POKOK BAHASAN 6. HISTOLOGI
6.1 PENDAHULUAN Histologi didefinisikan sebagai ilmu tentang jaringan. Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai asal, struktur dan fungsi yang sama. Apabila sel-sel yang berkumpul tersebut adalah sel-sel tumbuhan maka disebut jaringan tumbuhan. Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel-sel melakukan pembelahan diri, akan tetapi dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut, pembelahan sel menjadi terbatas di bagian khusus dan tumbuhan. Jaringan ini tetap bersifat embrionik dan selalu membelah diri. Jaringan embrionik ini disebut meristem. Pada dasarnya pembelahan sel dapat pula berlangsung pada jaringan selain meristem, seperti pada jaringan korteks batang, akan tetapi jumlah pembelahan ini sangat terbatas. Sel-sel menistem akan tumbuh dan mengalami spesialisasi secara morfofisiologi (mengalami deferensiasi) membentuk berbagai macam jaringan dan tidak mempunyai kemampuan untuk membelah diri. Jaringan ini disebut jaringan dewasa. Jaringan dewasa penyusun organ tumbuhan tingkat tinggi antara lain: 1. Jaringan pelindung (epidermis) 2. Jaringan dasar (parenkim) 3. Jaringan penguat (penyokong) 4. Jaringan pengangkut (vaskuler) 5. Jaringan sekretoris. 6.2 MERISTEM Seperti telah dijelaskan di atas bahwa jaringan meristem terdiri dari sekelompok sel yang tetap dalam fase pembelahan. Sifat-sifat sel meristem adalah sebagai berikut: 1. terdiri dari sel-sel muda dalam fase pembelahan dan pertumbuhan 2. biasanya tidak ditemukan adanya ruang antar sel di antara sel-sel meristem 3. sel-selnya mungkin berbentuk bulat, lonjong atau poligonal dengan dinding sel yang tipis 4. masing-masing sel kaya akan sitoplasma dan mengandung satu atau lebih inti sel 5. vakuola sel sangat kecil atau mungkin tidak ada.
Klasifikasi meristem Meristem dikelompokan berdasarkan berbagai kriteria, antara lam: posisin posisinya dalam tubuh tumbuhan, asal-usulnya, usulnya, jarmgan yang dthasilkannya, strukturnya, taraf perkembangannya bangannya dan fungsinya.
Gambar 6.1 Posisi meristem pada batang tumbuhan A. Penampang longitudinal B. Penampang lintang (Pandey, 1982)
Berdasarkan posisinya ya dalam tubuh tumbuhan, meristem dibedakan menjadi: 1. Meristem apikal: terdapat di ujung pucuk utama dan pucuk lateral serta ujung akar 2. Meristem interkalar: terdapat di antara jaringan dewasa, contohnya meristem pada pangkal ruas tumbuhan anggota suku rumput-rumputan. rumput 3.
Meristem
lateral:
terletak
sejajar
dengan
permukaan
organ
tempat
ditemukannya, contohnya kambium dan kambium gabus (felogen). (fe Berdasarkan asal-usulnya, usulnya, meristem dikelompokkan menjadi: 1. Meristem primer: apabila sel-selnya sel berkembang embang langsung da dari sel-sel embrionik onik (meristem apikal) 2. Meristem sekunder: apabila pabila sel-selnya sel berkembang dari jaringan dewasa yang sudah mengalami deferensiasi. Contohnya kambium dan kambium gabus (felogen). Merisem primer berasal dan sel-sel sel sel initial yang disebut promeristem, yang berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Haberlandt akan berkembang menjadi protoderm, prokambium dan meristem dasar. Protoderm akan berdeferensiasi menjadi
jaringan epidermis, prokambium akan berdeferensiasi menjadi sistem jaringan pengangkut, sedangkan meristem dasar akan berkembang menjadi parenkim (jaringan dasar). Hanstein membagi ujung akar menjadi tiga daerah, yaitu a. dermatogen, akan berkembang menjadi epidermis; b. periblem, akan berkembang menjadi korteks; dan c. plerom akan berkembang menjadi stele. Sedangkan Schmidt membagi ujung batang menjadi 2 bagian yaitu korpus dan tunika. Korpus merupakan bagian pusat dan titik tumbuh. Daerah ini mempunyai area yang luas dan sel-selnya relatif lebih besar. Selsel daerah korpus ini akan membelah secara tak beraturan. Tunika merupakan bagian paling luar dari titik tumbuh, terdiri dari satu atau beberapa lapis sel, dengan sel-sel yang relatif lebih kecil dan mengalami pembelahan ke samping (ke arah lateral). Meristem sekunder berasal dari sel-sel dewasa yang berubah keadaannya menjadi meristematik. Sel-sel meristem sekunder berbentuk pipih atau prisma yang dibagian tengahnya terdapat vakuola yang besar. Contohnya adalah kambium dan kambium gabus. Kambium dijumpai