No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN II TAHUN 2017
I.
Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) serta Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS).
Produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IMK Bali pada Triwulan II Tahun 2017 mengalami penurunan, sebesar minus 5,67 persen secara triwulanan (quarter to quarter / q-to-q) jika dibandingkan Triwulan I Tahun 2017. Capaian pertumbuhan IMK Bali ini berada di bawah pertumbuhan nasional sebesar 0,47 persen pada periode yang sama.
Jika dilihat secara periode tahunan (year on year / y-on-y), IMK Bali pada Triwulan II Tahun 2017 tumbuh positif sebesar 3,82 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2016 lalu. Bahkan angka pertumbuhan IMK Bali pada triwulan ini lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 1,32 persen.
Sementara itu, produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IBS Bali pada Triwulan II Tahun 2017 (q-to-q) mengalami penurunan sebesar minus 3,98 persen atau berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh positif sebesar 2,57 persen pada periode yang sama.
Jika dilihat secara tahunan (year on year / y-on-y), produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IBS Bali pada Triwulan II Tahun 2017 tercatat minus 3,13 persen, dan berada di bawah level nasional yang tumbuh positif sebesar 4,00 persen.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)
Harus diakui bahwa peranan IMK dalam memacu dan mempercepat pembangunan daerah pada era otonomi dewasa ini semakin nyata dan strategis. Oleh karena itu, komponen masyarakat dan pelaku usaha IMK di Bali khususnya, akan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang ada baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Dalam memajukan IMK di daerah misalnya, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum di tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah mengakomodir dan sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah bersangkutan. Oleh karena itu, permasalahan daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan secara bersinergi antara berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus menggunakan sumber daya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumber daya setempat. Untuk itu, perlu menjadi perhatian bahwa peran IMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan, dan Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
1
peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan IMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara usaha/perusahaan IMK, pemerintah, dan masyarakat setempat. Sesungguhnya permasalahan industri atau usaha IMK yang dihadapi cukup banyak dan beragam. Tetapi bila diungkapkan secara spesifik, maka permasalahan utama IMK pada umumnya berkaitan dengan aspek permodalan, kendala pemasaran, lemahnya pengembangan/penguatan usaha, akses lembaga perbankan, desain, teknologi, daya saing, dan lain sebagainya. Terkait dengan itu, Pemerintah Provinsi berkomitmen menciptakan wirausaha yang mampu bersaing menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Sejumlah program telah dikucurkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam memacu dan mendorong kinerja usaha IMK. Salah satunya adalah Program Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Bali Mandara. Program ini merupakan wujud nyata keberpihakan Pemerintah Provinsi Bali pada perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) melalui pemberian jaminan kredit yang mempunyai usaha secara layak dan dibiayai perbankan namun kesulitan akses perbankan karena ketiadaan agunan. Seperti diketahui, masalah agunan/jaminan ini menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan pertumbuhan produksi IMK di Bali. Permasalahan klasik dan pelik tersebut sangat mempengaruhi gerak ekonomi kreatif IMK sehingga sulit untuk berkembang. Padahal kearifan lokal pariwisata di Bali memberikan dampak positif terhadap eksistensi IMK untuk berperan secara maksimal dalam menambah daya pikat industri kreatif. Karena itu, dengan adanya Program Jamkrida Bali Mandara ini diharapkan membawa angin segar bagi pertumbuhan produksi IMK di Pulau Dewata sebagai salah satu lokomotif perekonomian. Tabel 1 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IMK Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan I - 2017 dan Triwulan II - 2017 (dalam persen) Bali
Kode KBLI
Jenis Industri
(1)
(2)
Triwulan I 2017
Triwulan II 2017
Nasional Triwulan I Triwulan II 2017 2017
(3)
(4)
(5)
(6)
5,72
-3,89
10 13
Industri Makanan Industri Tekstil
4,49
-2,89
-11,78
-10,33
Industri Pakaian Jadi
-0,39
4,51
14
21,59
-6,98
8,82
15
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
1,01
3,69
-2,50
4,31
-2,07
0,34
-5,13
17
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas
6,26
6,78
16
17,56
3,90
1,66
15,87
23
Industri Barang Galian Bukan Logam
2,05
-10,61
-2,44
25
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
0,79
-2,85
0,89
-3,67
Industri Furnitur
3,58
31
2,42
-7,84
4,48
0,46
32
Industri Pengolahan Lainnya
8,00
-10,92
6,36
5,60
-5,67
4,65 2,44
Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)
0,47
Secara periode triwulanan (q-to-q), dari 10 (sepuluh) jenis industri yang merupakan hasil olahan Survei Industri Mikro dan Kecil Triwulanan (VIMK) Bali pada periode Triwulan II 2017, terdapat 2 (dua) kontributor utama yang menyumbang pertumbuhan positif, yakni (1) industri kertas
