No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011
PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011
1.
Pada Triwulan I – 2011, PDRB Bali tumbuh sebesar 0,75 persen dibanding Triwulan IV - 2010 (quarter to quarter/q-to-q). Pertumbuhan tersebut didorong oleh tujuh sektor ekonomi, di luar sektor industri pengolahan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kedua sektor itu mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) masing-masing sebesar 0,21 persen dan 2,07 persen.
Dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (year on year/y-on-y), PDRB Bali mengalami pertumbuhan sebesar 6,01 persen, yang didorong oleh seluruh sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang dominan dan memiliki pertumbuhan tertinggi (economic drive) terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, khususnya pada subsektor penggalian sebesar 22,29 persen.
Besaran nominal PDRB Bali atas dasar harga berlaku pada Triwulan I - 2011 mencapai Rp 17,47 trilyun, sementara atas dasar harga konstan mencapai Rp 7,45 trilyun.
Dari sisi komponen penggunaan (demand side), PDRB Bali digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga sebesar 60,52 persen; konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 0,83 persen; konsumsi pemerintah sebesar 13,03 persen; pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) sebesar 30,32 persen; perubahan stok/inventori sebesar 0,35 persen; serta ekspor neto sebesar 0,31 persen (ekspor sebesar 99,69 persen dan impor sebesar 99,37 persen).
Dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q), hanya PMTDB dan perubahan inventori yang mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 2,30 persen dan 1,28 persen.
Dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), semua komponen penggunaan tercatat mengalami pertumbuhan. Tumbuhnya perekonomian Bali dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya didorong oleh pertumbuhan komponen pengeluaran rumahtangga dengan source of growth sebesar 7,42 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan I – 2011
Irama dan pergerakan ekonomi Bali relatif stabil pada triwulan I tahun ini, kendati sedikit mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya. Dibandingkan dengan Triwulan IV – 2010, ekonomi Bali pada Triwulan I – 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 0,75 persen. Pertumbuhan tersebut didorong oleh hampir seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) masingmasing sebesar 0,21 persen dan 2,07 persen. Pertumbuhan negatif yang terjadi pada sektor industri pengolahan tidak terlepas dari turunnya nilai tambah dari tiga subsektor, yakni subsektor makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,39 persen; barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 3,53 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011
1
persen; serta semen dan barang galian bukan logam sebesar 3,49 persen. Sedangkan pada sektor pengangkutan dan komunikasi, penurunan laju pertumbuhan yang terjadi dikarenakan menurunnya nilai tambah dari subsektor pengangkutan sebesar 2,79 persen. Sebaliknya, pada subsektor komunikasi terjadi kenaikan nilai tambah (pertumbuhan positif) sebesar 1,21 persen. Adapun yang menjadi kontributor utama terhadap menurunnya nilai tambah pada subsektor pengangkutan adalah subsektor angkutan jalan raya dan angkutan udara yang masing-masing turun sebesar 2,01 persen dan 5,85 persen. Kecenderungan menurunnya jumlah wisatawan mancanegara ke Bali pada Triwulan I – 2011 ini cukup berdampak pada berkurangnya jumlah penumpang sebesar 8,77 persen di subsektor angkutan jalan raya. Sedangkan di subsektor angkutan udara terkait pada jumlah penumpang yang berangkat dan muat barang, di mana pada triwulan ini jumlah penumpang yang berangkat turun 1,61 persen, dan muat barang juga turun 10,08 persen jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tertinggi pada Triwulan I – 2011 terjadi pada sektor listrik, gas, dan air bersih yang mencapai 2,42 persen atau berada di atas pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,07 persen. Permintaan (demand) dari konsumen/pemakai energi listrik dan air bersih dari rumahtangga, industri, hotel, dan pelaku ekonomi lainnya terus bertambah. Hal ini sejalan pula dengan laju kenaikan penduduk. Laju pertumbuhan nilai tambah pada subsektor listrik mencapai 2,70 persen, seiring meningkatnya volume produksi energi listrik yang terjual. Sedangkan laju pertumbuhan nilai tambah pada subsektor air bersih mencapai 1,61 persen atau sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,30 persen. Tabel 1 Laju Pertumbuhan PDRB Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam persen) Lapangan Usaha (1)