di dalam batang dan akar dan tumbuhan golongan Dicotyledonae dan Gymnospermae serta beberapa tumbuhan dan golongan Monocotyledonae (A gave, Aloe, Jucca dan Draceana). Sedangkan kambium gabus terdapat pada kulit batang tumbuhan dan dapat membentuk jarmgan gabus yang sukar ataupun tidak dapat dilalui air. Sel-sel gabus umunmya bersifat mati. 6.3 JARINGAN DEWASA Sifat-sifat jaringan dewasa: 1. tidak mempunyai aktifitas untuk memperbanyak diri, 2. mempunyai ukuran yang relatifbesar dibanding sel-sel meristem, 3. mempunyai vakuola yang besar, sehingga plasma sel sedikit dan merupakan selaput yang menempel pada dinding sel, 4. kadang-kadang selnya telah mati, 5. selnya telah mengalami penebalan dinding sesuai dengan fungsinya, 6. di antara sel-sel nya dijumpai ruang antar sel. Ruang antar sel pada tumbuhan tingkat tinggi dapat terjadi dengan cara: 1. Sisogen, apabila sel-selnya saling menjauhi sehingga terbentuk ruang di antaranya, misalnya ruang antar sel pada tangkai daun teratai 2. Lisigen, apabila ruang yang terjadi karena sel beserta isinya larut, misalnya ruang minyak pada daun jeruk
3. Sisolisigen, apabila yang yang terjadi barasal dari larutnya sel tertentu diikuti oleh saling menjauhi sel-sel disekitarnya, misalnya ruang antar protoxilem 4. Reksigen, apabila sel-sel mengalami robekan karena tertarik pertumbuhan di sekitarnya, misalnya pada berkas pengangkut batang jagung. Menunut asal meristem, jaringan dewasa dibedakan menjadi: 1. jaringan primer, apabila Jaringan tersebut sel-selnya berasal dari meristem primer 2. Jaringan sekunder, apabila jaringan tersebut sel-selnya berasal dari Merisem sekunder 6.4 JARINGAN PELINDUNG (EPIDERMIS) Jaringan epidermis adalah lapisan sel yang berada paling luar, pada permukaan organ-organ tumbuhan primer seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Jaringan ini berfungsi melindungi bagian dalam tumbuhan dari segala pengaruh luar yang akan merugikan pertumbuhannya, sehingga jaringan epidermis sering disebut jaringan pelindung. Epidermis biasanya terdiri dan sam lapis sel yang tersusun rapat tanpa adanya ruang antan sel. Pada beberapa jems tumbuhan epidermis terdini atas beberapa lapis sel. Hal ini disebabkan kanena sel-sel protoderm membelah berkali-kali secara periklinal (sejajar permukaan) sehingga terjadi epidermis berlapis banyak. Contoh selsel epidermis velamen pada akar anggrek. Sel-sel epidermis mempunyai bentuk yang bervariasi, misalnya epidermis berbentuk tubular dapat dijumpai pada helaian daun Dicotyledonae dan berbentuk memanjang dijumpai pada helaian daun Monocotyledonae. Pada helaian daun Aloe cristala sel epidermis berbentuk heksagonal. Sel-sel epidermis memiliki protoplas hidup dan dapat menyimpan berbagai hasil metabolisme. Sel-sel epidermis sebagian dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain yang sening disebut denvat epidennis, seperti stoma, trikoma, sel kipas, sistolit, sel silika dan sel gabus. Stoma Stoma (jamak: stomata) adalah lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup. Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau berbeda dengan sel-Sel epidermis lainnya, dan disebut sel tetangga. Sel tetangga
berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar celah. Sel penutup dapat terletak sama tinggi dengan permukaan
Gambar 6.2. Stomata pada epidermis daun tebu (Saccharum officinarum( (Esau,1972)
epidermis, tipe ini disebut panerofor, atau lebih rendah dari permukaan epidermis, tipe ini disebut kriptofor atau lebih tinggi dengan pennukaan epidermis dan disebut tipe menonjol. Pada tumbuhan Dicotyledoneae, sel penutup biasanya berbentuk seperti ginjal bila dilihat dan atas, sedangkan pada tumbuhan suku rumput-rumputan (Poaceae) memiliki struktur khusus dan seragam, dengan sel penutup berbentuk seperti halter dan dua sel tetangga terdapat masing-masing disamping sebuah sel penutup. Berdasarkan susunan sel-sel tetangga yang ada disamping Sel penutup, stomata pada tumbuhan Dicotyledoneae dikelompokkan menjadi 4 tipe: 1. Tipe anomositik/ Ranunculaceae, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang bentuk maupun ukurannya sama dengan sel epidemis disekitamya. Tipe ini umumnya dijumpai pada tumbuhan familia Ranunculaceae, Caparidaceae, Cucurbetaceae dan Malvaceae 2. Tipe anisositik / Cruciferae, yaitu sel penutup dikelilingi oleh tiga buah sel tetangga yang tidak sama besar. Tipe ini umum dijumpai pada tumbuhan anggota familia Cruciferae, dan Solanaceae 3. Tipe parasitik / Rubiaceae, yaitu sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga sejajar dengan sumbu sel penutup serta celah. Tipe ini umum dijumpai pada tumbuhan anggota familia Rubiaceae, Magnoliaceae, dan Mimosaceae
