POKOK BAHASAN
JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA
Tanaman herba tahunan, memanjat. Batang bulat, beruas, bercabang, mempunyai akar pelekat, warna hijau kotor. Daun tunggal, bulat telur, pangkal bentuk jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, menggantung, panjang 3,5-22 cm, warna hijau. Buah buni, bulat, buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna merah. Nama Lokal : ................
Lada (Piper nigrum L.) disebut sabagai raja kelompok rempah (King of Spices) ----- komoditas paling banyak diperdagangkan. Produksi lada Indonesia tahun 2008 mencapai 81.662 ton. Daerah sentra produksi lada di Indonesia : Bangka (lada putih) dan Lampung (lada hitam) Di tingkat dunia lada dari Provinsi Lampung dikenal dengan nama Lampung Black Pepper sedangkan dari Provinsi Bangka dikenal dengan Muntok White Pepper.
Beberapa tahun terakhir lada dikembangkan secara intensif di Kaltim, Kalbar dan Sulawesi Tenggara. Jawa Barat : lada mulai diminati petani dan utk mempercepat masa panen/produktif, ada upaya menangkarkan jenis lada perdu yg berasal dari Lada Panjat dg perlakuan khusus saat pembibitan (oleh BALITRO Bogor maupun penangkar bibit)
Lada (bijinya), sdh dikenal sejak jaman dahulu ; Theoprastus dari Yunani (372 – 387 SM) sudah mengenal 2 jenis Lada yaitu Piper nigrum dan Piper longum. Di Indonesia pd masa penjajahan Belanda Lada pernah menjadi komoditas ekspor utama : Antara tahun 1930 – 1938 rata2 ekspor Indonesia 50.000 ton per tahun. Pada tahun berikutnya (1980) s/d skg rata-rata ekspor per tahun hanya sekitar 30.000 ton.
10 -12 genera (marga) 1.400 species (jenis) antara lain : + Piper betle L. (sirih) + Piper cubeba (kemukus). + Piper retrofractum (cabe Jawa). Varietas Piper nigrum L. a.l. : + Varietas Jambi dan Lampung + Varietas Bulok Belantung + Varietas Muntok atau Bangka
PIPER BETLE L.
PIPER CUBEBA
International Pepper Community (IPC) : produksi lada sepanjang 2013 ini turun. Dari data IPC, produksi lada diperkirakan hanya mencapai 61.000 metrik ton, terdiri atas 40.000 metrik ton lada hitam, dan 21.000 metrik ton lada putih.
Dengan turunnya produksi, otomatis volume ekspor akan terpengaruh. Sepanjang 2013, ekspor lada sebesar 48.000 metrik ton. Padahal pada 2012, ekspor (angka prediksi) mencapai 62.600 metrik ton dengan nilai ekspor mencapai 423,5 juta dollar AS.
Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo : Produksi lada sepanjang 2012 mencapai 75.000 metrik ton. "Produksi lada 2012 naik 60 persen dibanding tahun 2011. Sebagai informasi, sejak Januari 2012 hingga Agustus 2013, harga lada mengalami pasang surut, antara Rp 50.000 dan Rp 60.000 per kilogram untuk lada hitam, dan Rp 75.000-Rp 85.000 per kilogram untuk lada putih.
AwalSeptember, harga lada naik menjadi Rp 69.000 / kg untuk lada hitam, dan Rp 92.000 /kg untuk lada putih. Kepala Promosi dan Komunikasi Pemasaran Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI) menambahkan, mengingat kenaikan permintaan lada dunia rata-rata hanya 5% per tahun, pemerintah perlu mengajak petani fokus pada lada.
Syarat Tumbuh : * Elevasi : 10 – 500 m dpl (dataran rendah). * Curah hujan : 2.000-3.000 mm / tahun dg hari hujan 110 – 170 hari. * Musim kemarau hanya 2 – 3 bulan/tahun. * RH berkisar antara 70 – 90% dgn suhu max 34°C dan min 20° C, opt 25º - 26,5º C. * Ketinggian air tanah : relatif dalam (air tanah 0,5 M di bwh tanah terutama pd tanah gambut tdk ditolerir oleh tnm Lada).
* Topografi : Landai, bergelombang dan berbukit. (perlu drainase untuk menghindarkan genangan / pembusukan akar terutama bagi tanaman muda). * Jenis Tanah : Jenis tanah berpasir gembur, tanah podsolik atau latosol dan tersedia unsur hara yang memadai, tingkat pH tanah berkisar antara, 5 – 6,5.
