PERSEPSI SANTRI DALAM KEPUTUSAN MENGKONSUMSI SUSU KAMBING (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Sahid Desa Gunung Menyan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor)
SKRIPSI ROSA SAMROTUL FAUZAH
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN ROSA SAMROTUL FAUZAH. D34104014. 2009. Persepsi Santri dalam Mengkonsumsi Susu Kambing (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Sahid Desa Gunung Menyan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Richard WE Lumintang, MSEA Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi Sebagian besar pondok pesantren di Indonesia berada di wilayah pedesaan yang umumnya merupakan daerah agraris. Salah satu pesantren yang hidup dan berkembang di wilayah agraris adalah Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan (PPMSGM) yang berlokasi di Desa Gunung Menyan Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Budidaya kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan salah satu budidaya yang dikembangkan oleh pondok pesantren ini. Budidaya ini terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani 600 santrinya. Susu kambing biasanya diberikan bersamaan dengan menu makan siang minimal sepekan sekali. Tujuan penelitian adalah : (1) Mengetahui karakteristik individu, persepsi santri PPMSGM tentang susu kambing dan keputusan konsumsi, (2) Mengetahui hubungan antara karakteristik individu santri PPMSGM dengan persepsi mereka tentang susu kambing, (3) Menganalisis hubungan antara persepsi santri PPMSGM tentang susu kambing dengan keputusan konsumsi. Penelitian dilakukan di PPMSGM Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-Maret 2008. Sampel dalam penelitian ini adalah 86 orang santri PPMSGM. Penelitian didesain sebagai penelitian yang bersifat korelasional. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis korelasional menggunakan uji rank Spearman (rs) dan uji chi square (χ 2). Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil penelitian bahwa 1) Umur santri hampir seluruhnya termasuk dalam kategori remaja, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama menyukai susu kambing, pengeluaran per-bulan sedang, sumber informasi hampir sebagian berasal dari sekolah yaitu dari guru, dan pengetahuan produk termasuk kategori baik. Sedangkan persepsi santri terhadap susu kambing adalah cukup lengkap, dengan hampir seluruh responden mengkonsumsi susu kambing, 2) Pengeluaran per bulan berhubungan negatif dengan kemasan, sedangkan sumber informasi berhubungan sangat nyata dengan aroma dan khasiat, pengetahuan produk berhubungan nyata dengan kemasan, 3) Persepsi santri terhadap citarasa susu kambing berhubungan sangat nyata dengan keputusan mengkonsumsi. Kata-kata kunci: karakteristik konsumen, persepsi, keputusan mengkonsumsi, susu kambing.
ABSTRACT Perception of Students Toward Milk Goat on Consumption Decision (Case Study at Sahid Modern Islamic Boarding School (PPMSGM), Gunung Menyan, Bogor, West Java) Fauzah, R.S, R. WE. Lumintang, L. Cyrilla The objectives of this study were: 1) to identify characteristic and perception of students of PPMSGM about milk goat products and their consumption decisions; 2) to analyze the correlation between characteristic of consumers and their perception toward milk goat product and 3) to analyze correlation between perception toward milk goat and their consumption decision. The sample of this study was 86 people and taken by using accidental sampling. Primary data was obtained by questionnaire and interview to student and official members of PPMSGM. Secondary data was obtained from relevant institutions which related to this research topic. Data were analyzed by descriptive and correlation analyses by using Rank Spearman, Chi Square and statistical test. The results were: 1) no correlation among age, sexes, and respondents’ perception of milk goat; 2) a negative correlation between income and respondents’ perception; 3) a positive correlation between source of information and flavor and benefit; 4) a positive correlation between product knowledge and package; 5) a positive correlation between taste and consumption decision. Almost positive the student perception toward milk goat and they also decided to consume it. Keywords: consumer’s characteristic, perception, consumption decision, milk goat
PERSEPSI SANTRI DALAM KEPUTUSAN MENGKONSUMSI SUSU KAMBING (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Sahid Desa Gunung Menyan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor)
ROSA SAMROTUL FAUZAH D34104014
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERSEPSI SANTRI DALAM KEPUTUSAN MENGKONSUMSI SUSU KAMBING (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Sahid Desa Gunung Menyan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor)
Oleh ROSA SAMROTUL FAUZAH D34104014
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 05 Februari 2009
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Richard WE Lumintang, MSEA NIP. 130 367 101
Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi NIP. 131 760 916
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Rosa Samrotul Fauzah, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 09 November 1985, putri dari pasangan Drs. H. Harun Harosid, MPd dan Hj. Iis Suropah. Penulis telah mengenyam pendidikan dasar di SDN Cintawana Tasikmalaya sampai tahun 1998. Penulis kemudian menimba ilmu di MTs Negeri Sukamanah Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2001, pada tahun yang sama penulis diterima di MA Negeri Cipasung Tasikmalaya dan lulus tahun 2004. Setelah diterima melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis kemudian melanjutkan studi di Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor mulai tahun 2004. Selain tetap menggeluti perkuliahan dan aktifitas akademik lainnya, penulis juga aktif sebagai pengurus dan anggota di berbagai organisasi kampus seperti di FORCES IPB periode 2004-2006, DKM Al-Huriyyah periode 2004-2005, DPM Fapet IPB periode 2004-2006 dan Himalaya periode 2004-2006, Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan internal dan eksternal kampus. Penulis juga pernah mengikuti berbagai pelatihan diantaranya, Management of Change (MOC), Training of (Emotional Spiritual Question).
Trainer (TOT) dan ESQ 165
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Santri dalam Keputusan Mengkonsumsi Susu Kambing (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Sahid Desa Gunung Menyan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan salah satu wujud obsesi dan cita-cita penulis dalam hal pengembangan pondok pesantren. Saat ini banyak pondok pesantren yang mandiri dan inovatif dengan berbagai usaha di bidang agribisnis pertanian maupun peternakan. Hal ini bertujuan supaya dapat mencerminkan kesejahteraan manusia, yaitu terjadi keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan abadi nanti (ukhrowi). Susu merupakan salah satu output dari agribisnis peternakan yang merupakan sumber protein hewani. Kandungan gizi seperti asam amino dan kalsium yang terdapat pada susu mampu meningkatkan daya kembang otak dan tumbuh kembang anak yang pada ahirnya akan berperan sebagai generasi penerus bangsa. Begitu juga dengan produk-produk peternakan lainnya yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan sumberdaya manusia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam proses pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis, pondok pesantren kami yaitu Nurul Hidayah Sadeng Bogor dan pondok pesantren Darul Hikmah Tasikmalaya serta pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2009 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ...............................................................................................
i
ABSTRACT...................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN...........................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
v
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................. Rumusan Masalah ............................................................................. Tujuan Penelitian .............................................................................. Kegunaan Penelitian .........................................................................
1 3 3 4
KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
8
Pondok Pesantren .............................................................................. Usaha Ternak Kambing Perah .......................................................... Susu Kambing ................................................................................... Karakteristik Susu Kambing ................................................. Komposisi Susu Kambing..................................................... Pemerahan dan Penanganan Susu Kambing.......................... Keunggulan Susu Kambing................................................... Persepsi.............................................................................................. Pengertian Persepsi................................................................ Proses Persepsi....................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi......................... Keputusan Konsumsi........................................................................ Karakteristik Konsumen...................................................................
8 9 10 10 11 12 13 13 13 13 14 15 16
METODE PENELITIAN .............................................................................
18
Lokasi dan Waktu ............................................................................. Populasi dan Sampel ......................................................................... Desain Penelitian .............................................................................. Data dan Instrumentasi ..................................................................... Pengumpulan Data ............................................................................ Analisis Data .....................................................................................
18 18 19 19 19 19
Definisi Istilah...................................................................................
21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..........................................
22
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
32
Karakteristik Individu Santri ............................................................. Persepsi Santri tentang Susu Kambing .............................................. Keputusan Mengkonsumsi................................................................. Hubungan Karakteristik Individu Santri dengan Persepsi tentang Susu Kambing ....................................................................... Hubungan Persepsi Santri tentang Susu Kambing dengan Keputusan Mengkonsumsi.....................................................
32 34 39
42
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
44
Kesimpulan ........................................................................................ Saran ..................................................................................................
44 44
UCAPAN TERIMAKASIH .........................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
46
LAMPIRAN ..................................................................................................
48
40
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Populasi Ternak Perah Tahun 2006-2007 ...................................
2
2. Data Konsumsi Susu Pulau Jawa dan Bali Tahun 2005-2006.....
11
3. Kandungan Gizi Susu Menurut Jenis Ternak ..............................
11
4. Jumlah Sampel yang Digunakan dalam Penelitian......................
19
5. Struktur Kurikulum dan Alokasi Waktu MTs Modern Sahid .....
23
6. Struktur Kurikulum dan Alokasi Waktu MTs Modern Sahid......
24
7. Jumlah Kambing PE Peternakan Sahid Agustus 2007 ................
25
8. Karakteristik Individu Santri .......................................................
30
9. Distribusi Kombinasi Jenis Kelamin dengan Keputusan Mengkonsums...............................................................................
31
10. Rataan Skor Persepsi Santri tentang Susu Kambing ..................
33
11. Penilaian Responden terhadap Aroma Susu Kambing ................
34
12. Penilaian Responden terhadap Rasa Susu Kambing....................
34
13. Penilaian Responden terhadap Penyajian Susu Kambing............
35
14. Penilaian Responden terhadap Kemasan Susu Kambing ...........
36
15. Penilaian Responden terhadap Besar Porsi Susu Kambing. ........
36
16. Penilaian Responden terhadap Khasiat Susu Kambing. ..............
37
17. Keputusan Mengkonsumsi atau Tidak Mengkonsumsi ...............
38
18. Hubungan Karakteristik Individu Santri dengan Persepsi tentang Susu Kambing.............................................................................. 38 19. Hubungan Persepsi Santri tentang Susu Kambing dengan Keputusan Mengkonsumsi........................................................... 41
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................
6
2. Taman dan Jalan di Kompleks Sahid ..........................................
23
3. Usaha Peternakan Kambing PE....................................................
26
4. Peternakan Kambing PE dan Produk Susu...................................
27
5. Kandang Kambing PE...................................................................
28
6. Pakan Ternak................................................................................
29
7. Struktur Organisasi Peternakan Kambing PE PPMSGM.......... ...
30
8. Struktur Organisasi PPMSGM Tahun 2006-2007 .......................
31
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Hasil Pengujian Korelasional Rank Spearman ..................
