
1. Pengertian kelompok Tidak semua kumpulan orang disebut kelompok. Sekumpulan orang disebut kelompok jika; 33 1. Saling kenal dan memiliki ikatan batin satu sama lain; 2. Memiliki tujuan yang ingin dicapai bersama; 3. Keanggotaannya relatif stabil untuk jangka waktu yang lama: 4. Ada batas jelas yang membedakan anggota dengan bukan anggota; 5. Ada struktur, yaitu pembagian kewenangan, fungsi, peranan dan tugas yang jelas di antara anggotanya; 6. Ada aturan kelompok yang disepakati dan ditaati oleh para anggotanya; 7. Ada kegiatan yang dilakukan secara teratur untuk tujuan kelompok. 2. Manfaat kelompok bagi pemberdayaan ekonomi perempuan Kelompok yang sudah ada maupun yang dibentuk baru diantara pengusaha mikro/petani dan memenuhi sebagian besar persyaratan sebagai kelompok, memberikan banyak manfaat dalam rangka perluasan pasar usaha UPK maupun efisiensi pelayanan kepada peminjam pengusaha mikro/petani. Adapun
manfaat
berkelompok
bagi
pemberdayaan
ekonomi
perempuan di antaranya: 34 1. Kelompok adalah wahana belajar bagi pengusaha mikro,
33
Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin, (T.tp.,t.t.,: 2002), h.15 34 Ibid., h. 16-17
37
2. Dasar untuk tindakan kearah perubahan, 3. Fondasi bagi organisasi yang besar, 4. Kelompok mengendalikan sikap dan perilaku anggotanya, 5. Kelompok mengefisienkan pekerjaan UPK, 6. Kelompok mempromosikan dan membangun citra UPK. Untuk itu, pemberdayaan wanita di bidang ekonomi mutlak dilakukan. Kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas wanita di bidang ekonomi dapat dilakukan dengan melaksanakan program yang menekankan pada 5 aspek, yaitu: 35 1. Pengembangan Kapasitas dan Karakter Dalam program ini dilakukan kegiatan-kegiatan pelatihan wirausaha secara komprehensif, mulai dari motivasi berusaha, manajemen usaha, dan hal lainnya seputar kewirausahaan untuk wanita. 2. Konsultasi dan Pendampingan Setelah face pelatihan, para wanita kemudian mendapatkan konsultasi dan pendampingan usaha untuk bisa menguatkan dan meng-upgrade kapasitas serta kualitas usahanya di masa depan. 3. Organisasi Sebagai individu ataupun kelompok usaha, wanita sangat membutuhkan
35
Rommy Haryanto, ”Pemberdayaan Wanita untuk Perkembangan Ekonomi” diakses pada tanggal 2 Juni 2010 dari http://www.wrp-diet.com/pemberdayaan-wanita-untuk-perkembanganekonomi/
38
penguatan di bidang organisasi bisnisnya. Di tahapan ini diharapkan para wanita yang berwirausaha mampu menjalankan bisnisnya dengan aturan yang berlaku dan memiliki visi yang jelas. 4. Pasar Wanita
mendapatkan
pengetahuan
mengenai
upaya
membuka
dan
membangun pasar untuk produk-produk yang telah dimiliki. 5. Jejaring Diharapkan wanita dan kelompok usaha wanita mampu menemukan, membuat, dan menguatkan jaringan sosial untuk usahanya. Selain 5 aspek penguatan yang telah dibahas diatas, ada hal pada diri wanita yang harus dibangun agar pemberdayaan ekonomi wanita bisa berhasil, yaitu mental positif. Perlu dibangun terus menerus mental positif wanita untuk mau dan mampu berwirausaha, bahwa mereka bisa dan mampu memainkan peran-peran ekonomi, serta berkontribusi bagi keluarga dan pembangunan sekitarnya. Pemberdayaan perempuan pada dasarnya dapat dibagi dalam dua tahapan, yaitu: (1). Pemberdayaan personal dengan memberikan informasi akan hak-hak, kesetaraan dan sebagainya, dimana bertujuan untuk menanamkan nilai internal terhadap diri masing-masing individu. (2). Pemberian daya kuasa berupa sistem nilai
39
dan organisasi sehingga target memiliki otoritas, kekuasaan dan peluang dalam mengelola organisasi atau kelompoknya. 36 Konsep pemberdayaan yang tersusun secara sistematis dan sebagai strategi dalam pembangunan masih relatif baru, semakin relevan untuk dibincangkan dalam era reformasi dan otonomi daerah yang merupakan kata kunci dari pemberdayaan. Istilah pemberdayaan itu sendiri merupakan upaya untuk membangun daya dengan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berusaha untuk mengembangkannya.
36
GAPRI (Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia), ”Perempuan Sangat Rentan Terhadap Kemiskinan”, diakses pada tanggal 2 juni 2010 dari http://www.gapri.org/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=124
40
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Grameen Bank 1. Sejarah Singkat Lahirnya Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin ‘Grameen Bank’ Grameen berasal dari
kata gram atau “desa”. Bentuk adjektifnya
Grameen berarti “pedesaan”, atau “ berasal dari desa”.37 Grameen Bank adalah sebuah bank di Bangladesh yang melaksanakan pemberian kredit kepada keluarga termiskin dalam masyarakat yang tidak mempunyai jaminan kebendaan atau jaminan orang. 38 Proyek percontohan Grameen Bank lahir di desa Jobra, Bangladesh pada tahun 1976, dimana Yunus berhasil memperoleh pinjaman sebesar 10.000 taka (AS$300) dari Janata Bank setelah melalui 6 bulan suratmenyurat untuk memperoleh persetujuan pinjaman. Selama tahun 1977 Yunuslah yang menandatangani setiap permohonan pinjaman. Bulan November 1982, keanggotaan Grameen Bank tumbuh mencapai 28.000 hampir separuhnya perempuan. Ini adalah lompatan yang sangat
37
38
Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, h. 90.
Yayasan Mitra Usaha (YMU), Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia.(Jakarta: YMU, 1996), hal.4.
41
pantastis sejak tahun 1979 dimana keanggotaannya hanya 500 anggota di Jobra. Pada Bulan Oktober 1983, Grameen Bank (GB) berdiri sebagai institusi keuangan independent dengan menggelar upacara pembukaan di sebuah lapangan terbuka yang luas di desa Jamurki, Tangail. 39 Tahun 2001 Grameen meluncurkan program untuk mengkonversi metode operasinya ke versi baru bernama Grameen Generalised System (GGS) atau Grameen Bank II. Dan mereka menyebut Grameen sebelumnya sebagai Grameen Classic System atau GCS. Program GGS mulai dirancang pada April 2000 dengan partisipasi aktif dari seluruh 12.000 anggota staf di semua tahap pengembangan produk ini. 40 Perpindahan dari GCS ke GGS di 41.000 desa dilakukan dengan hatihati agar tidak menyebabkan kekagetan luar bisa bagi ratusan ribu peminjam yang buta huruf dan tanpa mengacaukan rekening di 1.175 cabang. Perpindahan dilaksanakannya bulan Maret 2001 secara bartahap. April 2002, dua tahun setelah dimulai, Grameen Bank II berjalan. Cabang terakhir Grameen Bank yang beralih ke Grameen II terjadi 7 Agustus 2002. 41 Kini
39
Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin. h.119.
40
Ibid., h.227.
41
Ibid., h.228.
42
Grameen II yang baru sudah berfungsi nyata sebagai sebuah lembaga dengan peralatan yang lebih lengkap dibanding versi terdahulu.
a. Filosofi Grameen Bank Adapun yang menjadi filosofi dari Grameen Bank adalah: 42 1) Orang tidak datang ke bank, tetapi bank yang mendatangi mereka; 2) Memperluas fasilitas perbankan bagi pria dan wanita miskin, tanpa adanya jaminan; 3) Menghilangkan explorasi bagi masyarakat miskin oleh para lintah darat; 4) Menciptakan kesempatan bagi pekerja mandiri diantara banyak pengangguran
yang
banyak
jumlahnya
di
wilayah
pedesaan
Bangladesh 5) Membawa para pihak yang dirugikan, sebagian besar wanita dari rumah tangga termiskin kedalam format organisasi yang mereka mengerti dan 6) laksanakan; dan 7) Membalikan lingkaran jahat yang telah berlangsung lama mengenai ”pendapatan rendah, nilai tabungan rendah, nilai investasi rendah,
42
A. S. M. Mohiuddin “Grameen Bank’s Microcredit Outreach and Its Potential Extension in Indonesi Reaching MDGs” International Seminar On The Microfinance Institution, Jakarta, 1 Desember 2005 h. 31.
43
penghasilan rendah”, Menjadi sebuah sistem progresif dan lebih tentang ”penghasilan, kredit dan investasi rendah, penghasilan lebih banyak, tabungan dan investasi lebih besar, penghasilan lebih besar”.
b. Prinsip-Prinsip Grameen Bank Adapun prinsip-prinsip dari program perkreditan Grameen Bank adalah sebagai berikut: 43 1) Hanya orang-orang yang sangat miskin yang memenuhi tolok ukur yang ditetapkan oleh bank dapat menjadi anggota/nasabah dan memperoleh pinjaman dari bank. 2) Pinjaman diberikan tanpa agunan ataupun penjamin. 3) Prosedur pinjaman dibuat sederhana. 4) Pinjaman digunakan untuk kegiatan produktif. 5) Pinjaman yang diberikan adalah relative kecil dengan angsuran mingguan selama satu tahun. 6) Pinjaman diorganisasikan dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang. 7) Pinjaman diberikan secara berurutan, yaitu mula-mula 2 orang anggota paling membutuhkan diberi prioritas pertama untuk menerima pinjaman, kemudian menyusul dua anggota lainnya 43
Yayasan Mitra Usaha (YMU), Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia., h. 7.
44
menerima pinjamannya dan yang terakhir menerima pinjaman anggota kelima. Penentuannya ditetapkan sendiri oleh kelompok. 8) Pengawasan dilakukan dalam penggunaan pinjaman 9) Peminjam diberi kemungkinan meminjam kembali setelah pinjamannya lunas. 10) Setiap peminjam dipotong 5% untuk Dana Tabungan Kelompok, dan setiap minggu anggota menabung 1 Taka (kira-kira Rp. 50,tahun 1996) yang dimasukan kedalam Dana Tab Kelompok. 11) Setiap anggota membayar sejumlah uang sebesar 25% dari bunga yang dibayar untuk disetor kedalam Dana Darurat. Pada dasarnya dana ini merupakan dana untuk asuransi terhadap kemacetan peminjam, kematian, cacat tubuh dan kecelakaan. 12) Bunga pinjaman ditarik menjelang akhir masa pinjaman sebagai dua angsuran terakhir. 13) Sejumlah kelompok di desa yang sama terdiri dari 6 sampai 8 kelompok mengadakan rapat mingguan bersama. Pertemuan atau rapat ini dikenal sebagai rapat pusat atau “centre”. 14) Semua transaksi Grameen Bank dengan anggota kelompok dilaksanakan pada waktu rapat mingguan dari pusat. Petugas Grameen Bank menghadiri rapat tersebut untuk menerima angsuran pinjaman dan menghimpun Dana Tabungan Kelompok
45
dan Dana Darurat untuk disimpan di bank. Semua urusan pinjaman dibahas dengan petugas dalam rapat tersebut.
c. Suku Bunga Grameen Bank Grameen Bank menawarkan bunga yang sangat menarik untuk deposito. Bunga minimun yang ditawarkan adalah 8.5%. Bunga maksimum sebesar 12%. Bunga pinjaman bervariasi dari 0 persen hingga 10 persen, dengan perhitungan bunga tetap (Flat). 44 Tabel 3.1 Suku Bunga Grameen Bank Loan Income Generating Loans: Flat rate-10% Housing Loans: 8% Higher Education Loan: On Study – 0% After Study – 5% For Stuggling Members (Beggars): 0% Center House Construction: 0%
2.