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian
Triw. I - 2011 Triw. I - 2011 terhadap terhadap Triw. IV - 2010 Triw. I - 2010
Sumber pertumbuhan q-to-q
Sumber pertumbuhan y-on-y
(2)
(3)
(4)
(5)
1,08
2,83
0,21
0,57
0,07
22,29
0,00
0,13
- 0,21
4,10
- 0,02
0,42
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
2,42
6,84
0,04
0,10
5. Bangunan
1,18
7,50
0,05
0,30
3. Industri Pengolahan
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1,60
8,23
0,51
2,61
- 2,07
4,26
- 0,23
0,47
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
0,96
4,29
0,07
0,31
9. Jasa-jasa
0,87
8,05
0,12
1,11
PDRB
0,75
6,01
0,75
6,01
7. Pengangkutan dan Komunikasi
Pada konteks lain, perekonomian Bali pada triwulan I - 2011 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y) tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,01 persen, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan q-to-q. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang tumbuh paling tinggi, khususnya pada subsektor penggalian sebesar 22,29 persen. Tingginya permintaan (demand) akan bahan galian yang digunakan bagi pembangunan infrastruktur di Bali membuat sektor ini tumbuh cukup tinggi. Sebagai contoh di Kabupaten Karangasem, percepatan pembangunan infrastruktur jalan Ida Bagus Mantra, serta finalisasi pembangunan pasar seni dan dermaga kapal di Kecamatan Manggis membuat tingginya permintaan akan bahan galian. 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011
Selanjutnya, pertumbuhan sektor ekonomi tertinggi kedua terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 8,23 persen. Kondisi ini tentu saja sangat berkaitan erat dengan kegiatan usaha perdagangan besar dan eceran, fenomena pariwisata secara umum yang ditandai dari meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik, dan tingginya tingkat penghunian kamar pada hotel bintang maupun non bintang, serta meningkatnya nilai tambah pada subsektor restoran jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain kedua sektor ekonomi yang telah disebutkan tadi, keberadaan sektor-sektor ekonomi lainnya juga mengalami pertumbuhan positif. Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 8,05 persen. Penopang pertumbuhan pada sektor jasa-jasa ini terutama digerakkan oleh subsektor perorangan dan rumahtangga yang tumbuh sebesar 9,75 persen. Kemudian sektor bangunan tumbuh sebesar 7,50 persen. Tumbuhnya sektor ini sangat terkait erat dengan pembangunan infrastruktur fisik seperti pembangunan jalan, dermaga, perumahan, dan lain sebagainya, baik yang dilakukan pihak pemerintah maupun swasta. Sektor selanjutnya adalah listrik, gas, dan air bersih yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,84 persen. Lalu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang tumbuh 4,29 persen. Diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 4,26 persen, kemudian sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 4,10 persen, dan sektor pertanian tumbuh 2,83 persen. Relatif rendahnya pertumbuhan pada sektor pertanian ini terutama disebabkan oleh imbas anomali iklim/cuaca ekstrem yang memicu produk-produk pertanian dalam arti luas mengalami gejolak. Tidak itu saja, adanya serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) seperti hama dan virus berakibat pada turunnya produksi, dan tingkat produktivitas pada sejumlah komoditi pertanian di beberapa sentra produksi pertanian seperti di Kabupaten Tabanan, Klungkung, Karangasem dan Buleleng. Pada sektor pertanian ini, terdapat dua subsektor yang mengalami pertumbuhan negatif, yakni subsektor perkebunan sebesar 0,29 persen dan perikanan sebesar 5,62 persen. Sementara itu, jika dilihat dari besarnya sumbangan masing-masing sektor terhadap total pertumbuhan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 di atas, ternyata sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sumber pertumbuhan (source of growth) yang paling dominan, baik jika dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q) maupun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y). Jika dibandingkan Triwulan IV – 2010 (q-to-q), sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang 0,51 persen terhadap total pertumbuhan Triwulan I – 2011 sebesar 0,75 persen. Sedangkan jika dibandingkan Triwulan I – 2010 (y-on-y), sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang 2,61 persen terhadap total pertumbuhan Triwulan I – 2011 sebesar 6,01 persen.