Tanaman lada dpt diperbanyak dg biji atau setek batang/sulur, tapi umumnya dgn setek batang/sulur krn relatif lebih mudah, ekonomis dan juga dpt mempertahankan sifat-sifat keturunannya. Perbanyakan dengan biji hanya untuk tujuan penelitian.
Tanaman lada pada dasarnya hanya memiliki dua macam sulur (dimorphic plant) yaitu sulur panjat dan sulur/cabang buah. Sulur panjat merupakan bahan tanaman yg paling baik utk tanaman lada yg dibudidayakan dgn menggunakan tiang panjat/tajar. Sulur/cabang buah fungsi utamanya adalah untuk pembentukan buah, selain itu dapat digunakan sbg sumber bahan tanaman lada perdu (tak perlu panjatan).
Sulur panjat adalah sulur yg tumbuh ke atas melekat pd tiang panjat. Sumber bahan tanaman paling baik berupa setek/sulur panjat berasal dr tanaman yg berumur < 2 tahun. Bahan setek yg baik adalah tidak terlalu tua, tapi sdh berkayu (jika terlalu tua, pertumbuhannya lambat, sedang yg terlalu muda juga tidak baik).
Varietas lada yg sudah dilepas adalah : Petaling-1, Petaling-2, Natar-1, Natar-2, LDK-RS, Chunuk-RS dan Bengkayang-LU. Merupakan hasil seleksi peneliti Balittro. Petaling-1 : produktivitas tinggi Petaling-2 : produktivitas tinggi, memiliki tandan buah plg panjang di antara ke-7 var. tsb ; relatif lbh thn kering drpd Petaling-1 Chunuk-RS : banyak ditanam di Bangka, berbuah sepanjang tahun
Natar-1 : paling toleran terhadap penyakit busuk pangkal batang Natar-2 : memiliki akar lekat yang relaif lebih kuat dan mudah melekat pada tajar. Natar-1 & Natar-2 banyak ditanam di Lampung dengan menggunakan tiang panjat hidup (tajar). Bengkayang-LU : daerah penyebaran Kalbar. Diduga berasal dari Bangka yg kmd juga menyebar ke Serawak dan dikenal dengan nama varietas Kucing
Perbanyakan tanaman lada menggunakan setek dpt dilakukan dgn 2 cara: (1) menggunakan setek panjang (5 – 7 buku) dapat langsung ditanam di kebun (2) setek satu buku berdaun tunggal yang harus disemai terlebih dahulu di persemaian. Setek panjang digunakan apabila sumber bahan tanaman cukup banyak dan berasal dari sulur panjat.
Pembuatan Sungkup Pembuatan Media Tanam & Penyusunan Polybag Pra-perlakuan Pada Stek Penanaman Stek Dalam Polybag Pemeliharaan Selama Penyungkupan Pemeliharaan Setelah Pembukaan Sungkup
Sungkup berfungsi utk menciptakan iklim mikro Kerangka atap sungkup dibangun dari bambu yg dibuat melengkung membentuk setengah lingkaran menyerupai keranda mayat. Kerangka berukuran : lebar 1,0 m ; tinggi 0,6 m, sedangkan panjang disesuaikan dgn atap. Bila kerangka sungkup dibuat banyak dan berjejer, maka jarak antar sungkup + 0,75 m.
Media tanam : Campuran tanah halus + pupuk kandang (2:1) ; diaduk kemudian dimasukkan ke dalam polybag (lebar 15 cm ; tinggi 20-25 cm). Polybag yg sudah terisi, disusun di dalam kerangka sungkup secara teratur dan rapi. Selanjutnya dilakukan penyiraman dgn larutan fungsida berbahan aktif mankozeb 0,2% agar media menjadi steril dan stabil. Media dibiarkan beberapa hari sebelum ditanami atau sampai tumbuh gulma-gulma kecil.
Setek cabang buah yg diambil dipotong-potong mjd setek berbentuk setek lada perdu bertapak. Bagian mata tidur dibuang agr tak tumbuh sulur panjat. Panjang setek bertapak antara 20-30 cm, mempunyai 2-3 buah cabang sekunder yg berdaun. Setek dicuci dgn air mengalir kmd dikeringanginkan. Untuk memacu pertumbuhan akar, bagian pangkal setek dicelup cepat dlm 2.000 ppm IBA, atau dioles dgn Rootone F Setek siap ditanam dalam polybag
Membuat lubang pd media tanam polybag sebesar batang pensil sedalam 5 - 10 cm. Memasukkan batang stek kedalamnya tegak lurus kmd menekan tanah agar tjd kontak antara setek dgn media tumbuh dan tdk terdapat kantong udara di antaranya. Sebelum sungkup ditutup lakukan penyemprotan larutan fungisida 0,2% utk menjaga kelembapan udara dalam sungkup dan menghindarkan stek dari serangan jamur. Setelah cukup basah sungkup segera ditutup.
