Pokok Bahasan III
PERENCANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DI INDONESIA Deskripsi Singkat Isi dan bab ini terutama akan mendiskusikan tentang perencanaan P-DAS di onesia yang dirumuskan pada zaman Orde Barn yang masih relevan hingga saat ini. Bab ini akan dimuai dengan mendiskusikan masalah-masalah yang umumnya terjadi di sebagian besar DAS di Indonesia hingga akhirnya muncullah rumusan perencanaan PS di Indonesia yang dikenal dengan Pola-RLKT dan RTL-RLKT. Relevansi Bab ini Dengan Kegunaan Mahasiswa Setelah mempelajari perencanaan P-DAS secara umum (BAB II), mahasiswa mempelajari perencanaan P-DAS secara khusus, terutama yang telah dilaksanakan Indonesia. Dari pemahaman keduanya diharapkan mahasiswa mampu embangkan bentuk perencanaan P-DAS di Indonesia di masa sekarang dan di masa akan datang.
Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat mengenal dan mengetahui perencanaan P-DAS yang dilakukan di Indonesia sejak tahun tujuh puluhan saat ini. Menanamkan pengertian pada para mahasiswa bahwa sifat perencanaan itu tidak statis tetapi dinamik mengikuti perkembangan zaman.
Materi Pokok Bahasan III Masalah Umum di Sebagian Besar DAS-DAS di Indonesia
Masalah umum yang biasa dijumpai adalah: 1. Penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukannya dan kemampuan daya dukungnya. 2. Penggunaan lahan yang tidak disertai praktek-praktek konservasi tanah dan air akibatnya:
terbentuknya lahan-lahan kritis
banjir di musim penghujan
kekeringan di musim kemarau
pencemaran air
pendangkalan waduk Untuk mengatasinya pemerintah Indonesia sampai saat mi menerapkan rencana
bersifat umum untuk setiap DAS di Indonesia yang disebut sebagai Pola Rehabilitasi Lahan
Universitas Gadjah Mada
1
dan Konservasi Tanah atau Pola - RLKT disertai Rencana Tehnik nangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah atau RTL - RLKT.
Pola - RLKT Maksud penyusunan Poa - RLKT meliputi: 1. Arahan klasifikasi fungsi kawasan 2. Rekomendasi perlindungan hutan, tanah dan air serta RLKT. 3. Arahan urutan prioritas penanganan Sub-DAS berdasarkan tingkat kekritisan Sub4. Arahan pengembangan sosek 5. Arahan money. P-DAS. Tujuan penyusunan Pola – RLKT Adalah untuk memberikan arahan umum dan kebijaksanaan (tehnis) yang dapat diacu bagi instansi/ dinas yang terkait dalam pembangunan/ pemanfaatan lahan serta upaya RLKT. sebagai pra-kondisi untuk mewujutkan kondisi tata-air DAS yang optimal.
1. Arahan Klasifikasi Fungsi Kawasan Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 873/ Kpts/ Urn) 1 1/ 1980; No. 688/ Kpts/ Um/8/1980 serta Keppres No. 57/ 1986-UU No. 4 Th 1982 san UU No. 24 Th. 1992 ada 3 faktor yang digunakan yaitu: 1. Lereng Lapangan 2. Jenis tanah menurut kepohonannya terhadap erosi 3. Curah hujan harian rata-rata
Informasi ke 3 faktor tersebut diperolehdari hasil interpretasi Peta topografi, peta dan data curah hujan di lapangan. Berturut-turut klasifikasi dan nilai skore ke 3 faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lereng Lapangan Kelas
Nilai Skore
1 : 0 % - 8 % (datar)
20
2 : 8 % - 15 % (landai)
40
3 : 15 % - 25 % (agak curam)
60
4 : 25 % - 40 % (curam)
80
5:>40%(sangat curam)
100
2. Tanah menurut kepekaannya terhadap erosi Skore Kelas 1 : Alluvial, tanah glei, Planosal, Hidromorf, Laterik ……(tidak peka)