2.
Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000
Bila disimak dari nilai absolutnya, perkembangan PDRB Provinsi Bali baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan cenderung terus meningkat. Berdasarkan harga berlaku (secara nominal), pada Triwulan I – 2010 PDRB Bali baru mencapai Rp 15,98 trilyun. Setelah itu, angka PDRB Bali meningkat menjadi Rp 17,26 trilyun di Triwulan IV – 2010. Tiga bulan kemudian (Trw I 2011), nilai PDRB Bali kembali meningkat dengan capaian sebesar Rp 17,47 trilyun. Pergerakan positif ekonomi secara nominal juga diikuti oleh peningkatan secara riil (harga konstan), di mana PDRB riil Bali terus meningkat dari Rp 7,02 trilyun di Triwulan I – 2010 menjadi Rp 7,39 trilyun di Triwulan IV – 2010, dan kemudian kembali meningkat mencapai Rp 7,45 trilyun di Triwulan I – 2011. Secara nominal (harga berlaku), sektor perdagangan, hotel, dan restoran mendominasi PDRB Bali dengan nilai tambah sebesar Rp 5,32 trilyun pada Triwulan I – 2011. Posisi kedua ditempati sektor pertanian dengan nilai tambah sebesar Rp 3,13 trilyun dan posisi ketiga ditempati sektor jasajasa dengan nilai tambah sebesar Rp 2,51 trilyun. Sementara itu, berdasarkan harga konstan (secara Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011
3
riil), sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian menempati posisi pertama dan kedua dengan nilai tambah masing-masing sebesar Rp 2,41 trilyun dan Rp 1,46 trilyun. Sedangkan posisi ketiga ditempati oleh sektor jasa-jasa dengan nilai tambah sebesar Rp 1,04 trilyun. Selengkapnya dapat disimak pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 PDRB Bali Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam trilyun rupiah) Berlaku Lapangan Usaha (1)
3.
Konstan
Triwulan IV 2010
Triwulan I 2011
Triwulan IV 2010
Triwulan I 2011
(4)
(5)
(2)
(3)
1. Pertanian
3,07
3,13
1,44
2. Pertambangan dan Penggalian
0,13
0,14
0,05
0,05
3. Industri Pengolahan
1,57
1,58
0,75
0,75
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
0,33
0,33
0,11
0,11
5. Bangunan
0,79
0,81
0,30
0,30
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
5,23
5,32
2,37
2,41
7. Pengangkutan dan Komunikasi
2,50
2,47
0,82
0,80
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
1,16
1,18
0,52
0,52
9. Jasa-jasa
2,48
2,51
1,03
1,04
PDRB
17,26
17,47
7,39
7,45
1,46
Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha
Sejalan dengan besarnya nilai tambah masing-masing sektor, struktur perekonomian Bali yang dilihat dari kontribusi masing–masing sektor terhadap pembentukan PDRB ditopang oleh dua sektor ekonomi dominan, yakni sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian. Kedua sektor ini memberi kontribusi (share) masing-masing sebesar 30,47 persen dan 17,94 persen. Dengan kata lain, jika kedua sektor ini digabungkan akan memiliki peranan hampir separuh dari PDRB Bali atas dasar harga berlaku. Ada hal menarik dari kedua sektor ini. Kontribusi sektor pertanian memiliki kecenderungan menurun dari 18,36 persen di Triwulan I – 2010 menjadi 17,94 persen di Triwulan I – 2011, kendati angka ini sedikit lebih tinggi dari Triwulan IV – 2010 sebesar 17,78 persen. Agak beda halnya dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang menunjukkan arah kontribusi yang semakin menaik. Pada Triwulan I – 2010, angkanya sebesar 29,67 persen. Namun pada Triwulan IV – 2010 meningkat menjadi 30,32 persen, dan kembali sedikit meningkat menjadi 30,47 persen pada Triwulan I – 2011. Fenomena tersebut sejalan dengan dinamika pembangunan yang tengah berjalan, baik dalam konteks