Persemaian dijaga agar kelembapan relatif sekitar 70-80% dan suhu antara 25º-27ºC. Bila dlm beberapa hari setelah ditutup pada plastik bagian dalam sungkup terdapat uap air maka kelembapan udara di dalam sungkup cukup baik. Namun, jika tidak, maka sungkup dibuka dan media tanam diperiksa. Bila kering, perlu penyiraman dan setelah itu ditutup kembali.
Setelah perlakuan penyungkupan selama 7 minggu, pemeliharaan berupa penyiangan dan penyiraman serta penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif mankozeb 0,15% dilakukan.
Satu bulan setelah setek ditanam, tumbuh tunas2 yang selanjutnya akan menjadi sulur2 panjat. Apabila sulur telah membentuk 2 – 3 daun baru, maka setiap tanaman diberi tegakan dari bambu, agar pd bagian bukunya tumbuh akar dan melekat pada tegakan bambu. Secara bertahap sungkup dibuka agar setek beradaptasi dengan,lingkungan tumbuhnya Setelah 3 – 4 bulan, setek telah tumbuh menjadi bibit lada (7 – 9 buku) dan siap ditanam di lapang.
1. Pembukaan Tanah 2. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Lubang Tanam Dilakukan pengajiran dgn jarak 2,5 x 2,5 m. Lubang tanam dibuat dgn ukuran panjang x lebar x dalam (80x60x60 cm / 40x40x40 cm) Tanah galian dicampur pupuk kandang (5 – 10 kg) dan 0,5 kg dolomit serta dibuat mjd guludan berukuran pjg x lbr x tinggi : 90 x 60 x 25 – 30 cm
Pada tanah miring (+15 o) sebaiknya dibuat teras-teras atau menanam tanaman penutup tanah sepanjang kontur (penyengkedan mengikuti garis kontur) dan tidak membuat saluran drainase searah kemiringan tanah. Air yg berlebihan harus dialirkan/dibuang melalui saluran drainase 30 x 20 cm (lebar x dalam) dan parit keliling berukuran 40x30 cm Guludan dibiarkan 2 -4 minggu
1. Penanaman Tajar Panjat Hidup. 2. Penanaman Lada 3. Pemeliharaan a. Pengikatan Sulur Panjat Pembentuk kerangka Tanaman b. Pemangkasan Sulur Gantung dan Sulur Cacing/Tanah c. Pemupukan dan Pemangkasan Tajar d. Penyiangan Terbatas/Bobokor
Untuk tanaman lada panjat, di salah satu sisi lubang (± 10 cm sebelah barat), ditanam tnm panjatan / tajar tempat merambatnya tanaman Lada, a.l. Kapok, Dadap, Lamtoro dan Kalikiria atau Cebreng/gamal (Glyrisidia maculate) dan dadap cangkring (Erythrina fusca Lour) atau bisa dengan panjatan mati berupa tiang kayu (kayu ulin) atau tiang beton. Panjatan hidup bisa ditanam beberapa bulan sebelum penanaman Lada ; diperbanyak melalui setek batang (pjg setek 1,5 m, φ 5 cm) ; dengan menancapkan pangkalnya sedalam 15 – 20 cm. Untuk Lada Perdu tidak diperlukan tiang panjat.
Pada tahun ke-1 tajar diwiwil (dibuang tunastunasnya), kemudian pada tahun ke-2 dilakukan pemangkasan 2 x /tahun (untuk dadap cangkring; untuk gliricidia 3 x /tahun. Pemangkasan dilakukan 7 – 10 hari sebelum pemupukan tanaman lada.
Setek 7 ruas dpt langsung ditanam dgn cara letakkan setek miring (30 – 45°) ke arah tajar, 4 ruas setek bagian pangkalnya (tanpa daun) dibenamkan kedalam tanah, sedang 3 ruas sisanya (berdaun) disandarkan pada tajar . Hal yang sama juga dilakukan apabila menggunakan bibit lada dalam polybag. Bibit harus dilindungi dari teriknya sinar matahari.
Sulur lada yang telah disandarkan pada tajar, diikat agar melekat pada tajar. Apabila setek telah 8 -9 buku dr permukaan tanah, dilakukan pemangkas pada ketinggian 25 – 30 cm dari permukaan tanah (di atas 2 buku yang telah melekat kuat pada tajar ). Tujuan : agar terbentuk 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut harus diletakan pada tajar dengan cara mengikatnya ke tajar. Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah mencapai 7-9 buku (+ 3 bulan ) yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.