4. Tipe diasitik / Caryophyllaceae, yaitu stoma dikelilingi dua sel tetangga. Dindmg bersama dan kedua sel tetangga itu tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penutup serta celah. Tipe ini umum dijumpai pada tumbuhan anggota familia Caryophyllaceae, dan Acanthaceae. Trikoma Trikoma (jamak: trikomata) berasal dari sel-sel epidermis, terdiri atas sel tunggal atau banyak sel. Struktur yang menyerupai trikoma tetapi lebih besar dan terbentuk dari Jaringan epidermis atau di bawah epidermis disebut emergensia, sedangkan apabila terbentuk dari jaringan stele disebut spina. Trikoma mempunyai peranan yang sangat penting dalam taksonomi tumbuhan karena kadang familia tertentu dapat dikenal dari macam trikomanya. Fungsi trikoma bagi tumbuhan meliputi: 1. mengurangi penguapan (apabila terdapat pada epidermis daun) 2. meneruskan rangsang 3. mengurangi gangguan hewan 4. membantu penyebaran biji 5. Membantu penyerbukan bunga 6. Menyerap air dan garam-garam mineral dari dalam tanah Berdasarkan ada tidaknya fungsi sekresi, trikoma dapat dibedakan: 1. Trikoma yang tidak menghasilkan sekret (trikoma non-glanduler): 1.1 rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, contohnya pada Lauraceae, Moraceae 1.2 rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya pada daun dunan (Durio zibetinus) 1.3 rambut bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun waru (Hibiscus) 1.4 rambut akar yang menipakan pemanjangan sel epidermis dalam bidang yang tegak lurus permukaan akar. 2. Trikoma yang menghasilkan sekret (trikoma glanduler) Trikoma glanduler dapat bersel satu, bersel banyak, atau berupa sisik. Trikoma pada daun tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan trikoma glanduler yang sederhana, memiliki tangkai dengan kepala bersel satu atau
bersel banyak. Pada tumbuhan sering dijumpai berbagai macam trikoma glanduler, yaitu: 2.1. Trikoma hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan beberapa sel kepala dan mengeluarkan larutan yang berisi asam organik. 2.2. Kelenjar garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang pendek. 2.3. Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang kental dan mampu mengeluarkan madu kepermukaan sel 2.4. Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantung dan ujung runcing. Isi sel menyebabkan rasa gatal. Sel kipas Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku Gramineae atau Cyperaceae, tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan ukuran yang lebih besar dibanding sel-sel epidermis di sekitarnya. Sel kipas berfungsi mengurangi penguapan sebagai akibat menggulungnya daun. Epidermis ganda Pada tumbuhan anggota suku Moraceae (Ficus sp), Piperaceae, Begomaceae dan Malvaceae dijumpai lebih dari satu lapis sel dibawah epidermis. Epidermis ganda pada akar anggrek disebut Velamen. Pada epidermis daun beringin (Ficus sp.) selain adanya epidermis ganda juga terdapat penebalan ke arah sentripetal yang tersusun atas tangkai selulosa dengan deposisi Ca-carbonat yang membentuk bangunan seperti sarang lebah yang disebut sistolit dan sel yang mengandungnya disebut litokis. 6.5 JARINGAN DASAR (PARENKIM) Jaringan parenkim merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup, dengan struktur morfologi serta fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan segala kegiatan proses fisiologis. Jaringan parenkim disebut juga jaringan dasar karena dijumpai hampir di setiap bagian tumbuhan, contohnya pada batang dan akar parenkim dijumpai diantara epidermis dan pembuluh angkut, sebagai kortek, parenkim dapat pula dijumpai sebagai empulur batang. Pada daun, parenkim merupakan mesofil daun, yang kadang berdeferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang, parenkim dijumpai sebagai parenkim penyimpan cadangan makanan pada buah dan biji.