: 15
Universitas Gadjah Mada
2
Kelas 2 : Latosal …………..…………..…………..…………….... (agak peka)
: 30
Kelas 3 : Brown forest soil, non calcic brown, mediteran ……(agak peka)
: 45
Kelas 4 : Andosol, Latent, Grumosol, Podsol, Podsolik …………… (peka)
: 60
Kelas 5 : Regosol, Litosol, Organosol, Renzina …………… (sangat peka)
: 75
3. Intensitas hujan harian rata-rata Skore Kelas 1
0-13.6 mm/hr
sangat rendah
10
2
13.6 -20.7 mm/hr
rendah
20
3
20.7 - 27.7 mm/hr
sedang
30
4
27.734.8mm/hr
tinggi
40
5
> 34.8 mm/hr
sangat tinggi
50
Penetapan fungsi kawasan setiap unit lahan ke dalam suatu kawasan dilakukan menjumlahkan nilai-nilai shore ke 3 faktor tersebut. Berdasarkan SK Menteri Pertanian tersebut penetapkan kawasan menuntut fungsinya dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Kawasan Lindung Kawasan dengan jumlah nilai shore 175 dan atau kawasan yang memenuhi salah satu atau beberapa syarat sebagai berikut: a. Kawasan hutan dengan kekurangan> 40 % b. Kawasan yang tanahnya sangat peka terhadap erosi : tanah regosal litosal, organosal renzina dengan kelerengan > 15 % c. Kawasan bergambut : tanah gambut dengan ketebalan 3 m yang terdapat di hulu sungai wtsan resapan air: daerah dengan geomorfologi dan struktur tanah yang mampu mudah meresapkan air secara besar-besaran. d. Hutan lindung yang telah ditata-batas e. Pengaman aliran sungai : 100 m kiri-kanan sungai besar dan 50 m kiri-kanan anak di luar pemukiman f.
pengaman aliran sungai : 100 m kiri-kanan sungai besar dan 50 m kiri-kanan anak di luar pemukiman
g. pelindung mata air: 200 m sekeliling mata air. h. Pelindung danau / waduk: 50 - 100 m dan pasang tertinggi ke arah darat. i.
Pelindung sempadan pantai : menimal 100 m dan titik pasang tertinggi ke arah darat.
j.
Pantai berhutan bakau: minimal 180 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi terendah tanaman diukur dan garis air surut terendah ke arab darat.
k. Kawasan rawan bencana : letusan gunung api, tanah longsor dan gempa Universitas Gadjah Mada
3
l.
Kawasan dengan ketinggian > 2000 m d.p.1.
m. kawasan suaka alam : cagar alam. suaka manga satwa dll. n. kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. o. Kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk keperluan khusus sebagai kawasan lindung.
2. Kawasan Penyangga Kawasan dengan jumlah nilai skore 125 - 174 dan atau yang memenuhi kriteria umum sebagai berikut: a. Kawasan dengan keadaan fisik arealnya memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara ekonomis tanpa merugikan segi lingkungan hidup. b. Kawasan yang Iokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga. Apabila dengan skoring terjadi kawasan penyangga berada di dalam kawasan budidaya maka kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan budidaya terbatas; dalam hal ini pengelolaannya sama dengan kawasan penyangga. 3. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Kawasan dengan jumlah skore < 124 dan cocok untuk budidaya kayu-kayuan, tanaman perkebunan dan tanaman industri. Disamping itu harus memenuhi kriteria umum kawasan penyangga.
4. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim Sama dengan No 3. Akan tetapi arealnya terletak pada tanah milik, tanah adat dan tanah negara yang seharusnya dikembangkan untuk usaha tani tanaman semusim.