46
2. Hasil Pengujian Korelasional Chi Square ..........................
47
PENDAHULUAN Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan di Indonesia yang menitikberatkan pada pendidikan keagamaan. Walaupun pendidikan keagamaan merupakan aspek utama yang dikedepankan, pondok pesantren juga tidak mengesampingkan aspek-aspek lain baik yang berkaitan dengan pendidikan maupun aspek sosial dan ekonomi. Kegiatan agribisnis termasuk salah satu unit usaha yang dikembangkan oleh banyak pondok pesantren. Sebagian besar pondok pesantren di Indonesia berada di wilayah pedesaan yang umumnya merupakan daerah agraris. Salah satu pesantren yang hidup dan berkembang di wilayah agraris adalah Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan (PPMSGM) yang berlokasi di Desa Gunung Menyan Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Pondok pesantren ini berada di kawasan kaki Gunung Salak pada ketinggian 350 meter di atas permukaan laut. PPMSGM memiliki berbagai kegiatan di bidang pertanian. Budidaya kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan salah satu kegiatan yang dikembangkan di pondok pesantren ini. Adapun budidaya lain seperti tanaman lidah buaya, tanaman holtikultura, dan tanaman padi. Kegiatan budidaya tersebut kemudian menjadi unitunit usaha yang didirikan dengan tujuan menjadikan PPMSGM lebih mandiri dan inovatif. Budidaya ternak kambing PE dikembangkan oleh PPMSGM terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani asal susu bagi 600 orang santrinya. Susu kambing biasanya diberikan bersamaan dengan menu makan siang minimal sepekan sekali. Susu kambing memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan susu lainnya. Menurut Setiawan dan Tanius (2003), keistimewaan susu kambing diantaranya adalah tingginya kandungan protein, enzim dan vitamin A. Komposisi susu kambing dan bentuk morfologisnya sangat unik. Hal ini disebabkan butiran lemak susu yang homogen dan berdiameter kecil (mikro) sehingga mudah diserap oleh organ pencernaan. Susu kambing sangat potensial dalam perbaikan gizi masyarakat karena susu kambing tidak memiliki faktor lactose intolerance, sehingga konsumen yang peka terhadap laktosa susu sapi dapat mengkonsumsi susu kambing
karena tidak menyebabkan diare. Manfaat lain susu kambing di antaranya dipercaya mengobati berbagai penyakit seperti tuberkulosis, bronchitis, asma, maag, lemah syahwat, osteoporosis, reumatik, dan asam urat. Pada dasarnya khasiat air susu yang dihasilkan dari pemerahan ternak domestikasi tidak asing bagi sebagian besar masyarakat. Namun, ternak domestikasi yang sangat populer di masyarakat hanyalah sapi perah. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya banyak industri pengolahan susu (IPS) di Indonesia. Sebagaimana di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat, di Indonesia pun susu sapi dan berbagai produk olahannya lebih memasyarakat dan lebih mudah dijumpai di pasaran dibandingkan dengan susu kambing. Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Bogor di mana jumlah populasi kambing perah kurang dari separuh sapi perah, seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Ternak Perah Tahun 2006-2007 di Kabupaten Bogor. Jumlah Populasi (ekor) No
Jenis Ternak
Tahun 2006
Tahun 2007
1
Sapi Perah
5.123
5.268
2
Kambing Perah
1.382
2.087
Sumber : UPTD Peternakan Leuwiliang, 2007
Salah satu aspek penting dalam memasyarakatkan suatu produk, dalam hal ini susu kambing adalah aspek pemasaran. Keberhasilan pemasaran suatu produk ditentukan oleh citra yang positif dari konsumen terhadap produk tersebut. Citra dalam hal ini merupakan persepsi, keyakinan dan kesan masyarakat terhadap suatu produk. Salah satu upaya dalam mengetahui citra masyarakat terhadap susu kambing adalah dengan adanya kajian karakteristik individu konsumen dan persepsi konsumen terhadap produk susu kambing yang dihasilkan. Dua aspek kajian tersebut setidaknya dapat membantu produsen susu dalam rangka membangun citra positif terhadap susu kambing di masyarakat, juga dapat menepis citra yang sekarang sering disandangkan masyarakat pada jenis susu kambing yaitu berbau tajam (prengus). Bila dua hal tersebut terlaksana, hasil akhirnya tentu saja keuntungan dan prospek usaha produsen susu kambing akan meningkat.
Perumusan Masalah Setiap individu adalah seorang konsumen yang melakukan kegiatan konsumsi baik pangan, non pangan, maupun jasa. Bagi konsumen, pasar menyediakan berbagai pilihan produk dan merk. Konsekuensinya tentu saja akan menggunakan berbagai kriteria yang cukup selektif dalam melakukan pembelian suatu produk. Keputusan mengkonsumsi suatu produk oleh
para konsumen sangat
tergantung pada persepsi mereka terhadap produk yang bersangkutan. Oleh karena itu, persepsi konsumen sangat penting untuk dipahami oleh produsen dalam rangka merubah citra yang selama ini berkembang di masyarakat terhadap jenis susu kambing ini. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian berusaha menjawab pertanyaan sebagai berikut: 1.
Bagaimana karakteristik individu santri PPMSGM, persepsi santri PPMSGM tentang susu kambing dan keputusan konsumsi?
2.
Bagaimana hubungan antara karakteristik individu santri PPMSGM dengan persepsi santri tentang susu kambing?
3.
Bagaimana hubungan antara persepsi santri PPMSGM tentang susu kambing dengan keputusan mengkonsumsi? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut: 1.
Mengetahui karakteristik individu santri PPMSGM, persepsi santri PPMSGM tentang susu kambing dan keputusan konsumsi.
2.
Mengetahui hubungan antara karakteristik individu santri PPMSGM dengan persepsi mereka tentang susu kambing.
3.
Menganalisis hubungan antara persepsi santri PPMSGM tentang susu kambing dengan keputusan konsumsi.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Sebagai bahan masukan bagi produsen/peternak dalam upaya peningkatan mutu produk susu kambing, khususnya bagi unit usaha peternakan Ponpes Modern Sahid.
2.
Sebagai bahan rujukan/literatur bagi peneliti selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Susu kambing adalah minuman yang tidak kalah nilai gizinya dibandingkan dengan susu sapi. Bahkan keluhan-keluhan kesehatan yang sering dijumpai akibat minum susu sapi jarang didengar pada orang-orang yang mengkonsumsi susu kambing. Susu kambing dapat menjadi alternatif bagi konsumen yang alergi terhadap susu sapi. Namun manfaat susu kambing masih belum disadari oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, bahkan pada sebagian orang susu kambing memiliki citra yang kurang disukai oleh konsumen susu karena berbau tajam. Citra merupakan persepsi masyarakat terhadap suatu objek yang dibentuk dengan memproses suatu informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Persepsi bisa diartikan sebagai proses dengan mana seorang individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai suatu objek. Setiap orang dapat memberikan persepsi yang berbeda terhadap rangsangan yang sama. Faktor yang mempengaruhi cita (image) masyarakat terhadap produk susu kambing dalam hal ini pada PPMSGM terutama menyangkut karakteristik individu santri sebagai konsumen susu kambing dan persepsi mereka terhadap produk susu kambing. Karakteristik individu santri terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pengeluaran per bulan, sumber informasi dan pengetahuan produk. Persepsi konsumen tentang susu kambing terdiri dari aroma, cita rasa, penyajian, kemasan, besar porsi dan khasiat. Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat satu hal yang penting untuk dikaji lebih dalam yaitu mengenai keterkaitan antara karakteristik individu dan persepsi konsumen terhadap susu kambing dalam rangka keputusan mengkonsumsi. Keterkaitan antar peubah itu dapat disajikan pada Gambar 1.
Karakteristik Individu Santri: • Umur • Jenis kelamin • Pengeluaran per-bulan • Sumber informasi • Pengetahuan produk
Persepsi Santri terhadap Susu Kambing • • • • • •
Aroma Citarasa Penyajian Kemasan Besar Porsi Khasiat
Citra terhadap Susu Kambing
Keterangan: Merupakan peubah yang diamati Merupakan peubah yang tidak diamati Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keputusan Mengkonsumsi Susu Kambing
TINJAUAN PUSTAKA Pondok Pesantren Menurut Qomar (2005), pesantren adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung oleh asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Pondok pesantren menurut Gitosardjono (2006) adalah perpaduan antara konsep pendidikan Islam dengan model pendidikan yang merupakan budaya lokal yang sudah berkembang sebelumnya khusus di pulau Jawa pada saat agama Islam datang pertama kali. Gitosardjono (2006) menyatakan bahwa sebuah lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai pondok pesantren apabila memiliki lima unsur utama yaitu sebagai berikut: a. Kyai : pimpinan dan guru utama yang menjadi sentral figur bagi semua santri dan masyarakat sekitarnya dalam segala hal. b. Santri : pelajar di pondok pesantren yang dengan niat ikhlas dan sungguhsungguh belajar kepada kyai agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat. c. Pondok : tempat tinggal para santri d. Mesjid : tempat ibadah yang juga berfungsi sebagai pusat segala kegiatan seperti belajar, mengaji, berdiskusi, tempat pertemuan bahkan tempat beristirahat. e. Kitab kuning : buku-buku agama Islam berbahasa Arab yang ditulis oleh para ulama pada zaman dulu. Kurikulum yang ada di pesantren saat ini dibedakan menjadi dua jenis. Pertama jenis pesantren salafi, yakni pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya tanpa mengenalkan pelajaran ilmu umum. Kedua jenis pesantren khalafi, yakni pesantren yang telah memasukkan pelajaran umum dari kurikulum madrasah yang dikembangkannya. Beberapa pesantren jenis khalafi telah memiliki sekolah mulai dari tingkat Diniyah atau setingkat dengan sekolah dasar (SD) sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Pada umumnya pesantren khalafi berada di daerah perkotaan, sedangkan pesantren salafi berada di daerah pedesaan (Qomar, 2005).