Savings Savings: 8.5% Fixed Deposit: 8.45-9.50% Double in Seven Years: 10.40% Fixed Deposit (5 years) with mounthly income: 10.04% Fixed Deposit (10 years) with mounthly income: 10.67% Grameen Pension Savings (five Years): 10% Grameen Pension Savings (Ten Years): 12%
Pola Pinjaman Kelompok dalam program Grameen Bank / Cara Kerja Grameen Bank Muhammad
Yunus
dan
Grameen
Bank-nya
telah
berhasil
membuktikan bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa berjalan. Salah satu ciri unik Grameen Bank adalah 44
A. S. M. Mohiuddin “Grameen Bank’s Microcredit Outreach and Its Potential Extension in Indonesian Reaching MDGs” International Seminar On The Microfinance Institution, Jakarta, 1 Desember 2005, h.37.
46
pola pemberian kreditnya yang disandarkan pada pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu kelompok terdiri dari lima orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating ini. Hanya dua orang dari mereka yang diperkenankan meminta kredit dari bank, dan jika mereka tidak bermasalah dalam pengembalian kreditnya, dua orang lainnya dalam kelompok boleh ikut meminjam, dan jika semua sukses si orang kelima bisa mengajukan kredit pada bank. Untuk melihat cara kerja Grameen Bank, dapat dilihat uraian berikut ini: a. Sebelum memulai pekerjaannya, Grameen Bank mengirim calon pimpinan cabang disertai seorang pembantunya ke daerah tertentu untuk mempelajari dan mencatat segala sesuatu mengenai daerah itu. Mereka membuat peta wilayah yang akan diliput oleh kantor cabang yang akan didirikan, menulis laporan mengenai sejarah, kebudayaan, perekonomian dan keadaan kemiskinan daerah itu. b. Kemudian diadakan rapat umum. Dalam rapat itu diundang setiap warga daerah itu terutama tokoh masyarakat dan agama, para guru, pejabat-pejabat pemerintahan daerah dan lain-lain. Beberapa pejabat tinggi dari Grameen Bank berbicara dalam rapat itu dan menjelaskan secara rinci mengenai kegiatan usaha dari bank. c. Para petugas cabang Grameen Bank yang baru dibentuk mencari calon-calon anggota/nasabah yang terdiri dari orang-orang termiskin didesanya, dengan cara mengadakan uji kelayakan terhadap para calon
47
yang bersangkutan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa mereka betul-betul memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan tolok ukur mengenai kemiskinan dari Grameen Bank. d. Para calon yang memenuhi syarat dan dianggap layak untuk diberi pinjaman harus membentuk kelompok dengan 4 calon lainnya yang juga memenuhi persyaratan. Mereka harus bertempat tinggal berdekatan satu dengan lainnya dan kira-kira seumur serta keadaan ekonomi, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan yang sama. Didalam kelompok itu tidak diperkenankan adanya anggota yang mempunyai ikatan kekeluargaan yang dekat seperti: ayah, ibu, kakak, adik, ipar, mertua dan sebagainya. e. Beberapa kelompok (2 sampai 8 kelompok) membentuk satu pusat untuk memimpin pusat tersebut dipilih seorang ketua dan seorang wakil ketua pusat. Kelompok-kelompok yang tergabung dalam pusat itu mengadakan rapat bersama seminggu sekali, yang tempat dan waktunya mereka tentukan sendiri. f. Kelompok yang baru terbentuk harus mengikuti Latihan Wajib Kelompok (LWK). Dalam LWK itu diajarkan mengenai falsafah dan prinsip-prinsif dari Grameen Bank, cara permohonan pinjaman dan cara pembayaran kembali pinjaman tersebut. Kepada mereka yang buta huruf diajarkan untuk tanda tangan. Demikian pula ditanamkan
48
rasa solidaritas antara anggota kelompok dan disiplin, serta memotifasi mereka untuk bekerja keras. g. Pada akhir LWK diadakan ujian pengesahan kelompok. Apabila mereka lulus dalam ujian itu, maka mereka disahkan sebagai anggota Grameen Bank dan berhak mengajukan permohonan pinjaman. h. Seminggu kemudian dua orang anggota di dalam kelompok menerima pinjaman. Apabila mereka telah mengangsur pinjamannya selama satu atau dua bulan, maka dua anggota lagi menerima pinjaman. Selanjutnya setelah keempat anggota tersebut mengangsur pinjaman dengan teratur selama satu atau dua bulan, maka anggota yang kelima dalam kelompok menerima pinjamannya. 45
a. Mekanisme Pembayaran Untuk membantu peminjam yang tidak berpengalaman, Grameen Bank selalu menyederhanakan mekanisme pemberian kredit. Dan mekanisme pembayaran kembali dibuat sebagai berikut: 46 1) Masa pinjaman satu tahun. 2) Cicilian dibayar setiap minggu.
45
Yayasan Mitra Usaha (YMU), Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia., h. 8. 46
Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin. h.67.
49
3) Pembayaran kembali dimulai satu minggu setelah pinjaman dikucurkan. 4) Tingkat suku bunga 20 persen. 5) Besar cicilan sebanyak 2% dari total pinjaman per minggu selama 50 minggu. 6) Pembayaran bunga sebesar 2 taka per minggu untuk setiap pinjaman 1000 taka.
b. Konsep Solidaritas Salah satu aspek dasar dari program ini adalah soilidaritas, hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan sebuah lingkungan yang kondusif untuk berfungsi rasa solidaritas. Hal ini bahwa kelompok harus termotifasi untuk mengerti bahwa ini adalah untuk kebaikan mereka juga untuk menerima tanggungjawab bersama, dalam kelompok sentra, untuk menjaga para anggota mereka dan memastikan kemajuan satu sama lain. Para anggota ini memilik sendiri anggota kelompoknya; mereka didorong untuk dapat membantu bila kesulitan melanda. 47
47
M. Nurul Alam dan Dr. Mike Getubig, Program Pendirian dan Pelaksanaaan Program Kredit Mikro dengan Metode Grameen : Berdasarkan praktek Grameen Bank dan Pengalaman Grameen Trust dan Para Mitra Grameen Foundation, h. 101
50
Walaupun Profesor Yunus telah menekankan bahwa Grameen Bank tidak meminta para anggota untuk memberikan sumbangan atas pembayaran para anggota lain, dan bukanlah merupakan persyaratan bagi kelangsungan akses terhadap layanan Bank, sebagaian besar program replikasi
mensyaratkan
adanya
tanggung
jawab
bersama
guna
memastikan terpenuhinya pembayaran cicilan pinjaman mingguan mereka kepada organisasi. Beberapa organisasi telah melaksanakan kebajikan ini karena mereka (dengan keliru) percaya bahwa ini merupakan karakteristik kunci dari metodologi Grameen. Para pihak lain dalam praktek mereka sendiri telah melihat bahwa hal ini meningkatkan tekanan dari sesama rekan yang pada akhirnya membantu dalam menghadapi para anggota yang tidak bertanggungjawab yang memiliki kemampuan untuk membayar pinjamannya, tetapi memilih untuk melakukannya.
3.
Produk dan Layanan Keuangan Grameen Bank a. Produk pinjaman dalam Sistem Klasik Grameen versus Sistem Generalisasi Berikut merupakan gambaran yang menjelaskan berbagai perbedaan kunci dalam berbagai produk pinjaman yang ditawarkan berdasarkan Sistem Klasik Grameen (GB-I) dan Sistem Generalisasi
51
Grameen (GB II), yang merupakan evolusi dari sistem Klasik dan mulai diimplementasikan pada pertengahan tahun 2000. 48 Tabel 3.2 Gambaran atas Produk Pinjaman dalam Sistem Klasik Grameen versus Sistem Generalisasi Sistem Grameen Klasik – GB I 1. 2.
Sistem Generalisasi Grameen – GB II
Berbagai jenis produk pinjaman. Sebagian pinjaman untuk satu tahun – dengan beberapa pengecualian. Besarnya cicilan pinjaman bersifat tetap.
1. 2.
4.
Pembayaran sekaligus dan pembayaran satu kali tidak diperkenankan.
4.
5.
Pembagian pinjaman secara bergiliran dengan dua orang anggota menerima pinjaman terlebih dahulu, kemudian diikiuti oleh dua orang lagi sesudah tiga minggu, dan akhirnya (sebagian besar) ketua kelompok menerimabagian pinjamannya dua minggu sesudahnya. Tidak diperkenankan mengambil pinjaman baru hingga pinjaman sebelumnya lunas.
5.
3.
6.
7. 8.
9.
Pencairan pinjaman dilakukan langsung dalam satu paket. Batas atas pinjamanjaman normal diberlakukan pada semua cabang. Tidak ada peraturan yang kaku pengurangan batas atas pinjaman.
mengenai
10. Bagian dari pinjaman (5 %) diwajibkan untuk disetorkan ke dalam rekening tabungan wajib (Dana Kelompok) yang diatur oleh kelompok. 11. Keluarga bertanggunga jawab atas pinjaman dari peminjam yang meninggal dunia dan peminjam wanita bertanggung jawab atas pinjaman yang tersisa jika terjadi kematian pasanagan.
12. Peminjam menjadi penunggak jika ia tidak dapat melunasi pinjaman dalam waktu 52 minggu. 13. Peminjam tidak akan menjadi penunggak jika gagal dalam melakukan setoran tepat waktu ke dalam rekening tabungan. 14. Peminjam tidak mampu meminjam dengan
48
Ibid.,h. 109-113
3.
Satu buah produk pinjaman utama – pinjaman dasar. Jangka waktu pinjaman bervariasi dari tiga bulan hingga tiga tahun. Besarnya cicilan bervaroasi selama waktu pinjaman dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan para peminjam. Pembayaran kembali harus didiskusikan terlebih dahulu antara staf san peminjam setiap waktu, walaupun jumlah pembayaran minimum tergantung pada jangka waku pinjaman Para anggota dapat menerima pinjaman kapan saja terlepas dari apa pun yang dilakukan oleh anggota lain.
6.
Para anggota dapat meminjam sejumlah yang telah dibayarkan dalam waktu enam bulan pertama tanpa harus melunasi terlebih dahulu pinjaman yang ada saat ini. 7. Pencairan pinjaman dapat dilakukan dalam bentuk tahapan. 8. Para peminjam masing-masing memiliki limit pinjaman, dan berdasarkan atas tabungan dan kinerja kelompok mereka, Setra dan Cabang, maka jumlah ini dapat ditambah. 9. Batas atas pinjaman dapat diturunkan berdasarkan atas kinerja peminjam (misalnya: absen pada pertemuan Sentra atau pembayaran cicilan). 10. Tidak ada potongan dari pijaman mulai tahun 2007. 11. Dengan memberikan kontribusi pada rekening tabungan khusus memberikan kesempatan pada para peminjam untuk memastikan bahwa pinjaman yang tersisa akan dilunasi setelah kematian mereka, dan tambahan kontribusi akan memungkinkan para peminjam wanita untuk membayar pinjaman yang tersisa jika terjadi kematian peminjam. 12. Peminjam menjadi penunggak jika tidak mampu membayar cicilan pinjaman yang telah disepakati dalam waktu enam bulan bagi pinjaman dasar. 13. Peminjam yang gagal melakukan empat kali pembayaran secara berturut-turut terhadap setoran bulanan GPS akan dianggap sebagai penunggak. 14. Peminjam bebas untuk melakukan pinjaman
52
menggunakan tabungan sebagai jaminan. 15. Penunggak dapat meminjam dari dana kelompok. 16. Tidak ada program khusus bagi kaum hardcore poor (pengemis) 17. Dana pencairan bagi cabang bank yang baru dipinjam dari kantor pusat dengan tingkat suku bunga 12%
berdasarkan atas tabungan. 15. Penunggak tidak dapat meminjam dari rekening tabungan hingga semua tunggakan telah terlunasi. 16. Program khusus dengan pesyaratan pinjaman yang lebih mudah dan fleksibel, persyaratan tabungan dan persyaratan pembayaran bagi para pengemis. 17. Berbagai cabang baru dapat membiayai diri sendiri sari permulaan dengan mengumpulkan tabungan dari para nggota dan non-anggota sebelum melakukan pencairan kredit.