2. Arahan RLKT Termasuk didalamnya adalah kegiatan perlindungan pada kawasan lindung. Arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah untuk setiap kawasan dirumuskan berdasarkan analisis yang berdasarkan pada: 1. Peta Tata Ruang 2. Klasifikasi Fungsi Kawasan 3. Kemampuan Lahan 4. Kesesuian Lahan 5. Peta Penutupan lahan ( Present Land Use). 6. Data sekunder tentang keadaan lahan kritis 7. Hasil-hasil survai lapangan. Universitas Gadjah Mada
4
Oleh karena itu arahan RLKT tiap wilayah akan berbeda dan tergantung dari: 1. Kondisi alarnnya 2. Issue pokok yang berkembang 3. Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah yang bersangkutan. Rekomendasi RLKT di setiap kawasan Alternatif kegiatan Kawasan I
Vegetative
Kawasan Lindung
-
a. Kws. Hutan
Reboisasi
Live stakes
Suksesi Alam
Brush Layer
Penanaman
Brush wattles
Perlindungan mata air,
Krib tanam
danau, anak – sungai
Bronjong tanam
-
Perkayaan jenis
Bronjong serat
-
Perlindungan gambut
Jaring rami
-
Penghijauan
Rip-Rap
-
Cover crop
-
Jaring rami
-
Perlindungan waduk,
-
Dam Pengendali
mata air sungai,
-
Dam Penahan
tebingjurang
-
Trucuk
Perlindungan - daerah
-
Brojong tanam
-
b. Di luar Kws. Hutan
Tehnik Sipil
-
resapan air II
Kawasan Penyangga
-
Reboisasi
-
Trucuk
a. Di dalam Kws. Hutan
-
Agroforestay
-
Bronjong tanam
-
Cover Caop
-
Saluran buntu
-
Penghijauan
-
Dam Pengendali
-
Hutan Rakyat
-
Dam Penahan
-
Cover Crop
-
Bronjong batu
-
Perlindungan daerah
-
Trucuk
resapan air
-
Teras
Perlindungan kanan - kiri
-
Saluran buntu
Hutan Tanaman Industri
-
Jaring rami
TPTI
-
Bronjong tanam
b. Di Luar Kws. Hutan
-
sungai, mata air III
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan a. Di
dalam
Hutan
Kws. -
Universitas Gadjah Mada
5
b. Di luar Kws. Hutan
IV
-
Saluran Buntu
-
Perkebunan
-
Dam Pengendali
-
Hutan Rakyat
-
Dam Penahan
-
Hutan Kemasyarakatan.
-
Trucuk
-
Bronjong batu
-
Teras
-
Saluran buntu
Kawasan Budidaya
-
Contour Croping
-
Terassering
Tanaman Setahun
-
Strip Cropping
-
Irigasi
-
Multiple Cropping
-
Dam pengendali
-
Rotasi tanaman
-
Terjunan
3. Arahan Urutan Prioritas Penanganan Sub-DAS. -
Ditentukan berdasarkan tingkat kekritisan Sub- DAS/ DAS yang diperoleh dari nilai - nilai indeks erosivitasnya
-
Nilai indeks erosivitas dihitung berdasrkan nilai-nilai indeks unit lahan.
-
Nilai tersebut dihitung berdasarkan 4 faktor yaitu: -
topografi (bentuk wilayah)
-
lereng (slope)
-
bentuk percabangan sungai (dissection faktor)
-
penggunaan lahan
Dengan : U : Nilai indeks erosivitas satuan lahan T : skore bentuk wilayah S : Nilai skore lereng D : Nilai skore bentuk percabangan sungai L : nilai skore penggunaan lahan
Nilai indeks erosivitas Sub-DAS. (IBE) Indeks erosivitas = Indeks Bahaya Erosi
IBE=
Universitas Gadjah Mada
6
b = nilai bobot luas satuan lahan n = banyaknya satuan lahan dalam Sub-DAS.