Berdasarkan fungsinya, parenkim dibedakan menjadi: 1. parenkim
asimilasi,
yaitu parenkim
yang
bertugas melakukan proses
pembuatan zat-zat makanan, terletak dibagian tumbuhan berwarna hijau. 2. parenkim penimbun berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, terletak dibagian dalam tumbuhan, misalnya empulur batang, akar, umbi, umbi lapis, dan akar rimpang. Organ tersebut sel-selnya berisi cadangan makanan berupa gula, tepung, lemak dan protein. 3. parenkim air dijumpai pada tumbuah xerofit atau epifit sebagai penimbun air untuk menghadapi masa kering 4. parenkim udara dijumpai pada alat pengapung tumbuhan. Parenkim udara dapat pula dijumpai pada tangkai daun Canna sp sebagai tempat penyimpanan udara. 5. parenkim angkut terdapat pada janngan pengakut yang sel-selnya berbentuk memanjang menurut arah pengakutannya. Berdasarkan bentuknya, parenkim dibedakan menjadi: 1. parenkim palisade merupakan parenkim penyusun mesoffi, kadang pada biji berbentuk sel panjang, tegak mengandung banyak kloroplas 2. parenkim bunga karang juga merupakan parenkim penyusun mesofil daun, bentuk dan ukurannya tak teratur dengan ruang antar sel yang relatif lebih besar 3. parenkim bintang (aktinenkim) berbentuk seperti bintang bersambungan ujungnya dijumpai pada tangkai daun Canna sp 4. parenkim lipatan, dinding selnya mengadakan lipatan ke arah dalam serta banyak mengandung kioroplas, dujumpai pada mesofil daun pinus dan padi.
6.6 JARINGAN PENGUAT (MEKANIK) Jaringan penguat merupakan jaringan yang memberikan kekuatan bagi tubuh tumbuhan agar dapat melakukan perimbangan-perimbangan bagi pertumbuhannya. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan mekanik dibedakan menjadi jaringan kolenkim dan jaringan skierenkim.