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
dan barang dari kertas (kode KBLI 17) yang tumbuh sebesar 3,90 persen dan (2) industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (kode KBLI 25) yang tumbuh sebesar 0,89 persen. Tabel 2 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Y-on-Y) IMK Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan II - 2016 dan Triwulan II- 2017 (dalam persen) Bali
Nasional Triwulan II Triwulan II 2016 2017
Kode KBLI
Jenis Industri
Triwulan II 2016
Triwulan II 2017
(1)
(2)
(4)
(4)
(6)
(6)
10 13
Industri Makanan Industri Tekstil
3.60
7,14
6,49
1,87
20.22
-21,89
7,78
0,93
14
Industri Pakaian Jadi
19.15
12,74
8,45
4,10
15
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
-1.00
-3,05
7,18
7,22
16
9.84
6,95
1,41
0,98
17
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas
12.24
21,58
11,48
23,37
23
Industri Barang Galian Bukan Logam
6.55
-7,49
1,74
-3,61
25
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
10.86
7,41
-13,65
-4,41
31
Industri Furnitur
18.55
-4,99
1,50
2,02
32
Industri Pengolahan Lainnya
1.48
-3,78
-2,84
10,99
8,99
3,82
6,56
1,32
Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)
Saat ini, sudah cukup banyak produk kerajinan Bali yang dapat diproduksi oleh perusahaan/usaha IMK. Lihat saja, trend pasar oleh - oleh Bali yang tidak pernah sepi dari pengunjung domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa kerajinan Bali masih diminati, terlebih dengan cukup prospektifnya pasar dalam negeri. Selain pasar domestik, produk yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK Bali juga sangat diminati kalangan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali. Hal ini cukup membawa pengaruh terhadap produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK di Bali secara triwulanan (y-on-y) yang tumbuh sebesar 3,82 persen pada Triwulan II-2017 dibandingkan pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni Triwulan II tahun 2016 yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,99 persen. Tabel 3 Pertumbuhan Produksi IMK Bali Triwulanan Tahun 2016 (dalam persen) Periode Q-to-Q Tahun
2017
Periode Y-on-Y
Komulatif (Tahunan)
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2016
3,91
2,39
0,60
3,60
12,34
8,99
14,19
10,88
11,56
2017
5,60
-5,67
-
-
12,69
3,82
-
-
-
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
3
Gambar 1 Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan I 2017 dan Triwulan II 2017 Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)
9.00
6.00
(%) 3.00
Gambar 2 Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan II 2016 dan Triwulan II 2017 Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)
5.6
(%)
2.44
0.00
6.00
8.99 6.56
3.82
0.47 3.00
-3.00 -5.67
1.32
0.00
-6.00 Triwulan I 2017 : Nasional
Triwulan II 2017 : Bali
Triwulan II 2016 : Nasional
Triwulan II 2017 : Bali
Secara periode tahunan (y-on-y), sebagian besar pertumbuhan produksi bernilai positif kecuali ada 5 (lima) jenis industri yang berkontraksi negatif, yakni: (1) industri tekstil (kode KBLI 13) sebesar minus 21,89 persen , (2) industri barang galian bukan logam (kode KBLI 23) sebesar minus 7,49 persen, (3) industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar minus 4,99 persen, (4) industri pengolahan lainnya (kode KBLI 32) sebesar minus 3,78 persen, dan (5) industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode KBLI 15) sebesar minus 3,05 persen. Sementara itu, terdapat 5 (lima) kontributor utama yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi di atas 5 persen, yakni: (1) industri kertas dan barang dari kertas (kode KBLI 17) sebesar 21,58 persen, (2) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar 12,74 persen, (3) ) industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (kode KBLI 25) yang tumbuh sebesar 7,41 persen, (4) industri makanan (kode KBLI 10) sebesar 7,14 persen, dan industri kayu, barang dari kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (kod KBLI 16) sebesar 6,95 persen. II.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional, termasuk keberadaan industri manufaktur besar dan sedang di Bali. Pada Triwulan II 2017 (secara q-to-q), pertumbuhan produksi IBS di Bali mengalami penurunan sebesar minus 3,98 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni Triwulan I tahun 2017 yang juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 0,14 persen.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
Tabel 4 Pertumbuhan Produksi IBS Bali Triwulanan Tahun 2016 (dalam persen) Periode Q-to-Q Tahun
2017
Periode Y-on-Y Triwulan IV
Triwulan I
Triwulan I
Triwulan II
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2016
-7,32
-0,22
-1,96
3,04
0,41
-5,89
-3,53
-6,58
-0,85
2017
-0,14
-3,98
-
-
0,56
-3,13
-
-
-
Gambar 3 Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan I 2017 dan Triwulan II 2017 Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)
7.00
5.00
5.00
(%)
(%)
3.00
-1.00
Triwulan IV
Gambar 4 Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan II 2016 dan Triwulan II 2017 Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)
7.00
1.00
Triwulan II
Triwulan III
Komulatif (Tahunan)
Triwulan III
5.54
3.00 0.99
2.57
4.00
1.00 -1.00
-0.14
-3.00
-3.98
-5.00
-5.00
-7.00
-3.13
-3.00 -5.89
-7.00 Triwulan I 2017 : Nasional
Triwulan II 2017 : Bali
