Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Unluk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
KOMERSIALISASI KAMBING PERANAKAN ETAWAH SEBAGAI PENGHASIL SUSU I G .M. BUDIARSANA
dan I
KETUT SUTAMA
Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Ciawi - Bogor Jawa Barat -Indonesia
ABSTRAK Sistem peternakan sering dianggap merupakan sistem konvensional yang umum dilakukan petani . Orientasi usaha lebih menekankan aspek produksi dan kurang memperhatikan masalah ekonomi termasuk pemasaran hasil . Studi tentang pemeliharaan kambing PE dan komersialisasinya sebagai penghasil susu dilakukan di tiga lokasi di tiga kabupaten yaitu Wonosobo, Sleman dan Purworejo, melibatkan para peternak kambing PE yang telah memerah kambing untuk tujuan produksi susu . Manajemen pemeliharaan trnak di Wonosobo sedikit berbeda dibandingkan dengan Sleman dan Purworejo terutama pada sistem perkandangan . Di Wonosobo petemak tidak secara khusus membangun kandang untuk temaknya tetapi di tempatkan dibagian tertentu rumah khususnya bagian belakang . Sementara itu di Purworejo dan Sleman peternak telah mempersiapkan kandang untuk ternaknya dengan sistem panggung yang dibangun terpisah dari rumah tinggal peternak . Komersialisasi potensi produksi susu kambing PE masih belum fokus, walaupun telah terlihat ada peluang keuntungan yang cukup menjajnjikan untuk kesejahteraan peternak . Perubahan pola fikir (mind set) peternak untuk terjun dan fokus dibidang usaha ini sangat menentukan . Kata kunci : Kambing PE, susu dan ekonomi PENDAHULUAN Meningkatnya permintaan produk peternakan (daging, susu dan telur) beberapa tahun terakhir merupakan dampak dari pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan meningkamya taraf hidup dan pengetahuan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi . Rataan tingkat konsumsi protein di Indonesia masih sangat rendah yaitu baru mencapai 5,29 gram/kapita/tahun dibandingkan dengan target konsumsi yaitu sebesar 6 gram/ kapita/tahun. Total konsumsi protein tersebut hanya sebagian kecil saja disumbangkan dari sumber susu yaitu hanya mencapai 0,83 gram/ kapita/hari . Rendahnya tingkat konsumsi protein asal trnak ini merupakan penghambat proses peningkatan kecerdasan masyarakat . Protein asal ternak ini sangat spesifik yaitu mengandung asam amino dan radikalradikalnya mampu menjadi agen pembangun sel-sel tubuh dalam meningkatkan kecerdasan manusia (SDM) . Lebih dari itu kandungan protein hewani tidak dapat digantikan (irreversible) . Gambaran tersebut diatas mengindikasikan adanya peluang pasar . Peluang pasar tersebut belum
232
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh produsen nasional sehingga terpaksa dilakukan impor. Secara nasional, produksi susu asal sapi perah memang belum dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri . Produksi susu Indonesia hanya sebesar 31 .806,55 ton per bulan, dan untuk memenuhi permintaan dalam negeri, industri pengolahan susu (IPS) melakukan impor produk susu rata-rata 53 .457,8 ton per bulan (Departemen Pertanian, 2003) . Meskipun produksi susu secara keseluruhan mengalami kenaikan 1 .71% dari tahun sebelumnya, namun produksi susu asal sapi perah cenderung menurun 0 .1% per tahun . Keunggulan kambing PE sudah banyak dilaporkan, diantaranya beradaptasi baik dengan lingkungan, termasuk kambing tipe dwi-guna dan memiliki indeks reproduksi yang cukup baik yaitu 1 .65 anak/induk/tahun (SODIQ, 2001) . Dari data statistik peternakan tahun 2006, menunjukkan bahwa populasi kambing di Indonesia yaitu sebesar 14 juta ekor terbesar dibandingkan dengan jenis ternak lainnya dengan pertumbuhan yang cukup baik yaitu mencapai hampir 3% per tahun . Populasi tersebut terdiri dari berbagai rumpun/ kelompok, antara lain kambing Kacang, Peranakan Etawah,
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
kambing Gembrong, Kosta, Jawa Randu dan Merica . Dari berbagai kelompok ternak kambing tersebut, hanya kambing Kacang dan Peranykan Etawah yang umum dan banyak dipelihara oleh petani . Tidak ada data yang pasti mengenai populasi ternak kambing PE di Indonesia . Berpatokan pada
populasi ternak kambing di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DIY yaitu jumlahnya mencapai 7 .267 .174 ekor, maka apabila diasumsikan sebanyak 10% dari total tersebut merupakan ternak kambing PE maka total populasi ternak kambing PE mencapai 726 .717 ekor.