Usaha Ternak Kambing Perah Kambing perah merupakan jenis kambing yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan air susunya. Kambing perah sering dianggap sebagai miniatur dari sapi perah (Sarwono, 2002). Kambing perah memang masih terasa asing bagi sebagian masyarakat, produk susunya juga masih sangat eksklusif karena dijual dan didistribusikan dalam jumlah terbatas. Padahal jika melihat khasiat dari susu kambing dalam meningkatkan kesehatan tubuh, membantu dan mengatasi sejumlah penyakit serta menambah kecantikan merupakan bisnis yang menggiurkan. Apalagi didukung oleh harga jual susu yang tinggi. Hal ini akan semakin menarik bila produk dari kambing perah diperkenalkan secara luas kepada masyarakat (Setiawan dan Tanius, 2003). Kambing perah memiliki karakteristik yang unik dalam memproduksi susu, membuatnya berbeda dengan yang lain. Hal yang paling jelas adalah jumlah ambingnya. Jika sapi mempunyai empat puting dan empat ambing yang terpisah, sedangkan kambing hanya mempunyai dua ambing saja, tetapi sangat efisien dalam memproduksi susu. Kambing betina dengan berat 55 kg/ekor akan menghasilkan susu sekitar 2000 kg dalam sekali laktasi selama 270 hari, sedangkan sapi dengan bobot 540 kg akan menghasilkan susu 16.725 kg selama laktasi 305 hari (Sarwono, 2002). Menurut Sarwono (2002), keuntungan pemeliharaan kambing perah adalah sebagai berikut: (1) mempunyai arti penting bagi peternak sebagai tambahan pendapatan, (2) menyediakan protein hewani berupa air susu yang sangat penting untuk pemenuhan gizi peternak dan masyarakat, (3) sebagai tabungan bagi peternak, (4) menciptakan lapangan kerja. Pada dasarnya jenis kambing perah merupakan ternak dwiguna, artinya kambing perah dapat dipelihara dengan dua keuntungan, yaitu menghasilkan susu dan daging. Pada umumnya kambing perah yang banyak diusahakan di Indonesia adalah bangsa kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing ini merupakan hasil persilangan antara Kambing Kacang dengan Kambing Etawa dengan kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5-3 liter per hari (Setiawan dan Tanius, 2003). Diantara jenis kambing perah unggul, kambing PE memiliki kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5-3 liter per hari. Dengan kemampuan produksi
tersebut, maka kambing perah PE cukup signifikan untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil susu yang sangat potensial. Selain itu kambing PE sangat adaptif terhadap topografi Indonesia, tidak memerlukan lahan luas, dan pembudidayaannya relatif mudah sehingga dapat dijadikan bisnis sampingan keluarga (Setiawan dan Tanius, 2003). Menurut Setiawan dan Tanius (2003), terdapat beberapa keuntungan beternak kambing perah PE diantaranya: (1) kambing PE sangat adaptif dengan kondisi topografi Indonesia, (2) tidak memerlukan lahan yang luas,(3) pembudidayaannya relatif mudah sehingga dapat dijadikan bisnis sampingan keluarga, (4) jika dipelihara dengan baik akan dapat beranak tiga kali dalam dua tahun dengan jumlah anak setiap kali beranak 1-3 ekor, (5) biaya kandang tidak terlalu mahal. Susu Kambing Karakteristik Susu Kambing Susu kambing adalah susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor kambing perah atau lebih yang dilakukan secara teratur, terus-menerus, dan hasilnya berupa susu segar murni tanpa dicampur, dikurangi atau ditambah sesuatu. Berat jenis susu minimal 1,027 pada suhu 27,5˚ C dengan kadar lemak minimal 2.8%. Susu terdiri dari 7/8 bagian air dan 1/8 bagian bahan kering. Warna susu kambing yang sehat adalah putih bersih, kekuning-kuningan, dan tidak tembus cahaya. Jika susunya berwarna semu merah, semu biru, terlalu kuning, atau seperti air maka kondisi susu tersebut tidak normal. Begitu juga bila susu agak berlendir dan bergumpal-gumpal (Sarwono, 2002). Susu
kambing
dikenal
karena
kandungan
nutrisinya
yang
tinggi.
Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing memiliki perbedaan karakteristik, yaitu warna lebih putih, lemaknya lebih mudah dicerna, card proteinnya lebih lunak sehingga memungkinkan untuk dibuat keju yang spesial, mengandung mineral (kalsium, pospor, vitamin A, vitamin E dan vitamin B komplek) yang lebih tinggi, dan dapat diminum oleh orang yang alergi susu sapi dan oleh orang yang mengalami berbagai penyakit pencernaan (Blakely dan Bade, 1998).
Tabel 2 menunjukkan data konsumsi susu di Pulau Jawa dan Bali dari tahun 2005-2006. Data tersebut dapat menjadi indikator naiknya permintaan terhadap susu termasuk di dalamnya susu kambing. Tabel 2. Data Konsumsi Susu Pulau Jawa dan Bali Tahun 2005-2006 (ton) Provinsi
2005
2006 *
DKI Jakarta
227.692
236.823
Jawa Barat
176.650
208.698
Jawa Tengah
114.198
114.400
3.866
3.904
239.908
243.300
13
160
DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Sumber : BPS, 2007 (diolah) Keterangan : *) Angka sementara
Menurut Sarwono (2002), susu kambing memiliki nilai gizi yang tinggi dan keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan yang lainnya, serta berkhasiat dan baik untuk kesehatan. Diantara keistimewaan susu kambing adalah (1) Tidak menyebabkan diare sebagaimana yang sering terjadi pada peminum susu sapi, (2) Butiran lemak lebih halus, sehingga mudah dicerna dan tidak meningkatkan kolesterol, (3) Butiran protein lebih halus, sehingga mudah dicerna dan sangat baik untuk perkembangan kecerdasan, (4) Komposisi kalsium dan phospor paling seimbang dibanding susu lain, sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tulang anakanak dan mencegah keropos tulang gigi bagi orang dewasa, (5) Berkhasiat mencegah berbagai penyakit dan (6) Kadar kalsium sangat tinggi. Komposisi Susu Kambing Menurut Setiawan dan Tanius (2003), komposisi kimia susu kambing dan bentuk morfologisnya sangat unik. Ini disebabkan butiran lemak susu sangat homogen dan berdiameter sangat kecil (mikro) sehingga sangat mudah diserap oleh organ pencernaan. Oleh karena itu konsumen susu kambing sangat jarang mengalami diare meskipun mempunyai kepekaan dalam penyerapan laktose (Laktose intolerance)
Semua susu hewan mamalia mengandung zat nutrisi yang sangat berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan anak hewan. Komposisi gizi dari masing-masing hewan mamalia berbeda-beda, hal ini diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Gizi Susu Menurut Jenis Ternak Jenis Ternak
Kandungan Gizi (%) Lemak
Protein
Laktosa
Mineral
Bahan Kering
Sapi
3,70
3,40
4,10
0,72
12,7
Kambing
4,10
3,70
4,60
0,80
13,2
Sumber : Setiawan dan Tanius, 2003
Susu kambing dapat dimanfaatkan dan mempunyai potensi yang baik untuk dipopulerkan terutama di pedesaan. Protein susu kambing tidak memiliki efek laksatif dan baik untuk dikonsumsi anak-anak maupun lansia karena lebih mudah dicerna. Adapun beberapa penyakit yang diyakini dapat diatasi dengan susu kambing antara lain, TBC, asma, maag, lemah sahwat, osteoporosis, reumatik, asam urat, anemia, darah tinggi, migrain (Setiawan dan Tanius, 2003). Pemerahan dan Penanganan Susu Kambing Menurut Setiawan dan Tanius (2003), pemerahan susu yang paling baik dilakukan dua kali dalam sehari dengan jarak waktu pemerahan sekitar 12 jam. Pada umumnya, pemerahan susu dilakukan pukul 03.00-04.00 WIB dan pukul 16.00 WIB karena suasana masih hening dan tenang. Sebelum melakukan pemerahan, biasanya ambing dan puting ternak harus dicuci dengan air bersih atau dilap dengan kain basah dan bersih. Sementara kuku tangan pemerah harus dalam keadaan pendek agar tidak melukai ternak. Kebersihan dan kesehatan pemerah juga harus diperhatikan. Pemerahan dilakukan di dalam kandang ternak yang bersangkutan. Oleh karena itu, kebersihan kandang harus selalu diperhatikan. Jika kandang tidak bersih, dikhawatirkan susu akan terkontaminasi atau tercemar bau tak sedap karena sifat susu yang sangat peka terhadap lingkungan. Setelah diperah, susu harus langsung dibawa ke ruang susu untuk mendapatkan penanganan. Dalam ruang tersebut, susu segera disaring sebelum dimasukan ke wadah khusus susu (milk can) agar bersih dan meminimalkan terjadinya kontaminasi eksternal seperti bulu, debu dan pasir. Penyaringan dilakukan
dengan kain belacu. Setelah disaring, susu langsung ditakar dan dikemas (plastik) lalu segera dimasukkan ke dalam feezer sehingga susu bisa tahan lama (Setiawan dan Tanius, 2003). Persepsi Pengertian Persepsi Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi melalui stimuli indrawi dan menafsirkan pesan. Sensasi, atensi, ekpektasi, motivasi, dan memori adalah bagian dari persepsi (Rakhmat, 2004). Sedangkan menurut Sugiharto (2001), pada hakekatnya persepsi adalah interpretasi
seseorang
terhadap
suatu
objek
menurut
pengalaman
dan
pengetahuannya. Persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu sehingga persepsi terjadi kapan saja saat stimulus menggerakkan alat indra, dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Proses Persepsi Persepsi dibentuk oleh serangkaian proses yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi dimana ketiga proses tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan. Seleksi adalah proses penyaringan stimulus dan hanya stimulus yang hanya sesuai dengan kebutuhan atau yang menarik saja yang kemudian akan diubah jadi kesadaran. Organisasi merupakan sebuah proses menyusun ransangan kedaan bentuk yang sederhana dan terpadu, sedangkan interpretasi yaitu proses dimana seseorang membentuk penilaian-penilaian dan mengambil kesimpulan yang lebih dikenal dengan evaluasi dan identifikasi (Sugiyanto, 1996). Menurut Sugiharto (2001), persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui indra penglihatannya, pendengarannya, penghayatannya, perasaan dan penciumannya yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat mempengaruhi keragaan perilakunya. Apabila kebutuhan seseorang sesuai dengan objek tertentu maka persepsi orang tersebut akan
positif, begitu juga sebaliknya, jika tidak sesuai dengan kebutuhan maka persepsi orang tersebut terhadap suatu objek akan negatif. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Rahmat (2004), persepsi seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal (fungsional) dan faktor situasional (struktural). Faktor fungsional umumnya objek-objek yang memenuhi tujuan individu dan berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosional, latar belakang budaya dan lain sebagainnya (karakteristik individu). Karakteristik seseorang yang memberikan respon pada sebuah stimuli adalah yang paling menentukan persepsi, bukan jenis atau bentuk stimuli yang umumnya disebut sebagai kerangka rujukan. Menurut Rakhmat (2004), faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Jika seseorang ingin memahami suatu peristiwa, maka individu itu dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, harus memandangnya dalam keseluruhan (dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya). Persepsi adalah sebuah pemberian makna atau aspek pengetahuan seseorang terhadap suatu objek (stimuli). Persepsi seseorang terhadap sesuatu umumnya selektif dan berbeda setiap individu. Persepsi ini sifatnya subjektif karena tergantung individu yang mempersepsikan. Menurut Sugiharto (2001), persepsi juga ditentukan oleh pengalaman, dan pengalaman itu dipengaruhi oleh kebudayaan. Hal yang mempengaruhi persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli melainkan karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut. Secara psikologis dapat dikatakan bahwa setiap orang mempersepsikan stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya atau dengan kata lain pesan diberi makna yang berlainan oleh orang yang berbeda. Faktor lain yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian (attention). Perhatian akan terjadi jika seseorang mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. Rakhmat (2004) mengutip teori Gestalt yang menjelaskan bahwa saat seseorang mempersepsikan sesuatu sehingga tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya, namun orang yang mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Begitu juga pendapat Kotler (1997) bahwa jika individu ingin memahami suatu
