PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2016

No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2016

I.



Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) serta Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS).



Produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IMK Bali pada Triwulan I Tahun 2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,91 persen secara triwulanan (quarter to quarter / q-to-q) jika dibandingkan Triwulan IV Tahun 2016. Capaian pertumbuhan IMK Bali ini berada di atas pertumbuhan nasional yang sebesar 0,76 persen pada periode yang sama.



Jika dilihat secara periode tahunan (year on year / y-on-y), IMK Bali pada Triwulan I Tahun 2016 tumbuh positif sebesar 12,34 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2015 lalu. Bahkan angka pertumbuhan IMK Bali pada triwulan ini jauh lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 5,91 persen.



Sementara itu, produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IBS Bali pada Triwulan I Tahun 2016 (q-to-q) tumbuh negatif sebesar minus 7,32 persen atau berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh negatif sebesar minus 1, 41 persen pada periode yang sama.



Jika dilihat secara tahunan (year on year / y-on-y), produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IBS Bali pada Triwulan I Tahun 2016 tercatat tumbuh 0,41 persen, namun masih berada di bawah level nasional yang tumbuh sebesar 4,08 persen.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)

Harus diakui bahwa peranan IMK dalam memacu dan mempercepat pembangunan daerah pada era otonomi dewasa ini semakin nyata dan strategis. Oleh karena itu, komponen masyarakat dan pelaku usaha IMK di Bali khususnya, akan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang ada baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Dalam memajukan IMK di daerah misalnya, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum di tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah mengakomodir dan sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah bersangkutan. Oleh karena itu, permasalahan daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan secara bersinergi antara berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus menggunakan sumber daya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumber daya setempat. Untuk itu, perlu Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

1

menjadi perhatian bahwa peran IMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan, dan peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan IMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara usaha/perusahaan IMK, pemerintah, dan masyarakat setempat. Sesungguhnya permasalahan industri atau usaha IMK yang dihadapi cukup banyak dan beragam. Tetapi bila diungkapkan secara spesifik, maka permasalahan utama IMK pada umumnya berkaitan dengan aspek permodalan, kendala pemasaran, lemahnya pengembangan/penguatan usaha, akses lembaga perbankan, desain, teknologi, daya saing, dan lain sebagainya. Terkait dengan itu, Pemerintah Provinsi berkomitmen menciptakan wirausaha yang mampu bersaing menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Sejumlah program telah dikucurkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam memacu dan mendorong kinerja usaha IMK. Salah satunya adalah Program Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Bali Mandara. Program ini merupakan wujud nyata keberpihakan Pemerintah Provinsi Bali pada perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) melalui pemberian jaminan kredit yang mempunyai usaha secara layak dan dibiayai perbankan namun kesulitan akses perbankan karena ketiadaan agunan. Seperti diketahui, masalah agunan/jaminan ini menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan pertumbuhan produksi IMK di Bali. Permasalahan klasik dan pelik tersebut sangat mempengaruhi gerak ekonomi kreatif IMK sehingga sulit untuk berkembang. Padahal kearifan lokal pariwisata di Bali memberikan dampak positif terhadap eksistensi IMK untuk berperan secara maksimal dalam menambah daya pikat industri kreatif. Karena itu, dengan adanya Program Jamkrida Bali Mandara ini diharapkan membawa angin segar bagi pertumbuhan produksi IMK di Pulau Dewata sebagai salah satu lokomotif perekonomian. Tabel 1 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IMK Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan IV - 2015 dan Triwulan I - 2016 (dalam persen) Bali