1) Pinjaman Dasar Tujuan dari pinjaman dasar ini adalah untuk membiayai kegiatan usaha. 49 2) Pinjaman dasar dan pinjaman flaksibel Pinjaman Fleksibel atau Pinjaman Fleksi yang memberikan kesempatan bagi peminjam untuk mengurangi kecepatan dengan mengurangi besar jumlah cicilan sesuai kemampuanya, dengan cara memperpanjang preriode pinjaman jika peminjam mengalami masalah dan kesulitan dalam membayar cicilan. 50 3) Pinjaman perumahan Pinjaman perumahan merupakan implementasi dari 16 keputusan Grameen poin ketiga yang bebunyi ”kami tidak akan tinggal di dalam rumah rusak berat. Kami akan memperbaikinya. Kami akan segera membangun rumah baru bagi kami.” Pinjaman perumahan diberikan guna membiayai pembangunan sebuah rumah
49
Ibid., h. 109
50
Ibid.,h. 113-115
53
baru atau rehabilitasi, serta pinjaman guna membeli rumah dan pekarangannya bagi para peminjam yang tidak memiliki tanah. 51 4) Pinjaman Pendidikan Tinggi Program pinjaman pendidikan diperkenalkan pada tahun 1997. Pinjaman ini dimaksudkan untuk membiayai semua pengeluaran mahasiswa, dari awal hingga selesainya kuliah.52 5) Pinjaman Usaha Pinjaman yang diberikan bagi peminjam yang memiliki kemampuan wirausaha yang baik serta bidang usaha yang lebih maju dengan besar pinjaman tidak dibatasi. Rata-rata besarnya pinjaman yang diambil adalah Tk. 1.2 juta (US$ 17.795). 53
b. Produk Tabungan Grameen dan Dana Pensiun Tabungan memainkan peran penting dalam sistem kredit Grameen. Tabungan memfasilitasi pembentukan asset dan berfungsi sebagai alat penyelamat bagi para anggota ketika mereka mengalami kondisi yang memprihatinkan. Mencari tempat yang aman untuk menyimpan tabungan bukanlah hal yang mudah bagi kaum miskin di
51
Ibid., h. 118
52
Ibid., h. 120
53
Ibid., h. 122
54
pedesaan. Karena alasan inilah, sangat penting untuk menyediakan layanan tabungan selain pinjaman untuk kegiatan usaha. Grameen bank menawarkan beberapa jenis produk tabungan dengan tingkat suku bunga yang menarik bagi para anggotanya serta masyarakat umum. Tabel berikut menjelaskan berbagai perbedaan penting dalam produk tabungan yang ditawarkan oleh Sistem Klasik Grameen Grameen dan Sitem Generalisasi Grameen. 54 Tabel 3.3 Tinjauan atas Produk Tabungan dalam system Klasik versus Sistem Generaliasasi Sebelumnya di Sistem Klasik Grameen Tabungan bersama dalam rekening kelompok dikenal dengan nama Dana Kelompok. Dana kelompok dioperasikan bersama oleh pemimpin kelompok dan sekretaris, dengan persetujuan para anggota Jumlah tabungan mingguan (wajib) adalah sama bagi semua anggota Pajak kelompok sebesar 5% dikurangkan dari tabungan dan disetorkan kedalam Dana Kelompok Seorang penunggak dapat meminjam pada Dana Kelompok Tidak ada rpoduk tabungan lain dan Grameen tidak mendorong atau menganjurkan anggotanya untuk membuka berbagai jenis rekening Tidak ada perlindungan asuransi bagi pembayaran kewajiban peminjam yang meniggal dunia–keluarganya bertanggung jawab atas berbagai hutang yang ada
54
Ibid., h.124
Kini dalam Grameen II Tabungan bersama dihilangkan dan diganti dengan rekening tabungan individu bagi setiap anggota. Kini semua rekening tabungan diatur secara individu Jumlah tabungan (wajib) bervariasi tergantung pada besarnya pinjaman 5% pajak kelompok dihilangkan Seorang penunggak tidak diperkenkan untuk menarik dana dari rekening tabungannya hingga semua tunggakan telah dilunasi Grameen Bank kinimenawarkan berbagai jenis produk tabungan menarik termauk: dana pensiun, setoran tetap dan setoran pendpatan bulanan Kini terdapat dana tabungan pinjaman bagi tujuan tersebut
asuransi
55
Setiap anggota Grameen wajib memiliki dua rekening tabungan yaitu rekening tabungan pribadi dan skema tabungan pensiun. Berikut berbagai jenis produk tabungan di bawah Grameen Bank II. 1) Rekening Tabungan Pribadi Rekening
tabungan
yang
memungkinkan
untuk
dilakukannya
penarikan dana di setiap waktu, sesuai dengan kebutuhan anggota. 2) Tabungan Pensiun Grameen (GPS) Produk tabungan pensiun dengan periode lima hingga 10 tahun dengan bunga yang lebih tinggi. 3) Dana Tabungan Asuransi Pinjaman (LISF) LISF adalah sebuah produk dimana peminjam memberikan kontribusi atas sejumlah uang berdasarkan besarnya pinjaman yang memberikan perlindungan atas pinjaman yang ada jika terjadi kematian.
c. Asuransi Jiwa Setiap tahun, para keluarga dari peminjam Grameen Bank yang meninggal dunia menerima dana dengan jumlah keseluruhan Tk. 8 juta (U$ 119.000 – U$ 148.000) dalam bentuk manfaat asuransi jiwa. Setiap keluarga menerima sedikitnya menerima Tk. 1.500 tergantung berapa lama pihak almarhum menjadi anggota peminjam di Grameen Bank. 55
55
Ibid., h. 133
56
B. Gambaran Umum Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) 1. Profil Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) a. Latar Belakang lahirnya Koperasi BAIK Koperasi BAIK (Baitul Ikhtiar) merupakan suatu lembaga keuangan mikro dimana fokus layanannya adalah masyarakat miskin yang miskin akses terhadap lembaga keuangan seperti bank, bahkan untuk sekelas BMT sekalipun. Proses pelayanan pinjaman berkelompok dimulai dari tahun 1999. Inisiasi awalnya di awali oleh sejumlah mahasiswa IPB yang sedang melakukan KKN di desa Sukaluyu yang menurut data kabupaten Bogor desa tersebut merupakan desa termiskin. Dalam salah satu program KKN, mereka mengadakan program sembako murah dengan syarat para penerima sembako tersebut harus memberikan data-data identitas serta profil keluarga mereka. Dari program inilah diperoleh data-data masyarakat miskin di desa tersebut. Keberadaan lembaga keuangan mikro seperti BMT-BMT serta BPRS BIRU binaan Peramu belum sepenuhnya menjangkau manyarakat miskin. Dari fenomena inilah para aktivis Peramu dan rekan dari IPB berinisiatif untuk membuat suatu program keuangan untuk menjangkau masyarakat miskin. Maka merekapun melakukan kunjungan ke Grameen Bank di Bangladesh yang merupakan induk dari pola penyaluran pinjaman dengan metode kelompok serta ke Amanah Ikhtiar Malaysia
57
untuk melihat dan mempelajari bagaimana prosesnya. Setelah menempuh pendidikan di dua lembaga tersebut, mulailah untuk meramu dan mendisain suatu metode untuk pemberdayaan masyarakat miskin yang menjangkau perempuan dengan mengadopsi pola yang digunakan Grameen Bank, namun dengan tetap berusaha memegang nilai-nilai Islami, maka mucullah pola Grameen Syariah. Desa Sukaluyu inilah dijadikan uji coba pertama dilakukannya layanan keuangan dengan pola grameen dengan jumlah masyarakat yang dilayani kurang lebih 60 sampai dengan 90 orang. Awal mula program ini berjalan dengan nama Kelompok Ikhtiar Swadaya (KIS) yang merupakan bagian dari Divisi CO (divisi pengorganisasian) Program Peramu. Program ini berjalan dari tahun 1999 sampai dengan 2003. Dalam rapat evaluasi tahun buku 2003 yang dilaksanakan tahun 2004 dilakukan pengkajian ulang tentang Kelompok Ikhtiar Swadaya, maka munculah nama Unit Pelayanan Keuangan Ikhtiar (UPK Ikhtiar) yang masih menjadi bagian dari Divisi Program Peramu. Pada tahun 2002 Yayasan Peramu bekerjasama dengan PLAN Internasional – sebuah organisasi dunia – untuk membuat suatu program yang menyentuh ekonomi masyarakat miskin di wilayah perkotaan. Program ini diawali dengan proses layanan tabungan pendidikan berencana bagi anak-anak sekolah dimana pesertanya adalah anak-anak
58
yang secara teknis dilapangan diikuti pula oleh para orang tua mereka. Walaupun
pada
saat
itu
proses
layanan
bagi
anggota
sudah
dikelompokkan. Namun masih bersifat service point dengan jumlah anggota yang berbeda di setiap titik wilayah atau sentra. Tetapi pada dasarnya mereka mengetahui menjadi anggota dititik mana. Pada awalnya, proses layanan di wilayah perkotaan tidak disebutkan bahwa program ini mengadopsi pola Grameen hingga tahun 2004 walaupun secara praktek sudah diterapkan. Karena pola Grameen sendiri pada dasarnya yang menjadi pokus layanan adalah perempuan, maka di awal tahun 2004 mulai dilakukan pencucian anggota sehingga tidak ada lagi anggota anak-anak tetapi hanya terpokus pada perempuan yang sudah berumah tangga. Pada tahun 2005, proses rekrutmen anggota mulai dilakukan dengan standar methode Grameen Syariah, dimulai dari assement wilayah meliputi penentuan wilayah, CHI (Ceck House Index), penentuan calon anggota, dilanjutkan dengan proses UK (uji Kelayakan) dan LWK (Latihan Wajib Kelompok). Dengan
semakin
berkembangnya
wilayah
layanan
serta
meningkatnya jumlah keanggotaan serta asset yang dimiliki, maka UPK Ikhtiar disarankan untuk membentuk lembaga tersendiri dengan bentuk koperasi. Pada tahun 2007 mulai dilakukan lokakarya-lokakarya untuk dibentuknya koperasi.
59
Pada bulan Januari 2008 koperasi pun dibentuk dengan nama Koperasi BAIK (Baitul Ikhtiar) dengan badan hukum : Koperasi, Tahun 2008 Nomor 518/169/BH/KPTA/KKUKM/2008 dan berjalan hingga saat ini. 56
b. Visi dan Misi Visi
:
Menjadi
organisasi
keuangan
mikro
syariah
yang
memberdayakan masyarakat miskin melalui pelayanan simpan pinjam, pendidikan dan pengorganisasian perempuan dari keluarga miskin. Misi Memperluas jangkauan pelayanan keuangan mikro syariah kepada masyarakat miskin. Melakukan pendampingan dan pelayanan secara berkelompok yang terorganisir. Membangun
jaringan
untuk
memperkuat
pelayanan
dan
pendampingan dengan NGO, LAZ, LKM, Pemerintah, Swasta dan perorangan. c. Produk Layanan Keuangan Adapun produk layanan keuangan pada Koperasi BAIK terdiri dari simpanan, pinjaman & pembiayaan.
56
2010
Wawancara Langsung dengan manajer Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK) tanggal 25 Februari
60
1) Produk Penghimpunan Dana Koperasi BAIK Produk penghimpunan dana pada Koperasi ini baru sebatas simpanan berupa tabungan belum merambah pada Deposito. Adapun jenis tabungan yang ada di koperasi ini meliputi: a) Tabungan Wajib; tabungan wajib merupakan tabungan yang wajib dibayarkan setiap minggunya (setiap pertemuan kelompok) selama menjadi anggota dan merupakan bagian dari komponen angsuran dengan akad wadi’ah dan tanpa bagi hasil. Tabungan wajib ini hanya boleh diambil jika nasabah memutuskan untuk keluar menjadi anggota koperasi dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Tabungan wajib adalah sebuah produk yang merupakan kontribusi anggota. Dalam sistem pembukuan koperasi dicatat sebagai komponen modal anggota.