peristiwa, individu tersebut idak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, hal ini harus dipandang dalam hubungan keseluruhan. Keputusan Konsumsi Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, penggunaan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu. Keputusan merupakan pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif Sumarwan (2004). Keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk menurut Sumarwan (2004) akan diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi dan evaluasi alternatif. Pertama, pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya kebutuhan, diantaranya waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu dan pengaruh pemasaran. Kedua, pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan dalam ingatan (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian ekternal). Tiga faktor yang menentukan proses pencarian informasi yang esktensif diantaranya faktor risiko produk, karakteristik konsumen dan faktor situasi. Tahap ketiga dari proses keputusan konsumen adalah evaluasi alternatif, yaitu proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Karakteristik Konsumen Umur Sumarwan (2004), menyatakan bahwa memahami
umur konsumen
merupakan hal yang penting, karena umur konsumen yang berbeda akan menyebabkan konsumsi yang berbeda pula. Beberapa kategori pengelompokkan umur berdasarkan siklus hidupnya adalah anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun),
remaja awal (13 sampai 15 tahun), remaja lanjut (16 sampai 18 tahun), dewasa awal (19 sampai 24 tahun), dewasa lanjut (25 sampai 35 tahun). Jenis Kelamin Handayani dan Sugiarti (2002) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah konsep sosial yang memisahkan peran laki-laki dan perempuan. Perbedaan fungsi dan peran antra laik-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena antara keduanya terdapat perbedaan biologis dan kodrat, tetapi dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranannya masing-masing dalam berbagai kehidupan dan pembangunan. Sedangkan Eviyanti (2006) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah perbedaan lakilaki dan perempuan karena adanya bentuk sosial dan budaya yang ada di suatu sistem sosial budaya di suatu masyarakat. Pengeluaran Per Bulan Para peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan data pendapatan dari konsumen
karena konsumen merasa tidak nyaman jika harus
mengungkapkan pendapatan yang diterimanya, dan sebagian konsumen merasa bahwa pendapatan adalah hal yang bersifat pribadi sehingga sangat sensitif jika diberitahukan kepada orang lain. Para peneliti menggunakan metode lain dalam mengukur pendapatan seorang konsumen yaitu dengan pendekatan pengeluaran per bulan konsumen atau rumah tangga. Jumlah pengeluaran inilah yang dianggap sebagai indikator pendapatan (Sumarwan, 2004). Sumber Informasi Sumber informasi merupakan subjek ataupun karakter penyampai pesan Gantina, (2006). Karakteristik konsumen dan produk akan memberikan pengaruh berbeda terhadap sumber informasi. Sebagian besar konsumen memperoleh informasi yang efektif yang berasal dari sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga), sumber komersial (iklan, agen, kemasan, tampilan) umumnya berperan sebagai pemberi informasi sedangkan sumber pribadi berperan sebagai evaluator. Pada kondisi tertentu konsumen dapat mencari informasi secara aktif yaitu dengan mencari bahan bacaan, menelepon teman maupun mengevaluasi produk dengan berkunjung ke toko (Kotler, 1997).
Pengetahuan Produk Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Sedangkan pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai informasi mengenai suatu produk yang meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, kepercayaan terhadap produk (Sumarwan, 2004).
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Sahid pada unit usaha peternakan kambing perah yang berlokasi di Gunung Menyan, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Ponpes Modern Sahid Gunung Menyan (PPMSGM) adalah salah satu pesantren yang memiliki unit usaha peternakan kambing perah dan saat ini sedang bergerak untuk meningkatkan mutu produk dan pemasaran susu kambingnya. Survey awal penelitian dilakukan pada bulan Desember selama kurang lebih satu minggu dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2008 Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan di duga. Berdasarkan data sekunder dari PPMSGM, jumlah santri yang ada sampai saat penelitian ini adalah 600 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan responden adalah responden sudah selesai makan, bersedia diwawancarai dan bersedia mengisi kuesioner. Berdasarkan perhitungan rumus Slovin, maka dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut:
n=
N 1 + N .e 2
n=
600
Keterangan n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = persentase ketidaktelitian (e = 10%)
1+600(0,1)2 = 85,72 = 86 orang Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 86 orang. Pemilihan sampel santri laki-laki dan perempuan secara proposional. Jumlah sampel yang digunakan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Sampel yang Digunakan dalam Penelitian No
Responden
Jumlah (orang) Populasi 330
Jumlah sampel (orang)
1
Laki-laki
47
2
Perempuan
270
39
Total
600
86
Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai survey deskriptif korelasional. Peubah bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik individu santri, sedangkan peubah antara adalah persepsi santri tentang susu kambing, dan peubah terikat adalah keputusan mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung menggunakan alat bantu kuisioner dengan santri PPMSGM. Kuisioner diberikan kepada responden yaitu santri PPMSGM. sedangkan wawancara langsung ditujukan kepada orang-orang yang terkait dengan unit usaha peternakan dan PPMSGM. Data primer juga didukung oleh dokumen dari yayasan dan pengamatan langsung (observasi) di lapangan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Badan Pusat Statistika, Dinas Peternakan dan UPTD Leuwiliang. Metode Analisis Data Data penelitian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan karakteristik individu santri, persepsi tentang susu kambing, dan keputusan mengkonsumsi berupa rataan, persentase, tabulasi silang dan rataan skor. Disamping itu dilakukan uji korelasional Chi Square dan Rank Spearman dengan menggunakan SPSS versi 13,0 for window. Menurut Rakhmat, (2005) rumus kedua uji korelasional tersebut adalah sebagai berikut: (a) Uji Korelasional Chi Square
r
χ =∑ 2
i =1
k
(Oij − E ij ) 2
j =i
Eij
∑
Keterangan χ = Nilai Chi Square Oij = jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j Eij = Banyak kasus yang diharapkan di bawah H 0 untuk dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j 2
(b) Uji korelasional Rank Spearman
6Σd2 rs = 1 − N N 2 −1
(
)
Keterangan rs = Nilai koefisien Rank Spearman d = Disparitas ( χ1 − χ 2 ) N = Banyaknya pengamatan Definisi Istilah Penelitian menggunakan beberapa istilah operasional. Istilah-istilah tersebut yaitu: 1. Karakteristik individu santri adalah sifat atau ciri yang melekat pada diri atau individu santri. Dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu: a. Umur adalah usia responden pada saat dilakukan penelitian dalam satuan tahun, diukur dengan menggunakan skala ordinal. b. Jenis kelamin adalah perbedaan gender pada responden, diukur dengan menggunakan skala nominal. c. Pengeluaran per bulan adalah biaya hidup yang dikeluarkan responden dalam satu bulan terakhir saat penelitian dilakukan, diukur dengan menggunakan skala ordinal. d. Sumber informasi adalah media yang digunakan responden untuk mengetahui produk susu kambing, diukur dengan menggunakan skala nominal.
e. Pengetahuan produk adalah informasi yang dapat diingat oleh responden mengenai susu kambing, diukur dengan menggunakan skala ordinal. 2. Persepsi santri terhadap susu kambing adalah sejauhmana ketertarikan dan pemahaman responden terhadap susu kambing yang meliputi aroma, cita rasa, penyajian, kemasan, besar porsi dan khasiat yang diukur dengan menggunakan skala ordinal. 3. Keputusan mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi susu kambing adalah perilaku mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi susu kambing atas pertimbangan persepsi terhadap susu kambing yang ada dalam pikiran responden, diukur dengan skala nominal.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pondok Pesantren Modern Sahid (PPMSGM) PPMSGM yang terletak di kaki Gunung Menyan didirikan pada tahun 2000. PPMSGM diresmikan pada tanggal 27 Mei 2000 dan diwakafkan sebagai tempat pendidikan Islam yang modern dan bertaraf internasional. PPMSGM berada di atas tanah wakaf seluas 89.992 m2. Ponpes ini dinamakan “Pesantren Modern” karena metode pembelajaran dan sistem pengelolaannya dimodernisasi sesuai dengan tuntutan zaman. Selain itu, kurikulumnya mengintegrasikan IPTEK (Kurikulum DIKNAS) dengan IMTAQ (Kurikulum Pesantren Moden). Lokasi dan Sarana Fisik Pesantren PPMSGM terletak di Jalan Kapten Dasuki Bakri, Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Ponpes ini memiliki bangunan-bangunan pokok seperti Masjid Sahid Sahirman tempat bersembahyang, mengaji diskusi dan sebagainya. Pondok santriwan dan pondok santriwati berlantai 4 dengan 20 kamar tidur yang dilengkapi kamar mandi masing-masing berisi 6 orang. Selain itu terdapat sebuah balai walisanga tempat kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari empat kelas. Terdapat juga pula laboratorium IPA, laboratorium bahasa dan laboratorium komputer. Sarana penunjang lainnya adalah gedung panti boga (ruang makan), lapangan olah raga, perumahan guru dan karyawan, panti busana sebagai tempat mencuci sampai menyetrika, serta landasan helikopter. Ponpes menyediakan lokasi dan fasilitas untuk berbagai budidaya yang akan diajarkan kepada para santri, salah satunya adalah budidaya kambing PE. Fasilitas lain yang tersedia untuk para santri adalah sanggar kesenian, sanggar pramuka, laboratorium komputer dan internet, laboratorium IPA, laboratorium bahasa, perpustakaan sekolah dan ruang multimedia.