pembangunan nasional maupun dalam konteks pembangunan Bali, yang menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi dengan dibarengi perubahan struktur ekonomi dari pertanian menuju industri atau jasa-jasa, serta perubahan dalam kelembagaan baik melalui regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri. Selain itu, pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional dan daerah akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan sektor pertanian sebagai sektor utama ke sektor modern yang didominasi oleh sektor sekunder (berbasis industri pengolahan) dan sektor tersier (berbasis jasa-jasa) dengan increasing returns to scale (korelasi positif antara pertumbuhan output 4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011
dengan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Dengan begitu, terdapat suatu korelasi yang positif antara pertumbuhan ekonomi dengan perubahan struktur ekonomi melalui peningkatan pendapatan masyarakat (income side effect). Tabel 3 Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (dalam persen) Lapangan Usaha (1)
1. Pertanian
2011 Triwulan IV
Triwulan I
(2)
(3)
(4)
18,36
17,78
17,94
2. Pertambangan dan Penggalian
0,64
0,74
0,74
3. Industri Pengolahan
9,27
9,11
9,07
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
1,91
1,88
1,91
5. Bangunan
4,53
4,56
4,64
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
29,67
30,32
30,47
7. Pengangkutan dan Komunikasi
14,34
14,51
14,11
6,96
6,73
6,75
9. Jasa-jasa
14,31
14,36
14,37
PDRB
100,00
100,00
100,00
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
4.
2010 Triwulan I
PDRB Provinsi Bali Menurut Penggunaan
Total PDRB Bali yang tercipta selama Triwulan I – 2011 sebesar Rp 17,47 trilyun. Dari total itu, sebesar Rp 10,57 trilyun (60,52%) digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga. Sedangkan yang digunakan untuk konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar Rp 0,15 trilyun (0,83%); konsumsi pemerintah Rp 2,28 trilyun (13,03%); pembentukan modal tetap domestik bruto atau investasi fisik sebesar Rp 5,30 trilyun (30,32%); perubahan stok/inventori Rp 0,06 trilyun (0,35%); serta ekspor impor masing-masing sebesar Rp 17,42 trilyun (99,69%) dan Rp 17,36 trilyun (99,37%). Kendati pada triwulan I – 2011 perekonomian Bali secara umum tumbuh 0,75 persen dibandingkan triwulan sebelumnya, namun sebagian besar laju pertumbuhan komponen penggunaan mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q), konsumsi rumahtangga turun sebesar 3,33 persen, konsumsi lembaga swasta nirlaba juga menurun 0,29 persen, dan konsumsi pemerintah turun 0,36 persen. Begitu pula komponen ekspor dan impor mengalami penurunan masing-masing sebesar 5,99 persen dan 0,93 persen. Komponen yang mengalami kenaikan adalah pembentukan modal tetap domestik bruto, dan perubahan stok/inventori yang masing masing tumbuh sebesar 2,30 persen dan 1,28 persen. Jika dibandingkan triwulan I tahun sebelumnya (y-on-y), ekonomi Bali tumbuh sebesar 6,01 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh semua komponen penggunaan. Pengeluaran konsumsi rumahtangga tumbuh sebesar 13,07 persen; pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 7,74 persen; pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 23,25 persen; pembentukan modal tetap domestik bruto tumbuh sebesar 12,05 persen; dan perubahan inventori tumbuh sebesar 4,80 persen. Sementara itu, ekspor dan impor masing-masing tumbuh sebesar 8,31 persen dan 12,64 persen. Tumbuhnya perekonomian Bali dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011