Adapun
Jumlah
setoran
sesuai
dengan
plafon
Pinjaman/Pembiayaan, untuk : Plafond Rp
0 s/d 600.000,-
= Rp 200,-
Plafond Rp
750.000,-
= Rp 250,-
Plafond Rp
1.000.000,-
= Rp 400,-
b) Tabungan Sukarela; Tabungan dengan akad wadi’ah yang disetorkan oleh anggota sesuai dengan kemampuan menabungnya, dengan saldo minimal Rp 2.000,-. Tabungan sukareka merupakan simpanan milik pribadi anggota dimana pemilik rekening tabungan sukarela dapat melakukan transaksi tarik tabungan kapanpun dalam batas waktu
61
layanan yaitu saat pertemuan majelis (satu kali dalam seminggu) dan tidak dibenarkan melakukan penarikan dan penyetoran diluar pertemuan majlis. Tidak ada batasan minimal setoran tabungan yang disetorkan. c) Tabungan Cadangan; tabungan cadangan atau sering disebut cadangan tabungan (Catab) merupakan tabungan yang terikat dalam setiap satu kali pembayaran angsuran atau dengan kata lain tabungan cadangan adalah tabungan yang terikat dengan angsuran karena menjadi komponen dari angsuran. Tabungan ini hanya dapat diambil saat kewajiban angsuran anggota tersebut telah dilunasi yakni sebanyak 50 kali angsuran (pinjaman dan pembiayaannya sudah lunas). d) Tabungan Kelompok; Tabungan dengan akad wadi’ah yang bersumber dari anggota dalam satu kelompok, dimana besarnya tabungan tergantung dengan besarnya plafond yang diberikan sesuai dengan kebijakan. Sama halnya dengan tabungan wajib dan tabungan cadangan, tabungan kelompok pun merupakan komponen dari angsuran. Berbeda dengan tabungan cadangan, tabungan kelompok hanya dapat dibagikan jika semua anggota kelompok tersebut telah menyelesaikan atau melunasi pinjaman maupun pembiyaan serta bilamana majlis tersebut memutuskan untuk membubarkan diri dan keluar dari keanggotaan. Jumlah setoran Tabungan kelompok sesuai dengan plafond Pinjaman/Pembiayaan, untuk ;
62
Plafond Rp 0 s/d 600.000,-
= Rp 300,-
Plafond Rp
750.000,-
= Rp 500,-
Plafond Rp
1.000.000,-
= Rp 600,-
2) Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana terdiri dari pinjaman kebajikan dan pembiayaan. a) Pinjaman Kebajikan (qardul Hassan) Qardhan hasanan terdiri atas kata qardhan dan hasanan. Qardhan, yang diambil dari kata qaradha – yaqridhu – qardhan, arti asalnya: memotong, memakan, menggigit dan mengerip. Dalam dunia transaksi ekonomi, qardhan biasa digunakan untuk arti utang atau pinjaman. Sedangkan hasanan, artinya baik atau bagus (jayyid). Jadi, secara sederhana, qardhan hasanan artinya utang(piutang) yang bagus, atau utang-piutang yang baik. 57 Qardhan hasanan pada intinya ialah akad utang-piutang yang dibangun atas asas: iktikad baik, kesetaraan, kerelaan (para pihak), keadilan (kesetimbangan), manfaat (nilai guna) dan kemampuan bersama. 58
57
Muhammad Amin Suma, ”Qardhan Hasanan, Utang (Piutang) yang baik” diakses pada tanggal 31 Mei 2010 dari http://www.fsh-uinjkt.net/index.php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=64 58
Ibid.,
63
Produk ini merupakan produk yang diberlakukan bagi semua anggota untuk pinjaman pertama baik untuk kebutuhan usaha yang produktif maupun untuk kebutuhan konsumtif. Tidak ada profit ataupun fee dalam produk ini, maka akadnya pun QH (Qardul Hassan). Produk pinjaman ini lebih bertujuan untuk mendidik para anggota dan mengenalkan bagaimana aturan main dalam proses pinjaman ataupun pembiayaan. Sekaligus pihak lembaga dapat melihat bagaimana karakter dari anggota dalam hal tanggung jawab terhadap pembayaran angsuran. b) Produk pembiayaan dengan prinsip jua beli (Ba’i) Produk pembiayaan dengan prinsip jual beli menggunakan akad almurabahah, baik untuk modal kerja (seperti sektor perdagangan, pertanian, home industri), konsumtif, maupun investasi. c) Produk pembiayaan dengan prinsipp sewa (Ijarah) d) Akad Pelengkap (al-Hiwalah) 3) Kebijakan dan ketentuan Pinjaman dan Pembiayaan Setiap lembaga memiliki kebijakan dalam hal operasional kerja. Begitu juga dengan kebijakan pinjaman dan pembiayaan bagi anggota. Adapun kebijakan pinjaman dan pembiayaan anggota yaitu: a) Yang berhak mendapat pelayanan pinjaman/pembiayaan adalah anggota majlis ikhtiar yang telah lulus seleksi UK dan LWK.
64
b) Untuk pinjaman pertama harus sesuai dengan kelompok limaan yang urutannya telah disepakai bersama oleh anggota majlis. c) Plafond untuk pinjaman pertama Rp 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) dan plafond selanjutnya akan ditentukan melalui rapat komite dengan mempertimbangkan : i.
Tingkat kehadiran.
ii.
Tingkat kelancaran angsuran pinjaman sebelumnya.
iii.
Saldo rata-rata tabungan sukarela.
d) Untuk pinjaman pertama semua dengan aqad Qordul Hasan (QH) dan untuk pinjaman selanjutnya akan dihitung sesuai dengan kelayakan usaha. Pengajuan dilakukan di hadapan anggota majelis dengan persyaratan sebagai berikut. a) Seluruh anggota majlis harus hadir lengkap. b) Tidak sedang mempunyai pinjaman atau kewajiban. c) Tidak ada anggota di dalam kelompok tersebut yang terlambat mengangsur (menunggak), kecuali dengan alasan yang bisa diterima (musibah, sakit, dsb). d) Anggota bersedia untuk tanggung renteng (minimal kelompok yang ke-5) e) Pengajuan ke-2; umur pertemuan minimal 25 kali, pengajuan ke-3 minimal 50 kali, dst.
65
f)
Apabila pengguna bukan anggota majlis secara langsung maka pengguna dana hanya diperbolehkan untuk usaha suami dan anak yang belum berkeluarga. Untuk kriteria anggota majlis yang boleh untuk mengajukan
pinjaman atau pembiayaan, yaitu: a) Kehadiran selama masa angsur minimal 25 kali. b) Pelunasan angsuran terakhir maksimal 3 kali angsuran. c) Masa angsur minimal 25 kali. Terdapat batasan plafond maksimum dan minimum untuk setiap pinjman dan pembiayaan bagi anggota majlis. Adapun kebijakan plafond yang diberikan yaitu: a) Plafond maksimum Rp 1.000.000,-
(diatas satu juta berlaku
analisis dari Account Oficer) b) Maksimum Plafond pinjaman I Rp 300.000,Sedangkan
alokasi
dana
(droping)
yang
diperbolehkan,
diantaranya: a) Modal usaha b) Pendidikan c) Kesehatan d) Perumahan Untuk lebih jelas tentang alokasi droping yang diperbolehkan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
66
Tabel 3.4 Pengategorian Droping No Sektor 1 Perdagangan
Peruntukan Modal Kerja Investasi
2
Pertanian
3
Industri
4
Jasa
Modal Kerja Investasi Modal Kerja Investasi Modal Kerja Investasi
Dagang buah, kreditan, beli tusukan, borong pala, dagang baso, dagang soto, dagang bubur, dagang bensin, warung sembako, jual beli ternak, loper sandal, dll. Membuat warung, membuat kandang, membuat gerobag dorong, membuat etalase, alat-alat jualan, pembelian kulkas untuk jualan, dll. Membeli pupuk, bibit, obat-obatan tanaman, bayar tenaga kerja, dll. Membeli sawah, kebn, membeli traktor. Membeli bahan baku industri makanan, kerajinan, membeli bambu untuk tusukan. Alat-alat usaha industri. Pembuatan SIM, membeli bahan sablon, bahan baju, perlengkapan menjahit, alat rias pengantin, bahan baku bengkel sepatu. Beli motor untuk ojek, angkot, beli mesin jahit, alatalat bengkel, perlengkapan penyewaan rias pengantin.
Sumber : Koperasi BAIK
d. Keanggotaan koperasi Anggota Baitul Ikhtiar (BAIK) Sebagaimanan yang dilakukan Grameen Bank, tidak semua dapat menjadi anggota, hanya yang memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi anggota. Berikut ini persyaratan untuk menjadi anggota Koperasi Baitul Ikhtiar. 1) Perempuan 2) Miskin 3) Dari kelompok ekonomi aktif 4) Terkadang tidak hanya dari golongan ekonomi lemah, tetapi keanggotaan juga dapat menerima dari lapisan tokoh masyarakat. Hal ini perlu untuk
67
mempermudah dalam proses pendekatan terhadap masyarakat di wilayah yang dilayani. Perkembangan wilayah dan Jangkauan 1) Jumlah Anggota Jenis Nasabah
2008
2009
Jumlah Tahun 2009
Penabung
5.190
5.849
5.849
Peminjam & Pembiayaan
4.993
5.210
5.210
Sumber : Koperasi BAIK
Jumlah anggota Koperasi Baitul Ikhtiar sangat besar. Ditahun 2008, jumlah penabung mencapai 5.190 anggota dan tahun 2009 keanggotaan bertambah 659 orang menjadi 5.849 anggota dengan 89.07% (5.210 orang) merupakan anggota pinjaman dan pembiayaan. 2) Sebaran Wilayah 1. Kodya Bogor
2. Kab. Bogor
3. Kab. Sukabumi
1) 2) 3) 4) 5)
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
1) Kecamatan Cicurug 2) Kecamatan Cidahu
Kecamatan Tanah Sereal Kecamatan Bogor Tengah Kecamatan Bogor Barat Kecamatan Bogor Selatan Kecamatan Bogor Utara
Kecamatan Taman Sari Kecamatan Dramaga Kecamatan Tenjolaya Kecamatan Ciomas Kecamatan Cibungbulang Kecamatan Ciampea Kecamatan Rumpin
Sumber : Koperasi BAIK
Sebaran wilayah keanggotaan koperasi Baitul Ikhtiar terbagi dalam 3 wilayah utama yaitu Kodya Bogor yang menjangkau 5 kecamatan, Kabupaten bogor dengan 7 jangkauan kecamatan. Yang ketiga wilayah Kabupaten Sukabumi, meski wilayah tersebut merupakan
68
wilayah jajahan baru, namun koperasi BAIK sudah mampu menjangkau 2 kecamatan yaitu kecamatan Cicurug & Kecamatan Cidahu.
2.