Tabel 1 . Populasi temak ruminansia dan pertumbuhannya tahun 2001 - 2005 (ekor) Tahun No Jenis 2002 11,297,625 358,386 2,403,033 12,549,086 7,640,684
Sapi potong Sapi perah Kerbau Kambing Domba Sumber : Statistik Petemakan (2006) I 2 3 4 5
2003 10,504,128 373,753 2,459,434 12,722,062 7,810,702
2004 10,532,889 364,062 2,403,298 12,780,961 8,075,149
Populasi terbesar ternak kambing PE pada saat ini terbanyak di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta . Komposisi populasi kambing PE dibandingkan dengan kambing lainnya pada daerah-daerah ini yaitu mencapai 98% sedangkan pada daerah lainnya hanya 1-2% dari total populasi kambing yang ada didaerah bersangkutan . Potensi produksi susu kambing pernah dilaporkan oleh OBST dan NAPITUPULU . (1984) yaitu sebanyak . 0,45 - 2,1 liter/hari/laktasi . Sementara itu produksi susu yang dilaporkan oleh SuTAMA et al., 2002 yaitu berkisar pada 510 - 1000g/ekor/ hari. Sebelumnya, ADRIAN! et al. (2003) melaporkan bahwa pemerahan susu secara penuh selama laktasi menghasilkan anak dengan berat sapih yang jauh lebih kecil 7 - 8 kg, dibandingkan dengan bila anak dibiarkan bersama induknya yang dapat mencapai berat sapih 10 - 14 kg . Paper ini membahas potensi dan komersialisasi ternak kambing PE dalam mendukung permintaan susu dalam negeri . METODOLOGI PENELITIAN Studi dilakukan pada bulan SeptemberNopember tahun 2007 di dua jenis lokasi yaitu di lapang dan di stasiun percobaan . Lokasi studi di tingkat lapang dilaksanakan yaitu di Daerah Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo,
2005 10,569,312 361,351 2,128,491 13,409,277 8,327,022
2006 10,835,686 382,313 . 2,201,111 14,051,156 8,543,206
Pertumbuhan (%) -0 .97 1 .69 -1 .99 2 .88 2 .83
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman DIY. Jumlah responden terbatas pada para peternak kambing PE yang telah melakukan pemerahan . Daftar pertanyaan telah disusun dan dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengambilan data yang dilakukan secara langsung kepada petani . Pertanyaan dibagi kedalam 4 subsistem agribisnis yaitu yang berkaitan dengan sapronak, budidaya ternak, pengolahan hasil dan Jasa penunjang . Data disajikan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik rumah tangga peternak Jumlah anggota peternak rata-rata empat orang dengan imbangan antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga mendekati 50% : 50% nisbah angkatan kerja mencapai 66,7% pada umur kepala keluarga rata-rata 44,8 tahun . Sebagian peternak masih bekerja di luar sektor pertanian dengan imbangan 66 : 33% . Semua peternak memiliki ternak kambing PE 5 - 6 ekor dengan rata-rata 5 ekor per kepala keluarga peternak . Semua keluarga peternak juga memiliki ternak jenis lain yaitu diantaranya ayam maupun bebek . Inti permasalahan yang dipelajari yaitu usaha ternak kambing PE dan komersialisasinya di tingkat peternak yang diharapkan dapat menjadi sumbangan pendapatan kepala keluarga peternak untuk kesejahteraan hidupnya.