2. Kelas dan Skore Bentuk Wilayah (T) Kelas
Perbedaan Tinggi (m)
1
1
2
Diskripsi
Simbol
Nilai skore
datar
f
1
+10
Berombak
n
3
3
+10
Bergelombang
r
4
4
+10
Berbukit kecil
kl
3
5
10-50
Berbukit sedang
h2
4
6
50-300
Berbukit
h3
5
7
>300
bergunung
m
5
2. Kelas dan Skore Faktor Lereng (S) Kelas
Interval
Simbol
Nilai Skore
1
0-8%
A
1
2
8-15%
B
2
3
15-25%
C
3
4
24-25%
D
4
5
>45%
E
5
3. Kelas dan Faktor Bentuk Percabangan Sungai / Dissection Faktor (D) Kelas
Simbol
Nilai Skore
Banyak Percabangan
1
Nihil
N
1
0-2
2
Ringan
SL
2
2-5
3
Sedang
M
4
5-10
4
Kuat
S
6
10-17
5
Sangat Kuat
VS
8
17-24
6
Esktrim
E
10
24-35
4. Klasifikasi Faktor Penggunaan Lahan Kelas Penggunaan Lahan
Nilai Skore
1
Sawah
8
2
Hutan Perkebunan
5
3
Tegal Diteras
4
4
Belukar
6
Universitas Gadjah Mada
7
5
Kebun campur
4
6
Alang- alang
3
7
Kota / Pemukiman
4
8
Padang rumput
4
9
Pertanian Lagan Kering
2
10
Lahan gundul / Tigel tanpa teras
1
Klasifikasi IBE I
: IBE ringan dengan nilai 0-5.9
II
: IBE sedang dengan nilai 6-10.9
III
: IBE Berat dengan nilai 11-15.9
IV
: IBE Sangat Berat dengan nilai> 16
4. Arahan Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Rencana pengembangan sosial ekonomi masyarakat didasarkan pada kondisi yang ada berkaitan dengan: -
tekanan penduduk
-
ketergantungan penduduk terhadap lahan pertanian
-
kesempatan kerja di luar pertanian
-
tingkat dan sumber pendapatan
-
ketersediaan sarana dan prasarana
-
organisasi dan kelembagaan formal / non formal
5. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi (money) bertujuan untuk mendapatkan informasi atau umpan balik yang berguna untuk meningkatkan sistem P-DAS. Evaluasi dilakukan terhadap kualitas dan kekuatan rencana yang telah dipersiapkan, pencapaian program dan dampaknya. Monitoring dilakukan terhadap: -
organisasi pelaksana
-
unsur-unsur DAS, antara lain :
Biofisik : penggunaan lahan, erosi, hujan, runoff, sedimentasi Sos-ek : migran, jumlah penduduk, kesehatan, pendapatan, perilaku petani, produktivitas lahan, lapangan kerja, dll.
Universitas Gadjah Mada
8
Pemetaan Peta-peta yang dibuat antara lain : 1. -
Peta Arahan Klasifikasi Fungsi Kawasan
-
Peta Arahan Penggunaan Lahan
-
Peta Lahan Kritis
-
Peta Arahan RLKT
-
Peta Hidrometeorologi dan Prasarana Pengairan
-
Peta Prioritas Penanganan Sub-DAS
2. Peta Pembantu : -
Peta wilayah administratif
-
Peta tanah
-
Peta penggunaan tanah
-
Peta geomorphology
-
Peta lereng/tografi
-
Peta reboisasi dan penghijauan
-
Dll.
Universitas Gadjah Mada
9
RTL-RLKT (Rencana Tehnik Lapangan - Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah)
RTL - RLKT merupakan rencanajangka menengah (± 5 tahun) yang memuat : -
Rencana tehnik RLKT
-
Lokasi dan luas kegiatannya
-
Besamya subsidi serta proyeksi tahunannya
-
Proyeksi personilnya
-
Dukungan tehnologi
-
Alat-alat monitoring Maksud penyusunan RTL - RLKT adalah untuk menyediakan Rencana dasar Kegiatan
RLKT sebagai petunjuk dalam penyusunan Rencana Tehnik Tahunan (RTT) dibidang RLKT seperti
:
Reboisasi,
penhijauan,
hutan kemasyarakatan,
konservasi
pengendahan
peradangan, penyuluhan dan sektor lainnya. Tujuan penyusunan RTL - RLKT adalah memberikan pedomanl acuan agar terlaksana dengan tepat mantap dan terarah pada suatu Sub-DAS. RTL-RLKT disusun berdasarkan pendekatan 2 aspek : aspek biofisik dan aspek sos-ek dan budaya masyarakat setempat. 1. Aspek Biofisik Sebagai dasar perencanaan terutama menggunakan besarnya erosi maksimum pada suatu bidang lahan yang dihitung dengan rumus USLE. 2. Aspek Sosial Ekonomi dan Kebudayaan Aspek sos-ek-bud yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RTL-RLKT antara lain : -