Laporan kinerja Keuangan Koperasi Baitul Ikhtiar Neraca (Tahun Akhir dan Proyeksi) Koperasi Baitul Ikhtiar Neraca
Tahun 2007
Tahun 2008
Proyeksi tahun 2010
Tahun 2009
AKTIVA Kas Rekening di bank
57.307.900,00
39.134.600,00
60.907.100,00
446.697.835,00
1.210.824.362,29
1.357.394.989,00
1.400.852.676,00
1.807.635.773,00
811.758.150,00
1.580.851.287,00
2.156.702.081,00
3.043.309.437,00
Pembiayaan Yang Diberikan (PYD) CAD Penghapusan Aktiva Produktif
-
Aktiva Tetap (Inventaris + Gedung)
42.302.500,00
Akum. Penyusutan Aktiva Tetap
(24.037.916,67)
Investasi
-
Persediaan
-
Rupa-rupa Aktiva
(63.675.578,00)
(63.675.578,00)
4.978.000,00
218.757.000,00
174.650.750,00
(18.515.888,00)
(74.535.189,00)
20.000.000,00
20.000.000,00
(196.083,00) 20.000.000,00 -
33.876.000,00
Rekening Perantara
(56.205.567,00)
-
-
238.079.432,00
163.391.166,00
213.384.995,00
3.184.036.658,00
3.938.418.557,00
5.567.468.023,00
-
TOTAL AKTIVA
2.132.030.995,62
PASIVA Kewajiban Segera di Bayar
-
Simpanan Lancar
-
372.853.352,78
-
-
420.461.390,00
385.443.040,00
1.080.206.788,00 771.661.630,00
Simpanan Berjangka
-
327.413.880,00
490.151.930,00
Dana Amanah
-
2.000.000,00
2.000.000,00
2.000.000,00
Hutang Lancar
-
177.554.325,00
439.112.637,00
544.806.043,00
730.668.000,00
534.274.000,00
523.000.000,00
Pembiayaan Yang Diterima (PYDit)
568.222.000,00
Rupa-rupa Pasiva
-
Modal
-
954.743.093,00
Cadangan
-
937.753.363,00
-
-
1.404.542.232,00
1.909.555.232,00
589.316.781,00
626.747.956,00
-
SHU Tahun Lalu
106.631.857,34
236.212.551,00
SHU Tahun Berjalan
129.580.692,51
351.973.149,00
93.577.937,00
109.490.374,00
2.132.030.995,63
3.184.036.658,00
3.938.418.557,00
5.567.468.023,00
TORAL PASIVA
-
-
Sumber : Koperasi BAIK
Grafik 1. Pertumbuhan Asset 5.000.000.000,00 4.000.000.000,00 3.000.000.000,00 2.000.000.000,00
2.132.030.995,6 3
3.184.036.658,0 0
3.938.418.557,0 0 Asset
1.000.000.000,00 0,00 2007
2008
2009
Kinerja keuangan Koperasi BAIK setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan Asset yang terus tumbuh setiap tahunnya. Terlebih di tahun 2008 (di tahun pertama menjadi koperasi)
69
Asset mengalami peningkatan mencapai 1,052,005,662.37 atau sekitar 49,34%. Hal ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya volume pembiayaan yang diberikan secara nominal. Laba Rugi (Tahun Akhir dan Proyeksi) Koperasi Baitul Ikhtiar Laba Rugi
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Proyeksi tahun 2010
PENDAPATAN Pendapatan Pembiayaan
132.940.080,00
Pendapatan Investasi
327.178.013,00
-
Pendapatan Operasional
362.945.202,65
Pendapatan Non Operasional
-
TOTAL PENDAPATAN
733.869.888,00
-
495.885.282,65
1.107.095.000,00
-
99.965.560,00
213.786.007,00
502.353.626,00
24.949.310,00
929.497.199,00
972.605.205,00
269.189.500,00 1.376.284.500,00
BIAYA Biaya Bonus
-
Beban Bagi Hasil
-
Beban Premi Anggota
-
-
Beban Tenaga Kerja
-
Beban Pajak
-
Beban Pemeliharaan dan Perbaikan Beban Penghapusn dan Penyusutan
1.061.187.139,00
208.333,00
9.666.667,00
10.911.845,00
2.027.040,00
5.000.000,00
5.192.087,00
7.480.508,00
60.647.733,00
18.304.808,00
48.215.547,00
-
-
72.680.650,00
Beban Non operasional
660.432.354,00
-
-
31.896.250,00
-
413.959.320,00 51.297,00
6.688.005,21
Beban yang Ditangguhkan Beban Umum & Administrasi
65.256.585,00
-
283.085.934,94
Beban Sew a
-
23.012.000,00
-
61.478.700,00
100.728.205,00
72.820.975,00
3.850.000,00
13.375.000,00
17.993.050,00
33.500.000,00
TOTAL BIAYA
366.304.590,15
577.524.050,00
879.027.267,00
1.266.794.126,00
LABA RUGI
129.580.692,50
351.973.149,00
93.577.938,00
109.490.374,00
Sumber : Koperasi BAIK
Grafik 2. Pertumbuhan Laba Rugi 400.000.000,00
351.973.149,00
300.000.000,00 200.000.000,00
Laba Rugi
129.580.692,51
93.577.938,00
100.000.000,00 0,00 2007
2008
2009
Laba di tahun 2008 mengalami peningkatan yang fantastis dengan capaian laba mencapai 171.79%. Hal ini terjadi karena di tahun pertama UPK Ikhtiar menjadi Koperasi BAIK masih mendapat suport dana dari Yayasan
70
Peramu sehingga sebagian besar biaya-biaya masih dibantu oleh Yayasan Peramu. Sehingga biaya yang besar tidak banyak mengurangi pendapatan yang besar di tahun 2008 yang diikuti dengan pertumbuhan anggota tersebut.
3. Laporan Tingkat Pengembalian Pembiayaan pada Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar Resiko atas Pinjaman & Pembiayaan Portofolio ( Finacing & loan Portfolio at Risk) Periode Tunggakan Day past due
JO
Realisasi 2008 Nominal
JO
Realisasi 2009 Nominal
1.
Pinjaman Lancar
2.940
956,596,201
4.326
1,733,923,800
2.
Tunggakan 1-30 hari
1.666
487,148,249
849
3.
Tunggakan 31-60 hari
168
25,099,083
12
4.
Tunggakan 61-90 hari
99
988,084
5.
Tunggakan 91-120 hari
95
792,085
6.
Tunggakan >120 hari
Total
Tumbuh JO Nominal 47,14%
81,26%
272,857,000
-49,4%
-42,14%
3,968,000
-92,86%
-84,19%
9
2,905,000
-90,91%
194,00%
4
1,196,000
-95,79%
50,99%
99
1,028,086
10
4,037,000
-89,90%
292,67%
5.067
2,462,651,788
5.210
2,018,886,800
2,82%
38,03%
Secara keseluruhan kualitas aktiva produktif atau Portofolio at Risk (PAR) pada Koperasi Baitul Ikhtiar pada tahun 2009 mengalami peningkatan dalam performanya dari segi jumlah orang (portofolio) terutama pada pinjaman tertunggak 31-60 hari, 61-91 hari, 91-120 hari yang rata-rata di atas 90 persen. Ini menunjukkan peningkatan performa yang luar biasa. Di tahun 2008 pinjaman lancar hanya 50.02% dari total jumlan portofolio, tetapi di tahun 2009 jumlah anggota peminjam lancar menjadi 83,03%. Walaupun secara jumlah portofolio pada tunggakan >120 mengalami peningkatan dalam performanya yang mencapai 89,90% tetapi secara nominal
71
mengalami penurunan performa mencapai 292,67%, yakni dari Rp1.028.086,menjadi Rp 4.037.000,-.
C. Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syariah yang dijalankan Koperasi BAIK Grameen
Bank
merupakan
sebuah
bank
di
Bangladesh
yang
melaksanakan pemberian kredit kepada golongan termiskin dari masyarakat yang tidak mempunyai jaminan kebendaan atau jaminan orang. Secara harfiah Grameen Bank berarti bank desa yang merupakan bank untuk orang-orang termiskin yang tinggal di daerah pedesaan. 59 Sehubungan dengan keberhasilan Grameen Bank dalam membantu orangorang yang termiskin di daerah pedesaan, banyak negara di dunia mengirimkan pakar-pakar pembangunan dan perbankannya untuk mempelajari program kredit Grameen Bank, kemudian melaksanakan di negaranya termasuk diantaranya para aktivis Peramu dan rekan dari IPB. Dari kunjungan tersebut didisainlah suatu metode untuk pemberdayaan masyarakat miskin yang menjangkau perempuan dengan mengadopsi pola yang digunakan Grameen Bank, namun dengan tetap berusaha memegang nilai-nilai Islami, maka mucullah istilah pola Grameen Syariah.
59
Yayasan Mitra Usaha (YMU), Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia., h. 13.
72
Grameen Syariah merupakan pola pemberdayakan masyarakat miskin melalui pelayanan simpan pinjam, pembiayaan, pendidikan dan pendampingan melalui pengorganisasian perempuan secara berkelompok yang terorganisir dari keluarga miskin oleh Koperasi Baitul Ikhtiar yang merupakan implementasi dari Program Grameen Bank dan Amanah Ikhtiar Malaysia yang beroperasi berdasarkan prinsip Syariah. Meskipun secara praktek banyak kemiripan antara Grameen Bank dengan Grameen Syariah, karena pada dasarnya Pola Grameen Syariah yang dijalankan Koperasi BAIK merupakan replikasi dari Grameen Bank. Namun, ada beberapa hal yang membedakannya. Berikut merupakan tabel gambaran perbedaan Grameen Bank dan Grameen Syariah. Tabel 3.5 Perbedaan Grameen Bank dengan Grameen Syariah No 1 2 3 4 5
Grameen Bank Berdasarkan Bunga Profit oriented Hibungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitur-kreditur. Transaksi tidak diikat dengan akad apapun Tidak terdapat dewan sejenis.
Grameen Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah (Bagi Hasil) Profit & fallah oriented Hibungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan. Transaksi diikat dengan akad Syariah Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
Selain perbedaan di atas, ada beberapa hal lain yang membedakannya, yaitu: 1) Sumber dana Grameen Syariah berasal dari Dana Amanah (ZIS), sedangkan sumber dana Grameen Bank Debitor sendiri.
berasal dari pemerintah dan
73
2) Aktivitas dan proses pelayanan insyaallah sesuai syariah, yakni dengan mengikatkan transaksi dengan akad-akad sesuai syariah. 3) Di Grameen Bank, anggota diperbolehkan untuk Double Account, anggota yang masih memiliki pinjaman dibolehkan untuk meminjam kembali. Sedangkan di Grameen Syariah tidak diperbolehkan sebelum pinjaman & pembiayaannya lunas. 4) Dari segi produk, produk Grameen Bank sudah lebih beragam. Sedangkan di Grameen Syariah baru simpan, pinjam dan pembiayaan. Perbedaan yang mendasar dari Grameen Bank-nya Muhammad Yunus dengan Grameen Syariah-nya Koperasi BAIK adalah Prinsip yang mendasarinya yaitu pelarangan riba dan pengembangan transaksi syariah. Sebagaimana Allah berfirman :
☺⌧ ☺ ☺ ☺
☺
74
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Q.S. Al-Baqarah : 275-276)
75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Responden Untuk pengumpulan data dari sumber primer, yakni responden dilakukan dengan cara penyebaran angket dengan distribusi sebaran sebagai berikut: sebaran anggota yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari enam majlis di wilayah Ciaruteun. Responden yang dipilih merupakan anggota yang sudah mendapat fasilitas pembiayaan dari koperasi BAIK sebanyak tiga kali (tiga tahun). Berikut ini adalah profil singkat beberapa anggota koperasi Baitul Ikhtiar yang menjadi informan penelitian. Profil ini berisi data-data yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan, profil usaha dan sumber pendapatan keluarga yang disajikan dalam bentuk tabel yang dilengkapi dengan narasi. Bentuk penyajian narasi dimaksudkan agar peneliti dapat memberikan deskripsi yang lebih lengkap tentang kehidupan informan. 1. Latar Belakang Pendidikan Latar belakang pendidikan penting ditampilkan untuk menggambarkan kondisi sosial dan ekonomi responden. Tabel berikut menunjukkan bahwa sebagian besar (87,50 persen) informan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, yaitu hanya tamat SD atau MI (Madrasah Ibtidaiyah).
76
Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Responden No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Presentase
1 2 3 4 5 6 7 8
Tidak Sekolah SD/MI SLTP/MTs SLTA/M. Aliah Diploma (1/2) Diploma 3/BA Sarjana Lainnya (Pesantren, Kursus,...) Jumlah
2 21 1 0 0 0 0 0 24
8,33% 87,50% 4,17% 0% 0% 0% 0% 0% 100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Dari seluruh informan, informan yang tidak sekolah sebesar (8,33 persen) dan tamat SLTA hanya satu orang dengan presentase sebesar (4,17 persen). Faktor dominan pendidikan rendah adalah rendahnya pendapatan rumah tangga yang menyebabkan biaya pendidikan menjadi kendala utama. Pendidikan yang rendah identik dengan kebodohan dan kebodohan sangat dekat dengan kemiskinan. Untuk itu Koperasi Baitul Ikhtiar hadir melalui program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis komunitas yang memberikan pelayanan keuangan mikro secara khusus kepada kaum perempuan dari rumah tangga miskin. 2. Pendapatan Rumah Tangga Seperti halnya tingkat pendidikan, besarnya pendapatan rumah tangga informan
penting
menggambarkan
untuk
secara
ditampilkan
langsung
kondisi
karena sosial
pendapatan ekonomi
dapat
informan.