233
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Unluk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
Sistem pemeliharaan ternak Tabel 2 menyajikan sistem perkandangan dan pola penyediaan pakan pada ternak kambing PE . Di daerah Wonosobo semua peternak mengandangkan ternak kambing nya didalam rumah (tanpa kandang khusus) . Umumnya bagian dalam rumah yang dijadikan sebagai tempat ternak yaitu pada bagian belakang rumah, berdekatan dengan dapur dibuat sekat pembatas beralaskan lantai tanah . Sedangkan di daerah lainnya seperti di Purworejo (Jawa Tengah) dan Sleman (Yogyakarta) semua peternak
telah mengandangkan ternaknya dengan kandang khusus untuk ternak kambing . Kandang dibangun dengan sistem panggung, terbuat dari bahan kayu maupun bambu dengan atap genteng dengan tiang dari beton bertulang. Letak kandang di dua daerah ini agak berbeda . Di Sleman semua kandang berlokasi diluar pekarangan rumah sedangkan di Purworejo kandang umumnya dibangun di pekarangan rumah dengan jarak antar rumah dengan kandang berkisar 2 - 10 m yang posisinya disamping maupun di belakang rumah .
Tabel 2 . Sistem perkandangan dan penyediaan pakan ternak kambing (%) Lokasi Uraian Wonosobo (n = 5) Sleman (n = 12) Sistem perkandangan Panggung 0 100 Lantai tanah 100 0 Campuran 0 0 Pola pemeliharaan Cut and carry
Di lepas Campuran Jenis pakan yang diberikan Daun-daunan Rumput.
100 0 0
100
100
100
0 0
0 0
0 0
90 10
95 5
95 5
Semua peternak memberikan pakan pada ternaknya dengan sistem cut and curry. Jenis pakan yang diberikan dipadukan dari dua jenis sumber pakan yaitu daun-daunan dan rumput . Proporsi pemberian jenis pakan sangat variatif dari hari ke hari, namun secara umum jenis pakan yang diberikan ada dua jenis yaitu berupa daun-daunan yang proporsinya berkisar antara 90-98% sedangkan sisanya dalam bentuk rumput proporsinya berkisar 2-10% . Jenis daun-daunan yang diberikan yaitu daun calliandra, glirisidia, daun nangka, daun sengon dan daun mindi yang pemberiannya selalu bervariasi setiap hari tergantung ketersediaannya di lahan kebun rumput milik para peternak . Jumlah pemberian pakan per ekor ternak dalam bentuk segar relatif tinggi yaitu berkisar 12-15% dari bobot badan . Umumnya para peternak telah sadar
234
Purworejo (n = 3)
akan pentingnya sumber pakan sehingga semua peternak menyatakan dirinya telah menyediakan dan menanam tanaman pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternaknya . Pemberian pakan tambahan telah diterapkan namun masih terbatas untuk ternak-ternak yang sedang berproduksi . Jenis pakan tambahan yang diberikan peternak berbeda diantara kedua lokasi . Di Daerah Wonosobo jenis pakan tambahan yang diberikan yaitu lebih banyak berupa singkong atau dedak dengan jumlah pemberian 200-500g/ekor. Sedangkan di Daerah Purworejo dan Sleman lebih banyak berupa dedak atau pollard yang dicampur dengan onggok dengan perbandingan 1 :1 . Jumlah pemberian sebanyak 500g/ekor/hari . Struktur populasi pemilikan ternak di tiga lokasi yaitu terendah di Daerah Wonosobo yaitu sebesar
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakal
5,6 ekor/peternak (Tabel 3) sedangkan di Sleman dan Purworejo berkisar antara 6-7 ekor/petemak .
Jumlah ternak induk di masing-masing lokasi yaitu 2-3 ekor.