Nasional Triwulan IV Triwulan I 2015 2016

Kode KBLI

Jenis Industri

Triwulan IV 2015

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

5,47

2,42

2,49

1,36

-3,62

0,44

1,00

1,29

-10,10

-6,71 1,56

Triwulan I 2016

10 11

Industri Makanan Industri Minuman

12

Industri Pengolahan Tembakau

23,85

-4,03

13

Industri Tekstil

11,16

4,38

2,28

14

Industri Pakaian Jadi

7,63

18,24

1,23

15

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

2,06

4,65

6,57

2,16

16

6,67

5,02

3,70

0,82

17

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas

-0,04

-2,74

-0,80

0,68

13,95

18

Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

-0,43

22,72

3,68

11,94

20

Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

-4,32

3,05

3,95

0,33

23

Industri Barang Galian Bukan Logam

10,51

-5,81

-0,58

Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya

-0,40

25

6,69

6,78

-0,15

Industri Furnitur

-7,70

31

8,95

9,21

-2,21

Industri Pengolahan Lainnya

0,75

32

-0,11

-0,92

-2,30

6,68

3,91

1,35

-0,57 0,76

Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)

2

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

Saat ini, sudah cukup banyak produk kerajinan Bali yang dapat diproduksi oleh perusahaan/usaha IMK. Lihat saja, trend pasar oleh - oleh Bali yang tidak pernah sepi dari pengunjung domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa kerajinan Bali sangat diminati, terlebih dengan cukup prospektifnya pasar dalam negeri. Selain pasar domestik, produk yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK Bali juga sangat diminati kalangan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali. Hal ini cukup membawa pengaruh terhadap produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK di Bali secara triwulanan (q-to-q) yang tumbuh sebesar 3,91 persen pada Triwulan I-2016 dibandingkan pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni Triwulan IV tahun 2015 yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,68 persen. Secara periode triwulanan (q-to-q), dari 15 (lima belas) jenis industri yang merupakan hasil olahan Survei Industri Mikro dan Kecil Triwulanan (VIMK) Bali pada periode Triwulan I 2016, terdapat 5 (lima) kontributor utama yang menyumbang pertumbuhan positif, yakni (1) industri percetakan dan reproduksi bahan rekaman (kode KBLI 18) yang tumbuh sebesar 22,72 persen, (2) industri pakaian jadi (kode KBLI (14) sebesar 18,24 persen, (3) industri furnitur (kode KBLI 31) yang tumbuh sebesar 9,21 persen, (4) industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (kode KBLI 25) yang tumbuh sebesar 6,78 persen, dan (5) Jenis industri berikutnya adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode KBLI 15) yang tumbuh sebesar 6,57 persen. Tabel 2 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Y-on-Y) IMK Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan I - 2015 dan Triwulan I- 2016 (dalam persen) Bali

Kode KBLI

Jenis Industri

Triwulan I 2015

Triwulan I 2016

(1)

(2)

(4)

(4)

10 11

Industri Makanan Industri Minuman

12

Nasional Triwulan I Triwulan I 2015 2016 (5)

(6)

8,13

6,05

9,46

6,16

3,91 13,22

20,14 -58,34

7,49

Industri Pengolahan Tembakau

-3,86 5,25

11,38

13

Industri Tekstil

13,13

20,72

11,47

5,50

14

Industri Pakaian Jadi

-0,69

36,48

7,71

5,79

15

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

5,11

-3,94

-0,20

8,74

16

1,52

17,41

-0,60

17

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas

8,88

25,32

11,82

18

Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

8,98

22,05

3,70

23,31

20

Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

9,52

25,80

8,79

16,04

23

Industri Barang Galian Bukan Logam

13,80

4,09

-4,98

2,59

25

Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya

15,86

10,91

-6,25

-11,07

31

Industri Furnitur

4,95

26.89

10,87

0,41

32

Industri Pengolahan Lainnya

27,72

0.69

-2,24

0,28

11,72

12,34

5,65

5,91

Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)

-2,27 4,84

Jika dicermati secara periode tahunan (y-on-y), jumlah wisman yang berkunjung ke Bali meningkat 15,96 persen, dari 946.011 orang di Triwulan I-2015 menjadi 1.096.975 orang di Triwulan I-2016. Hal ini merupakan salah satu pendorong bagi pengembangan IMK di Bali. Pada konteks lain, yang menarik dari bisnis pariwisata adalah sektor ini memberikan multiplier effect terhadap industri lain seperti makanan, akomodasi, transportasi, hiburan, pameran, dan lainnya, sehingga investasi Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