Jaring kolenkim Jaringan kolenkim berperan penting sebagai jaringan penguat terutama pada organ-organ
tumbuhan
yang
masih
aktif
mengadakan
pertumbuhan
dan
perkembangan. Jaringan kolenkim tersusun oleh sel-sel yang hidup, bentuk selnya sedikit memanjang, umumnya memiliki dinding dengan penebalan yang tak dan hanya memiliki dinding primer, lunak, lentur dan tidak berlignin. Isi sel dapat mengandung kloroplas dan tanin. Secara ontogem jaringan kolenkim berkembang dan sel-sel memanjang yang mirip prokambium dan terlihat pada tingkat awal deferensiasi meristem atau berkembang dan sel-sel isodiametris pada jaringan meristem dasar. Kolenkim dapat dijumpai pada batang, daun, serta bagian-bagian bunga dan buah. Pada akar yang terkena sinar matahari juga dapat dijumpai adanya kolenkim. Pada kebanyakan tumbuhan Monokotyledoneae tidak dapat dijumpai adanya kolenkim jika sel kleremkim dibentuk sejak tanaman masih muda. Berdasarkan penebalan dinding selnya, kolenkim dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu: 1. kolenkim anguler (kolenkim sudut), penebalan dinding terdapat pada sudut sel dan memanjang mengikuti sumbu sel, contohnya pada tangai daun Vitis,
Begonia, Solanum tuberosum dan Atropa belladona. 2. kolenkim lameler (kolenkim lempeng), penebalan dinding sel terutama pada dinding tangensial (sejajar pennukaan organ) sehingga pada inisan melintang terlihat seperti papan yang berderet-deret, contohnya pada korteks batang
Sambucun javanica dan Sambucus nigra. 3. kolenkim tubular (lakunar), penebalan terdapat pada bagian dinding sel yang menghadap ruang antar sel, contohnya pada tangkai daun Salvia, Malva dan
Althaea 4. kolenkim tipe cincin, pada penampang lintang lumen sel berbentuk lingkaran atau seperti lingkaran. Pada waktu menjelang dewasa terlihat bahwa karena pada tipe sudut penebalan bersambungan pada dinding sel maka lumen tidak menyudut lagi. Jaringan skierenkim Sklerenkim merupakan jaringan penguat dengan dinding sekunder yang tebal umumnya terdiri dan zat lignin, sel-selnya bersifat kenyal (plastis). Pada umumnya sel sklerenkim tidak lagi mengandung protoplas, atau dengan kata lain sel-selnya telah
mati dengan dinding sel yang tebal, sehingga jaringan sklerenkim hanya dijumpai pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan sklereid (sel-sel baru). Serabut Serabut pada umumnya terdapat dalam bentuk untaian atau dalam bentuk lingkaran. Di dalam berkas pengangkut, serabut biasanya merupakan suatu seludang yang berhubungan dengan berkas pengangkut atau dalam kelompok yang tersebar di dalam xilem dan fluem. Berdasarkan tempatnya, serat sklerenkim dibedakan menjadi 2 yaitu serat xilem apabila serat tersebut terdapat di dalam sistem jaringan xilem dan serat extra xilem apabila serat terdapat diluar sistem jaringan xilem. Serat-serat sklerenkim mempunyai ukuran antara 2 mm sampai dengan 25 cm. Serat sklerenkim yang panjang dapat dijumpai pada Agave, Hibiscus sabdarffa dan Hibiscus canabinus. Sklereid Sklereid terdapat dalam semua bagian tumbuhan, terutama di dalam kulit kayu, pembuluh tapis dan dalam buah atau biji. Sel sklereid bisa terdapat secara soliter sebagai idioblast atau dalam kumpulan sel dengan jumlah yang besar bahkan pada tempurung kelapa (Cocos nucfera) hampir Seluruhnya terdiri dari sklereid. Secara ontogenis, sklereid berkembang dari sel-sel parenkim melalui penebalan skunder dinding selnya. Berdasarkan bentuknya, sklereid dibedakan menjadi 5 macam, yaitu: 1. brakisklereid, merupakan sel batu yang bentuknya seperti insang ikan, dijumpai pada floem kulit kayu serta daging buah tertentu seperti pir (Pyrus communis) 2. makrosklereid, merupakan sebutan bagi skiereid yang bentuknya seperti tongkat dan dijumpai pada kulit biji tumbuhan suku kacang-kacangan (Leguminosae) 3. osteoskiereid apabila berbentuk seperti tulang dengan ujung yang membesar dan kadang-kadang sedikit bercabang. Sklereid ini dijumpai dalam kulit biji dan kadang-kadang dalam daun Dicotyledoneae. 4. asteroslereid merupakan sklereid yang bercabang-cabang berbentuk seperti bintang dan sering terdapat pada daun.
5. trikoslereid merupakan sklereid yang memanjang seperti benang dengan satu percabangan yang teratur 6.7 JARINGAN PENGANGKUT Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari xilem dan fluem, dimana xilem meliputi trakea dan trakeida serta unsur-unsur lain seperti serabut dan parenkim xilem. Xilem, khususnya trakea dan trakeida berfungsi mengangkut mineral dan air dan akar sampai daun, sedangkan fluem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke bagian organ yang lain contohnya batang, akar atau umbi. Fluem tediri dari buluh tapisan, sel pengiring dan parenkim fluem. XiIem Xilem merupakan suatu Jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin, sehingga xilem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Unsur-unsur xilem terdiri dari: 1.