Tabel 3 . Struktur populasi kepemilikan ternak kambing PE (ekor/peternak) Uraian Struktur populasi (ekor) Pejantan Induk Kambing muda Kambing anak Rataan kepemilikan
Lokasi Sleman n = 17
Purworejo n = 3
0,20
0,35
0,66
2,40
3,17
3,00
0,60
0,64
1,00
2,40
2,64
2,33
5,60
6,80
6,99
Wonosobo n =
5
Terdapat beberapa teknologi pemerahan kambing berkenaan dengan upaya mem-produksi susu a .l . pisah langsung dan pisah sementara . Pada teknologi pisah langsung, anak kambing langsung dipisah selamanya dari induknya, selanjutnya kebutuhan susu dipasok dari susu pengganti yang dapat berupa susu sapi segar maupun susu bubuk . Sedangkan pada teknologi sapih sementara anak kambing hanya dipisah dalam waktu tertentu (hanya pada saat beberapa jam sebelum diperah) . Penyapihan ini dimaksudkan agar pada ambing induk ternak terkumpul susu dan tidak di minum oleh anak kambing . Teknologi pemerahan yang diterapkan oleh para peternak di tiga lokasi yaitu teknologi sapih sementara (intermitten weaning), yaitu anak dipisahkan selama 12 jam bisa diawali di pagi hari maupun pada sore hari . Selanjutnya setelah 12 jam kemudian induk ternak kambing di perah untuk dipanen air susunya . Rataan produksi susu induk di tiga lokasi yaitu berkisar 0,5-1 liter dengan rataan 0,75 liter/hari . Hasil wawancara dengan para peternak berkenaan dengan teknologi penyapihan yang dilakukan yaitu cukup baik. Indikatornya yaitu tidak ada dampak negatif pertumbuhan anak kambing . Kualitas 'produk yang dihasilkan pada ternak perah yaitu berupa susu diawali sejak ternak tersebut diperah sampai produk susu tersebut dikonsumsi . Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa teknologi pemerahan yang dilakukan oleh para petemak yaitu masih sangat sederhana . Sebelum ternak diperah persiapan-persiapan yang dilakukan yaitu hanya membersihkan ternak pada bagian
ambing dengan menggunakan air, selanjutnya proses pemerahan dilakukan . Pemerahan langsung ditampung dengan menggunakan botol dan pemerahan langsung diarahkan ke mulut botol . Pemanfaatan botol sebagai alat penampungan susu dilihat dari sisi higienis cukup baik karena peluang kontaminasi bau maupun kotoran semakin kecil . Hal ini karena penampang lubang botol relatif kecil . Setelah selesai pemerahan selanjutnya susu dipasarkan atau di olah menjadi produk susu lainnya (susu bubuk, dodol, dan caramel) atau disimpan di frezeer pada suhu -6 c dan susu pada kondisi suhu ini, susu dapat bertahan lebih dari 1 bulan . Teknologi pengolahan susu untuk dijadikan produk lainnya juga sangat membantu mengatasi kelemahan susu kambing yang mudah rusak . Teknologi pengolahan hasil susu kambing dapat dilihat pada Diagram 1 . Komersialisasi sebagai penghasil susu Komersialisasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan yang dinilai dengan ukuran uang . Usaha peternakan kambing PE yang diarahkan sebagai produksi susu merupakan bisnis yang menarik (dengan segala tantangan-nya) . Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwakomersialisasi ternak ini telah mulai berkembang pada lokasi-lokasi tertentu pada daerah yang memiliki agroekosistem tertentu secara perlahan seiring dengan semakin dikenalnya produk susu kambing oleh masyarakat .
23 5
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
Konsumen Konsumsi susu segar
Proses
Produk : Susu Pasteurisasi Dodol Caramel Susu bubuk
Konsumen
Diagram 1 . Proses pengolahan susu kambing segar menjadi produk olahan Produksi susu kambing yang dihasilkan harus mengikuti permintaan pasar baik dilihat secara kualitas maupun secara kuantitas . Hal -ini berarti pengaturan pola produksi harus di jadwalkan dengan baik sehingga kontinyuitas produksi dapat dijaga . Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa melalui manajemen "penyapihan sementara" rataan produksi susu kambing segar mencapai 0,6 liter/ekor/hari . Berpatokan pada harga susu kambing segar dilokasi pengamatan yaitu Rp . 7 .000,-/liter maka rataan produksi susu kambing tersebut setara dengan nilai Rp . 4 200,/hari atau Rp . 126 .000,-/ekor/ bulan . Harga susu kambing segar di lokasi pengamatan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang berlaku di Daerah Bogor Jawa barat yaitu mencapai Rp . 10 .000,melalui sentuhan teknologi pengolahan hasil yaitu untuk menjadi susu bubuk lebih prospektif yaitu dengan bahan : 3 liter susu kambing, 1,2 kg gula pasir yang prosesnya dengan cara dicampurkan untuk kemudian-dipanaskan diatas tungku api sambil diaduk terus menerus selama 3 jam kompor hingga susu menjadi kering akan dihasilkan susu bubuk sebanyak 1,5 kg yang setara dengan harga Rp . 64 .500,-atau margin nya mencapai 100% . ORIENTASI PEMIKIRAN KE DEPAN Budidaya ternak kambing PE seperti halnya ternak lainnya sering mendapat tanggapan sebagai