Selanjutnya pemangkasan dilakukan secara rutin sampai umur produktif (2 tahun) . Hasil pangkasan tersebut dapat digunakan sebagai sumber bahan tanaman. Pemangkasan rutin tersebut akan memacu pembentukan percabangan produktif yang lebih banyak dan membentuk kerangka tanaman menjadi bagus (lebat).
Pembungaan sebelum tanaman berumur 2 tahun sebaiknya dibuang, karena akan mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman yang mengakibatkan nantinya tidak dapat berproduksi secara optimal. Tanaman dibiarkan berbunga setelah berumur 2 tahun atau lebih
Sulur gantung adalah sulur panjat yang tumbuhnya tidak melekat pada tajar, karena tidak dilakukan pengikatan, sehingga tumbuh menggantung. Sulur cacing atau sulur tanah adalah sulur panjat yang tidak melekat pada tajar dan tumbuh menjalar di permukaan tanah (Gambar 7).
Sulur gantung dan sulur cacing merupakan sulur yang bersifat parasit atau turut menguras nutrisi/makanan tapi tidak produktif, oleh sebab itu sulur tersebut harus selalu dibuang/dipangkas. Pemangkasan kedua sulur tersebut harus dilakukan secara rutin.
Cabang-cabang yang menutupi tanah pada pangkal batang yang menghalangi sinar matahari dan sirkulasi udara harus dipangkas, untuk mengurangi kelembaban pangkal batang yang dapat memicu berjangkitnya penyakit busuk pangkal batang.
Untuk tanaman belum berproduksi : (a) Umur 0 – 12 bulan diberikan 1/8 dosis (200 g/tnm/tahun), 4 x dgn interval 3 bulan sekali (20, 40, 60, dan 80 g/pemberian). Perlu diperhatikan saat memupuk masih ada hujan dan waktu pemberian ke-1 ditambah 5 kg pupuk kandang.
(b) Umur 13 – 24 bulan diberikan 1/4 dosis – 400 g/tnm/tahun dg interval 3 bulan sekali dan agihan pupuk 1 : 2 : 3 : 4 (40, 80, 120 dan 160 g) selama ada hujan, ditambah 5 kg pupuk kandang. Pupuk diberikan ± 30 cm dari pangkal batang, tidak terlalu dekat akar, dengan ditugal 6 – 8 lubang kiri-kanan pangkal batang.
Untuk tanaman umur produktif : Jumlah pupuk anorganik yg diperlukan adalah 1.600 g NPKMg (12- 12-17-2) /tnm/tahun untuk tanaman. Tajar dipangkas 7 – 10 hari sebelum dilakukan pemupukan. Pupuk diberikan dengan cara displit 3 – 4 kali sbb :
Split I : pd awal musim hujan diberikan 0,4 dosis (640 g NPKMg) + 0,5 g dolomit, tajar dipangkas berat (seluruh cabang pd tinggi 3,5 m dibuang). Split II : 40 hari setelah pemberian I sebanyak 0,3 dosis (480 g NPKMg), tajar dipangkas dan membiarkan 2-3 cabang Split III : 40 hari kemudian sebanyak 0,2 dosis (320 g NPKMg), & tajar dipangkas menyisakan 2-3 cabang. Split IV: dilakukan 40 hari kemudian sebanyak 0,1 dosis (160 g NPKMg) ditambah 5 kg pupuk kandang dan tajar dipangkas berat
Penyiangan/bobokor dilakukan secara rutin yaitu membersihkan sekitar pangkal batang tanaman lada . Pada awal musim kemarau setiap guludan diberi mulsa daun-daunan setebal 5 – 10 cm untuk mengurangi penguapan dan menghindari kekeringan berlebihan, tetapi tidak membuat kondisi yg terlalu lembab yg bisa memicu perkembangan penyakit BPB.
Jenis hama dan penyakit tanaman lada Hama penggerek batang (Lophobaris piperis) Hama penghisap bunga (Diconocoris hewetti) Hama penghisap buah (Dasynus piperis) Penyakit busuk Pangkal batang (BPB) Penyakit kerdil/keriting Cucumber Mosaic Virus
Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian Hama Terpadu/PHT yang ramah lingkungan dan berkesinambungan Tujuannya untuk menekan perkembangan hama dan patogen secara cepat, diikuti aplikasi pengendalian secara hayati