Pendapatan yang rendah merupakan salah satu indikator yang menunjukkan
77
adanya kemiskinan. Berikut ditampilkan gambaran tingkat pendapatan keluarga setelah menjadi anggota Koperasi. Tabel 4.2 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Informan No
Besarnya Pendapatan Rumah Tangga Per Minggu (Rp) <200.000 ≥200.000
1 2 Jumlah
Setelah Menjadi Anggota Kop. BAIK Jumlah % 5 21% 19 79% 24 100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (79 persen) informan berada pada kategori pendapatan rumah tangga yang lebih besar atau sama dengan Rp 200 ribu per minggu. Sedangkan sebagian kecil (21 persen) informan berada pada kategori pendapatan rumah tangga yang lebih kecil dari Rp 200 ribu per minggu. Data ini merupakan informasi pendapatan rumah tangga setelah menjadi anggota dampingan koperasi BAIK. Untuk melihat gambaran peningkatan pendapatan anggota dari sebelum menjadi anggota dan setelah menjadi anggota dapat dilihat pada Tabel 4.6.
B. Pola Grameen Syariah sebagai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin 1. Rekrutmen Anggota 60 a. Assesment wilayah
60
Panduan Simpan Pinjam UPK Ikhtiar-Rekrutment, Yayasan PERAMU
78
1) Penentuan Wilayah Dalam menentukan wilayah harus mengacu pada Rencana Kerja dan Anggaran program yang ada serta telah disepakati melalui rapat di tingkat manajemen program. Penentuan wilayah dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara umum kondisi wilayah yang meliputi jumlah penduduk, perkiraan jumlah masyarakat miskin, jenis usaha, dan lain-lain. Adapun pihak yang terlibat dalam proses ini yaitu supervisi, TPL (Tenaga Pendamping Lapangan), Tenaga lokal, Tokoh masyarakat/aparat setempat. Prosedur : a) Supervisi membuat jadwal kegiatan. b) Supervisi melakukan kunjungan ke tokoh masyarakat dan aparat setempat untuk menyampaikan program ikhtiar secara umum. c) Supervisi bersama TPL atau tenaga lokal melakukan observasi awal, melihat kondisi wilayah secara pintas. d) Supervisi membuat laporan singkat dan rekonendasi layak tidaknya wilayah tersebut untuk mengembangkan program ikhtiar. 2) CHI (Ceck House Index) Proses CHI dilakukan dengan membuat rekap kondisi rumah dan mengkategorikan rumah berdasarkan kelasnya, misalnya tanda A untuk rumah kategori mewah, B untuk rumah kategori sedang, C untuk rumah kategori sederhana. Hasil dari CHI disampaikan pada
79
rapat bersama manajemen untuk menentukan layak atau tidaknya untuk mengembangkan program pada wilayah tersebut. Adapun pihak yang terlibat yaitu Supervisi, TPL, Tenaga Lokal dan Manajemen (Manajer). 3) Penentuan Calon Anggota Berpedoman pada hasil CHI yang sudah disetujui dalam rapat, TPL/Supervisi mensosialisasikan tentang pendaftaran calon anggota baru di wilayah yang telah disepakati untuk pengembangan, dengan menjelaskan kriteria calon anggota.
Kemudian
TPL/Supervisi
menerima pendaftaran dan memasukan serta mengelompokan namanama calon yang sudah mendaftar sesuai dengan alamatnya dalam form/daftar pendaftaran. b. Uji Kelayakan (UK) Uji Kelayakan (UK) adalah proses seleksi bagi calon anggota yang berminat dan telah mendaftar untuk mengikuti program ikhtiar. Kegiatan yang dilakukan adalah penggalian data tentang kondisi secara umum seluruh anggota dengan cara wawancara, hal-hal yang digali adalah kondisi ekonomi rumah tangga, asset keluarga, usaha serta kondisi rumah. c. Latihan Wajib Kelompok (LWK) Latihan ini bertujuan agar para anggota mendapatkan informasi lengkap mengenai program tersebut. Pelatihan ini harus memastikan bahwa para anggota telah memahami dengan penuh dan menerima dengan
80
sukarela dan mematuhi berbagai ketentuan dan peraturan mengenai program. Adapun syarat-syarat dilakukannya Latihan Wajib Kelompok, yaitu: 1) Calon anggota LWK adalah calon yang telah lulus Uji Kelayakan (UK) dengan bukti Form Lulus UK. 2) Sanggup mengikuti seluruh proses Latihan Wajib Kelompok (LWK). 3) Membawa uang sebagai setoran LWK. Latihan Wajib Kelompok (LWK) dilakukan selama tiga hari berturut-turut dengan pihak yang terkait yaitu TPL, Supervisi dan Fasilitator. Apabila ada salah seorang yang tidak hadir, maka proses akan diulang dari awal (hari pertama). Adapun materi dari pelaksanaan LWK, yaitu: 1) Materi hari pertama berisi tentang kelembagaan, proses pembentukan kelompok dan penentuan pola 2.2.1, serta penjelasan tentang mengapa harus pertemuan dan keharusan ada pertemuan mingguan. 2) Materi hari kedua: Apa itu Simpan pinjam (Simpanan baik tabungan wajib, tabungan kelompok, tabungan cadangan dan tabungan sukarela (ketentuan dan cara-caranya). Pinjaman baik Qardulhasan maupun PYD (ketentuan, cara-cara pengajuan dan angsuran). Infaq dan dana sasarengan.
81
Pengenalan
tentang
Galang/Tanggung
Renteng
dan
konsekwensinya bagi anggota. Pengenalan Ikrar. 3) Materi hari ketiga: a) Simulasi tentang bagaimana cara menabung, pengajuan pinjaman dan latihan berakad. b) Memberi nama majlis, menentukan tempat dan waktu pertemuan. Pada hari terakhir, dilakukan tanya jawab dan ujian untuk menilai sejauh mana pemahaman peserta terhadap materi latihan yang telah disampaikan selama tiga hari tersebut. 2. Pendampingan Kelompok Pendampingan yang dilakukan oleh pihak Koperasi BAIK bukan pendampingan yang berfokus pada pendampingan usaha, tetapi lebih pada proses penyadaran pada anggota kelompok. Dalam kegiatan pendampingan terdapat materi pendampingan untuk menunjang kegiatan tersebut. Adapun materi dari pendampingan terdiri dari: a. Penyadaran diri b. Problem solving c. Sosialisasi d. Penguatan kelompok e. Keagamaan f. Penyuluhan kesehatan
82
a. Kebijakan Pertemuan Majlis 61 1) Pertemuan dilaksanakan sekali setiap pekan. 2) Lokasi pertemuan ditentukan oleh kelompok berdasarkan hasil musyawarah bersama. 3) Peserta pertemuan adalah anggota kelompok yang telah melewati proses UK dan LWK. 4) Kegiatan pertemuan meliputi: a) Setoran (angsuran, tabungan kelompok, tabungan sukarela dan infaq/dana sasarengan kalau ada). b) Penarikan (Tabungan sukarela, tabungan wajib kalau ada yang keluar dari keanggotaan). c) Pengajuan pinjaman/Pembiayaan. d) Droping/pencairan pinjaman. e) Pendampingan. 5) Untuk mempermudah kegiatan pengadministrasian, seluruh kegiatan dilakukan dalam satu waktu pertemuan dengan menggunakan alat administrasi Rekap transaksi, Buku dan Kartu tabungan, kartu Angsuran dan Kartu Pengawasan Angsuran. 6) Setiap kelompok terdiri dari 5 orang anggota kelompok yang diketuai oleh satu orang.
61
Panduan Simpan Pinjam UPK Ikhtiar-Sitem dan Prosedur Pelayanan, Yayasan PERAMU
83
7) Pertemuan majlis merupakan pertemuan beberapa kelompok dalam satu kegiatan, dengan posisi duduk berkelompok sesuai dengan Kelompok limaan. 8) Satu majlis terdiri dari dua sampai dengan empat kelompok, yang dipimpin oleh satu ketua majlis. 9) Seluruh anggota kelompok wajib menghadiri pertemuan kelompok pekanan, ketidakhadiran anggota kelompok harus disertai dengan alasan yang jelas dan dapat diterima. 10) Transaksi dan pencatatan transaksi kalau kondisi Majlis sudah mandiri (mampu mencatat semua transaksi ke dalam alat yang diterapkan) maka dilakukan oleh Majlis (Ketua Majlis), kalau itu belum bisa dilakukan maka transaksi dan pencatatannya dilakukan oleh TPL. 11) Keanggotaan/beberapa hak anggota akan gugur apabila mengundurkan diri/keluar atau dikeluarkan oleh anggota majlis yang lain dengan kesepakatan
bersama,
dengan
pertimbangan
anggota
yang
bersangkutan tidak bisa memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai anggota, sehingga mengganggu kelancaran proses kegiatan secara keseluruhan dalam majlis tersebut. b. Prosedur Pinjaman / Pembiayaan 62 1) Pengajuan
Pinjaman
oleh
anggota
dengan
mengisi
Aplikasi
Permohonan Pembiayaan (APP), melampirkan kartu angsuran lama 62
Panduan Simpan Pinjam UPK Ikhtiar-Sitem dan Prosedur Pelayanan, Yayasan PERAMU
84
(untuk pengajuan berikutnya), mengisi formulir kesediaan tanggung renteng. 2) Setiap anggota yang mengajukan harus menyampaikan kepada forum (anggota majlis yang lain) untuk meminta persetujuan anggota lain. Berikut kalimat yang disampaikan oleh anggota yang mengajukan kepada forum : “(nama saya ....., anggota majlis ....... saya akan mengajukan pinjaman sebesar Rp ...... untuk ...... Bagaimana ibu-ibu ....., setuju tidak.?)” 3) Setelah anggota menyampaikan pengajuannya pada anggota lain, TPL menjelaskan sekilas tentang syarat pengajuan pinjaman, termasuk konsekwensi tanggung renteng dan menanyakan pada anggota lainnya apakah seluruhnya setuju dengan pengajuan anggota tersebut. Jika semua telah setuju dan telah mengisi form kesediaan tanggung renteng, maka pengajuan pinjaman atau pembiayaan disertai form tanggung renteng dapat disampaikan pada rapat komite. Untuk pengajuan pinjaman melebihi satu juta maka laporkan ke F/O. 4) F/O memastikan alamat anggota tersebut untuk memudahkan dilakukannya on The Spot (OTS) ke rumah anggota yang bersangkutan dan melakukan penilaian kelayakan secara umum. Laporan hasil OTS dan analisa kelayakan untuk disampaikan dalam rapat komite sebagai bahan acuan dalam menentukan plafond pinjaman. 5) Rapat komite pinjaman / pembiayaan;
85
Rapat komite dilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai rekomendasi plafond yang disetujui dengan merujuk pada hasil perhitungan dan masukan-masukan dari peserta rapat komite (TLP dan Admp). Jika hasil rapat komite menyetujui pengajuan yang diajukan anggota maka pencairan dapat dilakukan.