Gsmbar 2. Taman dan Jalan di Kompleks Sahid
Visi dan Misi Visi PPMSGM adalah menjadikan PPMSGM sebagai lembaga pendidikan Islam yang unggul dan bertaraf international tetapi tetap berpegang kepada nilai-nilai budaya Indonesia. Misi PPMSGM adalah menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai ke Perguruan Tinggi yang dapat menghasilkan lulusan yang unggul, berbudaya, bermoral tinggi sehingga dapat berguna bagi agama, keluarga dan bangsa. Sistem Pendidikan PPMSGM Kelebihan sistem pendidikan di PPMSGM dibandingkan dengan sistem pendidikan lainnya adalah adanya keterpaduan antara tiga pusat pendidikan yaitu pendidikan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Pertama pendidikan keluarga dilakukan di asrama di bawah bimbingan ustadz/ustadzah. Kedua pendidikan sekolah yang terdiri dari madrasah dan perguruan tinggi dilakukan pada saat santriawan dan santriawati mengikuti pelajaran di sekolah. Ketiga pendidikan lingkungan masyarakat dilakukan dengan cara tidak mengizinkan para santri untuk keluar kompleks ponpes tanpa izin dari pihak ponpes, hal ini dilakukan agar mendapat lingkungan yang baik sesuai dengan arah pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan di PPMSGM adalah membentuk generasi muda yang Islami, unggul, berbudaya, berbudi pekerti luhur, berwatak mulia dan amanah sehingga berguna bagi agama, keluarga dan bangsa. PPMSGM menerapkan suatu
sitem pendidikan terpadu dari berbagai aspek yaitu pendidikan intelektual yang meliputi
pelajaran
umum
(IPTEK),
pendidikan
keterampilan
kerja
dan
kewirausahaan, pendidikan seni dan budaya nusantara, pendidikan keluarga dan pendidikan lingkungan masyarakat. Kurikulum PPMSGM Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs) Modern. Struktur kurikulum dan alokasi waktu untuk pelajaran umum disesuaikan dengan ketentuan pemerintah yang berlaku. Adapun alokasi waktu untuk mata pelajaran agama, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan keterampilan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Struktur Kurikulum dan Alokasi Waktu MTs Modern Sahid. Mata Pelajaran
Alokasi Waktu Per Kelas (jam per minggu) Kelas 7
Kelas 8
Kelas 9
1. Pendidikan Agama Islam a.
Tafsir Al-Quran wa Ulumul Quran
2
2
2
b.
Al-Hadits wa Musthalahul Hadits
2
2
2
c.
Al-Aqidah wa Al-akhlaq
2
2
2
d.
Fiqih wa Ushul Fiqih
4
4
4
e.
As-Sirah wa Al-Hadharah Al-Islamiyah
2
2
2
f.
Ilmu Da’wah
2
2
-
2. Bahasa Arab a.
Tamrin Al-Lughah
8
2
2
b.
Al-Muthala’ah
-
2
2
c.
Al-Insya’
-
2
2
d.
An-Nahwu wa Ash-Shorof
-
2
2
e.
Al-Khat wa Al-Imla’
2
2
2
3. Bahasa Inggris
8
8
8
4. Pertanian dan Peternakan
2
2
-
5. Teknologi Informasi
2
2
-
6. Kesenian
4
4
-
Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah (MA) Modern. Struktur kurikulum dan alokasi waktu untuk pelajaran umum disesuaikan dengan ketentuan pemerintah yang berlaku. Tabel 6 menyajikan struktur kurikulum MA Modern.
Tabel 6. Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah (MA) Modern. Mata Pelajaran
Alokasi Waktu Per Kelas (jam per minggu) Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
1. Pendidikan Agama Islam a.
Tafsir Al-Quran wa Ulumul Quran
2
2
2
b.
Al-Hadits wa Musthalahul Hadits
2
2
2
c.
Al-Aqidah wa Al-akhlaq
2
2
2
d.
Fiqih wa Ushul Fiqih
4
4
4
e.
Tarikh Al-Hadharah Al-Islamiyah
-
-
2
f.
Ilmu Da’wah
2
2
-
2. Bahasa Arab a.
Al-Muthala’ah
2
2
2
b.
Al-Insya’
2
2
2
c.
An-Nahwu wa Ash-Shorof
2
2
2
d.
Al-Khat wa Al-Imla’
2
2
2
3. Bahasa Inggris
6
6
6
4. Pertanian dan Peternakan
2
2
2
5. Teknologi Informasi
2
2
-
6. Kesenian
4
4
-
Sumber Dana Sumber dana utama PPMSGM adalah wakaf yang berupa tanah, bangunan, dan harta benda bergerak maupun tidak bergerak yang terletak di dalam ponpes. Sumber dana lainnya untuk pengelolaan dan pengembangan PPMSGM adalah dari pembayaran santri dan penghasilan lainnya yang berasal dari: a. Unit usaha PPMSGM b. Bantuan dari pemerintah sesuai dengan ketentuannya c. Bantuan, sumbangan dan hadiah dan lain-lain yang tidak mengikat dan sesuai dengan prosedur PPMSGM Kegiatan Usaha Salah satu misi pendiri PPMSGM adalah meningkatkan kesejahteraan bagi ponpes dan masyarakat sekitar. Sejalan dengan visi dan misi tersebut, maka PPMSGM membuka beberapa unit usaha, salah satunya adalah unit usaha Kambing Peranakan Etawa (PE).
Unit usaha peternakan kambing Peranakan Etawa (PE) dimulai pada tahun 1999 dengan konsep awal adalah Pola Inti Plasma yang beranggotakan 37 orang dan jumlah kambing PE yang ada pada anggota sebanyak 83 ekor yang terdiri dari 9 ekor jantan dan 74 ekor betina. Tahun 2003 pola inti plasma dihentikan karena program tersebut tidak berjalan dengan baik. Pihak ponpes mengalihkannya menjadi budidaya kambing PE yang dikelola tidak dalam pola inti plasma.
Gambar 3. Usaha Peternakan Kambing PE dan Lidah Buaya
Peternakan Kambing Peranakan Etawa (PE) Lokasi Peternakan Sahid berada di kaki Gunung Salak berada pada ketinggian 350 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan sekitar 3500 mm/tahun. Luas areal untuk peternakan Kambing PE adalah 3,4 Ha dengan alokasi 0,4 ha untuk kandang dan perkantoran, dan 3 ha untuk lahan pastura. Program susu dimulai pada bulan Maret tahun 2004 dengan populasi awal berjumlah 30 ekor dan melakukan pembelian sebanyak 39 ekor (4 jantan dan 35 betina) sehingga jumlah populasi pada tahun 2004 adalah 69 ekor. Pada awal Januari 2006 peternakan membeli kambing betina sebanyak 40 ekor sehingga menambah jumlah populasi menjadi 110 ekor dan pada awal Januari 2007 bertambah menjadi 123 ekor. Peternakan Sahid membeli kambing PE dari Kaligesing, Jawa Tengah. Pada saat penelitian dilakukan, jumlah kambing PE di Peternakan Sahid adalah 117 ekor yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Kambing PE Peternakan Sahid Bulan Agustus 2007 Klasifikasi Kambing PE
Jumlah (ekor)
ST
%
Induk Laktasi
22
3,08
23,03
Induk Kering
48
6,72
50,26
Jantan
10
1,40
10,47
Dara (7-12 bulan)
12
0,84
6,28
Jantan (7-12 bulan)
13
0,91
6,81
Anak Betina (≤ 6 bulan)
8
0,28
2,10
Anak Jantan (≤ 6 bulan)
4
0,14
1,05
117
13,37
100,00
Total
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah populasi ternak kambing PE di Peternakan Sahid sebanyak 117 ekor dengan total kambing yang laktasi sebanyak 22 ekor (23,03%).
Gambar 4. Peternakan Kambing PE dan Produk Susu
Perkandangan Sistem pemeliharaan ternak kambing PE di Peternakan Sahid dilakukan secara intensif yaitu kambing PE dipelihara dengan cara dikandangkan tanpa penggembalaan. Penggembalaan hanya diterapkan pada anak kambing yang dilakukan pada pagi hari setiap jam 07.00-09.00 WIB. Hal ini disebabkan jika
kambing laktasi digembalakan maka akan menyebabkan penurunan produksi susu akibat terlalu banyak energi kambing yang terbuang. Kandang merupakan salah satu bagian terpenting dalam peternakan kambing PE karena sangat berkaitan erat dengan pengawasan dan kesehatan ternak. Model kandang kambing PE yang digunakan di Peternakan Sahid adalah kandang panggung. Pada saat penelitian dilakukan, Peternakan Sahid memiliki 63 buah ruang kandang dengan ukuran 1,5 m x 1,2 m. Dengan ukuran tersebut tiap ruang kandang diisi 2 ekor betina dewasa atau dara (0,9 m2 per ekor) atau 1 ekor jantan dewasa atau jantan 1 tahun (1,8 m2 per ekor) atau 2 ekor betina atau jantan anak (0,9 m2 per ekor). Selain kandang ternak, Peternakan Sahid memiliki satu kandang karantina dengan tiga ruang kandang berukuran 1 m x 2 m dan satu kandang inkubator dengan 3 ruang kandang berukuran 1 m x 1 m. Kandang kambing PE di Peternakan Sahid memiliki ventilasi yang cukup sehingga ternak memperoleh sinar matahari yang cukup. Kebersihan kandang selalu terjaga karena dibersihkan setiap hari. Konstruksi kandang terbuat dari asbes untuk atap, kayu dan bambu untuk dinding, kayu untuk lantai, bambu untuk pintu. Struktur atas lantai terbuat dari kayu sedangkan struktur bawah dengan pondasi batu kali dengan lantai dasar semen.
Gambar 5. Kandang Kambing PE
Pemberian Pakan Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan kambing PE adalah pemberian pakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah mengetahui berapa jumlah pakan dan jenis pakan apa yang tepat diberikan untuk kambing PE.