tekanan penduduk
-
tingkat pendidikan
-
pendapatan petani perkembangan penduduk dan kesejahteraan
-
kegiatan dasar wilayah
-
pertumbuhan wilayah
-
kerepotan tenaga kerja
1. Aspek biofisik a. Bahaya Erosi Erosi maksimum yang terjadi pada suatu unit lahan diperkiraan! dihitung dengan rumus USLE. A=RKLSCP Besarnya erosi dikelompokkan seperti Tabel 2 dan dipetakan pada skala 1 : 50.000
Universitas Gadjah Mada
10
Table 2 : Kelas Bahaya Erosi Kelas
Bahaya Erosi (ton/ha/th)
I
< 15
II
15 - 60
III
60 - 180
IV
180 – 480
V
>480
b. Tingkat Bahaya Erosi (TBE). TBE setiap unit lahan didapatkan dengan menumpang tindihkan peta bahaya erosi dengan peta kedalaman solum tanah. Tabel 3. berisi ketentuan untuk menetapkan TBE suatu unit lahan. Kelas Bahaya Erosi Solum tanah
I
II
III
IV
V
(cm)
<15
15-60
60-180
180-480
>480
Dalam
SR
R
S
B
8B
>90
0
1
11
111
lV
Sedang
R
S
B
SB
SB
60-90
I
II
III
IV
IV
Dangkal
S
B
SB
SB
SB
30-60
II
III
IV
IV
IV
sangat dangkal
B
SB
SB
SB
SB
<30
III
IV
IV
IV
IV
0 – SR = sangat ringan
III - B = Berat
I-R
= Ringan
IV - SB = Sangat Berat
II - S
= Sedang
c. Erosi Terbolehkan Tabel 4. Pedoman Penilaian Erosi Terbolehkan untuk tanah – tanah di Indonesia. No. Sifat tanah dan Sub-Stratum
Nilai At (mm/th)
1.
Tanah sangat dangkal di atas batuan induk.
0,0
2.
Tanah sangat dangkal di atas batuan induk yang
0,4
telah melapuk (bahan tak terkonsilidasi). 3.
Tanah dangkal di atas bantuan induk yang telah
0,8
melapuk.
Universitas Gadjah Mada
11
4.
Tanah, kedalaman sedang diatas bantuan induk
1,2
yang telah melapuk. 5.
Tanah dalam dengan lapisan bawah kedap air,
1.6
diatas sub strata yang telah melapuk. 6.
Tanah
dalam
dengan
lapisan
bawah
2,0
berpermeabilitas rendah, diatas sub-strata yang telah meapuk. 7.
Tanah
dalam
dengan
lapisan
bawah
2,5
berpermeabilitas tinggi, diatas sub-strata yang telah melapuk.
2. Aspek Sosial Ekonomi Tekanan Penduduk Kuantitas dan kualitas penduduk berpengaruh terhadap lingkungan. Jumlah penduduk meningkat tekanan terhadap SDA meningkat. Akibat Ledakan Penduduk : -
perluasan pemukiman
-
kebutuhan lapangan kerja
-
masalah pendidikan
-
masalah pangan dan gizi
-
masalah kesehatan
-
masalah degradasi lingkungan
Tekanan penduduk terhadap lahan pertanian (TP) dirumuskan oleh Sumanwoto (1984) TP = Z dengan : TP = tekanan penduduk Z
= luas lahan minimal untuk hidup layak
F
= % petani dalam populasi
Po = jumlah penduduk pada waktu t = 0 r
= rata-rata laju pertumbuhan penduduk
w = waktu L
= luas lahan pertanian
TP = 1 : tepat pada tekanan TP < 1 : masih dapat menampung TP > 1 : sudah berbahaya Universitas Gadjah Mada
12
TP > 1 diatasi dengan : -
transmigrasi
-
intensifikasi
-
ekstensifikasi
-
KB
-
Industry
-
Dll
b. Analisis Kegiatan Dasar Wilayah Untuk mengetahui sektor apa yang berpengaruh besar terhadap kehidupan perekonomian penduduk. LQi = Mi / M Ri / R Keterangan : Qi Koefisien Lokasi : - tenaga kerja, komoditas Mi : Jumlah tenaga kerja yang terlihat dalam sektor i M : Jumlah tenaga kerja yang ada di wilayah pengamatan Ri : Jumlah tenaga kerja yang terlihat di sektor i pada seluruh wilayah pengamatan R : Jumlah Ri.