3. Konsep Tanggung Renteng Pada umumya dalam sebuah program kredit mikro, pada satu waktu nasabah mungkin mengalami kesulitan dalam membayar cicilan/angsuran pinjaman ataupun pembiayaan. Ketika hal ini terjadi, anggota mengerti bahwa hal ini adalah tanggung jawabnya dan kelompok serta majlis untuk memecahkan masalah tersebut. Sebuah organisasi harus mampu membuat sebuah budaya tanggung jawab bersama serta identitas bersama diantara para anggotanya. Jika di Grameen Bank terdapat konsep solidaritas, maka di Kop. BAIK ada konsep Tanggung Renteng. Tanggung berarti ’menanggung, memikul beban’, sedangkan renteng diartikan sebagai ’bersama’. Tanggung renteng berarti menanggung bersama dan menjadi tanggung jawab bersama apabila ada anggota yang mengalami kesulitan membayar. Jika anggota tidak dapat membayar angsuran mingguan, maka anggota lain di dalam kelompok yang sama bertanggung jawab membayar angsurannya. Apabila hal ini tidak dapat
86
dilaksanakan, maka seluruh anggota majlis wajib menghimpun dana untuk mengatasi tunggakan tersebut. 63 Tanggung renteng merupakan bagian dari manajemen resiko untuk pencegahan dini dari adanya pembiayaan bermasalah.
C. Dampak Pendampingan bagi Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar Perempuan dapat keluar dari kemiskinan apabila diberikan beberapa program pemberdayaan ekonomi perempuan. Pintu masuk pemberdayaan perempuan melalui ruang ekonomi ini sebenarnya berangkat dari persoalan nyata perempuan, dimana perlu pemenuhan kebutuhan keluarga serta kesinambungan usaha mereka. Penguatan ekonomi pada perempuan harus dikombinasikan dengan penguatan gender dengan membuka akses perempuan untuk memenuhi kebutuhan khusus perempuan seperti pendidikan, kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup perempuan itu sendiri. Kegiatan pendampingan kelompok bagi anggota koperasi Baitul Ikhtiar diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, baik manfaat secara ekonomi yakni adanya peningkatan usaha dan pendapatan anggota, maupun manfaat bagi kehidupan sosial masyarakat seperti adanya perubahan sikap para anggota khususnya dalam bentuk solidaritas antar sesama dan munculnya kebiasaan menabung di kalangan anggota. Berikut ini adalah analisis atas 63
Yayasan Mitra Usaha (YMU), Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia., h. 34.
87
perubahan yang dialami oleh informan setelah keterlibatannya dalam Koperasi Baitul Ikhtiar. 1. Perkembangan usaha dan peningkatan pendapatan Salah satu produk dari koperasi BAIK yaitu pembiayaan untuk modal kerja. Dengan diberikan tambahan modal dan didukung dengan pengelolaan yang baik akan meningkatkan omset usaha dan tentunya meningkatkan pendapatan usaha. Tabel 4.3 Pengaruh Pembiayaan yang Didapat Terhadap Perkembangan Usaha No 1 2 3 4 5
Pengaruh fasilitas pembiayaan thd perkembangan usaha Sangat berpengaruh Cukup berpengaruh Kurang berpengaruh Tidak berpengaruh Sangat tidak berpengaruh Jumlah
Jumlah
Presentase
17 7 0 0 0 24
70,83% 29,17% 0,00% 0,00% 0,00% 100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Berdasarkan data di atas menunjukkan sebagian besar anggota dari Koperasi BAIK menyatakan bahwa adanya pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan usaha yang dijalankan yaitu sebesar 70,83%. Dengan mendapat pembiayaan dari kopersi, anggota secara langsung mendapat tambahan modal bagi usaha yang dijalani. Hal ini berdampak pada perkembangan usaha yang pada akhirnya akan berdampak pula pada peningkatan pendapatan seperti yang digambarkan dalam tabel di berikut ini.
88
Tabel 4.4 Pengaruh Pembiayaan yang didapat Terhadap Peningkatan Pendapatan No 1 2 3 4 5
Pengaruh Fasilitas Pembiayaan thd peningkatan pendapatan Sangat berpengaruh Cukup berpengaruh Kurang berpengaruh Tidak berpengaruh Sangat tidak berpengaruh Jumlah
Jumlah
Presentase
18 6 0 0 0 24
75,00% 25,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa 75,00% anggota menyatakan bahwa pembiayaan yang didapat sangat berpengaruh pada peningkatan pendapatan. Karena dengan diberi tambahan modal dan pengelolaan yang baik akan berdampak pada peningkatan omset dan pendapatan. Tabel 4.5 Peningkatan Pendapatan Anggota No
Besar Pendapatan Rumah Tangga Per Minggu (Rp)
1 2
<200.000 ≥200.000 Jumlah
Sebelum Mnjd Anggota Kop. BAIK Jumlah % 18 75% 6 25% 24 100%
Setelah Menjadi Anggota Kop. BAIK Jumlah % 5 21% 19 79% 24 100%
Tingkat Pertumbu han % -54% 54%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Berdasarkan tabel di atas, tingkat pendapatan rumah tangga informan menunjukkan adanya perubahan yang cukup signifikan setelah menjadi anggota Koperasi BAIK. Informan yang memiliki pendapatan per minggu di bawah Rp 200.000 mengalami penurunan dari 75% (sebelum menjadi anggota
89
Koperasi BAIK) menjadi 21% (setelah menjadi anggota Koperasi BAIK). Sedangkan informan yang memiliki pendapatan per minggu di atas Rp 200.000 mengalami peningkatan dari 25% (sebelum menjadi anggota Koperasi BAIK) menjadi 79% (setelah menjadi anggota Koperasi BAIK) atau adanya pertumbuhan sebesar 54%. Data awal yang mengiformasikan pendapatan sebelum menjadi anggota diperoleh dari data mitra yang memiliki outstanding PYD pada koperasi Baitul Ihktiar. 2. Menumbuhkan kebiasaan menabung Salah satu isi dari pendampingan adalah penyadaran terhadap anggota kelompok tentang pentingnnya menabung. Anggota tidak hanya meminjam tetapi diarahkan agar dapat membiasakan diri untuk dapat menabung meski dalam jumlah yang sedikit. Dengan membiasakan menabung anggota tidak selalu bergantung pada pinjaman atau pembiayaan dari koperasi jika ada kebutuhan seperti untuk biaya pendidikan anak, biaya berobat, bahkan untuk modal usaha sekalipun seperti ada order mendadak, anggota dapat menggunakan tabungannya sendiri. Seringkali masyarakat memiliki pandangan yang keliru tentang menabung. Seperti, orang menabung sisa pendapatan setelah dipergunakan untuk membiayai hidup, menabung adalah kegiatan yang hanya pantas dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pendapatan besar. Padahal kebiasaan menabung tidak ada kaitannya dengan pendapatan kecil atau besar,
90
melainkan upaya sadar kita untuk menyisihkan pendapatan secara terus menerus seberapapun nilainya. Pandangan menabung yang benar adalah sikap dan perilaku untuk menyisihkan secara sadar dan terus menerus dari setiap penerimaan pendapatan. Akumulasi tabungan akan memiliki dampak bagi stabilitas ekonomi rumah tangga secara berkelanjutan dan membuka peluang terjadinya pemupukan modal sendiri yang berguna bagi pengembangan ekonomi rumah tangga. Kesadaran menabung perlu ditingkatkan, karena jika kemampuan menabung
(saving
power)
meningkat
mengindikasikan
peningkatan
kesejahteraan. Hal ini membuktikan bahwa program tersebut berhasil dalam memberdayakan ekonomi masyarakat miskin terutama perempuan. Islam menganjurkan umatnya agar tidak boros dan kikir. Yang dianjurkan Islam adalah umatnya dapat menyimpan kelebihan atau menabungnya untuk masa depan (menyimpan kelebihan setelah kebutuhan primer terpenuhi). 64 Rasulullah saw. bersabda :
ﻼ ِﻟ َﻴﻮْ ِم َﻓﻘْ ِﺮ ِﻩ ً ْﺼﺪًا َو َﻗ ﱠﺪ َم َﻓﻀ ْ ﻖ َﻗ َ ﺐ ﻃَﻴﱢﺒًﺎ َوَاﻧْ َﻔ َ ﺴ َ ﷲ ِاﻣْ َﺮًأ ِاآْ َﺘ ُ ﺣ َﻢ ا ِ َر ﺟ ِﺘ ِﻪ َ وَﺣَﺎ ()ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ Artinya : ”Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari usaha yang baik, membelanjakan uang secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat ia miskin dan membutuhkannya.” (HR. Muslim dan Ahmad) 64
Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim, (Jakarta: Gema Insani 2004) Hal.83
91
Hal di atas sejalan dengan firman Allah SWT:
⌧ ☺ (٣٤:)ﻟﻘﻤﻦ Artinya : ”Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang aka diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (Lukman : 34) Dari tabel berikut membuktikan bahwa 41,67 persen anggota sering menabung setiap minggunya. Hanya 8,33 persen yang menyatakan jarang menabung. Tabel 4.6 Intensitas Menabung Setiap Pertemuan Mingguan No 1 2 3 4 5
Insentitas Menabung Selalu Sering Jarang Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah
Jumlah 6 10 2 6 0 24
Presentase 25,00% 41,67% 8,33% 25,00% 0,00% 100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Hal ini mengindikasikan kesadaran untuk pentingnya menabung dan mempersiapkan masa yang akan datang telah tumbuh dan akan membawa dampak baik bagi kesejahteraan anggotanya.
Tabel 4.7
92
Besar Tabungan Anggota Per Minggu No 1 2 3 4 5
Besar Tabungan Perminggu ≤ Rp 5.000,Rp 5.000,- sd Rp 10.000,Rp 10.000,- sd Rp 15.000,Rp 15.000,- sd Rp 20.000,≥ Rp 20.000,Jumlah
Jumlah 10 7 2 2 3 24
Presentase 41,67% 29,17% 8,33% 8,33% 12,50% 100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Meski kesadaran menabung cukup tinggi dengan intensitas ‘sering’ nya menabung sebesar 41,67% , tetapi secara nominal masih dalam jumlah yang sedikit. Namun hal tersebut dapat dilatih dengan adanya pembinaan tentang pentingnya konsep menabung untuk mempersiapkan masa depan, sehingga perlahan anggota dapat menambah kemampuan savingnya. 3. Meningkatkan pengetahuan Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam gambaran tentang pola pendampingan di atas, dalam setiap pertemuan selain transaksi rutin (pembayaran angsuran, tabungan & pencairan) juga diselingi dengan adanya materi seperti Problem Solving, diskusi kecil tentang bagaimana penguatan kelompok, meningkatkan kekompakan serta girroh untuk terus berikhtiar.
93
Tabel 4.8 Pegaruh Pendampingan Terhadap Peningkatan Pengetahuan No 1 2 3 4 5
Pengaruh Pendampingan kelompok thd peningkatan pengetahuan Sangat Penting Cukup Penting Kurang Panting Tidak Panting Sangat tidak Panting Jumlah
Jumlah
Presentase
15 9 0 0 0 24
62,50% 37,50% 0,00% 0,00% 0,00% 100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Dari data di atas terlihat bahwa mayoritas responden menyatakan pentingnya mengikuti pendampingan kelompok (menjadi anggota kelompok) untuk meningkatkan pengetahuan. Sebesar 62,50 persen menyatakan sangat panting dan selebihnya hanya mengatakan cukup penting saja. 4. Meningkatkan kepercayaaan diri Kegiatan ekonomi mereka ikut menghasilkan pendapatan tunai telah meningkatkan rasa percaya diri bila terjadi sesuatu mereka akan dapat bertahan. Rasa percaya diri itu terlihat dengan adanya perubahan dari pribadi anggota. Diantara perubahan tersebut yaitu: a. Munculnya keberanian berbicara di depan forum Dengan terbiasa menyampaikan pendapat atau bertanya dalam forum pertemuan majlis yang diadakan seminggu sekali akan menumbuhkan keberanian dalam berbicara.