Jenis pakan yang diberikan untuk kambing PE di Peternakan Sahid adalah hujauan dan pakan konsentrat. Hijauan yang diberikan adalah rumput dan dedaunan. Jenis rumput yang diberikan adalah rumput gajah sedangkan jenis dedaunan yang biasa diberikan adalah gamal, dadap dan legum. Pakan konsentrat berupa konsentrat dan ampas tahu. Pakan ternak kambing PE berupa hijauan diperoleh dari ladang pastura sendiri sedangkan untuk konsentrat dan ampas tahu dibeli dari Koperasi Peternak Sapi (KPS) di Kelompok Usaha Peternakan (Kunak) Sapi dengan harga Rp 1.100/kg untuk konsentrat, Rp 238/kg untuk ampas tahu dan Rp 8000/kg untuk mineral.
Gambar 6. Pakan Ternak
Struktur Organisasi Peternakan Kambing PE Kegiatan usaha di PPMSGM memiliki struktur organisasi yang berbentuk struktur fungsional yang tergolong sederhana. Secara garis besar struktur organisasi kegiatan usaha peternakan Kambing PE di PPMSGM dapat dilihat pada Gambar 2. Sementara struktur organisasi PPMSGM secara lengkap disajikan pada Gambar 3.
Manajer
Supervisor
Keuangan
Kepala Kandang Tenaga Medis
Tenaga Pemeliharaan
Tenaga Pastura
Gambar 7. Struktur Organisasi Peternakan Kambing PE PPMSGM Sumber : PPMSGM, 2007
Tugas dari masing-masing struktur kerja tersebut secara garis besar dijabarkan sebagai berikut: Pertama, Manajer sebagai pemegang urusan manajerial, berwenang melaksanakan dan memonitor kebijakan-kebijakan dari pihak atas serta sebagai public relation untuk menjembatani antara kepentingan kegiatan usaha dengan pesantren dan pihak luar. Kedua, Supervisor bertindak sebagai pengawas teknis operasional. Ketiga, Keuangan bertugas untuk mengelola semua arus kas masuk atau keluar dari seluruh unit usaha yang ada. Keempat, Kepala Kandang bertugas untuk memimpin di bagian peternakan. Kepala kandang mendapat tugas khusus untuk melakukan pemerahan dan melakukan kontrol kesehatan kambing PE setiap hari serta menjaga ternak di malam hari. Kelima, Tenaga medis di Ponpes Sahid hanya bersifat honorer yang diwajibkan datang satu bulan sekali untuk kontrol kesehatan ternak. Keenam, Tenaga Pemeliharaan bertugas untuk merawat kambing dari memberi pakan sampai membersihkan kandang. Terakhir Tenaga Pastura hanya bertugas untuk menanam rumput dan memeliharanya agar kebutuhan akan hijauan tercukupi.
Peternakan Sahid memberikan fasilitas pelatihan kepada tenaga kerjanya sesuai dengan kebutuhan. Tenaga kerja yang baru bekerja selalu mendapatkan pelatihan. Beberapa pelatihan yang pernah diberikan Peternakan Sahid yaitu pelatihan budidaya dan produksi ternak kambing PE, pelatihan pasca produksi, pelatihan pengolahan susu dan pelatihan pengolahan kotoran ternak. Sebagian besar biaya pelatihan tersebut berasal dari pemerintah.
Foto 6. Pegawai yang Sedang Bekerja
Pendiri dan Pimpinan PPMSGM Yayasan Kesejahteraan, Pendidikan dan Sosial Sahidjaya
Yayasan Wakaf Sahid Husnul Khotimah (Badan Nadzir)
Usaha Sejahtera Terpadu Padepokan Sahid Wisata Gunung Menyan *
Pimpinan Harian Wakil Pimpina Harian
Biro Hubungan Masyarakat 1. Bagian Da’wah 2. Bagian publikasi dan marketing 3. Bagian penelitian dan pengembangan
1. 2. 3.
Mts/MA Modern
Biro Administrasi Umum Bagian keuangan Bagian ketatausahaan Bagian sarana dan prasaran
Pengasuhan Pesantren Putra/Putri
TU
Waka Kurikulum
Kerumahtanggaan
Waka Kesiswaan
Koordinator Asrama
Keterangan : * Struktur Organisasi Peternakan Kambing PE Gambar 8. Struktur Organisasi PPMSGM Tahun Pelajaran 2006-2007 Sumber: PPMSGM, 2007
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu Santri Jumlah santri dalam penelitian ini sebanyak 86 orang yang berada di Pondok Pesantren Modern Sahid Gunung Menyan (PPMSGM). Jumlah santri tersebut dilihat karakteristik individu yang bermanfaat dalam menganalisis faktor yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen tentang susu kambing. Karakteristik individu santri yang diamati meliputi umur, jenis kelamin, pengeluaran per bulan, sumber informasi dan pengetahuan produk. Tabel 8 menunjukkan hasil klasifikasi santri berdasarkan karakteristik individu. Tabel 8. Karakteristik Individu Santri No 1
Karakteristik Individu
Jumlah (orang)
Persentase (%)
6
7
13-15 tahun (Remaja awal)
54
63
16-18 tahun (Remaja lanjut)
26
30
100.000-300.000 (rendah)
20
23
300.000-600.000 (sedang)
37
43
>600.000 (tinggi)
29
34
Teman
15
17
Keluarga
21
24
Televisi
4
5
Sekolah
46
54
8
9
Baik
63
73
Sangat baik
15
18
Umur 10-12 tahun (Anak-anak)
2
3
4
Pengeluaran per bulan
Sumber Informasi
Pengetahuan Produk Kurang
Umur Hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar santri berumur 13-15 tahun, hal ini berarti 63% para santri sudah bermukim di PPMSGM antara satu sampai dua tahun. Sementara itu, 30% lainnya berumur 16-18 tahun yang termasuk ke dalam kategori remaja lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa 30% santri sedang menempuh pendidikan di tingkat Madrasah Aliyah (MA) atau setingkat dengan SMA. Namun tidak dapat diperkirakan sudah berapa lama 30% santri tersebut bermukim di PPMSGM, hal ini dikarenakan santri di tingkat MA ada yang melanjutkan dari tingkat Madrasah Tsanawiah (MTs) atau setingkat SMP dan ada pula yang baru masuk PPMSGM hanya pada tingkat MA. Jenis Kelamin Keputusan mengkonsumsi susu kambing untuk setiap kelompok jenis kelamin disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Keputusan Mengkonsumsi pada Setiap Kelompok Jenis Kelamin. No
Jenis Kelamin
Jumlah Responden (orang)
Keputusan Mengkonsumsi
1
Laki-laki
47
Jumlah (orang) 30
Persentase (%) 64
2
Perempuan
39
25
64
Sebanyak
64%
santri
laki-laki
maupun
perempuan
memutuskan
untuk
mengkonsumsi susu kambing minimal sepekan sekali setelah makan siang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keputusan mengkonsumsi susu kambing relatif tidak berbeda di antara laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan samasama menyukai susu kambing, dengan alasan rata-rata ingin menjaga kesehatan tubuh. Pengeluaran Per bulan Pengeluaran per bulan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai jumlah uang saku santri yang digunakan untuk seluruh keperluan pribadi tidak termasuk uang saku yang digunakan untuk makan dan laundry dalam satu bulan terakhir pada saat penelitian ini dilakukan. Tingkat pengeluaran sangat penting diketahui karena secara tidak langsung dapat mengindikasikan pendapatan konsumen yang besangkutan. Indikator pengeluaran merupakan pengganti dari indikator pendapatan. Indikator
pendapatan dalam kuisioner tidak ditanyakan secara langsung karena biasanya indikator ini merupakan salah satu hal yang bersifat pribadi sehingga sangat sensitif jika ditanyakan kepada orang lain. Tabel 1 menunjukkan bahwa diantara 86 santri yang mengisi kuesioner, 23% diantaranya mempunyai pengeluaran per bulan antara Rp 100.000,- sampai dengan Rp 300.000,-. Sedangkan 43% santri pengeluaran per bulannya antara Rp 300.000,sampai dengan Rp 600.000,-. Pengeluaran perbulan santri yang lebih dari Rp 600.000,- mencapai 34% dari keseluruhan santri yang mengisi kuisioner. Informasi tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar santri memiliki pengeluaran per bulannya termasuk dalam kategori sedang dan tinggi, bahkan dari pengakuan sebagian santri menyebutkan tidak sedikit santri yang pengeluaran per bulannya lebih dari Rp 1.000.000,-. Mengenai pendapatan yang diterima santri, sebagian besar mengatakan bahwa pendapatan berasal dari orang tua dan beasiswa PPMSGM. Sumber Informasi Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan pada Tabel 8, sumber informasi pembentuk persepsi yang didapat konsumen terbesar adalah berasal dari sekolah (54%), diikuti dengan keluarga (24%), teman (17%), dan televisi (5%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar santri mengetahui tentang susu kambing setelah bersekolah di PPMSGM, hal ini dikarenakan santri menerima pelajaran tentang pertanian dan peternakan di sekolah. Teknik budidaya yang diberikan kepada santri adalah budidaya kambing Etawa, budidaya lidah buaya, budidaya holtikultura dan tanaman padi. Pengetahuan Produk Tabel 8 mengungkapkan bahwa sebagian besar (73%) santri memiliki pengetahuan yang baik tentang susu kambing, bahkan 18% diantaranya memiliki pengetahuan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa PPMSGM cukup berhasil dalam memperkenalkan susu kambing kepada para santri. Indikator pengetahuan produk yang ditanyakan dalam kuisioner meliputi pengetahuan santri tentang gizi dan nutrisi yang terkandung dalam susu kambing, komposisi susu kambing dan manfaat susu kambing.
Persepsi Santri tentang Susu Kambing Persepsi tidak akan terjadi jika tidak didahului dengan perhatian konsumen terhadap produk. Perhatian terhadap suatu objek berfungsi sebagai sarana seleksi dan pemilihan berbagai stimulus menjadi suatu informasi yang dapat diterima kemudian dapat dirasakan oleh konsumen. Konsumen yang mengevaluasi suatu produk menilai berbagai atribut di antaranya adalah aroma, citarasa, penyajian, kemasan, besar porsi dan khasiat. Indikator-indikator inilah yang ditanyakan dalam kuisioner.