c. Pendapatan Petani Penghasilan dan usaha tani
= Rp. A
Biaya produksi dan usaha tani
= Rp. B ---------------
1- pendapatan usaha tani/tahun = Rp. A-B 2- penghasilan sampingan
Rp. A1
3- penghasilan dan ternak
Rp. A2
4- penghasilan lain
Rp. A3
Pendapatan di luar usaha tani = Rp. (A1 +A2 +A3) Pendapatan petani/ tahun Rp. (A-B) + Rp (Al + A2 + A3) Rp.(A-B)+Rp.(Al+A2+A3) Pendapatan petani / kapita / tahun = Rp. (A-B) + Rp (Al + A2 + A3 Jumlah — keluarga
Universitas Gadjah Mada
13
Hasilnya untuk menentukan tingkat kesejahteraan petani : -
bantuan penuh
-
subsidi
-
kridit
d. Analisis Perkembangan Penduduk dan Kesejahteraan Perkembangan penduduk -
jumlah penduduk
-
tingkat pertumbuhan penduduk
-
sex ratio
Kesejahteraan Penduduk : -
tingkat tersediannya tenaga kerja yang profesional
-
kepadatan penduduk
-
kepadatan tenaga kerja
-
tingkat pendapatan
e. Kerapatan tenaga kerja Angkatan kerja produktif : 16 s/d 55 tahun
Beban tanggungan tenaga produktif =
Kerapatan tenaga kerja (geografis) =
Kerapatan tenaga kerja (agraris) =
Kepadatan penduduk (geografis) =
Beban tanggungan tenaga produktif =
Angka-angka tersebut dapat diperbandingkan untuk menentukan/mempertimbangkan potensi tenaga yang ada.
Universitas Gadjah Mada
14
f.
Analisis Pusat Pertumbuhan Wilayah Parameter yang digunakan adalah fungsi pelayanan antara lain: -
prasarana perekonomian
-
prasarana komunikasi
-
prasarana pendidikan
-
prasarana kesehatan
-
prasarana transportasi
Untuk mendapatkan gambaran / informasi perkembangan wilayah yang satu dengan lainnya dapat digunakan skore : Apabila pada suatu wilayah terdapat fuigsi pelayanan tertentu (seperti : pasar, bank, alat angkut dli) diberi skore 1 dan 0 bila tidak ada. Dengan menjumlah skore tersebut akan diketahui wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah di sekitarnya. Latihan Soal-Soal
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pola RLKT, RTL RLKT dan RTT. 2. Faktor-faktor apa saja yang diperlukan untuk menentukan arahan prioritas penanganan Sub-DAS dan jelaskan cara penentuan prioritas penanganan Sub-DAS. 3. Hasil dan analisis Tekanan Penduduk (TP), Location Quotient (LQ) dan Income Petani (IP) adalah sebagai berikut : Desa Tugu Selatan : TP < 1, LQ >1 dan IP sedang s/d tinggi Desa Citeko : TP> I, LQ> I dan IP rendah Desa Arjosari : TP >1, LQ < 1 dan IP sedang s/d tinggi Jelaskan kondisi masing masing desa tersebut dan apakah saran saudara berkenaan dengan hal tersebut kaitannya dengan P-DAS.
Universitas Gadjah Mada
15
Referensi
Gunawan, T. 1990. Pola Pengembangan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Seminar: Kantor Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Lipurnomo. 1991. Present Watershed Planning. School of Watershed Management, Bogor, Indonesia. ---------. 1994. Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Kpts. Dirjen RRL No. O73fKpts/V/1994. Departemen Kehutanan, Jakarta. ---------. 1994. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Kpts. Dirjen RRL No. 073/KptsN/1994. Departemen Kehutanan, Jakarta.
Universitas Gadjah Mada
16