94
b. Memperluas lingkungan pergaulan Selain pertemuan mingguan, adanya kegiatan pertemuan blok yang diadakan setiap satu bulan sekali selain mendapatkan materi juga merupakan ajang bagi anggota kelompok untuk bersilaturahmi, saling bertukar pengalaman di setiap majlis masing-masing dan menunjukan jati diri sebagai anggota majlis koperasi Baitul Ikhtiar. c. Menggali potensi para anggota Tak jarang lembaga mengadakan suatu acara seperti adanya pertemuan blok, serta moment-moment tertentu seperti pelakasaan kurban pada hari raya Iedul Adha, sembako murah. Untuk melaksanaka acara tersebut, pihak lembaga melibatkan para anggota untuk berperan dalam merancang acara tersebut. Dengan diberikan wewenang untuk berperan dalam acara tersebut, lembaga dapat melihat siapa saja anggota yang aktiv dan lebih berperan dalam acara tersebut untuk dididik dan menjadi kader yang nantinya diarahkan untuk menjadi anggota koperasi secara penuh yang memiliki kontribusi simpok & simwa, dan memiliki suara. Selain itu, memberikan kepercayaan kepada anggota untuk menghandle suatu acara dapat menggali potensi diri para anggota.
95
Tabel 4.9 Pengaruh Pendampingan Terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri No 1 2 3 4 5
Pengaruh pendampingan kelompok thd peningkatan kepercayaan diri Sangat berpengaruh Cukup berpengaruh Kurang berpengaruh Tidak berpengaruh Sangat tidak berpengaruh Jumlah
Jumlah
Presentase
9 14 1 0 0 24
37,50% 58,33% 4,17% 0,00% 0,00% 100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2010
Jika di lihat dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan adanya pengaruh pendampingan kelompok terhadap peningkatan kepercayaan diri anggota. Misalnya, anggota menjadi lebih berani untuk berbicara di depan forum. Bahkan ada pula anggota yang memiliki keberanian untuk memimpin rapat dan kelompoknya. Meski presentase terbesar menyatakan ‘cukup berpengaruh’ yaitu 58,33 %, namun tak sedikit pula yang menyatakan bahwan program pendampinga sangat berpengaruh pada kepercayaan diri mereka.
96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
pendampingan
kelompok
pembiayaan bagi perempuan miskin pada Koperasi Baitul Ikhtiar (BAIK), maka kesimpulannya dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Pola Grameen Syariah yang dijalankan Koperasi Baitul Ikhtiar, pada dasarnya sama dengan apa yang ada pada Grameen Bank, yang dimulai dari proses rekrutmen, pembentukan kelompok, pelatihan kelompok. Dari segi pola yang dijalankan ada beberapa perbedaan, misalnya untuk penentuan tingkat kemiskinan pada calon anggota yang layak untuk menjadi anggota memiliki ukuran yang berbeda (ukuran kemiskinan di negara Banglades dengan di Indonesia), lama waktu pelatihan (Latihan Wajib Kelompok) di Grameen Bank lama latihan kelompok selama tujuh hari, sedangkan di Koperasi BAIK hanya tiga hari saja. Dari segi produk, produk Grameen Bank lebih beragam dibanding yang ada pada Koperasi BAIK. Namun ada hal yang mendasar dari sistem lembaga keuangan Syariah (Koperasi BAIK/Grameen Syariah) adalah pelarangan riba dan pengembangan transaksi syariah. Dalam hal ini instrumen bunga yang dikembangkan dalam ekonomi konvensional sebagai satu-satunya parameter dalam sistem keuangannya merupakan hal yang bertolak belakang
97
dengan sistem ekonomi Islam. 65 Hal ini bukan saja secara normatif adanya pelarangan yang tegas dalam Al-Qur’an, tetapi sistem bunga dalam realitasnya adalah riba yang mengandung aspek kezaliman berupa adanya eksploitasi satu pihak terhadap pihak lain. Keadilan dan keseimbangan sosial seperti yang di paparkan diatas tidak mungkin terwujud ketika sistem berbasis bunga terus dipraktikkan. 66 2. Program pendampingan yang dilakukan oleh Koperasi Baitul Ikhtiar telah membawa manfaat pada penerima manfaatnya yang seluruhnya perempuan. Selain manfaat secara materil yaitu kredit yang bisa mereka akses, tapi juga manfaat yang bersifat non materiil, yaitu meningkatnya harga diri dan kepercayaan diri serta kemampuan dalam melakukan interaksi sosial. Dengan kemudahan akses, menunjukan adanya peningkatan pendapatan yang cukup signifikan setelah menjadi anggota Koperasi BAIK. Program Ikhtiar telah membawa penerima manfaat program untuk bersamasama masuk ke dalam kelompok-kelompok (majlis) yang terorganisir, sebuah pengalaman yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Majlis-majlis inilah yang menjadi sarana pembelajaran para anggotanya dalam rangka pemberdayaan perempuan miskin agar mereka mempunyai kemauan dan kemampuan untuk keluar dari kemiskinan dengan memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya. Dengan berbagai kegiatan yang dirancang oleh 65
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, h.134 66 Ibid., H. 135
98
pihak lembaga dengan materi-materi yang disesuaikan dengan anggota membawa dampak terhadap perluasan pengetahuan bagi para anggota. Pada umumnya orang yang memiliki banyak pengetahuan akan lebih pede dibanding yang tidak. Sehingga lebih jauh akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri mereka. Sehingga perempuan tidak lagi dianggap inferior, karena perempuan telah memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi.
B. SARAN Adapun saran-saran yang penulis dapat sampaikan pada koperasi Baitul Ikhtiar adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis, bahwa pendampingan berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan. Selama ini materi yang disajikan oleh pihak lembaga sudah baik dan cukup memberikan kontribusi. Untuk menambah pengetahuan terutama tentang usaha, maka penulis menyarankan untuk menambah materi pendampingan berupa materi tentang wirausaha. Karena inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif. Dengan adanya materi kewirausahaan diharapkan anggota mendapat tambahan pengetahuan yang luas tentang usaha sehingga dapat menciptakan hal baru melalui pemikiran kreatif dan inovatif.
99
2. Akad merupakan hal yang esensial dalam menentukan sahnya suatu transaksi. Untuk itu pembacaan akad perlu dilakukan dengan lebih hidmat. Dan upayakan ketika pembacaan akad, beri pemahaman agar anggota tidak hanya memahami dalam konteks “pinjam uang” saja, tetapi memahami esensi dari akad tersebut. 3. Dari sisi produk yang ditawarkan Koperasi Baitul Ikhtiar, hendaknya ditingkatkan untuk pengembangan produk, tidak hanya simpan pinjam dan pembiayaan, tetapi dikembangkan dengan produk simpanan berjangka atau Deposito. Seperti halnya simpanan (menabung), produk deposito juga merupakan latihan bagi anggota untuk dapat mengatur keuangan mereka. Dengan adanya tabungan berjangka, anggota dilatih untuk dapat mengukur dan merencanakan kebutuhan keuangan untuk masa depan (seperti saat anak masuk sekolah, untuk pembayaran ujian sekolah, dll). Untuk menarik minat anggota, selayaknya produk ini di beri bagi hasil (akad bukan Wadiah, tetapi dikembangkan menjadi Mudharabah).
DAFTAR PUSTAKA
Alam, M. Nurul dan Getubig, Mike. Pedoman pendirian dan pelaksanaan program Kredit Mikro dengan methode Grameen. Grameen Trust, Grameen Foundation, 2009. Akhbarshah Fikarno, Dave, “Memahami Kemiskinan” Artikel diakses pada tanggal 29 Oktober 2008 dari http://daveakbarshahfikarno.wordpress.com/2009/01/27/ memahami-kemiskinan/ Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers,2009 Azis, M. Amin dan Supanta, Ibnu. Penanggulangan Kemiskinan melalui Pokusma dan BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, Cet. Ke-1. Burhan, Rahman Nidi. Grameen Bank Sebagai Upaya Penanggulanga Kemiskinan: Studi Kasus penerapan Methode Grameen Bank oleh BPRS Prasahabat di Desa Cibarusah, kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi. (Tesis S2 Faculty_of_Social_and_Political_Sciences, Universitas Indonesia) diakses pada 22 Juni 2008 dari http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/abstrak.jsp?id=80030&lokasi=lo kal Cochran, William G. Teknik Penarikan Sampel. Jakarta: UI-Press, 2005, Edisi ke-3. Cahyono, Imam. “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan (Poperty has a women face)”, Jurnal Perempuan, No. 42 (Juli 2005)
Departemen Sosial RI. Panduan Umum Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Departemen Sosial RI, 2005 Gahral Adian,Donny. “Grameen Bank, Bank Kaum Miskin“. artikel. GAPRI (Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia). ”Perempuan Sangat Rentan terhadap
Kemiskinan”,
diakses
pada
tanggal
2
Juni
2010
dari
http://www.gapri.org/page.php?lang=id&menu=news view&news_id=124 Hidayat, Agus. “Program Dana Bergulir“. diakses tanggal 15 Okt 2008 dari http://www.sentrakukm.com Hikmat, Harry. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press, 2004, Cet. Ke-2 Haryanto, Rommy. ”Pemberdayaan Wanita untuk Perkembangan Ekonomi”. diakses pada tanggal 2 Juni 2010 dari http://www.wrp-diet.com/pemberdayaanwanita-untuk-perkembangan-ekonomi/ Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari http://www.kotabogor.go.id/index.php?option= comcontent&task=view&id=5644&Itemid=62&limit=1&limitstart=0 Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997, Edisi ke-3. Mohiudin, A.S.M. Grameen Bank’s Microcredit Outreach and Its Potential Extension in Indonesia For Reachieng MDGs (Paper presented at ‘International Seminar On The Microfinance Institution’ organized by National BWT Congress, Indonesia held on Des 1-5, 2005 at the Bidakara Hotel, jalan Gatot subroto, South Jakarta, Indonesia)
Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, Cet Ke-5. Purwanti, Endah. “Analisa Pemanfaatan Dana Proyek Pola Grameen Bank Terhadap Masyarakat Miskin di Pedesaan: di Desa Bangoan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulung Agung“. (Tesis S2 Dept. of Economic and Development Studies Universitas Indonesia) diakses pada 29 Oktober 2008 dari http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s12002-endah-8779-grameen_ba&q=Desa Pambudy, Ninuk Mardiana, ”Belajar dari Grameen Bank dan Perempuan”, diakses pada
tanggal
28
oktober
2008
dari
http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg05586.html Permataatmadja, Karnaen, Antobio, Muhamad Syafi’i, Apa & Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1999, Cet. Ke-3. Sigiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008. Syahatah, Husein. Ekonomi Rumah Tangga Muslim. Jakarta : Gema Insani, 2004, Cet. Ke-4. Syehabudin, Erik. “Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan”. Artikel diakses pada 29 oktober 2008 dari http://www.radarbanten.com Suma, Muhammad Amin. ”Qardhan Hasanan, Utang (Piutang) yang baik” diakses pada
tanggal
31
Mei
2010
dari
http://www.fsh-uinjkt.net/index.
php?option=com_content&task=view&id=61&Itemid=64
Sudarwati, Lina, “Wanita dan Struktur Sosial (Suatu Analis tentang Suatu Peran Ganda Wanita Indonesia)” diakses pada tanggal 10 maret 2010 dari situs http://liblary.usu.ac.id/downloadfisip/fisip-lina20%sudarwati/pdf Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin, ---------: 2002 Tim Peneliti PSW IAIN Jakarta, Kesadaran Gender di Kalangan Aparat Kelurahan dan Muballigh/Muballighat Se-DKI Jakarta, (Jakarta:Pusat Studi Wanita IAIN Syarif Hidayatullah dengan Biro Bina Sosial Pemerintahan DKI Jakarta: 2000) Yayasan Mitra Usaha (YMU). Petunjuk Pelaksanaan Pendirian Lembaga Pelayanan Kredit bagi Masyarakat Miskin: Sistem Replikasi Bank Grameen di Indonesia. Jakarta: YMU, 1996. Yunus, Muhammad dan Alan Jolis. Bank Kaum Miskin. Tangerang: Marjin Kiri, 2007, Cet. Ke-1. Yunus, Muhammad. Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Widiatmoko, Dono. ”Nobel untuk Muhammad Yunus dan Grameen Bank” artikel diakses pada 22 Juni 2008 dari Error! Hyperlink reference not valid.nobeluntuk-muhammad-yunus-dan-grameen-bank/ www.marjinkiri.com