Tabel 10. Rataan Skor Persepsi Santri tentang Susu Kambing. Indikator Persepsi
Rataan skor*
Aroma
1,55
Cita rasa
2,08
Penyajian
2,00
Kemasan
1,97
Besar porsi
2,18
Khasiat
2,23
Total rataan skor
2,00
*Keterangan : 1 = Kurang sesuai, 2 = Cukup sesuai, 3 = Sesuai
Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa rataan skor persepsi santri tentang susu kambing adalah 2,00. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan dan produk susu kambing di PPMSGM cukup sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Tabel 10 juga menunjukkan bahwa khasiat memiliki nilai rataan skor yang paling tinggi. Khasiat merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi keputusan santri dalam mengkonsumsi susu kambing. Indikator lain yang diperhatikan berturut-turut adalah besar porsi, cita rasa, penyajian dan kemasan serta yang terakhir adalah aroma. Aroma Aroma merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi daya terima konsumen terhadap suatu produk. Hidung adalah alat indra yang dapat mencium
aroma dari suatu makanan, sedangkan lidah bisa mengecap lima rasa yaitu manis, asam, asin, pahit dan gurih. Informasi tentang nilai suatu makanan dapat bertambah dengan adanya aroma yang ditimbulkan dari makanan tersebut. Persepsi terhadap aroma susu kambing memiliki rataan skor paling rendah yaitu 1,55. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi santri terhadap aroma susu kambing di PPMSGM masih kurang sesuai dengan apa yang diharapkan para santri. Walaupun demikian, seperti dapat dilihat pada Tabel 11, 72% santri menyatakan suka dengan aroma susu kambing. Para santri menyatakan aroma bau kambing yang biasanya tercium, saat ini sudah lebih baik setelah ditambahkan rasa strawberry dan vanila sehingga aroma susu kambing menjadi lebih harum. Sebanyak 22 orang atau 26% santri menyatakan tidak suka terhadap aroma susu kambing. Hal ini dikarenakan para santri mengaku masih mencium aroma bau di dalam susu tersebut.
Tabel 11. Penilaian Santri terhadap Aroma Susu Kambing Aroma Susu
Jumlah (orang)
Persen (%)
Tidak suka
22
26
Suka
62
72
2
2
86
100
Sangat suka Total
Cita Rasa Citarasa adalah kesan yang diterima lidah saat mengkonsumsi suatu makanan. Rasa susu kambing yang terdapat di PPMSGM adalah vanila dan strawberry. Namun susu kambing di PPMSGM mempunyai keunikan, walaupun rasa susu kambing strawberry dan vanila tapi warna susunya tidak berubah atau sesuai dengan warna aslinya yaitu putih. Keunikan ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi konsumen. Persepsi terhadap citarasa pada susu kambing memiliki rataan skor 2,08. Nilai ini termasuk ke dalam kategori cukup sesuai dengan yang diharapkan oleh santri. Hal ini menunjukkan bahwa rasa susu kambing di PPMSGM ini termasuk dalam kategori enak. Enam puluh lima persen santri yang menyatakan bahwa rasa
susu kambing enak dan 31% sangat enak. Menurut pengakuan para santri rasa strawberry lebih banyak disukai karena lebih manis dan rasa buahnya menyegarkan apalagi diminum ketika siang hari. Tabel 12. Penilaian Santri terhadap Rasa Susu Kambing Rasa Susu
Jumlah (orang)
Persen (%)
3
4
Enak
56
65
Sangat enak
27
31
Total
86
100
Tidak enak
Penyajian Penyajian merupakan kegiatan setelah proses produksi. Jika pada tahap ini konsumen mengalami kekecewaan, maka makanan tersebut dinilai kurang baik. Penyajian susu kambing di PPMSGM yaitu dalam bentuk beku atau es, kemudian es susu kambing ini diberikan saat makan siang di kantin. Petugas kantin menyimpan es susu dalam termos es dan santri mengambil sendiri es susunya. Cara penyajian susu kambing ini memiliki rataan skor 2,00 yang termasuk ke dalam kategori cukup sesuai dengan yang diharapkan oleh santri. Penyajian susu kambing yang dilakukan PPMSGM pada dasarnya sangat disukai, hal ini dikarenakan konsumen mendapatkan keleluasaan untuk mengambil susu kambingnya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 13 yang menyatakan 66% santri suka dan 29% santri sangat suka dengan penyajian susu kambing di PPMSGM. Tabel 13. Penilaian Santri terhadap Penyajian Susu Kambing Penyajian Susu
Jumlah (orang)
Persen (%)
4
5
Suka
57
66
Sangat suka
25
29
Total
86
100
Tidak suka
Kemasan Kemasan adalah sejenis bahan yang digunakan untuk membungkus makanan atau minuman. Kemasan susu kambing yang ada di PPMSGM menggunakan bahan plastik polos yang tidak mudah bocor, kemudian susu di tutup rapat dengan menggunakan alat sealler. Persepsi santri terhadap kemasan susu kambing ini memiliki rataan skor yang cukup tinggi yaitu 1,97. Kemasan susu kambing produksi PPMSGM masih belum dikatakan baik, sesuai dengan data pada Tabel 14 yang menyatakan bahwa sebanyak 62% santri menganggap kemasan susu kambing di PPMSGM tidak menarik dan 30% santri menyatakan cukup menarik. Maka untuk membuat kemasan lebih informatif, akan lebih baik jika dilakukan proses labeling. Tabel 14. Penilaian Santri terhadap Kemasan Susu Kambing Kemasan Susu
Jumlah (orang)
Persen (%)
Tidak menarik
53
62
Cukup Menarik
26
30
Sangat menarik
7
8
86
100
Total
Besar Porsi Besar porsi merupakan salah satu yang dapat dinilai dalam mempersepsikan suatu produk. Besar porsi adalah seberapa banyak minuman yang dihidangkan, cukup atau tidaknya porsi yang disajikan tergantung dari karakteristik konsumen yang mengkonsumsi. Persepsi santri terhadap besar porsi susu kambing di PPMSGM berada pada rataan skor 2,18 yang termasuk dalam kategori cukup sesuai dengan yang diharapkan para santri. Tabel 15 menyajikan bahwa 45% dan 51% santri menyatakan setuju dan sangat setuju dengan besar porsi susu kambing yang diberikan PPMSGM karena sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal ini dikarenakan pada proses penyajian susu kambing ini, para santri mendapatkan keleluasaan untuk mengambil sendiri susu kambing dari dalam termos es, sehingga besar porsi yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing konsumen. Hanya 4% santri saja yang menyatakan bahwa besar porsi kemasan susu kambing tidak sesuai. Tabel 15. Penilaian Santri terhadap Besar Porsi Susu Kambing Porsi Susu
Jumlah (orang)
Persen (%)
3
4
Sesuai
39
45
Sangat sesuai
44
51
Total
86
100
Tidak sesuai
Khasiat Khasiat dalam hal ini merupakan manfaat yang ditawarkan suatu produk bagi tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Berdasarkan Tabel 10, khasiat memiliki rataan skor yang paling tinggi yaitu 2,23 dan termasuk dalam kategori cukup sesuai dengan yang diharapkan para santri. Data tersebut menunjukkan sebagian besar santri setuju bahwa susu kambing memiliki banyak khasiat yang baik untuk tubuh. Sesuai dengan Tabel 16 yang menyajikan 62% santri menyatakan setuju susu kambing memiliki banyak khasiat, selebihnya 37% menyatakan sangat setuju. Susu kambing dikenal memiliki banyak khasiat, seperti pernyataan Setiawan dan Tanius (2003), manfaat susu kambing di antaranya dapat mengobati berbagai penyakit yaitu tuberkulosis, bronchitis, asma, maag, lemah syahwat, osteoporosis, reumatik, dan asam urat. Sesuai dengan pengakuan salah seorang santri yang menderita penyakit bronchitis menyatakan mengkonsumsi susu kambing secara rutin sangat membantu dalam proses penyembuhan penyakitnya. Tabel 16. Penilaian Santri terhadap Khasiat Susu Kambing. Khasiat Susu
Jumlah (orang)
Persen (%)
1
1
Berkhasiat
53
62
Sangat berkhasiat
32
37
Tidak berkhasiat
Total
86
100
Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian Destriana (2008) menyatakan bahwa 54,29% alasan orang mengkonsumsi susu karena ingin menjaga kesehatan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen mengkonsumsi susu karena melihat banyak khasiat yang terkandung dalam susu yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Keputusan Mengkonsumsi Berdasarkan
analisis
hampir
90%
santri
PPMSGM
tertarik
untuk
mengkonsumsi susu kambing setelah mendapat informasi tentang susu kambing di sekolah. Walaupun demikian, tingginya persentase ketertarikan tersebut ternyata tidak diikuti dengan perilaku keputusan mengkonsumsi. Hal ini ditunjukkan oleh Tabel 17, yaitu sebanyak 64% santri mengkonsumsi susu kambing, sedangkan 36% santri memilih untuk tidak mengkonsumsi susu kambing. Tabel 17. Keputusan Mengkonsumsi atau Tidak Mengkonsumsi No
Keputusan Mengkonsumsi
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
Mengkonsumsi
55
64
2
Tidak Mengkonsumsi
31
36
Total
86
100
Hasil penelitian Chidayah (2007), menyebutkan bahwa dari 85 mahasiswa yang bermukim di Babakan Raya, hanya 48% yang mengkonsumsi susu. Sedangkan hasil penelitian Destriana (2008), menyatakan bahwa frekuensi konsumsi susu pada konsumen keluarga di wilayah Babakan kecamatan Dramaga adalah sebanyak 81% masyarakat mengkonsumsi susu dua sampai empat kali dalam satu minggu. Data tersebut menunjukan konsumsi susu di masyarakat masih terbilang cukup rendah.