3

yang dikembangkan perlu diarahkan pada komoditas usaha yang strategis sesuai dengan permintaan/ kebutuhan pasar. Paling tidak, hal tersebut berdampak pada pertumbuhan produksi IMK, baik dari sisi permintaan (demand), volume produksi, dan perluasan pasar. Alhasil, pertumbuhan produksi IMK Bali pada Triwulan I 2016 secara periode y-on-y mencapai 12,34 persen, dimana kondisi ini mengalami akselerasi pertumbuhan jika dibandingkan periode yang sama di Tahun 2015 lalu yang tumbuh sebesar 11,72 persen. Tabel 3 Pertumbuhan Produksi IMK Bali Triwulanan Tahun 2015 (dalam persen) Periode Q-to-Q

2016

Periode Y-on-Y

Komulatif (Tahunan)

Tahun Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan IV

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan IV

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

2015

2,19

5,53

-3,97

6,68

11,72

20,96

12,54

10,48

13,80

2016

3,91

-

-

-

12,34

-

-

-

Gambar 1 Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan IV 2015 dan Triwulan I 2016 Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)

Gambar 2 Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan I 2015 dan Triwulan I 2016 Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)

10.00

15.00

(%)

(%) 6.68

10.00

12.34 11.72

5.00

5.91 3.91

5.00

1.35 0.76

0.00 Triwulan IV 2015 : Nasional

Triwulan I 2016 : Bali

5.65

0.00 Triwulan I 2015 : Nasional

Triwulan I 2016 : Bali

Secara periode tahunan (y-on-y), sebagian besar pertumbuhan produksi bernilai positif kecuali ada 1 (satu) jenis industri yang berkontraksi negatif, yakni: (1) industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode KBLI 15) sebesar minus 3,94 persen. Sementara itu, terdapat 5 (lima) kontributor utama yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi di atas 15 persen, yakni: (1) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar 36,48 persen, (2) industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar 26,89 persen, (3) Industri Bahan Kimia dan Barang dari bahan kimia (kode KBLI 20) sebesar 25,80 persen, (4) industri percetakan dan reproduksi media

4

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

rekaman (kode KBLI 18) sebesar 22,05 persen, dan (5) industri tekstil (Kode KBLI 13) sebesar 20,72 persen.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)

II.

Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional, termasuk keberadaan industri manufaktur besar dan sedang di Bali. Pada Triwulan I 2016 (secara q-to-q), pertumbuhan produksi IBS di Bali mengalami kontraksi sebesar minus 7,32 persen. Artinya, pertumbuhan produksi IBS Bali pada triwulan kali ini mengalami pertumbuhan negatif, sebanding dengan pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni Triwulan IV tahun 2015 yang juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,38 persen. Tabel 4 Pertumbuhan Produksi IBS Bali Triwulanan Tahun 2015 (dalam persen) Periode Q-to-Q

2016

Periode Y-on-Y

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan IV

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan IV

Komulatif (Tahunan)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

2015

-5,14

6,46

-0,93

-0,38

5,46

7,79

9,50

2,78

6,31

2016

-7,32

-

-

-

0,41

-

-

-

-

Tahun

Gambar 3 Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan IV 2015 dan Triwulan I 2016 Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)

10.00

5.00

(%)

Gambar 4 Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan I 2015 dan Triwulan I 2016 Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)

1.69

(%)

0.00

5.46 -0.38

-1.41

5.00

4.08

5.05

-5.00 -7.32

0.41 -10.00 Triwulan IV 2015 : Nasional

Triwulan I 2016 : Bali

0.00 Triwulan I 2015 : Nasional

Triwulan I 2016 : Bali

Kontributor utama yang mengalami pertumbuhan positif disumbangkan oleh jenis industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang dari anyaman bambu, rotan dan sejenisnya (kode KBLI 16) yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,17 persen.