Unsur trakeal Unsur trakeal merupakan unsur yang bertugas dalam pengangkutan air beserta zat terlarut di dalamnya, dengan sel-sel yang memanjang, tidak mengandung protoplas (bersifat mati), dinding sel berlignin, mempunyai macam-macam noktah. Unsur trakeal terdiri dari 2 macam sel yaitu trakea dan trakeida. Trakea (pembuluh kayu) terdiri dari deretan sel yang tersusun memanjang dengan ujung yang berlubang dan bersambungan pada ujung dan pangkalnya, sedangkan trakeida merupakan sel panjang dengan ujung yang runcing tanpa adanya lubang, sehingga pengangkutan melalui pasangan noktah pada dua ujung trakeida yang saling menimpa. Bagian trakea yang berlubang disebut lubang perforasi. Pada tumbuhan dikenal 3 macam lempeng perforasi, yaitu lempeng perforasi sederhana dengan sebuah lubang yang memenuhi seluruh dinding ujung sel yang ditempati, lempeng perforasi skalariform dengan lubang pipih dan sejajar lempeng sehmga menunjukkan bentuk tangga, lempeng perforasi jala dengan jalinan lubang membentuk jala. Lempeng perforasi skalariform dan jala disebut juga lempeng perforasi mejemuk.
2.
Serat xilem Serat xilem merupakan sel panjang dengan dinding sekunder yang biasanya berlignin. Ada 2 macam serat pada tumbuhan, yakni serat trakeid dan serat libriform. Serat libniform mempunyai ukuran lebih panjang dan dinding selnya lebih tebal dibanding serat trakeid. Dijumpai adanya noktah sederhana pada serat librifom, sedangkan serat trakeid memiliki noktah terlindung.
3.
Parenkim xilem Parenkim xilem biasanya tersusun dari sel-sel yang masih hidup. Dijumpai pada xilem primer maupun xilem sekunder. Pada xilem sekunder dijumpai 2 macam parenkim yaitu parenkim kayu dan parerakim jari-jari empulur. Parenkim kayu sel-selnya dibentuk oleh sel-sel pembentuk fusi unsur-unsur trakea yang sering mengalami penebalan sekunder pada dindingnya. Dijumpai adanya noktah berhalaman dan noktah biasa. Sel-Sel parenkim xilem berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Zat tepung biasanya tertimbun sampai pada saat-saat giatnya pertumbuhan kemudian berkurang bersamaan dengan kegiatan kambium. Parenkim jari-jari empulur tersusun dari sel-sel yang pada umumnya mempunyai 2 bentuk dasar, yakni sel-sel yang bersumbu panjang ke arah radial dari sel-sel bersumbu panjang ke arah vertikal. Floem Sebagaimana telah dikemukakan di muka, floem merupakan Jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke bagian dan tumbuhan yang lama. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk sel-sel yang bersifat hidup dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel pengining, sel albumin (pada Gymnospermae), serat-serat pembuluh tapis dan parenkim buluh tapis. 1. Unsur-unsur tapis Ciri khas dan unsur tapis adalah adanya daerah tapis di dindingnya dan inti hilang dan protoplas. Daerah tapis diartikan sebagai daerah noktah yang termodifikasi dan tampak sebagai daerah cekung di dinding yang berpori-poni. Pori-pori tersebut dilalui oleh plasmodesmata yang menghubungkan dua unsur tapis yang berdampingan. Sel-sel tapis merupakan sel panjang yang ujungnya meruncmg di bidang tangensial dan membulat di bidang radial. Dinding lateral