Hubungan Karakteristik Individu Santri dengan Persepsi tentang Susu Kambing Karakteristik individu santri yang diukur hubungannya dengan persepsi konsumen tentang susu kambing adalah umur, jenis kelamin, pengeluaran per bulan, sumber informasi, dan pengetahuan produk. Hubungan antara jenis kelamin dan sumber informasi diukur dengan menggunakan Chi Square, sedangkan hubungan antara umur, pengeluaran per bulan dan pengetahuan produk serta persepsi diukur dengan menggunakan Rank Spearman. Hubungan antara karakteristik individu santri dengan persepsi tentang susu kambing disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Hubungan Karakteristik Individu Santri dengan Persepsi tentang Susu Kambing Persepsi Karakteristik individu
Aroma
Citarasa
Penyajian
Kemasan
Besar porsi
Khasiat
Umur
-0,105
-0,125
-0,040
0,030
0,162
-0,103
Jenis kelamin
0,291
0,776
1,488
0,185
1,312
1,412
-0,141
0,138
-0,017
-0,274*
-0,085
0,195
14,359**
4,719
3,243
6,782
5,693
16,978**
0,050
0,034
-0,051
0,263*
0,095
0,155
Pengeluaran per bulan Sumber informasi Pengetahuan Produk
Keterangan : * Berhubungan nyata (p<0,05) ** Berhubungan sangat nyata (p<0,01)
Umur Tabel 18 menunjukan bahwa umur tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsi santri tentang susu kambing yang terdiri dari aroma, citarasa, penyajian, kemasan, besar porsi dan khasiat. Namun demikian dapat dilihat bahwa kemasan dan besar porsi memiliki nilai yang positif. Hal ini dikarenakan umur santri relatif sama, yaitu termasuk dalam kategori remaja. Hasil ini sejalan dengan studi Chidayah (2007), bahwa umur merupakan gambaran pengalaman terutama pada objek yang dipersepsikan, sehingga umur
seseorang tidak dapat menyamakan persepsi antar individu orang yang satu dengan orang yang lain. Walaupun proses pembentukan persepsi yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan, namun yang dimaksud bukanlah pengalaman dalam kehidupan secara umum akan tetapi pengalaman tentang objek yang dipersepsikan. Jenis Kelamin Tabel 18 memperlihatkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsi konsumen tentang susu kambing berdasarkan aspek aroma, citarasa, penyajian, kemasan, besar porsi dan khasiat. Dengan demikian apapun jenis kelamin konsumen baik itu laki-laki maupun perempuan tidak mempengaruhi persepsi santri tentang susu kambing di PPMSGM. Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang disajikan sebelumnya pada Tabel 9 bahwa jenis kelamin juga tidak mempengaruhi santri dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi. Pengeluaran Per bulan Tabel 18 menunjukan bahwa pengeluaran per bulan tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan persepsi responden tentang susu kambing yang terdiri dari aroma, citarasa, penyajian, besar porsi dan khasiat. Pengeluaran per bulan hanya berhubungan nyata (p<0,05) dengan persepsi terhadap kemasan, akan tetapi dalam penelitian ini memperoleh tanda negatif. Sesuai dengan pengakuan para santri yang menyatakan bahwa santri lebih menyukai susu kambing dikemas dengan cup atau botol sehingga lebih menarik, namun pada kenyataannya di PPMSGM susu kambing dikemas hanya dengan menggunakan plastik polos. Sedangkan pengeluaran responden rata-rata tergolong tinggi. Semakin banyak pengeluaran per bulan konsumen, maka semakin tidak sesuai dengan persepsinya tentang kemasan. Sumber Informasi Hasil penelitian pada Tabel 18 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata (p<0,01) antara sumber informasi terhadap persepsi tentang aroma dan khasiat susu kambing. Semakin tinggi kredibilitas sumber informasi, semakin sesuai persepsi tentang aroma dan khasiat susu kambing.
Tabel 10 menunjukkan persepsi santri terhadap aroma susu kambing memiliki rataan skor paling rendah, namun pada Tabel 18 aroma memiliki hubungan yang sangat erat dengan sumber informasi. Hal ini diduga para santri belum mengetahui secara utuh persepsinya terhadap aroma. Sesuai dengan keterangan beberapa santri bahwa sebagian besar santri mengetahui produk susu kambing hanya dari satu sumber informasi dan mengkonsumsi susu kambing setelah berada di PPMSGM, sehingga tidak dapat membandingkan produk susu kambing yang berada di PPMSGM dengan produk susu kambing lainya. Sumber informasi yang terpercaya diharapkan dapat melengkapi persepsi konsumen terhadap aroma susu kambing, sehingga dapat menepis citra negatif bahwa aroma susu kambing berbau tajam (prengus). Begitu pula dengan khasiat, semakin tinggi kualitas sumber informasi maka kesadaran masyarakat akan manfaat mengkonsumsi susu kambing semakin tinggi juga. Pengetahuan Produk Tabel 18 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang nyata (p<0,05) antara pengetahuan tentang produk dengan persepsi terhadap kemasan. Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan karakteristik atau atribut dari produk tersebut, namun tidak semua konsumen memiliki kemampuan yang sama dalam menyebutkan karakteristik atau atribut produk. Hal ini disebabkan konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut. Kemudian salah satu sarana memberitahukan informasi tentang suatu produk adalah di dalam kemasan, karena kemasan bisa dijadikan sarana informatif dan promosi. Semakin banyak pengetahuan produk, semakin sejalan dengan apa yang diharapkan konsumen terhadap kemasan produk tersebut. Hubungan Persepsi Santri tentang Susu Kambing dengan Keputusan Mengkonsumsi Hubungan antara persepsi santri tentang susu kambing dengan keputusan mengkonsumsi dapat dilihat pada Tabel 19 dengan menggunakan uji korelasi Chi
Square. Peubah pesepsi santri tentang susu kambing yang dikorelasikan dengan keputusan mengkonsumsi adalah aroma, citarasa, penyajian, kemasan, besar porsi dan khasiat.
Tabel 19. Hubungan Persepsi Santri tentang Susu Kambing dengan Keputusan Mengkonsumsi No
Persepsi Santri tentang Susu Kambing
Keputusan Mengkonsumsi
1
Aroma
2,534
2
Citarasa
6,228*
3
Penyajian
0,531
4
Kemasan
2,724
5
Besar Porsi
3,375
6
Khasiat
1,814
Keterangan : * Berhubungan sangat nyata (p<0,01)
Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata (p<0,01) antara persepsi santri terhadap citarasa dengan keputusan mengkonsumsi. Konsumen terdorong untuk mengambil keputusan mengkonsumsi berdasarkan citarasa. Hal ini dikarenakan citarasa merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan suatu produk enak atau tidak enak, sehingga kesan yang diterima lidah orang yang mengkonsumsi akan melekat dalam memori dan mempengaruhi
keputusannya
untuk
mengkonsumsi
kembali
ataupun
tidak
mengkonsumsi kembali suatu produk. Selain citarasa sebetulnya secara teoritis terdapat atribut persepsi lain yang juga memiliki hubungan dengan keputusan mengkonsumsi. Akan tetapi dalam penelitian ini tarafnya tidak nyata.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian “Persepsi Santri Pondok Pesantren Modern Sahid Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor tentang Susu Kambing” maka dapat disimpulkan: 1. Umur santri yang termasuk dalam kategori remaja, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama menyukai susu kambing, pengeluaran per bulan sedang, sumber informasi hampir sebagian berasal dari sekolah yaitu dari guru, dan pengetahuan produk termasuk kategori baik. Persepsi santri terhadap susu kambing adalah cukup sejalan dengan yang diharapkan, sehingga responden memutuskan untuk mengkonsumsi susu kambing. 2. Pengeluaran per bulan berhubungan nyata negatif dengan kemasan, sedangkan sumber informasi berhubungan sangat nyata dengan aroma dan khasiat, pengetahuan produk berhubungan nyata dengan kemasan. 3. Persepsi santri terhadap citarasa susu kambing berhubungan sangat nyata dengan keputusan mengkonsumsi. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang diusulkan adalah sebagai berikut: 1. Pihak PPMSGM sebaiknya lebih mempromosikan produk susu kambing kepada masyarakat luas melalui media-media informasi. 2. Untuk dapat menghapus citra yang negatif di masyarakat mengenai susu kambing, PPMSGM sebaiknya lebih meningkatkan mutu produknya terutama pada aroma susu kambing dan meningkatkan mutu pelayanan terutama dengan kemasan susu kambingnya. 3. Pihak PPMSGM sebaiknya mempertahankan atribut yang dianggap sudah baik seperti citarasa dan keunikannya pada warna susu kambing produksi PPMSGM.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga dalam setiap episode kehidupan penulis. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Ir.Richard WE Lumintang, MSEA sebagai pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, nasihat, kritik dan saran selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Peternakan. 2. Ibu Ir.Lucia Cyrilla ESND, MSi sebagai pembimbing anggota skripsi yang dengan sangat sabar membimbing baik secara teoritis maupun teknis dan memberikan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Ir Hadiyanto MS selaku dosen penguji atas masukan, saran dan diskusi yang sangat membantu penulis pada saat seminar. 4. Kepada orang tua dan keluarga besar penulis (Abah Harun, Enin Iis, Nenek Iyah, Kakek Nasir, Ina, Uphi, Mela, Maji, Icham dan bibi-bibiku) atas doa dan motivasi mereka yang sangat berharga dalam hidup penulis. 5. Kepada Suami dan putri tercinta (Ayah Iqbal dan Neng Salwa) yang memberikan lautan kasih sayang, doa dan motivasi tiada henti dalam hidup penulis. 6. Kepada teman-teman SEIP 41 yang telah merangkai kenangan bersama di Fakultas Peternakan juga kepada rekan-rekan dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Bogor, Januari 2009
DAFTAR PUSTAKA Blakely, J dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Terjemahan : B. Srigandono. UGM Press, Yogyakarta. Chidayah, P.R. 2007. Persepsi mahasiswi tentang iklan susu berkalsium tinggi di televisi dan keputusan mengkonsumsi. Skripsi, Program Sudi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Destriana, A. 2008. Perilaku konsumsi susu pada konsumen keluarga di wilayah Babakan Kecamatan Darmaga Bogor. Skripsi, Program Sudi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Eviyanti, Y. 2006. Analisis gender dalam budidaya dan pengolahan hasil tanaman obat. Skripsi, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Gantina, A. 2006. Persepsi konsumen terhadap aspek gizi dan kesehatan pangan organik. Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Kesehatan Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gitosardjono, S. 2006. Pengelolaan dan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Modern Sahid dan Pembangunan Usaha Sejahtera Terpadu Padepokan Sahid Wisata Gunung Menyan. Sahid Jaya Group, Jakarta. Handayani, T. dan Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Kotler, P.1997. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Edisi ketujuh. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Qomar, M. 2002. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demoratisasi Institusi. Erlangga, Jakarta. Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. PT. Rosdakarya. Bandung Rakhmat, J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Rosdakarya. Bandung Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Setiawan, T dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawah. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugiyanto. 1996. Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan dalam pembangunan masyakat pedesaan Bogor. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sugiharto, S.T. 2001. Persepsi anak jalanan terhadap bimbingan sosial melalui rumah singgah di Kotamadya Bandung. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sumarwan, U. 2006. Peran Ilmu Konsumen dalam Peningkatan Kesejahteraan Melalui Pemenuhan Atas Informasi. Orasi Ilmiah. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.