236
suatu sistem usaha konvensional yang dilakukan secara turun menurun dilakukan oleh keluarga para peternak dipelihara secara sederhana dengan pemberian pakan seadanya . Lebih dari itu target produksipun sering diabaikan (tanpa orientasi pasar) . Kondisi tersebut memerlukan perubahan mendasar dengan lebih mengedepankan aspek ekonomi yang meliputi aspek pasar. Dalam kenyataan usaha tani tanaman pangan sering mengalami masalah seperti ; kegagalan panen akibat pengaruh musim, atau harga yang rendah akibat waktu panen yang bersamaan . Kondisi tersebut tidak ditemui pada budidaya peternakan . Ternak dapat dipasarkan setiap saat jika petani memerlukan dana cash dengan harga yang relatif stabil . Dari segi sosial sebagian petani berpendapat bahwa usaha pertanian belum lengkap bila belum dilengkapi dengan temak . Temak dalam usaha tani merupakan sarana ekonomi yang potensial dimana produknya selain sebagai penghasil susu maupun daging temak kambing PE juga potensial sebagai penghasil pupuk kandang yang sangat bermanfaat untuk kesuburan lahan pertanian . Hal yang mendasar yang harus dilakukan adalah merubah pola fikir (mind set) dan persepsi petani terhadap ternak kambing PE . Ternak ini selain sebagai penghasil daging juga penghasil susu . Produksi susu yang dihasilkan oleh ternak kambing ini dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan harian keluarga . Kondisi pesimistis yaitu paling tidak susu kambing dapat dijadikan
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat
sebagai konsumsi keluarga sehingga kebutuhan dana yang dibudgetkan untuk membeli susu dapat di atasi . Temak kambing ini jangan lagi dipandang sebagai usaha sambilan atau tabungan, namun hendaknya sejajar dengan usaha tanaman pangan lainnya yang secara sinergis diupayakan untuk meningkatkan pendapatan petani . Dengan demikian orientasi ke arah komersial dan dengan skala yang ekonomis menjadi sangat penting . Ketersediaan dana sering menjadi penghambat dalam pengembangan ternak di tingkat peternak yang secara nota bena sebagai petemak kecil dengan tingkat perekonomian lemah . Sentuhan dari lembaga keuangan menjadi sangat penting . Sentuhan teknologi aplikatif sesuai dengan kebutuhan para petemak yang digali melalui pola partisipatif dengan model botom up approach juga harus melibatkan semua instansi terkait.
daun-daunan telah dipersiapkan oleh para peternak di lahan masing-masing sehingga sangat meringankan beban kerja petemak . Sayangnya luasan lahan peternak yang terbatas terkadang menjadi kendala sehingga kesulitan pakan pada musim-musim tertentu juga ditemui. 3 . Perhitungan ekonomi dari pemanfaatan potensi produksi susu kambing maka diperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp . 126 .000,-/bulan/ekor.
DAFTAR PUSTAKA ADRIANI, A . SUDONO, T. SUTARDI, W. MANALU SUTAMA . 2003 . Optimasi produksi anak
dan 1 .K. dan susu kambing Peranakan Etawah dengan superovulasi dan suplementasi seng . Forum Pascasarjana. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor 26 (4) : 335 - 352 .
KESIMPULAN 1 . Mendalami kondisi peternak kambing PE, maka perubahan pemikiran (mind set) peternak yang mengarah pada pemanfaatan potensi produksi susu sangat menentukan . 2 . Manajemen pemeliharaan (kecuali perkandangan) di semua daerah pengamatan hampir sama . Pemberian pakan yang komposisinya lebih banyak dari
Laporan Bulanan Tentang Keragaan Pembangunan Pertanian . Sub Sektor Peternakan . Departemen Pertanian Jakarta .
DEPARTEMEN PERTANIAN . 2003.
J .M. and Z . NAPITUPULU . 1984 . Milk yields of Indonesian goats . Proc . Aust. Soc . Anim . Prod. 15 :
OusT,
501-504 . 2001 . Small ruminant production system under rural area and improving weaning weight . Scientific Publication Unsoed, Purwokerto: 27 (3) :41 - 52 .
SODiQ .
23 7