banyak mengandung daerah tapis yang berpori. Pada komponen bulu tapis dinding ujungnya saling berlekatan dengan dinding ujung sel dibawahnya atau di atas sehingga membentuk deretan sel-sel memanjang yang disebut pembuluh tapis. 2. Set pengiring Sel pengiring berhubungan erat dengan pembuluh tapis. Sel-sel pengiring biasanya merupakan untaian atau deretan yang menyerupai sel parenkim dengan sel-sel yang bersifat hidup.Sel pengiring diduga berperan dalam keluar masuknya zat-zat makanan melalui pembuluh tapis. 3. Sel albumin Sel albumin merupakan sel-sel jari-jari empulur dan sel-sel parenkim buluh tapis yang kaya akan zat putih telur, terletak dekat dengan sel-Sel tapis pada tumbuhan Gymnospermae. Diduga sel-sel albumin mempunyai fungsi serupa dengan sel pengiring. 4. Parenkim floem Parenkim fluem merupakan jaringan parenkim biasa yang terletak di bagian buluh tapis, merupakan sel hidup yang berfungsi sebagai tempat penyimpan zat-zat tepung, lemak dan zat-zat organik lainnya. Tipe-tipe berkas pengangkut Kenyatan di alam bahwa keberadan xilem dan floem dalam jaringan primer selalu berpasangan dan menipakan suatu berkas yang disebut pengangkut. Dalam pengamatan di bawah mikroskop, berkas pengangkut dapat dengan mudah dibedakan dengan jaringan parenkim disekitarnya karena relatif lebih kecil dengan tanpa adanya ruang antar sel, hanya trakea yang sel-selnya lebth besar dibanding selsel disekitarnya. Komponen-komponen xilem sel-selnya berdinding tebal dan mengalami lignifikasi. Berdasarkan posisilletak xilem dan floemnya, berkas pengakut dibedakan menjadi 3 tipe dasar, yakni kolateral, konsentris, dan radial. Masing-masing dari tipe dasar tersebut terbagi lagi menjadi tipe-tipe lainnya, yaitu: kolateral terbagi lagi menjadi kolateral terbuka, kolateral tertutup, dan bikolateral. Sedangkan konsentris terbagi lagi menjadi konsentris amphikibral dan konsentris amfivasal.
Berkas pengangkut tipe kolateral didefinisikan sebagai berkas pengangkut dimana xilem dan floem terletak berdampingan. Floem berada di bagian luar dari xilem. Apabila di antara xilem dan floem dapat dijumpai adanya kambium maka berkas pengangkut ini mempunyai tipe kolateral terbuka. Selain berfungsi sebagai penghubung antara xilem dan floem, kambium juga berperan dalam pembentukan floem ke arah luar dan xilem ke arah dalam, sehingga dikenal pula istilah kambium fasikuler apabila kambium terletak diantara xilem dan floem dari kambium interfasikuler apabila kambium terletak di luar berkas pengangkut. Berkas pengankut tipe ini dijumpai pada tumbuhan golongan Dicotyledonae dan Gymnospermae. Apabila diantara xilem dan floem tidak dijumpai adanya kambium dan dijumpai adanya parenkim sebagai penghubung maka berkas pengangkut ini mempunyai tipe kolateral tetutup. Berkas pengakut tipe kolateral tertutup ini kadang dikelilingi jaringan sklerenkim yang sering disebut sebagai seludang berkas pengakut. Berkas pengangkut tipe ini dijumpai pada tumbuhan golongan Monocotyledonae. Sedangkan berkas pengangkut bikolateral apabila dijumpai adanya floem luar dan floem dalam. Diantara floem luar dan xilem dijumpai adanya kambium. Keberadaan kambium diantara floem dalam dari xilem masih kurang jelas, mungkin hanya berupa parenkim penghubung. Berkas pengakut tipe konsentris merupakan berkas pengakut dimana xilem dikelilingi floem ataupun sebaliknya. Apabila xilem berada ditengah dan floem mengelilingnya maka disebut berkas pengangkut konsentris amphikibral. Umum dijumpai pada tumbuhan golongan paku-pakuan (Pteridophyta), sedangkan apabila floem di tengah dan xilem mengelilinginya maka disebut berkas pengakut tipe konsentris amphivasal, contohnya pada Cirdyline sp dan rizhoma Acorus calamus. Berkas pengangkut tipe radial merupakan berkas pengangkut dimana xilem dan floem letaknya bergantian menurut jari-jari lingkaran. Dijumpai pada akar tumbuhan Dicotyledonae. 6.8 IDIOBLAS Apabila di dalam jaringan tumbuhan terdapat sel atau sekumpulan sel yang bentuk dan fungsinya berbeda dengan sel-sel disekitarnya maka disebut idioblast. Idioblas dapat berupa alat sekresi ataupun kelenjar di dalam jaringan tumbuhan.