Triwulan II 2016 : Nasional
Triwulan II 2017 : Bali
Kontributor utama yang mengalami pertumbuhan positif disumbangkan oleh (1) industri minuman (kode KBLI 11) yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,15 persen, dan (2) industri tekstil (kode KBLI 13) sebesar 3,71 persen. Sedangkan industri yang mengalami penurunan, yakni (1) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar minus 14,93 persen, (2) industri pengolahan lainnya (kode KBLI 32) sebesar minus 14,86 persen, (3) industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar minus 11,15 persen, industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (kode KBLI 16) sebesar minus 6,13 dan (5) industri makanan (kode KBLI 10) sebesar minus 2,96 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
5
Tabel 5 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan I - 2017 dan Triwulan II - 2017 (dalam persen) Bali
Nasional Triwulan I Triwulan II 2017 2017
Kode KBLI
Jenis Industri
Triwulan I 2017
Triwulan II 2017
(1)
(2)
(4)
(4)
(5)
(6)
1,01
-2,96
-0,07
8,59
-1,39
7,15
-4,68
0,40
2,92
3,71
3,80
-3,49
5,72
-14,93
-0,28
5,18
1,47
-6,13
2,11
0,59
--11,33
-11,15
3,35
0,69
-7,16
-14,86
-0,73
-7,77
-0,14
-3,98
0,99
2,57
10
Industri Makanan Manufacture of food products
11
Industri Minuman Manufacture of beverages
13
Industri Tekstil Manufacture of textiles
14
Industri Pakaian Jadi Manufacture of wearing apparels
16
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like
31
Industri Furnitur Manufacture of furniture
32
Industri Pengolahan Lainnya Other manufacturing Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
Secara periode tahunan (y-on-y), pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan II 2017 mengalami penurunan sebesar minus -3,13 persen, dimana angka pertumbuhan tersebut berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh positif sebesar 4,00 persen pada periode yang sama (Tabel 6). Sementara itu, terdapat 2 (dua) kontributor utama yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi, yakni: (1) industri tekstil (kode KBLI 13) sebesar 10,22 persen, dan (2) industri minuman (kode KBLI 11) sebesar 4,09 persen. Sedangkan industri yang mengalami penurunan, yakni (1) industri pengolahan lainnya (kode KBLI 32) sebesar minus 20,58 persen, (2) industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar minus 14,54 persen, (3) industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (kode KBLI 16) sebesar minus 8,93 persen, (4) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar minus 6,06 persen, dan (5) industri makanan (kode KBLI 10) sebesar minus 0,52 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
Tabel 6 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (y-on-y) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan II - 2016 dan Triwulan II - 2017 (dalam persen) Bali
Kode KBLI
Jenis Industri
(1)
(2)
10
Industri Makanan Manufacture of food products
11
Industri Minuman Manufacture of beverages
13 14 16
31
Industri Tekstil Manufacture of textiles Industri Pakaian Jadi Manufacture of wearing apparels Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like Industri Furnitur Manufacture of furniture
32
Industri Pengolahan Lainnya Other manufacturing Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
Nasional
Triwulan II
Triwulan II
Triwulan II
Triwulan II
2016
2017
2016
2017
(3)
(4)
(5)
(6)
1,59
-0,52
5,17
7,04
4,74
4,09
2,07
-8,26
5,57
10,22
-4,51
-2,23
-0,79
-6,06
-6,81
4,33
3,67
-8,93
2,37
-3,93
2,93
-14,54
0,34
-1,18
-7,69
-20,58
-7,68
-10,53
-5,89
-3,13
5,54
4,00
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
7
III.
Beberapa Konsep dan Definisi 1. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilanya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). 2. Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiataan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain, sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapatkan imbalan sebagai balas jasa (upah maklon). 3. Pengelompokan industri pengolahan biasanya didasarkan pada jumlah tenaga kerja yaitu: Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Industri Mikro. 4. Industri Besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. 5. Industri Sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. 6. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang. 7. Industri Mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang. 8. Kode Klasifikasi Industri yang digunakan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009. KBLI yang tercakup dalam pengumpulan data Industri besar dan sedang pada Triwulan I Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Kode industri 10 : Industri Makanan – Manufacture of food products Kode industri 11 : Industri Minuman – Manufacture of beverages Kode industri 13 : Industri Tekstil – Manufacture of textiles Kode industri 16 : Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya – Manufacture of wood and of products of wood
Kode industri 31 Kode industri 32
8
and cork, exept furnitur; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like : Industri Furnitur – Manufacture of furniture : Industri Pengolahan Lainnya – Other manufacturing
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 52/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017
Informasi lebih lanjut hubungi: Tri Erwandi, SE, M.Si. Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]