5
didorong oleh pertumbuhan komponen pengeluaran rumahtangga dengan source of growth sebesar 7,42 persen. Tabel 4 Nilai PDRB Triwulan I - 2010, Triwulan IV - 2010, dan Triwulan I - 2011 Menurut Komponen Penggunaan (dalam trilyun rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku Komponen Penggunaan
2010
(1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
Atas Dasar Harga Konstan
2011
2010
2011
Triw. I
Triw. IV
Triw. I
Triw. I
Triw. IV
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Triw. I (7)
8,94
10,67
10,57
3,99
4,67
4,51
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
0,13
0,15
0,15
0,07
0,07
0,07
1,74
2,28
2,28
0,57
0,71
0,71
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5. a.Perubahan Inventori
4,22 0,05
4,90 0,06
5,30 0,06
1,75 0,02
1,92 0,02
1,96 0,02
-0,44
0,87
0,94
-0,07
-0,86
-0,38
6. Ekspor
b.Diskrepansi Statistik
15,93
17,49
17,42
5,12
5,90
5,54
7. Impor
14,59 15,98
17,41 17,26
17,36 17,47
4,43 7,02
5,03 7,39
4,99 7,45
PDRB
Tabel 5 Laju Pertumbuhan PDRB Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen Penggunaan (dalam persen) Komponen Penggunaan
Triw. I 2011 terhadap Triw. IV 2010
Triw. I 2011 terhadap Triw. I 2010
Sumber pertumbuhan y-on-y
(1)
(2)
(3)
(5)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
-3,33
13,07
7,42
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
-0,29
7,74
0,07
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
-0,36
23,25
1,90
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
2,30
12,05
3,00
5. Perubahan Inventori
1,28
4,80
0,01
6. Ekspor
-5,99
8,31
6,05
7. Impor
-0,93
12,64
7,97
0,75
6,01
6,01
PDRB
Peranan masing-masing komponen penyusun PDRB menurut komponen penggunaan dapat dilhat dari distribusi masing-masing komponen terhadap total PDRB. Distribusi komponen penggunaan PDRB tidak banyak mengalami perubahan. Pada triwulan I - 2011, persentase PDRB yang digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga sebesar 60,52 persen; konsumsi lembaga
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011
swasta nirlaba 0,83 persen; konsumsi pemerintah 13,03 persen; pembentukan modal tetap domestik bruto atau investasi fisik 30,32 persen; ekspor 99,69 persen, dan impor 99,37 persen, Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya, PDRB Bali masih didominasi oleh pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga, meskipun share-nya menurun dibanding triwulan sebelumnya. Di sisi lain, meski memberi kontribusi besar (terutama terkait ekspor jasa ke luar negeri), namun ekspor diikuti pula oleh penggunaan impor yang tinggi baik itu impor luar negeri maupun antar daerah, sehingga net ekspor Bali hanya memberi kontribusi yang kecil bagi perekonomian. Tabel 6 Distribusi Komponen PDRB Penggunaan Provinsi Bali Triwulan I - 2010, Triwulan IV - 2010, dan Triwulan I - 2011 (dalam persen) Komponen Penggunaan
Triwulan I 2010
Triwulan IV 2010
Triwulan I 2011
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
55,94
61,83
60,52
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
0,82
0,85
0,83
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
10,87
13,22
13,03
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
26,40
28,37
30,32
5. a.Perubahan Inventori
0,34
0,33
0,35
b.Diskrepansi Statistik
-2,73
-5,05
-5,37
6. Ekspor
99,68
101,32
99,69
7. Impor
91,32
100,86
99,37
100,00
100,00
100,00
PDRB
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011
7
Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Yudhadi, M.Si Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]