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

5

Tabel 5 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan IV - 2015 dan Triwulan I - 2016 (dalam persen) Bali

Nasional Triwulan IV Triwulan I 2015 2016

Kode KBLI

Jenis Industri

Triwulan IV 2015

Triwulan I 2016

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

-2,47

-8,67

-2,89

-0,76

8,98

-6,78

1,13

-0,09

3,08

-6,77

1,55

-1,45

0,35

-2,12

-4,61

1,96

1,63

0,17

1,02

5,60

-1,64

-9,50

-2,50

-0,65

10,61

-8,93

-3,66

-3,37

-0,38

-7,32

1,69

-1,41

10

Industri Makanan Manufacture of food products

11

Industri Minuman Manufacture of beverages

13

Industri Tekstil Manufacture of textiles

14

Industri Pakaian Jadi Manufacture of wearing apparels

16

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like

31

Industri Furnitur Manufacture of furniture

32

Industri Pengolahan Lainnya Other manufacturing Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)

6

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

Tabel 6 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (y-on-y) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan I - 2015 dan Triwulan I - 2016 (dalam persen) Bali

Kode KBLI

Jenis Industri

(1)

(2)

10

Industri Makanan Manufacture of food products

11

Industri Minuman Manufacture of beverages

13 14 16

31

Industri Tekstil Manufacture of textiles Industri Pakaian Jadi Manufacture of wearing apparels Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like Industri Furnitur Manufacture of furniture

32

Industri Pengolahan Lainnya Other manufacturing Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)

Nasional

Triwulan I

Triwulan I

Triwulan I

Triwulan I

2015

2016

2015

2016

(3)

(4)

(5)

(6)

-21,42

11,03

7,08

4,54

-14,01

3,76

6,32

-0,95

-26,13

8,82

-0,25

2,41

6,28

19,34

-3,00

-9,97

2,08

-2,27

0,88

7,22

-6,42

12,43

2,95

0,40

-12,64

9,37

3,96

-1,06

5,46

0,41

5,05

4,08

Secara periode tahunan (y-on-y), pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan I 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 0,41 persen, dimana angka pertumbuhan tersebut berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh sebesar 4,08 persen pada periode yang sama (Tabel 6). Sementara itu, terdapat 5 (lima) kontributor utama yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi, yakni: (1) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar 19,34 persen, (2) industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar 12,43 persen, (3) industri makanan (kode KBLI 10) sebesar 11,03 persen, (4) industri pengolahan lainnya (kode KBLI 32) sebesar 9,37 persen dan (5) industri tekstil (kode KBLI 13) sebesar 8,82 persen. III.

Beberapa Konsep dan Definisi 1. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilanya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). 2. Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiataan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain, sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapatkan imbalan sebagai balas jasa (upah maklon).

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

7

3. Pengelompokan industri pengolahan biasanya didasarkan pada jumlah tenaga kerja yaitu: Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Industri Mikro. 4. Industri Besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. 5. Industri Sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. 6. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang. 7. Industri Mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang. 8. Kode Klasifikasi Industri yang digunakan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009. KBLI yang tercakup dalam pengumpulan data Industri besar dan sedang pada Triwulan I Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Kode industri 10 : Industri Makanan – Manufacture of food products Kode industri 11 : Industri Minuman – Manufacture of beverages Kode industri 13 : Industri Tekstil – Manufacture of textiles Kode industri 16 : Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya – Manufacture of wood and of products of wood

Kode industri 31 Kode industri 32

8

and cork, exept furnitur; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like : Industri Furnitur – Manufacture of furniture : Industri Pengolahan Lainnya – Other manufacturing

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei 2016

Informasi lebih lanjut hubungi: Tri Erwandi, SE, M.Si. Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail: [email protected]