Alat sekresi Alat sekresi merupakan suatu sel atau sekumpulan sel yang berfungsi sebagai penghasil zat-zat dimana zat-zat mi tidak dikeluarkan oleh sel-sel yang bersangkutan. Ada beberapa macam alat sekresi pada tumbuhan yakni saluran getah, sel-sel resin dan minyak, sel-sel lendir, sel-sel zat penyamak, sel-sel resin dan sel-sel kristal. Saluran getah Saluran getah merupakan sel atau kumpulan sel yang berisi cairan yang berwarna putih seperti susu yang disebut lateks. Pada tumbuhan dikenal dua macam saluran getah yakni buluh getah dan sel getah. Buluh getah tersusun dan rangkaian sel yang satu sama lain saling berhubungan. Sel-selnya merupakan sel longitudinal yang dinding melintangnya biasanya memiliki lubang-lubang kecil (perforasi) atau dinding selnya telah hilang sama sekali. Buluh getah im kadang-kadang berhubungan lateral sehingga membentuk jaringan seperti jala, contohnya pada tumbuhan anggota Compositae,
Campanulaceae,
Caricaceae,
Papilionaceae
dan
Euphorbiacae.
Sedangkan buluh getah biasa (tidak beranastomase) terdapat pada tumbuhan angota familia Convolvulaceae, Labiatae dan Musaceae. Sel getah merupakan saluran getah yang terdiri dari satu sel yang sangat panjang. Sel getah tersebut ada yang bercabang masuk ke dalam jaringan, contohnya familia Apocynaceae, Urticulaceae dan Moraceae, sedangkan sel getah yang tidak bercabang dijumpai pada tumbuhan anggota Euophorbiaceae, Apocynaceae dan Moraceae. Sel resin dan minyak Sel resin dan minyak merupakan sel yang biasanya mengandung resin, damar ataupun minyak eteris. Sel resin biasanya mempunyai volume yang lebih besar dibanding sel-sel disekelilingnya dengan dinding bergabus, bentuk bulat atau seperti pembuluh. Sel-sel resin umum dijumpai pada tumbuhan golongan Coniferae (Pinus). Minyak eteris dijumpai di dalam sel sebagi tetes-tetes minyak yang terdapat pada selsel yang telah man dengan dinding sel yang biasanya bergabus. Minyak eteris akan membiaskan cahaya apabila terkena sinar matahan. Sel lendir Sel lendir merupakan sel yang hidup, inti selnya sering berbentuk benang. Selsel lendir kadang tersusun membentuk lapisan-lapisan. Lendir dihasilkan oleh
dinding sel, zat-zat tersebut dikeluarkan, kemudian dinding selnya larut sehingga terbentuk ruang lendir yang terjadi secara lisigen. Sel penyamak Sel penyamak berada secara kelompok ataupun tersendiri, berbentuk isodiametns dan menghasilkan zat penyamak. Zat-zat penyamak ini a.l dihasilkan oleh tumbuhan Arecatechu (pinang), Terminalia cateppa (ketapang) dan Uncaria (gambir). Mirosin Sel mirosin merupakan sel yang berisikan senyawa protein berupa mirosin. Keberadaan sel-sel mirosin sangat sulit untuk bisa dideteksi secara visual, hanya bisa terlihat apabila direaksikan dengan reagan Millon dan akan menunjukkan warna merah. Sel-sel mirosin biasanyaa berbentuk seperti bulu-bulu dan banyak dijumpai pada tumbuhan Raphanaus ativus, Brassica oleraceae. Kelenjar Kelenjar merupakan sekumpulan sel yang menghasilkan suatu zat dimana zat tersebut dikeluarkan dan sel penghasilnya. Ada beberapa macam kelenjar pada tumbuhan, a.l. kelenjar epitel apabila sel-selnya berdampingan sath dengan yang laimiya sehingga merupakan suatu lapisan sel, kelenjar rambut dijumpai pada permukaan organ (epidermis) terdiri dan satu sel atau banyak sel. Kelenjar ini disebut koleter dan zat yang dthasilkan disebut blastokola. Nektania merupakan kelenjar yang banyak menghasilkan nektar ataupun madu. Nektania banyak dijumpai pada organ bunga yang berfungsi untuk menarik serangga pada proses penyerbukan.